MOJOLABAN SUKOHARJO INFORMAL PEMBUATAN …/Pengaruh...GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA INDUSTRI INFORMAL...
Transcript of MOJOLABAN SUKOHARJO INFORMAL PEMBUATAN …/Pengaruh...GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA INDUSTRI INFORMAL...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP
GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA INDUSTRI
INFORMAL PEMBUATAN GAMELAN
MOJOLABAN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Nur Ika Widyawati
R.0208074
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juni 2012
Nama : Nur Ika Widyawati
NIM. R0208074
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Nur Ika Widyawati, R.0208074, 2012. “ Pengaruh Intensitas Kebisingan
terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja Industri Informal Pembuatan Gamelan
Mojolaban Sukoharjo”. Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang : Kebisingan merupakan salah satu masalah penting dalam
hygiene industri karena dapat mengakibatkan kerusakan pada kesehatan
diantaranya adalah kerusakan pendengaran secara sementara maupun secara
permanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh intensitas
kebisingan terhadap gangguan pendengaran pekerja industri informal pembuatan
gamelan Mojolaban Sukoharjo.
Metode : Jenis Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah 30 orang pekerja laki-laki
dengan menggunakan sampling jenuh. Teknik pengolahan dan analisa data
dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test dengan menggunakan program
SPSS versi 16.0.
Hasil : Perhitungan intensitas kebisingan dan gangguan pendengaran di bagian
penempaan yang terpapar bising > NAB terdapat 15 pekerja mengalami gangguan
pendengaran telinga kanan dan 5 pekerja tidak mengalami gangguan telinga
kanan, sedangkan pada telinga kiri 16 pekerja mengalami gangguan dan 4 orang
pekerja tidak mengalami gangguan. Pada bagian finishing yang terpapar bising <
NAB terdapat 2 pekerja mengalami gangguan pendengaran telinga kanan dan 8
pekerja tidak mengalami gangguan telinga kanan, sedangkan pada telinga kiri 2
pekerja mengalami gangguan dan 8 pekerja tidak mengalami gangguan. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p untuk telinga kanan p = 0,007 (p<0,05) serta p untuk
telinga kiri p = 0,004 (p<0,05) yang menunjukkan hasil uji signifikan.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh
Intensitas Kebisingan Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja Industri Informal
Pembuatan Gamelan Mojolaban Sukoharjo.
Kata kunci : Intensitas Kebisingan, Gangguan Pendengaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Nur Ika Widyawati, R.0208074, 2012. “The Effect of Intensity Noise to the
Industrial Workers Informal Hearing Preparation of Gamelan Mojolaban
Sukoharjo”. Diploma Study Program IV Occupational Healthy and Safety,
Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.
Background: Noise is one of important problems in industrial hygiene because it
can cause damage to the health. They are permanent hearing loss is temporary or
permanent basis. The study aims to determine the influence of noise on hearing
the intensity of informal industrial workers in making gamelan Mojolaban
Sukoharjo.
Methods: This type is an observational study used cross sectional analytic
approach. Subjects in of the observation were 30 male workers who using
saturated sampling. Processing techniques and data analysis conducted by the
statistical test Chi square test using SPPS program version 16.0.
Results: The calculation of the intensity of noise and hearing in the forging
exposed to noise > NAB there were 15 workers who have got hearing loss on their
right ears and 5 workers are not impaired right ear, whereas the left ear impaired
workers 16 and 4 people working undisturbed. On the finishing exposed to noise <
NAB are 2 experienced workers right ear hearing loss and 8 workers are not
impaired right ear, whereas the left ear impaired workers 2 and 8 workers are not
impaired. The results of statistical tests p values obtained for the right ear p =
0.007 (p<0.05) and p to the left ear p = 0.004 (p<0.05) indicating significant test
results.
Conclusion: Based on this study it can be concluded that no effect of Intensity
Noise Industrial Workers of the Informal Hearing Making Gamelan Mojolaban
Sukoharjo.
Keywords: The Intensity of Noise, Hearing Loss
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT atas semua rahmat dan nikmat-Nya yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Intensitas
Kebisingan Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja Industri Informal
Pembuatan Gamelan Mojolaban Sukoharjo”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Program Studi Diploma IV Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan
dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra.,Msi selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta serta selaku Tim Skripsi yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Ibu Reni Wijayanti, dr.,M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama peyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dwi Surya Supriyana, dr.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi
ini.
5. Ibu Sri Hartati H.,Dra.,Apth.,SU selaku Dosen Penguji yang telah memberi
masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak-bapak yang berada di Industri pembuatan Gamelan Mojolaban
Sukoharjo serta pemilik Industri Gamelan yang telah memberikan ijinnya
untuk melaksanakan penelitian.
7. Pekerja Industri Gamelan Mojolaban Sukoharjo yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi responden dan membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ilmu dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
9. Staff dan karyawan Jurusan Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
membantu penulis selama melakukan kuliah dan penyusunan skripsi.
10. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan Semua keluarga penulis sayangi. Terima kasih
atas doa, dorongan dan semua kasih sayang yang selama ini kalian berikan.
Tidak ada kata yang bisa penulis ucapkan, tidak ada perbuatan yang sanggup
penulis berikan untuk membalas segala cinta kasih dan pengorbanan yang
diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
11. Teman-teman seperjuangan Rusmiara dan Nining yang selama ini telah
memberi masukan dan dukungan untuk penulis, terima kasih untuk
persahabatan dan kebersamaan kita disaat kita berjuang bersama.
