MUNGKINKAH KURIKULUM KUTTAB MENJADI KURIKULUM … · Tahun 2018 . DAFTAR ISI HALAMAN ... pro kontra...

28
MUNGKINKAH KURIKULUM KUTTAB MENJADI KURIKULUM NASIONAL MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tazkiyatun Nafs Dosen Pembimbing : Ustadz Abu Fahd Djalal, Lc Disusun Oleh : MUHAMMAD YUSUF RIZKY RAMADHANI AKADEMI GURU AL-FATIH 4 Tahun 2018

Transcript of MUNGKINKAH KURIKULUM KUTTAB MENJADI KURIKULUM … · Tahun 2018 . DAFTAR ISI HALAMAN ... pro kontra...

MUNGKINKAH KURIKULUM KUTTAB MENJADI KURIKULUM

NASIONAL

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tazkiyatun Nafs

Dosen Pembimbing : Ustadz Abu Fahd Djalal, Lc

Disusun Oleh :

MUHAMMAD YUSUF RIZKY RAMADHANI

AKADEMI GURU AL-FATIH 4

Tahun 2018

.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................. 4

C. Tujuan ...................................................................................................... 4

II. PEMBAHSAN ............................................................................................ 5

A. Kuttab Sebagai Kurikulum Pendidikan Islam ......................................... 5

B. K13 Sebagai Kurikulum Nasional ........................................................ 14

C. Analisis Relevansi Kurikulum Kuttab Sebagai Kurikulum Nasional ... 20

III. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24

A. Kesimpulan ............................................................................................ 24

B. Saran ...................................................................................................... 25

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim,

Segala puja dan puji hanya milik Allah, Yang telah menurunkan lentera

kebenaran ke dunia ini berupa agama Islam. Sehinnga berkat lentera itu kita dapat

melihat tatanan kehidupan yang bgitu apik dan sempurna. Meskipun sekarang

sudah banyak tanagn-tangan jahil yang berusaha untuk meredupkannya, bahkan

berusaha untuk mematikannya. Sehingga tatanan kehidupan yang tadinya penuh

dengan keteraturan, namun lambat laun mulai rusak dan binasa. Oleh karena itu,

kiranya kita harus terus menoleh kepada lentera yang memang turun dari Allah.

Sholawat dan salam, semoga akan tercurahkan kepada Nabi pembawa

kebenaran dari Tuhannya untuk disampaikan dan dicontohkan kepada ummatnya.

Dialah Nabi Muhammad salallahu alaihi wassallam, pemimpin para Nabi-Nabi,

teladan manusia terbaik dimuka bumi ini, senantiasa memberi fatwa kepada

ummatnya agar mereka selamat di dunia dan di akhirat.

Penulis senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala karunia-Nya

sehingga makalah yang berjudul “Mungkinkah Kurikulum Kuttab menjadi

Kurikulum Nsional?” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya guna

memenuhi tugas dalam mata kuliah Tazkiyatun Nafs.

Penulis tak lupa menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen

kami Al-Ustad Abu Fahd Jalal yang senantiasa membimbing kami dengan

memberikan materi-materi pada mata kuliah Tazkiyatun Nafs. Yang dengannya

kami semakin terbuka, semakin mengerti apa fungsi tazkiyatun nafs itu sendiri

untuk kepentingan pendidikan islam saat ini. Memberikan panduan bagaimana

kita menerapkan tazkiyatun nafs, yakni konsep penyucian jiwa sebagai kurikulum

pendidikan Islam, yang mana kita tahu konsep pendidikan islam sangat jauh

berbeda dengan konsep pendidikan pada umumnya. Maka dari itu dengan

bimbingan beliaulah penulisan makalah ini dapat berjalan dengan baik.

Semoga apa yang penulis paparkan dalam penulisan makalah ini dapat

memberikan secercah ilmu yang bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Sekaligus menjadi sebuah acuan dalam perkembangan pendidikan Islam untuk

.

ummat ini. Kebenaran hanya dari Allah subhanahu wa ta‟ala dan kesalahan

datangnya dari manusia semata. Oleh sebab itu, segala koreksi, kritik maupun

saran kami harapkan dari semua pihak untuk perbaikan penulisan makalah ini.

Depok, 1 Juli 2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan Indonesia mendapat sorotan yang tajam dari berbagai

kalangan, terkait dengan beberapa masalah yang muncul seperti perubahan

kurikulum, pro kontra ujian nasional, tawuran pelajar, kasus pelecehan siswa oleh

oknum guru, mahalnya biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini membuat

pendidikan nasional kehilangan kepercayaan dari sebagian masyarakat. Padahal

pendidikan merupakan pintu gerbang kemajuan sebuah bangsa dimana bangsa

yang besar adalah bangsa yang mempersiapkan generasi mudanya sedini

mungkin.

Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berulangkali mengalami

perubahan. Sejak Indonesia merdeka telah terjadi perubahan kurikulum sebanyak

10 kali, 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013.

