MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

93
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1 PELATIHAN AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN (SUPERVISION ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK 2007

Transcript of MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Page 1: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1

PEKERJAAN

PELATIHAN AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN (SUPERVISION ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

2007

Page 2: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -i-

KATA PENGANTAR

Dokumen kontrak merupakan dokumen acuan para pihak yang terkait dengan

penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan jembatan. Dokumen ini memuat ketentuan

tentang teknis maupun hukum perjanjian pelaksanaan pekerjaan.

Pemahaman pengawas pekerjaan atas semua ketentuan baik teknis maupun hukum atas

pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi jembatan tersebut mutlak dibutuhkan

seorang pengawas dalam rangka penyelesaian kontrak.

Sering terjadi para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan proyek kurang

mepelajari ketentuan dokumen kontrak secara teliti dan cermat, sehingga saat ditemui

permasalahan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, tindakan yang diambil dalam rangka

penyelesaian permasalahan justru menimbulkan permasalahan baru, terutama berkaitan

dengan masalah legalitas kontrak.

Pemahaman secara lengkap atas aspek teknis dan hukum pelaksanaan pekerjaan dari

semua pihak, terutama mengenai dokumen spesifikasi teknis dan syarat-syarat kontrak

akan dapat memberikan kemampuan para pihak penyelenggara pelaksanaan pekerjaan

untuk dalam menyelesaikan permasalahan pelaksanaan pekerjaan secara berdaya guna

dan berhasil guna, sehingga proyek dapat terselesaikan secara tepat waktu, mutu dan

biaya serta tertib administrasi.

Penyusun menyadari atas keterbatasn kemampuan dalam penyusunan modul ini,

sehingga modul ini masih jauh dari kesempurnaan dan untuk penyempurnaannya penulis

sangat mengharapkan masukan, saran dan tanggapan, dan untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih.

Diharapkan modul ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka

meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam pelaksanaan tugasnya

melaksanakan pekerjaan proyek jembatan.

Jakarta, Desember 2006

Penyusun

Page 3: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -ii-

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan (Supervision Engineer of Bridge Construction) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu mengawasi pelaksanaan

pekerjaan jembatan sesuai dengan spesifikasi teknik, gambar, metode kerja dan

dokumen kontrak lainnya.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan ketentuan UUJK, mengawasi penerapan K3 dan memantau

lingkungan selama pelaksanaan pekerjaan jembatan.

2. Menjelaskan dan menerapkan spesifikasi teknik, gambar, metode kerja dan

ketentuan dokumen kontrak yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

jembatan.

3. Menyiapkan dan memeriksa bahan untuk rapat pra-pelaksanaan (pre-

construction meeting/PCM), rapat-rapat pembahasan (berkala dan khusus),

dan rapat pembuktian (show cause meeting/SCM).

4. Melakukan pengawasan pelaksanaan metode kerja setiap kegiatan pekerjaan

jembatan.

5. Melakukan pengawasan mutu, dimensi, kuantitas dan waktu pelaksanaan

pekerjaan jembatan.

6. Membantu pengguna jasa dalam menyelenggarakan administrasi

pelaksanaan kontrak.

7. Memeriksa laporan pelaksanaan dan membuat laporan pengawasan.

8. Membantu proses serah terima hasil pekerjaan pertama (provisional hand

over/PHO), mengawasi pelaksanaan pemeliharaan (warranty period) dan

membantu proses serah terima hasil pekerjaan akhir (final hand over/FHO).

Page 4: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -iii-

NOMOR DAN JUDUL MODUL : SEB – 02 DOKUMEN KONTRAK

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mempelajari modul, peserta mampu menerapkan spesifikasi teknik,

gambar, metode kerja dan ketentuan dokumen kontrak lain yang berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan jembatan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan dan menerapkan ketentuan spesifikasi teknis.

2. Menjelaskan dan menerapkan gambar.

3. Menjelaskan dan menerapkan metode kerja.

4. Menjelaskan dan menerapkan ketentuan dokumen kontrak lain yang berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan jembatan.

Page 5: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -iv-

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

LEMBAR TUJUAN ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL

PELATIHAN AHLI PENGAWASAN

PEKERJAAN JEMBATAN (Supervision

Engineer of Bridge Construction) ..................................................... vi

DAFTAR MODUL ........................................................................................... vii

PANDUAN INSTRUKTUR .............................................................................. viii BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi ............................................ I-1

1.2 Isi Kontrak Kerja Konstruksi ....................................................... I-2

1.3 Kontrak Harga Satuan ............................................................... I-3

BAB II : KETENTUAN SPESIFIKASI TEKNIS

2.1 Umum ....................................................................................... II-1

2.1.1 Posisi Spesifikasi Teknis Dalam

Dokumen Lelang ............................................................. II-1

2.1.2 Posisi Spesifikasi Terknis dalam

Dokumen Kontrak ........................................................... II-2

2.1.3 Jenis-Jenis Spesifikasi Teknis ......................................... II-3

2.1.4 Persyaratan Spesifikasi Teknis ........................................ II-5

2.2 Penerapan Spesifikasi Teknis .................................................... II-5

2.2.1 Penggunaan Spesifikasi Teknis

Pada Pekerjaan Jalan dan

Jembatan ....................................................................... II-8

2.2.2 Struktur Spesifikasi Teknis .............................................. II-8

2.3 Perubahan-Perubahan Akibat Kondisi

Lapangan ................................................................................. II-11

2.4 Usulan Revisi dan Justifikasi ..................................................... II-12

BAB III: GAMBAR

3.1 Umum ....................................................................................... III-1

3.1.1 Gambar Rencana (Design Drawing) ................................ III-2

3.1.2 Gambar Kerja (Shop Drawing) ......................................... III-3

Page 6: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -v-

3.1.3 Gambar Terlaksana (As-Built

Drawing) ......................................................................... III-3

3.2 Gambar Rencana ...................................................................... III-3

3.3 Pemeriksaan Gambar Kerja ....................................................... III-5

3.4 Penerapan Gambar Kerja .......................................................... III-6

3.5 Pemeriksaan Gambar Terlaksana .............................................. III-8

BAB IV: METODE KERJA

4.1 Usulan Metode Kerja ................................................................. IV-1

4.2 Perubahan Metode Kerja ........................................................... IV-4

4.3 Penerapan Metode Kerja ........................................................... IV-5

4.3.1 Pengukuran dan Survei ................................................... IV-5

4.3.2 Pekerjaan Pondasi .......................................................... IV-6

4.3.2.1 Pondasi Langsung (Spread

Footing) ............................................................. IV-7

4.3.2.2 Pondasi Sumuran ............................................... IV-7

4.3.2.3 Pondasi Tiang .................................................... IV-8

4.3.3 Kepala Jembatan dan Pilar

Jembatan ....................................................................... IV-19

4.3.4 Bangunan Atas ............................................................... IV-32 BAB V: KETENTUAN DOKUMEN KONTRAK LAINNYA

5.1 Pengawasan Waktu Pelaksanaan .............................................. V-1

5.1.1 Jadwal Pelaksanaan ....................................................... V-2

5.1.2 Mobilisasi ....................................................................... V-10

5.1.3 Keterlambatan Pelaksanaan

Pekerjaan ....................................................................... V-11

5.1.4 Kontrak Kritis .................................................................. V-11

5.2 Pengawasan Mutu ..................................................................... V-12

5.3 Pengawasan Kuantitas .............................................................. V-14

5.4 Perubahan Waktu, Mutu dan Kuantitas ...................................... V-15

5.4.1 Percepatan Waktu Pelaksanaan ...................................... V-16

5.4.2 Perpanjangan Waktu Pelaksanaan .................................. V-16

5.4.3 Perubahan Kuantitas dan Harga ...................................... V-16

5.4.4 Pembayaran Untuk Perubahan ........................................ V-17

5.4.5 Amandemen Kontrak ...................................................... V-17

RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT

Page 7: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -vi-

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN

(Supervision Engineer of Bridge Construction)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pengawasan Pekerjaan

Jembatan (Supervision Engineer of Bridge Construction) dibakukan dalam

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah

ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan

Jembatan (Supervision Engineer of Bridge Construction) unit-unit tersebut

menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latih Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit

Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan

kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen

Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus

pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan

Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul

pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan

pengajaran dalam pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan (Supervision

Engineer of Bridge Construction).

Page 8: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -vii-

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan

(Supervision Engineer of Bridge Construction/SEBC)

Nomor Modul

Kode Judul Modul

1 SEBC – 01 UUJK, K3 dan Pemantauan Lingkungan

2 SEBC – 02 Dokumen Kontrak

3 SEBC – 03 Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan

4 SEBC – 04 Pengawasan Pekerjaan Jembatan

5 SEBC – 05 Pengawasan Mutu, Kuantitas dan Waktu

6 SEBC – 06 Administrasi Kontrak

7 SEBC – 07 Pelaporan

8 SEBC – 08 Serah Terima Pekerjaan

Page 9: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -viii-

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN (Supervision Engineer of Bridge Construction )

KODE MODUL : SEBC - 02

JUDUL MODUL : DOKUMEN KONTRAK

DESKRIPSI : Materi ini berisi tentang Spesifikasi Teknik, Gambar

Teknik, Metode Kerja dan Ketentuan Dokumen Kontrak

Lainnya yang memang penting untuk diajarkan pada

suatu pelatihan bidang jasa konstruksi sehingga

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pekerjaan konstruksi betul-betul dapat dikerjakan

dengan penuh tanggung jawab yang berazaskan efektif

dan efisien, nilai manfaatnya dapat mensejahteraan

bangsa dan negara.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 8 (Delapan) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Page 10: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) -ix-

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah Pembelajaran Pengantar Menjelaskan TIU dan TIK serta

pokok pembahasan Merangsang motivasi peserta

untuk mengerti/memahami dan membandingkan pengalamannya

Bab I Pendahuluan Dokumen Kontrak Kerja

Konstruksi Isi Kontrak Kerja Konstruksi Kontrak Harga Satuan

Waktu = 30 menit

Mengikuti penjelasan, pengantar, TIU,TIK, dan pokok bahasan.

Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan pengalaman

OHT

2. Ceramah Bab II Ketentuan Spesifikasi Teknis Penerapan Spesifikasi Teknis Perubahan-Perubahan Akibat

Kondisi Lapangan Usulan Revisi dan Justifikasi

Waktu = 60 menit

Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat

Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta yang ada di lapangan dan atau pengalaman

OHT

3. Ceramah Bab III Gambar Gambar Kerja

Waktu = 45 menit

Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat

Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman

OHT

4. Ceramah Bab IV Metode Kerja Usulan Metode Kerja Perubahan Metode Kerja Penerapan Metode Kerja

Waktu = 135 menit

Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat

Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman

5. Ceramah Bab V Ketentuan Dokumen Kontrak Pengawasan Waktu

Pelaksanaan Pengawasan Mutu Pengawasan Kuantitas Perubahan Waktu, Mutu dan

Kuantitas Waktu = 90 menit

Page 11: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan

Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DOKUMEN KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

Sesuai Pasal 22 Peraturan Pemerintah 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi, Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya memuat dokumen-dokumen yang

meliputi :

a. Surat Perjanjian;

b. Dokumen Lelang;

c. Usulan atau Penawaran;

d. Berita Acara berisi kesepakatan antar pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses

evaluasi oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan

keragu-raguan;

e. Surat Perjanjian dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan

penawaran dari penyedia jasa; dan

f. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk

melaksanakan pekerjaan.

Sementara itu dokumen kontrak untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan

dengan dengan sistem Pelelangan Nasional (National/Local Competitive Bidding) dalam

urutan prioritas terdiri dari :

a. Surat Perjanjian termasuk Adendum Kontrak (bila ada);

b. Surat Penunjukan Pemenang Lelang;

c. Surat Penawaran;

d. Adendum Dokumen Lelang;

e. Data Kontrak;

f. Syarat-syarat Kontrak;

g. Spesifikasi;

h. Gambar-gambar;

i. Daftar Kuantitas dan harga yang telah diisi harga penawarannya;

j. Dokumen lain yang tercantum dalam Data Kontrak pembentuk bagian dari kontrak;

Sedangkan untuk kontrak-kontrak dengan sistem Pelelangan Internasional (International

Competitive Bidding), dokumen kontrak tersebut secara urutan prioritas meliputi :

a. the Contract Agreement;

Page 12: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan

Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-2

b. the Letter of Acceptance;

c. the Bid and the Appendix to Bid;

d. the Conditions of Contract, Part II;

e. the Conditions of Contract, Part I;

f. the Specifications;

g. the Drawings;

h. the priced Bill of Quantities; and

i. other documents, as listed in the Appendix to Bid.

1.2 ISI KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

Sesuai ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,

kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai:

a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;

b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai

pekerjaan, batasan waktu pelaksanaan;

c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu

pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;

d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga

ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;

e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan

konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak

Keppres N0. 80/2003 memuat ketentuan mengenai dokumen kontrak sebagai berikut : Kontrak terdiri dari :

1. Surat Perjanjian; 2. Syarat-syarat Umum Kontrak; 3. Syarat-syarat Khusus Kontrak; dan 4. Dokumen Lainya Yang Merupakan Bagian Dari Kontrak yang terdiri dari :

a. Surat penunjukan; b. Surat penawaran; c. Spesifikasi khusus; d. Gambar-gambar; e. Adenda dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di

masing-masing substansinya; f. Daftar kuantitas dan harga (untuk kontrak harga satuan); g. Dokumen lainnya, misalnya :

1) Dokumen penawaran lainnya; 2) Jaminan pelaksanaan; 3) Jaminan uang muka.

Page 13: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan

Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-3

penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya

melaksanakan pekerjaan konstruksi;

f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam

melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;

g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak

tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;

h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian

perselisihan akibat ketidaksepakatan;

i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak

kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;

j. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang

timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi

salah satu pihak;

k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa

dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;

l. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan tenaga kerja;

m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan

tentang lingkungan.

Dengan ketentuan tersebut, maka kontrak kerja konstruksi yang tidak memuat ketiga belas

uraian tersebut dapat dinyatakan sebagai cacat hukum.

1.3 KONTRAK HARGA SATUAN

Kontrak berdasarkan Harga Satuan adalah kontrak pekerjaaan jasa pemborongan yang

berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan yang disepakati.

Pembayarannya dilakukan secara bulanan atas nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan

sampai dengan saat bulan yeng bersangkutan. Nilai pekerjaan tersebut dihitung berdasarkan

volume dan harga satuan masing-masing mata pembayaran yang dimuat dalam daftar

kuantitas dan harga.

Pada sistem kontrak harga satuan ini, yang mengikat sebagai harga kontrak adalah harga

satuan masing-masing mata pembayaran untuk sejumlah volume yang dimuat dalam daftar

kuantitas dan harga. Sedangkan nilai total kontrak untuk seluruh pekerjaan yang merupakan

penjumlahan semua hasil perkalian volume dan harga satuan masing-masing mata

pembayaran adalah merupakan nilai yang “belum pasti” dan bukan merupakan nilai yang

akan dibayarkan pada akhir kontrak apabila seluruh pekerjaan telah terselesaikan.

Page 14: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab I : Pendahuluan

Pelatihan Supervisison Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-4

Volume masing-masing jenis mata pembayaran yang ada di dalam daftar kuantitas dan

harga merupakan volume perkiraan sementara untuk menyelesaikan pekerjaan proyek dan

merupakan volume yang berlaku untuk setiap harga satuan yang ditawarkan oleh penyedia

jasa dalam penawarannya.

Karena harga satuan adalah mengikat dalam kontrak, maka nilai harga satuan masing-

masing mata pembayaran tidak dapat diubah kecuali apabila terjadi perubahan volume mata

pembayaran dari volume awal melebihi nilai tertentu, misalnya 15%, atau karena adanya

penyesuaian harga sebagai akibat fluktuasi harga yang resmi misalnya berdasarkan data

badan statistic.

Sistem kontrak harga satuan ini umumnya diterapkan pada jenis-jenis pekerjaan yang

volumenya tidak dapat dihitung secara pasti sehubungan dengan sifat perencanaannya

sendiri masih harus disesuaikan dengan kondisi lapangan sehingga akan mempengaruhi

nilai volume awal yang disiapkan pengguna jasa.

Page 15: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-1

BAB II

KETENTUAN SPESIFIKASI TEKNIS

2.1 UMUM

Spesifikasi adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun secara lengkap dan

jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun

atau dikembangkan oleh pihak lain sedemikian sehingga dapat memenuhi keinginan semua

pihak yang terkait.

Spesifikasi adalah suatu tatanan teknik yang dapat membantu semua pihak yang terkait

dengan proyek untuk sependapat dalam pemahaman sesuatu hal teknis tertentu yang terjadi

dalam suatu pekerjaan. Dengan demikian Spesifikasi diharapkan dapat :

o Mengurangi beda pendapat atau pertentangan yang tidak perlu;

o Mendorong efisiensi penyelenggaraan proyek, tertib proyek dan kerjasama dalam

penyelenggaraan proyek;

o Mengurangi kerancuan teknis pelaksanaan pekerjaan;

Spesifikasi, yang semula merupakan bagian dari Dokumen Proyek, setelah kontrak

ditandatangani oleh penyedia jasa dan pengguna jasa, menjadi bagian dari Dokumen

Kontrak. Sebagai bagian dari Dokumen Kontrak, untuk menghindari terjadinya

kesalahpahaman tentang lembar-lembar spesifikasi yang telah menjadi acuan untuk

pelaksanaan di lapangan, baik penyedia jasa (kontraktor) maupun pengguna jasa (pemilik

proyek) perlu memberikan paraf pada setiap halaman spesifikasi.

Spesifikasi adalah salah satu elemen dari Dokumen Proyek yang menguraikan secara rinci

ketentuan-ketentuan teknis dari Proyek dimaksud.

2.1.1 POSISI SPESIFIKASI DALAM DOKUMEN LELANG

Dokumen Proyek adalah dokumen yang berisi pengaturan atau prosedur dan ketentuan

administratif maupun teknis untuk penyelenggaraan suatu proyek fisik (jalan/jembatan), yang

pelaksanaannya akan diserahkan oleh pemilik proyek (pengguna jasa konstruksi) kepada

pihak lain (penyedia jasa konstruksi) melalui proses pengadaan.

Jika proses pengadaan yang dipilih adalah pelelangan, biasanya Dokumen Proyek itu

disebut Dokumen Lelang, dibedakan atas Dokumen Lelang LCB (Local Competitive Bidding)

dan Dokumen lelang ICB (International Competitive Biding)

Dokumen Lelang LCB terdiri atas dokumen-dokumen sebagai berikut :

1) Pengumuman / Undangan Lelang;

Page 16: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-2

2) Instruksi Umum kepada Peserta Lelang;

3) Instruksi Khusus kepada Peserta Lelang;

4) Syarat-syarat Umum Kontrak;

5) Syarat-syarat Khusus Kontrak;

6) Daftar Kuantitas dan Harga;

7) Spesifikasi;

8) Gambar-gambar;

9) Bentuk-bentuk Jaminan Penawaran / Pelaksanaan / Uang Muka.

10) Adendum (jika ada)

Dokumen Lelang ICB terdiri atas dokumen-dokumen sebagai berikut :

1) Invitation for Bids

2) Instruction to Bidders;

3) Bidding Data;

4) Part I : General Conditions of Contract;

5) Part II : Conditions of Particular Application;

6) Technical Specifications;

7) Form of Bid, Appendix to Bid, and Bid Security;

8) Bill of Quantities;

9) Form of Agreement Forms of Performance Security Advance Payment Bank Guarantee;

10) Drawings;

11) Explanatory Notes;

12) Postqualification

13) Disputes Resolution Procedure;

14) Eligibility for The Provision of Goods, Works, and Service in Financed Procurement

15) Addenda (if any)

2.1.2 POSISI SPESIFIKASI DALAM DOKUMEN KONTRAK

Spesifikasi adalah salah satu elemen dari Dokumen Kontrak yang menguraikan secara rinci

ketentuan-ketentuan teknis dari Proyek dimaksud.