12. Teman-teman seperjuangan angkaan 2008, terima kasih untuk empat tahun
yang indah, nasehat dan doa dari kalian.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan
masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Juni 2012
Penulis,
Nur Ika Widyawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 5
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 21
C. Hipotesis ...................................................................................... 22
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 23
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 23
C. Populasi Penelitian ...................................................................... 23
D. Teknik Sampling ......................................................................... 24
E. Sampel Penelitian ........................................................................ 24
F. Desain Penelitian ......................................................................... 24
G. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 25
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 25
I. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 27
J. Cara Kerja Penelitian .................................................................. 29
K. Teknik Analisis Data ................................................................... 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 31
A. Gambaran Umum Perusahaan ..................................................... 31
B. Karakteristik Subyek Penelitian .................................................. 32
C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan ..................................... 33
D. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Pekerja .................... 34
E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan dan Ganguan Pendengaran 36
BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................... 40
A. Karakteristik Subyek Penelitian .................................................. 40
B. Analisa Univariat ........................................................................ 41
C. Analisa Bivariat ........................................................................... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 45
A. Simpulan ..................................................................................... 45
B. Saran ........................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan ........................................................ 7
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Pendengaran ................... 14
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Subyek Penelitian ................................... 32
Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan............................................ 33
Tabel 5. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran > NAB ........................... 34
Tabel 6. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran < NAB .......................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Telinga Manusia .............................................................. 12
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................ 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 3. Jadwal Penelitian
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Audiometri Tenaga Kerja
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik SPSS 16
Lampiran 7. Foto Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak
menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah
pekerjaan. Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan
teknologi modern. Disaat ini kita menerima peningkatan dan perubahan
teknologi. Namun, kita juga tidak bisa lepas dari kemungkinan efek samping
dari teknologi tersebut (Anizar, 2009). Timbul bising lingkungan kerja yang
bisa berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja salah satunya adalah
kebisingan (Buchari, 2007).
Kebisingan merupakan salah satu masalah penting dalam hygiene
industri karena dapat mengakibatkan kerusakan pada kesehatan dan
menurunnya produktifitas pekerja. Kerusakan yang terjadi diantaranya adalah
kerusakan pendengaran secara sementara maupun secara permanen. Selain
itu, kebisingan yang terus-menerus juga dapat menurunkan konsentrasi
pekerja dan mengakibatkan stress sehingga kecelakaan karena kerja dapat
terjadi (Anizar, 2009).
Industri pengrajin Gamelan di Desa Wirun Mojolaban Sukoharjo,
merupakan industri informal yang bergerak dibidang pembuatan gamelan, di
industri ini proses pembuatan gamelan masih menggunakan peralatan yang
sederhana dan alat kerja yang menimbulkan bising. Kebisingan terutama
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terjadi pada waktu proses meratakan gamelan dan menggerinda gamelan
dengan mesin gerinda. Semua pekerja yang berada di industri pembuatan
gamelan ini tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi
intensitas kebisingan. Selain itu, pekerja yang ada di industri pembuatan
gamelan tersebut merupakan pekerja lama dan sudah bekerja selama lebih
dari 5 tahun. Pekerjanya adalah laki-laki dan bekerja selama 6 hari yaitu hari
Senin sampai hari Sabtu, dengan lama bekerja dari pagi hingga sore pukul
08.00 – 16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Berdasarkan dari data yang diambil pada survey awal banyak
ditemukan pekerja yang mengalami keluhan gangguan pendengaran,
kebanyakan pekerja yang mengalami gangguan pendengaran berada pada
tempat yang terpapar bising. Kebisingan yang ada di tempat kerja telah
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan (85 dBA untuk 8
jam kerja) seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Kebisingan, dan pekerja mengalami beberapa gangguan
seperti gangguan terhadap fungsi pendengaran dan gangguan keseimbangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan
pendengaran pada pekerja di Industri Informal Pembuatan Gamelan Desa
Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap
gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan
gamelan desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
Untuk mengukur dan mengetahui intensitas kebisingan dan
gangguan pendengaran pekerja industri informal pembuatan gamelan
Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Membuktikan secara empiris teori tentang pengaruh kebisingan
terhadap gangguan pendengaran.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi pekerja industri pembuat gamelan Sukoharjo.
Memberi masukan kepada pekerja agar lebih menjaga kesehatan
dirinya dari efek bising ditempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
b. Bagi industri informal pembuat gamelan Sukoharjo
Memberi rekomendasi kepada industri informal pembuat gamelan
Sukoharjo untuk melakukan tindakan pengendalian kebisingan
dengan gangguan pendengaran.
c. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh kebisingan
terhadap gangguan pendengaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kebisingan
a. Pengertian Bising
Bising adalah suara yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki
(Anizar, 2009). Kebisingan diartikan sebagai semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-alat
kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (Suma’mur P.K, 2009).
b. Jenis Kebisingan
Menurut Anizar (2009), jenis kebisingan dapat dikelaskan
kepada beberapa jenis yaitu :
1) Bising secara terus-menerus adalah bising yang mempunyai
perbedaaan tingkat intensitas bunyi di antara maksimum dan
minimum yang kurang dari 3 dBA. Contohnya adalah bunyi yang
dihasilkan oleh mesin penenun tekstil.
2) Bising fluktuasi ialah bunyi bising yang mempunyai perbedaan
tingkat di antara intensitas yang tinggi dengan yang rendah lebih
dari 3 dBA.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3) Bising Impuls ialah bunyi bising yang mempunyai intensitas yang
sangat tinggi dalam waktu yang singkat seperti tembakan senjata
api, lagaan besi dan sebagainya.
