MODUL MEKATRONIKA TEKSTIL...konsep dasar listrik dinamis dan statis dengan basis vector medan...
Transcript of MODUL MEKATRONIKA TEKSTIL...konsep dasar listrik dinamis dan statis dengan basis vector medan...
MODUL MEKATRONIKA TEKSTIL
Penulis:
DR. Valentinus Galih V.P, S.Si., M.Sc.
Endah Purnomosari. S.T.
Ngadiono, S.T.
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2018
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mempersembahkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan buku yang berjudul โModul Mekatronika
Tekstilโ. Buku ini ditulis untuk memberikan suatu pengantar tentang
teori listrik magnet dan juga terapannya pada berbagai alat elektronika.
Penulis menyadari bahwa Buku ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung
memberikan kontribusi dalam penyelesaian Buku ini. Pada kesempatan
ini penulis juga menghaturkan terima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik STTT Bandung.
2. Para dosen dan pegawai di lingkungan Politeknik STTT, Bandung.
Buku ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang
penulis tidak sadari. Untuk itu, saran dan masukan untuk perbaikan
yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya kecil ini
dapat berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, 10 November 2018
Penulis
iii
CAPAIAN PEMELAJARAN (CP) :
Capaian Pembelajaran Prodi
S1 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukan
sikap religius;
S2 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;
S3 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan
Pancasila;
S4 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan
bangsa;
S5 Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
S6 Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan;
S7 Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;
S8 Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
S9 Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri
S10 Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
KU1 Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu dan
terukur dalam melakukan pekerjaan yang spesifik di bidang
keahliannya serta sesuai dengan standra kompetensi kerja bidang
yang bersangkutan
KU2 Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur
KU3 Mampu mengkaji kasus penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai homaniora
sesuai dengan bidang keahliannya dalam rangka menghasilkan
ptototype, prosedur baku, desain atau karya seni, menyusun hasil
kajiannya dalam bentuk kertas kerja, spesifikasi desain atau esai
seni, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi
iv
KU4 Mampu menyusun hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk
kertas kerja, spesifikasi desain, atau esai seni dan
mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi
KU8 Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja
yang berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu
mengelola pembelajaran secara mandiri
KK1 Mampu menerapkan matematika, sains, dan rekayasa
(Engineering) untuk menyelesaikan masalah rekayasa umum
bidang keteknikan tekstil.
KK2 Mampu mengidentifikasi, memformulasikan, dan menyelesaikan
masalah keteknikan tekstil.
P1 Menguasai konsep teoritis sains, aplikasi matematika dan
perancangan rekayasa yang diperlukan untuk analisis,
perancangan dan penyelesaian masalah proses dan produk
tekstil
P4 Menguasai pengetahuan tentang teknik berkomunikasi secara
efektif
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
M1 Mahasiswa mampu memahami pengetahuan yang mendasar tentang Kelistrikan dinamis dan statis
M2 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar tentang sensor dan actuator
M3 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar tentang pemrograman
M4 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar alat-alat kelistrikan
Deskripsi Singkat
Materi Pembelajaran / Pokok Bahasan
1. Konsep dasar kelistrikan dinamis dan statis 2. Konsep dasar tentang sensor dan aktuator
3. Konsep dasar tentang pemrograman dan matematika diskrit 4. Pengetahuan dasar tentang alat-alat kelistrikan
v
Minggu Sub-CP-MK Indikator
(1) (2) (3)
1-6 Mahasiswa mampu memahami pengetahuan yang mendasar tentang
konsep dasar listrik dinamis dan statis dengan basis
vector medan
Memahami konsep dasar kapasitor
Memahami konsep dasar
relay dan rangkaian listrik
7-8 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar
tentang sensor dan aktuator
Mahasiswa mampu menyelesaikan permasalah
sensor konduktif, sensor cahaya, ultrasonik serta
prinsip motor DC
Mampu menerapkan pada
kasus tekstil
9 UTS Mampu menjelaskan secara tertulis konsep dasar pada
pertemuan 1-8
10 โ 13 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar pemrograman dan
matematika diskrit
Mahasiswa mampu menyelesaikan permasalah
pemrograman dengan menerapkan konsep matematika dan pemodelan
mekanika
Mampu menerapkan pada
kasus tekstil
14-15 Mahasiswa mengenal
konsep dasar alat-alat listrik
Mampu mengenal alat-alat
listrik beserta cara kerjanya
16 UAS Mampu menjelaskan secara
tertulis konsep dasar pada pertemuan 9-15
vi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Capaian Pembelajaran Daftar Isi
Bab.1
VEKTOR DAN TENSOR
ii
iii vi
Hal.1 Bab.2 HUKUM COLOUMB Hal.33
Bab.3 MEDAN LISTRIK DAN HUKUM GAUSS
Hal. 41
Bab.4 KONDUKTOR DALAM MEDAN
LISTRIK
Hal. 49
Bab.5 RANGKAIAN ARUS DC DAN DIODE Hal. 58
Bab.6 RANGKAIAN TRANSIEN ARUS DC Hal. 72 Bab.7 MATERIAL SEMIKONDUKTOR
DAN MAGNETIK Hal. 83
Bab.8 APLIKASI ELEKTRODINAMIKA PADA MIKROKONTROLLER-
SENSOR
Hal. 112
Bab.9 PENGANTAR PLC Hal. 135 DaftarPustaka
Lampiran-1 Lampiran-2
Hal. 148
Hal. 149 Hal. 159
Biografi Hal. 165
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 1
BAB 1 VEKTOR DAN TENSOR
1.1.Material dan Koordinat
Piranti matematika untuk mendeskripsikan persamaan gerak suatu
material padat yang mengalami deformasi bentuk biasanya berdasarkan
suatu asumsi bahwa material padat tersebut terdistribusi dalam suatu
ruang pada suatu waktu tertentu. Pada setiap waktu tertentu, setiap titik
pada suatu daerah tersebut diisi oleh sebuah elemen kecil dari material
padat yang disebut sebagai partikel padat. Berlainan dengan material
rigid (kaku), pada material elastis, adanya gaya luar pada material
tersebut akan mengakibatkan adanya deformasi. Pada bab ini akan
dibahas bagaimana persamaan gerak dari suatu partikel dalam material
yang terpengaruh deformasi dapat dijelaskan dan diukur.
Diasumsikan bahwa masing-masing partikel menempati suatu posisi
tertentu dalam ruang tiga dimensi pada suatu ruang Euclidean pada
suatu waktu tertentu. Jika ruang โ๐ก adalah daerah ruang yang ditempati
oleh setiap partikel dan disebut sebagai ruang konfigurasi pada benda
pada waktu t. ruang konfigurasi โ๐ ( ruang konfigurasi partikel sebelum
terjadi perubahan bentuk atau ruang konfigurasi alami) dipilih sebagai
ruang konfigurasi acuan, dan masing-masing partikel pada ruang
konfigurasi ini dapat diidentifikasi atau diketahui melalui koordinatnya
yaitu ๐ฅ๐ โ โ๐ ( yang merupakan koordinat partikel P pada ruang
konfigurasi acuan โ๐). Setelah benda diberikan beban ( tegangan),
maka terdapat suatu pergerakan partikel yang diiringi dengan sebuah
perubahan bentuk ( deformasi). Partikel pada benda di ruang
konfigurasi โ๐ secara kontinu berubah hingga pada suatu posisi tertentu
pada waktu t di ruang konfigurasi โ๐ก dan diketahui melalui koordinat
๐ฅ ๐ก โ โ๐ก . Diasumsikan bahwa konfigurasi pada benda saat waktu t dapat
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 2
dituliskan sebagai hubungan fungsional dengan bentuk ๐ฅ ๐ก =
๐ฅ ๐ก ๐ฅ๐ , ๐ก = ๐น ๐ฅ๐ ,๐ก .
Levrino (2011) dan Mal, A.K. & Sarva (1991) menyatakan bahwa
Syarat transformasi koordinat adalah terdapat suatu pemetaan
๐น: โ๐ โ ๐น โ0 dan terdapat invers ๐: โ๐ก โ ๐ โ๐ก sehingga
๐น ๐๐, ๐ก = ๐ ๐ ๐ ,๐ก memenuhi syarat transformasi koordinat yaitu
inversibel , bikontinu ( bijektif dan kontinu), differensiabel dan
pemetaan C1 dengan kata lain besar Jacobian ๐ ๐ญ ๐ = ๐๐๐
๐๐ ๐ = ๐ฝ โ
0 untuk setiap anggota ๐ฅ๐ โ โ๐ saat ๐ก > 0. Suatu pemetaan yang
diffeomorphism akan membawa suatu titik, kurva, permukaan dan juga
volume pada ruang konfigurasi โ๐ ke suatu ruang konfiguarsi lain โ๐ก
dan sebaliknya. (seperti pada Gambar-1)
Gambar-1 Deformasi pada Suatu Material
1.2.Pengertian Dimensi
Dimensi di dalam ilmu matematika memiliki berbagai makna dan
pengertian, contoh sederhana umumnya dimensi didefinisikan sebagai
โ๐ท dengan pengertian bahwa ruang vektor โ๐ท memiliki dimensi D.
Manifold atau keragaman dimensi D adalah suatu ruang yang secara
lokal mirip dengan ruang vektor โ๐ท .
Konsep lain yang mendasari pengertian dimensi adalah dimensi
topologi pada ruang topologi. Semua himpunan diskret memiliki
dimensi topologi 0, semua kurva yang injektif memiliki dimensi
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 3
topologi 1, sebuah permukaan cakram memiliki dimensi topologi 2 dan
seterusnya. Himpunan bilangan kosong memiliki dimensi topologi โ -
1โ.
Semua dimensi topologi pada suatu ruang topologi adalah bilangan
bulat. Dimensi topologi adalah suatu dimensi yang digunakan untuk mendefinisikan perbedaan dasar antara himpunan-himpunan yang
secara topologi saling berhubungan ( memiliki relasi), seperti โ๐ dan โ๐ dengan ๐ โ ๐.
Dimensi topologi memiliki nilai bilangan bulat seperti -1,0,1,2,3,โฆ
dan secara topologi akan bersifat homeomorphism, sebagai contoh jika ๐ dan ๐ adalah homeomorphic ( memiliki dimensi yang sama,
bikontinu dan inversibel), maka akan terdapat pemetaan yang bersifat C0 diffeomorphic yang merupakan syarat suatu ruang topologi dimensi
D secara lokal adalah ruang koordinat nyata (Schleicer, 2007)
1.3.Keragaman
Keragaman atau manifold adalah suatu ruang topologi yang
menyerupai ruang Euclidean ( ruang koordinat nyata ) di setiap titik
yang berdekatan. Walaupun sebuah manifold atau keragaman
menyerupai suatu ruang Euclidean pada tiap titik yang berdekatan,
tetapi secara global tidak sama. Jika terdapat suatu keragaman licin โ
dengan n,m โ โ ( keragaman licin ) dan suatu peta F memetakan suatu
titik di ๐ โ โ๐ , ke ๐น ๐ฅ โ โ๐ , dengan ๐น: ๐ โ โ๐ . Pemetaan F
disebut sebagai pemetaan yang diferensiabel (licin) pada ๐ฅ โ ๐ jika
terdapat pemetaan linear L yang homomorphism (suatu pemetaan yang
menjaga struktur yang dipilih diantara dua buah struktur aljabar) dari
โ๐ ke โ๐ (seperti pada Gambar-2 )
Gambar-2 Pemetaan Linear
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 4
Syarat pemetaan L yang licin adalah memenuhi norm sebagai
berikut
0)()()(
lim0
h
hLxFhxF
h
0)()()(
lim0
t
thLxFthxF
t
)()(lim)()(
lim00
hLhLt
xFthxF
tt
t
xFthxFhLhxdF
t
)()(lim)(:))((
0
L(h) adalah derivatif arah F pada x di arah h, dengan h adalah vektor
basis. Suatu ruang topologi โ๐ secara lokal Euclidean pada dimensi n
untuk setiap titik ๐ฅ โ โ๐ , jika ๐ โ โ๐ dan ๐ โ โ๐ dan terdapat suatu
pemetaan ๐น: ๐ โ โ๐ , maka terdapat pemetaan Ck jika ๐น: ๐ โ โ๐ , dan
dapat disebut pemetaan Ck diffeomorphism jika terdapat pemetaan Ck
dengan ๐น:๐ โ ๐ dan terdapat pemetaan Ck ๐:๐ โ ๐ dengan ๐น๐๐ =
๐๐๐ dan ๐๐๐น = ๐๐๐ , dengan fungsi ๐น memiliki sifat bikontinu ( bijektif,
kontinu), inversibel dan differensiabel, seperti pada Gambar-3 di
bawah. Dapat disimpulkan bahwa jika terdapat suatu diffeomorphism
pada suatu pemetaan, maka U dan V disebut Ck diffeomorphic. Jika
pemetaan Ck memiliki k=0, maka pemetaannya bersifat
homeomorphis atau topological isomorphism ( karena tidak
differensiabel). Syarat suatu ruang topologi dimensi n secara lokal
adalah ruang Euclidean yaitu jika U dan V disebut C0 diffeomorphic
atau homeomorphic
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 5
Gambar-3 Pemetaan Diffeomorphism
Vektor singgung ๐ pada pโ ๐ terhadap kurva ๐: (โ๐, ๐) โ ๐ atau
๐: ๐ผ โ ๐ pada saat ๐ก = 0 dan ๐ 0 = ๐ adalah pemetaan terhadap suatu
fungsi licin di M ke himpunan real, yaitu ๐โฒ(0): ๐ถโ(๐)๐ โ โ =
๐ถโ(๐) โ โ dengan rumus ๐ ๐ = ๐โฒ 0 ๐ โ ๐ (๐๐๐ )
๐๐ก ๐ก=0
dengan
๐ โ ๐ถโ(๐). Suatu vektor singgung di pโ ๐ dikenal sebagai fungsional
linear jika memenuhi sifat Leibniz ๐ ๐๐ = ๐๐ ๐ + ๐ ๐ ๐
Ruang singgung di pโ ๐ dinotasikan sebagai ๐๐๐ adalah
himpunan semua vektor singgung di p. beberapa vektor singgung ๐โฒ: =
X โ ๐๐๐ dituliskan sebagai ๐ โ๐
๐๐ฅ ๐
๐๐ฅ ๐
๐๐ก= ๐ฃ ๐ ๐
๐๐ฅ ๐ ๐
= ๐ฃ ๐๐๐ .
