narasi omsp
-
Upload
nasrudinscriber -
Category
Documents
-
view
44 -
download
0
description
Transcript of narasi omsp
-
1
2. Latar Belakang.
a. Umum.
1) Operasi pembebasan sandera kapal MV Sinar Kudus adalah sebuah
operasi untuk membebaskan dan menyelamatkan awak kapal MV Sinar
Kudus yang disandera oleh perompak di Perairan Somalia pada tahun 2011.
Kapal MV Sinar Kudus merupakan kapal niaga milik PT Samudra Indonesia
(Persero) yang berbobot 8.911 ton dengan jumlah Anak Buah Kapal (ABK)
20 orang dan membawa feronikel yang kemudian dibajak oleh perompak
Somalia di Perairan Somalia, tepatnya di sekitar 350 mil laut tenggara Oman,
pada tanggal 16 Maret 2011 dalam perjalanan menuju Belanda.
Pembebasan ini dilakukan oleh Satgas Merah Putih dengan tujuan untuk
menyelamatkan awak kapal MV Sinar Kudus dengan melibatkan dua kapal
fregat, KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Yos Sudarso-353,
satu kapal LPD KRI Banjarmasin-592 dan satu helikopter, sea riders dan
LCVP. Satgas Merah Putih dibawah pimpinan Kolonel Laut (P) M.
Taufiqurochman dibantu oleh Danyon Ban Sat 801 Gultor Letkol Infanteri
Sabri, Danden Jaka Kolonel Marinir Suhartono dan pilot Boeing 474 400
Letkol Penerbang Ronald R Siregar. Personel yang dikerahkan berasal dari
Kopassus, Korps Marinir dan Kopaska.
2) Operasi Militer Selain Perang (OMSP) atau Military Operation Other
than War menurut Joint Pub 3-07 tahun1995, merupakan aktivitas instrumen
militer sebagai kekuatan nasional yang digunakan untuk tujuan selain
operasi pertempuran dalam rangka memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa Indonesia dan tugas-tugas lain sesuai dengan aturan
perundangan yang berlaku. OMSP yang dilakukan oleh TNI untuk
menghadapi ancaman yang sangat komplek, secara aktif dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia
sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan
Operasi Militer Selain Perang oleh TNI AL salah satu diantaranya adalah
Operasi Pembebasan KM. Sinar Kudus di Perairan Somalia tahun 2011.
-
2
3) Dalam pelaksanaan Operasi Pembebasan KM. Sinar Kudus tersebut
terdapat hal-hal yang bisa dipetik oleh TNI AL sebagai pelajaran terutama
tentang aspek penyelenggaraan operasi, dukungan administrasi dan logistik
serta komando dan pengendalian yang berguna bagi penugasan TNI AL
dalam melaksanakan tugas OMSP di kemudian hari.
b. Kronologis Kejadian1.
1) Pra Kejadian
a) Pada 16 Maret 2011, KM Sinar Kudus dibajak pada posisi
13.37,78 N/59.03,88E. Kapal itu kemudian oleh perompak Somalia
dijadikan mother ship untuk beroperasi hingga ke utara sampai ke
teluk Oman.
b) Pada 17 Maret 2011 Presiden menerima laporan terkait
penyanderaan WNI oleh perompak Somalia.
c) Pada 18 Maret 2011 pukul 11.00 WIB, Presiden memberikan
arahan operasi untuk pembebasan sandera.
d) Pada 18 Maret 2011 pukul 14.00 WIB, Rapat khusus
Polhukam (Menkopolhukam, Penglima TNI dan Kapolri) untuk
membahas cara bertindak, antara lain :
(1) Membebaskan kapal dengan operasi khusus bila kapal
sedang di laut.
(2) Menyiapkan rencana cadangan bila kapal telah lego
jangkar, dengan mempelajari dan mempertimbangkan
perkembangan situasi terakhir.