4) Bising bersela ialah bunyi yang terjadi di dalam jangka waktu
tertentu serta berulang. Contohnya bising ketika memotong besi
akan berhenti apabila gergaji itu dihentikan. Terdapatnya
kombinasi daripada jenis bunyi diatas, contohnya kebisingan
berterusan dan bersela dapat terjadi secara serentak.
c. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya di
tempat kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar
tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam sehari dan 5 (lima) hari kerja
seminggu atau 40 jam seminggu. Nilai Ambang Batas (NAB)
kebisingan adalah 85 dBA. NAB kebisingan tersebut merupakan
ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Kebisingan (Suma’mur P.K, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Intensitas (dB) Waktu Paparan Perhari
85 8 jam
88 4 jam
91 2 jam
94 1 jam
97 30 menit
100 15 menit
103 7,5 menit
106 3,75 menit
109 1,88 menit
112 0,94 menit
115 28,19 detik
118 14,06 detik
121 7,03 detik
124 3,52 detik
127 1,76 detik
130 0,88 detik
133 0,44 detik
136 0,22 detik
139 0,11 detik
140 0 detik *
*Catatan : Walaupun sesaat tidak boleh terpapar.
Sumber : Suma’mur P.K, 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
d. Pengendalian Kebisingan
Kebisingan dapat dikendalikan dengan :
1) Pengendalian secara tehnis yaitu mengurangi sumber kebisingan
dengan menempatkan peredam suara pada sumber kebisingan,
melakukan modifikasi mesin atau bangunan, dan mengganti
mesin dan menyusun perencanaan bangunan baru (Budiman,
2006). Dan atau mengganti bagian-bagian peralatan logam (yang
menimbulkan intensitas suara tinggi dengan “dynamic dampers”,
karet atau “plastic bumbers” (Soeripto, 2008).
2) Pengendalian secara administratif Proteksi dengan sumbat atau
tutup telinga yaitu ear muff dan ear plug. Alat perlindungan diri
tutup atau sumbat telinga harus diseleksi, sehingga dipilih yang
tepat ukurannya bagi pemakai. Alat ini dapat mengurangi
intensitas kebisingan sekitar 10-25 dBA (Suma’mur P.K, 2009).
3) Penempatan penghalang pada jalan transmisi suara yaitu isolasi
ruang kerja dengan mesin merupakan upaya yang cepat dan baik
untuk mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun
rencana yang sebaik mungkin dan bahan-bahan yang dipakai
untuk penutup harus dibuat cukup berat dan dilapisi oleh bahan
yang dapat menyerap suara agar tidak menimbulkan getaran yang
kuat (Sasongko, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
e. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan
Dampak bising terhadap kesehatan para pekerja menurut Buchari
(2007) antara lain sebagai berikut :
1) Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah,
peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah
kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris.
2) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman,
kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan
jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik
seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.
3) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya
pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi
pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi
ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar
teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat
menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4) Gangguan keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan
fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain.
5) Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang
paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya
bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus ditempat bising
tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau
tuli.
2. Gangguan Pendengaran
a. Pengertian Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat
pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan
normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar,
gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat
ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari (Buchari,
2007).
b. Fisiologi dan Mekanisme Pendengaran
Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian
luar, bagian tengah, dan bagian dalam. Ketiga bagian telinga tersebut
memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang
berada disekitar manusia. Bagian luar telinga terdiri dari daun telinga
dan saluran telinga yang panjangnya kurang lebih 2 cm. Fungsi utama
bagian luar telinga adalah sebagai saluran awal masuknya gelombang
suara di udara ke dalam sistem pendengaran manusia. Bagian tengah
terdiri dari gendang telinga dan tiga tulang yaitu hammer (malleus),
anvil (incus), dan stirrup (stapes). Bagian tengah telinga manusia,
tepatnya pada bagian belakang gendang telinga berhubungan dengan
hidung melalui tabung eustachius (arah masuknya gelombang suara
dari saluran telinga luar dianggap sebagai bagian depan gendang
telinga).
Pada proses masuknya gelombang suara hingga mencapai
gendang telinga. Gelombang suara yang mencapai gendang telinga
akan membangkitkan getaran pada selaput gendang telinga tersebut.
Getaran yang terjadi akan diteruskan pada tiga buah tulang, yaitu
hammer, anvil, dan stirrup yang saling terhubung di bagian tengah
telinga yang akan menggerakkan fluida (cairan seperti air) dalam
organ pendengaran berbentuk keong (cochlea) pada bagian dalam
telinga. Selanjutnya, gerakan fluida ini akan menggerakkan ribuan sel
berbentuk rambut halus di bagian dalam telinga yang akan
mengonversikan getaran yang diterimanya menjadi impuls bagi saraf
pendengaran. Oleh saraf pendengaran (auditory nerve), impuls
tersebut akan dikirim ke otak untuk diterjemahkan menjadi suara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kita dengar. Terakhir, suara akan “ditahan” oleh otak manusia kurang
lebih selama 0,1 detik.
Pada kondisi atau aktivitas tertentu, misalnya saat seseorang
berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dengan perbedaan tingkat
ketinggian lokasi cukup besar dalam waktu relatif singkat, akan timbul
perbedaan tekanan udara antara bagian depan dan belakang gendang
telinga. Akibatnya, gendang telinga tidak dapat bergetar secara
efisien, dan sudah barang tentu pendengaran menjadi terganggu.
Selain penyebab-penyebab traumatik, lubang pada gendang telinga
juga dapat terjadi karena adanya infeksi pada bagian tengah telinga
yang menjalar hingga gendang telinga. Saat hal ini terjadi, terkadang
akan keluar darah dari telinga (Sihar Tigor, 2005).
Anatomi telinga lebih jelas nampak dalam sajian gambar sebagai
berikut ini :
Gambar 1. Anatomi Telinga Manusia (Sumber : Sihar Tigor,
2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Jenis-jenis Gangguan Pendengaran
Jenis-jenis gangguan pendengaran menurut Alfian Taher (2007)
dalam Muslikhah (2009) :
1) Gangguan pendengaran konduktif
Gangguan pendengaran konduktif terjadi akibat adanya
benturan atau karena sebab lain.
