Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan...

82
PERAN PENYULUH AGAMA DALAM MEMBINA AKHLAK UMAT DI KEMENTERIAN AGAMA RI KANTOR KOTA TANGERANG Muhammad Nuh 107052003811 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012  

Transcript of Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan...

Page 1: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

PERAN PENYULUH AGAMA

DALAM MEMBINA AKHLAK UMAT

DI KEMENTERIAN AGAMA RI KANTOR KOTA TANGERANG

Muhammad Nuh

107052003811

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah

Jakarta

2012

 

Page 2: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

 

Page 3: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

 

Page 4: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

 

Page 5: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

i

ABSTRAK

Muhammad Nuh

Peran Penyuluh Agama Dalam Membina Akhlak Umat di Kementerian Agama RI Kantor

Kota Tangerang

Pembinaan akhlak merupakan bagian pendidikan terpenting untuk melestarikan aspek-

aspek sikap. Nilai keagamaan harus dioperasionalkan secara konstruktif dalam masyarakat,

keluarga, dan diri sendiri. Masyarakat Indonesia belakangan ini sedang mengalami krisis, dan

sebenarnya bukan krisis ekonomi, politik atau lainnya. Tetapi karena masyarakat Indonesia

sedang mengalami krisis moral. Semakin banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki

moral atau etika yang baik. Hal ini terbukti dengan adanya fenomena-fenomena yang terjadi di

masyarakat kita belakangan ini. Didasari dari permasalahan-permasalahan yang disampaikan di

atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan “Peran Penyuluh

Agama Dalam Membina Akhlak Umat di Kementerian Agama RI Kantor Kota Tangerang”.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana peran penyuluh di Kementrian Agama dalam

membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang dan metode apa yang digunakan

penyuluh di Kementrian Agama dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif.

Adapun desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian desain deskriptif yaitu metode yang

bertujuan membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-

sifat serta hubungan fenomena yang diteliti. Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di

Kementrian Agama Kota Tangerang. Sedangkan objek penelitian ini adalah pendekatan-

pendekatan atau penerapan metode penyuluhan Islam yang digunakan penyuluh pada kegiatan

penyuluhan dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang. Analisis data yang

dilakukan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Peran Penyuluh Agama Dalam Membina Akhlak Umat di Kementerian Agama RI Kantor

Kota Tangerang adalah sebagai animasi sosial, pembangkit kesadaran masyarakat, dan sebagai

penyampai informasi. Metode yang digunakan oleh penyuluh Kementerian Agama dalam

membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah yang pertama secara dialog

langsung dengan masyarakat, yang kedua penyuluh memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk bertanya kepada sang penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan

tentunya sesuai dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan dakwah bil hikmah. Faktor

pendukung dalam pembinaan akhlak pada masyarakat Kota Tangerang ini adalah masyarakat

yang sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pembinaan akhlak tersebut sehingga

memudahkan sang penyuluh dalam menyampaikan sesuatu. Sedangkan untuk faktor

penghambatnya menurut peneliti tidak ada. Karena masyarakat terlihat menghormati dan

membutuhkan sang penyuluh.

 

Page 6: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

ii

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah subhanahu

wata’ala karena atas kuasa-Nyalah penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Sholawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

sholallahu ‘alaihi wassallam, juga kepada keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya sampai kepada kita hingga yaumil akhir.

Skripsi yang berjudul “Peran Penyuluh Agama Dalam Membina Akhlak

Umat Pada Kementerian Agama Kantor Kota Tangerang” ini disusun untuk

menempuh sidang akhir sarjana pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, di antaranya sebagai berikut:

1. Yang terhormat Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.

Arief Subhan, M.Ag, bersama Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra,

M.Ag, Pembantu Dekan II Drs. H. Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan

III Drs. Study Rizal LK, MA;

2. Yang terhormat Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Dra. Rini

Laili Prihatini, M.Si serta selaku dosen pembimbing skripsi ini yang selalu

sabar memberikan arahan dan masukan serta memotivasi penulis dalam

penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua kebaikannya;

 

Page 7: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

iii

3. Yang terhormat Sekretaris Jurusan Drs. Sugiharto, MA yang selalu

memberikan arahan dan motivasi kepada penulis;

4. Yang terhormat dosen penasehat akademik Drs. M. Luthfi, MA yang

senantiasa memberikan arahan dan masukan serta memotivasi penulis

dalam penulisan skripsi ini;

5. Seluruh pengajar Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang senantiasa tulus dalam mengajar, mendidik,

membimbing dan bersedia mengamalkan ilmu-ilmunya kepada seluruh

mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya penulis;

6. Kedua orang tua yang telah sabar menanti dan senantiasa mendoakan,

mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi kepada penulis untuk

segera menyelesaikan penulisan skripsi ini;

7. Saudara satu-satunya, Kanda H. Mohammad Nazarullah yang senantiasa

mendoakan dan menjadi motivasi penulis untuk segera menyelesaikan

penulisan skripsi ini;

8. Sahabat seperjuangan (Dian Putra, Zulkarnain Fadli, Nurhasanuddin,

Hapsari Retno, Ade Nurzaman, Muhammad Syahid dan Wiwit Fatimah)

yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi dan menghibur penulis

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini;

9. Seluruh karyawan staf administrasi, staf perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan staf pepustakaan utama Universitas

 

Page 8: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

iv

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis

untuk mendapatkan berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini;

10. Kementerian Agama Kota Tangerang yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian tentang Peran Penyuluh Di Kementerian

Agama Dalam Membina Akhlak Umat Pada Masyarakat Kota Tangerang.

KH. Hasan Basri yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai

dan kepada seluruh staf bagian Penamas yang telah membantu penulis;

11. Semua pihak yang telah ikhlas membantu dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini.

Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan balasan atas segala jasa

dan bantuan serta kebaikan yang telah diberikan dengan tulus kepada penulis.

Seluruh isi skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis. Oleh sebab itu,

isi skripsi ini sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang membutuhkan pada umumnya dan Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.

Jakarta, 04 Juni 2012

Penulis

 

Page 9: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………....... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….... ii

DAFTAR ISI………………………………………………………...……..….. v

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...…... viii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……...………………………........... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………... 6

C. Tujuan Penelitian………………………………………...….. 7

D. Manfaat Penelitian…………………………………………... 8

E. Tinjauan Pustaka…………………………………………….. 8

F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Penyuluh Agama……………………………………... 14

1. Pengertian Peran……………………………………….... 14

2. Pengertian Penyuluh…………………………………….. 15

3. Pengertian Penyuluh Agama……………………………. 16

 

Page 10: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

vi

4. Peran Penyuluh Agama…………………………………. 17

5. Pengertian Agama………………………………………. 19

B. Akhlak……………………………………………………… 21

1. Pengertian Akhlak………………………………………. 21

2. Metode Pembinaan Akhlak……………………………... 26

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukkan

Akhlak…………………………………………………... 27

C. Masyarakat………………………………………………….. 29

1. Masyarakat Madani……………………………………... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ………………..…………………….. 34

B. Lokasi dan Jadwal Penelitian…...…………………………... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian.…………………………….…. 36

D. Teknik Pengambilan Data…………………………………... 37

E. Sumber Data………………………………………………… 39

F. Fokus Pertanyaan Penelitian………………………………... 39

G. Konsep Operasional Menurut Informan...…………………... 40

H. Asumsi Peneliti……………………………………………... 41

I. Teknik Analisa Data……………………………………….... 42

J. Teknik Pemeriksaan Data…………………………………... 43

 

Page 11: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

vii

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kementerian Agama Kota Tangerang…... 45

B. Tipologi Masyarakat Kota Tangerang……………………… 51

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

A. Peran Penyuluh Di Kementerian Agama Kota Tangerang…. 54

B. Metode Penyuluhan KH. Hasan Basri……………………… 58

C. Bentuk Pembinaan Akhlak Oleh Penyuluh Pada Masyarakat

Kota Tangerang……………………………………………... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………. 64

B. Saran………………………………………………………... 65

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 67

LAMPIRAN

 

Page 12: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Struktur Organisasi Kementerian Agama Kantor Kota Tangerang…….. 51

1.A Struktur & TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) Seksi

Pendidikan Keagamaan Pada Masyarakat dan Pemberdayaan

Masjid Kementerian Agama Kantor Kota Tangerang……………….…. 51

2. KH. Hasan Basri sedang menyampaikan materi pembinaan akhlak

3. Kegiatan Pembinaan Akhlak

4. Materi Pembinaan Akhlak

5. Kegiatan Pembinaan Akhlak

6. Kantor PENAMAS Kementerian Agama Kota Tangerang

 

Page 13: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

2. Surat Izin Penelitian/ Wawancara

3. Surat Keterangan Penelitian dari Kementerian Agama Kota Tangerang

4. Daftar Wawancara

5. Dokumentasi (foto-foto)

 

Page 14: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah Negara yang mempunyai masyarakat Islam

terbanyak di antara Negara-negara di dunia. Dari sekitar 178 juta penduduk,

hampir 90% adalah pemeluk agama Islam yang taat. Karena itu perhatian

pemerintah banyak diarahkan kepada upaya-upaya pembangunan masyarakat

untuk mencapai kesejahteraan rohaniah keagamaan di samping kesejahteraan

lahiriah.

Agama memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Sebab agama

merupakan motivasi hidup dalam kehidupan serta merupakan alat pengembangan

dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu dipahami

dan diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar kepribadian (akhlak)

sehingga ia menjadi manusia yang utuh.

Agama juga mengatur hubungan manusia dengan khaliknya, hubungan

manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia

dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian

dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat

dalam mencapai kemajuan lahiriah.

Masyarakat Indonesia belakangan ini sedang mengalami krisis, dan

sebenarnya bukan krisis ekonomi, politik atau lainnya. Tetapi karena masyarakat

 

Page 15: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

2

Indonesia sedang mengalami krisis moral. Semakin banyak masyarakat Indonesia

yang tidak memiliki moral atau etika yang baik. Hal ini terbukti dengan adanya

fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat kita belakangan ini.

Penyebab utama dari masalah-masalah yang terjadi di masyarakat kita

menurut pandangan saya adalah karena masyarakat di Indonesia khususnya umat

Islam belum seluruhnya memiliki akhlak yang baik. Karena umat Islam di

anjurkan untuk berakhlak dengan akhlak yang disyariatkan bagi setiap muslim,

seperti:

Jujur

Bertanggung Jawab

Menjaga Kesucian

Malu

Berani

Dermawan

Menepati Janji

Menjauhi seluruh yang diharamkan Allah

Berlaku baik dengan para tetangga

Membantu orang-orang yang memerlukan bantuan, sesuai kemampuan1

Dan akhlak-akhlak lainnya yang dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah

sebagai akhlak yang disyariatkan.

1 Mudzakkir Muhammad Arif, Beberapa Pelajaran Penting Untuk Segenap Umat, (Saudi Arabia:

Direktorat Bidang Penerbitan dan Riset Ilmiah Departemen Agama, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Islam)

h. 27-28.

 

Page 16: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

3

Bila ajaran Islam sudah menjadi pedoman dan pilihan hidup, maka

pengaruhnya akan terlihat dalam sikap dan perilaku sehari-hari, serta diharapkan

dapat membentengi hidup dari berbagai persoalan yang timbul sebagai bagian dari

proses perjalanan hidup. Oleh karena itu, dengan Islam penyuluh agama bertugas

mengarahkan umat agar masuk ke dalam ajaran Islam secara utuh, menyeluruh

dan universal.

Pembinaan akhlak merupakan bagian pendidikan terpenting untuk

melestarikan aspek-aspek sikap. Nilai keagamaan harus dioperasionalkan secara

konstruktif dalam masyarakat, keluarga, dan diri sendiri. Maka, pembinaan akhlak

harus mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu, dan

amal yang merupakan sendi yang tidak terpisahkan. Tujuan yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

1. Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan

disiplin terhadap agama dalam berbagai kehidupan siswa yang nantinya

diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta taat kepada perintah-Nya.

2. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki siswa. Berkat

pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan, maka anak

akan menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah SWT yang beriman

dan berilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam mencari keridhoan Allah dan

menambahkan ketakwaan.

3. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan

hidup dan dapat memahami serta menghayati anjuran agama Islam secara

 

Page 17: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

4

mendalam dan bersifat menyeluruh. Sehingga dapat digunakan sebagai way

of life, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah melalui ibadah shalat

umpamanya, sedangkan dalam hubungannya sesama manusia yang tercermin

dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar

melalui cara pemeliharaan dan pengolahan serta memanfaatkan hasil

usahanya.2

Didasari dari permasalahan-permasalahan yang disampaikan di atas,

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan “Peran

Penyuluh Agama Dalam Membina Akhlak Umat di Kementerian Agama RI

Kantor Kota Tangerang”.

