Distribusi Responden Bukan Penderita Penyakit Diabetes Mellitus
MPAO1 4208100008
-
Upload
akarui-adlin -
Category
Documents
-
view
65 -
download
1
description
Transcript of MPAO1 4208100008
TUGAS MANAJEMEN PERAWATAN 2
ASSIGNMENT 2
PAPER
Maintenance Management Model
Disusun Oleh:
RIDHA ADLIN NRP: 4208100008
JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2012
Maintenance Management Model
Terdapat beberapa model dari maintenance management untuk melakukan suatu
manajemen dala suatu perusahaan atau sistem. Diantaranya yaitu:
1. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
FMEA merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk menemukan kelamahan
pada suatu desan, proses, atau sistem untuk sebelum direalisasikan baik dalam fase
prototype atau produksi (stamatis,2003, p294). FMEA adalah suatu metode sistematis
yang digunakan untuk menganalisa, mengidentifikasi, dan mencegah suatu
permasalahan suatu produk , proses, dan jasa sebelum masalah itu timbul (Robin et al
1992, pl).
FMEA berguna untuk (stamatis, 2003, p294):
Membantu mengidentifikasi, mendefinisikan, memprioritaskan dan mengeliminasi
kegagalan yang diketahui dan berpengaruh dengan sistem, desain dan proses
manufaktur sebelum sampai ke tangan pelanggan.memfasilitasi.
Memfasilitasi komunikasi inter-departemen
Merupakan dokumentasi dari produk dan proses terbaru
Membantu mencegah terjadinya permasalahan
Mengidentifikasi bentuk kegagalan produk atau proses sebalum terjadi
Menentukan akibat dan keseriusan kegagalan atau kerusakan tersebut
Mengidentifikasi penyebab dan kemungkinan terjadinya kerusakan
Mengidentifikasi cara pengontrolan dan keefektifan pengontrolan tersebut
Menghitung dan memprioritaskan resiko berkaitan dengan kerusakan yang terjadi
Menyusun tindakan yang akan dilakukan untuk mengurangi resiko
1.1. Manfaat Penerapan FMEA
Penggunaan FMEA untuk jangka pendek adalah mengidentifikasi kecenderungan
kegagalan potensial, mengidentifikasi pengaruh suatu kegagalan. Penggunaan FMEA
jangka panjang untuk membantu membuat diagram balok analisis keandalan,
membantu dalam membuat table diagnosis untuk tujuan perbaikan, membantu dalam
membuat handbook perawatan, membantu dalammembuat desain terpadu, deteksi
kegagalan dan kelebihan, analisa kemampuan uji, untuk menyimpan catatan formal
dari keselamatan dan analisis keandalan yang akan digunakan sebagai petunjuk dalam
keputusan keamanan produk.
1.2. Metode Implementasi FMEA
Menurut stamatis (2003, p134) dibawah ini adalah langkah-langkah dalam
membuat FMEA:
Mendefinisikan ruang lingkup analisa. Menentukan tingkatan sistem yang
tepat untuk melakukan FMEA (apakah subsistem, assembly, subassembly,
komponen, part atau lainnya)
Susun diagram balok untuk menggambarkan hubungan sebab akibat
Mengidentifikasi modus kegagalan yang mungkin untuk setiap komponen
dengan mengajukan berbagai pertanyaan factor implementasi model.
1.3. Faktor-faktor implementasi model FMEA
Factor dalam implementasi model FMEA yang perlu ditinjau yaitu:
Apakah yang menjadi modus sebuah kegagalan komponen
Bagaimana kegagalan dapat terjadi
Apa efek dari modus kegagalan
Analisi modus kegagalan dapat dilakukan secara komprehensif bersama six
sigma.
Contoh table FMEA (sumber: //htttp:www.siliconfareast.com/fmea.jpg)
1.4. Lean Six Sigma
Lean six sigma yang merupakan kombinasi antara pendekatan Lean dan Six
Sigma, didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematis
untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas –
aktivitas yang tidak bernilai tambah ( non added value activities) melalui peningkatan
terus menerus secara radikal ( radical contonues improvement) dengan cara
mengalirkan produk (material, work in process, finish good) dan informasi dengan
menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk
mengejar keunggulan dan kesempurnaan berupa produksi 3,4 cacat untuk setiap juta
kesempatan (3,4 DPMO).
