Mts tgs5 proposal andik irawan_11_322107_ptk_07426
-
Upload
andik-irawan -
Category
Documents
-
view
880 -
download
2
Transcript of Mts tgs5 proposal andik irawan_11_322107_ptk_07426
Tugas 5
Konsep Zero Waste (2 sks)
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Arif Kusumawanto, M.T., I.A.I
Proposal Penelitian
Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Ternak Menggunakan Prinsip
3R dengan Metode Zero Waste di Pandansimo Baru
(Outline Case Study)
Oleh :
Andik Irawan 11/ 322107/PTK/07426
Magister Teknik Sistem
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 2012
1
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Judul ....................................................................................... 2
1.2 Latar Belakang ....................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................... 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka ...................................................................... 5
2.1.1 Overview Pandansimo ................................................ 5
2.1.2 Limbah Ternak sapi Pandansimo ............................... 6
2.1.3 Pengelolaan limbah ternak sapi dengan prinsip 3R .. 6
2.1.4 Partisipasi Masyarakat dalam Pengolahan Limbah
Ternak sapi ................................................................. 9
2.1.5 Perilaku/Tindakan Manusia dan Faktor Yang
Mempengaruhi ...... ...................................................... 10
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................. 13
2.3 Hipotesis ............................................................................... 15
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................ 16
3.2 Data yang Diperlukan ........................................................... 16
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 17
3.1.1 Sampel data .................................................................... 18
3.4 Teknik Pencapaian ................................................................ 19
2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Judul
Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Ternak Menggunakan Prinsip 3R
dengan Metode Zero Waste di Pandansimo Baru
1.2 Latar Belakang
Konsep pengembangan wilayah khususnya pedesaan di Indonesia lahir
dari suatu proses interaktif yang menggabungkan dasar pemahaman teoritis
dengan pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang dinamis.
Dengan kata lain, konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan
penggabungan dari berbagai teori dan model yang selalu berkembang yang
telah diuji terapkan. Selanjutnya dirumuskan kembali menjadi suatu
pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan di
Indonesia.
Berdasarkan pemahaman konseptual pembangunan daerah dapat
dirumuskan sebagai serangkaian upaya untuk membawa koherensi dalam
penggunaan berbagai sumber daya, pengembangan nasional dan integritas
wilayah nasional, meningkatkan kerukunan antar daerah, melalui integrasi
antara pembangunan sektor pada pemahaman teoritis serta pengalaman
empiris, melalui proses perencanaan tata ruang peran dalam pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan di Tanah Air kontainer.
Pengembangan terkait energi wilayah sangat diutamakan untuk memenuhi
tujuan kebutuhan energi wilayah dalam industri dan kebutuhan rumah
tanggga. Semenjak terjadinya krisis minyak, perhatian dunia, termasuk
Indonesia terhadap pengembangan sumber dan teknologi energi pengganti
minyak semakin meningkat. Ketergantungan yang hanya pada sumber-sumber
energi fosil selama ini dan impor energi khususnya minyak bumi, gas alam
dan batubara serta semakin meningkatnya kebutuhan energi di Indonesia,
harus diantisipasi melalui upaya pengembangan sumber-sumber energi
alternatif yang tersedia dan ramah lingkungan. Pembangunan wilayah
3
pedesaan memiliki peluang cukup besar untuk berkontribisi dalam program
pengembangan energi alternatif. Berdasarkan arahan tim nasional
pengembangan energi alternatif bahan bakar nabati (BBN), di daerah harus
dikaitkan pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu,
pengembangan biogas di wilayah pedesaan juga perlu memperhatikan
manfaat dan kelayakannya agar dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Dalam kaitannya dengan manfaat, biogas merupakan salah satu sumber energi
terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi serta menghasilkan pupuk
organik dalam bentuk padat dan cair. Pemanfaatan kotoran ternak menjadi
biogas dengan fermentasi anaerob dan menggunakan bakteri methanogen
dapat mendukung penerapan konsep zero waste, sehingga praktik pertanian
berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai (Andreas Wiji SP, 2010).
Selain itu, penerapan konsep 3R dalam mencapai zero waste sangat
penting dalam pengolahan kotoran hewan. 3R adalah metode dalam penerapan
konsep zero waste, yaitu bagaimana untuk Mengurangi, Recycle,
menggunakan kembali prinsip-prinsip etika zero waste dilakukan di
Pandansimo Pandansimo dalam mengembangkan daerah yang berhubungan
dengan pemanfaatan limbah ternak.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Penelitian dengan prinsip 3R dan Konsep Zero Waste bertujuan:
1. Bagaimana implementasi alat dan teknologi dalam pengolahan limbah
ternak dengan penerapan prinsip 3R dan metode Zero Waste.
2. Menjelaskan Perilaku dan pengaruh masyarakat Pandansimo Baru
dalam prinsip 3R dalam pengolahan limbah ternak.