2) Gangguan pendengaran sensori neukal
Gangguan sensori disebabkan adanya penyakit di dalam
bagian dalam telinga (syaraf pendengaran). Gangguan
pendengaran sensori neural dikelompokkan lagi menjadi
gangguan pendengaran sensorik dan gangguan pendengaran
neural. Gangguan pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit
keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan trauma akustik (suara
yang sangat keras), infeksi virus pada telinga dalam, obat-obatan
tertentu dan penyakit meniere.
Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran
subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran
telinga, telinga tengah, telinga dalam, syaraf pendengaran atau
jalur syaraf pendengaran di otak. Kemudian getaran akan
diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di
telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah
getaran menjadi gelombang syaraf, yang selanjutnya akan
berjalan di sepanjang syaraf pendengaran. Jika pendengaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui
hantaran tulang normal, dikatakan tuli konduktif. Namun jika
pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka
terjadi tuli sensori neural. Terkadang pada seorang penderita, tuli
konduktif dan sensori neural terjadi secara bersamaan. Dalam
kondisi seperti ini bisa menggunakan alat bantu dengar.
Klasifikasi tingkat keparahan gangguan pendengaran tersaji
dalam tabel berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Pendengaran
Rentang Batas Atas
Kekuatan Suara yang
Didengar (dB)
Klasifikasi Tingkat Keparahan
Gangguan Sistem Pendengaran
10 - 25 (0 - 20) Rentang normal
26 – 40
Gangguan pendengaran ringan :
1. Mengalami sedikit gangguan
dalam membedakan beberapa jenis
konsonan
2. Mengalami sedikit masalah saat
berbicara
41 – 55 Gangguan pendengaran sedang
56 – 70 Gangguan pendengaran cukup serius
71 – 90 Gangguan pendengaran serius
> 90 Gangguan pendengaran sangat serius
Sumber : Sihar Tigor, 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Penderita penurunan fungsi pendengaran menurut
Lueckenotte (1997) bisa mengalami beberapa atau seluruh gejala
sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam mengerti pembicaraan.
b. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan
nada tinggi.
c. Kesulitan membedakan pembicaraan bunyi lain yang parau
atau bergumam.
d. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama
dengan latar belakang yang bising.
e. Pusing atau gangguan keseimbangan.
d. Jenis-jenis Ketulian Menurut Buchari (2007) yaitu :
1) Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan dari bising dengan intensitas tinggi,
tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila
kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya
dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula
dengan sempurna.
2) Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya
PTS dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a) Tingginya level suara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b) Lama pemaparan
c) Spektrum suara
d) Temporal pattern, bila kebisingan yang continue maka
kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar.
e) Kepekaan individu
f) Pengaruh obat-obatan, beberapa obat dapat memperberat
(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaaan
dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin, streptoycin,
kansmycin dan beberapa obat lainnya.
g) Keadaan kesehatan
e. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Ketulian
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja
(occupational hearing loss) menurut Buchari (2007) adalah :
1) Intensitas suara yang terlalu tinggi
2) Usia karyawan
3) Tekanan dan frekuensi bising tersebut
4) Lamanya bekerja
5) Jarak dari sumber suara
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian bukan akibat
kerja (non occupational hearing loss) menurut Cahyo (2007) dalam
Muslikhah (2009) adalah :
1) Benturan di kepala
2) Penyakit oleh virus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja
4) Ketulian yang sudah ada sebelumnya
3. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya
Gangguan Pendengaran
Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya gangguan
pendegaran sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1) Usia
Semakin bertambahnya usia sebagian dari sel - sel rambut
ini akan mati karena “tua”. Karena itulah manusia menjadi tuli.
Namun apabila seseorang mendapat tekanan kebisingan dengan
intensitas tinggi secara kontinu untuk jangka waktu yang panjang,
maka banyak sel - sel rambutnya yang menjadi mati ketika ia
masih berumur muda. Jadi ketulian seseorang dipengaruhi oleh
lamanya terpapar kebisingan walaupun usianya masih muda.
Apabila terdapat sejumlah tertentu sel rambut yang mati, maka ia
akan menderita kehilangan pendengaran. Sel rambut yang
berfungsi sebagai reseptor nada tinggi akan lebih dahulu mati,
oleh karena itu kemunduran pendengaran akan pertama kali
terjadi untuk daerah frekuensi 4000 - 6000 Hz. Oleh karena
frekuensi bicara berkisar 500 - 3000 Hz, maka Noise Induced
Hearing Loss (NIHL) awal biasanya tidak disadari, bahkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
orang yang bersangkutan. Terkecuali bagi seorang pemusik, ia
akan menyadari gangguannya lebih dini, karena apresiasi musik
membutuhkan kepekaan yang lebih tinggi dari pada untuk
mendengar percakapan (Sihar Tigor, 2005).
2) Kondisi Kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu
pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, 2000).
3) Riwayat Penyakit Pendengaran Sebelumnya
b. Faktor Eksternal
1) Masa kerja
Lamanya waktu pemajanan terhadap kebisingan dengan
intensitas tinggi berpengaruh terhadap penurunan daya dengar.
Semakin lama terpajan dengan kebisingan akan semakin tinggi
ambang dengar (dB (A)) seseorang.
2) Karakteristik kebisingan, terutama kebisingan impulsif yang
intensitasnya tinggi dapat menyebabkan rusaknya alat pendengar.
Kerusakan dapat terjadi pada gendang pendengar atau tulang-
tulang halus pada telinga bagian tengah. Getaran yang
menyebabkan kerusakan tersebut dapat mencapai bagian dalam
telinga melalui hantaran udara maupun melalui tulang (Suma’mur
P.K, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Frekuensi suara
Hilangnya daya dengar yang permanent biasanya dimulai
pada frekuensi sekitar 4000 Hz dan meluas ke frekuensi-frekuensi
di sekitarnya dan akhirnya kehilangan daya dengar atau ketulian
menetap terjadi pada frekuensi-fekuensi yang digunakan untuk
percakapan (Suma’mur P.K, 2009).
