MULIA AGISNI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/58062/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · the...
Transcript of MULIA AGISNI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/58062/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · the...
PENERAPAN PRINSIP NEW PUBLIC MANAGEMENTPADA PEMBUATAN
SURAT IZIN MENGEMUDIDI KEPOLISIAN RESOR LAMPUNG UTARA
Tesis
Oleh
MULIA AGISNI
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENERAPAN PRINSIP NEW PUBLIC MANAGEMENT PADAPEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DI KEPOLISIAN RESOR
LAMPUNG UTARA
Oleh
MULIA AGISNI
Salah satu gerakan reformasi pelayanan publik khususnya bagi instansi penyedialayanan termasuk institusi Kepolisian Republik Indonesia dalam rangkameningkatkan pelayanan kepada publik adalah dengan memberlakukan NewPublic Management atau lazimnya disingkat NPM. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui penerapan prinsip NPM pada pembuatan Surat IzinMengemudi di Kepolisian Resor Lampung Utara. Metode penelitianmenggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data adalah observasi,wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapanNPM pada pembuatan SIM di Kepolisian Resor Lampung Utara tidak berjalanmaksimal karena ketidakpastian waktu pelayanan, adanya ketidakramahanpetugas dalam memberikan pelayanan, minimnya sarana dan prasarana sehinggamenimbulkan ketidaknyamanan publik. Prinsip NPM yang berjalan tidakmaksimal adalah prinsip adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas, prinsiplebih ditekankan pada control hasil/keluaran, prinsip pembagian tugas ke dalamunit-unit yang di bawah, prinsip lebih menekankan diterapkannya gayamanajemen sektor privat, prinsip lebih menekankan pada kedisiplinan yang tinggidan tidak boros dalam menggunakan berbagai sumber. Faktor penyebab prinsiptersebut tidak berjalan maksimal adalah adanya oknum petugas yang tidakberpedoman dengan Etika Petugas Penguji, kurangnya kesadaran masyarakatuntuk melewati prosedur yang semestinya, keterbatasan petugas, sarana danprasarana yang kurang memadai. Sedangkan prinsip NPM yang berjalanmaksimal adalah menempatkan pegawai yang profesional dan menciptakanpersaingan yang sehat dengan menerapkan penghargaan dan hukuman.
Kata Kunci: NPM, Pelayanan, dan Publik
ABSTRACT
THE APPLICATION OF THE NEW PUBLIC MANAGEMENTPRINCIPLES IN DRIVING LICENSE REGISTRATION IN POLICE
DEPARTMENT OF NORTH LAMPUNG
by
MULIA AGISNI
One of the public service reform movements, especially for public serviceproviders including the Republic of Indonesia Police Institutions in order toimprove service to the public is to impose New Public Management. The purposeof this study was to find out the application of the NPM principle in DrivingLicense registration at the police department of North Lampung. The researchused a qualitative approach in which the data collecting techniques integrated inthis research were observation, interviews, and documentation. The resultsshowed that the application of NPM in driving license registration at the policedepartment of North Lampung did not run optimally due to the uncertainty inservice time, the absence of clarity in providing service, the lack of facilities andinfrastructures which caused public inconvenience. Some principles of NPMwhich were not optimal were the existence of clear standards and performancemeasurement, the more emphasis in the control of results/output, the division oftasks into units below, the implementation of the private sector management style,the high discipline focus and sufficient use of various sources. The causes of theprinciples did not run optimally were the presence of officers who were not welltrained by Ethics Examining Officers, the lack of public awareness to pass theappropriate procedures, limited staff, inadequate facilities and infrastructure. Onthe other hand, the optimal NPM principle should delegate professionalemployees and provide supportive competition by applying rewards andpunishments.Key words: NPM, Service, and Public
PENERAPAN PRINSIP NEW PUBLIC MANAGEMENTPADA PEMBUATAN
SURAT IZIN MENGEMUDIDI KEPOLISIAN RESOR LAMPUNG UTARA
Oleh
MULIA AGISNI
TesisSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER ILMU PEMERINTAHANPada
Pasca Sarjana Magister Ilmu PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik NPM. 1426021016
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Mulia Agisni, lahir di Kotabumi, anak ke 3 dari 4
bersaudara putri dari pasangan H. Drs. I.S. Mulyadi Jaya
(Alm) dan Hj. Dra. Suhaila, M.Pd.
Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2003
di SD Islam Ibnurusyd, Sekolah Menengah Pertama pada
tahun 2006 di SMP Negeri 7 Kotabumi, Sekolah Menengah Atas pada tahun 2009
di SMA Negeri 3 Kotabumi, Melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi SI di
Universitas Lampung Fakultas, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu
Pemerintahan lulus pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2016 penulis tercatat
sebagai mahasiswi S2 di Universitas Lampung, Program Pascasarjana Magister
Ilmu Pemerintahan dan selesai pada 18 Juli 2019.
Pada tahun Oktober 2013-April 2014 penulis bekerja di PT. Surya Madistrindo
Tbk., April 2014-April 2016 bekerja di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Januari-Juli 2018 bekerja di PT. City Neonindo Indah Murni dan pada Januari
2019 penulis dinyatakan lulus seleksi CPNS 2018 di Sekretariat Jenderal Komisi
Pemilihan Umum dan ditugaskan pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mesuji.
MOTTO
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnyayang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu
(Al-Baqarah:45)
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hatiKu persembahkan karya kecil ku ini sebagai tanda baktiku
Kepada:
Kedua orang tua ku tercinta yang telah senantiasa tulus mendoakankeberhasilan ku, serta telah banyak memberikan sumbangan
baik dari segi moril maupun materil.Terima kasih banyak atas semua pengorbanan yang telah kalian
berikan, tidak ada yang dapat Ananda berikan, semoga Allah SWTmembalas semua kebaikan Mama Hj. Dra. Suhaila M.Pd. dan
Papa H. Drs. I.S. Mulyadi Jaya (Alm) selama ini.
Keluargaku tersayangBrigadir Febrian Jayanti, S.H.Rizqi Fitria Mulyadi, M.Pd.Muhammad Arafat, S.Psi.
Terima kasih atas dorongan, motivasi, kesabaran dan do’a kaliansehingga penulis dapat mencapai keberhasilan ini.
Almamater Tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan
judul “Penerapan Prinsip New Public Management pada pembuatan Surat Izin
Mengemudi di Kepolisian Resor Lampung Utara”. Penulis memperoleh banyak
bantuan baik dari segi moril, materil serta dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak sehingga Tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Dengan
segala kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat
terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin. M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung sekaligus sebagai dosen pembimbing Utama,
yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,
masukan serta arahan dalam menyelesaikan Tesis ini;
4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung
5. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si. selaku pembimbing pembantu,
yang telah banyak memberi bimbingan dan masukan-masukan yang berguna
dalam proses penyusunan Tesis ini;
6. Bapak Dr. Maulana Mukhlis, M.IP. selaku pembahas Tesis ini yang sudah
banyak memberikan kritik, saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan Tesis ini.
7. Seluruh dosen-dosen khususnya dosen Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Universitas Lampung yang telah banyak memberi ilmu
pengetahuan kepada penulis.
8. Kasat Lantas Polres Lampung Utara Januari 2019 beserta jajarannya yang
telah memberi izin dan memberi informasi yang berguna dalam penyelesaian
Tesis ini.
9. Pengguna jasa Polres Lampung Utara, yang telah kooperatif memberikan
data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.
10. Meutia Rachmatia, Maryance Prakasita, Winda Dwi Astuti, Fitria Zainubi,
Trio Gama, Cita Hudaniarti, Widya Dhari Hasan, Defi Yuniasari, Faira Indah
Mutiara, teman-teman konsetrasi Manajemen Pemerintahan 2016, Tata
Kelola Pemilu 2016, Otonomi Daerah 2016 dan MIP angkatan 2017 dan
2018.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tesis ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih banyak sekali kekurangan, kesalahan
serta jauh dari kesempurnaan. Hal itu mengingat kurangnya pengalaman penulis
baik dari segi teori maupun praktek serta keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk
itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penyusunan Disertasi yang akan datang. Akhirnya dengan diselesaikan Tesis ini
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.
Bandar Lampung, 18 Juli 2019
MULIA AGISNI
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang.........… ............................................................................ 1B. Rumusan Masalah .................................................................................... 11C. Tujuan Penelitian........….......................................................................... 12D. Kegunaan Penelitian................................................................................. 12
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Konsepsi Old Public Administration (OPA)............................................ 14B. Konsepsi New Public Management (NPM) ............................................. 16
1. Pengertian New Public Management (NPM)........................................ 162. Prinsip New Public Management (NPM) ............................................. 183. Ciri-Ciri dan Orientasi New Public Management (NPM)..................... 20
C. Konsepsi Pelayanan Publik ...................................................................... 211. Pengertian Pelayanan Publik................................................................. 212. Prinsip Pelayanan, Perspektif Pelayanan dan Sifat Pelayanan ............. 243. Dimensi Pelayanan Publik ................................................................... 264. Faktor dan Strategi Meningkatkan Pelayanan Publik ........................... 30
D. Organisasi Publik ..................................................................................... 321. Pengertian Organisasi Publik dan Kepolisian Republik Indonesia....... 322. Tujuan Pendirian dan Tipe Organisasi Sektor Publik........................... 343. Ciri –Ciri dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik ......................... 35
E. Kerangka Pikir Penelitian......................................................................... 36
III. METODE PENELITIANA. Tipe Penelitian ......................................................................................... 39B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 39C. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 41D. Sumber Informasi..................................................................................... 41E. Jenis Data.................................................................................................. 42F. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 42G. Teknik Analisis Data................................................................................ 44
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANA. Profil Kepolisian Resor Lampung Utara.................................................. 45B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Polri ........................................ 46C. Susunan Organisasi Kepolisian ................................................................ 46D. Gambaran Pembuatan SIM ...................................................................... 48
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Analisis Hands-on Professional Management (pelaksanaan tugas
manajemen pemerintahaan diserahkan kepada manajer profesional) ... 57B. Analisis Indikator Explicit Standards and Measures of Performance
(adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas) .................................... 63C. Analisis Indikator Greater Emphasis on Out Put Controls (lebih
ditekankan pada kontrol hasil/keluaran) ............................................... 68D. Analisis Indikator A shift to Desegregations of Units in the Public
Sector (pembagian tugas ke dalam unit-unit yang di bawah) ............... 73E. Analisis Indikator A shift to Greater Competition in the Public Sector
(ditumbuhkannya persaingan ditubuh sektor publik)............................ 78F. Analisis Indikator A stress on Private Sectore styles of Management
Practice (lebih menekankan diterapkannya gaya manajemen sektorprivat)……………………………………………………………….….83
G. Analisis Indikator A stress on greater discipline and parsimony inresource use (lebih menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dantidak boros dalam menggunakan berbagai sumber).............................. 96
H. Analisis Penilaian NPM secara Keseluruhan......................................... 105
VI. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan .................................................................................................. 107B. Saran......................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel. Halaman1. Jumlah Kendaraan Bermotor Tertinggi di Indonesia ................................ 22. Jumlah Produksi SIM Periode Tahun 2015-2017 ..................................... 33. Bentuk Pengaduan Terhadap Pelayanan Pembuatan SIM ........................ 64. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 85. Fokus Penelitian ........................................................................................ 406. Jumlah Informan Penelitian ...................................................................... 417. Daftar Petugas Pembuatan SIM di Polres Lampung Utara....................... 588. Daftar Petugas dan Jenis Pelatihan di Polres Lampung Utara .................. 589. Target Penyelesaian Tahapan Permohonan Pembuatan SIM.................... 6410. Pendistribusian Petugas Pembuatan SIM.................................................. 7411. Fasilitas Pelayanan SIM di Polres Lampung Utara................................... 8412. Keseluruhan Tanggapan Informan terhadap Penerapan Prinsip NPM ..... 102
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Pengaduan Masyarakat Tentang Pelayanan Publik ................................... 62. Kerangka Pikir ........................................................................................... 383. Alur Flowchat Proses Pembuatan SIM...................................................... 52
DAFTAR SINGKATAN
IKM : Indeks Kepuasan Masyarakat
Mabes : Markas Besar
NPM : New Public Management
NPS : New Public Service
OPA : Old Public Administration
Perka : Peraturan Kapolri
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
Polres : Kepolisian Resor
Polresta : Kepolisian Resor Kota
Polri : Kepolisian Republik Indonesia
Ranmor : Kendaraan Bermotor
Ransus : Kendaraan Khusus
RI : Republik Indonesia
Satlantas : Satuan Lalu Lintas
Satpas : Satuan Penyelenggara Administrasi SIM
SDM : Sumber Daya Manusia
SIM : Surat Izin Mengemudi
SOP : Standar Operasional Prosedur
UU : Undang-Undang
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan transportasi mempengaruhi tingginya jumlah
kendaraan bermotor di Indonesia. Hampir di setiap jalan-jalan di kota maupun
kabupaten dipadati oleh kendaraan-kendaraan bermotor roda empat dan terlebih
lagi kendaraan bermotor roda dua. Data yang dirilis dari Kementrian Perhubungan,
menyebutkan jumlah kendaraan yang terdaftar di Indonesia per tanggal 1 Januari
2018 mencapai 111.571.239 unit kendaraan.1
Angka di atas termasuk jumlah sepeda motor yang memberikan kontribusi
terbesar yaitu sebesar 82% atau 91.085.532 unit, menyusul Mobil Pribadi (MP)
dengan kontribusi 12% atau sebanyak 13.253.143 unit, sisanya kontribusi dari
Mobil Bus, Mobil Barang (MB), dan Kendaraan Khusus (Ransus).2 Berikut
disajikan jumlah kendaraan bermotor tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan data Biro Humas dan Pengendalian Operasi Mabes Polri
(pada Tabel. 1) terlihat bahwa Polda Lampung menduduki peringkat ke 7 (tujuh)
dengan total kontribusi kendaraan bermotor sebesar 3.299.375. Kemudian data
dari Dinas Pendapatan Provinsi Lampung menyebutkan, Kabupaten Lampung
Utara menduduki peringkat ke 4 (empat) jumlah kendaraan bermotor di Provinsi
Lampung dengan total kendaraan bermotor sebesar 235.669 unit. Meningkatnya
1 www.kemenhub. go.id, diakses pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB2 www.divisihumasmabespolri. go.id, diakses 14 Oktober 2018 pukul 11.11 WIB
2
jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Lampung terutama di Kabupaten
Lampung Utara cukup beralasan mengingat banyaknya lembaga-lembaga
pembiayaan (leasing) yang memudahkan masyarakat untuk memiliki kendaraan
bermotor dengan waktu yang cepat dan persyaratan yang mudah.