1.3.2 Manfaat
Penelitian penerapan prinsip 3R dalam pengelolaan limbah ternak di
Pandansimo Baru memiliki manfaat secara teoritis dan praktis yaitu :
1. Dari sudut akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan perbandingan dan bahan rujukan atau masukan bagi
beberapa pihak yang melakukan penelitian lanjutan, khususnya yang
4
berhubungan dengan aspek sosial dan ekonomi pengelolaan dan
pemanfaatan limbah ternak dengan prinsip 3R.
2. Dari sudut praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang terlibat
dalam pengelolaan limbah ternak untuk membangun peran aktif
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Pandansimo Baru,
terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak.
5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Overview Pandansimo
Pantai Pandansimo berada di Desa Poncosari, Kecamatan
Srandakan, kurang lebih 20 kilometer arah barat daya Kota Bantul.
Terletak bersebelahan dengan Muara Sungai Progo, dan merupakan
pantai paling barat dari deretan Pantai Selatan yang masuk ke wilayah
Kabupaten Bantul. Deburan ombak yang besar dan liar, suasana mistis
yang masih kental dengan banyaknya petilasan yang keramat, hiruk-
pikuk nelayan melawan melawan ganasnya ombak merupakan gaya
tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain panorama pantai yang indah, di
pantai Pandansimo juga terdapat objek wisata ziarah seperti
Pandanpayung dan Pandansari. Hal menarik yang dapat dilakukan di
sini adalah berbelanja ikan laut langsung dari nelayan lokal.
Nama Pandansimo sendiri berasal dari kata "pandan" (pohon
pandan) dan "simo" (macan). Di sini juga terdapat berbagai aktivitas
kebudayaan seperti upacara tradisi Merti Dusun, labuhan sedekah laut,
dan pentas seni budaya. Demikianlah sebagian kecil kenikmatan di
tengah-tengah denyut nadi kehidupan nelayan di Pantai Pandansimo.
Cukup mambayar tiket tanda masuk yang rata-rata di bawah Rp 2.000
per kepala, Anda dapat merasakan denyut nadi kehidupan nelayan
yang penuh kesederhanaan.
Selain wilayah pesisir Pandansimo memiliki energi mandiri dengan
sistem panel surya dan tubin angin, beberapa kondisi lain daerah
memperlihatkan dari berbagai sudut yang perlu dikembangkan dan
digunakan sebagai tolok ukur dalam penerapan konsep zero waste.
salah satu contoh nyata yang dapat dikembangkan dan dapat dijadikan
sebuah energi mandiri serta daerah wisata teknologi adalah
penggunaan limbah ternak sebagai bahan baku dalam pengelolaan dan
pemanfaatan energi terbarukan (biogas) selain itu, limbah padat dari
biogas dapat dijadikan dan digunakan sebagai pupuk organik.
6
pemanfaatan kotoran hewan dapat diproses dengan teknologi secara
umum, yakni fermentasi didalam sebuah degister. Dalam peneltian ini
mencoba mendeskripsikan bagaimana perilaku dan tindakan
masyarakat Pandansimo dalam pengolahan dan pemanfaatan limbah
ternak dengan pendekatan prinsip 3R dalam penerapan daerah Zero
Waste.
Terciptanya masyarakat 3R dan Pandansimo Zero Waste berarti
masyarakat turut mengembangkan wilayah pesisir dalam kontribusi
pengembangan wilayah menjadi wilayah energi mandiri, wilayah yang
memiliki wisata teknologi, kawasan hijau, kawasan wisata DIY bagian
selatan dan turut dalam pengembangan pendidikan nonformal bagi
masyarakat atau pelajar secara umum.
2.1.2 Limbah Ternak Pandansimo
Pandansimo salah satu daerah memiliki sejumlah peternakan sapi
dengan sekitar 200 sapi dan areal yang cukup luas dalam peternakan.
penempatan ternak yang strategis dan konseptual, sehingga sangat
baik dalam pengembangan daerah dengan julukan Pandansimo energi
mandiri. Ditinjau dari prinsip 3R dalam pengelolaan limbah ternak
tidak cukup kompleks dari sudut perilaku masyarakat saja, sehingga
diperlukan penerapan prinsip 3R dan konsep zero waste serta perlu
dirancang dengan ide-ide kreatif dengan inovasi tata letak, inovasi
teknologi, pariwisata teknologi dan lain sebagainya. Dengan
memanfaatkan limbah ternak menjadi energi terbarukan (biogas)
daerah pesisir, dapat juga dikembangkan industri dalam pengolahan
hasil limbah pada biogas menjadi pupuk organik.
