MODUL SSLE – 06 : DASAR-DASAR TEKNIK KELISTRIKAN DAN …
Transcript of MODUL SSLE – 06 : DASAR-DASAR TEKNIK KELISTRIKAN DAN …
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
PEKERJAAN
PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE)
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)
MODUL SSLE – 06 : DASAR-DASAR TEKNIK
KELISTRIKAN DAN MEKANIKAL
2006
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator i
KATA PENGANTAR
Modul ini membicarakan mengenai Dasar-dasar Teknik Kelistrikan dan
Mekanik yang merupakan salah satu modul dari seluruh modul yang harus
dikuasai oleh Peserta Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor)
Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator.
Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana
Para Peserta Pelatihan ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal
pekerjaan Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator.
Tentu saja buku ini bukan buku yang sudah sempurna, melainkan masih cukup
banyak kekurangan yang tidak kami sadari namun sebagai panduan seorang
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
dirasakan telah memenuhi dari cukup.
Masukan-masukan demi penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan dan
terima kasih atas koreksi dan masukannya.
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator ii
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator iii
LEMBAR TUJUAN
MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Mampu melakukan pengawasan pekerjaan pemasangan instalasi pesawat lift dan
ekskalator dalam gedung sesuai dengan spesifikasi teknis, gambar perencanaan
dan mutu yang dipersyaratkan sampai diserah terimakan kepada pemilik.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan sistem manajemen K3.
2. Menerapkan peraturan dan standar nasional.
3. Menjelaskan pengenalan sistem transportasi vertikal.
4. Mengawasi pemasangan komponen instalasi dan pengamanan.
5. Menjelaskan Instalasi Daya Kendali dan Proteksi
6. Menjelaskan dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal.
7. Menjelaskan metode pemasangan lift dan eskalator.
8. Menjelaskan teknik pemeriksaan dan uji coba lift dan eskalator.
9. Menjelaskan riksa uji lift dan eskalator.
10. Menjelaskan proyek dan karakteristiknya.
11. Mengendalikan proyek (PDCA).
12. Membuat teknik pelaporan.
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator iv
NO. DAN JUDUL MODUL : SSLE - 06 DASAR-DASAR TEKNIK
KELISTRIKAN DAN MEKANIKAL
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari modul, peserta mampu menjelaskan dan menerapkan dasar-
dasar teknik kelistrikan dan mekanikal sesuai ketentuan dokumen kontrak
sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan lift dan ekskalator
sesuai peraturan yang berlaku sehingga layak difungsikan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan tarikan dan slip (gelincir)
2. Menjelaskan tali baja tarik
3. Menjelaskan keseimbangan
4. Menjelaskan faktor keamanan
5. Menjelaskan efisien dan daya motor
6. Menjelaskan contoh-contoh soal perencanaan
7. Menjelaskan rel pemandu
8. Menjelaskan balok pemisah (separator beam)
9. Menjelaskan penyangga dan peredam
10. Menjelaskan pesawat pengaman
11. Menjelaskan kecepatan rpm dan frequency motor
12. Menjelaskan unjuk kerja (kinerja)
13. Menjelaskan kasus kinerja lift
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
LEMBAR TUJUAN ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN PENGAWAS
LAPANGAN (SITE SUPERVISOR)
PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN
ESKALATOR (SSLE) .................................................................. v
DAFTAR MODUL ........................................................................................ vi
PANDUAN INSTRUKTUR ........................................................................... vii
BUKU I
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II TARIKAN DAN SLIP ..................................................................... 4
BAB III TALI BAJA TARIK ........................................................................ 10
BAB IV KESEIMBANGAN ........................................................................ 14
BAB V FAKTOR KEAMANAN .................................................................. 16
BAB VI EFISIENSI DAN DAYA MOTOR ................................................... 17
Lampiran 1 Daftar besaran efk batas slip
statis ............................................................................... 19
Lampiran 2 Daftar faktor keamanan tali baja ........................................... 20
Lampiran 3 Tegangan tali baja (batas wajar) ........................................... 21
Lampiran 4 Batas patah tali baja tarik ...................................................... 22
Lampiran 5 Daftar Acuan ......................................................................... 23
Lampiran 6 Contoh-contoh soal ............................................................... 24
Lampiran 7 Ilustrasi penghematan biaya ................................................. 27
BUKU II
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II REL PEMANDU ............................................................................ 2
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator vi
BAB III BALOK PEMISAH ........................................................................ 6
BAB IV PENYANGGA DAN PEREDAM .................................................... 9
BAB V PESAWAT PENGAMAN ............................................................... 13
BAB VI HUBUNGAN KECEPATAN DENGAN
FREKWENSI ................................................................................................ 15
BAB VII UNJUK KERJA ............................................................................. 17
Lampiran 1 Hubungan Kecepatan terhadap
Frequensi ....................................................................... 21
Lampiran 2 Petunjuk Pemilihan Rel
Pemandu ........................................................................ 22
Lampiran 3 Sifat Fisik Rel Pemandu ........................................................ 23
Lampiran 4 Daftar Penggunaan Separator
Beam sebagai Pedoman ................................................ 24
Lampiran 5 Kelajuan dan Langkah Peredam ........................................... 25
Lampiran 6 Kasus Performance dan
Penyetelan...................................................................... 26
Lampiran 7 Daftar Jarak Tempuh
Kemerosotan Kereta ....................................................... 27
Lampiran 8 Daftar Korelasi (faktor tekuk)
dan (koefisien
kelangsingan) ................................................................. 28
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator vii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (Site Supervisor)
PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pengawas
Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator
(SSLE) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi
Lift dan Eskalator (SSLE) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-
masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku
dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu
susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi
tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Pengawas Lapangan
(Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE).
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator viii
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja : Pengawas Lapangan (Site Supervisor)
Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)
Nomor Modul
Kode Judul Modul
1 SSLE – 01 Sistem Manajemen (K3)
2 SSLE – 02 Peraturan dan Standar Nasional
3 SSLE – 03 Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal
4 SSLE – 04 Komponen Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi
5 SSLE – 05 Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi
6 SSLE – 06 Dasar-dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
7 SSLE – 07 Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
8 SSLE – 08 Teknik Pemeriksaan dan Uji Coba Lift dan Eskalator
9 SSLE – 09 Riksa Uji Lift dan Eskalator
10 SSLE – 10 Proyek dan Karakteristiknya
11 SSLE – 11 Pengendalian Proyek (PDCA)
12 SSLE – 12 Teknik Pelaporan
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator ix
PANDUAN INSTRUKTUR
NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE
SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT
DAN ESKALATOR (SSLE)
KODE MODUL : SSLE - 06
JUDUL MODUL : DASAR-DASAR TEKNIK KELISTRIKAN DAN
MEKANIKAL
DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan Tarikan dan
slip (gelincir), Tali baja tarik, Keseimbangan,
Faktor keamanan, Efisiensi dan daya motor,
Contoh-contoh soal perencanaan, Rel
pemandu, Balok pemisah (separator beam)
Penyangga dan peredam, Pesawat pengaman,
Kecepatan rpm dan frequency motor, Unjuk
kerja (kinerja), Kasus kinerja lift untuk pelatihan
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor)
Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE).
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
WAKTU PEMBELAJARAN : 4 (Empat) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator x
RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
BUKU 1 1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan
Menjelaskan tujuan instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK)
Menjelaskan maksud dan tujuan dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal
Menjelaskan pengertian dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal
Waktu : 5 menit
Mengikuti penjelasan TIU
dan TIK dengan tekun dan aktif
Mengikuti penjelasan maksud dan tujuan dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal
Mengikuti penjelasan pengertian dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab II, Tarikan dan Slip (gelincir)
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : 1. Tarikan 2. Slip (gelincir) Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
3. Ceramah : Bab III, Tali baja tarik
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Tali baja tarik. Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
4. Ceramah : Bab IV,
Keseimbangan
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Keseimbangan Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator xi
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
5. Ceramah : Bab V, Faktor
keamanan Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Faktor keamanan. Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
6. Ceramah : Bab VI, Efisiensi
dan daya motor Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Efisiensi dan daya motor. Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
7. Ceramah : Bab VII, Contoh-
contoh soal perencanaan Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Contoh-contoh soal perencanaan Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
BUKU 2 1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan Menjelaskan pengertian
dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal
Waktu : 5 menit
Mengikuti penjelasan
pengertian dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab II, Rel pemandu
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Rel pemandu Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator xii
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
3. Ceramah : Bab III, Balok
pemisah (separator beam) Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Balok pemisah (separator beam). Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
10. Ceramah : Bab X, Penyangga
dan peredam Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : 1. Penyangga 2. Peredam. Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
11. Ceramah : Bab XI, Pesawat
pengaman Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Pesawat pengaman. Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
12. Ceramah : Bab XII, Kecepatan
rpm dan frequency motor Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : 1. Kecepatan rpm 2. Frequency motor Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
13. Ceramah : Bab XIII, Unjuk
kerja (kinerja) Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Unjuk kerja (kinerja) Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
Modul SSLE-06: Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator xiii
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
14. Ceramah : Bab XIV, Kasus
kinerja lift
Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Kasus kinerja lift. Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan,
uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas.
OHT
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mata kuliah ini dibahas pesawat lift jenis “tarikan gesek (tidak langsung)”
yang digerakkan oleh motor listrik (electric traction elevator) atau disingkat saja lift
tank. Hal ini untuk membedakan lift dengan transmisi hidrolis dan tarikan langsung
(drum drive lift) yang akan dibahas pada kesempatan lain. Semua perhitungan
dalam bab-bab berikut hanya sebagai contoh. Pembahasan bagian ke-1 meliputi
tarikan (traction,), tali baja, keseimbangan, faktor keamanan, efisiensi dan daya.
1. Komponen pesawat penggerak yang terpenting ialah :
a. Roda tank (traction sheave) atau sering disebut puli atau teromol. Teromol
berarti kepingan bulat bentuk cakram, biasanya untuk roda katrol atau rem.
Sedangkan puli berasal dan kata pulley yaitu roda penarik untuk
mengangkat dengan tali. Roda tank atau puli diputar oleh sumbu (as) yang
berhubungan langsung dengan as motor, atau tidak lansung, yaitu melalui
roda gigi reduksi.
b. Roda gigi reduksi dipakai jika kecepatan lift lebih rendah dan 180 m/m.
Oleh karena putaran motor listrik terlalu besar, maka dibutuhkan gigi
reduksi untuk memperlambat putaran as, dan selanjutnya putaran roda
tank.
c. Motor listrik penggerak sebagai sumber tenaga lift yaitu motor-motor AC
induksi (induction AC motor) dimana besaran putarannya dikontrol oleh
frequency dan atau jumlah pole.
d. Tali baja tank (steel hoist rope) sebagai transmisi atau penyalur tenaga,
menggerakkan kereta naik-turun.
