Musa paradisiaca L. AMBON PADA MENCIT BETINA GALUR...
Transcript of Musa paradisiaca L. AMBON PADA MENCIT BETINA GALUR...
EFEK ANALGESIK DARI DEKOKTA DAUN
Musa paradisiaca L. “AMBON” PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS
TERINDUKSI ASAM ASETAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Jonatan Hasudungan Immanuel Butarbutar
NIM: 168114079
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
-Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,
yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17: 7)-
Karya ini dipersembahkan untuk:
• Allah, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus atas kekuatan yang senantiasa
diberikan.
• Bapak, Mama, Blessing, dan seluruh keluarga besar yang selalu
mendoakan keberhasilanku.
• Para sahabat dan kawan yang telah menyemangati dan mewarnai hidupku.
• Almamaterku tercinta, Universitas Sanata Dharma
Proverbs 28: 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah dan kasihnya
yang telah diberikan kepada penulis selama mengerjakan penelitian dan naskah
ini. Penulis sadar bahwa tanpa pertolongan-Nya, naskah skripsi berjudul “Efek
Analgesik dari Dekokta Daun Musa paradisiaca L. “Ambon” pada Mencit Betina
Galur Swiss Terinduksi Asam Asetat” tidak akan berhasil. Penelitian ini
merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Uji Aktivitas Invivo
Hipoglikemik dan Analgesik Daun Pisang”
Naskah ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana farmasi di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis mendapatkan sangat banyak
bantuan dan dukungan dan hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., PhD., Apt. selaku Dosen Pembimbing atas
bimbingan dan semangat sehingga penulis mendapatkan banyak pelajaran
selama proses pembuatan skripsi.
3. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang
senantiasa memberikan saran dan kritik yang membangun.
4. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan yang bermanfaat.
5. Bapak Maywan Hariono, PhD., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
arahan, bimbingan, semangat, dan saran selama penulis menjalani masa
perkuliahan di Fakultas Farmasi.
6. Pak Heru, Pak Musrifin, Pak Wagiran, Pak Kayat, Pak Parlan, Pak Sigit, dan
Pak Bimo selaku laboran atas setiap bantuan dan saran yang diberikan selama
pelaksanaan penelitian di laboratorium.
7. Bapak, Mama, dan Blessing atas kasih sayang tanpa batas yang selalu
diberikan kepada penulis.
8. Keluarga besar Op. Jo Sitorus atas dukungan moral dan materi yang tak
hentinya diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ i
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………….……………………………iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
SARAN ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………...54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rata-rata jumlah geliat dan hasil uji T tidak berpasangan selang waktu
pemberian asam asetat 10 dan 15 menit (n=3). .................................... 10
Tabel II. Rata-rata jumlah geliat, % proteksi geliat, dan perubahan % proteksi
geliat pada pengujian DDM (n=5). ....................................................... 10
Tabel III. Tabel hasil analisis Uji Mann-Whitney pada pengujian rata- rata jumlah
geliat, % proteksi geliat, dan perubahan % proteksi geliat DDM (n=5).
.............................................................................................................. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. (a) Plat KLT pada cahaya tampak, (b) Plat KLT di bawah lampu
UV 254 nm, (b) Plat KLT di bawah lampu UV 365 nm……………9
Gambar 2. Daun Musa paradisiaca L. “Ambon” .............................................. 21
Gambar 3. Rajangan daun Musa paradisiaca L. “Ambon” ............................... 21
Gambar 4. Serbuk daun Musa paradisiaca L. “Ambon” .................................. 21
Gambar 5. Penetapan kadar air serbuk daun Musa paradisiaca L. “Ambon” .. 21
Gambar 6. Dekokta daun Musa paradisiaca L. “Ambon” ................................ 21
Gambar 7. Geliat mencit .................................................................................... 21
Gambar 8. DDM (kiri) dan DDM ditambah pereaksi FeCl3 10% (kanan)…….23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearence oleh MHREC FK-KMK UGM .............. 18
Lampiran 2. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian CE&BU Fakultas
Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM ...... 19
Lampiran 3. Surat Determinasi Tanaman Musa paradisiaca L. “Ambon” oleh
Fakultas Farmasi UGM ................................................................. 20
Lampiran 4. Daun, Rajangan Daun, Serbuk, Penetapan Kadar Air Serbuk,
DDM, dan Respon Geliat Mencit .................................................. 21
Lampiran 5. Uji Flavonoid secara Kualiatif Menggunakan KLT ...................... 21
Lampiran 6. Uji Tabung Flavonoid.................................................................... 23
Lampiran 7. Perhitungan Rendemen, Rf, dan Konversi Dosis DDM dari Mencit
ke Manusia..................................................................................... 24
Lampiran 8. Volume Pemberian ........................................................................ 25
Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik Jumlah Geliat pada Uji Pendahuluan……26
Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Jumlah Geliat pada Uji Efek Analgesik
Dekokta Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”…………………...27
Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik Persen Proteksi Geliat pada Uji Efek
Analgesik Dekokta Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”……….36
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik Perubahan Persen Proteksi Geliat pada Uji
Efek Analgesik Dekokta Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”….45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas analgesik dekokta daun
Musa paradisiaca L. “Ambon” (DDM) pada mencit betina galur Swiss yang
diinduksi asam asetat 1%. Jenis penelitian adalah eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Mencit sebanyak 25 ekor terbagi secara acak
ke dalam 5 kelompok. Kelompok I diberi aquadest (kontrol negatif), kelompok II
diberi asetosal (kontrol positif), kelompok III hingga V diberikan DDM dosis
0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB secara peroral. Asam asetat secara intraperitonial
sebagai penginduksi nyeri diberi 15 menit setelah pemberian bahan uji pada
seluruh kelompok. Geliat diamati selama 1 jam. Analisis statistik terhadap jumlah
kumulatif geliat menggunakan Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data.
Kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dan analisis Post-Hoc, yaitu uji
Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antarkelompok. DDM dosis 0,83; 1,67;
dan 3,33 g/kgBB memiliki efek analgesik dan mampu menurunkan jumlah geliat
dengan rata-rata jumlah geliat secara berurutan 5,8 ± 0,4; 6,8 ± 0,6; dan 0,8 ± 0,2.
Kata kunci: Analgesik, asam, asetat, daun Musa paradisiaca L. “Ambon”,
dekokta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
This research aims to obtain evidence about the analgesic activity of
Musa paradisiaca L. “Ambon” leaf decoction (DDM) in female mice of Swiss
strains induced acetic acid 1%. This research is an experimental study with one
way randomized completed direct sampling design. Twenty-five mice randomly
divided into five groups. Group I was given aquadest (negative control), group II
was given acetosal (positive control), group III until V was given DDM with dose
variation of 0.83, 1.67, and 3.33 g/kgBW orally. Acetic acid (pain inducer) was
given intraperitoneally 15 minutes after test compounds was given orally in all
groups. Writhe observed in 1 hour. Writhe statistically assessed with Shapiro-
Wilk to examine the distribution of data and proceeded Kruskal-Wallis and Post-
Hoc with Mann-Whitney test to examine the difference among the groups. DDM
dose variations (0.83, 1.67, 3.33 g/kgBW) have analgesic activity and able to
reduce writhe (amount of writhe in order are 5.8 ± 0.4, 6.8 ± 0.6, and 0.8 ± 0.2).
