Modul Praktikum Tpab

14
MODUL PRAKTIKUM TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH Asisten : 1. Lalu Hendra 2. Mifta Maharani 3. Reza Dwi Anggraini 4. Chintya Ririn 5. Kiki Gustinasari LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

description

Modul

Transcript of Modul Praktikum Tpab

  • MODUL PRAKTIKUM

    TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH

    Asisten : 1. Lalu Hendra

    2. Mifta Maharani

    3. Reza Dwi Anggraini

    4. Chintya Ririn

    5. Kiki Gustinasari

    LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

    JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2015

  • PERATURAN DAN TATA TERTIB KEGIATAN PRAKTIKUM TEKNIK

    PENYEDIAAN AIR BERSIH

    1. Setiap praktikan wajib memiliki modul praktikum.

    2. Setiap praktikan diwajibkan hadir tepat pada waktunya. Praktikan yang

    terlambat dari 20 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum,

    kecuali seizin koordinator asisten dan asisten praktikum.

    3. Sebelum memasuki laboratorium, praktikan wajib memakai jas lab.

    4. Selama diadakan pre/post test, praktikan tidak diperkenankan

    meminta/memberikan jawaban kepada praktikan lain. Jika hal tersebut terjadi,

    maka dilakukan pengurangan 5 point/kejadian contekan dari nilai seluruh

    kelompok. Bagi yang terlambat pre-test, tidak diberikan kompensasi (pre

    test tetap berlangsung dan praktikkan mengerjakan sesuai nomor pre-test yang

    dibacakan asisten).

    5. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan makan, minum dan

    melakukan kegiatan diluar kegiatan praktikum tanpa seizing asisten praktikum.

    6. Setelah melakukan praktikum, diwajibkan membersihkan alat-alat yang

    digunakan dan disimpan kembali pada tempat semula dalam keadaan

    bersih. Sampah harus dibuang ditempat sampah dan praktikan wajib menjaga

    kebersihan laboratorium.

    7. Selama kegiatan praktikum, praktikan diwajibkan membuat Data Hasil Praktikum

    per kelompok dan mendapat persetujuan (acc) dari asisten yang bertugas.

    8. Setiap kelompok atau mahasiswa wajib mengganti alat yang rusak atau

    hilang selama praktikum berlangsung.

    9. Laporan praktikum dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum dilaksanakan.

    10.Bagi praktikan yang tidak mengumpulkan laporan praktikum, tidak diperkenankan

    mengikuti ujian akhir praktikum (UAP).

  • MODUL PRAKTIKUM

    PENGOLAHAN AIR BERSIH SKALA LABORATORIUM

    I. TUJUAN PRAKTIKUM

    1. Mengetahui media pengolahan air bersih skala laboratorium (sederhana) untuk

    mendapatkan air bersih kelas dua.

    2. Mengetahui jenis jenis koagulan dan sifatnya.

    3. Menghitung kekeruhan sebelum dan sesudah pengolahan air.

    4. Mengetahui efektivitas dari sistem pengolahan air bersih skala laboratorium

    (sederhana)

    II. DASAR TEORI

    2.1 Pengertian Air

    Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H2O) satu molekul air

    memiliki dua atom hidrogen kovalen terikat pada atom oksigen tunggal. Air muncul

    di alam dalam semua tiga negara umum dari materi dan dapat mengambil berbagai

    bentuk di Bumi: uap air dan awan di langit; air laut dan gunung es di lautan

    kutub, gletser dan sungai-sungai di pegunungan, dan cairan pada akuifer dalam

    tanah. Pada suhu dan tekanan yang tinggi, seperti di pedalaman planet raksasa, ia

    berpendapat bahwa air ada air ionik di mana molekul terurai menjadi sup ion

    hidrogen dan oksigen, dan pada tekanan bahkan lebih tinggi sebagai air

    superionik di mana oksigen mengkristal tetapi ion hidrogen mengapung dengan

    bebas dalam kisi oksigen.

