Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

11
NABI MUSA AS DAN NABI KHIDIR AS A. KISAH Allah Swt. tidak menurunkan al-Quran kecuali agar ia menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa serta obat penyakit hati mereka. Dalam upaya mencapai petunjuk tersebut, ada beberapa cara yang ditempuh oleh al-Quran. Ada kalanya melalui hukum, melalui akhlak, melalui keajaiban dan bahkan ada kalanya melalui cerita. Harus kita yakini bersama, bahwa kisah yang dituangkan dalam al-Quran bukanlah kisah biasa. Ia adalah kisah terbaik yang di dalamnya mengandung pelajaran, bagi orang-orang yang berfikir dan mempergunakan hatinya untuk mencapai hidayah Allah. Salah satu kisah yang terdapat dalam al-Quran adalah kisah “pertemuan antara nabi Musa As dengan Nabi Khidir As”. Kisah ini berawal ketika Nabi Musa As. berkhutbah di atas mimbar mengajarkan berbagai ilmu kepada Bani Israil dimana mereka sangat kagum dengan keluasan ilmunya. Saat itu ada yang bertanya kepadanya: “Wahai Nabi Allah, adakah di dunia ini seseorang yang lebih berilmu daripada engkau?” Nabi Musa menjawab: “Tidak.”

Transcript of Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

Page 1: Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

NABI MUSA AS DAN NABI KHIDIR AS

A. KISAH

Allah Swt. tidak menurunkan al-Quran kecuali agar ia menjadi petunjuk

bagi orang-orang yang bertakwa serta obat penyakit hati mereka. Dalam upaya

mencapai petunjuk tersebut, ada beberapa cara yang ditempuh oleh al-Quran. Ada

kalanya melalui hukum, melalui akhlak, melalui keajaiban dan bahkan ada

kalanya melalui cerita.

Harus kita yakini bersama, bahwa kisah yang dituangkan dalam al-Quran

bukanlah kisah biasa. Ia adalah kisah terbaik yang di dalamnya mengandung

pelajaran, bagi orang-orang yang berfikir dan mempergunakan hatinya untuk

mencapai hidayah Allah. Salah satu kisah yang terdapat dalam al-Quran adalah

kisah “pertemuan antara nabi Musa As dengan Nabi Khidir As”.

Kisah ini berawal ketika Nabi Musa As. berkhutbah di atas mimbar

mengajarkan berbagai ilmu kepada Bani Israil dimana mereka sangat kagum

dengan keluasan ilmunya. Saat itu ada yang bertanya kepadanya: “Wahai Nabi

Allah, adakah di dunia ini seseorang yang lebih berilmu daripada engkau?” Nabi

Musa menjawab: “Tidak.”

Sebenarnya jawaban ini tidak salah, karena ia didasari pengetahuan yang

ada pada beliau, sekaligus sebagai dorongan agar mereka semakin senang

menimba ilmu darinya. Akan tetapi Allah segera menegur beliau dan

mengabarkannya bahwa masih ada seorang hamba-Nya yang ilmunya lebih

banyak dari nabi Musa As. Ia tinggal di daerah pertemuan dua laut.

Mari kita simak cerita tersebut secara rinci sebagaimana dituturkan oleh al-

Quran surat Al-Kahfi(18) ayat: 60-82.

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada (muridnya): “Aku tidak akan berhenti

(berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan

sampai bertahun-tahun. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut

Page 2: Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

itu, mereka lupa akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut

itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:

“Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena

perjalanan kita ini.”

Muridnya menjawab: “Tahukah anda tatkala kita mencari tempat berlindung

di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan

tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan

itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”

Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula.

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami,

yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami

ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu

mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu.”

Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar

bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.”

Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang

yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.”

Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan

kepadaku tetang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.”

Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu

Khidhir melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang

akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah

berbuat kesalahan yang besar.”

Page 3: Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

Dia (Khidhir) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu

sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.

Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan

janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.”

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan

seorang anak, maka Khidhir membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu

bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain Sesungguhnya

kamu telah melakukan suatu yang mungkar.”