(3) Mengirim 2 kapal fregat dan pasukan khusus.
e) Pada 19 Maret 2011, menerima persetujuan dari Presiden SBY
tentang kekuatan yang akan dilibatkan. Kekuatan itu terdiri dari : 2
1 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/05/22/llllhe-kisah-pembebasan-mv-sinar-kudus-versi-
presiden-sby diakses pada 30 - 06 2014 pukul 06.10
-
3
KRI, 1 Helikopter, pasukan khusus (Marinir, Kopassus, Kostrad dan
Kopaska).
f) Pada 20 Maret 2011, penyiapan kapal dan pasukan.
g) Pada 21 Maret 2011, Paparan rencana operasi dan keputusan
Presiden:
(1) Dua KRI Frigat dengan 1 helikopter diberangkatkan dari
Jakarta.
(2) Pasukan khusus diberangkatkan dari Jakarta
menggunakan pesawat TNI AU dan bergabung dengan kapal
di Kolombo.
(3) Komando dan pengendali oleh Gugus Tempur Laut
Armada Kawasan Barat dan keputusan akhir oleh Presiden.
(4) Pembebasan dilakukan, diutamakan pada saat kapal
berlayar.
2) Kejadian
a) Pada 23 Maret 2011 pukul 18.00: 2 KRI dan 1 helikopter
berangkat dari Jakarta.
b) Pada 29 Maret 2011, 2 KRI dan 1 Helikopter tiba di Kolombo
dan menerima pasukan khusus dan bekal ulang.
c) Pada 30 Maret 2011, berangkat dari Kolombo menuju perairan
Somalia. Info terakhir KM Sinar Kudus telah lego jangkar di perairan
Somalia. Namun, ada kemungkinan masih akan di gunakan sebagai
mother ship.
d) Pada 4 April 2011, Gugus tugas tiba di perairan Somalia,
selanjutnya pengumpulan data dan persiapan rencana cadangan.
Beberapa catatan :
(1) Hasil deteksi dari helikopter: KM Menara Kudus telah
lego jangkar di antara 8 kapal lain yang dibajak.
(2) Belum ada negara-negara lain yang bisa membebaskan
kapal saat lego jangkar.
(3) Pada umumnya ABK yang disandera sering dipindah
dan jumlahnya di kapal tidak lengkap
(4) Setiap kapal yang dibajak dijaga oleh pasukan
pengaman tersendiri
-
4
(5) Ada 15-20 kelompok pembajak yang terorganisir
dengan baik
(6) Kapal-kapal dilegojangkarkan di kota-kota yang
mayoritas pembajak
(7) Tidak ada akses langsung yang dapat melaporkan
perkembangan setiap saat.
e) Pada 6 April 2011, Satuan tugas menuju ke Salalah Oman
(pangkalan militer) untuk bekal ulang.
f) Pada 12 April 2011, Satuan tugas sudah siap kembali untuk
antisipasi KM Sinar Kudus berlayar kembali.
g) Pada 13 April 2011, Negosiasi ada titik terang, rencana
pembebasan disesuaikan yaitu:
(1) Pelaksanaan pemberian tebusan harus dipastikan dapat
menjamin keselamatan ABK Sinar Kudus
(2) Pada saat pelepasan akan dilaksanakan tindakan militer
terhadap pembajak
h) Pada 18 April 2011, Presiden pada rapat terbatas di Bogor
memutuskan:
(1) Selamatkan sandera, dilanjutkan pengejaran terhadap
perompak dengan operasi militer
(2) Aksi serentak pembebasan sandera dengan kekuatan 1
kapal, 1 helikopter,pasukan Sandi Yudha Korps Marinir dan
pasukan khusus.
i) Pada 27 April 2011, Presiden memimpin papat khusus dengan
keputusan:
(1) Bebaskan dan selamatkan ABK
(2) Tindakan aksi militer terhadap elemen perompak
(3) Mengawal KM Sinar Kudus ke Oman
j) Pada 28 April 2011, Rencana dropping uang tebusan dengan
pesawat komersil yang disewa manajemen Samudera Indonesia
batal.