Dokumen kontrak nasional (NCB) sesuai urutan kekuatan hukumnya terdiri atas sebagai

berikut :

1) Surat Perjanjian;

2) Surat Penunjukan Pemenang Lelang;

3) Surat Penawaran;

4) Adendum Dokumen Lelang (bila ada);

Page 17: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-3

5) Syarat-Syarat Khusus Kontrak;

6) Syarat-Syarat Umum Kontrak

7) Spesifikasi Teknis;

8) Gambar-gambar;

9) Daftar Kuantitas dan Harga yang telah diisi hargapenawarannya;

10) Dokumen lain yang tercantum dalam data kontrak pembentuk bagian dari kontrak.

Dokumen kontrak internasional (ICB) sesuai urutan kekuatan hukumnya terdiri atas sebagai

berikut :

1) the Contract Agreement (if completed);

2) the Letter of Acceptance;

3) the Bid and the Appendix to Bid;

4) the Conditions of Contract, Part II;

5) the Conditions of Contract, Part I;

6) the Specifications;

7) the Drawings;

8) the priced Bill of Quantities; and

9) other Documents, as listed in The Appendix to Bid.

2.1.3 JENIS-JENIS SPESIFIKASI TEKNIS

Secara umum spesifikasi teknis dibedakan atas 3 jenis yakni: spesifikasi hasil akhir (end

result specification), spesifikasi proses kerja (specification by result), dan spesifikasi multi

langkah dan metoda (multi step and method).

1. Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specification)

Spesifikasi jenis ini merupakan jenis spesifikasi yang mensyaratkan pencapaian dimensi

dan kualitas akhir suatu pekerjaan, tanpa mempersoalkan metode kerja yang digunakan

untuk mencapai produk akhir tersebut.

Proses Kerja, Metode Kerja tidak dipersoalkan

Dimensi dan kualitas, ini yang harus dicapai, tanpa melihat metode kerja

Produk Akhir

Page 18: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-4

Masih perlu penjelasan lebih lanjut, apa yang dimaksud dengan hasil akhir suatu

pekerjaan, apakah hasil akhir dari suatu item pekerjaan ataukah hasil akhir dari suatu

Seksi Pekerjaan, ataukah hasil akhir dari suatu Divisi Pekerjaan ataukah hasil akhir dari

total proyek ?

2. Spesifikasi Proses Kerja (Specification By Process)

Spesifikasi proses kerja ini merupakan spesifikasi dimana yang diatur adalah semua

ketentuan yang harus dilaksananakan selama proses pelaksanaan pekerjaan, dengan

harapan hasil kerja yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.

Yang dimaksud dengan proses adalah upaya mencapai produk akhir yang diatur

sesuai dengan ketentuan yang ada pada setiap pay item.

3. Multi Step And Method Specification

Merupakan spesifikasi yang mengatur ketentuan tentang semua langkah, material yang

harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang diharapkan.

Spesifikasi untuk prasarana jalan / jembatan lebih condong kepada jenis Multi Step and

Method Specification, karena jenis spesifikasi ini memberikan bimbingan cara

pelaksanaan langkah demi langkah agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan

yang dipersyaratkan. Spesifikasi yang dipilih untuk modul pelatihan ini adalah jenis Multi

Step and Method Specification.

Pemilihan jenis Spesifikasi ini juga memberi kemudahan bagi kontraktor yang baru

pertama kali menangani pekerjaan jalan dan jembatan.

Mulai Masukan

Proses

Produk Akhir

Stop

Mengatur semua ketentuan yang harus

dilaksanakan

Harapan : Hasil kerja sesuai dengan yang diinginkan

Sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pemilik proyek

Mulai Masukan

Proses

Stop

Material, ada ketentuan yang harus

dipenuhi

Metode kerja, harus mendapatkan persetujuan Direksi

Produk Akhir

Page 19: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-5

2.1.4 PERSYARATAN SPESIFIKASI TEKNIS

Sebagai bagian dari dokumen lelang, dalam rangka memenuhi ketentuan pelelangan yang

efektif, terbuka dan bersaing, dan adil/tidak diskriminatif maka spesifiksi teknis harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu kecuali untuk suku cadang/komponen

produk tertentu;

Tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri;

Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;

Metode pelaksanaan pekerjaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;

Mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang

diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;

Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan

pekerjaan;

Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produksi;

Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;

Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

2.2 PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi digunakan dalam 2 tahap yaitu tahap pra kontrak dan tahap pelaksanaan

kontrak. Baik pada tahap pra kontrak maupun tahap pelaksanaan kontrak, ada 3 unsur yang

berkepentingan terhadap spesifikasi yaitu pemilik proyek (pengguna jasa), kontraktor

(penyedia jasa) maupun konsultan (penyedia jasa). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut

tentang apa kepentingan masing-masing unsur tersebut dalam tiap-tiap tahapan kontrak :

Page 20: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-6

1. Tahap Pra Kontrak

a. Pemilik Proyek

Pemilik proyek/pengguna jasa diwakili oleh Kasatker/Pinpro/Pinbagpro dan

Panitia Pengadaan

Kasatker/Pinpro/Pinbagpro membentuk Panitia Pengadaan yang ditugasi untuk

menyelenggarakan proses pengadaan dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, menyangkut pada 2 aspek yaitu aspek

administratif dan aspek teknis.

Aspek teknis yang harus dipedomani oleh Panitia Pengadaan di dalam

menyelenggarakan proses pengadaan adalah spesifikasi teknis yang telah

ditentukan oleh Pemilik Proyek, jadi Panitia Pengadaan tidak perlu membuat

ketentuan-ketentuan teknis lagi.

b. Kontraktor

Kontraktor perlu mempelajari secara cermat isi Spesifikasi sebagai bahan

pertimbangan dalam menyiapkan penawaran dalam keikutsertaannya dalam

proses pengadaan.

Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya persepsi yang salah terhadap isi

Spesifikasi, kontraktor perlu memanfaatkan tahap aanwijzing dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Spesifikasi, agar didalam

menyiapkan penawaran dapat diperoleh besarnya penawaran yang realistis,

masih memberikan harapan keuntungan yang wajar apabila proyek dilaksanakan

dengan prinsip tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya.

c. Konsultan

Spesifikasi standar yang telah ada biasanya disebut Spesifikasi Umum. Pada

tahap pra kontrak konsultan perlu melakukan review terhadap Spesifikasi Umum

disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan, berkaitan dengan aspek

penyempurnaan perencanaan teknis yang berakibat terhadap kemungkinan

penambahan atau pengurangan item pekerjaan.

Review tersebut di atas bisa berakibat perlu adanya tambahan item pekerjaan

maupun pengurangan item pekerjaan.

Jika di dalam Spesifikasi Umum belum terdapat item pekerjaan sebagaimana

dihasilkan oleh review dimaksud, maka konsultan tidak perlu mengubah

Spesifikasi Umum yang ada akan tetapi harus menyiapkan Spesifikasi Khusus

sebagai tambahan terhadap Spesifikasi Umum.

Page 21: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-7

Spesifikasi Umum dan Spesifiksi Khusus tersebut kemudian disebut sebagai

Spesifikasi.

Membantu Panitia Pengadaan dalam menjelaskan isi Spesifikasi selama proses

penjelasan lelang.

2. Tahap Pelaksanaan Kontrak

a. Pemilik Proyek

Tanggung jawab teknis penyelenggaraan proyek agar sesuai dengan Spesifikasi

ada pada Kasatker/Pinpro/Pinbagpro yang diperankan sebagai Wakil Pemilik

Proyek.

Spesifikasi (Multi Step and Method Specification) dijadikan acuan oleh Wakil

Pemilik Proyek untuk mengendalikan pelaksanaan proyek agar sesuai dengan

Spesifikasi yang mengatur ketentuan tentang semua langkah, material yang

harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang diharapkan.

b. Kontraktor

Spesifikasi (Multi Step and Method Specification) harus dijadikan acuan oleh

kontraktor dalam melaksanakan proyek, agar di dalam melaksanakan seluruh pay

item pekerjaan kontraktor dapat mengikuti ketentuan tentang semua langkah,

material yang harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang

diharapkan.

Jika kontraktor melaksanakan item pekerjaan yang menyimpang dari ketentuan

yang telah diatur di dalam spesifikasi, maka kontraktor harus siap menerima

kemungkinan hasil pekerjaannya ditolak oleh PemilikProyek.

c. Konsultan

Spesifikasi harus dijadikan acuan oleh konsultan untuk melakukan pengawasan

teknis terhadap pelaksanaan seluruh item pekerjaan yang dilakukan oleh

kontraktor, mencakup :

o Pengawasan mutu hasil pekerjaan.

o Pengendalian kuantitas pekerjaan

o Pengawaan metode pelaksanaan konstruksi.

Pengawasan dengan berbekal Spesifikasi tersebut dilakukan oleh konsultan di

dalam menjalankan fungsinya sebagai Engineer's Representative.

Page 22: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-8

2.2.1 PENGGUNAAN SPESIFIKASI TEKNIS PADA PEKERJAAN JALAN DAN

JEMBATAN

Spesifikasi teknis ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan:

a. Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.

Pemeliharaan Rutin Jalan / Jembatan.

Pemeliharaan Berkala Jalan.

b. Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan

Pembangunan Jalan / Jembatan

Peningkatan Jalan

Pengganian Jembatan

c. Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan.

Ketiga kegiatan tersebut di atas menggunakan Spesifikasi untuk kepentingan yang berbeda,

meskipun masing-masing menggunakannya dalam posisi mewakili Pemilik. Pada proyek-

proyek fisik, telah dijelaskan penggunaan Spesifikasi baik pada tahap pra kontrak maupun

tahap pelaksanaan kontrak. Sedangkan pada proyek-proyek perencanaan, Spesifikasi

(Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus) merupakan salah satu jenis dokumen dari

dokumen proyek yang merupakan produk perencanaan. Kemudian pada proyek-proyek

pengawasan, Spesifikasi (Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus) merupakan dokumen

untuk pengendalian proyek mencakup pengawasan teknis dan tindak turun tangan terhadap

hasil kerja kontraktor.

2.2.2 STRUKTUR SPESIFIKASI TEKNIS

Mengacu pada Spesifikasi Umum Bidang Jalan Dan Jembatan yang berlaku di lingkungan

Direktorat Jernderal Bina Marga, struktur spesifikasi umum bidang jalan dan jembatan terdiri

atas 10 Divisi dan 57 Seksi sebagai berikut :

Divisi 1 - Umum

Seksi 1.1 Ringkasan Pekerjaan

Seksi 1.2 Mobilisasi dan Demobilisasi

Seksi 1.3 Kantor Lapangan dan Fasilitasnya

Seksi 1.4 Fasilitas pelayanan Pengujian

Seksi 1.5 Transportasi dan Penanganan

Seksi 1.6 Pembayaran Sertifikat Bulanan

Page 23: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-9

Seksi 1.7 Pembayaran Sementara (Provisional Sum)

Seksi 1.8 Pemeliharaan Lalu Lintas

Seksi 1.9 Rekayasa Lapangan

Seksi 1.10 Standar Rujukan

Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan

Seksi 1.12 Jadwal Pelaksanaan

Seksi 1.13 Prosedur Variasi

Seksi 1.14 Penutupan Kontrak

Seksi 1.15 Dokumen Rekaman Proyek

Seksi 1.16 Pekerjaan Pembersihan

Seksi 1.17 Aspek Lingkungan Hidup

Divisi 2 - Drainase

Seksi 2.1 Selokan dan Saluran Air

Seksi 2.2 Pasangan Batu Dengan Mortar

Seksi 2.3 Gorong-gorong dan Drainase Beton

Seksi 2.4 Drainase Porous

Divisi 3 - Pekerjaan Tanah

Seksi 3.1 Galian

Seksi 3.2 Timbunan

Seksi 3.3 Penyiapan Badan Jalan

Divisi 4 - Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

Seksi 4.1 Pelebaran Perkerasan

Seksi 4.2 Bahu Jalan

Divisi 5 - Perkerasan berbutir

Seksi 5.1 Lapis Pondasi Agregat

Seksi 5.2 Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal

Seksi 5.3 (Tidak termasuk)

Seksi 5.4 Lapis Pondasi Semen Tanah

Divisi 6 - Perkerasan Aspal

Seksi 6.1 Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat

Seksi 6.2 Laburan Aspal Satu lapis (Burtu) dan laaburan Aspal Dua lapis

(Burda)

Page 24: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-10

Seksi 6.3 Campuran Aspal Panas

Seksi 6.4 Lasbutag dan Latasbusir (Tidak Digunakan)

Seksi 6.5 Campuran Aspal Dingin

Seksi 6.6 Lapis Perata Penetrasi Macadam

Seksi 6.7 Pemeliharaan Dengan Laburan Aspal

Divisi 7 - Struktur

Seksi 7.1 Beton

Seksi 7.2 Beton Pratekan

Seksi 7.3 Baja Tulangan

Seksi 7.4 Baja Struktur

Seksi 7.5 Pemasangan Jembatan Rangka Baja

Seksi 7.6 Tiang Pancang

Seksi 7.7 Pondasi Sumuran

Seksi 7.8 Adukan Semen

Seksi 7.9 Pasangan Batu

Seksi 7.10 Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

Seksi 7.11 Expansion Joint

Seksi 7.12 Perletakan (Bearing)

Seksi 7.13 Sandaran (Railing) Jembatan

Seksi 7.14 Papan Nama Jembatan

Seksi 7.15 Pembongkaran Struktur

Divisi 8 - Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

Seksi 8.1 Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama.

Seksi 8.2 Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama Pada Perkerasan

Berpenutup Aspal.

Seksi 8.3 Pengembalian Kondisi Selokan, Saluran Air, Galian, Timbunan dan

Penghijauan.

Seksi 8.4 Perlengkapan Jalan dan Pengatur Lalu Lintas

Seksi 8.5 Pengembalian Kondisi Jembatan

Divisi 9 - Pekerjaan Harian

Seksi 9.1 Pekerjaan Harian

Page 25: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-11

Divisi 10 - Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Seksi 10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase,

Perlengkapan Jalan dan Jembatan

Seksi 10.2 Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan.

2.3 PERUBAHAN-PERUBAHAN AKIBAT KONDISI LAPANGAN

Pada pelaksanaan kontrak pekerjaan jalan dan jembatan hampir selalu terjadi

perubahan kontrak atau lebih dikenal sebagai adendum/amandemen.

Adendum/amandemen kontrak bisa disebabkan adanya perubahan kontrak seperti:

lingkup pekerjaan, desain, spesifikasi, item pekerjaan, waktu maupun nilai kontrak.

Khusus untuk perubahan spesifikasi, faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan

adalah:

a. Alasan utama perubahan spesifikasi terutama dikaitkan dengan penyesuaian terhadap

kondisi lapangan.

b. Pekerjaan atau subyek apa yang akan dijadikan (pokok) persoalan sehingga terjadi suatu

perubahan spesifikasi.

c. Kajian terhadap usulan perubahan terhadap kelayakan teknis maupun biaya

Ketiga pertimbangan tersebut di atas merupakan suatu keharusan yang perlu dibahas dan

dikembangkan untuk dapat dipertanggungjawabkan dalam kelayakan teknis maupun biaya.

Dalam rangka pengendalian biaya dan waktu pelaksanaan kontrak, perlu juga diperhatikan

apakah perubahan spesifikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan penyesuaian dengan

kondisi lapangan akan menimbulkan penambahan nilai kontrak terutama dikaitkan dengan

kewenangan Kasatker/Pinpro/Pinbagpro untuk menaikkan nilai kontrak dan ketentuan

kontrak seperti:

Nilai pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai harga

kontrak awal

Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan berubah lebih dari

10% (sepuluh persen) dari kuantitas kontrak awal, maka harga satuan perubahan mata

pembayaran utama tersebut disesuaikan dengan negosiasi harga

Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka penyedia jasa harus menyerahkan

analisa harga satuannya kepada pengguna jasa dan dilakukan negosiasi teknis dan

harga berdasarkan analisa harga satuan dan harga satuan dasar penawaran.

Perintah perubahan pekerjaan harus dibuat secara tertulis oleh pengguna jasa kepada

penyedia jasa, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu

pada ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak

Page 26: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-12

2.4 USULAN REVISI DAN JUSTIFIKASI TEKNIK

Pada umumnya usulan perubahan kontrak termasuk perubahan spesifikasi adalah

berkenaan dengan adanya usulan review disain atau perpanjangan waktu. Termasuk dalam

perubahan spesifikasi tersebut adalah penambahan spesifisikasi baru untuk menampung

kebutuhan pekerjaan baru yang sebelumya belum ada ketentuan spesifikasi teknisnya.

Dalam proses perubahan kontrak, peran pengguna jasa dan penyedia jasa merupakan

kelompok awal yang perlu menguji kebenaran data perubahan yang diperoleh umpamanya

data lalu lintas, pengujian tanah dst. Kajian tidak terbatas pada kajian teknis saja tetapi juga

termasuk kajian biaya.

Apabila pada suatu keadaan tertentu diperlukan adanya perubahan seperti pekerjaan

tambah atau kurang atau perpanjangan waktu, maka hal itu harus dianggap sebagai

suatu akibat. Oleh karena itu dalam mengkaji suatu usulan review disain, pengguna jasa

harus dapat mengetengahkan alasan pokok yang mengakibatkan perlunya perubahan.

Sebagai akhir kajian usulan review disain yang akan diajukan ke atasan langsung Satker,

Pejabat Pembuat Komitmen perlu membuat kesimpulan dan rekomendasi. Apabila diminta

oleh pengguna jasa, penyedia jasa wajib mengajukan usulan biaya untuk melaksanakan

perintah perubahan

Direksi teknis wajib menilai usulan biaya dan melaporkan kepada direksi pekerjaan tersebut

selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari

Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga satuannya terdapat dalam daftar

kuantitas dan harga dan apabila menurut pendapat direksi pekerjaan bahwa kuantitas

pekerjaan tidak melebihi batas sesuai ketentuan dokumen kontrak atau waktu pelaksanaan

tidak mengakibatkan perubahan harga, maka harga satuan yang tercantum dalam daftar

kuantitas dan harga digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya perubahan

Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam perintah perubahan tidak ada harga

satuannya dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar, maka usulan biaya dari

penyedia jasa merupakan harga satuan baru untuk perubahan pekerjaan yang bersangkutan

Apabila usulan biaya dari penyedia jasa dinilai tidak wajar, maka pengguna jasa

mengeluarkan perintah perubahan dengan mengubah harga kontrak berdasarkan harga

perkiraan pengguna jasa

Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan biaya serta

negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan tersebut harus

Page 27: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab II : Ketentuan Spesifikasi Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-13

dilaksanakan oleh kontraktor dan diberlakukan sebagai peristiwa kompensasi sesuai

ketentuan dokumen kontrak

Kontraktor tidak berhak menerima pembayaran tambahan untuk biaya-biaya yang

sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini

Adendum/amandemen kontrak harus segera dibuat bila terjadi perubahan kontrak termasuk

perubahan spesifikasi teknis.

Page 28: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-1

BAB III

GAMBAR TEKNIS

3.1 UMUM

Gambar dalam dokumen kontrak konstruksi merupakan gambaran fisik dari pekerjaan yang

akan dilaksanakan/dihasilkan yang memuat ketentuan dimensi, jarak, tinggi kedalaman,

kemiringan, posisi, bahan dan spesifikasi yang ditunjuk sebagi hasil dari perencanaan teknis.

Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan harus disusun secara terinci, lengkap dan

jelas, dan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan harus jelas.

Gambar tidak mengarah lepada merek/produk tertentu kecuali untuk suku cadang/komponen

produk tertentu serta tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri dan

semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional.