Tabel 1. Jumlah Kendaraan Bermotor Tertinggi di Indonesia
Sumber: Biro Humas dan Pengendalian Operasi, Mabes Polri, 2018
Banyaknya kendaraan bermotor di Polda Lampung khususnya di Polres
Lampung Utara, berdampak pada tingginya kebutuhan masyarakat terhadap
kelengkapan administrasi berkendara salah satunya adalah SIM. Dalam Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 Pasal 52
Ayat 2 Tentang Surat Izin Mengemudi, menyebutkan bahwa yang berwenang
dalam melakukan penerbitan SIM kepada masyarakat adalah Kepala Kepolisian di
setiap wilayah masing-masing dan didelegasikan kepada Kepala Satuan Lalu
Lintas.
Data dari Satlantas Polres Lampung Utara, rata-rata untuk pembuatan SIM
di Satlantas Polres Lampung Utara mencapai 20-90 pemohon pembuat SIM setiap
harinya. Berikut disajikan jumlah produksi SIM selama 3 (tiga) tahun terakhir di
Polres Lampung Utara.
3
Tabel 2. Jumlah Produksi SIM Periode Tahun 2015-2017
No Tahun Golongan SIM JumlahA BI BII C D
1 2015 4.736 89 3 15.067 - 19.8952 2016 6.040 103 20 15.178 - 21.3413 2017 6.165 76 18 15.746 - 22.005
Jumlah 16.941 268 41 45.991 - 63.241Sumber: Satlantas Polres Lampung Utara 2018
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pemohon dalam
pembutan SIM di Satlantas Polres Lampung Utara selama tiga tahun terakhir
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 jumlah pemohon
SIM sebanyak 19.895 orang, pada tahun 2016 sebanyak 21.341 dan pada tahun
2017 sebanyak 22.005.
Banyaknya pemohon atau pemakai jasa layanan pembuatan SIM di Kantor
Bidang Satpas Satlantas Polres Lampung Utara harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas pelayanan. Mengutip pendapat Ahmad (2010:76) esensi
pemerintah dalam suatu wilayah adalah untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, karena pada hakekatnya pemerintah adalah public service pelayanan
yang diinginkan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat prima dan berkualitas,
yaitu pelayanan yang profesional, efektif, efisien, transfaran, terbuka, tepat waktu,
responsif, adaptif.
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Polri Gelombang II Tahun 2011-2015,
dirintis sejak reformasi nasional tahun 1998 yang menuntut adanya praktek tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan bersih dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (clean government). Momentum reformasi nasional ini membawa
perubahan paradigma di lingkungan kepolisian menuju Polisi sipil yang mandiri,
profesional, modern, humanis, dan anti KKN. Perubahan paradigma tersebut
dilakukan melalui program Reformasi Polri pada 3 aspek yaitu aspek instrumental,
4
struktural dan kultural. Seiring dengan program nasional bidang Reformasi
Birokrasi maka program Reformasi Birokrasi Polri diintegrasikan kedalam
delapan area perubahan sebagaimana ditetapkan dalam program Reformasi
Birokrasi Nasional, bidang Organisasi, Tata Laksana, Peraturan
Perundang-Undangan, SDM Aparatur, Pengawasan, Akuntabilitas, Pelayanan
Publik, dan Mind Set dan Culture Set Aparature.3
Salah satu gerakan reformasi pelayanan publik khususnya bagi instansi
penyedia layanan termasuk institusi Kepolisian Republik Indonsesia dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada publik adalah dengan memberlakukan New
Public Management atau lazimnya disingkat NPM. Adapun paradigma yang ada
pada NPM adalah lebih menitikberatkan dan memfokuskan publik sebagai
pelanggan yang harus diutamakan kualitas pelayanannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rainey (2010:89) yang menyatakan public management aims to achieve
skills and improve skills and improve accountability, yang artinya manajemen
publik itu ditujukan untuk meningkatkan tercapainya tujuan sektor publik (lebih
efektif dan efisien), pegawainya lebih berkeahlian dan lebih mampu
mempertanggungjawabkan kinerjanya.
Penerapan NPM pada institusi penyedia jasa layanan mengarah pada
penyederhanaan struktur dengan maksud untuk memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam mengurus pelayanan, sehingga prosedur menjadi tidak rumit,
jelas, cepat, transparan dan tidak berbelit-belit. Selain itu sasaran yang ingin
dicapai dengan adanya penerapan NPM adalah peningkatan SDM yang
memberikan pelayanan, misalnya profesionalitas petugas pemberi layanan, adanya
3 http://ntb.polri.go.id/wp-content/uploads/2017/03/capaian-reformasi-birokrasi-polri-tahun-2015.pdf, 20 Juli 2019 pukul 14:30.
5
pembagian tugas yang jelas, agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan,
penempatan pegawai sesuai dengan bidang keahliannya sehingga dapat lebih
profesional dalam melaksanakan tugas yang diberikan serta pemenuhan fasilitas.
Permasalahanya sekarang adalah penerapan NPM pada institusi penyedia
jasa layanan di Indonesia khususnya di institusi Kepolisian masih kurang efektif
dilaksanakan, berdasarkan penilaian yang dikutip dari Indeks Tata Kelola
Kepolisian Negara Republik Indonesia (2017) dengan skor penilaian dari skala
1-10 dan indikator penilaian yaitu responsif, perilaku, transparansi, keadilan,
kompetensi dan akuntabilitas didapat hasil yang mendapat nilai tertinggi hanya
perilaku. Berikut disajikan angka penilaian tersebut Responsif mendapat angka
5,53; Perilaku mendapat angka 6,87; Transparansi mendapat angka 4,00; Keadilan
pendapat angka 5,93; Kompetensi, mendapat angka 4,22; Akuntabilitas mendapat
angka 1,00.4
Lebih lanjut berdasarkan data Ombudsman RI periode tahun 2017 masih
banyak pengaduan pelayanan publik mengenai rendahnya kinerja Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berikut sajikan grafik, pengaduan masyarakat terkait rendahnya pelayanan yang
diberikan oleh instansi pemerintah yang telah dirilis Ombudsman RI periode
tahun 2017.
Berdasarkan grafik di bawah terlihat institusi Kepolisian menempati
rangking ke 2 (dua) dengan jumlah pelapor sebanyak 1.042, dari sekian banyak
pengaduan laporan masyarakat tersebut 40% adalah pengaduan publik mengenai
pelayanan pembuatan SIM diantaranya adalah adanya oknum petugas kepolisian
4 www.Kompolnas.go.id, di akses pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB
6
yang tidak ramah dalam memberikan pelayanan, jam pelayanan yang tidak tepat,
masih adanya praktik calo dalam pembuatan SIM, lambannya petugas dalam
memberikan pelayanan serta tidak transparannya dalam mengevaluasi hasil ujian
pembuatan SIM baik ujian teori maupun praktik (Ombudsman RI, 2017).
Gambar 1. Pengaduan Masyarakat Tentang Pelayanan Publik
Sumber: Ombudsman RI, 2017
Berikut dijelaskan ke dalam tabel beberapa bentuk pengaduan terhadap
pelayanan pembuatan SIM dari beberapa daerah di Indonesia, selama setahun
terakhir yang menjadi sorotan publik:
Tabel 3. Bentuk Pengaduan Terhadap Pelayanan Pembuatan SIM
No Pengaduan Pelayanan SIM Lokasi Sumber1 Penyampaian penjelasan pada
peserta pembuat SIM dengannada tinggi serta tidak adanyakejelasan dan transparansiujian teori
Tanggamus https://www.lapor.go.id/id/1319206/keluhan-terhadap-pelayanan-pembuatan-surat-izin-mengemudi-(sim)-di-tanggamus-lampung.html
2 Adanya diskriminasi dankurang profesionalnya petugaslayanan pembuatan SIM
Tanggerang https://www.lapor.go.id/pengaduan/1954558/keluhan-pelayanan-pembuatan
7
dimana petugas mendahulukanpeserta pembuatan SIM yangmelalui biro jasa.
-sim.html
3 Prosedur pelayanan yang tidakjelas dan kurangnya petugassehingga antean pesertapembuat SIM menjadimenumpuk serta adanyapraktik pungli kepada petugasagar nomor antrean bisadidahulukan.
LombokTimur
https://www.lapor.go.id/pengaduan/1953477/kepolisian/pelayanan-pembuatan-dan-perpanjangan-sim-sangat-buruk.html
4 Jam pelayanan pembuatan SIMyang tidak pasti dan jelas.
TamanPalem
https://www.lapor.go.id/pengaduan/1917531/pelayanan-sim-buruk.html
5 Adanya praktik calo danpungutan liar yang dilakukanoleh oknum petugas layananpembuatan SIM
Pidie Aceh http://rumahpengaduan.com/2015/02/27/biaya-buat-sim-di-aceh/)
Sumber: Data diolah
Fenomena-fenomena di atas secara tidak langsung memberikan gambaran
bahwa penerapan prinsip NPM seperti bekerja secara profesional, sumber daya
manusia yang memiliki kompentisi, serta efisiensi dalam memberikan pelayanan
kurang efektif dilaksanakan dalam proses pelayanan pembuatan SIM. Fenomena
semacam ini juga tidak menutup kemungkinan terjadi di Polres Lampung Utara.
Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan sejumlah pengguna jasa
pengurusan SIM di Satlantas Polres Lampung Utara menyatakan pelayanan yang
diberikan oleh petugas Satlantas Polres Lampung Utara khususnya yang
menangani bagian SIM terindikasi masih rendah, hal tersebut terlihat:
1. Tidak adanya kejelasan indikator penilaian dalam ujian teori yang dikatakan
lulus atau tidak lulus, karena penilaian menggunakan sistem komputerisasi
dimana pengguna jasa tidak mengetahui berapa skor jawaban yang benar dan
berapa skror jawaban yang salah.
8
2. Adanya praktik calo dan pungutan liar yang dilakukan oleh oknum petugas
layanan pembuatan SIM dengan tujuan untuk mempercepat proses pembuatan
SIM.
3. Jam pelayanan yang tidak pasti, berdasarkan SOP yang terpasang, jam
pelayanan dimulai pukul 07:45 WIB, namun dalam praktiknya terkadang
pelayanan dibuka pukul 09.00 WIB.
Banyaknya laporan yang ada pada laporan Ombudsman tahun 2017
bertolak belakang dengan tujuh prinsip utama NPM sebagaimana yang dikutip
oleh Hood (1991:78) yaitu:
1. Hands-on professional management: pelaksanaan tugas manajemenpemerintahan diserahkan kepada manajer professional, artinya pekerjaandiserahkan kepada pegawai yang memiliki kecakapan, kemampuandibidangnya.
2. Explicit standards and measures of performance: adanya standar dan ukurankinerja yang jelas, adanya SOP pelayanan, mulai dari waktu pelayanan, biayapelayanan yang transparan.
3. Greater emphasis on out put controls: lebih ditekankan pada controlhasil/keluaran, artinya pekerjaan pegawai lebih berfokus pada kualitas bukankuantitas.
4. A shift to desegregations of units in the public sector: pembagian tugas kedalam unit-unit yang di bawah. Artinya adanya pemerataan pembagian tugas,sehingga beban kerja tidak menumpuk pada satu pekerja, sehingga pekerjaancepat selesai dan tidak menimbulkan antrean.
5. A shift to greater competition in the public sector: ditumbuhkannya persainganditubuh sektor publik, adanya pemberian reward and punishment kepadapegawai yang memberikan pelayanan, sehingga tercipta persaingan yang sehatantara pegawai dalam memberikan pelayanan.
6. A stress on private sectore styles of management practice: lebih menekankanditerapkannya gaya manajemen sektor privat. Pelayanan privat adalahpelayanan yang berorientasi pada pelanggan (stakeholder), lebih responsifterhadap kebutuhan pelanggan, komunikatif, empati memberdayakan parapelaksana agar lebih kreatif, pemenuhan fasilitas pelayanan, karena tujuan daripelayanan privat adalah kepuasan pelanggan
7. A stress on greater discipline and parsimony in resource use: lebihmenekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalammenggunakan berbagai sumber.
9
Potret kurang efektifnya penerapan NPM pada pembuatan SIM, sejalan
dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan terdahulu, yaitu:
Tabel 4. Penelitian TerdahuluNo Nama Judul Jurnal Metode Hasil Penelitian1 Isnaini
Muallidin(2013)
ImplementasiNew PublicManagement(NPM) dalamPelayananPerizinan diDinas PerizinanKotaYogyakarta
Penelitian inimengacupada jenispenelitianevaluasiimplementasireformasiorganisasipelayanan
Implementasi NPM di DinasPerizinan Kota Yogyakartabelum efektif dilaksanakan haltersebut terlihat dari tigaprinsip yang belum berjalan,yaitu: penekanan pada outputatau outcome, menciptakanpersaingan di sektor publik,dan penekanan padapenggunaan sumber daya.