2. Komponen lift sebagai pesawat pengangkat terdiri dari :
a. Kereta yang diimbangi dengan bandul atau bobot imbang. Kedua
komponen tersebut diikat oleh tali tank (traction rope) pada kedua sisi ujung
tali, dan tali melingkar atau memeluk sebagian permukaan roda tank yang
beralur-alur khusus. Bentuk alur lihat pada halaman 2 dan halaman 7.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -2-
Gambar 1.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -3-
b. Jika roda tank berputar, maka atas gaya gesek yang terjadi antara roda
dengan tali, tali akan ikut tertarik dan mengangkat kereta serta menurunkan
bandul, atau sebaliknya jika arah putaran terbalik.
3. Gerakkan tank keatas oleh roda tank kadang-kadang gagal, oleh sebab bentuk
alur pada permukaan keliling roda tidak sesuai atau tidak direncanakan
sebagaimana mestinya, sehingga terjadi slip (gelincir) antara tali dengan roda.
Penerapan rekayasa yang tepat guna dan teori tarikan sangat penting.
a. Tali baja yang digunakan harus khusus untuk menarik lift, baik dan segi
bahan ukuran dan konstruksi. Kekuatan dan jumlah lembar tali harus
diperhitungkan dengan faktor keamanan yang cukup. Lihat lampiran 2 dan
lampiran 4.
b. Berat kereta kosong dan bobot imbangnya harus mempunyai besaran
tertentu, agar tali cukup tegang untuk memperoleh gaya tank dan gesekan
dengan roda tank pada waktu naik maupun turun. Perbandingan antara
kedua bobot komponen tersebut harus tertentu yang orang awam sering
menyebut sebagal faktor keseimbangan, suatu istilah yang sebenarnya
kurang tepat, mengingat antara keduanya tidak senantiasa seimbang.
c. Oleh karena pesawat pengangkat tersebut digunakan sebagai kendaraan
umum dan mengandalkan kekuatan tali baja, maka perlu diterapkan faktor
keamanan atas tali tank tersebut. Besarnya faktor keamanan ditetapkan
atas kesepakatan para ahli (S’afety Engineers), dan tertera pada SNI (Bab
V).
4. Pesawat adalah rangkaian peralatan dengan struktur tertentu untuk
menghasilkan kerja, jika digerakkan oleh sumber tenaga. Besaran kerja hash
guna pesawat akan lebih rendah dan energi yang dipasok oleh karena adanya
hambatan-hambatan (friction). Oleh karena itu perlu ditetapkan besarnya
efisiensi pesawat agar tidak salah memilih motor.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -4-
BAB II
TARIKAN DAN SLIP
1. Kemampuan tank (traction ability) dan mesin hanya mengandalkan gaya
gesekan antara tali baja dengan roda puli (traction sheave,) dan besi tuang.
Faktor yang menentukan kekuatan gaya gesek ialah:
a. Dua jenis bahan yang bergesek. Dalam hal mi antara baja dengan besi
tuang. Koefisien gesek f = 0.12 jika kering, dan 0.10 jika berminyak.
b. Sudut kontak (arc of contact) tali memeluk roda puli. Umpama, tarikan akan
lebih baik jika sudut kontak 180° (3.14 radian) dibanding sudut kontak 165°
(2.88 radian), yaitu jika mesin menggunakan roda penyimpang (deflector
sheave).
c. Bentuk alur dudukan tali pada permukaan keliling roda ada 3 macam, yaitu:
Bentuk V atau disebut flat seating
Bentuk U atau disebut round seating dan
Bentuk U dengan undercut dibagian dasar alur. Lihat gambar pada halaman
7.
2. Rumus hubungan tank (traction relation) batas mulai slip (creep) ialah sebagai
berikut:
fk
21 e T / T
dimana :
T1 / T2 disebut hubungan tarikan (traction relation)
T1 adalah gaya pada sisi tali tegang
T2 adalah gaya pada sisi tali kendor
e adalah angka logaritma, yaitu 2.718
f adalah koefisien gesekan 0.10 ~ 0.12
adalah sudut kontak (are of contact) dalam radian, yaitu
1800 3.14 radian
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -5-
Gambar 2.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -6-
k adalah koefisien bentuk alur, yaitu:
±1.0 untuk round seating
(U)
±1.1 untuk U undercut 30°
±1.2 untuk U undercut 45o
±1.3 untuk U undercut 90°
dan
±1.4 untuk U undercut
105°
3. Batas slip dinamis
a. Jika T1 / T2 lebih besar atau sama dengan efk , maka akan terjadi ship
antara roda tank yang berputar dengan tali baja, berarti kereta tidak dapat
diangkat atau bobot imbang tidak mau turun. Usahakan T1 / T2 lebih kecil
20% dan batas slip.
b. Dalam perencanaan T1 / T2 harus paling sedikit sama dengan 0.8 kali efk
(atau 80%) karena adanya gaya dinamis saat perlambatan dan percepatan.
Jika besaran percepatan/perlambatan a = I.10 m/s2 , maka besaran tarikan
T1 / T2 berubah menjadi:
g) / a - (1 T
g) / a (1 T
2
1
dimana,
a : adalah percepatan, dalam contoh ini a: 1,10 m/s2
g: adalah percepatan gaya tank bumi = 9.81 m/s2
sehingga a/g = 0,112, atau 1+a/g=1,112 dan 1 –
a/g=0,888
maka hubungan tank menjadi:
T
1
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -7-
/
T
2
(
1
.
1
1
2
/
0
.
8
8
8
)
=
1
.
2
5
T
1
/
T
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -8-
2
Kesimpulan : 1.25 T1 / T2 = efk atau
T
1
/
T
2
=
0
.
8
0
e
f
k
yaitu batas slip dinamis
Lihat Lampiran 1 daftar besaran e batas slip statis, pada halaman 21.
Gambar 3.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -9-
Catatan:
1. Rumus diatas tidak ada huhungannya dengan besaran diameter roda
tank, dan jumlah atau diameter tali baja. Jika terjadi slip tidak ada
gunanya mengganti roda tank, dengan diameter yang lebih besar, atau
menambah tali baja.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -10-
2. Jika a lebih kecil (umpama 0.80 m/s2) maka batas slip dinamis ialah 0.85
efk (atau 85 %).
4. Berat kereta kosong harus memenuhi syarat tertentu agar tali tetap tegang,
sehingga tidak terjadi slip. Dalam praktek biasanya berat kereta kosong 1.8 kali
atau bahkan sampai 2.2 kali kapasitas angkat kecuali lift-lift kecil untuk
perumahan.
Contoh:
1. Umpama berat kereta kosong hanya sebesar kapasitas = 1000 kg untuk
kapasitas angkat lift 1000 kg.
T1 = 1000 + 1000 2000
kg
T2 = 1000 + 500 = 1500
kg(OB = 50%) *
T1 / T2 = 2000/1500=
1.30
Batas slip efk = 1.41
0.85% e fk = 1.20
Kesimpulan terjadi slip
karena T1 / T2 lebih besar
dan 0.85 efk
2. Berat kereta kosong 2.0 x kapasitas angkat lift
T1 = 2000 + 1000 = 1200 kg
T2 = 2000 + 500 = 2500 kg (OB = 50%)
T1 / T2 = 3000 / 2500= 1.20
Hubungan traksi 1.2 = Batas slip dinamis 1.20 ...........OK
Catatan:
Lift kecil untuk perumahan, mempunyai berat kereta kosong kira-kira sama
dengan kapasitas angkat. Untuk menghindari slip, maka pada roda tank
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -11-
dibuatkan alur tali bentuk V - groove atau flat seating, dengan sudut 32°
sampai dengan 40° dimana nilai efk dapat mencapai 2.40.
Contoh : Berat kereta = 450 kg
Kapasitas = 450
kg
OB = 50% =
225kg
Berat CWT = 450
+ 225 =675 kg
Traksi T1 / T2 =
675
900
225 450
450 4501.33
lebih kecil dan 1.56
(yaitu 85% x I ,8S,
V - groove 60°).
Cara lain untuk menghindari slip ialah memasang tambahan pemberat
pada rangka kereta dan angka bobot imbang, dengan jumlah beban
pemberat yang sama, umpama 100kg:
775
1000
100 225 450
100 450 450
T
T
2
1 1.29
Dalam hal ini dapat gunakan U groove undercut 105°, dimana
85°/o e = 0.85 x 1.54 = 1.31
OB = Overbalance, lihat bab IV Keseimbangan
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -12-
BAB III
TALI BAJA TARIK
1. Tali baja tank khusus untuk lift harus dibuat dan kawat baja yang cukup kuat,
tetapi cukup keras, tahan tekukan, dimana tali tersebut bergerak bolak balik
melalui roda. Batas patah kawat baja ialah kira-kira 19.000 kgf/cm2 atau 190
kgf/mm2 (high content carbon steel).
Konstruksi tali terdiri dan 8 pintalan yang dililitkan dengan inti ditengah dan
serat manila henep, yang mengandung minyak lumas. Tiap-tiap pintalan terdiri
dan 19 kawat yaitu 9.9.1, artinya 9 kawat diluar, 1 dipusat dan 9 lagi
diantaranya. Biasanya 9 kawat yang diluar dibuat dan baja “lunak” (130
kgf/mm2) agar menyesuaikan gesekan dengan roda besi tuang, tanpa
menimbulkan keausan berlebihan. Konstruksi tali sering disebut atau ditulis 8 x
19 atau 8 x 9.9.1.
2. Keselamatan penumpang lift sangat bergantung dan tali baja tank. Oleh
karena itu faktor keamanan cukup besar, yaitu 12 untuk lift berkecepatan 420
m/m, dan menurun sampai 8 untuk lift berkecepatan 45 m/m. Lihat daftar pada
lampiran 2.
Rumus menghitung jumlah tali baja ialah:
(1) n = (P+Q+T)fk / Bp untuk roping 1 : 1
(2) n = ½ (P + Q + T) fk / Bp untuk roping 2: 1
dimana, n adalah jumlah tali baja, (dengan pembulatan angka keatas)
P adalah berat kereta kosong (kg)
Q adalah kapasitas angkat lift (kg)
T adalah berat sendiri dan tali baja (dalam kg)*
fk adalah faktor keamanan
Bp adalah batas patah tali (dalam kgf)*
Lihat daftar Batas patah dalam kgf dan berat tali dalam kg/m pada
lampiran 4.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -13-
Contoh:
Batas patah tali baja berdiameter 12.7 mm ialah 6.500 kgf, maka dalam
perhitungan pada kecepatan 150 nilm dipakai 6500/10 = 650 kgfsaja.
Berapa jumlah tali, jika lift berkecepatan 150 m/m, dan kapasitas 1000 kg.
Roping 1: 1.
Asumsi berat kereta kosong 2000 kg.
Jumlah tali baja n = (2000 + 1000) / 650 = 4.6 atau 5 lembar
Jika Roping 2 : 1, n ½ x (2000 + 1000) / 650 = 2.3 atau 3 lembar
Berat tali biasa diabaikan karena 2.3 dinaikkan menjadi 3 lembar
3. Tali baja mempunyai umur. Panjang umur tergantung hal-hal berikut ini:
a. Cara pentalian (roping) atau jumlah tekukan selama dioperasikan.
