muntah.docx

6
2. Mekanisme Muntah Muntah terjadi setelah adanya rangsangan yang diberikan kepada pusat muntah (vomiting center, VC) atau pada zona pemicu kemoreceptor (chemoreceptor trigger zone, CTZ) yang berada di sistim syaraf pusat (central nervous system) seperti dapat dilihat pada Gambar 5. Pusat-pusat koordinasi muntah ini dapat diaktifkan oleh berbagai cara. Muntah yang terjadi karena stress fisiologis, berlangsung karena adanya sinyal yang dikirimkan melalui lapisan otak luar dan limbic system ke pusat muntah (VC). Muntah yang berhubungan dengan gerakan terjadi jika VC distimulasi melalui sistim pengaturan otot (vestibular atau vestibulocerebellar system) dari labirin yang terdapat pada telingan bagian dalam. Sinyal kimia dari aliran darah dan cairan cerebrospinal (jaringan syaraf otak sampai tulang ekor) dideteksi oleh CTZ. Ujung syaraf dan syaraf-syaraf yang ada didalam saluran pencernaan merupakan penstimulir muntah jika terjadi iritasi saluran pencernaan, kembung dan tertundanya proses pengosongan lambung. Gambar 5. Koordinasi sistim saraf pusat (central nervous system) yang menyebabkan muntah: LS = limbic system, CTZ = chemoreceptor trigger zone, VC = vomiting center, VIII = vestibular nerve, X = vagus nerve. Ketika pusat muntah (VC) distimulasi, maka motor dari cascade

Transcript of muntah.docx

Page 1: muntah.docx

2.  Mekanisme Muntah

Muntah terjadi setelah adanya rangsangan yang diberikan kepada pusat muntah (vomiting center, VC) atau pada zona pemicu kemoreceptor (chemoreceptor trigger zone, CTZ) yang berada di sistim syaraf pusat (central nervous system) seperti dapat dilihat pada Gambar 5. Pusat-pusat koordinasi muntah ini dapat diaktifkan oleh berbagai cara.  Muntah yang terjadi karena stress fisiologis, berlangsung karena adanya sinyal yang dikirimkan melalui lapisan otak luar dan limbic system ke pusat muntah (VC).  Muntah yang berhubungan dengan gerakan terjadi jika VC distimulasi melalui sistim pengaturan otot (vestibular atau vestibulocerebellar system) dari labirin yang terdapat pada telingan bagian dalam.  Sinyal kimia dari aliran darah dan cairan cerebrospinal (jaringan syaraf otak sampai tulang ekor) dideteksi oleh CTZ.  Ujung syaraf dan syaraf-syaraf yang ada didalam saluran pencernaan merupakan penstimulir muntah jika terjadi iritasi saluran pencernaan, kembung dan tertundanya proses pengosongan lambung. 

Gambar 5.  Koordinasi sistim saraf pusat (central nervous system) yang  menyebabkan muntah: LS = limbic system, CTZ = chemoreceptor trigger zone, VC = vomiting center, VIII = vestibular nerve, X = vagus nerve.

Ketika pusat muntah (VC) distimulasi, maka motor dari cascade akan bereaksi menye-babkan muntah. Kontraksi non peristaltic didalam usus halus meningkat, gallbladder berkontraksi dan sebagian isi dari usus dua belas jari masuk kedalam lambung.  Kondisi ini diikuti dengan melambatnya gerakan peristaltik yang akan mendorong masuknya isi usus halus dan sekresi pankreas kedalam lambung dan menekan aktivitas lambung.  Sementara itu, otot-otot pernapasan akan berkontraksi untuk melawan celah suara yang tertutup, sehingga terjadi pembesaran kerongkongan.  Pada saat otot perut (abdominal) berkontraksi, isi lambung akan didorong masuk kedalam

Page 2: muntah.docx

kerongkongan.  Relaksasi dari otot-otot perut memungkinkan isi kerongkongan masuk kembali kedalam lambung.  Siklus dari muntah-muntah berlangsung cepat sampai semua isi lambung yang masuk ke kerongkongan dikeluarkan semua.  Pada kondisi muntah juga terjadi peningkatan pro-duksi air ludah, peningkatan kecepatan pernapasan dan detak jantung serta pelebaran pupil mata.

• Pertama, rangsangan yang menyebabkan muntah dirasakan oleh saraf-saraf yang tugasnya menerima rangsangan.

• Kemudian, rangsangan tersebut disampaikan oleh saraf ke otak.

• Di otak terdapat pusat muntah yang menerima rangsangan itu, setelah itu pusat muntah ini akan memerintahkan tubuh untuk memulai proses muntah, maka dikirimkanlah respon kepada organ-organ pencernaan agar segera melakukan prosesi pemuntahan

• Maka, organ pencernaan melakukan gerakan peristaltik atau meremas-remas yang berkebalikan dengan gerakan meremas-remas saat mencerna makanan, dengan kata lain organ pencernaan melakukan gerakan mendorong makanan ke atas menuju mulut, di samping itu otot-otot pernapasan akan berkontraksi melawan celah suara yang tertutup sehingga terjadi pembesaran kerongkongan, selain itu kandung kemih juga ikut berkontraksi.

• Karena hal tersebut makanan mulai naik dari lambung ke kerongkongan lalu melontar keluar melalui mulut, sedangkan makanan yang ada di usus dua belas jari sebagian naik kembali ke lambung,

• Akhirnya muntah pun terjadi.

• Namun, jika otot perut kembali relaksasi saat makanan baru mencapai kerongkongan, kemungkinan makanan bisa kembali ke lambung sehingga muntah ditunda.

Page 3: muntah.docx

Mekanisme mual muntah perjalanan

Mabuk perjalanan biasanya terjadi ketika kita sedang melakukan perjalanan baik perjalanan darat, laut, maupun udara. Mabuk perjalanan terjadi ketika informasi yang dikirim oleh sistem vestibular (pusat keseimbangan tubuh di telinga bagian dalam) dan informasi yang dikirim oleh indera penglihatan terhadap suatu gerakan berbeda, sehingga menyebabkan kerja otak terganggu. Hal ini muncul akibat adanya ketidak-sesuaian informasi yang dikirimkan oleh dua indra tubuh tersebut, sehingga otak mengalami "kebingungan". Terganggunya dua hal ini akan merangsang otak sehingga menimbulkan reaksi mual atau muntah.

Di dalam rongga telinga manusia terdapat 3 kanal berisi cairan yang sering disebut sebagai labirin. Masing-masing kanal memiliki arah lingkar yang berbeda. Saat kepala digerakkan, cairan yang ada di dalam kanal ikut bergerak. Dengan cara ini cairan tersebut akan memberi tahu otak seberapa jauh dan seberapa cepat kepala anda bergerak. Selain itu, cairan ini pun dapat menginformasikan ke arah mana kepala bergerak. Mabuk perjalanan akan terjadi bila informasi yang disampaikan oleh telinga dalam dan mata ke otak, berbeda. Sejumlah aktivitas dalam perjalanan dapat memicu keadaan ini, misalnya membaca dalam mobil yang sedang melaju.

Selain banyak dialami anak-anak (usia 2-12 tahun), mabuk perjalanan juga rentan diderita wanita (terutama yang sedang hamil atau menstruasi), penderita vertigo, dan migrain. Faktor psikologis, seperti rasa cemas, takut, dan traumatis akibat menumpang jenis kendaraan tertentu, bisa pula ikut memicu terjadinya mabuk perjalanan. Jika mabuknya berat, tekanan darah bisa turun dengan drastis dan menyebabkan pingsan. Muntah-muntah juga dapat mengakibatkan kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi dan kekurangan mineral.

Obat muntah

Gangguan muntah akibat rangsangan SSP pusat (VC) dapat dirangsang secara langsung oleh iritasi GI, mabuk perjalanan, atau neuritis vestibular. Peningkatan aktivitas neurotransmitter pusat, seperti dopamin dalam zona pemicu kemoreseptor (CTZ) atau asetilkolin di VC, tampaknya mediator utama muntah. Sebuah episode emetogenik dapat memulai pelepasan serotonin (5-HT) dari sel enterochromaffin di saluran pencernaan. 5-HT kemudian berikatan dengan reseptor 5-HT3 yang merangsang neuron vagal yang mengirimkan sinyal ke VC, mengakibatkan mual dan muntah. Agen farmakologis diarahkan ke etiologi tertentu atau mekanisme yang merangsang respon muntah.Lihat informasi obat penuh

Page 4: muntah.docx

Mutah sebenarnya merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia mutah terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching, pengeluaran isi lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol mutah, 1) chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan central vomiting centre (CVC). CTZ yang terletak di area postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV diluar blood brain barrier (sawar otak). Reseptor didaerah ini diaktivasi oleh bahan-bahan proemetik didalam sirkulasi darah atau di cairan cerebrospinal (CSF). Eferen dari CTZ dikirim ke CVC selanjutnya terjadi serangkaian kejadian yang dimulai melalui vagal eferen splanchnic. CVC terletak dinukleus tractus solitarius dan disekitar formatio retikularis medulla tepat dibawah CTZ. CTZ mengandung reseptor reseptor untuk bermacam-macam senya neuroaktif yang dapat menyebabkan mutah. Reseptor untuk, dopamine ( titik tangkap kerja dari apomorphine ), acethylcholine, vasopressine, enkephalin, angiotensin, insulin serotonin, endhorphin, substance P, dan mediator-mediator yang lain. Mediator adenosine cyclic monophosphate (cyclic AMP) mungkin terlibat dalam respon eksitasi untuk semua peptide stimulator oleh karena theophylline dapat menghambat aktivitas proemetik dari bahan neuropeptic tersebut2,3,4. Emesis sebagai respons terhadap gastrointestinal iritan misalnya copper, radiasi abdomen, dilatasi gastrointestinal adalah sebagai akibat dari signal aferen vagal ke central pattern generator yang dipicu oleh pelepasan lokal mediator inflamasi, dari mukosa yang rusak, dengan pelepasan sekunder neurotransmitters eksitasi yang paling penting adalah serotonin dari sel entrochromaffin mukosa. Pada mabuk (motion sickness), signal aferen ke central pattern generator berasal dari organ vestibular, visual cortex, dan cortical centre yang lebih tinggi sebagai sensory input yang terintegrasi lebih penting dari pada aferen dari gastrointestinal. Rangsangan mutah berasal dari, gastrointestinal, vestibulo ocular, aferen cortical yang lebih tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dimulai nausea, retching, ekpulsi isi lambung. Gejala gastrointestinal meliputi peristaltik, salivasi, takhipnea, tachikardia. Respons stereotipik vomiting dimediasi oleh eferen neural pada vagus, phrenic, dan syaraf spinal. Input untuk syaraf ini berasal dari brain stem “ vomiting centre”. Centre ini tampaknya bukan merupakan struktur anatomi tunggal, tetapi merupakan jalur akhir bersama dari reflex yang diprogram secara sentral melalui interneuron medular di nukleus soliter dan berbagai-macam tempat disekitar formatio retikularis. Interneuron tersebut menerima input dari cortical, vagal, vestibular, dan input lain terutama dari area postrema. Area postrema adalah chemorceptor trigger zone yang terletak didasar ventrikel IV diluar sawar otak dan diidentifikasi sebagai sumber yang crucial untuk input yang menyebabkan vomiting, terutama respons terhadap obat atau toksin.