NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

52
NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI

Transcript of NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Page 1: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI

Page 2: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.

Negara Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah

negara kesatuan yang berbentuk Republik sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI Tahun 1945).

Demikian juga diatur dalam pasal yang sama Ayat (2) ,menentukan kedaulatan

berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ketentuan

Ayat (1) bahwa Indonesia adalah Negara kesatuan menunjukkan bahwa Negara

republik Indonesia terdiri dari pelbagai daerah yang secara hirarkhis terdiri dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Berdasarkan asas otonomu daerah untuk

mengurus kepentingan daerah masing-masing untuk mewujudkan kesejahtreraan

rakyat. Atas dasar itu, maka diperlukan instrumen hukum untuk melakukan

penataan dan mengaturan dalam pelbagai aspek kehidupan masyarakat sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut sesuai ketentuan dalam

Pasal 1 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, bahwa “Indonesia adalah Negara hukum.

Salah syarat dalam Negara hokum adalah asas legalitas yang menentukan,

Syarat-syarat agar suatu Negara dikategori sebagai Negara hukum, sebagaimana

dikemukakan, Burkens,1 yaitu, adanya syarat asas legalitas, pembangian kekuasaan,

perlindungan HAM dan peradilan administrasi”.

Asas legalitas mensyaratkan setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan hukum.

Atas dasar itu, UUD NRI Tahun 1945 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

membatasi kekuasaan Presiden. Unsur pembagian kekuasaan negara bertujuan membatasi

kekuasaan penguasa/Presiden, agar menghindari tindakan penyalagunaan wewenang “abuse

Page 3: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

of power” dan kesewenang-wenangan “wilekuer”. Hakekat pembagian kekuasaan kepada

eksekutif, legislatif dan yudicial, untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada salah satu

lembaga Negara tertentu yang dapat menimbulkan absolutisme.

Unsur ketiga menunjukkan secara jelas pentingnya perlindungan hak-hak asasi

manusia merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi Penyelenggara Negara (eksekutif,

legislative dan yudisial). Unsur peradilan administrasi eksistensinya untuk melindungi warga

negara yang dirugikan oleh penyelenggara negara, dapat menuntut kerugian yang dialami

melalui peradilan administrasi (PTUN). Dengan demikian dari keempat syarat Negara hukum

yang telah dipaparkan dan dideskrispikan, maka yang relevan adalah asas legalitas dan

perlindungan hak asasi manusia karena terkait dengan Naskah Akademik Ranperda

pengelolaan barang milik daerah provinsi Bali.

Para pejuang bangsa Indonesia (the founding fathers) pendiri republik yang telah

melahirkan dan membentuk negara ini dengan pemikiran yang arif dan bijaksana dan

dengan pandangan yang jauh ke depan telah meletakkan dasar-dasar yang kuat sehingga

bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Salah satu prinsip dasar yang diletakkan adalah prinsip negara Kersatuan

untuk membangun kesatuan bangsa yang sejahtera, adil dan makmur . Indonesia yang

merupakan Negara Kesatuan menjalankan otonomi seluas-luasnya berdasarkan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945).

Cita-cita tentang prinsip desentraliasi dalam pengelolaam sistem pemerintahan

negara Republik Indonesia tercantum secara jelas dalam UUDNRI 1945, Ketentuan

tentang pemerintahan daerah dalam UUDNRI 1945 terdapat pada Bab VI, Pasal 18, Pasal

18A, Pasal 18B dan secara inplisit diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 jo PERPU No. 8

Tahun 2005 tentang Perubahan atas UU No. 32 Tahun 2004 tantang Pemerintah Daerah.

Ketentuan Bab VI, Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B UUDNRI 1945 menyatakan:

1 Yohanes Usfunan, HAM Politik – Kebebasan Berpendapat Di Indonesia, Udayana Universitiy Press.,2016,h.99.

Page 4: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

provinsi dibagi atas kabupaten yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah

provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

(5) Pemerintah daerah menjalankan otonom seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan

yang oleh undang-undang ditentukan urusan pemerintah pusat.

(6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan paraturan-paraturan lain

untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur undang-undang.

Dalam ketntuan Pasal 18A UUD NRI Tahun 1945 menentukan,

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,

kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan

undang-undang dengan memperhatikan ke-khususan dan keragaman daerah.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya lainnya antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secar adil dan selaras

berdasarkan undang-undang.

Sedangkan menurut ketentuan Pasal 18B UUD NRI Tahun 1945 menentukan,

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat

khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-udang.

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta

hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan republik Indonesia, yang diatur dalam

undang-undang.

Page 5: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Ketentuan-ketentuan dalam Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 tersebut di atas, mengatur

mengenai pentingnya memberikan hak dan wewenang dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah sesuai pirnsip otonomi daerah untuk mengurus daerahnya masing-masing

guna mewujudkan kesejahtaraan rakyat dan kemajuan pembanguna daerah. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa hakikat otonomi daerah yaitu :

• Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahan

sendiri, baik, jumlah, macam, maupun bentuk pelayanan masyarakat yang sesuai

kebutuhan daerah masing-masing.

• Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,

baik kewenangan mengatur maupun mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Dengan demikian, dari perspektif hukum, otonomi daerah sebagai hak, wewenang dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Istilah

otonomi daerah bukanlah hal baru bagi bangsa dan negara RI sebab sejak Indonesia merdeka

sudah dikenal dengan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID), yaitu lembaga yang

menjalankan pemerintahan daerah dan melaksanakan tugas mengatur rumah tangga

daerahnya.

Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani yang berarti auto, dan nomous. Auto berarti

sendiri, dan nomous berarti hukum atau peraturan. jadi, pengertian otonomi daerah adalah

aturan yang mengatur daerahnya sendiri. Pengertian otonomi daerah:

• Menurut UU No . 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Menurut Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah : Pengertian otonomi daerah

menurut kamus hukum dan glosarium otonomi daerah adalah kewenangan untuk

Page 6: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2)

• Menurut Encyclopedia of Social Scince, Pengertian otonomi daerah menurut

Encyclopedia of social scince adalah hak sebuah organisasi sosial untuk mencukupi

diri sendiri dan kebebasan aktualnya.