Untingan singgung ๐๐ adalah kumpulan dari ruang singgung
๐๐๐ yang diskret di ๐ โ ๐ dan dinotasikan sebagai ๐๐ โ ๐๐๐๐ โ๐ .
Menurut Waner (2005) Ruang singgung ๐๐๐ mirip dengan ruang
Euclidean ( ruang koordinat nyata) dan hubungan antara pemetaan dari
suatu ruang ke ruang yang lain adalah homeomorphism ( isomorphism
secara topologi).
Medan vektor V pada suatu keragaman licin ๐ adalah pemetaan
licin dari suatu keragaman licin M ke suatu untingan singgung ๐๐,
yaitu ๐:๐ โ ๐๐ dengan ๐ โ ๐(๐) โก ๐๐. Maka ๐ โ ๐ต(๐) dan ๐ต(๐)
adalah sebuah ruang vektor โ. Untuk ๐, ๐ โ ๐ต(๐), ๐ โ ๐ dan ๐,๐ โ
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 6
โ, maka ๐๐ + ๐๐ ๐ = ๐๐ + ๐๐ ๐ = ๐๐๐ + ๐ต๐๐ . Untuk ๐, ๐ โ
๐ต(๐), maka kurung Lie ๐,๐ = ๐๐ โ ๐๐ , maka jika ๐, ๐, ๐ โ
๐ต(๐)maka akan memenuhi identitas Jacobi [๐, ๐],๐ + [๐,๐], ๐ +
[๐, ๐],๐ = 0.
Jika ๐ adalah suatu keragaman licin dan ๐ โ ๐ maka dapat
didefinisikan bahwa ruang cotangent pada p adalah ๐๐โ๐ yang
merupakan sebagai ruang jodoh ( dual space) dari ruang singgung ๐๐๐
di p. maka pemetaan halus ๐ : ๐๐๐ โ โ. Dengan โ โ ๐๐โ๐ โ
( ๐๐๐)โ Himpunan dari ๐๐โ๐ disebut sebagai vektor cotangent atau
convektor singgung. Kumpulan dari ruang cotangent adalah untingan
cotangent ๐โ๐ โ ๐๐โ๐๐โ๐ .
Waner (2005) menyatakan bahwa Medan Tensor adalah suatu
produk tensor dari banyak medan vektor. Suatu produk tensor dari
ruang singggung ๐ฃ๐ = ๐ฃ1 โฆ๐ฃ๐ didefinisikan sebagai himpunan
๐ฃ1 โฆ ๐ฃ๐ . Medan tensor dapat didefinisikan sebagai ๐ โ ๐ฃ1 ร โฆ ร
๐ฃ๐ โ โ . Jika MTv p , atau MTv p * , maka suatu medan tensor T
kontravarian didefinisikan MTMTT pp *....*: dan disebut
sebagai medan tensor kontravarian berderajat k di Mp dan dituliskan
( k,0). Medan tensor T kovarian didefinisikan sebagai
MTMTMTT ppp ....: dan disebut sebagai medan tensor
kovarian berderajat k di Mp dan dituliskan ( 0,k). Medan tensor T
disebut suatu medan tensor gabungan kovarian dan kontravarian jika
memetakan MTMTMTMTT pppp ....**: dan disebut
sebagai medan tensor kontravarian berderajat k dan medan tensor
kovarian berderajat l di Mp dan dituliskan ( k,l). Ruang vektor
didefinisikan sebagai himpunan dari produk tensor
๐๐ ๐ โ ๐1 . . . ๐๐ ๐1 โฆ ๐๐ atau MTMTT pp ....*:
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 7
1.4. Medan Vektor Licin
Syarat dari suatu medan vektor V pada keragaman licin M adalah
medan vektor licin di M yaitu jika suatu medan vektor V pada suatu
keragaman licin ๐ adalah pemetaan licin ๐: ๐ โ ๐๐ dengan ๐ โ
๐(๐) โก ๐๐. Maka ๐ โ ๐ต(๐) dengan ๐ต(๐) adalah sebuah medan vektor
licin di keragaman licin M. Untuk ๐, ๐ โ ๐ต(๐), ๐ โ ๐ dan ๐,๐ โ โ,
maka ๐๐ + ๐๐ ๐ = ๐๐ + ๐๐ ๐ = ๐๐๐ + ๐ต๐๐ . Untuk ๐, ๐ โ ๐ต(๐),
dengan kurung Lie ๐,๐ = ๐๐ โ ๐๐ , maka jika ๐, ๐, ๐ โ ๐ต(๐), maka
syarat dari suatu medan vektor pada keragaman licin M akan memenuhi
bentuk identitas Jacobi [๐,๐],๐ + [๐, ๐],๐ + [๐, ๐], ๐ = 0. Dapat
dibuktikan identitas Jacobi sebagai berikut
[๐,๐], ๐ + [๐, ๐],๐ + [๐, ๐], ๐ = 0
๐๐ โ ๐๐, ๐ + ๐๐ โ ๐๐ , ๐ + ๐๐ โ ๐๐, ๐ = 0
๐๐๐ โ ๐๐๐ โ ๐๐๐ + ๐๐๐ + ๐๐๐ โ ๐๐๐ โ ๐๐๐ โ ๐๐๐
+ ๐๐๐ โ ๐๐๐ โ ๐๐๐ + ๐๐๐ = 0
1.5. Keragaman Riemann dan Tensor Metrik
Produk skalar atau perkalian dalam pada suatu ruang vektor V
adalah suatu fungsi โฆ :๐ ร ๐ โ โ dan memiliki sifat:
1. Simetri ๐ข, ๐ฃ = ๐ฃ, ๐ข ; ๐ข, ๐ฃ โ ๐.
2. Bilinear ๐ข, ๐๐ฃ + ๐๐ค = ๐ ๐ข, ๐ฃ + ๐ ๐ข, ๐ค .
3. Positif definite ๐ข, ๐ฃ > 0, non singular.
4. Inversibel .
5. Suatu pasangan (๐, ๐) sebuah keragaman ๐ yang dilengkapi
dengan sebuah metrik Riemann ๐ disebut sebagai keragaman
Riemann.
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 8
Metrik Riemann adalah pemetaan ๐๐ : ๐ โ โ dengan ๐ โ ๐ dan
untuk setiap ๐ข, ๐ฃ โ ๐ต(๐) dan ๐ โ ๐ฃ, ๐ข (p) yang licin, maka sifat dari
metrik Riemann adalah simetri, positif definite dan medan tensor (0,2)
pada keragaman M. Jika diberikan suatu keragaman Riemannian (๐, ๐)
dan suatu peta (๐,๐ฅ ๐) dengan suatu pemetaan ๐๐๐ : ๐ โ โ yang
memetakan ๐ โฆ ๐๐๐ ๐ โ ๐
๐๐ฅ ๐ ,๐
๐ ๐ฅ ๐ ๐ dengan ๐ โ ๐ โ ๐, maka sifat
๐๐๐ adalah simetri dan positif definite. Fungsi ๐๐๐ disebut sebagai
wakilan lokal dari metrik Riemann ๐ terhadap peta (๐, ๐ฅ ๐). Jika (๐,๐)
adalah keragaman Riemann dan ๐ โ ๐ maka dapat didefinisikan
panjang dari suatu vektor singgung ๐ฃ โ ๐๐๐ adalah ๐ฃ โ ๐ฃ,๐ฃ ๐ .
Dua buah vektor dikatakan orthogonal jika ๐ข, ๐ฃ โ ๐๐๐ dengan
๐ข, ๐ฃ ๐ = 0 dan dikatakan orthonormal jika ๐ข, ๐ฃ ๐ = 0 dan ๐ข = 1.