4) Intensitas Suara disekitarnya
Bekerja terus-menerus di tempat bising berakibat
kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak pulih kembali,
hilangnya daya dengar permanen biasanya dimulai pada frekuensi
sekitar 4000 Hz dan kemudian meluas ke frekuensi-frekuensi
disekitarnya dan akhirnya kehilangan daya dengar atau ketulian
menetap terjadi pada frekuensi-frekuensi yang digunakan untuk
percakapan (Suma’mur P.K, 2009).
5) Ketidakpatuhan memakai Alat Pelindung Diri
4. Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Pendengaran
Kehilangan pendengaran mungkin saja bukan akibat dari tuanya
usia tetapi juga akibat kebisingan yang sangat keras. Kerusakan yang
terjadi akibat dari kebisingan pertama kali dibatas frekuensi 4000 Hz-
6000 Hz dan ini adalah batas paling sensitif untuk telinga manusia.
Kerusakan pendengaran sementara ini disebut Temporary Threshold
Shift. Jika kebisingan yang sangat keras ini dilanjutkan secara berulang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
ulang sebelum pemulihan kerusakan pendengaran sementara selesai
maka akibatnya adalah kerusakan pendengaran total. Kerusakan
pendengaran ini disebut sebagai Permanent Threshold Shift. Intensitas
atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam satuan
logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya
dengan kekuatan dasar yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000
Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal (Suma’mur P, 1996).
Frekuensi bunyi dapat didengar telinga normal terletak antara 16 hingga
20.000 Hz.
Suara yang keras dapat memecahkan selaput gendang telinga. Ini
biasanya dapat menjadi sembuh, tetapi meninggalkan lubang yang
menyebabkan cacatnya atau melemahnya pendengaran. Istilah tuli
menunjukkan bagian ini kehilangan pendengaran. Menjadi stone deaf
berarti tidak mendengar sama sekali (Pasiak, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Auditory effect pada pekerja
Kerusakan sel-sel rambut dalam
cochlea
Gangguan Permanen :
Penurunan/kehilangan pendengaran
Kebisingan
Faktor Eksternal :
1. Masa Kerja
2. Intensitas suara
disekitarnya
3. Karakteristik
kebisingan
4. Frekuensi suara
Faktor Internal :
1. Usia
2. Jenis
Kelamin
3. Riwayat
penyakit
pendengaran
sebelumnya
Impuls syaraf
Otak
Efek lain dari kebisingan :
1. Gangguan Fisiologis
2. Gangguan Psikologis
3. Gangguan Komunikasi
4. Gangguan Keseimbangan
5. Gangguan Pendengaran
(Ketulian)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan
pendengaran pekerja industri informal pembuatan gamelan Mojolaban
Sukoharjo
Ho : Tidak ada pengaruh kebisingan terhadap gangguan pendengaran
pekerja industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi yang kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antar faktor resiko dan faktor efek. Berdasarkan pendekatannya, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel subyek hanya diobservasi satu
kali dan pengukuran variabel dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut
(Soekidjo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di industri informal pembuatan gamelan Wirun
Kecamatan Mojolaban Sukoharjo pada bagian penempaan dan bagian
finishing. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2012.
C. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan
pekerja laki-laki dengan jumlah keseluruhan adalah 30 pekerja.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling
yaitu teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama
bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Peneliti
menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sumardiyono, 2010).
E. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah semua tenaga kerja laki-
laki pembuat gamelan yang bekerja ditempat kerja yang terpapar bising lebih
dari NAB dan kurang dari NAB. Sampel yang diambil berjumlah 30 tenaga
kerja laki-laki.
F. Desain Penelitian
Populasi
Sampel
Terpapar Bising > NAB Terpapar Bising < NAB
Mengalami
gangguan
pendengaran
Tidak mengalami
gangguan
pendengaran
Sampling Jenuh
Mengalami
gangguan
pendengaran
Tidak mengalami
gangguan
pendengaran
Chi square test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
intensitas kebisingan.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
gangguan pendengaran.
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah yang mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian
ini ada dua, yaitu :
a. Variabel pengganggu terkendali : usia, masa kerja, jenis kelamin.
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : Riwayat penyakit pendengaran
sebelumnya.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Intensitas Kebisingan
Intensitas kebisingan adalah hasil yang didapat saat pengukuran
kebisingan berlangsung di tempat kerja, sedangkan Kebisingan di tempat
kerja adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
Alat Ukur : Sound Level Meter Merk RION NA 20
Satuan : dBA
Skala Pengukuran : Nominal
Hasil : Mangalami gangguan > 85 dB.
Tidak mengalami gangguan ≤ 85 dB.
2. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran
yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya
dalam hal memahami pembicaraan.
Alat ukur : Audiometer
Satuan : Hz
Skala pengukuran : Nominal
Hasil : ≤ 25 dB Tidak mengalami gangguan pendengaran.
> 25 dB mengalami gangguan pendengaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
I. Alat dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan
data beserta pendukungnya adalah :
1. Sound Level Meter yaitu : alat untuk mengukur intensitas kebisingan
dalam suatu ruangan.
Merk alat : Sound Level Meter RION NA-20
Satuan : dBA
Cara penggunaan alat :
a. Peneliti memasang baterai
b. Cek Voltase
1) Peneliti memutar swicth ke BATT
2) Jika jarum tidak menunjuk pada pointer “BATT”, maka voltase
baterai telah habis.
c. Kaliberasi alat
1) Peneliti memutar level switch in the level indicating window at
centre pada 70 dB (A).
2) Pada Filter - CAL - INT switch ke “CAL”.
3) Jarum akan menunjuk pada CAL mark, jika tidak maka putar
sensitivity adjustment.
d. Pengukuran
1) Peneliti memutar switch ke A
2) Peneliti memutar Filter - CAL - INT ke arah INT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Peneliti memutar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang
terukur.