Lean six sigma akan meningkatkan kinerja bisnis dan industri melalui peningkatan
kecepatan (short cycle time) dan akurasi (zero defect). Pendekatan lean akan
menyingkapkan non value added (NVA) dan Value added (VA) serta membuat value
added mengalir secara lancar sepanjang value stream processes. Sedangkan six sigma
akan mereduksi variasi yang ada dalam value added itu.
Pada umumnya keberhasilan implementasi konsep six sigma diukur dengan
nilai sigma yang dicapai. Nilai sigma ini merupakan interpretasi dari jumlah
kesalahan yang terjadi per satu juta unit.
Nilai Level Sigma
Batas Spesifikasi Percent Defective ppm
1 30.23 697700
2 69,13 308700
3 93,32 66810
4 99,3790 6210
5 99,97670 233
6 99,999660 3.4
Semakin tinggi nilai sigma yang dicapai , menunjukkan semakin baik kinerja proses
industri. Six sigma quality level merupakan tingkat mutu dimana proses dengan
penyebaran 6 terhadap rata-rata proses masih memenuhi tingkat batas spesifikasi
yang ditetapkan. Pada tingkat mutu ini hanya terdapat 3,4 cacat dihasilkan dari
1000.000 peluang terjadinya cacat (3,4 deffect per million opportunities).
Selain itu, peningkatan kualitas sebagai hasil implementasi lean Six sigma
seiring dengan pencapaian level sigma dapat diukur berdasarkan persentase antara
Cost Of Poor Quality (COPQ) terhadap nilai penjualan (sales value ).
1.5. Hasil Keluaran FMEA
Ada beberapa keluaran yang dihasilkan oleh FMEA seperti cause and failure
mode effect, dan tiga evaluasi yang memperlihatkan penilaian untuk keseriusan efek
tersebut tingkat frekuensi kejadian dari modus kesalahan dan kegagalan dan
keefektifan control yang ada.
Hal yang penting dalam keluaran FMEA adalah daftar risk priority number. Daftar
tersebut memberikan tingkat keseriusan dari modus kesalahan atau kegagalan.
FMEA akan mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan koreksi untuk mencegah
kegagalan sebelum mencapai pelanggan dengan menjamin daya tahan,kualitas dan
keandalan yang tinggi dari sebuah maintenance. Hasil yang didapat dari penerapan
FMEA adalah:
Daftar potensial dari modus kesalahan atau kegagalan yang dirangking
berdasarkan risk priority number.
Daftar potensial dari fungsi system yang dapat mendeteksi modus kesalahan
atau kegagalan, permasalahan keselamatan dan mengurangi tingkat kejadian.
Daftar potensial dari parameter parameter untuk melakukan metode pengujian,
inspeksi dan pendeteksian.
Daftar potensial dari fungsi system yang mendeteksi modus kesalahan atau
kegagalan potensial
Daftar potensial dari karakteristik yang kritis dan signifikan.
Daftar potensial dari rancangan tindakan untuk mengurangi modus kesalahan
atau kegagalan permasalahan keselamatan dan mengrangi tingkat kejadian.
Sebuah daftar potensial dari rekomendasi tindakan atau karakteristik yang
kritis dan signifikan.
2. FMECA (Failure Mode Effect and Criticality Analysis)
Jenis kerusakan, efek dan analisa kekritisan (FMECA) adalah teknik perancangan
sistematis untuk mengidentifikasi dan menginvestasi sistem yang berpotensial
(produk/ proses) buruk, ini sejalan dengan metodologi untuk langkah-langkah
pengujian dimana sistem kerusakan bisa terjadi. Efek potensial dari sistem
performansi dan keamanan dari kerusakan dan efek serius lainnya. FMECA terdiri
dari dua analisis yang berbeda, yaitu jenis kerusakan dan analisis dampak (FMEA),
dimana semuanya diperluas untuk menganalisa jenis kerusakan kritis, disebut analisis
kekritisan (CA). Diatas keuntungan nyata lain dari tindakan pengidentifikasi atau
mengubah eliminasi atau mengurangi kesempatan dari kerusakan.
