MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK
Transcript of MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
PEKERJAAN
PELATIHAN AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN (SUPERVISION ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION)
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)
MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK
2007
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -i-
KATA PENGANTAR
Dokumen kontrak merupakan dokumen acuan para pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan jembatan. Dokumen ini memuat ketentuan
tentang teknis maupun hukum perjanjian pelaksanaan pekerjaan.
Pemahaman pengawas pekerjaan atas semua ketentuan baik teknis maupun hukum atas
pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi jembatan tersebut mutlak dibutuhkan
seorang pengawas dalam rangka penyelesaian kontrak.
Sering terjadi para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan proyek kurang
mepelajari ketentuan dokumen kontrak secara teliti dan cermat, sehingga saat ditemui
permasalahan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, tindakan yang diambil dalam rangka
penyelesaian permasalahan justru menimbulkan permasalahan baru, terutama berkaitan
dengan masalah legalitas kontrak.
Pemahaman secara lengkap atas aspek teknis dan hukum pelaksanaan pekerjaan dari
semua pihak, terutama mengenai dokumen spesifikasi teknis dan syarat-syarat kontrak
akan dapat memberikan kemampuan para pihak penyelenggara pelaksanaan pekerjaan
untuk dalam menyelesaikan permasalahan pelaksanaan pekerjaan secara berdaya guna
dan berhasil guna, sehingga proyek dapat terselesaikan secara tepat waktu, mutu dan
biaya serta tertib administrasi.
Penyusun menyadari atas keterbatasn kemampuan dalam penyusunan modul ini,
sehingga modul ini masih jauh dari kesempurnaan dan untuk penyempurnaannya penulis
sangat mengharapkan masukan, saran dan tanggapan, dan untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih.
Diharapkan modul ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam pelaksanaan tugasnya
melaksanakan pekerjaan proyek jembatan.
Jakarta, Desember 2006
Penyusun
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -ii-
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan (Supervision Engineer of Bridge Construction) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu mengawasi pelaksanaan
pekerjaan jembatan sesuai dengan spesifikasi teknik, gambar, metode kerja dan
dokumen kontrak lainnya.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan ketentuan UUJK, mengawasi penerapan K3 dan memantau
lingkungan selama pelaksanaan pekerjaan jembatan.
2. Menjelaskan dan menerapkan spesifikasi teknik, gambar, metode kerja dan
ketentuan dokumen kontrak yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
jembatan.
3. Menyiapkan dan memeriksa bahan untuk rapat pra-pelaksanaan (pre-
construction meeting/PCM), rapat-rapat pembahasan (berkala dan khusus),
dan rapat pembuktian (show cause meeting/SCM).
4. Melakukan pengawasan pelaksanaan metode kerja setiap kegiatan pekerjaan
jembatan.
5. Melakukan pengawasan mutu, dimensi, kuantitas dan waktu pelaksanaan
pekerjaan jembatan.
6. Membantu pengguna jasa dalam menyelenggarakan administrasi
pelaksanaan kontrak.
7. Memeriksa laporan pelaksanaan dan membuat laporan pengawasan.
8. Membantu proses serah terima hasil pekerjaan pertama (provisional hand
over/PHO), mengawasi pelaksanaan pemeliharaan (warranty period) dan
membantu proses serah terima hasil pekerjaan akhir (final hand over/FHO).
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -iii-
NOMOR DAN JUDUL MODUL : SEB – 02 DOKUMEN KONTRAK
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari modul, peserta mampu menerapkan spesifikasi teknik,
gambar, metode kerja dan ketentuan dokumen kontrak lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan jembatan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan dan menerapkan ketentuan spesifikasi teknis.
2. Menjelaskan dan menerapkan gambar.
3. Menjelaskan dan menerapkan metode kerja.
4. Menjelaskan dan menerapkan ketentuan dokumen kontrak lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan jembatan.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -iv-
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
LEMBAR TUJUAN ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN AHLI PENGAWASAN
PEKERJAAN JEMBATAN (Supervision
Engineer of Bridge Construction) ..................................................... vi
DAFTAR MODUL ........................................................................................... vii
PANDUAN INSTRUKTUR .............................................................................. viii BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi ............................................ I-1
1.2 Isi Kontrak Kerja Konstruksi ....................................................... I-2
1.3 Kontrak Harga Satuan ............................................................... I-3
BAB II : KETENTUAN SPESIFIKASI TEKNIS
2.1 Umum ....................................................................................... II-1
2.1.1 Posisi Spesifikasi Teknis Dalam
Dokumen Lelang ............................................................. II-1
2.1.2 Posisi Spesifikasi Terknis dalam
Dokumen Kontrak ........................................................... II-2
2.1.3 Jenis-Jenis Spesifikasi Teknis ......................................... II-3
2.1.4 Persyaratan Spesifikasi Teknis ........................................ II-5
2.2 Penerapan Spesifikasi Teknis .................................................... II-5
2.2.1 Penggunaan Spesifikasi Teknis
Pada Pekerjaan Jalan dan
Jembatan ....................................................................... II-8
2.2.2 Struktur Spesifikasi Teknis .............................................. II-8
2.3 Perubahan-Perubahan Akibat Kondisi
Lapangan ................................................................................. II-11
2.4 Usulan Revisi dan Justifikasi ..................................................... II-12
BAB III: GAMBAR
3.1 Umum ....................................................................................... III-1
3.1.1 Gambar Rencana (Design Drawing) ................................ III-2
3.1.2 Gambar Kerja (Shop Drawing) ......................................... III-3
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -v-
3.1.3 Gambar Terlaksana (As-Built
Drawing) ......................................................................... III-3
3.2 Gambar Rencana ...................................................................... III-3
3.3 Pemeriksaan Gambar Kerja ....................................................... III-5
3.4 Penerapan Gambar Kerja .......................................................... III-6
3.5 Pemeriksaan Gambar Terlaksana .............................................. III-8
BAB IV: METODE KERJA
4.1 Usulan Metode Kerja ................................................................. IV-1
4.2 Perubahan Metode Kerja ........................................................... IV-4
4.3 Penerapan Metode Kerja ........................................................... IV-5
4.3.1 Pengukuran dan Survei ................................................... IV-5
4.3.2 Pekerjaan Pondasi .......................................................... IV-6
4.3.2.1 Pondasi Langsung (Spread
Footing) ............................................................. IV-7
4.3.2.2 Pondasi Sumuran ............................................... IV-7
4.3.2.3 Pondasi Tiang .................................................... IV-8
4.3.3 Kepala Jembatan dan Pilar
Jembatan ....................................................................... IV-19
4.3.4 Bangunan Atas ............................................................... IV-32 BAB V: KETENTUAN DOKUMEN KONTRAK LAINNYA
5.1 Pengawasan Waktu Pelaksanaan .............................................. V-1
5.1.1 Jadwal Pelaksanaan ....................................................... V-2
5.1.2 Mobilisasi ....................................................................... V-10
5.1.3 Keterlambatan Pelaksanaan
Pekerjaan ....................................................................... V-11
5.1.4 Kontrak Kritis .................................................................. V-11
5.2 Pengawasan Mutu ..................................................................... V-12
5.3 Pengawasan Kuantitas .............................................................. V-14
5.4 Perubahan Waktu, Mutu dan Kuantitas ...................................... V-15
5.4.1 Percepatan Waktu Pelaksanaan ...................................... V-16
5.4.2 Perpanjangan Waktu Pelaksanaan .................................. V-16
5.4.3 Perubahan Kuantitas dan Harga ...................................... V-16
5.4.4 Pembayaran Untuk Perubahan ........................................ V-17
5.4.5 Amandemen Kontrak ...................................................... V-17
RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -vi-
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN
(Supervision Engineer of Bridge Construction)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pengawasan Pekerjaan
Jembatan (Supervision Engineer of Bridge Construction) dibakukan dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan
Jembatan (Supervision Engineer of Bridge Construction) unit-unit tersebut
menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latih Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan (Supervision
Engineer of Bridge Construction).
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -vii-
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja : Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan
(Supervision Engineer of Bridge Construction/SEBC)
Nomor Modul
Kode Judul Modul
1 SEBC – 01 UUJK, K3 dan Pemantauan Lingkungan
2 SEBC – 02 Dokumen Kontrak
3 SEBC – 03 Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
4 SEBC – 04 Pengawasan Pekerjaan Jembatan
5 SEBC – 05 Pengawasan Mutu, Kuantitas dan Waktu
6 SEBC – 06 Administrasi Kontrak
7 SEBC – 07 Pelaporan
8 SEBC – 08 Serah Terima Pekerjaan
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -viii-
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN : AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN (Supervision Engineer of Bridge Construction )
KODE MODUL : SEBC - 02
JUDUL MODUL : DOKUMEN KONTRAK
DESKRIPSI : Materi ini berisi tentang Spesifikasi Teknik, Gambar
Teknik, Metode Kerja dan Ketentuan Dokumen Kontrak
Lainnya yang memang penting untuk diajarkan pada
suatu pelatihan bidang jasa konstruksi sehingga
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pekerjaan konstruksi betul-betul dapat dikerjakan
dengan penuh tanggung jawab yang berazaskan efektif
dan efisien, nilai manfaatnya dapat mensejahteraan
bangsa dan negara.
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
WAKTU PEMBELAJARAN : 8 (Delapan) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -ix-
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembelajaran Pengantar Menjelaskan TIU dan TIK serta
pokok pembahasan Merangsang motivasi peserta
untuk mengerti/memahami dan membandingkan pengalamannya
Bab I Pendahuluan Dokumen Kontrak Kerja
Konstruksi Isi Kontrak Kerja Konstruksi Kontrak Harga Satuan
Waktu = 30 menit
Mengikuti penjelasan, pengantar, TIU,TIK, dan pokok bahasan.
Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan pengalaman
OHT
2. Ceramah Bab II Ketentuan Spesifikasi Teknis Penerapan Spesifikasi Teknis Perubahan-Perubahan Akibat
Kondisi Lapangan Usulan Revisi dan Justifikasi
Waktu = 60 menit
Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat
Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta yang ada di lapangan dan atau pengalaman
OHT
3. Ceramah Bab III Gambar Gambar Kerja
Waktu = 45 menit
Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat
Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman
OHT
4. Ceramah Bab IV Metode Kerja Usulan Metode Kerja Perubahan Metode Kerja Penerapan Metode Kerja
Waktu = 135 menit
Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat
Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman
5. Ceramah Bab V Ketentuan Dokumen Kontrak Pengawasan Waktu
Pelaksanaan Pengawasan Mutu Pengawasan Kuantitas Perubahan Waktu, Mutu dan
Kuantitas Waktu = 90 menit
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DOKUMEN KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
Sesuai Pasal 22 Peraturan Pemerintah 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya memuat dokumen-dokumen yang
meliputi :
a. Surat Perjanjian;
b. Dokumen Lelang;
c. Usulan atau Penawaran;
d. Berita Acara berisi kesepakatan antar pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses
evaluasi oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan
keragu-raguan;
e. Surat Perjanjian dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan
penawaran dari penyedia jasa; dan
f. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.
Sementara itu dokumen kontrak untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
dengan dengan sistem Pelelangan Nasional (National/Local Competitive Bidding) dalam
urutan prioritas terdiri dari :
a. Surat Perjanjian termasuk Adendum Kontrak (bila ada);
b. Surat Penunjukan Pemenang Lelang;
c. Surat Penawaran;
d. Adendum Dokumen Lelang;
e. Data Kontrak;
f. Syarat-syarat Kontrak;
g. Spesifikasi;
h. Gambar-gambar;
i. Daftar Kuantitas dan harga yang telah diisi harga penawarannya;
j. Dokumen lain yang tercantum dalam Data Kontrak pembentuk bagian dari kontrak;
Sedangkan untuk kontrak-kontrak dengan sistem Pelelangan Internasional (International
Competitive Bidding), dokumen kontrak tersebut secara urutan prioritas meliputi :
a. the Contract Agreement;
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-2
b. the Letter of Acceptance;
c. the Bid and the Appendix to Bid;
d. the Conditions of Contract, Part II;
e. the Conditions of Contract, Part I;
f. the Specifications;
g. the Drawings;
h. the priced Bill of Quantities; and
i. other documents, as listed in the Appendix to Bid.
1.2 ISI KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
Sesuai ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai:
a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;
b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, batasan waktu pelaksanaan;
c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga
ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan
konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak
Keppres N0. 80/2003 memuat ketentuan mengenai dokumen kontrak sebagai berikut : Kontrak terdiri dari :
1. Surat Perjanjian; 2. Syarat-syarat Umum Kontrak; 3. Syarat-syarat Khusus Kontrak; dan 4. Dokumen Lainya Yang Merupakan Bagian Dari Kontrak yang terdiri dari :
a. Surat penunjukan; b. Surat penawaran; c. Spesifikasi khusus; d. Gambar-gambar; e. Adenda dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di
masing-masing substansinya; f. Daftar kuantitas dan harga (untuk kontrak harga satuan); g. Dokumen lainnya, misalnya :
1) Dokumen penawaran lainnya; 2) Jaminan pelaksanaan; 3) Jaminan uang muka.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-3
penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;
g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak
kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
j. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang
timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi
salah satu pihak;
k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
l. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan tenaga kerja;
m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan
tentang lingkungan.
Dengan ketentuan tersebut, maka kontrak kerja konstruksi yang tidak memuat ketiga belas
uraian tersebut dapat dinyatakan sebagai cacat hukum.
1.3 KONTRAK HARGA SATUAN
Kontrak berdasarkan Harga Satuan adalah kontrak pekerjaaan jasa pemborongan yang
berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan yang disepakati.
Pembayarannya dilakukan secara bulanan atas nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan
sampai dengan saat bulan yeng bersangkutan. Nilai pekerjaan tersebut dihitung berdasarkan
volume dan harga satuan masing-masing mata pembayaran yang dimuat dalam daftar
kuantitas dan harga.
Pada sistem kontrak harga satuan ini, yang mengikat sebagai harga kontrak adalah harga
satuan masing-masing mata pembayaran untuk sejumlah volume yang dimuat dalam daftar
kuantitas dan harga. Sedangkan nilai total kontrak untuk seluruh pekerjaan yang merupakan
penjumlahan semua hasil perkalian volume dan harga satuan masing-masing mata
pembayaran adalah merupakan nilai yang “belum pasti” dan bukan merupakan nilai yang
akan dibayarkan pada akhir kontrak apabila seluruh pekerjaan telah terselesaikan.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan
Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-4
Volume masing-masing jenis mata pembayaran yang ada di dalam daftar kuantitas dan
harga merupakan volume perkiraan sementara untuk menyelesaikan pekerjaan proyek dan
merupakan volume yang berlaku untuk setiap harga satuan yang ditawarkan oleh penyedia
jasa dalam penawarannya.
Karena harga satuan adalah mengikat dalam kontrak, maka nilai harga satuan masing-
masing mata pembayaran tidak dapat diubah kecuali apabila terjadi perubahan volume mata
pembayaran dari volume awal melebihi nilai tertentu, misalnya 15%, atau karena adanya
penyesuaian harga sebagai akibat fluktuasi harga yang resmi misalnya berdasarkan data
badan statistic.
Sistem kontrak harga satuan ini umumnya diterapkan pada jenis-jenis pekerjaan yang
volumenya tidak dapat dihitung secara pasti sehubungan dengan sifat perencanaannya
sendiri masih harus disesuaikan dengan kondisi lapangan sehingga akan mempengaruhi
nilai volume awal yang disiapkan pengguna jasa.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-1
BAB II
KETENTUAN SPESIFIKASI TEKNIS
2.1 UMUM
Spesifikasi adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun secara lengkap dan
jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun
atau dikembangkan oleh pihak lain sedemikian sehingga dapat memenuhi keinginan semua
pihak yang terkait.
Spesifikasi adalah suatu tatanan teknik yang dapat membantu semua pihak yang terkait
dengan proyek untuk sependapat dalam pemahaman sesuatu hal teknis tertentu yang terjadi
dalam suatu pekerjaan. Dengan demikian Spesifikasi diharapkan dapat :
o Mengurangi beda pendapat atau pertentangan yang tidak perlu;
o Mendorong efisiensi penyelenggaraan proyek, tertib proyek dan kerjasama dalam
penyelenggaraan proyek;
o Mengurangi kerancuan teknis pelaksanaan pekerjaan;
Spesifikasi, yang semula merupakan bagian dari Dokumen Proyek, setelah kontrak
ditandatangani oleh penyedia jasa dan pengguna jasa, menjadi bagian dari Dokumen
Kontrak. Sebagai bagian dari Dokumen Kontrak, untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman tentang lembar-lembar spesifikasi yang telah menjadi acuan untuk
pelaksanaan di lapangan, baik penyedia jasa (kontraktor) maupun pengguna jasa (pemilik
proyek) perlu memberikan paraf pada setiap halaman spesifikasi.
Spesifikasi adalah salah satu elemen dari Dokumen Proyek yang menguraikan secara rinci
ketentuan-ketentuan teknis dari Proyek dimaksud.
2.1.1 POSISI SPESIFIKASI DALAM DOKUMEN LELANG
Dokumen Proyek adalah dokumen yang berisi pengaturan atau prosedur dan ketentuan
administratif maupun teknis untuk penyelenggaraan suatu proyek fisik (jalan/jembatan), yang
pelaksanaannya akan diserahkan oleh pemilik proyek (pengguna jasa konstruksi) kepada
pihak lain (penyedia jasa konstruksi) melalui proses pengadaan.
Jika proses pengadaan yang dipilih adalah pelelangan, biasanya Dokumen Proyek itu
disebut Dokumen Lelang, dibedakan atas Dokumen Lelang LCB (Local Competitive Bidding)
dan Dokumen lelang ICB (International Competitive Biding)
Dokumen Lelang LCB terdiri atas dokumen-dokumen sebagai berikut :
1) Pengumuman / Undangan Lelang;
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-2
2) Instruksi Umum kepada Peserta Lelang;
3) Instruksi Khusus kepada Peserta Lelang;
4) Syarat-syarat Umum Kontrak;
5) Syarat-syarat Khusus Kontrak;
6) Daftar Kuantitas dan Harga;
7) Spesifikasi;
8) Gambar-gambar;
9) Bentuk-bentuk Jaminan Penawaran / Pelaksanaan / Uang Muka.
10) Adendum (jika ada)
Dokumen Lelang ICB terdiri atas dokumen-dokumen sebagai berikut :
1) Invitation for Bids
2) Instruction to Bidders;
3) Bidding Data;
4) Part I : General Conditions of Contract;
5) Part II : Conditions of Particular Application;
6) Technical Specifications;
7) Form of Bid, Appendix to Bid, and Bid Security;
8) Bill of Quantities;
9) Form of Agreement Forms of Performance Security Advance Payment Bank Guarantee;
10) Drawings;
11) Explanatory Notes;
12) Postqualification
13) Disputes Resolution Procedure;
14) Eligibility for The Provision of Goods, Works, and Service in Financed Procurement
15) Addenda (if any)
2.1.2 POSISI SPESIFIKASI DALAM DOKUMEN KONTRAK
Spesifikasi adalah salah satu elemen dari Dokumen Kontrak yang menguraikan secara rinci
ketentuan-ketentuan teknis dari Proyek dimaksud.
