Modul Praktikum 1 Irfan m Syahdan 13607036
-
Upload
irfansyahdan -
Category
Documents
-
view
265 -
download
7
Transcript of Modul Praktikum 1 Irfan m Syahdan 13607036
MODUL PRAKTIKUM 1AE4013 Aerodinamika Eksperimental
PENGUKURAN PERTUMBUHAN LAPISAN BATAS SEPANJANG PELAT DATAR
TUJUAN PRAKTIKUM
a. Memahami dan menerapkan metoda eksperimental untuk mengukur pertumbuhan
lapisan batas sepanjang pelat datar.
b. Mencari karakteristik lapisan batas sepanjang pelat datar seperti profil kecepatan,
tebal lapisan batas, dan koefisien gaya gesek permukaan dengan metode analitis.
c. Membandingkan dan menganalisis data hasil eksperimen dengan hasil perhitungan
secara analitis.
d. Memahami perbedaan besar drag pada lapisan batas daerah laminar dan lapisan batas
daerah turbulen.
DASAR TEORI
Karakteristik umum Lapisan Batas
Lapisan Batas Lapisan Batas adalah daerah di dekat permukaaan benda dimana
pengaruh viskositas bekerja. Pengaruh ini menyebabkan adanya pengurangan
momentum aliran yang menyebabkan terjadinya drag.
Gambar 1Lapisan Batas pada Pelat Datar
1
Pada lapisan batas terjadi kondisi no-slip (no-slip condition) yang menyebabkan
timbulnya gradient kecepatan (velocity gradient) dalam arah y yang diakibatkan gaya
gesek. Nilai gradien kecepatan adalah nol tepat diatas permukaan sampai dengan 0.99
Ue . Ue adalah kecepatan aliran di bagian terluar dari lapisan batas dimana efek viskos
sudah tidak berpengaruh lagi.
Hubungan antara tegangan geser dengan velocity gradient secara matematis diberikan
oleh persamaan sebagai berikut:
(1)
Titik dimana U = 0.99Ue adalah batas lapisan batas sehingga tebal lapisan batas (δ)
berjarak dari permukaan hingga titik U = 0.99 Ue.
Secara umum, tebal lapisan batas dipengaruhi oleh beberapa parameter yakni sebagai
berikut:
Characteristic Length (L)
Tebal lapisan batas di suatu tempat tertentu yang berjarak L dari titik stagnasi
dipengaruhi oleh intensitas interaksi antara molekul fluida dengan permukaan
benda dibagian hulunya atau dengan kata lain tebal lapisan batas berbanding lurus
dengan panjang karakteristik ( ).
Kinematic Viscosity ( )
Tebal lapisan batas juga dipengaruhi oleh jenis fluida yang berinteraksi dengan
permukaan benda atau dengan kata lain tebal lapisan batas berbanding lurus dengan
Kinematic Viscosity ( ). Viskositas sendiri terpengaruh beberapa hal seperti
temperatur
Local Velocity Outside Boundary Layer (ue)
Tebal lapisan batas disuatu tempat tertentu akan semakin kecil dengan
bertambahnya kecepatan luar dari lapisan batas. Hal ini disebabkan suku-suku
tegangan inersial menjadi semakin besar, sedangkan viskositasnya konstan
sehingga profil kecepatan di dalam lapisan batas akan lebih terdorong ke
2
permukaan. Dengan kata lain tebal lapisan batas berbanding terbalik dengan akar
kuadrat kecepatan luar dari lapisan batas ( )
Dengan demikian, ketebalan lapisan batas dapat dihubungkan dengan Reynolds number
(Re) dan dinyatakan sebagai berikut:
Sedangkan Re, yang menyatakan bilangan Reynolds, merupakan besaran tak berdimensi
yang secara fisik dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara energi inersia dan
energi viskos (gesekan) dari suatu aliran. Secara matematis, bilangan Reynolds dapat
didefinisikan dalam persamaan berikut:
(3)
Selain boundary layer thickness ( ) terdapat dua definisi lain yang biasa digunakan
untuk menyatakan ketebalan lapisan batas yakni sebagai berikut:
Displacement Thickness ( ) adalah besaran yang menyatakan terjadinya
pengurangan aliran massa (missing mass-flow) akibat kehadiran lapisan batas.