• Pengertian otonomi daerah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hak,

wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3)

4. Tujuan Otonomi Daerah - Maksud dan tujuan otonomi daerah adalah sebagai berikut:.

• agar tidak terjadi pemusatan dalam kekuasaan pemerintahan pada tingkat pusat

sehingga jalannya pemerintahan dan pembangunan berjalan lancar

• agar pemerintah tidak hanya dijalankan oleh pemerintah pusat, tetapi daerah pun dapat

diberi hak untuk mengurus sendiri kebutuhannya

• agar kepentingan umum suatu daerah dapat diurus lebih baik dengan memperhatikan

sifat dan keadaan daerah yang mempunya kekhususan sendiri.

5. Prinsip Otonomi Daerah - Prinsip ototnomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-

luasnya, prinsip otonomi yang nyata, dan berprinsip otonomi yang bertanggung jawab. Jadi,

kewenangan otonomi yang diberikan terhadap daerah adalah kewenangan otonomi luas, nyata

dan bertanggung jawab. Berikut prinsip-prinsip otonomi daerah...

• Prinsip otonomi seluas-luasnya, artinya daerah diberikan kewenangan mengurus dan

mengatur semua urusan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang

pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap bidang politik luar negeri, keamanan,

moneter, agamar, peradilan, dan keamanan. serta fiskal nasional.

2 Simorangkir, Kamus Hukum, Alumni Bandun.1989,h.23 3 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Bahasasa Indonesia, Jakarta, 2005,h..201.

Page 7: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

• Prinsip otonomi nyata, artinya daerah diberikan kewenangan untuk menangani urusan

pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada

dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan

kekhasan daerah.

• Prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian

otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Asas Otonomi Daerah menurut Pasal 20 UU No. 32 Tahun 2004. Penyelenggaraan

pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang terdiri atas sebagai

berikut.:

• Asas kepastian hukum adalah asas yang mengutamakan landasan peraturan perundang-

undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.

• Asas tertip penyelenggara adalah asas menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan

keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.

• Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan

cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

• Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informas yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggara

negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan

rahasia negara.

• Asas proporsinalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban

• Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode

etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 8: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

• Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Asas efisiensi dan efektifitas adalah asas yang menjamin terselenggaranya kepada

masyarakat dengan menggunakan sumber daya tersedia secara optimal dan

bertanggung jawab (efisiensi = ketepatgunaan, kedaygunaan, efektivitas = berhasil

guna).

Adapun penyelenggaraan otonomi daerah menggunakan tiga asas antara lain sebagai berikut...

• Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah

kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI

• Asas dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur

sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah

• Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa, dan

dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan,

sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan

pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.

Bedasarkan ssas kepastian hukum bahwa dalam setiap pengambilan kebijakan dan

penyelenggaraan pembangunan dalam segala aspeknya di daerah, maka para pemimpin

daerah harus mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu,

legislasi di daerah dalam bentuk Peraturan Daerah sangat dibutuhkan sebagai landasan

berpijak pemerintah daerah. Dalam kaitan ini termasuk sangat signifikan untuk penyusunan

naskah akademik Ranperda pengelolaan barang milik daerah provinsi Bali.

Naskah akademik Ranperda pengelolaan barang milik daerah provinsi Bali, tentunya

berfungsi sebagai pedoman yang memuat pokok-pokok pikaran terkait urgensi pengaturan,

Page 9: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

materi muatan, tujuan san sasaran pengaturan, pihak-pihak yang terkait yaitu unusr-unsur

pemerintah terkait yang dalam bahasa legislative draftingnya disebut Implementing Agency

dan piha-pihak (materi ) yang menjadi sasaran pengaturan dalam sebuah Ranperda. Naskah

akademik Ranperda pengelolaan barang milik daerah provinsi Bali tentunya terkait asset-

aset dan sumber daya yang diperlukan untuk kepentingan pemerintah daerah dan

pembangunan.

Aset merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau

dikuasai oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah

dan budaya.

Aset pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan dan non

keuangan. Aset keuangan mencakup kas, piutang dan investasi. Sedangkan asset

nonkeuangan terdiri dari aset yang dapat diidentifikasi dan yang tidak dapat

diidentifikasi . Aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi berupa aset berwujud

dan aset tidakberwujud. Aset berwujud berupa aset persediaan (aset lancar) dan aset tetap,

yang dalam peraturan perundang-undangan lebih dikenal dengan nama Barang Milik

Negara/Daerah, sebagaimana dimaksud penjelasan atas PP No. 6 tahun 2006. Aset

yang tidak dapat diidentifikasi dapat berupa sumber daya manusia (SDM), sumber

daya alam (SDA) dan lain-lain.

Salah satu elemen penting agar pengelolaan keuangan pemerintah daerah

berjalan secara efektif dan efisien adalah pengelolaan aset daerah. Aset yang

berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak hanya yang dimiliki oleh

Page 10: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

pemerintah daerah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai

pemerintah daerah dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi

pemerintah daerah.

Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan baik agar aset tersebut

dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan

kemampuan keuangannya. Namun jika tidak dikelola dengan semestinya, aset

tersebut justru menjadi beban biaya karena sebagian dari aset membutuhkan biaya

perawatan atau pemeliharaan dan juga turun nilainya (terdepresiasi) seiring waktu.

Tantangan bagi pengelolaan setiap jenis aset akan berbeda, bergantung

kepada karakter dari aset tersebut. Dan sistem pengelolaan yang diterapkan

haruslah merupakan prosedur yang disepakati bersama, antar pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, serta pihak-pihak yang terkait lainnya. Karena itu pengelolaan

aset daerah harus dilandasi oleh kebijakan dan regulasi yang secara lengkap

mencakup aspek penting dari pengelolaan finansial yang bijaksana, namun tetap

memberikan peluang bagi daerah untuk berkreasi menemukan pola yang paling

sesuai dengan kondisi dan budaya lokal sehingga memberikan kemaslahatan bagi

masyarakat.

Pengelolaan aset/barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional,

kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan

kepastian nilai (vide pasal 3 PP No. 6 tahun 2006).