Keywords: Analgesic, acetic acid, decoction, Musa paradisiaca L. “Ambon” leaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Nyeri (dolor) adalah perasaan tidak menyenangkan dan berhubungan
dengan kerusakan jaringan. Kemampuan merasakan nyeri menjadi peringatan bagi
tubuh akan adanya kerusakan jaringan. Nyeri bersifat subjektif dan tidak dapat
menggambarkan kerusakan jaringan yang terjadi (Alldredge et al., 2013). Nyeri
dapat diakibatkan oleh asam, panas, atau tekanan. Salah satu gejala klasik
inflamasi adalah nyeri, sehingga agen antiinflamasi dapat memiliki efek
analgesik. Enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) melepaskan
mediator nyeri (Brunton et al., 2011).
Menurut Brunton et al. (2011), nyeri akut dapat diatasi dengan non-
steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dengan menghambat pembentukan
prostaglandin yang dihasilkan enzim COX, namun tidak menghambat enzim
lipooksigenase (LOX) pada jalur metabolisme asam arakidonat. Penggunaan
NSAID dalam jangka panjang berisiko semakin tinggi untuk memberikan efek
samping terutama pada saluran gastrointestinal seperti dyspepsia, nyeri abdomen,
ulcer, dan perdarahan saluran pencernaan.
Pola hidup kembali pada alam dengan memanfaatkan bahan alam,
termasuk pengobatan herbal semakin populer di kalangan masyarakat. Masyarakat
Indonesia telah mengenal banyak khasiat dari tanaman herbal untuk mengatasi
masalah kesehatan jauh sebelum adanya pengobatan modern dengan obat sintesis
(Ismail, 2015). Menurut Mirza dkk. (2017), industri farmasi di dunia (termasuk
Indonesia) semakin banyak mengembangkan bahan baku berasal dari tumbuh-
tumbuhan, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap bahan alam.
Indonesia merupakan negara penghasil pisang yang besar, dapat dilihat
dari jumlah produksinya (Sholihati dkk., 2015). Jenis pisang yang banyak
dijumpai adalah Musa paradisiaca L. “Ambon” (Arifki & Barliana, 2018).
Hampir seluruh bagian tanaman Musa paradisiaca L. “Ambon” dapat
dimanfaatkan. Buah pisang sebagai makanan dan daun sebagai bungkus makanan
(Pramesti, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan penelitian Tarafdar et al. (2011), ekstrak metanol,
kloroform, dan petroleum eter dari daun Musa paradisiaca terbukti memiliki
aktivitas analgesik. Menurut penelitian Gupta et al. (2011), daun Musa
paradisiaca yang dimaserasi selama 48 jam dengan air panas dan diuapkan
menggunakan rotary evaporator memiliki aktivitas analgesik, hal ini diduga
karena kehadiran flavonoid. Mekanisme aksi flavonoid adalah menghambat enzim
COX-1 dan COX-2 (Ribeiro et al., 2014).
Bentuk sediaan dekokta dipilih untuk menguji efek analgesik daun pisang
ambon (Musa paradisiaca L. “Ambon”). Cara pembuatan dekokta telah
ditetapkan oleh BPOM RI. Suhu dan waktu yang digunakan untuk memanaskan
adalah 90oC selama 30 menit dengan pelarut air (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012). Air digunakan sebagai pelarut karena glikosida flavonoid larut
dalam pelarut polar. Gula yang terikat pada flavonoid merupakan penyebab
kelarutannya yang tinggi dalam air (Haeria, 2013). Belum ada penelitian yang
memaparkan kandungan fitokimia dari Musa paradisiaca L. “Ambon”. Menurut
Gupta et al. (2011), penapisan fitokimia menunjukkan kehadiran karbohidrat,
sterol, protein, flavonoid, dan alkaloid dalam ekstrak air daun Musa paradisiaca.
Mencit betina galur Swiss digunakan sebagai hewan uji. Metode yang
digunakan adalah rangsang kimia dari injeksi asam asetat. Mencit betina memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa nyeri sehingga lebih mudah untuk
diinduksi nyeri (Mogil, 2012). Menurut Hock (2016), asam asetat diinjeksikan
secara intraperitoneal. Mencit akan merespon dengan cara menggeliat, gejala ini
digunakan sebagai pertanda adanya rasa nyeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgesik dan persentase
penurunan geliat dari pemberian dekokta daun Musa paradisiaca L. “Ambon”
(DDM) pada mencit betina galur Swiss yang diinduksi asam asetat 1%.
METODE PENELITIAN
Penelitian aktivitas analgesik DDM pada mencit betina galur Swiss
terinduksi asam asetat merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini mendapatkan persetujuan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC) Faculty of Medicine,
Public Health, and Nursing UGM dengan nomor referensi KE/FK/0510/EC/2019.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah tampah, kain hitam, blender, moisture
balance, ayakan nomor mesh 50, erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, labu ukur,
pipet tetes, pipet ukur, corong, chamber, kertas saring, lempeng silika GF254,
mikropipet, alat penyemprot, UV cabinet, tabung reaksi, timbangan analitik,
batang pengaduk, panci enamel, penangas air, termometer, kain flanel, spuit,
needle, stopwatch, dan kotak kaca pengamat hewan uji.
Bahan yang dipakai dalam penelitian adalah daun Musa paradisiaca L.
“Ambon” yang berada pada bagian tengah pohon, daun diambil dari ujung hingga
pangkal pada pelepah daun, segar dan tidak busuk. Daun diambil dari Kebun
Plasma Nutfah Pisang, Giwangan Umbulharjo Yogyakarta. Bahan penelitian lain
seperti asetosal, asam asetat glasial, CMC-Na, aquadest, rutin, FeCl3, AlCl3,
sitroborat, etil asetat, dan metanol diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hewan uji adalah
mencit betina galur Swiss, sehat, berbobot 20 – 30 g, berusia 2 – 3 bulan, dan telah
dipuasakan selama 10 – 12 jam yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pengumpulan Bahan Uji
Daun Musa paradisiaca L. “Ambon” tidak busuk, segar, berada pada
bagian tengah pohon (tidak terlalu muda atau tua), serta berasal dari Kebun
Plasma Nutfah Pisang, Giwangan Umbulharjo Yogyakarta dan waktu panen sama,
yaitu pada pagi hari.
Determinasi Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”
Bahan determinasi adalah pelepah dan daun pisang. Determinasi
menggunakan ciri-ciri pelepah dan daun tanaman Musa paradisiaca L. “Ambon”
yang dilakukan di Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”
Daun Musa paradisiaca L. “Ambon” segar dibersihkan dengan air
mengalir dan ditiriskan. Kemudian dirajang menjadi kecil dan disebar pada
tampah bambu yang bersih, lalu ditutup dengan kain hitam. Bahan uji dijemur di
bawah sinar matahari langsung selama beberapa hari hingga kering, yaitu dapat
hancur ketika digenggam. Daun kering diserbuk menggunakan blender dan diayak
dengan ayakan nomor mesh 50.
Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”
Kadar air serbuk kering yang baik adalah ≤10% (Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, 2014). Serbuk kering daun Musa paradisiaca
L. “Ambon” yang telah diayak ditimbang sebanyak 5 g. Serbuk dimasukkan pada
moisture balance dan diratakan. Suhu dan waktu pemanasan diatur otomatis oleh
alat. Persentase kadar air akan ditampilkan alat. Metode ini merupakan metode
gravimetri.
