Mulastin

download Mulastin

of 23

description

mnbhjuhg

Transcript of Mulastin

  • 1

    HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA

    REMAJA PUTRI DI SMA ISLAM AL-HIKMAH JEPARA

    Oleh :

    MULASTIN, S. SIT, M. KES

    (Dosen AKBID Islam Al Hikmah Jepara)

    ABSTRAK

    Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari

    54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder. Bagi sebagian wanita,

    menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai rasa nyeri ketika

    menstruasi tiba. Salah satu faktor penyebab dari dismenorea adalah status gizi.

    Berdasarkan studi pendahuluan dari 20 remaja putri di SMA NU AL-MARUF KUDUS, didapatkan 15 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat menstruasi

    dan 2 remaja putri diantaranya dengan status gizinya normal, dan 13 remaja

    putri status gizi kurang, sedangkan 5 remaja putri yang tidak mengalami nyeri

    haid dengan status gizi kurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

    Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri kelas X di SMA

    ISLAM Al-Hikmah Jepara.

    Metode dalam penelitian ini adalah analitik dengan Pendekatan Cross

    sectional Populasi sebanyak 201 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah

    remaja putri kelas X di SMA NU Al-Maruf Kudus sebanyak 134 responden dengan teknik Proportionet Stratified Random Sampling. Data dikumpulkan

    dengan metode observasi untuk menentukan status gizi melalui penimbangan

    berat badan dan pengukuran tinggi badan, sedangkan kejadian dismenorea

    dengan metode angket melalui kuesioner. Data diolah secara editing, coding,

    scoring, tabulating dan entry data. Dan dianalisa secara univariat dan bivariat.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan uji statistik Exact Fisher

    dengan menggunakan program SPSS 12 for windows diperoleh p value : 0,687

    dan nilai hasil uji Exact Fisher pada : 0,05 yang menunjukkan exact Sig(2-sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05 menunjukkan Ho

    diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan

    kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hilmah Jepara.

    Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu remaja putri yang diketahui

    sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea

    primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil status gizi

    gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 2 responden

    (1,9%).

  • 2

    Saran bagi remaja putri supaya dapat menjadi sumber informasi yang

    memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang dismenorea pada remaja putri

    dan status gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan remaja.

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan

    manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan

    dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami

    suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa

    pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut , menstruasi merupakan

    perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita (

    Panuju dan Umami, 2005; h.4).

    Menurut WHO usia remaja merupakan suatu periode transisi dalam

    upaya menemukan jati diri dan kedewasaan biologis serta psikologi. Usia

    tersebut merupakan periode kritis sehingga perlu dibina dan dibimbing

    dengan benar. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berusia antara

    10 19 tahun. Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1994 jumlah penduduk usia 10 19 tahun mencakup 22,9 % dari jumlah penduduk Indonesia (Dinkes, 2001).

    Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

    merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang

    remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu

    hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan

    belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Usia remaja putri

    saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10- 16 tahun, tetapi

    rata- rata pada usia 12 13 tahun keadaan tersebut sudah terjadi. Statistik menunjukan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan

    gizi dan kesehatan umum ( sarwono, 2006).

    Jika seorang anak perempuan kedatangan menstruasi pertama

    untuk pertama kali, hal ini bisa menjadi saat yang mengecewakan baginya.

    Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh dan proses reproduksi

    mereka, bisa mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit

    atau hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang

    tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal

    akan merasa malu dan merasa kotor saat menstruasi pertama mereka.

    Bahkan, saat menstruasi akhirnya dikenalinya sebagai proses yang normal,

    perasaan kotor bisa tinggal sampai masa dewasanya. Akan tetapi, dalam

    tahun-tahun belakangan ini, pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih

    baik telah menjadikan anak-anak perempuan menerima kedatangan

    menstruasi. (Maulana, 2009; h.122-123).

  • 3

    Meskipun demikian, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan

    fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang.

    Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita dismenorea atau

    menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi di awal-

    awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa

    payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah

    tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat

    seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot - otot halus rahim, sakit

    kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat,

    dan ingin menangis. (Maulana, 2009; h.123).

    Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik,

    dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan

    pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan

    kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi

    keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus

    haid (Paath, 2004; h.70-71)

    Bagi sebagian wanita, menstruasi dapat membuat rasa cemas

    karena disertai rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini di kenal

    dengan nyeri menstruasi atau dismenorea, yaitu nyeri menstruasi yang

    memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja

    dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat

    lemas tidak berdaya) (Proverawati dan Misaroh, 2009; h.82-83).

    Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri

    menstruasi (dismenorea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang

    sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar

    biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa di bawah perut itu terjadi

    pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang

    setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati dan Misaroh, 2009;

    h.84-85).

    Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata

    lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi.

    Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%.

    Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia

    produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian

    (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia

    produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali

    dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan

    kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa

    bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas

    karena nyerinya. (Proverawati dan Misaroh, 2009 ; h.83).

    Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25 % yang

    terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder

    (Info sehat, 2008).