Secara umum, istilah penyuluhan dalam bahasa sehari-hari sering

digunakan untuk menyebut pada kegiatan pemberian penerangan kepada

masyarakat, baik oleh lembaga pemerintah maupun oleh lembaga non-pemerintah.

Istilah ini diambil dari kata dasar suluh yang searti dengan obor dan berfungsi

sebagai penerangan.

Istilah penyuluhan sebenarnya terkait dengan istilah bimbingan, yaitu

Bimbingan dan Penyuluhan disingkat BP, terjemahan dari istilah dalam bahasa

Inggris guidance and counseling salah satu istilah dari cabang disiplin ilmu

psikologi.3 Dalam masyarakat akademik dua istilah ini, yaitu penyuluhan dan

konseling, tetap dipakai, bahkan lebih dikenal dengan istilah penyuluhan. Jadi

penyuluh adalah orang yang memberi penyuluhan atau penerangan tersebut.

2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2,

h. 89. 3 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi

Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009) h. 49.

 

Page 18: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

5

Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang

berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada

di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.

Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran

Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat

universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak Islam yang universal ini

diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang

terkandung dalam ajaran etika dan moral.4 Al-Qur’an Firman Allah dalam Surat

Shaad, Ayat 71-72 :

Artinya :

(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya

aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan

kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu

tersungkur dengan bersujud kepadaNya". (QS. Shad : 71 – 72)5

Allah SWT mengingatkan, bahwa bentuk penciptaan manusia secara

lahiriah terdiri atas unsur tanah dan air, sedangkan batiniahnya terdiri dari roh

ciptaan-Nya. Dan berkat akhlak yang baik, maka kondisi batin pun menjadi baik.

4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 147.

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah,

2002), h. 741.

 

Page 19: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

6

Jika sifat-sifat tercela disingkirkan, maka sebagai gantinya muncul sifat-sifat yang

terpuji. Dan itulah yang disebut dengan akhlak yang baik.

Allah SWT pun telah memerintahkan kita untuk senantiasa memiliki

akhlak yang baik, dalam firman-Nya :

Artinya :

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan

keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar

kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl : 90).6

Uraian tersebut di atas telah menggambarkan bahwa Islam menginginkan

suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia ini demikian

ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga

sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata

lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk

orang yang bersangkutan.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Untuk membatasi pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis perlu

memberikan batasan-batasan yang akan diteliti. Untuk itu penulis akan membatasi

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah,

2002)., h. 415.

 

Page 20: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

7

pada peran penyuluh agama dalam membina akhlak umat di Kementerian Agama

RI Kantor Kota Tangerang. Khususnya di lingkungan masyarakat kecamatan

Priuk Tangerang.

Peran yang dikehendaki penulis dalam penelitian ini adalah peran

fasilitatif yaitu yang meliputi mediasi dan negoisasi, dan peran edukasional yaitu

yang meliputi membangkitkan kesadaran masyarakat.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran penyuluh agama dalam membina akhlak umat di

Kementerian Agama RI Kantor Kota Tangerang ?

2. Metode apakah yang digunakan penyuluh agama dalam membina akhlak

umat di Kementerian Agama RI Kantor Kota Tangerang ?

3. Bagaimana bentuk pembinaan akhlak oleh penyuluh di Kementerian

Agama pada masyarakat Kota Tangerang ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran penyuluh agama dalam

membina akhlak umat di Kementerian Agama RI Kantor Kota Tangerang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis metode yang digunakan penyuluh

agama dalam membina akhlak umat di Kementerian Agama RI Kantor

Kota Tangerang.

 

Page 21: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

8

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk pembinaan akhlak oleh

penyuluh di Kementerian Agama pada masyarakat Kota Tangerang.

D. Manfaat Penelitian

1. Ilmu Pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan

baru pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

2. Akademis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

referensi dalam peningkatan wawasan dakwah, lebih khusus bagi Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Jurusan BPI yaitu melalui

kegiatan praktikum mikro dan makro, serta sebagai pijakan dalam

melakukan penelitian selanjutnya.

3. Kementrian Agama Kota Tangerang, diharapkan dari hasil penelitian ini

dapat menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak Kementrian Agama

Kota Tangerang atau elemen lainnya terutama dalam menumbuh

kembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap seseorang agar memiliki

akhlak yang lebih baik.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan beberapa tema yang sama dengan penelitian yang

ditulis oleh penulis sendiri, yaitu sebagai berikut :

1. Nama Penulis : Rike Aryana (2010)

Judul Penelitian : Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Akhlak

Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta

 

Page 22: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

9

Selatan. Hasil penelitiannya adalah : peran penyuluh agama dalam

pembinaan akhlak bagi anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami

sebagai proses perubahan perilaku, sebagai inisiator, sebagai fasilitator,

sebagai motivator, sebagai teladan dan sebagai pemimpin. Metode yang

digunakan oleh penyuluh agama adalah dengan dakwah bil lisan, dakwah

bil haal, dakwah bil hikmah dan pendekatan persuasif. Faktor pendukung

dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung adalah para penyuluh

agama yang tidak pernah menyerah dalam melakukan dakwahnya, sarana

dan prasarana yang menunjang untuk kelancaran proses kegiatan

pembinaan tersebut. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu faktor

internal yaitumulai dari anak-anak pemulung yang malas dan tidak

adanya standarisasi untuk tenaga penyuluh agama. Sedangkan faktor

eksternal yaitu ada pihak non muslim yang punya kepentingan untuk

memanfaatkan situasi dan kondisi dari anak-anak pemulung, faktor cuaca,

kurangnya peran aktif dari pemerintah dan financial yang tersendat.

Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sasaran

dan tempat penelitian yang ada dalam penelitian ini.

2. Nama Penulis : Sofha Jamil (2009)

Judul Penelitian : Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan

Kemandirian Bagi Anak-Anak Yatim Di Pondok Pesantren Yatim Al-

Akhyar Kelurahan Beji-Kota Depok. Hasil penelitiannya adalah : Peranan

Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-Anak

Yatim Di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar adalah : sebagai pengganti

orang tua asuh, sebagai pendidik, dan sebagai motivator. Dan juga

 

Page 23: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

10

peranan pembimbing tersebut sesuai dengan keinginan masyarakat, yaitu

sebagai pengganti orang tua dalam sisi kehidupannya, dan sebagai

pendidik, baik pendidikan formal ataupun non formal. Adapun perbedaan

penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih fokus

kepada Peran Pembimbing dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-

anak yatim, sedangkan penulis fokus kepada peran penyuluh agama dalam

membina akhlak umat.

3. Nama Penulis : Husnul Chotimah (2010)

Judul Penelitian : Pembinaan Akhlak Siswa Di Madrasah

Tsanawiyah (M.Ts) Jihadul Khair Segaramakmur-Tarumajaya Bekasi.

Hasil penelitiannya adalah: metode yang digunakan adalah ceramah,

praktek shalat dhuha, diskussi, dan bimbingan mengaji Al-Quran, materi

yang digunakan oleh para Pembina adalah materi tajwid, fiqih, tauhid,

akhlak serta materi dzikir dan istighosah. Sedangkan faktor pendukung

dalam pembinaan akhlak ini adalah merasa senang dan tertarik untuk

menikuti pembinaan akhlak. Adapun perbedaan penelitian di atas dengan

penelitian ini adalah penelitian ini memiliki fokus penelitian pada metode

yang digunakan dalam pembinaan akhlak tersebut. Sedangkan pada skripsi

penulis, penulis tidak hanya fokus kepada metodenya saja.

4. Nama Penulis : Rachmawati (2008)

Judul Penelitian : Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir Di

Majelis Taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan. Hasil

penelitiannya adalah : Dzikir yang digunakan disini berupa tahlil,

pembacaan ratib, surat yasin serta shalawat yang mana dengan dzikir

 

Page 24: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

11

tersebut remaja akan merasakan ketenangan dalam jiwa mereka sehingga

mereka mampu berpikir dengan jernih dan melakukan hal yang baik.

Dzikir yang dilakukan berpengaruh terhadap akhlak dan kehidupan

remaja yang aktif menikuti majelis. Selain pembacaan dzikir ersebut para

remaja perlu diajarkan pelajaran fiqih dan hadits agar adanya

keseimbangan didalam hidup mereka. Metode yang digunakan dalam

berdzikir yakni murid mengikuti apa yang diucapkan oleh guru,

sedangkan dalam memberikan pelajaran menggunakan metode ceramah

dan Tanya jawab yang dimaksudkan agar jamaah bisa bertanya apabila

tidak paham. Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini

adalah bahwa penelitian ini lebih mengedepankan dzikir dalam pembinaan

akhlak tersebut. Sedangkan penelitian yang penulis buat adalah tidak

hanya pada dzikir saja, tetapi dengan pendekatan-pendekatan yang

diajarkan oleh Rasulullah SAW termasuk dzikir.

5. Nama Penulis : Maulana Irmawan (2007)

Judul Penelitian : Pengaruh Bimbingan Akhlak Terhadap Akhlak

Santri Di Madrasah Diniyah Awwaliyah Baitussalam Yayasan

Baitussalam Kramat Jati Jakarta Timur. Hasil penelitiannya adalah :

Melalui wawancara, observasi dan perhitungan statistic dengan SPSS

diketahui bahwa kondisi akhlak santri kelas satu lebih baik dari pada

santri-santri kelas lainnya. Hal itu sebenarnya sudah membuktikan bahwa

tidak ada pengaruh bimbingan akhlak santri, tetapi peneliti ingin

mengetahui datanya dengan lebih akurat, oleh karena itu peneliti

menggunakan uji korelasi Kruskal Wallis. Ternyata setelah diadakan

 

Page 25: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

12

perhitungan secara statistic dengan tes Kruskal Wallis menunjukkan

bahwa tidak ada pengaruh antara bimbingan akhlak terhadap akhlak

santri. Skripsi ini mempunyai subjek yaitu pada santri-santri di Madrasah

tersebut dan penelitiannya fokus kepada pengaruh bimbingan akhlak

tersebut. Sedangkan subjek penelitian dari skripsi penulis adalah seorang

Penyuluh Agama.

Menarik dan penting dari penelitian yang dilakukan untuk penulisan

skripsi ini adalah penelitian ini berhubungan dengan lembaga pemerintahan yaitu,

Kementrian Agama. Menurut penulis itu adalah salah satu lembaga yang sangat

memiliki peran penting dalam menumbuh kembangkan pendidikan agama di

Negara Republik Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teori mengenai peran dan fungsi penyuluh agama yang

meliputi : pengertian peran, pengertian penyuluh, pengertian

agama, pengertian penyuluh agama, dan peran penyuluh agama.

Pembinaan akhlak yang meliputi : pengertian akhlak, faktor-faktor

yang mempengaruhi pembentukan akhlak.

BAB III : Dalam bab ini dijelaskan tentang metodologi penelitian yang

mencakup : lokasi dan jadwal penelitian, subjek dan objek

 

Page 26: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

13

penelitian, model penelitian, teknik pengambilan data, sumber data,

dan teknik analisa data.

BAB IV : Dalam bab ini menjelaskan tentang: profil kementerian agama Kota

Tangerang, tipologi masyarakat Kota Tangerang.

BAB V : Dalam bab ini menjelaskan hasil dan analisa data penelitian,

dengan penguraiannya tentang: peran dan fungsi penyuluhan di

kementerian agama Kota Tangerang, metode penyuluhan, bentuk

pembinaan akhlak oleh penyuluh pada masyarakat Kota Tangerang.

BAB VI : Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran terhadap

pembahasan bab-bab sebelumnya.

 

Page 27: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Penyuluh Agama

1. Pengertian Peran

Peranan kata dasarnya adalah “peran” yang berarti perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat.1 Dalam kamus modern, peran diartikan sesuatu yang menjadi

kegiatan atau memegang pemimpin yang utama.2 Sedangkan dalam kamus

ilmiah populer, peran mempunyai arti orang dianggap sangat berpengaruh

dalam kelompok masyarakat dan menyumbangkan pemikiran maupun tenaga

demi suatu tujuan.3

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan

berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Dalam teorinya Biddle &

Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu

istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku

d. Kaitan antara orang dan perilaku4

1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2,

h. 854.

2 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976), Cet. Ke-2, h. 473.

3 Media Center, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press, 2002), Cet. Ke-1, h. 251.

4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006), cet ke VII, h. 215.

 

Page 28: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

15

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan peran adalah sesuatu yang menjadi kegiatan atau memegang

pemimpin yang utama yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.