2 NurSayidah,Dkk (2015)
ImplementasiKonsep NewPublicManagement diDinas Koperasidan UMKMKota Surabaya
Kualitatif Kesimpulan pada penelitianini adalah bahwa konsepNPM telah diterapkan padaDinas Koperasi dan UMKMKota Surabaya. Namundalam banyak hal, masihbanyak yang harus diperbaikicontohnya pada kejelasanpengukuran kinerja, danpenerapan pelaporankeuangan berbasis akrual.
3 Ani AgusPuspawati(2016)
Penerapan NewPublicManagement(NPM) diIndonesia(Reformasi
Kualitatif Penerapan NPM dalammanajemen pemerintahan diIndonesia memberikandampak positif dalambeberapa hal, lebihdiperhatikannya kauntabilitas
Birokrasi,Desentralisasi,KerjasamaPemerintah danSwasta DalamMeningkatkanPelayananPublik)
kinerja instansi pemerintahdan adanya kebijakanmoratorium serta kebijakanpensiun dini bagi PNS yangtidak memenuhi kualifikasisebagai upaya peningkatanefisiensi dan produktifitaskinerja pemerintah daerah,yang pada akhirnya mampumeningkatkan pelayananpublik.
Sumber: Data Diolah
Penelitian yang dilakukan oleh Isnaini Muallidin (2013), Nur Sayidah, Dkk
(2015), dan Ani Agus Puspawati (2016) hampir memiliki kesamaan dengan yang
10
peneliti lakukan diantaranya adalah: 1) Instrumen penelitian sama-sama
menggunakan pedoman wawancara, 2) Analisa data sama-sama menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif, 3) Metode pengumpulan data sama-sama
menggunakan meode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun perbedaan
penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu, yaitu: 1) Objek,
lokasi, tempat dan waktu, 2) Teori yang dipakai, 3) Indikator yang dipakai sebagai
instrumen penelitian, 4) Informan.
Bertitik tolak dari fakta dan kenyataan di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian di Polres Lampung Utara untuk menyingkap dan
menganalisa secara mendalam dengan penekanan yang diarahkan kepada
penerapan prinsip NPM pada pembuatan SIM. Alasan peneliti mengambil NPM
sebagai fokus penelitian dan bukan New Public Service (NPS) adalah berdasarkan
SOP yang ada di Polres Lampung Utara dalam pembuatan SIM dikenakan biaya
administrasi yang diperuntukkan untuk menambah Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP).
Artinya, Kepolisian termasuk dalam tipe organisasi publik quasi nonprofit
organizatioin, yang dituntut untuk meningkatkan profit Pendapatan Negara dari
sektor pembuatan SIM, sedangkan New Public Service (NPS) hanya berfokus
pada peningkatan pelayanan dan tidak mengejar profit laba. NPM menganut
paradigma organisasi bisnis, yaitu efisiensi, efektif, dan menempatkan masyarakat
sebagai stakeholder yang harus dilayani sebaik-baiknya agar kepuasan masyarakat
meningkat, dengan meningkatnya kepuasan masyarakat maka akan tumbuh
kesadaran untuk melengkapi administrasi kendaraan (SIM) yang pada akhirnya
bermuara pada peningkatan pendapatan negara.
11
Hal tersebut sesuai pendapat Ainur (2010:73) yang menyatakan dengan
terciptanya kualitas pelayanan yang baik, dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya hubungan antara instansi dengan masyarakat menjadi harmonis,
memberikan dasar yang baik bagi citra instansi, dengan didukungnya citra yang
baik, akan berdampak pada masyarakat yang akan menggunakan pelayanan jasa
yang tentunya akan meningkatnya jumlah kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik. Berdasarkan latar belakang di atas maka judul
penelitian tesis ini adalah “Penerapan Prinsip New Public Management pada
pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kepolisian Resor Lampung Utara”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan kurang efektifnya penerapan NPM pada pembuatan SIM
menarik untuk diteliti mengingat Polres Lampung Utara merupakan salah satu
instansi pemerintah yang memiliki fungsi di bidang pemeliharaan dan keamanan,
ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayom, dan pelayanan
pada masyarakat. Keberadaan Satlantas Polres Lampung Utara sangatlah
dibutuhkan masyarakat untuk menunjang kelancaran dalam pembuatan SIM,
tuntutan masyarakat terhadap Satlantas Polres Lampung Utara agar dapat
meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat merupakan keharusan bagi
Satlantas Polres Lampung Utara guna mewujudkan kualitas pelayanan yang baik,
sehingga apa yang menjadi keinginan dan harapan pengguna jasa akan dapat
tercapai.
Salah satu strategi dalam meningkatkan pelayanan dalam pembuatan SIM
adalah dengan menerapkan prinsip NPM, dimana dalam prinsip tersebut
mengharuskan instansi penyedia layanan memberikan pelayanan yang maksimal
12
baik berupa profesionalitas petugas dalam memberikan pelayanan (responsif,
cepat, efektif dan efesien, tidak berbelit-belit), adanya pembagian tugas agar tidak
terjadi tumpang tindih pekerjaan, serta penempatan petugas pelayanan sesuai
dengan bidang keahliannya sehingga dapat lebih profesional dalam melaksanakan
tugas yang diberikan. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah mengapa penerapan Prinsip New Public Management pada pembuatan
Surat Izin Mengemudi di Kepolisian Resor Lampung Utara tidak berjalan
maksimal?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui mengapa Prinsip New
Public Management pada pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kepolisian Resor
Lampung Utara tidak berjalan maksimal.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian terbagi kedalam 2 (dua) aspek diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Secara toeritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi penulis, sebagai bahan rujukan referensi bagi penelitian
lebih lanjut serta sumbangan akademis bagi para penelitian yang akan
melaksanakan penelitian ilmiah dengan kajian mengenai penerapan prinsip
NPM yang dilakukan instansi penyedia jasa layanan.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan:
a. Polres Lampung Utara: sebagai referensi dan sumbangan pemikiran
dalam upaya menerapkan kebijakan prinsip NPM untuk meningkatkan
13
kualitas pelayanan terhadap publik selaku pengguna jasa pembuatan
SIM.
b. Masyarakat: menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menuntut haknya mendapatkan pelayanan yang prima
dari pemberi jasa layanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsepsi Old Public Administration (OPA)
Dalam paradigma OPA, gerakan untuk melakukan perubahan yang lebih
baik telah diprakarsai oleh Woodrow Wilson. Dimulai sejak awal lahirnya ilmu
administrasi publik yang diawali oleh lahirnya tulisan Woodrow Wilson ini pada
tahun 1887 dengan judul “The Study of Administration”. Ia menyarankan agar
administrasi publik harus dipisahkan dari dunia politik (dikotomi
politik-administrasi). Berdasarkan pengalaman Wilson, negara terlalu memberi
peluang bagi para administrator untuk mempratekan sistem nepotisme. Karena itu
ia mengeluarkan doktrin untuk melakukan pemisahan antara dunia legislatif
(politik) dengan dunia eksekutif, dimana para legislator hanya merumuskan
kebijakan dan para administrator hanya mengeksekusi atau mengimplementasikan
kebijakan.
Mengutip pendapat Wilson (2007:89) yang menyatakan:
Old Public Administration (OPA) memiliki tujuan melaksanakankebijakan dan memberikan pelayanan, dimana dalampelaksanaannya a) Tenaga kerja harus diseleksi, dilatih dandikembangkan secara ilmiah, dan didorong untuk bekerja samadalam menyelesaikan berbagai tugas pekerjaan sesuaiprinsip-prinsip keilmuan b) Para anggota organisasi harusditempatkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki,dikembangkan dan dituntun dengan peraturan yang jelas dalammenjalankan tugasnya
15
Pabundu (2006:71) menyatakan ada 4 (empat) prinsip dasar Old Public
Administration (OPA) yaitu:
a. Perlu mengembangkan ilmu manajemen sejati untuk memperoleh kinerjaterbaik.
b. Perlu dilakukukan proses seleksi pegawai ilmiah agar mereka bisa tanggungjawan dengan kerjanya.
c. Perlu ada pendidikan dan pengembangan pada pegawai secara ilmiah.d. Perlu kerja sama yang intim antara pegawai dan atasan
Denhardt (2003:87) menguraikan karakteristik OPA yaitu:
a. Fokus utama adalah penyediaan pelayanan publik melalui organisasi ataubadan resmi pemerintah
b. Kebijakan publik administrasi negara dipahami sebagai penataan danimplementasi kebijakan yang berfokus pada satu cara yaitu tujuan yangbersifat politik
c. Administrator publik memainkan peranan yang terbatas dalam perumusankebijakan publik dan pemerintah
d. Pelayanan publik harus diselenggarakan oleh administrator yang bertanggungjawab kepada pejabat politik
e. Administrator bertanggung jawab kepada pimpinan pejabat politikf. Program-program publik dilaksanakan melalui organisasi yang hierarkis
dengan kontrol yang ketat oleh pimpinan organisasig. Nilai pokok nya efisiensi dan rasionalitash. Sistem tertutup sehingga melibatkan warga negara dibatasii. Peranan administrator melaksanakan prinsip-prinsip planning,organizing,
staffing, directing, coordinating, reporting dan budgeting.
Selanjutnya, dalam penerapan sistem administrasi model klasik (OPA) ini
banyak mendapat kritikan. OPA dianggap tidak produktif, tidak efisien, selalu
menderita kerugian, mutu yang rendah, dan lemahnya inovasi dan kreativitas.
Kritikan lainnya dikaitkan dengan karakteristik dan administrasi publik yang
dianggap lamban, tidak sensitif terhadap kebutuhan masyarakat, hanya berfokus
pada proses dan prosedur dibandingkan hasil, pemerintahan yang kaku dan
sentralistik sebagaimana yang dianut oleh OPA, karena masih kuatnya
kewenangan penuh oleh pemerintah dalam membuat kebijakan, hal ini berindikasi
adanya kebijakan yang menguntungkan pemerintah saja tetapi tidak dapat
mensejahterakan masyarakat umum.
16
B. Konsepsi New Public Management (NPM)
1. Pengertian New Public Management (NPM)
Perkembangan reformasi administrasi publik semakin berubah seiring
perkembangan zaman dan semakin kompleksnya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan publik, dalam bagian ini digambarkan bahwa perkembangan Reformasi
Administrasi Publik di analisis berdasarkan perkembangan NPM. Mengutip
pendapat Dwiyanto (2005:110) reformasi birokrasi merupakan perubahan
terencana, yang difokuskan untuk menghasilkan profil kelembagaan (organisasi)
yang efektif, ketatalaksanaan (business process) yang ringkas, dan sumber daya
manusia yang profesional.
a. Dari sisi kelembagaan, reformasi birokrasi diharapkan menghasilkankelembagaan yang ramping dan flat, tidak banyak hirarkis dan strukturorganisasi lebih dominan diisi pemegang jabatan profesi/fungsional daripadajabatan struktural.
b. Dari sisi ketatalaksanaan, reformasi birokrasi diharapkan ketatalaksanaan yangringkas, simpel, mudah dan akurat melalui optimalisasi penggunaan teknologiinformasi dan komunikasi, serta memiliki kantor, sarana dan prasarana yangmemadai. Penyempurnaan ketatalaksanaan diarahkan untuk menghasilkanproses bisnis yang akuntabel dan transparan, serta memiliki kinerja yang cepatdan ringkas.
c. Dari aspek sumber daya manusia, reformasi birokrasi diharapkan akanmenghasilkan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersihbebas dari KKN, sesuai kebutuhan organisasi baik dari sisi kuantitas maupunkualitas (profesional, kompeten, beretika, berkinerja tinggi, dan sejahtera).
Konsep NPM merupakan isu penting dalam reformasi sektor publik,
konsep NPM juga memiliki keterkaitan dengan permasalahan manajemen kinerja
sektor publik. NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam
administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh dalam dunia manajemen dan disiplin yang lain untuk meningkatkan
efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern. Menurut
17
Puspawati (2016:87), NPM sebagai filsafat publik baru, sebagai langkah menuju
pendekatan pemerintahan yang menempatkan penekanan pada transparansi,
manajemen kinerja dan akuntabilitas pegawai dan manajer sektor publik.
Lain hal nya dengan Oluwo (2002:2) yang menyatakan:
NPM mempunyai fokus yang kuat terhadap organisasi internalnya,dalam artian bahwa NPM berusaha memperbaiki kinerja sektorpublik dengan menggunakan metode yang biasa digunakan olehsektor privat.
Melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan wujud
pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan
organisasi dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, dalam perkembangannya,
sampai sekarang pelaksanaan NPM pada organisasi pemerintahan di Indonesia
menunjukkan perkembangan yang positif, yang berpengaruh pada peningkatan
kinerja pemerintah. Pendapat lain dikemukakan oleh Samodra (2002:71) yang
menyatakan:
NPM berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi padakinerja, bukan berorientasi kebijakan, penggunaan paradigma NPMtersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintahdiantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasanbiaya, dan kompetensi tender.
Mardiasmo (2009:78) juga berpendapat:
NPM memberikan perubahan manajemen sektor publik yang cukupdrastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku,birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publikyang fleksibel, perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dansederhana, perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintahterutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.
Senada dengan Dwiyanto (2005:45) yang menyatakan:
NPM merupakan suatu paradigma alternatif yang menggeser modeladministrasi publik tradisional menjadi administrasi publik yangefektif, efisien serta lebih mengakomudasi pasar. Penerapan NPM
18
dapat dipandang sebagai bentuk moderenisasi atau reformasimanajemen dan administrasi publik yang mendorong demokrasi.
Samodra (2002:88) menyatakan ada 6 alasan munculnya paradigma NPM
yaitu:
a. Administrasi publik tradisional telah gagal mencapai tujuannya secara efektifdan efisien sehingga perlu diubah menuju ke orientasi yang lebih memusatkanperhatian pada pencapaian hasil (kinerja) dan akuntabilitas.
b. Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik yang kakumenuju ke kondisi organisasi publik, kepegawaian, dan pekerjaan yang lebihluwes.
c. Perlunya menetapkan tujuan organisasi dan pribadi secara jelas dan juga perluditetapkan alat ukur keberhasilan kinerja lewat indikator kinerja.
d. Perlunya para pegawai senior lebih punya komitmen politik pada pemerintahyang sedang berkuasa daripada bersikap netral atau non partisan.
e. Fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah hendaknya lebih disesuaikandengan tuntutan dan signal pasar.
f. Adanya kecenderungan untuk mereduksi peran dan fungsi pemerintah denganmelakukan kontrak kerja dengan pihak lain (contracting out) dan privatisasi.