2.1.3 Pengelolaan limbah ternak sapi dengan prinsip 3R
Pengelolaan limbah ternak sapi saat ini lebih menekankan pada
pembersihan limbah ternak sapi dari area ternak untuk mengurangi
jumlah timbulan kotoran serta mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari kotoran terhadap ternak. Sehingga Pengelolaan
limbah ternak dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari
7
hulu, sejak dihasilkan kotoran yang berpotensi menjadi limbah,
sampai ke hilir, menjadi produk biogas atau pupuk organik, yang
kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan limbah ternak dengan paragidma baru tersebut dilakukan
dengan kegiatan penanganan limbah ternak. Prinsip 3R sejalan dengan
paradigma baru pengelolaan limbah ternak yang menitik beratkan
pada pengelolaan dan pemanfaata.
Uraian mengenai ketiga prinsip tersebut, sebagaimana dijelaskan
sebagai berikut :
1. Prinsip pertama adalah reduce yang berarti Mengurangi atau
pengurangan dan penggunakan kotoran hewan yang merupakan
upaya untuk mengurangi timbunan kotoran pada area ternak.
Setiap sumber daya dapat melakukan upaya pengurangan
limbah ternak dengan mengubah gaya hidup masyarakat,
perubahan kebiasaan masyarakat lebih ditekankan pada
kebiasaan secara rutin dalam pemanfaatan limbah ternak agar
ditempatkan di unit khusus (degister).
2. Prinsip kedua adalah recycle yang berarti mendaur ulang
kotoran sapi yang ada agar dimanfaatkan menjadi produk yang
layak guna bagi masyarakat serta memiliki nilai ekonomi,
kotoran sapi yang dihasilkan didaur ulang dengan fermentasi di
dalam degister dan dihasilkan biogas. Biogas yang masih
menghasilkan limbah padat diolah dan didaur ulang kembali
menjadi produk baru yang berguna di pertanian.
3. Prinsip ketiga adalah reuse yang berarti menggunakan kembali
hasil daur ulang dan dimanfaatkan dengan baik, dengan
demikian reuse akan memperpanjang usia energi yang
dihasilkan dari kotoran sapi melalui perawatan secara sistem
dalam pengolahan kotoran sapi sebagai alternatif energi.
Prinsip dan konsep 3R di atas merupakan dari praktek zero waste, dimana
zero waste memiliki prinsip etis harmoni terhadap alam dengan cara
8
miminimalkan limbah mentah ke alam. sehingga kontinuitas yang terjaga
antara manusia alam. Pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk
organik sangat baik dalam praktek zero waste, energi biogas memiliki
kelebihan-kelebihan dibanding energi nuklir atau batubara, yakni tidak
beresiko tinggi bagi lingkungan. Biogas yang merupakan salah satu solusi
energi untuk mengatasi kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM). Pemanfaatan kotoran sapi dapat diaplikasikan di
Pandansimo yang memiliki banyak ternak didalam satu area dengan
penerapan prinsip 3R, kotoran yang dihasilkan diolah kembali menjadi
energi terbarukan (reneweble) dalam bentuk biogas. Disamping itu limbah
padat yang dihasilkan biogas dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik
yang berguna bagi pertanian. penerapan prinsip 3R merubah pola fikir dan
kebiasaan masyarakat agar selalu peduli lingkungan, serta mampu
menerapkan konsep zero waste. Dari penerapan yang kecil, berarti
masyarakat Pandansimo mencoba menumbuhkan energi mandiri yang
berdampak pada masyarakat Pandansimo itu sendiri.
Kegiatan pemanfaatan kembali (recycle) hasil limbah dari biogas
berarti masyarakat mampu merubah kembali pola fikir untuk tidak
membuang kembali kealam, melainkan dimanfaatkan menjadi pupuk
organik (kompos). Menurut Kastaman dan Kramadibrata (2007), Djuarni
(2004), dan Santoso (2009), kegiatan pengomposan memiliki beberapa
manfaat bagi lingkungan, antara lain :
1. Proses berlangsung secara alami sehingga ramah lingkungan
2. Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh
tanaman.
3. Biaya proses sangat murah bila dibandingkan dengan proses
pembuatan pupuk anorganik (pupuk buatan).
4. Meningkatkan daya pegang air dan memperbaiki porositas
tanah
5. Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat
meningkatkan efisiensinya.
9
Pengolahan dan pemanfaatan kotoran sapi yang dilakukan sebagai
bagian dari penerapan 3R akan mempermudah teknik pengolahan kotoran
selanjutnya. Pemanfaatan kotoran sapi berguna untuk mendapatkan
keuntungan yang berupa efisiensi energi dan pupuk organik menjadi
bentuk baru yang lebih bermanfaat. Keuntungan lain adalah sistem ini
dapat merubah pola fikir masyarakat akan konsep zero waste.