Khidhir berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa

sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.”

Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali)

ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya

kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.”

Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk

suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk

negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam

negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding

itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.”

Khidhir berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan

memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat

sabar terhadapnya.”

Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan

aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja

yang merampas tiap-tiap bahtera.

Dan adapun anak itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu’min,

dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada

kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka

Page 4: Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak

itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota

itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang

ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya

mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai

rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku

sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat

sabar terhadapnya.”(QS. al-Kahfi/18:60-82).

B. Pelajaran Yang dapat diambil dari Kisah Nabi Musa As dan Nabi Khidir

As.

Dari kisah di atas, sangat banyak pelajaran yang bisa dipetik dan diamalkan

dalam kehidupan sehari-hari. Adapun dibawah ini akan penulis rincikan beberapa

pelajaran yang bisa diambil dari kisah tersebut, yang di dalamnya meliputi :

tuntunan, anjuran, dorongan semangat, motifasi, ancaman, larangan, dll.

1. Meskipun berpredikat sebagai Nabi dan Rasul yang telah diberikan mukjizat,

juga Kitab Taurat namun tidak menutup diri untuk tetap mencari ilmu

pengetahuan

2. Pengetahuan Allah swt sangat luas dan tidak terbatas

3. Manusia tidak boleh tertipu atau tergesa-gesa dalam melakukan tanggapan

atau reaksi, sebaliknya ia harus mengembalikan pengetahuannya kepada Allah

swt dengan mengatakan “Allah Maha tau”

4. Kita harus menghormati guru atau pengajar dan mau menempuh berbagai

kesulitan dalam menuntut ilmu

5. Kita harus bersabar dalam menuntut ilmu, sehingga kita bisa meraih apa yang

kita harapkan

6. Tidak boleh tergesa-gesa atau terburu-buru dalam mengambil keputusan

7. Khidir merupakan simbol ketenangan dan diam dalam mengerjakan sesuatu

Page 5: Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

8. Menilai sesutu harus dilihat dari sudut/kaca mata yang banyak, tidak hanya

dari satu sisi saja

9. Sikap Musa yang kritis melihat kondisi sosial perlu untuk dicontoh

10. Pelajaran untuk mengikuti instruksi guru atau orang yang lebih paham

11. Sepintar apapun orang, tetap memiliki kekurangan

12. Tidak boleh sombong dengan kedudukan/ilmu yg dimilik, seperti halnya Musa

ketika ditanya oleh Bani Israil apakah ada yg alim lagi selain Nabi Musa

namun Musa menjawab tidak ada

13. Banyak musibah yang terjadi di bumi justru di balik itu terdapat rahmat yang

besar

14. Nikmat terkadang membawa sesuatu bencana dan sebaliknya, suatu bencana

terkadang membawa nikmat. Banyak hal yang lahirnya baik temyata justru di

balik itu terdapat keburukan.

15. Tidak selamyanya guru yang tidak mengesankan itu tidak baik dan sedikit

ilmunya

16. Mempelajari ilmuyang baik adalah dekat bersama guru.

17. Tida selamanya perkara lahir dapat menafsirkan perkara batin

18. Nabi Khidir a.s dikenal diseluruh wilayah Islam. Beliau merupakan

personifikasi sebuah fungsi intelek metafisis, “ruh (semangat) kenabian”,

sebuah proyeksi kepada pusat wujud

19. Mempertanyakan hal-hal yang di luar rasio/akal manusia adalah benar.

20. Ini merupakan kisah kasuistik

21. Penegakkan hukum berlaku secara lahiriah. Hal ini terlihat dalam tindakan

nabi Musa As. yang memprotes Nabi Khidir, karena dalam pandnagan Nabi

Musa, bahwa yang dilakukannya adalah kesalahan.

22. Ayat yang bebunyi: “Insya Allah engkau akan dapati aku sebagai seorang

yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusanpun.”

Mengajarkan kepada kita agar selalu berhati-hati dan teliti serta tidak terburu-

buru menghukumi suatu permasalahan sampai yang diinginkan atau yang

dimaksud benar-benar jelas. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa jika

seorang pendidik melihat adanya kebaikan dengan menerangkan kepada

Page 6: Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

muridnya agar tidak bertanya tentang suatu permasalahan hingga dia (pendidik

itu) sendiri yang menerangkan masalah itu kepadanya (maka hendaknya dia

lakukan). Dan sesungguhnya kemaslahatan itu senantiasa mengikuti.

Sebagaimana halnya bila seorang murid mempunyai pemahaman kurang

sempurna, hendaknya guru melarang muridnya memberatkan diri untuk

meneliti suatu permasalahan sedemikian rupa dan bertanya tentang persoalan

yang tidak ada kaitannya dengan topik yang diajarkan.

23. Ayat: “Dan bagaimana kamu dapat bersabar terhadap sesuatu yang kamu

belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” Mengajarkan

kepada kita, bahwa seseorang yang tidak sanggup bersabar dalam menyertai

guru atau pendidiknya, atau tidak memiliki kekuatan untuk tetap teguh dalam

menempuh jalan mencari ilmu, maka dia bukanlah termasuk orang yang

dikatakan pantas untuk menerima ilmu.

24. Ayat yang berbunyi: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan

kepadaku ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” menunjukkan cara

mempunyai adab sopan santun dan bersikap lemah lembut terhadap guru atau

pendidik, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Musa dimana beliau

menggunakan tutur kata yang sangat santun dan seakan-akan sedang meminta

pendapat. Selain itu, ayat di atas juga menjelaskan bahwa ilmu yang

bermanfaat adalah yang dapat membawa pemiliknya kepada kebaikan.

Sedangkan ilmu yang tidak seperti itu, boleh jadi hanya akan menimbulkan

madharat atau tidak membawa kebaikan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat

tadi: “Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu.”

25. Firman Allah yang bebrunyi: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di

antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari

sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami,”

menjelaskan bahwa ilmu yang diajarkan kepada para hamba-Nya ada dua

jenis: Pertama, ilmu yang diperoleh dengan usaha insani (kasbi) secara

bersungguh-sungguh. Kedua, ilmu yang dihasilkan secara langsung oleh Allah

tanpa proses insani terlalu panjang. Ia disebut dengan ilham/laduni atau

Page 7: Nabi Musa as Dan Nabi Khidir As

wahyu. Ia dianugerahkan Allah hanya kepada orang-orang saleh

yangdikehendaki-Nya.

26. Kata-kata nabi Musa As: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai

ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.”

Memiliki pelajaran: Keteguhan Nabi Musa untuk menambah ilmu demi

keselamatan dunia akhirat. Oleh karena itu, beliau mencari orang yang dapat

mengobati kehausannya akan ilmu. Hal ini mengajarkan kepada kita, bahwa

orang yang ingfin mendapatkan ilmu haruslah keluar dari tempatnya dan

mencari dimana sang guru berada dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Nabi

Musa rela melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk menuntut ilmu dan

merasakan keletihan. Beliau lebih suka meninggalkan Bani Israil agar

nantinya dapat mengajar dan membimbing mereka, dan memilih berangkat

mencari tambahan ilmu.

27. Kisah itu hanya ingin memberi pelajaran kepada orang yahudi bahwa seorang

Musa yang mereka banggakan itu ternyata tidak lebih berilmu dari seorang

hamba Allah lainnya.

28. Kisah Musa dengan orang yang disebut-sebut kemudian sebagai nabi Khidhir

oleh para mufassir itu tentu tidak mengajarkan bolehnya seseorang membunuh

bayi, dengan alasan dia punya ilmu ghaib atau ilmu terawang. Sebab hamba

Allah SWT yang seperti itu tidak ada di tengah umat Muhammad SAW.

Demikian juga kisah itu tidak mengajarkan kita menerima konsep adalah

dengan sosok immortal yang tidak mati-mati, sebagaimana kepercayaan

sebagian kalangan.