NAGY , 9th EDITION · Web viewPerilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor...
Transcript of NAGY , 9th EDITION · Web viewPerilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor...
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN
PRODUK PADA TOKO ROTI MAHKOTA
DI SURAKARTA
TUGAS AKHIRUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana Ahli Madya
Program Studi D3 Manajemen Pemasaran
Oleh :
SITHA PUSPITA SARINIM : F 3200138
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2003
ABSTRAKSI
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK
PADA TOKO ROTI MAHKOTA DI SURAKARTA
SITHA PUSPITA SARI F 3200138
Pengertian dari perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu yang secara langsungterlibat dalam usaha memperoleh dan menggunkakan barang-barang dan jasa ekonomis, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh adanya peran konsumen, sehingga masalah konsumen mendapat perhatian khusus, dan perusahaan berusaha untuk dapat mencapai serta memuaskan konsumen atau pasar sasarannya.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstern, yang keduanya sangat berpengaruh pada konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap konsumen terhadap faktor-faktor yang paling mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian dan pemesanan di Toko Roti Mahkota, serta mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh pada konsumen di antara keempat faktor pembelian yang ada (harga, kelengkapan jenis kue, cita rasa kue, dan pelayanan).
Pada pelaksanakan penelitian ini, penulis memberikan kuesioner kepada responden yang berjumlah 100 orang, di mana keseluruhan responden adalah konsumen dari toko roti Mahkota. Dalam kuesioner tersebut responden diberikan pertanyaan dan pilihan jawaban beserta alasannya, yang meliputi karakteristik konsumen, variabel pembelian yang paling berpengaruh, serta frekuensi konsumen dalam melakukan pemesanan kue taart dan pembelian produk-produk toko roti Mahkota.
Dari hasil survey responden, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa variabel pembelian yang ada pada toko roti Mahkota sudah baik, yang berarti konsumen mampu menerima, kecuali pada pelayanan wiraniaga dari toko roti Mahkota. Sebagian besar dari responden berpendapat bahwa pelayanan dari wiraniaga toko roti Mahkota tidak baik, dalam arti kurang ramah kepada konsumen / pelanggan. Hal ini dapat dijadikan sebagai kritik dan masukan bagi toko roti Mahkota unuk memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, terutama dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen / pelanggan.
Penulis juga memberikan bebrapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi toko roti Mahkota dalam menghadapai persaingan usaha sejenis yang semakin ketat, khususnya di kota Solo.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bertambahnya toko roti baru yang berada di wilayah Kota Surakarta,
baik itu toko roti untuk kalangan ekonomi atas, menengah, maupun bawah,
akan menambah tingkat persaingan di antara toko roti pada situasi
perekonomian Indonesia pada saat ini.
Keadaan seperti ini bagi sebuah toko roti yang tidak kuat (baik
manajemen maupun modal), akan merupakan suatu kekhawatiran, karena
tidak mampu bersaing, sehingga dapat semakin menurun maupun sekedar
dapat bertahan hidup. Sedangkan bagi toko roti yang lain, persaingan
dijadikan pendorong untuk bekerja lebih efisien dan lebih kreatif, untuk
mencapai tujuan seperti melakukan perbaikan baik pada manajemen, modal,
pelayanan, penataan, fasilitas, penambahan produk selain roti, dan lain-lain.
Sebenarnya tantangan dari toko roti ini tidak hanya persaingan diantara
mereka saja, tetapi juga ada kemungkinan kurangnya pemahaman mengenai
perilaku konsumen, yaitu apa yang dicari konsumen, dan apa yang diharapkan
oleh konsumen dari suatu produk, seperti harga, kemasan, citarasa, dan lain-
lain. Pertanyaan ini merupakan masalah yang harus dijawab oleh pengusaha
atau pemilik toko roti agar dapat mengetahui perilaku konsumen yang
sesungguhnya. Hal ini penting karena sifat dari bisnis toko roti itu, di mana
tidak saja menjual produk secara fisik, yaitu berbagai macam roti dan roti
yang dihias (kue taart), tetapi juga nikmatnya cita rasa dan kepuasan
3
konsumen setelah mengkonsumsi roti tersebut. Toko roti Mahkota adalah
toko roti yang menjual roti dan kue taart produksi sendiri, disamping produk-
produk lain seperti permen, makanan kecil, susu dan lain sebagainya. Selain
itu, Mahkota juga menerima pesanan kue taart secara langsung dari konsumen
dengan berbagai macam model hiasan.
Permasalahan yang ada di atas kemungkinan juga dihadapi oleh toko
roti Mahkota, sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil judul :
“ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK
PADA TOKO ROTI MAHKOTA DI SURAKARTA”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan:
Bagaimana perilaku konsumen dalam pembelian produk pada toko roti
Mahkota , yang menyangkut harga, kelengkapan jenis kue, cita rasa kue dan
pelayanan, terhadap frekuensi pembelian dan pemesanan ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap faktor-faktor yang paling
mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk
melakukan pembelian dan pemesanan di Toko Roti Mahkota, sehingga
berguna sebagai dasar penelitian untuk menentukan kebijaksanaan.
2. Untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh pada konsumen
diantara keempat faktor yang ada (harga, kelengkapan jenis kue, citarasa
kue, dan pelayanan).
D. MANFAAT PENELITIAN
4
1. Dari penelitian ini akan diketahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi
perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan
pembelian dan pemesanan di toko roti Mahkota, sehingga berguna sebagai
dasar penelitian untuk menentukan kebijaksanaan.
2. Sebagai referensi ilmiah yang dapat digunakan oleh pihak yang
memerlukan untuk bahan pertimbangan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemasaran
a. Pengertian Pemasaran
Sejalan dengan perkembangan ekonomi, definisi pemasaran
telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan historis
pemasaran itu sendiri. Pemasaran berasal dari kata pasar. Namun pasar
di sini bukannya dalam pengertian yang konkrit, akan tetapi lebih
ditunjukkan pada pengertian abstrak. Banyak definisi yang diberikan
para ahli, tetapi umumnya mereka berpendapat bahwa kegiatan
pemasaran bukan sekedar menjual produk atau jasa. Adapun definisi
pemasaran menurut Philip Kottler (Philip Kottler dalam Basu Swastha,
1986 : 5) sebagai berikut :
Pemasaran adalah suatu kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan manusia melalui proses pertukaran.
Menurut definisi tersebut, kegiatan pemasaran diciptakan oleh
pembeli dan penjual. Pembeli berusaha memenuhi kebutuhan dan
penjual berusaha mendapatkan laba. Kedua kepentingan tersebut dapat
5
dipertemukan dengan cara mengadakan pertukaran yang saling
menguntungkan. Sedangkan pengertian pemasaran menurut William J.
