Money Game

11
ANALISIS PERKEMBANGAN MASALAH MONEY GAME I. KONDISI SAAT INI Banyak tawaran investasi yang sering disampaikan dari mulut ke mulut, media masa, dan internet. Tawaran investasi ini memberikan keuntungan yang sangat luar biasa, mencapai lebih 100% per tahun. Bagi pemasarnya, ditawarkan penghasilan puluhan bahkan ratusan juta per-bulan. Tawaran investasi itu sering sekali diberikan nuansa rahasia, hanya orang terdekat dan anggota yang boleh tahu detilnya. Keuntungan investasi atau penghasilan tersebut menjadi sangat tidak masuk akal bila dibandingkan dengan bunga deposito yang hanya 5~7% per- tahun. Penghasilan yang diklaim para pemasar produk investasi tersebut jauh diatas gaji profesional dengan pengalaman kerja puluhan tahun atau posisi direktur. Anehnya lagi, tawaran investasi dan pekerjaan tersebut sering diklaim tanpa resiko. Kesempatan menggiurkan itu bisa diperoleh dari usaha Multi Level Marketing (MLM) atau direct selling yang telah lama tumbuh dan berkembang, apalagi selama masa krisis di Indonesia, baik dari jumlah perusahaan, jenis produk maupun pelaku usaha tersebut. Para pelaku usaha ini biasa disebut member, anggota, mitra bisnis atau investor. Mengembangkan network menjadi sangat penting dalam usaha ini. Karena penghasilan usaha ini didapat bukan hanya dari menjual produk tapi juga dari hasil penjualan jejaring yang dikembangkan. Namun, dibalik maraknya perkembangan bisnis MLM dan kesuksesan yang sudah dirasakan sebagian member, sesungguhnya

description

Peran Polri dalam menanggulangi damapak Money Game

Transcript of Money Game

Page 1: Money Game

ANALISISPERKEMBANGAN MASALAH MONEY GAME

I. KONDISI SAAT INI

Banyak tawaran investasi yang sering disampaikan dari mulut ke mulut,

media masa, dan internet. Tawaran investasi ini memberikan keuntungan yang

sangat luar biasa, mencapai lebih 100% per tahun. Bagi pemasarnya, ditawarkan

penghasilan puluhan bahkan ratusan juta per-bulan. Tawaran investasi itu sering

sekali diberikan nuansa rahasia, hanya orang terdekat dan anggota yang boleh

tahu detilnya. Keuntungan investasi atau penghasilan tersebut menjadi sangat

tidak masuk akal bila dibandingkan dengan bunga deposito yang hanya 5~7% per-

tahun. Penghasilan yang diklaim para pemasar produk investasi tersebut jauh

diatas gaji profesional dengan pengalaman kerja puluhan tahun atau posisi

direktur. Anehnya lagi, tawaran investasi dan pekerjaan tersebut sering diklaim

tanpa resiko.

Kesempatan menggiurkan itu bisa diperoleh dari usaha Multi Level

Marketing (MLM) atau direct selling yang telah lama tumbuh dan berkembang,

apalagi selama masa krisis di Indonesia, baik dari jumlah perusahaan, jenis

produk maupun pelaku usaha tersebut. Para pelaku usaha ini biasa disebut

member, anggota, mitra bisnis atau investor. Mengembangkan network menjadi

sangat penting dalam usaha ini. Karena penghasilan usaha ini didapat bukan

hanya dari menjual produk tapi juga dari hasil penjualan jejaring yang

dikembangkan.

Namun, dibalik maraknya perkembangan bisnis MLM dan kesuksesan yang

sudah dirasakan sebagian member, sesungguhnya tidak sedikit beredar kisah

sedih dari orang yang gagal menggeluti bisnis MLM atau kegiatan usaha lain yang

pola kerjanya nyaris sama dengan MLM, namum bukan pola MLM. Oleh

karenanya, dalam pembahasan kali ini saya mencoba memberikan beberapa ciri

yang dapat diamati guna membedakan antara bisnis MLM dan bisnis berkedok

MLM, atau biasa disebut dengan MONEY GAME.

Perusahaan penggandaan uang yang berkedok MLM biasanya

menawarkan berbagai kemudahan dan janji-janji yang menggiurkan.

Penyelewengan sistem MLM ini nampak dalam Skema Piramida, Skema Binari

Page 2: Money Game

dan Mekanisme Ponzi. Pemasaran produk dengan skema tersebut memiliki ciri-ciri

khusus yang sebenarnya mudah untuk dikenali. Beberapa ciri-ciri dari kegiatan

Money Game yang berkedok Multi Level Marketing/MLM tersebut antara lain :

1. Pungutan biaya pendaftaran anggota yang relatif besar dan sebagian

digunakan sebagai kompensasi atau komisi kepada orang-orang yang

merekrut atau mensponsori anggota baru.