Displacement Thickness dinyatakan oleh persamaan berikut:
(4)
Momentum-Loss Thickness ( ) adalah besaran yang menyatakan terjadinya
pengurangan momentum akibat kehadiran lapisan batas. Momentum-Loss Thickness
dinyatakan oleh persamaan berikut:
(5)
Kedua definisi diatas, digunakan untuk menganalisis benda dengan persamaan Laplace
(inviscid flow) dimana efek viskos telah dimasukkan ke dalamnya. Dengan definisi
displacement thickness, distribusi tekanan disekitar benda dapat dihitung, untuk
3
kemudian gaya angkat pada benda tersebut dapat diperoleh. Sedangkan definisi
momentum-loss thickness digunakan untuk memperoleh gaya hambat.
Klasifikasi Lapisan Batas
Lapisan batas terbagi menjadi tiga daerah yakni lapisan batas laminar, daerah transisi,
dan lapisan batas turbulen. Fenomena-fenomena aliran di dalam lapisan batas laminar,
daerah transisi, dan lapisan batas turbulen akan dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 2Daerah Laminar, Transisi, dan Turbulen di dalam Lapisan Batas pada Pelat Datar (Ref. 6)
Pada lapisan batas laminar, aliran atau lapisan fluida (fluid layers) bergerak secara halus
antara satu sama lainnya atau dengan kata lain lapisan batas laminar memiliki
streamline yang saling paralel satu sama lainnya. Pengaruh gesekan yang ditimbulkan
velocity gradient diakibatkan oleh viskositas fluida itu sendiri, sehingga perpindahan
massa dan momentum antara aliran fluida terjadi dalam tingkat molekular saja. Hal ini
dapat dilihat dari persamaan (1) dimana tegangan geser diakibatkan oleh velocity
gradient dan viskositas fluida.
Sedangkan pada lapisan batas turbulen, gerakan molekul fluida yang acak menyebabkan
terjadinya fluktuasi kecepatan (baik pada arah paralel maupun tegak lurus terhadap
aliran). Fluktuasi kecepatan pada arah tegak lurus aliran menyebabkan perpindahan
massa dan momentum terjadi dalam jumlah yang sangat besar antar lapisan fluida. Hal
inilah yang menyebabkan tegangan geser pada lapisan batas turbulen lebih besar jika
dibandingkan pada lapisan batas laminar. Dengan kata lain tegangan geser di dalam
lapisan batas tidak hanya dipengaruhi oleh viskositas fluida itu sendiri melainkan oleh
4
Reynolds Shear Stresses. Reynolds shear stresses atau turbulent stresses merupakan
besaran yang menunjukkan fluktuasi kecepatan molekul fluida. Untuk penjelasan lebih
lanjut, dapat dilihat pada referensi 2 dan 6.
Perbedaan efek viskositas dan reynolds stresses terhadap tegangan geser juga
mempengaruhi profil kecepatan (velocity profile) di dalam lapisan batas. Profil
kecepatan merupakan variasi kecepatan aliran dari jarak hingga . Profil ini
berbeda-beda di tiap titiknya. Pada lapisan batas laminar, perpindahan energi dari luar
lapisan batas dialirkan ke bagian dalam aliran di dekat permukaan melalui medium
viskositas saja sehingga menghasilkan penetrasi yang kecil. Konsekuensinya sebagian
besar daerah di dalam lapisan batas mengalami pengurangan kecepatan. Sedangkan
pada lapisan batas turbulen, perpindahan energi yang terjadi lebih mudah karena tidak
hanya melalui medium viskositas melainkan juga Reynolds stresses. Konsekuensinya
velocity profile di dekat permukaan cenderung lebih penuh dan kecepatan aliaran bukan
di dekat permukaan lebih dekat dengan kecepatan aliran di luar lapisan batas. Ilustrasi
perbedaan velocity profile antara lapisan batas laminar dengan turbulen diberikan pada
gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3Profil Kecepatan di Dalam Lapisan Batas Laminar dan Turbulen
5
Reynolds Stresses yang menjadi efek utama dalam meningkatkan tegangan geser dalam
lapisan batas turbulen mulai muncul pada daerah transisi. Proses transisi dari lapisan
batas laminar menjadi turbulen hingga saat ini masih dalam penelitian dan merupakan
proses yang sangat kompleks. Proses transisi yang banyak dijadikan dasar pegangan
dalam metode analisis lapisan batas adalah Prandtl Hypothesis. Dalam hipotesis ini,
lapisan batas dianggap seagai sebuah Complex Non-Linear Oscilator dan memiliki
kondisi awal yakni Linear Wave-Like Response. Untuk penjelasan lebih lanjut, dapat
dilihat pada referensi 2 dan 6.