Gambar akan digunakan sebagai acuan untuk pembuatan rencana kerja kontraktor untuk

pelaksanaan kontsruksinya, perhitungan kuantiítas setiap jenis pekerjaan, perhitungan biaya

setiap jenis pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin,

Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai

bahasa teknik. Dengan gambar, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi

komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan

bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk

menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada

orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar,

oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan obyektif.

Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga

merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang-

lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.

Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :

Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.

Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.

Page 29: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-2

1. Alat penyampaian informasi

Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang

perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya

melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya

kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata

hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa

melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar.

2. Alat menyimpan data

Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data.

Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang

silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang

diarsipkan. Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut

jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk

memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan

pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat

diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan

perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat

disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih

menghemat tempat dan lebih tahan lama.

Gambar pada pekerjaan konstruksi meliputi: gambar rencana (design drawing), gambar kerja

(shop drawing) dan gambar terlaksana (as-built drawing) yang masing-masing mempunyai

peran sendiri-sendiri dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

3.1.1 GAMBAR RENCANA (DESIGN DRAWING)

Gambar rencana merupakan gambar yang disediakan pengguna jasa dan termuat dalam

dokumen pelelangan. Gambar ini disiapkan oleh perencana teknis yang bertanggung jawab

atas hasil perencanaannya dan akan digunakan sebagai acuan dalam menyiapkan

penawaran oleh peserta lelang dan akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan

oleh kontraktor.

Sesuai dengan ketentuan UU No. 18/1999 mengenai tanggung jawab terhadap kegagalan

bangunan, maka dalam rangka penetapan masa tanggung jawab para pelaku

penyelenggaraan jasa kontruksi untuk pekerjaan konstruksi, maka dalam dokumen

perencanaan termasuk gambar harus dicantumkan secara tegas umur rencana kontruksi

yang direncanakan tersebut.

Page 30: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-3

3.1.2 GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

Gambar kerja dibuat oleh kontraktor berdasarkan gambar rencana dan merupakan

penjabaran dari gambar rencana serta merupakan acuan detil untuk pelaksanaan di

lapangan. Gambar verja harus disetujui oleh dierksi pekerjaan/direksi teknis. Namur

persetujuan direksi pekerjaan/direksi teknis tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor

atas kesalahan yang terjadi.

3.1.3 GAMBAR TERLAKSANA (AS BUILT DRAWING)

Gambar terlaksana merupakan gambar yang menunjukkan hasil pelaksanaan atas gambar

kerja yang harus disiapkan oleh kontraktor dan wajib diserahkan kepada pengguna jasa

pada serah terima akhir pekerjaan (paling lambat 14 hari sebelum serah terima akhir

pekerjaan).

Keterlambatan atau kegagalan penyerahan gambar terlaksana ini kepada pengguna jasa

dapat berakibat ditahannya atau diperhitungkannya pembayaran kepada kontraktor.

3.2 GAMBAR RENCANA

Gambar rencana berisi gambaran yang tepat dan pasti mengenai pekerjaan yang akan

dilaksanakan. Gambar rencana yang digunakan harus mutakhir dengan versi yang teratur

sedangkan yang tidak dipakai harus ditandai dengan jelas.

Gambar rencana yang dimasukkan dalam dokumen kontrak adalah gambar dalam

dokumen lelang. Gambar tersebut harus disimpan dalam bentuk tetap tidak diubah untuk

membantu menilai perubahan yang timbul setelah pekerjaan kontrak dimulai.

Gambar-gambar rencana memberikan suatu konsep rinci dari struktur (bangunan). Untuk

fabrikasi pekerjaan jembatan, terutama jembatan baja, shop drawing (gambar kerja)

diperlukan untuk memberikan keterangan yang lengkap yang diperlukan untuk fabrikasi,

termasuk di dalamnya ukuran-ukuran dan tempat-tempatnya, tipe dan ukuran dari

seluruh pengelasan-pengelasan dan pelubangan-pelubangannya. Gambar-gambar ini

harus akurat dan rinci (detail) yang teliti untuk menghindari persoalan-persoalan selama

fabrikasi dan pemasangan dan harus diperiksa sebelum dimulai fabrikasi. Shop drawing

dipersiapkan oleh kontraktor dari gambar rencana dan akan mencerminkan usulan

metoda fabrikasinya.

Sebagai produk dari perencanaan teknis, gambar rencana dibuat berdasarkan hasil

perhitungan perencanaan teknis dan sesuai dengan kondisi lapangan saat konstruksi

direncanakan. Walaupun gambar rencana telah disususn sesuai dengan kondisi

Page 31: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-4

lapangan pada saat perencanaan dilakukan, namun guna memberikan gambaran yang

akurat mengenai kondisi lapangan, maka pada saat dimulainya pelaksanaan konstruksi

gambar rencana perlu disesuaikan dengan kondisi terkini lapangan seperti: kondisi

alinyemen, geoteknik, dan terain lapangan (sungai, lembah dls.).

Salah satu tugas pengawas pekerjaan berkaitan dengan gambar rencana adalah pada

awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah memeriksa dan meneliti gambar rencana,

terutama kesesuaiannya dengan kondisi lapangan, dan hasilnya dilaporkan kepada

direksi pekerjaan dan diberitahukan kepada kontraktor, termasuk catatan-catatan yang

diperlukan.

Demikian juga, sesuai ketentuan dokumen kontrak, pada awal pelaksanaan kontrak,

yakni dalam waktu 30 hari pertama dari masa mobilisasi, kontraktor diwajibkan

melakukan survei dan membuat laporan mengenai kondisi lapangan dan kondisi fisik dan

struktur jalan termasuk jembatan yang mencakup: jenis, dimensi, kondisi struktur dan

elemen jembatan yang membutuhkan pengembalian kondisi.

Selain harus melakukan survei tersebut, kontraktor pada awal pelaksanaan konstruksi

juga diwajibkan mempelajari gambar rencana asli dari dokeumen lelang/kontrak dan

berkonsultasi direksi pekerjaan/direksi teknis sebelum pekerjaan survei atau pengukuran

dimulai.

Sebagai hasil mempelajari gambar dan survei lapangan tersebut, kontraktor harus

menunjukkan dan memperbaiki setiap kesalahan atau kehilangan yang ditemui (bila ada)

di lapangan terutama yang mengakibatkan perubahan gambar rencana yang dibutuhkan.

Pihak kontraktor dan direksi pekerjaan/direksi teknis harus mencapai kesepakatan

terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap gambar rencana.

Konsultan supervisi harus mencatat secara jelas dan rinci setiap perubahan gambar

rencana yang dilakukan. Setiap penyimpangan atau kerancuan yang telah diindikasikan

atau dilaporkan oleh kontraktor secepatnya harus dilakporkan kepada direksi pekerjaan

untuk mendapatkan tindak lanjut yang diperlukan. Apabila terjadi keraguan penafsiran

atas gambar rencana, konsultan pengawas harus segera melaporkan kepada direksi

pekerjaan untuk mendapatkan petunjuk.

Sesuai ketentuan Syarat-Syarat Kontrak, gambar rencana tetap dikuasai dan menjadi

milik direksi pekerjaan, dan kontraktor harus mendapatkan 2 (dua) set rekaman (copy)

gambar rencana secara cuma-Cuma. Apabila kontraktor menginginkan lebih banyak

rekaman, maka kontraktor bebas untuk menggandakan dengan biaya sendiri. Kontraktor

Page 32: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-5

dilarang menyebarluaskan, menyampaikan atau menunjukkan kepada pihak ketiga diluar

kepentingan kontrak, tanpa seijin direksi pekerjaan.

Direksi pekerjaan mempunyai kewenangan untuk setiap saat menerbitkan dan

menyampaikan gambar rencana tambahan kepada kontraktor dan kontraktor wajib

melaksanakannya.

Selain hal tersebut, apabila kontrak menentukan bahwa kontraktor harus menyiapkan

gambar rencana pekerjaan permanen, kontraktor harus menyampaikan gambar rencana

untuk disetujui direksi pekerjaan:

a. gambar rencana, termasuk spesifikasi teknis, perhitungan dan informasi terkait harus

memuaskan direksi pekerjaan atas kesesuaian dan kecukupan desain; dan

b. manual pengoperasian dan pemeliharaan secara cukup rinci yang akan digunakan

oleh pemilik untk mengoperasikan, memelihara, membongkar, memasang kembali,

dan menyesuaikan pekerjaan permanen yang didesain tersebut.

Sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak, persetujuan dari direksi pekerjaan tidak

membebaskan kontraktor dari tanggung jawab atas penyimpangan dan kesalahan yang

terjadi.

Pada akhir pelaksanaan kontrak yakni setelah diterbitkannya berita acara serah terima

akhir pekerjaan, semua gambar rencana harus diserahkan kembali kepada direksi

pekerjaan.

3.3 PEMERIKSAAN GAMBAR KERJA

Seperti telah diuraikan di atas bahwa gambar kerja adalah gamabr konstruksi yang disiapkan

oleh kontraktor berdasarkan gambar rencana, yang akan digunakan sebagai acuan dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Sebagai rincian dari gambar rencana, gambar kerja dibuat lebih rinci dan jelas, dengan

menunjukkan detail dari setiap jenis pekerjaan seperti: pondasi, bangunan bawah, bangunan

atas, bangunan pengaman dan perlengkapan jembatan.

Konsultan supervisi melakukan pemeriksaan secara teliti atas usulan gambar kerja yang

disampaikan kontraktor atas kesesuaiannya dengan gambar rencana dan kondisi lapangan

terkini, termasuk kondisi geoteknik sesuai hasil survei dan pengujian geoteknik terkini.

Pemeriksaan usulan gambar kerja dari kontraktor dilakukan oleh konsultan pengawas

mencakup semua jenis konstruksi elemen jembatan.

Page 33: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-6

Gambar kerja harus sebanyak mungkin memberi gambaran tepat dan pasti mengenai

pekerjaan yang akan dilaksanakan dan sesuai dengan kondisi lapangan yang mencakup:

dimensi, ketinggian, lokasi, kedalaman, posisi, jenis bahan, ketentuan spesifikasi yang

ditunjuk dan informasi lain yang penting dalam pelaksanaan pekerjaan.

Gambar kerja harus selalu mutakhir dengan versi yang teratur, sedangkan versi yang tidak

dipakai harus ditandai dengan jelas.

Direksi pekerjaan memberikan persetujuan atas hasil pemeriksanan usulan gambar kerja

tersebut untuk selanjutnya sebagai acuan dalam menyusun metode kerja dan pelaksanaan

pekerjaan selanjutnya. Sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak, persetujuan dari direksi

pekerjaan tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab atas penyimpangan dan

kesalahan yang terjadi.

Kontraktor harus menyampaikan kepada direksi pekerjaan 4 (empat) set rekaman gambar

kerja.

Kegagalan atau keterlambatan kontraktor dalam menyampaikan gambar kerja yang harus

disampaikan oleh kontraktor, akan menjadi pertimbangan dan diperhitungkan dalam

pemberian kompensasi kepada kontraktor sebagai akibat kegagalan atau keterlambatan

direksi pekerjaan dalam menyampaikan gambar rencana kepada kontraktor yang mencakup

kompensasi penambahan waktu atau penambahan nilai kontrak.

3.4 PENERAPAN GAMBAR KERJA

Gambar kerja yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan akan digunakan sebagai acuan

kontraktor dalam mnenyusun metode kerja yang selanjutnya digunakan sebagai acuan

dalam melaksanakan setiap kegiatan pekerjaan jembatan sebagai berikut:

Bangunan bawah

o Pondasi

Pondasi langsung

Pondasi sumuran

Pondasi tiang pancang

Pondasi tiang bor beton

o Kepala jembatan dan pilar

Pilar balok kepala sederhana

Pilar kolom tunggal

Pilar tembok

Pilar portal satu tingkat kolom ganda atau majemuk

Page 34: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-7

Pilar portal dua tingkat

Pilar portal penampang I

Bangunan atas

o Rangka baja

Komponen rangka baja

Lantai jembatan

Pelat baja gelombang

Penulangan

Komponen-komponen yang akan ditanam

Besi siku pelindung

Pelat injak

Lapisan aspal

Kelengkapan jembatan

Perletakan jembatan

Penahan gempa jembatan rangka

Rel pengaman pada jembatan rangka

o Gelagar beton bertulang

Unit pracetak

Cor in-situ

Pelat lantai

Pembentukan rongga

Acuan

Penulangan

o Gelagar beton pratekan

Sistem prategang

Pre-tensioning

Post-tensioning

Beton

Baja

Penulangan

o Gelagar komposit

Gelagar baja

Lantai beton bertulang

Bangunan pengaman dan perlengkapan jembatan

o Pengaman bangunan bawah jembatan

o Pengaman struktur

Fender

Page 35: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-8

o Pengaman sungai

Krib

Bronjong atau matras

Pengaman tebing dinding beton dan pasangan batu kali

Turap baja

Dinding penahan tanah

Bangunan pengatur dasar sungai (bottom controller)

o Perlengkapan jembatan

Rambu

Sandaran

Parapet

Papan nama

3.5 PEMERIKSAAN GAMBAR TERLAKSANA

Selama pelaksanaan pekerjaan jembatan, konsultan pengawas harus mencatat secara

bertahap pada rekaman gambar rencana atau pada tabel kemajuan, rincian pekerjaan yang

telah selesai dan dengan warna yang mencolok harus ditandai setiap perubahan atas

gambar rencana.

Perubahan dari gambar rencana tersebut harus ditandai/digambar dan diberi ukuran

sehingga memungkinkan perhitungan tepat, semua tambahan atau pengurangan kuantitas

bahan, galian dan sebagainya. Dengan selesainya setiap bagian bangunan yang terdapat

tambahan atau pengurangan, perhitungan terpisah dengan rekaman (copy) gambar rencana

harus tecatat dalam buku pengukuran dan diberi paraf oleh kontraktor atau wakilnya pada

pekerjaan tersebut. Tiap pekerjaan tambahan yang dilaksanakan oleh kontraktor sendiri dan

bukan atas instruksi direksi pekerjaan harus ditunjukkan dalam buku pengukuran dan diberi

tanda pada gambar rencana. Pada akhir pekerjaan gambar rencana harus diberikan pada

direksi pekerjaan yang akan mengatur dipersiapkannya gambar terlaksana (as-built drawing)

oleh kontraktor.

Gambar terlaksana menunjukkan lokasi dan dimensi dari setiap pekerjaan tambahan dan

semua perubahan terhadap gambar rencana seperti: detail ketinggian baru pada pondasi

langsung, tiang pancang dan jenis pondasi lainnya.

Sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak, kontraktor harus menyerahkan kepada direksi

pekerjaan gambar terlaksana paling lambat 14 (empat belas hari) sebelum penyerahan akhir

pekerjaan.

Page 36: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab III : Gambar Teknis

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-9

Gambar terlaksana yang sudah disetujui direksi pekerjaan akan merupakan salah satu

lampiran dalam pelaporan penyelesaian pekerjaan jembatan oleh konsultan pengawas

kepada direksi pekerjaan.

Kontraktor harus menyampaikan kepada direksi pekerjaan 4 (empat) set rekaman gambar

terlaksana.

Keterlambatan kontraktor dalam menyampaikan gambar terlaksana, maka pengguna jasa

dapat menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dala syarat-syarat kontrak. Kegagalan

kontraktor dalam menyampaikan gambar terlaksana, maka pengguna jasa dapat

memperhitungkan pembayaran kepada kontraktor sesuai ketentuan syarat-syarat kontrak.

Page 37: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-1

BAB IV

METODE KERJA

4.1 USULAN METODE KERJA

Metode kerja adalah suatu perencanaan yang memberikan gambaran bagaimana cara

melaksanakan suatu pekerjaan, baik secara menyeluruh maupun setiap kegiatan. Peranan

metode kerja dalam pelaksanaan konstruksi adalah sangat penting, terutama dalam

kaitannya dengan: biaya, waktu, mutu, dan keselamatan kerja.

Penentuan pemilihan metode kerja dari beberapa alternatif dipengaruhi oleh:

a. desain

b. kondisi lingkungan/lapangan (tanah, air tanah, cuaca dan lain-lain),

c. waktu pelaksanaan tersedia,

d. peralatan yang dapat disediakan,

e. keterampilan pekerja.

Metode kerja konstruksi tidak dapat distandarkan seperti pada pabrik manufaktur, namun

selalu berkembang mengikuti perkembangan teknologi konstruksi yang dimaksudkan dalam

rangka peningkatan daya guna dan hasil guna unsur-unsur berkaitan dengan biaya, waktu,

mutu, dan keselamatan kerja tersebut di atas.

Mutu metode kerja yang diusulkan oleh kontraktor menunjukkan tingkat profesionalisme dari

kontraktor yang bersangkutan.

Metode kerja secara lebih luas adalah merupakan penjabaran cara-cara kerja untuk

menyelesaikan suatu proyek, meliputi:

perolehan suatu informasi yang diperlukan baik yang tersebut dalam dokumen kontrak

maupun yang diperoleh di luar dokumen kontrak, antara lain:

o lokasi lapangan dan sekitarnya baik kondisi alamnya maupun kondisi sosial budaya

masyarakat setempat;

o sumber daya yang tersedia di lokasi dan sekitarnya;

o dan lain-lain;

pekerjaan-pekerjaan persiapan yang diperlukan seperti jalan kerja, fasilitas kerja, kantor,

base camp dan lain-lain;

urut-urutan pelaksanaan pekerjaan, biasanya telah terlihat pada jadwal waktu pekerjaan;

Page 38: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-2

cara yang dipilih untuk melaksanakan setiap bagian pekerjaan seperti: galian,

dewatering, sistem acuan dan perancah, sistem pengecoran dan lain-lain,

menetapkan jenis, komposisi dan jumlah alat/tenaga yang akan digunakan sesuai

dengan batas waktu yang ada atau yang disediakan.

Dengan metode kerja dapat dijelaskan alternatif-alternatif cara pelaksanaan setiap jenis

pekerjaan seperti: penggunaan perancah, pemancangan tiang pancang, pemasangan

rangka baja jembatan, pengecoran lantai dan lain-lain

Berdasarkan gambar rencana dan gambar kerja yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan,

kontraktor menyusun metode kerja dan diusulkan kepada direksi pekerjaan untuk disetujui,

yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan setiap kegiatan pekerjaan

jembatan sebagai berikut:

Jalan/jembatan darurat

Bangunan bawah

o Pekerjaan tanah

o Pondasi

Pondasi langsung

Pondasi sumuran

Pondasi tiang pancang

Pondasi tiang bor beton

o Kepala jembatan dan pilar

Pilar balok kepala sederhana

Pilar kolom tunggal

Pilar tembok

Pilar portal satu tingkat kolom ganda atau majemuk

Pilar portal dua tingkat

Pilar portal penampang I

Bangunan atas

o Jembatan pelengkung

Gelagar

Balok (pelengkung, vertikal, melintang, dan pengaku mendatar)

o Jembatan gantung

Kabel (pemikul, penggantung, dan penahan ayun)

Pilon (kolom, pengaku, dan sadel)

Balok melintang,

Ikatan angin.

Page 39: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-3

o Rangka baja

Komponen rangka baja

Lantai jembatan

Pelat baja gelombang

Penulangan

Komponen-komponen yang akan ditanam

Besi siku pelindung

Pelat injak

Lapisan aspal

Kelengkapan jembatan

Perletakan jembatan

Penahan gempa jembatan rangka

Rel pengaman pada jembatan rangka

o Gelagar beton bertulang

Unit pracetak

Cor in-situ

Pelat lantai

Pembentukan rongga

Acuan

Penulangan

o Gelagar beton pratekan

Sistem prategang

Pre-tensioning

Post-tensioning

Beton

Baja

Penulangan

o Gelagar komposit

Gelagar baja

Lantai beton bertulang

Jalan pendekat

o Pekerjaan tanah

o Lapis perkerasan

o Bangunan pelengkap jalan

o Perlengkapan jalan

Bangunan pengaman dan perlengkapan jembatan

o Pengaman bangunan bawah jembatan

Page 40: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-4

o Pengaman struktur

Fender

o Pengaman sungai

Krib

Bronjong atau matras

Pengaman tebing dinding beton dan pasangan batu kali

Turap baja

Dinding penahan tanah

Bangunan pengatur dasar sungai (bottom controller)

o Perlengkapan jembatan

Rambu

Sandaran

Parapet

Papan nama

Persetujuan direksi pekerjaan atas usulan metode kerja tidak membebaskan kontraktor dari

tanggung jawab atas terjadinya kesalahan dan penyimpangan pelaksanaan pekerjaan.