2. Keharusan setiap anggotanya untuk melakukan pembelian produk dalam

jumlah besar dan dengan potongan harga setinggi mungkin (sementara harga

produk umumnya telah “disesuaikan” secara tidak wajar) dan tidak disertai

dengan jaminan uang kembali (garansi), karena produk-produk yang mereka

distribusikan umumnya memang tidak dapat dipertanggungjawabkan kualitas

dan manfaatnya.

3. Ketidakpedulian perusahaan dan distributor independennya terhadap kualitas

produk dan kepuasan pelanggan, sehingga konsumen cenderung menjadi

korban. Ketidakpedulian ini juga nampak nyata karena banyak distributor yang

telah memesan produk sebagai syarat menjadi anggota, kemudian tidak

pernah mengambil produk tersebut dari perusahaan.

4. Tidak adanya perjanjian atau kontrak tertulis antara perusahaan dengan

distributornya.

5. Tidak adanya pendidikan dan sistem pelatihan yang sistematis dan

berkesinambungan untuk para distributor.

6. Tidak diterimanya perusahaan yang melaksanakan pemasaran sebagai

anggota APLI atau Direct Selling Association (DSA) di negara di mana mereka

beroperasi.

7. Pelanggaran terhadap prinsip umum MLM yang sah, yakni semua anggota

memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan

produk atau serius. Dalam Mony Game mereka yang mendaftar belakangan

kurang dan/ atau tidak memiliki sama sekali peluang untuk mendapatkan

keuntungan.

Penipuan dengan money game, skema piramid, dan inventory

loading memang sulit dibedakan oleh orang awam. Apalagi bila bisnis ini

Page 3: Money Game

menggunakan kedok bisnis yang syah seperti investasi, pemasaran

berjenjang (multi level marketing), arisan, simpan-pinjam, dan

penggunaan teknologi internet. Penipuan ini semakin leluasa bergerak

karena pemerintah sebagai pengawas dan pengatur tidak mempunyai

perangkat hukum, bahkan dengan mudah memberikan ijin operasi bagi

usaha tersebut tanpa pengawasan.

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Criminal is shadow of civilization, kejahatan adalah bayang-bayang

peradaban. Dalam arti lain kejahatan berkembang sesuai dengan perkembangan

zaman. Money Game yang merupakan kejahatan sudah berumur panjang.

Dimana Bisnis model Money Game ini dikenal istilah Skema Ponzi (Ponzi

Scheme), berasal dari nama seorang penipu bernama Charles Ponzi,

yang tinggal di Boston, Amerika. Ponzi menawarkan investasi berupa

transaksi spekulasi perangko (mail coupons) Amerika terhadap perangko

asing di akhir tahun 1919 sampai 1920. Yang kemudian berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman.

Bisnis Model Money Game di Indonesia saat ini sangat banyak terjadi

bahkan mungkin salah satu dari kita pernah menjalankan bisnis tersebut. Sudah

banyak korban berjatuhan dikarenakan bisnis ini. Seperti Kasus PT KOSPIN yang

terjadi di Pinrang ( Sulawesi Selatan ) pada tahun 2002 dimana ribuan orang

tertarik dengan tawaran yang menggiurkan dengan menjanjikan keuntungan 10 %

per-bulannya yang akhirnya ratusan bahkan milyaran rupiah uang milik mereka

hilang dengan percuma setelah mereka memasukkan uangnya ke PT KOSPIN

Pinrang.

Korban dari Bisnis Money Game ini tidak saja dari kalangan kelas bawah

saja tetapi juga yang sangat mengejutkan banyak dari mereka yang berprofesi

sebagai Pejabat Birokrat, Pejabat TNI/Polri, Pegawai Swasta dan orang-orang

kaya lainnya dimana mereka tertipu dan kehilangan harta benda yang tidak sedikit

untuk mencoba bisnis tersebut .

Page 4: Money Game

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa mereka sangat

tertarik menjalankan Bisnis MONEY GAME ini antara lain :

1. Sifat Manusia yang Tidak Pernah Puas

Manusia pada dasarnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat unik dan

selalu tidak puas dengan apa yang telah dimiliki. Seperti dalam Teori

Moslow/Motivasi dimana menurut Moslow:

“Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarkhi kebutuhan yaitu Physical Needs( Kebutuhan Pokok untuk hidup ), Safety Needs ( Kebutuhan Keamanan ), Social Needs ( Kebutuhan Sosial ), The Needs for Esteem ( Kebutuhan Pengakuan ), The Needs for self Actualization ( Kebutuhan untuk Aktualisasi Diri )” .