Stanton (William J. Stanton dalam Basu Swastha, 1985 : 10) sebagai
berikut :
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha ditujukan untuk merencanakan. menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha untuk
menciptakan hubungan pertukaran. Tetapi, pemasaran bukanlah
merupakan suatu cara yang sederhana sekedar untuk menghasilkan
penjualan saja. Dalam hal ini pertukaran hanyalah merupakan satu
tahap dalam proses pemasaran. Sebenarnya pemasaran itu dilakukan
baik sebelum maupun sesudah pertukaran.
b. Konsep Pemasaran
Menurut definisinya, konsep pemasaran adalah :
Sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. (William J. Stanton dalam Basu Swastha, 1986 : 17)
Penggunaan konsep pemasaran bagi perusahaan dapat
menunjang berhasilnya bisnis yang dilakukan. Sebagai falsafah
bisnis, ada tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar dalam
konsep pemasaran, yaitu :
1) Orientasi Konsumen
6
Perusahaan yang berorientasi pada konsumen berusaha dengan
cara :
a) Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan
dipenuhi keinginan dan kebutuhannya.
b) Menentukan kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam
penjualan.
c) Menentukan produk dan program pemasarannya.
d) Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur,
menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap serta melaksanakan
tingakah laku mereka.
e) Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling
menitikberatkan pada mutu tinggi, harga yang murah, atau
model yang menarik.
2) Koordinasi dan Integrasi dalam Perusahaan
Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap
orang dan bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam
suatu usaha yang terkordinasi untuk memberikan kepuasan
konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat terealisasi.
3) Mendapatkan Laba Melalui Kepuasan Konsumen
Faktor yang menyebabkan perusahaan dalam jangka
panjang akan mendapatkan laba adalah banyak sedikitnya
kepuasan konsumen dapat terpenuhi.
7
Ini tidak berarti bahwa perusahaan harus memaksimalkan
kepuasan konsumen, tetapi perusahaan mendapatkan laba dengan
cara memberikan kepuasan konsumen.
c. Marketing Mix / Bauran Pemasaran
Marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau
kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan,
yakni : product (produk), price (harga), place (lokasi), promotion
(promosi). Keempat unsur yang terdapat dalam kombinasi tersebut
saling berhubungan.
1) Product / Produk
Dalam pengelolaan produk, perlu adanya suatu pedoman untuk
mengubah produk yang ada, menambah produk baru atau
mengambil tindakan lain yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan
dalam penentuan produk. Selain itu, keputusan juga perlu diambil
menyangkut masalah pemberian merk, pembungkusan, warna, dan
bentuk produk lainnya.
2) Price / Harga
Dalam kebijaksanaan harga, manajemen harus menentukan harga
dasar dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan
menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos kirim, dan hal-
hal lain yang berhubungan dengan harga.
3) Place / Lokasi
8
Pemilihan lokasi yang tepat akan sangat berpengaruh pada
perolehan pasar sasaran / konsumen, dengan kemudahan untuk
dijangkau.
4) Promotion / Promosi
Merupakan komponen yang dipakai untuk memberitahu dan
mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan. Kegiatan yang
termasuk dalam promosi adalah : periklanan, personal selling,
promosi penjalan, publisitas, hubungan masyarakat.
d. Pranata Eceran
Pranata eceran mencakup segala macam bentuk penjualan
kepada konsumen akhir. Agar suatu toko menjadi toko yang laris, maka
kita harus dapat mengelola dan mengembangkan toko tersebut dengan
baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola toko diantaranya
adalah sebagai berikut (Alex S. Nitisemito, 1981 : 171-174) :
1) Lokasi Toko
Lokasi besar pengaruhnya terhadap kelancaran penjualan barang-
barangnya. Semakin strategis letaknya, semakin besar kemungkinan
untuk laris.
2) Kelengkapan Barang
Toko sebaiknya menyediakan barang selengkap mungkin sesuai
dengan sifat toko tersebut.
3) Ketepatan Harga
9
Seringkali harga merupakan acuan bagi konsumen untuk
berbelanja pada suatu toko. Pengusaha harus menetapkan harga
sebaik mungkin, cukup murah bagi konsumen dan memberikan
keuntungan yang cukup bagi pengusaha.
4) Window Display
Dalam setiap toko hendaknya mempunyai window display
meskipun dalam bentuk sederhana, misalnya lemari kaca yang
diletakkan di muka toko. Window display harus diatur sedemikian
rupa sehingga menarik bagi orang yang melihatnya dan dapat
menarik orang untuk berbelanja di toko tersebut.
5) Keramahan dan kecepatan melayani
Dalam usaha pertokoan terkenal suat ungkapan yang terkenal,
yaitu “pembeli adalah raja”. Service adalah hal yang sangat penting
dalam menarik dan atau mempertahankan pelanggan.
6) Ketepatan janji keuangan
Suatu toko yang ingin melengkapi barang-barangnya sulit untuk
melaksanakan hal tersebut dengan modalnya sendiri. Mereka
memerlukan kredit yang dapat berupa kredit penjual, konsinyasi,
dan sebagainya. Kita dapat memperhatikan banyak toko yang
lengkap barang dagangannya, tetapi sebagian adalah kredit atau
konsinyasi karena toko tersebut selalu menepati janji keuangan.
7) Reputasi
10
Setiap perusahaan dapat meningkatkan reputasinya sehingga
kepercayaan masyarakat terhadap toko tersebut semakin
meningkat.
11
2. Perilaku Konsumen
a. Pengertian Perilaku Konsumen
Definisi perilaku konsumen menurut James F. Angel adalah :
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang dan jasa ekonomis, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
b. Perilaku Konsumen Dalam Pemasaran
Telah diketahui betapa penting peran konsumen bagi tercapainya
tujuan-tujuan organisasi yang berarti pula untuk kelangsungan hidup
perusahaan, sehingga masalah-masalah konsumen mendapat perhatian
khusus dengan adanya departemen pemasaran yang antara lain bertugas
menangani masalah perilaku konsumen. William J. Stanton (1985 : 12)
mengatakan filsafat pemasaran berpandangan bila sebuah perusahaan
harus :
1) Berorientasi konsumen.
2) Berusaha keras mempunyai volume penjualn yang menghasilkan
laba.
3) Mengkoordinasi semua kegiatan perusahaan.
Dengan mengadakan penelitian pada konsumen, perusahaan
dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas mengenai perilaku
konsumen. Siapakah pembeli itu ? Sehingga perusahaan dapat
mencapai dan memuaskan konsumen atau pasar sasarannnya. Sebagai
contoh, pengaruh perilaku konsumen pada pemasaran ialah bahwa
12
perubahan perilaku konsumen sekarang tidak hanya memperhatikan
harga saja dalam pembeliannya, tetapi juga sifat-sifat barang yang ada
seperti komunikasi pemasaran, servis yang memuaskan, dan
penyaluran yang intensif. Ini berarti strategi pemasaran harus
memperhatikan lebih banyak kepada unsur-unsur bukan harga (non
price strategy) dari strategi pemasaran, bukan hanya terus
menggunakan strategi harga yang tradisional dalam persaingan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1) Kebudayaan
Perilaku manusia ditentukan oleh kebudayaan yang
melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah sesuai
dengan perkembangan jaman dari masyarakat tersebut.
2) Kelas Sosial
Dalam hal ini sama dengan istilah lapisan sosial, tanpa
membedakan pembagian kelas baik itu uang, tanah, kekuasaan atau
dasar lainnya.