Pelajaran penting yang dapat diambil dari NPM ini adalah bahwa
pembangunan birokrasi harus memperhatikan mekanisme pelayanan, mendorong
kompetisi untuk mencapai hasil, harus lebih responsif terhadap kebutuhan
pelanggan, harus lebih bersifat mengarahkan (steering) dari pada menjalankan
sendiri (rowing), memberdayakan para pelaksana agar lebih kreatif, dan
memekankan budaya organisasi yang lebih fleksibel, inovatif, dan berjiwa
wirausaha.
2. Prinsip New Public Management (NPM)
Pendekatan NPM dimulai dengan menetapkan tujuan dalam hal
penganggaran operasional dan dengan alokasi sumber daya. Menurut Hood
(1991:78), tujuh prinsip utama NPM, yaitu:
a. Hands-on professional management: pelaksanaan tugas manajemenpemerintahan diserahkan kepada manajer professional, artinya pekerjaan
19
diserahkan kepada pegawai yang memiliki kecakapan, kemampuandibidangnya.
b. Explicit standards and measures of performance: adanya standar dan ukurankinerja yang jelas, adanya SOP pelayanan, mulai dari waktu pelayanan, biayapelayanan yang transparan.
c. Greater emphasis on out put controls: lebih ditekankan pada controlhasil/keluaran, artinya pekerjaan pegawai lebih berfokus pada kualitas bukankuantitas.
d. A shift to desegregations of units in the public sector: pembagian tugas kedalam unit-unit yang di bawah. Artinya adanya pemerataan pembagian tugas,sehingga beban kerja tidak menumpuk pada satu pekerja, sehingga pekerjaancepat selesai dan tidak menimbulkan antrean.
e. A shift to greater competition in the public sector: ditumbuhkannya persainganditubuh sektor publik, adanya pemberian reward and punishment kepadapegawai yang memberikan pelayanan, sehingga tercipta persaingan yang sehatantara pegawai dalam memberikan pelayanan.
f. A stress on private sectore styles of management practice: lebih menekankanditerapkannya gaya manajemen sektor privat. Pelayanan privat adalahpelayanan yang berorientasi pada pelanggan (stakeholder), lebih responsifterhadap kebutuhan pelanggan, komunikatif, empati memberdayakan parapelaksana agar lebih kreatif, pemenuhan fasilitas pelayanan, karena tujuan daripelayanan privat adalah kepuasan pelanggan
g. A stress on greater discipline and parsimony in resource use: lebihmenekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalammenggunakan berbagai sumber, artinya pegawai lebih berdisiplin dalammemberikan pelayanan, cepat dan tepat sesuai dengan SOP yang ada.
Ketujuh prinsip di atas merupakan nilai-nilai yang lebih mengarah pada
upaya memasukkan dan menerapkan gaya sistem manajemen yang ada pada
sektor swasta sehingga pelayanan publik dapat terpenuhi dan tercipta kepuasan
pelanggan. Prinsip-prinsip Hood tersebut, juga dipekuat oleh Yamamoto
(2003:185) yang menyatakan bahwa manajer dalam organisasi pemerintah harus
membentuk kontrol yang lebih aktif dengan mengacu pada manajemen privat agar
dapat bergerak menuju dengan manajemen yang efektif. Kettl (dalam Denhardt,
2003:18) pembaruan manajemen publik global berfokus pada enam isu inti, yaitu:
a. Bagaimana pemerintah dapat menemukan cara-cara untuk menghasilkanlayanan yang lebih dengan bea yang sama atau lebih kecil?
b. Bagaimana pemerintah dapat menggunakan intensif bercorak pasar untukmencabut patologi birokrasi; bagaimana birokrasi tradisional dan mekanisme
20
kontrol dapat digantikan dengan strategi-strategi pasar yang akan mengubahperilaku para manajer program?
c. Bagaimana pemerintah dapat menggunakan mekanisme pasar untuk memberikepada warga negara (kini disebut “pelanggan”) pilihan-pilihan yang lebihbanyak diantara berbagai layanan atau setidaknya mendorong perhatian untukmelayani para pelanggan dengan dengan lebih baik?
d. Bagaimana pemerintah dapat membuat program-program yang lebih responsif?Bagaimana pemerintah dapat mendesentralisasi tanggung jawab utuk memberiintensif yang lebh besar kepada para manajer garis depan untuk melayani?
e. Bagaimana pemerintah dapat meningkatkan kemampuan untuk merencanakandan melacak kebijakan? Bagaimana pemerintah dapat memisahkan perannyasebagai pemberi layanan (sebagai kontraktor) dari peran sesungguhnya dalammemberikan layanan?
f. Bagaimana pemerintah dapat berfokus pada hasil untuk menggantikanproses-proses atau struktur-struktur? Bagaimana mereka menggantikan sistematas-bawah, yang digerakkan aturan, dengan sistem atas-bawah, yangdigerakkan-hasil?
NPM mempunyai fokus yang kuat terhadap organisasi internalnya, dalam
artian bahwa NPM berusaha memperbaiki kinerja sektor publik dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan oleh sektor privat, dengan harapan
mampu memenuhi segala kebutuhan pelanggan sehingga akan tercipta kepuasan
publik selaku pengguna jasa.
3. Ciri-Ciri dan Orientasi New Public Management (NPM)
Pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan masyarakat. Keberadaan
pemerintah tidak hanya untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani
masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota
masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya, karena itu birokrasi
publik atau aparat pemerintahan berkewajiban untuk memberikan pelayanan
publik yang sebaik-baiknya melalui NPM. Secara umum NPM menurut Ferlie
(2004:111) memiliki ciri-ciri berikut:
a. Pengendalian yang berorientasi pada persaingan dengan cara pemisahanwewenang antara pihak yang memberi dana dan pihak pelaksana tugas.
b. Pemfokusan pada efektifitas, efisiensi dan mutu pelaksanaan tugas.
21
c. Pemisahan manajemen strategis dari manajemen operasional dalam pemberianorder dan anggaran umum.
d. Pelaksana order swasta dan pemerintah diperlakukan sama.e. Adanya upaya meningkatkan inovasi yang terarah (sebagai bagian dari order
kerja) karena adanya pendelegasian (bukan hanya desentralisasi) manajemenoperasional.
NPM ini telah mengalami berbagai perubahan orientasi menurut Denhardt
(2003:25), yaitu:
a. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukurankinerja.
b. Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakanpenyederhanaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritaskepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat.
c. Orientasi in Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimaldengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilaiyang hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebihbesar kepada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi user dan warga masyarakat,termasuk wakil-wakil mereka menekankan social learning dalam pemberianpelayanan publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secaraberkesinambungan, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas.
Tujuan dari public management menurut Hood (1991:90) adalah:
a. Public management aims to achieve skills and improve skills and improveaccountability. Manajemen publik itu ditujukan untuk meningkatkantercapainya tujuan sektor publik (lebih efektif dan efisien), pegawainya lebihberkeahlian dan lebih mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya.
b. Public management are concerned with efficiency, accountability, goalachlevement and dozen of other managerial and technical question.Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sektor publik lebih efisien,akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu menangani berbagaimasalah manajerial dan teknis.
C. Konsepsi Pelayanan Publik
1. Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan merupakan terjemahan dari istilah service dalam bahasa Inggris
yang menurut Kotler (dalam Tjiptono 2012:113), yaitu setiap tindakan atau
perbuatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak yang lain, yang pada
dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan
22
kepemilikan sesuatu, sejalan dengan pendapat Sutopo dan Sugiyanti (2008:67)
yang mengemukakan bahwa pelayanan mempunyai pengertian sebagai membantu
menyiapkan (atau mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Lain halnya dengan
Purnama (2006:43) mengemukakan pengertian pelayanan sebagai berikut:
Cara melayani, menyiapkan atau menjamin keperluan seseorang ataukelompok orang. Melayani adalah meladeni atau membantumengurus keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukanpermintaan sampai penyampaian atau penyerahannya.
Pengertian pelayanan secara terinci yang dikemukakan oleh Mukarom
(2015:38) yaitu:
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yangbersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagaiakibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atauhal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanandimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen ataupelanggan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Mahsun (2007:30), yang menyatakan
bahwa pelayanan umum (public service) adalah pelayanan yang diberikan pada
masyarakat umum yang menjadi warga negara atau yang secara sah menjadi
penduduk negara yang bersangkutan.
Pelayanan publik menurut Pamudji (2007:55) adalah berbagai kegiatan
pemerintah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang
barang dan jasa. Definisi lain diungkapkan Moenir (2007:90) yang dimaksud
pelayanan publik, yaitu proses produksi barang dan jasa yang ditujukan kepada
publik Adapun pengertian pelayanan publik menurut Purnama (2006:98) adalah
pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepntingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang
23
ditetapkan. Sementara itu Sinambela (2011:75) memberikan pengertian Pelayanan
Publik sebagai berikut:
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlahmanusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalamsuatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipunhasilnya tidak terikat pda suatu produk secara fisik.
Pelayan Publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayan Publik, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik
adalah kegiatan atau ragkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebuthan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara
dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun
2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yang
dimaksud dengan pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah Pusat, Daerah, dan di lingkungan Badan
Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan/jasa, baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan juga bahwa pelayanan
adalah cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan
keperluan, kebutuhan seseorang atau sekelompok orang, artinya objek yang
dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi
(sekelompok organisasi).
24
2. Prinsip Pelayanan, Perspektif Pelayanan dan Sifat Pelayanan
Kualitas pelayanan publik merupakan sebuah indikator utama dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik, mulai pemerintah pusat hingga
pemerintah daerah. Prinsip-prinsip pelayanan yang berkualitas menurut Batinggi
(2009:72) adalah sebagai berikut:
a. Sebelum segala sesuatu dimulai, maka proses dan prosedur harus ditetapkanlebih awal.
b. Proses dan prosedur itu harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat.c. Proses dan prosedur tidak boleh membingungkan dan mengandung
interpretasi ganda.d. Kualitas muncul dari orang-orang yang bekerja dalam sistem, satu mata rantai
yang akhirnya membuahkan hasil. Apabila sistem itu baik, maka kecilkemungkinan kesalahan akan terjadi.
e. Peninjauan kualitas oleh para ekskutif perlu dilakukan secara periodik dalamarti perlu diadakan penyempurnaan dari prosedur kerja jika dipandang perludengan memperhatikan selera pihak yang dilayani.
f. Kualitas pelayanan dapat dicapai hanya apabila para pemimpin organisasimenciptakan suatu iklim budaya organisasi yang memusatkan perhatian secarakonsisten pada peningkatan kualitas dan menyempurnakannya secara berkala.
g. Kualitas berarti memenuhi kebutuhan, keinginan dan selera konsumen ataumasyarakat.
h. Kualitas menuntut kerjasama yang erat. Setiap orang dalam organisasihendaknya memandang orang lain sebagai partnernya yang dapat dilihat dandihargai sebagai bagian dari penentu berhasilnya melaksanakan kewajiban.
Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi
penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi masyarakat.
Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa, sehingga merekalah yang
seharusnya menentukan kualitas pelayanan umum. Pelayanan merupakan salah
satu ujung tombak dari upaya pemuasan pelanggan dan sudah merupakan
keharusan yang wajib dioptimalkan baik oleh individu maupun organisasi, karena
dari bentuk pelayanan yang diberikan tercermin kualitas individu atau organisasi
yang memberikan pelayanan Sebagai suatu produk, pelayanan (service)
mempunyai sifat yang khas, yang menyebabkan berbeda dengan produk yang lain.
25
Menurut Mukarom (2015:44) pelayanan mempunyai lima sifat dasar yaitu:
Tidak berwujud (intangible), Tidak dapat dipisah-pisahkan (inseperability),
Berubah-ubah/beragam (variability), Tidak tahan lama (perishability) dan Tidak
ada kepemilikan (unowwership).
Pelayanan publik pada dasarnya diselenggarakan oleh pemerintah,
masyarakat sendiri atau sektor privat (swasta). Pelayanan yang diselenggarakan
oleh pemerintah disebut sektor publik, sedangkan yang diselenggarakan oleh
masyarakat atau individu disebut sektor swasta. Hal yang membedakan antara
sektor publik dan sektor swasta menurut Parson (2005:10) antara lain:
1) Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yanglebih mendua (ambigu); 2) Sektor publik menghadapi lebih banyakproblem dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya; 3)Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankanpeluang dan kapasitas; 4) Sektor publik memanfaatkan lebih banyakorang yang memiliki motivasi yang sangat beragam; 5) Sektor publiklebih memperhatikan kompensasi atas kegagalan pasar; 6) Sektorpublik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dalam legalitas;7) Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar untukmerespon isu-isu keadilan dan kejujuran; 8) Sektor harus beroperasidemi kepentingan publik serta 9) Sektor publik harus memperhatikanlevel dukungan publik minimal di atas level yang dibutuhkan dalamindustri swasta
Selain ciri-ciri pokok di atas, lebih lanjut menurut Parson (2005:15)
ukuran sektor pelayanan publik lebih banyak didasarkan pada kriteria
kesejahteraan sosial daripada kriteria keuntungan finansial, dimana ciri-cirinya
sebagai berikut:
1) Tidak mengejar keuntungan; 2) Cenderung menjadi organisasipelayanan; 3) Ada batasan yang lebih besar dalam tujuan dan strategiyang mereka susun; 4) Sektor ini lebih tergantung kepada klien untukmendapatkan sumber daya finansialnya; 5) Sektor ini lebihdidominasi oleh kelompok profesional; 6) Akuntabilitasnya berbedadengan akuntabilitas organisasi privat; 7) Manajemen puncak tidakmempunyai tanggung jawab yang sama atau imbalan financial yang
26
sama; 8) organisasi sektor publik bertanggung jawab kepadaelektorat.