4.2 PERUBAHAN METODE KERJA

Walaupun metode kerja telah dibuat oleh kontraktor secara berkeahlian sesuai dengan

kondisi lingkungan sebagaimana diuraikan di atas, namun dalam perjalanan pelaksanaan di

lapangan dimungkinkan untuk diadakan penyesuaian dengan kondisi pelaksanaan di

lapangan.

Dalam rangka penyesuaian tersebut, maka kontraktor setiap saat dapat mengusulkan

perubahan metode kerja untuk disetujui direksi pekerjaan dalam hal-hal sebagai berikut:

Adanya perubahan situasi dan kondisi lapangan;

Adanya perubahan informasi yang digunakan;

Adanya pemikiran baru yang lebih baik;

Adanya faktor luar yang memaksa diadakannya perubahan.

Alasan utama diadakannya penyesuaian metode kerja tersebut adalah dalam rangka

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelesaian pekerjaan seperti:

Biaya pelaksanaan;

Waktu pelaksanaan;

Mutu pelaksanaan;

Keselamatan kerja; dan

Pemeliharaan lingkungan.

Page 41: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-5

4.3 PENERAPAN METODE KERJA

Penerapan metode kerja pelaksanaan pekerjaan jembatan mencakup pelaksanaan

pekerjaan pengukuran dan survei, pekerjaan pondasi, pekerjaan bagunan bawah, pekerjaan

bangunan, pekerjaan bangunan pengaman dan pelengkap jembatan, dan jalan pendekat.

4.3.1 PENGUKURAN DAN SURVEI

Seluruh elemen-elemen struktur suatu jembatan pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan

jembatan harus berada pada posisi yang benar. Untuk memindahkan suatu gambar rencana

dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka dibutuhkan :

Sejumtah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat yang

tetap;

Dalam perencanaan jembatan harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.

Titik-titik kontrol sementara setempat dapat ditentukan di sekitar lokasi jembatan dengan

melakukan pengukuran baik vertikal maupun horizontal dan dari titik-titik kontrol tersebut

posisi akhir dari elemen struktur dapat ditetapkan.

Apabila terdapat ketidak-jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan

keraguan interpretasi, maka pengawas Lapangan harus menghubungi perencananya untuk

mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung-jawab dalam penentuan dan pematokan

secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa Kontraktor

mendapatkan informasi yang tepat serta telah menyiapkan titik-titik kontrol yang dipasang.

Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan

ditempatkan pada posisi yang tepat di dalam lokasi pekerjaan konstruksi. Jarak antar titik-

titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.

Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi jembatan tetapi bebas dari

area kegiatan, hal ini dimaksud untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran posisi

akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik

kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat

terjadi pada dasar tanah seperti pada daerah pasang surut dan tanah, pada timbunan

pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendiri, seperti proses

yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.

Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar, dan bangunan atas

ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan.

Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan. Letak dan jarak

offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali di lapangan dan untuk

menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala jembatan

selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.

Page 42: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-6

Letak elemen-elemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan

berdasarkan pada letak elemen-elemen utama dengan mempertimbangkan pengukuran.

Penempatan dan pematokan letak etemen-elemen utama yang telah ditentukan harus

diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh staf direksi

pekerjaan dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang

digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal

Bagi kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya sendiri,

dianjurkan untuk menggunakan metoda lain yang berbeda dengan metoda yang telah

digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan dari

ketidak-tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan penandaan atau kesalahan dalam

melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan dengan

memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik akhir pada sisi yang

lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama. Pemeriksaan ini tidak

diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik akhir saja atau dari 2 titik

akhir pada sisi yang terpisah.

Prinsip dasar pekerjaan survei harus selalu digunakan, terutama untuk jarak yang besar.

Peralatan harus mengukur dengan akurat dan sudut diukur pada sisi muka kanan dan

muka kiri. Peralatan survei yang digunakan dianjurkan untuk diperiksa secara teratur untuk

mempertahankan ketelitian dan ketepatannya. Dalam pengukuran, diusahakan agar jarak

muka sama dengan jarak belakang jika memungkinkan.

4.3.2 PENGUKURAN PONDASI

Kapasitas jembatan mendukung lalu-lintas berat dan menahan gangguan banjir dan

sebagainya sangat tergantung pada kekuatan pondasinya. Pada jembatan-jembatan

sederhana, kadang-kadang diizinkan adanya penurunan kecil, penurunan besar pada pilar

atau kepala jembatan akan menyebabkan tegangan yang berlebihan dan kerusakan pada

unsur-unsur jembatan. Kalau jembatan telah direncanakan sebagai bangunan menerus,

penurunan bangunan bawah akan mengakibatkan membaliknya tegangan pada gelegar

dan lantai jembatan. Penurunan yang berlebihan, akan mengakibatkan kerusakan pada

bangunan.

Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun

pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada tiap

tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus diambil

pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan jembatan.

Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum, perbaikan atau

pekuatan pondasi sulit dilaksanakan.

Page 43: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-7

4.3.2.1 Pondasi Langsung (Spread Footing)

Pondasi langsung, pada prinsipnya menyebarkan beban secara langsung pada dasar galian

yang kedalamannya relatif kecil, ini berbeda dengan pondasi tiang pancang yang

meneruskan beban pada tanah.

Dari data geoteknis yang ada, perencana menentukan suatu kapasitas daya dukung dari

tanah atau batuan: Kapasitas ini biasanya ditunjukan dalam gambar. Berdasarkan nilai

tersebut, ukuran pondasi langsung dihitung. Pelaksana jembatan kemudian mempunyai

tanggung jawab untuk mencek bahwa dasar pondasi di mana akan dibangun pondasi

langsung tersebut memenuhi perkiraan perencana mengenai daya dukungnya.

4.3.2.2 Pondasi Sumuran

Pondasi berbentuk sumuran ini dipakai, apabila lapisan tanah keras terdapat antara 2–8

meter di bawah dasar sungai yang pada umumnya terdapat di Indonesia.

Jenis Sumuran

Sumuran Bundar

Sumuran Persegi empat

Sumuran ‘Oval’

Salah satu cara pembuatan pondasi sumuran, biasanya dilakukan dengan membuat cincin

beton terlebih dulu setinggi 1-2 meter. Tebal cincin tidak terlalu besar (+ 1/20 diameter),

karena fungsinya hanya sebagai acuan (‘casing’) saja.

Diameter sumuran jangan terlalu kecil, minimum 1 meter. Cincin beton diturunkan ke dalam

tanah dengan cara menggali / mengeluarkan tanah dari dalam sumuran dan kemudian

apabila cincin pertama sudah masuk, lalu disambung dengan cincin kedua dan seterusnya.

Penurunan sumuran harus dijaga agar selalu vertikal, sebab bila sekali terjadi kemiringan,

akan sulit untuk menegakkannya. Oleh sebab itu dianjurkan untuk selalu memeriksa sumbu

sumuran agar selalu vertikal. Penggalian tanah dilakukan merata di sekeliling dinding

sumuran dan kadang-kadang perlu diberikan beban untuk mempercepat penurunan.

Peralatan yang perlu diperhatikan, adalah pompa air dengan jumlah dan kemampuan yang

sesuai dengan debit air muncul dalam sumuran.

Kesulitan yang biasa timbul, adalah:

Sumuran miring (tidak vertikal)

Hal ini bisa dicegah dengan selalu mengadakan pemeriksaan terhadap sumbu sumuran

agar vertikal.

Sumuran tidak mau turun

Hal ini dapat diatasi dengan memberi beban di atas cincin sumuran.

Air di dalam sumuran tidak kunjung kering

Page 44: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-8

Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan pompa yang terlalu kecil dan tidak dapat

mengimbangi debit air yang ada. Hal ini, dapat diatasi dengan menambah jumlah pompa.

Apabila dengan penambahan unit pompa masalah ini, belum juga teratasi, maka perlu

dipikirkan jalan lain, misalnya dengan menggunakan alat penyedot lumpur dan sebagainya.

Setelah cincin beton selesai / terpasang, kemudian diisi dengan beton siklop (beton 1 : 2 : 3

+ 40% batu belah (< 25 cm), tetapi pada bagian dasarnya diisi dengan beton kedap air dan

pada bagian atasnya diisi dengan beton yang mutunya sama dengan beton bagian bawah.

Pengecoran tidak boleh dijatuhkan begitu saja, melainkan harus melalui talang atau pipa,

agar beton tidak jatuh menyebar bebas.

4.3.2.3 Pondasi Tiang

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang terdiri dari tiang-tiang yang dimasukkan

ke dalam tanah sampai kedalaman tertentu (lebih besar dari 10 meter di bawah permukaan

tanah asli).

1. Kapasitas Tiang

Ada beberapa cara meramalkan kapasitas batas tiang antara lain adalah dengan

Percobaan Pembebanan dan dengan menggunakan Rumus Dinamis.

Akan tetapi dalam tiap kasus, perlu mengaitkan perkiraan kapasitas batas terhadap

beban rencana pada tiang. Nilai dari beban rencana maksimum pada setiap tiang harus

diberikan pada gambar rencana. Pengawas harus memilih faktor keamanan yang

sesuai untuk diterapkan pada kapasitas akhir dan memeriksa apakah lebih besar dari

pada beban rencana.

Pemilihan faktor keamanan bergantung pada jenis rumus dinamis yang dipakai, dan

fungsi bangunan. Bangunan sementara dapat dilaksanakan dengan faktor keamanan

yang lebih rendah dari pada bangunan tetap.

Faktor keamanan dari 3 hingga 6 diberikan untuk Rumus Denmark yang digunakan di

dalam spesifikasi teknik. Beberapa peraturan perencanaan mensyaratkan nilai-nilai

minimum 2,5 atau 3,0 untuk rumus dinamis dan 2,0 untuk pengujian beban dalam

jumlah yang cukup telah dilaksanakan.

2. Percobaan Pembebanan

Percobaan Pembebanan di lokasi dilakukan pada tiang untuk memastikan kapasitas

daya dukung. Percobaan pembebanan dapat juga dilakukan pada tiang uji pada waktu

tahap perencanaan untuk memeriksa kapasitas perkiraan.

Page 45: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-9

Tanah kohesi dan non-kohesi sifat-sifatnya akan berubah oleh adanya pemancangan

tiang pancang. Pada tanah lempung adanya gangguan ini akan menyebabkan

terjadinya pembentukan kembali (remoulding) dan kehilangan kekuatan. Dengan

berjalannya waktu, sebagian besar kekuatan akan kembali dan oleh karena itu

pengujian beban harus dilakukan beberapa minggu setelah tiang dipancang. Pada

tanah pasir, suatu kondisi sementara akan terjadi di mana tahanan berlebih

(resistance) akan terjadi. Akan tetapi tahanan berlebih tersebut akan hilang beberapa

waktu setelah pemancangan, biasanya beberapa hari setelah pemancangan.

Tiang dapat diberi beban percobaan dengan salah satu cara di bawah ini:

Beban mati dalam bentuk pemberat (kentledge) yang langsung ditambahkan pada

tiang.

Pendongkrakan terhadap beban mati yang didukung di atas tiang.

Pendongkrakan terhadap balok mellntang yang dl angker pada dua tiang

disampingnya.

Pendongkrakan terhadap balok melintang yang di angker pada batu oleh kabel

prategang yang di-grout pada batuan di luar tiang.

3. Rumus Dinamis

Telah dikembangkan banyak rumus untuk meramalkan batas daya dukung tiang pada

waktu pemancangan di lokasi. Tidak ada satupun rumus yang dapat diandalkan terus

menerus, atau untuk suatu kisaran daya dukung tiang.

Kebanyakan rumus praktis tiang pancang merupakan penyederhanaan dari persamaan

umum dan mengandung sejumlah "konstanta" dan koefisien empiris.

Cara tradisional meramalkan daya dukung tiang dengan cara dinamis adalah dengan

memancang tiang, mencatat sejarah pemancangan dan mengadakan percobaan

pembebanan. Akhir-akhir ini cara menginstrumentasi tiang dan melakukan perhitungan

kompleks menggunakan komputer sewaktu pemancangan dilaksanakan, memberikan

suatu alternatif yang balk.

Setelah batas daya dukung tiang dihitung, suatu faktor keamanan yang sesuai dipilih

untuk menentukan perkiraan kapasitas kerja. Pilihan angka keamanan dapat

ditanyakan dan sedapat mungkin ditentukan oleh Perencana.

Rumus Denmark kadang disyaratkan untuk menghitung batas daya dukung tiang.

Rumus ini dikenal sebagai salah satu rumus yang diandalkan untuk meramalkan batas

daya dukung tiang.

Batas daya dukung dapat dihitung sebagai berikut:

Page 46: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-10

di mana: Ru = batas daya dukung dalam kilo Newton

Wr = Berat penumbuk dalam Newton

(9,81 x massa penumbuk dalam Kilogram)

H = tinggi jatuh bebas penumbuk dalam m.

e = efisiensi jatuh penumbuk

E = Modulus Elastisitas bahan tiang pancang (dalam Mega Pascal)

Ip = Panjang tiang dalam meter

A = Luas penampang melintang tiang dalam milimeter persegi

s = Penurunan akhir tiang dalam milimeter tiap pukulan dari rata-rata 10

pukulan pancang beruntun, atau 5 pukulan uji kembali penuh yang

pertama

so = Penurunan sementara yang diperbolehkan dalam milimeter, seperti

dihitung dari rumus di atas.

4. Alat Penumbuk Tiang Pancang

Tanpa memandang jenis tiang pancang, harus digunakan penumbuk yang cukup besar

untuk mengatasi inersia dari tiang pancang untuk pemancangan yang efisien dan

ekonomis sebagian besar tenaga kinetis harus tersedia, untuk memancang tiang ke

dalam tanah setelah dikurangi kehilangan akibat pukulan (impact) dan sebab lain.

Penumbuk jatuh bebas dan diesel adalah jenis yang paling sering dipakai.

a. Penumbuk Jatuh Bebas (Drop Hammers)

Penumbuk jatuh bebas memerlukan biaya modal yang rendah dan hampir tanpa

pemeliharaan. Masukan tenaga dihitung sebagai hasil perkalian berat penumbuk,

tinggi jatuh dan faktor efisiensi, yang tergantung pada cara pengoperasian

penumbuk. Operasi penarikan pelatuk yang kira-kira menyerupai suatu yang jatuh

bebas dari penumbuk lebih efesien dari pada jatuh bebas dari katrol.

Penumbuk terbuat dalam berbagai bentuk dan dibuat dari blok besar besi cor atau

baja atau bagian baja laminasi, yang memungkinkan penyesuaian berat

penumbuk dengan mengurangi atau menambah pelat.

Beberapa penumbuk dipandu oleh selot yang dicor pada sisi blok, yang lainnya

dari tonjolan di belakang yang masuk tepat di antara pengarah pemandu (leader

guides). Untuk yang disebut terakhir, dua "keeper" kayu horisontal dimasukan

Page 47: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-11

rapat kedalam dua lubang yang dicor dalam tonjolan belakang. Kadang-kadang

dipergunakan pelat baja dan baut penahan.

Penumbuk jatuh bebas tersedia dalam bermacam ukuran dari 0,5 sampai 8 ton.

Pilihan akhir tergantung pada berat dan ukuran tiang yang akan dipancang.

Penumbuk digantung dengan tali yang dipasang di atas, diangkat pada ketinggian

yang ditentukan dan dijatuhkan pada kepala tiang.

Tiap penumbuk harus diberi tanda yang menunjukan beratnya.

Perbandingan antara berat penumbuk jatuh bebas dengan berat tiang pancang

yang disarankan untuk tiang baja dan beton bertulang adalah sebagai berikut:

• Tiang pancang dengan berat sampai 7,5 ton perbandingan penumbuk dengan

tiang minimum dua pertiga.

• Tiang 7,5 hingga 12 ton perbandingan penumbuk dengan tiang minimum satu

perdua.

Untuk tiang pancang beton bertulang dengan berat hingga 7,5 ton, hasil perkalian

jarak jatuh bebas penumbuk dalam meter dan berat penumbuk dalam ton tidak boleh

melebihi 5 ton meter. Untuk tiang baja dan beton yang lebih berat, tenaga maksimum

dapat ditentukan oleh direksi pekerjaan.

Untuk tiang pancang kayu dan beton pratekan, berat penumbuk jatuh bebas harus

mendekati berat tiang pancang.

b. Penumbuk Diesel (Diesel Hammers)

Penumbuk diesel mempunyai pengeluaran modal awal yang tinggi dan memerlukan

pemeliharaan, tetapi dengan tingkat pemancangan 45-60 pukulan per menit biasanya

lebih cepat dan lebih ekonomis untuk pekerjaan besar. Panjang stroke/pukulan

berbanding lurus dengan perlawanan tiang. Semakin sulit pemancangan semakin

besar tenaga yang dikeluarkan oleh penumbuk. Perllancangan pada tanah yang

sangat lunak dapat merupakan masalah karena kurang daya dukung ketahanan

berarti penumbuk tidak dapat mengaktifkan dirinya kembali. Dalam hal demikian

penurnbuk diangkat dan dijatuhkan dengan crane hingga menjumpai tanah yang

cukup keras untuk menggerakan/ mengaktifkan penumbuk.

Penumbuk diesel mempunyai silinder vertikal yang terbuka di atas di mana suatu ram

bergerak ke atas dan ke bawah. Di ujung bawah terdapat dudukan (anvil). Peralatan

penunjang termasuk tangki bahan bakar, pompa bahan baku, alat tripping dan (pada

beberapa jenis) radiator (water jacket) air untuk mendinginkan silinder. Cara bekerja

penumbuk diesel dijelaskan dalam sebagian besar buku pedoman dan digambarkan

pada Gambar 4.3. Beberapa penumbuk mempunyai kemampuan/merubah masukan

energi dengan menyemprotkan persediaan bahan bakar.

Page 48: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-12

Ukuran penumbuk yang disarankan untuk penumbuk diesel ditentukan dengan

memilih penumbuk dengan berat ram sekurang-kurangnya sepertiga berat tiang yang

dipancang.

Gambar 4.3. - Pengoperasian Penumbuk Diesel

1) Topi

Topi adalah blok baja yang digunakan untuk melindungi kepala tiang pada

waktu memancang. Packing secukupnya diletakkan pada ujung atas topi

sebagai bantalan antara penumbuk dan tiang, dan mendistribusi tumbukan

pada seluruh luas kepala tiang. Ini biasanya disebut 'cap block' meskipun

kadang-kadang disebut 'dolly' (lihat di bawah untuk arti lain dari dolly).

Topi dibuat sesuai dengan jenis tiang yang dipancang dan terdiri atas pelat

baja horisontal setebal 50 mm dengan sisi kotak baja tebal 25 mm diteruskan

300 mm di atas dan di bawah pelat pukulan (strike plate). Topi harus agak

longgar pada tiang untuk menghindari timbulnya tegangan pada tiang bila

tiang berputar pada waktu pemancangan. Rongga atas kotak/box diisi penuh

dengan kayu keras, blok Novasteen atau Micarta dengan serat ujung terbuka

terhadap penumbuk. Penempatan kayu tidak boleh demikian rupa sehingga

penumbuk jatuh tegak lurus pada serat ujung, yang menyebabkan potongan

kayu dapat berpencaran seperti peluru kecil.