3) Kelompok Sosial dan Kelompok Referensi
Kelompok sosial didefinisikan sebagai kesatuan sosial yang
menjadi tempat individu-idividu berinteraksi satu sama lain
(Soerjono Soekanto dalam Basu Swastha dan Hani Handoko,
1987 : 66). Sedangkan kelompok referensi adalah kelompok sosial
yang menjadi ukuran sesorang untuk membentuk kepribadian dan
perilakunya.
13
4) Keluarga
Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu masyarakat
yang terkecil, yang perilakunya sangat mempengaruhi dan
menentukan dalam pengambilan keputusan pembeli (AA. Prabu
Mangkunegara : 47).
Dalam menganalisa perilaku konsumen, faktor keluarga dapat
berperan sebagai berikut :
a) Initiator / Pengambil inisiatif , yaitu siapa yang mempunyai
inisiatif membeli tetapi tidak melakukan proses pembelian.
b) Influencer / Pemberi pengaruh, yaitu siapa yang mempengaruhi
keputusan membeli.
c) Decider / Pengambil keputusan, yaitu siapa yang menentukan
keputusan yang diambil, bagaimana cara membelinya, dan
dimana tempat membelinya.
d) Buyer / Pelaku pembelian, yaitu siapa yang akan melakukan
proses pembelian.
e) User / Pemakai, yaitu siapa yang akan menggunakan produk
yang dibeli.
5) Motivasi
Keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan orang tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan. Motif yang ada dalam diri
seseorang akan mendorong untuk berperilaku dalam mencapai
14
kepuasan. Oleh karena itu, motivasi bukanlah sesuatu yang dapat
dilihat, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan perilaku yang tampak.
6) Pengamatan
Pengamatan adalah suatu proses dimana manusia
menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya.
Sedangkan persepsi adalah proses seorang individu memilih,
mengorganisasi dan menafsirkan masukan-masukan informasi.
7) Belajar
Belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi
sebagai hasil akhir adanya pengalaman. Proses belajar pada suatu
pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan
memperoleh suatu kepuasan atau sebaliknya tidak terjadi apabila
konsumen dikecewakan oleh produk yang kurang baik.
8) Kepribadian
Kepribadian didefinisikan sebagai pola sifat individu yang
dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah laku, yang juga
mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli.
9) Konsep Diri
Konsep diri didefinisikan sebagai individu yang diterima
oleh individu itu sendiri dalam rangka kehidupannya dalam suatu
masyarakat yang menentukan. Setiap orang mempunyai pandangan
yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan adanya pandangan
yang berbeda terhadap usaha pemasaran perusahaan.
15
10) Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk
bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah yang
baik atau kurang baik secara konsekuen. Sikap inii dilakukan
konsumen berdasarkan pandangan terhadap produk dan proses
belajar baik dari pengalaman ataupun dari yang lain.
d. Teori Perilaku Konsumen
Untuk mengetahui dan memahami serta daoat mengarahkan
perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, perlu dipelajari
beberapa teori perilaku konsumen (Basu Swastha, DH dan T. Hani
Handoko, 1987 : 27), yaitu :
1) Teori Ekonomi Mikro
Keputusan untuk membeli merupakan hasil perhitungan ekonomis
rasional yang sadar. Pembeli individual berusaha menggunakan
barang-barang yang akan memberikan kepuasan paling banyak
sesuai dengan selera dan harga-harga selektif.
2) Teori Psikologis
Merupakan penerapan dari teori-teori bidang psikologis dalam
menganalisa perilaku konsumen. Dapat dibagi dalam 2 bagian :
a) Teori Belajar
Teori ini menekankan pada penafsiran dan permasalahan
terhadap proses belajar konsumen.
16
b) Teori Psikoanalitis
Perilaku manusia dipenggaruhi oleh adanya keinginan yang
terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi.
3) Teori Sosiologis
Menitikberatkan pada hubungan dan pengaruh antar individu yang
dikaitkan dengan perilaku mereka.
4) Teori Antropologis
Menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat
yang ruang lingkupnya lebih luas.
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Secara skematis, kerangka pemikiran untuk penelitian tentang perilaku
konsumen dalam melakukan pembelian produk pada Toko Roti Mahkota ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
-
17
Perilaku Konsumen
Karakteristik Konsumen :UsiaJenis kelaminPendidikanBiaya konsumsi
Variabel Pembelian :HargaKelengkapan jenis kueCita rasa kuePelayanan
Keputusan Pembelian
Sebagai gambaran kerangka pemikiran diatas, maka berdasarkan data
dan informasi dari konsumen tentang harga, kelengkapan jenis kue, citarasa
kue, dan pelayanan, dapat diketahui apakah keempat faktor tersebut
berpengaruh dalam keputusan pembelian dan pemesanan yang dilakukan
konsumen pada Toko Roti Mahkota. Dari keempat faktor tersebut dapat
diketahui faktor apakah yang menjadi pertimbangan utama dalam keputusan
pembelian produk-produk dan pemesanan kue taart oleh konsumen yang
mempunyai karakteristik seperti diatas.
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan populasi konsumen
toko roti Mahkota.
2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini dianalisa hubungan antara variabel independen, yaitu
karakteristik konsumen yang terdiri dari usia, jenis kelamin, biaya
konsumsi yang dikeluarkan, serta pendidikan. Sedangkan variabel
dependennya adalah variabel pembelian, yang terdiri dari harga, citarasa
kue, kelengkapan jenis kue dan pelayanan.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara
dengan pembeli (konsumen) Toko Roti Mahkota, pemberian kuesioner
kepada responden, dan juga hasil pengamatan langsung.
18
b. Data sekunder
Yaitu data dari literature, dengan membaca atau mempelajari buku
kepustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian, untuk dijadikan
sebagai landasan teori dalam mencari alternatif pemecahan yang
dihadapi.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple
random sampling, yaitu cara pengambilan sampel di mana memberikan
kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dipilih sebagai
sampel. Populasi yang diambil adalah konsumen toko roti Mahkota.
Jumlah sampel 100 responden.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dikumpulkan dengan :
a. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara
langsung, baik dengan pihak Toko Roti Mahkota, maupun dengan
pembeli (konsumen).
b. Daftar Pertanyaan / Kuesioner
Metode pengumpulan data yang memberikan daftar pertanyaan kepada
responden sehubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian
ini, kuesioner atau pertanyaan bersifat campuran, dengan terbuka dan
tertutup, yaitu pertanyaan yang kemungkinan jawabannya sudah
19
ditentukan, dan responden tetap diberi kesempatan untuk memberi
alasan dan jawaban lain.
c. Observasi
Metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung
ke lokasi perusahaan.
d. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan materi dari sumber-sumber kepustakaan yang ada
hubungannya dengan penelitian.
6. Teknik Penganalisaan Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif. Cara yang digunakan adalah distribusi frekuensi relatif,
yaitu data yang diperoleh dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan
atau diukur dalam persentase (Dr. M. Suparmoko, M.A., Metode
Penelitian Praktis, 1991 : 63). Hasil dari pengukuran berdasarkan
persentase tersebut dijelaskan dengan disertai interpretasi berdasarkan
fakta yang tampak sebagaimana adanya. Selain itu, pada bagian akhir
penulisan atau pada kesimpulan, akan ditambahkan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat), yaitu memaparkan
kelebihan, kelemahan, peluang, serta ancaman bagi perusahaan, jika
dilihat dari hasil survey responden. Analisis tersebut merupakan
kesimpulan akhir dari survey responden dan pengamatan langsung pada
objek penelitian.