Levrino (2011), Clarke, D.A., (2011) dan Moore (1934) menyatakan
bahwa transformasi koordinat bergantung pada tensor metrik, sifat dari
tensor metrik adalah simetri pada bagian kovarian, yaitu ๐๐๐ = ๐๐๐ ,
tidak singular ๐๐๐ โ 0, merupakan tensor dengan pemetaan C2
diffeomorphism (differensiabel, inversibel, kontinu dan bijektif) serta
๐๐๐ adalah positive definite. Dengan pemetaan C2 diffeomorphism maka
tensor metrik ๐๐๐ memiliki invers metrik ๐๐๐ = ๐๐๐โ1. Tensor metrik
dapat digunakan untuk membuat sebuah tensor baru, yaitu dengan
melakukan perkalian dalam ( inner product) antara suatu tensor dengan
tensor metrik. Bentuk perkalian dalam untuk mendapatkan tensor baru
disebut sebagai operasi lowering atau raising pada sebuah tensor dan
dijabarkan sebagai berikut ( Moore, 1934) :
๐ฃ =๐๐
๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐ = ๐ฝ ๐๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐๐ฝ
๐
๐ฝ ๐ = ๐พ๐๐ ๐ฝ ๐
๐ฝ ๐ โ ๐ฝ ๐ = ๐พ๐๐ ๐ฝ ๐ โ ๐ฝ ๐
๐ ๐ ๐ = ๐พ๐๐ ๐ฟ๐๐ = ๐พ๐ ๐
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 9
๐ฝ ๐ = ๐ ๐๐ ๐ฝ ๐ = ๐๐๐โ1 ๐ฝ ๐
1.6. Koneksi Affine
Koneksi affine, โ , adalah jenis derivatif arah dari suatu medan
vektor pada sebuah keragaman M. Koneksi affine atau Koneksi linear
pada suatu keragaman ๐ adalah pemetaan โ: ๐ต(๐) ร ๐ต(๐) โ ๐ต(๐)
yaitu memetakan (๐, ๐) โ โX๐ untuk setiap ๐ โ ๐ต ๐ . Jika terdapat
sebuah medan vektor ๐ pada โ๐ dan ๐ โ โ๐ โ ๐ dan terdapat vektor
singgung pada ๐ โ ๐๐โ๐ โ โ๐ . Disimbolkan bahwa โX๐ adalah
derivatif arah pada medan vektor Y di p dengan arah X pada sebuah
keragaman M, maka โX๐ โ ๐๐โ๐. Jika didefinisikan bahwa ๐ = ๐ฃ ๐๐๐ ,
maka โX๐ = X๐ = ๐ฃ ๐๐๐๐. โ adalah koneksi affine pada suatu
keragaman M dan jika ๐, ๐ โ ๐(๐) yang ditunjukkan pada kerangka
lokal ๐๐ pada ๐ โ ๐ di TM oleh X=๐ฃ ๐๐๐ danY=๐ฆ๐๐๐ , maka seperti pada
Gambar-4 di bawah
Gambar-4 Koneksi Affine pada Keragaman M
โX๐ = X๐ = ๐ฃ ๐๐๐๐
โ๐ฃ๐๐ ๐ ๐ฆ๐๐๐ = ๐ฃ ๐ โ๐ ๐
๐ฆ๐ ๐๐ = ๐ฃ ๐ ๐ฆ๐โ๐ ๐ ๐๐ + โ๐ ๐
๐ฆ๐ ๐๐
= ๐ฃ ๐ ๐ฆ๐โ๐ ๐ ๐๐ + ๐๐ ๐ฆ
๐ ๐๐
= ๐ฃ ๐๐ฆ๐โ๐ ๐ ๐๐ + ๐ฃ ๐๐๐ ๐ฆ
๐ ๐๐ = ๐ฃ ๐๐ฆ๐โ๐ ๐ ๐๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐๐
= ๐ฃ ๐๐ฆ๐ฮ๐๐๐๐๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐๐ = ๐ฃ ๐๐ฆ๐ฮ๐๐
๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐๐
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 10
โiyk = โi y
k + ฮ๐๐๐๐ฆ๐
Pada ruang Euclidean, maka dapat dituliskan
โX๐ p = โ๐ฃ๐๐ ๐ ๐ฆ๐๐๐ = ๐ ๐ฆ๐ ๐๐ = ๐ฃ ๐๐๐๐ = lim
๐กโ0
๐ ๐ + ๐ก๐๐ โ ๐(๐)
๐ก
Turunan pada sebuah medan tensor yang terdiri dari dua buah medan
vektor terhadap suatu vektor singgung dapat dijabarkan sebagai berikut
โ๐ฅ ๐๐ ๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐ง
๐๐๐ = ๐ฅ ๐ โ๐ ๐ ๐ฆ๐๐๐๐ง
๐๐๐
= ๐ฅ ๐ โ๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐๐ ๐ง
๐๐๐ + ๐ฆ๐๐๐โ๐ ๐ ๐ง๐๐๐
๐ป๐ฅ ๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐๐๐ง
๐๐๐
= ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐๐ฆ๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐๐๐ง
๐๐๐
+ ๐ฆ๐ ๐๐ ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐๐ง๐ + ๐ ๐ง๐ ๐๐
โ๐ฅ ๐๐ ๐ ๐ฆ๐๐๐๐ง
๐๐๐
= ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐๐ฆ๐๐ง๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ ๐๐๐๐
+ ๐ฆ๐ ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐๐ง๐ + ๐ฆ๐ ๐ ๐ง๐ ๐๐๐๐
= ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐ ๐ฆ๐๐ง๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ ๐๐๐๐
+ ๐ฆ๐ ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐๐ง๐ + ๐ฆ๐ ๐ ๐ง๐ ๐๐๐๐
โ๐ฅ ๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐๐๐ง
๐๐๐
= ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐ ๐ฆ๐๐ง๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ + ๐ฆ๐๐ฅ ๐ฮ๐๐
๐๐ง๐
+ ๐ฆ๐ ๐ ๐ง๐ ๐๐๐๐
= ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ + ๐ฆ๐๐ ๐ง๐ + ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐๐ฆ๐๐ง๐
+ ๐ฆ๐ ๐ฅ ๐ฮ๐๐๐๐ง๐ ๐๐๐๐
โ๐ฅ ๐๐ ๐ ๐ฆ๐๐๐๐ง
๐๐๐ = โi ๐๐๐ + ๐ฅ ๐ฮ๐๐
๐๐๐๐ + ๐ฅ ๐ฮ๐๐
๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐
= ๐,๐๐๐ + ฮ๐๐
๐๐๐๐ + ฮ๐๐
๐๐๐๐ ๐๐๐๐
Pada kerangka lokal dapat dituliskan sebagai berikut
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 11
d๐๐๐๐ = โ๐๐
๐๐ + ฮ๐๐๐๐๐๐ + ฮ๐๐
๐๐ ๐๐
d๐๐ด๐๐ = d๐ ๐ด
๐ ๐ด๐ + ๐ด๐ d๐ ๐ด๐ + d๐ ๐ด
๐ ๐ด๐
d๐๐ด๐๐ = โ๐๐ด
๐๐ + ๐ด๐ ฮ๐๐๐๐ด๐ + ฮ๐๐
๐ ๐ด๐๐ด๐ = โ๐๐๐๐ + ฮ๐๐
๐ ๐๐๐ + ฮ๐๐๐๐๐๐
Untuk tensor kovarian didapatkan menggunakan anologi turunan
terhadap suatu metrik
๐๐๐๐
๐๐ฅ๐= ๐ฮผ ๐ฝn .๐ฝm = ๐ฝn . ๐ฮผ๐ฝm + ๐ฮผ๐ฝn . ๐ฝm
๐ฮผ ๐ฝn.๐ฝm = ๐ฝn .ฮฮผmฯ ๐ฝฯ + ฮฮผn
ฯ ๐ฝฯ .๐ฝm
๐ฮผ ๐ฝn .๐ฝm = ฮฮผmฯ ๐nฯ + ฮฮผn
ฯ ๐ฯm
๐๐๐๐ =๐๐๐๐
๐๐ฅ๐๐๐ฅ๐ = ฮฮผm
ฯ ๐nฯ + ฮฮผnฯ ๐ฯm ๐๐ฅ๐ = 0
๐๐๐๐
๐๐ฅ๐โ ฮฮผm
ฯ ๐nฯ โ ฮฮผnฯ ๐ฯm ๐๐ฅ๐ = 0
โฮผ๐๐๐ โ ฮฮผnฯ ๐ฯm โ ฮฮผm
ฯ ๐nฯ = dฮผ๐๐๐
dฮผ๐๐๐ = โฮผ (๐ด๐๐ด๐ ) โ ๐ด๐ โฮผ (๐ด๐ ) โ โฮผ (๐ด๐)๐ด๐
= โฮผ (๐๐๐ ) โ ๐ด๐ ฮฮผmฯ ๐ดฯ โ ฮฮผn
ฯ ๐ดฯ ๐ด๐
=๐๐๐๐
๐๐ฅ๐โ ฮฮผm
ฯ ๐nฯ โ ฮฮผnฯ ๐ฯm
Untuk tensor gabungan dapat digunakan relasi berikut
๐๐ ๐๐๐ = ๐๐ (๐ด๐๐ด๐ ) + ๐๐ (๐ด๐ )๐ด๐ โ ๐ด๐ ๐๐ (๐ด๐ )
= ๐๐ ๐๐๐ + ๐ค๐๐
๐ ๐ด๐๐ด๐ โ ๐ด๐๐ค๐๐๐ ๐ด๐
= ๐๐ ๐๐๐ + ๐ค๐๐
๐ ๐๐๐ โ ๐ค๐๐
๐ ๐๐๐
1.7. Panjang Vektor Singgung
Jika (๐,๐) adalah keragaman Riemann dan ๐ โ ๐ maka dapat
didefinisikan panjang dari suatu vektor singgung ๐ฃ โ ๐๐๐ adalah
๐ฃ โ ๐ฃ, ๐ฃ ๐
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 12
๐๐ 2 =๐๐
๐๐ฅ ๐โ
๐๐
๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ =
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐๐ฝ ๐ โ
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐๐ฝ ๐๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐
=๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐๐๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ = ๐ ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐
๐๐ = ๐ ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐
1.8.Luas Elemen Permukaan
Dapat dijabarkan luas elemen suatu permukaan adalah sebagai
berikut (Margenau, 1956)
๐๐ด1 = ๐๐ 2 ร ๐๐ 3 =๐๐
๐๐ฅ 2 ๐๐ฅ 2 ร๐๐
๐๐ฅ 3 ๐๐ฅ 3 = ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3 = ๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3๐ฝ 1
Besar skalar luas permukaan tersebut adalah
๐๐ด1 = ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 ๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3
Dapat dijabarkan
๐จ ร ๐ฉ โ ๐ช ร ๐ซ = ๐ด๐๐ ๐ ร ๐ต๐๐ ๐ โ ๐ถ๐๐ ๐ ร ๐ท๐๐ ๐
= ๐ด๐๐ต๐ํ๐๐๐ ๐ ๐ โ ๐ถ๐๐ท๐ํ๐๐๐ ๐ ๐ = ๐ด๐๐ต๐๐ถ๐๐ท๐ํ๐๐๐ ํ๐๐๐
= ๐ด๐๐ต๐๐ถ๐๐ท๐ ๐ฟ๐๐ ๐ฟ๐๐ โ ๐ฟ๐๐ ๐ฟ๐๐ = ๐ด๐๐ต๐๐ถ๐๐ท๐ โ ๐ด๐ ๐ต๐๐ถ๐๐ท๐
= ๐จ.๐ช ๐ฉ.๐ซ โ ๐จ.๐ซ ๐ฉ.๐ช
๐จ ร ๐ฉ โ ๐จ ร ๐ฉ = ๐จ. ๐จ ๐ฉ.๐ฉ โ ๐จ.๐ฉ ๐ฉ.๐จ
Sehingga besar skalar luas permukaan pada ๐ฝ 1 adalah
๐๐ด1 = ๐ 22 ๐ 33 โ ๐ 232๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3
Dapat dilakukan cara yang sama, sehingga didapatkan bahwa
๐๐ด2 ๐ฝ
2= ๐ 33 ๐ 11 โ ๐ 31
2๐๐ฅ 3๐๐ฅ 1 ๐ฝ 2
๐๐ด3 ๐ฝ
3= ๐ 11 ๐ 22 โ ๐ 12
2 ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2 ๐ฝ 3
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 13
1.9. Volume Suatu Elemen
Dapat dijabarkan volume suatu elemen sebagai berikut di bawah
(Margenau, 1956)
๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐๐ 2 ร ๐๐ 3 = ๐ฝ 1๐๐ฅ 1 โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3
๐๐ = ๐ฝ 1๐ฝ
2๐ฝ
3 ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3
Jika ๐๐ 2 ร ๐๐ 3 = ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3 = ๐๐ , maka
๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐๐
Dengan mengingat bahwa
๐๐ =๐๐
๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ = ๐ฝ ๐๐๐ฅ ๐ = ๐๐ฅ ๐๐ฝ ๐
๐๐ โ ๐ฝ ๐ = ๐ฝ ๐ ๐๐ฅ ๐ โ ๐ฝ ๐
๐๐ โ ๐ฝ ๐ = ๐๐ฅ ๐ โ ๐ฟ๐๐ = ๐๐ฅ ๐
Sehingga
๐๐ = ๐ฝ ๐๐๐ฅ ๐ = ๐ฝ ๐ ๐๐ โ ๐ฝ ๐
Dengan cara yang sama didapatkan bahwa
๐๐ = ๐๐ โ ๐ฝ ๐ ๐ฝ ๐ = ๐ฝ ๐ ๐๐ โ ๐ฝ ๐
Sehingga besar volume suatu elemen
๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐๐ โ ๐ฝ ๐ ๐ฝ ๐
๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐๐ โ ๐ฝ 1 ๐ฝ 1 + ๐๐ โ ๐ฝ 2 ๐ฝ 2 + ๐๐ โ ๐ฝ 3 ๐ฝ 3
๐๐ = ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3๐ฝ 1
โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 1 ๐ฝ 1 + ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 2 ๐ฝ 2
+ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 3 ๐ฝ 3
Margenau (1956) dan Moore (1934) menyatakan bahwa