Dokumen kontrak nasional (NCB) sesuai urutan kekuatan hukumnya terdiri atas sebagai
berikut :
1) Surat Perjanjian;
2) Surat Penunjukan Pemenang Lelang;
3) Surat Penawaran;
4) Adendum Dokumen Lelang (bila ada);
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-3
5) Syarat-Syarat Khusus Kontrak;
6) Syarat-Syarat Umum Kontrak
7) Spesifikasi Teknis;
8) Gambar-gambar;
9) Daftar Kuantitas dan Harga yang telah diisi hargapenawarannya;
10) Dokumen lain yang tercantum dalam data kontrak pembentuk bagian dari kontrak.
Dokumen kontrak internasional (ICB) sesuai urutan kekuatan hukumnya terdiri atas sebagai
berikut :
1) the Contract Agreement (if completed);
2) the Letter of Acceptance;
3) the Bid and the Appendix to Bid;
4) the Conditions of Contract, Part II;
5) the Conditions of Contract, Part I;
6) the Specifications;
7) the Drawings;
8) the priced Bill of Quantities; and
9) other Documents, as listed in The Appendix to Bid.
2.1.3 JENIS-JENIS SPESIFIKASI TEKNIS
Secara umum spesifikasi teknis dibedakan atas 3 jenis yakni: spesifikasi hasil akhir (end
result specification), spesifikasi proses kerja (specification by result), dan spesifikasi multi
langkah dan metoda (multi step and method).
1. Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specification)
Spesifikasi jenis ini merupakan jenis spesifikasi yang mensyaratkan pencapaian dimensi
dan kualitas akhir suatu pekerjaan, tanpa mempersoalkan metode kerja yang digunakan
untuk mencapai produk akhir tersebut.
Proses Kerja, Metode Kerja tidak dipersoalkan
Dimensi dan kualitas, ini yang harus dicapai, tanpa melihat metode kerja
Produk Akhir
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-4
Masih perlu penjelasan lebih lanjut, apa yang dimaksud dengan hasil akhir suatu
pekerjaan, apakah hasil akhir dari suatu item pekerjaan ataukah hasil akhir dari suatu
Seksi Pekerjaan, ataukah hasil akhir dari suatu Divisi Pekerjaan ataukah hasil akhir dari
total proyek ?
2. Spesifikasi Proses Kerja (Specification By Process)
Spesifikasi proses kerja ini merupakan spesifikasi dimana yang diatur adalah semua
ketentuan yang harus dilaksananakan selama proses pelaksanaan pekerjaan, dengan
harapan hasil kerja yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.
Yang dimaksud dengan proses adalah upaya mencapai produk akhir yang diatur
sesuai dengan ketentuan yang ada pada setiap pay item.
3. Multi Step And Method Specification
Merupakan spesifikasi yang mengatur ketentuan tentang semua langkah, material yang
harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang diharapkan.
Spesifikasi untuk prasarana jalan / jembatan lebih condong kepada jenis Multi Step and
Method Specification, karena jenis spesifikasi ini memberikan bimbingan cara
pelaksanaan langkah demi langkah agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan
yang dipersyaratkan. Spesifikasi yang dipilih untuk modul pelatihan ini adalah jenis Multi
Step and Method Specification.
Pemilihan jenis Spesifikasi ini juga memberi kemudahan bagi kontraktor yang baru
pertama kali menangani pekerjaan jalan dan jembatan.
Mulai Masukan
Proses
Produk Akhir
Stop
Mengatur semua ketentuan yang harus
dilaksanakan
Harapan : Hasil kerja sesuai dengan yang diinginkan
Sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pemilik proyek
Mulai Masukan
Proses
Stop
Material, ada ketentuan yang harus
dipenuhi
Metode kerja, harus mendapatkan persetujuan Direksi
Produk Akhir
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-5
2.1.4 PERSYARATAN SPESIFIKASI TEKNIS
Sebagai bagian dari dokumen lelang, dalam rangka memenuhi ketentuan pelelangan yang
efektif, terbuka dan bersaing, dan adil/tidak diskriminatif maka spesifiksi teknis harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu kecuali untuk suku cadang/komponen
produk tertentu;
Tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri;
Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
Metode pelaksanaan pekerjaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
Mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produksi;
Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
2.2 PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIS
Spesifikasi digunakan dalam 2 tahap yaitu tahap pra kontrak dan tahap pelaksanaan
kontrak. Baik pada tahap pra kontrak maupun tahap pelaksanaan kontrak, ada 3 unsur yang
berkepentingan terhadap spesifikasi yaitu pemilik proyek (pengguna jasa), kontraktor
(penyedia jasa) maupun konsultan (penyedia jasa). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
tentang apa kepentingan masing-masing unsur tersebut dalam tiap-tiap tahapan kontrak :
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-6
1. Tahap Pra Kontrak
a. Pemilik Proyek
Pemilik proyek/pengguna jasa diwakili oleh Kasatker/Pinpro/Pinbagpro dan
Panitia Pengadaan
Kasatker/Pinpro/Pinbagpro membentuk Panitia Pengadaan yang ditugasi untuk
menyelenggarakan proses pengadaan dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, menyangkut pada 2 aspek yaitu aspek
administratif dan aspek teknis.
Aspek teknis yang harus dipedomani oleh Panitia Pengadaan di dalam
menyelenggarakan proses pengadaan adalah spesifikasi teknis yang telah
ditentukan oleh Pemilik Proyek, jadi Panitia Pengadaan tidak perlu membuat
ketentuan-ketentuan teknis lagi.
b. Kontraktor
Kontraktor perlu mempelajari secara cermat isi Spesifikasi sebagai bahan
pertimbangan dalam menyiapkan penawaran dalam keikutsertaannya dalam
proses pengadaan.
Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya persepsi yang salah terhadap isi
Spesifikasi, kontraktor perlu memanfaatkan tahap aanwijzing dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Spesifikasi, agar didalam
menyiapkan penawaran dapat diperoleh besarnya penawaran yang realistis,
masih memberikan harapan keuntungan yang wajar apabila proyek dilaksanakan
dengan prinsip tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya.
c. Konsultan
Spesifikasi standar yang telah ada biasanya disebut Spesifikasi Umum. Pada
tahap pra kontrak konsultan perlu melakukan review terhadap Spesifikasi Umum
disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan, berkaitan dengan aspek
penyempurnaan perencanaan teknis yang berakibat terhadap kemungkinan
penambahan atau pengurangan item pekerjaan.
Review tersebut di atas bisa berakibat perlu adanya tambahan item pekerjaan
maupun pengurangan item pekerjaan.
Jika di dalam Spesifikasi Umum belum terdapat item pekerjaan sebagaimana
dihasilkan oleh review dimaksud, maka konsultan tidak perlu mengubah
Spesifikasi Umum yang ada akan tetapi harus menyiapkan Spesifikasi Khusus
sebagai tambahan terhadap Spesifikasi Umum.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-7
Spesifikasi Umum dan Spesifiksi Khusus tersebut kemudian disebut sebagai
Spesifikasi.
Membantu Panitia Pengadaan dalam menjelaskan isi Spesifikasi selama proses
penjelasan lelang.
2. Tahap Pelaksanaan Kontrak
a. Pemilik Proyek
Tanggung jawab teknis penyelenggaraan proyek agar sesuai dengan Spesifikasi
ada pada Kasatker/Pinpro/Pinbagpro yang diperankan sebagai Wakil Pemilik
Proyek.
Spesifikasi (Multi Step and Method Specification) dijadikan acuan oleh Wakil
Pemilik Proyek untuk mengendalikan pelaksanaan proyek agar sesuai dengan
Spesifikasi yang mengatur ketentuan tentang semua langkah, material yang
harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang diharapkan.
b. Kontraktor
Spesifikasi (Multi Step and Method Specification) harus dijadikan acuan oleh
kontraktor dalam melaksanakan proyek, agar di dalam melaksanakan seluruh pay
item pekerjaan kontraktor dapat mengikuti ketentuan tentang semua langkah,
material yang harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang
diharapkan.
Jika kontraktor melaksanakan item pekerjaan yang menyimpang dari ketentuan
yang telah diatur di dalam spesifikasi, maka kontraktor harus siap menerima
kemungkinan hasil pekerjaannya ditolak oleh PemilikProyek.
c. Konsultan
Spesifikasi harus dijadikan acuan oleh konsultan untuk melakukan pengawasan
teknis terhadap pelaksanaan seluruh item pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor, mencakup :
o Pengawasan mutu hasil pekerjaan.
o Pengendalian kuantitas pekerjaan
o Pengawaan metode pelaksanaan konstruksi.
Pengawasan dengan berbekal Spesifikasi tersebut dilakukan oleh konsultan di
dalam menjalankan fungsinya sebagai Engineer's Representative.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-8
2.2.1 PENGGUNAAN SPESIFIKASI TEKNIS PADA PEKERJAAN JALAN DAN
JEMBATAN
Spesifikasi teknis ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan:
a. Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
Pemeliharaan Rutin Jalan / Jembatan.
Pemeliharaan Berkala Jalan.
b. Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan
Pembangunan Jalan / Jembatan
Peningkatan Jalan
Pengganian Jembatan
c. Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan.
Ketiga kegiatan tersebut di atas menggunakan Spesifikasi untuk kepentingan yang berbeda,
meskipun masing-masing menggunakannya dalam posisi mewakili Pemilik. Pada proyek-
proyek fisik, telah dijelaskan penggunaan Spesifikasi baik pada tahap pra kontrak maupun
tahap pelaksanaan kontrak. Sedangkan pada proyek-proyek perencanaan, Spesifikasi
(Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus) merupakan salah satu jenis dokumen dari
dokumen proyek yang merupakan produk perencanaan. Kemudian pada proyek-proyek
pengawasan, Spesifikasi (Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus) merupakan dokumen
untuk pengendalian proyek mencakup pengawasan teknis dan tindak turun tangan terhadap
hasil kerja kontraktor.
2.2.2 STRUKTUR SPESIFIKASI TEKNIS
Mengacu pada Spesifikasi Umum Bidang Jalan Dan Jembatan yang berlaku di lingkungan
Direktorat Jernderal Bina Marga, struktur spesifikasi umum bidang jalan dan jembatan terdiri
atas 10 Divisi dan 57 Seksi sebagai berikut :
Divisi 1 - Umum
Seksi 1.1 Ringkasan Pekerjaan
Seksi 1.2 Mobilisasi dan Demobilisasi
Seksi 1.3 Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Seksi 1.4 Fasilitas pelayanan Pengujian
Seksi 1.5 Transportasi dan Penanganan
Seksi 1.6 Pembayaran Sertifikat Bulanan
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-9
Seksi 1.7 Pembayaran Sementara (Provisional Sum)
Seksi 1.8 Pemeliharaan Lalu Lintas
Seksi 1.9 Rekayasa Lapangan
Seksi 1.10 Standar Rujukan
Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan
Seksi 1.12 Jadwal Pelaksanaan
Seksi 1.13 Prosedur Variasi
Seksi 1.14 Penutupan Kontrak
Seksi 1.15 Dokumen Rekaman Proyek
Seksi 1.16 Pekerjaan Pembersihan
Seksi 1.17 Aspek Lingkungan Hidup
Divisi 2 - Drainase
Seksi 2.1 Selokan dan Saluran Air
Seksi 2.2 Pasangan Batu Dengan Mortar
Seksi 2.3 Gorong-gorong dan Drainase Beton
Seksi 2.4 Drainase Porous
Divisi 3 - Pekerjaan Tanah
Seksi 3.1 Galian
Seksi 3.2 Timbunan
Seksi 3.3 Penyiapan Badan Jalan
Divisi 4 - Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
Seksi 4.1 Pelebaran Perkerasan
Seksi 4.2 Bahu Jalan
Divisi 5 - Perkerasan berbutir
Seksi 5.1 Lapis Pondasi Agregat
Seksi 5.2 Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal
Seksi 5.3 (Tidak termasuk)
Seksi 5.4 Lapis Pondasi Semen Tanah
Divisi 6 - Perkerasan Aspal
Seksi 6.1 Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat
Seksi 6.2 Laburan Aspal Satu lapis (Burtu) dan laaburan Aspal Dua lapis
(Burda)
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-10
Seksi 6.3 Campuran Aspal Panas
Seksi 6.4 Lasbutag dan Latasbusir (Tidak Digunakan)
Seksi 6.5 Campuran Aspal Dingin
Seksi 6.6 Lapis Perata Penetrasi Macadam
Seksi 6.7 Pemeliharaan Dengan Laburan Aspal
Divisi 7 - Struktur
Seksi 7.1 Beton
Seksi 7.2 Beton Pratekan
Seksi 7.3 Baja Tulangan
Seksi 7.4 Baja Struktur
Seksi 7.5 Pemasangan Jembatan Rangka Baja
Seksi 7.6 Tiang Pancang
Seksi 7.7 Pondasi Sumuran
Seksi 7.8 Adukan Semen
Seksi 7.9 Pasangan Batu
Seksi 7.10 Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Seksi 7.11 Expansion Joint
Seksi 7.12 Perletakan (Bearing)
Seksi 7.13 Sandaran (Railing) Jembatan
Seksi 7.14 Papan Nama Jembatan
Seksi 7.15 Pembongkaran Struktur
Divisi 8 - Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Seksi 8.1 Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama.
Seksi 8.2 Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama Pada Perkerasan
Berpenutup Aspal.
Seksi 8.3 Pengembalian Kondisi Selokan, Saluran Air, Galian, Timbunan dan
Penghijauan.
Seksi 8.4 Perlengkapan Jalan dan Pengatur Lalu Lintas
Seksi 8.5 Pengembalian Kondisi Jembatan
Divisi 9 - Pekerjaan Harian
Seksi 9.1 Pekerjaan Harian
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-11
Divisi 10 - Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
Seksi 10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase,
Perlengkapan Jalan dan Jembatan
Seksi 10.2 Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan.
2.3 PERUBAHAN-PERUBAHAN AKIBAT KONDISI LAPANGAN
Pada pelaksanaan kontrak pekerjaan jalan dan jembatan hampir selalu terjadi
perubahan kontrak atau lebih dikenal sebagai adendum/amandemen.
Adendum/amandemen kontrak bisa disebabkan adanya perubahan kontrak seperti:
lingkup pekerjaan, desain, spesifikasi, item pekerjaan, waktu maupun nilai kontrak.
Khusus untuk perubahan spesifikasi, faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan
adalah:
a. Alasan utama perubahan spesifikasi terutama dikaitkan dengan penyesuaian terhadap
kondisi lapangan.
b. Pekerjaan atau subyek apa yang akan dijadikan (pokok) persoalan sehingga terjadi suatu
perubahan spesifikasi.
c. Kajian terhadap usulan perubahan terhadap kelayakan teknis maupun biaya
Ketiga pertimbangan tersebut di atas merupakan suatu keharusan yang perlu dibahas dan
dikembangkan untuk dapat dipertanggungjawabkan dalam kelayakan teknis maupun biaya.
Dalam rangka pengendalian biaya dan waktu pelaksanaan kontrak, perlu juga diperhatikan
apakah perubahan spesifikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan penyesuaian dengan
kondisi lapangan akan menimbulkan penambahan nilai kontrak terutama dikaitkan dengan
kewenangan Kasatker/Pinpro/Pinbagpro untuk menaikkan nilai kontrak dan ketentuan
kontrak seperti:
Nilai pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai harga
kontrak awal
Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan berubah lebih dari
10% (sepuluh persen) dari kuantitas kontrak awal, maka harga satuan perubahan mata
pembayaran utama tersebut disesuaikan dengan negosiasi harga
Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka penyedia jasa harus menyerahkan
analisa harga satuannya kepada pengguna jasa dan dilakukan negosiasi teknis dan
harga berdasarkan analisa harga satuan dan harga satuan dasar penawaran.
Perintah perubahan pekerjaan harus dibuat secara tertulis oleh pengguna jasa kepada
penyedia jasa, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu
pada ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-12
2.4 USULAN REVISI DAN JUSTIFIKASI TEKNIK
Pada umumnya usulan perubahan kontrak termasuk perubahan spesifikasi adalah
berkenaan dengan adanya usulan review disain atau perpanjangan waktu. Termasuk dalam
perubahan spesifikasi tersebut adalah penambahan spesifisikasi baru untuk menampung
kebutuhan pekerjaan baru yang sebelumya belum ada ketentuan spesifikasi teknisnya.
Dalam proses perubahan kontrak, peran pengguna jasa dan penyedia jasa merupakan
kelompok awal yang perlu menguji kebenaran data perubahan yang diperoleh umpamanya
data lalu lintas, pengujian tanah dst. Kajian tidak terbatas pada kajian teknis saja tetapi juga
termasuk kajian biaya.
Apabila pada suatu keadaan tertentu diperlukan adanya perubahan seperti pekerjaan
tambah atau kurang atau perpanjangan waktu, maka hal itu harus dianggap sebagai
suatu akibat. Oleh karena itu dalam mengkaji suatu usulan review disain, pengguna jasa
harus dapat mengetengahkan alasan pokok yang mengakibatkan perlunya perubahan.
Sebagai akhir kajian usulan review disain yang akan diajukan ke atasan langsung Satker,
Pejabat Pembuat Komitmen perlu membuat kesimpulan dan rekomendasi. Apabila diminta
oleh pengguna jasa, penyedia jasa wajib mengajukan usulan biaya untuk melaksanakan
perintah perubahan
Direksi teknis wajib menilai usulan biaya dan melaporkan kepada direksi pekerjaan tersebut
selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari
Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga satuannya terdapat dalam daftar
kuantitas dan harga dan apabila menurut pendapat direksi pekerjaan bahwa kuantitas
pekerjaan tidak melebihi batas sesuai ketentuan dokumen kontrak atau waktu pelaksanaan
tidak mengakibatkan perubahan harga, maka harga satuan yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya perubahan
Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam perintah perubahan tidak ada harga
satuannya dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar, maka usulan biaya dari
penyedia jasa merupakan harga satuan baru untuk perubahan pekerjaan yang bersangkutan
Apabila usulan biaya dari penyedia jasa dinilai tidak wajar, maka pengguna jasa
mengeluarkan perintah perubahan dengan mengubah harga kontrak berdasarkan harga
perkiraan pengguna jasa
Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan biaya serta
negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan tersebut harus
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-13
dilaksanakan oleh kontraktor dan diberlakukan sebagai peristiwa kompensasi sesuai
ketentuan dokumen kontrak
Kontraktor tidak berhak menerima pembayaran tambahan untuk biaya-biaya yang
sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini
Adendum/amandemen kontrak harus segera dibuat bila terjadi perubahan kontrak termasuk
perubahan spesifikasi teknis.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-1
BAB III
GAMBAR TEKNIS
3.1 UMUM
Gambar dalam dokumen kontrak konstruksi merupakan gambaran fisik dari pekerjaan yang
akan dilaksanakan/dihasilkan yang memuat ketentuan dimensi, jarak, tinggi kedalaman,
kemiringan, posisi, bahan dan spesifikasi yang ditunjuk sebagi hasil dari perencanaan teknis.
Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan harus disusun secara terinci, lengkap dan
jelas, dan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan harus jelas.
Gambar tidak mengarah lepada merek/produk tertentu kecuali untuk suku cadang/komponen
produk tertentu serta tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri dan
semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional.
Gambar akan digunakan sebagai acuan untuk pembuatan rencana kerja kontraktor untuk
pelaksanaan kontsruksinya, perhitungan kuantiítas setiap jenis pekerjaan, perhitungan biaya
setiap jenis pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin,
Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai
bahasa teknik. Dengan gambar, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi
komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan
bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk
menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada
orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar,
oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan obyektif.
Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga
merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-
lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :
Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-2
1. Alat penyampaian informasi
Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang
perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya
melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya
kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata
hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa
melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar.