2. Pengertian Penyuluh

Penyuluh adalah orang yang memberikan sesuluh atau penerang

kepada masyarakat. Tidak mungkin orang yang gelap berjiwa tidak baik akan

memberikan penerang kepada masyarakat, sehingga tanggung jawab seorang

penyuluh bukan hanya memberikan penerang kepada masyarakat, akan tetapi

yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memberikan sesuluh kepada

dirinya, keluarganya, kemudian masyarakat sekitar.5

Secara etimologi kata penyuluhan berasal dari bahasa Inggris

concelling, yang berarti pimpinan, bimbingan, pedoman, dan petunjuk”.6

Sedangkan secara terminologi yang dijelaskan oleh para ahli diantaranya H.

M. Arifin dalam bukunya “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan

Penyuluhan Agama”. Menerangkan bahwa concelling adalah kata kerja dari

to councell yang memilki arti memberikan nasihat atau memberikan anjuran

pada orang lain secara berhadapan langsung.7

5 Surudin, “Pembinaan Penyuluh Agama Di Sragen”, artikel diakses pada 26 September

2011 dari

http://depagsragen.co.cc/index.php?option=com_content&view=article&id=52:pembinaan-

penyuluh-agama-islam-dan-peran-serta-dalam-membangun-masyarakat-sragen-

&catid=36:penamas&itemid=50 6 John M. Echole dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,

1995) Cet. Ke-1, h. 283. 10

M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:

PT. Bima Aksara, 1998), Cet. Ke-5, h. 168.

 

Page 29: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

16

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluh berasal dari kata

“suluh” yang artinya barang yang dipakai untuk menerangi (biasa dibuat dari

daun kelapa yang kering dan damar); obor. Sedangkan pengertian penyuluh

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemberi penerangan; penunjuk

jalan.8

Seorang penyuluh dipandang sebagai tempat berlindung dari segala

kesalahan batin. Seorang tokoh ulama yang berkharisma, dapat juga berfungsi

sebagai penyuluh kehidupan beragama dalam masyarakat sekitarnya, karena

ia mempunyai pribadi yang stabil, tenang menentramkan orang lain yang

berada di dekatnya. Apalagi bila ia memberikan petuah-petuah dengan nada

ucapan dan gaya yang menyejukkan hati, maka orang yang mendengarnya

seperti tersiram air sejuk.9

3. Pengertian Penyuluh Agama

Istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan sejak tahun 1985

yaitu dengan adanya Keputusan Menteri Agama nomor 791 Tahun 1985

tentang honorarium bagi Penyuluh Agama. Istilah Penyuluh Agama

dipergunakan untuk mengganti istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang

dipakai sebelumnya di lingkungan kedinasan Departemen Agama. Sesuai

dengan peraturan pemerintah nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan

Fungsional Pegawai Negeri Sipil antara lain dinyatakan bahwa untuk

8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 1100.

9 Khairul Umam dan H. A. Achyar Aminudin, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung:

CV. Pustaka Setia, 1998), h. 76.

 

Page 30: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

17

meningkatkan mutu profesionalisme dan pembinaan karir pegawai negeri

sipil perlu ditetapkan jabatan fungsional.10

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan tersebut diatas, dikeluarkan

keputusan Presiden nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional

pegawai negeri sipil yang antara lain menetapkan bahwa penyuluh agama

adalah jabatan fungsional pegawai negeri yang termasuk dalam rumpun

jabatan keagamaan. Mengacu pada peraturan diatas, pengertian Penyuluh

Agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan

wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui

bahasa agama.11

Maka dapat disimpulkan bahwa Penyuluh Agama adalah orang

yang memberikan bimbingan atau penerangan kepada orang lain untuk

meningkatkan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi dan

memecahkan masalah melalui bahasa Agama.

4. Peran Penyuluh Agama

Berkaitan dengan peran (baik dari organisasi pemerintah maupun

organisasi non pemerintah), sebenarnya ada berbagai peran yang dapat

dilaksanakan, di mana masing-masing terdapat peran-peran yang lebih

spesifik yang lebih mengarah pada teknik-teknik antara lain:12

10 Pelaihari KP, “Kompetensi Dasar Penyuluh Agama Tingkat Fungsional”, artikel

diakses pada tanggal 26 September 2011 dari

http:/penemasdramaga.blogspot.com/2010/10/sejarah-pengertian-dan-tupoksi-penyuluh.html

11

Pelaihari KP, “Kompetensi Dasar Penyuluh Agama Tingkat Fungsional”.

12

Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan

Sosial”. (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI,2002), h. 196.

 

Page 31: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

18

1. Peran-peran Fasilitatif

a. Animasi Sosial

Animasi sosial menggambarkan kemampuan petugas sebagai agen

perubah atau pemberdaya masyarakat untuk membangkitkan energi,

inspirasi, antusiasme masyarakat, termasuk di dalamnya

mengaktifkan, menstimuli dan mengembangkan motivasi masyarakat

untuk bertindak.

b. Mediasi dan Negoisasi

Agen perubah dalam melakukan upaya intervensi sosial (perubahan

sosial yang terencana) kadangkala bertemu dengan situasi dimana

terjadi konflik minat dan nilai dalam komunitas. Berkaitan dengan hal

tersebut agen perubah harus dapat menjalankan fungsi mediasi

ataupun menjadi mediator guna menghubungkan kelompok-kelompok

yang sedang berkonflik agar tercapai sinergi dalam komunitas

tersebut. Peran sebagai mediator ini tentu saja terkait dengan peran

negoisator. Karena ditengah kelompok yang sedang berkonflik, tidak

jarang seorang agen perubah harus mampu menengahi dan mencari

titik temu yang dapat dikerjakan bersama oleh kelompok-kelompok

yang sedang berkonflik tersebut.

c. Pemberi Dukungan

Dalam kaitan dengan peran sebagai pemberi dukungan bahwa salah

satu peran dari agen perubah adalah untuk menyediakan dan

mengembangkan dukungan terhadap masyarakat yang mau terlibat

dalam struktur dan aktifitas komunitas tersebut. Dukungan itu sendiri

 

Page 32: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

19

tidak selalu bersifat ekstrinsik ataupun material, tetapi dapat juga

bersifat intrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata,

ataupun sikap dan perilaku yang menunjukkan dukungan dari agen

perubah terhadap apa yang dilakukan masyarakat, seperti

menyediakan waktu bagi masyarakat bila mereka ingin berbicara

dengan agen perubah guna membahas permasalahan yang mereka

hadapi.

2. Peran-peran Edukasional

a. Membangkitkan Kesadaran Masyarakat

Upaya membangkitkan kesadaraan masyarakat berawal dari upaya

menghubungkan antara individu dengan struktur yang lebih makro

(seperti struktur sosial dan politik). Hal ini bertujuan untuk membantu

individu melihat permasalahan, impian, aspirasi, penderitaan ataupun

kekecewaan mereka dari perspektif sosial politik yang lebih luas.

b. Menyampaikan Informasi

Dalam upaya memberdayakan masyarakat tidak jarang juga harus

menyampaikan informasi yang mungkin belum diketahui oleh

sasarannya. Dengan hanya memberikan informasi yang relevan

mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi komunitas sasaran tidak

jarang dapat menjadi peran yang bermakna terhadap komunitas

tersebut.

Oleh karena itu, dengan Islam penyuluh agama bertugas mengarahkan

umat agar masuk ke dalam ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan universal.

 

Page 33: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

20

5. Pengertian Agama

Secara etimologi agama berasal dari kata sangkrit, kata “Ad-dien”

yang dari bahasa Arab dan “Religi” dalam bahasa Eropa.13

Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, agama berarti prinsip kepercayaan kepada Tuhan

dan ajaran-ajarannya dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan

kepercayaan itu.14

Dalam Kamus Sosiologi, pengertian ada tiga macam, yaitu (1)

kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) perangkat kepercayaan dan

praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan (3)

ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supra natural. Sementara itu, Thomas

F. O’Dea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan sarana-sarana

supra empiris untuk maksud-maksud non empiris atau supra empiris.

Dari beberapa definisi diatas, jelas tergambar bahwa agama

merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-

hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang

supra natural sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang

non empiris.15

Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah peran agama

dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dimasyarakat yang tidak

dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan

ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan penyuluh agama menjalankan

13 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1987), Cet

V, Jilid I, h. 9.

14

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1992), edisi 2, h. 10.

15

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002). h. 129-

130.

 

Page 34: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

21

fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan

sebagainya.

Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama, yaitu:

1. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi

2. Sarana hubungan transcendental melalui pemujaan dan upacara ibadat

3. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada

4. Pengkoreksi fungsi yang sudah ada

5. Pemberi identitas diri, dan

6. Pendewasaan agama

Fungsi agama yang dijelaskan oleh Hendropuspito lebih ringkas

lagi, tetapi intinya sama. Menurutnya, fungsi agama itu adalah edukatif,

penyelamatan pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan

transformatif.16

Agama dapat dipandang sebagai doktrin yang diyakini secara

mutlak kebenarannya. Metodologi penelitian agama dalam konteks ini

merupakan berbagai pendekatan yang dilakukan untuk memahami agama

tersebut. Selain itu, masuk kedalam konteks ini ialah sejarah perkembangan

kajian keagamaan; proses terbentuknya rumusan-rumusan hukum agama; dan

sejarah intelektual kajian agama.

Namun demikian, agama sebagai doktrin diduga memberikan

kontribusi terhadap dinamika dan tatanan sosial, politik dan ekonomi. Sistem

pelapisan masyarakat sedikit banyak dipengaruhi doktrin-doktrin agama yang

diyakini, sehingga agama melahirkan kenyataan empiris sebagai gejala

16 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002).. h.130

 

Page 35: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

22

keagamaan. Sikap dan keterikatan pemeluk agama terhadap ajaran agama

juga merupakan gejala keagamaan yang menjadi obyek kajian. Selain itu,

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan keterikatan pada ajaran

agama seperti pendidikan, lingkungan dan status sosial merupakan salah satu

telaahan dalam penelitian agama.17

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak, menurut konsep Ibnu Maskawih, ialah suatu sikap mental

atau keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan

pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur,

yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.18

Setengah dari mereka mengartikan akhlak ialah “kebiasaan

kehendak”. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka

kebiasaannya itu disebut akhlak. Dan bila kebiasaan itu membiasakan

memberi, kebiasaan ini ialah akhlak dermawan. Dekat dari batas arti ini,

perkataan setengah dari mereka: Akhlak ialah menangnya keinginan dari

beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-berturut. Maka

seorang dermawan ialah orang yang menguasai keinginan memberi, dan

keinginan ini selalu ada padanya bila terdapat keadaan yang menariknya

kecuali didalam keadaan yang luar biasa; dan orang kikir ialah orang yang

17 M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori & Praktek). (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2002). h. 19.

18 Zar Sirajuddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 135

 

Page 36: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

23

dikuasai oleh suka harta, dan mengutamakannya lebih dari

membelanjakannya.19

Dengan keterangan ini nyata bahwa orang yang baik ialah orang

yang menguasai keinginan baik dengan langsung berturut-turut, dan

sebaliknya orang jahat atau durhaka.

Adapun orang yang tidak dikuasai oleh keinginan yang tertentu

dengan terus menerus, maka ia tidak berbudi; orang yang ingin memberi, lalu

memberi satu kali, dan ingin menyimpan didalam suatu keadaan yang

seharusnya memberi lalu ia kikir, maka ia bukan orang dermawan dan bukan

orang kikir, dan dia tidak mempunyai akhlak yang tetap. Banyak dari manusia

yang tidak mempunyai budi dengan arti ini, berbeda-beda keinginan mereka

dan perbuatan mereka dari satu waktu kewaktu yang lain: Mereka berjumpa

orang yang dermawan yang menarik perhatian mereka sifat kedermawanan

lalu mereka memberi, dan mereka bertemu dengan orang yang kikir, yang

mengajak mereka kepada kekikiran maka mereka lalu kikir.20

Dengan ini kita mengerti bahwa budi itu sifat jiwa yang tidak

kelihatan. Adapun akhlak yang keliatan itu ialah “kelakuan” atau

“muamalah”. Kelakuan ialah gambaran dan bukti adanya akhlak, maka bila

kita melihat orang yang memberi dengan tetap didalam keadaan yang serupa,

menunjukkan kepada kita akan adanya akhlak dermawan didalam jiwanya.

Adapun perbuatan yang terjadi satu atau dua kali, tidak menunjukkan akhlak.

Aristoteles menguatkan bentukan adat kebiasaan yang baik, yakni dalam

membentuk akhlak yang tetap yang timbul dari padanya perbuatan-perbuatan

19 Ahmad Amin. Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), h. 62.

20

Ahmad Amin. Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), h. 63.