    Angka kejadian dismenorea tipe primer di Indonesia adalah sekitar

    54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder. Di

    Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorea

  • 4

    dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan

    mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan

    menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. (Proverawati

    dan Misaroh, 2009; h.86).

    Penyebab dismenorea primer yaitu peningkatan kontraksi rahim

    yang dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh

    yang menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh pembuluh darah dan penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia

    dan necrosis pada sel sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenorea sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah

    kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ

    dalam perut, pemakaian IUD (Andira, 2010; h. 40- 41).

    Menurut survei yang dilakukan Anastasia venny yustiana (2009) di

    SLTPN 21 dan SLTP PL Bintang Laut Surakarta, di dapat bahwa siswi

    kelas 1 dengan perincian 16 siswi gizi kurang, 20 siswi gizi normal, dan 4

    siswi gizi lebih.

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

    tanggal 18 april 2011 terhadap 20 remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah

    Jepara, didapatkan 15 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat

    menstruasi dan 2 remaja putri diantaranya dengan status gizinya normal,

    dan 13 remaja putri status gizi kurang, sedangkan 5 remaja putri yang

    tidak mengalami nyeri haid dengan status gizi kurang.

    Hal ini menunjukkan bahwa antara teori dan kenyataan yang ada

    dilahan berbeda, karena sesuai teori status gizi yang kurang akan

    mempengaruhi pada gangguan haid, sedangkan dari studi pendahuluan di

    dapatkan remaja putri yang tidak mengalami nyeri haid, status gizinya

    kurang.

    Fenomena yang terjadi diatas, membuat peneliti tertarik untuk

    mengadakan penelitian tentang Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di Sma Islam Al-Hikmah Jepara ..

    B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini dapat dirumuskan, apakah ada Hubungan antara Status Gizi

    Dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di Sma Islam Al-

    Hikmah Jepara ?.

    C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Hubungan status gizi dengan kejadian

    dismenorea remaja putri kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara.

    D. Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada remaja putri kelas X di SMA Islam

    Al-Hikmah Jepara tentang hubungan status gizi dengan kejadian

    dismenorea

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    1. Konsep Dasar Remaja a. Pengertian

    Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika

    dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan pada

    keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi

    perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu

    sendiri. Remaja yang sehat merupakan remaja yang produktif dan

    kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu,

    pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting

    untuk menilai keadaan remaja.

    Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak- anak ke

    masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut

    beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens.

    Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk

    menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang

    terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama

    perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekan

    pada perubahan psikologi atau kematangan yang menyertai masa

    pubertas (Soetjiningsih, 2004) (Poltekes Depkes, 2011; h.1).

    Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja lebih

    konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu

    biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa

    dimana:

    1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan

    seksual.

    2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

    3) Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada yang relatif mandiri

    (Sarwono, 2010; h. 11-12).

    Ditinjau dari kesehatan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun

    sebagai batasan usia remaja. Selanjutnya WHO menyatakan walaupun

    definisi di atas didasarkan pada usia kesuburan wanita, batasan tersebut

    berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut

    dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20

    tahun (Sarwono, 2010; h.12).

    Sementara itu definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah

    menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan

    pertimbangan sebagai berikut:

    1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).

  • 6

    2) Banyak masyarakat indonesia usia dianggap akil-balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak, lagi

    memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

    3) Usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan, jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity),

    tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan

    tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria

    psikologis).

    4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut

    masih menggantungkan diri pada orang tua.

    5) Definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara

    menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun

    dianggap dan diperlakukan sebagai. orang dewasa penuh, baik

    secara hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga.

    Karena itu definisi Remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum

    menikah.

    (Sarwono, 2006; h. 18-19)

    Para ahli klasik berpendapat bahwa perkembangan individu

    melalui fase- fase tertentu yang mempunyai spesifikasi tertentu. Masa

    remaja merupakan masa perkembangan kematangan fisik (early

    adolescence), kemudian diikuti masa kematangan emosi (second

    adolesceace) dan diakhiri oleh perkembangan intelek. Klasifikasi ini

    adalah klasifikasi aristoteles. Klasifikasi ini sangat mempengaruhi ahli-

    ahli pada masa modern, antara lain:

    1) Vives Proses belajar melalui taraf-taraf perkembangan pendirian,

    perkembangan ingatan dan khayalan dan diakhiri oleh

    perkembangan pikiran. Oleh karena itu masa remaja adalah masa

    perkembangan pikiran secara pesat.

    2) Comenius Berpendapat bahwa belajar itu melalui proses perkembangan

    pendirian, ingatan dan khayal, pikiran dan pertimbangan, diakhiri

    oleh perkembangan kemauan. Masa remaja ini adalah masa

    perkembangan pikiran dan pertimbangan dan kemauan yang sangat

    pesat.

    3) Rousseau Menghubungkan perkembangan individu dengan perkembangan

    peradapan manusia dan ia menegaskan bahwa pertumbuhan dan

    perkembangan individu dan keadaan hidup mempunyai suatu

    proses penyempurnaan dan pematangan diri secara sendiri- sendiri.