FMECA juga meningkatkan pengetahuan terhadap sebuah sistem dan
meningkatkan persedian kedalam perilaku yang diharapkan, keluaran dari FMECA
dilakukan pada waktu yang tepat yang berasal dari masukan yang tidak ternilai untuk
meningkatkan biaya program pemeliharaan preventive yang efektif dan pekerjaan
yang terfokus pada rencana pengendalian (I made aryantha, majalah ilmiah
ILMIKOM).
2.1. Metode Implementasi FMECA
Model Perhitungan Tingkat Ketersediaan (Availability) Tingkat Ketersediaan
(Availability) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Model Perhitungan Operating Speed Rate (OSR) Merupakan perhitungan rasio
kecepatan standar dan aktual yang dapat membantu kita mengetahui apakan mesin
telah bekerja lebih cepat atau lebih lambat dari waktu produksi standar (I made
aryantha, majalah ilmiah ILMIKOM).
Model Perhitungan Performance Efficiency (PE) Rasio kemampuan yang
diwujudkan dalam menjalankan suatu kegiatan operasional.
Menentukan produktifitas dengan cara
Gambar. Pendekatan Umum Pelaksanaan FMECA
Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994
2.2. Model Perhitungan RiskRIsk Priority Number (RPN)
RPN merupakan nilai yang digunakan untuk menentukan manakah komponen
yang memiliki prioritas utama untuk dilakukan tindakan perawatan. Penilaian RPN
didapat dari hasil kali antara nilai keburukan jenis kerusakan, frekuensi kejadian
kegagalan dan nilai deteksi probabilitas. RPN dapat diketahui dengan persamaan
sebagai berikut:
RPN = (Tingkat Keburukan) x (Tingkat Frekuensi) x (Tingkat Probabilitas dan
Tingkat Deteksi)
3. TPM (Total Productive Maintenance)
Total produktif maintenance adalah gabungan dari penerapan pemeliharaan di
Amerika Serikat dengan pengendalian kualitas di jepang yang melibatkan unsur
tenaga kerja. Hasil dari system pengembangan tersebut di perusahaan antara lain
adanya peningkatan eektifitas, penurunan kerusakan mesin dan kesadaran operator
didalam pemeliharaan mesin maupun produk dari hari kehari. Total Productive
Maintenance (TPM) cenderung mengarah ke perawatan oleh produksi yang mengikut
sertakan seluruh karyawan dalam kelompok kelompok kecil. Jadi dapat didefinisikan
arti TPM adalah kegiatan productive maintenance yang melibatkan semua komponen
utama dan pendukung secara total, bulat dan terarah.
Untuk mengukur peningkatan efektivitas suatu system / peralatan dapat
menggunakan Formula sebagai berikut:
3.1. Implementasi Penerapan TPM
Setiap kegiatan selalu berfokus pada efisiensi dan kualitas. Meningkatnya kualitas
dapat menurunkan efisiensi produksi. Untuk mendapatkan titik temu (Breakeven
Point) antara keduanya diperlukan suatu analisa yang mendalam dengan cara yang
salah satunya adalah aplikasi TPM terhadap kegiatan tersebut. Berdasarkan analisa
kecenderungan penyebab cacad produk dan perhitungan efektivitas produksi yang
relative rendah seperti diuraikan di atas maka ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dan diterapkan yaitu penyusunan dan penegasan kembali tentang hal-hal
berikut ini (Muctar Ginting, Palembang 2009)
Struktur Organisasi Maintenance disusun dengan sistem sentralisasi
Tanggungjawab fungsional berdasarkan holder accountability supaya sikap
tanggab disemua strata lebih cepat dan responsif.
Standard Operational Procedure (SOP) di setiap bagian/seksi mulai dari
penerimaan barang sampai akhir proses produksi yaitu penggudangan.