Ruang Lingkup pengelolaan aset/barang milik daerah meliputi :

• Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

• Pengadaaan

• Penggunaan

Page 11: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

• Pemanfaatan

• Pengamanan dan pemeliharaan

• Penilaian

• Penghapusan

• Pemindahtanganan

• Penatausahaan

• Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Pemegang kekuasaan pengelolaan aset/barang milik daerah pada prinsipnya

adalah Kepala Daerah sebagai Kepala pemerintahan daerah. Kekuasaan pengelolaan

aset/barang milik daerah tersebut dilaksanakan oleh :

• Sekretaris Daerah (SEKDA) selaku Pengelola Barang Milik Daerah

• Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah

selaku pembantu pengelola

• Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna barang milik

daerah

• Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) selaku kuasa pengguna Barang Milik

Daerah

Baik pengelola maupun pengguna, masing-masing berdasarkan PP No. 6 Tahun

2006 dan Permendagri No. 17 Tahun 2007 telah diberikan tugas sendiri-sendiri

sebagai berikut :

Page 12: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Dalam rangka pengelolaan aset/barang milik daerah, Pengelola dan Pembantu

pengelola Aset/Barang Milik Daerah mempunyai tugas (vide Psl 5 ayat (4) PP No.6

Tahun 2006 dan vide Psl 6 ayat (2) dan ayat (3) Permendagri No. 17 Tahun 2007):

• Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah

• Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah

• Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang

milik daerah

• Mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang

milik daerah yang telah disetujui oleh Kepala Daerah

Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah :

• Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah

• Pembantu pengelola mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik

daerah yang ada pada masing-masing SKPD

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), selaku pengguna barang milik

daerah mempunyai tugas (vide Psl 8 ayat (2) PP No. 6 Tahun 2006 dan vide Psl 6

ayat (4) Permendagri No. 17 Tahun 2007) :

• Mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat

daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

• Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan

barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang

sah kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

• Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

Page 13: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

• Menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat

daerah yang dipimpinnya;

• Mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

• Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau

bangunan yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah

melalui pengelola;

• Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang

dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

• Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah

yang ada dalam penguasaannya; dan

• Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan

Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya

kepada pengelola.Sedangkan Kepala UPTD, selaku Kuasa pengguna barang milik

daerah mempunyai tugas:

• Mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang

dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan;

• Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

Page 14: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

• Menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang

dipimpinnya;

• Mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

• Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah

yang ada dalam penguasaannya; dan

• Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS)

dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam

penguasaannya kepada kepala satuan kerja perangkat daerah yang

bersangkutan.

Saat ini fungsi pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan oleh organisasi

yang terpisah dengan organisasi pengelolaan keuangan daerah. Dengan melihat

ketentuan bahwa pengelolaan barang milik daerah merupakan salah satu elemen

penting terhadap penilaian kinerja keuangan pemerintah daerah dengan penerapan

prinsip pengelolaan keuangan secara efektif dan efisien maka perlu dilakukan

penataan/penggabungan unit organisasi yang menangani pengelolaan keuangan dan

barang milikdaerah.

Dalam kenyataannya urusan dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi Bali

setiap tahunnya terus mengalami peningkatan baik dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan, dan kemasyarakatan, terlebih lagi dengan

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah. Peningkatan intensitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu disikapi dengan mengambil langkah dan kebijaksanaan yang terkoordinasi serta

Page 15: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

terpadu mengenai Pengelolaan Barang Milik Daerah. Pemerintah Provinsi Bali

mengelola barang yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari APBD, APBN

maupun sumber lain yang sah untuk digunakan oleh aparat dalam rangka pelayanan

publik dan kesejahteraan masyarakat.

Barang Milik Daerah merupakan kekayaan atau aset daerah yang harus

dikelola dengan baik agar dapat memberikan arti dan manfaat sebanyak-banyaknya,

dan tidak hanya sebagai kekayaan daerah yang besar tetapi juga harus dikelola

secara efisien dan efektif agar tidak menimbulkan pemborosan serta harus dapat

dipertanggungjawabkan.

Peraturan Daerah ini dijadikan pedoman dan landasan hukum terhadap

ketentuan Pengelolaan Barang Milik Daerah yang meliputi perencanaan kebutuhan

dan penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran,

penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian,

penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

pembiayaan dan tuntutan ganti rugi.

Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 551 ayat (1), Peraturan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah menyatakan ketentuan lebih lanjut

mengenai pengelolaan barang milik daerah diatur dengan Peraturan Daerah

yang berpedoman pada Peraturan Menteri ini;

Dalam ketentuan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

menyatakan Peraturan Daerah tentang pengelolaan barang milik daerah

yang telah ditetapkan agar menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini;

B.Isu Hukum.

Page 16: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Barang Milik Daerah memiliki fungsi yang sangat strategis dalam

penyelenggaraan pemerintahan tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sarat

dengan potensi konflik kepentingan. Oleh karema itu, perlunya pengelolaan barang

milik daerah propinsi Bali karena alasan :

1. Belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status

kepemilikannya

2. Belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca

Pemerintah.

3. Pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah.

4. Belum adanya persamaan persepsi dalam hal pengelolaan Barang milik

provinsi Bali.

C.Tujuan.

Tujuan penyusunan naskah akademik pengelolaan barang milik pemerinta provinsi

Bali. untuk mengkaji dan menganalisis pokok-pokok pemikiran-pandangan

pengaturan pengelolaan Barang Milik Daerah serta arah penyusunan pedoman

pelaksanaan di bidang pengelolaan BMD, sebagai tindaklanjut dari UU No. 1 Tahun

2004.

D. Metode dan Pendekatan.

1. Metode.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatf dengan pendekatan peraturan

perundang-undangan (statute approach), dan pendekatan konsep (conseptual approach) dan

pendekatan analisis ROCCIPI (rule, opportunity, comonication, capacity, interest, process,

ideology). Metode ROCCIPI ini merupakan, metode yang dipergunakan dalam melakukan

identifikasi masalah yang merupakan penyebab belum diaturnya pen

Page 17: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

ROCCIPI. merupakan akronim dari konsep-konsep sbb.:

- Rule : Peraturan

- Opportunity : Kesempatan

- Capacity : Kemampuan

- Communication : Komunikasi

- Interest : Kepentingan

- Process : Proses

- Idiology : Perilaku – sistim nilai.

ROCCIPI berfungsi secara normatif untuk melakukan identifikasi yang tepat baik

terhadap Pejabat-Pejabat Pemerintahan/ Pejabat yang terkait Pengelolaan Barang Milik

Daerah Provinsi Bali (Implementing Agency), dalam hal penggunaan wewenang

maupun tugas yang diemban. Fungsi lainnya dari pendekatan ini adalah untuk

melakukan pengamatan empirik guna memperkuat argumentasi dalam Naskah

Akademik sebagai justifkasi konseptual dan yuridis. Fungsi metode ROCCIPI dalam

pengkajian ini dipergunakan untuk mengidentifiakasi persoalan Pengelolaan Barang

Milik Daerah Provinsi Bali.