Perlindungan untuk kepala tiang beton dapat diberikan oleh lapisan setebal 50

hingga 75 mm. Ini dapat berupa papan oregon atau pinus atau papan kayu

lunak yang serupa, gulungan tali manila, lapisan sabuk karet, karung goni,

karung dari serbuk gergaji atau lapisan caneite. Tergantung pada lama dan

Page 49: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-13

kekuatan tumbukan, pakking mungkin memerlukan penggantian setelah

pemancangan tiap tiang. Tiang baja atau kayu tidak memerlukan paking pada

kepala tiang.

Topi harus mempunyai pegangan pengangkat yang sesuai, guna kemudahan

pemasangan dan pemindahan.

Susunan cap block dan topi yang umum untuk tiang beton terlihat dalam Gambar

4.4.

Gambar 4.4. - Cap Blok dan Topi Untuk Tiang Beton Pracetak

2) Dolly

Dolly atau follower adalah sambungan sementara pada tiang untuk

memungkinkannya dipancang di bawah air atau di bawah tanah. Dolly dipasang

pada topi di puncak tiang dan dibuat dari kayu keras (hardwood) bulat atau dari

baja. Sedapat mungkin penggunaan dolly harus dihindari karena terjadinya

kehilangan tenaga pada dolly dengan sambungan tiang, dan sendi "bergerak"

dapat menyebabkan kehilangan pengendalian arah.

Beberapa pemandu tiang mempunyai tempat untuk memasang sambungan

pendek di bawah dasar pemandu untuk memungkinkan topi dan penumbuk

bergerak ke bawah melampaui batas normal geraknya. Hal ini dilakukan hanya

bila dianggap bahwa tiang dapat mencapai penurunan (set) yang ditentukan

sebelum menembus tanah terlalu dalam untuk dapat disambung.

Page 50: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-14

3) Peralatan Penyemprot Air

Peralatan penyemprot air dapat digunakan untuk membantu penetrasi tiang

dalam tanah pasir padat.

Pipa baja ditekan masuk di samping tiang, pada saat tiang dipancang, serta

dihubungkan dengan sumber air. Pipa biasanya berdiameter 30 hingga 50 mm

dengan nozzle 10 hingga 15 mm pada ujung bawahnya.

Penyemprot (jet) ditempatkan pada ujung tiang untuk menggemburkan tanah .di

bawah tiang sehingga memungkinkan tiang menembus tanah dengan berat

sendiri atau dengan pemancangan.

Pipa dapat dipasang sentris ke dalam tiang beton pracetak untuk mengarahkan

air kepada empat (4) jet, satu pada tiap sisi pada ujung yang mengecil (tapered

point). Pipa diberi bengkokan 90° kira-kira satu meter di bawah kepala tiang untuk

penyediaan air bertekanan kepada jet.

Penyemprotan harus dihentikan kira-kira 0,5 m di atas kedudukan ujung akhir dan

saat tiang dipancang pada posisi akhir.

Tingkat aliran air yang cocok untuk penyemprotan sebesar 7.5 liter per detik per

nozzle pada tekanan 70 kPa diukur pada nozzle.

5. Pengeboran Awal (Pre-boring)

Pengeboran awal lubang dengan bor mekanis sekarang merupakan prosedur biasa

untuk membantu pondasi tiang pada kedalaman yang ditentukan dan untuk

mendapatkan ketepatan lebih besar dalam pemancangan. Kegiatan pengeboran

harus dilakukan dengan ketepatan letak, arah vertikal dan kemiringan dan untuk

kedalaman yang telah ditentukan. Diameter lubang tidak boleh lebih besar dari pada

ukuran diagonal tiang dikurangi 50 mm. Pengeboran melebihi kedalaman (over depth)

harus dihindari. Kedalaman akhir mungkin harus ditentukan dengan percobaan.

Tujuannya adalah mencapai kalendering yang ditentukan, bilamana ujung tiang

mencapai kedalaman yang direncanakan. Lazimnya pengeboran awal berhenti satu

meter di atas kedalaman ujung tiang rencana. Pada akhir pemancangan, lubang-

lubang di sekeliling tiang diisi pasir bersih, diisi menggunakan sekop, sambil

disemprot atau digenangi air.

6. Alat Untuk Tiang yang Dicor di tempat

a. Tiang yang Dipancang dan Dicor Ditempat

Peralatan untuk pemancangan dan peralatan yang digunakan untuk tiang yang

dicor setempat serupa dalam beberapa hal dengan jenis yang telah dijelaskan

Page 51: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-15

tetapi seringkali dibuat modifikasi untuk menyesuaikan dengan persyaratan

khusus dari jenis yang digunakan untuk tiang yang berbeda pabrik.

Pipa pancang terbuat dari komponen berat, biasanya dirancang untuk dipancang

dari atas oleh penumbuk jatuh atau diesel, tetapi tiang Franki dipancang

menggunakan penumbuk jatuh internal. Pemandu (leader) dari kerangka tiang

sering disesuaikan untuk memasukan pengarah (guide) untuk wadah pengecoran.

Tiang selubung baja, yang dirancang untuk diisi beton, lebih efektif bila dipancang

dengan penumbuk yang beroperasi dari atas dari pada oleh penumbuk jatuh

bebas internal yang bekerja pada beton penyumbat di dasar. Selain itu tiang

pancang yang dipancangkan dari atas dapat dipancang dengan ujung terbuka,

yang dapat mengurangi daya dukung ujung (end bearing resistance) pada waktu

pemancangan.

b. Tiang yang Dibor dan Dicor Setempat

Peralatan pengeboran biasanya dinaikan di atas crane atau truck tetapi kadang-

kadang dipergunakan juga peralatan yang dinaikan di atas tongkang/ponton

(barge) atau sled khusus. Kedalaman lubang dibatasi oleh panjang "kelly bar"

(batang yang menyangga alat penggali pada dasar lubang), sehingga biasanya

diambil nilai kedalaman maksimum 50 m.

Kedalaman dan diameter lubang yang dapat dibor tergantung pada sistem

pengeboran yang dipakai dan tenaga peralatan bornya. Penggali berputar (rotary)

dengan memakai mata bor dan ember bor (drilling bucket) adalah cara yang

paling cepat dan ekonomis bila keadaan tanahnya memungkinkan. Cara ini cocok

untuk memasang tiang yang dibor dalam tanah lempung dan dapat dipakai untuk

penggalian terbuka (open) atau dilapisi (lined), atau untuk penggunaan bentonite

pada batuan lunak dan pada bahan selain batuan.

Berbagai jenis bucket tersedia untuk pemakaian dengan bor berputar (rotary) jenis

standar mempunyai bukaan pisau sekop (scoop blade) dengan gigi yang keluar

(projecting). Bucket batuan mempunyai bukaan besar yang direncanakan untuk

mengambil batuan yang pecah akibat tumbukan alat pemotong (chopping bit)

pada kelly bar.

Dasar yang diperlebar dapat dipotong dengan memutar belling bucket di dalam

lubang berpinggiran lurus yang telah dibor sebelurnnya.

Peralatan pengeboran dengan putaran khusus diperlukan untuk pengeboran pada

batuan. Suatu pilihan lain adalah peralatan kabel (cable tool), yang menggunakan

pahat batu, ember penciduk (bailing) untuk membuang bahan-bahan cair (slurry)

dan penciduk bercengkeram (dam shell grabs) (alat menggali dan menciduk).

Page 52: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-16

Terdapat beberapa jenis peralatan tersedia yang dapat disesuaikan dengan

penggunaannya, dan peralatan demikian mempunyai keuntungan yaitu dapat

beroperasi pada penggalian yang dalam.

7. Tiang Pancang Beton

Beton dapat disesuaikan untuk penggunaan yang luas pada jenis-jenis tiang. Beton

dapat dipakai dalam bentuk pracetak pada tiang pancang atau dipakai pada tiang yang

dibor. Beton yang padat dan mampat dapat tahan terhadap pemancangan yang keras,

dan menahan serangan zat-zat agresif dalam tanah atau di air. Akan tetapi pada tiang

pracetak, beton cenderung mengalami kerusakan (yang mungkin tidak terlihat) pada

kondisi pemancangan yang keras. Beton yang lemah pada tiang yang dicor in-situ

kemungkinan akan hancur bila terdapat bahan-bahan agresif di dalam tanah atau air.

Suatu kerugian lain dari tiang beton adalah sulitnya untuk disambung dibandingkan

dengan pipa baja. Pada sebagian besar proyek-proyek, panjang tiang yang diperlukan

tidak diketahui sampai pemancangan sebenarnya berlangsung. Tiang yang perlu

diperpanjang biasanya tidak dapat diselesaikan sampai ada sambungan baru yang

dicor dan dirawat (sekurang-kurangnya 20 hari) dan tiang dapat dipancang kembali.

a. Tiang Beton Bertulang

Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang

dapat dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk

acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan

tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang

pada waktu dan sesudah pengecoran: Suatu landasan beton masif sering

digunakan. Susunan ini terlihat pada Gambar 4.5.

Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang

untuk menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu

pemancangan. Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti

pada beton, dan beton di antara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton

harus dikerjakan menggunakan alat 'pemotong' untuk meniadakan bercak-bercak

keropos (honey comb).

Page 53: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-17

Gambar 4.5. - Susunan Pencetakan untuk Tiang Beton

Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera

mungkin dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung

dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan

tekan pada kubus beton menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang

harus dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan

baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat

(lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk

pengangkutan ke tempat penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan

harus dilakukan dengan sangat berhati-hati karena tiang masih mempunyai

kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan

membesar akibat tegangan pada saat pemancangan.

Tiang harus ditandai dengan jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang

dan tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin

bahwa pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar.

Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang

menggunakan terpal atau lembaran lain.

8. Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak

Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek. Tiang

pancang beton pratekan biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan

pada saat dilepas (induced compressive stress at relase) sebesar antara 4 dan 11

MPa (40-110 kg/cm2).

Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter .hingga 20 meter, berdiameter

hingga 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat

baja pada ujung bagian yang akan disambung.

Page 54: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-18

9. Tiang Pancang Baja

Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat dan ringan untuk ditangani, mempunyai

kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan

tanah keras, dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga

mencapai . lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang

tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau

diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing

stratum).

Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus

mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang

dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada

ujung tiang ( pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat

lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.

Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian

beton pada pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya

ditinggalkan di dalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).

Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang

dipancang di dalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan

(reinforcing cage) ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang

penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk

mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap pilar.

Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang

yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak harus

dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.

Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini

dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian

luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan

berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang

setiap 90° di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2 atau

2,5 meter menurut arah memanjang tiang.

10. Kesalahan Yang Harus Dihindari

Kesalahan yang harus dihindari termasuk:

pemancangan tiang pancang geser (friction piles) pada kedalaman yang kurang;

pemancangan tiang secara berlebihan pada batuan;

Page 55: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-19

penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah yang

relatif lunak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton;

kerusakan terhadap tiang beton yang disebabkan penanganan, penempatan dan

pemancangan yang salah;

karatnya tiang baja tanpa perlindungan disebabkan oleh air tanah yang agresif atau

keadaan tanah itu sendiri;

karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut beton;

ketidak stabilan pada pilar atau kepala lembatan disebabkan oleh air berkecepatan

tinggi yang mengikis material disekitar pilar atau telapak pondasi;

terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing yang

terdapat pada waktu pencetakan tiang setempat (in-situ);

kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat dimakan

rayap dan serangga air;

penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah;

penurunan atau perputaran pondasi langsung disebabkan kurangnya daya dukung

atau kurangnya pembuangan material lepas atau material tidak sesuai;

keruntuhan dari tiang yang disebabkan tekanan negatif (down-drag) akibat

penurunan timbunan di belakang kepala jembatan;

keruntuhan oleh tersumbatnya sambungan muai oleh bahan asing, atau kerusakan

(failure) dari landasan jembatan, menyebabkan tegangan yang berlebihan (over

stress) dalam bangunan bawah.

4.3.3 KEPALA JEMBATAN DAN PILAR JEMBATAN

Kepala jembatan dan pilar jembatan dapat dibuat dari beton, baja atau kayu. Dalam bab ini

hanya akan dibahas konstruksi kepala jembatan dan pilar jembatan yang dibuat dari beton,

dan pembahasan meliputi aspek-aspek mengenai beton dari persiapan acuan dan

pemasangan penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada

acuannya.

1. Acuan

Kualitas dari bahan acuan akan menentukan suatu tingkat kualitas dan

penyelesaian beton seperti bentuk, penyelesaian akhir permukaan dan sebagainya.

Acuan untuk permukaan yang terlihat (bagian depan kepala jembatan, beton pinggir

jalan, bagian luar tembok sayap dan sejenisnya) harus dilapis plywood:

Kayu yang dipakai sebagai penopang dan penjepit bermacam-macam kualitasnya

dan sering terlalu kecil ukurannya untuk mengatasi kelebihan lendutan.

Page 56: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-20

Kontraktor tidak sering menggunakan suatu sistem penguat acuan (untuk menahan

gaya horisontal dalam acuan) tetapi mengandalkan pada penopang luar.

Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: kontraktor harus menyiapkan dan

menyerahkan satu set gambar kerja kepada konsultan supervisi.

Kontraktor harus memperhatikan ketentuan pada spesifikasi teknik sehubungan

dengan:

Material

Desain

Persiapan acuan untuk pengecoran

Pembongkaran acuan

Penyelesaian beton yang tampak/expose

Pemeriksaan terhadap acuan

Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran acuan dan

sebagainya.

Gambar-gambar pelaksanaan harus terperinci (di mana dapat diterapkan) :

Nilai-nilai asumsi dari beban hidup

Kecepatan pengecoran beton dan urutannya

Suhu beton

Tinggi jatuh beton kedalam acuan

Berat dari peralatan bergerak yang beroperasi

Diagram lawan lendut

Material acuan

Ukuran, panjang, toleransi dan detail sambungan

Angker, penopang dan penguat

Penyesuaian lapangan dan acuan pada waktu pengecoran beton

Penahan air, keyway dan insert yang diperlukan untuk pemasangan kemudian

daripada bahan pelaksanaan.

Perancah kerja dan jembatan kerja

Weephole atau lubang vibrator dimana perlu

Screed dan grade strip dan pendukungnya

Pelat pembongkar, dimana pembongkaran dapat merusak beton.

Detail dari ikatan dan spreader, termasuk pembongkarannya

Lubang pembersihan dan lubang sementara untuk pengecoran beton.

Sambungan pelaksanaan, sambungan kontrol dan sambungan pemuaian

Page 57: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-21

Strip alur untuk sudut-sudut yang tampak

Penyediaan fondasi untuk acuan, misalnya pelat alas

Lapisan acuan atau lapisan khusus

Catatan mengenai saluran dan pipa yang tertanam

Detail dari penopang

Penyediaan khusus untuk keamanan dan perlindungan dari debu, matahari, api dan

sebagainya.

Pekerjaan pengawas termasuk empat kategori:

Pengendalian

Pengawas harus memastikan bahwa semua acuan dibuat sesuai dengan spesifikasi

teknik dan gambar pelaksanaan, dan ia harus memeriksa bahwa semua ukuran masuk

dalam batas-batas toleransi yang diijinkan.

Perencanaan

Kontraktor harus merencanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai program yang

efisien dari perakitan, pengecoran, pembongkaran dan pemasangan kembali, dan

konsultan supervisi harus memeriksa usul-usul kontraktor.

Keamanan

Pengawas harus memastikan bahwa Kontraktor mengambil tindakan keamanan yang

cukup untuk melindungi pekerja. Beberapa kekurangan yang dapat menimbulkan

kegagalan acuan adalah sebagai berikut:

o Pembongkaran acuan atau penopang yang terlalu dini

o Penguat yang kurang memadai

o Kegagalan untuk mengontrol tingkat pengecoran beton pada acuan yang dalam

o Kegagalan untuk mengatur pengecoran beton pada acuan horizontal secara

benar, untuk mencegah pembebanan yang tidak seimbang

o Kegagalan memeriksa footing perancah untuk mencegah penurunan pada

tanah yang tidak stabil.

o Kegagalan memeriksa acuan pada waktu pengecoran untuk mendeteksi adanya

lendutan abnormal atau tanda-tanda akan terjadinya kegagalan mendatang.

o Kegagalan persiapan terhadap tekanan lateral pada acuan.

o Penopang tidak lurus/tegak

o Kurang persiapan terhadap gaya pengangkatan (uplift)

o Kawat/tali yang rusak pada pengikat atau penopang

o Kegagalan memeriksa apabila gambar-gambar ditafsirkan dengan benar

o Under design

Page 58: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-22

Pengerjaan

Selain ketepatan ukuran secara umum dan keamanan, beberapa hal mengenai

pengerjaan yang perlu diperhatikan adalah:

o Ruas sambungan atau sambungan pada selubung, panel kayu lapis dan penguat

harus berselang-seling.

o Harus terdapat jumlah dan tempat yang benar dari batang pengikat atau

penjepit.

o Batang pengikat atau penjepit harus dikencangkan dengan benar karena

penggetar beton dapat mudah melepaskan sambungan yang diikat

o Penyambungan penopang dan penahan pada joint, stringer dan wales harus

cukup untuk melawan gaya angkat (uplift) atau puntiran pada sambungan.

o Lapisan penutup acuan harus dipasang sebelum penempatan penulangan dan

tidak boleh digunakan dalam jumlah sedemikian rupa sehingga mengenai

batang tulangan.

o Bulkhead untuk ruas sambungan sebaiknya dibuat dengan membelah bulkhead

pada garis arah penulangan yang melaluinya sehingga tiap bagian bulkhead

dapat diletakkan dan diambil secara terpisah.

o Insert dengan pengecilan ujungnya yang membentuk keyway pada sambungan

susut harus dibiarkan tetap ditempat pada waktu acuan dibongkar, dan diambil

setelah beton telah dirawat secukupnya.

o Insert kayu untuk treatment arsitektur harus dibelah sebagian dengan gergaji

sehingga memungkinkan pemuaian/mengembang (swelling) tanpa memberi

tekanan pada beton.

o Pembebanan pada pelat baru harus dihindari pada hari pertama setelah

pengecoran.

o Acuan tidak boleh diperlakukan dengan kasar atau dibebani berlebih jika

hendak dipakai kembali.

o Untuk mempermudah pengambilannya, pengecilan pada insert harus

sekurangnya 1 banding 10.

2. Perancah

Persoalan-persoalan (kekurangan yang terdapat pada desain perancah) sering

berhubungan dengan persoalan pondasi. Konsultan supervisi harus memastikan

bahwa Kontraktor telah merinci pada gambar rencana perancah cara pemindahan

beban dari perancah ke dalam tanah.

Perancah pada tanah lanau sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak

melebihi daya dukung dari lanau. Hal ini memerlukan penggunaan pondasi mat yang

Page 59: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-23

besar atau bahkan pondasi tiang. Kontraktor diminta harus memikirkan cara

pembuatan perancah pada tahap awal proyek, sehingga dapat mengambil manfaat

dari adanya peralatan yang dibawa ke lokasi untuk keperluan pemasangan kepala

jembatan atau tiang pilar.

Lendutan berlebih pada perancah adalah umum, dan konsultan supervisi harus

memastikan bahwa ukuran serta jarak antara dari komponen perancah telah diperiksa

dengan cukup. la harus memastikan bahwa kontraktor memenuhi spesifikasi teknik

dalam hal ini. Tanggung jawab untuk desain dan pemasangan perancah yang benar.

berada dipihak kontraktor, tetapi konsultan supervisi dapat membantu dengan

mengadakan pemeriksaan terhadap usulan-usulan Kontraktor.