Pertumbuhan Lapisan Batas Pada Pelat Datar
Untuk aliran yang melewati pelat datar, maka lapisan batas tumbuh dari ketebalan nol
pada Leading Edge hingga pada daerah tertentu dimana transisi dengan cepat ke lapisan
batas turbulen terjadi. Daerah transisi ini diikuti dengan penebalan lapisan batas secara
cepat. Proses penebalan ini berlanjut pada lapisan bats turbulen hingga Trailing Edge.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa tegangan geser mencapai harga maksimumnya
pada permukaan benda dan memperlambat lapisan dtau aliran fluida di dekat
permukaan. Aliran fluida ini lebih lambat dibandingkan dengan aliran diatasnya dan
akan mempengaruhi aliran fluida diatasnya, dan seterusnya. Dengan demikian, makin
membesarnya jarak dari Leading edge pelat, aksi saling memperlambat aliran fluida
akan bertambah. Hal ini disebabkan lapisan atau aliran fluida di dekat permukaan telah
lebih dahulu “lelah”, sedangkan pada arah tegak lurus terhadap permukaan, aksi ini
berkuran akibat pengaruh tegangan geser yang semiakin berkuran. Sehingga gradient
kecepatan pada arah tegak lurus berkuran dan tebal lapisan batas makin meningkat.
Dalam menganalisis lapisan batas sepanjang pelat datar beberapa penyederhanaan
dilakukan yakni sebagai berikut:
kecepatan terluar dari lapisan batas sama dengan kecepatan aliran tak terganggu
(freestream velocity).
Penyederhanaan tersebut menjadikan lapisan batas sepanjang pelat datar lebih mudah
dipelajari baik secara eksperimental maupun teoritik. Hasil penelitian berkaitan dengan
6
lapisan batas sepanjang pelat datar banyak digunakan untuk memprediksi gaya gesek
pada benda sembarang.
Solusi pendekatan dari persamaan lapisan batas telah dikembangkan oleh Prandtl dan
Blasius. Blasius memecahkan persamaan lapisan batas laminar pada pelat datar dengan
asumsi-asumsi yakni aliran stasioner (steady) dan inkompresibel. Sehingga menurut
Blasius, penurunan secara rinci dapat dilihat pada referensi 1 dan 2, parameter-
parameter pada lapisan batas laminar dapat di dekati dengan persamaan sebagai berikut:
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Sedangkan untuk pendekatan bagi lapisan batas turbulen, Prandtl mengasumsikan
bahwa distribusi kecepatan di dalam lapisan batas pada pelat datar identik dengan
lapisan batas pada pipa sirkular (circular pipe). Asumsi ini tidak pasti benar karena
distribusi kecepatan di dalam sebuah pipa dibentuk akibat pengaruh gradient tekanan
(pressure gradient), sedangkan pada pelat datar pressure gradient adalah nol. Akan
tetapi hasil eksperimen oleh Hansen dan Burgers menunjukkan bahwa asumsi ini sesuai
pada rentang moderat dari bilangan Reynolds yang besar (ReL < 106) dan berlaku bahwa
profil kecepatan dari lapisan batas pada pelat datar dinyatakan oleh power law formula.
Untuk profil kecepatan pada pelat datar berlaku 1/7-th-power law yang merupakan
distribusi kecepatan di dalam sebuah pipa atau dapat dinyatakan sebagi berikut:
7
(11)
Demikian pula dengan shearing-stress equation pada permukaan diambil dari circular
pipe sebagai berikut:
(12)
Penurunan secara rinci dapat dilihat pada referensi 2. Dengan demikian parameter-
parameter pada lapisan batas turbulen dapat di peroleh dengan persamaan-persamaan
sebagai berikut:
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
Persamaan-persamaan diatas hanya berlaku untuk rentang moderat dari bilangan
Reynolds yang besar yakni 5x105 < ReL < 107. Hal ini dikarenakan adanya batasan pada
Blasius pipe resistance formula dimana pada ReL < 5x105, lapisan batas di pelat datar
adalah fully laminar.
Sedangkan untuk memprediksi daerah transisi pada pelat datar dapat digunakan
beberapa hasil eksperimen sebagai berikut:
8
Michels Criteria (ref. 1), untuk permukaan pelat datar yang halus, dengan
di dalam aliran dengan turbulensi rendah, transisi mulai terjadi pada
bilangan Reynolds sekitar ReX = 2,8x106.
