Myastenia Gravis

26
MYASTENIA GRAVIS (BLOK NEUROPSIKIATRI) Surya Meka Novita Sari H1A212058 FAKULTAS KEDOKTERAN UNRAM

description

referat myastenia gravis

Transcript of Myastenia Gravis

Page 1: Myastenia Gravis

MYASTENIA GRAVIS(BLOK NEUROPSIKIATRI)

Surya Meka Novita Sari

H1A212058

FAKULTAS KEDOKTERAN UNRAM

Page 2: Myastenia Gravis

PENDAHULUAN

Myasthenia gravis (MG) merupakan suatu penyakit autoimun didapat dengan transmisi saraf otot yang ditandai dengan kelemahan

otot. MG disebabkan oleh kegagalan dari transmisi neuron yang dihasilkan dari adanya

ikatan dari autoantibody pada protein di neuromuscular junction (NMJ)

Page 3: Myastenia Gravis

EPIDEMIOLOGI

MG merupakan penyakit yang jarang terjadi, sekitar 200-400 kasus per 1.000.000 populasi. Puncak awitan adalah usia 20 tahun, dengan rasio perempuan dengan laki-laki 3:1. Puncak awitan kedua walaupun lebih rendah dari yang pertama, terjadi pada laki-laki tua usia 70-80 tahun

Data epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dari prevalensi dan mortalitas dari MG dalam 50 tahun terakhir. Wanita lebih sering terkena pada decade kedua dan tiga, sedangkan laki-laki pada decade keenam. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rentan terkena setelah usia 50 tahun

Page 4: Myastenia Gravis

ETIOLOGI

MG merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang NMJ sehingga tidak terjadi transmisi neuron ke otot. Pada 2/3 pasien, ditemukan extrinsic ocular muscles (EOMs) sebagai gejala awal

Page 5: Myastenia Gravis

PATOFISIOLOGI

Otot rangka dipersarafi oleh α motor neuron yang axonnya terletak di kornu anterior medulla spinalis dan batang otak. Nervus tersebut bercabang berkali-kali dan mampu merangsang 2000 serat otot rangka. Kombinasi saraf motorik dengan serabut saraf otot yang dipersarafinya disebut dengan unit motorik. Meskipun masing-masing neuron motorik mempersarafi banyak serabut otot, namun masing-masing serabut otot dipersarafi oleh neuron motorik tunggal

Page 6: Myastenia Gravis
Page 7: Myastenia Gravis

Apabila impuls saraf mencapai NMJ, terjadi depolarisasi pada presinaps akibat adanya influx Ca2+. Adanya influx Ca2+ ini akan mentrigger pengeluaran Ach di presinaps.

Ach akan terdifusi ke synaptic cleft dan mencapai AChR. Penempelan Ach pada AChR akan menyebabkan influx dari Na+ pada serat otot.

Influx Na+ ini akan menyebabkan teraktivasinya potensial endplate sehingga menyebabkan terbukanya kanal Na+ yang selanjutnya akan mencetuskan potensial aksi pada serat otot

CON’T

Page 8: Myastenia Gravis
Page 9: Myastenia Gravis

Pada kasus MG, membrane muscular pada post sinaps terdistorsi dan mengalami penyederhanaan yang merupakan akibat dari hilangnya bentuk dari post sinaps.

Konsentrasi dari AChR pada membrane muscular endplate berkurang dan terdapat antibody yang menempel pada membrane ini. Ach dikeluarkan secara normal, namun efeknya pada post sinaps menjadi berkurang akibat adanya perubahan tersebut.

Membrane post junction tidak sensitive terhadap Ach dan hal tersebut menyebabkan berkurangnya kemungkinan impuls saraf untuk menimbulkan potensial aksi pada otot

CON’T

Page 10: Myastenia Gravis

BEBERAPA PENGAMATAN YANG MENGINDIKASIKAN BAHWA MG MERUPAKAN SUATU PROSES AUTOIMUN ADALAH (HOWARD ,2008):

Pasien dengan MG sering mengalami penyakit lain, seperti penyakit tiroid, rheumatoid arthritis, dan defisiensi vitamin B12.

Adanya transmisi pada neonates. Adanya marker jaringan, atau haplotipe jaringan yang biasanya

ditemukan pada pasien MG dibandingkan pada populasi lain. Adanya perbaikan setelah pengobatan kortikosteroid atau

imunosupresan lain.