Secara umum pelayanan publik dapat dipahami sebagai jenis pelayanan
yang disediakan untuk masyarakat, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta. Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan pelayanan yang terbaik bagi
publik atau masyarakat. Pelayanan yang terbaik adalah pelayanan yang memenuhi
apa yang dijanjikan atau apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Pelayanan terbaik akan membawa implikasi terhadap kepuasaan publik atas
pelayanan yang diterima.
3. Dimensi Pelayanan Publik
Pelayanan umum atau pelayanan publik merupakan berbagai kegiatan
yang harus dilakukan oleh pemerintah baik Pusat maupun Daerah untuk
memenuhi kebutuhan yang menjadi tuntutan dari masyarakat, kebutuhan tersebut
meliputi produk pemerintah yang berupa barang dan jasa yang tergolong sebagai
jasa publik dan layanan sipil. Lukman (2000:55) berpendapat ada asas yang
menjadi dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat, yaitu:
a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikankepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yangdiperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannnya.
c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yangmemberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggungjawabnya).
d. Kedisiplinan petugas pelayanan, kesungguhan petugas dalam memberikanpeyananan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yangberlaku.
e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yangdimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepadamasyarakat.
27
g. Kecepatan pelayanan, yaitu target pelayanan dapat diselesaikan dalam waktuyang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
h. Keadilan mendapatkan pelayanan; yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidakmembedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalammemberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah sertasaling menghargai dan menghormati.
j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadapbesarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkandengan biaya yang telah ditetapkan.
l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuaidengan ketentuan yang telah ditetapkan.
m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yangbersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepadapenerima pelayanan.
n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unitpenyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehinggamasyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadapresiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Masih berkaitan dengan asas–asas pelayanan dalam rangka memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, berdasarkan Keputusan Menpan
Nomor 63 Tahun 2004 tentang Prinsip Pelayanan Publik yang menyatakan
penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi, asas–asas pelayanan sebagai
berikut:
a. Transparansi. Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihakyang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas. apat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang–undangan.
c. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerimapelayanan dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitas.
d. Partisipatif. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraanpelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapanmasyarakat.
e. Kesamaan hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,agama, gender, dan status ekonomi.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban. Pemberi dan penerima pelayanan publikharus memenuhi hak dan kewajiban masing–masing pihak.
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
tahun 2004, Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat
28
Unit Pelayanan Instansi Pemerintah yang bertujuan untuk mengukur tingkat
kepuasan masyarakat terhadap kinerja instansi penyelenggara pelayanan, maka
instansi pelayanan harus memuat asas-asas pelayanan sebagai berikut yaitu:
a. Kemudahan memperoleh informasi, yaitu kemudahan masyarakatmemperoleh informasi tentang hak-hak anda atas pelayanan, informasi tentangperaturan, dan tarif pelayanan.
b. Keadilan pemrosesan permohonan, yaitu pelaksanaan pemrosesan permintaanlayanan/permohonan masyakat yang adil sesuai dengan aturan yang berlaku
c. Penanganan pengaduan yaitu kecepatan pihak pengelola pelayanan dalammemproses keluhan/pengaduan masyarakat yang segera melakukan tindakannyata perbaikan
d. Penyediaan ruang partisipasi masyarakat, yaitu adanya cara resmi agarmasyarakat dapat berpartisipasi menyalurkan aspirasinya terhadappenyelenggaraan pelayanan yang hasil-hasilnya akan dipertimbangkan dalampenyelenggaraan pelayanan publik.
e. Keterbukaan informasi yaitu pemberian informasi kepada masyarakatmengenai keputusan dan ketentuan yang berkenaan dengan pelayanansehingga dapat dimengerti oleh masyarakat.
f. Kesempatan mempelajari berkas pelayanan yaitu pemberian kesempatankepada pengguna jasa untuk melihat dan mempelajari berkas berisi keterangantentang pengguna jasa yang berkaitan dengan pelayanan.
Mengenai hak dan kewajiban pemberi maupun penerima pelayanan umum
menurut Putra (2000:34) pemerintah sebagai pemberi pelayanan umum harus
memperhatikan hak-hak masyarakat sebagai pengguna layanan, yaitu:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsibarang dan/atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/ataujasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yangdijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminanbarang dan/atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yangdigunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaiansengketa perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidaksebagaimana mestinya.
29
Mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh
konsumen, menurut Muninjaya (2011:78) ada indikator ukuran kepuasan
konsumen yang terletak pada 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan, kelima dimensi
kualitas pelayanan ini merupakan konsep dari service quality yang merupakan alat
ukur dari kualitas pelayanan, adapun penjelesan dimensi-dimensi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Bukti fisik langsung (tangibles), meliputi penampilan fisik, dari fasilitas danperlengkapan yang memadai seperti gedung, tersedianya tempat parkir,kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatankomunikasi dan penampilan petugas kesehatan.
b. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yangdijanjikan dengan segera, akurat, memuaskan dan konsisten.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kemampuan petugas kesehatan untukmembantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap
d. Jaminan (assurance), yaitu sifat petugas yang dapat dipercaya oleh pasien,petugas memiliki pengetahuan, kompetensi, kesopanan serta dapat memberiinformasi yang jelas dan akurat sehingga menimbulkan rasa aman dan resikoatau keragu-raguan dari pasien.
e. Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan parapelanggan.
Berdasarkan beberapa pendapat dan teori-teori di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kualitas pelayanan publik menunjuk pada pengertian tingkat
keunggulan yang diharapkan dalam penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan harapan atau keinginan masyarakat sebagai penerima
layanan. Sehingga pelayanan umum baru dapat dikatakan berkualitas jika sesuai
dengan harapan atau keinginan penerima layanan, yaitu pelayanan yang sederhana,
jelas dan pasti, aman, terbuka, efisiensi, ekonomis, adil, dan tepat waktu, serta
adanya fasilitas pelayanan yang lengkap, aman dan memadai dengan demikian
pelayanan tersebut dapat memberikan kepuasan bagi pengguna layanan.
30
4. Faktor dan Strategi Meningkatkan Pelayanan Publik
Pelayanan umum baru dapat dikatakan berkualitas jika sesuai dengan
harapan/keinginan atau kebutuhan penerima layanan, untuk dapat mengetahui
apakah pelayanan umum yang diberikan pemerintah sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan masyarakat sebagai pengguna layanan, maka kualitas pelayanan umum
harus diukur dan dinilai oleh masyarakat pengguna layanan. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Lukman (2000:78), yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan
berhasil dibangun, apabila pelayanan yang diberikan kepada pelanggan
mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani.
Tuntutan masyarakat pada era desentralisasi terhadap pelayanan publik
yang berkualitas akan semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah
sangat ditentukan oleh kemampuannya mengatasi berbagai permasalahan di atas
sehingga mampu menyediakan pelayanan publik yang memuaskan masyarakat
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Dwiyanto (2005:107)
strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pelayanan publik antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Standar PelayananStandar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik.Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayananuntuk menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukanatas dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuanpenyelenggara pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukanmelalui proses identifikasi jenis pelayanan, identifikasi pelanggan,identifikasi harapan pelanggan, perumusan visi dan misi pelayanan, analisisproses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu dan biaya pelayanan.Proses ini tidak hanya akan memberikan informasi mengenai standarpelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga informasi mengenaikelembagaan yang mampu mendukung terselenggaranya proses manajemenyang menghasilkan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Informasi lain yang juga dihasilkan adalah informasi mengenai kuantitas dankompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan sertadistribusinya beban tugas pelayanan yang akan ditanganinya.
31
2. Pengembangan SOPMemastikan bahwa proses pelayanan dapat berjalan secara konsistendiperlukan adanya SOP, dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yangdilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai denganacuan yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten, disamping ituSOP juga bermanfaat dalam hal:a. Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika terjadihal-hal tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu prosestertentu berhalangan hadir, maka petugas lain dapat menggantikannya,oleh karena itu proses pelayanan dapat berjalan terus.
b. Untuk memastikan bahwa pelayanan dapat berjalan sesuai denganperaturan yang berlaku.
c. Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadapkesalahan prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayana.
d. Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukanperubahan-perubahan tertentu dalam prosedur pelayanan.
e. Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan.f. Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yangakan diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu prosespelayanan tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yangterlibat dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas dan tangungjawabyang jelas.
3. Pengembangan Survei Kepuasan PelangganUntuk menjaga kepuasan masyarakat, maka perlu dikembangkan suatumekanisme penilaian kepuasan masyarakat atas pelayanan yang telahdiberikan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam konsep manajemenpelayanan, kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila produk pelayanan yangdiberikan oleh penyedia pelayanan memenuhi kualitas yang diharapkanmasyarakat. Oleh karena itu, survei kepuasan pelanggan memiliki artipenting dalam upaya peningkatan pelayanan publik.
4. Pengembangan Sistem Pengelolaan PengaduanPengaduan masyarakat merupakan satu sumber informasi bagi upaya-upayapihak penyelenggara pelayanan untuk secara konsisten menjaga pelayananyang dihasilkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karenaitu perlu didisain suatu sistem pengelolaan pengaduan yang secara dapatefektif dan efisien mengolah berbagai pengaduan masyarakat menjadi bahanmasukan bagi perbaikan kualitas pelayanan; Sedangkan dari sisi makro,peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilakukan melaluipengembangan model-model pelayanan publik.
Dalam hal-hal tertentu, memang terdapat pelayanan publik yang
pengelolaannya dapat dilakukan secara private untuk menghasilkan kualitas yang
baik. Beberapa model yang sudah banyak diperkenalkan antara lain: contracting
32
out, dalam hal ini pelayanan publik dilaksanakan oleh swasta melalui suatu proses
lelang, pemerintah memegang peran sebagai pengatur; franchising, dalam hal ini
pemerintah menunjuk pihak swasta untuk dapat menyediakan pelayanan publik
tertentu yang diikuti dengan price regularity untuk mengatur harga maksimum.
Dalam banyak hal pemerintah juga dapat melakukan privatisasi.
Tingkat kualitas pelayanan, memiliki beberapa tingkatan yaitu, apabila
jasa atau pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai
dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik
dan memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan
pelanggan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang
ideal, sebaliknya jika jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah daripada
yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan buruk.
D. Organisasi Publik
1. Pengertian Organisasi Publik dan Kepolisian Republik Indonesia
Sektor publik seringkali dipahami sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada
publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan
hukum. Setiap negara, cakupan organisasi sektor publik sering tidak sama. Tidak
ada definisi yang secara komprehensif dan lengkap bisa digunakan untuk semua
sistem pemerintahan. Indonesia, berbagai organisasi termasuk dalam cakupan
sektor publik antara lain pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, sejumlah
perusahaan dimana pemerintah mempunyai saham (BUMN dan BUMD),
organisasi bidang pendidikan, organisasi bidang kesehatan dan
organisasi-organisasi massa (Mahsun, Firma dan Andre, 2007:4).
33
Organisasi sektor publik bukan semata-mata organisasi sosial yang
non-profit oriented. Banyak yang menganggap organisasi sektor publik pasti
non-profit. Anggapan ini kurang tepat, karena organisasi sektor publik ada yang
bertipe quasi nonprofit. Quasi nonprofit bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan motif surplus (laba) agar terjadi keberlangsungan organisasi
dan memberikan kontribusi pendapatan negara atau daerah. Perlu ditegaskan
bahwa organisasi sektor publik bukan hanya organisasi sosial, bukan hanya
organisasi nonprofit dan juga bukan hanya organisasi pemerintahan (Mahsun,
Firma dan Andre, 2007:11).
Organisasi publik menurut Ndraha (2007:80) adalah organisasi yang
didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan
civil. Organisasi Publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh
lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan
yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan
hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga
negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak
untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan
peraturan.
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu organisasi
publik yang bertanggung jawab langsung pada Presiden, sesuai Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pasal 8
menyebutkan bahwa (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah
Presiden. (2) Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang
34
dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Tujuan Pendirian dan Tipe Organisasi Sektor Publik
Pendirian organisasi publik merupakan upaya untuk mempertegas hak dan
kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab
negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pendirian
organisasi publik menurut Pamudji (2007:129) bertujuan secara optimal bagi
peningkatan:
a. Kesejahteraan rakyat, karena pada hakekatnya pelayanan publik merupakaninfrastruktur bagi setiap warga negara untuk mencapai suatu kesejahteraan.
b. Budaya dan kualitas aparat pemerintah untuk menjadi abdi bagi negara danmasyarakatnya, bukan sebagai penguasa terhadap negara dan masyarakatnya.
c. Kualitas pelayanan umum atau publik diberbagai bidang pemerintahan umumdan pembangunan terutama pada unit-unit kerja pemerintah pusat dan daerah,sehingga masyarakat diharapkan akan mendapatkan perilaku pelayanan yanglebih cepat, tepat, murah, dan memuaskan. Selain itu, era reformasi menuntutpelayanan umum harus transparan dan tidak diskriminatif dengan menerapkanprinsip-prinsip akuntabilitas dan pertimbangan efisiensi.
Kegiatan organisasi publik mencakup antara lain mengalihkan
fungsi-fungsi pelayanan publik tertentu dari instansi pemerintah kepada badan
swasta atau LSM. Berikut ini diidentifikasi secara garis besar kegiatan organisasi
publik menurut Mukarom (2015:46) sebagai berikut:
a. Menyusun standar pelayanan publik yang cepat, tepat, murah, memuaskan,transparan, dan tidak diskriminatif;
b. Mengembangkan konsep indeks tingkat kepuasan masyarakat sebagai tolokukur terhadap optimalisasi pelayanan umum oleh penyelenggara negarakepada masyarakat;
c. Melakukan upaya deregulasi dan debirokratisasi khususnyakebijakan-kebijakan di bidang pelayanan untuk menghilangkan seluruhhambatan yang menghambat mekanisme pelayanan.
Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak
dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada tipe
35
organisasi. Pada dasarnya menurut Tjiptono (2012:82) terdapat 4 (empat) jenis
tipe organisasi, yaitu:
a. Pure-Profit Organization, tujuan organisasi ini adalah menyediakan ataumenjual barang dan/atau jasa dengan maksud utama untuk memperoleh labasebanyak-banyaknya sehingga bisa dinikmati oleh para pemilik. Sumberpendanaan organisasi ini berasal dari para investor swasta dan kreditor.Contohnya pasar swalayan, salon kecantikan dan distro.
b. Quasi-Profit Organization, tujuan organisasi ini adalah menyediakan ataumenjual barang dan/atau jasa dengan maksud utama untuk memperoleh labadan mencapai sasaran atau tujuan lainnya sebagaimana yang dikehendaki parapemilik. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor swasta,investor pemerintah, kreditor dan para anggota. Contohnya PT PLN Persero,PT KAI, PT. Telkom, dan BUMD.
c. Quasi-Nonprofit Organization, menyediakan atau menjual barang dan/ataujasa dengan maksud utama untuk melayani masyarakat dan memperolehkeuntungan (surplus). Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investorpemerintah, investor swasta dan kreditor. Contohnya rumah sakit dan institusipendidikan.
d. Pure-Nonprofit Organization, menyediakan atau menjual barang dan/atau jasadengan maksud utama untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraanmasyarakat. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi,utang, obligasi, laba BUMN/BUMD, hibah dan sumbangan. Contohnya pantiasuhan, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi pemerintahan.
3. Ciri –Ciri dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik
Organisasi sektor publik menurut Tjiptono (2012:88) memiliki ciri sebagai
berikut:
a. Tidak mencari keuntungan finansialb. Dimiliki secara kolektif oleh publikc. Kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk sahamd. Keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi berdasarkan konsensus
Organisasi sektor publik menurut Mukarom (2015:48) memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Tujuan: untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalamkebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani.
b. Aktivitas: pelayanan publik (public services) seperti dalam bidang pendidikan,kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik dan penyediaanpangan.
c. Sumber pembiayaan: berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak danretribusi, laba perusahaan negara, peinjaman pemerintah, serta pendapatanlain-lain yang sah dan tidak bertentangan sengan perundangan yang berlaku.
36
d. Pola pertanggungjawaban: bertanggung jawab kepada masyarakat melaluilembaga perwakilan masyarakat seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD).
e. Kultur organisasi: bersifat birokratis, formal dan berjenjangf. Penyusunan anggaran: dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan
program. Penurunan program publik dalam anggaran dipublikasikan untukdikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat dan akhirnya disahkan oleh wakildari masyarakat di DPR, DPD dan DPRD.
g. Stakeholder: dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawaiorganisasi, para kreditor, para investor, lembaga–lembaga internasionaltermasuk lembaga donor internasional seperti Bank Dunia, IMF (InternationalMonetary Fund), ADP (Asian Development Bank), PBB (Perserikatan BangsaBangsa), UNDP (United Nation Depelopment Program), dan Pemerintah luarnegeri.
E. Kerangka Pikir Penelitian
Kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia telah menjadi
sorotan berbagai pihak terutama oleh masyarakat, kalangan akademis, praktisi dan
media massa. Berbagai keluhan sudah umum disuarakan seperti pelayanan yang
berbelit-belit, adanya pungutan liar, tidak adanya kepastian biaya, waktu dan
persyaratan pelayanan lainnya, sikap yang arogan, kurang ramah terhadap
masyarakat dalam memberikan pelayanan menumbuhkan tudingan negatif dari
masyarakat selaku pengguna jasa.
Kepolisian Republik Indonesia merupakan bagian fungsi pemerintahan
Negara di bidang pemeliharaan dan keamanan, ketertiban masyarakat, penegak
hukum, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat. Secara tidak langsung
dapat dikatakan bahwa polisi sangatlah dekat dengan pelayanan publik.
Penerbitan administrasi lalu lintas pelayanan SIM, adalah bentuk pelayanan dari
instansi Kepolisian terhadap masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh instansi
Kepolisian dalam sektor pelayanan terutama pembuatan SIM masih dirasakan
37
belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Hal ini bisa diketahui dari
permasalahan secara umum yang terjadi pada sektor pelayanan, antara lain
banyaknya pengaduan, keluhan yang disampaikan oleh masyarakat melalui media
massa maupun langsung kepada unit pelayanan, baik menyangkut sistem dan
prosedur pelayanan yang masih berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif,
kurang akomodatif dan kurang konsisten sehingga tidak menjamin kepastian
(hukum, waktu dan biaya) serta masih adanya praktik pungutan tidak resmi.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik
salah satunya adalah dengan menerapkan tujuh prinsip utama NPM, sebagaimana
yang dikutip Hood (1991:78), yaitu:
1. Hands-on professional management.2. Explicit standards and measures of performance.3. Greater emphasis on out put controls.4. A shift to desegregations of units in the public sector.5. A shift to greater competition in the public secto.6. A stress on private sectore styles of management practice.7. A stress on greater discipline and parsimony in resource use.
38
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dibuat kedalam
diagram skematis penyusunan alur pikir sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka PikirPenerapan Prinsip New Public Management (NPM)
1. Hands-on professional management: (pegawaiprofessional, memiliki kecakapan, kemampuandibidangnya)
2. Explicit standards and measures of performance:(adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas, adanyaSOP waktu pelayanan, biaya pelayanan yang transparan,hasil evaluasi yang transparan).
3. Greater emphasis on out put controls: (lebih berfokuspada kualitas bukan kuantitas)
4. A shift to desegregations of units in the public sector:(pembagian tugas, pemerataan pembagian tugas,sehingga beban kerja tidak menumpuk pada satupekerja)
5. A shift to greater competition in the public sector:(pemberian reward and punishment kepada pegawai)
6. A stress on private sectore styles of managementpractice: (pelayanan yang berorientasi pada pelanggan(stakeholder), lebih responsif, komunikatif, empatimemberdayakan para pelaksana agar lebih kreatif,pemenuhan fasilitas pelayanan)
7. A stress on greater discipline and parsimony in resourceuse: (pegawai lebih berdisiplin dalam memberikanpelayanan, cepat dan tepat sesuai dengan SOP yang ada)
Hood (1991:78)
Mengapa 5 Prinsip Tidak Berjalan Maksimal?
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif, dengan pendekatan fenomenalogis yaitu penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualititatif lebih menekankan makna pada generalisasi (Sugioyono, 2013:12)
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif adalah
dikarenakan dalam menganalisa hasil penelitian bersifat mendiskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena dengan alat ukur wawancara, yaitu dalam
konteks penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan prinsip NPM pada
pembuatan SIM di Kepolisian Resor Lampung Utara.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian penerapan prinsip NPM pada pembuatan SIM di
Kepolisian Resor Lampung Utara dapat di uraian secara rinci kedalam tabel di
bawah ini:
40
Tabel 5. Fokus Penelitian
No PenerapanPrinsip NPM Fokus Penelitian
1 Hands-onprofessionalmanagement
Indikator hands-on professional management: sebagaiacuan fokus penelitian ini adalah melihat sejauhmanaPolres Lampung Utara telah mendelegasikan kepadapetugas yang professional, memiliki kecakapan,kemampuan dalam pembuatan SIM
2 Explicitstandards andmeasures ofperformance
Indikator Explicit standards and measures ofperformance sebagai acuan fokus penelitian ini adalahmelihat sejauhmana Polres Lampung Utara memilikistandar dan ukuran kinerja yang jelas, adanya SOPwaktu pelayanan, biaya pelayanan yang transparanserta hasil evaluasi ujian yang transparan.
3 Greateremphasis on output controls
Indikator explicit standards and measures ofperformance sebagai acuan fokus penelitian ini adalahmelihat sejauhmana petugas Polres Lampung Utaramampu memberikan kepuasan kepada pengguna jasa,mengutamakan kualitas, meminimalisir kesalahandalam membuat SIM
4 A shift todesegregationsof units in thepublic sector
Indikator a shift to desegregations of units in the publicsector sebagai acuan fokus penelitian ini adalahmelihat sejauhmana adanya pembagian tugas,pemerataan pembagian tugas, sehingga beban kerjatidak menumpuk pada satu petugas dalam membuatSIM
5 A shift togreatercompetition inthe publicsector
Indikator a shift to greater competition in the publicsector sebagai acuan fokus penelitian ini adalahmelihat sejauhmana adanya motivasi programpemberian reward and punishment yang diberikankepada petugas Polres Lampung Utara yangmembidangi masalah pembuatan SIM
6 A stress onprivate sectorestyles ofmanagementpractice
Indikator a stress on private sectore styles ofmanagement practice sebagai acuan fokus penelitianini adalah melihat sejauhmana pelayanan yangdiberikan Polres Lampung Utara berorientasi padapelanggan (lebih responsif, komunikatif, ramah, empatimemberdayakan para pelaksana agar lebih kreatif,pemenuhan fasilitas pelayanan)
7 A stress ongreaterdiscipline andparsimony inresource use
Indikator a stress on greater discipline and parsimonyin resource use: sebagai acuan fokus penelitian iniadalah melihat sejauhmana (petugas Polres LampungUtara berdisiplin dalam memberikan pelayanan, cepatdan tepat sesuai dengan SOP yang ada
41
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Polres Lampung Utara. Alasan memilih
tempat penelitian adalah berdasarkan data Laporan Ombudsman RI 2017
kepolisian menduduki peringkat ke-2 dengan jumlah laporan 1042 laporan,
dimana Polres Lampung Utara merupakan bagian dari Kepolisian Republik
Indonesia.
D. Sumber Informasi
Sumber informan pada penelitian ini dipilih secara purposive yaitu
menentukan informan yang akan diwawancarai pada objek penelitian yang
berkaitan dengan permasalahan atau fokus penelitian. Alasan peneliti
menggunakan purposive bertujuan untuk mengambil informan secara objektif,
dengan angapan bahwa informan yang diambil itu merupakan keterwakilan
(refresentatif) bagi peneliti, sehingga pengumpulan data yang langsung pada
sumber datanya dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian.
Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data homogen
artinya bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sama sehingga
informan yang diwawancarai cukup sebagian. Adapun yang menjadi sumber
informasi atau informan yang dianggap dapat mewakili dan berkaitan dengan
permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Informan Penelitian
No Jabatan Informan Jumlah Informan yangdiwawancarai
1 Kepala Satuan Lalu Lintas PolresLampung Utara
1 Orang
2 Kepala Bagian Urusan (Baur) SIM 1 Orang3 Masyarakat pengguna jasa pembuatan
SIM5 Orang
Jumlah 7 Orang
42
E. Jenis Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan
penelitian melalui wawancara dan observasi secara langsung sesuai dengan
keperluan data. Adapun data yang penulis peroleh dari sumber data primer
ini adalah hasil wawancara dan kondisi pelayanan pembuatan SIM di Polres
Lampung Utara.
2. Data sekunder adalah yang diperoleh dari buku atau literatur yang
berhubungan dengan pembahasan dan penelitian yang berdasarkan data
penunjang lain yang kaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Adapun
buku-buku atau literatur yang dipakai dalam penelitian ini adalah buku-buku
teori pelayanan publik, dan NPM, SOP pelayanan pembuatan SIM dan
tupoksi petugas pelayanan SIM.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data dalam penelitian ini, maka digunakan teknik
pengumpulan data melalui:
1. Wawancara Mendalam (Indepth-Interview)
Wawancara mendalam (indepth-interview) merupakan metode pengumpulan
data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam
secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara. Adapun target yang akan diwawancarai dalam
penelitian ini adalah Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Lampung Utara,
43
Kepala Bagian Urusan (Baur) SIM Polres Lampung Utara dan Masyarakat
pengguna jasa pembuatan SIM sehingga jumlah informan berjumlah 7 orang.
Alasan mengambil ke 7 informan ini untuk dimintai keterangan karena
memiliki keterkaitan langsung dengan penerapan prinsip New Public
Management (NPM) pada pembuatan SIM di Kepolisian Resor Lampung
Utara.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu penyelidikan yang menggunakan sumber-sumber
dokumentasi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Adapun data yang
penulis peroleh dari metode dokumentasi adalah data jumlah inventaris sarana
prasarana seperti data kendaraan, komputer, kamera, printer, jumlah pengguna
jasa pembuatan SIM selama 3 (tiga) tahun terakhir, profil Polres Lampung
Utara serta foto-foto dokumentsi pada saat penelitian berlangsung.
3. Observasi
Observasi yakni dengan melakukan peninjauan terhadap lokasi tempat
penelitian, sebagaimana disesuaikan dengan obyek yang diteliti. Adapun
target yang penulis observasi terlebih dahulu adalah gambaran penerapan
prinsip NPM pada pembuatan SIM di Kepolisian Resor Lampung Utara
4. Triangulasi Data
Dalam tknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Triangulasi teknik berarti
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk
44
mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama
(Sugiyono, 2013:241)
G. Teknik Analisa Data
Teknis analisis data disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari
temuan-temuan dilapangan meliputi:
1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan penelitian pada
penyederhanaan, dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
yang tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik.
Reduksi data penulis lakukan pada data hasil wawancara, dalam hal ini penulis
memilih kata-kata yang bisa digunakan untuk melakukan pembahasan serta
menggunakan teori-teori untuk menganalisis fokus dalam penelitian ini.
2. Penyajian data, yaitu penulis menampilkan sekumpulan informasi tersusun
berdasarkan data primer yang diperoleh dari lokasi penelitian, yang memberi
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan.