Roping 1 : 1 lebih awet dibanding Roping 2 : 1
b. Tekanan I Tegangan (dalam kgf) dan hubungannya dengan kecepatan.
Lihat daftar lampiran 3.
c. Diameter roda tank (traction sheave) dan diameter roda lain yang dilalui
tali, umpama car sheave dan cwt sheave pada 2: 1 roping.
d. Keseragaman tegangan dan tiap-tiap tali (penyetelan tegangan 2 kali
setelah selesai pemasangan)
e. Jenis konstruksi tali dianjurkan jumlah minimal lilitan (strands) ialah 8 agar
lemas (flexible)
f. Jumlah start stop per hour (SPH) untuk bangunan kantor 180 SPH, untuk
perumahan / ruko 80 SPH
g. Besaran hubungan traksi (traction relation,) terhadap batas slip
h. Lingkungan (corrosive environment)
i. Cara penanganan (handling) dan cara penyimpanan
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -14-
Gambar 4.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -15-
Dalam perencanaan, maka tali harus berumur minimal 5 tahun, sedangkan roda
tank dapat berumur 10 s/d 15 tahun. Dalam kenyataan banyak roda tank berumur
sampai 20 tahun, dan banyak tali baja berumur dibawah 5 tahun. Lihat dibawah
ini contoh beberapa konstruksi (bentuk) tali baja.
Gambar 5
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -16-
BAB IV
KESEIMBANGAN
1. Pengertian keseimbangan ada 2 macam yaitu : static balance dan dynamic
balance.
a. Static balance ialah keseimbangan badan kereta pada rangka landas, yang
dipisahkan oleh karet isolasi peredam getaran. Bagian ujung atas badan
kereta ditumpu dengan rol-rol karet dan “bersandar” pada rangka kereta
(stiles). Jika kereta dalam keadaan seimbang betul, maka rol-rol karet
tersebut tidak atau hampir tidak menekan rangka. kecuali jika terjadi
getaran. Begitu pula roda luncur pemandu (guide roller) tidak terlalu
menekan pada permukaan rel, sehingga hambatan (friction,) sangat minim.
b. Dynamic balance ialah keseimbangan antara berat kereta kosong plus
beban tertentu (overbalance) terhadap bobot imbang (counterweight).
Faktor keseimbangan overbalance /OB,) biasanya sebagai berikut :
Lift berkapasitas 1150 kg keatas, OB = 0.425 atau 0.400
Lift berkapasitas 600 kg s/d 1500 kg, OB = 0.450
Lift berkapasitas 300 kg s/d 580 kg, OB = 0.500
Contoh:
Lift berkapasitas 1150 kg dengan berat kereta kosong 2400 kg, maka perlu
diimbangi dengan bandul (bobot imbang) sebesar 2400 kg + 0.42 5 x 1150
kg = 2889 kg.
2. Angka-angka keseimbangan tersebut diatas diperoleh dan rata-rata beban
didalam kereta yang diangkut naik maupun turun sepanjang han, dengan
demikian lift diharapkan lebih banyak (sening) bekerja dalam keadaan
seimbang, dengan tenaga listrik yang dipakai rendah. Pada saat lift bekerja
dalam keadaan sempurna seimbang, besaran Ampere umpan tenaga listrik
paIing rendah dan nilainya persis sama, naik maupun turun.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -17-
Tenaga listrik tersebut hanya dipakai untuk mengatasi hambatan/gesekan
(friction) yang mungkin timbul antara sepatu luncur dengan rel pemandu dan
hambatan pada bantalan-banta!an roda tank.
Jika lift dalam keadaan beban penuh arah turun, maka sebenarnya motor
diputar oleh gerakan kereta turun, dengan gaya sebesar (1-0.425) x kapasitas.
Motor berubah menjadi generator, yang menghasilkan tenaga listrik untuk lift
sebelahnya atau peralatan lain dalam bangunan.
Rata-rata tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan lift dalam suatu
bangunan bertingkat, (umpama 20 lantai) hanya 3% dan seluruh kebutuhan
tenaga, dibandingkan dengan tenaga listrik untuk pendingin udara (AC) yaitu
sebesar 60%.
3. Pada waktu pelaksanaan pekerjaan pemasangan bobot imbang dibuat
seimbang sama berat dengan bobot kereta kosong yaitu tidak semua filler
weight dipasang dalam rangka bobot imbang. Dengan demikian kereta dapat
dipakai untuk bekerja didalam wang luncur nik maupun turun. Setelah testing
awal selesai, maka filler weight sisanya dapat dimasukkan dalam rangka
secukupnya. Umpama pada lift berkapasitas 1000 kg, maka penambahan filler
weight pada bobot imbang sebesar: 0.45 x 1000 kg = 450 kg atau 9 batang
filler weight @ 50 kg.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -18-
BAB V
FAKTOR KEAMANAN
1. Faktor keamanan adalah angka perbandingan antara tegangan puncak atau
patah terhadap tegangan yang diizinkan. Patah dapat berarti cacat, berubah
bentuk diluar bata akibat daripada beban yang menimpanya.
Faktor keamanan ditetapkan atas kesepakatan para ahli dan
mempertimbangkan beberapa unsur yang tidak pasti dan tidak menentu, yaitu:
a. Kepastian aman bagi manusia dan lingkungan
b. Tingkat biaya yang wajar (pertimbangan ekonomi)
c. Keandalan dan sifat-sifat bahan yang dipakai
d. Rancangan permanen atau semi permanen
e. Kondisi beban yang berubah, termasuk kejutan dan getaran
f. Ketepatan penentuan beban atau teori yang dipakai dalam pemakaian
rumus-rumus
g. Tingkat kerumitan lokasi bagian-bagian dan tingkatan keruwetan
pemeriksaan dan pemeliharaan
h. Tingkat kesukaran pencegahan atas kemungkinan kerusakan bahan
(berkarat dan sebagainya).
2. Dalam SN1 No. 03-2 190 Rev. 1999 ditetapkan faktor keamanan konstruksi lift
ialah 5 yaitu : pesawat yang dirancang harus tahan terhadap benturan,
robekan, patahan akibat beban dinamis dan getaran yang terus menerus.
Sedangkan faktor keamanan khusus untuk tali baja tank berkisar mulai dan 8
(untuk kecepatan 45 m/m) sampal 12 (untuk kecepatan 420 m/m). Faktor
keamanan diatas 10 diterapkan untuk pesawat yang dirancang untuk kondisi
yang ganas atau diluar dugaan dapat membahayakan jiwa manusia.
Lihat lampiran 2 daftar faktor keamanan tali baja, yang ditetapkan oleh SNI.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -19-
BAB VI
EFISIENSI DAN DAYA MOTOR
1. Efisiensi atau hasil guna ialah angka perbandingan antara kerja yang
dihasilkan dengan energi yang diumpankan.
2. Efisiensi sangat bergantung dan sistem yang dipilih. Biasanya sistem yang
canggih sangat efisien, tetapi harga lebih mahal (investasi awal) dan setelah
sekian tahun menjadi lebih murah (ekonomis). Contoh ilustrasi pada Lampiran
7.
3. Efisiensi sistem lift terdiri dari
Efisiensi tarikan 1 = ± 0.90
Efisiensi mesin 2 = 12 ± 0.95 (gear/ess machine)
= ± 0.60 (geared machine,)
Efisiensi motor 13 3 = ± 0.97
Efisiensi reduction - gear adalah kira-kira sebagai benikut
A. Roda gigi ukir / cacing (worm gear,)
a. Dengan satu gigi ukir = 0.55
b. Dengan dua gigi ukir = 0.60
c. Dengan tiga gigi ukir = 0.75
B. Helikal (helical gear) 0,8
Contoh:
a. Lift dengan Gearless machine T = 0.9 x 0.95 x 0.97 = 0.83
b. Lift dengan Geared machine T = 0.9 x 0.60 x 0.97 = 0.52
4. Daya atau power output dan sistim instalasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
η x 6120
OB) - (1 x V P output P
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -20-
dimana, P adalah kapasitas maksimal lift dalam kg
V adalah kecepatan lift (m/m)
OB adalah overbalance (faktor keseimbangan)
adalah efisiensi total sistim
6120 adalah angka konversi kgmJm ke kW
Contoh:
Sebuah instalasi lift dengan mesin gearless, berkapasitas 1150 kg dan
kecepatan 80 m/m. Berapa Power output dan berapa sebaiknya Power
Rating dan motor.
kW 23.40.83 x 6120
0.425) - (1 180 x 1150 output P
Power Rating motor ± 10% diatas P output 26 kW
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -21-
Lampiran -1 :
Traction Relation of Steel Hoist Rope on Cast Iron Sheave
VALUE of ef.k.