Kelemahan pada pasien MG dapat diikuti dengan perpindahan drainase limfoid pada duktus thoracic dan menjadi lebih buruk setelah re-infusi dari IgG.

Pada hewan coba MG, keadaan MG dapat dicetuskan dengan imunisasi dengan protein AChG murni.

Antibody terhadap AChR ditemukan pada sebagian besar pasien MG. Adanya IgG dan komplemen-komplemen lain yang menyelubungi

membrane endplate post sinaps pada otot myastenic. Serum myastenic atau IgG yang diproduksi dapat menyebabkan

defect pada transmisi neuromuscular setelah diinjeksikan pada hewan.

Page 11: Myastenia Gravis

KLASIFIKASIKelas I Adanya kelemahan ocular

Bisa terjadi kelemahan pada mata (selalu ingin menutup)

Kekuatan otot lain normal

Kelas II Adanya kelemahan otot yang mild yangmengenai otot lain selain otot ocular

Adanya kelemahan otot ocular

IIa Kelemahan yang predominan mengenai otot limb, axial atau keduanya

Dapat terjadi sedikit kelemahan pada otot orofaring

IIb Kelemahan yang predominan yang mengenai otot orofaring, otot respirasi atau keduanya

Dapat terjadi sedikit kelemahan pada otot limb, axial atau keduanya

Kelas III Kelemahan moderate yang mengenai selain otot ocular

Adanya kelemahan otot ocular

IIIa Kelemahan predominan pada otot limb, axial atau keduanya

Sedikit kelemahan pada otot orofaring

IIIb Kelemahan predominan pada otot orofaring, otot respirasi atau keduanya

Dapat adanya kelemahan pada otot limb, axial atau keduanya

Kelas IV Kelemahan yang parah (severe) pada otot selain otot ocular

Terdapat kelemahan otot ocular

IVa Kelemahan predominan pada otot limb dan atau otot axial

IVb Adanya kelemahan predominan pada otot orofaring, otot pernapasan atau keduanya

Dapat mengenai otot limb, otot axial atau keduanya

Kelas V Didefinisikan dengan tindakan intubasi, dengan atau tanpaa ventilator mekanik, kecuali pada pasien

dalam perawatan post operatif. Penggunaan feeding tube tanpa intubasi diklasifikasikan menjadi kelas

IVb.

Page 12: Myastenia Gravis

ADAPUN BERDASARKAN CRITERIA OSSERMEN ADALAH:

Page 13: Myastenia Gravis

ADAPUN KLASIFIKASI BERDASARKAN BESINGER DAN TOYKA:

Page 14: Myastenia Gravis

GAMBARAN KLINIS

kelemahan otot. timbul mendadak. mencolok setelah kontraksi atau stimulasi

berulang. Lokasi awal gejala biasanya pada otot kelopak

mata dan otot yang menggerakkan gerakan mata, sehingga gambaran klinisnya adalah ptosis dan pengelihatan ganda.

Adanya kelemahan pada otot wajah dan leher menyebabkan pasien sulit mengunyah makanan dan menegakkan kepala.

Biasanya pasien akan berbicara dengan suara hidung terutama setelah pembicaraan yang panjang

Page 15: Myastenia Gravis

ADAPUN GEJALA KHAS PADA MG ADALAH

Kelemahan otot volunteer berfluktuasi, terutama otot wajah dan otot ekstraokular

Kelemahan otot meningkat dengan aktivitas Kekuatan otot meningkat setelah istirahat Kekuatan otot meningkat sebagai respons

terhadap obat antikolinesterase

Page 16: Myastenia Gravis

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Page 17: Myastenia Gravis

TATALAKSANA

Tatalaksana untuk kasus MG yaitu penggunaan obat-obatan antikolinerginesterase yang digunakan untuk memperbaiki transmisi

neuromuscular, penghilangan dari antibodi anti-AChR dengan penggantian plasma atau

prosedur imunoadsorpsi yang spesifik, penggunaan imunosupresan nonspesifik atau imunomodulator untuk mengurangi respons

anti-AChR, serta timektomi.

Hingga saat ini belum ada pengobatan yang menargetkan pada defect autoimun pada MG

secara selektif

Page 18: Myastenia Gravis
Page 19: Myastenia Gravis

Pilihan pertama adalah obat imunosupresif. Terapi kortikosteroid menyebabkan perbaikan klinis pada banyak pasien, walaupun banyak

efek samping serius terjadi akibat penggunaan jangka panjang.