4) Peneliti menggunakan Meter Dynamic Characteristic Selector
Switch “SLOW” untuk bising impulsif dan “FAST” untuk bising
continue.
Peneliti mencatat hasil pengukuran
2. Audiometer yaitu : alat untuk mengukur fungsi pendengaran.
Cara penggunaan alat :
a. Peneliti memberikan instruksi yang jelas dan tepat. Probandus perlu
mengetahui apa yang harus didengar dan respon apa yang harus
diberikan jika mendengar nada. Oleh karena itu lakukan pengenalan
nada pada probondus, kemudian probondus diinstruksikan untuk
memberi tanda bila mendengar nada.
b. Peneliti memasang headphone dengan posisi warna merah untuk telinga
kanan dan warna biru untuk telinga kiri.
c. Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan dimulai pada frekuensi 1000
Hz dengan intensitas 40 - 50 dB, bila orang yang diperiksa mendengar
maka ia akan memberi tanda.
d. Peneliti menurunkan secara bertahap intensitas suara sebesar 10 dB
sampai tidak mendengar, naikkan lagi intensitas suara dengan setiap
kenaikan sebesar 5 dB sampai probandus mendengar lagi. Berikan
rangsangan sampai 3 kali bila respon hanya 1 kali dari 3 kali test maka
naikkan lagi 5 dB dan berikan rangsangan 3 kali. Bila telah didapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
respon yang tetap maka perpaduan antara penurunan dan penambahan
merupakan batas ambang dengar.
e. Peneliti mencatat hasil dalam lembar data pemeriksaan.Untuk
pemeriksaan frekuensi berikutnya, mulailah pada tingkat 15 dB lebih
rendah dari ambang dengar pada frekuensi 1000 Hz ( misalnya bila
pada frekuensi 1000 Hz dimulai intensitas 50 dB, maka pada frekuensi
2000 Hz dimulai dengan intensitas 30 - 35 dB).
f. Lakukan pemeriksaan untuk frekuensi diatas 1000 Hz dengan cara yang
sama, dan terakhir pemeriksaan pada frekuensi 500 Hz.
3. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.
4. Lembar isian data, yaitu untuk melengkapi data dari subyek penelitian,
misalnya : usia, masa kerja, jenis kelamin dan lain sebagainya.
J. Cara Kerja Penelitian
Cara kerja penelitian merupakan proses yang akan dilakukan oleh
peneliti untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian, data yang
diperoleh adalah data primer, yaitu antara lain :
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan survei awal untuk melihat kondisi
tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Pada survei awal
dilakukan pengukuran beberapa sampel untuk menemukan masalah.
Setelah ditemukan masalah peneliti menyusun proposal yang kemudian
diajukan untuk penulisan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Pengumpulan dilakukan selama 1 bulan. Tahap pelaksaan
pengumpulan data meliputi : menentukan populasi dan sampel, setelah itu
dilakukan pengukuran intensitas kebisingan dengan mengambil masing-
masing titik kebisingan tenaga kerja di bagian produksi yang intensitasnya
diperkirakan melebihi NAB dan di bagian finishing yang intensitasnya
diperkirakan kurang dari NAB. Selain intensitas kebisingan juga dilakukan
pengukuran gangguan pendengaran pada waktu setelah pekerja melakukan
pekerjaan.
3. Tahap penyelesaian
Pada tahap penyelesaian edit semua data yang diperoleh dari hasil
penelitian, dikumpulkan semua data, diolah, dianalisa kemudian
disimpulkan.
K. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik
Chi Square Test. dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0,
dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika p value < 0,05 Maka hasil uji dinyatakan signifikan.
2. Jika p value > 0,05 Maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.
(Dahlan, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Industri pengrajin gamelan di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo merupakan suatu home industry yang mengolah bahan mentah
timah dan kuningan menjadi alat musik gamelan, dimana dalam proses
produksinya dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan selama
seminggu yaitu hari Senin sampai Sabtu dengan jam kerja ± 7 jam / hari
mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 12.00 – 13.00
WIB. Tenaga kerja semua laki-laki sejumlah 30 orang.
Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja berbeda-beda,
mulai dari melebur timah dan tembaga, selanjutnya penempaan bahan
campuran tersebut hingga terdapat bentuk yang diinginkan, mencetak
campuran logam tersebut hingga sampai di proses finishing.
Industri pengrajin gamelan di Desa Wirun Mojolaban Sukoharjo sudah
ada sejak tahun 1984. Dalam jangka waktu 3 bulan, satu set gamelan harus
sudah jadi, harga dari satu set gamelan adalah Rp 400.000.000. Industri ini
memproduksi segala macam gamelan, tetapi yang sering diproduksi adalah
Gamelan Jawa dan Gamelan Bali. Karena hasil dari produksi gamelan ini
terkenal sangat bagus, sehingga dapat berkembang dengan pesat. Karena
selain distribusi dalam negeri seperti Bali, Kalimantan dan Sumatra, industri
pengrajin gamelan di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo ini juga
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sudah sampai tingkat internasional seperti Negara Amerika, Australia,
Singapura, Malaysia, dan Belanda.
B. Karakteristik Subyek Penelitian
1. Umur Responden
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Subyek Penelitian
Umur
(Tahun)
Frekuensi Presentase (%)
15 – 55 28 93,3
> 55 2 6,67
Total 30 100
Sumber : Hasil Pendataan April 2012
Berdasarkan tabel diketahui bahwa umur pekerja paling banyak pada
umur 15 – 55 tahun dengan frekuensi 28 orang pekerja yaitu (93,3 %),
sedangkan frekuensi umur pekerja pada umur < 55 tahun lebih sedikit
yaitu 2 orang pekerja dengan presentase (6,67 %).
2. Jenis Kelamin
Pekerja di Industri Gamelan Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo keseluruhan berjenis kelamin laki-laki.