Kurikulum adalah perangkat rencana pendidikan yang disusun berdasarkan

kebutuhan dan tuntutan jaman, sehingga perubahan kurikulum adalah

konsekwensi logis yang harus terjadi. Namun demikian perubahan kurikulum

yang terlalu sering dan dalam kurun waktu yang singkat juga berdampak kurang

baik bagi dinamika pendidikan, sehingga mengesankan perubahan-perubahan

tersebut bukan berdasarkan tuntutan kebutuhan melainkan kepentingan politis

bagi pejabat yang berwenang.

Pendidikan dasar merupakan fase yang sangat penting dalam

perkembangan seorang manusia, karena pada fase inilah anak diajarkan untuk

mengenal lingkungan, budi pekerti, dasar-dasar pengetahuan. Dari sini diharapkan

terbentuk kepribadian anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang termaktub

dalam Undang-Undang.

Secara ekspisit UU Sisdiknas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

.

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.1 Dari sini bisa dikatakan bahwa tujuan

utama pendidikan adalah mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa, untuk

itu agama adalah landasan utama bagi tercapainya tujuan tersebut.

Islam sebagai agama mayoritas yang dianut oleh bangsa Indonesia

memandang penting berlangsungnya pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran

Islam. Oleh karena itu lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab yang

besar untuk menghadirkan pendidikan berkualitas yang sekaligus merupakan

bagian integral dari sistem pendidikan nasional.2

Pendidikan Islam di Indonesia memiliki karakteristik yang beragam

sebagaimana yang dikemukakan oleh Zarkawi Soejoeti dalam Muzhoffar Akhwan

ada tiga jenis pendidikan Islam, pertama, jenis pendidikan Islam di mana

pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat untuk mengejawantahkan

nilai-nilai Islam, yang tercermin dalam nama lembaga maupun kegiatan-

kegiatannya. Islam merupakan sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh

kegiatan pendidikan. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan

menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang

diselenggarakan dan diperlakukan sama seperti bidang studi dan ilmu lainnya.

Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua hal di atas, yaitu Islam sebagai

sumber nilai sekaligus bidang studi yang ditawarkan melalui proses pendidikan

dan pengajaran yang diselenggarakan.3

Dari ketiga jenis tersebut memunculkan beragam lembaga pendidikan

Islam sesuai dengan karakter masing-masing seperti pondok pesantren salaf,

pondok. pesantren modern, madrasah yang dikelola oleh swasta, madrasah negeri,

sampai sekolah Islam terpadu yang terdiri dari SD IT, SMP IT, SMA IT. Setiap

institusi memiliki kelebihan sekaligus kekurangan di sisi lainnya. Meskipun

1 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 2Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan Islam dalam

Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal.10. 3 Muzhoffar Akhwan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), Pendidikan Islam dalam

Peradaban Industrial (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hal.34.

demikian lembaga-lembaga pendidikan Islam berjalan dengan pangsa pasarnya

masing-masing.

Salah satu dari lembaga pendidikan yang relatif baru berdiri di Indonesia

adalah Kuttab al-Fatih. Kuttab al-Fatih adalah lembaga pendidikan dasar yang

diperuntukkan bagi anak-anak usia 5-12 tahun yang mulai berdiri sejak bulan Juni

2012, dengan kurikulum menitikberatkan pada iman dan Al-Qur’an. Kurikulum

ini mulai dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan

sumber untuk menyususn modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga

ini menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an

dan Sunah.4

Berdirinya lembaga pendidikan ini bermula dari rumah yang berada di

perumahan Griya Tugu Asri, Blok B2/20. Pada awalnya lembaga ini hanya

menerima 30 murid. Namun antusias calon murid melebihi quota yang ada.

Begitupula, keinginan beberapa tempat untuk membuka lembaga seperti ini di

daerahnya masing-masing.5 Sampai saat ini telah berdiri 10 cabang Kuttab al-

Fatih di beberapa kota yaitu Depok, Purwakarta, Jakarta, Semarang, Bekasi,

Purwokerto, Malang, Tangerang, Jombang dan Bandung.

Lembaga pendidikan Islam Kuttab al-Fatih adalah pendidikan setingkat

dengan sekolah dasar yang berbeda dari lembaga pendidikan yang sudah

berkembang di Indonesia sebelumnya. Kuttab al-Fatih tidak menggunakan

kurikulum pemerintah melainkan menyusun kurikulum sendiri dengan mengacu

pada model pendidikan Islam klasik. Tujuan berdirinya lembaga pendidikan ini

adalah menyediakan pendidikan dasar yang mengaju pada pendidikan Islam masa

klasik yang telah mengantarkan kejayaan Islam pada masanya dengan bersumber

pada al-Quran dan Hadis. Kuttab al-Fatih berusaha untuk mengembalikan

pendidikan Islam sesuai dengan pendidikan yang dikembangkan oleh umat Islam

di masa klasik, yaitu masa Rasulullah, Khulafa al-Rasyidin, Bani Umayyah dan

Bani Abbasiyah.

4 http://kuttabalfatih.com/profil/ 5 http://kuttabalfatih.com/profil/

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, diambil rumusan masalah

yang akan menjadi pembahasan makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum kuttab?