    2.2 Macam-Macam Air

    Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun

    juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi

    dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

    1. Air Tanah

    Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat

    kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.

    a. Air Tanah Preatis

    Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari

    permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.

    b. Air Tanah Artesis

    Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di

    antara dua lapisan kedap air.

  • 2. Air Permukaan

    Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan

    mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau,

    kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi

    dua jenis yaitu :

    a. Perairan Darat

    Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya

    seperti rawarawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.

    b. Perairan Laut

    Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya

    seperti air laut yang berada di laut.

    2.3 Karakteristik Air

    Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila air minum

    tidak memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta parameter

    kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

    No416/MENKES/PER/IX/1990.

    a. Jumlah zat padat tersuspensi

    TSS (Total Suspended Solid), materi yang tersuspensi adalah materi

    yang mempunyai ukuran lebih kecildari pada molekul / ion yang terlarut. Materi

    tersuspensi ini dapat digolongkan menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat

    padat tersuspensi dapat mengendapapabila keadaan air cukup tenang, ataupun

    mengapung apabila sangat ringan;materi inipun dapat disaring. Koloid

    sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapatdisaring dengan (filter) air biasa.

    Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas airkarena

    menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk kedalam

    air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang butuh

    cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan menyebabkan

    terganggunya ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini banyak

    dan kemudian mengendap, maka pembentukan lumpur dapat sangat

    mengangudalam saluran, pendangkalan cepat terjadi, sehingga diperlukan

    pengerukanlumpur yang lebih sering. Apabila zat-zat ini sampai dimuara sungai

    dan bereaksidengan air yang asin, maka baik koloid maupun zat terlarut dapat

    mengendap dimuara muara dan proses inilah yang menyebabkan terbentuknya

    delta.

    b. Kekeruhan

    Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik

    yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya

    berasaldari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal

  • darilapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga

    menyebabkansumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri,

    sehinggamendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat

    tersuspensi,sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air.

    Demikian puladengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K

    akanmenambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena

    mikrobaterlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi

    kesehatan,bila mikroba itu patogen.

    2.4 Kualitas Air

    Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi

    standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum selalu memeriksa

    kualitas air bersih sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air

    minum. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berbau, tidak berwarna,

    tidak berasa. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen

    dan segalamakhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak

    mengandung zat kimiayang dapat merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara

    estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif,

    tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Penyediaan

    air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harusmemenuhi standar yang

    berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam

    menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatubaku mutu air

    tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang

    karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifatsifa tair atau biasa

    disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang

    dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukanpenilaian yang

    kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air(Slamet,

    1994).Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat

    fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratankualitas

    air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001

    Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air

    menurutkegunaannya digolongkan menjadi :

    1. Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

    minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu airyang sama

    dengan kegunaan tersebut.

    2. Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

    prasarana/saranarekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan,

    air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain

    yangmempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

    3. Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

    pembudidayaanikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

    pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

    yang samadengan kegunaan tersebut.

  • 4. Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

    mengairipertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan

    mutuair yang sama dengan kegunaan tersebut.Untuk dapat memahami

    akibat yang dapat terjadi apabila air minum tidak memenuhi standar,

    berikut pembahasan karakteristik beserta parameter kualitas air bersih

    berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

    No416/MENKES/PER/IX/1990.a.

    2.5 Pengolahan Air

    Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan untuk

    membuat sumber air baku atau air limbah menjadi air yang dapat diterima

    bagi pengguna akhir sesuai dengan standar yang dibutuhkan (diinginkan).

    termasuk air bersih, air minum, air untuk proses industri, air pengobatan dan air

    untuk keperluan lainnya.Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah

    menghilangkan Kontaminan dalam air, atau mengurangi konsentrasi kontaminan

    tersebut sehingga menjadi air yang diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna

    akhir) tanpa merugikan dampak ekologis. Prosesproses yang terlibat dalam

    pemisahan Kontaminan dapat menggunakan Proses Fisik seperti menetap dan

    penyaringan Kimia seperti Desinfeksi dan Koagulasi. Selain itu proses Biologi juga

    digunakan dalam pengolahan air limbah, proses-proses ini dapat meliputi,

    mencampur dengan udara, diaktifkan lumpur atau saringan pasir padat.