20
BAB II
GAMBARAN UMUM TOKO ROTI MAHKOTA
A. SEJARAH SINGKAT TOKO ROTI MAHKOTA
Toko roti Mahkota adalah toko roti yang menyediakan kue taart dan
roti-roti basah produk sendiri, selain produk-produk dari luar seperti makanan
dan minuman ringan, permen, susu, dan lain-lain, serta alat-alat keperluan
pesta ulang tahun. Toko roti Mahkota didirikan pada bulan Juni tahun 1993
oleh Bapak Sugeng Herdiyanto, dan beralamat di Jl. RM. Said No. 196
Surakarta. Semua produk dari toko roti Mahkota diberi merk / nama
“Maharani”, yang identik dengan nama dari toko roti tersebut.
Pada awal berdirinya, toko roti Mahkota hanya terbatas menjual roti
hasil produksinya sendiri, antara lain kue taart, roti mandarijn, roti tawar, dan
roti manis. Kue taart merupakan spesialisasi produk dari toko roti Mahkota,
dengan menyediakan berbagai ukuran dan model hiasan, sesuai dengan
pesanan konsumen. Pada saat itu, sesuai dengan produk utamanya, nama toko
roti ini adalah “Mahkota Cake Decoration”.
Sebagai langkah untuk meraih konsumen lebih banyak, pada tahun
1994 toko roti Mahkota mengadakan perkembangan, yaitu dengan
diversifikasi produk dan menyediakan produk-produk dari luar, seperti
makanan kecil, permen, susu, minuman ringan, dan lain-lain. Produk-produk
dari luar tersebut diperoleh dengan cara tunai, kredit, maupun konsinyasi dari
masing-masing distributor. Sesuai dengan perkembangan yang telah
dijelaskan, toko roti Mahkota menambah namanya menjadi “Toko P & D
Mahkota”, di mana tidak saja menjual produk-produknya sendiri, tetapi juga
menyediakan produk makanan dan minuman dari luar.
Perkembangan toko roti Mahkota sangat disambut baik oleh
konsumen, terbukti dengan semakin banyaknya konsumen yang datang dan
membeli produk-produk toko roti Mahkota. Perkembangan tersebut tidak
hanya dilakukan pada produknya saja, tetapi juga pada tokonya sendiri. Pada
tahun 1996, toko roti Mahkota merenovasi bangunannya menjadi lebih besar
dan lebih megah, dengan sistem keamanan yang lebih baik. Perbaikan juga
dilakukan pada tata letak ruang agar terkesan lebih eksklusif, ditambah dengan
window display yang semakin menarik, dan sistem swalayan bagi konsumen
yang berbelanja. Sistem tersebut digunakan dengan pertimbangan untuk
memberikan keleluasan kepada konsumen dalam memilih dan membeli
produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan.
B. STRUKTUR ORGANISASI
Pada toko roti Mahkota, terdapat struktur organisasi dan pembagian
tugas serta tanggung jawab kepada seluruh karyawan / pegawainya. Bagan
dari struktur organisasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
PIMPINAN
PENANGGUNG JAWAB
KARYAWAN
22
Pimpinan dalam hal ini adalah pemilik dari toko roti Mahkota,
menyerahkan pengelolaan keseluruhan kegiatan Mahkota kepada seorang
penanggung jawab, yang merangkap juga sebagai bagian administrasi
Penanggung jawab tersebut mengawasi dan ikut serta dalam keseluruhan
tanggung jawab para karyawan / pegawainya,
Toko roti Mahkota mempunyai pegawai sebanyak 50 orang, yang
dibagi dalam lima unit / bagian. Kelima bagian itu adalah : bagian produksi,
administrasi, keuangan, pelayanan / wiraniaga toko, dan transportasi.
Pembagian pegawai ke dalam kelima bagian tersebut adalah sebagai berikut :
Bagian Produksi : 20
orang
Bagian Administrasi / pelayanan pesanan : 6 orang
Bagian Keuangan / Kasir : 4 orang
Bagian Pelayanan / Wiraniaga : 10 orang
Bagian Transportasi / antar pesanan : 10 orang
Untuk bagian transportasi, tugasnya meliputi mengantar pesanan
kepada konsumen dan membawa bahan-bahan baku untuk keperluan produksi
yang diperoleh dari para distributor.
C. KEGIATAN PRODUKSI
Produksi toko roti Mahkota adalah kue taart dan roti-roti basah, yang
diolah dan diproduksi di tempat yang sama. Untuk memproduksi, Mahkota
mendapatkan bahan-bahan baku seperti tepung, gula, telur, coklat, mentega,
23
dan lain-lain, yang diperoleh dari beberapa distributor, diantaranya dari Solo,
Semarang dan Yogyakarta.
Keseluruhan bahan baku tersebut digunakan untuk memproduksi kue
taart dan roti basah selama satu periode. Tahap-tahap dalam memproduksi
tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Proses produksi untuk kue taart
Untuk produksi kue taart dibagi menjadi dua, kue taart untuk
pesanan dan untuk persediaan sehari-hari. Untuk kue taart pesanan, kue
akan diproduksi setelah ada pesanan dari konsumen, dengan berbagai
model, hiasan dan ukuran sesuai dengan selera konsumen Sedangkan
untuk kue taart persediaan sehari-hari, toko roti Mahkota memproduksinya
setiap hari dengan bahan yang selalu baru, model dan warna yang
berganti-ganti, sehingga konsumen tidak akan merasa jenuh dan kue taart
yang akan dibelinya masih baru dan bersih.
2. Proses produksi untuk roti basah
Produksi roti basah ada beberapa macam, diantaranya adalah roti
mandarijn, roti tawar, roti manis, roti gulung, dan lain-lain. Untuk
memproduksinya dilakukan setiap hari, sehingga persediaan roti untuk
dijual tidak akan habis. Roti produksi baru akan menggantikan produksi
lama yang tidak terbeli oleh konsumen, sehingga roti yang disediakan
adalah roti yang benar-benar baru dan tidak mungkin kadaluwarsa.
24
Semua hasil produksi kue taart dan roti basah tersebut dijual di
toko roti Mahkota, yang diletakkan dan ditata dalam tempat-tempat yang
bersih, dan dibagi sesuai dengan jenisnya masing-masing.
D. KEGIATAN PEMASARAN
Pada kegiatan pemasarannya, toko roti Mahkota menggunakan sistem
bauran pemasaran yang meliputi produk, harga, lokasi, dan promosi, secara
sederhana.
Untuk produk yang dihasilkan, Mahkota memproduksi kue taart
dengan rancangan bentuk dan model hiasan kreasi sendiri, sesuai dengan
pesanan konsumen. Selain itu, Mahkota juga memproduksi roti-roti basah
yang hampir sama dengan roti yang dijual di pasaran, namun tetap mempunyai
cita rasa dan ciri khas dari toko roti Mahkota. Untuk menambah variasi
produknya, Mahkota menyediakan produk-produk dari luar seperti makanan
dan minuman ringan, serta perlengkapan pesta ulang tahun.