2. Apa yang dimaksud kurikulum national?

3. Bagaimana relevansi kurikulum kuttab dengan kurikulum nasional?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah adalah:

1. Untuk mengetahui kurikulum kuttab;

2. Untuk mengetahui kurikulum nasional;

3. Untuk menganalisis kesesuaian kurikulum kuttab dengan kurikulum

nasional.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kuttab Sebagai Kurikulum Pendidikan Islam

1. Pengertian Kuttab

Kuttab dan maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti

menulis atau tempat menulis, jadi kuttab adalah tempat belajar menulis

(Suwito, 2008:12). Namun menurut Abdullah Fajar dalam (Baharuddin,

dkk., 2011:211) membedakannya, ia mengatakan bahwa maktab adalah

istilah untuk zaman klasik, sedangkan kuttab adalah istilah untuk zaman

modern. Menurut pendapat lain ada yang mengatakan bahwa kuttab

merupakan awal mula tempat belajar yang ada di dunia Islam, yang

diambil dari kata “taktib” yang berarti mengajar menulis, dan memang

itulah fungsi kuttab. Tetapi, karena yang belajar di kuttab adalah anak-

anak dan mereka mempelajari Al-Qur’an serta pengetahuan agama, maka

kuttab berarti tempat pengajaran anak-anak. Menurutnya, ada dua jenis

kuttab yang saling berbeda. Jenis pertama adalah kuttab yang hanya

mengajarkan dan menulis saja dikarenakan guru-gurunya adalah tawanan

perang atau para zhimmi, dan jenis kedua adalah kuttab yang mengajarkan

Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kuttab merupakan

awal mula tempat belajar anak-anak mempelajari Al-Qur’an serta

pengetahuan agama. Sehingga reaktualisasi kuttab adalah kegiatan

mengaktualisasikan kembali sistem pendidikan Islam melalui nilai-nilai

kehidupan masyarakat berupa pengajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama

dengan cara mengedepankan Iman dahulu setelah itu baru Al-Qur’an dan

ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang diterapkan pada zaman sekarang.

2. Sistem Pendidikan Kuttab

Sejarah pendidikan Islam mencatat ada dua jenis kuttab pada

zaman awal Islam. Kuttab jenis pertama lahir pada masa pra-Islam namun

.

terus berlanjut hingga setelah masa Islam. Kuttab ini mengajarkan baca-

tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab dan sebagian besar gurunya orang-

orang non-muslim. Kuttab jenis kedua adalah kuttab yang berfungsi

sebagai tempat pengajaran al-Quran dan prinsip-prinsip Islam lainnya.

Kuttab tersebar luas seiring dengan meluasnya kekuasaan Islam.

Pembentukan kuttab untuk mengajarkan al-Quran, membaca, menulis dan

agama dianggap sebagai pekerjaan yang paling mulia dan terhormat,

sehingga banyak orang berlomba-lomba mendirikannya. Pendidikan

kuttab berkembang secara biasa tanpa campur tangan pemerintah. Setelah

abad kedua hijriyah, di desa-desa kecil negeri Persia telah diwajibkan

mengirim anak-anak ke kuttab secara teratur tanpa campur tangan

pemerintah (Asma Hasan Fahmi,1979:3132)

1) Tujuan Kuttab

Menurut Asma Hasan Fahmi (1979: 70-73) tujuan yang ingin

dicapai oleh pendidikan kuttab, antara lain:

a) Tujuan keagamaan

Anak-anak mampu menghafal al-Quran dan mengetahui maknanya

sehingga anak memiliki perbendaharaan taqwa, petunjuk dan

kesucian yang amat berharga.

b) Tujuan pembentukan budi pekerti

Dengan sugesti dari syair-syair, nasehat-nasehat serta keteladanan

dalam sikap, maka pembentukan karakter pemuda yang diharapkan

akan meniru tindak-tanduk orang saleh.

c) Tujuan manfaat

Ilmu politik (ilmu akhbar), tata bahasa nahwu, ilmu hitung dan

sebagainya diharapkan mampu memberi bekal nilai praktis dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Kurikulum Kuttab

Pada mulanya, pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah

para guru (mu’alim, mu’addib) atau di pekarangan sekitar masjid.

Materi yang digunakan dalam pelajaran tulis-baca pada umumnya

adalah puisi dan pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai

tradisi yang baik (Hasan Asari, 1994:25).

Ilmu-ilmu yang diajarkan pada kuttab awalnya sederhana saja, yaitu:

a) Belajar membaca dan menulis,

b) Membaca Al-Quran dan menghafalkannya,

c) Belajar pokok-pokok agama Islam seperti cara berwudhu, sholat,

puasa dan sebagainya.