 

Page 37: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

24

yang baik dengan terus menerus. Sebagaimana pohon dikenal dengan

buahnya, demikian juga akhlak yang baik diketahui dengan perbuatan baik

yang timbul dengan teratur.21

Artinya :

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan

janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan

berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berbuat baik”. (QS. Al Baqarah : 195).22

Artinya :

“(Tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri

kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi

Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)

mereka bersedih hati”. (QS. Al Baqarah : 112).23

Ayat-ayat tersebut di atas dengan jelas menggambarkan

keuntungan dari akhlak yang mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal

saleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan

21 Ahmad Amin. Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), h. 63.

22

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah,

2002), h. 47.

23

Departemen Agama RI, hal. 30.

 

Page 38: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

25

rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di

akhirat dengan masuknya ke dalam surga.

Aristoteles telah berkata: bila akhlak seseorang melebihi batasnya.

Maka supaya diluruskannya dengan keinginan pada sebaliknya. Dan bila

seorang terasa dirinya melampaui batas di dalam hawa nafsu, maka supaya

dilemahkan keinginan ini dengan zuhud (tidak mementingkan dan ketarik

kepada keduniaan). Hendaknya menjadi perhatian kita bahwa sebaiknya bagi

manusia bila ia akan melepaskan dirinya dari akhlak yang buruk, supaya

janganlah selalu memikirkannya. Bahkan bekerja dengan sungguh untuk

mewujudkan ditempatnya akhlak baru yang luhur, karena bila

memperpanjang fikiran terkadang mendatangkan kelemahan jiwa dan kurang

percaya kepada dirinya. Adapun bila ia menimbulkan barang baru yang baik

ditempat lama yang buruk, semangatlah jiwanya dan terbuka dihadapannya

pintu pengharapan. Maka barang siapa menjadi peminum umpamanya,

janganlah panjang memikirkan akan keadaannya, kecuali sekedar apa yang

dapat merubah perbuatan itu; lalu menghadapkan keinginannya kepada

perbuatan yang baharu seperti membaca buku yang menarik atau melakukan

perbuatan besar yang dapat memenuhi fikirannya dan melupakan miumnya.

Dan siapa yang biasa menyia-nyiakan waktunya ditempat permainan maka

supaya merencanakan bagi dirinya tindakan baharu yang berguna, dengan

demikian keinginan yang buruk berubah menjadi keinginan yang baik.24

Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan

hewani dan manusiawi. Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri

24 Ahmad Amin. Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), h. 66.

 

Page 39: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

26

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan hawa nafsu. Sementara

itu, perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan atas

pertimbangan rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur. Sebagai contoh,

perbuatan makan bisa dikategorikan perbuatan hewani dan bisa pula menjadi

perbuatan manusiawi. Apabila perbuatan makan tersebut dilakukan untuk

memenuhi keinginan hawa nafsu, perbuatan ini jatuh pada perbuatan hewani.

Namun, apabila perbuatan makan dilakukan bertujuan untuk memelihara

kehidupan dalam mencapai keutamaan dalam hidup, perbuatan tersebut jatuh

pada perbuatan manusiawi. Perbedaan antara kedua perbuatan ini tergantung

pada motivasi pelakunya, bukan pada perbuatannya. Perbuatan yang

bermotifkan hawa nafsu tergolong pada jenis perbuatan hewani dan perbuatan

bermotifkan rasio (akal) maka dinamakan perbuatan manusiawi.25

2. Metode Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan pertama dalam Islam. Hal

ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang

utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.26

Asep Umar Ismail dalam bukunya Tasawuf menjelaskan metode

mengembangkan potensi kebaikan yaitu :27

1. Metode al-sima’

25 Zar Sirajuddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 137

26 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010),

h. 158.

27

Asep Umar Ismail,dkk, Tasawuf, (Jakarta : Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 18.

 

Page 40: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

27

Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan

mengkondisikan anak sedemikian rupa agar senantiasa mendengar aktif

dan menyimak kalimat tayyibat, ungkapan yang santun, tutur kata yang

lembut, serta bahasa yang indah. Ketika anak baru dilahirkan, Rasulullah

SAW menganjurkan agar dibacakan adzan di telinga kanan dan iqamat di

telinga kiri. Anjuran Rasulullah SAW tersebut mengisyaratkan dua prinsip

penting. Pertama, bahwa al-sima’ yakni menyimak atau mendengar aktif

merupakan prinsip dalam pengembangan potensi anak. Kedua, bahwa

yang didengar itu dikondisikan sedemikian rupa agar yang tayyibat, yaitu

yang bernilai dan bermutu tinggi.

2. Metode al-abhsar

Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan

mengkondisikan anak sedemikian rupa agar senantiasa menyaksikan

contoh-contoh perilaku yang baik dari orang dewasa di sekitarnya. Metode

ini sangat menekankan adanya uswah atau keteladanan dalam pendidikan

akhlak.

3. Metode al-fu’adah

Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan

mengkondisikan anak sedemikian rupa agar: (1) mendapat pengertian dan

pemahaman yang benar tentang kebiasaan-kebiasaan positif yang didengar

dan disaksikannya dalam pengalaman hidup sehingga pemikiran anak

terbimbing dengan baik. (2) mendapat pengalaman berharga dari apa yang

didengar dan disaksikannya dalam pengalaman hidup sehingga perasaan

 

Page 41: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

28

anak memiliki kepekaan dalam menyikapi dan merespon keadaan

disekitarnya dengan tindakan yang cepat dan tepat.

4. Metode amaliah

Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan

mengkondisikan anak sedemikian rupa agar melakukan kebaikan-kebaikan

yang diharapkan menjadi akhlak anak. Tugas orang dewasa mengajak dan

melibatkan anak sedini mungkin dalam berbagai aktifitas ibadah, kegiatan

sosial dan keseharian yang positif yang dipadukan secara sinergi dengan

mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak melalui metode al-sima’,

al-abshar, al-fu’adah.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Abudin Nata dalam bukunya akhlak tasawuf menjelaskan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan

pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah dipopulerkan. Pertama aliran

nativisme, kedua aliran empirisme, ketiga aliran konvergensi.28

Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling mempengaruhi

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang

bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika

seseorang sudah memiliki pembawaan dan kecenderungan kepada yang baik,

maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

28 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2000), h. 154-155

 

Page 42: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

29

Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang

memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan, karena tampaknya

begitu yakin terhadap potensi batin yang ada pada diri manusia.

Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,

yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan yang diberikan, jika pembinaan

dan pendidikan yang diberikan kepada anak itu baik maka baiklah anak itu,

begitu juga sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan

yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

Aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi

faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu

pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi

dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang

ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.

Bila ajaran Islam sudah menjadi pedoman dan pilihan hidup, maka

pengaruhnya akan terlihat dalam sikap dan perilaku sehari-hari, serta

diharapkan dapat membentengi hidup dari berbagai persoalan yang timbul

sebagai bagian dari proses perjalanan hidup.

C. Masyarakat

Masyarakat merupakan kelompok manusia yang selama ini

dianggap sebagai hambatan antara hubungan yang terjadi didalam diri.

Hubungan sosial ada di masyarakat terdapat dengan tekanan kuat pada

molding, controlling, dan conditioning dalam ekspresi disposisi. Masyarakat

 

Page 43: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

30

adalah bentuk partisipatif kehidupan terhadap orang lain dan mempunyai

kesamaan dalam hubungan self-awareness (kesadaran pribadi), ideas,

affaction, dan keinginan.29

Masyarakat terbagi menjadi beberapa tipe yang dapat

membedakannya antara golongan masyarakat yang lain, yaitu :

1. Masyarakat-masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral

Masyarakat-masyarakat yang mewakili tipe pertama adalah masyarakat

yang kecil, terisolasi dan terbelakang. Tingkat perkembangan teknik

mereka rendah dan pembagian kerja atau pembidangan kelas-kelas sosial

mereka relative masih kecil. Keluarga adalah lembaga mereka yang

paling penting dan spesialisasi pengorganisasian kehidupan pemerintahan

dan ekonomi masih amat sederhana. Dan laju perubahan sosialnya masih

lambat.

2. Masyarakat-masyarakat pra-industri yang sedang berkembang

Masyarakat tipe kedua ini tidak begitu terisolasi, berubah lebih cepat,

lebih luas daerah-daerahnya dan lebih besar jumlah penduduknya, serta

ditandai dengan tingkat perkembangan teknologi yang lebih tinggi dari

pada masyarakat-masyarakat tipe pertama. Ciri-ciri umumnya adalah

pembagian kerja yang luas, kelas-kelas sosial yang beraneka ragam, serta

adanya kemampuan tulis baca sampai tingkat tertentu.

3. Masyarakat-masyarakat industri sekuler

29

Wardi Bactiar, M.S. Sosiologi Klasik. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

h. 161-162.

 

Page 44: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

31

Terdapat sejumlah sub-sub tipe di dalam kelompok masyarakat tipe ketiga

yang tidak dapat diutarakan secara memadai menurut tripologi kami.

Deskripsi di bawah ini jelas agak condong kepada masyarakat perkotaan

modern di Amerika Serikat. Akan tetapi yang disebut terakhir ini, karena

tingginya tingkat sekulerismenya, bisa dianggap sebagai salah-satu contoh

yang paling mirip dengan masyarakat tipe ketiga ini. Masyarakat-

masyarakat ini sangat dinamik. Teknologi semakin berpengaruh terhadap

semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian

terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian

dalam hubungan-hubungan kemanusiaan mereka sendiri.30

Masyarakat Madani

Wacana masyarakat madani dewasa ini semakin luas diperbincangkan oleh

banyak kalangan. Diberbagai forum ilmiah, konsep masyarakat madani

diperkenalkan sebagai wacana baru dalam khazanah Islam modern, yang

berimplikasi pula pada wacana politik kontemporer. Istilah masyarakat madani

sendiri oleh pengamat sosial dan politik tergolong baru, sebagai padanan dari

istilah “civil society” yang sebelumnya telah berkembang di Barat.31

Masyarakat madani belum termasuk tipe masyarakat ideal. Karena

tampaknya, sejumlah wacana yang dicoba diketengahkan sejumlah ahli tentang

apa yang dinamakan tipe masyarakat ideal terkesan sangat abstrak, idealis, bahkan

kadang utopis. Konsep-konsep yang mereka sajikan menampilkan modifikasi dan

30 Elizabeth K. Nottingham. Agama dan Masyarakat (Suatu Pengantar Sosiologi Agama).

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 49-60.

31

Nurcholish Madjid, Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah dan Ceramah,

(Jakarta: Nuansa Madani, 1999) hal. Vii.

 

Page 45: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

32

kombinasi beberapa tipe yang pernah ada. Dengan demikian, sebagaimana

dikatakan Akbar S. Ahmed, tipe masyarakat Islam ideal hanya merupakan ide

tentang suatu kenyataan, bukan wujud kenyataan itu sendiri.

Dengan hal ini, menurut Akbar S. Ahmed, dalam Islam ada dua unsur

utama yang saling menunjang dan saling melengkapi. Unsur pertama berasal dari

kitab dan unsur kedua bersumber dari kehidupan. Kitab yang dimaksud adalah

AlQur’an yang merupakan satu-satunya kitab orang Muslim, sedangkan

kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan Muhammad, yang disebut sunnah.

Kedua unsur tadi mengarahkan, memberi semangat, dan mempengaruhi

kehidupan orang Muslim sejak ia lahir ke dunia hingga meninggalkan dunia.

Dengan demikian, orang Muslim tidak hanya memiliki pedoman cara

pandang terhadap dunia (sebagaimana dituntunkan kitab suci), melainkan juga

tuntunan hidup di dunia (sebagaimana diteladankan oleh Rasul Allah yang agung,

Muhammad SAW).32

Menurut penulis, karakteristik masyarakat Kota Tangerang termasuk ke

dalam kategori masyarakat modern. Karena menurut pengalaman dan pengamatan

yang saya alami selama ini, masyarakat Kota Tangerang secara umum bersifat

rasional, bersikap terbuka, dan berpikir obyektif.

Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan

masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup

bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangkan

modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara

32 Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,

(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 17.

 

Page 46: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

33

harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di

suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.33

Masyarakat modern selanjutnya sering disebutkan sebagai lawan dari

masyarakat tradisional. Deliar Noer misalnya menyebutkan ciri-ciri modern

sebagai berikut :

1. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran, daripada

pendapat emosi. Sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih

dahulu untuk ruginya, dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang

menguntungkan.

2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah

yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.

3. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang

sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

4. Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik,

gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.

5. Berpikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan

kegunaannya bagi masyarakat.34

33 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010),

h. 279.

34

Deliar Noer, Pembangunan Di Indonesia, (Jakarta : Mutiara. 1987), h. 24.

 

Page 47: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan paradigma ilmiah.