2. Alat menyimpan data
Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data.
Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang
silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang
diarsipkan. Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut
jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk
memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan
pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat
diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan
perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat
disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih
menghemat tempat dan lebih tahan lama.
Gambar pada pekerjaan konstruksi meliputi: gambar rencana (design drawing), gambar kerja
(shop drawing) dan gambar terlaksana (as-built drawing) yang masing-masing mempunyai
peran sendiri-sendiri dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
3.1.1 GAMBAR RENCANA (DESIGN DRAWING)
Gambar rencana merupakan gambar yang disediakan pengguna jasa dan termuat dalam
dokumen pelelangan. Gambar ini disiapkan oleh perencana teknis yang bertanggung jawab
atas hasil perencanaannya dan akan digunakan sebagai acuan dalam menyiapkan
penawaran oleh peserta lelang dan akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan
oleh kontraktor.
Sesuai dengan ketentuan UU No. 18/1999 mengenai tanggung jawab terhadap kegagalan
bangunan, maka dalam rangka penetapan masa tanggung jawab para pelaku
penyelenggaraan jasa kontruksi untuk pekerjaan konstruksi, maka dalam dokumen
perencanaan termasuk gambar harus dicantumkan secara tegas umur rencana kontruksi
yang direncanakan tersebut.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-3
3.1.2 GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
Gambar kerja dibuat oleh kontraktor berdasarkan gambar rencana dan merupakan
penjabaran dari gambar rencana serta merupakan acuan detil untuk pelaksanaan di
lapangan. Gambar verja harus disetujui oleh dierksi pekerjaan/direksi teknis. Namur
persetujuan direksi pekerjaan/direksi teknis tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor
atas kesalahan yang terjadi.
3.1.3 GAMBAR TERLAKSANA (AS BUILT DRAWING)
Gambar terlaksana merupakan gambar yang menunjukkan hasil pelaksanaan atas gambar
kerja yang harus disiapkan oleh kontraktor dan wajib diserahkan kepada pengguna jasa
pada serah terima akhir pekerjaan (paling lambat 14 hari sebelum serah terima akhir
pekerjaan).
Keterlambatan atau kegagalan penyerahan gambar terlaksana ini kepada pengguna jasa
dapat berakibat ditahannya atau diperhitungkannya pembayaran kepada kontraktor.
3.2 GAMBAR RENCANA
Gambar rencana berisi gambaran yang tepat dan pasti mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Gambar rencana yang digunakan harus mutakhir dengan versi yang teratur
sedangkan yang tidak dipakai harus ditandai dengan jelas.
Gambar rencana yang dimasukkan dalam dokumen kontrak adalah gambar dalam
dokumen lelang. Gambar tersebut harus disimpan dalam bentuk tetap tidak diubah untuk
membantu menilai perubahan yang timbul setelah pekerjaan kontrak dimulai.
Gambar-gambar rencana memberikan suatu konsep rinci dari struktur (bangunan). Untuk
fabrikasi pekerjaan jembatan, terutama jembatan baja, shop drawing (gambar kerja)
diperlukan untuk memberikan keterangan yang lengkap yang diperlukan untuk fabrikasi,
termasuk di dalamnya ukuran-ukuran dan tempat-tempatnya, tipe dan ukuran dari
seluruh pengelasan-pengelasan dan pelubangan-pelubangannya. Gambar-gambar ini
harus akurat dan rinci (detail) yang teliti untuk menghindari persoalan-persoalan selama
fabrikasi dan pemasangan dan harus diperiksa sebelum dimulai fabrikasi. Shop drawing
dipersiapkan oleh kontraktor dari gambar rencana dan akan mencerminkan usulan
metoda fabrikasinya.
Sebagai produk dari perencanaan teknis, gambar rencana dibuat berdasarkan hasil
perhitungan perencanaan teknis dan sesuai dengan kondisi lapangan saat konstruksi
direncanakan. Walaupun gambar rencana telah disususn sesuai dengan kondisi
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-4
lapangan pada saat perencanaan dilakukan, namun guna memberikan gambaran yang
akurat mengenai kondisi lapangan, maka pada saat dimulainya pelaksanaan konstruksi
gambar rencana perlu disesuaikan dengan kondisi terkini lapangan seperti: kondisi
alinyemen, geoteknik, dan terain lapangan (sungai, lembah dls.).
Salah satu tugas pengawas pekerjaan berkaitan dengan gambar rencana adalah pada
awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah memeriksa dan meneliti gambar rencana,
terutama kesesuaiannya dengan kondisi lapangan, dan hasilnya dilaporkan kepada
direksi pekerjaan dan diberitahukan kepada kontraktor, termasuk catatan-catatan yang
diperlukan.
Demikian juga, sesuai ketentuan dokumen kontrak, pada awal pelaksanaan kontrak,
yakni dalam waktu 30 hari pertama dari masa mobilisasi, kontraktor diwajibkan
melakukan survei dan membuat laporan mengenai kondisi lapangan dan kondisi fisik dan
struktur jalan termasuk jembatan yang mencakup: jenis, dimensi, kondisi struktur dan
elemen jembatan yang membutuhkan pengembalian kondisi.
Selain harus melakukan survei tersebut, kontraktor pada awal pelaksanaan konstruksi
juga diwajibkan mempelajari gambar rencana asli dari dokeumen lelang/kontrak dan
berkonsultasi direksi pekerjaan/direksi teknis sebelum pekerjaan survei atau pengukuran
dimulai.
Sebagai hasil mempelajari gambar dan survei lapangan tersebut, kontraktor harus
menunjukkan dan memperbaiki setiap kesalahan atau kehilangan yang ditemui (bila ada)
di lapangan terutama yang mengakibatkan perubahan gambar rencana yang dibutuhkan.
Pihak kontraktor dan direksi pekerjaan/direksi teknis harus mencapai kesepakatan
terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap gambar rencana.
Konsultan supervisi harus mencatat secara jelas dan rinci setiap perubahan gambar
rencana yang dilakukan. Setiap penyimpangan atau kerancuan yang telah diindikasikan
atau dilaporkan oleh kontraktor secepatnya harus dilakporkan kepada direksi pekerjaan
untuk mendapatkan tindak lanjut yang diperlukan. Apabila terjadi keraguan penafsiran
atas gambar rencana, konsultan pengawas harus segera melaporkan kepada direksi
pekerjaan untuk mendapatkan petunjuk.
Sesuai ketentuan Syarat-Syarat Kontrak, gambar rencana tetap dikuasai dan menjadi
milik direksi pekerjaan, dan kontraktor harus mendapatkan 2 (dua) set rekaman (copy)
gambar rencana secara cuma-Cuma. Apabila kontraktor menginginkan lebih banyak
rekaman, maka kontraktor bebas untuk menggandakan dengan biaya sendiri. Kontraktor
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-5
dilarang menyebarluaskan, menyampaikan atau menunjukkan kepada pihak ketiga diluar
kepentingan kontrak, tanpa seijin direksi pekerjaan.
Direksi pekerjaan mempunyai kewenangan untuk setiap saat menerbitkan dan
menyampaikan gambar rencana tambahan kepada kontraktor dan kontraktor wajib
melaksanakannya.
Selain hal tersebut, apabila kontrak menentukan bahwa kontraktor harus menyiapkan
gambar rencana pekerjaan permanen, kontraktor harus menyampaikan gambar rencana
untuk disetujui direksi pekerjaan:
a. gambar rencana, termasuk spesifikasi teknis, perhitungan dan informasi terkait harus
memuaskan direksi pekerjaan atas kesesuaian dan kecukupan desain; dan
b. manual pengoperasian dan pemeliharaan secara cukup rinci yang akan digunakan
oleh pemilik untk mengoperasikan, memelihara, membongkar, memasang kembali,
dan menyesuaikan pekerjaan permanen yang didesain tersebut.
Sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak, persetujuan dari direksi pekerjaan tidak
membebaskan kontraktor dari tanggung jawab atas penyimpangan dan kesalahan yang
terjadi.
Pada akhir pelaksanaan kontrak yakni setelah diterbitkannya berita acara serah terima
akhir pekerjaan, semua gambar rencana harus diserahkan kembali kepada direksi
pekerjaan.
3.3 PEMERIKSAAN GAMBAR KERJA
Seperti telah diuraikan di atas bahwa gambar kerja adalah gamabr konstruksi yang disiapkan
oleh kontraktor berdasarkan gambar rencana, yang akan digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Sebagai rincian dari gambar rencana, gambar kerja dibuat lebih rinci dan jelas, dengan
menunjukkan detail dari setiap jenis pekerjaan seperti: pondasi, bangunan bawah, bangunan
atas, bangunan pengaman dan perlengkapan jembatan.
Konsultan supervisi melakukan pemeriksaan secara teliti atas usulan gambar kerja yang
disampaikan kontraktor atas kesesuaiannya dengan gambar rencana dan kondisi lapangan
terkini, termasuk kondisi geoteknik sesuai hasil survei dan pengujian geoteknik terkini.
Pemeriksaan usulan gambar kerja dari kontraktor dilakukan oleh konsultan pengawas
mencakup semua jenis konstruksi elemen jembatan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-6
Gambar kerja harus sebanyak mungkin memberi gambaran tepat dan pasti mengenai
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan sesuai dengan kondisi lapangan yang mencakup:
dimensi, ketinggian, lokasi, kedalaman, posisi, jenis bahan, ketentuan spesifikasi yang
ditunjuk dan informasi lain yang penting dalam pelaksanaan pekerjaan.
Gambar kerja harus selalu mutakhir dengan versi yang teratur, sedangkan versi yang tidak
dipakai harus ditandai dengan jelas.
Direksi pekerjaan memberikan persetujuan atas hasil pemeriksanan usulan gambar kerja
tersebut untuk selanjutnya sebagai acuan dalam menyusun metode kerja dan pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya. Sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak, persetujuan dari direksi
pekerjaan tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab atas penyimpangan dan
kesalahan yang terjadi.
Kontraktor harus menyampaikan kepada direksi pekerjaan 4 (empat) set rekaman gambar
kerja.
Kegagalan atau keterlambatan kontraktor dalam menyampaikan gambar kerja yang harus
disampaikan oleh kontraktor, akan menjadi pertimbangan dan diperhitungkan dalam
pemberian kompensasi kepada kontraktor sebagai akibat kegagalan atau keterlambatan
direksi pekerjaan dalam menyampaikan gambar rencana kepada kontraktor yang mencakup
kompensasi penambahan waktu atau penambahan nilai kontrak.
3.4 PENERAPAN GAMBAR KERJA
Gambar kerja yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan akan digunakan sebagai acuan
kontraktor dalam mnenyusun metode kerja yang selanjutnya digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan setiap kegiatan pekerjaan jembatan sebagai berikut:
Bangunan bawah
o Pondasi
Pondasi langsung
Pondasi sumuran
Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang bor beton
o Kepala jembatan dan pilar
Pilar balok kepala sederhana
Pilar kolom tunggal
Pilar tembok
Pilar portal satu tingkat kolom ganda atau majemuk
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-7
Pilar portal dua tingkat
Pilar portal penampang I
Bangunan atas
o Rangka baja
Komponen rangka baja
Lantai jembatan
Pelat baja gelombang
Penulangan
Komponen-komponen yang akan ditanam
Besi siku pelindung
Pelat injak
Lapisan aspal
Kelengkapan jembatan
Perletakan jembatan
Penahan gempa jembatan rangka
Rel pengaman pada jembatan rangka
o Gelagar beton bertulang
Unit pracetak
Cor in-situ
Pelat lantai
Pembentukan rongga
Acuan
Penulangan
o Gelagar beton pratekan
Sistem prategang
Pre-tensioning
Post-tensioning
Beton
Baja
Penulangan
o Gelagar komposit
Gelagar baja
Lantai beton bertulang
Bangunan pengaman dan perlengkapan jembatan
o Pengaman bangunan bawah jembatan
o Pengaman struktur
Fender
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-8
o Pengaman sungai
Krib
Bronjong atau matras
Pengaman tebing dinding beton dan pasangan batu kali
Turap baja
Dinding penahan tanah
Bangunan pengatur dasar sungai (bottom controller)
o Perlengkapan jembatan
Rambu
Sandaran
Parapet
Papan nama
3.5 PEMERIKSAAN GAMBAR TERLAKSANA
Selama pelaksanaan pekerjaan jembatan, konsultan pengawas harus mencatat secara
bertahap pada rekaman gambar rencana atau pada tabel kemajuan, rincian pekerjaan yang
telah selesai dan dengan warna yang mencolok harus ditandai setiap perubahan atas
gambar rencana.
Perubahan dari gambar rencana tersebut harus ditandai/digambar dan diberi ukuran
sehingga memungkinkan perhitungan tepat, semua tambahan atau pengurangan kuantitas
bahan, galian dan sebagainya. Dengan selesainya setiap bagian bangunan yang terdapat
tambahan atau pengurangan, perhitungan terpisah dengan rekaman (copy) gambar rencana
harus tecatat dalam buku pengukuran dan diberi paraf oleh kontraktor atau wakilnya pada
pekerjaan tersebut. Tiap pekerjaan tambahan yang dilaksanakan oleh kontraktor sendiri dan
bukan atas instruksi direksi pekerjaan harus ditunjukkan dalam buku pengukuran dan diberi
tanda pada gambar rencana. Pada akhir pekerjaan gambar rencana harus diberikan pada
direksi pekerjaan yang akan mengatur dipersiapkannya gambar terlaksana (as-built drawing)
oleh kontraktor.
Gambar terlaksana menunjukkan lokasi dan dimensi dari setiap pekerjaan tambahan dan
semua perubahan terhadap gambar rencana seperti: detail ketinggian baru pada pondasi
langsung, tiang pancang dan jenis pondasi lainnya.
Sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak, kontraktor harus menyerahkan kepada direksi
pekerjaan gambar terlaksana paling lambat 14 (empat belas hari) sebelum penyerahan akhir
pekerjaan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-9
Gambar terlaksana yang sudah disetujui direksi pekerjaan akan merupakan salah satu
lampiran dalam pelaporan penyelesaian pekerjaan jembatan oleh konsultan pengawas
kepada direksi pekerjaan.
Kontraktor harus menyampaikan kepada direksi pekerjaan 4 (empat) set rekaman gambar
terlaksana.
Keterlambatan kontraktor dalam menyampaikan gambar terlaksana, maka pengguna jasa
dapat menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dala syarat-syarat kontrak. Kegagalan
kontraktor dalam menyampaikan gambar terlaksana, maka pengguna jasa dapat
memperhitungkan pembayaran kepada kontraktor sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-1
BAB IV
METODE KERJA
4.1 USULAN METODE KERJA
Metode kerja adalah suatu perencanaan yang memberikan gambaran bagaimana cara
melaksanakan suatu pekerjaan, baik secara menyeluruh maupun setiap kegiatan. Peranan
metode kerja dalam pelaksanaan konstruksi adalah sangat penting, terutama dalam
kaitannya dengan: biaya, waktu, mutu, dan keselamatan kerja.
Penentuan pemilihan metode kerja dari beberapa alternatif dipengaruhi oleh:
a. desain
b. kondisi lingkungan/lapangan (tanah, air tanah, cuaca dan lain-lain),
c. waktu pelaksanaan tersedia,
d. peralatan yang dapat disediakan,
e. keterampilan pekerja.
Metode kerja konstruksi tidak dapat distandarkan seperti pada pabrik manufaktur, namun
selalu berkembang mengikuti perkembangan teknologi konstruksi yang dimaksudkan dalam
rangka peningkatan daya guna dan hasil guna unsur-unsur berkaitan dengan biaya, waktu,
mutu, dan keselamatan kerja tersebut di atas.
Mutu metode kerja yang diusulkan oleh kontraktor menunjukkan tingkat profesionalisme dari
kontraktor yang bersangkutan.
Metode kerja secara lebih luas adalah merupakan penjabaran cara-cara kerja untuk
menyelesaikan suatu proyek, meliputi:
perolehan suatu informasi yang diperlukan baik yang tersebut dalam dokumen kontrak
maupun yang diperoleh di luar dokumen kontrak, antara lain:
o lokasi lapangan dan sekitarnya baik kondisi alamnya maupun kondisi sosial budaya
masyarakat setempat;
o sumber daya yang tersedia di lokasi dan sekitarnya;
o dan lain-lain;
pekerjaan-pekerjaan persiapan yang diperlukan seperti jalan kerja, fasilitas kerja, kantor,
base camp dan lain-lain;
urut-urutan pelaksanaan pekerjaan, biasanya telah terlihat pada jadwal waktu pekerjaan;
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-2
cara yang dipilih untuk melaksanakan setiap bagian pekerjaan seperti: galian,
dewatering, sistem acuan dan perancah, sistem pengecoran dan lain-lain,
menetapkan jenis, komposisi dan jumlah alat/tenaga yang akan digunakan sesuai
dengan batas waktu yang ada atau yang disediakan.
Dengan metode kerja dapat dijelaskan alternatif-alternatif cara pelaksanaan setiap jenis
pekerjaan seperti: penggunaan perancah, pemancangan tiang pancang, pemasangan
rangka baja jembatan, pengecoran lantai dan lain-lain
Berdasarkan gambar rencana dan gambar kerja yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan,
kontraktor menyusun metode kerja dan diusulkan kepada direksi pekerjaan untuk disetujui,
yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan setiap kegiatan pekerjaan
jembatan sebagai berikut:
Jalan/jembatan darurat
Bangunan bawah
o Pekerjaan tanah
o Pondasi
Pondasi langsung
Pondasi sumuran
Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang bor beton
o Kepala jembatan dan pilar
Pilar balok kepala sederhana
Pilar kolom tunggal
Pilar tembok
Pilar portal satu tingkat kolom ganda atau majemuk
Pilar portal dua tingkat
Pilar portal penampang I
Bangunan atas
o Jembatan pelengkung
Gelagar
Balok (pelengkung, vertikal, melintang, dan pengaku mendatar)
o Jembatan gantung
Kabel (pemikul, penggantung, dan penahan ayun)
Pilon (kolom, pengaku, dan sadel)
Balok melintang,
Ikatan angin.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-3
o Rangka baja
Komponen rangka baja
Lantai jembatan
Pelat baja gelombang
Penulangan
Komponen-komponen yang akan ditanam
Besi siku pelindung
Pelat injak
Lapisan aspal
Kelengkapan jembatan
Perletakan jembatan
Penahan gempa jembatan rangka
Rel pengaman pada jembatan rangka
o Gelagar beton bertulang
Unit pracetak
Cor in-situ
Pelat lantai
Pembentukan rongga
Acuan
Penulangan
o Gelagar beton pratekan
Sistem prategang
Pre-tensioning
Post-tensioning
Beton
Baja
Penulangan
o Gelagar komposit
Gelagar baja
Lantai beton bertulang
Jalan pendekat
o Pekerjaan tanah
o Lapis perkerasan
o Bangunan pelengkap jalan
o Perlengkapan jalan
Bangunan pengaman dan perlengkapan jembatan
o Pengaman bangunan bawah jembatan
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-4
o Pengaman struktur
Fender
o Pengaman sungai
Krib
Bronjong atau matras
Pengaman tebing dinding beton dan pasangan batu kali
Turap baja
Dinding penahan tanah
Bangunan pengatur dasar sungai (bottom controller)
o Perlengkapan jembatan
Rambu
Sandaran
Parapet
Papan nama
Persetujuan direksi pekerjaan atas usulan metode kerja tidak membebaskan kontraktor dari
tanggung jawab atas terjadinya kesalahan dan penyimpangan pelaksanaan pekerjaan.