Pembuatan DDM
Serbuk kering bahan uji ditimbang 10,0 g dan dilarutkan dalam 20,0 mL
aquadest. Aquadest ditambahkan hingga mencapai 100,0 mL. Bahan dipanaskan
dan dijaga tetap pada suhu 90oC menggunakan termometer. Durasi pemanasan
dikendalikan dengan stopwatch selama 30 menit sambil diaduk sekali-sekali.
Campuran diambil selagi panas dan diperas menggunakan kain flanel, larutan
hasil perasan ditampung. Jika dekokta belum mencapai volume 100,0 mL; maka
ditambahkan air panas pada ampas hingga mencapai volume 100,0 mL (Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012).
Penetapan Dosis DDM
Peringkat dosis sediaan DDM didasari oleh:
a. Bobot tertinggi mencit betina galur Swiss adalah 30 g.
b. Volume maksimum mencit secara per oral adalah 1,0 mL (Stevani, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
c. Konsentrasi DDM adalah 10%.
Dosis tertinggi sediaan DDM ditetapkan dengan cara:
D × BB = C × V
D × 30 g = 10 g/100 mL × 1 mL
D = 3,33 g/kgBB
Keterangan:
D = Dosis (g/kgBB) V = Volume (mL)
BB = Bobot badan mencit (g) C = Konsentrasi (g/mL)
Peringkat dosis lainnya didapatkan dengan cara membagi 2 dosis
maksimum, yaitu 3,33 g/kgBB yang hasilnya adalah 1,67 g/kgBB. Hasil
pembagian tersebut dibagi 2, dan didapatkan hasil 0,83 g/kgBB. Didapatkan 3
peringkat dosis, yaitu 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB.
Penapisan Kandungan Flavonoid pada Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”
secara Kualitatif
Penapisan awal menggunakan uji tabung, yaitu 1 mL DDM dimasukkan
ke dalam tabung dan ditambahkan dengan 1 mL FeCl3 10%. Pembanding yang
digunakan adalah 1 mL DDM yang tidak ditambahkan dengan FeCl3 10%. Uji
positif apabila terjadi perubahan menjadi warna hijau, cokelat, atau hitam
(Onyema et al., 2016). Kontrol berupa larutan FeCl3 10% dapat ditambahkan.
Uji flavonoid dilanjutkan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
Batas kanan dan kiri pada plat masing-masing adalah 2 cm, batas atas plat 2 cm,
dan batas bawah plat adalah 3 cm. Jarak rambat fase gerak adalah 15 cm. Jarak
antar penotolan adalah 2 cm.
DDM ditotolkan dengan mikropipet sebanyak 7 mikroliter pada silika gel
GF254. Pembanding yang digunakan adalah rutin, ditotolkan pada plat yang sama
sebanyak 7 mikroliter. Rutin dibuat dengan melarutkan 100 mg serbuk rutin
dalam 5 mL metanol, sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 20 mg/mL.
Komposisi dan perbandingan fase gerak telah dioptimasi terlebih dahulu.
Fase gerak hasil optimasi berupa etil asetat : metanol : air (4:5:1) dibuat sebanyak
100 mL dan dimasukkan ke dalam chamber. Penjenuhan menggunakan kertas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
saring yang diletakkan di sekeliling dinding chamber. Penjenuhan usai bila kertas
saring telah terbasahi oleh fase gerak. Fase diam dimasukkan ke dalam chamber
dan ditutup rapat. Setelah elusi selesai, fase diam diangkat dan dibiarkan kering
(Sunyoto & Agustina, 2016). Kemudian dilakukan penyemprotan menggunakan
AlCl3 dan sitroborat (Ahmad dkk., 2015). Pengamatan terhadap bercak, warna,
dan retention factor (Rf) dilakukan pada cahaya tampak, lampu UV 254 dan 365
nm. Rf dihitung dengan cara membagi jarak tempuh senyawa uji dengan jarak
tempuh pelarut. Bandingkan hasil standar dan bahan uji.
Uji Pendahuluan
Selang waktu pemberian asam asetat 1% adalah jeda waktu antara
administrasi bahan uji secara peroral dengan administrasi asam asetat 1% secara
intraperitonial. Menurut uji pendahuluan yang dilakukan oleh Wulandari &
Hendra (2011), bahan uji yang diberikan secara peroral dibiarkan terabsorpsi
terlebih dahulu sebelum pemberian asam asetat 1%.
Dosis asetosal yang digunakan adalah 91 mg/kgBB. Sejumlah 6 ekor
mencit dibagi acak dalam dua kelompok. Asam asetat diberikan secara
intraperitonial dalam 10 menit dan 15 menit setelah pemberian asetosal 91
mg/kgBB secara peroral. Waktu optimum pemberian zat uji dipilih selang waktu
terefektif antara menit ke-10 dan menit ke-15 terhadap penurunan jumlah geliat.
Geliat yang rendah menandakan bahan uji telah terabsorpsi secara baik.
Pengelompokan Hewan Uji
Mencit betina galur Swiss sejumlah 25 ekor dibagi acak dalam 5
kelompok. Kelompok I diberi aquadest (kontrol negatif), kelompok II diberi
asetosal 91 mg/kgBB (kontrol positif), kelompok III hingga V diberikan sediaan
DDM dengan tiga peringkat dosis, yaitu 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB.
Administrasi aquadest, asetosal, dan DDM dilakukan secara peroral, kemudian
semua kelompok diinjeksikan asam asetat 1% secara intraperitonial dengan waktu
sesuai hasil uji pendahuluan. Pengamatan dilakukan selama 60 menit. Peneliti
yang mengamati geliat tidak mengetahui perlakuan yang diberikan pada hewan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
untuk mengurangi subyektifitas. Menurut Hock (2016), geliat dihitung jika mencit
menarik kaki ke arah belakang dengan abdomen menempel pada alas kaca
pengamat sehingga tubuh tampak memanjang.
Pengukuran Aktivitas Analgesik
Aktivitas analgesik DDM dilakukan dengan menghitung persen proteksi
geliat dari jumlah geliat mencit betina galur Swiss yang diinduksi asam asetat 1%.
Respon diukur setelah pengamatan geliat selama 60 menit. Menurut Hock (2016),
persen proteksi geliat dihitung menggunakan persamaan:
Keterangan:
WC: Jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji pada kontrol negatif
WT: Jumlah kumulatif geliat hewan uji yang diberi senyawa uji
Menurut Wongsrisakul et al. (2010), pengukuran perubahan persen
proteksi geliat terhadap kontrol positif didapatkan menggunakan persamaan:
Keterangan:
A: % proteksi geliat tiap kelompok perlakuan
B: Rata-rata % proteksi geliat pada kontrol positif
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Hasil
Data akan dianalisis di Pusat Kajian CE&BU FK-KMK Universitas
Gadjah Mada. Jumlah geliat pada uji pendahuluan dianalsis dengan menggunakan
uji T Tidak Bepasangan (Independent T Test) untuk melihat perbedaan
antarkelompok yang diberikan asam asetat secara intraperitonial dalam 10 menit
dan 15 menit setelah pemberian asetosal.