Pada penetapan harga produk, toko roti Mahkota menetapkan
berdasarkan perhitungan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. Penghitungan dimulai dari biaya perolehan bahan baku, biaya
produksi, sampai menjadi produk siap jual. Harga produk ditetapkan setelah
ada perhitungan laba yang akan diperoleh. Pada situasi ekonomi pada saat ini,
di mana harga bahan-bahan baku di pasaran naik, ditambah dengan harga gula
pasir yang juga terus meningkat, mengakibatkan penurunan laba yang
diperoleh oleh toko roti Mahkota. Laba yang sangat kecil, bahkan tidak
25
mendapatkan laba sama sekali karena harga jual yang seimbang dengan biaya
produksi, merupakan kemungkinan yang diperoleh dalam kondisi perekonomian
seperti saat ini.
Dalam menjual dan memasarkan produknya, toko roti Mahkota hanya
menjual di tokonya saja, yang berlokasi di Jl. RM. Said No. 196 Surakarta.
Lokasi dari toko tersebut strategis, di mana terletak di pinggir jalan raya,
mudah untuk dicari dan dijangkau, mempunyai bentuk bangunan yang bagus,
serta tempat parkir yang tersedia bagi konsumen. Faktor-faktor tersebut
merupakan unsur yang penting bagi sebuah toko agar dikenal lebih dekat oleh
konsumen.
Toko roti Mahkota tidak menggunakan sistem promosi untuk
memperkenalkan produk-produknya kepada konsumen. Mahkota berkeyakinan
bahwa dengan produk yang lengkap, beranekaragam, bangunan yang menarik,
serta cita rasa kue yang nikmat, konsumen akan saling menginformasikan,
sehingga tercipta image yang bagus pada toko roti Mahkota, dan konsumen
akan datang dengan sendirinya untuk mencari produk yang diinginkan.
Dengan cara demikianlah toko roti Mahkota berusaha untuk mendapatkan
konsumen, dan produknya bisa diterima di masyarakat.
26
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab III ini akan diterangkan mengenai karakteristik konsumen
dalam variabel pembelian, yang mempengaruhi konsumen dalam perilakunya
untuk membeli produk pada toko roti Mahkota di Surakarta. Karakteristik
konsumen meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, dan biaya konsumsi.
Sedangkan variabel pembelian meliputi harga, kelengkapan jenis kue, cita rasa
kue, dan pelayanan.
A. KARAKTERISTIK KONSUMEN
1. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
a. Laki-laki
b. Perempuan
Klasifikasi jenis kelamin responden dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel III.1
Klasifikasi Jenis Kelamin Responden Toko Roti Mahkota
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki
Perempuan
32
68
32%
68%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Tabel III.1 di atas menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, 32%
adalah berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya yaitu 68% berjenis kelamin
perempuan. Hal itu berarti bahwa mayoritas pembeli di toko roti Mahkota
adalah berjenis kelamin perempuan.
2. Usia Responden
Usia responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
empat, yaitu :
a. 15 – 25 tahun
b. 26 – 35 tahun
c. 36 – 45 tahun
d. 45 tahun ke atas
Klasifikasi usia responden dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel III.2
Klasifikasi Usia Responden Toko Roti Mahkota
Usia Responden Frekuensi Persentase
15 – 25 tahun
26 – 35 tahun
36 – 45 tahun
45 tahun ke atas
23
42
19
16
23%
42%
19%
16%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Tabel III.2 di atas menunjukkan bahwa dari 100 orang responden yang
melakukan pembelian, tertinggi adalah kelompok usia 26 - 35 tahun, yaitu
42%. Sisanya untuk usia 15 – 25 tahun 23%, 36 – 45 tahun sebanyak 19%,
dan terakhir adalah kelompok usia 45 tahun ke atas, sebanyak 16%.
28
Hasil survey tersebut menjelaskan, bahwa mayoritas pembeli dari
toko roti Mahkota adalah kelompok usia 26 – 35 tahun, dan menunjukkan
bahwa produk di toko roti Mahkota memenuhi selera konsumen dari
berbagai usia.
3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dikelompokkan
menjadi empat, yaitu :
a. Tamat SD
b. Tamat SLTP
c. Tamat SLTA
d. Tamat Perguruan Tinggi
Klasifikasi tingkat pendidikan responden dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel III.3
Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden Toko Roti Mahkota
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi
5
15
48
32
5%
15%
48%
32%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Tabel III.3 di atas menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, yang
paling banyak adalah tamatan SLTA, yaitu sebesar 48%. Posisi kedua
adalah tamat Perguruan Tinggi, sebesar 32%, tamat SLTP 15%, dan
terakhir tamat SD sebesar 5%.
29
Hasil survey di atas mempunyai indikasi bahwa mayoritas
konsumen toko roti Mahkota adalah tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa konsumen toko roti Mahkota
termasuk golongan konsumen berpendidikan tinggi, dan produk-produk di
Mahkota mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan selera mereka.
Kesimpulan dari survey di atas adalah, toko roti Mahkota
menyediakan produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan
selera konsumen dari berbagai latar belakang pendidikan.
4. Biaya Konsumsi
Pengertian biaya konsumsi di sini adalah rata-rata pengeluaran
uang responden dalam membeli produk toko roti Mahkota dalam satu
bulan. Adapun tingkat biaya konsumsi dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Kurang dari Rp 10.000,-
b. Rp 10.000,- sampai Rp 50.000,-
c. Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,-
d. Di atas Rp 100.000,-
Klasifikasi responden menurut biaya konsumsinya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel III.4
Klasifikasi Tingkat Biaya Konsumsi Responden Toko Roti Mahkota
Tingkat Pendidikan Frekuensi PersentaseKurang dari Rp 10.000,-Rp 10.000,- s.d Rp 50.000,-Rp 50.000,- s.d Rp 100.000,-Di atas Rp 100.000,-
284322 7
28%43%22%7%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
30
Dari 100 orang responden, pilihan tertinggi responden yang
memiliki rata-rata pengeluaran uang untuk membeli produk toko roti
Mahkota adalah Rp10.000,- s.d Rp 50.000,-, yaitu sebesar 43% atau 43
orang. Untuk jumlah biaya konsumsi kurang dari Rp 10.000,- responden
sebanyak 28 orang, Rp 50.000,- s.d Rp 100.000,- sebanyak 22 orang, dan
untuk di atas Rp 100.000,- responden berjumlah terkecil, yaitu 7 orang.
Dari hasil survey tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
konsumen toko roti Mahkota mempunyai tingkat kemauan dan
kemampuan finansial yang cukup untuk mengkonsumsi produk-produk di
toko roti Mahkota. Hal ini berarti bahwa produk yang tersedia di Mahkota
mampu menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi, meskipun dalam
berbagai tingkat harga.