Artinya, penelitian ini mengasumsikan bahwa kenyataan-kenyataan empiris

terjadi dalam suatu konteks sosio-kultural yang saling terkait satu sama lain.

Karena itu, menurut paradigma alamiah setiap fenomena sosial harus di

ungkap secara holistic. Sebaliknya penelitian kuantitatif menggunakan

paradigma ilmiah. Paradigma ini bermula dari positivisme yang menegaskan

bahwa segala sesuatu dikatakan ilmiah bila dapat diukur dan diamati secara

obyektif. Karena itu, paradigma ilmiah melahirkan berbagai bentuk

percobaan, perlakuan, pengukuran, dan uji-uji statistic yang berlatar belakang

laboraturium.1

Adapun desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian desain

deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat gambaran, lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan

fenomena yang diteliti.2

Penelitian desktiptif ialah sebuah penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam

1 M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori & Praktek). (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2002). h. 59.

2 Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: PrestasiPustakarya,

2006), h. 110.

 

Page 48: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

35

penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala

keagamaan.

Penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian eksploratif.

Penelitian eksploratif belum memiliki variebel yang menjadi fokus

pengamatan, karena peneliti belum banyak memperoleh informasi tentang

gejala keagamaan tersebut. Sedangkan penelitian deskriptif sudah memiliki

variabel yang menjadi fokus pengamatan. Dalam penelitian deskriptif,

variabel yang menjadi fokus pengamatan boleh lebih dari satu, sesuai minat

peneliti.3

Penelitian ini tidak harus ada batas waktu, agar peneliti bisa fokus

dengan objek penelitian. Karena penelitian seperti ini cukup memerlukan

banyak waktu. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi

dan wawancara (hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam

memperoleh data yang valid dari responden).

Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian dilakukan

semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena-fenomena

yang secara empiris untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain).

Dalam penelitian deskriptif memiliki beberapa cara yang dimana

dalam skripsi ini hanya dengan melakukan survei. Menurut Notoatmodjo

yang dimaksud dengan survei adalah suatu penelitian yang dilakukan

terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk

3

M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori & Praktek). (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2002). h. 22.

 

Page 49: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

36

menilai kondisi atau penyelenggaraansuatu program dan hasil penelitiannya

digunakan untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program

tersebut.4

B. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kementrian Agama Kota Tangerang

yang berlokasi di Kota Tangerang. Khususnya di lingkungan masyarakat

kecamatan Priuk Tangerang.

Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini disasari oleh

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Keberadaan penyuluh agama mempunyai arti penting dalam membangun

karakter umat, dan yang lebih berkewajiban dalam membimbing umat

adalah para penyuluh di Kementrian Agama, karena Kementerian Agama

memiliki tugas untuk membimbing masyarakat.

2. Lokasi penelitian tersebut cukup strategis, dekat dengan rumah penulis,

mudah dijangkau, hemat biaya dan tenaga.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di Kementrian Agama

Kota Tangerang.

4 Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: PrestasiPustakarya,

2006), h. 111

 

Page 50: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

37

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pendekatan-pendekatan atau penerapan metode

penyuluhan Islam yang digunakan penyuluh pada kegiatan penyuluhan dalam

membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang.

D. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam

sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian tersebut adalah

memperoleh data.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:

1. Observasi

Observasi adalah berusaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data

dengan melakukan pengamatan terhadap sesuatu kegiatan secara akurat,

serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan

antara aspek dalam fenomena tersebut.5 Dalam hal ini peneliti

mengadakan penelitian langsung terhadap proses kegiatan penyuluhan

dilokasi penelitian tersebut. Dalam observasi ini, apa yang dialami oleh

peneliti yang berhubungan dengan proses penyuluhan akan di catat dan di

tuangkan kedalam skripsi sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

2. Wawancara

Peneliti memperoleh data dari sang penyuluh dengan cara wawancara

mendalam, tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan penyuluh

5 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), Cet. Edisi Refisi, h. 37.

 

Page 51: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

38

tersebut untuk dijadikan sebagai data primer. Dan semua pembicaraan

direkam di dalam sebuah handphone.

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak terstruktur

dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering disebut juga

wawancara mendalam, wawancara intesif, wawancara kualitatif, dan

wawancara terbuka (openended interview), wawancara etnografis;

sedangkan wawancara terstruktur sering disebut juga wawancara baku

(standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan

sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga

sudah disediakan.6

Wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan secara

mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu, dengan tujuan tertentu

dan dengan bertanya secara langsung kepada sejumlah responden.7

3. Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam data

seperti yang tertulis, pengambilan photo, data statistik dan data-data di

perpustakaan atau instansi terkait lainnya yang dapat dijadikan analisa

untuk hasil dalam penelitian ini.8

6 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

Dan Ilmu Sosial Lainnya), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180.

7 Lexi J. Moleong, h. 38.

8 Ibid., h. 39.

 

Page 52: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

39

E. Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, tanya

jawab secara langsung atau tatap muka dengan informan, yaitu penyuluh

agama dan masyarakat kota Tangerang. Khususnya di lingkungan

masyarakat Kecamatan Priuk Tangerang.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan

dengan penelitian baik dari instansi pemerintah-swasta atau berbagai

referensi buku, majalah, surat kabar yang bersangkutan dalam penelitian

ini.

F. Fokus Pertanyaan Penelitian

1. Peran penyuluh agama

a. Sebagai agen perubahan

b. Sebagai penemu solusi

c. Sebagai pendamping

d. Sebagai perantara

2. Metode pembinaan akhlak

a. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung kontinyu

b. Memberi teladan

 

Page 53: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

40

G. Konsep Operasional Menurut Informan

1. Peran penyuluh adalah sebagai agen perubahan kepada masyarakat untuk

lebih siap menerima perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik untuk

memberdayakan dan memperkuat kemampuan mereka melalui proses

kegiatan pembinaan, agar terjadi perubahan perilaku pada diri

stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam

proses pembinaan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya,

mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan

diharapkan mereka dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Penyuluh sebagai perantara adalah orang yang mampu membantu

masyarakat agar mereka mau berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan,

orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi masyarakat,

mampu memberi dukungan, mampu memberikan fasilitas.

2. Metode pembinaan akhlak merupakan tumpuan pertama dalam Islam.

Pembinaan akhlak yang baik yaitu pembinaan akhlak yang disertai

dengan contoh, karena jika sudah ada contoh yang baik masyarakat akan

lebih mudah mengikuti dan dakwah yang baik itu adalah dengan dialog.

Karena dengan dialog, dakwah akan lebih mudah diterima oleh

masyarakat. Dan masyarakat pun akan lebih leluasa untuk bertanya secara

mendalam kepada penyuluh mengenai masalah-masalah yang sedang

mereka hadapi dalam kehidupannya.

 

Page 54: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

41

H. Asumsi Peneliti

Peneliti dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa peran

penyuluh agama di masyarakat khususnya di Kecamatan Priuk, Cimone dan

Cipondoh adalah sebagai pembangkit kesadaran masyarakat. Hal tersebut

didasarkan pada pengamatan peneliti di lokasi penelitian, belakangan ini

ternyata masyarakat banyak yang tergerak untuk lebih bersosialisasi di

lingkungan masyarakat karena ada dorongan dari sang penyuluh. Dan

masyarakat menjadi lebih peduli kepada sesama, bukan hanya kepada sesama

umat muslim saja melainkan juga kepada masyarakat yang beragama non

muslim.9

Mengapa baru belakangan ini masyarakat muslim lebih

bersosialisasi di masyarakat, peneliti menduga bahwa masyarakat merasa

canggung untuk lebih bersosialisasi di lingkungan masyarakat karena

mayoritas penduduk di lokasi penelitian adalah masyarakat yang beragama

non muslim. Oleh karena itu masyarakat butuh dorongan dari sang penyuluh

agar tidak canggung dan ragu-ragu untuk bersosialisasi di lingkungan

masyarakat khususnya pada lingkungan yang mayoritas penduduknya adalah

umat non muslim.

Peneliti dalam penelitian ini juga mengasumsikan bahwa peran

penyuluh agama di masyarakat khususnya di Kecamatan Priuk, Cimone dan

Cipondoh selain sebagai pembangkit kesadaran masyarakat yaitu juga sebagai

penyampai informasi. Hal tersebut didasarkan pada pengamatan dan

wawancara peneliti di lokasi penelitian, ternyata masih banyak masyarakat

9

Hasil pengamatan dan wawancara peneliti saat mengunjungi lokasi di Perumahan

Cimone Mas Permai pada tanggal 12 Februari 2012.

 

Page 55: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

42

yang buta terhadap ilmu agama. Karena ketika diadakan sesi tanya jawab,

masyarakat sangat antusias dan bertanya sangat detail kepada sang penyuluh.

Dan pertanyaan-pertanyaan itu menurut saya adalah termasuk ke dalam dasar-

dasar agama Islam. Bahkan ada beberapa masyarakat yang menyampaikan

masalah di kehidupannya agar dapat mendapat pencerahan atau solusi dari

permasalahan yang dialaminya itu. Jadi masyarakat masih masih sangat

membutuhkan pendidikan dan informasi dari para penyuluh, khususnya para

penyuluh dari Kementrian Agama.10

I. Teknik Analisa Data

Setelah penulis mendapatkan data-data dan informasi yang

dibutuhkan, maka dalam analisisnya teknik yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menelusuri tema, membuat gugus, menulis memo, dan lain sebagainya

dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan, dan

mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang

terkumpul dapat diverifikasi.

2. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

10 Hasil pengamatan dan wawancara peneliti saat mengunjungi lokasi di Perumahan

Cimone Mas Permai pada tanggal 5 Februari 2012.

 

Page 56: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

43

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam teks

naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan, dan

bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang

tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir

penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dari

verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang

disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang

dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan dan

kekokohannya.11

J. Teknik Pemeriksaan Data

Teknik pemeriksaan data memiliki sejumlah kriteria tertentu, yaitu:

1. Derajat kepercayaan, yaitu melaksanakan penelitian sedemikian rupa

sehingga tingkat kepercayaannya dapat dicapai. Atau dengan kata lain

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Artinya peneliti melakukan penelitian sedemikian rupa dengan melakukan

observasi, wawancara, catatan lapangan terhadap penyuluh agama

berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan pada kenyataan-

kenyataan di lapangan.

2. Keteralihan, yaitu seorang peneliti hendaknya mencari dan

mengumpulkan kejadian empiris data dan kesamaan konteks. Artinya

11 Husnaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), cet 1 edisi 2, h. 85-87.

 

Page 57: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

44

sampel yang peneliti teliti diharapkan mampu menggenalisir, sehingga

penemuan penelitian yang diperoleh oleh sampel yang secara

representative mewakili populasi pemulung dengan mencari dan

mengumpulkan kejadian-kejadian yang diamati untuk mencari kesamaan

konteks.

3. Kebergantungan, yaitu peneliti bergantung kepada kemampuan peneliti

sendiri untuk melakukan penelitian terhadap penyuluh agama secara

berulang-ulang sehingga mencapai suatu kondisi yang sama dan hasil

secara esensi sama pula.

4. Kepastian peneliti dengan responden berharap memiliki kesepakatan apa

yang diinginkan peneliti terhadap apa yang ditelitinya terhadap responden

dengan tidak menyampingkan data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, catatan lapangan maupun dokumentasi sehingga mampu

dipertanggung jawabkan dan dapat dipastikan kebenarannya serta faktual.

 

Page 58: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

45

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Profil Kementerian Agama Kantor Kota Tangerang1

1. Sejarah Kementerian Agama

Pada masa penjajahan Belanda urusan agama ditangani berbagai

instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah

agama secara resmi diurus satu lembaga yaitu Departemen Agama.

Keberadaan Departemen Agama dalam struktur pemerintah Republik

Indonesia melalui proses panjang. Sebagai bagian dari pemerintah negara

Republik Indonesia ; Departemen Agama (awalnya bernama Kementerian

Agama) didirikan pada 3 Januari 1946. Dasar hukum pendirian ini adalah

Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor I/SD tertanggal 3 Januari 1946.

Apabila pada zaman penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang

masalah-masalah Agama, terutama Islam, menjadi bagian dari

pemerintahan penjajah, maka wajar dan dapat dipahami jika umat Islam

pada masa kemerdekaan menuntut adanya lembaga yang secara khusus

menangani masalah-masalah agama dalam bentuk Kementerian Agama.

Mohammad Yamin adalah orang yang mula-mula mengusulkan

dalam salah satu sidang BPUPKI agar pemerintah Republik Indonesia, di

samping mempunyai kementerian pada umumnya, seperti luar negeri,

dalam negeri, keuangan, dan sebagainya, membentuk juga beberapa

1 http://kemenag.go.id/

 

Page 59: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

46

kementerian negara yang khusus. Salah satu kementerian yang

diusulkannya ialah Kementerian Islamiyah, yang katanya memberi

jaminan kepada umat Islam (masjid, langgar, surau, wakaf) yang di tanah

Indonesia dapat dilihat dan dirasakan artinya dengan kesungguhan hati.