Kemudian pada masa Khalifah Umar, beliau mengintruksikan

kepada penduduk-penduduk kota agar mengajarkan juga berenang,

mengendarai kuda, memanah, membaca serta menghafal syair-syair

mudah dan peribahasa. Instruksi Umar dilaksanakan di beberapa kota

yang memiliki sungai seperti Irak, Mesir, dan lain-lain (Mahmud

Yunus,1990: 40). Sejumlah kuttab semakin berkembang dengan

mengajarkan materi al-Quran, menulis, pokok-pokok agama, bahasa,

ilmu hitung dan tata bahasa. Namun tiap-tiap kuttab tidak menunjukkan

keseragaman dalam memberi materi pelajaran. Misalnya saja umat

Islam di Maroko sangat menekankan pengajaran al-Quran. Muslim

Spanyol mengutamakan pelajaran menulis dan membaca. Daerah

Ifriqiyah mengutamakan belajar al-Quran dengan tekanan khusus pada

variasi bacaan. Daerah Timur menganut kurikulum campuran dengan

al-Quran sebagai inti tetapi tidak memadukannya dengan keterampilan

kaligrafi, sehingga tulisan anak-anak muslim dari Timur tidak terlalu

baik (A. Tafsir dkk,2004: 263).

Adapun menurut A. Tafsir dkk (2004: 264), kurikulum kuttab

pada zaman klasik menunjukkan beberapa hal berikut ini:

a) Meski tujuannya untuk belajar membaca dan menulis namun

pelajaran al-Quran menjadi tema penting di kuttab. Pelajaran al-

Quran tidak sekadar memenuhi aspek kognitif tapi juga afektif.

Sehingga anak dapat mengapresiasi nilai-nilai al-Quran.

b) Pendidikan akhlak sangat diperhatikan karena merupakan aktualisasi

dari al-Quran. Lembaga pendidikan dipandang sebagai lembaga

.

penjaga moral. Sehingga biasanya, seluruh pelajaran terutama

pelajaran agama, selalu mengandung muatan moral.

c) Pelajaran seni seperti tari dan musik tidak dikembangkan di kuttab.

Kesenian tersebut dikhawatirkan dapat merusak akhlak anak.

d) Pelajaran lain di luar al-Quran seperti tata bahasa Arab mungkin

diberikan sebagai media memahami al-Quran.

e) Pelajaran olahraga dan berhitung belum mendapat keterangan yang

rinci bagaimana materi dan pelaksanaanya di kuttab.

f) Tidak terlihat adanya pelajaran yang dapat dijadikan basis

pengembangan sains pada jenjang pendidikan berikutnya.

3) Metode Pendidikan Kuttab

Metode merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

pendidikan. Perlu dipahami bahwa penggunaan metode dalam

pendidikan pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam

pekerjaan mendidik dan mengajar (Samsul Nizar, 2002:67). Dalam

proses belajar mengajar, metode pendidikan atau pengajaran merupakan

salah satu aspek pendidikan atau pengajaran yang sangat penting guna

mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada

para muridnya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi

dan pemilikan pengetahuan oleh murid hingga murid dapat menyerap

dan memahami dengan baik apa yang telah disampaikan gurunya. Pada

masa Dinasti Abbasiyah metode pendidikan/pengajaran yang digunakan

dapat dikelompokkan menjadi tiga macam.

Menurut Suwito (2008:13-14), diantaranya:

a) Metode lisan

Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira’ah, dan diskusi. Metode

dikte (imla) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap

baik dan aman karena dengan imla ini murid mempunyai catatan

yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap

penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa

sekarang sulit dimiliki. Metode ceramah disebut juga metode al-

sama’, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku

dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Metode qiro’ah

biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi

merupakan metode yang khas pada masa ini.

b) Metode menghafal

Metode menghafal merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini.

Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya

sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Hanafi seorang murid harus

membaca suatu pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya.

Sehingga dalam proses selanjutnya, murid akan mengeluarkan

kembali dan mengkontekstulisasikan pelajaran yang dihafalnya

sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons,

mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru.

c) Metode tulisan

Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini.

Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam

pengkopian buku-buku teriadi proses intelektualisasi hingga tingkat

penguasaan ilmu murid semakin meningkat. Metode ini disamping

berguna bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan juga sangat

penting artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada

masa ini belum ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku

kebutuhan terhadap teks buku sedikit teratasi.

Dapat disimimpulkan bahwasanya metode yang digunakan dalam

pembelajaran kuttab menggunakan metode lisan (berupa dikte,

ceramah, qira’ah, dan diskusi), metode menghafal serta metode tulisan.

3. Karakteristik Kuttab

Sejalan dengan meluasnya wilayah kekuasaan kaum muslimin,

bertambah pulalah jumlah penduduk yang memeluk Islam. Ketika itu

kuttab-kuttab yang hanya mengambil tempat di ruangan rumah guru mulai

dirasakan tidak memadai untuk menampung anak-anak yang jumlahnya

.

semakin besar. Kondisi yang demikian ini mendorong para guru dan orang

tua mencari tempat lain yang lebih lapang, yaitu sudut-sudut masjid (bilik-

bilik yang berhubungan dengan masjid). Selain dari kuttab-kuttab yang

diadakan di dalam masjid terdapat pula kuttab-kuttab umum dalam bentuk

madrasah yang mempunyai gedung sendiri dan dapat menampung ribuan

murid. Pada akhir abad pertama hijriah mulai timbul jenis kuttab yang

disamping memberikan pelajaran menulis dan membaca, juga

mengajarkan membaca Al-Qur’an dan pokok-pokok ajaran agama, juga

pengetahuan-pengetahuan dasar lainnya. Dengan demikian kuttab tersebut

berkembang menjadi lembaga pendidikan dasar yang bersifat formal

(Suwito, 2008:12).