B. Variabel Pembelian
Pada pembahasan variabel pembelian ini, diuraikan bagaiman
tanggapan responden terhadap harga, kelengkapan jenis kue, cita rasa kue, dan
pelayanan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Harga
Dalam hal ini, harga dikelompokan menjadi empat, yaitu :
a. Mahal sekali
b. Sedang
c. Murah
d. Murah sekali
31
Untuk mengetahui tanggapan reponden terhadap harga produk di toko roti
Mahkota, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.5
Klasifikasi Tanggapan Responden Terhadap Harga Produk
Toko Roti Mahkota
Tingkat Harga Frekuensi Persentase
Mahal sekali
Sedang
Murah
Murah sekali
2
62
33
3
2%
62%
33%
3%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Dari 100 orang respoden, ternyata yang berpendapat bahwa harga
produk toko roti Mahkota sedang, menempati posisi terbesar, yaitu
sebanyak 62 orang, atau 62% dari keseluruhan jumlah responden.
Sedangkan yang memilih murah sebanyak 33%, harga murah sekali 3%,
dan yang memilih harga mahal sekali adalah 2%.
Dari responden yang berpendapat harga produk di toko roti
Mahkota adalah sedang, sebagian dari mereka beralasan produk-produk di
Mahkota lebih murah dibandingkan dari toko roti yang lain, mampu
dijangkau oleh konsumen kelas menengah ke bawah, dan lainnya
berpendapat harga produk sesuai dengan kondisi keuangan mereka.
Dari hasil survey tersebut, menunjukkan indikasi bahwa harga
produk-produk di toko roti Mahkota adalah sedang, yang berarti tidak
terlalu mahal dan mampu dijangkau oleh konsumen dari berbagai
32
kalangan. Dengan realita seperti di atas, toko roti Mahkota mampu dan
berani bersaing dalam segi harga dengan toko roti sejenis yang lainnya,
dengan keyakinan Mahkota lebih mampu meraih konsumen dari berbagai
kalangan.
2. Kelengkapan Jenis Kue
Dalam hal ini, kelengkapan jenis roti / taart di toko roti Mahkota
menurut pendapat responden dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu :
a. Lengkap
b. Kurang lengkap
c. Tidak lengkap sama sekali
Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kelengkapan
jenis kue pada toko roti Mahkota, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel III.6
Klasifikasi Tanggapan Responden
Terhadap Kelengkapan Jenis Kue Toko Roti Mahkota
Kelengkapan Jenis Kue Frekuensi Persentase
Lengkap
Kurang lengkap
Tidak lengkap sama sekali
87
12
1
87%
12%
1%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Dari 100 responden, ternyata 87 orang atau 87% berpendapat jenis
kue/roti di toko roti Mahkota adalah lengkap. 12 orang berpendapat
kurang lengkap, dan hanya 1 orang yang berpendapat produk di toko roti
Mahkota tidak lengkap sama sekali.
33
Sebagian besar alasan responden yang berpendapat produk di toko
roti Mahkota lengkap adalah karena di sana tersedia roti / kue taart dengan
berbagai ukuran, bentuk, rasa, dan hiasannya, sehingga produk yang
dibutuhkan dapat diperoleh di sana. Sedangkan untuk responden yang
berpendapat kurang lengkap, mereka beralasan jenis roti / kue taart yang
diinginkan tidak terdapat di Mahkota.
Dari hasil survey di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa toko roti
Mahkota mampu untuk bersaing dengan toko roti sejenis yang lain,
dengan pertimbangan jenis dari roti / kue taartnya sudah lengkap dan
sesuai dengan selera konsumen. Disamping itu toko roti Mahkota tetap
berusaha menambah atau melengkapi ragam dari produknya menjadi lebih
bervariasi, sehingga mampu untuk memenuhi keinginan dan selera seluruh
konsumen.
3. Cita Rasa Kue
Cita rasa dalam penelitian ini adalah cita rasa kue produk Mahkota
maupun kue bukan produk dari toko roti Mahkota, yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok :
a. Enak / nikmat
b. Kurang enak / kurang nikmat
c. Tidak enak sama sekali
Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap cita rasa kue dari toko
roti Mahkota, dapar dilihat pada tabel berikut ini :
34
Tabel III.7
Klasifikasi Tanggapan Responden
Terhadap Cita Rasa Kue Toko Roti Mahkota
Cita Rasa Kue Frekuensi Persentase
Enak / nikmat
Kurang enak / kurang nikmat
Tidak enak sama sekali
87
11
2
87%
11%
2%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Dari 100 orang responden, ternyata yang berpendapat cita rasa kue
di toko roti Mahkota enak sebanyak 87% dari keseluruhan jumlah
responden, atau 87 orang. Sedangkan yang berpendapat kurang enak /
kurang nikmat sebanyak 11 orang, dan yang berpendapat tidak enak sama
sekali hanya 2 orang saja.
Berdasarkan hasil survey, sebagian besar alasan dari responden
yang berpendapat cita rasa kue di toko roti Mahkota enak, karena sesuai
dengan harga dan ukurannya, serta merasakan kepuasan setelah
mengkonsumsinya.
Dari hasil survey tersebut, dapat disimpulkan bahwa cita rasa kue
di toko roti Mahkota adalah enak / nikmat. Hal itu merupakan keberhasilan
bagi toko roti Mahkota, karena cita rasa produknya mampu memenuhi
keinginan konsumen dan sesuai dengan selera mereka. Hal ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi toko roti Mahkota untuk terus meningkatkan
mutu atau kualitas dari roti dan kue taart produksinya.
35
4. Pelayanan
Pelayanan dalam penelitian ini adalah pelayanan wiraniaga, yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Ramah
b. Kurang ramah
c. Tidak ramah sama sekali
Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelayanan wiraniaga
toko roti Mahkota, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel III.8
Klasifikasi Tanggapan Responden
Terhadap Pelayanan Wiraniaga Toko Roti Mahkota
Pelayanan Frekuensi Persentase
Ramah
Kurang ramah
Tidak ramah sama sekali
24
63
13
24%
63%
13%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Dari 100 orang responden, ternyata yang berpendapat pelayanan
wiraniaga toko roti Mahkota kurang ramah berjumlah terbanyak, yaitu 63
orang, atau 63% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan yang
berpendapat pelayanannya ramah sebanyak 24 orang, dan tidak ramah
sama sekali sebanyak 13 orang.
Hampir keseluruhan alasan dari responden yang berpendapat
pelayanan wiraniaga toko roti Mahkota kurang ramah adalah karena
mereka kurang tersenyum, kurang sabar, kurang komunikatif, serta tidak
36
mengucapkan terima kasih kepada konsumen, terutama untuk bagian
kasir.
Dari hasil survey responden tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa pelayanan dari wiraniaga toko roti Mahkota kurang baik / kurang
ramah. Hal ini merupakan kritik dan masukan bagi toko roti Mahkota
untuk memperbaiki pelayanannya kepada konsumen, karena pelayanan
merupakan unsur terpenting dalam faktor pembelian.
Setelah mengklasifikasi karakteristik konsumen dan variabel
pembelian, perusahan harus memahami apa yang terjadi dalam tiap tahap
yang menunjukkan perilaku konsumen dalam proses pembelian, sehingga
dapat menyusun strategi pemasaran yang lebih baik.