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 14
๐ฝ 1 =๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3
๐ฝ 2๐ฝ 3๐ฝ
1
=๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3
๐ฃ
๐ฝ 2 =๐ฝ 3 ร ๐ฝ 1
๐ฝ 2๐ฝ 3๐ฝ
1
=๐ฝ 3 ร ๐ฝ 1
๐ฃ
๐ฝ 3 =๐ฝ 1 ร ๐ฝ 2
๐ฝ 2๐ฝ 3๐ฝ
1
=๐ฝ 1 ร ๐ฝ 2
๐ฃ
Sehingga
๐๐ = ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3๐ฝ 1
โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 1 ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3
๐ฃ + ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 2
๐ฝ 3 ร ๐ฝ 1 ๐ฃ
+ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 3 ๐ฝ 1 ร ๐ฝ 2
๐ฃ
๐๐ = ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3 ๐ฝ 1 ๐ฃ
โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 1 ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 + ๐ฝ 1
โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 2 ๐ฝ 3 ร ๐ฝ 1 + ๐ฝ 1
โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 3 ๐ฝ 1 ร ๐ฝ 2
Dengan mengingat bahwa
๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐๐ โ ๐ฝ ๐ ๐ฝ ๐ = ๐๐ 1 โ ๐ฝ ๐ ๐๐ โ ๐ฝ ๐
= ๐๐ 1 โ ๐ฝ 1 ๐๐ โ ๐ฝ 1 + ๐๐ 1 โ ๐ฝ 2 ๐๐ โ ๐ฝ 2 + ๐๐ 1
โ ๐ฝ 3 ๐๐ โ ๐ฝ 3
๐๐ = ๐ฝ 1๐๐ฅ 1 โ ๐ฝ 1 ๐๐ โ ๐ฝ 1 + ๐ฝ 2 ๐๐ โ ๐ฝ 2 + ๐ฝ 3 ๐๐ โ ๐ฝ 3
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 15
Sehingga dapat dituliskan
๐๐ = ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3๐ฝ 1 ๐ฃ
โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 ๐ฝ 1
+ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 3 ร ๐ฝ 1 ๐ฝ 2
+ ๐ฝ 2 ร ๐ฝ 3 โ ๐ฝ 1 ร ๐ฝ 2 ๐ฝ 3
Dengan mengingat bahwa
๐จ ร ๐ฉ โ ๐ช ร ๐ซ = ๐จ.๐ช ๐ฉ.๐ซ โ ๐จ.๐ซ ๐ฉ.๐ช
Maka dengan mengingat bahwa ๐ฝ ๐ โ ๐ฝ ๐ = ๐ ๐๐ , sehingga
๐๐ = ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3๐ฝ 1
๐ฃ
โ ๐ 22๐ 33 โ ๐ 23 ๐ 32 ๐ฝ 1 + ๐ 23 ๐ 31 โ ๐ 21 ๐ 33 ๐ฝ 2
+ ๐ 21 ๐ 32 โ ๐ 22 ๐ 31 ๐ฝ 3
๐๐ = ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 31
๐ฃ ๐ 22 ๐ 33 โ ๐ 23 ๐ 32 ๐ฝ 1 โ ๐ฝ 1
+ ๐ 23๐ 31 โ ๐ 21 ๐ 33 ๐ฝ 1 โ ๐ฝ 2 + ๐ 21๐ 32 โ ๐ 22 ๐ 31 ๐ฝ 1
โ ๐ฝ 3
๐ฝ 1๐ฝ
2๐ฝ
3 ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3
= ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 31
๐ฝ 2๐ฝ 3๐ฝ
1
๐ 22๐ 33 โ ๐ 23 ๐ 32 ๐ 11
+ ๐ 23 ๐ 31 โ ๐ 21 ๐ 33 ๐ 12 + ๐ 21 ๐ 32 โ ๐ 22 ๐ 31 ๐ 13
๐ฝ 1๐ฝ 2๐ฝ
3 = ๐ 22๐ 33 โ ๐ 23 ๐ 32 ๐ 11 + ๐ 23 ๐ 31 โ ๐ 21 ๐ 33 ๐ 12
+ ๐ 21๐ 32 โ ๐ 22๐ 31 ๐ 13 1/2 = ๐
Maka dapat ditentukan bahwa
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 16
๐๐ = ๐ฝ 1๐ฝ 2๐ฝ
3 ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3 = ๐ ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3
1.10. Vektor Satuan dan Vektor Basis
Dapat dijelaskan hubungan antara vektor satuan dengan vektor basis
sebagai berikut (Margenau (1956) dan Clarke (2011)). Suatu vektor
dapat dituliskan sebagai berikut
๐๐ = ๐๐ฅ(๐)๐(๐)
Dalam konsep vektor dalam suatu vektor basis dapat dituliskan sebagai
berikut ( Clarke, 2011)
๐๐ = ๐(๐)๐(๐) ๐๐ฅ ๐ = ๐ท๐๐๐ฅ ๐
๐๐ 2 = ๐(๐)๐(๐)๐(๐) โ ๐(๐) ๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ = ๐ท๐ โ ๐ท๐๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐
Maka
๐(๐)๐(๐)๐(๐) โ ๐(๐ ) = ๐ท๐ โ ๐ท๐
๐๐๐ = ๐(๐)๐(๐)๐(๐) โ ๐(๐ )
Clarke (2011) menyatakan bahwa metrik untuk sistem koordinat
orthogonal dapat dinyatakan sebagai berikut
๐๐๐ = ๐(๐)๐(๐)๐ฟ๐๐
๐๐๐ =๐ฟ ๐๐
๐ ๐ ๐ ๐
Dapat diperlihatkan hubungan besar panjang suatu vektor
๐๐ = ๐๐
๐(๐)๐(๐) ๐๐ฅ ๐ = ๐๐ฅ(๐)๐(๐)
๐(๐)๐(๐) ๐๐๐ ๐๐ฅ๐ = ๐๐ฅ(๐)๐(๐)
Sehingga didapatkan bahwa besar panjang adalah
๐๐ฅ(๐) = ๐(๐)๐๐๐ ๐๐ฅ๐
Sedangkan hubungan antara vektor satuan dengan vektor basis adalah
๐๐ = ๐๐
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 17
๐(๐)๐(๐) ๐๐ฅ ๐ = ๐ท๐๐๐ฅ ๐
๐ท๐ = ๐(๐)๐(๐)
๐(๐) =๐ท๐
๐(๐)
=๐ท๐
๐๐๐
Atau dapat pula dalam bentuk
๐(๐) =๐ท๐
๐(๐)
=๐๐๐ ๐ท๐
๐(๐)
๐๐๐ ๐ท๐
๐(๐)
=๐(๐)๐(๐)๐ฟ๐๐ ๐ท
๐
๐(๐)
= ๐(๐)๐ท๐
๐ท๐ =๐ ๐
๐ ๐
=๐ ๐
๐๐๐
๐(๐) = ๐(๐)๐ท๐
Untuk sistem Nonortogonal, maka
๐(๐) =๐๐๐ ๐ท๐
๐(๐)
๐ท๐ =๐ ๐ ๐ ๐
๐๐๐
= ๐๐๐ ๐ ๐
๐๐๐
๐ท๐ = ๐๐๐ ๐ท๐ = ๐๐๐ ๐(๐)๐(๐) = ๐๐๐ ๐๐๐ ๐(๐ )
Maka
๐๐๐
๐๐๐
= ๐๐๐ ๐๐๐
Hubungan antara vektor satuan dan vektor basis daapt dijabarkan
sebagai berikut
๐๐ = ๐๐ฅ(๐)๐(๐) = ๐(๐)๐๐๐ ๐๐ฅ๐
๐ท๐
๐(๐)
= ๐๐๐ ๐๐ฅ๐๐ท๐ = ๐ท๐๐๐ฅ ๐
Menurut Margenau (1956) ๐(๐) adalah suatu faktor skala ( bukan
sebuah tensor). Menurut Clarke ( 2011) dapat dihubungkan besar
tensor secara fisik dengan tensor kontravarian dan juga kovarian
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 18
sebagai berikut: Jika tensor orde-1 dituliskan sebagai berikut ๐๐ฅ(๐) =
๐(๐)๐๐๐ ๐๐ฅ๐, maka medan tensor adalah suatu produk tensor dari banyak
medan vektor dan dapat didefinisikan sebagai ๐ โ ๐ฃ1 ร โฆ ร ๐ฃ๐ โ โ,
sehingga besar tensor fisik dapat dituliskan sebagai berikut
๐ป๐๐ =๐ป ๐๐
๐ ๐ ๐ ๐
=๐ป ๐๐
๐๐๐ ๐๐๐
Untuk sistem Nonortogonal, maka
๐ท๐ = ๐๐๐ ๐๐๐ ๐(๐)
๐ป๐๐ = ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐ป(๐๐ )
1.11. Gradien dari Skalar
๐ต = ๐ฝ ๐โ๐= ๐๐๐ ๐ฝ ๐ โ๐= ๐๐๐ ๐๐๐ ๐ข ๐โ๐
Dengan notasi
๐ด๐ = ๐๐๐ ๐๐๐ ๐ด(๐)
๐ ๐๐ = ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐(๐๐ )
๐ต = ๐11๐ป1 + ๐21 ๐ป2 + ๐31 ๐ป3 ๐11๐ข (1)
+ ๐12 ๐ป1 + ๐22 ๐ป2 + ๐32 ๐ป3 ๐22๐ข (2)
+ ๐13 ๐ป1 + ๐23 ๐ป2 + ๐33 ๐ป3 ๐33๐ข (3)
= ๐11 ๐ป1 ๐11 ๐ข (1) + ๐22 ๐ป2 ๐22 ๐ข (2) + ๐33๐ป3 ๐33 ๐ข (3)
1.12. Simbol Christoffel
Simbol christoffel adalah salah satu jenis dari koneksi affine.
Memiliki sifat simetri pada bagian kovarian dan besarnya pada ruang
datar akan bernilai nol. Simbol Christoffel dapat dijabarkan sebagai
berikut
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 19
๐ =๐๐ฃ
๐๐ก=
๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐
๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐
๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐ +
๐๐
๐๐ฅ ๐
๐
๐๐ก ๐ฅ ๐
= ๐ฅ ๐๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐ +
๐๐
๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐
๐ฅ ๐๐
๐๐ก ๐ฝ ๐ +
๐๐
๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐๐ฅ ๐
๐๐ฝ ๐๐๐ฅ ๐
+ ๐ฝ ๐ ๐ฅ ๐
= ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฮฮผms ๐ฝ ๐ + ๐ฝ ๐ ๐ฅ ๐
๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฮmฮผs ๐ฝ ๐ + ๐ฝ ๐ ๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฮฮผm
s + ๐ฅ ๐ ๐ฝ ๐ = ๐๐ ๐ฝ ๐ = ๐
Dengan
ฮฮผ๐ฃs ๐ฝ ๐ =
๐๐ฝ ๐๐๐ฅ ๐ฃ
=๐
๐๐ฅ ๐ฃ ๐๐๐
๐๐ฅ ๐
ฮฮผ๐ฃs ๐ฝ ๐ โ ๐ฝ ฮป = ฮฮผ๐ฃ
ฮป =๐๐ฅ ฮป
๐๐๐
๐
๐๐ฅ ๐ฃ ๐๐๐
๐๐ฅ ๐
Maka dapat dijabarkan bahwa saat pada kerangka K
ฮฮผvฮป =
๐๐ฅฮป
๐๐๐
๐2 ๐๐
๐๐ฅ๐๐๐ฅ๐ฃ
Sedangkan pada kerangka Kโ
ฮ ฮผvฮป =
๐๐ฅ ฮป
๐๐๐
๐2 ๐๐
๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ฃ
Syarat sebuah tensor adalah adanya keseragaman seperti di bawah
ฮ ฮผvฮป =
๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅd
๐๐ฅ ฮผ
๐๐ฅe
๐๐ฅ vฮde
c
Tetapi bentuk penjabaran dari
ฮ ฮผvฮป =
๐๐ฅ ฮป
๐๐๐
๐2๐๐
๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ฃ=
๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐2 ๐๐
๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ฃ=
๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐
๐๐ฅ ๐ ๐๐๐
๐๐ฅ ๐ฃ
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 20
ฮ ฮผvฮป =
๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐
๐๐ฅ ๐
๐๐๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ
=๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐
๐๐ฅ ๐
๐๐๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ
+๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐๐๐
๐๐ฅ๐
๐
๐๐ฅ ๐ ๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ
ฮ ฮผvฮป =
๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐
๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ+
๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐
๐๐ฅ ๐ ๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ
=๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ ๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐
๐๐ฅ๐
๐๐๐
๐๐ฅ๐
+๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐
๐๐ฅ ๐ ๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ
=๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃฮsm
d +๐๐ฅ ฮป
๐๐ฅ๐
๐
๐๐ฅ ๐ ๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐ฃ
Sehingga simbol christoffel bukanlah tensor. Sifat dari koneksi ini
adalah simetri pada bagian kovarian.