Maintenance Work Order (MWO) disusun untuk menentukan dan
mengidentifikasi spesifikasi pekerjaan dan sekaligus alat komunikasi antara
operator dan bagian pemeliharaan.
Literatur Teknik yang berkaitan dengan spesifikasi produk, peralatan/mesin
sebagai bahan acuan dalam menentukan hasil produk dan penyusunan SOP
setiap kegiatan seksi dan peralatan.
Filter (saringan) diperlukan untuk penyeleksian MWO, mana yang harus
dikerjakan atau dipending dan menentukan skala prioritas pekerjaan.
Pelatihan terhadap sumber daya manusia untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman terhadap permasalahan pemeliharan dapat berupa kursus, seminar
ataupun melalui jalur pendidikan formal.
4. Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan masalah untuk mendapatkan solusi. Alat ini merupakan hasil
penemuan seorang ekonom italia yang bernama Vilfredo Pareto. Dia menunjukkan
bahwa distribusi pendapatan penduduk dunia tidak sempurna dimana bagian terbebar
pendapatan dan kesejahteraan hanya dinikmati sekelompok kecil penduduk. Beberapa
ahli dan peneliti mempopulerkan pendekatan ini untuk memprioritaskan penyelesaian
masalah terutama joseph juran dan alanLakelin (gitlow et el 1997, p366). Lakelin
merumukan sebuah aturan terkenal dengan nama 80-20 Rule berdasarkan aplikasi
prinsip Pareto. Aturan ini mengatakan bahwa sekitar 80% biaya beasal dari 20%
elemen. Diagram pareto adalah diagram bar sederhana dengan setiap bar nya
memprsentasikan frekuensi jumlah setiap masalah dan disusun dari kiri ke kanan.
Contoh diagram pareto yaitu berikut dibawah.
Diagram Pareto merupakan salah satu diagram penting yang harus diketahui
dalam menganalisa suatu masalah, diagram ini berbentuk diagram batang dan tiap
batang (cukup 3 jenis x, y, z) mewakili sesuatu yang penting sesuai dengan prinsip
skala prioritas (Vilfredo pareto-1897) digunakan untuk membandingkan berbagai
kategori kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisis, sehingga kita dapat
memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap
kejadian tersebut. (Nanik utami. Ssi, journal, semarang)
(Sumber: //http://www.winstat.com/English/function/graphics/pereto1.jpg)
Daftar Pustaka
1. Ginting Muchtar, 2009, “ Analisa total preventive maintenance terhadap
efektifitas produksi tongkat”, Palembang.
2. Handayani, nanik utami S.si. MT; Arfan Bachtiar ,ST, MT; Krisnanto,
“Pengendalian Kualitas PT AHM denganmenggunakan ISO/TS 16949: 2002
untuk mencegah komponen valve inlet bengkok pada motor supra khususnya
mesin NF100”, Semarang.
3. Muslim Erlinda; Dianawati Fauzia; panggalo Irwandi, 2009, “Pengukuran dan
Analisis Nilai Overall Equipment Effectivennes (OEE) sebagai dasar Perbaikan
system Manufaktur Pipa Baja”, UI Depok, Indonesia.
4. Putra,Boy Isma,ST, MM.”Evaluasi manajemen perawatan dengan metode
realibility centered maintenance II (RCM II) pada mesin danner 1.3 di PT
X”,Unmuh, Sidoarjo.
5. I.Made Aryantha Anthara,”Analisa Penerapan Total Productive Maintenance
(TPM) Studi kasus di Divisi Mekanik PERUM DAMRI Bandung”,Majalah Ilmiah
UNIKOM, Jurusan Teknik Industri, Universitas computer Indonesia.
6. Nurwidiana, Moehamad Aman, “EVALUASI HASIL IMPLEMENTASI LEAN SIX
SIGMA BERDASARKAN NILAI COPQ MENGGUNAKAN PENDEKATAN
FMEA”, Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah, Magelang.
7. htttp//:www.siliconfareast.com/fmea.jpg
8. http://www.winstat.com/English/function/graphics/pereto1.jpg