Berikut ini adalah klasifikasi responden yang menunjukkan
frekuensi pembelian dan pemesanan produk pada toko roti Mahkota.
Tabel III.9
Klasifikasi Frekuensi Responden Dalam Melakukan Pemesanan
Taart Produksi Toko Roti Mahkota
Frekuensi Pemesanan Frekuensi Persentase
1 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
3 kali dalam 1 tahun
Lebih dari 3 kali dalam 1 tahun
77
14
6
3
77%
14%
6%
3%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
Dari hasil survey responden, tidak ada yang melakukan pemesanan
taart dalam bulanan dan mingguan. Seluruh responden melakukan
37
pemesanan dalam satu tahun sebanyak satu, dua, atau tiga kali. Hasil
survey responden tersebut adalah sebagai berikut :
Untuk responden yang melakukan pemesanan taart sebanyak satu kali
dalam satu tahun sebanyak 77 orang, dua kali dalam satu tahun sebanyak 19
orang, dan pemesanan tiga kali dalam satu tahun adalah 4 orang.
Sebagian besar alasan dari konsumen melakukan pemesanan taart
hanya dalam tahunan, karena mereka memesan hanya pada saat perayaan
ulang tahun, yaitu satu tahun sekali. Sedangkan konsumen yang
melakukan pemesanan taart lebih dari tiga kali dalam satu tahun,
kebanyakan adalah konsumen dengan biaya konsumsi yang tinggi, dan
berusia dewasa, dalam hal ini 36 tahun ke atas.
Hasil survey di atas dapat dijadikan acuan bagi toko roti Mahkota
untuk terus menambah jenis roti taartnya, dengan variasi ukuran, rasa,
bentuk, dan tentu saja harga yang sesuai dan mampu dijangkau oleh
konsumen, baik kelas atas maupun golongan menengah ke bawah.
Tabel III.10
Klasifikasi Responden Dalam Melakukan Pembelian Produk
Pada Toko Roti Mahkota
Frekuensi Pembelian Frekuensi Persentase1 kali dalam 1 bulan2 kali dalam 1 bulan3 kali dalam 1 bulan1 kali dalam 1 tahun2 kali dalam 1 tahun3 kali dalam 1 tahunLebih dari 3 kali dalam 1 tahun
312310341118
31%23%10% 3% 4%11%18%
JUMLAH 100 100%Sumber : Survey Responden Konsumen Toko Roti Mahkota
38
Dari hasil survey responden, keseluruhan responden tidak ada yang
melakukan pembelian produk di toko roti Mahkota dalam mingguan.
Responden melakukan pembelian selama satu atau beberapa kali dalam
satu bulan, dan dalam satu tahun.
Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil perhitungan survey
responden. Untuk frekuensi yang terbanyak adalah pembelian satu kali
dalam satu bulan, yaitu sebesar 31 orang, dan dua kali dalam satu bulan
sebanyak 23 orang. Sedangkan untuk frekuensi yang terkecil adalah
pembelian produk satu kali dalam satu tahun, yaitu sebanyak 3 orang.
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
sebagian besar konsumen mempunyai frekuensi yang sering dalam
melakukan pembelian produk di toko roti Mahkota.
Klasifikasi di atas merupakan tahap terakhir yang menunjukkan
ketertarikan konsumen terhadap segala bentuk produk yang tersedia pada
toko roti Mahkota, sehingga konsumen melakukan pembelian.
Dari keterangan di atas, telah dijelaskan mengenai hasil survey
responden yang merupakan konsumen pada toko roti Mahkota. Data-data
tersebut merupakan hasil perhitungan, analisis serta pembahasan perilaku
konsumen dalam pembelian produk di toko roti Mahkota.
39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian ini, dapat disimpulan bahwa
100 orang responden yang merupakan konsumen toko roti Mahkota,
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Dalam kaitannya dengan pembelian produk, sebagian besar konsumen
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 68 %.
2. Tingkat usia responden dalam kaitannya dengan pembelian produk,
sebagian besar adalah usia 26 – 35 tahun, yaitu sebesar 42 %.
3. Tingkat pendidikan responden dalam kaitannya dengan pembelian produk,
sebagian besar adalah tamatan SLTA, yaitu sebesar 48 %.
4. Tingkat biaya konsumsi respnden dalam kaitannya dengan pembelian
produk, sebagian besar adalah Rp 10.000,- s.d Rp 50.000,-, yaitu sebesar
43 %.
5. Dalam variabel pembelian, untuk tingkat harga, sebagian besar konsumen
berpendapat bahwa harga produk di toko roti Mahkota adalah sedang,
yaitu sebesar 62 %.
6. Pada faktor kelengkapan jenis kue, sebagian responden berpendapat
lengkap, sebesar 87 %.
7. Faktor cita rasa kue, responden berpendapat enak / nikmat merupakan
jumlah terbanyak, yaitu 87 %.
8. Pada variabel pembelian yang terakhir, yaitu pelayanan, survey responden
menunjukkan kekurang ramahan wiraniaga, sebesar 63 %.
9. Pada umumnya responden melakukan pemesanan taart sebanyak satu kali
dalam satu tahun, yaitu sebesar 77 %.
10. Untuk pembelian produk di toko roti Mahkota, sebagian besar responden
melakukannya sebanyak satu kali dalam satu bulan, yaitu 31 %.
Melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan
Threat), berdasarkan kesimpulan di atas, dapat terlihat kelebihan, kelemahan,
peluang, serta ancaman yang terdapat pada toko roti Mahkota.
1. Kelebihan Perusahaan
a. Penetapan harga produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Dalam hal ini, toko roti Mahkota menetapkan harga pada produk-
produknya dengan tidak terlalu tinggi, sesuai dengan harga pada
umumnya, dan sesuai dengan ukuran dan cita rasanya. Harga produk
di toko roti Mahkota mampu dijangkau oleh konsumen dari berbagai
kalangan.
b. Ketersediaan produk dalam dua kriteria.
Dalam hal ini adalah ketersediaan roti / kue produksi toko roti
Mahkota sendiri, dan roti / kue produksi perusahaan lain.
c. Ketersediaan produk selain roti dan kue taart.
Dalam hal ini tersedia produk lain seperti makanan dan minuman
ringan, susu, permen, perlengkapan pesta ulang tahun, dan lain
sebagainya.
41
d. Ketersediaan perangkat dekorasi kue.
Dalam hal ini toko roti Mahkota menyediakan produk kue taart untuk
dijual dan dipesan, selain itu juga menyediakan perangkat dekorasi
untuk kue taart tersebut.
e. Ketersediaan sarana komunikasi dan transportasi.
Dalam hal ini sarana komunikasi yang bisa digunakan untuk menerima
pesanan kue taart secara langsung melalui telepon. Untuk sarana
transportasinya adalah mobil box untuk sarana pengantar pesanan kue
taart dan kue lainnya ke tampat tujuan.
f. Ketersediaan jenis ragam / corak dekorasi roti dan kue taart, berikut
cita rasanya.
Dalam hal ini dilihat pada beragamnya bentuk-bentuk kue taart yang
diproduksi, demikian pula dengan beragamnya cita rasa kue lain
produksi sendiri selain kue taart, sehingga konsumen dapat melakukan
pilihan dengan leluasa.