(slip at constant speed)
A/C ()
2 360
Radian
V.50o V.54o V.60o U.105o U.90o U.45o U.30o U.0o
2,4 2,2 2,0 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0
SWT M/A
160 165 170 175 180
2,79 2,88 2,19 2,24 2,29
2,07 2,14 2,19 2,24 2,29
1,96 2,01 2,05 2,10 2,14
1,85 1,88 1,92 1,96 1,99
1,45 1,51 1,58 1,60 1,62
1,49 1,51 1,53 1,55 1,57
- - - - -
- - - - -
- - - - -
SWT M/B
185 190 195 200
3,23 3,32 3,40 3,49
- - - -
- - - -
- - - -
1,64 1,67 1,69 1,71
1,59 1,61 1,63 1,65
1,53 1,55 1,57 1,59
- - - -
- - - -
DWT M/A
340 345 350 355
5,94 6,02 6,11 6,20
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
2,19 2,21 2,24 2,27
2,05 2,07 2,10 2,12
1,92 1,94 1,96 1,98
Legend : f = 0.11 Steel on cast iron wet (oily)
e = 2.718 Base number of Natural log
k = Constant value of groove shape
A/C = arc of contact, in radian (180o = 3.14 radian)
M/A = Machine above arrangement
M/B = Machine below arrangement
SWT = Single wrapped traction
DWT = Double wrapped traction
V = Flat seating of rope groove, atau V-Groove
U = Round seating of rope groove, atau U-Groove
U.90o = Round seating with under cut 90o
Contoh : A/C = 160o = 2.79 radian; f = 0.11, k = 2.4
ef.k. = (2.718)0.11x2.4x2.79 = 2.07
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -22-
Lampiran – 2 :
FAKTOR KEAMANAN
Kecepatan m/m F/K Tali Lift Penumpang F/K Tali Lift Barang
s/d 45 8.00 7.00
60 8.80 7.60
90 9.20 8.20
105 9.50 8.50
120 9.75 8.75
150 10.20 9.20
180 10.70 9.50
210 11.00 9.80
240 11.25 10.00
300 11.55 10.30
360 11.80 10.30
420 12.00 10.50
Acuan : SNI.03.2190.Rev 1999
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -23-
Lampiran – 3 :
TEGANGAN TALI BAJA BATAS WAJAR
GEARD OR GEARLESS MACHINE 610 mm DIA SHEAVE
(dengan SAFETY FACTOR = 10)
HOISTROPE 12.7 MM DIA
ALLOWABLE ROPE LOAD (kgf/ROPE)
90 U/C 104 U/C
CAR SPEED (m/m)
ROPE SPEED (m/m)
MAXIMUM SERVICE
AVERAGE SERVICE
MAXIMUM SERVICES
AVERAGE SERVICE
30 60 650 820 468 585
45 90 610 760 428 535
60 120 560 700 390 487
90 150 500 625 346 432
120 180 450 565 320 401
150 240 432 540 306 383
180 300 415 519 295 368
210 420 403 503 286 357
240 480 393 491 279 348
* Sumber : OTIS Elevator Company
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -24-
Lampiran – 4 :
BATAS PATAH BAJA TARIK 8 X 19
Diameter Nominal
(mm)
Perkiraan Berat
(kg/m)
Batas Patah Maximal
(Kawat 130/160 kg/f mm2)*
6.30 0.13 1.650
8.00 0.21 2.500
9.50 0.30 3.690
11.00 0.42 5.000
12.70 0.54 6.500
14.30 0.68 8.100
15.90 0.83 10.050
19.00 1.65 14.400
* 2 Macam kawat baja (dual tensile)
Kawat luar 130 kgf/mm2
Kawat dalam 160 kgf/mm2
Sumber : Mechanical Engineer Handbook
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -25-
Lampiran – 5 :
DAFTAR ACUAN
SNI.03.2190.Rev 1999 : Syarat-syarat Umum Konstruksi Lift
Electric Elevator, F. Hymes
Permen Naker No. 03 tahun 1999
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -26-
Lampiran – 6 :
CONTOH SOAL-SOAL
1. Sebuah lift high speed, tinggi kerja 150 meter dengan mesin tipe gearless,
control ACVVVF, percepatan 1.2 m/detik/detik, kapasitas 1350 kg (20 orang),
kecepatan 210 m/m. Pentalian lift tersebut (Roping) 2 : 1 untuk memperoleh
sudut kontak 180o (3.14 radian).
Pertanyaan :
a. Berapa berat kereta kosong dan berat bobot imbang agar tidak terjadi slip
antara tali dengan roda tarik. Buatlah asumsi sendiri, bila perlu.
b. Berapa jumlah dan ukuran tali baja
c. Berapa kw, motor sebaiknya yang dipakai
Jawaban :
a. Asumsi : (1) Overbalance = 0.425
(2) berat kereta = 2.1 kali kapasitas
T1 = P + Q = 2.1 x 1350 kg + 1350 kg = 4.185 kg
T2 = P + 0.425 Q = 2.1 x 1350 + 0.425 x 1350
= 2835 kg + 574 kg = 3409 kg
Traksi dinamis :
1.58(0.872) 3409
(1.122) 4185
9.8) / 1.2 - (1 T2
9.8) / 1.2 (1 T1
Batas Slip: efk
(lihat daftar) e = 2.718
f = 0.11
k = 1.3
= 3.14
e (2.718)0.11x1.3x3.14 = 1.88 > 1.58
b. Asumsi: (1) Tali baja 5/8“ (16 mm) Bp = 10.000 kgf
(2) Faktor keamanan = 11.9
Gaya patah diizinkan = 11.9
10.000= 840 kgf
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -27-
Roping 2 : 1 ½ (P + Q) = n x FK
Bp
½ (4185 kgf) = n 840 kgf
n = 4185 + 488 = 5.5 atau 6 lembar
Koreksi berat tali: 6 x 150 x 0.65 = 585
n = 840
585 4185 = 5.6 .........OK
c. Asumsi: efisiensi = 0.90
Power output = 0.9 x 6120
210 x 1350= 51.4 kW
Power rating dari motor = 55 kW
2. Sebuah lift medium speed, dengan mesin type geared. Control AC VVVF
Kapasitas = 1050 kg
Kecepatan = 150 m/menit
Percepatan = 0.9 m/detik/detik
Roping = 2 : 1
Sudut kontrak = 180o (3.14 radian)
Asumsi berat kereta = 1.8 kali kapasitas
Overbalance = 0.45
Buat asumsi-asumsi lain, jika perlu.
Pertanyaan :
a. Pilihlah type groove dan sudut undercut, agar tidak terjadi slip
b. Berapa jumlah dan ukuran tali
c. Jika diameter roda tarik dibatasi 40 kali diameter tali, berapa frequency
motor. Gunakan asumsi, jika diperlukan data-data lain.
d. Berapa kW motor sebaiknya yang dipakai.
Jawaban :
a. T1 = P + Q = 1.8 x 1050 kg + 1050 kg = 2940 kg
T2 = P + 0.45 Q = 1.8 x 1050 kg + 0.45 + 1050 kg = 2362 kg
(0.908) 2362
(1.091) 2940
9.8) / 0.9 - 1 ( T2
9.8) / 0.9 1 ( T1 1.495
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -28-
Batas Slip: efk
Lihat daftar pilihan batas slip lebih besar dan 1.495 dengan sudut kontrak
180o ialah 1.57, yaitu U groove dengan undercut 90o.
b. Asumsi: gunakan tali = 13 mm, Bp = 6.500 kgf
½ (P + Q) = n x FK
Bp
½ (4940) = n 650 / 10.5
n = 2.40 = 3 lembar
Berat tali diabaikan
c. Diameter tali = 13 m Diameter roda = 40 x 13 = 520 mm
Kecepatan liner = D x
150 m / m = 3.14 x 520
Kecepatan putar roda 1 = 52 x 3.14
150= 92 RPM
Kecepatan putar roda 2 = 6
0.03)-(1 f 120 RPM
Asumsi: (1) Gunakan jumlah pole = 6
(2) Gear ratio = 20 : 3
RPM = 20 / 3 x 92
2 = 613
613 = 6
0.03)-(1 f 120
f = 31.6 Hertz
d. Power output = 0.7 x 6120
150 x 1050= 36 kW
Gunakan motor dengan power rating 40 kW.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-1
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -29-
Lampiran – 7
Contoh Ilustrasi :
Gearless Machine Geared Machine
Harga = $ 12,000 Harga = $ 10,800
Efisiensi = 0.83 Efisiensi = 0.52
Tenaga listrik per tahun = $ 40 Tenaga listrik per tahun = $ 75
Selisih penggunaan tenaga listrik $ 35 / tahun
Masa titik impas = (12,000 – 10,800) / 35 = 5.7 tahun
Asumsi biaya pemeliharaan pertahun sama antara Gearless dan Geared machine.
Perhitungan tenaga listrik $ 40 / tahun dengan memakai beberapa asumsi sebagai
berikut :
Power 14 kW
Beban pada kereta 10% diatas bobot CWT, rata-rata sepanjang hari (65% dari
kapasitas).
Jam kerja efektif 5 jam/hari
300 hari / tahun
Tarif PLN Rp. 150 / KWH
Tenaga : 14 x 0.1 x 5 x 300 x Rp. 150
: Rp. 315.000,-
: $ 40 / tahun
BUKU 1
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
BAB I
PENDAHULUAN
1. Dalam bagian ke 1 dan dua bagian buku materi pelatihan kaidah teknik
perencanaan pesawat lift telah diuraikan mengenai kemampuan traksi, faktor
keamanan dan tali baja penarik, keseimbangan, dan efisiensi tenaga motor
listrik. Maka pada bagian ke 2 ini, sedikit akan disinggung peralatan-peralatan
pelengkap yaitu rel pemandu, balok pemisah (separator beams), penyangga /
peredam (bumper / buffer), pesawat pengaman (safety device) dan unjuk kerja
(performance).
2. Peralatan paling utama pada instalasi pesawat lift ialah menyangkut
keselamatan pengguna yaitu rel pemandu, pesawat pengaman (safety device),
speed governor, saklar batas lintas (final limit switches) dan penyangga
(peredam) atau buffer untuk kereta dan bobot imbang. Sedangkan pintu,
penggerak pintu, instalasi jaringan kawat listrik dan kendali (controller) adalah
komponen yang penting juga, tetapi tidak masuk dalam lingkup pembicaraan
pada bagian ke 2 ini.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -2-
BAB II
REL PEMANDU
1. Fungsi rel ada empat:
a. Sebagai pemandu jalannya kereta dan bobot imbang agar lurus vertikal
b. Sebagai penahan agar kereta tidak miring saat pemuatan dan akibat beban
tidak merata.
c. Sebagai sarana tempat memasang saklar, pengungkit atau tuas (cam) dan
puli penegang.
d. Sebagai penahan saat kereta dihentikan oleh pesawat pengaman (safety
device atau safety gear).
Ukuran rel dan jarak rentang braket pengikat rel hanya ditentukan oleh fungsi
terakhir tersebut di atas, yaitu tegangan tekuk (buckling stress,) yang terjadi
pada saat pesawat pangaman bekerja. Tegangan tekuk terjadi pada daerah
yang paling rawan dimana rel tidak cukup kaku diikat braket. Oleh karena itu
penentuan jarak maksimal rentang braket sangat penting disamping besaran
ukuran rel.
2. Dalam BS5655 dan juga SNI03.2190 Rev 1999, ada 3 macam “rumus-praktis”
menentukan ukuran rel, masing-masing untuk 3 macam pesawat pengaman,
yaitu:
a. Pesawat pengaman mendadak (instanteneous), saat mana terjadi
perlambatan kurang lebih 40 m/s/s.
T = 25 (P + Q) / A
b. Pesawat pengaman agak luwes (captive roller,), saat mana terjadi
perlambatan kurang lehib 20 m/s/s.
T = 15 (P + Q) / A
c. Pesawat pengaman berangsur (gradual clamp), saat mana terjadi
perlambatan 10 mIs/s kira-kira sama dengan gravitasi bumi.
T= 10 (P+Q) / A
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -3-
T :
Tegang
an tekuk
maksimal
140 N/mm2
untuk baja
hat (ductile),
mutu 370
N/mm2,
P + Q : Bobot
berat kereta
ditambah
beban
muatan
maksimal,
dalam kg
: Faktor
tekuk
(buckling
factor),
korelasinya
dengan
(=1/r), yaitu
koefisien
kelangsinga
n (ratio of
slenderness
)
A : Luas
penampang
rel, dalam
mm2.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -4-
Sebagai pegangan dapat diperiksa daftar pada lampiran 2 penggunaan rel
kereta untuk beban-beban muatan tertentu. Sedangkan besaran dan
ukuran rel bobot imbang yang tidak dilengkapi pesawat pengaman, lebih
kecil daripada rel kereta dan jarak rentang braketnya pun dibolehkan
maksimal 4.0 m, kecuali jika dimaksudkan untuk ketahanan akibat getaran
gempa bumi, maka jarak braket ialah 2.0 m. Jika bobot imbang dilengkapi
dengan pesawat pengaman, maka ukuran relnya dan jarak rentang
braketnya sama dan sesuai dengan rel pemandu kereta.
