MORFOLOGI TANAMAN KEDONDONG.docx
-
Upload
septian-edi-siswanto -
Category
Documents
-
view
1.220 -
download
22
description
Transcript of MORFOLOGI TANAMAN KEDONDONG.docx
MORFOLOGI TANAMAN KEDONDONG
2.1 Habitus
Kedondong ini merupakan tanaman buah yang umumnya banyak sekali terdapat di seluruh daerah tropic dan termasuk ke dalam Angiospermae. Klasifikasi tanaman kedondong menurut Plantamor (2012) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Spondias
Spesies : Spondias dulcis Forst.
2.2 Akar
Tumbuhan ini berakar tunggang dan berwarna coklat tua (Yustina,2011).
2.3 Batang
Tumbuhan ini mempunyai batang yang berkayu ( lignosus ) yang biasanya keras dan kuat karena sebagian besar terdiri dari kayu yang terdapat pada pohon dengan bentuk batangnya yang bulat ( teres ) dan tumbuh tegak, percabangan batangnya yaitu simpodial dimana batang pokoknya sukar untuk ditemukan karena dalam perkembangannya kalah cepat dan besar pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya, permukaan batang halus dan berwarna putih kehijauan.
2.4 Daun
Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman berdaun majemuk, bagian yang terlebar yang berada di tengah-tengah helaian daunnya berbentuk jorong ( ovalis ), pangkal daun runcing ( acutus ), ujung daun meruncing ( acuminatus ), warna daun hijau dengan panjang daunnya 5-8 cm dan lebar 3- 6 cm, dilihat dari arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun daun kedondong ini termasuk daun yang bertulang menyirip dengan jumlah anak daun yang gasal ( imparipinnatus ) dan anak daun yang berpasang-pasangan, tepi daunnya rata ( integer ), tata letak daun tersebar ( folia sparsa ), permukaan daun licin (laevis) dan mengkilat ( nitidus ).
2.5 Bunga
Tumbuhan ini termasuk bunga majemuk ( inflorescentia ), berbentuk malai ( panicula ) dimana ibu tangkainya mengadakan percabangan monopodial, panjang 24-40 cm, panjang kelopak bunganya ± 5 cm, jumlah benang sari delapan berwarna kuning, mahkota bunga berjumlah empat sampai lima, lanset, warna bunganya putih kekuningan.
(Yustine, 2012)
2.6 Buah
Berbuah buni ( bacca ) dimana buah ini mempunyai dinding lapisan luar yang tipis atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair serta seringkali dimakan, berbentuk lonjong, buah sejati tungga yang berdaging, mempunyai diameter ± 5 cm dan berserat, warna buah hijau kekuningan dengan rata-rata beratnya ± 0,7-1 kg/buah, biasanya buahnya tumbuh dalam jumlah yang banyak.
(Anonim,2012)
2.7 Biji
Bijinya bulat dan berserat kasar, warna biji putih kekuningan.
2.8 Manfaat Tanaman Kedondong
Manfaat buah kedondong manis kultivar unggul dimakan dalam keadaan segar, tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal kedondong). Daun mudanya yang dikukus
dijadikan lalapan. Buah dan daunnya juga dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang, tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu. Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulit batangnya, dan dari beberapa negara dilaporkan adanya pengobatan borok, kulit perih, dan luka bakar. Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung 60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85 – 3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan besi; buah yang belum matang mengandung pektin sekitar 10% (BPPT,2011).
Perbanyakan tanaman dalam dunia pertanian dapat dilakuakan dengan dua cara yaitu
secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif merupakan perbanyakan tanaman
menggunakan biji, dimana biji merupakan hasil peleburan dari gamet jantan dan gamet betina.
Sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bagian
tanaman. Perbanyakan vegetatif sendiri dibedakan menjadi dua cara, yaitu perbanyakan vegetatif
alami dan perbanyakan buatan (Martin, 2000).
Perbanyakan vegetatif alami meliputi stolon, rizoma, kormus, bulbus, tuber. Sedangkan
perbanyakan vegetatif buatan meliputi stek, merunduk, cangkok, menyambung dan okulasi.
Stolon merupkan perbanyakan tanaman secara alami dimana bagian batang (tunas sisi) yang
tumbuh memanjang horisontal pada permukaan tanah, contohnya kacang babi (Desmodium
intortum) dan stroberi (Fragaria sp). Rhizoma merupakan batang yang muncul dari tunas sisi
dan tumbuh memanjang horisontal di dalam tanah. Contohnya bunga tasbih (Canna hibrida) dan
rumput teki (Cyperus rotundus). Sedangkan kormus yaitu bagian batang yang pendek
membengkak, mengandung cadangan makanan, tidak menjalar dan selalu terdapat di dalam
tanah, contohnya gadung (Dioscorea hispida) dan talas (Colocasia esculenta). Bulbus yaitu
perbanyakan tanaman dimana batang yang pendek dikelilingi oleh berlapis-lapis daun tebal dan
cadangan makanan, disebut juga umbi lapis. Perbanyakan tanaman secara tuber terjadi ketika
batang yang membengkak, terdapat didalam tanah dan banyak mengandung cadangan makanan,
contohnya kentang (Ashari, 1995).