3. Masa Kerja
Rata – rata pekerja yang berada di industri pembuatan gamelan Desa
Wirun Sukoharjo sudah bekerja lebih dari 5 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja
Diketahui hasil pengukuran kebisingan di tempat kerja yaitu pada
bagian penempaan dan bagian finishing adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan
No Bagian
Titik 1
(dB)
Titik 2
(dB)
Titik 3
(dB)
Titik 4
(dB)
Leq
(dB)
1. Penempaan 95 94 91 85 91,61
2. Finishing 81 80 75 75 77,62
Sumber : Hasil Pengukuran April 2012
Berdasarkan tabel diketahui bahwa pengukuran intensitas kebisingan
pada bagian penempaan mempunyai intensitas kebisingan 91,61 dBA,
kebisingan telah melebihi NAB yang ditentukan yaitu 85 dBA dan pekerja
pada bagian penempaan ini lebih banyak dari pada bagian yang kurang dari
NAB, sedangkan pada bagian finishing intensitas kebisingannya adalah 77,62
dBA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
D. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Tenaga Kerja
1. Data hasil pengukuran gangguan pendengaran di tempat kerja yang
terpapar bising melebihi NAB (85 dB) adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Tenaga Kerja Terpapar
bising > NAB
No Umur
(Tahun)
Masa
Kerja
(Tahun)
Jenis
Kelamin Bagian
Gangguan
Pendengaran (dBA)
Kanan Kiri
1 33 7 Laki-laki Penempaan 38,75 28,75
2 33 8 Laki-laki Penempaan 33,75 38,75
3 33 13 Laki-laki Penempaan 23,75 22,5
4 41 14 Laki-laki Penempaan 25 30
5 39 20 Laki-laki Penempaan 33,75 40
6 45 15 Laki-laki Penempaan 20 30
7 50 11 Laki-laki Penempaan 40 37,5
8 46 25 Laki-laki Penempaan 65 56,25
9 38 20 Laki-laki Penempaan 38,25 47,5
10 39 19 Laki-laki Penempaan 47,5 38,75
11 62 20 Laki-laki Penempaan 66,25 60
12 27 8 Laki-laki Penempaan 25 21,25
13 45 15 Laki-laki Penempaan 26,25 25
14 52 20 Laki-laki Penempaan 30 32,5
15 49 10 Laki-laki Penempaan 40 41,25
16 30 8 Laki-laki Penempaan 28,75 21,25
17 33 8 Laki-laki Penempaan 30 40
18 42 8 Laki-laki Penempaan 23,75 28,75
19 31 8 Laki-laki Penempaan 35 30
20 48 8 Laki-laki Penempaan 33,75 28,75
Sumber : Hasil Pengukuran April 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Hasil pengukuran gangguan pendengaran di tempat kerja yang
terpapar bising melebihi NAB dan nilai gangguan pendengaran tertinggi
pada telinga kanan adalah 66,25 dBA dan yang terendah adalah 20 dBA,
sedangkan untuk telinga kiri gangguan pendengaran tertinggi adalah 60
dBA dan terendah adalah 21,25 dBA.
2. Data hasil pengukuran gangguan pendengaran di tempat kerja yang
terpapar bising tidak melebihi NAB (85 dB) adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Tenaga Kerja Terpapar
bising ≤ NAB
No
Umur
(Tahun)
Masa
Kerja
(Tahun)
Jenis
Kelamin
Bagian
Gangguan
Pendengaran (dBA)
Kanan Kiri
1 56 15 Laki-laki Finishing 26,25 27,5
2 37 5 Laki-laki Finishing 25 21,25
3 36 8 Laki-laki Finishing 21,25 21,75
4 46 8 Laki-laki Finishing 17,5 20
5 28 5 Laki-laki Finishing 23,75 25
6 50 20 Laki-laki Finishing 27,5 22,5
7 41 13 Laki-laki Finishing 18,75 23,75
8 31 10 Laki-laki Finishing 23,75 26,25
9 46 20 Laki-laki Finishing 22,5 20
10 36 9 Laki-laki Finishing 20 20
Sumber : Hasil Pengukuran April 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Pendengaran
Hasil pemeriksaan audiometri daya dengar berkaitan dengan
kemampuan mendengar yang ditujukan oleh rerata nilai ambang subjek
penelitian pada frekuensi pembicaraan 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan 4000
Hz. Untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan
pendengaran tenaga kerja dilakukan dengan uji statistik dengan chi square
pada telinga kanan dan telinga kiri sebagai berikut :
1. Uji chi square intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran
telinga kanan.
intensitas kebisingan * gangguan pendengaran telinga kanan
Crosstabulation
gangguan pendengaran
telinga kanan
Total Ya Tidak
intensitas
kebisingan
>nab Count 15 5 20
Expected
Count 11.3 8.7 20.0
<nab Count 2 8 10
Expected
Count 5.7 4.3 10.0
Total Count 17 13 30
Expected
Count 17.0 13.0 30.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.213a 1 .004
Continuity Correctionb 6.126 1 .013
Likelihood Ratio 8.552 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .006
Linear-by-Linear
Association
7.939 1 .005
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16.0, diketahui bahwa pada
telinga kanan diperoleh nilai Fisher’s Exact Test 0,007 yang berarti P < 0,05
artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan
gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan
Mojolaban Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Uji chi square intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran
telinga kiri.
intensitas kebisingan * gangguan pendengaran telinga kiri Crosstabulation
gangguan pendengaran
telinga kiri
Total Ya Tidak
intensitas
kebisingan
>nab Count 16 4 20
Expected
Count 12.0 8.0 20.0
<nab Count 2 8 10
Expected
Count 6.0 4.0 10.0
Total Count 18 12 30
Expected
Count 18.0 12.0 30.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 10.000a 1 .002
Continuity Correctionb 7.656 1 .006
Likelihood Ratio 10.357 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .003
Linear-by-Linear
Association 9.667 1 .002
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dari hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16, pada telinga kiri
diperoleh nilai Fisher’s Exact Test yaitu 0,004 yang berarti P < 0,05 artinya
ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan
pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan
Mojolaban Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subyek Penelitian
1. Umur
Sampel yang digunakan dalam penelitian berumur 15 – 55 tahun.