    2.6 Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Bersih

    2.6.1 Inteke

    Intake merupakan suatu bangunan yang dibangun pada suatu badan air

    dengan fungsi untuk mengalirkan air dari badan air menuju ke unit pengolahan air

    minum lebih lanjut, baik secara gravitasi maupun dengansistem pemompaan.

    2.6.2 Pra Sedimentasi

    Bangunan prasedimentasi merupakan bangunan pertama dalam sistem

    instalasi pengolahan air bersih. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat proses

    pengendapan partikel diskrit seperti pasir, lempung, dan zat-zat padat lainnya

    yang bisa mengendap secara gravitasi. Prasedimentasi bisa juga disebut

    sebagai plain sedimentation karena prosesnya bergantung dari gravitasi dan

    tidak termasuk koagulasi dan flokulasi. Oleh karena itu prasedimentasi

    merupakan proses pengendapan grit secara gravitasi sederhana tanpa

    penambahan bahan kimia koagulan. Tipe ini biasanya diletakkan di reservoir,

    grit basin, debris dam, atau perangkap pasir pada awal proses pengolahan.

    Kegunaan proses prasedimentasi adalah untuk melindungi peralatan mekanis

    bergerak dan mencegah akumulasi grit pada jalur transmisi air baku dan proses

    pengolahan selanjutnya.

    2.6.3 Koagulasi

  • Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah

    dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi,

    partikel partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok.

    Biasanya dosis koagulan tawas atau aluminium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O) yang

    digunakan adalah sebesar 50 ppm, yang merupakan dosis optimum koagulan

    aluminium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O) yang sering digunakan dalam proses

    pengolahan air minum.Setelah air ditambahkan dengan koagulan Al2SO4maka

    Sol tanah liat adalah koloid yang bermuatan negatif sehingga jika ditambahkan

    dengan tawas (Al2(SO4)3) yang bermuatan positif, maka ion Al3+dari tawas akan

    menggumpalkan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi pada koloid terjadi karena

    tidak stabilnya sistem koloid. Berikut adalah halhal yang mempengaruhi proses

    koagulasi :

    Karakteristik Partikel

    Karakteristik partikel diibedakan atas dua bagian, yakni

    a. Karakteristik partikel berdasarkan ukuran

    1. Ukuran 5 nm - 1m

    2. Partikel tersuspensi dengan ukuran > 5m

    3. Partikel dengan ukuran < 5m, yang disebut larutan

    b. Karakteristik partikel berdasarkan sifat hidrasi, hidrophobik dan hidrofilik

    a. Kekeruhan

    Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit

    partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu

    makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Hal-hal yang diperhatikan

    mengenai kekeruhan dalam proses koagulasi dan flokulasi adalah sebagai

    berikut :

    a) Kebutuhan koagulasi pada kekeruhan larutan, akan tetapi penambahan

    koagulan tidak berkoreksi linier terhadap kekeruhan

    b) Kekeruhan tinggi umumnya memerlukan dosis koagulan yangrelatif

    rendah karenadengan tingginya kekeruhankemungkinkan akan terjadi

    tumbukan lebih tinggi dibandingdengan kekeruhan rendah yang jarak

    antar partikelnya jauh,sehingga membutuhkan dosis koagulan yang relatif

    tinggi

    c) Ukuran partikel yang tidak seragam jauh lebih mudahdikoagulasi

    daripada partikel tidak seragam. Hal ini disebabkankarena pusat-pusat

    yang lebih besar/ mudah terbentuk pada partikel kecil, sedangkan partikel

    besar mempercepat pengendapan.