Perbanyakan vegetatif buatan meliputi stek, merunduk, cangkok, menyambung, dan
okulasi. Stek digunakan untuk memperbanyak tanaman dengan cara mengembangkan suatu
tumbuhan dari potongan-potongan cabang atau batang yang ditancapkan ke tanah. Merunduk
yaitu perbanyakan dengan merendahkan cabang batang suatu tumbuhan sehingga menyentuh
permukaan tanah. Selain itu, juga terdapat cara cangkok dimana terjadi pengelupasan sebagian
kulit secara melingkar pada cabang batang kemudian dibalut oleh tanah (media lain), diikat, dan
dibiarkan untuk waktu tertentu sampai tumbuh akar. Cara lain dengan menyambungkan dua
macam tanaman sejenis, misalnya singkong biasa dengan singkong karet. Okulasi juga dapat
digunakan untuk perbanyakan tanaman dengan menggabungkan dua tanaman yang berbeda
dengan jalan menempelkan sepotong kulit pohon yang bermata tunas dari batang atas pada kulit
pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman baru (Rochiman dan
Jadi, 1973).
Dibandingkan dengan cara perbanyakan lainnya yang vegetatif, stek merupakan
perbanyakan tanaman yang lebih ekonomis, lebih mudah dan tidak memerlukan ketrampilan
khusus dan cepat dipelajari. Cara stek kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi
tanaman yang sukar berakar. Akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk
pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh
faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor
intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai
zat pengatur tumbuh. Selain itu faktor genetik juga merupakan faktor intern (Widiasih et al.,
2008).
Untuk memperbanyak tanaman dengan stek, tanaman sumber seharusnya mempunyai
sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap
lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan
stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber
diantaranya adalah status air, temperatur, chaya, dan kandungan karbohidrat. Pada status air, stek
lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12O C hingga 27O C. Cahaya terdiri dari durasi dan intensitas
cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman
sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat. Untuk meningkatkan
kandungan karbohidrat bahan stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan
pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat (Bahrum et al., 2005).
Bahan awal perbanyakan stek daun yang dapat digunakan berupa lembaran daun. Bahan
awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman lain yang baru. Akar dan tunas baru
pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer dan sekunder. Pada stek batang bahan awal
perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokan menjadi empat macam
berdasarkan jenis batang tanaman, yaitu berkayu keras, semi berkayu, dan herbaceous. Selain itu
perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengangrafting dan budding. Grafting / penyambungan
adalah seni menyambungkan dua jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya
bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai suatu tanaman gabungan.
Sedangkan budding adalah salah satu bentuk grafting, dengan ukuran batang tereduksi menjadi
hanya terdiri atas satu mata tunas (Hartmann et al., 1997).
SAMBUNG PUCUK
Menurut Ir.Rini Wudianto (2004) Sambung atau grafting adalah menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini
terus tumbuh membentuk tanaman baru.Teknik penyambungan ini kita terpakan untuk beberapa keperluan,yaitu membuat bibit tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak dan juga untuk membantu pertumbuhan tanaman. Dengan mengadakan penyambungan kita mengharapkan bibit yang kita hasilkan akan lebih unggul dari tanaman asalnya.Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada tanaman durian Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili.
Proses Pertautan SambunganProses pertauatan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh selsel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim (Hartmann et al, 1997). Menurut Ashari (1995) sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali.
Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling
menjalin secara sempurna. Ashari (1995) mengemukakan bahwa hal ini hanya mungkin jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan.Dalam melakukan grafting atau budding, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompatibilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung untuk menjadi satu tanaman baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan persentase kompabilitas tinggi jika masih dalam satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman masing-masing (Ashari, 1995). Untuk mendapatkan penyambungan yang kompetibel diperlukan penyatuan yang baik antara batang atas dan batang bawah, hal ini bisa terjadi apabila pengikat sambungan berasal dari bahan dan jenis yang cocok. Menurut (Dhalimi, 1998) jenis pembalut yang umum digunakan dikebun bibit adalah plastik putih,selotip, isolasi,tali rafia dan parafilm.
Bagi sebagian orang yang memiliki hobi merawat tanaman yang mungil alias bonsai
tentunya memiliki kepuasan batin tersendiri apabila tanaman tersebut menunjukan
penampilannya yang prima, dan kita pun tentunya akan merasa betah merawatnya.
Ada beberapa tanaman yang biasa dijadikan bonsai seperti cemara udang, karet korea,
kianti, rhododendron, soka, kemuning dan tanaman hias lainnya. Namun kali ini saya
akan berbagi info tentang pembuatan bonsai dari jenis tanaman buah yaitu dari buah
kedondong atau sering disebutkedondong sambung pucuk.
SAMBUNG PUCUK
Bonsai kedondong agar lebih indah dilihat sebaiknya menggunakan kedondong hutan
atau biasa disebut kedondong cina untuk dijadikan bonggolnya, yang disambung pucuk
dengan kedondong bangkok. Bonggol kedondong dengan ukuran 60-80 cm dan tinggi
1,5 m akan tampak seperti mengenakan mahkota. Karena di ujung batangnya yang
tumpul bermunculan ranting yang sarat dengan buah.