Fungsi Rule dalam metode ini untuk mengkaji peraturan perundang-undangan lain

yang mengatur tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah terutama yang berkaitan

dengan pengelolaan barang milik Provinsi Bali.

Dengan demikian analisis kategori peraturan (rule) dimaksudkan untuk memberikan

pembenaran mengenai perlunya Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah Provinsi Bali.

Opportunity (kesempatan), kevakuman hukum atau kurang memedainya pengauran

terkait Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali sebagai akibat tidak

adanya/kurang jelasnya pengaturan tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi

Bali.

Page 18: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Capacity (kemampuan), konsekuensi dari kevakuman hukum (belum memadainya

pengaturan) mengenai, Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali berpotensi

menimbulkan ketidak pastian hukum dan ketidak jelasan barang-barang milik daerah

propinsi Bali yang harus diatur sehingga berpotensi menimbulkan masalah hukum.

Communication (komunikasi), dengan adanya komunikasi dua arah antara dinas-dinas

di jajaran pemerintah daerah provinsi Bali maupun dengan barang milik daerah

kabupaten /kota,sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dalam penataan dan

perlindungan Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali.

Interest (kepentingan), dengan adanya Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah Provinsi Bali, maka akan mencapai kejelasan kepemilikan barang

antara provinsi Bali dengan kepemilikan banga milik kabupaten/kota.

Process (proses), alasan perlunya Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah Provinsi Bali, merupakan jaminan atas kepastian kepemilikan barang antara

milik pemerintah provinsi Bali maupun dengan pemerintahan kabupaten dan kota.

Ideology (perilaku – sistem nilai), kevakuman hukum /ketidak jelasan peraturan

mengenai Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali maupun barang-barang

milik kabupaten/kota di propinsi ini, sehingga perbedaan penafsiran secara

institusional; akan dapat diatasi.

Dengan demikian tahapan-tahapan deskripsi dari masing-masing kategori ROCCIPI,

merupakan alat ukur yang dipergunakan untuk menilai, mengevaluasi, menjelaskan dan

menarik solusi yang berkaitan dengan pentingnya pengaturan dalam Perda tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali. Pendekatan ROCCIPI dalam penelitian

tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali, juga bertujuan untuk melakukan

indentifikasi terhadap masalah praktek pengelolaan barang sebelum rencana penerbitan

Ranperda Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali.

Oleh sebab itu, tipe penelitian ini adalah penelitian normatif yang mefokuskan

Page 19: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Kajiannya pada pembentukan Perda terkait Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi

Bali.

Bahan hukum Penelitian ini meliputi :

i. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum mengikat yaitu peraturan

perundang-undangan, khususnya UUD Negara Republik Indonesia tahun

1945, Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

ii. Bahan Hukum Sekunder berupa buku perpustakaan,hasil pengkajian, hasil

pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan obyek penelitian, dan informasi

resmi dai instansi-instansi pemerintahan yang berkaitan dengan

pengelolaan barang milik daerah provinsi Bali.

iii. Bahan Hukum tersier, Ranperda, kamus, ensiklopedi, internet, dan surat

kabar.

Page 20: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN ANALISIS PERMASALAHAN

Landasan Teoritis.

Teori Negara Hukum dan Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

1. Konsep Negara Hukum

Republik Demokratik Timor Leste merupakan negara hukum, menurut Frderik Julius

Sthall, dalam Yohanes Usfunan, suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum

(Rechtsstaat) bila memenuhi syarat : 4)

a. Asas legalitas

b. Pembagian kekuasaan

c. Hak asasi manusia (HAM)

d. Pengawasan Pengadilan (peradilan administrasi).

Unsur pertama mensyaratkan bahwa setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan

atas hukum. Dalam hal ini Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku membatasi

kekuasaan penguasa dalam menjalankan fungsinya. Pembentukan ranperda tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali bertujuan untuk menjadikan Ranperda

tersebut sebagai dasar hukum untuk melegitimasi penggunaan wewenang di jajaran

pemerintah daerah provinsi Bali dalam mengelola barang milik daerah provinsi ini.

Dengan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali,

maka hal itu juga bertjuan membatasi wewenng para pejabat pemerintah daerah agar dapat

menghindari tindakan yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan wewenang yang

menimbulkan tindak pidana korupsi.

Dalam upaya mencegah penyalahgunaan wewenang dan kesewenang-wenangan oleh

pejabat pemerintah daerah, maka eksistensi Perda tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah,

4. Yohanes Usfunan, Hukum,HAM dan Pemerintahan, Udayana University Press..2015, h.170.

Page 21: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

menunjukkan secara jelas bahwap Perda ini bertujuan untuk melindung hak-hak asasi

manusia orang Bali, sehingga pengelolaan barang milik daerah dipergunakan secara maksimal,

efiseien dan sebaikbaiknya untuk kesejahteraan rakyat. Ciri-ciri negara hukum yang

dideskripsikan di atas merupakan konsep negara hukum” (Rechtstaat).

Oleh karena itu, untuk melengkapi ciri-ciri negara hukum tersebut, dideskirisikan juga negara

hukum versi Negara-nagara anglo saxon (negara common law ) yang dikenal dengan Rule of

Law, sebagaimana dikemukakan, A.V Dicey yang unsur-unsurnya meliputi:

Supreme of law.

Equality before the law

Human Rights Protection. 5)

Syarat pertama sesungguhnya sama hakekatnya dengan asas legalitas dalam

konsep rechts staat. Sedangkan syarat kedua yaitu persamaan dimuka hukum dan

pemerintahan (equality before the law) dan perlindungan hak asasi manusia

(Fundamental human rights protection) yang merupakan syarat ketiga dari konsep the rule of

law pada dasarnya sama artiya dengan perlindungan sebagai mana disyaratkan dalam syarat

ketiga dalam keonsep rechs staat. Atas dasar itu, mendiskripsikan kedua konsep Negara

hukum menurut system hukum Eropah continental dan anglosaxon bertujuan untuk

menampilkan suatu pembahasan yang lengkap dalam naskah akademik Peraturan Daerah

Pengelolaan Barang Milik Daerah Propivinsi Bali.