k) Pada 30 April 2011, dropping uang oleh perwakilan Samudera
Indonesia, penghitungan uang tebusan oleh perompak dan
pembagian uang tebusan
l) Pada 1 Mei 2011, Aksi militer :
-
5
(1) Empat pembajak yang terakhir turun dari KM Sinar
Kudus dilumpuhkan, namun 4 perompak tewas dan tercebur
laut.
(2) Dilaksanakan sterilisasi terhadap kemungkinan masih
ada pembajak di kapal dan bahan peledak hingga kapal aman
(3) Kapal KM Sinar Kudus di kawal ke Oman oleh 2 Kapal
KRI.
(4) Direncanakan tanggal 4 Mei 2011 KM Sinar Kudus dan
satgas tiba di Salalah Oman.
3) Pasca Kejadian
a) Pada 1 Mei 2011, TNI mengecek keamanan MV Sinar Kudus
dan sterilisasi perompak dan bahan peledak. Setelah diketahui aman,
kapal dibawa ke Oman dikawal dengan 2 fregat.
b) Pada 4 Mei 2011, Satgas Merah Putih yang terdiri dari kapal
LPD (Landing Platform Deck), dan pihak militer lainnya melakukan
konsolidasi di Oman.
3. Analisa.
Operasi Militer Selain Perang dilaksanakan secara aktif oleh TNI untuk membantu
memecahkan segala permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia termasuk Operasi
Pembebasan dan Penyelamatan KV Sinar Kudus. Agar terwujud kesamaan pola pikir,
pola sikap dan pola tindak dalam penyelenggaraan OMSP yang meliputi tujuan, sasaran,
asas-asas OMSP.
a. Tujuan Operasi Militer Selain Perang.
Satgas Brigade Khusus PB Merapi melaksanakan penanggulangan bencana
alam Gunung Merapi sampai dengan selesai.
b. Sasaran Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Sasaran penggunaan kekuatan TNI dalam OMSP adalah dapat diatasinya
berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa indonesia dan terlaksananya tugas-
tugas yang dibebankan kepada TNI, yaitu dalam rangka membantu menanggulangi
berbagai dampak dari bencana alam, asalah pengungsian sampai dengan
penyaluran bantuan kemanusiaan.
-
6
c. Asas-asas Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
1) Proporsional.
TNI segera membentuk Brigade Khusus Penanggulangan bencana
Merapi setelah Presiden memberikan amanatnya dimana Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memerintahkan untuk segera melaksanakan
pertolongan sesuai prosedur keselamatan yang berlaku secara terpadu dan
terkoordinir karena tugas ini termasuk tugas Operasi Militer Selain Perang
(OMSP).
2) Tujuan/Sasaran (Objective).
Pasukan Brigade Khusus terbagi dalam dua pasukan dimana
pasukan yang melaksanakan tugasnya untuk menyelamatkan penduduk dari
dampak bencana dengan melakukan penyisiran untuk mencari korban serta
melaksanakan evakuasi.korban, dilaksanakan oleh Pasukan Gunung dan
pasukan yang melaksanakan evakuasi dari tempat pengungsian, mendirikan
dapur lapangan, mendirikan Rumah Sakit Lapangan dan memberdayakan
Rumah Sakit Daerah yang dilaksanakan oleh Pasukan Pengungsi. Brigade
Khusus TNI ini berada di bawah koordinasi BNPB.