    (panuju & umami, 2005; h. 17-18).

    b. Ciri-ciri masa remaja

  • 7

    Menurut Harlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja

    sebagai berikut:

    1) Masa remaja adalah masa peralihan. Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan

    berikutnya atau secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja

    bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini

    merupakan masa strategis karena memberi waktu kepada remaja

    untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-

    nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.

    2) Masa remaja adalah masa terjadi perubahan. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu

    perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap

    menjadi ambivalen).

    3) Masa remaja adalah masa yang penuh masalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini

    terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya

    sendiri tanpa bantuan orang lain.

    4) Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas diri dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya

    dan apa peran dirinya di masyarakat.

    5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak

    rapi, tidak dipercaya, cenderung berperilaku rusak sehingga,

    menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi

    kehidupan remaja. Hal ini membuat masa peralihan dari remaja ke

    dewasa menjadi sulit, karena orangtua yang memiliki pandangan

    seperti ini akan selalu mencurigai remaja. Sehingga, menimbulkan

    pertentangan dan membuat jarak antara kedua orang tua dengan

    remaja.

    6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis. Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya

    sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain,

    mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan

    sebagaimana apa yang ia harapkan.

    7) Masa remaja adalah ambang masa dewasa. Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang

    berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seorang yang

    hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang

    dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam

    berpakaian dan bertindak.

    (Poltekkes Depkes, 2010; h.66-67).

    Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara

    10 18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja

  • 8

    terbagi atas : masa remaja awal (10 13 tahun), masa remaja tengah (14 16 tahun ), masa remaja akhir (17 19 tahun ) (Poltekes Depkes, 2010; h.1).

    2. Statuz Gizi Ilmu gizi merupakan (Nutrition Science) adalah ilmu yang

    mempelajari segala sesuatu tentang makanan yang berhubungan dengan

    kesehatan masyarakat. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan

    dan di sisi lain berkaitan dengan tubuh manusia.

    Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

    dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan

    lebih (Almatsier, 2001).

    Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang. Gizi

    yang kurang akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga

    akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini berdampak

    pada gangguan haid termasuk dismenorea, tetapi akan membaik bila

    asupan nutrisinya baik.

    Rumus Indeks Massa Tubuh = Berat Badan (kg)

    Tinggi Badan (m)

    (Poltekes Depkes, 2010; h.13)

    Berat badan dapat dilihat dari penilaian Indek Masa Tubuh (IMT)

    pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

    Status Gizi Kategori IMT

    Kurus Kurus tingkat berat < 17,0

    Kurus tingkat ringan 17,0 -18,4

    Normal Normal >18,5 - 25,0

    Gemuk Gemuk tingkat ringan >25,1 - 27,0

    Gemuk tingkat berat >27

    Sumber : (Waryana, 2010; h. 11-12)

    3. Konsep Dasar Menstruasi a. Pengertian

    Menstruasi (haid/ datang bulan) adalah perubahan fisiologi dalam

    tubuh wanita terjadi secara berkala dipengaruhi oleh hormon

    reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara

    usia remaja sampai menopause (Joseph, 2010; h.29 ).

    Menstruasi adalah proses pengeluaran darah dari uterus disertai

    serpihan selaput dinding uterus pada wanita dewasa yang terjadi secara

    periodik. Keadaan ini membutuhkan keseimbangan antara hormon

    esterogen dan progesteron secara bergantian (Mirza, 2009; h.16).

    Menurut Sarwono (2005) menstruasi adalah perdarahan secara

    periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium.

    b. Pembahasan Menstruasi Perdarahan haid terjadi secara ritmis mengikuti pola siklus yang

    normalnya dalam satu siklus berkisar antara 25 - 31 hari. Perdarahan

    haid keluar dari uterus perempuan sehat, lamanya 3 - 6 hari, warna

  • 9

    kecoklatan, ganti pembalut 2-5 perhari, dan hal tersebut terjadi akibat

    penurunan kadar progesteron (Hestiantoro, 2008).

    Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah

    berasal dari endometrium. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari sesudah

    ovulasi pada siklus 28 hari. Lama menstruasi adalah lima hari (rentang

    tiga sampai enam hari) ( Yuni Kusmiyati, 2009; h.29).

    Pada umumnya remaja putri mengetahui tentang menstruasi dan

    gangguan yang menyertainya dari ibunya, tapi tidak semua ibu

    memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan

    sebagian tidak membicarakan secara terbuka sampai putrinya

    mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan

    pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu

    sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius ( Panuju dan Umami,

    2005).

    4. Konsep Dasar Dismenorea a. Pengertian

    Dismenorea merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri (kram

    perut). Dismenorea merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan sesudah

    haid. Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum

    terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 36 jam. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke

    punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus dysmenorea berat

    nyeri kram dapat disertai dengan muntah dan diare (Andira, 2010; h.