  • b. Temperatur

    Temperatur berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan

    pemakaian bahan kimia berlebih,untuk mempertahankan hasil yang dapat

    diterima. Selain itu Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan

    viskositas,dimana semakin panas suhu, viskositas makin kecil. Pengaruh

    perubahan viskositas tersebut menyebabkan perubahan gradienkecepatan.

    c. Gradient Kecepatan

    Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam

    pengadukan yang dinyatakan dengan gradien kecepatan. Gradien kecepatan

    merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):

    Gradien Kecepatan digunakan untuk pencampuran fluida dan dinyatakan

    dalam detik-1 Didefinisikan sebagai perbedaan kecepatan antara dua titik atau

    volume terkecil fluida yang tegak lurus perpindahan. Gradien kecepatan

    berhubungan dengan adanya waktu pengadukan (td). Nilai G yang terlalu besar

    dapat mengganggu pembentukan titik akhir flok. Proses koagulasi memerlukan

    gradien kecepatan lebih tinggi daripada proses flokulasi.

    d. Komposisi zat kimia dalam air

    Di dalam air terlarut garam-garam mineral. Pengaruh garam-garam mineral

    dalam proses koagulasi disebabkan oleh kemampuannya dalam

    manggantikan kedudukan ion hidroksida pada senyawa kompleks hidrokside.

    e.Turbulensi

    Turbulensi adalah aliran fluida yang bergolak karena gesekan fluida

    tersebut. Turbulensi diperlukan pada proses koagulasi untuk meratakan koagulan

    ke seluruh bagian fluida dan memberikan kesempatan pada partikel koloid

    untuk saling bergabung membentuk inti flok

    f. Zeta Potensial

    Zeta Potensial merupakan potensial elektrostatik yang ada disekitar kulit

    suatu partikel yang dapat mempengaruhi stabilitas koloid. Elektolit yang ada

    disekitar partikel yang bermuatan negatif. Lapisan ion ini akan menarik ion yang

  • bermuatan positif yang terdapat di dalam air. Hanya zat potensial

    mempengaruhi tingkat kemudahan destabilisasi partikelkoloid yang terdapat di

    dalam air

    2.6.4 Flokulasi

    Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan

    dan air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat

    mengendap dengan cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke

    dalam hubungan sehingga partikelpartikel tersebut saling bertabrakan,

    kemudian melekat, dan tumbuh mejadi ukuran yang siap turun mengendap.

    Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan menyimpannya

    pada bak flokulasi.

    2.6. 5 Filtrasi

    Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan

    melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan

    akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana

    hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau

    gas; aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya.

    Suatu saat justru limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair

    sebelum dibuang. Di dalam industri, kandungan padatan suatu umpan

    mempunyai range dari hanya sekedar jejak sampai persentase yang besar.

    Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa pengolahan awal untuk

    meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan, kristalisasi, atau

    memasang peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah

    diatomae. Oleh karena varietas dari material yang harus disaring beragam dan

    kondisi proses yang berbeda, banyak jenis penyaring telah dikembangkan.

    Dalam suatu penyaring gravitasi media penyaring bisa jadi tidak lebih baik

    daripada saringan (screen) kasar atau dengan unggun partikel kasar seperti pasir.

    Penyaring dibagi ke dalam tiga golongan utama, yaitu penyaring kue (cake),

    penyaring penjernihan (clarifying), dan penyaring aliran silang (crossflow). Penyaring

    kue memisahkan padatan dengan jumlah relatif besar sebagai suatu kue kristal

    atau lumpur. Seringkali penyaring ini dilengkapi peralatan untuk membersihkan

    kue dan untuk membersihkan cairan dari padatan sebelum dibuang. Penyaring

    penjernihan membersihkan sejumlah kecil padatan dari suatu gas atau percikan

    cairan jernih semisal minuman. Partikel padat terperangkap di dalam medium

    penyaring atau di atas permukaan luarnya. Penyaring penjernihan berbeda dengan

    saringan biasa, yaitu memiliki diameter pori medium penyaring lebih besar dari

    partikel yang akan disingkirkan. Di dalam penyaring aliran silang, umpan

    suspensi mengalir dengan tekanan tertentu di atas medium penyaring .