3) Kesatuan Komando dan Pengendalian.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono memimpin langsung
penanganan bencana Merapi dengan membawahi Brigade Khusus
bentukannya yang dipimpin oleh Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad
Brigjen TNI Syahiding, dengan jumlah pasukan 5.117 personel yang terdiri
dari berbagai kesatuan di tubuh TNI, dimana satuan-satuan tersebut berasal
dari Jakarta, Madiun, Malang, Surabaya, maupun dari Jateng dan DI
Yogyakarta. Respon positif juga di tunjukan oleh Kapolri Komjen Timur
Pradopo dengan telah membentuk dan memobilisasi Satuan Tugas (Satgas)
kepolisian untuk pengamanan lalu-lintas arus pengungsi, kendaraan
evakuasi, pencarian korban maupun pengamanan daerah secara umum.
4) Keamanan (security).
Dalam melaksanakan tugasnya pasukan brigade khusus juga
melaksanakan upaya pengamanan kepada personil maupun materialnya
melalui prosedur keamanan yang berlaku, dan memberikan rasa aman bagi
-
7
warga yang mengalami musibah serta menumbuhkan kepercayaan bahwa
pemerintah sangat serius dalam penanggulangan dan pemberian bantuan
terhadap korban bencana gunung Merapi, dengan cara sesegera mungkin
mengadakan pemulihan terhadap infrastruktur yang rusak serta
meningkatkan keamanan dan ketertiban.
5) Keterpaduan dan Kesatuan Dukungan.
Kerjasama antara TNI dan masyarakat dalam hal ini Instansi yang
terkait dalam penanggulangan bencana,mutlak dilaksanakan secara terpadu
dan terorganisir dapat secara optimal dalam memberikan dukungan kepada
korban bencana gunung Merapi.
6) Legitimasi (Legitimacy).
Sesuai dengan apa yang telah tertuang dalam UU RI No. 34/2004
tentang TNI, serta perintah langsung Presiden untuk segera melaksanakan
pertolongan dan evakuasi,.Operasi Penanggulangan Bencana Merapi oleh
Satgas Brigade Khusus TNI pada OMSP dalam penanggulangan bencana
alam, merupakan usaha legalitas TNI/TNI AL untuk mengambil tindakan-
tindakan SAR
7) Pegang Teguh Tujuan (Perseverance).
Tujuan pelaksanaan operasi penanggulangan Merapi yaitu
memberikan pertolongan dan mengevakuasi penduduk serta melaksanakan
tahap rehabilitasi infrastuktur termasuk pembangunan rumah bagi korban
yang kehilangan tempat tinggal.
8) Terkoordinasi.
Pelaksanaan Operasi Penanggulangan bencana Merapi yang di
laksanakan TNI dengan menjalin kerjasama dan kordinasi bersama instansi
lain dilakukan demi tercapainya keberhasilan operasi penanggulangan
bencana Merapi yang dilaksanakan.
d. Pada peristiwa meletusnya gunung Merapi yang terjadi Jumat pagi telah
menelan korban tewas 57 orang, dan melukai lebih dari 63 orang,korban yang
belum diketemukan sebanyak 47 orang, kerugian harta benda lainnya yang hangus
terbakar selain rumah juga ternak warga. Jumlah keseluruhan korban akibat
-
8
bencana Merapi tercatat mencapai 101 orang meninggal, dan lebih dari 150,000
orang terpaksa tinggal di pengungsian.
4. Hal-hal Positif dan Negatif.
a. Hal-hal Positif Penanggulangan Bencana Merapi.
1) Pembagian pasukan Brigade khusus kedalam dua kelompok yaitu
pasukan gunung dan pasukan pengungsi dapat memperlancar pelaksanaan
tugas penanggulangan bencana.
2) Kerjasama dalam penanggulangan bencana antara kesatuan yang
terlibat terjalin baik, hal ini menggambarkan kesiapan Kodal dari masing-
masing satuan sudah tertata dan terkordinir.
3) Penyaluran bantuan dari masyarakat melalui pasukan Brigade khusus
penanggulangan bencana dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan
sesuai sasaran, seperti adanya bantuan makanan dari masyarakat diolah
dan disajikan melalui dapur lapangan, bantuan berupa obat-obatan
disalurkan melalui posko kesehatan yang didirikan.
b. Hal-hal Negatif Penanggulangan Bencana Merapi.