2.1.4 Partisipasi Masyarakat dalam Pengolahan Limbah Ternak
Partisipasi merupakan konsep yang bervariasi tergantung dari disiplin
ilmu apa yang meninjaunya. Masing-masing disiplin ilmu tadi memiliki
perspektif yang berbeda-beda terhadap partisipatif sehingga akhirnya
terminologi partisipasi menjadi sangat komplek. Berdasarkan kamus
sosisologi, partisipasi adalah setiap proses komunikasi atau merupakan
kegiatan bersama situasi sosial tertentu. Sementara itu pengertian
partisipasi masyarakat atau petani adalah kesediaan masyarakat untuk ikut
ambil bagian dalam kegiatan bersama untuk mendukung keberhasilan
program pembangunan tanpa mengorbankan kepentingan mereka.
Simanjuntak (1994) menyatakan bahwa bidang-bidang untuk
partisipasi masyarakat adalah dalam (a) proses pengambilan keputusan, (b)
proses perencanaan, (c) proses pelaksanaan program, (d) proses
monitoring dan evaluasi. Adapun partisipasi yang efektif adalah apabila
diselenggarakan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok. Bentuk
dan cara partisipasi yang demikian akan menghasilkan sinergi yang pada
gilirannya akan menghasilkan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati oleh
semua orang.
Tokoh masyarakat juga mempunyai peran penting dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat. Gardner & Stem (1996) dikutip oleh
Wardhani (2004) menyatakan bahwa dukungan komunitas berupa kontak
langsung dengan tokoh masyarakat melalui kegiatan tatap muka secara
langsung. Menurut Holil (1980) ada 4 poin yang dapat mempengaruhi
partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu:
10
1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara
warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial
di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya
2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan
keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan
bangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat
3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses
dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang
memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial
4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam
keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang
memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya
prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.
2.1.5 Perilaku/Tindakan Manusia dan Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan
pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma yang bersangkutan, serta
merupakan konsekuensi logis (ideal dan normatif) dari eksistensi
pengetahuan, budaya, atau pola pikir yang dimaksud. Perilaku
merupakan sesuatu yang bersifat tidak mutlak, artinya suatu waktu
perilaku dapat mengalami perubahan. Perubahan perilaku manusia
dapat ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Baron dan Byrne (1984) dikutip oleh Walgito (1999)
menyatakan bahwa menurut teori Frittz Heider perilaku seseorang
dipengaruhi oleh faktor internal seperti sikap dan motif serta faktor
eksternal seperti situasi atau lingkungan.
Hasil penelitian dari James Martin. A (2006), menunjukkan bahwa
perilaku masyarakat dipengaruhi secara signifikan oleh pendidikan,
tentunya bukan saja pendidikan secara formal tetapi juga pengetahuan
akan limbah, peran serta masyarakat yang masih rendah, dan masih
11
terdapat masyarakat yang memiliki pemikiran yang belum benar akan
limbah serta penanganannya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam
pengelolaan limbah (kotoran sapi) antara lain :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
mengubah perilaku (Notoatmodjo, 2007). Menurut Jujun
(1984) dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah
segenap apa yang diketahui manusia tentang sesuatu, termasuk
tentang ilmu. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat
pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Harihanto
(2004), bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh
langsung paling kuat terhadap perilaku masyarakat. Semakin
tinggi jenjang pendidikannya, semakin luas pengetahuan dan
kesadaran terhadap lingkungannya. Seseorang dapat
memperoleh pengetahuan dengan mempergunakan panca
inderanya sesuai dengan pengalaman, pelajaran, dan
pemahamannya. Seseorang akan bersikap positif apabila
pengetahuan yang diperolehnya baik. Sebaliknya seseorang
akan bersikap negatif apabila pengetahuan yang diperolehnya
tidak sempurna
2. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
suatu obyek. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan
kesiapan atau ketersediaan bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap adalah suatu respon evaluatif
yang merupakan bentuk reaksi yang timbul didasari
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk,
positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan,
12
proses selanjutnya diharapkan ia akan bertindak atau
melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Namun
suatu sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan (overt
behavior). Hal yang sama dikemukakan oleh Sarwono (1993),
sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu
mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa
seseorang memperlihatkan perilaku yang bertentangan dengan
sikapnya. Sikap tersebut dapat berubah dengan diperolehnya
informasi (pengetahuan) tambahan melalui persuasi serta
tekanan kelompok sosialnya. Sementara itu
3. Peran Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat memiliki peran penting dalam memberikan
informasi dan motivasi kepada masyarakat dalam memahami
dan bertindak dalam pengelolaan lingkungan, termasuk
pengelolaan limbah. perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap
individu tetapi juga oleh pendapat norma yang ditentukan oleh
para pendapat pemimpin atau orang yang berpengaruh pada
subjek itu perlu, tentang apakah subyek itu perlu, harus atau
dilarang melakukan perilaku yang diteliti atau seberapa jauh
subyek akan mengikuti pendapat orang tersebut.
4. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu pendekatan yang dikembangkan
untuk pengembangan program / kebijakan yang bertujuan
untuk mengubah perilaku. Komunikasi adalah proses dimana
ide ditransfer dari sumber akan ditransfer ke penerima dalam
rangka untuk mengubah perilaku mereka. Beberapa indikator
yang termasuk dalam dimensi komunikasi adalah kejelasan dan
presisi serta komunikator, media komunikan / sasaran dan
respon. Sebuah komunikator harus mengkomunikasikan
informasi secara jelas dan tepat kepada komunikan. jelas,
memiliki rasa bahwa pesan / informasi untuk disampaikan
13
kepada dipahami oleh komunikan, sedangkan makna yang tepat
tepat waktu dan tepat sasaran. Selain komunikator harus
menguasai masalah dan dapat menarik perhatian komunikan,
komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pelaku
(komunikator dan komunikan). Dalam rangka untuk mencapai
komunikasi yang tepat diharapkan, perlu mengetahui tanda-
tanda komunikasi yang efektif. Tanda-tanda komunikasi yang
efektif adalah persepsi umum dalam acara antara komunikator
dan komunikan. Komunikasi juga dapat dilakukan melalui
media, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi melalui media secara langsung seperti pendidikan
dan pelatihan, sedangkan secara tidak langsung adalah melalui
artikel / panduan materi. Komunikasi lebih efektif bila
dilakukan berhadapan langsung.
2.5 Kerangka Pemikiran
Salah satu studi kasus dari hasil kunjungan di Pandansimo yang
merupakan salah satu sub-sistem dalam hal pengolahan dan pemanfaatan
limbah ternak. Studi kasus yang dirujuk dalam pengembangan dan
pemanfaatan limbah hewan di prinsip 3R dan konsep zero waste. Masalah
yang ada di Pandansimo adalah limbah ternak yang disimpan dalam degister
terpisah antara beberapa unit degister dengan jumlah beberapa sapi lain
dalam pengolahan biogas, selain itu hasil limbah biogas di Pandansimo tidak
digunakan untuk pupuk organik. sehingga dalam pengembangan dari masalah
di atas yang membutuhkan variabel instrumental dalam pengelolaan limbah
ternak dengan prinsip 3R. Perilaku mayarakat dalam menerapkan prinsip 3R
dalam pengelolaan sampah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik faktor
internal (pengetahuan dan sikap) dan faktor eksternal (peran tokoh
masyarakat dan komunikasi). Faktor Internal (pengetahuan dan sikap) dapat
berpengaruh sebagai motivasi awal seseorang untuk berperilaku. Pengetahuan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak atas masalah. Semakin ia percaya
14
akan sebuah objek, maka akan bersikap dan bertindak sesuai dengan
keyakinannya itu. Faktor tentang Pengetahuan dapat mempengaruhi motivasi
awal seseorang dalam perilaku. Faktor exteranl (peran tokoh dan
komunikasi), Tokoh masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam memberikan informasi dan motivasi kepada masyarakat dalam
memahami dan bertindak dalam pengelolaan lingkungan hidup termasuk
pengelolaan limbah ternak. Pendapat tokoh masyarakat tentang apakah
subyek itu perlu, harus atau dilarang melakukan perilaku yang diteliti dapat
mempengaruhi tindakan apa yang akan dilakukan oleh masyarakat.
Proses komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari sumber
kepada penerima melalui media. Pemilihan media dan cara menyampaikan
informasi akan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat untuk
menerapkan suatu kebijakan atau inovasi baru. Keefektifan suatu komunikasi
dipengaruhi oleh unsur-unsur komunikasi yaitu : sumber, pesan, media dan
penerima.
Skema Kerangka pemikiran dapat disimpulkan pada gambar 1.
Gamabr 1. Skema Kerangka Pemikian
Behavior Public
Waste management
policy with the
principle of 3r
Recomendation and
strategic for Implementation
Analysis and benefit
Faktoc Internal :
1. Behavior
2. Atitude
Faktoc Ekxternal :
1.Role of Community Leaders
2. Comunication
15
2.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Perilaku masyarakat dalam pengolahan limbah ternak dengan prinsip
3R dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, tokoh masyarakat, dan
komunikasi
2. Pengolahan dan pemanfaatan limbah ternak upaya peningkatan energi
mandiri masyarakat Pandansimo dan menambah nilai ekonomi dan
layak untuk diterapkan di Pandansimo.