    Lapisan tipis dari padatan dapat terbentuk di atas medium permukaan, tetapi

    kecepatan cairan yang tinggi mencegah terbentuknya lapisan. Medium

  • penyaring adalah membran keramik, logam, atau polimer dengan pori yang cukup

    kecil untuk menahan sebagian besar partikel tersuspensi. Sebagian cairan mengalir

    melalui medium sebagai filtrat yang jernih, meninggalkan suspensi pekatnya.

    Pembahasan selanjutnya, suatu penyaring ultra, unit aliran silang berisi membran

    dengan pori yang sangat kecil, digunakan untuk memisahkan dan memekatkan

    partikel koloid dan molekul besar.Pada filtrasi dengan media berbutir terdapat tiga

    phenomena proses, yaitu

    1. Transportasi : meliiputi proses gerak brown, sedimentasi, dan gaya tarik antar

    partikel.

    2. Kemampuan menempel : meliputi proses mechanical straining. Adsorpsi

    (fisikkimia), biologis.

    3. Kemampuan menolak : meliputi tumbukan antar partikel dan gaya tolak

    menolak.

    Tipe Filter

    Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, saringan pasi

    dapat dibedakan menjadi dua yaitu saringan pasir cepat dan saringan pasir

    lambat.Saringan pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori (Geyer,

    2001) :

    1. Menurut jenis media yang dipakai

    2. Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi

    3. Menurut arah aliran

    4. Menurut kaidah grafitasi/dengan tekanan

    5. Menurut pretreatment yang dipelukan

    Jenis jenis filter berdasar sistem operasi dan media

    1. Single media : satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja

    2. Dual media : misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit

    3. Multi media : misalnya digunakan pasir silica, anthrasit, dan garnet.

    Keterangan:

    1. Filter single media, filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir kwarsa.

    Pada sistim ini penyaringan SS terjadi pada lapisan paling atas sehingga

    dianggap kurang efektif karena sering dilakukan pencucian.

  • 2. Filter dual media, sering digunakan filter dengan media pasir kwarsa di lapisan

    bawah dan anthrasit pada lapisan atas.

    3. Multi media filter : untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan

    sebagai penyaring.

    2.6.6 Desinfeksi

    Disinfeksi atau menghilangkan kuman dari air minum sangat penting

    dilakukan sebelum air tersebut diminum atau dikonsumsi oleh kita. Air yang kita

    peroleh dari sumur, hasil penyaringan sederhana, ataupun sumber yang lain

    mungkin akan terlihat bening, tidak berasa dan tidak berbau, tetapi hal itu tidak

    menandakan bahwa air tersebut bersih dari kuman penyakit.

    2.7 Syarat Penyediaan Air Bersih

    Menurut Bambang Setiawan (2013), sistem penyedian air bersih harus

    memenuhi beberapa persyaratan utama. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan

    kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.

    1. Persyaratan kualitatif

    a. Syarat fisik

    Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu

    juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih

    25C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah

    25C 30C.

    b. Syarat kimia

    Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah

    yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH,

    total solid, zat organik, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn),

    tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

    c. Syarat bakteriologis dan mikrobiologis

    Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang

    mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak

    adanya bakteri E. Coli atau Fecal coli dalam air.

    d. Syarat radiologis

    Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh

    mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung

    radioaktif, seperti sinar alfa, betadan gamma.

    2. Persyaratan kuantitatif

  • Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari

    banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan

    untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah

    penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari

    standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah

    kebutuhan air bersih.