    39-40).

    Dismenorea atau dasar dari nyeri haid pada wanita merupakan

    suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

    hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh Prostaglandin.

    Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu terjadi bila

    mana kadar progesteron dalam darah rendah (Sarwono, 2006).

    b. Klasifikasi Dismenorea 1) Dismenorea primer (spasmodik) : terjadi sejak pertama haid,

    biasanya tanpa ada kelainan alat kandungannya. Biasanya dimulai

    pada saat seorang wanita berumur 2 3 tahun setelah menarche dan mencapai puncaknya pada usia 15 25 tahun (Andira, 2010; h. 40).

    2) Dismenorea sekunder : terjadi kemudian, dan biasanya disertai adanya kelainan. Dismenorea ini sangat jarang terjadi. Biasanya

    terjadi pada wanita yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat

    terjadi pada 25 % wanita yang mengalami dismenorea (Andira,

    2010; 40-41).

    c. Penyebab dismenorea 1) Penyebab dismenorea primer

    Peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin

    (salah satu hormon di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya

    kontraksi pembuluh pembuluh darah dan penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia dan necrosis

  • 10

    pada sel sel dan jaringan. Nyeri semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks / leher

    rahim terutama bila salurannya sempit (Andira, 2010; h.40).

    2) Penyebab dismenorea sekunder a) Endometriosis ( yaitu pertumbuhan jaringan dan dinding rahim

    pada daerah di luar rahim seperti tuba fallopi atau ovarium )

    b) Penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan c) Peradangan tuba fallopi d) Perlengketan abnormal antara organ dalam perut e) Pemakaian IUD

    (Andira, 2010; h. 41)

    d. Gejala dan Tanda Dismenorea Gejala dan tanda dismenorea ini adalah : nyeri pada perut bagian

    bawah yang menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri

    dirasakan sebagai kram yang hilang dan timbul atau sebagai nyeri

    tumpul yang terus menerus ada (Mirza, 2009; h. 126)

    Nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi serta

    mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan

    menghilang.sering disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit, diare,

    dan sering berkemih. Kadang kadang sampai terjadi muntah. (Andira, 2010; h. 126).

    1) Klasifikasi Gejala Dismenorea a) Dismenorea Primer

    Rasa nyeri murni karena proses kontraksi rahim tanpa disertai

    penyakit dasar. Dismenorea primer biasanya nyeri haid yang

    terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat

    kandungan. Cirinya terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan

    sejak menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri timbul

    sebelum menstruasi, atau di awal menstruasi, dan berlangsung

    beberapa jam atau beberapa kemudian. Dismenorea primer ini

    kadang dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, atau diare.

    b) Dismenorea Sekunder Rasa nyeri tersebut disebabkan proses menstruasi dan produksi

    prostaglandin secara alami. Ciri yang khas pada dismenorea

    sekunder yaitu nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari

    menstruasi selanjutnya.

    (Proverawati dan Misaroh, 2009 ; h.85-87).

    e. Penatalaksanaan dismenorea Untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi :

    1) Obat anti peradangan seperti asam mefenamat. Obat ini sangat efektif jika diminum 2 hari sebslum menstruasi dan dilanjutkan

    sampai hari ke 1 2 menstruasi 2) Terapi bahan alami dan pola hidup sehat :

    a) Asupan gizi seimbang b) Istirahat yang cukup c) Relaksasi (yoga) dapat menanggulangi sakit

  • 11

    d) Olahraga teratur (terutama berjalan) e) Kompres air hangat di daerah perut jika nyeri terasa f) Menggosok perut secara perlahan dengan tangan hingga terasa

    hangat

    (Amalia, 2010; h. 49).

    5. Faktor Faktor yang mempengaruhi kejadian dismenorea a. Faktor kejiwaan

    Pada remaja yang secara emosional belum stabil jika tidak

    mendapat penerangan yang baik dan benar tentang proses menstruasi

    sehingga mudah untuk timbul terjadinya dismenorea (Sarwono, 2006;

    h. 230).

    b. Faktor konstitusi Faktor konstitusi ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa

    nyeri, seperti kondisi fisik lemah, anemia, penyakit menahun dan lain

    sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea (Sarwono,

    2006; h. 230).

    c. Faktor endokrin Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim

    (uterus) yang berlebihan (Proverawati dan Misaroh, 2009 ; h. 87).

    d. Faktor Aktifitas Emosional yang tertekan dan suasana hati yang murung akan

    mempengaruhi aliran darah dapat mempengaruhi terjadinya nyeri

    (dismenorea). Nyeri menstruasi ini yang memaksa wanita untuk

    istirahat atau yang berakibat pada menurunnya kinerja dan

    berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat

    nglimpruk tidak berdaya) (Proverawati dan Misaroh, 2009; h.82-83).

    e. Faktor Status Gizi Status gizi yang kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi

    pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan

    terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada

    gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik

    (Paath, 2004; h. 70).

    Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik,

    dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat

    dibutuhkan pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi

    peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka

    dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa

    ketidaknyamanan selama siklus haid (Paath, 2004; h.70-71).

  • 12

    A. Kerangka Teori Berdasarkan Tinjauan Pustaka Pada Pembahasan Di Atas Maka

    Tersusunlah Kerangka Teori Sebagai Berikut :

    Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian

    Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di Sma Islam Al-Hikmah

    Jepara.

    Sumber : Modifikasi, (Gsianturi, 2002), (Paath, 2004), (Proverawati Dan

    Misaroh, 2009), Dan (Sarwono, 2006).

    B. Kerangka Konsep Kerangka Konsep Adalah Abstraksi Dari Suatu Realitas Agar Dapat

    Dikomunikasikan Dan Membentuk Suatu Teori Yang Menjelaskan

    Keterkaitan Antarvariabel (Baik Variabel Yang Diteliti Maupun Yang Tidak

    Diteliti) (Nursalam, 2008; H.55). Masalah Yang ingin di teliti dalam

    penelitian ini adalah hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja

    putri kelas X di SMA Islam Al-hikmah Jepara.

    C. Kerangka konsep :

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Status Gizi dengan Kejadian

    Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di SMA Islam Al-Hikmah

    Jepara.

    Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian dismenorea: - Kejiwaan

    - Konstitusi

    - Endokrin

    - Aktifitas

    - Status Gizi

    Status Gizi IMT : a. Kurus

    b. Normal

    c. Gemuk

    Kejadian dimenorea : a. Dismenorea

    sekunder

    b. Dismenorea primer

    Status gizi (variabel

    independent)

    Kejadian dismenorea remaja putri

    (variabel dependent)

  • 13

    A. Hipotesa Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian yang akan di

    buktikan kebenarannya, (Notoatmodjo, 2002). Hipotesa dalam penelitian ini

    yang digunakan adalah Hipotesa Alternatif (Ha).

    Adapun Hipotesa dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan

    antara Status Gizi Dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di

    Sma Islam Al-Hikmah Jepara.

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk kompetensi bidan kesembilan. Dalam penelitian ini

    peneliti meneliti hubungan status gizi dengan kejadian dimenorea remaja

    putri kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara yang dilaksanakan pada

    bulan Juni 2011

    B. Rancangan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian Analitik, dengan pendekatan

    cross sectional.

    Cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

    antara faktor faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010; h.37-38)

    C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

    Populasi yang di amati dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri

    yang pernah mengalami dismenorea Kelas X di SMA Islam Al-Hikmah

    Jepara Tahun Ajaran 2010 2011 sebanyak 201 responden.

    2. Sampel Penelitian Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah remaja putri yang

    pernah mengalami dismenorea Kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara

    Tahun Ajaran 2010 - 2011.

    Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel secara Probability

    dengan tipe Proportionate Stratified Random Sampling yaitu teknik

    yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak

    homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2008; h. 82).

  • 14

    Adapun pembagian responden tiap kelas adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.2 Pembagian responden kelas X di SMA Islam Al-Hikmah

    Jepara

    Kelas siswi yang mengalami

    dismenorea

    siswi yang diambil sebagai

    responden

    X1 23 15

    X2 22 15

    X3 21 14

    X4 17 11

    X5 11 7

    X6 23 15

    X7 20 13

    X8 20 13

    X9 21 14

    X10 23 15

    Definisi Operasional, Variabel Pengukuran dan Skala Pengukuran

    No Variabel

    Definisi

    Operasional

    Parameter

    dan

    Kategori

    Alat ukur Skala

    Pengukuran

    1. Status

    gizi

    Proses

    Makanan

    yang

    dikonsumsi

    secara normal

    melalui

    proses

    absorpsi.

    Penghitu ngan meng gunakan

    Rumus IMT:

    IMT : Berat Badan (kg)

    Tinggi Badan 2 (m)

    Kategori :

    Kurus 27

    Kode:

    Kurus : 1

    Normal : 2

    Gemuk : 3

    Penimba

    ngan Berat

    Badan

    Pengu

    kuran

    Tinggi

    Badan

    Ordinal

  • 15

    2. Kejadia

    n

    Dismen

    orea

    Nyeri atau

    kram pada

    perut bagian

    bawah yang

    dirasakan

    pada saat

    menstruasi.

    a. Gejala dismenorea primer: Terjadi sejak menarche Dapat disertai

    mual/muntah/sakit

    kepala/diare.

    b. Gejala dismenorea sekunder: Nyeri menstruasi tidak

    berkurang pada hari-hari

    selanjutnya

    Kategori :

    Dismenorea primer

    Dismenorea sekunder Kode :

    Dismenorea primer = 0

    Dismenorea sekunder =1

    Kuesioner

    Nominal

    No Variabel DO Hasil Ukur Pengkategorian Skala

    1. Sikap ibu

    dengan

    AKDR

    Tanggapan

    atau reaksi

    responden

    terhadap

    AKDR

    Skala Likert.