Dengan terbentuknya stratifikasi kebutuhan tersebut pada setiap manusia

praktis tawaran Bisnis MONEY GAME yang menggiurkan ini tidak saja

menggiurkan orang dari kalangan bawah secara ekonominya tetapi pula

orang yang mampu secara ekonomis pun ikut serta tergiur dengan bayangan

keuntungan yang besar tersebut.

.

2. Budaya Masyarakat

Budaya masyarakat Indonesia pada umumnya yang sangat mengkhawatirkan

adalah Kebudayaan Instan. Maksudnya bahwa masyarakat kita adalah

manusia yang menginginkan kemudahan dalam mencapai sesuatu. Seperti

yang disampaikan Yayan Sofyan dalam situsnya www.yayan.com

menyatakan bahwa:

” ......, ia pun didukung oleh faktor-faktor kultural. Sebut saja budaya instant dan seremonialisme, yang kerap menjadi Pointpsikis yang menggusur banyak orang untuk cepat mempercayai orang asing yang potensial menjadi penipu”.

Masyarakat kita masih memandang penampilan seseorang sebagai standar

penilaian yang pada akhirnya juga berbalik menjadi bumerang penipuan

dimana selanjutnya sifat ketergesa-gesaan selalu membimbing kita untuk

terperosok ke jurang kehancuran.

Page 5: Money Game

Hal lain yang ikut memicu orang-orang tertarik mengikuti kegiatan Money

Game tersebut yaitu Masyarakat Indonesia yang suka meniru orang lain.

Perusahaan ”Money Game ” tersebut menawarkan bisnis menggiurkan itu

yaitu dengan melibatkan tokoh ataupun pejabat negara. Seperti yang

disebutkan oleh Edy Zaqeus dalam www.pembelajar.com :

”...... dalam peresmian pendirian perusahaan Probest Internasional Indonesia di Jl. Gunung Sahari Raya 25 pada Bulan Juni 2002 hadir tokoh-tokoh penting seperti Sutiyoso ( Gubernur DKI Jakarta ), Makbul Padmanegara ( Kapolda Metro Jaya ) serta Gubernur dan Kapolda NTB”

dari hal tersebut membuat sebagian masyarakat menganggap bahwa hal

tersebut merupakan kegiatan legal karena banyak pejabat ataupun tokoh

masyarakat yang mengikuti bisnis tersebut.

3. Kebijakan Pemerintah

Selain dari faktor manusia dan budaya masyarakat Indonesia yang

materialistik hal lain yang memicu semakin gencarnya Bisnis Money Game di

Indonesia yaitu masih lemahnya pengawasan dari pengeluaran ijiin pendirian

perusahaan Bisnis Money Game berkedok MLM ini. Sebagaimana dikutip

dari www.apli.com yang menyebutkan bahwa :

” ……… Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI) tidak pernah reda untuk mengikis habis perusahaan nakal pengganda uang (pola piramida) yang berkedok perusahaan MLM atau mendompleng usaha itu. Adapun salah satu upaya yang ditempuh adalah mendesak Deperindag untuk segera menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang Ketentuan kegiatan usaha penjualan berjenjang “

Deperindag masih belum melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

melakukan bisnis penjualan berjenjang ini. Padahal sudah banyak

pengalaman yang terjadi dari dampak pemberian ijin terhadap PT KOSPIN,

PT PROBEST, PT QSAR, PT ARTHAMULIA ERESKA PERDANA, PT GCI

dan lain sebagainya yang nyatanya perusahaan-perusahaan tersebut

melakukan kegiatan Money Game dengan berkedok usaha penjualan

berjenjang. Seharusnya Deperindag melakukan audit ataupun pemeriksaan

terhadap perusahaan yang menjalankan kegiatan tersebut namun hal

Page 6: Money Game

tersebut tidak dilakukan oleh Deperindag baru kemudian setelah timbul

korban dan kerugian yang tidak sedikit, Deperindag mau bertindak tegas

mencabut ijin perusahaan tersebut.

4. Pembodohan Media Massa

Kesalahan informasi yang diterima masyarakat berkaitan dengan Bisnis Money

Game yang berkedok MLM ini pada awalnya pula disebabkan pemberitaan yang

menghebohkan mengenai Bisnis Money Game ini seperti yang dikutip oleh

Siswa Rizali di E-mail: [email protected] :

“PT Gee Cosmos Indonesia (PT GCI) mengiklankan secara gencar program investasi Gee System di berbagai media nasional, seperti Kompas, Gatra, Nova, RCTI dan lainnya, pada tahun 2001. Iklan G System itu menawarkan program investasi pembiayaian iklan berbagai produk, seperti kosmetik, elektronik, dan jam tangan, yang ditayangkan di stasiun televisi di Jepang. Keuntungan dari hasil penjualan produk tersebut selama empat bulan, 30 persennya akan diberikan kepada PT GCI. Bagi hasil ini yang nantinya menjadi pendapatan para investor “.