    3. Persyaratan kontinuitas

    Baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga

    dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat

    diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir

    tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk

    menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara

    pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas

    pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam

    aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 18.00 WIB.

    III. METODOLOGI

    3.1 Alat

    Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum antara lain:

    1. Galon sebagai wadah prototype filtrasi

    2. Reaktor Koagulasi

    3. Penampung Hasil Akhir

    4. Jet Set

    5. Timbangan Digital

    6. Turbidimeter

    3.2 Bahan

    1. Air sample yang akan diolah

    a. Air Sungai

    b. Air Sumur

    2. Koagulan : Tawas (KAl(SO4)212H2O, Kaporit (Ca(OCl)2), dan Kapur.

    3. Filter yang digunakan adalah 1. Batu (sedang)2. Kerikil 3. Pasir 4. Sabut/ijuk

    5. Arang aktif

  • 3.3 Cara Kerja :

    1. Ambil sample air sungai dan sumur masing masing sebanyak n liter

    yang dibutuhkan

    2. Pertama-tama sampel air diuji kekeruhannya (turbidity) awalnya ( NTU).

    3. Catat hasil keruhan (turbidity) awalnya.

    4. Sampel air sungai dimasukkan ke dalam 3 reaktor koagulasi dimana masing

    masing reaktor diisi sebanyak 4 liter.

    5. Tambahkan koagulan berupa tawas, kaporit, dan kapur masing masing 120 mg

    pada masing masing reaktor.

    6. Aduk air sample menggunakan Jet Set hingga 7 menit.

    7. Tunggu sampai proses koagulasi selesai.

    8. Kemudian dimasukkan ke media filter untuk proses filtrasi.

    9. Diamkan sebentar 2 menit untuk mengetahui proses sedimentasi dan ambil

    air di permukaannya untuk dilakukan uji kekeruhan (turbidity) dengan turbidimeter

    akhir.

    10. Catat hasil kekeruhan (turbidity) akhirnya.

    11. Hitung efisiensi kekeruhan (turbidity) dengan rumus nilai kekeruhan

    (turbidity) akhir- kekeruhan (turbidity)awal dikali 100%.

    12. Susun bersama kelompok media filter mini. Berikut ini adalah simulasi

    pengolahan air bersih skala laboratorium.Penyiapan sample uji Tawas dan

    KaporitProses Koagulasi Berlangsung Pencucian Ijuk dan Kerikil (Filter)

    Degradasi Warna Proses Filtrasi Proses Filtrasi masih berlangsungHasil

    Filtrasi Perbandingan air sebelum dan sesudah pengolahan

  • DAFTAR PUSTAKA

    Cammack, R. 2006. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology.

    Oxford University Press. New York. 720 h.

    Droste, Ronald L. 2006. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment,

    John Wiley & Sons, Inc., New York.

    Fair, G. M . .J. C. Geyer, D. A. Okun. 2005. Elements of Water Supply

    And Wastewater Disposal , edisi kedua, John Wiley and Sons Inc., New York

    Hadi, Wahyono, 2000, Diktat Perencanaan Bangunan Pengolahan Air

    Minum,Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya

    Homig, H. E. 2002. Seawater and Seawater Distillation, Vulkan-Verlag.

    University of California. 202 h.

    Huisman, L. 1999. Sedimentation and Flotation. Delft University Of Technology, hal.

    3-2:3-40.

    Salvato, J. A. 1999. Environmental engineering and Ssnitation, Wiley-Interscience.

    University of California. 919 h.

    Sawy er, Clair N., Perry L. McCarty. 2001. Chemistry for

    EnvironmentalEngineering, edisi ketiga, Mc Graw Hill Book Company, New

    York

    Schulz, C.R., D. A. Okun. 2000. Surface Water Treatment for Communities in

    Developing Countries, John Wiley and Sons Inc., New York