Jumlah geliat, % proteksi geliat, dan perubahan % proteksi geliat
dilakukan pengamatan normalitas distribusi data dengan analisis Shapiro-Wilk
karena jumlah sampel ≤50. Data yang tidak terdistribusi normal dilanjutkan
dengan uji Kruskal-Wallis. Jika P <0,05 pada uji Kruskal-Wallis menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
setidaknya ada dua kelompok yang memiliki perbedaan rerata bermakna, analisis
dilanjutkan menggunakan Post-Hoc untuk mendapatkan kelompok yang berbeda
secara bermakna. Uji Post-Hoc yang digunakan adalah Mann-Whitney. Nilai P
<0,05 menandakan perbedaan rerata bermakna antar dua kelompok data,
sedangkan nilai P >0,05 menandakan perbedaan yang tidak bermakna (Dahlan,
2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pisang ambon
(Musa paradisiaca L. “Ambon”) yang telah dideterminasi dan telah dinyatakan
kebenarannya oleh Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor referensi
29.13.5/UN1/FFA/BF/PT/2019. Bagian yang digunakan untuk determinasi adalah
daun dan pelepah daun Musa paradisiaca L. “Ambon”. Persentase total serbuk
kering daun Musa paradisiaca L. “Ambon” dari daun utuh hingga menjadi serbuk
kering adalah 38,76%.
Penetapan kadar air bertujuan untuk menjamin mutu serbuk daun Musa
paradisiaca L. “Ambon” yang akan diteliti lebih lanjut. Kadar air serbuk yang
diukur menggunakan moisture balance adalah 9,5%. Kadar air tersebut telah
memenuhi persyaratan bagi serbuk yang baik, yaitu ≤10% (Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, 2014).
Pengujian flavonoid menggunakan uji tabung dan metode KLT. Menurut
Onyema et al. (2016), bahan uji akan berubah menjadi warna kehijauan, cokelat,
atau hitam jika ditambahkan dengan pereaksi FeCl3 10%. Warna larutan
dibandingkan antara DDM yang tanpa pereaksi dengan DDM yang ditambahkan
pereaksi FeCl3 10%. Warna DDM yang ditambahkan pereaksi menjadi hitam.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan DDM mengandung flavonoid. Pada
penapisan ini, diperlukan juga kontrol berupa larutan FeCl3 10%.
Pada gambar 1 terdapat tiga bercak di dalam plat KLT. Bercak yang
paling kiri hingga kanan secara berurutan adalah rutin, infusa daun Musa
paradisiaca L. “Ambon” (IDM), dan DDM. Berdasarkan penelitian Yulianti dkk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(2014) dan Ahmad dkk. (2015), flavonoid akan menunjukkan bercak berwarna
kuning jika disemprot menggunakan pereaksi AlCl3 dan sitroborat. Pada
penelitian terdahulu, belum diketahui jenis flavonoid spesifik yang terkandung di
dalam daun Musa paradisiaca L. “Ambon”. Rutin digunakan sebagai
pembanding. Warna bercak rutin pada cahaya tampak adalah kuning-gelap,
sedangkan warna bercak DDM adalah kuning pucat. Rutin di bawah lampu UV
254 nm memendarkan warna gelap, sedangkan tidak ada warna pendaran DDM.
Rutin di bawah lampu UV 365 nm memendarkan warna gelap, sedangkan warna
pendaran DDM adalah kuning pucat. Nilai Rf rutin adalah 0,9 sedangkan DDM
adalah 0,73. Berdasarkan warna bercak dan nilai Rf, diduga flavonoid yang
terkandung di dalam DDM bukan merupakan rutin.
(a) (b) (c)
Gambar 1. (a) Plat KLT pada cahaya tampak, (b) Plat KLT di
bawah lampu UV 254 nm, (b) Plat KLT di bawah lampu UV 365 nm
Metode uji analgesik yang digunakan adalah rangsangan kimia. Asam
asetat 1% digunakan sebagai penginduksi geliat, yaitu respon yang
menggambarkan kehadiran rasa nyeri. Geliat dihitung jika mencit menarik salah
satu kaki belakang ke arah belakang dengan abdomen menempel pada alas kaca
pengamat sehingga tubuh tampak memanjang. Pengamatan geliat dilakukan
selama 60 menit. Data dianalisis di Pusat Kajian CE&BU FK-KMK Universitas
Gadjah Mada dengan nomor referensi 70/UNI/FK-KMK/CEBU.4/KP/2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tabel I. Rata-rata jumlah geliat dan hasil uji T tidak berpasangan selang waktu
pemberian asam asetat 10 dan 15 menit (n=3).
Kelompok Rata-rata jumlah geliat (x̅ ± SE) Nilai P
Asam asetat 50 mg/kgBB
selang 10 menit
42,7±3,9
0,007 Asam asetat 50 mg/kgBB
selang 15 menit
22,0±1,0
Tabel I menunjukkan hasil dari uji pendahuluan yang dilakukan,
sehingga didapatkan selang waktu optimum pemberian bahan uji (asetosal dan
DDM) yang diberikan secara peroral dapat terabsorpsi optimum sebelum
pemberian asam asetat 1% secara intraperitonial (Wulandari & Hendra, 2011).
Tabel tersebut menunjukkan hasil perbedaan yang bermakna antara selang
pemberian asam asetat 10 menit dan 15 menit. Asam asetat yang diberikan 15
menit setelah pemberian asetosal 91 mg/kgBB memiliki jumlah geliat yang lebih
rendah dibanding selang pemberian asam asetat dengan jeda waktu 10 menit.
Berdasarkan hal tersebut, selang waktu 15 menit dipilih sebagai waktu optimum
absorpsi bahan uji sebelum pemberian asam asetat.
Tabel II. Rata-rata jumlah geliat, % proteksi geliat, dan perubahan % proteksi
geliat pada pengujian DDM (n=5).
Kelompok
Rata-rata
jumlah
geliat
(x̅ ± SE)
Rata-rata %
proteksi
geliat
(x̅ ± SE)
Rata-rata
perubahan %
proteksi geliat
(x̅ ± SE)
Kontrol Negatif (Aquadest) 63,8 ± 1,8 0,0 ± 2,8 -100,0 ± 4,1
Kontrol Positif
(Asetosal 91 mg/kgBB)
20,2 ± 1,3 68,2 ± 1,9 0,0 ± 3,0
DDM 0,83 g/kgBB 5,8 ± 0,4 90,9 ± 0,6 33,0 ± 0,9
DDM 1,67 g/kgBB 6,8 ± 0,6 89,3 ± 0,9 30,7 ± 1,3
DDM 3,33 g/kgBB 0,8 ± 0,2 98,7 ± 0,3 44,5 ± 0,5
Keterangan:
x̅ : Mean (rata-rata)
SE : Standard Error (SD/√n)
Hasil yang didapatkan pada penelitian adalah jumlah geliat hewan uji.
Jumlah geliat tersebut digunakan untuk mendapatkan rata-rata % proteksi geliat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan rata-rata perubahan % proteksi geliat. Rata-rata % proteksi geliat digunakan
untuk mengetahui besar proteksi geliat jika dibandingkan dengan kontrol negatif.
Rata-rata perubahan % proteksi geliat digunakan untuk mengetahui besar proteksi
geliat jika dibandingkan dengan kontrol positif.
Kontrol negatif yang digunakan adalah aquadest karena merupakan
pelarut dari sediaan DDM. Pada tabel II, jumlah geliat hewan uji pada kontrol
negatif adalah 63,8 ± 1,8. Jumlah geliat yang tinggi disebabkan karena kehadiran
asam asetat sebagai penginduksi nyeri. Hal ini menyatakan bahwa aquadest tidak
mampu memberikan proteksi terhadap geliat yang diinduksi asam asetat. Hal
tersebut dikarenakan tidak adanya aktivitas analgesik yang dimiliki oleh aquadest
(Bonix dkk., 2017). Pernyataan ini telah didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Winarti & Wantiyah (2011) dan Miladiyah et al. (2011).