3. Salah satu ujung rel “dimatikan” (diikat) dengan struktur bangunan. Biasanya
ujung rel paling bawah yang dimatikan didasar pit (supported rails). Sebaliknya
untuk lift kecil dan kecepatan rendah, ujung atas rel yang dimatikan, atau ikut
di-cor beton lantai kamar mesin (suspended rails,) dan ujung bawah berjarak
kira-kira 10 cm dan dasar pit.
Kedua ujung jalur rel tidak boleh dimatikan sekaligus pada struktur bangunan,
agar rel tidak bengkok atau berubah bentuk jika terjadi pergeseran relative
posisi bangunan (building compression) terhadap rel.
Cara mematikan ujung rel pada struktur dapat dengan fixed clip pada rel
dengan braket. Ujung lain dan jalur rd bebas tidak meyentuh bagian bawah
lantai kamar mesin, yaitu pada sistim supported rails. Atau tidak menyentuh
dasar (pit) pada sistim suspended rail. Biasanya berjarak kira-kira 10 cm.
Catatan :
1. Jarak rentang braket boleh Iebih pendek (lebih dekat) dan pada
ketentuan dalam layout drawing dan pabrikan. Tetapi tidak boleh
lebih renggang
2. Ujung-ujung pada masing - masing rail sebelah kiri dan kanan harus
beda, jika kiri male maka kanan female menghadap ke atas. (lihat
gambar pada halaman 6).
3. Rel-rel yang tidak lurus dan terpuntir jangan sekali-kali digunakan.
Harus dikirim dulu ke bengkel untuk diperbaiki. Jika tidak
mungkin diperbaiki dan diluruskan, maka tel tersebut harus diapkir.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -5-
4. Penentuan ukuran rel
Rumus Tmax allowable = 15 ( P + Q ) / A ; dalam satuan N/mm2
dengan pesawat pengaman type lebih luwes (captive roller)
P = berat kereta plus peralatan
(kg)
Q = beban maksimal atau
contract capacity (kg)
A = Luas penampang ret (mm2)
= Faktor tekuk
(‘buckling/actor,); korelasi e dan
(lamda) lihat dafiar untuk Fe370
(lampiran 8 halaman 34)
= koefisien kelangsingan
(ratio of slenderness); = L/r,
dimana
L = jarak rentang antara dua
braket yang berjejer (mm)
r = radius putaran (radii of
gyration) dan penampang profil rel
r = kira-kira = akar dan (square
root of) Ix/A, (mm)
Ix = moment of inertia dan rel
(terkecil), (mm3)
A = luas penampung rel (mm2)
Contoh perhitungan:
Tegangan tekuk, Tmax allowable, untuk baja karbon mutu st370 140 N/mm2
Perhitungan, diumpamakan lift dengan kapasitas 1000 kg, dan berat kereta 2
kali kapasitas.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -6-
Berat kereta kosong P = 2000 kg
Kapasitas lift Q = 1000 kg
= 145 (max 150 mengacu pada AREA); menurut daftar = 3.55
140 = 15 (1000 + 2000) 3,55 / A= 159750/A
A minimal = 159750 / 140 = 1141 mm2
Alternatif I
Gunakan Rail T 70-3 / B (9.3 kg/m) A = 1154 mm2; > 1141 mm2, dimana r =
15.0 mm
Jarak rentang braket maksimal; L = .r = 145 x 15 = 2.175 m
Alternatif II
Gunakan Rail T 89/B (12.3 kg) A 1570 mm2; > 1141 mm2, dimana r = 18.3 mm
Jarak rentang braket maksimal ; L = .r 145 x 18.3 = 2.60 m
Lihat lampiran 3, halaman 26 : daftar ukuran-ukuran fisik rel
Catatan: AREA American Railboard Engineering Association
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -7-
BAB III
BALOK PEMISAH
Gaya yang menekan pada rel dan kereta diteruskan pada balok pemisah
(separator beam) atau dinding ruang luncur. Yang akan kita pertimbangkan hanya
gaya horisontal R1 sebagai akibat bekerjanya pesawat pengaman, yaitu akibat
gaya vertikal F dan menimbulkan gaya horisontal R1 pada rel. Lihat skets gambar
gaya-gaya di bawah ini:
Gambar 1.
(b) ujung rail bentuk male
(c) ujung rail bentuk female
Gaya vertical = F pada saat pesawat pengaman bekerja ialah :
F = 10 (P + Q)
dimana,
F : dalam Newton
W : adalah (faktor tekuk) = 2.94
P & Q : adalah masing-masing berat kereta dan kapasitas maksimal kg
Rumus gaya horisontal menimpa rel akibat kerjanya pesawat pengaman ialah :
R1 = FD/10 H
dimana,
F = gaya vertikal pada rel
; dalam Newton (N)
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -8-
D = DBG dan rel ; (DBG
= 181 5 mm, bervariasi
tergantung
perencanaan pabrikan)
H = Jarak vertikal antara
dua sepatu luncur pada
stiles (upright channel)
dalam mm
Lihat gambar pada halaman berikut.
Jika P + Q 3000 kg, maka F = 10 (3000)2.94 = 88.200 N, dan
R1 = 88200 x 1815/10 x 4000 = 4000 N.
Catatan : DBG Distance Between Guides
Separator beam dan profil baja karbon ASTM A.36 diangker atau ditanam pada
permukaan dinding (beton) dimuka dan belakang wang luncur, panjang efektif L =
2200 mm. Tegangan lentur yang diizinkan T = 165 N/mm2 Modulus elastisitas baja
karbon F = 200,000 N/mm2. Lihat lampiran 4 : daftar pedoman penggunaan
separator beam.
Pemilihan balok pemisah, atas dasar perhitungan sebagai berikut:
1. Minimal Moment of Intertia (sumbu Y-Y), yang diperlukan
ly = R1 x L3 / 48 E x d
dimana,
E = modulus of elasticity = 200,000 N/mm2
d = lendutan (deflector) = 3 mm (untuk perhitungan
lendutan minimal 1/1000 L)
ly = 4000 x (2200)3 / 48 x 200,000 x 3 = 42592 x
109/28.8 x 106
= 1.479 x 103 mm = 148 cm4
2. Minimal modulus of section (sumbu Y-Y), yang diperlukan
ZY = R1 x ½ L / T
ZY = 4000 x 0.5 x 2200 / 165 = 26.666 mm3 = 26.7 cm3
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -9-
Atas dasar hasil perhitungan ly = 148 cm4 dan Zy 26,7 cm3 dapat dipilih balok
pemisah dengan dua macam pilihan yaitu:
Alternatif I
Gunakan Hollow structural square tube , ukuran 100 x 100 x 3.2 ; berat 9 5 kg/m
diinana, lY = 187 cm4 > 148 cm4 --------> aman
ZY = 37 cm3 > 26.7 cm3 ---------> aman
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -10-
Alternatif II
Gunakan Wide Flange H atau I, ukuran 150 x 100 x 6.0; berat = 9.5 kg/m
dimana, lY = 151 cm4 > 148 cm4 --------> aman
ZY = 30.1 cm3 > 26.7 cm3 ---------> aman
Gambar 2.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -11-
BAB IV
PENYANGGA dan PEREDAM
1. Fungsi penyangga atau peredam ialah menahan gaya tumbuk (impact,) dan
kereta atau bobot imbang yang terjatuh menimpa dan membentur penyangga,
jika pesawat pengaman terlambat bekerja, atau bekerja pada saat kereta telah
menjelang lantai terbawah. Pada dasarnya pesawat pengaman bekerja oleh
sebab kecepatan lebih (overspeed) 11 5% terjadi pada saat mendekati lantai
terminal bawah. Oleh arena itu perhitungan langkah peredam (buffer stroke
atas dasar 1,15 V (V = kecepatan nominal lift, lihat SNI No. 03.2190.199 pasal
4.12).
2. Panjang langkah penyangga, jika penyangga tertekan penuh oleh kereta
bermuatan penuh atau oleh bobot imbang, dihitung sebagai berikut :
a. Untuk kecepatan lift s/d 60 m/m, ditetapkan langkah sama dengan dua kali
jarak perhentian gaya berat bumi yaitu ½ V2/g dan digunakan penyangga
pegas.
langkah, 1 = 2 x ½ (1,15 x V)2 / g; dimana g = 9,81 m/s2
Contoh: untuk lift berkecepatan 60 m/m atau 1.0 m/s
1 = 2 x ½ (1,15 x 1.0)2 / 9,81= 0,135 meter
b. Untuk kecepatan diatas 60 m/m, ditetapkan sama dengan jarak perhentian
gaya berat bumi = 1/2 V2/g, digunakan peredam hidrolis.
langkah, 1 = ½ (1,15 V)2 / g
Contoh:
Jika V 90 m/m atau 1,5 m/s, maka
1 = ½ (1,15 x 1,5)2 / 9,81 = 0,15 m
Lihat lampiran 5, daftar langkah penyangga dan peredam
3. Gaya Reaksi Penyangga
a. Gaya reaksi atas gaya tumbuk (impact force) pada penyangga atas kereta
atau bobot imbang yang “jatuh bebas” dan membentur penyangga
besarnya ditetapkan oleh BSI 5655 tidak lebih dan 40 (P + Q) Newton.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -12-
Contoh:
Berat kereta P = 2000 kg
Muatan maks Q =1000 kg
Gaya reaksi R = 40 (P+Q) 40 (2000 + 1000) = 120,000 Newton
b. Gaya reaksi yang terjadi, berdasar rumus Newton, atas benda jatuh bebas
peredam hidrolis.
R = m (g + V2/2s), dimana: m adalah masa benda jatuh
g adalah gravitasi bumi = 9.81 m/s/s
s adalah stroke sesaat = 0.05 m
Jika m = P + Q = 3000 kg, dan
jika kecepatan lift, V = 90 m/m 1,5 m/s kecepatan nominal
kecepatan saat overspeed 1.15% x 1.5 = 1.725 m/s
Gaya reaksi R = 3000 (9,81 + (1,725)2 / 2 x 0,05)
= 3000 (9,81 + 29,75) = 119.000Newton
Catatan:
1. Terjadi penyerapan energy gaya tumbukan oleh peredam
hidrolis, saat kejadian “jatuhbebas”.
2. Konstruksi pit harus langsung didukung oleh pondasi bangunan.
Ruang luncur yang menggantung (yaitu dibawah pit ada ruang-
ruang/lantai kerja) harus didukung oleh pilar-pilar yang langsung
duduk pada pondasi, dan bobot imbang harus dilengkapi
dengan pesawat pengaman.