ฮฮผms = ฮmฮผ
s =1
2๐๐ ๐ ๐๐ ๐ฮผc + ๐ฮผ๐cm โ ๐๐๐mฮผ
๐๐ ๐ฮผc = ๐๐ ๐ฝฮผ .๐ฝc = ๐ฝฮผ .๐๐ ๐ฝc + ๐ฝc .๐๐๐ฝฮผ
๐ฮผ๐cm = ๐ฝc .๐ฮผ๐ฝm + ๐ฝm . ๐ฮผ๐ฝc
โ๐๐๐mฮผ = โ๐ฝm .๐๐๐ฝฮผ โ ๐ฝฮผ . ๐๐๐ฝm
Dengan menjumlahkan persamaan di atas, maka
๐๐ ๐ฮผc + ๐ฮผ๐cm โ ๐๐๐mฮผ = ๐ฝc .๐๐๐ฝฮผ + ๐ฝc .๐ฮผ๐ฝm
1
2 ๐๐๐ฮผc + ๐ฮผ๐cm โ ๐๐๐mฮผ = ๐ฝc .๐๐๐ฝฮผ
1
2 ๐๐ ๐ฮผc + ๐ฮผ๐cm โ ๐๐ ๐mฮผ = ๐ฝc .ฮmฮผ
d ๐ฝd
1
2 ๐๐๐ฮผc + ๐ฮผ๐cm โ ๐๐๐mฮผ = ๐ฮผ, c = ฮmฮผ
d ๐cd
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 21
1
2๐๐ ๐ ๐๐ ๐ฮผc + ๐ฮผ๐cm โ ๐๐๐mฮผ = ฮmฮผ
d ๐cd ๐๐ ๐
1
2๐๐ ๐ ๐๐ ๐ฮผc + ๐ฮผ๐cm โ ๐๐๐mฮผ = ฮmฮผ
d ฮดds = ฮmฮผ
s
1.13. Divergensi dari Vektor
๐y = โi ๐ฆ๐ + ฮ๐๐
๐ ๐ฆ๐ = โi y j +1
2๐๐๐ (๐๐๐๐๐ + ๐๐ ๐๐ ๐ โ ๐๐ ๐๐๐ )๐ฆ๐
๐ โ y = โi๐ฆ๐ + ฮ๐๐
๐ ๐ฆ๐ = โi yi +
1
2๐๐๐ (๐๐๐๐๐ + ๐๐๐๐ ๐ โ ๐๐ ๐๐๐ )๐ฆ๐
๐ โ y = โi yi +
1
2 ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ + ๐๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐ โ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ ๐ฆ๐
= โi y i +1
2๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ ๐ฆ
๐ =โi y i
๐(๐)
+1
2๐๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐
๐ฆ ๐
๐(๐)
Dapat dituliskan dalam bentuk lain
๐ โ y = โi ๐ฆ๐ + ฮ๐๐
๐ ๐ฆ๐ =1
๐ ๐
๐ป๐y(i) +1
๐ ๐
ฮ๐๐๐ y(k)
1.14. Divergensi dari Tensor
d๐๐๐๐ = โ๐๐
๐๐ + ฮ๐๐๐ ๐๐๐ + ฮ๐๐
๐๐ ๐๐
๐ โ T = d๐๐๐๐ = โ๐๐
๐๐ + ฮ๐๐๐ ๐๐๐ + ฮ๐๐
๐๐ ๐๐
=1
๐(๐)๐(๐)
โ๐๐ ๐๐ +1
๐(๐)๐(๐)
ฮ๐๐๐ ๐ ๐๐
+1
๐(๐)๐(๐)
ฮ๐๐๐๐ ๐๐
1.15. Curl dari Vektor
Dapat didefinisikan bahwa curl suatu vektor adalah
๐ ร ๐จ = d๐๐ด๐ โ d๐๐ด๐ = โ๐๐ด๐ โ ฮ๐๐๐๐ด๐ โ โ๐๐ด๐ โ ฮ๐๐
๐๐ด๐ = โ๐๐ด๐ โ โ๐๐ด๐
1.16. Laplacian Skalar
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 22
Laplacian skalar didefinisikan sebagai
๐ป2๐ = ๐ โ ๐๐ = ๐ โ ๐ฒ
๐ โ ๐ฒ = โi ๐ฆ๐ + ฮ๐๐
๐ ๐ฆ๐ =1
๐ ๐
๐ป๐y(i) +1
๐ ๐
ฮ๐๐๐ y(k )
Sehingga dapat dituliskan sebagai
๐ โ ๐๐ = ๐ป๐๐ป๐๐ + ๐ค๐๐
๐ ๐ป๐๐ =1
๐ ๐
๐ป๐๐ป(i)๐ +1
๐ ๐
ฮ๐๐๐ ๐ป(k)๐
1.17. Koneksi Levi-Civita
Sebuah koneksi Affine โ disebut simetri jika komutator ๐, ๐ =
โX Y โ โY X = โ ๐, ๐ = 0 ( komutatif dan simetri) untuk simetri pada
๐, ๐, ๐ โ ๐(๐). Didefinisikan sebuah tensor Torsi pada โ adalah
๐: ๐ ๐ ร ๐ ๐ โ ๐ ๐ yang memetakan (X,Y) โ ๐ ๐, ๐ โ
โX Y โ โY X โ ๐, ๐ . Sifat tensor T adalah ๐ถโ(๐)-linear serta
antisimetri. Jika produk skalar pada koneksi Affine kompatibel dengan
metrik g yaitu mengikuti ๐, ๐ = โX Y + โY X. Diberikan sebuah
keragaman Riemannian (๐, ๐) dan terdapat suatu koneksi Affine โ
pada keragaman M yang simetri ( mengikuti kurung Lie) dan
kompatibel dengan ๐. Bentuk koneksi antara koneksi Affine dan
metrik ๐ dapat dihubungkan dengan koneksi Levi-Civita.
Syarat bahwa โ compatibel dengan metrik ๐ adalah
๐ ๐ ๐, ๐ = ๐ โX Y, Z + g Y, โX Z
๐ Y,Z = โX Y,Z + ๐, โX Z โX Y,Z = ๐ Y, Z โ ๐, โX Z = ๐ Y, Z โ ๐, ๐, ๐ + โZ X
โX Y, Z = ๐ Y,Z โ ๐, ๐, ๐ + โZ X โฆ (๐)
Lakukan hal yang sama
โY Z,X = ๐ Z, X โ ๐, ๐, ๐ + โX Y โฆ (๐)
โ โZ X,Y = โ๐ X, Y + ๐, ๐, ๐ โ โY Z โฆ (๐)
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 23
Jumlahkan ketiga persamaan di atas, maka
โX Y,Z + โY Z,X โ โZ X,Y
= ๐ Y, Z โ ๐, ๐, ๐ + โZ X + ๐ Z, X
โ ๐, ๐,๐ + โX Y โ ๐ X, Y + ๐, ๐, ๐ โ โY Z
โX Y, Z + โY Z,X โ โZ X,Y
= ๐ Y,Z โ ๐, ๐, ๐ + Y, โZ X + ๐ Z,X โ ๐, ๐,๐
+ ๐,โX Y โ ๐ X, Y + ๐, ๐, ๐ โ ๐, โY Z
โX Y, Z + โY Z,X โ โZ X,Y
= ๐ Y,Z โ ๐, ๐, ๐ โ โZ X,Y + ๐ Z,X โ ๐, ๐,๐
โ โX Y,Z โ ๐ X,Y + ๐, ๐, ๐ + โY Z,X
2 โX Y,Z = ๐ Y, Z โ ๐, ๐, ๐ + ๐ Z,X โ ๐, ๐, ๐ โ ๐ X, Y
+ ๐, ๐, ๐
โX Y, Z =1
2 ๐ Y, Z + ๐ Z,X โ ๐ X, Y โ ๐, ๐, ๐ โ ๐, ๐,๐
+ ๐, ๐, ๐
โX Y, Z =1
2 ๐ Y, Z + ๐ Z,X โ ๐ X, Y โ ๐, โ ๐, ๐ โ ๐, โ ๐, ๐
+ ๐, โ ๐, ๐
โX Y, Z =1
2 ๐ Y, Z + ๐ Z,X โ ๐ X, Y + ๐, ๐, ๐ + ๐, ๐, ๐
โ ๐, ๐, ๐
Dengan menggunakan persamaan โX๐ = X๐ , serta ๐, ๐ =
โX Y โ โY X dan ๐, ๐ = โX Y + โY X, maka dapat dibuktikan bahwa
๐, ๐, ๐ + ๐, ๐, ๐ โ ๐, ๐, ๐ = 0, yang dikarenakan ๐, ๐, ๐ โ
๐(๐) dan โ simetri ( Hilgert, 2010), sehingga
โX Y,Z =1
2 ๐ Y, Z + ๐ Z,X โ ๐ X, Y
=1
2 ๐๐ ๐ฝY ,๐ฝZ + ๐๐ ๐ฝZ ,๐ฝX โ ๐๐ ๐ฝX ,๐ฝY
XY,Z =1
2 ๐๐๐YZ + ๐Y ๐ZX โ ๐๐๐XY
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 24
1.18. Kerangka Koordinat Ruang Dimensi-3
Posisi suatu partikel atau materi dari ruang konfigurasi lama โ๐ dan
masing-masing partikel pada ruang konfigurasi ini dapat diidentifikasi
atau diketahui melalui koordinatnya yaitu ๐ฅ๐ โ โ๐ ( yang merupakan
koordinat partikel P pada ruang konfigurasi acuan โ๐) yaitu ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง .
Partikel pada benda di ruang konfigurasi โ๐ secara kontinu berubah
hingga pada suatu posisi tertentu pada waktu t di ruang konfigurasi โ๐ก
dan diketahui melalui koordinat ๐ฅ๐ก โ โ๐ก , yaitu (๐, ๐, ๐). Diasumsikan
bahwa konfigurasi pada benda saat waktu t dapat dituliskan sebagai
hubungan fungsional dengan bentuk ๐ฅ๐ก = ๐ฅ๐ก ๐ฅ๐ ,๐ก = ๐น ๐ฅ๐ , ๐ก . Dengan
suatu pemetaan ๐น: โ๐ โ ๐น โ0 dan terdapat invers ๐: โ๐ก โ ๐ โ๐ก
sehingga ๐น ๐ฅ๐ , ๐ก = ๐ ๐ฅ๐ก ,๐ก memenuhi syarat transformasi koordinat
yaitu inversibel , kontinu, differensiabel dan pemetaan C1 dengan kata
lain besar Jacobian ๐ ๐ญ ๐ = ๐ฝ โ 0 untuk setiap anggota ๐ฅ๐ โ โ๐
saat ๐ก > 0. Suatu pemetaan yang diffeomorphism akan membawa suatu
titik, kurva, permukaan dan juga volume pada ruang konfigurasi โ๐ ke
suatu ruang konfiguarsi lain โ๐ก dan sebaliknya. Jika suatu titik S dapat
ditentukan di koordinat lama dan di koordinat baru yaitu sebagai berikut
)cos,sinsin,cossin(),,( lllzyxS
Maka Transformsi vektor dari koordinat ๐ฅ๐ก โ โ๐ก ke koordinat ๐ฅ๐ โ โ๐
adalah sebagai berikut ( dengan ๐ = ๐)
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 25
kljlilkd
dzj
d
dyi
d
dx
kd
dzj
d
dyi
d
dx
xd
dx
xd
dx
xd
dx
kjikdl
dzj
dl
dyi
dl
dx
kdl
dzj
dl
dyi
dl
dx
xd
dx
xd
dx
xd
dx
.sin.sincos.coscos~
~~~~
.cos.sinsin.cossin~
~~~~
2
32
3
22
2
12
1
2
1
31
3
21
2
11
1
1
kjlilkd
dzj
d
dyi
d
dx .cossin.sinsin
~3
Besar vektor satuan dapat ditentukan sebagai berikut ๐ข (๐) =1
๐๐๐ฮฒ i
(Margenau (1956) dan Clarke (2011)) dengan indeks ๐ tidak
dijumlahkan.
k
j
i
ll
lll
g
g
gr
0cossinsinsin
sinsincoscoscos
cossinsincossin
ห
ห
ห
~
~
~
33
22
11
3
2
1
k
j
i
ll
lll
l
l
r
0cossinsinsin
sinsincoscoscos
cossinsincossin
หsin
ห
ห
k
j
ir
0cossin
sinsincoscoscos
cossinsincossin
ห
ห
ห
Besar kuadrat elemen panjang dan tensor metrik dapat ditentukan
sebagai berikut
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 26
๐๐ 2 =๐๐
๐๐ฅ ๐โ
๐๐
๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ =
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐๐ฝ ๐ โ
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐๐ฝ ๐๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐
=๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐
๐๐ฅ๐
๐๐ฅ ๐๐๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ = ๐ ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐
22
2
33
22
11
sin00
00
001
~00
0~0
00~
~
l
l
g
g
g
gmn
Tensor metrik adalah tensor dengan pemetaan C2 diffeomorphism (differensiabel, inversibel, kontinu dan bijektif) serta ๐๐๐ adalah positive
definite. Dengan pemetaan C2 diffeomorphism maka tensor metrik ๐๐๐
memiliki invers metrik ๐๐๐ = ๐๐๐โ1.