Tetapi meskipun beberapa usulnya tentang susunan negara bisa diterima

dan menjadi bagian dan UUD 1945, usulnya tentang ini tidak begitu

mendapat sambutan. Mungkin karena ketika ia mengajukan usul ini

Jakarta Charter atau Piagam Jakarta dengan tujuh kata bertuah yang

merupakan kompromi antara golongan Islam dan kebangsaan telah

tercapai. Ucapan Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam

bagi pemeluknya telah mencakup semuanya, hanya saja setelah

Proklamasi Kemerdekaan telah diucapkan dan konstitusi harus disyahkan

dalam rapat yang diadakan pada tanggal 18 Agustus, atas usul Bung

Hatta, yang didukung oleh beberapa tokoh Islam, PPKI mengganti tujuh

kata bertuah itu, dengan Ketuhanan yang Maha Esa.

Dalam rapat tersebut, Latuharhary, seorang tokoh Kristen dari

Maluku, mengusulkan kepada rapat agar masalah-masalah agama diurus

Kementerian Pendidikan. Abdul Abbas, seorang wakil Islam dari

Lampung, mendukung usul agar urusan agama ditangani Kementerian

Pendidikan. Iwa Kusumasumatri, seorang nasionalis dari Jawa Barat,

setuju gagasan perlunya Kementerian Agama tetapi karena pemerintah itu

sifatnya nasional, agama seharusnya tidak diurus kementerian khusus. Ia

sependapat dengan pikiran Latuharhary. Ki Hadjar Dewantoro, tokoh

pendidikan Taman Siswa, lebih suka urusan-urusan agama mejadi tugas

 

Page 60: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

47

Kementerian Dalam Negeri. Dengan penolakan beberapa tokoh penting

ini, usul Kementerian Agama akhirnya ditolak. Hanya enam dari 27

Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang setuju

didirikannya Kementerian Agama.

Ketika Kabinet Presidential dibentuk di awal bulan September

1945, jabatan Menteri Agama belum diadakan. Demikian halnya, di bulan

Nopember, ketika kabinet Presidential digantikan oleh kabinet

parlementer, di bawah. Perdana Menteri Sjahrir. Usulan pembentukan

Kementerian Agama pertama kali diajukan kepada BP-KNIP (Badan

Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat) pada tanggal 11 Nopember

1946 oleh KH. Abudardiri, KH. Saleh Suaidy, dan M. Sukoso

Wirjosaputro, yang semuanya merupakan anggota KNIP dari Karesidenan

Banyumas. Usulan ini mendapat dukungan dari Mohammad Natsir,

Muwardi, Marzuki Mahdi, dan Kartosudarmo yang semuanya juga

merupakan anggota KNIP untuk kemudian memperoleh persetujuan BP-

KNIP.

Kelihatannya, usulan tersebut kembali dikemukakan dalam sidang

pleno BP-KNIP tanggal 25-28 Nopember 1945 bertempat di Fakultas

Kedokteran UI Salemba. Wakil-wakil KNIP Daerah Karesidenan

Banyumas dalam pemandangan umum atas keterangan pemerintah

kembali mengusulkan, antara lain; Supaya dalam negara Indonesia yang

sudah merdeka ini janganlah hendaknya urusan agama hanya

disambillalukan dalam tugas Kementerian Pendidikan, Pengajaran &

 

Page 61: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

48

Kebudayaan atau departemen-departemen lainnya, tetapi hendaknya

diurus oleh suatu Kementerian Agama tersendiri.

Usul tersebut mendapat sambutan dan dikuatkan oleh tokoh-tokoh

Islam yang hadir dalam sidang KNIP pada waktu itu. Tanpa pemungutan

suara, Presiden Soekarno memberi isyarat kepada Wakil Presiden

Mohamad Hatta, yang kemudian menyatakan, bahwa Adanya

Kementerian Agama tersendiri mendapat perhatian pemerintah. Sebagai

realisasi dari janji tersebut, pada 3 januari 1946 pemerintah mengeluarkan

ketetapan NO.1/S.D. yang antara lain berbunyi: Presiden Republik

Indonesia, Mengingat: Usul Perdana Menteri dan Badan Pekerja Komite

Nasional Pusat, memutuskan: Mengadakan Departemen Agama.

Keputusan dan penetapan pemerintah ini dikumandangkan di udara oleh

RRI ke seluruh dunia, dan disiarkan oleh pers dalam, dan luar negeri,

dengan H. Rasjidi BA sebagai Menteri Agama yang pertama.

Pembentukan Kementerian Agama segera menimbulkan

kontroversi di antara berbagai pihak. Kaum Muslimin umumnya

memandang bahwa keberadaan Kementerian Agama merupakan suatu

keharusan sejarah; Ia merupakan kelanjutan dari instansi yang bernama

Shumubu (Kantor Urusan Agama) pada masa pendudukan Jepang, yang

mengambil presiden dari Het Kantoor voor Inlandsche Zaken (Kantor

untuk Urusan Pribumi Islam pada masa kolonial Belanda. Bahkan

sebagian Muslim melacak eksistensi Kementerian Agama ini lebih jauh

lagi, ke masa kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan, yang sebagiannya

 

Page 62: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

49

memang memiliki struktur dan fungsionaris yang menangani urusan-

urusan keagamaan.

Tetapi argumen ini dibantah oleh dokumen resmi yang diterbitkan

pemerintahan Soekarno. Dalam buku 20 Tahun Indonesia Merdeka, jilid

VII, dinyatakan bahwa di zaman kolonial Belanda, soal-soal yang

bertalian dengan urusan agama diurus terpencar-pencar dalam beberapa

departemen. Sebagai contoh soal urusan haji, perkawinan, pengajaran

agama diurus oleh Departement van Binnenland sche Zaken sic, atau

Departemen urusan-urusan Dalam Negeri. Soal Mahkamah Islam Tinggi,

Raad Agama (peradilan agama) serta penasihat Pengadilan Negeri diurus

oleh Departement van justitie dan lain sebagainya. Kemudian di zaman

penjajahan Jepang, urusan agama itu dipegang oleh Shumubu, sebagai

bagian dari Gunseikanbu, sedang di daerah-daerah diurus oleh Shumuka

sebagai bagian dari pemerintah keresidenan. Oleh karena itu, keberadaan

Departemen Agama adalah suatu departemen yang baru, yang tidak ada

hubungannya dengan zaman penjajahan, karena ia dilahirkan seiring

dengan Proklamasi Rakyat Indonesia menentang penjajahan itu. Ia

ditampilkan ke tengah-tengah forum perjuangan oleh rakyat yang

berjuang itu sendiri sebagai cermin jiwa dan kehendak aspirasi rakyat

terbesar.

Dengan dukungan penuh dan sambutan positif dari segenap umat

beragama maka kiprah Departemen Agama dapat berjalan dengan lancar,

hingga akhirnya dapat membentuk instansi Departemen Agama di daerah-

 

Page 63: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

50

daerah tingkat I (Provinsi) di seluruh wilayah Indonesia termasuk Kota

Tangerang.

2. Visi dan Misi Kementerian Agama Kota Tangerang

a. Visi

Menjadikan masyarakat Kota Tangerang mempunyai moral dan SDM

yang baik.

b. Misi

1. Menciptakan pegawai di lingkungan Kandepag Kota Tangerang

yang berpendidikan dan agamis

2. Meningkatkan kualitas SDM

3. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat

4. Meningkatkan pelayanan prima

5. Meningkatkan kerukunan umat beragama

3. Fungsi Kementerian Agama

Berikut ini adalah fungsi Kementerian Agama Republik Indonesia yang

diberlakukan juga di Kementerian Agama Kota Tangerang, yaitu:

a. Memberi bimbingan, pemahaman, pengamalan, dan pelayanan

kehidupan beragama

b. Menanamkan penghayatan moral dan etika keagamaan

c. Membina kualitas pendidikan umat beragama

d. Membina kualitas penyelenggaraan ibadah haji

e. Memberdayakan umat beragama dan lembaga keagamaan

 

Page 64: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

51

4. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASIKEMENTERIAN AGAMA KANTOR KOTA TANGERANG

KMA NOMOR: 373 TAHUN 2002 TIPOLOGI 1.A

KEPALA KANTOR

Drs. H. ZAENAL ARIFIN, MM

NIP. 195911111987031001

GAMBAR 1

KEPALA SEKSIURUSAN AGAMA ISLAM

Drs. H. M. NASHARUDDIN, M.AgNIP. 195804051982031003

KEPALA SEKSI PENYELENGGARA HAJI DAN UMRAH

Drs. H. ARIEF FACHRUDIN, M.PdNIP. 195904301990031001

KEPALA SEKSIMADRASAH DAN PENDIDIKAN ISLAM

PADA SEKOLAH UMUM

Drs. H. YAHYA ISKANDAR, M.PdNIP. 196003121991031001

KEPALA SEKSIPENDIDIKAN KEAGAMAANDAN PONDOK PESANTREN

H. MUDINI S, S.Sos.INIP. 196104041994031001

KEPALA SEKSIPENDIDIKAN PADA MASYARAKAT

DAN PEMBERDAYAAN MASJID

Drs. H. A. NACHROWI, M.PdNIP. 195810091987031002

PENYELENGGARAZAKAT DAN WAKAF

H. SAMSUDIN, S.Ag, MMNIP. 196902222000031002

KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA

Drs. H. M. NAJIB, M.SiNIP. 196706030994031002

STRUKTUR & TUPOKSI

(TUGAS POKOK DAN FUNGSI)

SEKSI PENDIDIKAN KEAGAM AAN PADA M ASYARAKAT DAN PEM BERDAYAAN M ASJID

KEM ENTERIAN AGAM A KANTOR KOTA TANGERANG

R IZ K I WA L U D IN

N IP. 1 9 7 0 1 0 0 6 2 0 0 3 1 2 1 0 0 3

U ra ia n Tug a s

Pen g elo la D IPA

Pen g elo la PA H

Pen g elo la B an tu an

A H M A D SA N U SI

N IP.

U ra ia n Tug a s

E n try D ata

Su ra t M en y u ra t

Pen g arsip an

PE N Y U L U H A G A M A ISL A M

(PN S)

U ra ia n Tug a s

M em b er ik an Pen y u lu h an

K eag am aan Pad a

M asy arak a t

K E PA L A SE K SI PE N A M A S

D rs. H . A . N A H R O W I, M .Pd

N IP. 1 9 5 8 1 0 0 9 1 9 8 7 0 3 1 0 0 2

D E W I WA H Y U N I

N IP. 1 9 7 2 0 6 0 2 2 0 0 5 0 1 2 0 0 3

U ra ia n Tug a s

B en d ah ara Pem b an tu Pen g elu aran (B PP)

Pen g elo la I jin T PQ , T K Q , M T

R ek o m en d asi Saran a Ib ad ah

Pelap o ran

GAM BAR 1.A

B. Tipologi Masyarakat Kota Tangerang

Menurut penulis, karakteristik masyarakat Kota Tangerang

termasuk ke dalam kategori masyarakat modern. Hal ini dikarenakan

berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang penulis alami selama ini,

 

Page 65: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

52

masyarakat Kota Tangerang secara umum bersifat rasional, bersikap terbuka,

dan berpikir obyektif.

Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan

modern. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta

mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia (himpunan orang

yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu).

Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan

demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang

yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang

bersifat mutakhir.2

Masyarakat modern selanjutnya sering disebutkan sebagai lawan

dari masyarakat tradisional. Deliar Noer misalnya menyebutkan ciri-ciri

modern sebagai berikut :

1. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran, daripada

pendapat emosi. Sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih

dahulu untuk ruginya, dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang

menguntungkan.

2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah

yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.

3. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang

sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

4. Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik,

gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.

2 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2010), h. 279.

 

Page 66: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

53

5. Berpikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan

kegunaannya bagi masyarakat.3

Ciri-ciri di atas menurut penulis sudah mencerminkan masyarakat

Kota Tangerang khususnya Kecamatan Priuk. Karena berdasarkan dari

pengamatan yang peneliti lakukan selama penelitian, masyarakat Kota

Tangerang secara umum bersifat rasional, bersikap terbuka dan berpikir

positif. Hal ini dibuktikan dengan ketika ada masalah dengan keyakinan

jamaah yang berbeda aliran, masyarakat tidak mempermasalahkan itu karena

menurut masyarakat selama masih mengacu kepada Al Quran dan Al Hadits,

itu semua masih termasuk kepada Islam. Selanjutnya masyarakat selalu

datang lebih awal ketika pembinaan akhlak, hal ini membuktikan bahwa

masyarakat sangat menghargai waktu dan masyarakat selalu berpikir untuk

masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat

sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.4

3 Deliar Noer, Pembangunan Di Indonesia, (Jakarta : Mutiara. 1987), h. 24.

4 Berdasarkan hasil observasi peneliti di lokasi penelitian, Mesjid Al Quba Perumahan

Cimone Mas Permai pada tanggal 12 Februari 2012.