16
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku/tindakan masyarakat
dalam pengolahan dan pemanfaatan limbah ternak dengan prinsip3R dan
konsep Zero Waste dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, serta
menganalisa biaya dan manfaat pengolahan dan pemanfaatan mulai dari hilir
sampai hulu di kawasan Pandansimo Baru. Metode kuantitatif yang
digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisa faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku/tindakan masyarakat dalam pengelolaan limbah
dengan prinsip 3R. Sedangankan analisa biaya dan manfaat dilakukan
berdasarkan data primer dan sekunder. Data yang digunakan mancakup
komponen pembiayaan pembuatan biogas atau pupuk organik.
3.2 Data yang Diperlukan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku/tindakan masyarakat dalam
menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan limbah tenak. Sedangkan untuk
analisa manfaat dan biaya, data yang dibutuhkan adalah data tentang biaya
dan keuntungan dalam pengolahan limbah ternak skala kawasan Pandansimo.
Data tersebut berupa data primer dan data sekunder. Kedua jenis data ini
dikumpulkan untuk memahami fenomena sesuai dengan permasalahan
penelitian. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan sebagaimana terlihat
pada Tabel 1.
17
Tabel 1. Variabel Penelitian, Sumber dan sifat data.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Kuisioner.
Dalam kuisioner pertanyaan dihadirkan dalam bentuk format tertulis dan
peneliti menanyakan kepada responden (warga Pandansimo yang diambil
secara acak sederhana) kemudian jawaban responden dituliskan oleh
peneliti pada lembar kuisioner tersebut. Instrumen kuisioner dilihat pada
lampiran 1.
2. Wawancara dan observasi lapangan.
Wawancara dilakukan guna memperoleh data secara langsung melalui
pertanyaan lisan yang dilakukan dengan instansi terkait dan peninjauan
dan pengamatan lapangan. Panduan wawancara untuk tiap kelompok
informan kunci berbeda – beda. Instrumen pedoman wawancara secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.
no Vaiabel Indikator Sumber Data Sifat Data
1 Pengetahuan (X1) Pengetahuan tentang pengolahan
limbah ternak 3R
Masyarakat Primer
2 Sikap (X2) Sikap masyarakat tentang
pengolahan limbah ternak 3R
Masyarakat Primer
3 Tokoh Masyarakat
(X3)
Peran dalam memberikan informasi Masyarakat Primer
Peran dalam memberikan motivasi Masyarakat Primer
4 Komunikasi(x3) Sumber, Pesan, Media, Penerima Masyarakat Primer
5 Perilaku (Y) Tindakan dalam menerapkan
prinsip 3R dalam pengolahan
limbah ternak
Masyarakat Primer
6 Biaya dan manfaat pengolahan limbah ternak Masyarakat,
Pengeloal
Primer &
Sekunder
18
3. Pengumpulan Data Sekunder.
Data sekunder diperlukan untuk mempercepat pemahaman tentang
kondisi lapangan, demografi penduduk, peraturan perundang-undangan
dan laporan lainnya. Data dikumpulkan dengan cara mengumpulkan,
mencatat ataupun mengutip dan mempelajari dari berbagai dokumen yang
diperoleh dari perpustakaan, Instansi Pemerintah terkait, Lembaga
Penelitian/Perguruan Tinggi dan juga dari publikasi dan laporan yang
relevan lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Teknik pengumpulan data primer adalah dengan menggunakan instrumen
kuisioner kepada responeden (warga masyarakat yang diambil secara acak
sederhana). Data yang diambil merupakan data cerminan sikap, komunikasi,
peran tokoh masyarakat dan perilaku/tindakan dengan teknik pengukuran
menggunakan skala Likert (skala ordinal), dimana kategori jawaban terdiri dari 5
(lima) tingkatan sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian secara Likert
Data variabel pengetahuan menggunakan skala Guttman untuk mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap permasalahan yang ditanyakan. Data yang diperoleh
berupa data rasio dikotomi (dua alternatif) yaitu “ya” dan “tidak”. Data tentang
biaya dan manfaat pengolahan sampah organik diperoleh dengan melalukan
wawancara mendalam dengan pengelola dan instansi terkait.
3.3.1 Sampel data
Populai untuk data kuantitatif adalah rumah tangga di Pandansimo Baru.
Sampel yang dijadikan responden ditentukan secara acak sederhana
dengan menggunakan rumus Frank Lynch et al,. (1974) sebagai berikut :
19
Keterangan :
N = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Z = Nilai variabel normal
d = Kesalahan sampel
p = Perbandingan peluang terbesar
3.4 Teknik Pencapaian
Dari metode yang ada di uraiakan secara kompleks dengan tambahan metode
pelengkap yang diperlukan seperti analisis biaya, analisis dalam pengujian
hipotesis dengan analisis jalur (path analisis), dimana analisis jalur berfungsi
untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung sekumpulan variabel
bebas terhadap variabel terkait. Selain itu diperlukan analsis mengenai
impelementasi 3R di Pandansimo Baru.