Menurut Budi Ashari & Ilham Sembodo (2012:14-17) ada

beberapa karakteristik kuttab, diantaranya:

1) Peralatan belajar kuttab, yaitu terdiri dari Mushaf Al-Qur’an, beberapa

lauh (papan kayu untuk menulis), tinta dan pena. Adapun guru duduk

diatas kursi, terkadang kursi diganti dengan bangunan yang lebih tinggi

yang digelari karpet kecil.

2) Syarat-syarat guru kuttab, yaitu para fuqoha’ memberikan syarat-syarat

yang harus dimiliki oleh para guru kuttab. Al Qobisi mensyaratkan agar

guru berwibawa tetapi tidak kasar, tidak berwajah cemberut, marah,

tidak ramah, akrab anak-anak dengan lembut. Dan harus membimbing

adab anak-anak demi kemaslahatan mereka.

3) Kurikulum Dirosah, yaitu anak diminta untuk menghapal Al Quran

semuanya atau sebagiannya. Belajar membaca, menulis, khot (bentuk

tulisan), konsep dasar berhitung.

4) Manajemen Kuttab, yaitu para fuqoha’ membuat manajemen, di mana

kuttab-kuttab itu mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan

ditambah pengawasan dan bimbingan negara. Kehidupan dalam Kuttab

sangat alami. Waktu pembelajaran ditandai dengan tanda-tanda alam.

Terbitnya matahari menjadi permulaan hari pembelajaran, panjang dan

pendeknya waktu mengikuti terbitnya matahari dan adzan Asar.

5) Kehidupan sosial dalam kuttab, yaitu pengajaran kuttab sangat

menekankan perhatiannya terhadap adab sosial. Di mana seorang guru

menanamkan adab dalam diri anak-anak, mendidik mereka dengan

pendidikan yang baik, membiasakan mereka dengan kebiasaan yang

baik, mengajari mereka cara menghormati orang lain, memerintahkan

mereka untuk bakti kepada kedua orang tua, melaksanakan perintah

keduanya, mau mendengar dan taat, mengucap salam kepada keduanya,

mencium tangan keduanya saat menemui mereka berdua. Guru

memukul murid-muridnya jika mereka melakukan adab yang buruk,

kotor dalam bicara dan perbuatan lain yang keluar dari aturan syariat.

6) Kesehatan kuttab, yaitu fuqoha’ murobbi menganjurkan agar anak yang

sakit dipisahkan dari teman-temannya yang lain agar tidak ada

penyebaran penyakit.

7) Pembiayaan kuttab, yaitu dari para orang tua yang mengamanahkan

anak-anaknya di kuttab, ada gaji bagi guru yang dibayarkan bulanan

atau tahunan atau paket, ada juga orang-orang kaya yang menanggung

pembayaran kerabat-kerabatnya yang miskin atau orang tidak mampu

yang bukan kerabatnya.

Jadi, karakteristik kuttab ada tujuh diantaranya peralatan belajar kuttab,

syarat-syarat guru kuttab, kurikulum dirosah, manajemen kuttab,

kehidupan sosial dalam kuttab, kesehatan kuttab dan pembiayaan

kuttab.

4. Waktu Belajar Kuttab

Waktu belajar di kuttab dilakukan pada waktu pagi hari hingga

waktu shalat Ashar mulai dari hari sabtu sampai dengan hari kamis.

Sedangkan hari jum’at merupakan hari libur (waktu untuk beristirahat).

Pada setiap tanggal 1 Syawal dan tiga hari pada hari raya, Idul Adha juga

merupakan hari libur. Pembagian waktu bagi mata pelajaran tiap-tiap hari,

biasanya dibagi tiga:

1) Pelajaran Al-Qur’an dari pagi hari sampai dengan waktu Dhuha,

.

2) Pelajaran menulis dari waktu Dhuha sampai waktu Dzuhur, setelah itu

anak-anak diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing untuk

makan siang,

3) Pelajaran ilmu yang lain (nahwu, bahasa arab, sya’ir, berhitung, riwayat

atau tarikh) mulai setelah Dzuhur sampai akhir siang atau Asar

(Suwito, 2008:19).