 

Page 67: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

54

BAB V

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

A. Peran Penyuluhan Agama Di Kementerian Agama Kota Tangerang

Peran penyuluh di kementerian agama Kota Tangerang adalah

sebagai agen perubahan kepada masyarakat untuk lebih siap menerima

perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan

memperkuat kemampuan mereka melalui proses kegiatan pembinaan, agar

terjadi perubahan perilaku pada diri stakeholders (individu, kelompok,

kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembinaan, demi terwujudnya

kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin

sejahtera secara berkelanjutan diharapkan mereka dapat memecahkan

masalah yang sedang dihadapi. Penyuluh sebagai perantara adalah orang yang

mampu membantu masyarakat agar mereka mau berpartisipasi dalam

kegiatan pembinaan, orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi

masyarakat, mampu memberi dukungan, mampu memberikan fasilitas.

Penyuluh di Kementerian Agama belum seluruhnya menjalankan

perannya dengan sebenar-benarnya. Hal ini disebabkan kebanyakan dari

penyuluh hanya sekedar menjalankan kewajiban atau pekerjaan, masih sangat

sedikit penyuluh yang benar-benar memikirkan perkembangan masyarakat

muslim di Kota Tangerang khususnya. Bahkan beberapa dari masyarakat ada

yang tidak tahu bahwa penyuluh itu adalah penyuluh yang ditugaskan dari

Kementerian Agama Kota Tangerang. Mungkin hal ini seperti yang dikatakan

oleh KH. Hasan Basri, pria kelahiran Tangerang 17 Agustus 1958 ketika

 

Page 68: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

55

diwawancarai dengan saya. Beliau adalah seorang penyuluh dari kementerian

agama Kota Tangerang yang mengenyam pendidikan D3 Tarbiyah. Beliau

berkata bahwa penyuluh-penyuluh di Kementerian Agama banyak yang

masih minder atau tidak percaya diri ketika berdakwah, karena di lingkungan

masyarakat itu sendiri banyak ustadz-ustadz dan ulama yang ikut bergabung

ke dalam majelis sehingga para penyuluh banyak yang merasa tidak percaya

diri. Berikut kutipan wawancara dengan narasumber.

“Yang saya liat para penyuluh mereka jarang melakukan

pendekatan kepada masyarakat, apa alasannya, yang tadi itu

karena keilmuannya kurang, sedangkan di masyarakat banyak

alim ulama, tokoh masyarakat, terkadang mereka mau bicara

saja bingung kan, karena ilmu yang dimiliki masih kalah banyak

dari masyarakat, kadang-kadang jadi minder. Jadi masih kurang

sekali penyuluhan dari kementrian agama, dan dari masyarakat

juga ada pesantren yang kualitasnya lebih hebat gurunya, lebih

hebat pimpinannya dari penyuluh tadi. Jadi mereka kurang

menguasai, kurang mau menambah ilmu, kurang mau

melakukan pendekatan kepada masyarakat, kurang mau turun

menyampaikan informasi kepada masyarakat”.1

Menurut KH. Hasan Basri, seorang penyuluh itu harus bisa

memberikan peranan yang jelas kepada masyarakat. Harus bisa memberikan

penerangan kepada masyarakat, walaupun di lingkungan masyarakat sudah

ada mubaligh, ada pimpinan pesantren, dan lain sebagainya, penyuluh pun

harus terjun ke masyarakat. Jadi tidak boleh minder dan merasa tidak percaya

diri, karena masyarakat sangat membutuhkan penerangan dari seorang

penyuluh. Berikut kutipan wawancara dengan KH. Hasan Basri.

“Penyuluh itukan dari kata suluh, suluh berarti penerang,

seorang penyuluh harus bisa memberi peranan yang jelas kepada

masyarakat. Tentang ibadah, sholat segala macam, jelas

ucapannya dipahami oleh masyarakat dan juga ditopang oleh

1 Wawancara pribadi dengan KH. Hasan Basri, Kementerian Agama Kota Tangerang, 4

Maret 2012.

 

Page 69: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

56

dalil. Yang seperti itu yang bagus, jadi jangan cuma dengan

ngomong, tapi harus diikuti dengan dalil, Al Quran dan hadits.

Yang kedua bicara harus jelas, harus transparan supaya

masyarakat paham dari ucapan kita. Jadi asal katanya dari suluh,

yaitu orang yang harus melakukan penerangan kepada

masyarakat di bidang agama disamping ada para mubaligh, ada

pimpinan pesantren, penyuluh pun harus terjun ke masyarakat.”2

Peneliti dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa peran

penyuluh agama di masyarakat khususnya di Kecamatan Priuk, Cimone dan

Cipondoh adalah sebagai pembangkit kesadaran masyarakat. Hal tersebut

didasarkan pada pengamatan peneliti di lokasi penelitian, belakangan ini

ternyata masyarakat banyak yang tergerak untuk lebih bersosialisasi di

lingkungan masyarakat karena ada dorongan dari sang penyuluh. Dan

masyarakat menjadi lebih peduli kepada sesama, bukan hanya kepada sesama

umat Muslim saja melainkan juga kepada masyarakat yang beragama non

Muslim.3

Peneliti dalam penelitian ini juga mengasumsikan bahwa peran

penyuluh agama di masyarakat khususnya di Kecamatan Priuk, Cimone dan

Cipondoh selain sebagai pembangkit kesadaran masyarakat yaitu juga sebagai

penyampai informasi. Hal tersebut didasarkan pada pengamatan peneliti di

lokasi penelitian, ternyata masih banyak masyarakat yang buta terhadap ilmu

agama. Masih banyak masyarakat yang tidak bisa membaca Al Quran, ketika

sang penyuluh menyuruh masyarakat membaca Al Quran secara bergantian

ternyata banyak masyarakat yang masih belum bisa membaca Al Quran.

Bahkan ada seorang jamaah yang bertanya mengenai rukun Islam, yang

2 Wawancara pribadi dengan KH. Hasan Basri, Kementerian Agama Kota Tangerang, 4

Maret 2012.

3 Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di Perumahan Cimone Mas Permai

pada tanggal 12 Februari 2012.

 

Page 70: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

57

seharusnya sudah menjadi dasar pengetahuan mereka. Selanjutnya ketika

diadakan sesi Tanya jawab, masyarakat sangat antusias dan bertanya sangat

detail kepada sang penyuluh. Dan pertanyaan-pertanyaan itu menurut saya

adalah termasuk ke dalam dasar-dasar agama Islam. Bahkan ada beberapa

masyarakat yang menyampaikan masalah di kehidupannya agar dapat

mendapat pencerahan atau solusi dari penyuluh atas permasalahan yang

dialaminya itu. Jadi masyarakat masih sangat membutuhkan pendidikan dan

informasi dari para penyuluh, khususnya para penyuluh dari Kementrian

Agama.4

Dalam teori peran penyuluh agama dikenal dengan istilah penyuluh

sebagai fasilitator yaitu animasi sosial menggambarkan kemampuan petugas

sebagai agen perubah atau pemberdaya masyarakat untuk membangkitkan

energi, inspirasi, antusiasme masyarakat, termasuk di dalamnya

mengaktifkan, menstimuli dan mengembangkan motivasi masyarakat untuk

bertindak.5 Dalam upaya memberdayakan masyarakat tidak jarang juga harus

menyampaikan informasi yang mungkin belum diketahui oleh sasarannya.

Dengan hanya memberikan informasi yang relevan mengenai suatu masalah

yang sedang dihadapi komunitas sasaran tidak jarang dapat menjadi peran

yang bermakna terhadap komunitas tersebut.6 Dalam hal ini membantu

masyarakat mengenali diri sendiri, mendiagnosa masalah dan menetapkan

tujuan yang ingin dicapai. Membantu masyarakat dalam memperoleh sumber-

4 Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di Perumahan Cimone Mas Permai

pada tanggal 5 Februari 2012. 5Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan

Sosial”. (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 199. 6Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan

Sosial”. (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 209.

 

Page 71: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

58

sumber informasi, sarana dan prasarana dalam mengevaluasi kemanfaatan

suatu solusi dalam memenuhi kebutuhan mereka dan mengantisipasi

permasalahan yang mungkin akan timbul di masa yang akan datang.

Dari keterangan di atas peneliti menyimpulkan, bahwa peran

penyuluh di Kementerian Agama dalam membina akhlak umat pada

masyarakat Kota Tangerang adalah sebagai fasilitator, sebagai animasi sosial,

pembangkit kesadaran masyarakat, dan sebagai penyampai informasi. Namun

demikian, tidak dipungkiri bahwa secara fakta, penyuluh dari Kementerian

Agama yang menjadi pelaksana teknis program penyuluhan di masyarakat,

sejauh ini masih dihadapkan pada sejumlah problem, sebagaimana sejumlah

problem yang terjadi dalam program penyuluhan yaitu persoalan sikap mental

dan pengetahuan serta keterampilan, seperti: budaya kerja lemah, kurang

inisiatif dan lebih banyak menunggu perintah, dan kurang kesungguhan

dalam pekerjaan, orientasi pada pencapaian hasil dalam pelaksanaan tugas

masih kurang.

B. Metode Penyuluhan KH. Hasan Basri

Metode pembinaan akhlak merupakan tumpuan pertama dalam

Islam. Pembinaan akhlak yang baik yaitu pembinaan akhlak yang disertai

dengan contoh, karena jika sudah ada contoh yang baik masyarakat akan

lebih mudah mengikuti dan dakwah yang baik itu adalah dengan dialog.

Karena dengan dialog, dakwah akan lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Dan masyarakat pun akan lebih leluasa untuk bertanya secara mendalam

 

Page 72: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

59

kepada penyuluh mengenai masalah-masalah yang sedang mereka hadapi

dalam kehidupannya.

Kegiatan pembinaan akhlak pada masyarakat Kota Tangerang

khususnya di Kecamatan Priuk sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan

kegiatan-kegiatan ceramah Islam di masyarakat pada umumnya. Tetapi

pembinaan akhlak yang dilakukan oleh KH. Hasan Basri cukup menarik dan

dapat membuat masyarakat menjadi lebih semangat mengikuti pembinaan

akhlak tersebut. KH. Hasan Basri selalu memberikan makalah pada setiap

pembinaan akhlak, hal itu dilakukan agar masyarakat tahu dan mengerti apa

yang sedang penyuluh jelaskan kepada mereka dan agar masyarakat yang

terlambat menghadiri pembinaan akhlak bisa membaca pembahasan awal dari

makalah tersebut.7

Metode yang digunakan KH. Hasan Basri itu ada tiga macam, yang

pertama secara dialog langsung, yang kedua Tanya jawab, dan yang ketiga

ceramah umum. Selanjutnya menurut KH. Hasan Basri metode tersebut

sangat disenangi masyarakat terutama dengan adanya makalah yang

disiapkan KH. Hasan Basri untuk dibagikan kepada masyarakat setiap

pembinaan akhlak. Berikut kutipan wawancaranya.

“Ada tiga, di suraat 16:125. Yang pertama secara dialog

langsung, yang kedua Tanya jawab, dan yang ketiga ceramah

umum. Rata-rata metode yang saya sampaikan seperti saya

ngajar pakai photo copy, saya terangkan, Tanya jawab itu

disenangi. Jadi metode yang saya terapkan dengan cara saya

alhamdulillah bisa diterima, diresapi oleh mereka. Yang kedua

mereka itu dengan ada materi yang saya tulis dan saya photo

7 Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di Perumahan Cimone Mas Permai

pada tanggal 5 Februari 2012.

 

Page 73: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

60

copy paling tidak dibawa pulang dan ada kenang-kenangan, dan

paling tidak bisa mereka pelajari lagi di rumah.”8

Metode seperti ini pun disenangi oleh masyarakat Kota Tangerang

khususnya masyarakat di Kecamatan Priuk. Mereka berbondong-bondong

menghadiri pembinaan akhlak tersebut, dan bahkan tidak sedikit masyarakat

yang mengajak anak remaja mereka untuk mengikuti pembinaan akhlak

tersebut dengan harapan anaknya itu bisa memiliki akhlak yang baik. Salah

seorang masyarakat juga menyampaikan bahwa metode yang digunakan oleh

KH. Hasan Basri adalah yang paling baik, berikut wawancara penulis dengan

narasumber yang bernama H. Mansur, lahir di Kuningan 9 November 1947.