Akibat dari pembodohan media massa tersebut membuat masyarakat tidak

mengetahui secara benar bisnis tersebut mengakibatkan semakin banyaknya

masyarakat yang tergiur untuk menjalankan Bisnis Money Game tersebut. Hal

tersebut sangat aneh tidak ada satu media massa yang pernah memuat

iklan PT GCI tersebut merasa ikut terlibat dalam pembodohan

masyarakat. Semua media hanya berlomba memberitakan

terbongkarnya penipuan oleh PT GCI. Penulis tidak bisa menemukan

artikel atau permintaan maaf dari media karena telah menyesatkan

pembaca/ penonton melalui iklan-iklan dan liputan yang dibuatnya

atas PT GCI.

Selain itu pula yang membuat masyarakat terkecoh untuk bersedia

menjalankan bisnis Money Game ini adalah Beberapa pemberitaan

Media Massa yang memuat Profil keberhasilan seseorang seperti yang

dikutip dari Koran Republika 15 Juni 2003 :

“…….dalam wawancara dengan Meirizal Zulkarnaen, Manajer Humas PT Probest, dengan bangga menyatakan bahwa penghasilannya

Page 7: Money Game

mencapai Rp 200 juta per bulan. Menggambarkan Meirizal sebagai alumnus IAIN Jakarta, mantan aktifis ”Aliansi Jurnalis Independen” dan ”Institut Studi Arus Informasi”, mantan caleg dari Partai Amanat Nasional 1999, dan juga mantan reporter/redaktur penerbitan nasional, memberikan kesan Meirizal sebagai seorang jujur yang selalu bekerja keras. Selain keberhasilannya dalam mengumpulkan materi berupa emas, mobil, dan rumah, Meirizal juga digambarkan sebagai seorang yang taat beribadah dengan kebiasaannya membayar zakat setiap bulan dan niatnya yang akan menunaikan ibadah haji bersama keluarganya “

Media-media yang ada pada umumnya melakukan kesalahan

mendasar dalam meliput kesuksesan seseorang, yaitu hanya

mengukur besarnya materi yang dimiliki, tanpa mau melakukan

investigasi bagaimana materi itu diperoleh. Sikap materialistis yang

menguasai reporter dalam meliput berita keberhasilan seseorang

membuatnya mudah dimanipulasi oleh pengurus/anggota skema

piramid/money game untuk hanya melihat nilai harta yang dimilikinya.

Kemudian artikel si reporter yang mengusung keberhasilan

materialistis si penipu akan menghipnotis lebih banyak lagi

masyarakat yang juga dikuasai sifat materialistis. Jelaslah hal ini

sebuah mekanisme pembodohan masyarakat.

III. KONDISI YANG DIHARAPKAN

Dari kejadian yang telah terjadi diatas diharapkan Bisnis Money Game yang

berkedok MLM ( Multi Level Marketing ) ini dapat diantisipasi oleh masyarakat.

Masyarakat harus berhati-hati bila mendapatkan tawaran yang menggiurkan dari

ajakan seseorang maupun perusahaan yang menawarkan usaha untuk

menggandakan uang tersebut.

Untuk mewujudkan kondisi kewaspadaan masyarakat tersebut ada beberapa cara

yang perlu ditempuh untuk mengantisipasi hal tersebut antara lain yaitu dari

masyarakat, Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) dan pemerintah.

Page 8: Money Game

1. Masyarakat

Untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat bila mendapatkan kupon

berhadiah dalam kemasan produk:

1. Jangan terlalu percaya langsung terhadap kupon undian berhadiah yang

konsumen dapatkan.

2. Cek kebenaran undian berhadiah tersebut ke nomor telephon konsumer

service yang berada di kemasan produk. Jangan mempercayai nomor

konsumer service yang berada di kupon undian.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh produsen produk yang digunakan

oleh pelaku penipuan undian berhadiah, antara lain:

1. Memberikan informasi yang benar akan adanya undian berhadiah yang

diselenggarakan olehnya.

2. Melakukan pengamanan terhadap kupon undian yang tidak terpakai

dengan melakukan pemusnahan kupon tersebut.

3. Melakukan klarifikasi akan adanya penipuan yang menggunakan

produknya sebagai media penipuan.

Dengan dilakukan hal-hal teresebut di atas, diharapkan penipuan dengan modus

menggunakan kupon undian berhadiah dapat diantisipasi oleh masyarakat atau

konsumen. Kewaspadaan terhadap undian berhadiah adalah kunci utama agar

terhindar dari penipuan bermoduskan undian berhadiah.

a. PERAN POLRI DALAM MENGATASI MASALAH