22
2
33
22
11
sin00
00
001
~00
0~0
00~
~
l
l
g
g
g
g mn
Panjang kuadrat elemen garis adalah ๐๐ 2 = ๐ ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ฅ ๐ = ๐๐2 + ๐2๐๐2 + ๐2๐ ๐๐2 ๐๐๐2
Luas permukaan pada tiap elemen dapat dijabarkan sebagai berikut
๐๐ด1 = ๐ 22 ๐ 33 โ ๐ 232๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3 = ๐2๐ ๐๐๐๐๐๐๐
Dapat dilakukan cara yang sama, sehingga didapatkan bahwa
๐๐ด2 = ๐ 33 ๐ 11 โ ๐ 312๐๐ฅ 3๐๐ฅ 1 = ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐
๐๐ด3 = ๐ 11 ๐ 22 โ ๐ 122๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2 = ๐๐๐๐๐
Volume pada elemen dapat dijabarkan sebagai berikut
๐๐ = ๐ ๐๐ฅ 1๐๐ฅ 2๐๐ฅ 3 = ๐2๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Besar nabla dapat ditentukan menggunakan
๐ = ฮฒ mโm = gmn ฮฒ nโm ๐ = gmn ๐ฃ u n โm
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 27
Dengan ๐ฃ adalah suatu besaran skalar dengan besar gnn .
Besar gradient atau kemiringan dari skalar adalah
๐ต๐ = ๐๐๐ ๐ฃ ๐ข ๐๐ป๐๐ = ๐๐๐ ๐๐๐ ๐ข (๐)๐ป๐๐๐ต
= ๐11๐ป1 + ๐21 ๐ป2 + ๐31๐ป3 ๐ ๐11๐ข (1)
+ ๐12๐ป1 + ๐22 ๐ป2 + ๐32 ๐ป3 ๐ ๐22 ๐ข (2)
+ ๐13๐ป1 + ๐23 ๐ป2 + ๐33 ๐ป3 ๐ ๐33 ๐ข (3)
๐ต๐ = ๐11๐ป1 ๐ ๐11๐ข (1) + ๐22 ๐ป2 ๐ ๐22 ๐ข (2) + ๐33๐ป3 ๐ ๐33 ๐ข (3)
= ๐ป๐๐๐ +1
๐๐ป๐๐๐ +
1
๐ ๐ ๐๐๐๐ป๐๐๐
Divergensi dari vektor adalah
๐ โ y = โi ๐ฆ๐ + ฮ๐๐
๐ ๐ฆ๐
= โ1๐ฆ1 + ฮ1๐
1 ๐ฆ๐ + โ2๐ฆ2 + ฮ2๐
2 ๐ฆ๐ + โ3๐ฆ3 + ฮ3๐
3 ๐ฆ๐
= โ1๐ฆ1 + โ2๐ฆ
2 + โ3๐ฆ3 + ฮ1๐
1 ๐ฆ๐ + ฮ2๐2 ๐ฆ๐ + ฮ3๐
3 ๐ฆ๐
๐ โ y = โ1๐ฆ1 + โ2๐ฆ
2 + โ3๐ฆ3 + ฮ212 ๐ฆ1 + ฮ31
3 ๐ฆ1 + ฮ323 ๐ฆ2
= โr๐ฆ๐ + โฮธ๐ฆ๐ + โฯ๐ฆ๐ + ฮ21
2 ๐ฆ๐ + ฮ313 ๐ฆ๐ + ฮ32
3 ๐ฆ๐
= ๐ป๐y(r) +1
๐๐ป๐ y(๐) +
1
๐ ๐ ๐๐๐๐ป๐y(๐ ) +
2
๐y(r)
+๐๐๐ก๐๐๐
๐y(๐ )
๐ โ y = โi yi +
1
2 ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ + ๐๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐ โ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐ฆ๐
= โi yi +
1
2๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ ๐ฆ
๐
= โ1y1 + โ2y2 + โ3y3 +1
2๐11 ๐๐๐11๐ฆ
๐
+1
2๐22 ๐๐๐22 ๐ฆ๐ +
1
2๐33 ๐๐๐33 ๐ฆ๐
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 28
๐ โ y = โ1y1 + โ2y2 + โ3y3 +1
2๐11 ๐1๐11 ๐ฆ1 +
1
2๐22 ๐1๐22 ๐ฆ1
+1
2๐33 ๐1๐33 ๐ฆ1 +
1
2๐11 ๐2๐11 ๐ฆ2 +
1
2๐22๐2 ๐22 ๐ฆ2
+1
2๐33 ๐2๐33 ๐ฆ2 +
1
2๐11 ๐3๐11 ๐ฆ3 +
1
2๐22 ๐3 ๐22 ๐ฆ3
+1
2๐33 ๐3๐33 ๐ฆ3
๐ โ y = โ1y1 + โ2y2 + โ3y3 +1
2๐22 ๐1๐22 ๐ฆ1 +
1
2๐33 ๐1๐33 ๐ฆ1
+1
2๐33 ๐2๐33 ๐ฆ2
= ๐ป๐ y(r) +1
๐๐ป๐ y(๐) +
1
๐ ๐ ๐๐๐๐ป๐y(๐ ) +
2
๐y(r)
+๐๐๐ก๐๐๐
๐y(๐)
Dapat pula dikerjakan dengan menggunakan notasi dyadic
๐๐ญ = ๐ ๐
๐๐ ๐ก๐๐ + ๐ก๐ ๐ + ๐ก๐ ๐ + ๐
1
๐
๐
๐๐ ๐ก๐ ๐ + ๐ก๐๐ + ๐ก๐ ๐
+ ๐ 1
๐๐ ๐๐๐
๐
๐๐ ๐ก๐ ๐ + ๐ก๐๐ + ๐ก๐ ๐
๐๐ญ = ๐ ๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ + ๐
๐๐
๐๐๐ก๐ +
๐๐
๐๐๐ก๐ +
๐๐
๐๐๐ก๐
+ ๐ 1
๐ ๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐
+ ๐ 1
๐ ๐ ๐ก๐ โ ๐ ๐ก๐ +
๐๐
๐๐๐ก๐
+ ๐ 1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐
+ ๐ 1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐
๐๐๐ก๐ +
๐๐
๐๐๐ก๐ +
๐๐
๐๐๐ก๐
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 29
๐๐ญ = ๐ ๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ + ๐
1
๐ ๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐
+ ๐ 1
๐ ๐ ๐ก๐ โ ๐ ๐ก๐ + ๐
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐ +
๐๐ก๐
๐๐๐
+ ๐ 1
๐๐ ๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐ก๐ ๐ + ๐๐๐ ๐๐ก๐ ๐ โ ๐ ๐๐๐๐ก๐ ๐
โ ๐๐๐ ๐๐ก๐ ๐
๐ โ ๐ญ =๐๐ก๐
๐๐+
1
๐ ๐๐ก๐
๐๐+ ๐๐๐ก๐๐๐๐ก๐ +
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐ก๐
๐๐ +
2
๐๐ก๐
Divergensi dari Tensor
Untuk komponen sepanjang sumbu-r didapatkan bahwa
๐ โ ๐ = d๐๐๐๐ = โ๐๐
๐๐ + ฮ๐๐๐ ๐๐๐ + ฮ๐๐
๐๐ ๐๐
d๐๐๐1 = โ๐๐
๐1 + ฮ๐๐๐ ๐๐1 + ฮ๐๐
1 ๐ ๐๐
= โ1๐11 + ฮ๐๐
๐ ๐๐1 + ฮ๐๐1 ๐ ๐๐ + โ๐๐
๐1 + ฮ๐๐๐ ๐๐1 + ฮ๐๐
1 ๐ ๐๐
+ โ๐๐๐1 + ฮ๐๐
๐ ๐๐1 + ฮ๐๐1 ๐ ๐๐
d๐๐๐1 = โ๐๐
๐1 + ฮ๐๐๐ ๐๐1 + ฮ๐๐
1 ๐ ๐๐
= โ1๐11 + ฮ1๐
1 ๐๐1 + ฮ1๐1 ๐1๐ + โ2๐
21 + ฮ2๐2 ๐๐1
+ ฮ2๐1 ๐2๐ + โ3๐
31 + ฮ3๐3 ๐๐1 + ฮ3๐
1 ๐3๐ d๐๐
๐1 = โ1๐11 + ฮ11
1 ๐11 + ฮ111 ๐11 + โ2๐
21 + ฮ212 ๐11 + ฮ21
1 ๐21
+ โ3๐31 + ฮ31
3 ๐11 + ฮ311 ๐31 + ฮ12
1 ๐21 + ฮ121 ๐12
+ ฮ222 ๐21 + ฮ22
1 ๐22 + ฮ323 ๐21 + ฮ32
1 ๐32 + ฮ131 ๐31
+ ฮ131 ๐13 + ฮ23
2 ๐31 + ฮ231 ๐23 + ฮ33
3 ๐31 + ฮ331 ๐33
d๐๐๐1 = โ1๐
11 + โ2๐21 + โ3๐
31 + ฮ212 ๐11 + ฮ31
3 ๐11 + ฮ221 ๐22
+ ฮ323 ๐21 + ฮ33
1 ๐33
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 30
d๐๐๐1 =
๐๐ ๐๐
๐๐+
๐๐๐๐
๐๐+
๐๐๐๐
๐๐ +
2
๐๐ ๐๐ โ ๐๐๐๐ + ๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐
โ ๐๐ ๐๐2๐๐๐๐
=๐๐(๐๐ )
๐๐+
1
๐
๐๐(๐๐ )
๐๐+
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐(๐๐)
๐๐ +
2
๐๐(๐๐) โ
๐
๐2๐(๐๐ )
+๐๐ก๐๐๐
๐ ๐(๐๐ ) โ
๐๐ ๐๐2 ๐
๐2๐ ๐๐2 ๐๐(๐๐ )
d๐๐๐1 =
๐๐(๐๐ )
๐๐+
1
๐
๐๐(๐๐ )
๐๐+
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐(๐๐)
๐๐ +
2
๐๐(๐๐) โ
1
๐๐(๐๐ )
+๐๐ก๐๐๐
๐ ๐(๐๐ ) โ
1
๐๐(๐๐ )
d๐๐๐1 =
๐๐(๐๐ )
๐๐+
1
๐
๐๐(๐๐ )
๐๐+ +
๐๐ก๐๐๐
๐ ๐(๐๐ ) +
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐(๐๐)
๐๐ +
2
๐๐(๐๐)
โ1
๐๐(๐๐ ) โ
1
๐๐(๐๐ )
d๐๐๐1 =
๐๐ ๐๐
๐๐+
1
๐ ๐๐ ๐๐
๐๐+ ๐๐๐ก๐๐๐๐ ๐๐ +
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐
๐๐
+1
๐ 2๐ ๐๐ โ ๐ ๐๐ โ ๐ ๐๐
Bentuk di atas didapatkan dengan mengingat bahwa
๐จ๐ =๐จ ๐
๐ ๐
=๐จ ๐
๐๐๐
๐ป๐๐ =๐ป ๐๐
๐ ๐ ๐ ๐
=๐ป ๐๐
๐๐๐ ๐๐๐
Untuk menentukan divergensi dari tensor pada sumbu-r dengan
menggunakan notasi dyadic dapat dikerjakan sebagai berikut. Dalam bentuk vektor, maka divergensi dari sebuah vektor pada koordinat bola
adalah sebagai berikut
๐ โ t =๐๐ก๐
๐๐+
1
๐ ๐๐ก๐
๐๐+ ๐๐๐ก๐๐๐๐ก๐ +
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐ก๐
๐๐ +
2
๐๐ก๐
Pada koordinat bola, divergensi dari tensor dapat dijabarkan sebagai
berikut
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 31
๐ โ t =๐๐๐
๐๐+
1
๐ ๐๐๐ฝ
๐๐+ ๐๐๐ก๐๐๐๐๐ฝ +
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐
๐๐ +
2
๐๐๐
๐๐
๐๐ฝ
๐๐
= ๐ ๐๐ ๐ ๐๐ ๐ ๐๐
๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐
๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐
๐ ๐
๐
Dengan perhitungan lebih lanjut didapatkan bahwa
๐๐๐
๐๐=
๐๐ ๐๐
๐๐๐ +
๐๐ ๐๐
๐๐๐ +
๐๐ ๐๐
๐๐๐
1
๐ ๐๐๐ฝ
๐๐+ ๐๐๐ก๐๐๐๐๐ฝ
=1
๐ ๐๐๐๐
๐๐๐ +
๐๐๐๐
๐๐๐ +
๐๐๐๐
๐๐๐
+ ๐๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐ ๐ + ๐๐๐ ๐ + ๐๐๐ ๐ โ1
๐๐๐๐ ๐
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐
๐๐ =
1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐
๐๐๐ +
๐๐๐๐
๐๐๐ +
๐๐๐๐
๐๐๐ +
๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐
+๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ +
๐๐๐
๐๐ ๐๐๐(โ๐ ๐๐๐๐ โ ๐๐๐ ๐๐ )
Untuk daerah sepanjang sumbu-r, maka
๐ โ t ๐ฌ๐ฎ๐ฆ๐๐ฎโ๐ซ
=๐๐ ๐๐
๐๐๐ +
1
๐ ๐๐๐๐
๐๐๐ + ๐๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐ ๐
+1
๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐
๐๐๐ +
1
๐ 2๐ ๐๐ ๐ โ ๐๐๐ ๐ โ ๐๐๐ ๐
Nilai koneksi affine
ฮ111 = g11
1
2 ๐1๐11 + ๐1๐11 โ ๐1 ๐11 = 0
ฮ132 = ฮ1
23 = ฮ112
= ฮ121 = g11
1
2 ๐1๐21 + ๐2๐11 โ ๐1๐12 = 0
ฮ113 = ฮ1
31 = g111
2 ๐1๐31 + ๐3๐11 โ ๐1๐13 = 0
Bab.1 Vektor dan Tensor Hal. 32
ฮ122 = g11
1
2 ๐2๐21 + ๐2 ๐12 โ ๐1๐22 = โ๐
ฮ133 = โ๐๐ ๐๐2 ๐
๐ค211 = ๐22
1
2 ๐1๐12 + ๐1๐21 โ ๐1 ๐11 = 0
๐ค212 = ๐ค2
21 = ๐221
2 ๐1๐22 + ๐2๐21 โ ๐1๐12 =
1
๐
๐ค233 = ๐22
1
2 ๐3๐32 + ๐3 ๐23 โ ๐2๐33 = โ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐
๐ค213 = ๐ค2
31 = ๐ค222 = ๐ค2
32 = 0
๐ค313 = ๐ค3
31 =1
๐
๐ค312 = ๐ค3
21 = ๐ค322 = ๐ค3
33 = ๐ค311 = 0
๐ค323 = ๐ค3
32 = ๐๐ก๐๐๐
Untuk menentukan persamaan gerak dapat digunakan
๐ =๐๐ฃ
๐๐ก=
๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐
๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐
๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐ +
๐๐
๐๐ฅ ๐
๐
๐๐ก ๐ฅ ๐
= ๐ฅ ๐๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐ +
๐๐
๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐
๐ฅ ๐๐
๐๐ก
๐๐
๐๐ฅ ๐ +
๐๐
๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐
๐
๐๐ก ๐ฝ ๐ + ๐ฝ ๐ ๐ฅ ๐
๐ฅ ๐๐
๐๐ก ๐ฝ ๐ +
๐๐
๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐๐ฅ ๐
๐๐ฝ ๐๐๐ฅ ๐
+ ๐ฝ ๐ ๐ฅ ๐
= ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฮฮผms ๐ฝ ๐ + ๐ฝ ๐ ๐ฅ ๐
๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฮmฮผs ๐ฝ ๐ + ๐ฝ ๐ ๐ฅ ๐ = ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฮฮผm
s + ๐ฅ ๐ ๐ฝ ๐ = ๐๐ ๐ฝ ๐ = ๐
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 33
BAB 2 HUKUM COLOUMB
2.1.Pendahuluan
Pada salah satu kata mutiara ( wise word ) dari seorang ilmuwan
jenius bernama Albert Einstein, force of gravitation is not responsible