4.2 PERUBAHAN METODE KERJA
Walaupun metode kerja telah dibuat oleh kontraktor secara berkeahlian sesuai dengan
kondisi lingkungan sebagaimana diuraikan di atas, namun dalam perjalanan pelaksanaan di
lapangan dimungkinkan untuk diadakan penyesuaian dengan kondisi pelaksanaan di
lapangan.
Dalam rangka penyesuaian tersebut, maka kontraktor setiap saat dapat mengusulkan
perubahan metode kerja untuk disetujui direksi pekerjaan dalam hal-hal sebagai berikut:
Adanya perubahan situasi dan kondisi lapangan;
Adanya perubahan informasi yang digunakan;
Adanya pemikiran baru yang lebih baik;
Adanya faktor luar yang memaksa diadakannya perubahan.
Alasan utama diadakannya penyesuaian metode kerja tersebut adalah dalam rangka
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelesaian pekerjaan seperti:
Biaya pelaksanaan;
Waktu pelaksanaan;
Mutu pelaksanaan;
Keselamatan kerja; dan
Pemeliharaan lingkungan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-5
4.3 PENERAPAN METODE KERJA
Penerapan metode kerja pelaksanaan pekerjaan jembatan mencakup pelaksanaan
pekerjaan pengukuran dan survei, pekerjaan pondasi, pekerjaan bagunan bawah, pekerjaan
bangunan, pekerjaan bangunan pengaman dan pelengkap jembatan, dan jalan pendekat.
4.3.1 PENGUKURAN DAN SURVEI
Seluruh elemen-elemen struktur suatu jembatan pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan
jembatan harus berada pada posisi yang benar. Untuk memindahkan suatu gambar rencana
dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka dibutuhkan :
Sejumtah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat yang
tetap;
Dalam perencanaan jembatan harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.
Titik-titik kontrol sementara setempat dapat ditentukan di sekitar lokasi jembatan dengan
melakukan pengukuran baik vertikal maupun horizontal dan dari titik-titik kontrol tersebut
posisi akhir dari elemen struktur dapat ditetapkan.
Apabila terdapat ketidak-jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan
keraguan interpretasi, maka pengawas Lapangan harus menghubungi perencananya untuk
mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung-jawab dalam penentuan dan pematokan
secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa Kontraktor
mendapatkan informasi yang tepat serta telah menyiapkan titik-titik kontrol yang dipasang.
Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan
ditempatkan pada posisi yang tepat di dalam lokasi pekerjaan konstruksi. Jarak antar titik-
titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi jembatan tetapi bebas dari
area kegiatan, hal ini dimaksud untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran posisi
akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik
kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat
terjadi pada dasar tanah seperti pada daerah pasang surut dan tanah, pada timbunan
pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendiri, seperti proses
yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.
Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar, dan bangunan atas
ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan.
Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan. Letak dan jarak
offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali di lapangan dan untuk
menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala jembatan
selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-6
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan
berdasarkan pada letak elemen-elemen utama dengan mempertimbangkan pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak etemen-elemen utama yang telah ditentukan harus
diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh staf direksi
pekerjaan dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang
digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal
Bagi kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya sendiri,
dianjurkan untuk menggunakan metoda lain yang berbeda dengan metoda yang telah
digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan dari
ketidak-tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan penandaan atau kesalahan dalam
melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan dengan
memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik akhir pada sisi yang
lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama. Pemeriksaan ini tidak
diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik akhir saja atau dari 2 titik
akhir pada sisi yang terpisah.
Prinsip dasar pekerjaan survei harus selalu digunakan, terutama untuk jarak yang besar.
Peralatan harus mengukur dengan akurat dan sudut diukur pada sisi muka kanan dan
muka kiri. Peralatan survei yang digunakan dianjurkan untuk diperiksa secara teratur untuk
mempertahankan ketelitian dan ketepatannya. Dalam pengukuran, diusahakan agar jarak
muka sama dengan jarak belakang jika memungkinkan.
4.3.2 PENGUKURAN PONDASI
Kapasitas jembatan mendukung lalu-lintas berat dan menahan gangguan banjir dan
sebagainya sangat tergantung pada kekuatan pondasinya. Pada jembatan-jembatan
sederhana, kadang-kadang diizinkan adanya penurunan kecil, penurunan besar pada pilar
atau kepala jembatan akan menyebabkan tegangan yang berlebihan dan kerusakan pada
unsur-unsur jembatan. Kalau jembatan telah direncanakan sebagai bangunan menerus,
penurunan bangunan bawah akan mengakibatkan membaliknya tegangan pada gelegar
dan lantai jembatan. Penurunan yang berlebihan, akan mengakibatkan kerusakan pada
bangunan.
Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun
pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada tiap
tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus diambil
pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan jembatan.
Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum, perbaikan atau
pekuatan pondasi sulit dilaksanakan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-7
4.3.2.1 Pondasi Langsung (Spread Footing)
Pondasi langsung, pada prinsipnya menyebarkan beban secara langsung pada dasar galian
yang kedalamannya relatif kecil, ini berbeda dengan pondasi tiang pancang yang
meneruskan beban pada tanah.
Dari data geoteknis yang ada, perencana menentukan suatu kapasitas daya dukung dari
tanah atau batuan: Kapasitas ini biasanya ditunjukan dalam gambar. Berdasarkan nilai
tersebut, ukuran pondasi langsung dihitung. Pelaksana jembatan kemudian mempunyai
tanggung jawab untuk mencek bahwa dasar pondasi di mana akan dibangun pondasi
langsung tersebut memenuhi perkiraan perencana mengenai daya dukungnya.
4.3.2.2 Pondasi Sumuran
Pondasi berbentuk sumuran ini dipakai, apabila lapisan tanah keras terdapat antara 2–8
meter di bawah dasar sungai yang pada umumnya terdapat di Indonesia.
Jenis Sumuran
Sumuran Bundar
Sumuran Persegi empat
Sumuran ‘Oval’
Salah satu cara pembuatan pondasi sumuran, biasanya dilakukan dengan membuat cincin
beton terlebih dulu setinggi 1-2 meter. Tebal cincin tidak terlalu besar (+ 1/20 diameter),
karena fungsinya hanya sebagai acuan (‘casing’) saja.
Diameter sumuran jangan terlalu kecil, minimum 1 meter. Cincin beton diturunkan ke dalam
tanah dengan cara menggali / mengeluarkan tanah dari dalam sumuran dan kemudian
apabila cincin pertama sudah masuk, lalu disambung dengan cincin kedua dan seterusnya.
Penurunan sumuran harus dijaga agar selalu vertikal, sebab bila sekali terjadi kemiringan,
akan sulit untuk menegakkannya. Oleh sebab itu dianjurkan untuk selalu memeriksa sumbu
sumuran agar selalu vertikal. Penggalian tanah dilakukan merata di sekeliling dinding
sumuran dan kadang-kadang perlu diberikan beban untuk mempercepat penurunan.
Peralatan yang perlu diperhatikan, adalah pompa air dengan jumlah dan kemampuan yang
sesuai dengan debit air muncul dalam sumuran.
Kesulitan yang biasa timbul, adalah:
Sumuran miring (tidak vertikal)
Hal ini bisa dicegah dengan selalu mengadakan pemeriksaan terhadap sumbu sumuran
agar vertikal.
Sumuran tidak mau turun
Hal ini dapat diatasi dengan memberi beban di atas cincin sumuran.
Air di dalam sumuran tidak kunjung kering
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-8
Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan pompa yang terlalu kecil dan tidak dapat
mengimbangi debit air yang ada. Hal ini, dapat diatasi dengan menambah jumlah pompa.
Apabila dengan penambahan unit pompa masalah ini, belum juga teratasi, maka perlu
dipikirkan jalan lain, misalnya dengan menggunakan alat penyedot lumpur dan sebagainya.
Setelah cincin beton selesai / terpasang, kemudian diisi dengan beton siklop (beton 1 : 2 : 3
+ 40% batu belah (< 25 cm), tetapi pada bagian dasarnya diisi dengan beton kedap air dan
pada bagian atasnya diisi dengan beton yang mutunya sama dengan beton bagian bawah.
Pengecoran tidak boleh dijatuhkan begitu saja, melainkan harus melalui talang atau pipa,
agar beton tidak jatuh menyebar bebas.
4.3.2.3 Pondasi Tiang
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang terdiri dari tiang-tiang yang dimasukkan
ke dalam tanah sampai kedalaman tertentu (lebih besar dari 10 meter di bawah permukaan
tanah asli).
1. Kapasitas Tiang
Ada beberapa cara meramalkan kapasitas batas tiang antara lain adalah dengan
Percobaan Pembebanan dan dengan menggunakan Rumus Dinamis.
Akan tetapi dalam tiap kasus, perlu mengaitkan perkiraan kapasitas batas terhadap
beban rencana pada tiang. Nilai dari beban rencana maksimum pada setiap tiang harus
diberikan pada gambar rencana. Pengawas harus memilih faktor keamanan yang
sesuai untuk diterapkan pada kapasitas akhir dan memeriksa apakah lebih besar dari
pada beban rencana.
Pemilihan faktor keamanan bergantung pada jenis rumus dinamis yang dipakai, dan
fungsi bangunan. Bangunan sementara dapat dilaksanakan dengan faktor keamanan
yang lebih rendah dari pada bangunan tetap.
Faktor keamanan dari 3 hingga 6 diberikan untuk Rumus Denmark yang digunakan di
dalam spesifikasi teknik. Beberapa peraturan perencanaan mensyaratkan nilai-nilai
minimum 2,5 atau 3,0 untuk rumus dinamis dan 2,0 untuk pengujian beban dalam
jumlah yang cukup telah dilaksanakan.
2. Percobaan Pembebanan
Percobaan Pembebanan di lokasi dilakukan pada tiang untuk memastikan kapasitas
daya dukung. Percobaan pembebanan dapat juga dilakukan pada tiang uji pada waktu
tahap perencanaan untuk memeriksa kapasitas perkiraan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-9
Tanah kohesi dan non-kohesi sifat-sifatnya akan berubah oleh adanya pemancangan
tiang pancang. Pada tanah lempung adanya gangguan ini akan menyebabkan
terjadinya pembentukan kembali (remoulding) dan kehilangan kekuatan. Dengan
berjalannya waktu, sebagian besar kekuatan akan kembali dan oleh karena itu
pengujian beban harus dilakukan beberapa minggu setelah tiang dipancang. Pada
tanah pasir, suatu kondisi sementara akan terjadi di mana tahanan berlebih
(resistance) akan terjadi. Akan tetapi tahanan berlebih tersebut akan hilang beberapa
waktu setelah pemancangan, biasanya beberapa hari setelah pemancangan.
Tiang dapat diberi beban percobaan dengan salah satu cara di bawah ini:
Beban mati dalam bentuk pemberat (kentledge) yang langsung ditambahkan pada
tiang.
Pendongkrakan terhadap beban mati yang didukung di atas tiang.
Pendongkrakan terhadap balok mellntang yang dl angker pada dua tiang
disampingnya.
Pendongkrakan terhadap balok melintang yang di angker pada batu oleh kabel
prategang yang di-grout pada batuan di luar tiang.
3. Rumus Dinamis
Telah dikembangkan banyak rumus untuk meramalkan batas daya dukung tiang pada
waktu pemancangan di lokasi. Tidak ada satupun rumus yang dapat diandalkan terus
menerus, atau untuk suatu kisaran daya dukung tiang.
Kebanyakan rumus praktis tiang pancang merupakan penyederhanaan dari persamaan
umum dan mengandung sejumlah "konstanta" dan koefisien empiris.
Cara tradisional meramalkan daya dukung tiang dengan cara dinamis adalah dengan
memancang tiang, mencatat sejarah pemancangan dan mengadakan percobaan
pembebanan. Akhir-akhir ini cara menginstrumentasi tiang dan melakukan perhitungan
kompleks menggunakan komputer sewaktu pemancangan dilaksanakan, memberikan
suatu alternatif yang balk.
Setelah batas daya dukung tiang dihitung, suatu faktor keamanan yang sesuai dipilih
untuk menentukan perkiraan kapasitas kerja. Pilihan angka keamanan dapat
ditanyakan dan sedapat mungkin ditentukan oleh Perencana.
Rumus Denmark kadang disyaratkan untuk menghitung batas daya dukung tiang.
Rumus ini dikenal sebagai salah satu rumus yang diandalkan untuk meramalkan batas
daya dukung tiang.
Batas daya dukung dapat dihitung sebagai berikut:
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-10
di mana: Ru = batas daya dukung dalam kilo Newton
Wr = Berat penumbuk dalam Newton
(9,81 x massa penumbuk dalam Kilogram)
H = tinggi jatuh bebas penumbuk dalam m.
e = efisiensi jatuh penumbuk
E = Modulus Elastisitas bahan tiang pancang (dalam Mega Pascal)
Ip = Panjang tiang dalam meter
A = Luas penampang melintang tiang dalam milimeter persegi
s = Penurunan akhir tiang dalam milimeter tiap pukulan dari rata-rata 10
pukulan pancang beruntun, atau 5 pukulan uji kembali penuh yang
pertama
so = Penurunan sementara yang diperbolehkan dalam milimeter, seperti
dihitung dari rumus di atas.
4. Alat Penumbuk Tiang Pancang
Tanpa memandang jenis tiang pancang, harus digunakan penumbuk yang cukup besar
untuk mengatasi inersia dari tiang pancang untuk pemancangan yang efisien dan
ekonomis sebagian besar tenaga kinetis harus tersedia, untuk memancang tiang ke
dalam tanah setelah dikurangi kehilangan akibat pukulan (impact) dan sebab lain.
Penumbuk jatuh bebas dan diesel adalah jenis yang paling sering dipakai.
a. Penumbuk Jatuh Bebas (Drop Hammers)
Penumbuk jatuh bebas memerlukan biaya modal yang rendah dan hampir tanpa
pemeliharaan. Masukan tenaga dihitung sebagai hasil perkalian berat penumbuk,
tinggi jatuh dan faktor efisiensi, yang tergantung pada cara pengoperasian
penumbuk. Operasi penarikan pelatuk yang kira-kira menyerupai suatu yang jatuh
bebas dari penumbuk lebih efesien dari pada jatuh bebas dari katrol.
Penumbuk terbuat dalam berbagai bentuk dan dibuat dari blok besar besi cor atau
baja atau bagian baja laminasi, yang memungkinkan penyesuaian berat
penumbuk dengan mengurangi atau menambah pelat.
Beberapa penumbuk dipandu oleh selot yang dicor pada sisi blok, yang lainnya
dari tonjolan di belakang yang masuk tepat di antara pengarah pemandu (leader
guides). Untuk yang disebut terakhir, dua "keeper" kayu horisontal dimasukan
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-11
rapat kedalam dua lubang yang dicor dalam tonjolan belakang. Kadang-kadang
dipergunakan pelat baja dan baut penahan.
Penumbuk jatuh bebas tersedia dalam bermacam ukuran dari 0,5 sampai 8 ton.
Pilihan akhir tergantung pada berat dan ukuran tiang yang akan dipancang.
Penumbuk digantung dengan tali yang dipasang di atas, diangkat pada ketinggian
yang ditentukan dan dijatuhkan pada kepala tiang.
Tiap penumbuk harus diberi tanda yang menunjukan beratnya.
Perbandingan antara berat penumbuk jatuh bebas dengan berat tiang pancang
yang disarankan untuk tiang baja dan beton bertulang adalah sebagai berikut:
• Tiang pancang dengan berat sampai 7,5 ton perbandingan penumbuk dengan
tiang minimum dua pertiga.
• Tiang 7,5 hingga 12 ton perbandingan penumbuk dengan tiang minimum satu
perdua.
Untuk tiang pancang beton bertulang dengan berat hingga 7,5 ton, hasil perkalian
jarak jatuh bebas penumbuk dalam meter dan berat penumbuk dalam ton tidak boleh
melebihi 5 ton meter. Untuk tiang baja dan beton yang lebih berat, tenaga maksimum
dapat ditentukan oleh direksi pekerjaan.
Untuk tiang pancang kayu dan beton pratekan, berat penumbuk jatuh bebas harus
mendekati berat tiang pancang.
b. Penumbuk Diesel (Diesel Hammers)
Penumbuk diesel mempunyai pengeluaran modal awal yang tinggi dan memerlukan
pemeliharaan, tetapi dengan tingkat pemancangan 45-60 pukulan per menit biasanya
lebih cepat dan lebih ekonomis untuk pekerjaan besar. Panjang stroke/pukulan
berbanding lurus dengan perlawanan tiang. Semakin sulit pemancangan semakin
besar tenaga yang dikeluarkan oleh penumbuk. Perllancangan pada tanah yang
sangat lunak dapat merupakan masalah karena kurang daya dukung ketahanan
berarti penumbuk tidak dapat mengaktifkan dirinya kembali. Dalam hal demikian
penurnbuk diangkat dan dijatuhkan dengan crane hingga menjumpai tanah yang
cukup keras untuk menggerakan/ mengaktifkan penumbuk.
Penumbuk diesel mempunyai silinder vertikal yang terbuka di atas di mana suatu ram
bergerak ke atas dan ke bawah. Di ujung bawah terdapat dudukan (anvil). Peralatan
penunjang termasuk tangki bahan bakar, pompa bahan baku, alat tripping dan (pada
beberapa jenis) radiator (water jacket) air untuk mendinginkan silinder. Cara bekerja
penumbuk diesel dijelaskan dalam sebagian besar buku pedoman dan digambarkan
pada Gambar 4.3. Beberapa penumbuk mempunyai kemampuan/merubah masukan
energi dengan menyemprotkan persediaan bahan bakar.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-12
Ukuran penumbuk yang disarankan untuk penumbuk diesel ditentukan dengan
memilih penumbuk dengan berat ram sekurang-kurangnya sepertiga berat tiang yang
dipancang.
Gambar 4.3. - Pengoperasian Penumbuk Diesel
1) Topi
Topi adalah blok baja yang digunakan untuk melindungi kepala tiang pada
waktu memancang. Packing secukupnya diletakkan pada ujung atas topi
sebagai bantalan antara penumbuk dan tiang, dan mendistribusi tumbukan
pada seluruh luas kepala tiang. Ini biasanya disebut 'cap block' meskipun
kadang-kadang disebut 'dolly' (lihat di bawah untuk arti lain dari dolly).
Topi dibuat sesuai dengan jenis tiang yang dipancang dan terdiri atas pelat
baja horisontal setebal 50 mm dengan sisi kotak baja tebal 25 mm diteruskan
300 mm di atas dan di bawah pelat pukulan (strike plate). Topi harus agak
longgar pada tiang untuk menghindari timbulnya tegangan pada tiang bila
tiang berputar pada waktu pemancangan. Rongga atas kotak/box diisi penuh
dengan kayu keras, blok Novasteen atau Micarta dengan serat ujung terbuka
terhadap penumbuk. Penempatan kayu tidak boleh demikian rupa sehingga
penumbuk jatuh tegak lurus pada serat ujung, yang menyebabkan potongan
kayu dapat berpencaran seperti peluru kecil.