Beliau adalah jamaah sekaligus ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di

Masjid Al-Muhajirin Perumahan Cimone Mas Permai, beliau mengatakan:

“Metode.. jadi gimana yaa ini jawabnya.. Dia sih selalu..

metodenya selalu berpedoman pada Al Quran dan Hadits yang

saya tau ya.. jadi dan dia memberikan juga apa namanya..

sebelum dia tausiyah sebelum dia ceramah dia berikan

makalahnya kemudian dia jelaskan itu dan semua dia yang

photo copy.. Menurut saya baik.. karena sebelum

menyampaikan ceramah seperti itu tadi memberikan catatan-

catatan mengenai inti yang akan dijelaskan... dan Bapak KH.

Hasan Basri paling baik.”9

Tidak hanya di perumahan Cimone Mas Permai saja metode

tersebut disenangi masyarakat, di perumahan Bugel Mas Indah pun demikian.

Salah seorang jamaah masjid Al Furqon juga merasa senang dengan metode

yang disampaikan oleh KH. Hasan Basri. Hal ini disampaikan oleh ustadz

8 Wawancara pribadi dengan KH. Hasan Basri, Kementerian Agama Kota Tangerang, 4

Maret 2012.

9 Wawancara pribadi dengan ustadz H. Mansur, di Masjid Al-Muhajirin Perumahan

Cimone Mas Permai, tanggal 5 Februari 2012.

 

Page 74: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

61

Haetami, pria yang lahir di Serang 10 Januari 1960. Beliau mengatakan

bahwa metode yang digunakan oleh KH. Hasan Basri adalah sesuai dengan

yang diinginkan masyarakat. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan

narasumber.

“Memang sesuai dengan kebutuhan di sini, kebutuhannya

memang seperti itu, ceramah Tanya jawab masyarakat di sini

memang senengnya ceramah Tanya jawab, kalau kajiannya

ilmiah malah masyarakat di sini kurang suka.”10

Jadi metode yang digunakan oleh penyuluh di Kementerian Agama

dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah yang

pertama secara dialog langsung dengan masyarakat, yang kedua penyuluh

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya kepada sang

penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan tentunya sesuai

dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan dakwah bil hikmah.

C. Bentuk Pembinaan Akhlak Oleh Penyuluh Pada Masyarakat Kota

Tangerang

Dalam kegiatan pembinaan akhlak pada masyarakat, penyuluh dari

Kementerian Agama menggunakan metode yang efektif. Peneliti melihat

metode yang digunakan penyuluh dalam pembinaan akhlak ini yaitu dengan

mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan berbagai cara seperti

dakwah bil-lisan, dakwah bil-haal, dan dakwah bil-hikmah untuk mengajari

dan membina mereka. Dan menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan dan

disenangi masyarakat, karena menurut KH. Hasan Basri dakwah itu tidak

10 Wawancara pribadi dengan ustadz Haetami, di Masjid Al-Furqon perumahan Bugel

Mas Indah, tanggal 4 Februari 2012.

 

Page 75: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

62

dipaksakan jadi harus menyesuaikan dengan yang masyarakat inginkan.

Berikut petikan wawancara pribadi dengan narasumber.

“Pembinaan akhlak yang bagus itu yang pakai contoh, seorang

tua menyuruh seorang anak, orang tuanya harus melakukannya

terlebih dahulu. Kalau seorang ibu menyuruh pakai jilbab,

ibunya harus memakai jilbab terlebih dahulu. Karena susah

kalau kita menyuruh orang tetapi kitanya belum

melaksanakannya terlebih dahulu. Dakwah yang paling baik itu

adalah dialog. Dengan dialog memperdalam saya untuk

menggali lagi, yang kedua memberikan pelajaran buat saya,

membuat saya jadi tau apa kekurangan saya.

Perencanaannya siih saya melihat situasi dari masyarakat, dan di

masyarakat ini apa yang sedang tumbuh di masyarakat, misalnya

perjudian dan minuman keras, itu yang saya berikan, materi

tentang bagaimana agar bisa mencegahnya menurut pandangan

agama. Kemudian ada satu daerah juga yang mereka tidak

terlalu suka dengan Al Quran, saya bikin suatu materi yang bisa

menyenangkan mereka, bagaimana caranya untuk bisa menyeret

mereka kepada Al Quran pedoman kita supaya pass, kalau

bertolak belakang mereka senangnya Al Quran tapi kita

berikannya yang lain ga akan kena sulit dicerna mereka. Contoh

seperti yang pernah ente ikuti di Muhajirin, mereka sangat

senang Al Quran”.11

Ketika pembinaan akhlak di Masjid Al-Muhajirin Perumahan

Cimone Mas Permai, masyarakat memang benar-benar antusias ketika

penyuluh membahas Al Quran. Walaupun ada beberapa dari mereka yang

kurang lancar dalam membaca Al Quran, tetapi itu tidak mengurangi

semangat mereka untuk bisa memahami Al Quran. Bahkan ada beberapa

jamaah yang bercerita dengan saya bahwa KH. Hasan Basri itu sangat berjasa

terhadap umat Muslim di daerahnya yaitu di daerah Cimone Mas Permai.

Karena selain beliau menguasai ilmu agama, beliau juga telah lama

berdakwah di daerah itu, kurang lebih sekitar sepuluh tahun.

11 Wawancara pribadi dengan KH. Hasan Basri, Kementerian Agama Kota Tangerang, 4

Maret 2012.

 

Page 76: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

63

Dalam teori, metode bil lisan dan bil haal dikenal dengan metode

amalia. Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak

sedemikian rupa agar melakukan kebaikan-kebaikan yang diharapkan

menjadi akhlak anak. Tugas orang dewasa mengajak dan melibatkan anak

sedini mungkin dalam berbagai aktifitas ibadah, kegiatan sosial dan

keseharian yang positif yang dipadukan secara sinergi dengan

mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak melalui metode al-sima’,

al-abshar, al-fu’adah.12

Jadi bentuk pembinaan akhlak pada masyarakat Kota Tangerang

yaitu dengan menyesuaikan terhadap apa yang disenangi oleh masyarakat.

Dan pembinaan akhlak yang baik itu adalah yang dilakukan dengan cara terus

menerus. Baik dengan cara pembinaan melalui orang lain maupun pembinaan

diri sendiri tanpa harus dituntun orang lain. Karena hidup ditengah krisis

kehidupan seperti sekarang ini, pembinaan akhlak memang harus lebih gencar

dilakukan agar tidak terjebak di dalam keterpurukan moral dan agar dapat

menjadi individu yang berakhlak mulia.

12

Asep Umar Ismail,dkk., Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 19-20.

 

Page 77: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

64

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian langsung dan mengetahui

peran penyuluh agama di Kementerian Agama dalam membina akhlak umat

pada masyarakat Kota Tangerang khususnya kecamatan Priuk, maka peneliti

dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Peran penyuluh di Kementerian Agama dalam membina akhlak umat pada

masyarakat Kota Tangerang adalah sebagai animasi sosial, pembangkit

kesadaran masyarakat, dan sebagai penyampai informasi.

2. Metode yang digunakan oleh penyuluh Kementerian Agama dalam

membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah yang

pertama secara dialog langsung dengan masyarakat, yang kedua

penyuluh memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya

kepada sang penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan

tentunya sesuai dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan

dakwah bil hikmah.

3. Bentuk pembinaan akhlak pada masyarakat Kota Tangerang yaitu dengan

menyesuaikan terhadap apa yang disenangi oleh masyarakat. Dan

pembinaan akhlak yang baik itu adalah yang dilakukan dengan cara terus

menerus. Baik dengan cara pembinaan melalui orang lain maupun

pembinaan diri sendiri tanpa harus dituntun orang lain. Karena hidup

 

Page 78: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

65

ditengah krisis kehidupan seperti sekarang ini, pembinaan akhlak memang

harus lebih gencar dilakukan agar tidak terjebak di dalam keterpurukan

moral dan agar dapat menjadi individu yang berakhlak mulia.

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan benrkenaan dengan penelitian

peran penyuluh di Kementerian Agama dalam membina akhlak umat pada

masyarakat Kota Tangerang adalah:

1. Bagi pihak Kementerian Agama, diharapkan agar lebih memperhatikan

terhadap apa yang sedang terjadi pada masyarakat ini. Karena belakangan

ini banyak masalah-masalah yang terjadi di masyarakat seperti tauran

antar sekolah, antar kampus, bahkan dikalangan petinggi Negara pun

masih banyak yang bersilat umum di depan umum. Peneliti hanya

mengharapkan agar pihak Kementerian Agama lebih peka terhadap situasi

yang ada, agar masyarakat Indonesia kedepannya semakin baik dan

berakhlak mulia.

2. Bagi pihak Kementerian Agama, diharapkan bisa lebih memberikan ciri

khas dalam memberikan penyuluhan terhadap kepada masyarakat, agar

masyarakat bisa tau bahwa yang sedang memberikan penyuluh itu adalah

penyuluh dari Kementerian Agama. Karena menurut pengamatan penulis

selama penelitian, kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh

penyuluh dari Kementerian Agama tidak terlalu berbeda dengan ceramah-

ceramah agama pada umumnya.

 

Page 79: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

66

3. Bagi pihak Kementerian Agama, diharapkan bisa lebih merangkul anak-

anak jalanan yang belakangan ini mulai menyebar luas di daerah Kota

Tangerang. Alangkah lebih baiknya jika pihak Kementerian Agama bisa

mempertimbangkan mereka, karena biar bagaimanapun juga mereka

adalah anak-anak bangsa yang memiliki hak mendapatkan pendidikan

khususnya pendidikan agama agar bisa menjadi penerus bangsa yang

berakhlak mulia.

4. Bagi masyarakat luas, diharapkan tidak malu bertanya jika sedang

mengikuti kegiatan pembinaan akhlak dimanapun. Karena seperti yang

pepatah bilang, “malu bertanya sesat di jalan”. Oleh karena itu

manfaatkanlah kegiatan pembinaan akhlak tersebut untuk memperdalam

keilmuan kita tentang agama, agar kita bisa menjadi manusia yang

berakhlak mulia.

 

Page 80: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arifin, M., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

Jakarta: PT. Bima Aksara, 1998.

Ali, M. Sayuti, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori & Praktek).

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Arif, Mudzakkir Muhammad, Beberapa Pelajaran Penting Untuk Segenap Umat.

Saudi Arabia: Direktorat Bidang Penerbitan dan Riset Ilmiah Departemen

Agama, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Islam.

Adi, Isbandi Rukminto. “Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan

Kesejahteraan Sosial”. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI,2002.

Arifin, Isep Zainal. Bimbingan Penyuluhan Islam (Pengembangan Dakwah

Melalui Psikoterapi Islam). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995.

Bachtiar, Wardi, M.S. Sosiologi Klasik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: CV. Darus

Sunnah, 2002.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Echole, John M. dan Hasan Sadily. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia, 1995.

Ismail, Asep Umar, dkk, Tasawuf. Jakarta : Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005.

Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004.

Moleong, Lexi J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006.

 

Page 81: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

68

Media Center, Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Mitra Press, 2002.

Machendrawaty, Nanih, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Madjid, Nurcholish, Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah dan

Ceramah, Jakarta: Nuansa Madani, 1999.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

Noer, Deliar. Pembangunan Di Indonesia. Jakarta : Mutiara. 1987. Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 1992.

Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat (Suatu Pengantar Sosiologi

Agama). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press,

1987.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Poerwadarminta, Wjs., Kamus Modern. Jakarta: Jembatan, 1976.

Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian. Jakarta:

PrestasiPustakarya, 2006.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006.

Sirajuddin, Zar, Filsafat Islam: filosof dan filsafatnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004.

Usman, Husnaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Umam, Khairul dan A. Achyar Aminudin, Bimbingan Dan Penyuluhan. Bandung:

CV. Pustaka Setia, 1998.

 

Page 82: Muhammad Nuh Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42844/1/MUHAMMAD... · Subjek pada penelitian ini yaitu penyuluh agama di ...

69

Internet

http://kemenag.go.id/

Pelaihari KP, “Kompetensi Dasar Penyuluh Agama Tingkat Fungsional”, artikel

diakses pada tanggal 26 September 2011 dari

http:/penemasdramaga.blogspot.com /2010/10 sejarah - pengertian - dan -

tupoksi - penyuluh. html

Surudin, “Pembinaan Penyuluh Agama Di Sragen”, artikel diakses pada 26

September 2011 dari http://depagsragen.co.cc/index.php?option=com

content&view=article&id=52:pembinaan-penyuluh-agama-islam-dan-

peran-serta-dalam-membangun-masyarakat-sragen-

&catid=36:penamas&itemid=50