for people falling in love. Dapat dikatakan pernyataan tersebut ada
benarnya, karena di alam ini terdapat beberapa gaya lain yang
mempengaruhi interaksi dua buah materi, salah satunya adalah gaya
elektrostatik. Beberapa hasil eksperimen memperlihatkan adanya gaya
tersebut, seperti saat anda menggosokkan sisir anda ke rambut saat
udara sekitar anda kering, kemudian anda akan melihat bahwa saat sisir
tersebut didekatkan pada material seperti kertas, maka kertas tersebut
akan tertarik menuju sisir tadi, contoh lain adalah Saat sebuah balon
digosokkan pada rambut anda, maka balon akan menarik rambut anda ,
seperti pada Gambar-1 Material yang berperilaku semacam ini dapat
disebut sebagai material bermuatan elektrostatik.
Gambar-1 Gaya Elektrostatik
Peristiwa pada Gambar-1 dapat terjadi karena adanya transfer
elektron dari bahan yang digosokkan ( semisal sisir atau balon) ke
bahan lain (semisal kertas atau rambut). Material dapat bedakan
berdasarkan sifat kelistrikannya, yaitu seperti: konduktor, isolator atau
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 34
semikonduktor. Material konduktor adalah material yang memiliki sifat
muatannya dapat bergerak bebas, sedangkan material isolator adalah
material yang memiliki sifat materialnya tidak dapat bergerak bebas.
Contoh dari material konduktor adalah kuningan dan besi, sedangkan
material isolator adalah karet, plastik, kayu dan kaca. Material
semikonduktor adalah material yang berada pada dua fase tersebut (
konduktor-isolator), pada teori mekanika kuantum, semikonduktor
dapat dimisalkan sebagai suatu sumur potensial yang berhingga,
sednagkan pada konduktor adalah sumur potensial tak hingga. Material
semikonduktor dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti silikon dan
germanium. Penggunaan material semikonduktor dalam kehidupan
sehari-hari adalah pada transistor, diode lampu LED ( seperti pada
Gambar-2) dan sebagainya.
Gambar-2 Lampu LED Berwarna dan LED Seven Segment
2.2.Hukum Coloumb
Pada tahun 1736-1806, Coloumb melakukan eksperimen untuk
menentukan besar gaya tarik antara dua buah muatan. Hasil eksperimen
Coloumb menyatakan: (1) Jika dua buah muatan berbeda muatan
didekatkan, maka akan terjadi gaya tarik-menarik antara kedua muatan
tersebut, begitu juga sebaliknya, (2) Besar gaya tarik antara kedua buah
muatan adalah ebrbanding terbalik dengan jarak antara kedua buah
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 35
muatan tersebut dan terakhir adalah (3) besar gaya tarik antara ekdua
buah muatan bergantung pada besar muatan tersebut. Hukum Coloumb
dapat dirumuskan sebagai berikut di bawah ( pada kondisi kontinu dan
diskret)
๐น =1
4๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ค๐๐ก
๐ 2๐
๐น = ๐
4๐๐๐
๐๐
๐ 2 ๐
Dengan R adalah jarak antara dua buah muatan dengan arah vektor
satuan ๐ dan ๐๐ adalah permitivitas relative vakum dan 4๐๐๐ โ1 =
9.109๐๐2/๐ถ2, sebagai contoh adalah sebuah Spidol tulis atau sisir
(setelah digosokkan ke rambut) dengan panjang tertentu (2L) dan rapat
muat panjang ๐, berada pada sumbu-z, dapat memindahkan sebuah
potongan kecil kertas ( bermuatan Q) yang diletakkan pada meja sejauh
๐ pada sumbu-r, maka besar gaya elektrostatik pada sisir atau spidol
adalah sebagai berikut
๐น =๐
4๐๐๐ ๐๐๐๐๐ค๐๐ก
๐ 2๐ =
1
4๐๐๐
๐1๐๐2
๐ 3/2๐
๐ = ๐๐ โ ๐ง๐ง
๐น =๐
4๐๐๐ ๐ ๐๐
๐ 2๐
๐น =๐
4๐๐๐
๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐๐ โ ๐ง๐ง )
Pada komponen sumbu-z akan saling meniadakan
๐น =๐
4๐๐๐
๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐๐ )
๐น =๐๐๐
4๐๐๐
๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ )
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 36
๐น =๐๐๐๐
4๐๐๐
๐ง
๐2 ๐2 + ๐ง2 =
๐๐๐
4๐๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 โ
โ๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐น =๐๐๐
4๐๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 +
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐น =๐๐๐
4๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐ผ1 + ๐ ๐๐๐ผ2 =
๐2๐
4๐๐๐๐๐ฟ ๐ ๐๐๐ผ1 + ๐ ๐๐๐ผ2
jika sudut ๐ผ1 = 0๐ dan ๐ โช ๐ฟ atau ๐ผ2 โ 90๐ , maka
๐น =๐2
4๐๐๐๐๐ฟ๐
Dari hasil eksperimen dapat diperlihatkan bahwa potongan kertas
hanya akan bergerak pada sumbu-r saja. ( Gambar-3)
Gambar-3 Potongan Kertas Terangkat ke Arah Sisir
Pada percobaan berikutnya adalah kasus tutup botol air mineral
yang digosokkan ke rambut. Tutup botol tersebut memiliki jejari ๐ (
dapat dianggap sangat panjang dibandingkan panjang kertas) dan rapat
muat permukaan adalah ๐. Pada jarak ๐ง tertentu diletakkan sebuah
potongan kertas kecil, sehingga potongan kertas bermuatan Q dapat
tertarik menuju tutup botol tersebut. Besar gaya elektrostatik dapat
dijabarkan sebagai berikut
๐น =๐
4๐๐๐
๐๐๐
๐ 2๐
๐น =๐
4๐๐๐
๐๐๐
๐2 + ๐ง2 32
(๐ง๐ง โ ๐๐ )
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 37
๐น =๐
4๐๐๐
๐ ๐ ๐๐ ๐๐
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ง๐ง )
๐น =๐๐๐ง๐ง
2๐๐
๐ ๐๐
๐2 + ๐ง2 3/2
๐น =๐๐๐ง๐ง
2๐๐ โ
1
๐2 + ๐ง2
๐น =๐๐๐ง๐ง
2๐๐ โ
1
๐2 + ๐ง2
0
๐
=๐๐๐ง๐ง
2๐๐
1
๐ง2 โ
1
๐2 + ๐ง2
๐น =๐๐๐ง
2๐๐
๐ง
๐ง 1 โ
๐ง
๐2 + ๐ง2 = ๐
๐๐ง
2๐๐
Contoh lain adalah Saat sebuah balon pejal berisi suatu gas pada
Gambar-1 didekatkan pada rambut, maka balon akan menarik rambut
anda, hasil penjabaran persamaan gaya adalah sebagai berikut: dianggap
bahwa panjang rambut adalah L dan densitas rambut ๐ dengan densitas
volume balon ๐ dan jejari balon ๐
๐น =1
4๐๐๐ ๐๐๐
(๐ง)2(๐ง )
๐น =๐
4๐๐๐ ๐๐๐ง
๐ง2(๐ง )
๐น =๐๐๐3
3๐๐
๐๐ง
(๐ง)2(๐ง )
๐น =๐๐๐3
3๐๐๐ง โ
1
๐ง ๐ง๐
๐ง๐+๐ฟ
=๐๐๐3
3๐๐๐ง
๐ง๐
๐ง๐ + ๐ฟ ๐ง๐โ
๐ง๐ + ๐ฟ
๐ง๐ + ๐ฟ ๐ง๐
๐น = โ๐๐๐3๐ฟ
3๐๐
1
๐ง๐ + ๐ฟ ๐ง๐ ๐ง
Sebuah proses Xerographic ( ditemukan oleh Chester Carlson pada
tahun 1940) adalah salah satu penerapan hukum Coloumb. Suatu
silinder yang diberi lapisan tipis material fotokonduktif selenium atau
kombinasi selenium ( fotokonduktif adalah suatu material yang
memiliki sifat konduktifitas buruk pada kondisi gelap, sedangkan saat
kondisi terang akan menjadi material konduktif). Selenium pada
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 38
kondisi gelap akan bermuatan muatan positif dan memiliki sifat
konduktifitas yang buruk. Suatu lensa digunakan untuk memfokuskan
cahaya agar gambar yang ingin dicetak dapat tertangkap pada lapisan
selenium. Material fotokonduktif akan menjadi konduktif ( seperti
bahan konduktor) hanya pada daerah yang diberi sinar dan membuat
bagian yang menerima sinar akan membawa muatan positifnya karena
cahaya membawa muatan pembawa ( charge carrier ) yang
menghilangkan muatan positif pada selenium, sedangkan bagian yang
gelap tetap bermuatan positif. Suatu bubuk powder toner yang
bermuatan negative dihembuskan pada permukaan gelap tersebut,
sehingga muatan negative toner tersebut akan menempel pada bahan
fotokonduktif tersebut dan terbentuklah suatu gambar yang kemudian
ditransfer ke lembaran kertas yang bermuatan positif dan kemudian
toner tersebut dilewatkan pada suhu tinggi agar meleleh dan dapat
menjadi suatu gambar yang permanen ( Dapat dilihat pada Gambar-4
di bawah )
Gambar-4 Proses Kerja Mesin Cetak
Hasil penjabaran persamaan gaya adalah sebagai berikut ( dapat
dilihat pada Gambar-5). Jika dianggap bahwa toner adalah muatan
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 39
negative sebesar Q dan silinder dengan panjang L dan jarak toner
dengan silinder adalah ๐, maka
Gambar-5 Muatan Positif pada Selenium Memberi Gaya Tarik
pada Toner
๐น =๐
4๐๐๐ ๐๐๐๐๐ค๐๐ก
๐ 2๐ =
1
4๐๐๐
๐1๐๐2
๐ 3/2๐
๐ = ๐๐ โ ๐ง๐ง
๐น =๐
4๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐
๐ 2๐
๐น =๐
4๐๐๐
๐ ๐๐๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐๐ โ ๐ง๐ง )
Pada komponen sumbu-z akan saling meniadakan
๐น =๐๐2
2๐๐
๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ )
๐น =๐๐2๐
2๐๐
๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ )
๐น =๐๐2๐
2๐๐๐
๐ง
๐2 ๐2 + ๐ง2 =
๐๐
2๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 โ
โ๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐น =๐๐
2๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 +
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐น =๐๐
2๐๐๐ ๐ ๐๐๐ผ1 + ๐ ๐๐๐ผ2 =
๐2๐
4๐๐๐๐๐ฟ ๐ ๐๐๐ผ1 + ๐ ๐๐๐ผ2
Dengan ๐ = ๐/2 ๐๐๐ฟ yaitu besar rapat muatan luas.