3. Menarik kesimpulan, merupakan bagian satu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya,
kekokohan dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Setelah
data-data tersebut diuji kebenarannya penulis kemudian menarik kesimpulan
berdasarkan data tersebut. Proses analisis yang penulis lakukan adalah dengan
mengacu pada kerangka pikir yang telah dirumuskan.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kepolisian Resor Lampung Utara
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil organisasi, Kepolisian Resor
Lampung Utara berada di Jl. Tjoekel Soebroto, Kelapa Tujuh Kotabumi Selatan
termasuk Polres tertua yang dulunya mencakup Kabupaten Lampung Utara,
Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang
Bawang Barat, Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Way Kanan, namun saat ini
wilayah hukum Polres Lampung Utara hanya melingkupi wilayah Kabupaten
Lampung Utara.
Luas wilayah hukum Polres Lampung Utara 2.725,63 km² terdiri dari 23
kecamatan yang mencakup 247 desa/kelurahan. Polres Lampung Utara memiliki
9 Polsek Definitif dan 1 Polsek Persiapan. Anggota Polres Lampung Utara saat
ini sebanyak 689 personel Polri dan 15 orang PNS yang tersebar pada
kesatuan-kesatuan, kesatuan tersebut adalah Bag Ops, Bag Binamitra, Bag Min,
Sat Intelkam, Sat Reskrim, Sat Samapta, Sat Lantas, Unit P3D. Adapun Polsek
yang tedapat dalam jajaran Polres Lampung Utara adalah 1) Polsek Kotabumi
Utara, 2) Polsek Abung Selatan, 3) Polsek Abung Semuli, 4) Polsek Abung Timur,
5) Polsek Abung Barat, 6) Polsek Sungkai Selatan, 7) Polsek Sungkai Utara, 8)
Polsek Bukit Kemuning, 9) Polsek Tanjung Raja, dan 10) Polsek Persiapan
Abung Tengah.
46
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Polri
Visi Kepolisian Republik Indonesia adalah “Terwujudnya pelayanan
Kamtibmas prima, tegaknya hukum dan Kamdagri mantap serta terjalinya sinergi
polisional yang proaktif”. Tujuan yang hendak dicapai oleh Kepolisian Republik
Indonesia diantanya adalah:
1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasipenyelidikan, pengaman dan penggalangan;
2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,responsif dan tidak diskriminati;
3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjaminkeselamatan dan kelancaran arus orang dan barang;
4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri;5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat
patuh hukum;6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional transparan dan
akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan moder seluruh
sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri;8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga
internasional maupun komponen masyarakat dalam rangka membangunkemitraan dan jejaring kerja (partnership building/networking).
C. Susunan Organisasi Kepolisian
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Resor Lampung Utara Nomor 30
Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Prosedur Pelaksanaan Tugas di Lingkungan
Polres Lampung Utara, berikut adalah susunan organisasi unsur Kepolisian Resor
Lampung Utara yang meliputi:
1. Unsur pimpinan, yang terdiri dari: Kepala Kepolisian Resor Lampung Utara(Kapolres) dan Wakil Kepala Kepolisian Resor Lampung Utara (Wakapolres).
2. Unsur pengawas dan pembantu pimpinan, yang terdiri dari:a. Bagian Operasi (Bagops), dibantu oleh Subbagian Pembinaan Operasi
(Subbagbinops), Subbagian Pengendalian Operasi (Subbagdalops) danSubbagian Hubungan Masyarakat (Subbaghumas).
b. Bagian Perencanaan (Bagren), dibantu oleh: Subbagian Program danAnggaran (Subbagprogar), Subbagian Pengendalian Anggaran(Subbagdalgar).
47
c. Bagian Sumber Daya (Bagsumda), dibantu oleh Subbagian Personil(Subbagpers), Subbagian Srana dan Prasarana ( Subbagsarpras) danSubbagian Hukum (Subbagkum).
d. Seksi Pengawasan (Siwas), dibantu oleh Subseksi Bidang Operasional(Subsibidopsnal), Subseksi Bidang Pembinaan (Subsibidbin).
e. Seksi Provos dan Paminal (Sipropam), dibantu oleh : Unit Provos, UnitPengamanan Internal (Unitpaminal).
f. Seksi Keuangan (Sikeu), dibantu oleh Subseksi Administrasi (Subsimin),Subseksi Gaji (Subsigaji), Subseksi Akuntansi dan Verifikasi(Subsiakunver) dan Subseksi Data (Subsidata).
g. Seksi Umum (Sium), dibantu oleh Subseksi Administrasi danKetatausahaan (Subsimintu), Subseksi Pelayanan Markas (Subsiyanma).
3. Unsur Pelaksana Tuigas Pokok, yang terdiri dari:a. Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) dibantu oleh Unit.b. Satuan Intelkam (Satintelkam), dibantu oleh Unsur Pembinaan
Operasional (Urbinopsnal) dan Urusan Administrasi dan Ketatausahaan(Urmintu).
c. Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim), dibantu oleh UrusanPembinaan Operasional (Urbinopsnal), Urusan Administrasi danKetatausahaan (Urmintu), Urusan Identifikasi (Urident);
d. Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba), dibantu oleh Urusan PembinaanOperasional (Urbinopsnal), Urusan Administrasi dan Ketatausahaan(Urmintu).
e. Satuan Pembinaan Masyarakat, dibantu oleh Urusan PembinaanOperasional (Urbinopsnal), Urusan Administrasi dan Ketatausahaan(Urmintu), Unit Pembinaan Perpolisian Masyarakat (Unitbinpolmas), danUnit Pembinaan Keamanan Swakarsa (Unitbinkamsa).
f. Satuan Smapta Bhayangkara (Satsabhara), dibantu oleh Urusan PembinaanOperasional (Urbinopsnal), Urusan Administrasi dan Ketatausahaan(Urmintu), Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (UnitTurjawali), Unit Pengamanan Objek Vital (Unitpamobvit) dan UnitPengendalian Massa (Unitdalmas).
g. Satuan Lalu Lintas (Satlantas), dibantu oleh Urusan PembinaanOperasional (Urbinopsnal), Urusan Administrasi dan Ketatausahaan(Urmintu), Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Unitturjawali), Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Unitdikyasa), UnitRegistrasi dan Identifikasi (Unit Regident) dan Unit Kecelakaan(Unitlaka).
4. Satuan Tahanan dan Barang Bukti (Sat Tahti), dibantu oleh UrusanAdministrasi dan Ketatausahaan (Urmintu), Unit Perawatan Tahanan (UnitWattah) dan Unit Barang Bukti (Unit Barbuk).
48
D. Gambaran Pembuatan SIM
Surat Izin Mengemudi atau disingkat SIM adalah dokumen yang wajib
yang harus dimiliki jika seseorang mengemudikan sendiri sebuah kendaraan
bermotor, dan SIM termasuk dokumen penting, yaitu sebagai bukti registrasi dan
identifikasi yang diberikan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Menurut
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012
Pasal 4 Ayat 1 Tentang Surat Izin Mengemudi, menyebutkan bahwa SIM
berfungsi sebagai:
a) Legitimasi kompetensi Pengemudi; merupakan bentuk pengakuan danpenghargaan dari Negara Republik Indonesia kepada para peserta uji yangtelah lulus Ujian Teori, Ujian Keterampilan melalui Simulator, dan UjianPraktik
b) Identitas Pengemudi; memuat keterangan identitas lengkap Pengemudic) Kontrol kompetensi Pengemudi; merupakan alat penegakan hukum dan
bentuk akuntabilitas Pengemudi dand) Forensik kepolisian; memuat identitas pengemudi yang dapat digunakan
untuk mendukung kegiatan penyelidikan dan penyidikan pelanggaran dankecelakaan lalu lintas serta tindak pidana lain.
Penggolongan SIM menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 Pasal 5 Ayat 1 Tentang Surat Izin
Mengemudi yaitu:
1. SIM Kendaraan Bermotor Perseorangana. SIM A: berlaku untuk mengemudikan Ranmor dengan jumlah berat yang
diperbolehkan paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogramberupa; mobil penumpang perseorangan; dan mobil barang perseorangan.
b. SIM B1: berlaku untuk mengemudikan Ranmor dengan jumlah berat yangdiperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram berupamobil bus perseorangan; dan mobil barang perseorangan
c. SIM B2: berlaku untuk mengemudikan Ranmor alat berat, kendaraanpenarik, atau kendaraan yang menarik kereta tempelan atau gandenganperseorangan. Beban untuk kereta tempelan atau gandengan boleh lebihdari 1.000 kg.
d. SIM C: berlaku untuk mengemudikan Sepeda Motor, terdiri atas: a) SIM Cuntuk pengemudi Sepeda Motor dengan kisaran kapasitas silinder(cylinder capacity) paling tinggi 250 (dua ratus lima puluh) kapasitassilinder, b) SIM C untuk pengemudi Sepeda Motor dengan kisaran
49
kapasitas silinder (cylinder capacity) antara 250 (dua ratus lima puluh)sampai dengan 750 (tujuh ratus lima puluh) kapasitas silinder (cylindercapacity) dan c) SIM C untuk pengemudi Sepeda Motor dengan kisarankapasitas silinder (cylinder capacity) di atas 750 (tujuh ratus lima puluh)kapasitas silinder (cylinder capacity).
e. SIM D: Mengenudikan kendaraan khusus bagi penyandang disabilitas atauyang berkebutuhan khusus.
2. SIM Kendaraan Bermotor Umuma. SIM A Umum: Mengemudikan mobil umum dan barang. Beban tidak
lebih dari 3.500 kg.b. SIM B1 Umum: Mengemudikan mobil penumpang dan barang umum.
Beban boleh lebih dari 3.500 kg.c. SIM B2 Umum: Mengemudikan kendaraan penarik atau kendaraan
yang menarik kereta tempelan atau gandengan perseorangan. Bebanuntuk kereta tempelan atau gandengan boleh lebih dari 1.000 kg.
Persyaratan usia membuat SIM berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 Pasal 25 Ayat 1 Tentang Surat
Izin Mengemudi yaitu:
1. Berusia 17 (tujuh belas) tahun untuk SIM A, SIM C, dan SIM D2. Berusia 20 (dua puluh) tahun untuk SIM B I3. Berusia 21 (dua puluh satu) tahun untuk SIM B II4. Berusia 20 (dua puluh) tahun untuk SIM A Umum5. Berusia 22 (dua puluh dua) tahun untuk SIM B I Umum6. Berusia 23 (dua puluh tiga) tahun untuk SIM B II Umum
Persyaratan administrasi, atas persyaratan pengajuan SIM baru
berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2012 Pasal 26 Ayat 1 Tentang Surat Izin Mengemudi yaitu:
1. Mengisi formulir pengajuan SIM.2. Melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk asli setempat yang masih
berlaku bagi Warga Negara Indonesia atau dokumen keimigrasian bagi WargaNegara Asing.
3. Dapat menulis dan membaca.4. Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peraturan lalu lintas jalan dan
teknik dasar kendaraan bermotor.5. Memenuhi batas usia.6. Terampil mengemudikan kendaraan bermotor.7. Sehat jasmani/rohani (surat keterangan dokter/psikiater).8. Lulus ujian teori, uji keterampilan mengemudi melalui simulator dan praktik.
50
9. Telah memiliki sekurang-kurangnya 12 bulan SIM A bagi peserta Uji SIM B-I,sekurang-kuragnya 12 bulan untuk SIM B-I bagi Peserta Uji SIM B-II.
10. Telah mengikuti pencerahan mengenai tata cara berlalu lintas (video dan oral).11. Surat Izin Kerja dari Kementerian yang membidangi Ketenagakerjaan bagi
Warga Negara Asing yang bekerja di Indonesi.
Persyaratan administrasi, atas persyaratan pengajuan perpanjangan SIM,
meliputi:
1. Mengisi formulir pengajuan perpanjangan SIM.2. Melampirkan fotokopi identitas diri (KTP) asli setempat yang masih berlaku
bagi Warga Negara Indonesia atau dokumen keimigrasian bagi Warga NegaraAsing.
3. Melampirkan SIM yang akan habis masa berlakunya.4. Surat keterangan lulus uji keterampilan Simulator.5. Sehat jasmani dan rohani dinyatakan dengan surat keterangan dokter.6. Lulus uji keterampilan mengemudi melalui simulator.7. Dalam waktu 1 (satu) jam sejak Peserta Uji diterima secara lengkap, Satpas
harus menerbitkan SIM atau menolak permohonan perpanjangan.
Persyaratan administrasi bagi Permohonan SIM Penggantian hilang, rusak
dan tidak terbaca lagi meliputi:
1. Mengajukan permohonan penggantian secara tertulis.2. Melampirkan sebagai berikut.
a) SIM yang dimiliki atau surat keterangan kehilangan dari Kepolisiansetempat.
b) Melampirkan fotokopi identitas diri (KTP).3. Sehat jasmani dan rohani dinyatakan dengan surat keterangan dokter/
psikiater.4. Selambat-lambatnya 1 (Satu) jam sejak permohonan diterima secara lengkap
Satpas harus menerbitkan atau menolak permohonan.
Persyaratan administrasi bagi Permohonan SIM Mutasi meliputi:
1. Mengajukan permohonan tertulis.2. Pengemudi harus melaporkan apabila pindah tempat tinggalnya secara tetap
keluar wilayah kekuasaan pelaksana penerbitan SIM dalam waktuselambat-lambatnya 2 bulan sejak kepindahan di tempat yang baru.
3. Melampirkan SIM yang dimiliki dan berkas SIM tersebut.4. Sehat jasmani/rohani dinyatakan dengan surat keterangan dokter/ psikiater.5. Melampirkan fotokopi identitas diri (KTP).6. Selambat-lambatnya 1 (satu) jam sejak permohonan diterima secara lengkap
Satpas harus menerbitkan atau menolak permohonan.