2. Kelemahan Perusahaan
Mayoritas dari responden berpendapat bahwa pelayanan wiraniaga toko
roti Mahkota adalah kurang baik, dalam hal ini adalah kurang ramah. Hal
ini bisa disebabkan karena kurang optimalnya pelayanan wiraniaga pada
jam sibuk, atau saat pengunjung sedang ramai, dan jumlah wiraniaga yang
terbatas, sehingga pengunjung merasa kurang diperhatikan.
42
3. Peluang Perusahaan
a. Memperoleh konsumen yang lebih banyak, karena variabel pembelian
yang tersedia mampu memenuhi selera konsumen, yaitu harga yang
terjangkau bagi semua kalangan, jenis kue yang lengkap, serta cita rasa
kue yang enak / nikmat
b. Menarik konsumen dari berbagai daerah, dengan berdasarkan
pengalaman seorang konsumen, yang diharapkan akan
menginformasikan kepada calon konsumen lain, yang didukung
dengan sarana komunikasi dan transportasi, sebagai bentuk jasa
pemesanan dan pengantar kue pesanan.
c. Terpenuhinya kepuasan konsumen, dicerminkan sebagai suatu
keberhasilan bagi toko roti Mahkota, sehingga persaingan dengan toko
roti sejenis yang lain bukan merupakan suatu hambatan, karena
produk-produk yang tersedia sudah lengkap, khususnya untuk kue
taart, yang dilengkapi dengan dekorasinya, serta alat-alat perlengkapan
pesta ulang tahun.
4. Ancaman Perusahaan
a. Dengan melihat hasil survey responden tentang kurangnya optimalisasi
pelayanan/keramahan wiraniaga toko roti Mahkota kepada konsumen,
terdapat ancaman bahwa konsumen akan beralih ke toko roti sejenis
yang lain, yang memiliki kualitas pelayanan yang lebih baik, di mana
hal ini merupakan unsur yang utama bagi konsumen.
b. Berkurangnya pangsa pasar toko roti Mahkota, karena semakin banyak
bermunculan toko roti sejenis dalam wilayah yang hampir berdekatan,
43
yang menerapkan model atau sistem hampir sama dengan toko roti
Mahkota.
B. SARAN-SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang didukung dengan adanya kelebihan,
kelemahan, peluang, serta ancaman perusahaan yang terdapat pada toko roti
Mahkota, maka sebaiknya perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan. Untuk menerapkan strategi
tersebut, diperlukan beberapa kebijaksanaan, antara lain :
1. Peningkatan pelayanan.
Peningkatan optimalisasi pelayanan kepada konsumen, terutama saat jam
sibuk atau pengunjung sedang ramai, serta melengkapi pelayanan fasilitas
toko, sehingga dapat memberikan kepuasan yang lebih kepada konsumen.
2. Potongan penjualan.
Bila memungkinkan, toko roti Mahkota mengadakan diskon dan
pemberian bonus, jika konsumen melakukan pembelian dalam jumlah
besar, atau keduanya dapat diberikan pada saat-saat tertentu. Dengan
demikian, semakin banyak konsumen melakukan pembelian, berarti
semakin banyak pelanggan, dan volume penjualan akan meningkat.
3. Menerapkan sistem promosi untuk meningkatkan volume penjualan.
Untuk lebih meningkatkan volume penjualan, sebaiknya toko roti Mahkota
mengadakan sistem promosi melalui brosur, sponsorship, atau dengan
mobil keliling, yang bertujuan agar konsumen dari berbagai daerah tahu
dan lebih mengenal produk-produk dari toko roti Mahkota.
44
DAFTAR PUSTAKA
AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen, Bandung, PT. Eresco, 1988.
Alex S. Nitisemito, Marketing, Jakarta, Ghalia Indonesia,1981.
Basu Swastha DH, Azas-azas Marketing, Yogyakarta, Liberty, 1984.
Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Yogyakarta, Liberty, 1987.
Dr. M. Suparmoko, MA, Metode Penelitian Praktis, BPFE Yogyakarta, 1991.
William J. Stanton, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jakarta, Erlangga, 1985, Jilid 1.
45
LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK KONSUMEN TOKO ROTI MAHKOTA
I. KARAKTER RESPONDEN
1. Nama : _______________________
2. Alamat Kota : _______________________
3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
4. Berapa usia anda :a. 15 – 25 thb. 26 – 35 thc. 36 – 45 thd. 45 th keatas
5. Pendidikan terakhir anda :a. Tamat SDb. Tamat SLTPc. Tamat SLTA d. Tamat Perguruan Tinggi
6. Berapakah rata-rata anda mengeluarkan uang untuk membeli produk-produk toko roti Mahkota dalam satu bulan ? a. Kurang dari Rp 10.000,-b. Rp 10.000,- sampai Rp 50.000,-c. Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,-d. Di atas Rp 100.000,-
II. JAJAK TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP TOKO ROTI MAHKOTA1. Ketika membeli roti dan bahan lain di toko roti Mahkota, mana yang
paling memuaskan anda di antara faktor-faktor yang ditawarkan oleh toko roti Mahkota :a. Hargab. Kelengkapan jenis kue c. Citarasa kued. Pelayanan
2. Bagaimana menurut anda tentang harga-harga produk di toko roti Mahkota, baik produk roti / taart produksi toko roti Mahkota sendiri maupun jenis makanan dan minuman produk perusahaan lain ?a. Mahal sekalib. Sedangc. Murahd. Murah sekaliAlasan _____________________________________________________
3. Bagaimana menurut anda jenis roti / taart di toko roti Mahkota ?a. Lengkapb. Kurang lengkapc. Tidak lengkap sama sekaliAlasan _____________________________________________________
4. Bagaimana menurut anda tentang citarasa kue produk Mahkota dan kue
bukan produk Mahkota yang dijual di toko roti Mahkota ?a. Enak / nikmatb. Kurang enak / nikmatc. Tidak enak sama sekaliAlasan ___________________________________________________
5. Bagaimana menurut anda pelayanan wiraniaga toko roti Mahkota ?a. Ramahb. Kurang ramahc. Tidak ramah sama sekaliAlasan ___________________________________________________
6. Berapa kali anda melakukan pemesanan taart di toko roti Mahkota ?a. 1 kali dalam (1 minggu / 1 bulan / 1 tahun) *b. 2 kali dalam (1 minggu / 1 bulan / 1 tahun) *c. 3 kali dalam (1 minggu / 1 bulan / 1 tahun) *d. Lebih dari 3 kali dalam (1 minggu / 1 bulan / 1 tahun) *
7. Berapa kali anda melakukan pembelian roti / taart / bahan-bahan makanan atau minuman di toko roti Mahkota ?a. 1 kali dalam (1 minggu / 1 bulan / 1 tahun) * b. 2 kali dalam (1 minggu / 1 bulan / 1 tahun) *c. 3 kali dalam (1 minggu / 1 bulan / 1 tahun) *d. Lebih dari 3 kali dalam (1minggu / 1 bulan / 1 tahun) *
* Coret Yang Tidak Perlu