4. Toleransi lari (runby)
Toleransi Iari atau luang lari ialah jarak (yang dianjurkan oleh pabrikan) antara
permukaan atas penyangga dengan “plat bentur” kereta / bobot imbang. Hal
ini diperlukan jika terjadi overtravel.
a. Pada peredam hidrolis toleransi lari bobot imbang = 23 cm dan minimal 5
cm dengan syarat peredam dapat ditekan oleh bobot imbang sampai
sedalam 25% dan langkah. Panjang tali baja yang mulur harus diperpendek
agar toleransi lari bobot imbang kembali menjadi 23 cm. Jika suatu saat
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -13-
runby telah mencapai 5 cm (oleh sebab kemuluran tali sedikit demi sedikit),
maka kondisi ini kemungkinan menjadi sumber kerusakan. Lihat
keterangan.
b. Pada penyangga pegas toleransi Ian adalah sebagai benikut
Kecepatan lift 75 m/m = 11 cm
Kecepatan lift 15 m/m = 15 cm
Kecepatan lift 30 m/m 22 cm
Kecepatan lift 60 m/m = 30 cm, maksimal 60 cm, jika tinggi overhead
memungkinkan.
Keterangan : Jika terjadi overtravel dan
bobot ‘imbang telah lebih
dulu membentur
penyangga, padahal
kereta belum sampai
menyentuh saklar batas
lintas, maka motor akan
bekerja terus menerus,
oleh sebab saklar
tersebut (directional limit
switch,) belum terputus
oleh tuas kereta (lihat
gambar pada halaman 16
posisi directional limit
switch 5 cm di atas tuas).
Puli penarik akan berputan terus, sementara tali tetap diam,
sehingga keduanya menjadi rusak.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -14-
Gambar 3.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -15-
BAB V
PESAWAT PENGAMAN
1. Saklar Batas Liiitas
a. Setiap lift harus dilengkapi dengan saklar-saklar pengaman batas limos
(travel limit switches) yang akan memutuskan arus listrik jika kereta
bergerak melewati lantai-lantai terakhir (terminal landing floors) diujung
paling atas dan bawah.
b. Masing - masing pada ujung atas dan bawah terdapat/terpasang dua saklar.
Saklar yang mula-mula tersentuh oleh tuas kereta ialah directional limit
switch pada saat kereta 5 cm melewati permukaan lantai. Kemudian saklar
berikutnya yaitu final limit switch tersentuh tuas jika kereta berlanjut
melewati lantai sejauh tambahan 15 atau sampai dengan 20 cm dan
permukaan lantai. Lihat gambar pada halaman 14.
c. Jika bobot imbang merosot dan membentur penyangga maka tuas kereta
pada lantai kereta telah lebih dulu menyentuh saklar batas (limit switch),
karena jarak maksimal hanya 5 cm, yaitu lebih kecil dan pada toleransi Ian
minimal bobot imbang 7 cm.
2. Kemerosotan Kereta
Keselamatan penumpang selama pesawat pengaman bekerja harus terhindar
dan kejutan atau benturan. Oleh karena itu kereta harus berhenti secara
berangsur-angsur, terutama untuk lift-lift berkecepatan 90 m/m keatas. Contoh
jarak perhentian atau kemerosotan kereta (d) saat pengaman atau governor
bekerja atas dasar rumus Newton, dimana perlambatan kira-kira ½ gravitasi
(maksimal sama dengan g = 9.81 m/s2), yaitu:
d = V2 / g (m)
dimana, V atas dasar kecepatan Iebih (overpseed) yang terjadi (130%). Jika
kecepatan lift 90 m/m (1,5 m/s) maka digunakan V = 1,95 m/s.
d = (1,95)2/9,81 = 0,40 meter.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -16-
Daftar jarak tempuh perhentian atau kemerosotan kereta saat pesawat
pengaman bekerja tertera dalam Lampiran 7.
Gambar 4.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -17-
BAB VI
HUBUNGAN KECEPATAN dengan FREKWENSI
Khusus motor - motor penarik lift yang menggunakan kendali kecepatan VVVF
(Variable Voltage Variable Frequency) dapat direncanakan diameter puli kira-kira
40 s/d 55 kali diameter ali baja. Batas ukuran minimal diameter diizinkan SNI ialah
40 kali diameter tali baja, akan tetapi hal ini cenderung memperpendek umur tali.
Oleh karena itu perencanaan diameter puli diarahkan 55 kali, caranya dengan
memilih besaran frequency dan jumlah pole. Lihat daftar hubungan kecepatan
dengan frequency dalam Lampiran 1.
1. Contoh perhitungan Frekwensi pada Geareless Machine
Kecepatan tali, V = D
= Radial speed puli
D = Diameter puli
= 3,14
Roping 2 : 1 Kecepatan kereta 180 m/m
Kecepatan tali 360 m/m
= V / D = 360 / 3,14 x 0,6
=191RPM
= P
s) - (1 120
f = frequency (Hz)
s = slip (3%)
P = Jumlah Pole
f = (0,97) 120
6 x 191
s)-(1 120
P 9,8Hz
D = 600 mm = 46 x 13 mm (diameter tali)
46 > 40 = minimal ø puli terhadap ø tali
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -18-
2. Contoh perhitungan Frekwensi pada Geared Machine
Kecepatan tali, V = D
Roping 2 : 1, kecepatan kereta 60 m/m
kecepatan tali = 120 m/m
= V / D = 120 / 3,14 x 0,55 = 70 RPM
Gear Ratio 20 : 1
Kecepatan radial motor 20 x 70 = 1400 RPM
= P
s) - (1 f 120
f = (0,97) 120
4 x 1400
s)-(1 120
P 48Hz
D = 550 mm = 42 x 13 mm (diameter tali)
42 > 40 = minimal ø puli teihadap ø tali
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -19-
BAB VII
UNJUK KERJA
Unjuk kerja atau kata populer performance ialah hasil kerja optimal yang
ditampilkan oleh sistem suatu pesawat sesuai perencanaan. Kata padanan yang
sering dipakai ialah “tampil kerja dan kinerja”.
Performance terdiri dan beberapa elemen dan seharusnya dapat diukur sesuai
kebutuhan.
Performance terdiri dan dua macam
a. Unjuk kerja satuan (unit) lift dan
b. Unjuk kerja operasi gabungan (group operatioIz beberapa satuan lift dalam
melayani pengguna I penghuni bangunan sesuai kriteria yang ditetapkan oleh
perencana.
Mutu suatu produk ialah derajat keandalan yang ditetapkan oleh standar, untuk
melaksanakan tugas mencapai performance yang sesuai dengan perencanaan.
Mutu ialah suatu unsur dan performance.
a. Performance dan satuan (unit) pesawat lift terdiri dan
1. Percepatan optimum untuk lift, hubungan dengan kecepatan lift tersebut.
2. Tempo Loncatan (flight time)
3. Getaran dan Ambang Suara
4. Kecepatan Pintu
5. Waktu Pembukaan Pintu
6. Start - Stop Per jam
b. Performance atas operasi gabungan dan beberapa lift, diukur berdasar kriteria
yang ditetapkan oleh perencana. Kriteria tersebut ialah :
(i) Jumlah orang yang sanggup dipindahkan I diantar dalam satu masa 5
menit (300 detik) selama jam sibuk (arus sirkulasi padat).
(ii) Waktu tunggu rata-rata penumpang di lobi, saat-saat sibuk yaitu terjadi
arus sirkulasi padat (umpama pada pagi han saat-saat jam masuk kantor).
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -20-
Catatan
Unjuk kerja (performance) dibedakan dengan keandalan (reliabiilty). Keandalan
yang wajar diukur dengan jumlah kemacetan per tahun dan jumlah jam lift tidak
bekerja (down time) selama setahun oleh karena dilakukan perawatan dan oleh
karena macet / kerusakan.
1. Percepatan (acceleration)
Satuan yang digunakan ialah meter/detik/detik atau disingkat m/s/s (atau m/s2).
Tabel berikut ialah percepatan lift modern (dimana digunakan jenis kendali
kecepatan variable frequency (VVVF).
Kecepatan Lift (m/m)
60 90 105 120 150 180 210 240 - dst
Percepatan (m/s/s)
0.50 0.70 0.80 0.85 0.95 1.10 1.20 1.25 - dst
Percepatan yang lebih rendah dan angka-angka tersebut di atas dianggap
kurang baik. Percepatan lebih besar dan 1.25 m/s/s akan mengurangi rasa
nyaman bagi kebanyakan orang. Kejutan (jerk) yang terjadi pada percepatan
1.25 m/s2 tidak boleh melebihi 4 m/s3.
2. Tempo Loncatan (flight time)
Tempo loncatan atau “jump” ialah selang waktu untuk menempuh percepatan
dan diikuti perlambatan sesaat sebelum mencapai kecepatan penuh. Waktu
untuk startup (breake released) dan stopping (breake applied) tidak termasuk
tempo loncatan. Tempo yang lebih lama dari angka dalam tabel berikut ini
dianggap kurang baik.
Kecepatan Lift (m/m)
60 90 105 120 150 180 210 240 300 360
Tempo loncatan (detik)
4.2 4.2 4.2 4.2 4.2 5.0 5.8 6.7 8.3 10
Jarak yang ditempuh (m)
2.1 3.1 3.7 4.2 5.2 7.5 10.2 12.3 20.8 30
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -21-
3. Getaran dan Ambang Suara
a. Getaran horizontal arah kiri-kanan, disebabkan oleh rel pemandu.
1) Sebelum dipasang, rel sudah bengkok atau terpuntir.
2) Pada waktu pemasangan rel tidak lood (plumb, vertikal)
3) Sambungan antara 2 rel tidak sempurna.
4) Setelah beberapa tahun rel berubah akibat dan building compression.
5) Salah pilih ukuran rel (terlalu kecil) dan salah menentukan jarak braket
(terlampau jarang).
6) Setelah terjadi gempa, rel berubah atau cacat akibat pendulum effect.
b. Getaran horizontal arah muka-belakang, akibat static balance tidak betul
saat pemasangan rangka kereta di atas landas (platform).
c. Getaran arah vertikal akibat dan getaran mesin. Kemungkinan resonansi
getaran mesin dengan “getaran alamiah” besi pendukung (supporting
beam), juga akibat getaran tali-tali baja tidak seragam, (salah satu lebih
tegang), dan isolasi peredam terlalu tipis.
Batas getaran yang dizinkan dan dapat diterima ialah 15 miligravitasi dan 10
Hertz, dimana g = 9.8 m/s2. Batas ambang suara yang dapat diterima ialah 50
dBA didalam kereta.
4. Kecepatan Pintu
Kecepatan pintu menutup dan membuka mencerminkan mutu
unjuk kerja. Tabel dibawah in adalah anjuran jumlah waktu pintu
untuk membuka dan menutup, hubungannya dengan lebar
pembukaan dan jenis pintu.