Cita Hukum

Cita hukum (rechtsidee) sebagaimana dikemukakan, Rudolf Stampler, 6 ) pada

dasarnya berintikan prinsip keadilan dan kepastian hukum, sehingga dalam kaitan ini

relevan untuk dipergunakan sebagai dasar pembenaran filosofis dalam penyusunan naskah

akademik Peraturan Daerah Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali. Kepastian

hukum berhubungan erat dengan kejelasan terminologi dalam pasal-pasal Peraturan Daerah

Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali. Kepastian hukum juga berkaitan dengan

6 Yohanes Usfunan, HAM Politik Kebebasan Berpendapat, Universitas Udayana Press,2011,hal.99.

Page 22: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

kejelasan dalam Perda ini, seperti kejelasan dalam perumusan istilah dan definisi sehingga

dalam Perda ini, diharapkan dapat menjamin adanya kepastian hukum.

Kepastian hukum merupakan salah satu unsur penting yang tidak bisa terlepas dari asas

legalitas dalam konsep negara hukum. Dalam kaitan ini Sudargo Gautama,7) memaknai asas

legaliteit dari dua sisi yakni:

Pertama, dari sisi warga negara sebagai kelanjutan dari prinsip pembatasan

kekuasaan negara terhadap perseorangan adalah bahwa pelanggaran

terhadap hak-hak individual itu hanya dapat dilakukan apabila

diperbolehkan dan berdasarkan peraturan-peraturan hukum.

Kedua, dari sisi negara yaitu bahwa tiap tindakan negara harus berdasarkan

hukum. Peraturan perundang-undangan yang diadakan terlebih dahulu

merupakan batas kekuasaan bertindak negara.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam asas legalitas terkandung suatu

kepastian hukum. Sebab asas legalitas menentukan segala tindakan pemerintah harus sesuai

dan berdasarkan hukum sebagai jaminan atas kepastian hukum.

Cita hukum atau rechstidee sebagaimana dicatat oleh Yohanes Usfunan

sebagai berikut :8) “dalam masyarakat yang menganut filsafat yang bukan liberal,

hukum dibatasi atau ditentukan oleh dua penyangga yaitu keadilan dan kepastian. Di

atas penyangga itu disusun tertib masyarakatnya dan dalam bentuknya yang

moderen hukum itu dibentuk berdasarkan ide perubahan (change) dan stability.

Tertib masyarakat itu dituangkan dalam suatu organisasi rasional yang mengikuti

petunjuk dan ajaran negara hukum. Dalam negara hukum itu ditentukan segala

sesuatunya atas dasar ide hukum atau rechtsidee yang dalam intinya menyandarkan

diri pada keadilan dan kepastian.”

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

6 Ibid, h. 63. 7 Sudargo Gautama, 1973, Pengertian Tentang Negara Hukum, Liberty Yogjakarta, hal. 9

8 Yohanes Usfunan, 1998, Kebebasan Berpendapat Di Indonesia, Disertasi, Program Pasca sarjana Unair Surabaya, Selanjutnya disebut Yohanes Usfunan III, hal.176

Page 23: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Peraturan Perundang-undangan terkait dengan pembentukan peraturan perundang-

Undangan, maka undang-undang yang satu ini mengatur secara jelas tentang asas-

asas Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Dalam ketentuan Pasal 5 menentukan,dalam membentuk Peraturan Perundang-

undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan yang baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

Pasal 6

(1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhinneka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Page 24: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

(2) Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan

Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum

Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan..

Yang dimaksud dengan “asas kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. “asas

kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat” adalah bahwa setiap jenis Peraturan

Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan

Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat

dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak

berwenang.

Sedangkan pengertian, asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan”

adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan.

Asas dapat dilaksanakan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di

dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Asas kedayagunaan dan

kehasilgunaan mengandung arti bahwa, setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena

memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Sebaliknya, asas kejelasan rumusan menentukan, bahwa setiap

Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan

Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan

mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam

pelaksanaannya.

Sedangkan asas keterbukaan menentukan, bahwa dalam Pembentukan Peraturan

Perundangundangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh

Page 25: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan

dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Penjelasan Pasal 6 Ayat (1), menentukan yang dimaksud dengan “asas pengayoman”

adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi

memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat. Asas kemanusiaan”

adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan

pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga

negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. Yang dimaksud dengan “asas

kebangsaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus

mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan”

adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan

musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

Makna asas kenusantaraan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-

undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi

Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem

hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Sedangkan yang dimaksud dengan “asas bhinneka tunggal ika” adalah

bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman

penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan

Perundangundangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga

negara. Huruf h Yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintahan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh

memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku,

ras, golongan, gender, atau status sosial. Asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa

Page 26: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban

dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

Makna asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” adalah bahwa setiap Materi

Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan

keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.

Sedangkan, asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang

bersangkutan”, antara lain: a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada

hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah; b.

dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan,

kebebasan berkontrak, dan itikad .

Asas-asas hokum lainnya yang berfungsi sebagai justifikasi penyusunan

Naskah Akademik Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pemerintah Provinsi Bali meliputi :

1. Azas Fungsional.

Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan

BMD dilaksanakan oleh pengelola dan/atau pengguna BMD sesuai fungsi,

wewenang, dan tangung jawab masing-masing.

2. Azas kepastian hukum.

Pengelolaan BMD harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan

perundang-undangan, serta azas kepatutan dan keadilan.

3. Azas transparansi (keterbukaan).

Penyelenggaraan pengelolaan BMD harus transparan dan membuka diri terhadap

hak dan peran serta masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar dan

keikutsertaannya dalam mengamankan BMD

4. Efisiensi

Page 27: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Penggunaan BMD diarahkan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang

diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan Tupoksi pemerintahan secara

optimal.

5. Akuntanbilitas publik

Setiap kegiatan pengelolaan BMD harus dapat dipertaggungjawabkan kepada

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.

6. Kepastian nilai

Pendayagunaan BMD harus didukung adanya akurasi jumlah dan nominal BMD.

Kepastian nilai merupakan salah satu dasar dalam Penyusunan Neraca

Pemerintah dan pemindahtanganan BMD.

Secara hakiki pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan salah satu unsur

penting penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam kerangka NKRI untuk

mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara sebagaimana diamanatkan

dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, pengelolaan Barang Milik Daerah

perlu ditata secara baik dan cermapr berdasarkan perturan perundang-undangan

yang berlaku untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan dimaksud.

Secara yuridik, dasar dalam pengelolaan Barang Milik Daerah, berdasarkan

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Sesuai amanat Pasal 18A UUD 1945,

Pasal 2d, 2e dan 2f Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

dan Pasal 2 Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , yang

menyatakan bahwa hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

merupakan hal yang penting dan strategis dalam rangka pengelolaan keuangan negara. Hal

tersebut mengingat peta pengelolaan keuangan mengikuti kewenangan yang telah diserahkan

kepada daerah dimana jumlah dana yang disalurkan ke daerah melalui pos Belanja Untuk

Daerah dalam APBN cenderung meningkat setiap tahunnya.