3. Penulangan

Bahan:

o Penulangan untuk jembatan biasanya dipasok sesuai dengan persyaratan di

dalam AASHTO M 311 M (ASTM A 615).

o Penulangan lain disediakan sesuai dengan persyaratan dari standar berikut:

o AASHTO M 225 (ASTM A 496) Deformed Steel Wire for Concrete

Reinforcement AASHTO M 32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for

Concrete Reinforcement AASHTO M 55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire

Fabric for Concrete Reinforcement

o Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat

lepas atau tebal, atau bahan melekat lainnya.

o Meskipun batang ulir lebih baik daripada batang polos untuk penulangan

kebanyakan proyek di Indonesia menggunakan batang polos untuk semua

penulangan.

o Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk

diameter berukuran 10 mm dapat diterima.

Sebelum pengiriman diterima, harus diperiksa hal-hal berikut:

o Diameter, bentuk, kuantitas tiap jenis, dan jenis bahan yang benar.

o Kerusakan pada batang pada waktu penanganan dan pengangkutan.

o Kebersihan dan kondisi karat.

Pembengkokan harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan gerakan yang

lambat dan teratur. Pemanasan batang untuk memudahkan pembengkokan hanya

boleh dilakukan dengan persetujuan direksi pekerjaan. Ukuran yang ditentukan

harus dipenuhi, dengan toleransi tertentu.

Karat permukaan yang ringan atau cacat ringan tidak merupakan masalah

sehubungan dengan pelekatan pada beton. Akan tetapi karat permukaan yang

Page 60: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-24

berat, seperti yang diakibatkan oleh penumpukan pada tanah untuk jangka waktu

lama, harus dihilangkan sebelum dipakai. Batang dengan karat yang parah dan

dalam tidak boleh dipakai.

Tanggung jawab atas cukupnya selimut. beton pada baja terletak pada konsuttan

supervisi. Spesifikasi teknik cukup jelas dalam hal ini, dan pihak konsultan supervisi

harus memeriksa aspek konstruksi beton.

Kontraktor tidak diperbolehkan melakukan pengecoran beton sebelum diadakan

suatu pemeriksaan pra-pengecoran yang lengkap, sampai segala kelemahan dilihat

dan diperbaiki serta persetujuan direksi pekerjaan diperoleh untuk berlangsungnya

pengecoran.

Penulangan harus ditempatkan dan diikat sehingga :

o Selimut beton minimum yang disyaratkan, dihasilkan pada semua muka.

o Batang tulangan tidak akan tergeser oleh pekerja yang berjalan di atas baja,

atau oleh pengecoran beton dan kegiatan pemadatan.

o Batang tulangan tidak akan berpindah tempat oleh pengapungan dari

pembentuk rongga

o Jarak antara (spacing) dan posisi batang tulangan dapat dipenuhi.

Kawat pengikat harus berdiameter sekitar 1 ,6 mm. Biasanya tidak perlu mengikat

tiap titik pertemuan penulangan, tiap dua titik pertemuan biasanya sudah cukup.

Dudukan batang-tulangan (bar chair) dengan penutup (cap), ataupun tanpa

penutup, atau yang terbuat dari kawat hanya boleh dipakai pada beton yang telah

dicor, dan bukan terhadap permukaan yang terbuka terhadap cuaca atau air tanah.

Sebaiknya pemakaian dudukan tersebut dihindari, jika mungkin.

Jika tulangan akan tertanam sebagian dalam beton, Kontraktor harus memastikan

bahwa terdapat cukup ruang di sekitar batang yang akan ditanam pada pengecoran

kemudian, agar beton dapat menutupi batang secara penuh. Hal ini penting pada

tulangan melintang dan seringkali merupakan masalah pada pengecoran dinding

dan kereb.

Penggunaan pengelasan titik untuk mengencangkan tulangan harus sesedikit

mungkin, atau lebih baik dihindari sama sekali. Cara ini harus mendapat

persetujuan direksi pekerjaan terlebih dahulu.

Akan tetapi pengelasan titik seringkali dapat memudahkan pemasangan, misalnya

pada prefabrikasi jalinan (cage) tulangan yang besar. Dalam hal demikian-jika

pengelasan disetujui las harus digunakan pada daerah tegangan rendah dari

batang yang jauh dari pembengkokan, dan dilakukan oleh operator las yang

berkualifikasi, dan sesuai persyaratan ANSI/AWS D1.4 Peraturan Pengelasan

Bangunan - Baja Penulangan.

Page 61: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-25

4. Pengecoran Beton

Pada waktu beton dicor harus dijamin bahwa :

Acuan dan penulangan tidak rusak atau berpindah tempat, dan

Beton tidak terpisah (segregasi)

Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu

pelaksanaan pengecoran :

Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika

perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan dengan

membuaf beton mengalir.

Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih karena

dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus sekecil

mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran jatuh.

Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila

permukaannya miring.

Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan

menjauhinya.

Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan

sebelum penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu

pekerjaan yang menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.

Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,

jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan. Pada

.pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai ketebalan

300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.

Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,

seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi

sambungan.

Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika tidak,

permukaan semen akan tercuci oleh hujan.

Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat

sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan

permukaan miring.

a. Pengecoran beton di bawah air

Beton dapat dicor di bawah air dengan pemompaan atau menggunakan tremie

(lihat Gambar 4.16).

Page 62: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-26

Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150-300 mm dengan hopper dipuncak

dan katup atau alat lain di dasarnya yang mencegah air sekitarnya bercampur

dengan beton pada pengecoran awal. Dasar pipa harus terletak pada pondasi pada

waktu pengecoran awal dilakukan dan pipa serta hopper harus sepenuhnya terisi

oleh beton sebelum katup dasar dibuka untuk pengecoran pertama beton. Ujung

bawah tremie harus selalu berada di bawah permukaan beton yang makin meninggi

setiap saat.

Tremie harus mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam arah

lateral dan vertikal serta harus dapat diturunkan dengan cepat tiap saat untuk

mengurangi tingkat pengecoran beton. Aliran beton dapat diatur dengan

menyesuaikan kedalaman di mana ujung cor diletakan di bawah permukaan beton

yang sudah dicor.

Beton tremie harus dicor secara kontinue. Bila terhenti atau dasar tremie secara

tidak sengaja naik di atas permukaan beton, pengecoran harus dihentikan. Beton

kurang baik yang terdapat pada bagian atas pengecoran harus dibuang, setelah

mengeras, sebelum dilakukan pengecoran tambahan di atasnya. Hal ini

memerlukan tenaga penyelam di tempat yang tidak dapat dikeringkan. Untuk beton

tremie dibutuhkan campuran kaya semen (biasanya beton mutu K225) dengan

slump kira-kira 180 mm. Slump tinggi ini perlu untuk memudahkan aliran beton

dalam tremie dan mengisi acuan dengan penuh, terutama melalui penulangan yang

ada. Penggetaran tidak boleh dilakukan karena dapat mengakibatkan pemisahan

dalam beton atau bercampurnya beton kurang baik di atas, yang masih

berhubungan dengan air.

Lapisan atas beton yang dicor dengan pipa tremie di bawah air biasanya bermutu

rendah dan harus dibuang dengan cara menghancurkan beton padat, setelah

kering, sebelum pengecoran diteruskan.

Di mana beton harus dicor pada pondasi yang tertutup air dangkal, pengecoran

dimulai pada salah satu sudut dan air dipindahkan oleh muka beton yang semakin

maju.

Jika air mengalir melalui pondasi, air harus dialihkan atau pondasi dipenuhi dan

diperlakukan sebagai pengecoran di bawah air. Cara yang berhasil untuk

menyalurkan aliran melalui dasar adalah memasang pipa pada celah dan

menyalurkan pipa melalui sisi pondasi.

Page 63: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-27

Gambar 4.16 - Pengecoran Dibawah Air

5. Pemadatan Beton

Hanya pekerja berpengalaman yang dapat menggunakan penggetar.

Pengawasan ketat dan instruksi yang jelas harus diberikan pada operator.

Mungkin perlu memberi pelatihan khusus bagi operator penggetar.

Hal-hal berikut harus diperhatikan:

Pemilihan ukuran penggetar yang sesuai dengan pekerjaan. Terlalu kecil

mungkin kurang efektif; bila terlalu besar dapat mencegah penetrasi efektif

pada tempat dengan penulangan yang rapat.

"Jari-jari pengaruh" vibrator berdiameter 60 mm dalam kondisi kerja yang

baik hanya sekitar 300 mm. Jadi harus ditempatkan dengan jarak antara

(spacing) kurang dari 600 mm untuk menjamin pemadatan penuh.

Hindari kerusakan pada acuan kayu. Vibrator dapat dilengkapi dengan topi

(penutup) karet untuk mengurangi kerusakan pada acuan tetapi pencegahan

Page 64: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-28

paling baik adalah mempekerjakan operator yang berpengalaman dalam

penggunaan vibrator.

Getaran akan melepaskan ikatan acuan dan alat pengikat lainnya. Kontra

mur dan pasak pengaman dipakai untuk mencegah hal demikian. Pada

waktu pengecoran beton satu atau dua pekerja harus memeriksa acuan

secara menerus (kontinu) untuk tanda-tanda bahaya, pergerakan, bocoran

dsb. Mesin Vibrator kecil berbahan bakar bensin harus dicegah terguling

dengan mengikat atau cara lain.

Kepala Penggetar harus dimasukan secara vertikal, dipegang selama 10

hingga 20 detik sampai gelembung udara hilang, kemudian diangkat keluar

dengan perlahan.

Pada waktu mengecor secara berlapis, penggetar harus menembus kira-kira

150 mm dalam lapisan sebelumnya untuk memastikan sambungan yang

baik antara lapisan yang berdekatan.

Penggetar cadangan (vibrator standby), dalam kondisi dapat bekerja, harus

siap dipakai jika ada penggetar yang rusak.

Cara-cara pemadatan biasa terdiri atas pemadat batang, pengetokan dan

penyekopan dengan alat yang memadai. Cara pemadatan ini biasanya lebih

rendah mutunya dari pada pemadatan yang diperoleh dengan penggetar

(vibrator).

Meskipun pemadatan dengan tangan dapat menghasilkan hasil yang

memuaskan untuk tujuan-tujuan tertentu, pemakaian vibrator memungkinkan

penggunaan campuran yang lebih kering, dan menghasilkan kekuatan lebih

tinggi dan pengurangan penyusutan untuk proporsi campuran tertentu.

Jenis vibrator ini dapat digerakkan secara mekanis, listrik atau dengan

tekanan udara (pneumatic). Vibrator pneumatic mempunyai gerakan yang

aman dan fleksibel, tetapi bila motor udara kompresi relatif tidak efisien dan

mahal pemeliharaannya, mungkin tidak ekonomis kecuali bila kompresor

sedang dipakai ditempat lain juga. Motor listrik beroperasi dengan

kecepatan konstan dan mudah dibawa, tetapi memerlukan penyediaan listrik

yang memadai dan dapat diandalkan.

Vibrator dalam (kadang-kadang disebut sebagai vibrator internal atau poker)

mungkin merupakan jenis vibrator yang paling efisien karena menggetar

beton secara langsung. Vibrator ini tersedia dengan diameter kepala

berukuran antara 25 mm hingga 150 mm, kepala berdiameter 25 mm paling

sesuai untuk bagian-bagian dengan penulangan, sedang kepala berukuran

Page 65: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-29

60 - 70 mm merupakan jenis yang paling umum yang dapat dipakai untuk

segala keperluan.

Getaran ditimbulkan dari tangkai (shaft) eksentris yang berputar di dalam

kepala vibrator. Vibrator harus diperiksa secara teratur dengan peralatan

khusus atau dengan membandingkan keefektifannya pada beton di samping

vibrator yang telah diketahui memuaskan.

Penggetaran beton harus dilakukan secara sistematis. Beton harus dituang

menurut lapisan-lapisan tipis dan vibrator diperbolehkan menembus tiap lapis

secara menyeluruh. Kepala vibrator harus dimasukkan secara vertikal pada

titik-titik yang berjarak antara 500 mm, dan kemudian ditarik dengan perlahan

untuk menutup lubang yang terjadi oleh vibrator. Lama penggetaran pada titik

manapun tidak boleh melewati saat di mana adukan mulai mengumpul pada

permukaan, biasanya 5 hingga 15 detik. Sebagai aturan umum, vibrator tidak

boleh mendekati acuan lebih dekat dari 100 mm, untuk mendapatkan

penampilan seragam. Bila mengenai acuan, suatu goresan dapat terjadi dan

acuan dapat rusak. Pada bagian-bagian tipis, pemadatan diperoieh dengan

memakai vibrator secara miring atau mendatar.

Vibrator acuan atau vibrator luar, dipasang dengan kencang pada bagian luar

acuan menggunakan klem, dan memberi oskilasi atau gerakan bergoyang

pada acuan. Bentuk vibrator ini sesuai untuk bagian yang kecil atau sempit

dan bagian dengan banyak penulangan di mana sulit untuk memasukkan

vibrator dalam. Seringkali vibrator ini dipakai bersamaan dengan vibrator

poker untuk suatu derajat ketelitian pemadatan dan penyelesaian permukaan

yang baik dan padat.

Vibrator acuan lebih banyak memakai energi daripada vibrator dalam,

karena energi diserap oleh acuan.

Acuan harus sangat kaku sehingga dapat menahan oskilasi, dan sudut-

sudut harus sangat rapat untuk mencegah hilangnya adukan semen.

Penggunaan vibrator acuan biasanya dibatasi untuk acuan baja.

Beton harus dicor secara menerus (kontinue) menurut lapisan-lapisan tipis

(dengan ketebalan sekitar 500 mm) pada waktu acuan tetap digetarkan.

Dengan cara ini, lubang-lubang udara dapat dihilangkan pada saat beton

bertambah tinggi. Untuk menjamin bahwa beton mempunyai kontak yang

cukup dengan acuan samping dekat puncak ketinggian, disarankan untuk

menggunakan vibrator dalam untuk 500 mm paling atas bila ruangannya

mengijinkan.

Page 66: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-30

6. Penyelesaian Permukaan Beton

Efisiensi dari proses pemeriksaan akan dinilai dari kondisi dan toleransi permukaan akhir

yang seharusnya bebas dari retak permukaan dan tidak mempunyai perbedaan tekstur

serta warna yang tampak jelas.

Untuk mendapatkan suatu permukaan beton tanpa acuan yang memuaskan perlu

diperhatikan hal-hal tersebut :

campuran beton yang diproporsi dengan baik

cara-cara pengadukan, dan pengecoran yang memadai akan memperkecil

pemisahan bahan beton

pemadatan yang memadai

teknik-teknik penyelesaian yang terkendali

perawatan yang memadai

Campuran beton harus sedemikian sehingga terdapat butir halus (semen dan pasir)

dalam jumlah secukupnya untuk memungkinkan penyerapan adukan sampai

permukaan dengan penggetaran dan sedikit usaha dengan memakai peralatan. Terlalu

banyak butir halus akan membuat penyelesaian yang lebih mudah tetapi akan

menimbulkan crazing permukaan, selain lebih mahal daripada campuran yang

proposinya baik. Terlalu banyak air dalam campuran (slump tinggi) akan menimbulkan

keterlambatan penyelesaian, selain menghasilkan lapisan adukan permukaan yang

lemah, sehingga mengakibatkan permukaan berdebu dan crazed yang mudah aus

serta terkikis (abrasi).

7. Perawatan Beton

Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta dirawat dengan

memadai, sesuai dengan Spesifikasi Teknik.

Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban di dalam beton pada waktu semen

berhidrasi, dan oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur yang diinginkan

dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan untuk ketahanannya.

Permukaan beton yang tidak dirawat akan terkikis lebih cepat dari pada yang dirawat,

dan dalam lingkungan agresif, permeabilitas tinggi dapat menyebabkan berkaratnya

penulangan. Perawatan yang kurang dapat menyebabkan pula penyusutan beton yang

lebih banyak.

Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap aus dan

stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama terdapat kondisi yang

Page 67: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-31

memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen. Peningkatan itu berlangsung dengan

cepat pada umur awal tetapi berlanjut dengan lebih lambat untuk suatu masa yang

tidak dapat ditentukan.

Dua kondisi diperlukan:

adanya kelembaban

suhu yang memadai

Penguapan air beton yang baru dicor menyebabkan berhentinya proses hidrasi.

Kehilangan air juga dapat menyebabkan beton menyusut, sehingga menyebabkan

tegangan tarik pada permukaan yang mengering. Jika tegangan tersebut terjadi

sebelum beton memperoleh kekuatan yang cukup, dapat terjadi retakan pada

permukaan.

Perawatan dapat dilakukan dengan cara:

Penggenangan

Penyemprotan

Penutup Basah

Penutup Yang Kedap Air

Campuran (Compound) Perawatan

Acuan yang ditinggal di tempat

Perawatan Uap

Waktu yang diperlukan untuk melindungi beton terhadap kehilangan kelembaban

tergantung pada jenis semen, proporsi campuran, kekuatan yang diperlukan, bentuk

dan ukuran dari massa beton, cuaca dan kondisi penampilan yang akan datang. Masa

ini dapat berlangsung selama sebulan atau lebih untuk campuran beton kurus yang

dipakai untuk bangunan seperti bendung; sebaliknya, mungkin berlangsung hanya

beberapa hari untuk campuran yang lebih kaya, terutama bila semen kekuatan awal

tinggi dipakai. Oleh karena semua sifat beton yang diinginkan dapat ditingkatkan

melalui perawatan, masa perawatan harus selama mungkin yang dapat dilaksanakan

dalam setiap kasus.

Oleh karena tingkat kecepatan hidrasi dipengaruhi oleh komposisi semen serta

kehalusan, masa perawatan harus diperpanjang untuk beton yang dibuat dengan

semen yang berkarakteristik penambahan kekuatan lambat.

Untuk kebanyakan kegunaan struktural, masa perawatan untuk beton yang dicor di

tempat adalah biasanya tiga hari hingga dua minggu, tergantung pada kondisi yang

ada, yaitu suhu, jenis semen, proporsi campuran. Masa persyaratan paling lazim

adalah 7 hari.

Page 68: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-32

4.3.4 BANGUNAN ATAS

Bagian ini menjelaskan berbagai cara pemasangan untuk jembatan rangka permanen.

Metoda-metoda ini pada dasarnya dijelaskan dalam Manual Pemasangan. Kebanyakan

informasi berikut didasarkan dari "Buku Pegangan Pengawas Jembatan" yang

dipersiapkan untuk Direktorat Jenderal Bina Marga untuk pemasangan jembatan rangka

baja.

1. Metoda Perancah

Metoda ini mungkin paling biasa dan dapat digunakan untuk struktur bentang tunggal

ataupun lebih dari satu bentang (multi). Penyangga sementara digunakan sewaktu

bangunan atas sedang dirakit. Mereka ditempatkan pada dasar sungai antara

bangunan bawah seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.17

Perancah harus dibongkar setelah pemasangan selesai dan sebelum pengecoran

lantai beton. Ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut sesuai yang

direncanakan ketika lantai selesai di cor.

Gambar 4.17 - Pemasangan di atas Perancah

Peralatan pemasangan berikut ini diperlukan dengan rangka baja utama :

Manual Pemasangan

Gambar-gambar rencana pemasangan

Dongkrak Hidrolik kapasitas 25, 100 dan 150 ton

Kotak Peralatan (guna merakit pekerjaan baja dan alat penghubung).

Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor harus menyediakan dan

memasang item-item sebagai berikut :

Material untuk menopang perancah

Paling sedikit 2 (dua) tackle untuk menaikkan komponen-komponen pada posisinya

Page 69: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-33

Peralatan untuk menarik komponen-komponen baja dari tebing keatas perancah

Pelat Dongkrak dan kayu pengisi digunakan dalam penurunan bentang

Landasan kayu sementara

2. Metoda Kantilever Sebagian Demi Sebagian

Pemasangan kantilever sebagian demi sebagian terdiri dari penyetelan berurutan dari

suatu bentang jembatan rangka dari satu kepala jembatan atau pilar ke kepala

jembatan dan pilar diseberang, dengan menambah dan memasang sampai mencapai

komponen-komponen mencapai peletakan di seberang. Prosedur kantilever statis ini

memerlukan suatu bentang angker dan baja penghubung.