Hansen Experiment (ref. 2), untuk pelat datar yang halus dengan sudut 00, transisi
mulai terjadi pada bilangan Reynolds sekitar ReX = 3,2x105.
Secara rule of thumb (ref. 3), untuk aliran dengan bilangan Reynolds kurang dari
500.000 maka lapisan batas tersebut adalah lapisan batas laminar. Untuk aliran
dengan bilangan Reynolds lebih dari 500.000 maka lapisan batas tersebut adalah
lapisan batas turbulen. Sehingga daerah transisi adalah daerah dimana aliran
memiliki bilangan Reynolds sekitar 500.000 (ReX = 5x105).
9
PERALATAN PRAKTIKUM
Peralatan ekperimental yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
Terowongan Angin Subsonik Tertutup 30 x 30 cm
Model plat datar
DPI (Druck pressure indicator)
Multimanometer
Stetoskop
Termometer
Higrometer
Barometer
Tabung pitot
LED
Uni-Slide
Skematik eksprimental lapisan batas sepanjang pelat datar ditunjukkan oleh gambar 4
sebagai berikut:
PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur eksperimental yang dilakukan terdiri dari beberapa langkah yakni sebagai
berikut:
Pra-Eksperimental:
1. Mengukur dan menghitung kondisi atmosfer laboratorium seperti temperature (T),
kelembaban (α), dan tekanan (P) masing-masing dengan menggunakan
thermometer, hygrometer, dan barometer. Sedangkan untuk kerapatan udara (ρ),
dan viskositas udara (μ) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
10
(18)
(19)
Dimana:
2. Memastikan benda uji dan seksi uji dalam keadaan tidak kotor.
3. DPI dinyalakan dan didiamkan selama minimal 24 jam sebelum eksperimental
agar pengukuran yang ditunjukkannya cukup stabil.
Kalibrasi Terowongan Angin:
Kalibrasi pada terowongan angin dilakukan untuk mengukur kecepatan aliran tak
terganggu yang akan digunakan saat eksperimental. Ilustrasi kalibrasi terowongan angin
ditunjukkan oleh gambar 5.
11
Gambar 4Ilustrasi Pengambilan Data Kalibrasi Terowongan Angin
4. Memastikan seksi uji dalam keadaan kosong
5. Menghubungkan DPI-1 dengan kedua lubang tekanan statik pada area kalibrasi
untuk mengukur tekanan referensi.
6. Memasang tabung pitot pada seksi uji kosong kemudian hubungkan dengan DPI-2
untuk mengukur tekanan dinamik dari aliran tak terganggu.
7. Menghitung tekanan dinamik untuk berbagai kecepatan aliran tak terganggu.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
(20)
Atau
(21)
u
8. Menyalakan terowongan angin dan atur rpm hingga DPI-2 menunjukkan nilai
tekanan yang sama dengan tekanan dinamik yang diinginkan.
12
9. Mencatat nilai tekanan referensi yang ditunjukkan oleh DPI-1. Nilai tekanan
tersebut merupakan tekanan referensi yang akan digunakan pada eksperimental.
Lihat Appendix A!
10. Matikan terowongan angin.
Eksperimental:
11. Memasang Benda uji berupa pelat datar di dalam seksi uji.
12. Pitot yang digunakan untuk kaliberasi dan eksperimental harus sama agar
menghindari kemungkinan terjadinya perbedaan hasil pengukuran antar pitot.
13. Memastikan posisi pelat datar berada dalam kondisi lurus terhadap aliran, atau
memiliki sudut serang 0o
14. Menghubungkan tabung pitot tekanan total ke salah satu lubang pada DPI-2
dengan dan lubang lainnya dibiarkan terbuka untuk mengukur tekanan atmosfer.
15. Menyalakan terowongan angin dan mengatur agar kecepatan aliran udara di dalam
terowongan angin sesuai dengan yang telah dipilih. Untuk mengetahuinya,
lakukan penyamaan seperti yang telah dicatat pada saat kalibrasi (langkah 9).