Page 28: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Sampai dengan saat ini, belum efektifnya unit kerja di lingkungan Pemerintah Pusat

yang ditugaskan menangani secara khusus pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah secara terpadu., maka Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan (DJPK) Departemen Keuangan merupakan pengabungan dari beberapa unit eselon

II dari Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK) Badan Pengkajian

Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional (BAPPEKI) sebagaimana tertuang dalam

Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2006 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I

Kementerian Negara Republik Indonesia. Dengan terbentuknya unit baru tersebut diharapkan

kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintahan Daerah dapat lebih focus dan terarah sejalan dengan skenario (road map)

yang telah dicanangkan.

Secara idealistic visi dalam mengemban tugas dan fungsi, DJPK mempunyai Visi :

”Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan Daerah Berkelas Dunia Yang Adil dan

Transparan.” Guna mewujudkan Visi yang telah ditetapkan tersebut, DJPK melaksanakan

Misi sebagai berikut :

• Mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah yang

transparan dan akuntabel.

• Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan

daerah yang efektif.

• Menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah yang akurat, transparan, dan

tepat waktu.

• Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah..

Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK) Badan Pengkajian

Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional (BAPPEKI) berwenang:

Page 29: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

• Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sesuai dengan kebijakan

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

• Menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, pemantauan,

analisis, dan evaluasi di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.

• Menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi dan fasilitasi, perhitungan alokasi,

standardisasi, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang belanja untuk

daerah (Dana Perimbangan dan Dana Otonomi khusus).

• Menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, pemantauan, dan

evaluasi di bidang pinjaman, hibah dan kapasitas daerah

• Menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, pemantauan, dan

evaluasi pendanaan daerah serta penyelenggaraan informasi keuangan daerah.

• Memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

Sebagai suatu negara yang berdaulat, berdasarkan hukum, dan menyelenggarakan

pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem pengelolaan keuangan harus sesuai

dengan aturan pokok yang ditetapkan dalam Undang – undang Dasar 1945 Bab VIII perihal

Keuangan Negara. Selama ini dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara masih

digunakan ketentuan perundang – undangan yang disusun pada pemerintahan kolonial Hindia

Belanda yang diberlakukan berdasarkan Aturan Peralihan Undang – undang Dasar 1945.

Peraturan perundang – undangan tersebut mempunyai berbagai kelemahan yang dapat

menyebabkan terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dan tidak dapat mengakomodasi

berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan

keuangan pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Page 30: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Dalam upaya menghilangkan penyimpangan dan mewujudkan sistem pengelolaan

fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan

dalam Undang – undang Dasar dan azas – azas umum yang berlaku secara universal dalam

penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang – undang yang mengatur

pengelolaankeuangannegara.

Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara adalah dari sisi

obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud keuangan negara meliputi

semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. Dari sisi subyek yang

dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh obyek yang dimiliki negara, dan/atau

dikuasai oleh pemerintahan pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan

lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup

seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan dengan pengelolaan obyek, mulai dari

perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari

sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang

berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahannegara.

. Azas – azas umum yang terkait pengelolaan keuangan negara,yaitu :

(1). Azas tahunan,

(2). Azas universalitas,

(3). Azas kesatuan,

(4). Azas spesialitas.

Selain asas-asas di atas, asas yang berkaitan dengan penerapan kaidah yang baik

dalampengelolaankeuangannegara,antaralainmeliputi:

Azasakuntabilitasberorientasipadahasil.

Page 31: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Azas profesionalitas,

Azasproporsionalitas

Azas keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara..

Azas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri

Dengan dianutnya azas – azas umum tersebut di dalam undang – undang tentang keuangan

negara, maka pelaksanaan undang – undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi

manajeman keuangan negara sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan

pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan NegaraPresiden selaku kepala pemerintahan

memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintah. Untuk membantu presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian

kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil

Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementrian

Negara/lembaga yang dipimpinnya. Pada hakekatnya menteri keuangan adalah Chief Financial

Officer (CFO) sementara setiap menteri/pimpinan lembaga adalah Chief Operational Officer

(COO)

Dalam hubungan dengan pemerintah daerah, undang – undang ini menegaskan adanya

kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah.

Undang – undang ini mengatur pula perihal penerimaan pinjaman luar negeri pemerintah.

Dalam hubungan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan

swasta, dan badan pengelola dana masyarakat ditetapkan bahwa pemerintah dapat memberikan

pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan

negara/daerah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Page 32: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara pada dasarnya sebagai salah satu

upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Negara, adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang

memenuhi prinsip – prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi

pemerintah yang telah diterima secara umum. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan

keuangan negara menteri/pimpinan lembaga/gubernur/ bupati/walikota selaku pengguna

anggaran/pengguna barang bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan

dalam undang – undang tentang APBN/Peraturan daerah tentang APBD, dari segi

manfaat/hasil (outcome). Sebagai konsekuensinya, dalam undang – undang ini diatur sanksi

yang berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/ gubernur/bupati/walikota serta pimpinan unit

organisasi kementrian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang terbukti melakukan

penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam undang – undang tentang

APBN/Peraturan daerah tentang APBD. Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku

universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan, dan

membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggungjawab

secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk

mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud

merupakan unsur pengendalian intern yang andal.

UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kosidaerans.

Dalam mengemban tugas dan fungsi, DJPK mempunyai visi : ”Menjadi Pengelola Hubungan

Fiskal Pusat dan Daerah Berkelas Dunia Yang Adil dan Transparan.”

Guna mewujudkan Visi yang telah ditetapkan tersebut, DJPK melaksanakan Misi sebagai

berikut :

• Mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel.

• Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif.

• Menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah yang akurat, transparan, dan tepat waktu.

Page 33: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

• Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah..

Pengelolaan Barang Milik Daerah yang efektif sangat ditentukan oleh

pnegaturan yang memadai sebagai dasar hukum untuk melakukan legitimasi,

termasuk Perda Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Page 34: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan Penyusunan

Naskah Akademik ini meliputi:

1.Undang–Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 1649);

2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

3.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3815);

4.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

5.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4355);

6.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan

Page 35: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589) sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

8.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3573);

9.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha/Hak Guna

Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49,

Page 36: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5533);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penjualan Barang

Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 305, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5610);

15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana

dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan............................