Perancah tidak diperlukan dan jalan untuk memasang komponen selanjutnya dapat

dilakukan dengan mempergunakan bagian-bagian rangka baja yang telah terpasang.

Metoda pemasangan umum ditunjukkan pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 - Konstruksi Kantilever Dipasang Sebagian Demi Sebagian

Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :

Petunjuk Pemasangan

Gambar Rencana Konstruksi

Bentang rangka angker

Peralatan penyambung pemasangan (linking steel) termasuk besi penguat untuk

batang tepi bila diperlukan

Peralatan penguat beban imbangan (kentledge brace kit)

Dongkrak Hidrolik yang kapasitas 25, 100 dan 150 ton

Kit peralatan (untuk menyetel semua pekerjaan baja dan alat. penyambung).

Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, kontraktor perlu menyediakan dan

memasang item-item sebagai berikut :

Page 70: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-34

Kerangka penyokong atau krib kayu sebagai bantalan sementara pada pelat

landasan bentang permanen (kentledge platform)

Panggung beban imbangan (kentledge) untuk ujung akhir bentangan rangka

angker.

Bahan-bahan yang sesuai untuk counter weight. Sebagai contoh kantong-kantong

pasir dalam karung, blok beton, komponen-komponen baja, batuan dan

sebagainya, tetapi apapun yang digunakan harus diketahui beratnya.

Pelat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada penurunan bentang.

Peralatan penarikan komponen-komponen baja dari pinggir menyeberangi dengan

alat pengangkat untuk memasang komponen-komponen pada tempatnya.

Landasan kayu sementara.

3. Peluncuran Bentang Tunggal

Dengan metoda pemasangan ini, bentang rangka dirakit secara lengkap pada tebing

dan didorong keluar pada posisinya dengan menggunakan bentang angker dan beban

imbangan (counter weight). Tidak diperlukan perancah pada penyeberangan karena

bentang didesain untuk kantilever penuh.

Metoda ini cocok untuk bentang tunggal atau bentang pertama dari jembatan bentang

banyak. Ini khusus cocok untuk tempat-tempat jembatan bentang tunggal yang tidak

dapat dipasang di atas perancah.

Tidak semua tempat jembatan sesuai untuk sistem ini karena diperlukan suatu daerah

pemasangan yang lebih panjang pada tebing dimana peluncuran dilaksanakan,

dibandingkan dengan metoda kantilever sebagian demi sebagian dimana tidak

diperlukan tempat pemasangan di atas tebing sungai selain daripada yang telah

ditentukan sebelumnya untuk pemasangan bentang angker. Tempat tambahan pada

oprit perlu untuk peluncuran panjang bentang tunggal dikarenakan perlunya rel untuk

peluncuran yang harus dibuat untuk menampung bentang utama dan bentang angker.

Tempat yang diperlukan pada tebing sungai tergantung pada panjang bentang utama

dan bentang angker ditambah tempat untuk bekerja disekeliling bentang.

Gambar 4.19. - Konstruksi untuk Peluncuran Bentang Tunggal

Page 71: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-35

Tergantung dari panjangnya bentang yang sedang dibangun dan panjangnya bentang

angker, mungkin diperlukan untuk menambah beban pengimbang (counter weight) untuk

melawan guling dari bentang kantilever.

Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :

Petunjuk pemasangan

Gambar rencana konstruksi

Bentang rangka angker (anchor truss span)

Kit penghubung pemasangan (linking steel)

Kit penguat kentledge (kentledge bracing kit)

Balok peluncuran dengan rol depan dan belakang

Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja) .

Sebagai tambahan peralatan di atas, Kontraktor perlu memasok dan memasang item

item sebagai berikut :

Lintasan untuk roller yang diletakkan diatas balok beton atau baja pada ujung akhir

bentang untuk tempat peluncuran.

Bantalan dongkrak beton dibelakang kepala jembatan.

Kerekan-kerekan untuk penarikan dan penahan

Panggung beban pengimbang (kentledge) untuk ujung akhir bentangan rangka

angker.

Bahan-bahan yang cocok untuk beban pengimbang (counter weight). Sebagai contoh

pasir yang dibungkus karung, blok beton, komponen-komponen baja, batuan dan

lain-lain. Tetapi apapun yang digunakan harus diketahui beratnya.

Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan pada operasi pekerjaan

penurunan.

Peralatan penarik komponen-komponen baja dari tebing menyeberangi sungai dan

mengangkat pada posisinya.

Landasan kayu sementara.

Gambar 4.20.- Peluncuran Bentang Tunggal

Page 72: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-36

4. Metoda Kombinasi

Ada beberapa alternatip (pilihan) kombinasi-kombinasi dari kemungkinan metoda-

metoda pemasangan ini, walaupun ini jarang dipakai.

Ada kemungkinan untuk memasang bagian-bagian dari bentang di atas perancah dan

kemudian dengan sistem kantilever sisa bagian dari bentang, menggunakan beban

pengimbang (counter weight) untuk menjaga kestabilan. Juga dimungkinkan untuk

meluncurkan sebagian dan memasang sebagian dengan menggunakan konstruksi

kantilever bagian demi bagian.

5. Kantilever Sebagian Demi Sebagian

Bentang-bentang Jembatan Rangka permanen khusus serlng digunakan sebagai

bagian dari pembangunan jembatan bentang menerus menyeberangi sungai yang lebar

dan dipadati lalu-lintas, dimana penggunaan perancah untuk membangun bentang

utama tak mungkin.

Jembatan rangka khusus ini telah dirancang untuk dipasang dengan menggunakan

metoda kantilever sebagian demi sebagian seperti ditunjukKan pada Gambar 4.21.

Seperti diterangkan diatas, metoda pemasangannya berbeda dengan metode yang

digunakan untuk jembatan rangka permanen dengan bentang lebih pendek. Beban

mati dari komponen-komponen seri H yang lebih berat tidak memungkinkan

pelaksanaan kantilever hanya dari satu ujung. Karenanya rangka dipasang dengan

metoda kantilever setengah bentang, yaitu dengan memajukan pada saat yang sama

kedua akhir ujung bentang dan bertemu ditengah-tengah bentang. Masing-masing

setengah bentang dihubungkan kembali menjadi rangka seri L, apakah sebagai

bentang angker atau sebagai bagian dari bangunan permanen. Perlu dicatat bahwa

bentang seri M atau S tidak dapat digunakan sebagai bentang angker untuk jembatan

jenis ini karena komponen-komponen jembatan tidak cukup berat untuk menerima

tegangan yang terjadi selama pelaksanaan. konsep umum dapat dilihat pada Gambar

4.22.

Sewaktu kedua bentang berternu ditengah-tengah, ujung akhir dari setengah bentang

didongkrak keatas (dan ke samping bila perlu) untuk memungkinkan susunan batang

tengah dan diagonal disetel untuk dipasang pada sambungan ditengah bentang.

Bentang kemudian didongkrak turun diatas penyangga sementara, sampai lantai beton

sudah dicor kemudian bentang diletakkan pada landasan-landasan permanen.

Page 73: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC- 02 : Dokumen Kontrak Bab IV : Metode Kerja

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-37

Gambar 4.21. - Konstruksi Kantilever Bagian Demi Bagian

Gambar 4.22. - Konstruksi Kantilever Setengah Bentang

Page 74: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-1

BAB V

KETENTUAN DOKUMEN KONTRAK LAINNYA

5.1 PENGAWASAN WAKTU PELAKSANAAN

Dalam rangka pengendalian waktu pelaksanaan, ketentuan syarat-syarat kontrak adalah

sebagai berikut:

1. Pengguna jasa wajib menyerahkan seluruh/sebagian lapangan pekerjaan kepada

penyedia jasa sebelum diterbitkannya surat perintah mulai kerja.

2. Sebelum penyerahan lapangan, pengguna jasa bersama-sama penyedia jasa melakukan

pemeriksaan lapangan berikut bangunan, bangunan pelengkap dan seluruh aset milik

pengguna jasa yang akan menjadi tanggungjawab penyedia jasa, untuk dimanfaatkan,

dijaga dan dipelihara.

3. Hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam berita acara serah terima lapangan yang

ditandatangani kedua belah pihak.

4. Pengguna jasa harus sudah menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari sejak penandatanganan kontrak, setelah dilakukan

penyerahan lapangan.

5. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang

akan dinyatakan penyedia jasa dalam pernyataan dimulainya pekerjaan.

6. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-syarat

khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK.

7. Pengguna jasa harus menerbitkan SPMK selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari

sejak tanggal penandatanganan kontrak.

8. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh)

hari sejak diterbitkan SPMK, yaitu antara lain mendatangkan peralatan berat, kendaraan,

alat laboratorium, menyiapkan fasilitas kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel,

gudang, dan mendatangkan personil. Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan

secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

9. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila penyedia jasa telah melaksanakan pekerjaan

selesai 100% (seratus persen) sesuai ketentuan kontrak dan telah dinyatakan dalam

berita acara penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan oleh direksi pekerjaan.

10. Apabila penyedia jasa berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal

karena keadaan di luar pengendaliannya dan penyedia jasa telah melaporkan kejadian

tersebut kepada pengguna jasa, maka pengguna jasa melakukan penjadwalan kembali

pelaksanaan tugas penyedia jasa dengan amandemen kontrak.

Page 75: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-2

Kontraktor wajib menyampaikan jadwal pelaksanaan dan program mobilisasi kepada direksi

pekerjaan untuk disetujui dan digunakan sebagai alat untuk pengawasan waktu pelaksanaan

setiap kegiatan pekerjaan jembatan.

Direksi pekerjaan perlu melakukan penelitian usulan jadwal pelaksanaan secara seksama

apakah jadwal pelaksanaan tersebut telah disusun secara logis sesuai dengan kondisi

pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

5.1.1 JADWAL PELAKSANAAN

Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi (atau para pejabat terkait di atasnya),

kontraktor dan konsultan untuk :

Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan

Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga

Mendukung pengalokasian anggaran biaya

Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan

pekerjaan

Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi

Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari pengajuan

penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek

perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis / cara penjadwalan.

Untuk dapat menyiapkan construction schedule, maka ditinjau dari aspek perencanaan

perlu dilakukan penyiapan tata cara kerja yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan penelaahan awal dokumen kontrak

Melakukan penelitian lapangan secara rinci untuk menguji lokasi,sumber daya yang

tersedia dan menentukan tingkat kesulitan yang terkait pada pekerjaan yang akn

dilaksanakan

Melakukan pengkajian daftar kuantitas secara rinci

Melakukan pengkajian gambar rencana secara rinci

Menguji spesifikasi

Menguji syarat-syarat kontrak

Menganalisa pekerjaan yang diperlukan untuk setiap kegiatan

Menentukan urutan pekerjaan

Menentukan biaya proyek

Langkah-langkah di atas kemudian ditindaklanjuti dengan membuat analisa terhadap hal-hal

berikut :

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan

Page 76: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-3

Urutan setiap kegiatan

Metoda kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan

Sumber daya yang diperlukan

Resiko yang terkait

Biaya sebenarnya untuk menyelesaikan setiap kegiatan

Nilai pekerjaan yang diselesaikan.

Setelah menyelesaikan analisa di atas, kontraktor perlu membuat beberapa jadual dasar

sebagai jadwal perencanaan kerja, yang nantinya di dalam pelaksanaan konstruksi biasanya

memerlukan perubahan-perubahan diseuaikan dengan kondisi lapangan :

Jadwal kegiatan, yang menentukan secara jelas kerangka waktu untuk setiap jenis

pekerjaan.

Jadwal sumber daya, yang menentukan secara jelas rencana ketersediaan tenaga kerja,

peralatan dan bahan.

Jadwal kemajuan keuangan – kurva S, yang menentukan secara jelas rencana kemajuan

pekerjaan dan keuangan proyek.

Jadwal cash flow keuangan, yang menentukan keadaan pemasukan dan pengeluaran

uang.

Ada beberapa jenis jadwal yang dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek

antara lain sebagai berikut :

Critical Path Method (Metoda Lintasan Kritis)

Bar Charts – basic and linked (Diagram Balok – asli dan terkait)

Financial Progress Schedule – S Curve (Jadwal Kemajuan Keuangan – Kurva S)

1. Critical Path Method (CPM)

Critical Path Method adalah suatu jenis jadwal atau network planning yang dapat

digunakan untuk menyajikan construction schedule dalam urutan-urutan kegiatan

maupun ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lain, yang dilengkapi dengan

rencana “durasi” kapan suatu kegiatan paling awal dapat dikerjakan dan kapan waktu

paling akhir dari kegiatan tersebut harus dikerjakan, agar seluruh kegiatan yang

merupakan komponen dari suatu pekerjaan dapat dikendalikan dari awal sampai akhir.

Di dalam network planning yang merupakan jaringan lintasan kegiatan yang saling

tergantung satu sama lain tersebut bisa terdapat satu atau lebih lintasan kritis yang

menggambarkan bahwa kegiatan pada lintasan kritis tersebut harus diawali dan diakhiri

tepat waktu, sebab apabila meleset pelaksanaannya akan menunda penyelesaian

proyek.

Page 77: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-4

Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penggunaan Critical Path Method untuk

keperluan menyiapkan suatu network planning :

A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya

= Event

NE = No. of Event EET = Earliest Event Time LET = Latest Event Time

Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu (duration) tertentu

Kegiatan di lintasan kritis (critical path) Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap sebagai kegiatan yang tidak membutuhkan waktu

Contoh sederhana network planning di atas menggambarkan ada 6 kegiatan yaitu

kegiatan A, B, C, D, E, dan F dengan durasi masing-masing kegiatan serta saling

ketergantungannya sebagai tersebut dalam tabel di bawah. Dalam tabel di bawah

juga digambarkan perhitungan untuk menentukan lintasan kritis, yang di dalam

Network Planning digambarkan sebagai kegiatan yang menghubungkan antar event

yang mempunyai EET = LET, yaitu kegiatan B, E dan F.

0 1 0

15 3 15

50 5 50

33 4 33

14 2 17

EET

LET

B(15)

A(14) D(16)

E(18)

F(17) C(0)

NE

Page 78: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-5

Dari lintasan kritis B, E, dan F di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di lintasan kritis tidak

boleh dilampaui sebab apabila dilampaui akan mengakibatkan tertundanya

penyelesian pekerjaan.

Controlling secara ketat harus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di lintasan kritis

agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda.

Sementara kelonggaran waktu yang terdapat pada kegiatan lain (dalam kasus di atas

adalah kegiatan A dan D) dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga,

peralatan, bahan, dan barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan

B, E, dan F.

Permasalahan yang kita hadapi adalah bagaimana dengan manajemen

penyelenggaraan proyek jalan dan jembatan, apakah memerlukan network planning

berupa Critical Path Method seperti di atas ? Perlu kita ketahui bahwa proyek jalan dan

jembatan terdiri dari proyek-proyek tahunan dan proyek-proyek “multi year”. Pengalaman

selama ini menunjukkan bahwa jarang ada pelaku proyek jalan dan jembatan yang

memanfaatkan Critical Path Method sebagai salah satu cara untuk mengendalikan

pelaksanaan proyek, namun fakta menunjukkan bahwa cukup banyak proyek-proyek

jalan dan jembatan yang tidak selesai tepat waktu (memerlukan perpanjangan waktu

pelaksanaan konstruksi) baik pada proyek-proyek tahunan maupun multi year.

Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari ketidakmampuan kontraktor di

lapangan sampai ketidakjelasan kemampuan pemberi pekerjaan menyediakan alokasi

dana yang diperlukan untuk membiayai proyek sebagai akibat dari berbagai perubahan

di sektor ekonomi.

Data Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis

Kegiatan Event EET + Durasi pada Event No.

Kegiatan Durasi Yang No. Terendah Tertinggi EET LET

(Hari) Mendahului (Hari) (Hari) (Hari) (Hari)

1 - - 0 0

A 14 Tidak ada - - - -

B 15 Tidak ada - - - -

2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17

C 0 A - - - -

D 16 A - - - -

3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15

E 18 B dan C - - - -

4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33

F 17 D dan E - - - -

Selesai 5 30+17=47 33+17=50 50 50

Page 79: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-6

Terlepas dari penyebab-penyebab yang mempengaruhi jadual penyelesaian proyek,

nampaknya perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Dalam merencanakan construction schedule suatu proyek, kontraktor perlu secara

tajam mencari, dari sejumlah kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka

menyelesaikan proyek, kegiatan-kegiatan mana yang potensial menjadi kritis. Jika

telah ditemukan jenis kegiatan di maksud, maka kontraktor perlu merinci kegiatan-

kegiatan tersebut ke dalam sub-sub kegiatan dan dari sub-sub kegiatan ini kemudian

dapat dibuat network planning berupa Critical Path Method.

Untuk proyek-proyek yang dikategorikan sebagai proyek crash program, barangkali

pilihan paling baik adalah dengan menambahkan Critical Path Method yang

menggambarkan network planning dari sejak mulai sampai berakhirnya proyek,

selain Bar Chart dan Jadwal Progres Keuangan – S Curve. Bisa jadi jika dibuat

Critical Path Method untuk proyek crash program, setiap lintasan yang tergambar

akan berupa lintasan kritis. Jika terjadi demikian maka kegiatan yang berupa lintasan

kritis tersebut perlu diurai lagi menjadi sub-sub kegiatan sehingga akan diketahui

sub-sub kegiatan mana yang memberikan kontribusi kritis bagi suatu kegiatan.

2. BAR CHARTS – BASIC AND LINKED

Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana,

menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 tipe yang dikenal yaitu

basic chart dan linked chart. Basic chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing

kegiatan yang berdiri sendiri, sedangkan linked chart menggambarkan bar chart untuk

masing-masing kegiatan yang dimulainya tergantung pada selesainya kegiatan lain. Jadi

pada link chart secara sederhana dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan

dengan kegiatan lain meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Jika hanya

mengandalkan bar chart, kita tidak akan pernah mengetahui kegiatan atau sub kegiatan

mana yang posisinya berada pada lintasan kritis, yang mengharuskan kita untuk

memberikan prioritas utama dalam ketepatan waktu pelaksanaannya karena

keterlambatan pelaksanaan akan menunda penyelesaian proyek.

Pada halaman selanjutnya digambarkan contoh bar chart dari proyek peningkatan jalan,

hanya diambil resumenya saja, tidak dirinci dalam sub-sub kegiatan yang

menggambarkan jenis-jenis kegiatan yang ada di dalam items pekerjaan.

3 4 3c

3b

3a

3 4

Page 80: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-7

Page 81: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-8

Bar chart yang dibuat untuk proyek-proyek jalan biasanya dilengkapi dengan no. pay

item sesuai dengan yang ada di dalam kontrak, nama kegiatan atau deskripsi kegiatan

menurut no. pay item, kuantitas pekerjaan menurut no. pay item dan waktu pelaksanaan

untuk masing-masing pay item. Di dalam contoh tidak digambarkan bar chart lengkap

berdasarkan pay item akan tetapi hanya digambarkan resume berdasarkan kelompok-

kelompok pay item.

3. FINANCIAL PROGRESS SCHEDULE – S CURVE

Financial Progress Schedule – S Curve merupakan suatu monthly construction schedule

yang menggambarkan rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif

dinyatakan dalam % terhadap total biaya proyek, selama construction period yaitu sejak

Commencement of Works (COW) sampai dengan Provisional Hand Over (PHO). S

Curve ini merupakan alat pengendali baik bagi kontraktor, konsultan pengawas maupun

pemilik pekerjaan (Pinbagpro, Pinpro atau para atasan Pinpro terkait). Oleh karena S

Curve itu menyangkut informasi pekerjaan yang berkaitan dengan pembayaran prestasi

pekerjaan maka di dalam S Curve tercatat :

No. pay item,

Deskripsi pay item,

Nama section yang berisi sejumlah pay item,

Kuantitas masing-masing pay item,

Harga satuan masing-masing pay item,

Total harga dari masing-masing pay item,

Rincian kebutuhan biaya bulanan masing-masing pay item dinyatakan dalam prosen

terhadap total biaya konstruksi

Dari total % rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah %

kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan mulai dari COW s/d PHO. Kurva

yang menghubungkan % kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan inilah

yang disebut Kurva S karena pada umumnya untuk suatu rencana pelaksanaan yang

normatif, kurva tersebut biasanya berbentuk huruf S. Dengan cara yang sama, sesuai

dengan realisasi pelaksanaan di lapangan dibuat kurva yang menghubungkan

realisasi bulanan di maksud sebagai alat pengendali.