Lakukan untuk dua kecepatan yaitu 15 m/s dan 20 m/s
16. Memperkirakan daerah transisi dari lapisan batas laminar menjadi turbulen
dengan menggunakan stetoskop yang dihubungkan pada tabung pitot. Daerah
turbulen dapat diperkirakan dengan mendeteksi adanya suara gemuruh pada aliran
di dekat permukaan pelat datar melalui stetoskop, sedangkan daerah laminar dapat
diperkiraan dengan mendeteksi suara semilir pada aliran didekat permukaan pelat
datar melalui stetoskop. Dengan demikian daerah transisi diperkirakan dengan
mendeteksi suara semilir dan gemuruh secara bergantian.
17. Melakukan pengukuran tekanan total dari aliran tak terganggu yakni dengan
menghubungkan tabung pitot tekanan total dengan DPI-2. Untuk kemudian
dicatat.
18. Menentukan titik pengukuran yang pertama didasarkan pada kombinasi jendela
seksi uji yang tersedia.
Untuk eksperimental kali ini digunakan 4 titik dimana 2 titik dipilih pada daerah
laminar dan 2 daerah dipilih pada daerah turbulen!
13
1
2
19. Melakukan pengukuran tekanan statik dengan mengarahkan tabung pitot seperti
pada gambar. Pemasangan tabung pitot dengan lubang yang tegak lurus arah
aliran maka tabung pitot bertindak seperti lubang static sehingga tekanan yang
terukur adalah tekanan static. Baca dan catat nilai yang tertera (Ps-Patm) pada
DPI 2.
Gambar 5.
Ilustrasi Pemasangan Pitot tube untuk Mengukur Tekanan Static dan Tekanan Total
20. Melakukan pengukuran ketebalan lapisan batas pada permukaan pelat datar
dengan mengarahkan tabung pitot seperti pada gambar . Lakukan dengan 5 titik
dalam arah y dari titik pengujian pertama. Baca nilai (Pt – Patm) dari DPI-2.
Batas dari lapisan batas ditandai dengan tekanan total yang tidak berfluktuasi.
Sisi terdalam dari lapisan batas ditandai dengan menyalanya LED yang
menunjukkan bahwa pitot telah menyentuh permukaan pelat datar. Lakukan
keempat titik dan kedua kecepatan (15 m/s dan 20 m/s)!
21. Mencatat tebal lapisan batas , tekanan statik, dan tekanan total lokal pada titik
pengukuran yang pertama. Lakukan keempat titik dan kedua kecepatan (15 m/s
dan 20 m/s)!
22. Melakukan pengukuran tekanan total lokal di sekitar permukaan pelat datar pada
titik pengukuran yang pertama. Pada titik pengukuran tersebut dibagi lagi menjadi
5 bagian sama besar atau dengan kata lain 1/5 dari ketebalan lapisan batas yang
diperoleh dari langkah 18. Sehingga pengukuran ke arah ketebalan lapisan batas
terdapat 6 titik. Lakukan keempat titik dan kedua kecepatan (15 m/s dan 20 m/s)!
23. Mencatat data hasil pengukuran pada tabel data hasil pengukuran. Lihat Appendix
A! Lakukan keempat titik dan kedua kecepatan (15 m/s dan 20 m/s)!
14
Kondisi 1: lubang pitot tegak lurus arah aliran untuk mengukur tekanan statik
Kondisi 2: lubang pitot mengarah frontal terhadap aliran untuk mengukur tekanan total
Gambar 5Ilustrasi Pemasangan DPI pada Eksperimental
Pasca-Eksperimental:
24. Pengolahan Data
Seluruh pengolahan data berkaitan dengan:
Data pengukuran kondisi lingkungan laboratorium
Data kalibrasi terowongan angin
Data pengamatan daerah transisi
Data hasil pengukuran lapisan batas
Data perhitungan local skin-friction coefficient hasil eksperimen
Sedangkan perhitungan boundary layer thickness dan local skin-friction
coefficient secara analitik dilakukan dengan metoda blasius (dengan
mengasumsikan lapisan batas laminar) dan 1/7-th-power law (dengan
mengasumsikan lapisan batas turbulen).
15
25. Penyajian Hasil Praktikum
Untuk dapat memenuhi tujuan dari eksperimental yang telah ditentukan, maka
gambarkan grafik hubungan dari:
ΔPref vs q∞ yang merupakan hasil kalibrasi terowongan angin
Velocity profile untuk tiap titik pengukuran.
Pertumbuhan Boundary Layer Thickness terhadap bilangan Reynolds
sepanjang pelat datar.
Pertumbuhan Displacement Thickness terhadap bilangan Reynolds
sepanjang pelat datar.