16.Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan

MenteriDalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan

Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah;16.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita

Negara Republik Indonesia Nomor 547 Tahun 2016);

Page 37: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

17.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1992 tentang

Pemakaian Tanah yang Dikuasai oleh Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali

(Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun 1992 Nomor 398 Seri C

Nomor 4);

18.Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2006 tentang Tata Cara Tuntutan

Ganti Kerugian Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2006 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4);

19.Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pengeloaan Barang

Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2007 Nomor ...., Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor ....);

20.Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 7 Tahun 2009 tentang Perubahan Peraturan

Daerah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pengeloaan Barang Milik Daerah

(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor ...., Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Bali Nomor ....);

Page 38: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

Selanjutnya syarat-syarat penyusunan Perda paling penting adalah terpenuhinya 3 (tiga)

unsur/landasan utama yaitu:

a.landasan filosofis,

b.landasan sosiologis dan

c.landasan yuridis.

1. Landasan filosofi adalah landasan yang berkaitan dengan dasar atau ideologi negara, yaitu

nilai-nilai (cita-hukum) yang terkandung dalam Pancasila selain terkandung dalam ajaran

nilai (aksiologi hukum).

Landasan filosofis pembentukan Ranperda Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah

Provinsi Bali, merupakan bentuk letigimasi terhadap pemerintah provinsi Bali dalam

melakukan pengelolaan barang milik daerah pemerintah provinsi Bali.

Secara filosofis, Ranperda Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Provinsi Bali

secara aksiologi bertujuan untuk mewujudkan pengelolan barang milik daerah untuk

kemajuan pembangunan daerah, kesejahteraan masyarakat, mewujdukan keadilan dan

kepastian hukum.

2. Landasan sosiologis adalah landasan yang berkaitan dengan dukungan masyarakat

terhadap Ranperda ini, untuk kepentingan masyarakat dan akselerasi pembangunan.

Dukungan masyarakat terhadap Ranperda Pengelolaan Barang Milik Pemerintah Daerah

Provinsi Bali, akan menjadi daya mengikat secara efektif, karena keterlibatan dan

dukungan masyarakat.

Landasan Sosiologis pembentukan ranperda ini bertujuan untuk menampung aspirasi

masyarakat dan sekaligus melegitimasi peran serta masyarakat.

3.Landasan yuridis adalah yang menjadi dasar kewenangan pembentukan peraturan

Page 39: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

perundang-undangan agar tidak bertentangan baik secara vertikal maupun horizontal.

Landasan yuridis dalam pembentukan ranperda ini sebagai jaminan kepastian hukum bagi

pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pemerintah Provinsi Bali mengacu pada:

a. 1.Undang–Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara

Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

b. 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2043);

c. 3.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 75, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815);

d. 4.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

e. 5.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Perturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 40: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4389);

7.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5589) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

8.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438);

9.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049).

10.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna

Usaha/Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (Lembaran Negara

Page 41: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3643);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 92, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5533);

15.Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penjualan

Barang Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan

Dinas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

305, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Page 42: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

5610);

16.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang

Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana

Kerja Pemerintahan Daerah;

17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia

Nomor 547 Tahun 2016);

18.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1992

tentang Pemakaian Tanah yang Dikuasai oleh Pemerintah Propinsi Daerah

Tingkat I Bali (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun

Nomor 398 Seri C Nomor 4);

19.Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Tuntutan Ganti Kerugian Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun

2006 mor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4);

20.Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2007 tentang

Page 43: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

Pengeloaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun

2007 Nomor ...., Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor ....);

21.Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 7 Tahun 2009 tentang Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pengeloaan Barang Milik

Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor ...., Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor ....);

Page 44: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

BAB V

JANGKAUAN ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP

a.Jangkauan.

Hal-hal mendasar yang menjadi isi rancangan peraturan darah ini adalah:

1. Pengaturan Kewenangan Gubernur,Pajabat lain dan Instansi terkait. Jaminan

kepastian hukum

2. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan barang milik Pemerintah Daerah Propvinsi

Bali.

3. Mewujudkan penyelenggaran pemerintah yang baik berciri:

a. partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan

pembangunan melalui keikutsertaan masyarakat dan DPRD.

b. Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah diarahkan untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan, ketertiban dan tatakelola pemerintahan yang baik.

c. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan secara transparan dan

bertanggungjawab (akuntabel) kepada masyarakat.

4. Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab secara tegas dan jelas.

b. Arah Pengaturan.

Pengaturan dalam Perda ini diarahkan/difokuskan untuk mengatur secara jelas hal-hal

mendasar yang meliputi :

1. Tugas dan Wewenang

2. Koordinasi

3. Pengawasan

4. Prosedur

5. Pengenaan sanksi

Page 45: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

6. Hak dan Kewajiban

7. larangan – Larangan

c.Ruang lingkup.

Untuk merumuskan, ruang lingkup Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang

Milik Pemerintah Daerah Provinsi Bali meliputi:

1. Pengertian, maksud dan tujuan, asas-asas, lingkup BMD;

2. Pejabat pengelolaan BMD, yang berkedudukan sebagai pengelola, dan

pengguna BMD beserta hak dan kewajibannya);

3. Perencanaan Kebutuhan dan Pengadaan, yang terkait dengan perencanaan

kebutuhan BMD dan perolehan (kegiatan atau proses suatu kekayaan/barang

menjadi BMD), terutama yang berasal dari pengadaan;

4. Penguasaan, Penetapan Status dan Penggunaan, mengenai ketentuan

penetapan BMD pihak yang berhak menggunakan dan batasan hak,

kewenangan dan kewajiban dalam penggunaan BMD.