Selain itu diperlukan teknologi yang dapat digunakan dalam pengolahan
limbah ternak menjadi biogas dan pemanfaatan kembali limbah biogas menjadi
pupuk organik.
20
Ariani, E, dkk. [2007]. Studi Pengembangan Pemanfaatan Energi Alternatif di
Kawasan Transmigrasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ketransmigrasian, Depnakertrans. Jakarta.
Dicky R. Munaf , Thomas Suseno , Rizaldi Indra Janu , Aulia M. Badar [ 2008]
.Peran Teknologi Tepat Guna untuk Masyarakat Daerah Perbatasan.
Jurnal Sosioteknologi Edisi 13.
Dirdjojuwono, Roestanto W. [2004]. Kawasan Industri Indonesia: Sebuah
Konsep Perencanaan dan Aplikasinya. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Holil Soelaiman. [1980]. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.
Bandung.
Kaharudin, Farida Sukmawati M [2012]. Petunjuk Praktis Manajeman Umum
Limbah Ternak Untuk Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian NTB.
Kastaman A dan Kramadibrata A.M. [2007]. Sistem Pengelolaan Reaktor
Sampah Terpadu Silarsitu. Humaniora. Bandung
Notoatmodjo, S. [2007]. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. :
Rineka Cipta
Sjarifuddin Akil. Tujuan Umum Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang.
Draft 3. Bapenas , Jakarta.
Sulaeman. [2008]. Zero Waste (Prinsip Menciptakan Agro Industri Ramah
Lingkungan). Dit. Pengolahan Hasil Pertanian. Ditjen PPHP, Departemen
Pertanian. Jakarta.
Walgito. B. [2003]. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Penerbit Andi Offset.
Yogyakarta.
Wardhani, Citra. [2004]. Partisipasi Masyarakat Pada Kegiatan Pemilahan
SampahRumah Tangga (Studi Kasus di Kampung Banjarsari Kec.
Cilandak BaratJakarta Selatan). Tesis Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia.Jakarta
21
Harihanto, [2004]. Persepsi Masyarakat terhadap Air Sungai. Lingkungan &
Pembangunan 24 (3).
Sarwono S.W. [1995]. Psikologi Lingkungan. Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
22
Lampiran 1. Nomor Kuisioner :
Tanggal :
KUESIONER
Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Ternak Menggunakan Prinsip
3R dengan Metode Zero Waste di Pandansimo Baru
A. Identitas Responden
1. Nama : …………………………………………..
2. Umur : …………………………………………..
3. Alamat : …………………………………………..
4. Jenis Kelamin : Laki-laki/perempuan*)
5. Status Perkawinan : Kawin/Tidak Kawin/Janda/Duda*)
6. Jumlah Anggota Keluarga : ………….. orang
7. Pekerjaan : ……………………………………
8. Pendapatan : ……………………………………
9. Pendidikan : a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP / sederajat
d. SLTA / sederajat
e. Perguruan Tinggi
10. Lama tinggal di Pandansimo Baru : ..............
11. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah ternak
a. Dibuang ke Tempat Pembuangan limbah ternak
b. Dimanfaatkan sebagai pupuk langsung
c. Ditimbun
d. Dijual langsung
e. Dibiarkan
B. VARIABEL PENGETAHUAN
1. Menurut Ibu/Bapak, limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan dan penyakit
a. Ya,...................................................
b. Tidak
2. Menurut Ibu/Bapak, limbah yang diolah membantu mengurangi
penncemaran lingkungan dan penyakit
a. Ya,...................................................
b. Tidak
3. Menurut Ibu/Bapak, mendaur ulang limbah dapat mengurangi jumlah
limbah berlebih
a. Ya,...................................................
b. Tidak
23
4. Menurut Ibu/Bapak, apakah limbah dapat dimanfaatkan kembali dan
mempunyai nilai ekonomi?
a. Ya,...................................................
b. Tidak
5. Apakah Ibu/Bapak mengetahui apa yang dimaksud biogas dan
pengolahan limbah 3R, Sebutkan contohnya!
a. Ya ....................................................
b. Tidak
6. Menurut Ibu/Bapak, limbah ternak harus diolah dengan prinsip 3R
a. Ya,.....................................................
b. Tidak
7. Apakah Ibu/Bapak mengetahui cara melakukan 3R dan pembuatan
Biogas ?
a. Ya,......................................................
b. Tidak
C. VARIBEL SIKAP
1. Pengelolaan Limbah ternak merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
2. Membersihakan limbaha ternak sendiri dapat mengurangi jumlah
tumpukan limbah
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
3. Menggunakan kembali limbah untuk keperluan energi dapat
mengurangi pemborosan energi nonreneweble
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
4. Melakukan pengolahan limbah ternak dapat mengurangi dampak
negatif lingkungan dan memudahkan dalam mendapat produk daur
ulang
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
24
5. Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R memberikan manfaat dari segi
kesehatan lingkungakan dan masyarakat.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
6. Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R memberikan manfaat dari
ekonomi.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
7. Menggunakan produk daur ulang (pupuk organik) dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
D. VARIABEL KOMUNIKASI
1. Pemerintah telah melakukan sosialisasi tentang pengelolaan limbah
dengan prinsip 3R di kawasan tempat tinggal Ibu/Bapak?