Perlindungan untuk kepala tiang beton dapat diberikan oleh lapisan setebal 50
hingga 75 mm. Ini dapat berupa papan oregon atau pinus atau papan kayu
lunak yang serupa, gulungan tali manila, lapisan sabuk karet, karung goni,
karung dari serbuk gergaji atau lapisan caneite. Tergantung pada lama dan
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-13
kekuatan tumbukan, pakking mungkin memerlukan penggantian setelah
pemancangan tiap tiang. Tiang baja atau kayu tidak memerlukan paking pada
kepala tiang.
Topi harus mempunyai pegangan pengangkat yang sesuai, guna kemudahan
pemasangan dan pemindahan.
Susunan cap block dan topi yang umum untuk tiang beton terlihat dalam Gambar
4.4.
Gambar 4.4. - Cap Blok dan Topi Untuk Tiang Beton Pracetak
2) Dolly
Dolly atau follower adalah sambungan sementara pada tiang untuk
memungkinkannya dipancang di bawah air atau di bawah tanah. Dolly dipasang
pada topi di puncak tiang dan dibuat dari kayu keras (hardwood) bulat atau dari
baja. Sedapat mungkin penggunaan dolly harus dihindari karena terjadinya
kehilangan tenaga pada dolly dengan sambungan tiang, dan sendi "bergerak"
dapat menyebabkan kehilangan pengendalian arah.
Beberapa pemandu tiang mempunyai tempat untuk memasang sambungan
pendek di bawah dasar pemandu untuk memungkinkan topi dan penumbuk
bergerak ke bawah melampaui batas normal geraknya. Hal ini dilakukan hanya
bila dianggap bahwa tiang dapat mencapai penurunan (set) yang ditentukan
sebelum menembus tanah terlalu dalam untuk dapat disambung.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-14
3) Peralatan Penyemprot Air
Peralatan penyemprot air dapat digunakan untuk membantu penetrasi tiang
dalam tanah pasir padat.
Pipa baja ditekan masuk di samping tiang, pada saat tiang dipancang, serta
dihubungkan dengan sumber air. Pipa biasanya berdiameter 30 hingga 50 mm
dengan nozzle 10 hingga 15 mm pada ujung bawahnya.
Penyemprot (jet) ditempatkan pada ujung tiang untuk menggemburkan tanah .di
bawah tiang sehingga memungkinkan tiang menembus tanah dengan berat
sendiri atau dengan pemancangan.
Pipa dapat dipasang sentris ke dalam tiang beton pracetak untuk mengarahkan
air kepada empat (4) jet, satu pada tiap sisi pada ujung yang mengecil (tapered
point). Pipa diberi bengkokan 90° kira-kira satu meter di bawah kepala tiang untuk
penyediaan air bertekanan kepada jet.
Penyemprotan harus dihentikan kira-kira 0,5 m di atas kedudukan ujung akhir dan
saat tiang dipancang pada posisi akhir.
Tingkat aliran air yang cocok untuk penyemprotan sebesar 7.5 liter per detik per
nozzle pada tekanan 70 kPa diukur pada nozzle.
5. Pengeboran Awal (Pre-boring)
Pengeboran awal lubang dengan bor mekanis sekarang merupakan prosedur biasa
untuk membantu pondasi tiang pada kedalaman yang ditentukan dan untuk
mendapatkan ketepatan lebih besar dalam pemancangan. Kegiatan pengeboran
harus dilakukan dengan ketepatan letak, arah vertikal dan kemiringan dan untuk
kedalaman yang telah ditentukan. Diameter lubang tidak boleh lebih besar dari pada
ukuran diagonal tiang dikurangi 50 mm. Pengeboran melebihi kedalaman (over depth)
harus dihindari. Kedalaman akhir mungkin harus ditentukan dengan percobaan.
Tujuannya adalah mencapai kalendering yang ditentukan, bilamana ujung tiang
mencapai kedalaman yang direncanakan. Lazimnya pengeboran awal berhenti satu
meter di atas kedalaman ujung tiang rencana. Pada akhir pemancangan, lubang-
lubang di sekeliling tiang diisi pasir bersih, diisi menggunakan sekop, sambil
disemprot atau digenangi air.
6. Alat Untuk Tiang yang Dicor di tempat
a. Tiang yang Dipancang dan Dicor Ditempat
Peralatan untuk pemancangan dan peralatan yang digunakan untuk tiang yang
dicor setempat serupa dalam beberapa hal dengan jenis yang telah dijelaskan
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-15
tetapi seringkali dibuat modifikasi untuk menyesuaikan dengan persyaratan
khusus dari jenis yang digunakan untuk tiang yang berbeda pabrik.
Pipa pancang terbuat dari komponen berat, biasanya dirancang untuk dipancang
dari atas oleh penumbuk jatuh atau diesel, tetapi tiang Franki dipancang
menggunakan penumbuk jatuh internal. Pemandu (leader) dari kerangka tiang
sering disesuaikan untuk memasukan pengarah (guide) untuk wadah pengecoran.
Tiang selubung baja, yang dirancang untuk diisi beton, lebih efektif bila dipancang
dengan penumbuk yang beroperasi dari atas dari pada oleh penumbuk jatuh
bebas internal yang bekerja pada beton penyumbat di dasar. Selain itu tiang
pancang yang dipancangkan dari atas dapat dipancang dengan ujung terbuka,
yang dapat mengurangi daya dukung ujung (end bearing resistance) pada waktu
pemancangan.
b. Tiang yang Dibor dan Dicor Setempat
Peralatan pengeboran biasanya dinaikan di atas crane atau truck tetapi kadang-
kadang dipergunakan juga peralatan yang dinaikan di atas tongkang/ponton
(barge) atau sled khusus. Kedalaman lubang dibatasi oleh panjang "kelly bar"
(batang yang menyangga alat penggali pada dasar lubang), sehingga biasanya
diambil nilai kedalaman maksimum 50 m.
Kedalaman dan diameter lubang yang dapat dibor tergantung pada sistem
pengeboran yang dipakai dan tenaga peralatan bornya. Penggali berputar (rotary)
dengan memakai mata bor dan ember bor (drilling bucket) adalah cara yang
paling cepat dan ekonomis bila keadaan tanahnya memungkinkan. Cara ini cocok
untuk memasang tiang yang dibor dalam tanah lempung dan dapat dipakai untuk
penggalian terbuka (open) atau dilapisi (lined), atau untuk penggunaan bentonite
pada batuan lunak dan pada bahan selain batuan.
Berbagai jenis bucket tersedia untuk pemakaian dengan bor berputar (rotary) jenis
standar mempunyai bukaan pisau sekop (scoop blade) dengan gigi yang keluar
(projecting). Bucket batuan mempunyai bukaan besar yang direncanakan untuk
mengambil batuan yang pecah akibat tumbukan alat pemotong (chopping bit)
pada kelly bar.
Dasar yang diperlebar dapat dipotong dengan memutar belling bucket di dalam
lubang berpinggiran lurus yang telah dibor sebelurnnya.
Peralatan pengeboran dengan putaran khusus diperlukan untuk pengeboran pada
batuan. Suatu pilihan lain adalah peralatan kabel (cable tool), yang menggunakan
pahat batu, ember penciduk (bailing) untuk membuang bahan-bahan cair (slurry)
dan penciduk bercengkeram (dam shell grabs) (alat menggali dan menciduk).
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-16
Terdapat beberapa jenis peralatan tersedia yang dapat disesuaikan dengan
penggunaannya, dan peralatan demikian mempunyai keuntungan yaitu dapat
beroperasi pada penggalian yang dalam.
7. Tiang Pancang Beton
Beton dapat disesuaikan untuk penggunaan yang luas pada jenis-jenis tiang. Beton
dapat dipakai dalam bentuk pracetak pada tiang pancang atau dipakai pada tiang yang
dibor. Beton yang padat dan mampat dapat tahan terhadap pemancangan yang keras,
dan menahan serangan zat-zat agresif dalam tanah atau di air. Akan tetapi pada tiang
pracetak, beton cenderung mengalami kerusakan (yang mungkin tidak terlihat) pada
kondisi pemancangan yang keras. Beton yang lemah pada tiang yang dicor in-situ
kemungkinan akan hancur bila terdapat bahan-bahan agresif di dalam tanah atau air.
Suatu kerugian lain dari tiang beton adalah sulitnya untuk disambung dibandingkan
dengan pipa baja. Pada sebagian besar proyek-proyek, panjang tiang yang diperlukan
tidak diketahui sampai pemancangan sebenarnya berlangsung. Tiang yang perlu
diperpanjang biasanya tidak dapat diselesaikan sampai ada sambungan baru yang
dicor dan dirawat (sekurang-kurangnya 20 hari) dan tiang dapat dipancang kembali.
a. Tiang Beton Bertulang
Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang
dapat dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk
acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan
tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang
pada waktu dan sesudah pengecoran: Suatu landasan beton masif sering
digunakan. Susunan ini terlihat pada Gambar 4.5.
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang
untuk menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu
pemancangan. Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti
pada beton, dan beton di antara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton
harus dikerjakan menggunakan alat 'pemotong' untuk meniadakan bercak-bercak
keropos (honey comb).
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-17
Gambar 4.5. - Susunan Pencetakan untuk Tiang Beton
Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera
mungkin dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung
dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan
tekan pada kubus beton menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang
harus dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan
baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat
(lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk
pengangkutan ke tempat penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan
harus dilakukan dengan sangat berhati-hati karena tiang masih mempunyai
kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan
membesar akibat tegangan pada saat pemancangan.
Tiang harus ditandai dengan jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang
dan tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin
bahwa pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar.
Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang
menggunakan terpal atau lembaran lain.
8. Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak
Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek. Tiang
pancang beton pratekan biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan
pada saat dilepas (induced compressive stress at relase) sebesar antara 4 dan 11
MPa (40-110 kg/cm2).
Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter .hingga 20 meter, berdiameter
hingga 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat
baja pada ujung bagian yang akan disambung.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-18
9. Tiang Pancang Baja
Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat dan ringan untuk ditangani, mempunyai
kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan
tanah keras, dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga
mencapai . lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang
tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau
diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing
stratum).
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus
mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang
dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada
ujung tiang ( pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat
lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian
beton pada pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya
ditinggalkan di dalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).
Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang
dipancang di dalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan
(reinforcing cage) ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang
penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk
mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap pilar.
Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang
yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak harus
dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.
Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini
dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian
luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan
berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang
setiap 90° di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2 atau
2,5 meter menurut arah memanjang tiang.
10. Kesalahan Yang Harus Dihindari
Kesalahan yang harus dihindari termasuk:
pemancangan tiang pancang geser (friction piles) pada kedalaman yang kurang;
pemancangan tiang secara berlebihan pada batuan;
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-19
penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah yang
relatif lunak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton;
kerusakan terhadap tiang beton yang disebabkan penanganan, penempatan dan
pemancangan yang salah;
karatnya tiang baja tanpa perlindungan disebabkan oleh air tanah yang agresif atau
keadaan tanah itu sendiri;
karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut beton;
ketidak stabilan pada pilar atau kepala lembatan disebabkan oleh air berkecepatan
tinggi yang mengikis material disekitar pilar atau telapak pondasi;
terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing yang
terdapat pada waktu pencetakan tiang setempat (in-situ);
kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat dimakan
rayap dan serangga air;
penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah;
penurunan atau perputaran pondasi langsung disebabkan kurangnya daya dukung
atau kurangnya pembuangan material lepas atau material tidak sesuai;
keruntuhan dari tiang yang disebabkan tekanan negatif (down-drag) akibat
penurunan timbunan di belakang kepala jembatan;
keruntuhan oleh tersumbatnya sambungan muai oleh bahan asing, atau kerusakan
(failure) dari landasan jembatan, menyebabkan tegangan yang berlebihan (over
stress) dalam bangunan bawah.
4.3.3 KEPALA JEMBATAN DAN PILAR JEMBATAN
Kepala jembatan dan pilar jembatan dapat dibuat dari beton, baja atau kayu. Dalam bab ini
hanya akan dibahas konstruksi kepala jembatan dan pilar jembatan yang dibuat dari beton,
dan pembahasan meliputi aspek-aspek mengenai beton dari persiapan acuan dan
pemasangan penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada
acuannya.
1. Acuan
Kualitas dari bahan acuan akan menentukan suatu tingkat kualitas dan
penyelesaian beton seperti bentuk, penyelesaian akhir permukaan dan sebagainya.
Acuan untuk permukaan yang terlihat (bagian depan kepala jembatan, beton pinggir
jalan, bagian luar tembok sayap dan sejenisnya) harus dilapis plywood:
Kayu yang dipakai sebagai penopang dan penjepit bermacam-macam kualitasnya
dan sering terlalu kecil ukurannya untuk mengatasi kelebihan lendutan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-20
Kontraktor tidak sering menggunakan suatu sistem penguat acuan (untuk menahan
gaya horisontal dalam acuan) tetapi mengandalkan pada penopang luar.
Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan satu set gambar kerja kepada konsultan supervisi.
Kontraktor harus memperhatikan ketentuan pada spesifikasi teknik sehubungan
dengan:
Material
Desain
Persiapan acuan untuk pengecoran
Pembongkaran acuan
Penyelesaian beton yang tampak/expose
Pemeriksaan terhadap acuan
Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran acuan dan
sebagainya.
Gambar-gambar pelaksanaan harus terperinci (di mana dapat diterapkan) :
Nilai-nilai asumsi dari beban hidup
Kecepatan pengecoran beton dan urutannya
Suhu beton
Tinggi jatuh beton kedalam acuan
Berat dari peralatan bergerak yang beroperasi
Diagram lawan lendut
Material acuan
Ukuran, panjang, toleransi dan detail sambungan
Angker, penopang dan penguat
Penyesuaian lapangan dan acuan pada waktu pengecoran beton
Penahan air, keyway dan insert yang diperlukan untuk pemasangan kemudian
daripada bahan pelaksanaan.
Perancah kerja dan jembatan kerja
Weephole atau lubang vibrator dimana perlu
Screed dan grade strip dan pendukungnya
Pelat pembongkar, dimana pembongkaran dapat merusak beton.
Detail dari ikatan dan spreader, termasuk pembongkarannya
Lubang pembersihan dan lubang sementara untuk pengecoran beton.
Sambungan pelaksanaan, sambungan kontrol dan sambungan pemuaian
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-21
Strip alur untuk sudut-sudut yang tampak
Penyediaan fondasi untuk acuan, misalnya pelat alas
Lapisan acuan atau lapisan khusus
Catatan mengenai saluran dan pipa yang tertanam
Detail dari penopang
Penyediaan khusus untuk keamanan dan perlindungan dari debu, matahari, api dan
sebagainya.
Pekerjaan pengawas termasuk empat kategori:
Pengendalian
Pengawas harus memastikan bahwa semua acuan dibuat sesuai dengan spesifikasi
teknik dan gambar pelaksanaan, dan ia harus memeriksa bahwa semua ukuran masuk
dalam batas-batas toleransi yang diijinkan.
Perencanaan
Kontraktor harus merencanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai program yang
efisien dari perakitan, pengecoran, pembongkaran dan pemasangan kembali, dan
konsultan supervisi harus memeriksa usul-usul kontraktor.
Keamanan
Pengawas harus memastikan bahwa Kontraktor mengambil tindakan keamanan yang
cukup untuk melindungi pekerja. Beberapa kekurangan yang dapat menimbulkan
kegagalan acuan adalah sebagai berikut:
o Pembongkaran acuan atau penopang yang terlalu dini
o Penguat yang kurang memadai
o Kegagalan untuk mengontrol tingkat pengecoran beton pada acuan yang dalam
o Kegagalan untuk mengatur pengecoran beton pada acuan horizontal secara
benar, untuk mencegah pembebanan yang tidak seimbang
o Kegagalan memeriksa footing perancah untuk mencegah penurunan pada
tanah yang tidak stabil.
o Kegagalan memeriksa acuan pada waktu pengecoran untuk mendeteksi adanya
lendutan abnormal atau tanda-tanda akan terjadinya kegagalan mendatang.
o Kegagalan persiapan terhadap tekanan lateral pada acuan.
o Penopang tidak lurus/tegak
o Kurang persiapan terhadap gaya pengangkatan (uplift)
o Kawat/tali yang rusak pada pengikat atau penopang
o Kegagalan memeriksa apabila gambar-gambar ditafsirkan dengan benar
o Under design
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-22
Pengerjaan
Selain ketepatan ukuran secara umum dan keamanan, beberapa hal mengenai
pengerjaan yang perlu diperhatikan adalah:
o Ruas sambungan atau sambungan pada selubung, panel kayu lapis dan penguat
harus berselang-seling.
o Harus terdapat jumlah dan tempat yang benar dari batang pengikat atau
penjepit.
o Batang pengikat atau penjepit harus dikencangkan dengan benar karena
penggetar beton dapat mudah melepaskan sambungan yang diikat
o Penyambungan penopang dan penahan pada joint, stringer dan wales harus
cukup untuk melawan gaya angkat (uplift) atau puntiran pada sambungan.
o Lapisan penutup acuan harus dipasang sebelum penempatan penulangan dan
tidak boleh digunakan dalam jumlah sedemikian rupa sehingga mengenai
batang tulangan.
o Bulkhead untuk ruas sambungan sebaiknya dibuat dengan membelah bulkhead
pada garis arah penulangan yang melaluinya sehingga tiap bagian bulkhead
dapat diletakkan dan diambil secara terpisah.
o Insert dengan pengecilan ujungnya yang membentuk keyway pada sambungan
susut harus dibiarkan tetap ditempat pada waktu acuan dibongkar, dan diambil
setelah beton telah dirawat secukupnya.
o Insert kayu untuk treatment arsitektur harus dibelah sebagian dengan gergaji
sehingga memungkinkan pemuaian/mengembang (swelling) tanpa memberi
tekanan pada beton.
o Pembebanan pada pelat baru harus dihindari pada hari pertama setelah
pengecoran.
o Acuan tidak boleh diperlakukan dengan kasar atau dibebani berlebih jika
hendak dipakai kembali.
o Untuk mempermudah pengambilannya, pengecilan pada insert harus
sekurangnya 1 banding 10.
2. Perancah
Persoalan-persoalan (kekurangan yang terdapat pada desain perancah) sering
berhubungan dengan persoalan pondasi. Konsultan supervisi harus memastikan
bahwa Kontraktor telah merinci pada gambar rencana perancah cara pemindahan
beban dari perancah ke dalam tanah.
Perancah pada tanah lanau sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak
melebihi daya dukung dari lanau. Hal ini memerlukan penggunaan pondasi mat yang
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-23
besar atau bahkan pondasi tiang. Kontraktor diminta harus memikirkan cara
pembuatan perancah pada tahap awal proyek, sehingga dapat mengambil manfaat
dari adanya peralatan yang dibawa ke lokasi untuk keperluan pemasangan kepala
jembatan atau tiang pilar.
Lendutan berlebih pada perancah adalah umum, dan konsultan supervisi harus
memastikan bahwa ukuran serta jarak antara dari komponen perancah telah diperiksa
dengan cukup. la harus memastikan bahwa kontraktor memenuhi spesifikasi teknik
dalam hal ini. Tanggung jawab untuk desain dan pemasangan perancah yang benar.
berada dipihak kontraktor, tetapi konsultan supervisi dapat membantu dengan
mengadakan pemeriksaan terhadap usulan-usulan Kontraktor.