No. Jenis Pintu Lebar Pintu
(mm) Jumlah waktu*
buka + tutup (detik) Toleransi
1. Pintu tunggal (Single side opening)
900 1100
6.1 6.5
10% 7%
2. Dua panel buka samping (Side opening)
900 1100 1200 1400 1600
5.4 6.1 7.2 8.3 9.4
10% 7% 5% 5% 5%
3. Dua panel buka tengah (Center opening)
900 1100 1200 1400 1600
3.6 4.1 4.8 5.5 6.0
8% 5% 5% 5% 5%
4. Empat panel, buka 1600 5.0 5%
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -22-
tengah
5. Waktu Pembukaan Pintu
Kata lain waktu dan pembukaan pintu ialah waktu diam perhentian kerja
(dwelling time alan stopping time, alan transfer lime). Satuan dalam detik.
Selang waktu pembukaan pintu yang dianjurkan sebagai berikut:
Bangunan Gedung
Di Lobby (maksimal)
Lantai – lantai lain
Karena Hall Call Karena Car Call
Kantor 8 detik 2 detik 1 detik
Hotel, Toserba dan Rumah Sakit
10 – 16 detik 4 detik 2 detik
Apartemen dan Gedung Kuliah
10 detik 2 detik 1 detik
Selang waktu, tersebut dapat disetel sesuai keinginan pengurus bangunan dan
juga tergantung kebutuhan arus sirkulasi.
6. Start-Stop Per jam
Suatu lift ditentukan daya tahan mesinnya atas jumlah start-stop per jam, Lift
yang bermutu baik harus tahan atas jumlah start-stop sebagai berikut :
Fungsi Bangunan Start stop/jam
Kantor, Hotel business 180
Hotel, Kantor kecil (luar kota) 160
Toserba, Pusat Pertokoan 140
Rumah Sakit, Rumah Susun 120
Apartemen, Ruang pamer, Ruko Dibawah 100
Catatan : Start-stop/jam diatas 180 detik tidak efektif dan tidak praktis.
Lihat lampiran kasus performance untuk didiskusikan.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -23-
Lampiran-1
HUBUNGAN KECEPATAN Terhadap FREKWENSI
I. Gearless machine, VVVF speed control
A. Roping 2 : 1
Kecepatan kereta (m/m)
Kecepatan tali (m/m)
Diameter puli (m)
RPM motor (puli)
Frequency (Hz)
No. Pole
180
210
240
360
420
480
0.60
0.65
0.70
191
206
218
9.8
10.6
11.3
6
6
6
B. Roping 1 : 1
Kecepatan kereta (m/m)
Kecepatan tali (m/m)
Diameter puli (m)
RPM motor (puli)
Frequency (Hz)
No. Pole
240
300
360
420
480
240
300
360
420
480
0.50
0.50
0.60
0.45
0.70
153
191
191
206
218
10.5
9.8
9.8
10.6
11.3
6
6
6
6
6
II. Geared machine, VVVF speed control
A. Roping 2 : 1
Kecepatan kereta (m/m)
Kecepatan tali (m/m)
Diameter puli (m)
G/R (Gear Ratio)
RPM puli Frequency
(Hz) No. Pole
60
90
105
120
150
120
180
210
240
300
0.55
0.60
0.65
0.65
0.70
20 : 1
15 : 1
19 : 1
10 : 1
10 : 1
70
95.5
103
117
136
48
49
35
40
47
4
4
4
4
4
B. Roping 1 : 1
Kecepatan kereta (m/m)
Kecepatan tali (m/m)
Diameter puli (m)
G/R (Gear Ratio)
RPM puli Frequency
(Hz) No. Pole
45
60
90
105
120
150
45
60
90
105
120
150
0.50
0.55
0.60
0.65
0.65
0.70
30 : 1
30 : 1
25 : 1
20 : 1
20 : 1
20 : 1
28.6
35
47
51.4
58
68
30
35
41
35
40.4
47
4
4
4
4
4
4
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -24-
Lampiran-2
PETUNJUK PEMILIHAN REL PEMANDU
Lift dengan sepasang pesawat pengaman
Asumsi berat kereta kosong = 2 kali kapasitas
Kapasitas maksimal lift
Berat rel nominal (kg/m)
Jarak rentang Braket maks
(m)
*Keterangan : T dalam N/mm2 type pesawat pengaman 1# atau
2#
450 8.60
8.60
2.20
2.40
#1
#2
T = 95
= 49
600 9.30
8.60
9.30
2.20
2.20
2.20
#1
#2
#2
140
55
56
750 12.30
10.65
12.30
2.60
3.00
3.30
#1
#2
#2
122
87
78
1000 9.30
12.30
12.30
9.30
12.30
2.20
2.40
2.60
2.60
3.00
#1
#1
#1
#2
#2
138
102
140
131
86
1350 17.80
17.80
22.70
3.60
3.80
4.00
#1
#2
#2
140
62
53
1600 22.70
18.00
22.70
3.80
3.80
4.00
#1
#2
#2
146
76
63
* Keterangan : mengacu pada BS 5655 part 1, carbon steel st 370
#1 = Pesawat pengaman mendadak (instantenous)
untuk lift berkecepatan maksimal 60 m/m
Tmax = 140 N/mm2 = 25 (P + Q) / A; atau
Memakai captive roller safety, untuk
berkecepatan maksimal 90 m/m
Tmax = 140 N/mm2 = 15 (P + Q) / A
#2 = Pesawat pengaman berangsur (gradal clap), untuk
lift berkecepatan maksimal 105 m/m keatas
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -25-
Tmax = 140 N/mm2 = 10 (P + Q) / A
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -26-
Lampiran – 3
SIFAT-SIFAT FISIK dari REL PEMANDU
Momen inersia Radius putaran (girasi)
Jenis rel Berat (kg/m)
Luas irisan (cm 2)
Sumbu X = IX (mm4 x 104)
Sumbu X = IX (mm4 x 104)
rx
(mm)
rY
(mm)
T 40/A*
T 45/A
T 50/A*
T 50-6/A*
2.67
3.34
3.73
4.45
3.40
4.25
4.75
5.70
5.35
8.08
11.24
12.77
2.17
3.84
5.25
6.33
7.95
9.50
14.90
14.90
12.54
13.78
15.40
10.54
T 75-3/B*
T 70-3/B
T 80/A*
T 89/B
T 90/A
8.63
9.30
10.65
12.30
13.50
10.99
11.54
13.56
15.70
17.20
40.35
27.50
80.00
59.60
102.50
26.49
25.80
38.83
52.50
57.80
15.5
15.0
16.92
18.30
24.40
19.20
15.20
24.29
19.50
18.33
T 125/B
T 127-1/B
T 127-2/B*
18.00
17.80
22.70
22.90
22.50
28.90
153.00
187.00
200.00
173.00
151.00
234.00
27.48
26.50
28.50
25.84
28.60
26.30
T 140-1/B
T 140-2/B
T 140-3/B
27.50
32.70
47.60
35.10
43.22
57.35
403.00
452.00
946.00
310.00
365.00
488.00
29.70
29.20
29.20
33.80
32.50
40.60
A = Baja canai (cold drawn)
B = Baja dikerjakan dengan mesin
o = Tidak termasuk dalam standar ISO.7465
Sumber : Catalogue, Savera Spain, Januari 1995.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -27-
Lampiran – 4
DAFTAR PENGGUNAAN SEPARATOR BEAM SEBAGAI PEDOMAN
Lift duty
Kg @ m/s
F, at safety application kg
(Newton)
Separator beam
L = H/W
depth mm
DBG
mm
Separator beam dimensi dalam mm (kg/m)
Hollow type (Square)
Wide flange
1800 @ 3.5 12890 (126.320) 2500 2515 125x125x4.5
(16.6) 150x150x7.0
(31.5)
1600 @ 5.0 12900 (126.420) 2400 2515 125x125x4.5
(16.6) 150x150x7.0
(31.5)
1350 @ 5.0 12180 (119.360) 2400 2515 125x125x4.5
(16.6) 150x150x7.0
(31.5)
1150 @ 3.5 11000 (107.800) 2250 2000 100x100x4.5
(13.1) 125x125x6.5
(23.8)
1000 @ 2.5 9000 (88.200) 2200 1815 100x100x3.2
(9.5) 150x150x6.0
(21.5)
900 @ 1.5 8000 (78.400) 2100 1815 100x100x2.3
(6.9) 100x100x6.0
(17.2)
600 @ 1.5 5700 (55.860) 1800 1800 75x75.x3.2
(5.14) 140x100x4.3
(21.65)
450 @ 1.5 4300 (42.140) 1700 1610 75x75.x3.2
(5.14) 140x100x4.3
(21.65)
Catatan :
1. Besaran gaya vertikal F (kg) dapat mengacu pada layout drawing
dari pabrikan
2. Hollow square tube lebih ringan dan lebih murah daripada profile H,
untuk ketahanan yang sam.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -28-
Lampiran – 5
1. KELAJUAN dan LANGKAH PEREDAM PEGAS
Kelajuan lift nominal (m/m)
Langkah (stroke) peredam pegas minimal dalam cm
s/d 30
s/d 45
s/d 50
s/d 60
3.8
4.0
6.0
10.2
Jarak langkah (stroke) = 0.135 V2 (m), dimana V = kelajuan dalam m/s.
2. KELAJUAN LIFT dan LANGKAH PEREDAM HIDROLIS
Kelajuan nominal (m/m)
Kelajuan lift 115% (m/m)
Langkah minimal (cm)
60
68
76
90
69
78
87
103
6.9
8.9
10.8
15.8
105
120
140
150
120
138
160
172
21.0
28.0
35.0
43.2
180
210
240
360
420
207
240
276
410
480
63.0
84.5
111.0
249.0
340.0
Peredam Hidrolis:
Jarak langkah (stroke) : 0.067 V2 (m), yaitu sama dengan jarak
penghentian gravitasi g
V
2
)15.1( 2
, dimana g = 9.81 m/detik2.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -29-
Lampiran – 6
1. KASUS PERFORMANCE
Pada suatu gedung kantor performance dua group lift (masing-masing
group ada 3 unit), yaitu low rise dan medium rise, manajemen sangat
kecewa dengan “waiting time” di lobi utama dan daya angkut gabungan
(group handling capacity) sangat jelek. Kesalahan pertama dari pihak
manajemen sendiri yaitu pada tiap-tiap kereta dipasang dinding dan lantai
granit seberat kurang lebih 300 kg. Kesalahan kedua dari pihak konsultan
perencana yang salah memilih menghitung jumlah lift dan kecepatan.
Kesalahan ke 3 dari pihak kontraktor lift yang tidak memenuhi persyaratan
teknisi yang diminta dalam dokumen tender, yaitu :
1) Pre opening, performance pintu
2) Group operation control yang sudah kuno sehingga tidak efisien.
3) Salah lokasi memasang arrival signal.
4) Juga kedapatan frequency diturunkan agar kecepatan lift turun. Hal
ini sehubungan dengan beban ekstra 300 kg finishing granit, agar
motor kereta tetap sanggup mengangkat penumpang.