Tabel III. Tabel hasil analisis Uji Mann-Whitney pada pengujian rata- rata
jumlah geliat, % proteksi geliat, dan perubahan % proteksi geliat DDM (n=5).
Kontrol
Negatif
(Aquadest)
Kontrol
Positif
(Asetosal)
DDM
0,83
g/kgBB
DDM
1,67
g/kgBB
DDM 3,33
g/kgBB
Kontrol
Negatif
(Aquadest)
BB BB BB BB
Kontrol
Positif
(Asetosal)
BB BB BB BB
DDM
0,83 g/kgBB
BB BB BTB BB
DDM
1,67 g/kgBB
BB BB BTB BB
DDM
3,33 g/kgBB
BB BB BB BB
Keterangan:
BB : Berbeda Bermakna (P <0,05)
BTB : Berbeda Tidak Bermakna (P >0,05)
Rata-rata jumlah geliat hewan uji pada kelompok kontrol positif adalah
20,2 ± 1,3. Nilai rata-rata % proteksi geliat dan rata-rata perubahan % proteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
geliat pada kontrol negatif secara berurutan adalah 68,2 ± 1,9 dan 0,0 ± 3,0.
Menurut tabel III terdapat perbedaan bermakna antarkelompok kontrol positif
dengan kontrol negatif, yang menandakan asetosal 91 mg/kgBB memiliki
kemampuan proteksi geliat. Hal ini didukung oleh penelitian Tarafdar et al.
(2011) dan Gupta et al. (2011), yang menyatakan asetosal memiliki kemampuan
proteksi geliat. Mekanisme aksi asetosal adalah menghambat enzim COX
sehingga prostaglandin tidak terbentuk dan tidak menimbulkan rasa nyeri
(Katzung & Trevor, 2012).
Rata-rata jumlah geliat hewan uji pada tiga peringkat dosis DDM 0,83;
1,67; dan 3,33 g/kgBB secara berturut-turut adalah 5,8 ± 0,4; 6,8 ± 0,6; dan 0,8 ±
0,2. Rata-rata % proteksi geliat dari ketiga peringkat dosis secara beruturut-turut
dari dosis yang terendah adalah 90,9 ± 0,6; 89,3 ± 0,9; dan 98,7 ± 0,3.
Berdasarkan analisis Mann-Whitney pada tabel III, ketiga perigkat dosis berbeda
bermakna dengan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan ketiga peringkat dosis
DDM mampu memberikan proteksi nyeri berupa penurunan jumlah geliat hewan
uji jika dibandingkan dengan kontrol negatif.
Rata-rata perubahan % proteksi geliat ketiga peringkat dosis DDM 0,83;
1,67; dan 3,33 g/kgBB secara berurutan sebesar 33,0 ± 0,9; 30,7 ± 1,3; dan 44,5 ±
0,5. Menurut analisis Mann-Whitney yang tertera pada tabel III, ketiga peringkat
dosis berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol positif. Rata-rata perubahan
persen proteksi geliat kontrol positif adalah 0,0 ± 3,0; maka proteksi geliat ketiga
peringkat dosis DDM lebih tinggi dibanding kontrol positif.
Nilai rata-rata jumlah geliat hewan uji, % proteksi geliat, dan perubahan
% proteksi geliat pada dosis I (0,83 g/kgBB) dan dosis II (1,67 g/kgBB) DDM
seperti yang tertera pada tabel II, jika dibandingkan menghasilkan perbedaan tidak
bermakna (tabel III). Hal ini dapat diartikan bahwa dosis I dan II DDM memiliki
kemampuan yang sebanding dalam memberikan proteksi nyeri yang ditunjukkan
dengan penurunan jumlah geliat hewan uji. Hal ini diduga karena kandungan
flavonoid yang terkandung dalam dosis I dan II relatif sama. Menurut Kendig et
al. (2010), peningkatan efek suatu senyawa dapat tidak terjadi walaupun telah
terjadi peningkatan dosis. Hal ini dapat diakibatkan karena terjadinya hormesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
atau dosis tersebut masih berada di inhibitory threshold sehingga efek yang
ditimbulkan sama (zero equivalent point). Dosis yang lebih tinggi dibuuthkan agar
dapat melewati inhibitory threshold.
Nilai rata-rata jumlah geliat hewan uji, % proteksi geliat, dan perubahan
% proteksi geliat pada dosis I (0,83 g/kgBB) dan dosis III (3,33 g/kgBB) DDM
seperti yang tertera pada tabel II, jika dibandingkan dan dianalisis dengan uji
Mann-Whitney menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (tabel III). Hal ini
dapat diartikan bahwa kemampuan dosis III lebih baik dibanding dosis I dalam
memberikan proteksi nyeri yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah geliat
hewan uji.
Nilai rata-rata jumlah geliat hewan uji, % proteksi geliat, dan perubahan
% proteksi geliat pada dosis II (1,67 g/kgBB) dan dosis III (3,33 g/kgBB) DDM
seperti yang tertera pada tabel II, jika dibandingkan menghasilkan perbedaan yang
bermakna. Hal ini dapat diartikan bahwa kemampuan dosis III lebih baik
dibanding dosis II dalam memberikan proteksi nyeri yang ditunjukkan dengan
penurunan jumlah geliat hewan uji.
Suatu senyawa dinyatakan memiliki aktivitas analgesik jika % proteksi
geliat lebih dari 70%. Senyawa yang memiliki % proteksi geliat kurang dari 70%
dianggap memiliki efek analgesik yang kecil (Hock, 2016). DDM dosis 0,83;
1,67; dan 3,33 g/kgBB menghasilkan rata-rata % proteksi geliat lebih dari 70%
(tabel II), maka ketiga peringkat dosis tersebut memiliki efek analgesik.
Efek analgesik yang dimiliki DDM diduga karena terdapat flavonoid
yang terdapat di dalam DDM. Pada penelitian ini tidak diketahui flavonoid
spesifik yang terkandung di dalam DDM, sehingga perlu diadakannya penelitian
lebih lanjut terkait flavonoid spesifik dan metabolit sekunder lainnya yang
berperan dalam memberikan efek analgesik pada sediaan DDM. Mekanisme aksi
flavonoid adalah menghambat enzim COX-1 dan COX-2 sehingga tidak terjadi
pembentukan mediator nyeri seperti prostaglandin (Ribeiro et al., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
KESIMPULAN
Penelitian ini membuktikan bahwa DDM dosis 0,83; 1,67; dan 3,33
g/kgBB memilki aktivitas analgesik dan mampu menurunkan jumlah geliat mencit
betina galur Swiss yang diinduksi asam asetat 1% dengan rata-rata jumlah geliat
secara berurutan 5,8 ± 0,4; 6,8 ± 0,6; dan 0,8 ± 0,2. Berdasarkan hasil tersebut,
DDM dosis 0,83 g/kgBB berbeda tidak bermakna dengan dosis 1,67 g/kgBB.
Sedangkan kedua dosis tersebut berbeda bermakna dengan DDM dosis 3,33
g/kgBB.
SARAN
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap kandungan fitokimia
dalam DDM yang mampu memberikan penghambatan nyeri. Selain itu perlu
penyelidikan lebih lanjut terhadap jenis senyawa flavonoid serta kadar flavonoid
yang terdapat di dalam DDM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. R., Juwita, Ratulangi, S. A. D., & Malik, A., 2015. Penetapan Kadar
Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala
(Etlingera elatior (Jack) R.M.SM). Pharm Sci Res, 2(1), 1-10.
Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Ernst, M. E., Guglielmo, B. J., Jacobson, P. A.,
Wayne, A. Kradjan, & Williams, B. R., 2013. Koda-Kimble & Young’s
Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, 10th ed.
Arifki, H. H., & Barliana, M. I., 2018. Karakteristik dan Manfaat Tumbuhan
Pisang di Indonesia: Review Artikel. Farmakbonixa, 16(3), 196-203.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Acuan Sediaan
Herbal, edisi 1, volume 7.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 12 Tahun 2014 tentang
Persyaratan Mutu Obat Tradisional.
Bonix, A. F., Rinidar, Armansyah, T., Harris, A., Rosmaidar, & Isa, M., 2017.
Potensi Ekstrak Metanol Batang Sernai (Wedelia biflora) sebagai
Analgesik Pada Mencit (Mus musculus) dengan Metode Writhing
Abdominal. JIMVET, 01(1), 1-6.
Brunton, L., Chabner, B. A., & Knollman, B. C., 2011. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics, 12th ed.
Dahlan, M. S., 2014. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, edisi 6.
Gupta, S., Garg, V. K., Sharma, P. K., & Singh, A., 2011. Analgesic Activity of
Aqueous Extract of Musa paradisiaca. Der Pharmacia Sinica, 2(4), 74
-77.
Haeria, 2013. Penetapan Kadar Flavonoid Total dan Uji Daya Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Ungu (Graptophyllum pictum L.) Griff). JK FIK
UINAM, 1(1), 1-8.
Hock, F. J., 2016. Drug Discovery and Evaluation: Pharmacological Assays, 4th
ed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Ismail, 2015. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Memilih Obat
Tradisional di Gampong Lam Ujong. Idea Nursing Journal, 1(1), 7-14.
Katzung, B. G., & Trevor, A. J., 2012. Basic & Clinical Pharmacology, 13th ed.
Kendig, L. E., Le, H. H., & Belcher, S. M., 2010. Defining Hormesis: Evaluation
of a Complex Concentration Response Phenomenon. International
Journal of Toxicology, 29(3), 235-246.
Miladiyah, I., Dayi, F., & Desrini, S., 2011. Analgesic Activity of Ethanolic
Extract of Manihot esculenta Crantz Leaves in Mice. Universa Medicina,
30(1), 3-10.
Mirza, Amanah, S., Sadono, D., 2017. Tingkat Kedinamisan Kelompok Wanita
Tani dalam Mendukung Keberlanjutan Usaha Tanaman Obat Keluarga di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan, 13(2), 181-193.
Pramesti, A. D., 2016. Efek Fito Protektif Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa
paradisiaca var. sapientum terhadap Gambaran Histopatologi Duodenum
Tikus Putih yang Diinduksi Indometasin. Skripsi. UNAIR Surabaya.
Ribeiro, D., Freitas, M., Tomé, S. M., Silva, A. M. S., Laufer, S., Lima, J. F. C., &
Fernandes, E., 2014. Flavonoids Inhibit COX-1 and COX-2 Enzymes and
Cytokine/Chemokine Production in Human Whole Blood. Inflammation,
38(2), 858-870.
Onyema, C. T., Ofor, C. E., Okudo, V. C., & Ogbuagu, A. S., 2016.
Phytochemical and Antimicrobial Analysis of Banana Pseudo Stem
(Musa acuminata). BJPR, 10(1), 1-9.
Sholihati, Abdullah, R., & Suroso, 2015. Kajian Penundaan Kematangan Pisang
Raja (Musa paradisiaca L. “Ambon”) Melalui Penggunaan Media
Penyerap Etilen Kalium Permanganat. Jurnal Rona Teknik Pertanian,
8(2), 76-89.
Stevani, H., 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum Farmakologi.
Sunyoto, & Agustina, A., 2016. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Rimpang
Lengkuas Merah (Alpinia galanga, Linn) secara Kromatografi Lapis
Tipis. CERATA Journal of Pharmacy Science, 1(1), 20-30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tarafdar, A., Bhattacharya, S., & Pandey, J. N., & Biswas, M., 2011. Thin Layer
Chromatography Profiling and Evaluation of Analgesic Activity of Musa
paradisiaca Leaf Extracts in Mice. Pharmacologyonline, 1(1), 1260-
1265.
Wijaya, H., Novitasari, & Jubaidah, S., 2018. Perbandingan Metode Ekstraksi
terhadap Rendemen Daun Rumbai Laut (Sonneratia caseolaris L. Engl).
Jurnal Ilmiah Manuntung, 4(1), 79-83.
Winarti, L. & Wantiyah, 2011. Uji Efek Analgetika Ekstrak Rimpang Temu
Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter Pada Mencit Jantan
Galur Swiss. Majalah Obat Tradisional, 16(1), 26-33.
Wongsrisakul, J., Wichitnithad, W., Rojsitthisak, P., & Towiwat, P., 2010.
Antinociceptive Effects of Curcumin Diethyl Disuccinate in Animal
Models. Journal of Health Research, 24(4), 175-180.
Wulandari, D., & Hendra, P., 2011. Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga
tanarius L. Pada Mencit Betina Galur Swiss. Bionatura - Jurnal Ilmu-
Ilmu Hayati dan Fisik, 13(2), 108-117.
Yulianti, R. R., Dahlia, A., & Ahmad, A. R., Penetapan Kadar Flavonoid Total
dari Ekstrak Etanolik Daun Benalu Mangga (Dendrophthoe pentandra L.
Miq). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 1(1), 14-17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearence oleh MHREC FK-KMK UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 2. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian CE&BU Fakultas
Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 3. Surat Determinasi Tanaman Musa paradisiaca L. “Ambon” oleh
Fakultas Farmasi UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 4. Daun, Rajangan Daun, Serbuk, Penetapan Kadar Air Serbuk, DDM,
dan Respon Geliat Mencit
Gambar 7. Geliat mencit
Gambar 4. Serbuk daun Musa
paradisiaca L. “Ambon”
Gambar 6. Dekokta daun Musa
paradisiaca L. “Ambon”
Gambar 5. Penetapan kadar air
serbuk daun Musa paradisiaca L.
“Ambon”
Gambar 3. Rajangan daun Musa
paradisiaca L. “Ambon”
Gambar 2. Daun Musa paradisiaca
L. “Ambon”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 5. Uji Flavonoid secara Kualiatif Menggunakan KLT
Cahaya Sebelum AlCl3 dan sitroborat Setelah AlCl3 dan sitroborat
Tampak
UV 254
nm
UV 365
nm
Keterangan:
Bercak 1 : rutin
Bercak 2 : infusa daun Musa paradisiaca L. “Ambon” (IDM)
Bercak 3 : DDM
1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3
1 2 3 1 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 6. Uji Tabung Flavonoid
Gambar 8. DDM (kiri) dan DDM
setelah pereaksi FeCl3 10% (kanan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 7. Perhitungan Rendemen, Rf, dan Konversi Dosis DDM dari Mencit
ke Manusia
1. Rendemen dari daun basah hingga diperoleh serbuk kering. Berikut rumus
perhitungan % rendemen menurut Wijaya dkk. (2018)
% Rendemen = berat serbuk kering (g) : berat daun basah (g) × 100%
= 387,6 g : 1.000 g × 100%
= 38,76%
2. Perhitungan Rf
Rf = Jarak tempuh senyawa uji/jarak tempuh pelarut
Rf rutin = 13,5 cm / 15 cm
= 0,9
Rf DDM = 11 cm / 15 cm
= 0,73
3. Berdasarkan tabel konversi, faktor konversi mencit 20 g ke manusia 70 kg
adalah 387,9 (Stevani, 2016).