3. Penulangan
Bahan:
o Penulangan untuk jembatan biasanya dipasok sesuai dengan persyaratan di
dalam AASHTO M 311 M (ASTM A 615).
o Penulangan lain disediakan sesuai dengan persyaratan dari standar berikut:
o AASHTO M 225 (ASTM A 496) Deformed Steel Wire for Concrete
Reinforcement AASHTO M 32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for
Concrete Reinforcement AASHTO M 55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire
Fabric for Concrete Reinforcement
o Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat
lepas atau tebal, atau bahan melekat lainnya.
o Meskipun batang ulir lebih baik daripada batang polos untuk penulangan
kebanyakan proyek di Indonesia menggunakan batang polos untuk semua
penulangan.
o Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk
diameter berukuran 10 mm dapat diterima.
Sebelum pengiriman diterima, harus diperiksa hal-hal berikut:
o Diameter, bentuk, kuantitas tiap jenis, dan jenis bahan yang benar.
o Kerusakan pada batang pada waktu penanganan dan pengangkutan.
o Kebersihan dan kondisi karat.
Pembengkokan harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan gerakan yang
lambat dan teratur. Pemanasan batang untuk memudahkan pembengkokan hanya
boleh dilakukan dengan persetujuan direksi pekerjaan. Ukuran yang ditentukan
harus dipenuhi, dengan toleransi tertentu.
Karat permukaan yang ringan atau cacat ringan tidak merupakan masalah
sehubungan dengan pelekatan pada beton. Akan tetapi karat permukaan yang
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-24
berat, seperti yang diakibatkan oleh penumpukan pada tanah untuk jangka waktu
lama, harus dihilangkan sebelum dipakai. Batang dengan karat yang parah dan
dalam tidak boleh dipakai.
Tanggung jawab atas cukupnya selimut. beton pada baja terletak pada konsuttan
supervisi. Spesifikasi teknik cukup jelas dalam hal ini, dan pihak konsultan supervisi
harus memeriksa aspek konstruksi beton.
Kontraktor tidak diperbolehkan melakukan pengecoran beton sebelum diadakan
suatu pemeriksaan pra-pengecoran yang lengkap, sampai segala kelemahan dilihat
dan diperbaiki serta persetujuan direksi pekerjaan diperoleh untuk berlangsungnya
pengecoran.
Penulangan harus ditempatkan dan diikat sehingga :
o Selimut beton minimum yang disyaratkan, dihasilkan pada semua muka.
o Batang tulangan tidak akan tergeser oleh pekerja yang berjalan di atas baja,
atau oleh pengecoran beton dan kegiatan pemadatan.
o Batang tulangan tidak akan berpindah tempat oleh pengapungan dari
pembentuk rongga
o Jarak antara (spacing) dan posisi batang tulangan dapat dipenuhi.
Kawat pengikat harus berdiameter sekitar 1 ,6 mm. Biasanya tidak perlu mengikat
tiap titik pertemuan penulangan, tiap dua titik pertemuan biasanya sudah cukup.
Dudukan batang-tulangan (bar chair) dengan penutup (cap), ataupun tanpa
penutup, atau yang terbuat dari kawat hanya boleh dipakai pada beton yang telah
dicor, dan bukan terhadap permukaan yang terbuka terhadap cuaca atau air tanah.
Sebaiknya pemakaian dudukan tersebut dihindari, jika mungkin.
Jika tulangan akan tertanam sebagian dalam beton, Kontraktor harus memastikan
bahwa terdapat cukup ruang di sekitar batang yang akan ditanam pada pengecoran
kemudian, agar beton dapat menutupi batang secara penuh. Hal ini penting pada
tulangan melintang dan seringkali merupakan masalah pada pengecoran dinding
dan kereb.
Penggunaan pengelasan titik untuk mengencangkan tulangan harus sesedikit
mungkin, atau lebih baik dihindari sama sekali. Cara ini harus mendapat
persetujuan direksi pekerjaan terlebih dahulu.
Akan tetapi pengelasan titik seringkali dapat memudahkan pemasangan, misalnya
pada prefabrikasi jalinan (cage) tulangan yang besar. Dalam hal demikian-jika
pengelasan disetujui las harus digunakan pada daerah tegangan rendah dari
batang yang jauh dari pembengkokan, dan dilakukan oleh operator las yang
berkualifikasi, dan sesuai persyaratan ANSI/AWS D1.4 Peraturan Pengelasan
Bangunan - Baja Penulangan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-25
4. Pengecoran Beton
Pada waktu beton dicor harus dijamin bahwa :
Acuan dan penulangan tidak rusak atau berpindah tempat, dan
Beton tidak terpisah (segregasi)
Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu
pelaksanaan pengecoran :
Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika
perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan dengan
membuaf beton mengalir.
Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih karena
dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus sekecil
mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran jatuh.
Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila
permukaannya miring.
Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan
menjauhinya.
Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan
sebelum penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu
pekerjaan yang menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.
Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,
jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan. Pada
.pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai ketebalan
300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.
Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,
seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi
sambungan.
Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika tidak,
permukaan semen akan tercuci oleh hujan.
Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat
sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan
permukaan miring.
a. Pengecoran beton di bawah air
Beton dapat dicor di bawah air dengan pemompaan atau menggunakan tremie
(lihat Gambar 4.16).
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-26
Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150-300 mm dengan hopper dipuncak
dan katup atau alat lain di dasarnya yang mencegah air sekitarnya bercampur
dengan beton pada pengecoran awal. Dasar pipa harus terletak pada pondasi pada
waktu pengecoran awal dilakukan dan pipa serta hopper harus sepenuhnya terisi
oleh beton sebelum katup dasar dibuka untuk pengecoran pertama beton. Ujung
bawah tremie harus selalu berada di bawah permukaan beton yang makin meninggi
setiap saat.
Tremie harus mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam arah
lateral dan vertikal serta harus dapat diturunkan dengan cepat tiap saat untuk
mengurangi tingkat pengecoran beton. Aliran beton dapat diatur dengan
menyesuaikan kedalaman di mana ujung cor diletakan di bawah permukaan beton
yang sudah dicor.
Beton tremie harus dicor secara kontinue. Bila terhenti atau dasar tremie secara
tidak sengaja naik di atas permukaan beton, pengecoran harus dihentikan. Beton
kurang baik yang terdapat pada bagian atas pengecoran harus dibuang, setelah
mengeras, sebelum dilakukan pengecoran tambahan di atasnya. Hal ini
memerlukan tenaga penyelam di tempat yang tidak dapat dikeringkan. Untuk beton
tremie dibutuhkan campuran kaya semen (biasanya beton mutu K225) dengan
slump kira-kira 180 mm. Slump tinggi ini perlu untuk memudahkan aliran beton
dalam tremie dan mengisi acuan dengan penuh, terutama melalui penulangan yang
ada. Penggetaran tidak boleh dilakukan karena dapat mengakibatkan pemisahan
dalam beton atau bercampurnya beton kurang baik di atas, yang masih
berhubungan dengan air.
Lapisan atas beton yang dicor dengan pipa tremie di bawah air biasanya bermutu
rendah dan harus dibuang dengan cara menghancurkan beton padat, setelah
kering, sebelum pengecoran diteruskan.
Di mana beton harus dicor pada pondasi yang tertutup air dangkal, pengecoran
dimulai pada salah satu sudut dan air dipindahkan oleh muka beton yang semakin
maju.
Jika air mengalir melalui pondasi, air harus dialihkan atau pondasi dipenuhi dan
diperlakukan sebagai pengecoran di bawah air. Cara yang berhasil untuk
menyalurkan aliran melalui dasar adalah memasang pipa pada celah dan
menyalurkan pipa melalui sisi pondasi.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-27
Gambar 4.16 - Pengecoran Dibawah Air
5. Pemadatan Beton
Hanya pekerja berpengalaman yang dapat menggunakan penggetar.
Pengawasan ketat dan instruksi yang jelas harus diberikan pada operator.
Mungkin perlu memberi pelatihan khusus bagi operator penggetar.
Hal-hal berikut harus diperhatikan:
Pemilihan ukuran penggetar yang sesuai dengan pekerjaan. Terlalu kecil
mungkin kurang efektif; bila terlalu besar dapat mencegah penetrasi efektif
pada tempat dengan penulangan yang rapat.
"Jari-jari pengaruh" vibrator berdiameter 60 mm dalam kondisi kerja yang
baik hanya sekitar 300 mm. Jadi harus ditempatkan dengan jarak antara
(spacing) kurang dari 600 mm untuk menjamin pemadatan penuh.
Hindari kerusakan pada acuan kayu. Vibrator dapat dilengkapi dengan topi
(penutup) karet untuk mengurangi kerusakan pada acuan tetapi pencegahan
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-28
paling baik adalah mempekerjakan operator yang berpengalaman dalam
penggunaan vibrator.
Getaran akan melepaskan ikatan acuan dan alat pengikat lainnya. Kontra
mur dan pasak pengaman dipakai untuk mencegah hal demikian. Pada
waktu pengecoran beton satu atau dua pekerja harus memeriksa acuan
secara menerus (kontinu) untuk tanda-tanda bahaya, pergerakan, bocoran
dsb. Mesin Vibrator kecil berbahan bakar bensin harus dicegah terguling
dengan mengikat atau cara lain.
Kepala Penggetar harus dimasukan secara vertikal, dipegang selama 10
hingga 20 detik sampai gelembung udara hilang, kemudian diangkat keluar
dengan perlahan.
Pada waktu mengecor secara berlapis, penggetar harus menembus kira-kira
150 mm dalam lapisan sebelumnya untuk memastikan sambungan yang
baik antara lapisan yang berdekatan.
Penggetar cadangan (vibrator standby), dalam kondisi dapat bekerja, harus
siap dipakai jika ada penggetar yang rusak.
Cara-cara pemadatan biasa terdiri atas pemadat batang, pengetokan dan
penyekopan dengan alat yang memadai. Cara pemadatan ini biasanya lebih
rendah mutunya dari pada pemadatan yang diperoleh dengan penggetar
(vibrator).
Meskipun pemadatan dengan tangan dapat menghasilkan hasil yang
memuaskan untuk tujuan-tujuan tertentu, pemakaian vibrator memungkinkan
penggunaan campuran yang lebih kering, dan menghasilkan kekuatan lebih
tinggi dan pengurangan penyusutan untuk proporsi campuran tertentu.
Jenis vibrator ini dapat digerakkan secara mekanis, listrik atau dengan
tekanan udara (pneumatic). Vibrator pneumatic mempunyai gerakan yang
aman dan fleksibel, tetapi bila motor udara kompresi relatif tidak efisien dan
mahal pemeliharaannya, mungkin tidak ekonomis kecuali bila kompresor
sedang dipakai ditempat lain juga. Motor listrik beroperasi dengan
kecepatan konstan dan mudah dibawa, tetapi memerlukan penyediaan listrik
yang memadai dan dapat diandalkan.
Vibrator dalam (kadang-kadang disebut sebagai vibrator internal atau poker)
mungkin merupakan jenis vibrator yang paling efisien karena menggetar
beton secara langsung. Vibrator ini tersedia dengan diameter kepala
berukuran antara 25 mm hingga 150 mm, kepala berdiameter 25 mm paling
sesuai untuk bagian-bagian dengan penulangan, sedang kepala berukuran
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-29
60 - 70 mm merupakan jenis yang paling umum yang dapat dipakai untuk
segala keperluan.
Getaran ditimbulkan dari tangkai (shaft) eksentris yang berputar di dalam
kepala vibrator. Vibrator harus diperiksa secara teratur dengan peralatan
khusus atau dengan membandingkan keefektifannya pada beton di samping
vibrator yang telah diketahui memuaskan.
Penggetaran beton harus dilakukan secara sistematis. Beton harus dituang
menurut lapisan-lapisan tipis dan vibrator diperbolehkan menembus tiap lapis
secara menyeluruh. Kepala vibrator harus dimasukkan secara vertikal pada
titik-titik yang berjarak antara 500 mm, dan kemudian ditarik dengan perlahan
untuk menutup lubang yang terjadi oleh vibrator. Lama penggetaran pada titik
manapun tidak boleh melewati saat di mana adukan mulai mengumpul pada
permukaan, biasanya 5 hingga 15 detik. Sebagai aturan umum, vibrator tidak
boleh mendekati acuan lebih dekat dari 100 mm, untuk mendapatkan
penampilan seragam. Bila mengenai acuan, suatu goresan dapat terjadi dan
acuan dapat rusak. Pada bagian-bagian tipis, pemadatan diperoieh dengan
memakai vibrator secara miring atau mendatar.
Vibrator acuan atau vibrator luar, dipasang dengan kencang pada bagian luar
acuan menggunakan klem, dan memberi oskilasi atau gerakan bergoyang
pada acuan. Bentuk vibrator ini sesuai untuk bagian yang kecil atau sempit
dan bagian dengan banyak penulangan di mana sulit untuk memasukkan
vibrator dalam. Seringkali vibrator ini dipakai bersamaan dengan vibrator
poker untuk suatu derajat ketelitian pemadatan dan penyelesaian permukaan
yang baik dan padat.
Vibrator acuan lebih banyak memakai energi daripada vibrator dalam,
karena energi diserap oleh acuan.
Acuan harus sangat kaku sehingga dapat menahan oskilasi, dan sudut-
sudut harus sangat rapat untuk mencegah hilangnya adukan semen.
Penggunaan vibrator acuan biasanya dibatasi untuk acuan baja.
Beton harus dicor secara menerus (kontinue) menurut lapisan-lapisan tipis
(dengan ketebalan sekitar 500 mm) pada waktu acuan tetap digetarkan.
Dengan cara ini, lubang-lubang udara dapat dihilangkan pada saat beton
bertambah tinggi. Untuk menjamin bahwa beton mempunyai kontak yang
cukup dengan acuan samping dekat puncak ketinggian, disarankan untuk
menggunakan vibrator dalam untuk 500 mm paling atas bila ruangannya
mengijinkan.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-30
6. Penyelesaian Permukaan Beton
Efisiensi dari proses pemeriksaan akan dinilai dari kondisi dan toleransi permukaan akhir
yang seharusnya bebas dari retak permukaan dan tidak mempunyai perbedaan tekstur
serta warna yang tampak jelas.
Untuk mendapatkan suatu permukaan beton tanpa acuan yang memuaskan perlu
diperhatikan hal-hal tersebut :
campuran beton yang diproporsi dengan baik
cara-cara pengadukan, dan pengecoran yang memadai akan memperkecil
pemisahan bahan beton
pemadatan yang memadai
teknik-teknik penyelesaian yang terkendali
perawatan yang memadai
Campuran beton harus sedemikian sehingga terdapat butir halus (semen dan pasir)
dalam jumlah secukupnya untuk memungkinkan penyerapan adukan sampai
permukaan dengan penggetaran dan sedikit usaha dengan memakai peralatan. Terlalu
banyak butir halus akan membuat penyelesaian yang lebih mudah tetapi akan
menimbulkan crazing permukaan, selain lebih mahal daripada campuran yang
proposinya baik. Terlalu banyak air dalam campuran (slump tinggi) akan menimbulkan
keterlambatan penyelesaian, selain menghasilkan lapisan adukan permukaan yang
lemah, sehingga mengakibatkan permukaan berdebu dan crazed yang mudah aus
serta terkikis (abrasi).
7. Perawatan Beton
Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta dirawat dengan
memadai, sesuai dengan Spesifikasi Teknik.
Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban di dalam beton pada waktu semen
berhidrasi, dan oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur yang diinginkan
dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan untuk ketahanannya.
Permukaan beton yang tidak dirawat akan terkikis lebih cepat dari pada yang dirawat,
dan dalam lingkungan agresif, permeabilitas tinggi dapat menyebabkan berkaratnya
penulangan. Perawatan yang kurang dapat menyebabkan pula penyusutan beton yang
lebih banyak.
Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap aus dan
stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama terdapat kondisi yang
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-31
memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen. Peningkatan itu berlangsung dengan
cepat pada umur awal tetapi berlanjut dengan lebih lambat untuk suatu masa yang
tidak dapat ditentukan.
Dua kondisi diperlukan:
adanya kelembaban
suhu yang memadai
Penguapan air beton yang baru dicor menyebabkan berhentinya proses hidrasi.
Kehilangan air juga dapat menyebabkan beton menyusut, sehingga menyebabkan
tegangan tarik pada permukaan yang mengering. Jika tegangan tersebut terjadi
sebelum beton memperoleh kekuatan yang cukup, dapat terjadi retakan pada
permukaan.
Perawatan dapat dilakukan dengan cara:
Penggenangan
Penyemprotan
Penutup Basah
Penutup Yang Kedap Air
Campuran (Compound) Perawatan
Acuan yang ditinggal di tempat
Perawatan Uap
Waktu yang diperlukan untuk melindungi beton terhadap kehilangan kelembaban
tergantung pada jenis semen, proporsi campuran, kekuatan yang diperlukan, bentuk
dan ukuran dari massa beton, cuaca dan kondisi penampilan yang akan datang. Masa
ini dapat berlangsung selama sebulan atau lebih untuk campuran beton kurus yang
dipakai untuk bangunan seperti bendung; sebaliknya, mungkin berlangsung hanya
beberapa hari untuk campuran yang lebih kaya, terutama bila semen kekuatan awal
tinggi dipakai. Oleh karena semua sifat beton yang diinginkan dapat ditingkatkan
melalui perawatan, masa perawatan harus selama mungkin yang dapat dilaksanakan
dalam setiap kasus.
Oleh karena tingkat kecepatan hidrasi dipengaruhi oleh komposisi semen serta
kehalusan, masa perawatan harus diperpanjang untuk beton yang dibuat dengan
semen yang berkarakteristik penambahan kekuatan lambat.
Untuk kebanyakan kegunaan struktural, masa perawatan untuk beton yang dicor di
tempat adalah biasanya tiga hari hingga dua minggu, tergantung pada kondisi yang
ada, yaitu suhu, jenis semen, proporsi campuran. Masa persyaratan paling lazim
adalah 7 hari.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-32
4.3.4 BANGUNAN ATAS
Bagian ini menjelaskan berbagai cara pemasangan untuk jembatan rangka permanen.
Metoda-metoda ini pada dasarnya dijelaskan dalam Manual Pemasangan. Kebanyakan
informasi berikut didasarkan dari "Buku Pegangan Pengawas Jembatan" yang
dipersiapkan untuk Direktorat Jenderal Bina Marga untuk pemasangan jembatan rangka
baja.
1. Metoda Perancah
Metoda ini mungkin paling biasa dan dapat digunakan untuk struktur bentang tunggal
ataupun lebih dari satu bentang (multi). Penyangga sementara digunakan sewaktu
bangunan atas sedang dirakit. Mereka ditempatkan pada dasar sungai antara
bangunan bawah seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.17
Perancah harus dibongkar setelah pemasangan selesai dan sebelum pengecoran
lantai beton. Ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut sesuai yang
direncanakan ketika lantai selesai di cor.
Gambar 4.17 - Pemasangan di atas Perancah
Peralatan pemasangan berikut ini diperlukan dengan rangka baja utama :
Manual Pemasangan
Gambar-gambar rencana pemasangan
Dongkrak Hidrolik kapasitas 25, 100 dan 150 ton
Kotak Peralatan (guna merakit pekerjaan baja dan alat penghubung).
Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor harus menyediakan dan
memasang item-item sebagai berikut :
Material untuk menopang perancah
Paling sedikit 2 (dua) tackle untuk menaikkan komponen-komponen pada posisinya
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-33
Peralatan untuk menarik komponen-komponen baja dari tebing keatas perancah
Pelat Dongkrak dan kayu pengisi digunakan dalam penurunan bentang
Landasan kayu sementara
2. Metoda Kantilever Sebagian Demi Sebagian
Pemasangan kantilever sebagian demi sebagian terdiri dari penyetelan berurutan dari
suatu bentang jembatan rangka dari satu kepala jembatan atau pilar ke kepala
jembatan dan pilar diseberang, dengan menambah dan memasang sampai mencapai
komponen-komponen mencapai peletakan di seberang. Prosedur kantilever statis ini
memerlukan suatu bentang angker dan baja penghubung.