2. KASUS PENYETELAN (Adjustment)
Pada suatu gedung instansi terjadi kerusakan pada motor lift (satu-satunya
lif di kantor tersebut). Beberapa pole (gulungan kutub) dari motor lift
terbakar dan terjadi hubungan pendek. Kereta lift terdapat pada lantai
teratas, tetapi pintu lantai tidak terbuka, dan lantai kereta belum rata (ada
dibawah) permukaan lantai bangunan. Setelah diperiksa lebih lanjut
ternyata roda puli telah rusak dan panas membara. Tali baja pun aus dan
panas.
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -30-
Lampiran – 7
DAFTAR JARAK TEMPUH PERHENTIAN KERETA
SAAT PESAWAT PENGAMAN BEKERJA
Kecepatan Lift (m/m)
Kecepatan saat governor bekerja
(m/m; m/s)
Kemerosotan kereta dan jarak tempuh diijinkan
d = V2 / g
(m)
s/d 90
s/d 105
s/d 150
s/d 210
s/d 300
s/d 360
s/d 420
117 (1.95)
141 (2.36)
200 (3.33)
270 (4.55)
360 (6.0)
432 (7.2)
500 (8.4)
0.25 - 1.10
0.50 - 1.80
1.00 - 3.00
1.80 - 5.00
2.00 - 5.60
2.70 - 8.00
3.70 - 9.40
0.40
0.53
1.13
2.11
3.60
5.30
7.20
Sumber : SNI 03.2190 Rev 1999 dan ASME 17.1
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Buku-2
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -31-
Lampiran – 8
Tabel A. Buckling factor as a function of for steel 370 N/mm2 grade.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
20
30
40
1.04
1.08
1.14
1.04
1.09
1.14
1.04
1.09
1.15
1.05
1.10
1.16
1.05
1.10
1.16
1.06
1.11
1.17
1.06
1.11
1.18
1.07
1.12
1.19
1.07
1.13
1.19
1.08
1.13
1.20
20
30
40
50
60
70
80
90
1.21
1.30
1.41
1.55
1.71
1.22
1.31
1.42
1.56
1.73
1.23
1.32
1.44
1.58
1.74
1.23
1.33
1.45
1.59
1.76
1.24
1.34
1.46
1.61
1.78
1.25
1.35
1.48
1.62
1.80
1.26
1.36
1.49
1.64
1.82
1.27
1.37
1.50
1.66
1.84
1.28
1.39
1.52
1.68
1.86
1.29
1.40
1.53
1.69
1.88
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
1.90
2.11
2.43
2.85
3.31
1.92
2.14
2.47
2.90
3.36
1.94
2.16
2.51
2.94
3.41
1.96
2.18
2.55
2.99
3.45
1.98
2.21
2.60
3.03
3.50
2.00
2.23
2.64
3.08
3.55
2.02
2.27
2.68
3.12
3.60
2.05
2.31
2.72
3.17
3.65
2.07
2.35
2.77
3.22
3.70
2.09
2.39
2.81
3.26
3.75
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
3.80
4.32
4.88
5.47
6.10
3.85
4.38
4.94
5.53
6.16
3.90
4.43
5.00
5.59
6.23
3.95
4.49
5.05
5.66
6.29
4.00
4.54
5.11
5.72
6.36
4.06
4.60
5.17
5.78
6.42
4.11
4.65
5.23
5.84
6.49
4.16
4.71
5.29
5.91
6.55
4.22
4.77
5.35
5.97
6.62
4.27
4.82
5.41
6.03
6.69
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
6.75
7.45
8.17
8.93
9.73
6.82
7.52
8.25
9.01
9.81
6.89
7.59
8.32
9.09
9.89
6.96
7.66
8.40
9.17
9.97
7.03
7.73
8.47
9.25
10.05
7.10
7.81
8.55
9.33
10.14
7.17
7.88
8.63
9.41
10.22
7.24
7.95
8.70
9.49
10.30
7.31
8.03
8.78
9.57
10.39
7.38
8.10
8.86
9.65
10.47
200
210
220
230
240
250 10.55
For steel qualities with intermediary strengths, determine the value of by linear interpolation.
Tabel B. Buckling factor as a function of for steel 520 N/mm2 grade.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
20
30
40
1.06
1.11
1.19
1.06
1.12
1.19
1.07
1.12
1.20
1.07
1.13
1.21
1.08
1.14
1.22
1.08
1.15
1.23
1.09
1.15
1.24
1.07
1.16
1.25
1.10
1.17
1.26
1.11
1.18
1.27
20
30
40
50
60
70
80
90
1.28
1.41
1.58
1.79
2.05
1.30
1.43
1.60
1.81
2.10
1.31
1.44
1.62
1.83
2.14
1.32
1.46
1.64
1.86
2.19
1.33
1.48
1.66
1.91
2.24
1.35
1.49
1.68
1.91
2.29
1.36
1.51
1.70
1.93
2.33
1.37
1.53
1.72
1.95
2.38
1.39
1.54
1.74
1.98
2.43
1.40
1.56
1.77
2.01
2.48
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
2.53
3.06
3.65
4.28
4.96
2.58
3.12
3.71
4.35
5.04
2.64
3.18
3.77
4.41
5.11
2.69
3.23
3.83
4.48
5.18
2.74
3.29
3.89
4.55
5.25
2.79
3.35
3.96
4.62
5.33
2.85
3.41
4.02
4.69
5.40
2.90
3.47
4.09
4.75
5.47
2.95
3.53
4.15
4.82
5.55
3.01
3.59
4.22
4.89
5.62
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
5.70
6.48
7.32
8.21
9.14
5.78
6.57
7.41
8.30
9.24
5.85
6.65
7.49
8.39
9.34
5.93
6.73
7.58
8.48
9.44
6.01
6.81
7.67
8.58
9.53
6.09
6.90
7.76
8.67
9.63
6.16
6.98
7.85
8.76
9.73
6.24
7.06
7.94
8.86
9.83
6.32
7.15
8.03
8.95
9.93
6.40
7.23
8.12
9.05
10.03
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
10.13
11.17
12.26
13.40
14.59
10.23
11.28
12.37
13.52
14.71
10.34
11.38
12.48
13.63
14.83
10.44
11.49
12.60
13.75
14.96
10.54
11.60
12.71
13.87
15.08
10.65
11.71
12.82
13.99
15.20
10.75
11.82
12.94
14.11
15.33
10.85
11.93
13.05
14.23
15.45
10.96
12.04
13.17
14.35
15.58
11.06
12.15
13.28
14.47
15.71
200
210
220
230
240
250 15.83 250
For steel qualities with intermediary strengths, determine the value of by linear interpolation.
BUKU 2
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Rangkuman
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
RANGKUMAN
1. Perencanaan rekayasa (engineering design) harus didasarkan pada program
keselamatan penggunaan pesawat lift bagi umum dan keselamatan pekerja
yang memasang dan merawatnya. Selanjutnya program keselamatan harus
didasarkan pada undang-undang atau peraturan - peraturan K3 yang berlaku.
2. Dari segi rekayasa, semua jenis hasil produk sebelum disalurkan ke pasar
harus mengalami pengetesan / pengujian yang seksama. Oleh karena itu tiap-
tiap pabrik lift mempunyai “test-tower” dimana pesawat lift secara lengkap
dipasang dan diuji, diamati dan dicatat kelainan-kelainan / penyimpangan –
penyimpangannya selama berhari-hari dijalankan.
3. Yang paling penting dan segala ujian atas produk baru lift ialah “full load drop
test” dimana dapat diamati jarak kemerosotan kereta sebelum berhenti penuh
oleh kerja pesawat pengaman (safety gear). Juga diamati kemiringan landas
kereta yang terjadi karena kerja sepasang pesawat pengaman tidak
bersamaan. Test-test berikutnya ialah governor dan kereta, overtravel keatas
dan ke bawah dengan fungsi saklar batas lintas, fungsi peredam, overload
hubungannya dengan kemampuan traksi dan roda puli.
4. Semua hasil test dipadankan (matched) dengan ketentuan-ketentuan kriteria
dalam SNI dan Peraturan - peraturan Pemerintah.
5. Semua perencanaan rekayasa bertujuan mengurangi resiko kecelakaan. Jika
semua pekerjaan dilakukan sesuai instruksi dan produsen, maka kecelakaan
dapat di eliminier. Disiplin ilmu yang menangani hal ini ialah Safety
Engineering dan sarjana tehnik I insinyur yang lulus disebut Safety Engineer,
yang mahir atas pemilihan bahan, pesawat (mesin), peralatan - peralatan
elektrik dan elektronik, intergrated processor jenis sistem control yang
membantu mencegah kecelakaan.
Modul SSLE-05: Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi Lampiran
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE) - 1 -
Lampiran 1 Diagram Keunggulan Kendali ACVF
Modul SSLE-05: Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi Lampiran
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator (SSLE) - 2 -
Lampiran 2 Diagram ACVF Control System Structure
Modul SSLE-06 : Dasar-Dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal Daftar Pustaka
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE) DP -1
DAFTAR PUSTAKA
1. SNI.03-7017-2004, Pemeriksaan dan Pengujian Lif Traksi Listrik.
2. SNI.03-2190-1999, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang yang dijalankan
dengan motor traksi.
3. SNI.03-2190.1-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif yang dijalankan dengan
transmisi hidrolik
4. SNI-03-2190.2-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif pelayan (dumbwaiter) yang
dijalankan dengan tenaga listrik
5. SNI.03-6247.1-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif pasien.
6. SNI.03-6247.2-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang khusus untuk
perumahan.
7. SNI.03-6248-2000, Syarat-syarat umum konstruksi eskalator yang dijalan dengan
tenaga listrik.
8. SNI.05-7052-2004, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang yang dijalankan
dengan motor traksi tanpa kamar mesin.
9. SNI.03-6573-2001, Tatacara rancangan sistem transportasi vertikal dalam gedung.
10. SNI...... (Nomor masih dalam perancangan BSN), Syarat-syarat umum Konstruksi
dan Keselamatan lift barang (masih berupa usulan).
11. Pola Standar Kualifikasi Keterampilan KepMen No.146/MEN/1990, Dep.Naker.
12. Pembinaan Operasi P2K3, 1998, Dep. Naker
13. PermenNakertrans No.03/MEN/1999, Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lift untuk pengangkutan orang dan barang.
14. Maintenance for Building Manager, oleh Elevator World, Inc. USA, 1990
15. Elevator Maintenance Manual, 1999, oleh Zack McCain
16. Installation Manual, oleh NEMI, Inc. New York, 1970
17. Education Package, Volume-3, oleh Elevator World, Inc. New York.
18. The Guide of Elevatoring, oleh Elevator World, Inc. New York
19. Elevator Mechanical Design, 2nd detion, oleh Lubomir Janouvsky, 1993
20. Vertical Transportation: Elevator and Escalator, oleh George R. Strackosch, ISBN 0-
471-86733-0 (1982).