5. Pemanfaatan, yang berisi tentang ketentuan pemanfaatan BMD, pihak yang

berhak menentukan pemanfaatan BMD, dan batasan hak, kewenangan dan

kewajiban dalam pemanfaatan BMD;

6. Pengamanan, yang berisi tentang pengaturan pengamanan dari segi

administrasi, hukum dan fisik;

7. Penilaian, tentang ketentuan mengenai penilaian BMD dalam rangka

pemanfaatan, pemindahtanganan, dan pelaporan BMD;

8. Penghapusan, mengenai pertimbangan penghapusan, tindak lanjut

penghapusan, dan prosedur penghapusan;

Page 46: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

9. Pemindahtangan, mengenai ketentuan-ketentuan mengenai penjualan,

pertukaran, hibah, penyertaan pemerintah atas BMD;

10. Penatausahaan, pengaturan tentang pendataan atas seluruh kekayaan yang

ada pada seluruh kementerian negara/lembaga baik di lingkungan

Pemerintah Pusat dan kekayaan yang ada pada pihak lain, misalnya BUMN

dan Badan Usaha lainnya; kegiatan pencatatan dan pembukuan; dan kegiatan

pelaporan;

11. Pengawasan/Pengendalian, pengaturan tentang pengawasan atau

pengendalian atas penggunaan, pemanfaatan dan pemindahtanganan BMD;

12. Sanksi/Tuntutan Ganti Rugi terkait dengan pengelolaan BMD.

13.pejabat pengelola barang milik daerah;

a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b. pengadaan;

c. penggunaan;

d. pemanfaatan;

e. pengamanan dan pemeliharaan;

f. penilaian;

g. pemindahtanganan;

h. pemusnahan;

i. penghapusan;

j. penatausahaan;

k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

l. pengelolaan barang milik daerah pada SKPD yang

menggunakan pola pengelolaan keuangan Badan

Layanan Umum Daerah:

Page 47: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

m. barang milik daerah berupa rumah negara; dan ganti

rugi dan sanksi.

14.Barang Milik Daerah dari APBD.

a. barang milik daerah yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBD; atau

b. barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya

yang sah.

15.Barang milik daerah yang dilarang untuk digadaikan/dijaminkan

untuk mendapatkan pinjaman atau diserahkan kepada pihak lain

sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah daerah.

16.Barang milik daerah yang tidak dapat disita sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

17.Barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah

yang dilengkapi dokumen perolehan.

18.Barang milik daerah yang bersifat berwujud maupun tidak berwujud.

19.Barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah,

meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau

yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau

e. barang yang diperoleh kembali dari hasil divestasi atas

penyertaan modal pemerintah daerah.

Page 48: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

20.Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak lain berasal dari:

a. kontrak karya;

b.kontrak bagi hasil;

c.kontrak kerjasama;

d.perjanjian dengan negara lain/lembaga internasional; dan

e.kerja sama pemerintah daerah dengan badan usaha dalam

penyediaan infrastruktur.

Page 49: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

BAB VI

MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN

BARANG MILIK PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BALI

Materi muatan dalam Naskah Akademik tentang Pengelolaan Barang Milik Pemerintah

Daerah Provinsi Bali, terkait dengan pejabat-pejabat pemerintah daerah provinsi yang dalam

bahasa legislative draftingnya disebut sebagai lembaga pelaksana (Implementing Agency)

dam pihak-pihak lain yang berkaitan dengan sasaran pengaturan /pemangku kepentingan (Role

Occupant).

Lembaga Pengedandali/Pelaksana meliputi:

1. Gubernur

2. Bupati ???

3.Kepala Dinas …??.

a. Kepala Dinas ..??

b. Kepala Dinas ..??

c. KSP

d. Satpol PP

e. Dll. ??

Identifikasi pejabat-pejabat pemerintahan daerah provinsi Bali tersebut sesuai

wewenangnya masing-masing akan akan melakukan pengendalian, pengawasan dan

pelaksanaan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan pengelolaan barang milik pemerintah

daerah propinsi Bali.

Selain pejabat – pejabat pemerintahan yang dikategori sebagai implementing agency,

juga mereka mereka yang diidentifikasi sebagai pihak – pihak yang menjadi sasaran

pengaturan (role occupant) yaitu :

a. Individu.

Page 50: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

b. Kelompok Masyarakat.

c. Pengusaha.

d. Kontraktor.

e. Pengelola Barang.

f. Pengguna Barang.

g. Dewan Pengelola Barang.

h. Dewan Pengguna Barang.

i. Penghuni rumah Negara.

j. Penyewa Barang.

k. Peminjam Barang.

l. Pemohon Pengguna Barang.

Relevansi identifikasi Pejabat Pemerintahan yang dalam bahasa Legislative Drafting

disebut sebagai Implementing Agency untuk menentukan tugas, wewenang, koordinasi,

pengawasan, prosedur, pengenaan sanksi yang menjadi tanggungjawab pejabat – pejabat

pemerintahan tersebut. Sedangkan pengaturan dalam rancangan peraturan daerah tentang

pengelolaan barang milik pemerintah daerah provinsi Bali yang berkaitan dengan Role

Occupant, pengaturannya diarahkan untuk memposisikan,hak, kewajiban, dan larangan –

larangan yang harus dipatuhi.

Page 51: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

BAB VII

PENUTUP

A.Kesimpulan.

Cara dan sistem pengelolaan barang milik daerah provinsi Bali harus

merupakan prosedur yang disepakati bersama, antar pemerintah pusat

dan pemerintah daerah serta pihak-pihak yang terkait lainnya.

Pengelolaan aset daerah harus dilandasi oleh kebijakan dan regulasi yang

lengkap sesuai kondisi dan budaya lokal sehingga memberikan

kemanfaatan bagi masyarakat.

Hakekat Pengelolaan Barang Milik Daerah untuk mewujudkan cita-cita

mewujudkan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana

disebutkan dalam pembukaan UUD 1945.

Pengelolaan Barang Milik Daerah perlu bendasarkan pengaturan yang

memadai dalam Perda.

B.Saran

Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah

yang lebih efektif, efisien, akuntabel dan transparan, maka diperlukan Perda

tentang pengelolaan barang milik daerah dengan cara :

1) penataan peraturan harmonisasi peraturan perundangan-undangan,

2) penataan kelembagaan,

3) penataan sistem pengelolaan barang milik daerah,

Page 52: NASKAH AKADEMIK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH …

4) Pengembangan sumber daya manusia di bidang pengelolaan Barang Milik

Daerah.

5) Pengaturan Dalam Perda Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Bali

Perlu mengatur :

Perencanaan yang mencakup, perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penggunaan barang.

Penataan tata usaha yang meliputi inventarisasi, penilaian, pembukuan

dan prosedur dan cara pelaporan.

Peningkatan produktivitas meliputi, pengamanan dan pemeliharaan,

pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan,

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian barang milik daerah.

Denpasar, 26 Juli 2017

Tim Penyusun Naskah Akademik Pengelolaan Barang Milik

Pemerintah Daerah Provinsi Bali

Fakultas Hukum Universitas Udayana

Koordiantor,

Prof.Dr.YOHANES USFUNAN, Drs.,SH.,MH