Perancah tidak diperlukan dan jalan untuk memasang komponen selanjutnya dapat
dilakukan dengan mempergunakan bagian-bagian rangka baja yang telah terpasang.
Metoda pemasangan umum ditunjukkan pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18 - Konstruksi Kantilever Dipasang Sebagian Demi Sebagian
Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :
Petunjuk Pemasangan
Gambar Rencana Konstruksi
Bentang rangka angker
Peralatan penyambung pemasangan (linking steel) termasuk besi penguat untuk
batang tepi bila diperlukan
Peralatan penguat beban imbangan (kentledge brace kit)
Dongkrak Hidrolik yang kapasitas 25, 100 dan 150 ton
Kit peralatan (untuk menyetel semua pekerjaan baja dan alat. penyambung).
Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, kontraktor perlu menyediakan dan
memasang item-item sebagai berikut :
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-34
Kerangka penyokong atau krib kayu sebagai bantalan sementara pada pelat
landasan bentang permanen (kentledge platform)
Panggung beban imbangan (kentledge) untuk ujung akhir bentangan rangka
angker.
Bahan-bahan yang sesuai untuk counter weight. Sebagai contoh kantong-kantong
pasir dalam karung, blok beton, komponen-komponen baja, batuan dan
sebagainya, tetapi apapun yang digunakan harus diketahui beratnya.
Pelat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada penurunan bentang.
Peralatan penarikan komponen-komponen baja dari pinggir menyeberangi dengan
alat pengangkat untuk memasang komponen-komponen pada tempatnya.
Landasan kayu sementara.
3. Peluncuran Bentang Tunggal
Dengan metoda pemasangan ini, bentang rangka dirakit secara lengkap pada tebing
dan didorong keluar pada posisinya dengan menggunakan bentang angker dan beban
imbangan (counter weight). Tidak diperlukan perancah pada penyeberangan karena
bentang didesain untuk kantilever penuh.
Metoda ini cocok untuk bentang tunggal atau bentang pertama dari jembatan bentang
banyak. Ini khusus cocok untuk tempat-tempat jembatan bentang tunggal yang tidak
dapat dipasang di atas perancah.
Tidak semua tempat jembatan sesuai untuk sistem ini karena diperlukan suatu daerah
pemasangan yang lebih panjang pada tebing dimana peluncuran dilaksanakan,
dibandingkan dengan metoda kantilever sebagian demi sebagian dimana tidak
diperlukan tempat pemasangan di atas tebing sungai selain daripada yang telah
ditentukan sebelumnya untuk pemasangan bentang angker. Tempat tambahan pada
oprit perlu untuk peluncuran panjang bentang tunggal dikarenakan perlunya rel untuk
peluncuran yang harus dibuat untuk menampung bentang utama dan bentang angker.
Tempat yang diperlukan pada tebing sungai tergantung pada panjang bentang utama
dan bentang angker ditambah tempat untuk bekerja disekeliling bentang.
Gambar 4.19. - Konstruksi untuk Peluncuran Bentang Tunggal
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-35
Tergantung dari panjangnya bentang yang sedang dibangun dan panjangnya bentang
angker, mungkin diperlukan untuk menambah beban pengimbang (counter weight) untuk
melawan guling dari bentang kantilever.
Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :
Petunjuk pemasangan
Gambar rencana konstruksi
Bentang rangka angker (anchor truss span)
Kit penghubung pemasangan (linking steel)
Kit penguat kentledge (kentledge bracing kit)
Balok peluncuran dengan rol depan dan belakang
Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja) .
Sebagai tambahan peralatan di atas, Kontraktor perlu memasok dan memasang item
item sebagai berikut :
Lintasan untuk roller yang diletakkan diatas balok beton atau baja pada ujung akhir
bentang untuk tempat peluncuran.
Bantalan dongkrak beton dibelakang kepala jembatan.
Kerekan-kerekan untuk penarikan dan penahan
Panggung beban pengimbang (kentledge) untuk ujung akhir bentangan rangka
angker.
Bahan-bahan yang cocok untuk beban pengimbang (counter weight). Sebagai contoh
pasir yang dibungkus karung, blok beton, komponen-komponen baja, batuan dan
lain-lain. Tetapi apapun yang digunakan harus diketahui beratnya.
Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan pada operasi pekerjaan
penurunan.
Peralatan penarik komponen-komponen baja dari tebing menyeberangi sungai dan
mengangkat pada posisinya.
Landasan kayu sementara.
Gambar 4.20.- Peluncuran Bentang Tunggal
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-36
4. Metoda Kombinasi
Ada beberapa alternatip (pilihan) kombinasi-kombinasi dari kemungkinan metoda-
metoda pemasangan ini, walaupun ini jarang dipakai.
Ada kemungkinan untuk memasang bagian-bagian dari bentang di atas perancah dan
kemudian dengan sistem kantilever sisa bagian dari bentang, menggunakan beban
pengimbang (counter weight) untuk menjaga kestabilan. Juga dimungkinkan untuk
meluncurkan sebagian dan memasang sebagian dengan menggunakan konstruksi
kantilever bagian demi bagian.
5. Kantilever Sebagian Demi Sebagian
Bentang-bentang Jembatan Rangka permanen khusus serlng digunakan sebagai
bagian dari pembangunan jembatan bentang menerus menyeberangi sungai yang lebar
dan dipadati lalu-lintas, dimana penggunaan perancah untuk membangun bentang
utama tak mungkin.
Jembatan rangka khusus ini telah dirancang untuk dipasang dengan menggunakan
metoda kantilever sebagian demi sebagian seperti ditunjukKan pada Gambar 4.21.
Seperti diterangkan diatas, metoda pemasangannya berbeda dengan metode yang
digunakan untuk jembatan rangka permanen dengan bentang lebih pendek. Beban
mati dari komponen-komponen seri H yang lebih berat tidak memungkinkan
pelaksanaan kantilever hanya dari satu ujung. Karenanya rangka dipasang dengan
metoda kantilever setengah bentang, yaitu dengan memajukan pada saat yang sama
kedua akhir ujung bentang dan bertemu ditengah-tengah bentang. Masing-masing
setengah bentang dihubungkan kembali menjadi rangka seri L, apakah sebagai
bentang angker atau sebagai bagian dari bangunan permanen. Perlu dicatat bahwa
bentang seri M atau S tidak dapat digunakan sebagai bentang angker untuk jembatan
jenis ini karena komponen-komponen jembatan tidak cukup berat untuk menerima
tegangan yang terjadi selama pelaksanaan. konsep umum dapat dilihat pada Gambar
4.22.
Sewaktu kedua bentang berternu ditengah-tengah, ujung akhir dari setengah bentang
didongkrak keatas (dan ke samping bila perlu) untuk memungkinkan susunan batang
tengah dan diagonal disetel untuk dipasang pada sambungan ditengah bentang.
Bentang kemudian didongkrak turun diatas penyangga sementara, sampai lantai beton
sudah dicor kemudian bentang diletakkan pada landasan-landasan permanen.
Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-37
Gambar 4.21. - Konstruksi Kantilever Bagian Demi Bagian
Gambar 4.22. - Konstruksi Kantilever Setengah Bentang
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-1
BAB V
KETENTUAN DOKUMEN KONTRAK LAINNYA
5.1 PENGAWASAN WAKTU PELAKSANAAN
Dalam rangka pengendalian waktu pelaksanaan, ketentuan syarat-syarat kontrak adalah
sebagai berikut:
1. Pengguna jasa wajib menyerahkan seluruh/sebagian lapangan pekerjaan kepada
penyedia jasa sebelum diterbitkannya surat perintah mulai kerja.
2. Sebelum penyerahan lapangan, pengguna jasa bersama-sama penyedia jasa melakukan
pemeriksaan lapangan berikut bangunan, bangunan pelengkap dan seluruh aset milik
pengguna jasa yang akan menjadi tanggungjawab penyedia jasa, untuk dimanfaatkan,
dijaga dan dipelihara.
3. Hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam berita acara serah terima lapangan yang
ditandatangani kedua belah pihak.
4. Pengguna jasa harus sudah menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari sejak penandatanganan kontrak, setelah dilakukan
penyerahan lapangan.
5. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang
akan dinyatakan penyedia jasa dalam pernyataan dimulainya pekerjaan.
6. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-syarat
khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK.
7. Pengguna jasa harus menerbitkan SPMK selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari
sejak tanggal penandatanganan kontrak.
8. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak diterbitkan SPMK, yaitu antara lain mendatangkan peralatan berat, kendaraan,
alat laboratorium, menyiapkan fasilitas kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel,
gudang, dan mendatangkan personil. Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
9. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila penyedia jasa telah melaksanakan pekerjaan
selesai 100% (seratus persen) sesuai ketentuan kontrak dan telah dinyatakan dalam
berita acara penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan oleh direksi pekerjaan.
10. Apabila penyedia jasa berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal
karena keadaan di luar pengendaliannya dan penyedia jasa telah melaporkan kejadian
tersebut kepada pengguna jasa, maka pengguna jasa melakukan penjadwalan kembali
pelaksanaan tugas penyedia jasa dengan amandemen kontrak.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-2
Kontraktor wajib menyampaikan jadwal pelaksanaan dan program mobilisasi kepada direksi
pekerjaan untuk disetujui dan digunakan sebagai alat untuk pengawasan waktu pelaksanaan
setiap kegiatan pekerjaan jembatan.
Direksi pekerjaan perlu melakukan penelitian usulan jadwal pelaksanaan secara seksama
apakah jadwal pelaksanaan tersebut telah disusun secara logis sesuai dengan kondisi
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
5.1.1 JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi (atau para pejabat terkait di atasnya),
kontraktor dan konsultan untuk :
Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan
Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga
Mendukung pengalokasian anggaran biaya
Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan
pekerjaan
Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi
Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari pengajuan
penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek
perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis / cara penjadwalan.
Untuk dapat menyiapkan construction schedule, maka ditinjau dari aspek perencanaan
perlu dilakukan penyiapan tata cara kerja yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
Melakukan penelaahan awal dokumen kontrak
Melakukan penelitian lapangan secara rinci untuk menguji lokasi,sumber daya yang
tersedia dan menentukan tingkat kesulitan yang terkait pada pekerjaan yang akn
dilaksanakan
Melakukan pengkajian daftar kuantitas secara rinci
Melakukan pengkajian gambar rencana secara rinci
Menguji spesifikasi
Menguji syarat-syarat kontrak
Menganalisa pekerjaan yang diperlukan untuk setiap kegiatan
Menentukan urutan pekerjaan
Menentukan biaya proyek
Langkah-langkah di atas kemudian ditindaklanjuti dengan membuat analisa terhadap hal-hal
berikut :
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-3
Urutan setiap kegiatan
Metoda kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan
Sumber daya yang diperlukan
Resiko yang terkait
Biaya sebenarnya untuk menyelesaikan setiap kegiatan
Nilai pekerjaan yang diselesaikan.
Setelah menyelesaikan analisa di atas, kontraktor perlu membuat beberapa jadual dasar
sebagai jadwal perencanaan kerja, yang nantinya di dalam pelaksanaan konstruksi biasanya
memerlukan perubahan-perubahan diseuaikan dengan kondisi lapangan :
Jadwal kegiatan, yang menentukan secara jelas kerangka waktu untuk setiap jenis
pekerjaan.
Jadwal sumber daya, yang menentukan secara jelas rencana ketersediaan tenaga kerja,
peralatan dan bahan.
Jadwal kemajuan keuangan – kurva S, yang menentukan secara jelas rencana kemajuan
pekerjaan dan keuangan proyek.
Jadwal cash flow keuangan, yang menentukan keadaan pemasukan dan pengeluaran
uang.
Ada beberapa jenis jadwal yang dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek
antara lain sebagai berikut :
Critical Path Method (Metoda Lintasan Kritis)
Bar Charts – basic and linked (Diagram Balok – asli dan terkait)
Financial Progress Schedule – S Curve (Jadwal Kemajuan Keuangan – Kurva S)
1. Critical Path Method (CPM)
Critical Path Method adalah suatu jenis jadwal atau network planning yang dapat
digunakan untuk menyajikan construction schedule dalam urutan-urutan kegiatan
maupun ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lain, yang dilengkapi dengan
rencana “durasi” kapan suatu kegiatan paling awal dapat dikerjakan dan kapan waktu
paling akhir dari kegiatan tersebut harus dikerjakan, agar seluruh kegiatan yang
merupakan komponen dari suatu pekerjaan dapat dikendalikan dari awal sampai akhir.
Di dalam network planning yang merupakan jaringan lintasan kegiatan yang saling
tergantung satu sama lain tersebut bisa terdapat satu atau lebih lintasan kritis yang
menggambarkan bahwa kegiatan pada lintasan kritis tersebut harus diawali dan diakhiri
tepat waktu, sebab apabila meleset pelaksanaannya akan menunda penyelesaian
proyek.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-4
Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penggunaan Critical Path Method untuk
keperluan menyiapkan suatu network planning :
A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya
= Event
NE = No. of Event EET = Earliest Event Time LET = Latest Event Time
Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu (duration) tertentu
Kegiatan di lintasan kritis (critical path) Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap sebagai kegiatan yang tidak membutuhkan waktu
Contoh sederhana network planning di atas menggambarkan ada 6 kegiatan yaitu
kegiatan A, B, C, D, E, dan F dengan durasi masing-masing kegiatan serta saling
ketergantungannya sebagai tersebut dalam tabel di bawah. Dalam tabel di bawah
juga digambarkan perhitungan untuk menentukan lintasan kritis, yang di dalam
Network Planning digambarkan sebagai kegiatan yang menghubungkan antar event
yang mempunyai EET = LET, yaitu kegiatan B, E dan F.
0 1 0
15 3 15
50 5 50
33 4 33
14 2 17
EET
LET
B(15)
A(14) D(16)
E(18)
F(17) C(0)
NE
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-5
Dari lintasan kritis B, E, dan F di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di lintasan kritis tidak
boleh dilampaui sebab apabila dilampaui akan mengakibatkan tertundanya
penyelesian pekerjaan.
Controlling secara ketat harus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di lintasan kritis
agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda.
Sementara kelonggaran waktu yang terdapat pada kegiatan lain (dalam kasus di atas
adalah kegiatan A dan D) dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga,
peralatan, bahan, dan barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan
B, E, dan F.
Permasalahan yang kita hadapi adalah bagaimana dengan manajemen
penyelenggaraan proyek jalan dan jembatan, apakah memerlukan network planning
berupa Critical Path Method seperti di atas ? Perlu kita ketahui bahwa proyek jalan dan
jembatan terdiri dari proyek-proyek tahunan dan proyek-proyek “multi year”. Pengalaman
selama ini menunjukkan bahwa jarang ada pelaku proyek jalan dan jembatan yang
memanfaatkan Critical Path Method sebagai salah satu cara untuk mengendalikan
pelaksanaan proyek, namun fakta menunjukkan bahwa cukup banyak proyek-proyek
jalan dan jembatan yang tidak selesai tepat waktu (memerlukan perpanjangan waktu
pelaksanaan konstruksi) baik pada proyek-proyek tahunan maupun multi year.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari ketidakmampuan kontraktor di
lapangan sampai ketidakjelasan kemampuan pemberi pekerjaan menyediakan alokasi
dana yang diperlukan untuk membiayai proyek sebagai akibat dari berbagai perubahan
di sektor ekonomi.
Data Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis
Kegiatan Event EET + Durasi pada Event No.
Kegiatan Durasi Yang No. Terendah Tertinggi EET LET
(Hari) Mendahului (Hari) (Hari) (Hari) (Hari)
1 - - 0 0
A 14 Tidak ada - - - -
B 15 Tidak ada - - - -
2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17
C 0 A - - - -
D 16 A - - - -
3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15
E 18 B dan C - - - -
4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33
F 17 D dan E - - - -
Selesai 5 30+17=47 33+17=50 50 50
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-6
Terlepas dari penyebab-penyebab yang mempengaruhi jadual penyelesaian proyek,
nampaknya perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Dalam merencanakan construction schedule suatu proyek, kontraktor perlu secara
tajam mencari, dari sejumlah kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
menyelesaikan proyek, kegiatan-kegiatan mana yang potensial menjadi kritis. Jika
telah ditemukan jenis kegiatan di maksud, maka kontraktor perlu merinci kegiatan-
kegiatan tersebut ke dalam sub-sub kegiatan dan dari sub-sub kegiatan ini kemudian
dapat dibuat network planning berupa Critical Path Method.
Untuk proyek-proyek yang dikategorikan sebagai proyek crash program, barangkali
pilihan paling baik adalah dengan menambahkan Critical Path Method yang
menggambarkan network planning dari sejak mulai sampai berakhirnya proyek,
selain Bar Chart dan Jadwal Progres Keuangan – S Curve. Bisa jadi jika dibuat
Critical Path Method untuk proyek crash program, setiap lintasan yang tergambar
akan berupa lintasan kritis. Jika terjadi demikian maka kegiatan yang berupa lintasan
kritis tersebut perlu diurai lagi menjadi sub-sub kegiatan sehingga akan diketahui
sub-sub kegiatan mana yang memberikan kontribusi kritis bagi suatu kegiatan.
2. BAR CHARTS – BASIC AND LINKED
Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana,
menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 tipe yang dikenal yaitu
basic chart dan linked chart. Basic chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing
kegiatan yang berdiri sendiri, sedangkan linked chart menggambarkan bar chart untuk
masing-masing kegiatan yang dimulainya tergantung pada selesainya kegiatan lain. Jadi
pada link chart secara sederhana dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan
dengan kegiatan lain meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Jika hanya
mengandalkan bar chart, kita tidak akan pernah mengetahui kegiatan atau sub kegiatan
mana yang posisinya berada pada lintasan kritis, yang mengharuskan kita untuk
memberikan prioritas utama dalam ketepatan waktu pelaksanaannya karena
keterlambatan pelaksanaan akan menunda penyelesaian proyek.
Pada halaman selanjutnya digambarkan contoh bar chart dari proyek peningkatan jalan,
hanya diambil resumenya saja, tidak dirinci dalam sub-sub kegiatan yang
menggambarkan jenis-jenis kegiatan yang ada di dalam items pekerjaan.
3 4 3c
3b
3a
3 4
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-7
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-8
Bar chart yang dibuat untuk proyek-proyek jalan biasanya dilengkapi dengan no. pay
item sesuai dengan yang ada di dalam kontrak, nama kegiatan atau deskripsi kegiatan
menurut no. pay item, kuantitas pekerjaan menurut no. pay item dan waktu pelaksanaan
untuk masing-masing pay item. Di dalam contoh tidak digambarkan bar chart lengkap
berdasarkan pay item akan tetapi hanya digambarkan resume berdasarkan kelompok-
kelompok pay item.