    Untuk pertanyaan favourable :

    - Skor 5 bila sangat setuju

    - Skor 4 bila setuju - Skor 3 bila tidak tahu - Skor 2 bila tidak setuju - Dan skor 1 bila sangat

    tidak setuju

    Untuk pertanyaan Unfavourable

    - Skor 5 bila sangat tidak setuju

    - Skor 4 bila tidak setuju - Skor 3 bila tidak tahu - Skor 2 bila setuju - Skor 1 bila sangat setuju,

    (Nursalam, 2003)

    Skor maksimal : 70

    - Sikap mendukung

    Skor > 35

    - Sikap tidak

    mendukung

    Skor < 35

    Ordinal

  • 16

    3. Pemilihan

    AKDR

    Menentukan

    pilihan pada

    alat

    kontrasepsi

    dalam rahim

    dari beberapa

    metode

    kontrasepsi

    yang ada

    - Jika jawaban A nilai : 1 - Jika jawaban B nilai : 0

    - Memilih : kode 1 Tidak memilih :

    kode 2

    Ordinal

    D. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 1. Alat Penelitian

    Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan cara memberi

    formulir kepada responden dan responden sendiri yang mengisi,

    (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini insrumen yang digunakan

    untuk pengumpulan data penelitian adalah kuesioner yang berisi

    pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian dismenorea remaja putri serta

    status gizi dengan pengaruh Berat Badan dan Tinggi Badan..

    2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan olah peneliti dalam penelitian ini

    adalah :

    a. Data primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari

    objek-objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi

    (Riwidikdo, 2009; h. 12).

    Data primer yang diambil dalam penelitian ini yaitu data

    tentang BB dan TB yang dipengaruhi kejadian dismenorea dan di

    ambil langsung dari remaja putri kelas X di SMA Islam Al-Hikmah

    Jepara.

    b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung

    dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009; h. 12).

    Data sekunder yang diambil dalam penelitian yaitu data yang

    di ambil dari Kepala Sekolah SMA Islam Al-Hikmah Jepara..

    c. Cara pengumpulan data Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode observasi

    untuk menentukan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

    pengukuran tinggi badan, sedangkan untuk kejadian dismenorea

    dengan metode angket melalui kuiseoner.

    E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data Pengolahan Data, dilakukan secara Editing, coding, Skoring, dan

    Tabulating. Dalam penelitian ini dilakukan analisa data secara bivarian

    dengan uji Chi Square untuk hubungan status gizi dengan kejadian

    dismenorea dengan pengolahan Program SPSS for windows 12. Jika uji Chi

    Square tidak memenuhi syarat ( nilai harapan < 5 dan tidak boleh 20% ) maka harus menggunakan uji Exact Fisher (Saryono, 2009; h.102).

    BAB IV

  • 17

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian 1. Status Gizi

    Tabel. 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Gizi pada

    Remaja Putri kelas X di SMA Islam al-Hikmah Jepara Tahun 2011.

    No. Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

    1 Kurus 61 (45,5%)

    2 Normal 71 (53,0%)

    3 Gemuk 2 (1,5%)

    Total 134 (100%)

    Sumber : Pengolahan data SPSS

    Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden

    normal yaitu sebanyak 71 (53,0%) dan paling sedikit status gizi responden

    gemuk yaitu sebanyak 2 responden (1,5%).

    2. dismenorea Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kejadian

    Dismenorea pada Remaja Putri Kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara

    Tahun 2011.

    No. Kejadian dismenorea Frekuensi Persentase (%)

    1. Dismenorea Primer 129 (96,3%)

    2. Dismenorea Sekunder 5 (3,7%)

    Total 134 (100%)

    Sumber : Pengolahan data SPSS

    Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami

    kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 129 responden (96,3%).

    3. Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri. Tabel 4.3 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian

    Dismenorea Remaja Putri Kelas X di SMA Islam Al-

    Hikmah Jepara Tahun 2011.

    Status Gizi

    Kejadian Dismenorea

    Total P

    Value Dismenorea

    Primer

    Dismenorea

    Sekunder

    Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)

    Kurus 58 (58,7%) 3 (2,3%) 61 (45,5%) 0,687

    Normal 69 (68,4%) 2 (2,6%) 71 (53,0%)

    Gemuk 2 (1,9%) 0 (0,0%) 2 (1,5%)

    Total 129 (96,3%) 5 (3,7%) 134 (100%)

    Sumber : Pengolahan data SPSS

    Pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar

    responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea

    primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil

    gizi gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu

    sebanyak 2 responden (1,9%).

  • 18

    Hasil analisa penelitian menggunakan uji statistik Chi Square

    dengan menggunakan program computer SPSS 12 for windows.

    Syarat uji Chi Square tidak terpenuhi sehingga dalam penelitian

    ini menggunakan hasil uji Exact Fisher, karena terdapat expected

    count < 5 pada 20% sel yaitu pada 66,7% sel. Nilai hasil uji Exact

    Fisher pada : 0,05 menunjukkan exact Sig(2-sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha

    ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan

    kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara

    tahun 2011.