Syarat bonggol yang dipakai
Agar tampak eksotik, bonggol kedondong cinanya dipilih yang bagus, lebih baik lagi
kalau bisa mendapatkan yang beralur-alur sehingga tampak tua umurnya. Lingkar
batang pohon dipilih yang berukuran 60-80 cm. selanjutnya untuk mempermudah
penyambungan, batang dipotong-potong dengan panjang tergantung kebutuhan, antara
1-1,5 m. pemotongan bisa dilakukan dengan gergaji mesin secara hati-hati, jangan
sampai kulit batang terkelupas. Penggergajian harus sekali jadi dan halus bekas
potongannya. Ini sangat menentukan keberhasilan tumbuhnya akar batang bawah.
Potongan batang yang dipakai tidak sembarangan. Batang yang paling dekat dengan
akar sebaiknya tidak dipakai karena terlalu berat untuk dipindahkan kedalam pot.
Setelah dipotong, batang-batang “diamankan” ditempat terbuka dan terkena sinar
matahari penuh, agar bekas luka kering. Pengeringan biasanya memerlukan waktu 3
hari. Setelah itu baru bisa ditanam. Sementara menunggu potongan batang menjadi
kering, lubang tanam disiapkan.
Ditanam bersudut 60°
Persiapan tanam bonggol tergantung pada jumlah bonggol yang akan ditanam dan
tempat yang tersedia. Bila lahan tidak luas dan bonggol hanya satu dua batang saja,
penanaman bisa dilakukan disembarang tempat dan tidak diperlukan persiapan khusus.
Tapi kalau bonggolnya banyak dan arealnya luas, cara tanamnya bisa dibuat alur.
Tanah dicangkul sedalam dua cangkulan, kira-kira 40 cm. kemudian tanah dibalik lagi
sambil diberi campuran pupuk urea dan TSP dengan perbandingan 1:1, sebanyak satu
sendok makan. Jatah pupuk ini untuk satu batang. Jumlah pupuk tidak boleh lebih dari
itu, karena bisa menyebabkan keringnya batang. Tanah siap ditanami setelah disiram
terlebih dahulu. Tanah siap ditanami setelah disiram terlebih dahulu.
Batang ditanam miring 60° terhadap permukaan tanah untuk menghindari kematian,
untuk itu gunakan penyanggah agar bonggol tidak roboh, penyanggah bisa terbuat dari
bambu dan cukup dua batang supaya bisa disilangkan.
Butuh perangsang
Bila perawatan baik, sebulan setelah tanam akan tumbuh akar dan tunas pada
bonggolnya. Perawatan meliputi perangsangan pada akar dan tunas dengan ZPT dan
pupuk daun serta penyiraman satu kali. Caranya, kira-kira 75% volume cairan ZPT dan
pupuk daun itu disemprotkan ke batang dan sisanya disiramkan ke tanah sekitar
batang. Selain itu penyiraman dilakukan sehari 2 kali.
Penyambungan.
Apabila tunas-tunas telah bermunculan di bonggol bagian atas, selanjutnya
dipersiapkan penyambungan dengan kedondong Bangkok. Tunas yang akan
disambung diseleksi yang sehat dan letaknya bagus. Biasanya jumlah tunas yang
tumbuh sekitar 6-7 batang. Agar tidak semerawut dan indah dipandang, tunas
sebaiknya disisakan 3 batang saja.
Untuk tunas atas pilih yang sehat yaitu tidak berbintik-bintik putih, umur tunas yang
baik kira-kira sebulan dan memiliki diameter 0,5 cm, dan ujungnya dipilih yang hampir
mengeluarkan daun muda. Tunas di potong maksimal 15 cm panjangnya.
Cara sambung seperti biasa, kedua tunas dipotong dan disambung dengan bentuk
potongan huruf V. agarsambungan pucuk kedondong tetap menyatu diikat dengan tali
plastic. Selama 2 minggu sambungan dikerudungi plastic.
Dibutuhkan waktu 6 bulan supaya berbuah matang
Jika sambungan telah berumur 2 minggu, kerudung plastiknya diberi lubang sedikit
demi sedikit untuk mengurangi kelembapan yang ada dibagian dalam. Penyesuaian
dengan udara luar ini dilakukan selama 3 minggu. Plastic akan dibuka seluruhnya kalau
sambungan sudah jadi. Tandanya, tunas berwarna hijau, tidak layu, dan tidak ada lagi
daun-daun yang gugur. Dari pentil sampai buah menjadi tua dibutuhkan waktu 6 bulan.
Pemindahan ke pot
Pot yang baik untuk tanaman ini berukuran diameter kurang lebih 1 m dengan tinggi 70-
100 cm. pot itu diberi lubang secukupnya, kemudian kedalamnya ditaruh peresapan air,
misalnya ijuk, pakis anggrek, atau serutan kayu jati. Medianya yang meruoakan
campuran antara tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1, dimasukan
setelah bahan peresap. Sebelum tanaman dipindahkan, media diberi satu sendok
makan pupuk TSP.