51
Persyaratan kesehatan permohonan SIM meliputi:
1. Kesehatan jasmani Calon Peserta Uji SIM berupa Kesehatana. Penglihatan: (1) Diukur dari kemampuan kedua mata berfungsi dengan
baik, yang pengujiannya dilakukan dengan cara sebelah mata melihat jelassecara bergantian melalui alat Bantu snellen chart dengan jarak ± (kuranglebih) 6 (enam) meter oleh Dokter; (2) Tidak buta warna parsial dan total;(3) Serta luas lapangan pandangan mata normal dengan sudut lapanganpandangan 120 (seratus dua puluh) derajat sampai dengan 180 (Seratusdelapan puluh) derajat.
b. Pendengaran: (1) Diukur dari kemampuan mendengar dengan jelas bisikandengan satu telinga tertutup untuk setiap telingan dengan jarak 20 cm(senti meter) dari daun telinga; (2) Kedua membrane telinga harus utuh.
c. Fisik dan perawakan: (1) Diukur dari tekanan darah harus dalam batasnormal; (2) Tidak ditemukan keganjilan fisik.
d. Dalam hal Peserta Uji yang mempunyai cacat fisik bahwa kecacatannyatidak menghalangi peserta uji untuk mengemudi Ranmor khusus.
2. Kesehatan Rohani untuk mengetahui kemampuan psikis Peserta Uji SIMdilakukan melalui pemeriksaan Psikologi yang meliputi:a. Kemampuan konsentrasi: Diukur dari kemampuan memusatkan perhatian;
(2) Memfokuskan diri pada saat mengemudikan Ranmor di jalan.b. Kecermatan: Diukur dari kemampuan untuk melihat situasi dan keadaan
secara cermat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mempersepsikankondisi yang ada.
c. Pengendalian diri: Diukur dari kemampuan mengendalikan sikapnyadalam mengemudikan Ranmor.
d. Kemampuan penyesuaian diri: (1) Diukur dari kemampuan individumengendalikan dorongan dari dalam diri sendiri sehingga bisaberhubungan secara harmonis dengan lingkungan; (2) Beradaptasi denganbaik dalam situasi dan kondisi apa pun yang terjadi di jalan saatmengemudi.
e. Stabilitas emosi: Diukur dari keadaan perasaan seseorang dalammenghadapi rangsangan dari luar dirinya dan kemampuan mengontrolemosinya pada saat menghadapi situasi yang tidak nyaman selamamengemudi.
f. Ketahanan kerja: Diukur dari kemampuan individu untuk bekerja secarateratur dalam situasi yang menekan.
Biaya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) untuk penerbitan SIM
baru dan perpanjangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016
Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Polri yaitu:
1. SIM A (baru) sebesar Rp 120.000 dan perpanjangan Rp 80.000.2. SIM C (baru) Rp 100.000 dan perpanjangan Rp 75.000.3. SIM BI (baru) Rp 120.000 dan perpanjangan Rp 80.000
52
4. SIM BII (baru) Rp 120.000 dan perpanjangan Rp 80.0005. SIM CI (baru) Rp 100.000 dan perpanjangan Rp 75.0006. SIM CII (baru) Rp 100.000 dan perpanjangan Rp 75.0007. SIM D (baru) Rp 50.000 dan perpanjangan Rp 30.0008. SIM DI (baru) Rp 50.000 dan perpanjangan Rp 30.0009. SIM internasional (baru) Rp 250.000 dan perpanjangan Rp 225.000
Berikut di jelaskan secara rinci alur flowchat proses pembuatan SIM di
Polres Lampung Utara:
Gambar 3. Alur Flowchat Proses Pembuatan SIM
107
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
prinsip NPM pada pembuatan SIM di Kepolisian Resor Lampung Utara tidak
berjalan maksimal. Hal tersebut terlihat dari tujuh prinsip NPM hanya ada dua
yang sudah berjalan maksimal. Pada dasarnya setiap perkembangan paradigma
manajemen menitik beratkan pada efisiensi, efektivitas dan keadilan begitu pula
dengan NPM. Namun pada praktiknya terjadi deviasi/penyimpangan. Deviasi
inilah yang menyebabkan 5 (lima) dari 7 (tujuh) prinsip NPM tidak berjalan
maksimal pada proses pembuatan SIM di Polres Lampung Utara.
Lima prinsip yang tidak berjalan maksimal, yaitu prinsip explicit
standards and measures of performance (adanya standar dan ukuran kinerja yang
jelas), prinsip greater emphasis on out put controls (lebih ditekankan pada control
hasil/keluaran), prinsip a shift to desegregations of units in the public sector
(pembagian tugas ke dalam unit-unit yang di bawah), prinsip stress on private
sectore styles of management practice (lebih menekankan diterapkannya gaya
manajemen sektor privat), prinsip a stress on greater discipline and parsimony in
resource use (lebih menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros
dalam menggunakan berbagai sumber). Sedangkan yang berjalan maksimal
adalah hands-on professional management (menempatkan pegawai yang
108
profesional) dan a shift to greater competition in the public sector (menciptakan
persaingan yang sehat dengan menerapkan reward dan punishment).
Faktor penyebab kelima prinsip tersebut tidak berjalan maksimal adalah
masih adanya ketidakadilan yang terjadi pada proses pembuatan SIM karena
masih terdapat petugas yang tidak berpedoman pada Etika Petugas Penguji,
kurang kesadaran masyarakat untuk mengikuti prosedur yang seharusnya, dan
uotput yang tidak maksimal karena kurang terfasilitasinya sarana dan prasarana.
Faktor tersebut hampir sama dengan hasil penelitian terdahulu, yaitu belum
mampu memberikan sarana dan prasarana yang membuat kenyamanan dan jumlah
petugas yang masih dirasa kurang, masyarakat belum mengetahui
tahapan-tahapan dalam permohonan pembuatan SIM, petugas masih belum cukup
baik dalam menangani kendala pencetakan SIM sehingga harus menunggu lama,
masih ada masyarakat yang membayar lebih demi kelancaran dan jaminan
ketepatan waktu belum sesuai dengan aturan, ada oknum petugas yang kurang
ramah, masih adanya diskriminasi.
B. Saran
Sesuai faktor penyebab yang ada, saran yang penulis berikan yaitu:
a. Hendaknya Polres Lampung Utara mempublikasikan standar penilaian
kelulusan ujian praktik pembuatan SIM dan sanksi bagi calo dan pungli
baik di media massa, elektronik maupun di tempel pada papan
pengumuman hal tersebut untuk meningkatkan transparansi standar
kelulusan ujian teori maupun ujian praktik.
b. Hendaknya Polres Lampung Utara menyediakan petugas temporary yang
diperbantukan jika pemohon SIM lebih dari kapasitas pelayanan. Hal
109
tersebut sebagai upaya agar pelayanan lebih cepat, beban kerja petugas
tidak menumpuk dan tidak menimbulkan antrean.
c. Hendaknya petugas Polres Lampung Utara dalam memberikan pelayanan
lebih berorientasi kepada pelanggan, yaitu bersikap ramah, sopan,
menjalin komunikasi yang harmonis, tidak bersikap diskriminatif, dan
lebih berempati kepada pengguna jasa.
d. Hendaknya Polres Lampung Utara meningkatkan pemenuhan fasilitas
pelayanan dan fasilitas kerja, misalnya memperbaiki pendingin udara
sehingga pengguna jasa merasa nyaman saat menunggu pelayanan,
kemudian memperhatikan pemenuhan fasilitas kerja baik dari segi
kuantitas dan kualitas.
e. Hendaknya petugas Polres Lampung Utara lebih meningkatkan disiplin
dalam memberikan pelayanan, lebih cepat, tanggap dan responsif dalam
memberikan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Badu. 2010. Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta: Andi Offset.
Ainur, Rohman, Ahmad. 2010. Reformasi Pelayanan Publik, Malang: Averroes.
Barori, Mohamad. 2016. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Yogyakarta:STPMD “APMD” Pres.
Batinggi, Ahmad. 2009. Manajerial Pelayanan Umum. Jakarta: UniversitasTerbuka.
Denhardt, J,V. and R.B. Denhardt. 2003. The New Public Servive: An ApproachTo Reform. International Review of Public Administration. New York:M.E. Sharpe.
Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui PelayananPublik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ferlie, E, dkk. 2004. The New Public Management in Action. New York: OxfordUniversity Prees.
Halim, A. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Cetakan Kedua.Jakarta: Ghalla Indonesia.
Hasibuan, Malayu. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah EdisiRevisi. Jakarta: Gunung Agung.
Hood, C. 1991. Public Management Reform, A Comparative Analysis. New York:Oxford University Press.
Husnan dan Heidjrachman. 2012. Manajemen Sumbaer Daya ManusiaPerusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Warga.
Kotler Philip dan Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13.Jakarta: Erlangga.
Lalolo, Krina Loina. 2013. Indikator Alat Ukur Akuntabilitas, Transparansi, danPartisipasi. Jakarta: Badan Perencana Pembangunan Nasional.
Lukman. 2000. Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press.
Lupiyoadi, Rambat. 2010. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat.
Mahsun, Sulistyowati Firma. 2007. Organisasi Sektor Publik. Yogyakarta: PTLaksana Inti.
Mangkunegara, Prawira. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Mardiasmo. 2009: Akuntansi Sektor Publik, Cetakan Ke empat. Jakarta: Grasindo.
Moenir. 2007. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT. BumiAksara.
Mukarom, Zaenal. 2015. Manajemen Pelayanan Publik. Bandung: Pustaka Setia.
Muninjaya, Gede AA. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan. Jakarta: EGC.
Ndraha, Tazidulu. 2007. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: RinekaCipta.
Nitisemito, Alex S. 2012. Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Oluwo. 2002. Strategic Planning For Publik and Non Profit Organizations. SanFrancisco: Jossey-Bass Publisher.
Pabundu, Mohammad. 2006. Good Governance, Telaah dari DimensiAkuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada era Desentralisasi danOtonomi Daerah. Surabaya: CV. Cutra Media
Pamudji. 2007. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Parson, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik AnalisisKebijakan. Jakarta: Prenada Media.
Purnama, Nursya’bani. 2006. Manajemen Kualitas: Perspektif Global.Yogyakarta: Ekonisia.
Puspawati. 2016. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Putra, Fadillah. 2000. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Bandung:Fokusmedia.
Rainey. 2010, Service Marketing: Concept, Strategies & Cases. South-WesternCollege.
Rasul, Syahrudin. 2012. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja danAnggaran. Jakarta: Detail Rekod.
Ratminto, dan Atik Septi Winarsih. 2006. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Samodra, Wibawa. 2002. New Publik Management sebagai ModelAdministrasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sedarmayanti. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Modern.Yogyakarta: Jaya Putra.
Siagian, Sondang P. 2002. .Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta:Rineka Cipta.
Simamora, Henry. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Sinambela, Lijan Poltak, dkk. 2011. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: BumiAksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R dan D. Bandung:Alfabeta.
Sutopo, dkk. 2008. Kapita Selekta Manajemen Pemerintah. Bandung: FocusMedia.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.
Tjiptono, Fandly. 2012. Administrasi Perusahaan dan Pelayanan Publik. Jakarta:Nimas Multima.
Wilson, Woodrow. 2007. The Study of Administration Political ScienceQuarterly, Edisi Revisi dan Terjemahan, New York: Macmillan.
Yamamoto, Hiromi. 2003. New Publik Management: Japan’s Practice, Japan:Institute for International Policy Studies.
Zeithaml dan Bitner. 2010. Service Marketing Integrating Customer Focus, EdisiTerjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Jurnal:
Muallidin, Isnaini. 2013, Implementasi New Public Management (PM) dalamPelayanan Perizinan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, Jurnal Tesis,Magister Ilmu Pemerintahan, volume 1, nomor 11, Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik, Universitas Gajah Mada.
Puspawati, Ani Agus. 2016. Penerapan New Public Management (NPM) diIndonesia, volume 20, nomor 1. Jurnal Ilmu Administrasi Publik ISSN2541-2 515 (print), ISSN 2 541-2035 (online).
Sayidah, Nur. Dkk. 2015. Implementasi Konsep New Public Management diDinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya. Jurnal Akuntandi dan Auditing,volume 12, nomor 1.
Website:
http://rumahpengaduan.com/2015/02/27/biaya-buat-sim-di-aceh/), di akses padatanggal 14 Oktober 2018 pukul 08.25 WIB.
https://www.lapor.go.id/id/1319206/keluhan-terhadap-pelayanan-pembuatan-surat-izin-mengemudi-(sim)-di-tanggamus-lampung.html, di akses pada tanggal14 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB.
https://www.lapor.go.id/pengaduan/1917531/pelayanan-sim-buruk.html, di aksespada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 08.30 WIB.
https://www.lapor.go.id/pengaduan/1953477/kepolisian/pelayanan-pembuatan-dan-perpanjangan-sim-sangat-buruk.html, di akses pada tanggal 14 Oktober2018 pukul 08.20 WIB.
https://www.lapor.go.id/pengaduan/1954558/keluhan-pelayanan-pembuatan-sim.html, di akses pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 08.15 WIB.
www.divisihumasmabespolri.go.id, diakses 14 Oktober 2018 pukul 11.11 WIB.
www.kemenhub.go.id, diakses pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB.
www.Kompolnas.go.id, di akses pada tanggal 14 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB.
Peraturan dan Perundangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RepublikIndonesia
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayan Publik
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Hak Konsumen
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 tahun 2004,Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat UnitPelayanan Instansi Pemerintah
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004tentang Prinsip Pelayanan Publik
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomer 9 Tahun 2012Tentang Surat Izin Mengemudi
Peraturan Kepala Kepolisian Resor Lampung Utara Nomor 30 Tahun 2014tentang Tata Cara dan Prosedur Pelaksanaan Tugas di Lingkungan PolresLampung Utara
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Penerimaan Negara BukanPajak di Lingkungan Polri