1) Pasukan Brigade khusus penanggulangan bencana masih kesulitan
dalam memberikan pengarahan dan pemahaman tentang bahaya Merapi
kepada masyarakat setempat sehingga proses evakuasi terhambat.
2) Pasukan Brigade khusus penanggulangan bencana masih
menggunakan peralatan seadanya seperti kayu, batang besi dan cangkul
ketika menyisir daerah bencana dan dalam pencarian korban sehingga ada
kemungkinan korban yang tidak bisa dievakuasi karena tertimbun oleh
material gunung yang tebal.
3) Pasukan Brigade khusus penanggulangan bencana
5. Hal-hal yang Bermanfaat bagi TNI AL.
-
9
Beberapa hal yang dapat diambil manfaatnya bagi TNI AL dari studi kasus Operasi
Penanggulangan Bencana Gunung Merapi oleh Brigade Khusus TNI Penanggulangan
Bencana Merapi adalah :
a. Aspek Edukatif.
Kondisi Gunung Merapi yang mempunyai karakteristik mengeluarkan awan
panas dan sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat menjadikan masyarakat
setempat mulai terlena dan menganggap awan panas bisa diprediksi arah dan
pergerakannya. Hal ini dapat dijadikan pembelajaran bagi TNI AL bahwa sesuatu
rutinitas jangan sampai membuat kita merasa terlena dan tidak waspada sehingga
dapat membahayakan bagi personil dan material TNI AL.
b. Aspek Inspiratif.
Awan panas yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi mempunyai panas
sampai dengan 6000 derajat Celcius dapat menghanguskan apa saja yang
dilewatinya, hal ini dapat memberikan inspirasi bagi kita untuk melaksanakan
penelitian dan dapat menciptakan baju tahan api yang mampu menahan sampai
dengan 6000 derajat Celcius sampai dengan beberapa jam yang nantinya dapat
digunakan oleh pasukan Brigade khusus penanggulangan bencana agar dalam
proses evakuasi korban gunung meletus dapat dilaksanakan tanpa harus berhenti
ketika aktifitas gunung mulai meningkat.
c. Aspek Instruktif.
Pembentukan pasukan Brigade khusus penanggulangan bencana
memerlukan waktu setidaknya dalam pengorganisasian dan penyediaan
logistiknya, sehingga TNI AL perlu membentuk pasukan khusus yang permanen
sehingga sewaktu waktu diperlukan langsung dapat digunakan dan tidak lagi
membutuhkan waktu dalam pembentukan satgas tersebut.
6. Penutup.
a. Kesimpulan.
1) Keputusan cepat yang diambil pemerintah dalam hal ini Presiden
Susilo Bamang Yudhoyono untuk segera membentuk Satgas Pasukan
Brigade khusus Penanggulangan Bencana sangat tepat sehingga mampu
meminimalisir korban terdampak bencana.
-
10
2) Tujuan dari pembentukan Brigade Khusus Penanggulangan bencana
adalah melaksanakan pertolongan hingga tahap rehabilitasi.
3) Pelaksanaan operasi penanggulangan bencana Gunung Merapi
melibatkan seluruh potensi wilayah yang ada sehingga memerlukan
kordinasi ketat antar instansi untuk kelancaran operasi tersebut.
b. Saran.
1) TNI AL perlu menambah personil yang nantinya dipersiapkan khusus
untuk mengawaki organisasi Penanggulangan bencana agar dapat lebih
cepat dalam merespon kondisi darurat akibat bencana alam.
2) TNI AL seharusnya dilengkapi dengan peralatan peralatan yang
dapat menunjang kegiatan dan pelaksanaan tugas OMSP khususnya dalam
penanggulangan bencana
7. Alur Pikir (terlampir)