    B. Pembahasan 1. Status gizi pada remaja putri

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden status gizinya normal yaitu sebanyak 71 responden (53,0%).

    Hal ini disebabkan karena asupan makanan yang baik, pola makan

    yang teratur, aktivitas yang tinggi (kegiatan ekstrakurikuler). Menurut

    (Poltekkes Depkes, 2010) hal ini disebabkan pada masa remaja bukan

    lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan

    masa strategis karena memberi waktu kepada remaja untuk

    membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan

    sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.

    Menurut Almatsier (2001) status gizi yang normal ini

    dikarenakan pola makan yang teratur dan asupan gizinya seimbang dan

    sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh.

    Dan responden yang status gizinya gemuk yaitu sebanyak 2

    responden (1,5%). Hal ini disebabkan karena keturunan kegemukan

    dari orang tua, keluarga, kebiasaan anak ngemil yang mengandung

    karbohidrat, jarang beraktivitas.

    Menurut Almatsier (2001) Status gizi gemuk dikarenakan pola

    makan yang tidak teratur, sering ngemil, dan asupan gizi yang

    berlebihan.

    Hasil penelitian sesuai dengan survei yang dilakukan Anastasia

    venny yustiana (2009) di SLTPN 21 dan SLTP PL Bintang Laut

    Surakarta, di dapat bahwa siswi kelas 1 dengan perincian 16 siswi gizi

    kurang, 20 siswi gizi normal, dan 4 siswi gizi lebih. Hasil penelitian ini

    menunjukkan sebagian besar gizi normal.

    2. Kejadian dismenorea pada remaja putri Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 129

    responden (96,3%). Hal ini disebabkan karena terjadinya dismenorea

    primer pada responden di sebabkan karena status gizi dan pola makan

    yang tidak teratur dan kurangnya olahraga atau malas sehingga

    mengakibatkan terjadinya dismenorea (Proverawati dan Misaroh,

    2009; h.82-83)

  • 19

    Responden yang mengalami kejadian dismenorea sekunder yaitu

    sebanyak 5 responden (3,7%). Hal ini disebabkan karena kelainan pada

    organ reproduksi. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), sebagian

    wanita beranggapan menstruasi dapat membuat rasa cemas karena

    disertai rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini di kenal dengan

    nyeri menstruasi atau dismenorea, yaitu nyeri menstruasi yang

    memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya

    kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa

    membuat iemas tidak berdaya).

    Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), gejala dismenorea ada

    dua yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Gejala

    dismenorea Primer yaitu rasa nyeri murni karena proses kontraksi

    rahim tanpa disertai penyakit dasar. Dismenorea primer biasanya nyeri

    haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat

    kandungan. Cirinya terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak

    menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri timbul sebelum

    menstruasi, atau di awal menstruasi, dan berlangsung beberapa jam

    atau beberapa kemudian. Dismenorea primer ini kadang dapat disertai

    mual, muntah, sakit kepala, atau diare. Sedangkan Dismenorea

    Sekunder itu sendiri yaitu rasa nyeri yang disebabkan proses

    menstruasi dan produksi prostaglandin secara alami. Ciri yang khas

    pada dismenorea sekunder yaitu nyeri menstruasi tidak berkurang pada

    hari-hari menstruasi selanjutnya.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan survey Info sehat (2008),

    bahwa di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25 % yang

    terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenorea

    sekunder.

    3. Hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri. Hasil uji statistik Exact Fisher dengan menggunakan program

    SPSS 12 for windows diperoleh p value : 0,687 dan nilai hasil uji Exact

    Fisher pada : 0,05 yang menunjukkan exact Sig(2-sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05 menunjukkan Ho diterima

    dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan

    kejadian dismenorea remaja putri di SMA NU AL MARUF KUDUS tahun 2011. Disebabkan karena banyak faktor diantaranya yaitu faktor

    kejiwaan, faktor konstitusi seperti dapat menurunkan ketahanan

    terhadap rasa nyeri, seperti kondisi fisik lemah, anemia, penyakit

    menahun dan lain sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya

    dismenorea, faktor endokrin yaitu timbulnya nyeri menstruasi diduga

    karena kontraksi rahim (uterus) yang berlebihan, dan faktor aktifitas

    (Sarwono, 2006; h. 230). Hal ini menunjukkan status gizi pada remaja

    dikarenakan kebiasaan yang salah seperti pola makan yang tidak

    teratur, akibat dari banyaknya tugas sekolah yang harus diselesaikan

    sehingga memberikan beban pada psikologi remaja yaitu stress.

  • 20

    Status gizi yang kurang atau terbatas selain akan

    mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan

    menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan

    berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan

    nutrisinya baik. Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi

    yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena

    sangat dibutuhkan pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan

    terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka

    dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa

    ketidaknyamanan selama siklus haid (Paath, 2004; h.70-71)

    Menurut (Kusmiran, 2011; h.113) dismenorea sekunder terjadi

    karena ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim,

    kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan

    rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.

    Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea primer

    sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil gizi gemuk

    juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 2

    responden (1,9%).