Page 82: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-9

Page 83: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-10

5.1.2 MOBILISASI

Pekerjaan mobilisasi meliputi:

Penyediaan tanah untuk keperluan base camp kontraktor dan kegiatan pelaksanaan

pekerjaan;

Pendatangan staf pelaksana dan pekerja untuk pelaksanaan pekerjaan;

Pendatangan dan pemasangan peralatan konstruksi di lapangan pekerjan;

Penyediaan dan pemeliharaan base camp kontraktor;

Penyediaan fasilitas pengendalian mutu termasuk,fasilitas laboratorium (bila perlu); dan

alat ukur;

Demobilisasi semua staf, pekerja, peralatan konstruksi dan base camp dari daerah kerja.

Mobilsasi harus dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari sejak diterbitkannya SPMK dan

harus diselesaikan dalam waktu 90 hari terhitung sejak tanggal mulainya pekerjaan, kecuali

fasilitas pengendalian mutu yang harus terpasang dan siap digunakan dalam waktu 45 hari.

Kontraktor harus menyerahkan program mobilisasi kepada direksi pekerjaan untuk

mendapatkan persetujuannya dengan ketentuan sebagai berikut:

Program mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua kegiatan mobilisasi yang

ditentukan dalam spesifikasi teknis;

Program mobilisasi memuat tambahan informasi sebagai berikut:

o Lokasi base camp kontraktor (denah lokasi umum dan terinci dari: lokasi kantor,

bengkel, gudang dan peralatan konstruksi utama, dan laboratorium);

o Rencana pengiriman peralatan dengan menunjukkan lokasi asal peralatan yang

terdaftar dalam jadwal dalam penawaran, cara pengangkutan yang diusulkan, dan

jadwal kedatangannya.

o Kontraktor harus meminta persetujuan direksi pekerjaan atas setiap perubahan

jadwal pendatangan peralatan dan staf yang disampaikan dalam penawaran;

o Kontraktor harus membuat format bagan balok yang dapat memperlihatkan kemajuan

pekerjaan secara menyeluruh, dan diperlihatkan pula setiap kegiatan pekerjaan

mobilisasi utama serta kurva kemajuan pekerjaan (kurva-S).

Mobilisasi peralatan dan personil pelaksana dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhan di lapangan.

Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan mobilisasi oleh kontraktor, maka kontraktor akan

dikenakan denda sebesar 1% nilai angsuran untuk setiap hari keterlambatan sampai batas

maksimum keterlambatan sebesar 50 hari.

Page 84: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-11

5.1.3 KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Syarat-syarat kontrak mengatur ketentuan mengenai keterlambatan dalam pelaksanaan

pekerjaan sebagai berikut:

Apabila kontraktor terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka pengguna

jasa harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang

kontrak kritis.

Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh pengguna jasa, maka

dikenakan ketentuan tentang kompensasi.

Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan terjadi karena keadaan kahar, maka

ketentuan tentang keterlambatan tersebut di atas tidak diberlakukan.

5.1.4 KONTRAK KRITIS

1. Kontrak dinyatakan kritis apabila:

Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% – 70% dari kontrak), realisasi fisik

pelaksanaan terlambat lebih besar 15% dari rencana;

Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), realisasi fisik

pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana.

2. Penanganan kontrak kritis

Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM)

o Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat

peringatan kepada penyedia jasa dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.

o Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan kontraktor membahas dan

menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia jasa

dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam berita

acara SCM tingkat proyek.

o Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan

SCM tingkat atasan langsung yang membahas dan menyepakati besaran

kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu

tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat atasan

langsung.

o Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan

SCM tingkat atasan yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik

yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu tertentu (uji coba

ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat atasan.

Page 85: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-12

o Pada setiap uji coba yang gagal, pengguna jasa harus menerbitkan surat

peringatan kepada penyedia jasa atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan

pekerjaan.

o Apabila pada uji coba ketiga masih gagal, maka pengguna jasa dapat

menyelesaikan pekerjaan melalui kesepakatan tiga pihak atau memutuskan

kontrak secara sepihak dengan mengenyampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata.

Kesepakatan tiga pihak

o Kontraktor masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai ketentuan

kontrak.

o Pengguna jasa menetapkan pihak ketiga sebagai penyedia jasa yang akan

menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas usulan penyedia jasa.

o Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan harga satuan kontrak.

Dalam hal pihak ketiga mengusulkan harga satuan yang lebih tinggi dari harga

satuan kontrak, maka selisih harga menjadi tanggungjawab penyedia jasa.

o Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung.

o Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar pembuatan

amandemen kontrak.

5.2 PENGAWASAN MUTU

Pengawasan mutu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus dilakukan sebagai

berikut:

1. Penyusunan program mutu

Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan disepakati oleh pengguna jasa

dan dapat direvisi sesuai kebutuhan.

Program mutu minimal berisi:

o Informasi pengadaan;

o Organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia jasa;

o Jadual pelaksanaan pekerjaan;

o Prosedur pelaksanaan pekerjaan;

o Prosedur instruksi kerja;

o Pelaksana kerja.

Prosedur pelaksanaan dari setiap pekerjaan meliputi:

o Standar pekerjaan;

o Prosedur kerja;

Page 86: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-13

o Daftar inspeksi;

o Persyaratan testing.

Prosedur instruksi kerja harus mencakup rincian minimal tentang:

o Urutan kegiatan pelaksanaan;

o Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan;

o Pemantauan proses kegiatan;

o Pemeliharaan yang diperlukan;

o Penilaian hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi.

2. Pengendalian mutu dan cacat mutu

Ada tiga tahap pengendalian mutu:

o Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu semen, aspal, dll);

o Pengendalian mutu bahan loan (campuran beton, campuran aspal, dll);

o Pengendalian mutu pekerjaan terpasang (timbunan tanah, pondasi beton, lapisan

campuran aspal panas, dll).

Pengendalian mutu wajib dilakukan oleh kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan

sesuai ketentuan spesifikasi teknis.

Direksi teknis wajib memeriksa pekerjaan kontraktor dan memberitahu kontraktor bila

terdapat cacat mutu dalam pekerjaan. Direksi teknis dapat memerintahkan kontraktor

untuk menguji hasil pekerjaan yang dianggap terdapat cacat mutu.

Apabila direksi teknis memerintahkan kontraktor untuk melaksanakan pengujian dan

ternyata pengujian memperlihatkan adanya cacat mutu, maka biaya pengujian dan

perbaikan menjadi tanggungjawab kontraktor. Apabila tidak ditemukan cacat mutu,

maka biaya pengujian dan perbaikan menjadi tanggungjawab pengguna jasa.

Setiap kali pemberitahuan cacat mutu, kontraktor harus segera memperbaiki dalam

waktu sesuai yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis.

Direksi pekerjaan dapat meminta pihak ketiga untuk memperbaiki cacat mutu bila

kontraktor tidak melaksanakannya dalam waktu masa perbaikan cacat mutu sesuai

yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis dengan biaya dibebankan

kepada kontraktor.

Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama pekerjaan dan selama

masa pemeliharaan. Penyerahan pertama pekerjaan dan masa pemeliharaan dapat

diperpanjang sampai cacat mutu selesai diperbaiki.

Page 87: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-14

5.3 PENGAWASAN KUANTITAS

Kuantitas hasil pekerjaan yang dihitung secara bersama antara direksi pekerjaan/direksi

teknis dengan kontraktor merupakan dasar untuk perhitungan nilai pembayaran atas hasil

pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor.

Pengawasan terhadap kuantitas adalah merupakan bagian dari tugas direksi pekerjaan

dalam mengendalikan biaya proyek sesuai dengan yang direncanakan.

Pengawasan atas kuantitas hasil pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor yang sekaligus

merupakan pengawasan terhadap pembayaran kepada kontraktor, dilakukan sebagai

berikut:

Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, direksi teknis

bersama-sama dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan kontraktor

melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan pengukuran dan

pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana mata pembayaran guna

menetapkan kuantitas awal.

Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila dalam

pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus dituangkan

dalam bentuk amandemen/adendum kontrak.

Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama terhadap setiap mata pembayaran harus

dilakukan oleh direksi teknis dan kontraktor setiap bulan selama periode pelaksanaan

kontrak untuk menetapkan kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan guna

pembayaran hasil pekerjaan setiap bulannya.

Cara pengukuran kuantitas hasil pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan

dilakukan sesuai ketentuan spesifikasi teknis.

Selain sebagai dasar untuk pembayaran hasil pekerjaan kepada kontraktor, hasil

perhitungan kuantitas hasil pekerjaan tersebut juga digunakan untuk menilai kemajuan

pelaksanaan.

Berdasarkan hasil perhitungan kuantitas tersebut, maka dilakukan penerbitan sertifikat

pembayaran dengan sistem sertifikat bulanan yang dilakukan sebagai berikut:

o Pada setiap tanggal 25 bulan yang bersangkutan, kontraktor mengajukan sertifikt

bulanan kepada direksi teknis dengan lampiran data pendukung (penentuan tanggal

pengajuan sertifikat bulanan dibahas/disepakati dama rapat pra pelaksanaan-

PCM/Pre-Construction Meeting)

o Direksi teknis harus menetapkan selambat-lambatnya 5 hari setelah diterimanya

sertifikat bulanan tersebut berikut kelengkapan data pendukungnya.

Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh pengguna jasa

apabila kontraktor telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan

Page 88: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-15

yang telah disetujui oleh direksi teknis dan pengguna jasa dalam waktu 7 hari harus

sudah mengajukan surat permintaan pembayaran.

Pembayaran prestasi hasil pekerjaan hanya dapat dilakukan senilai pekerjaan yang telah

terpasang, tidak termasuk bahan-bahan, alat-alat yang ada di lapangan.

Apabila terjadi ketidaksesuaian dalam perhitungan prestasi hasil pekerjaan, tidak akan

menjadi alasan untuk menunda pembayaran. Pengguna jasa dapat meminta kontraktor

untuk menyampaikan perhitungan prestasi sementara dengan mengenyampingkan hal-

hal yang sedang menjadi perselisihan dan besarnya tagihan yang dapat disetujui untuk

dibayar setinggi-tingginya sebesar 80% dari jumlah nilai tagihan.

Setiap pembayaran harus dipotong jaminan pemeliharan, angsuran uang muka, denda

(bila ada), dan pajak.

Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran kepada pengguna

jasa harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh sub kontraktor sesuai dengan

kemajuan pekerjaan.

Pembayaran terakhir sebesar 100% dari nilai kontrak hanya dilakukan setelah pekerjaan

selesai 100% dan kontraktor harus menyerahkabn jaminan pemeliharaan sebesar 5%

dari nilai kontrak setelah berita acara penyerahan pekerjaan pertama diterbitkan.

5.4 PERUBAHAN WAKTU, MUTU DAN KUANTITAS

1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat

pelaksanaan dengan spesifikasi teknis dan gambar yang ditentukan dalam dokumen

kontrak, maka pengguna jasa bersama kontraktor dapat melakukan perubahan kontrak

yang meliputi antara lain:

a. Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;

b. Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan/mata pembayaran;

c. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan kebutuhan

lapangan.

2. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai harga yang

tercantum dalam kontrak awal.

3. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pengguna jasa secara tertulis kepada

kontraktor, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu

pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

4. Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan amandemen

kontrak.

Page 89: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-16

5.4.1 PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN

1. Apabila pengguna jasa menginginkan agar kontraktor menyelesaikan pekerjaan sebelum

rencana tanggal penyelesaian pekerjaan, maka direksi pekerjaan akan meminta usulan

biaya yang diperlukan oleh penyedia jasa untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan.

Bila pengguna jasa dapat menerima usulan biaya tersebut, maka rencana tanggal

penyelesaian pekerjaan dipercepat dan disahkan bersama oleh direksi pekerjaan dan

kontraktor.

2. Apabila pengguna jasa menerima usulan biaya untuk percepatan pelaksanaan

pekerjaan, maka usulan biaya tersebut ditambahkan dalam harga kontrak dan

diperlakukan sebagai perintah perubahan untuk diproses menjadi amandemen kontrak.

5.4.2 PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN

1. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pengguna jasa atas

pertimbangan yang layak dan wajar, yaitu untuk:

a. Pekerjaan tambah;

b. Perubahan disain;

c. Keterlambatan yang disebabkan oleh pengguna jasa;

d. Masalah yang timbul di luar kendali kontraktor;

e. Keadaan kahar.

2. Kontraktor mengusulkan secara tertulis perpanjangan waktu pelaksanaan dilengkapi

alasan dan data kepada pengguna jasa. Pengguna jasa menugaskan panitia peneliti

pelaksanaan kontrak dan direksi teknis untuk meneliti dan mengevaluasi usulan tersebut.

Hasil penelitian dan evaluasi dituangkan dalam berita acara dilengkapi dengan

rekomendasi dapat atau tidaknya diberi perpanjangan waktu.

3. Berdasarkan berita acara hasil penelitian dan evaluasi perpanjangan waktu pelaksanaan

dan rekomendasi, maka pengguna jasa dapat menyetujui/tidak menyetujui perpanjangan

waktu pelaksanaan.

4. Apabila perpanjangan waktu pelaksanaan disetujui, maka harus dituangkan di dalam

amandemen kontrak.

5. Perhitungan penyesuaian harga sesuai dengan ketentuan mengenai penyesuaian harga.

didasarkan atas ketentuan mengenai amandemen kontrak.

5.4.3 PERUBAHAN KUANTITAS DAN HARGA

1. Harga satuan dalam daftar kuantitas dan harga digunakan untuk membayar prestasi

pekerjaan.

Page 90: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-17

2. Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang akan dilaksanakan berubah lebih dari

10% (sepuluh persen) dari kuantitas awal, maka harga satuan pembayaran utama

tersebut disesuaikan dengan negosiasi.

3. Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka kontraktor harus menyerahkan analisa

harga satuannya kepada pengguna jasa. Penentuan harga satuan mata pembayaran

baru dilakukan dengan negosiasi berdasarkan analisa harga satuan tersebut dan harga

satuan dasar penawaran.

5.4.4 PEMBAYARAN UNTUK PERUBAHAN

1. Apabila diminta oleh pengguna jasa, penyedia jasa wajib mengajukan usulan biaya untuk

melaksanakan perintah perubahan.

2. Direksi teknis wajib menilai usulan biaya tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 7

(tujuh) hari.

3. Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga satuannya terdapat dalam daftar

kuantitas dan harga, dan apabila menurut pendapat direksi pekerjaan bahwa kuantitas

pekerjaan tidak melebihi 10% dari kuantitas awal atau waktu pelaksanaan tidak

mengakibatkan perubahan harga, maka harga satuan yang tercantum dalam daftar

kuantitas dan harga digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya perubahan.

4. Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam perintah perubahan tidak ada harga

satuannya dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar, maka usulan biaya dari

kontraktor merupakan harga satuan baru untuk perubahan pekerjaan yang

bersangkutan.

5. Apabila usulan biaya dari kontraktor dinilai tidak wajar, maka pengguna jasa

mengeluarkan perintah perubahan dengan mengubah harga kontrak berdasarkan harga

perkiraan pengguna jasa.

6. Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak sehingga pembuatan usulan biaya

serta negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka perintah perubahan tersebut harus

dilaksanakan oleh kontraktor dan dan diberlakukan sebagai peristiwa kompensasi sesuai

ketentuan kontrak

7. Kontraktor tidak berhak menerima pembayaran tambahan untuk biaya-biaya yang

sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan dini.

5.4.5 AMANDEMEN KONTRAK

1. Amandemen kontrak harus dibuat bila terjadi perubahan kontrak.

Perubahan kontrak dapat terjadi apabila:

a. Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak

dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;

Page 91: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02 : Dokumen Kontrak Bab V : Ketentuan Dokumen Kontrak Lainnya

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-18

b. Perubahan jadual pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan;

c. Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan dan perubahan

pelaksanaan pekerjaan.

d. Amandemen bisa dibuat apabila disetujui oleh para pihak yang membuat kontrak

tersebut.

2. Prosedur amandemen kontrak dilakukan sebagai berikut:

a. Pengguna jasa memberikan perintah tertulis kepada penyedia jasa untuk

melaksanakan perubahan kontrak, atau kontraktor mengusulkan perubahan kontrak;

b. Kontraktor harus memberikan tanggapan atas perintah perubahan dari pengguna

jasa dan mengusulkan perubahan harga (bila ada) selambat-lambatnya dalam

waktu 7 (tujuh) hari;

c. Atas usulan perubahan harga dilakukan negosiasi dan dibuat berita acara hasil

negosiasi;

d. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat amandemen kontrak.

Page 92: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02: Dokumen Kontrak Rangkuman

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) R-1

RANGKUMAN DOKUMEN KONTRAK

1. Seorang pengawas pelaksanaan pekerjaan jembatan dalam melaksanakan tugas

pengawasan harus memahami dan menguasai semua ketentuan yang mengatur

pelaksanan pekerjaan baik aspek teknis maupun aspek legal sebagaimana dimuat dalam

dokumen kontrak yang terdiri dari antara lain : surat perjanjian, syarat-syarat kontrak,

spesifikasi teknis, gambar, daftar kuantitas dan dokumen lain yang ditetapkan sebagai

dokumen kontrak.

2. Penguasaan atas spesifikasi teknis, gambar, dan metode kerja akan membantu

pengawas dalam melaksanakan pengawasan terhadap mutu pekerjaan yang ditentukan

dalam dokumen kontrak. Spesifikasi teknis selain memuat ketentuan mengenai bahan,

baik bahan dasar, olahan maupun bahan jadi, juga memuat ketentuan mengenai proses

pelaksanaan, cara pengujian dan syarat-syarat hasil uji.

3. Syarat-syarat kontrak merupakan pengaturan mengenai penyelenggaraan pelaksanaan

kontrak agar pelaksanaan kontrak dilakukan secara tertib administrasi dan hukum.

Dokumen ini lebih menekankan pengaturan dari aspek legal, sehingga diharapkan para

pihak dapat ”bermain’ dalam pelaksanaan kontrak secara adil dan setara, dengan hak

dan kewajiban para pihak, pengguna jasa dan penyedia jasa, secara seimbang sesuai

dengan fungsinya masing-masing.

4. Pengawasan waktu pelaksanaan merupakan tugas yang penting dalam mencapai

penyelesaian proyek secara tepat waktu, agar dapat terhindarkan konsekwensi denda

akibat terjadinya keterlambatan penyelesaian kontrak sebagaimana diatur dalam kontrak.

5. Pengawasan kuantitas, yang dimulai dengan pengawasan atas pengukuran dan

perhitungan atas hasil pekerjaan yang diselesaikan oleh kontraktor, merupakan langkah

strategis dalam pengendalian biaya proyek.

Page 93: MODUL SEBC – 02 : DOKUMEN KONTRAK

Modul SEBC-02: Dokumen Kontrak Daftar Pustaka

Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) DP-1

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

2. Peraturan Pemerintah 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi.

3. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah

4. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa

Konstruksi

5. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

349/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kontrak jasa

Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan)

6. Federation Internationale Des Inginieurs-Conseils, Conditions of Contract of

Civil Engineering Construction, Fourth 1987, Reprinted 1988 and 1992,

Lausanne, 1992

7. The World Bank, Standard Bidding Documents Procurement Of Works &

User’s Guide , Washington DC, May 2005

8. Ir. Asiyanto, MBA, IPM, Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi, PT

Pradnya Paramita, Jakarta, 2005