Mycobacterium
-
Upload
rizka-kartikasari -
Category
Documents
-
view
113 -
download
8
Transcript of Mycobacterium
![Page 1: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/1.jpg)
MYCOBACTERIUM
Mycobacterium adalah genus dari Actinobacteria. Genus ini termasuk patogen
diketahui menyebabkan penyakit serius pada mamalia. Ada 2 spesies penting yang pathogen
pada manusia, yaitu:
– Mycobacterium tuberculosa ( M.tbc)
– Mycobacterium leprae (M.leprae)
1. Mycobacterium tuberculosa
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret
1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit
tuberkulosa (TBC) Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch
Pulmonum (KP).
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis.
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Upaordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies :Mycobacterium tuberculosis
Morfologi :
Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, dapat
berbentuk lurus ataupun bengkok,terpisah sejajar, dengan diameter 0,2-0,6 µm dan
panjang 1,5-3 µm. Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai
bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan
zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun
dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam, dengan
cat Ziehl Nelson (ZN) tampak berwarna merah ( BTA + ). Bakteri ini bersifat aerobik,
tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul dan non motil.
Berikut gambar bakteri Mycobacterium tuberculosis.
![Page 2: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/2.jpg)
Kultur :
Bakteri ini dapat di kultur pada Medium Lowenstein – Jensen, yang
mengandung garam, asam oleat, gliserol, kuning telur, tepung kentang, Malachit Green
yg menghambat bakteri lain. pH optimum 6,8 dan suhu optimum 37˚C. Bentuk koloni
Mycobacterium tuberculosis dalam medium ini adalah bulat, kering dengan permukaan
kasar, warna putih kekuningan
Patogenesis :
Perkembangan penyakit TBC ditentukan oleh :
Jumlah bakteri Mycobacterium yang masuk
Virulensi bakteri
Daya tahan Host ( inang)
Sumber infeksi dari penyakit ini ada beberapa macam seperti droplet dari dahak,
aerosol dari pernafasan, susu yang tercemar, makanan dan minuman tercemar, isi
saluran pencernakan dan leleran dari saluran urogenital (Mudihardi, 2005).
Menurut sari (2004), TBC dapat menular melalui beberapa cara yaitu inhalasi,
ingesti, kontak langsung, peralatan yang terkontaminasi, dan infeksi silang.
Inhalasi:
Penularan terjadi karena adanya aerosol yang dikeluarkan melalui batuk oleh
penderita atau material tinja kering yang terhirup oleh manusia dan hewan.
Penularan seperti ini sangat cepat apabila hewan sakit berada satu kandang dengan
hewan sehat (Sari 2004). Jika terhirup dalam bentuk debu kering, bakteri tuberkel
dapat lewat secara langsung ke dalam rongga udara paru-paru dan sampai di
alveolus (Davies 1947). Di dalam paru-paru mikroorganisme ini ditangkap oleh
makrofag dan dibawa ke nodus limfatikus, tempat dimana mikroorganisme
memulai penyebarannya.
Ingesti
Manusia dan hewan dapat tertular penyakit TBC dari air susu yang terinfeksi,
pakan atau air yang terkontaminasi oleh discharge, urin atau feses yang terinfeksi.
![Page 3: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/3.jpg)
Kontak dengan manusia atau hewan yang terinfeksi juga dapat memberikan
penularan yang timbal balik. Organisme mikobakteria akan menembus mukosa
tenggorokan sehingga akan tampak perlukaan pada daerah tenggorokan atau
limfoglandula submaxillary, atau dapat menjangkau mukosa usus dan melewati
vena mesenterika. Pada kasus yang lebih luas, organisme menembus mukosa tanpa
memproduksi luka makroskopik pada titik masuk (Davies 1947).
Kontak langsung
Penularan TBC dapat juga terjadi melalui gigitan hewan yang sakit terhadap hewan
yang sehat. Kuman yang terdapat pada air liur masuk ke dalam tubuh hewan yang
tergigit melalui jaringan (Sari 2004).