Lama belajar di Kuttab tidaklah sama antara satu anak dengan anak

lainnya sangat tergantung pada kecerdasan dan kemampuan masing-

masing anak, karena sistem pengajaran pada waktu itu berbeda dengan

sistem pengajaran sekarang ini. Sistem pengajaran yang dilaksanakan pada

waktu itu belum secara klasikal, namun bila kita kaji dengan mendalam

ternyata apa yang telah mereka lakukan dalam proses pembelajaran pada

waktu itu jauh lebih baik dari sistem pengajaran yang dilakukan sekarang

ini. Karena tampak waktu belajar yang mereka gunakan jauh lebih efektif

dan efisien dari waktu belajar sekarang. Waktu belajar mereka dari pagi

hari hingga waktu Ashar, sedangkan waktu belajar sekarang hanya dari

pagi hari sampai dengan waktu Zuhur (untuk anak kelas 3 sampai dengan

kelas 6) bagi anak kelas 1 dan kelas 2 dari pagi sampai jam sepuluh.

Jumlah hari mereka belajar dalam 1 minggu dari hari sabtu sampai dengan

hari kamis, sedangkan hari jumat mereka libur tampak waktu belajar

mereka cukup padat dan efisien. Tetapi pada umumnya anak-anak

menyelesaikan pendidikan dasar ini selama kurang lebih 5 tahun

(Suwito, 2008:17).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa waktu pembelajaran kuttab

dilakukan pada waktupagi hari hingga shalat Ashar mulai dari hari sabtu

sampai dengan hari kamis selama kurang lebih 5 tahun. Sedangkan hari

jum’at merupakan hari libur.

B. K13 Kurikulum Pendidikan endidikan Islam

1. Latar Belakang Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah

kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang

mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa

dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi

serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini

menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan

sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh

seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau

jenjang pendidikan.

Di dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bagian Umum dijelaskan bahwa

pembaruan pendidikan memer-lukan strategi tertentu, dan salah satu

strategi pem-bangunan pendidikan nasional ini adalah ... “2.

pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.”

Pasal 35 Undang-undang Nomor Nomor 20 Tahun 2003 juga

mengatur bahwa ... “(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai

acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan

Pasal 35 dinyatakan bahwa “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

sesuai dengan standar nasional yanga telah disepakati.”

Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengem-

bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

.

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran tersebut diperlukan suatu kurikulum yang dijadikan sebagai

pedoman bagi para pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1

Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada

tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

2. Sistem Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tebaru yang diterapkan

dalam kegiatan belajar mengajar di negara kita dewasa ini. Kurikulum

2013 bertujuan memberikan ilmu pengetahuan secara utuh kepada siswa

dan tidak terpecah-pecah. Kurikulum ini menekankan pada keaktifan

siswa untuk menemukan konsep pelajaran dengan guru berperan sebagai

fasilitator.

Pro dan kontra penerapan kurikulum ini terus bermunculan di

berbagai tempat. Namun pemerintah tetap yakin dengan penerapan

kurikulum dan tak bergeming dengan berbagai pendapat negatif yang

berkembang di sekolah-sekolah. Pemerintah memiliki alasan sendiri

dengan terus mempertahankan pelaksanaan kurikulum 2013 di berbagai

jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar.

Alasan yang mendasari pemerintah mengembangkan dan

melaksanakan kurikulum terbaru ini adalah untuk menghadapi persaingan

global yang semakin maju. Pendidikan di Indonesia dinilai cukup

terbelakang dibandingkan dengan negara lain. Peringkat pendidikan di

Indonesia berada di bawah Thailand dan Malaysia untuk di ASEAN saja

(Kemdikbud 2011). Menghadapi perkembangan globalisasi yang semakin

membumi, pemerintah mengembangkan kurikulum baru dengan tujuan

untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dan menciptakan

kualitas penerus bangsa yang bermutu.

Tujuan dan alasan utama pengembangan kurikulum 2013 oleh

pemerintah adalah sebagai berikut.

1. Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berkomunikasi

2. Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan

jernih

3. Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan mempertimbangkan

segi moral suatu permasalahan

4. Menciptakan lulusan yang mampu menjadi warga negara yang

bertanggung jawab

5. Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan mengerti dan toleran

terhadap pandangan yang berbeda

6. Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan hidup dalam

masyarakat yang mengglobal

7. Menciptakan lulusan yang memiliki minat luas dalam kehidupan

8. Menciptakan lulusan yang memiliki kesiapan untuk bekerja

9. Menciptakan lulusan yang memiliki kecerdasan sesuai dengan

bakat/minatnya

10. Menciptakan lulusan yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap

lingkungan

Kemampuan-kemampuan tersebut di atas diharapkan dapat tercapai

dengan penerapan kurikulum 2013. Berbagai keluhan dan kesulitan yang

timbul di sekolah kemungkinan terjadi karena belum terbiasanya penerapan

kurikulum tersebut dalam pembelajaran. Penerapan secara konsisten sangat

diharapkan agar tujuan dan alasan pemerintah mengembangkan kurikulum

baru ini dapat tercapai.

.

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan beberapa faktor yakni tantangan

internal dan tantangan eksternal. Pertama, adanya faktor tantangan

internal, antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan

tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan

prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian

pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk

Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini

jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari

usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia

65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai

puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.

Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana

mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah

ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki

kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi

beban.

Kedua, adanya tantangan eksternal, yang antara lain terkait dengan

arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan

hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan

budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari

agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan

perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade

Organization (WTO),Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

Community, Asia-Pacific Economic Coorporation (APEC), dan

ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait

dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas

teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.