3. FINANCIAL PROGRESS SCHEDULE – S CURVE
Financial Progress Schedule – S Curve merupakan suatu monthly construction schedule
yang menggambarkan rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif
dinyatakan dalam % terhadap total biaya proyek, selama construction period yaitu sejak
Commencement of Works (COW) sampai dengan Provisional Hand Over (PHO). S
Curve ini merupakan alat pengendali baik bagi kontraktor, konsultan pengawas maupun
pemilik pekerjaan (Pinbagpro, Pinpro atau para atasan Pinpro terkait). Oleh karena S
Curve itu menyangkut informasi pekerjaan yang berkaitan dengan pembayaran prestasi
pekerjaan maka di dalam S Curve tercatat :
No. pay item,
Deskripsi pay item,
Nama section yang berisi sejumlah pay item,
Kuantitas masing-masing pay item,
Harga satuan masing-masing pay item,
Total harga dari masing-masing pay item,
Rincian kebutuhan biaya bulanan masing-masing pay item dinyatakan dalam prosen
terhadap total biaya konstruksi
Dari total % rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah %
kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan mulai dari COW s/d PHO. Kurva
yang menghubungkan % kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan inilah
yang disebut Kurva S karena pada umumnya untuk suatu rencana pelaksanaan yang
normatif, kurva tersebut biasanya berbentuk huruf S. Dengan cara yang sama, sesuai
dengan realisasi pelaksanaan di lapangan dibuat kurva yang menghubungkan
realisasi bulanan di maksud sebagai alat pengendali.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-9
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-10
5.1.2 MOBILISASI
Pekerjaan mobilisasi meliputi:
Penyediaan tanah untuk keperluan base camp kontraktor dan kegiatan pelaksanaan
pekerjaan;
Pendatangan staf pelaksana dan pekerja untuk pelaksanaan pekerjaan;
Pendatangan dan pemasangan peralatan konstruksi di lapangan pekerjan;
Penyediaan dan pemeliharaan base camp kontraktor;
Penyediaan fasilitas pengendalian mutu termasuk,fasilitas laboratorium (bila perlu); dan
alat ukur;
Demobilisasi semua staf, pekerja, peralatan konstruksi dan base camp dari daerah kerja.
Mobilsasi harus dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari sejak diterbitkannya SPMK dan
harus diselesaikan dalam waktu 90 hari terhitung sejak tanggal mulainya pekerjaan, kecuali
fasilitas pengendalian mutu yang harus terpasang dan siap digunakan dalam waktu 45 hari.
Kontraktor harus menyerahkan program mobilisasi kepada direksi pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuannya dengan ketentuan sebagai berikut:
Program mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua kegiatan mobilisasi yang
ditentukan dalam spesifikasi teknis;
Program mobilisasi memuat tambahan informasi sebagai berikut:
o Lokasi base camp kontraktor (denah lokasi umum dan terinci dari: lokasi kantor,
bengkel, gudang dan peralatan konstruksi utama, dan laboratorium);
o Rencana pengiriman peralatan dengan menunjukkan lokasi asal peralatan yang
terdaftar dalam jadwal dalam penawaran, cara pengangkutan yang diusulkan, dan
jadwal kedatangannya.
o Kontraktor harus meminta persetujuan direksi pekerjaan atas setiap perubahan
jadwal pendatangan peralatan dan staf yang disampaikan dalam penawaran;
o Kontraktor harus membuat format bagan balok yang dapat memperlihatkan kemajuan
pekerjaan secara menyeluruh, dan diperlihatkan pula setiap kegiatan pekerjaan
mobilisasi utama serta kurva kemajuan pekerjaan (kurva-S).
Mobilisasi peralatan dan personil pelaksana dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan di lapangan.
Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan mobilisasi oleh kontraktor, maka kontraktor akan
dikenakan denda sebesar 1% nilai angsuran untuk setiap hari keterlambatan sampai batas
maksimum keterlambatan sebesar 50 hari.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-11
5.1.3 KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Syarat-syarat kontrak mengatur ketentuan mengenai keterlambatan dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai berikut:
Apabila kontraktor terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka pengguna
jasa harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang
kontrak kritis.
Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh pengguna jasa, maka
dikenakan ketentuan tentang kompensasi.
Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan terjadi karena keadaan kahar, maka
ketentuan tentang keterlambatan tersebut di atas tidak diberlakukan.
5.1.4 KONTRAK KRITIS
1. Kontrak dinyatakan kritis apabila:
Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% – 70% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 15% dari rencana;
Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana.
2. Penanganan kontrak kritis
Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM)
o Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat
peringatan kepada penyedia jasa dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.
o Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan kontraktor membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia jasa
dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam berita
acara SCM tingkat proyek.
o Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan
SCM tingkat atasan langsung yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu
tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat atasan
langsung.
o Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan
SCM tingkat atasan yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu tertentu (uji coba
ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat atasan.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-12
o Pada setiap uji coba yang gagal, pengguna jasa harus menerbitkan surat
peringatan kepada penyedia jasa atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan
pekerjaan.
o Apabila pada uji coba ketiga masih gagal, maka pengguna jasa dapat
menyelesaikan pekerjaan melalui kesepakatan tiga pihak atau memutuskan
kontrak secara sepihak dengan mengenyampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
Kesepakatan tiga pihak
o Kontraktor masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai ketentuan
kontrak.
o Pengguna jasa menetapkan pihak ketiga sebagai penyedia jasa yang akan
menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas usulan penyedia jasa.
o Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan harga satuan kontrak.
Dalam hal pihak ketiga mengusulkan harga satuan yang lebih tinggi dari harga
satuan kontrak, maka selisih harga menjadi tanggungjawab penyedia jasa.
o Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung.
o Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar pembuatan
amandemen kontrak.
5.2 PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus dilakukan sebagai
berikut:
1. Penyusunan program mutu
Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan disepakati oleh pengguna jasa
dan dapat direvisi sesuai kebutuhan.
Program mutu minimal berisi:
o Informasi pengadaan;
o Organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia jasa;
o Jadual pelaksanaan pekerjaan;
o Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
o Prosedur instruksi kerja;
o Pelaksana kerja.
Prosedur pelaksanaan dari setiap pekerjaan meliputi:
o Standar pekerjaan;
o Prosedur kerja;
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-13
o Daftar inspeksi;
o Persyaratan testing.
Prosedur instruksi kerja harus mencakup rincian minimal tentang:
o Urutan kegiatan pelaksanaan;
o Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan;
o Pemantauan proses kegiatan;
o Pemeliharaan yang diperlukan;
o Penilaian hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi.
2. Pengendalian mutu dan cacat mutu
Ada tiga tahap pengendalian mutu:
o Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu semen, aspal, dll);
o Pengendalian mutu bahan loan (campuran beton, campuran aspal, dll);
o Pengendalian mutu pekerjaan terpasang (timbunan tanah, pondasi beton, lapisan
campuran aspal panas, dll).
Pengendalian mutu wajib dilakukan oleh kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan
sesuai ketentuan spesifikasi teknis.
Direksi teknis wajib memeriksa pekerjaan kontraktor dan memberitahu kontraktor bila
terdapat cacat mutu dalam pekerjaan. Direksi teknis dapat memerintahkan kontraktor
untuk menguji hasil pekerjaan yang dianggap terdapat cacat mutu.
Apabila direksi teknis memerintahkan kontraktor untuk melaksanakan pengujian dan
ternyata pengujian memperlihatkan adanya cacat mutu, maka biaya pengujian dan
perbaikan menjadi tanggungjawab kontraktor. Apabila tidak ditemukan cacat mutu,
maka biaya pengujian dan perbaikan menjadi tanggungjawab pengguna jasa.
Setiap kali pemberitahuan cacat mutu, kontraktor harus segera memperbaiki dalam
waktu sesuai yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis.
Direksi pekerjaan dapat meminta pihak ketiga untuk memperbaiki cacat mutu bila
kontraktor tidak melaksanakannya dalam waktu masa perbaikan cacat mutu sesuai
yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis dengan biaya dibebankan
kepada kontraktor.
Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama pekerjaan dan selama
masa pemeliharaan. Penyerahan pertama pekerjaan dan masa pemeliharaan dapat
diperpanjang sampai cacat mutu selesai diperbaiki.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-14
5.3 PENGAWASAN KUANTITAS
Kuantitas hasil pekerjaan yang dihitung secara bersama antara direksi pekerjaan/direksi
teknis dengan kontraktor merupakan dasar untuk perhitungan nilai pembayaran atas hasil
pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor.
Pengawasan terhadap kuantitas adalah merupakan bagian dari tugas direksi pekerjaan
dalam mengendalikan biaya proyek sesuai dengan yang direncanakan.
Pengawasan atas kuantitas hasil pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor yang sekaligus
merupakan pengawasan terhadap pembayaran kepada kontraktor, dilakukan sebagai
berikut:
Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, direksi teknis
bersama-sama dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan kontraktor
melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan pengukuran dan
pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana mata pembayaran guna
menetapkan kuantitas awal.
Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila dalam
pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus dituangkan
dalam bentuk amandemen/adendum kontrak.
Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama terhadap setiap mata pembayaran harus
dilakukan oleh direksi teknis dan kontraktor setiap bulan selama periode pelaksanaan
kontrak untuk menetapkan kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan guna
pembayaran hasil pekerjaan setiap bulannya.
Cara pengukuran kuantitas hasil pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan
dilakukan sesuai ketentuan spesifikasi teknis.
Selain sebagai dasar untuk pembayaran hasil pekerjaan kepada kontraktor, hasil
perhitungan kuantitas hasil pekerjaan tersebut juga digunakan untuk menilai kemajuan
pelaksanaan.
Berdasarkan hasil perhitungan kuantitas tersebut, maka dilakukan penerbitan sertifikat
pembayaran dengan sistem sertifikat bulanan yang dilakukan sebagai berikut:
o Pada setiap tanggal 25 bulan yang bersangkutan, kontraktor mengajukan sertifikt
bulanan kepada direksi teknis dengan lampiran data pendukung (penentuan tanggal
pengajuan sertifikat bulanan dibahas/disepakati dama rapat pra pelaksanaan-
PCM/Pre-Construction Meeting)
o Direksi teknis harus menetapkan selambat-lambatnya 5 hari setelah diterimanya
sertifikat bulanan tersebut berikut kelengkapan data pendukungnya.
Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh pengguna jasa
apabila kontraktor telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-15
yang telah disetujui oleh direksi teknis dan pengguna jasa dalam waktu 7 hari harus
sudah mengajukan surat permintaan pembayaran.
Pembayaran prestasi hasil pekerjaan hanya dapat dilakukan senilai pekerjaan yang telah
terpasang, tidak termasuk bahan-bahan, alat-alat yang ada di lapangan.
Apabila terjadi ketidaksesuaian dalam perhitungan prestasi hasil pekerjaan, tidak akan
menjadi alasan untuk menunda pembayaran. Pengguna jasa dapat meminta kontraktor
untuk menyampaikan perhitungan prestasi sementara dengan mengenyampingkan hal-
hal yang sedang menjadi perselisihan dan besarnya tagihan yang dapat disetujui untuk
dibayar setinggi-tingginya sebesar 80% dari jumlah nilai tagihan.
Setiap pembayaran harus dipotong jaminan pemeliharan, angsuran uang muka, denda
(bila ada), dan pajak.
Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran kepada pengguna
jasa harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh sub kontraktor sesuai dengan
kemajuan pekerjaan.
Pembayaran terakhir sebesar 100% dari nilai kontrak hanya dilakukan setelah pekerjaan
selesai 100% dan kontraktor harus menyerahkabn jaminan pemeliharaan sebesar 5%
dari nilai kontrak setelah berita acara penyerahan pekerjaan pertama diterbitkan.
5.4 PERUBAHAN WAKTU, MUTU DAN KUANTITAS
1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan spesifikasi teknis dan gambar yang ditentukan dalam dokumen
kontrak, maka pengguna jasa bersama kontraktor dapat melakukan perubahan kontrak
yang meliputi antara lain:
a. Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
b. Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan/mata pembayaran;
c. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan.
2. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai harga yang
tercantum dalam kontrak awal.
3. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pengguna jasa secara tertulis kepada
kontraktor, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu
pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
4. Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan amandemen
kontrak.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-16
5.4.1 PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN
1. Apabila pengguna jasa menginginkan agar kontraktor menyelesaikan pekerjaan sebelum
rencana tanggal penyelesaian pekerjaan, maka direksi pekerjaan akan meminta usulan
biaya yang diperlukan oleh penyedia jasa untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan.
Bila pengguna jasa dapat menerima usulan biaya tersebut, maka rencana tanggal
penyelesaian pekerjaan dipercepat dan disahkan bersama oleh direksi pekerjaan dan
kontraktor.
2. Apabila pengguna jasa menerima usulan biaya untuk percepatan pelaksanaan
pekerjaan, maka usulan biaya tersebut ditambahkan dalam harga kontrak dan
diperlakukan sebagai perintah perubahan untuk diproses menjadi amandemen kontrak.
5.4.2 PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN
1. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pengguna jasa atas
pertimbangan yang layak dan wajar, yaitu untuk:
a. Pekerjaan tambah;
b. Perubahan disain;
c. Keterlambatan yang disebabkan oleh pengguna jasa;
d. Masalah yang timbul di luar kendali kontraktor;
e. Keadaan kahar.
2. Kontraktor mengusulkan secara tertulis perpanjangan waktu pelaksanaan dilengkapi
alasan dan data kepada pengguna jasa. Pengguna jasa menugaskan panitia peneliti
pelaksanaan kontrak dan direksi teknis untuk meneliti dan mengevaluasi usulan tersebut.
Hasil penelitian dan evaluasi dituangkan dalam berita acara dilengkapi dengan
rekomendasi dapat atau tidaknya diberi perpanjangan waktu.
3. Berdasarkan berita acara hasil penelitian dan evaluasi perpanjangan waktu pelaksanaan
dan rekomendasi, maka pengguna jasa dapat menyetujui/tidak menyetujui perpanjangan
waktu pelaksanaan.
4. Apabila perpanjangan waktu pelaksanaan disetujui, maka harus dituangkan di dalam
amandemen kontrak.
5. Perhitungan penyesuaian harga sesuai dengan ketentuan mengenai penyesuaian harga.
didasarkan atas ketentuan mengenai amandemen kontrak.
5.4.3 PERUBAHAN KUANTITAS DAN HARGA
1. Harga satuan dalam daftar kuantitas dan harga digunakan untuk membayar prestasi
pekerjaan.
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-17
2. Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan berubah lebih dari
10% (sepuluh persen) dari kuantitas awal, maka harga satuan pembayaran utama
tersebut disesuaikan dengan negosiasi.
3. Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka kontraktor harus menyerahkan analisa
harga satuannya kepada pengguna jasa. Penentuan harga satuan mata pembayaran
baru dilakukan dengan negosiasi berdasarkan analisa harga satuan tersebut dan harga
satuan dasar penawaran.
5.4.4 PEMBAYARAN UNTUK PERUBAHAN
1. Apabila diminta oleh pengguna jasa, penyedia jasa wajib mengajukan usulan biaya untuk
melaksanakan perintah perubahan.
2. Direksi teknis wajib menilai usulan biaya tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari.
3. Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga satuannya terdapat dalam daftar
kuantitas dan harga, dan apabila menurut pendapat direksi pekerjaan bahwa kuantitas
pekerjaan tidak melebihi 10% dari kuantitas awal atau waktu pelaksanaan tidak
mengakibatkan perubahan harga, maka harga satuan yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya perubahan.
4. Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam perintah perubahan tidak ada harga
satuannya dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar, maka usulan biaya dari
kontraktor merupakan harga satuan baru untuk perubahan pekerjaan yang
bersangkutan.
5. Apabila usulan biaya dari kontraktor dinilai tidak wajar, maka pengguna jasa
mengeluarkan perintah perubahan dengan mengubah harga kontrak berdasarkan harga
perkiraan pengguna jasa.
6. Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan biaya
serta negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan tersebut harus
dilaksanakan oleh kontraktor dan dan diberlakukan sebagai peristiwa kompensasi sesuai
ketentuan kontrak
7. Kontraktor tidak berhak menerima pembayaran tambahan untuk biaya-biaya yang
sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini.
5.4.5 AMANDEMEN KONTRAK
1. Amandemen kontrak harus dibuat bila terjadi perubahan kontrak.
Perubahan kontrak dapat terjadi apabila:
a. Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak
dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;
Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-18
b. Perubahan jadual pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan;
c. Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan dan perubahan
pelaksanaan pekerjaan.
d. Amandemen bisa dibuat apabila disetujui oleh para pihak yang membuat kontrak
tersebut.
2. Prosedur amandemen kontrak dilakukan sebagai berikut:
a. Pengguna jasa memberikan perintah tertulis kepada penyedia jasa untuk
melaksanakan perubahan kontrak, atau kontraktor mengusulkan perubahan kontrak;
b. Kontraktor harus memberikan tanggapan atas perintah perubahan dari pengguna
jasa dan mengusulkan perubahan harga (bila ada) selambat-lambatnya dalam
waktu 7 (tujuh) hari;
c. Atas usulan perubahan harga dilakukan negosiasi dan dibuat berita acara hasil
negosiasi;
d. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat amandemen kontrak.
Modul SEBC-02: Dokumen Kontrak Rangkuman
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) R-1
RANGKUMAN DOKUMEN KONTRAK
1. Seorang pengawas pelaksanaan pekerjaan jembatan dalam melaksanakan tugas
pengawasan harus memahami dan menguasai semua ketentuan yang mengatur
pelaksanan pekerjaan baik aspek teknis maupun aspek legal sebagaimana dimuat dalam
dokumen kontrak yang terdiri dari antara lain : surat perjanjian, syarat-syarat kontrak,
spesifikasi teknis, gambar, daftar kuantitas dan dokumen lain yang ditetapkan sebagai
dokumen kontrak.
2. Penguasaan atas spesifikasi teknis, gambar, dan metode kerja akan membantu
pengawas dalam melaksanakan pengawasan terhadap mutu pekerjaan yang ditentukan
dalam dokumen kontrak. Spesifikasi teknis selain memuat ketentuan mengenai bahan,
baik bahan dasar, olahan maupun bahan jadi, juga memuat ketentuan mengenai proses
pelaksanaan, cara pengujian dan syarat-syarat hasil uji.
3. Syarat-syarat kontrak merupakan pengaturan mengenai penyelenggaraan pelaksanaan
kontrak agar pelaksanaan kontrak dilakukan secara tertib administrasi dan hukum.
Dokumen ini lebih menekankan pengaturan dari aspek legal, sehingga diharapkan para
pihak dapat ”bermain’ dalam pelaksanaan kontrak secara adil dan setara, dengan hak
dan kewajiban para pihak, pengguna jasa dan penyedia jasa, secara seimbang sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
4. Pengawasan waktu pelaksanaan merupakan tugas yang penting dalam mencapai
penyelesaian proyek secara tepat waktu, agar dapat terhindarkan konsekwensi denda
akibat terjadinya keterlambatan penyelesaian kontrak sebagaimana diatur dalam kontrak.
5. Pengawasan kuantitas, yang dimulai dengan pengawasan atas pengukuran dan
perhitungan atas hasil pekerjaan yang diselesaikan oleh kontraktor, merupakan langkah
strategis dalam pengendalian biaya proyek.
Modul SEBC-02: Dokumen Kontrak Daftar Pustaka
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) DP-1
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
2. Peraturan Pemerintah 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
3. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
4. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi
5. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
349/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kontrak jasa
Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan)
6. Federation Internationale Des Inginieurs-Conseils, Conditions of Contract of
Civil Engineering Construction, Fourth 1987, Reprinted 1988 and 1992,
Lausanne, 1992
7. The World Bank, Standard Bidding Documents Procurement Of Works &
User’s Guide , Washington DC, May 2005
8. Ir. Asiyanto, MBA, IPM, Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, 2005