Commite On Conservasion of Hearing American Ortolarynlog
menyatakan bahwa seseorang dalam usia produktif yaitu 15 – 55 tahun
dapat terhindar dari prebiacussis jika tidak ada riwayat penyakit telinga
(Balengger, 1997). Secara umum prebiacussis (fungsi pendengaran
menurun) terjadi jika pada seseorang lebih dari 60 tahun (Iskandar, 1997).
2. Jenis Kelamin
Dalam penelitian sampel yang diambil adalah keseluruhan pekerja
yang bekerja di industri informal pembuatan gamelan desa Wirun
Mojolaban Sukoharjo yaitu semua pekerja berjenis kelamin laki-laki.
Kehilangan pendengaran karena proses menuanya seseorang disebut
prebycusis, penyakit ini terjadi karena meningkatnya frekuensi minimal
yang dapat didengar. Dalam hal ini, pria lebih cenderung mengalami
kehilangan pendengaran jenis ini lebih cepat dari pada wanita (Anizar,
2009).
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Masa Kerja
Rata-rata pekerja yang berada di industri pembuatan gamelan Desa
Wirun Sukoharjo sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Gangguan akibat bising
akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa kerja
lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan
tingkat kebisingan yang tinggi maka semakin tinggi resiko terpapar oleh
kebisingan (Hermawati, 2006).
B. Analisa Univariat
1. Intensitas Kebisingan
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan diketahui bahwa
pada bagian penempaan mempunyai intensitas kebisingan 91,61 dBA.
Berdasarkan pada bagian tersebut dapat diketahui bahwa intensitas
kebisingan pada bagian penempaan melebihi NAB yang telah ditentukan
yaitu 85 dBA yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Kebisingan. Sedangkan pada bagian finishing
diketahui intensitas kebisingannya adalah 77,62 dBA. Berdasarkan hasil
ini intensitas kebisingan yang ada di bagian finishing kurang dari NAB
yang telah ditentukan yaitu 85 dBA.
2. Gangguan Pendengaran
Kemampuan pendengaran pada telinga kanan dan telinga kiri setelah
terpapar kebisingan pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan 4000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Hz. Diketahui tingkat gangguan pendengaran telinga yang terpapar
kebisingan melebihi NAB (85 dBA) pada telinga kanan adalah sebanyak
15 orang pekerja (75%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran
adalah 5 orang pekerja (25%), sedangkan gangguan pendengaran pada
telinga kiri yang terpapar kebisingan yang melebihi NAB sebanyak 16
orang pekerja (80%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran
adalah 4 orang pekerja (20%).
Tingkat gangguan pendengaran yang terpapar kebisingan kurang dari
NAB (85 dBA) pada telinga kanan adalah sebanyak 2 orang pekerja (20%)
dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 8 orang pekerja
(80%), sedangkan gangguan pendengaran pada telinga kiri yang terpapar
kebisingan kurang dari NAB adalah sebanyak 2 orang pekerja (20%) dan
yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah sebanyak 8 orang
pekerja (80%).
Pengaruh dari pemajanan kebisingan pada intensitas tinggi yang
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) sudah jelas yaitu kehilangan daya
dengar baik sementara maupun permanen. Semakin tinggi intensitas
kebisingan dan semakin lama terpajan kebisingan maka akan semakin
mempengaruhi pendengaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Analisa Bivariat
Hasil pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui intensitas
kebisingan dengan menggunakan sound level meter dan untuk mengetahui
gangguan pendengaran tenaga kerja dengan menggunakan audiometer,
setelah didapatkan hasil pengukuran kemudian dilakukan uji statistik dengan
menggunakan chi square test.
Hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16.0, pada telinga kanan
diperoleh nilai Fisher’s Exact Test 0,007 yang berarti P < 0,05 artinya ada
pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan
pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan
Mojolaban Sukoharjo. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
Pada telinga kiri diperoleh nilai Fisher’s Exact Test yaitu 0,004 yang
berarti P < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas
kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal
pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
Penelitian yang sama jenisnya juga dilakukan oleh Slamet Riyadi
(2003) dengan judul Hubungan Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi
terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pekerja Di PT. Golden Sari Bandar
Lampung juga signifikan, dengan nilai p = 0,001 yang artinya < 0,05 maka
Ho ditolak, artinya ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan
gangguan fungsi pendengaran pekerja, dengan kekuatan hubungan (r) telinga
kanan 0,489 dan telinga kiri 0,462. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa intensitas kebisingan pada ruang produksi di PT. Golden Sari telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
melewati NAB. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2008)
dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pendengaran Tenaga
Kerja Akibat Bising pada Unit Produksi PT. Sermani Steel Coorprotation
Makassar juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara intensitas
bising dan gangguan pendengaran nilai p = 0,032 < 0,05.
Penelitian yang sama jenisnya juga dilakukan oleh Muslichah (2009)
dengan judul Pengaruh Paparan Bising terhadap Gangguan Pendengaran pada
pekerja di PT. GE Lighting Indonesia Yogyakarta didapatkan hasil p value =
0,02 dimana p < 0,05 yang berarti signifikan yang membuktikan adanya
pengaruh bising terhadap gangguan gangguan pendengaran.
Keterbatasan Penelitian yaitu pada waktu pengukuran gangguan
pendengaran dengan menggunakan alat audiometer, responden merasa
kesalahan dalam mendengarkan bunyi karena ada gangguan dari proses
penempaan maupun pengerindaan gamelan.