Tempat Predileksi
a) Paru : TBC Paru / Kp (Koch Pulmonum)
b) Lymfonodi : TBC Kelenjar
c) Kulit : TBC Kulit/ Cutis
Di Limf. + Kulit Scrofuloderma
d) Vertebra : Spondilitis TB
e) Mening : Meningitis TBC
f) Usus
g) Ginjal
Gejala Klinis
![Page 4: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/4.jpg)
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik Gejala-gejala tersebut adalah :
a. Gejala umum (Sistemik)
– Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
– Penurunan nafsu makan dan berat badan.
– Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
– Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus (Khas)
– Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas
melemah yang disertai sesak.
– Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
– Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
– Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Diagnosis
1) Klinis
2) Radiologis
3) Bacteriologis
Diagnosis secara bakteriologis yaitu dengan pemeriksaan mikroskopik.
ditemukannya bakteri BTA + dari spesimen yang berasal dari sputum, kerokan
ulkus, cairan pleura, liquor cerebro spinalis (LCS), kumbah lambung. Dengan
melakukan pengecatan ZN ( ziehl nelson).Cat ZN terdiri: - ZN A (Fuchsin base),
ZN B (HCl atau H2SO4), ZN C (Methylen blue. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat
![Page 5: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/5.jpg)
dilakukan identifikasi bakteri tahan asam), dimana bakteri akan terbagi menjadi
dua golongan:
– Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikat
warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu
mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna merah
dengan warna dasar biru muda.
– Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pada pewarnaan ZN, warna
pertama, yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteri
akan mengikat warna kedua. Dibawah miskroskop tampak bakteri berwarna
biru tua dengan warna dasar biru yang lebih muda.
4) Histopatologis
5) Imunologis
Salah satu metode yang dapat di gunakan untuk mendiagnosis infeksi TBC
adalah tes mantoux. Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein
yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan
atas kulit lengan bawah kiri.
Indurasi ini ditandai dengan bentuk kemerahan dan benjolan yang muncul di
area sekitar suntikan. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-
9 mm dinilai meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif. Namun hasil
tes Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis karena kadang
hasil tes ini memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Hasil pemeriksaan tes
mantoux ini harus didukung dengan keluhan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
laboratorium yang ada seperti yang telah disebutkan.
Pengobatan Penyakit Tuberculosis
![Page 6: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/6.jpg)
Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara tidak langsung
akan mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah beberapa obat yang biasanya
digunakan dalam pengobatan penyakit TBC:
1) Isoniazid (INH)
Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini
merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk
menimbulkan efek. Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel
mikrobakteri
2) Rifampisin / Rifampin
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah
transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri
3) Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak
yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri
4) Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba
dengan cara menghambat sintesis protein
5) Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel
bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding
Dalam terapi TBC, biasanya dipilih pemberian dalam bentuk kombinasi dari 3-
4 macam obat tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya resistensi
bakteri terhadap obat. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat pertumbuhannya,
maka penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu untuk membunuh
seluruh bakteri secara tuntas.
Pengendalian Dan Pencegahan Penyakit
Terhadap Penderita
o Diagnosis Dini
o Pengobatan Dini Dan Adequat. Adequat maksudnya pengobatan harus
dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus, walaupun pasien telah merasa
lebih baik / sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan
bakteri menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih sukar untuk
disembuhkan dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani
![Page 7: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/7.jpg)
o Isolasi penderita, Misalnya di Sanatorium, Rumah sakit.Paru.
Terhadap orang sekitar penderita
o Balita : imunisasi BCG
o Dewasa : profilaksis dengan INH
Masyarakat
o penyuluhan TBC kepada masyarakat.
2. Mycobacterium leprae
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang
menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri
intraselular.[2] M. leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat. Mycobacterium
leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan bentuknya.
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium leprae:
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Upaordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium leprae
Bakteri Mycobacterium leprae yang berbentuk batang panjang, sisi paralel
dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 mikron x 1-8 mikron. Basil ini berbentuk batang
gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, dapat tersebar atau dalam berbagai ukuran
bentuk kelompok. Pada pemeriksaan langsung secara mikroskopis, tampak bentukan khas
adanya basil yang mengerombol seperti ikatan cerutu, sehingga disebut packet of cigars
(globi). Organisme ini tidak tumbuh pada perbenihan buatan. Pada tahun. 1960 Sphephar
berhasil membiakkan Mycobacterium leprae pada telapak kaki tikus putih.
Tempat masuk kuman kusta ke dalam tubuh host sampai saat ini belum dapat
dipastikan. Diperkirakan cara masuknya adalah melalui saluran pernafasan bagian atas dan
melalui kontak kulit yang tidak utuh. Sumber infeksi dari eksudat dari lesi penderita lepra.
Masa inkubasi lepra berlangsung lama, antara beberapa bulan sampai 12 tahun, rata-rata 2-
7 tahun. Bakteri yang masuk, menyebar secara hematogen kemudian menimbulkan
penyakit lepra / kusta/ morbus Hansen (MH).
![Page 8: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/8.jpg)
Organ Predileksi
1) Kulit. Di tandai dengan bentukan makula, biasanya seperti warna panu (achromi).
Bisa timbul nodul-nodul di wajah, hidung, telinga dan menyebabkan facies leonina.
2) Syaraf
Di saraf perifer, yaitu N. Auricularis magnus, N. Facialis, N. Trigeminus,N.
Radialis,N. Ulnaris, N. Medianus, N. Peroneus communis, N. Tibialis posterior
Mengganggu fungsi saraf motorik (menyebabkan atropi otot), saraf sensorik
(menyebabkan anastesiatraumainfeksimutilasi), gangguan otonom
(menyebabkan anhidrosis).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit lepra dapat menimbulkan syndroma 4 A,
yaitu :
• Achromia : tidak berwarna
• Anestesi : tidak terasa
• Atrophy : otot mengecil
• Anhidrosis : kering, tidak berkeringat
Gejala klinis
Secara klinis, penyakit lepra dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1) Lepromatosa (L)
Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.
Berbentuk bintil-bintil (nodule), macula-makula tipis yang difus di badan, merata di
seluruh badan, besar dan kecil bersambung simetrik.
2) Tuberkuloid (T)
Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1 atau
beberapa. Batas lokasi terdapat di pantat,punggung, lengan, kaki, pipi. Permukaan
kering, kasar sering dengan penyembuhan di tengah.
3) Borderline (B)
![Page 9: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/9.jpg)
Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi
sama dengan Tuberkuloid.
Diagnosis
1) Klinis
Dengan cara pemeriksaan kulit, lesi kulit harus diperhatikan,juga kerusakan kulit
dan juga pemeriksaan saraf tepi.
2) Bakteriologis
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan kulit,Transudat dari cuping
telinga (REITZ Serum) atau mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan basil
tahan asam, yaitu dengan ZN.
3) Histopatologis
Pemeriksaan histopatologik pada penyakit kusta biasanya dilakukan untuk
memastikan gambaran klinik, misalnya kusta intermedietatau penentuan klasifikasi
kusta. Disini umumnya dilakukan pewarnaan Hematoxylin-Eosyn (H.E) dan
pengecatan tahan asam untuk mencari basil tahan asam (BTA)
4) Imunologis
Terapi
Untuk pengobatan lepra dibagi 2, yaitu:
![Page 10: Mycobacterium](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013111/55721122497959fc0b8e6ab8/html5/thumbnails/10.jpg)
1) Multi baciller (MB): bila BTA +. Diberikan rifampicin, DDS ( diamino diphenil
sulfon), klofazimin (lamprene) dalam 12 – 18 bulan
2) Pausi baciller (PB): bila BTA –. Diberikan rifampicin, DDS dalam 6 – 9 bulan.
Pencegahan
Penyakit kusta adalah penyakit yang memberi stigma yang sangat besar besar
pada masyarakat, sehingga penderita kusta menderita tidak hanya kerena penyakitnya
saja, juga dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat. Hal tersebut sebenarnya lebih
banyak disebabkan karena cacat tubuh yang tampak menyeramkan. Cacat tubuh
tersebut sebenarnya dapat dicegah apabila diagnosis, penanganan penyakit dilakukan
secara dini dan pengobatan secara adequat. Diperlukan pula edukasi anggota keluarga.
Menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal juga penting dilakukan.
Epidemiologi
Penderita lepra merupakan sumber infeksi dari penyakit ini. Penularannya
melalui kontak langsung, lama dan erat. Penularan penyakit lepra mudah terjadi pada
dan orang yang kurang asupan gizi, wilayah dengan kondisi sosioekonomi rendah,
pemukiman penduduk yang padat, rumah yang tidak sehat.