Pilihan pengobatan kedua adalah bedah toraks mayor untuk pengangkatan timus

(timektomi). Timus terlibat daam perkembangan sistem imun sehingga

timektoomi memiliki efek kuratif paada pasien

CON’T

Page 20: Myastenia Gravis
Page 21: Myastenia Gravis
Page 22: Myastenia Gravis

KOMPLIKASI

Adapu jenis-jenis myastenik adalah: Krisis myastenik, yaitu ketika pasien membutuhkan lebih

banyak obat kolinesterase. Krisis kolinergik, yaitu keadaan yang terjadi akibat kelebihan

obat antikolinesterase.

Apabila terjadi krisis myastenik, maka pasien harus dipertahankan dengan pemberian ventilator mekanik. Obat antikolinesterase tidak dapat diberikan Karen adapat meningkatkan sekressi pernapasan dan dapat mencetuskan krisis kolinergik

Pada kasus krisis kolinergik, pasien mungkin telah minum obat secara berlebihan karena kesalahan dosis atau dosisnya menjadi berlebihan akibat terjadinya remisi spontan. Pasien dengan krisis kolinergik disebut juga myastenik rapuh. Episode ini sulit dikendalikan dengan pengobatan karena memiliki kisaran terapetik yang sempit

Page 23: Myastenia Gravis
Page 24: Myastenia Gravis

PROGNOSIS

MG merupakan penyakit yang progresifitasnya lambat, namun apabila mengenai otot pernapasan maka dapat menyebabkan kegagalan napas. Derajat kelemahan otot sangat bervariasi dan tidak selalu berkaitan dengan titer antibody AChR

Kematian umumnya disebabkan oleh insufisiensi pernapasan. Remisi spontan dapat timbul pada 10-20% pasien dan dapat disebabkan oleh tomektomi elektif. Perempuan muda dengan stadium dini penyakit (5 tahun pertama setelah onset awal) dsan tidak berespons dengan terapi obat dengan baik sebagian besar berespons dengan timektomi

Page 25: Myastenia Gravis

PENUTUP

Myasthenia gravis (MG) merupakan suatu penyakit autoimun didapat dengan transmisi saraf otot yang ditandai dengan kelemahan otot. MG dapat timbul pada semua usia. Prevalensi pada wanita lebih banyak daripada laki-laki. MG disebabkan oleh kegagalan dari transmisi neuron yang dihasilkan dari adanya ikatan dari autoantibody pada protein di neuromuscular junction (NMJ) atau taut saraf-otot.

MG sering terkait dengan penyakit autoimun lain, seperti SLE, rheumatoid arthritis, dan sindrom sjogren. Pada beberapa kasus juga didapatkan adanya kelainan timus. 2/3 pasien MG mengalami hipoplasia timus, dan sekitar 15-20% pasien mengalami timoma.

Page 26: Myastenia Gravis

DAFTAR PUSTAKA

Conti-Fine, B, Monica M & henry JM., 2006. Myastenia Gravis: Past, Present & Future. Science in Medicine- Journal of Clinical Investigation. Vol 116 (11)

Gold, CS & Klaus VK., 2007. Myastenia Gravis: Pathogenesis and Imunotherapy. Dtsch Arztebl. Vol 104 (7);420-426

Gomez, CS, Bryan JF, Clara MP, et al., 2014. Dermatomyolisis and Myastenia Gravis. Elsivier-REUMAE. Vol 725

MDA., 2009. Fact About Myaasteniaa Gravis. Muscular Distrophy Association-Fighting Muscle Disease

Musilek, Kamil, Maarketa K, Ondrej H, et al., 2012. Myastenia Gravis. INTECT: China

Howard, JF, ed., 2008. Myastenia Gravis: A Manual for the Health Care Provider. Myastenia Gravis Foundation of America, INC.

Pascuzzi, RM., 2007. Medications and Myastenia Gravis. Myastenia Gravis Foundation of America.

Price & Willson., 2010. Patofisiologi: Konsep KLinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta

Robbins, Kumar, & Cotran., 2007. Patologi. EGC: Jakarta Skeie, GO, Apostolski, Evoli, et al., 2010. Guidelines for treatment of

autoimmune neuromuscular transmission disorder. Europe Journal of Neurology. Vol 11; 1468-1331