• Dosis DDM 0,83 g/kgBB pada manusia
Dosis mencit 20 g = 0,83 g/kgBB × 0,02 kg = 0,017 g
Dosis manusia 70 kg = 0,017 g × 387,9 = 6,594 g/70 kgBB
= 0,094 g/kgBB
• Dosis DDM 1,67 g/kgBB pada manusia
Dosis mencit 20 g = 1,67 g/kgBB × 0,02 kg = 0,033 g
Dosis manusia 70 kg = 0,033 g × 387,9 = 12,801 g/70 kgBB
= 0,183 g/kgBB
• Dosis DDM 3,33 g/kgBB pada manusia
Dosis mencit 20 g = 3,33 g/kgBB × 0,02 kg = 0,067 g
Dosis manusia 70 kg = 0,067 g × 387,9 = 25,989 g/70 kgBB
= 0,371 g/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 8. Volume Pemberian
1. Asam asetat
D = 50 mg/kgBB = 0,05 mg/gBB
C = 1% = 10 mg/mL
BB = 30 gBB
D×BB = C×V
V = 0,05 mg/gBB × 30 gBB : 10 mg/mL
= 0,15 mL/30 gBB
2. Asetosal
D = 91 mg/kgBB = 0,091 mg/gBB
C = 1% = 10 mg/mL
BB = 30 gBB
D×BB = C×V
V = 0,091 mg/gBB × 30 gBB : 10 mg/mL
= 0,273 mL/30 gBB
3. DDM
C = 10% = 100 mg/mL
BB = 30 gBB
• Dosis 3,33 g/kgBB (tinggi)
V = D×BB:C
= 3,33 g/kgBB × 30 gBB : 100 mg/mL
= 0,9999 mL
≈ 1,00 mL/30 gBB
• Dosis 1,67 g/kgBB (sedang)
V = D×BB:C
= 1,67 g/kgBB × 30 gBB : 100 mg/mL
= 0,5001 mL
≈ 0,50 mL/30 gBB
• Dosis 0,83 g/kgBB (rendah)
V = D×BB:C
= 0,83 g/kgBB × 30 gBB : 100 mg/mL
= 0,2499 mL
≈ 0,25 mL/30 gBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik Jumlah Geliat pada Uji Pendahuluan
Uji T Tidak Berpasangan
T-Test
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
geliat mencit 10 menit 3 42.67 6.807 3.930
15 menit 3 22.00 1.732 1.000
Independent Samples Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Jumlah Geliat pada Uji Efek Analgesik
Dekokta Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”.
Pengujian Normalitas
Test of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol negatif .275 5 .200* .879 5 .305
Kontrol positif .229 5 .200* .907 5 .449
DDM 0,83 g/kgBB .231 5 .200* .881 5 .314
DDM 1,67 g/kgBB .221 5 .200* .902 5 .421
DDM 3,33 g/kgBB .473 5 .001 .552 5 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Kruskal-Wallis
Ranks
Kelompok N Mean Rank
Geliat_Mencit Kontrol negatif 5 23.00
Kontrol positif 5 18.00
DDM 0,83 g/kgBB 5 9.30
DDM 1,67 g/kgBB 5 11.70
DDM 3,33 g/kgBB 5 3.00
Total 25
Test Statisticsa,b
Geliat_Mencit
Chi-Square 22.370
df 4
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar
kelompok
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Geliat Kontrol
negatif
Mean 63.8000 1.77200
95% Confidence Interval for Mean Lower
Bound 58.8801
Upper
Bound 68.7199
5% Trimmed Mean 63.7222
Median 62.0000
Variance 15.700
Std. Deviation 3.96232
Minimum 60.00
Maximum 69.00
Range 9.00
Interquartile Range 7.50
Skewness .608 .913
Kurtosis -2.338 2.000
Kontrol
positif
Mean 20.2000 1.31909
95% Confidence Interval for Mean Lower
Bound 16.5376
Upper
Bound 23.8624
5% Trimmed Mean 20.2778
Median 20.0000
Variance 8.700
Std. Deviation 2.94958
Minimum 16.00
Maximum 23.00
Range 7.00
Interquartile Range 5.50
Skewness -.518 .913
Kurtosis -.797 2.000
DDM Mean 5.8000 .37417
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
0,83
g/kgBB
95% Confidence Interval for Mean Lower
Bound 4.7611
Upper
Bound 6.8389
5% Trimmed Mean 5.7778
Median 6.0000
Variance .700
Std. Deviation .83666
Minimum 5.00
Maximum 7.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.50
Skewness .512 .913
Kurtosis -.612 2.000
DDM
1,67
g/kgBB
Mean 6.8000 .58310
95% Confidence Interval for Mean Lower
Bound 5.1811
Upper
Bound 8.4189
5% Trimmed Mean 6.8333
Median 7.0000
Variance 1.700
Std. Deviation 1.30384
Minimum 5.00
Maximum 8.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.50
Skewness -.541 .913
Kurtosis -1.488 2.000
DDM
3,33
g/kgBB
Mean .8000 .20000
95% Confidence Interval for Mean Lower
Bound .2447
Upper
Bound 1.3553
5% Trimmed Mean .8333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Median 1.0000
Variance .200
Std. Deviation .44721
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range .50
Skewness -2.236 .913
Kurtosis 5.000 2.000
Mann-Whitney
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 1 5 8.00 40.00
2 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 1 5 8.00 40.00
3 5 3.00 15.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 1 5 8.00 40.00
4 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 1 5 8.00 40.00
5 5 3.00 15.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 2 5 8.00 40.00
3 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.635
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 2 5 8.00 40.00
4 5 3.00 15.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 2 5 8.00 40.00
5 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.703
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 3 5 4.30 21.50
4 5 6.70 33.50
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 21.500
Z -1.293
Asymp. Sig. (2-tailed) .196
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 3 5 8.00 40.00
5 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.712
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Geliat_Mencit 4 5 8.00 40.00
5 5 3.00 15.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Test Statisticsa
Geliat_Mencit
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.703
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik Persen Proteksi Geliat pada Uji Efek
Analgesik Dekokta Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”.