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yetti (2005)

    dengan judul Hubungan antara status gizi (indeks TB/U) dan frekuensi

    olahraga dengan kejadian dismenorea pada remaja putri kelas II

    SLTPN 12 Semarang 2005 yang berjumlah 53 orang didapatkan hasil

    35 orang (66,0%) mengalami dismenorea dan 18 orang (34,0%) tidak

    mengalami dismenorea . 51 orang (96,2%) status gizi normal,dan 2

    orang (3,8%) status gizi pendek. Hasil penelitian ini diperoleh yaitu Ho

    ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara status gizi (indeks

    TB/U) dan frekuensi olahraga dengan kejadian dismenorea pada

    remaja putri kelas II SLTPN 12 Semarang 2005.

    Menurut Andira (2010) bahwa penyebab dismenorea primer

    yaitu peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin

    (salah satu hormon di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya

    kontraksi pembuluh pembuluh darah dan penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia dan necrosis pada

    sel sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenorea sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan,

    peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ dalam

    perut, pemakaian IUD (Andira, 2010; h. 40- 41).

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian yang berjudul

    Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri Kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara maka dapat disimpulkan:

  • 21

    1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Status gizi responden kebanyakan status gizinya normal yaitu sebanyak 71 (53,0%) responden dan paling

    sedikit responden status gizinya gemuk yaitu sebanyak 2 (1,5%)

    responden.

    2. Berdasarkan hasil penelitian, kejadian dismenorea responden kebanyakan mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 129 (96,3%)

    responden dan paling sedikit responden mengalami kejadian dismenorea

    sekunder yaitu sebanyak 5 (3,7%) responden.

    3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea primer sebanyak 69

    responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil status gizi gemuk juga

    mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 2 responden

    (1,9%). Hasil uji Exact Fisher pada : 0,05 menunjukkan exact Sig(2-sided) = 0,687. Sehingga p value > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha

    ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian

    dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara tahun 2011.

    B. Saran 1. Bagi Tempat Penelitian

    Diharapkan dapat memberikan bahan masukan untuk

    mempertimbangkan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan

    asuhan kebidanan khususnya kesehatan reproduksi remaja putri kelas X di

    SMA Islam Al-Hikmah Jepara.

    2. Bagi Institusi Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang

    dapat meningkatkan pengetahuan para mahasiswa tentang kejadian

    dismenorea dengan menjadi bahan tambahan kepustakaan sehingga dapat

    dilakukan upaya pengembangan penelitian selanjutnya.

    3. Bagi Peneliti Diharapkan kepada peneliti yang akan datang mampu

    mengembangkan penelitian selanjutnya berkaitan dengan dismenorea dan

    masalah psikologi remaja salah satunya hubungan tingkat stress dengan

    kejadian dismenorea.

    4. Bagi remaja Hendaknya Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi sumber informasi

    yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang dismenorea

    pada remaja putri dan status gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan

    remaja.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Amalia.The Book of Puberty. Jakarta: Atria ; 2010. h. 49.

    2. Andira, Dita. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: APLUS

    BOOK ; 2010. h. 39-40, h. 40, h. 40-41, h. 41.

    3. Almatsier, Sunita. Prinsip dasar ilmu gizi . Jakarta : Gramedia Pustaka ;

    2001http://kitinszone.blogspot.com/2010/07/faktor-faktor-yang-

    berhubungan-dengan_21.html

    4. Joseph, Nugroho. Ginekologi &Obtetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha

    Medika; 2010; h. 29.

    5. Kusmiyati, Yuni. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya ; 2009.

    6. Maulana, Mirza. Seluk Beluk Reproduksi dan Kehamilan. Yogyakarta :

    Garailmu ; 2009. h. 16, h.122-123, h.123, h.126

    7. Notoatmadjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

    ; 2002.

    8. Notoatmadjo,S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ;

    2010 . h. 105, h. 176, h. 177.

    9. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

    Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika ; 2008.

    10. Paath, Erna Francin. Gizi dalam kesehatan reproduksi . Jakarta : EGC ;

    2004 . h. 70, h. 70-71.

    11. Panuju, panut. Psikologi Remaja .yogyakarta : Tiara wacana yogya ; 2005

    . h. 4, h. 17-18.

    12. Poltekkes. Kesehatan Remaja. Jakarta: Salemba medika; 2010. h. 1, h. 13,

    h.66-67.

    13. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cindekia;

    2009. h. 12.

    14. Provewati, Atikah . Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna .

    Yogyakarta : Nuha Medika ; 2009 . h. 82-83, h.84-85, h. 85-87, h. 86, h.

    87.

    15. Sarwono. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan bina pustaka ; 2006 . h. 230.

    16. Sarwono. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers ; 2010. h. 11-12, h.

    18-19

    17. Saryono . Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta : Nuha Medik ; 2009. h. 99,

    h. 100.

    18. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung :

    Alfabeta; 2008. h. 2, h. 62, h.82.

    19. Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010. h. 11-12

  • 1