Keikutsertaan Indonesia di dalam studiInternational Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program

for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga

menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan

dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini

disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS

dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

Secara umum, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan

manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia.

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,

pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai

situasi di sekolah dan masyarakat;

2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang

memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan

apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan

masyarakat sebagai sumber belajar;

3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk

Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar

mata pelajaran;

5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar

dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi

yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti;

.

6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata

pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang

memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik

menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan

pendidikan nasional.

C. Analisis Relevansi Kuttab Sebagai Kurikulum Nasional

Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berada di Indonesia, Kuttab

Al-Fatih termasuk dalam kategori pendidikan non-formal. Kuttab Al Fatih

dibentuk sebagai lembaga pengganti pendidikan formal sebagaimana tertuang

dalam UU no 20 tahun 2003 Pasal 26 dan didaftarkan menggunakan

perizinan PKBM. Lulusan Kuttab Al-Fatih dihargai setara dengan hasil

program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan atau

Ujian Paket.

Menurut UNESCO defenisi PKBM adalah sebagai berikut:

“Pusat kegiatan belajar masyarakat adalah sebuah lembaga pendidikan

yang diselenggrakan di luar sistem pendidikan formal diarahkan untuk

masyarakat pedesaan dan perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat

itu sendiri serta memberi kesempatan kepada mereka untuk

mengembangkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan

mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar

mampu meningkatkan kualitas hidupnya.”6

Maka dari itu, Kuttab Al-Fatih mengelola pendidikan secara mandiri,

mulai dari kurikulum serta pembuatan modul-modul pembelajaran yang

digunakan oleh peserta didik dan bantuan orangtua di rumah.

6 Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal : Pengembangan melalui Pusat Kegiatan Belajar

Mengajar (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Kominkan di Jepang), (Bandung :

Alfabeta, 2009), hal. 85

Kuttab merupakan bagian dari sistem pendidikan Islam. Kuttab

dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional untuk anak-anak

yang bersifat bisa bersifat informal, non-formal bahkan juga menjadi

formal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh posisi kebijakan negara

sebagai penyelenggara pendidikan. Kuttab merupakan lembaga pendidikan

tingkat dasar yang juga memberikan pengajaran dasar agama.

Kuttab Al-Fatih didirikan atas dasar pemenuhan hak pendidikan bagi

umat Islam khususnya pendidikan pada tingkat dasar. Pasal 12 ayat 1 UU

No. 20 Tahun 2003 menyebutkan “Setiap peserta didik pada setiap satuan

pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama

yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”. Lebih lanjut

lagi Pasal 30 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan “Pendidikan

keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya

dan/atau menjadi ahli ilmu agama.”.7 Keberadaan Kuttab bisa dipandang

setara dengan Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah meskipun dengan

model pendidikan yang berbeda.

Sebagai bagian dari sistem pendidikan Islam, Kuttab memiliki nilai-

nilai keislaman dalam pembelajarannya. Nilai-nilai pendidikan Islam ini

secara tersirat termaktub dalam tujuan pendidikan nasional, yakni

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia.

Pendidikan di Kuttab Al-Fatih yang menekankan pendidikan adab dan

akhlak. Hal ini juga hampir serupa dengan pendidikan karakter yang

menjadi ketentuan umum dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 tentang

pendidikan. Di sana disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

7 Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Undang-Undang Republika Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Balitbang – Depdiknas, 2004)

.

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pada point untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan tersebut, pendidikan karakter dari pendidikan nasional

serta pendidikan adab dan akhlak model Kuttab bertemu dalam satu titik.

Kuttab Al-Fatih mengembangkan sendiri materi dan bahan ajar yang

digunakan dalam pembelajaran. Materi ajar yang tidak diatur sebagai mata

pelajaran yang terpisah, namun saling berkaitan antara satu dengan yang

lain. Model pembelajaran tersebut hampir sama dengan pembelajaran

tingkat Sekolah Dasar yang menerapkan Kurikulum 2013 dengan model

pembelajaran tematik. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah

model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan

beberapa mata pelajaran sehinggga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa.8

8 Departemen Pendidikan Nasional, Strategi Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa,

(Jakarta : Depdiknas, 2006), hal. 5

Tabel 2.1. Relevansi Sistem Pendidikan Model Kuttab dengan Sisdiknas

Nilai Relevansi Indikator

Status Kuttab Al-Fatih 1. Menyelenggarakan

Kelembagaan merupakan lembaga pendidikan secara

pendidikan non-formal mandiri

pada tingkat dasar yang 2. Mendaftarkan perizinan

juga memberikan lembaga sebagai Pusat

pengajaran agama. Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM)

3. Pelajaran agama

disampaiakan oleh

pengajar yang seagama

Pendidikan Kuttab Al-Fatih 1. Mengajarkan adab sesuai

Karakter menekankan pentingnya akhlak Nabi Muhammad

iman sebelum al-Quran SAW

dan adab sebelum ilmu. 2. Memberikan uswatun

Hal ini terkadung dalam hasanah kepada santri

kurikulum Iman dan Al- 3. Mengutamakan penilaian

Quran. adab untuk santri

4. Membiasakan doa dalam

setiap kegiatan

Pembelajaran Materi ajar di Kuttab Al- 1. Pemisahan mata

Tematik Fatih disampaiakan secara pelajaran tidak begitu

tematik. Dalam satu tema jelas

tersebut terangkum 2. Menyajikan konsep dari

beberapa materi pelajaran berbagai mata pelajaran

yang saling berkaitan dalam suatu proses

(materi inti dengan pembelajaran

murofaqot). Dengan 3. Pembelajaran bersifat

targetan iman (afektif), al- fleksibel

Quran (psikomotor), dan 4. Memberikan

ilmu (kognitif) pengalaman langsung

kepada siswa

5. Mengutamakan proses

daripada hasil

.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahsan mengenai sistem pendidikan Islam model

kuttab dan kurikulum nasional (K13), maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Sistem pendidikan model kuttab di Kuttab Al-Fatih memiliki beberapa

komponen antara lain: tujuan, kurikulum, pendekatan dan metode serta

evaluasi.

a. Tujuan umum Kuttab Al-Fatih adalah mencetak generasi yang gemilang

di usia belia. Tujuan khusus yang ingin diraih antara lain untuk

mewujudkan santri yang memiliki karakter iman, menjadi penghafal al-

Quran, mendalami kemukjizatan al-Quran, menguasai bahasa peradaban

dan memiliki keterampilan hidup. Sedangkan tujuan akhir yang ingin

dicapai adalah terwujudnya generasi terbaik yang akan menyambut

Khilafah ala Minhajin Nubuwah.

b. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Iman dan Kurikulum al-

Quran. Muatan materi dari kurikulum iman meliputi karakter iman itu

sendiri serta murofaqot IPA, IPS, Bahasa Indonesia serta Matematika.

Sedangkan muatan materi kurikulum al-Quran terdiri dari adab, tahfidz,

qiroah dan kitabah. Ditambah materi penunjang berupa olahraga,

lifeskill dan bahasa peradaban.

c. Pendekatan yang digunakan antara lain keteladanan, pembiasaan, dan

pendekatan pengalaman melalui outing class. Model yang digunakan

untuk Kurikulum al-Quran adalah halaqoh dan Kurikulum Iman

menggunakan klasikal. Metode yang digunakan berupa talaqqi, hafalan

tasmi‟, dril untuk al-Quran serta ceramah, tanya jawab, kisah,

perumpamaan, dan lain-lain untuk pembelajaran Iman.

d. Evaluasi yang digunakan meliputi tes dan non-tes. Tes formatif meliputi

ujian per-tema dan kenaikan juz sedangkan tes Sumatif berupa ujian

akhir semester. Evaluasi yang bersifat non-tes diambil dari refleksi

harian, absensi kehadiran, tugas harian dan mutabaah hafalan.

2. Sistem pendidikan Kuttab Al-Fatih memiliki relevansi dengan sistem

kurikulum pendidikan di Indonesia, antara lain adalah :

a. Ditinjau dari status kelembagaannya, sistem pendidikan model kuttab di

Kuttab Al-Fatih merupakan bagian dari pendidikan nonformal yang

dikelola secara mandiri dengan izin PKBM.

b. Kuttab Al-Fatih menekankan pendidikan karakter melalui Kurikulum

Iman dan Al-Quran.

c. Kuttab Al-Fatih juga menggunakan pembelajaran tematik yang

menyajikan beberapa macam muatan pelajaran dalam satu tema

tertentu.

B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini,

baik itu dari kesalahan tanda baca, bahasa, sistematika penulisan, dan sebagainya.

Maka, atas dasar kekurangan itu diharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun..

.

DAFTAR PUSTAKA

Asari Hasan. 1994. Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-Lembaga

Pendidikan. Bandung: Mizan.

Aden Wijdan dalam Muslih Usa dan Aden Wijdan (ed), 1997. Pendidikan Islam dalam

Peradaban Industrial. Yogyakarta: Aditya Media.

Ashari Budi, Ilham Sembodo. 2012. Modul Kuttab. Depok: Al-Fatih.

Baharuddin, dkk. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Strategi Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.

Jakarta : Depdiknas.

Hasan Fahmi Asma. 1979. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Nonformal : Pengembangan melalui Pusat Kegiatan

Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Kominkan di

Jepang). Bandung : Alfabeta.

Nizar Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis.

Jakarta: Ciputat Pers.

Pusat Data dan Informasi Pendidikan. Undang-Undang Republika Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Balitbang – Depdiknas, 2004). Diakses

pada Senin, 1 Juli 2018, pukul 08.00 WIB.

Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yunus Mahmud. 1990. Sejarah Pendidikan Islam: Dari Zaman Nabi Muhammad Saw

Khalifah-khalifah Rasyidin, Bani Umaiyah dan Abbasiyah sampai Zaman

Mamluks dan Usmaniyah Turki. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.

.