Pengujian Normalitas
Test of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol negatif .275 5 .200* .879 5 .305
Kontrol positif .236 5 .200* .907 5 .448
DDM 0,83 g/kgBB .230 5 .200* .881 5 .314
DDM 1,67 g/kgBB .221 5 .200* .902 5 .421
DDM 3,33 g/kgBB .473 5 .001 .552 5 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Kruskal-Wallis
Ranks
Kelompok N Mean Rank
Persen_analgesik Kontrol negatif 5 3.00
Kontrol positif 5 8.00
DDM 0,83 g/kgBB 5 16.70
DDM 1,67 g/kgBB 5 14.30
DDM 3,33 g/kgBB 5 23.00
Total 25
Test Statisticsa,b
Persen_analgesik
Chi-Square 22.370
df 4
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar
kelompok
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Persen_analg
esik
Kontrol
negatif
Mean .0000 2.77821
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound -7.7135
Upper
Bound 7.7135
5% Trimmed Mean .1217
Median 2.8200
Variance 38.592
Std. Deviation 6.2122
7
Minimum -8.15
Maximum 5.96
Range 14.11
Interquartile Range 11.76
Skewness -.607 .913
Kurtosis -2.340 2.000
Kontrol
positif
Mean 68.154
0 1.92402
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound
62.812
1
Upper
Bound
73.495
9
5% Trimmed Mean 68.062
8
Median 68.650
0
Variance 18.509
Std. Deviation 4.3022
5
Minimum 63.95
Maximum 74.00
Range 10.05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Interquartile Range 8.16
Skewness .315 .913
Kurtosis -1.392 2.000
DDM 0,83
g/kgBB
Mean 90.910
0 .58530
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound
89.284
9
Upper
Bound
92.535
1
5% Trimmed Mean 90.945
0
Median 90.600
0
Variance 1.713
Std. Deviation 1.3087
8
Minimum 89.03
Maximum 92.16
Range 3.13
Interquartile Range 2.34
Skewness -.520 .913
Kurtosis -.590 2.000
DDM 1,67
g/kgBB
Mean 89.342
0 .91392
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound
86.804
6
Upper
Bound
91.879
4
5% Trimmed Mean 89.290
0
Median 89.030
0
Variance 4.176
Std. Deviation 2.0435
8
Minimum 87.46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Maximum 92.16
Range 4.70
Interquartile Range 3.92
Skewness .537 .913
Kurtosis -1.502 2.000
DDM 3,33
g/kgBB
Mean 98.744
0 .31400
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound
97.872
2
Upper
Bound
99.615
8
5% Trimmed Mean 98.691
7
Median 98.430
0
Variance .493
Std. Deviation .70213
Minimum 98.43
Maximum 100.00
Range 1.57
Interquartile Range .78
Skewness 2.236 .913
Kurtosis 5.000 2.000
Mann-Whitney
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 1 5 3.00 15.00
2 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 1 5 3.00 15.00
3 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 1 5 3.00 15.00
4 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 1 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 2 5 3.00 15.00
3 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Test Statisticsa
Persen_analges
ik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.635
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 2 5 3.00 15.00
4 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Persen_analges
ik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 2 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.703
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 3 5 6.70 33.50
4 5 4.30 21.50
Total 10
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 21.500
Z -1.293
Asymp. Sig. (2-tailed) .196
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 3 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.712
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Persen_analgesik 4 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Persen_analgesi
k
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.703
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik Perubahan Persen Proteksi Geliat pada Uji
Efek Analgesik Dekokta Daun Musa paradisiaca L. “Ambon”.
Pengujian Normalitas
Test of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol negatif .275 5 .200* .879 5 .305
Kontrol positif .229 5 .200* .907 5 .450
DDM 0,83 g/kgBB .231 5 .200* .881 5 .314
DDM 1,67 g/kgBB .221 5 .200* .902 5 .422
DDM 3,33 g/kgBB .473 5 .001 .552 5 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Kruskal-Wallis
Ranks
Kelompok N Mean Rank
Perubahan_Persen_Analge
sik
Kontrol negatif 5 3.00
Kontrol positif 5 8.00
DDM 0,83 g/kgBB 5 16.70
DDM 1,67 g/kgBB 5 14.30
DDM 3,33 g/kgBB 5 23.00
Total 25
Test Statisticsa,b
Perubahan_Persen_Analgesik
Chi-Square 22.370
df 4
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar
kelompok
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Perubahan_
Persen_Ana
lgesik
Kontrol negatif Mean -100.0020 4.06607
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound -111.2912
Upper
Bound -88.7128
5% Trimmed Mean -99.8239
Median -95.8700
Variance 82.665
Std. Deviation 9.09202
Minimum -111.93
Maximum -91.28
Range 20.65
Interquartile Range 17.21
Skewness -.607 .913
Kurtosis -2.341 2.000
Kontrol positif Mean -.0020 3.02436
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound -8.3990
Upper
Bound 8.3950
5% Trimmed Mean -.1806
Median .4500
Variance 45.734
Std. Deviation 6.76267
Minimum -6.42
Maximum 9.63
Range 16.05
Interquartile Range 12.61
Skewness .520 .913
Kurtosis -.794 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
DDM 0,83 g/kgBB Mean 33.0280 .85684
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound 30.6490
Upper
Bound 35.4070
5% Trimmed Mean 33.0789
Median 32.5700
Variance 3.671
Std. Deviation 1.91595
Minimum 30.28
Maximum 34.86
Range 4.58
Interquartile Range 3.43
Skewness -.512 .913
Kurtosis -.612 2.000
DDM 1,67 g/kgBB Mean 30.7340 1.33735
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound 27.0209
Upper
Bound 34.4471
5% Trimmed Mean 30.6578
Median 30.2800
Variance 8.942
Std. Deviation 2.99040
Minimum 27.98
Maximum 34.86
Range 6.88
Interquartile Range 5.74
Skewness .538 .913
Kurtosis -1.493 2.000
DDM 3,33 g/kgBB Mean 44.4900 .46000
95% Confidence Interval for
Mean
Lower
Bound 43.2128
Upper
Bound 45.7672
5% Trimmed Mean 44.4133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Median 44.0300
Variance 1.058
Std. Deviation 1.02859
Minimum 44.03
Maximum 46.33
Range 2.30
Interquartile Range 1.15
Skewness 2.236 .913
Kurtosis 5.000 2.000
Mann-Whitney
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
1 5 3.00 15.00
2 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
1 5 3.00 15.00
3 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
1 5 3.00 15.00
4 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
1 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
2 5 3.00 15.00
3 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.635
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
2 5 3.00 15.00
4 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
2 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.703
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
3 5 6.70 33.50
4 5 4.30 21.50
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 21.500
Z -1.293
Asymp. Sig. (2-tailed) .196
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
3 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.712
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perubahan_Persen_Analges
ik
4 5 3.00 15.00
5 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Test Statisticsa
Perubahan_Per
sen_Analgesik
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.703
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Uji Efek Analgesik dari Dekokta
Daun Musa paradisiaca L. “Ambon” pada Mencit Betina
Galur Swiss Terinduksi Asam Asetat” memiliki nama
lengkap Jonatan Hasudungan Immanuel Butarbutar.
Penulis dilahirkan di Abepura, 16 Januari 1998 dengan
nama ayah Lighter Butarbutar, Ibu Lies Sitorus, dan adik
bernama Josafat Butarbutar. Pendidikan formal yang telah
ditempuh yaitu TK Bintang Kecil (2003-2004), SD YPPK
Gembala Baik Jayapura (2004-2010), SMP YPPK St. Paulus Jayapura (2010-
2013), dan SMA Negeri 3 Jayapura (2013-2016). Penulis melanjutkan pendidikan
sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun
2016. Penulis aktif dalam mengikuti kepanitian, beberapa kepanitiaan yang
pernah diikuti yaitu Future Pharmacist in Action / FACTION #1 (2016),
Pelepasan Wisuda I (2017), Pelepasan Wisuda II (2017), dan Tiga Hari Temu
Akrab Farmasi / TITRASI (2017). Organisasi yang pernah diikuti adalah Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) Farmasi Komisi Quality Control pada
tahun ajaran 2018/2019. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum di
beberapa mata kuliah, yaitu Mikrobiologi Farmasi (2018 dan 2019), Farmakologi
Toksikologi (2018 dan 2019), dan Peracikan Obat (2019).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI