Myeloradiculopathy

8
LAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Rahmad Fitra Sadik NIM : Ruang : Azalea A. Pengertian Myeloradiculopathy merupakan penyakit medula spinalis dan radiks nervus spinalis (Kamus saku Kedokteran Dorland). Myeloradiculopathy merupakan kerusakan atau sindroma klinik karena kerusakan pada medula spinalis ataupun pada akar persyarafan (Urip Rahayu). Myeloradiculopathy merupakan gangguan pada medula spinalis dan gangguan pada akar medula spinalis (Cecep). Jadi, myeloradiculopathy adalah kerusakan atau penyakit karena kerusakan atau gangguan atau trauma pada medula spinalis dan gangguan pada akar medula spinalis. Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya (Arif Muttaqin, 2005, hal. 98). B. Etiologi Penyebab dari Trauma medulla spinalis yaitu : a. kecelakaan kendaraan, industri b. terjatuh, olah-raga, menyelam

Transcript of Myeloradiculopathy

LAPORAN PENDAHULUANNama Mahasiswa: Rahmad Fitra SadikNIM: Ruang: AzaleaA. PengertianMyeloradiculopathy merupakan penyakit medula spinalis dan radiks nervus spinalis (Kamus saku Kedokteran Dorland). Myeloradiculopathy merupakan kerusakan atau sindroma klinik karena kerusakan pada medula spinalis ataupun pada akar persyarafan (Urip Rahayu). Myeloradiculopathy merupakan gangguan pada medula spinalis dan gangguan pada akarmedula spinalis (Cecep). Jadi, myeloradiculopathy adalah kerusakan atau penyakit karena kerusakan atau gangguan atau traumapada medula spinalis dan gangguan pada akar medula spinalis.Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya (Arif Muttaqin, 2005, hal. 98).

B. EtiologiPenyebab dari Trauma medulla spinalis yaitu :a. kecelakaan kendaraan, industrib. terjatuh, olah-raga, menyelamc. luka tusuk, tembakd. tumor.

C. Manifestasi KlinisJika dalam keadaan sadar, pasien biasanya mengeluh nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena. Pasien sering mengatakan takut kalau leher atau punggungnya patah. Cedera saraf spinal dapat menyebabkan gambaran paraplegia atau quadriplegia. Akibat dari cedera kepala bergantung pada tingkat cedera pada medulla dan tipe cedera.Tingakat neurologik yang berhubungan dengan tingkat fungsi sensori dan motorik bagian bawah yang normal. Tingkat neurologik bagian bawah mengalami paralysis sensorik dan motorik otak, kehilangan kontrol kandung kemih dan usus besar (biasanya terjadi retansi urin dan distensi kandung kemih , penurunan keringat dan tonus vasomotor, dan penurunan tekanan darah diawali dengan retensi vaskuler perifer. Pada pernapasan timbul gejala napas pendek,kekurangan O2,sulit bernapas,dan timbul tanda pucat,sianosis.

D. PatofisiologisKerusakan meduala spinalis berkisar dari komosio sementara (di mana pasien sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi, dan kompresi substabsia medulla (baik salah satu atau dalam kombinasi)sampai transeksi lengkap medulla ( yang membuat pasiaen paralysis dibawah tingkat cedera)Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes kekstrakaudal, subdural atau subarakhnoid pada kanal spinal.segera setelah terjadi kontusion atau robekan akibat cedera, serabut serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi drah dan subtansia grisea medulla spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera pembuluh darah medulla spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menimbulkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian kejadian yang menimbulkan iskemia,hipoksia, edema, dan lesi-lesi hemoragi, yang pada gilirannya menyepabkan kerusakan meilin dan akson.Reaksi ini diyakini menjadi penyebab prinsip degenarasi medulla spinalis pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversible sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka beberapa metode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat obat antiimflamasi lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam kerusakan total dan menetap.

E. Pemeriksaan Diagnostika. Sinar X spinalMenentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasib. Skan ctMenentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun strukturalc. MRIMengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresid. Mielografi.Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).g. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

F. Komplikasia. Neurogenik shock.b. Hipoksia.c. Gangguan paru-parud. Instabilitas spinale. Orthostatic Hipotensif. Ileus Paralitikg. Infeksi saluran kemih h. Kontrakturi. Dekubitusj. Inkontinensia bladerk. KonstipasiG. PenatalaksanaanTrauma tulang belakang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap berupa kelumpuhan yang permanent. Kelumpuhan yang terjadi mempunyai dampak perawatan yang rumit dan memerlukan banyak peralatan. Ada dua tujuan utama penanganan cedera tulang belakang:1. Tercapainya tulang belakang yang stabil serta tidak nyeri2. Mencegah terjadinya jejas lintang sumsum tulang belakang sekunder.Tindakan yang dilakukan untuk penanganan cedera tulang belakang :a. Lakukan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan).b. Optimalisasi faal ABC: jalan nafas, pernafasan dan peredaran darah.c. Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotorak??)d. Pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesie. Pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan)f. Tindak bedah (dekompresi, reposisi atau stabilisasi)g. Pencegahan penyulit- Ileus paralitik sonde lambung- Penyulit kelumpuhan kandung kemih- Pneumoni- DekubitusH. Asuhan Keperawatana. PengkajianPengkajian pada klien dengan trauma medulla spinalis meliputi:1. Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal2. Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi,Hipotensi, bradikardi, ekstremitas dingin atau pucat3. Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltik hilang4. Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, 5. gelisah dan menarik diri6. Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang7. Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADL8. Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid,9. Hilangnya sensasi dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil10. Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah trauma, danMengalami deformitas pada daerah trauma11. Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis12. Keamanan : suhu yang naik turun (Carpenito (2000), Doenges at al (2000)

b. Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan pola pernapasan b/d kelemahan /paralisis otot-otot abdomen dan intertiostal dan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi. Kerusakan integritas kulit yang b/d penurunan immobilitas, penurunan sensorik. Nyeri akut y.b.d trauma jaringan syaraf Perubahan pola eliminasi urine b/ddkelumpuhan syarat perkemihan.

c. Perencanaan dan Implementasi.Tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.

d. Evalusi.a. Klien dapat meningkatkan pernafasan yang adekuatb. Klien dapat memperbaiki mobilitasc. Klien dapat mempertahankan integritas kulitd. klien mengalami peningkatan eliminasi urinef. Klien menyatakan rasa nyaman