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
2. Pemerintah melakukan sosialisasi tentang pengelolaan limbah 3R
secara rutin dan berkala
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
3. Informasi yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah tentang prinsip
3R dalam pengelolaan limbah mudah untuk dimengerti/dipahami?
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
4. Komunikator selain menyampaiakn teori juga memberikan praktek
A. Sangat Setuju
25
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
5. Saya mendapatkan informasi tentang prinsip 3R dalam pengelolaan
limbah selain dari Pemerintah Daerah juga dari media lain dengan jelas
dan mudahdipahami.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
6. Komunikator (penyaji) dari Pemerintah Daerah menyampaikan
program dengan menarik dan handal.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
E. VARIABEL PERAN TOKOH MASYARAKAT
1. Tokoh masyarakat memberikan informasi tentang prinsip 3R dalam
pengelolaan limbah
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
2. Tokoh masyarakat memberikan motivasi / dorongan kepada saya
untuk melakukan pengelolaan limbah dengan prinsip 3R
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
3. Tokoh masyarakat ikut berpartisipasi menerapkan prinsip 3R dalam
pengelolaan limbah ternak.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
26
4. Tokoh masyarakat lokal ikut mengawasi dan memberikan teguran
kepada masyarakat yang menerapkan prinsip 3R dalam pengolahan
limbah ternak
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
5. Tokoh masyarakat ikut berperan aktif dalam kegiatan pengolahan
limbah ternak
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
6. Saya bersedia menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan limbah
ternak karena tokoh masyarakat juga melakukan hal yang sama.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Ragu-ragu
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
F. TINDAKAN MASYARAKAT
1. Apakah Bapak/Ibu pernah menempatkan limbah ternak dengan benar
A. Sangat Sering
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak Pernah
2. Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan biogas sebagai kebutuhan energi
A. Sangat Sering
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak Pernah
3. Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan pupuk organik di pertanian
bapak/ibu
A. Sangat Sering
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak Pernah
27
4. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan atau membuat biogas
A. Sangat Sering
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu pernah membuat pupuk organik dari limbah ternak
A. Sangat Sering
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak Pernah
6. Apakah Bapak/Ibu merasa kesuliatan dalam penggunaan biogas
A. Sangat Sering
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak Pernah
7. Apakah Bapak/Ibu kesulitan saat menggunakan pupuk organik
A. Sangat Sering
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak Pernah
28
Lampiran 2. PEDOMAN WAWANCARA
A. Daftar pertanyaan kepada Kepala Dinas dan Tata Ruang daerah
Pandansimo
1. Bagaimana program pengelolaan Limbah ternak di Pandansimo ?
2. Apakah ada peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan limbah
ternak dengan prinsip 3R?
3. Apakah pemerintah telah melakukan sosialisasi tentang prinsip 3R kepada
masyarakat? Bagaimana bentuk sosialisasinya?
4. Apakah pemerintah telah memberikan pelatihan entang pelaksanaan
prinsip 3R dalam pengelolaan limbah ternak? Pelatihan apa saja?
5. Bagaimana respon masyarakat terhadap pengelolaan limbah dengan
prinsip 3R? Apa faktor yang mempengaruhinya?
6. Apa langkah yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
mendorong/memotivasi masyarakat untuk melakukan pengelolaan limbah
dengan prinsip 3R?
B. Daftar pertanyaan kepada Tokoh Masyarakat/Lembaga Lokal
1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang situasi pengelolaan Limbah
ternak saat ini ?
2. Apa yang Bapak / Ibu ketahui tentang pengelolaan limbah ternak
dengan prinsip 3R?
3. Apakah Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi dan
pembinaan pengelolaan limbah ternak dengan prinsip 3R? Bagaimana
bentuknya?
4. Bagaimana respon masyarakat tentang pengelolaan limbah ternak 3R?
Apakah sudah ada masyarakat yang melaksanakannya ?
5. Menurut Bapak/Ibu, apa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk
menerapkan pengelolaan limbah ternak 3R?
29
6. Peran apa yang bisa dilakukan oleh tokoh adat/tokoh agama/tokoh
masyarakat untuk mendorong peran masyarakat dalam pengelolaan
limbah ternak 3R?
7. Apakah tokoh masyarakat ikut dalam mensosialisasikan kegiatan
pengelolaan limbah ternak dengan prinsip 3R ini? Bagaimana bentuk
dan caranya?