Perbandingan Boundary Layer Thickness antara hasil eksperimental dan
hasil analitik untuk masing-masing kecepatan aliran tak terganggu.
Perbandingan koefisien local skin-friction coefficient hasil eksperimen dan
hasil perhitungan analitik.
Pertumbuhan drag pada pelat (daerah lapidan batas laminar dan daerah
lapisan batas turbulen)
26. Analisis
Analisis mencakup beberapa hal yakni sebagai berikut:
Karakteristik aliran di dalam lapisan batas laminar maupun turbulen,
seperti velocity profile, pola boundary layer thickness, displacement
thickness, dan skin friction serta drag.
Karakteristik drag pada daerah lapisan batas laminar dan lapisan batas
turbulen.
Pengaruh peralatan eksperimental yang digunakan dan prosedur
eksperimental terhadap data hasil eksperimental.
Perbedaan, jika ada maupun tidak, antara hasil eksperimen dengan hasil
analitik.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sardjadi, Djoko. Mekanika Fluida. Bandung: Art Pro Bandung, 2003.
2. Schlichting, H. Boundary Layer Theory 4th edition. New York: McGraw-Hill, 1960.
3. Anderson Jr., John D., Fundamentals of Aerodynamics 4th edition. New York:
McGraw-Hill, 2007.
APPENDIX A LEMBAR ISIAN PENGOLAHAN DATA EKSPERIMENTAL LAPISAN BATAS SEPANJANG PELAT DATAR
Tabel A.1Kondisi Atmosfer Laboratorium
Temperatur (K) (lihat Termometer)
17
Kelembaban (%) (lihat Higrometer)Tekanan (Pa) (lihat barometer)
Viskositas Udara (kg/m.s)
(pers. 18)
Kerapatan udara (kg/m3) (pers. 19)
Tabel A.2Data Kalibrasi Terowongan Angin
U∞ (m/s) q∞ (Pa) ΔPref
10 (pers. 21) DPI-1
15 (pers. 21) DPI-1
20 . .25 . .30 . .
Tabel A.3Lokasi Daerah Transisi pada Pelat Datar di Hitung
dari Leading Edge Pelat DatarU∞ (m/s) Xtransisi (cm) Retransisi
U1 (pers. 3)U2 (pers. 3)
Tabel A.4Data Pengamatan Tekanan Total dari
Aliran Tak TergangguU∞ (m/s) Pt∞ (Pa)
U1 (DPI)U2 (DPI)
18
Tabel A.5Data Pengamatan Tekanan Total dari Aliran Lokal pada Kecepatan
Aliran Tak Terganggu U∞ =U1 (m/s)X (mm) Pt (Pa) PS (Pa)
X1 (DPI) Ps1 = Pt1 – q∞1 X2 (DPI) Ps2 = Pt2 – q∞2
Tabel A.6Hasil Pengukuran Lapisan Batas dan Pengolahan Data untuk Kecepatan Aliran U∞ =U1 (m/s)
X (mm) (X1) δ* (mm) (pers. 4)δ (mm) θ (mm) (pers. 5)
ReX1 (pers. 3) dU/dy (trendline excel) cf (pers. 2)Segme
nh
(mm)h/δ Pt – Patm
Pt (Pa)
q (Pa) U (m/s) U/U∞ (1- U/U∞).Δh U/U∞.(1- U/U∞).Δh
0 (DPI-2) q = Pt – Ps1(pers. 21)
1 (DPI-2) q = Pt – Ps1(pers. 21)
2 . . .3 . . .4 . . .5 . . .6 . . .7 . . .8 . . .9 . . .10 . . .
Tabel A.6Hasil Pengukuran Lapisan Batas dan Pengolahan Data untuk Kecepatan Aliran U∞ =U2 (m/s)
X (mm) (X1) δ* (mm) (pers. 4)δ (mm) θ (mm) (pers. 5)
ReX1 (pers. 3) dU/dy (trendline excel) cf (pers. 2)
19
Segmenh
(mm)h/δ Pt – Patm
Pt (Pa)
q (Pa) U (m/s) U/U∞ (1- U/U∞).Δh U/U∞.(1- U/U∞).Δh
0 (DPI-2) q = Pt – Ps2 (pers. 21)1 (DPI-2) q = Pt – Ps2 (pers. 21)2 . . .3 . . .4 . . .5 . . .6 . . .7 . . .8 . . .9 . . .10 . . .
20