Bab.2 Hukum Coloumb Hal. 40
2.3.Latihan Soal
1. Dua buah muatan q dan -q terletak pada sumbu x, dengan
koordinat a dan -a tentukan besar gaya coloumb yang dialami
muatan Q yang diletakkan di bidang x-y !
2. Delapan buah muatan ( dengan besar muatan q )diletakkan pada
suatu daerah berbentuk kubus dengan panjang masing-masing
adalah a, tentukan besar gaya coloumb yang dialami muatan Q
yang diletakkan di salah satu sudutnya !
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 41
BAB 3 MEDAN LISTRIK DAN
HUKUM GAUSS
3.1.Pendahuluan
Medan listrik , ๐ธ, dapat didefinisikan sebagai rasio dari besar gaya
listrik terhadap muatan tertentu ( sebagai muatan uji positif). Medan E
dapat dirumuskan sebagai berikut
๐ธ = 1
4๐๐๐
๐๐๐ 2
๐ =๐น
๐
Dapat diperlihatkan interaksi suatu muatan terhadap muatan tes seperti
pada Gambar-1 di bawah
Gambar-1 Interaksi Suatu Muatan terhadap
Muatan Uji
3.2. Medan Listrik pada Suatu Muatan
Dua buah muatan q dan -q terletak pada sumbu x, dengan koordinat
a dan -a dapat ditentukan besar medan listrik yang dialami suatu titik
medan yang diletakkan di bidang x-y
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 42
๐ธ = 1
4๐๐๐
๐2
๐ 2๐
๐ธ (๐) =1
4๐๐๐
๐ ๐ฆ๐ฆ + ๐ฅ โ ๐ ๐ฅ
๐ฅ โ ๐ 2 + ๐ฆ2 ๐ฅ โ ๐ 2 + ๐ฆ2
๐ธ (โ๐) =1
4๐๐๐
โ๐ ๐ฆ๐ฆ + ๐ฅ โ (โ๐) ๐ฅ
๐ฅ โ (โ๐) 2 + ๐ฆ2 ๐ฅ โ (โ๐) 2 + ๐ฆ2
=1
4๐๐๐
โ๐ ๐ฆ๐ฆ + ๐ฅ + ๐ ๐ฅ
๐ฅ + ๐ 2 + ๐ฆ2 ๐ฅ + ๐ 2 + ๐ฆ2
Maka
๐ธ = 1
4๐๐๐
๐2
๐ 2๐
๐ธ =1
4๐๐๐
๐ ๐ฆ๐ฆ + ๐ฅ โ ๐ ๐ฅ
๐ฅ โ ๐ 2 + ๐ฆ2 ๐ฅ โ ๐ 2 + ๐ฆ2
โ1
4๐๐๐
๐ ๐ฆ๐ฆ + ๐ฅ + ๐ ๐ฅ
๐ฅ + ๐ 2 + ๐ฆ2 ๐ฅ + ๐ 2 + ๐ฆ2
Pada kasus tutup botol air mineral yang digosokkan ke rambut.
Tutup botol memiliki jejari ๐ ( dapat dianggap sangat panjang
dibandingkan panjang kertas) dan rapat muat permukaan adalah ๐. Pada
jarak ๐ง tertentu diletakkan sebuah potongan kertas kecil, sehingga
potongan kertas bermuatan Q ( sebagai mutan uji)dapat tertarik menuju
tutup botol tersebut. Besar medan elektrostatik dapat dijabarkan sebagai
berikut
๐ธ =1
4๐๐๐
๐๐๐
๐ 2๐
๐ธ =1
4๐๐๐
๐๐๐
๐2 + ๐ง2 32
(๐ง๐ง โ ๐๐ )
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 43
๐ธ =1
4๐๐๐
๐ ๐ ๐๐ ๐๐
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ง๐ง )
๐ธ =๐๐ง๐ง
2๐๐
๐ ๐๐
๐2 + ๐ง2 3/2
๐ธ =๐๐ง๐ง
2๐๐ โ
1
๐2 + ๐ง2
๐ธ =๐๐ง๐ง
2๐๐ โ
1
๐2 + ๐ง2
0
๐
=๐๐ง๐ง
2๐๐
1
๐ง2 โ
1
๐2 + ๐ง2
๐ธ =๐๐ง
2๐๐
๐ง
๐ง 1 โ
๐ง
๐2 + ๐ง2
besar medan E pada dua buah plat sejajar (Kapasitor) seperti pada
Gambar-2 di bawah dapat dijabarkan sebagai berikut
Gambar-2 Bentuk Pergerakan Medan E dari Muatan Positif ke
Muatan negatif
Saat titik medan diletakkan di tengah, maka besar medan listrik
resultannya adalah gabungan 2 medan pada pelat seperti pada
Gambar-3 di bawah
Gambar-3 Medan E pada Berbagai Posisi
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 44
๐ธ โ๐ < ๐ง < ๐ =๐๐ง
2๐๐+
๐๐ง
2๐๐=๐๐ง
๐๐
๐ธ ๐ง > ๐ =๐๐ง
2๐๐โ
๐๐ง
2๐๐= 0
Sebuah Spidol tulis (setelah digosokkan ke rambut) dengan panjang
tertentu (2L) dan rapat muat panjang ๐, berada pada sumbu-z, dapat
memindahkan sebuah potongan kecil kertas ( bermuatan uji Q) yang
diletakkan pada meja sejauh ๐ pada sumbu-r, maka besar medan
elektrostatik adalah sebagai berikut
๐ธ =1
4๐๐๐ ๐๐๐๐๐ค๐๐ก
๐ 2๐ =
1
4๐๐๐
๐1๐๐2
๐ 3/2๐
๐ = ๐๐ โ ๐ง๐ง
๐ธ =1
4๐๐๐ ๐ ๐๐
๐ 2๐
๐ธ =1
4๐๐๐
๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐๐ โ ๐ง๐ง )
Pada komponen sumbu-z akan saling meniadakan
๐ธ =1
4๐๐๐
๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐๐ )
๐ธ =๐๐
4๐๐๐
๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ )
๐ธ =๐๐๐
4๐๐๐
๐ง
๐2 ๐2 + ๐ง2 =
๐๐
4๐๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 โ
โ๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐ธ =๐๐
4๐๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 +
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐ธ =๐๐
4๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐ผ1 + ๐ ๐๐๐ผ2
3.3. Hukum Gauss
Teori divergensi atau teori Gauss ( hukum Gauss): jika ๐ adalah
sebuah daerah padatan yang memiliki daerah batas permukaan ๐ด dan
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 45
memiliki vektor satuan normal bidang ke arah luar. Jika terdapat suatu
medan listrik ๐ธ pada material tersebut, maka berdasarkan teori
divergensi medan listrik dapat dijabarkan sebagai berikut
โ.๐ธ =ฯ
๐๐
๐ธ โ ๐ ๐๐ด๐
=1
๐๐ โ โ ๐ธ dV
๐
=1
๐๐ ฯdV
๐
=๐๐๐ข๐๐ก๐๐
๐๐
Suatu medan vektor ๐ธ dengan sebuah divergensi dapat diterangkan
seperti pada Gambar-4 di bawah
Gambar-4 Divergensi dari Medan E
Spidol tulis (setelah digosokkan ke rambut) dengan panjang
takhingga dan rapat muat panjang ๐, berada pada sumbu-z, dapat
memindahkan sebuah potongan kecil kertas ( bermuatan Q) yang
diletakkan pada meja sejauh ๐ pada sumbu-r, maka besar medan
elektrostatik dengan menggunakan hukum Gauss adalah sebagai
berikut ( Gambar-5)
Gambar-5 Medan Listrik pada Spidol
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 46
๐ธ โ ๐ ๐๐ด๐
=1
๐๐ ฯdV
๐
=๐๐๐ข๐๐ก๐๐
๐๐
๐ธ ๐ โ ๐๐ด(๐ ) =1
๐๐ ๐ ๐๐ง
๐ธ๐๐๐๐๐ง =๐
๐๐
Q adalah muatan dengan rapat muat garis dan memiliki panjang l
๐ธ 2๐๐๐ =๐๐
๐๐
๐ธ =๐
2๐๐๐๐๐
Besar medan E pada kasus tutup botol air mineral yang digosokkan
ke rambut dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Gauss
sebagai berikut seperti pada Gambar-6
Gambar-6 Medan Listrik pada Permukaan Datar
๐ธ โ ๐ ๐๐ด๐
=1
๐๐ ฯdV
๐
=๐๐๐ข๐๐ก๐๐
๐๐
๐ธ ๐ง .๐๐ด ๐ง + ๐ธ โ๐ง .๐๐ด โ๐ง + ๐ธ ๐ง .๐๐ด ๐ =1
๐๐ ๐ ๐๐ด
๐ธ ๐ง .๐๐ด ๐ง + ๐ธ ๐ง .๐๐ด ๐ง + 0 =1
๐๐ ๐ ๐๐ด
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 47
2 ๐ธ๐๐๐๐ด = ๐ ๐ ๐๐ ๐๐
2 ๐ธ๐๐๐๐ด = ๐ ๐๐ด
๐ธ =๐
2๐๐๐ง
Dapat ditentukan besar medan listrik ๐ธ dari sebuah silinder pejal
dengan jejari ๐ dan panjang ๐ฟ yaitu sebagai berikut
๐ < ๐
๐ธ โ ๐ ๐๐ด๐
=1
๐๐ ฯdV
๐
=๐๐๐ข๐๐ก๐๐
๐๐
๐ธ ๐ .๐๐ด ๐ง + ๐ธ ๐ .๐๐ด โ๐ง + ๐ธ ๐ .๐๐ด ๐ = ๐ ๐๐
๐ธ ๐ .๐๐ด ๐ = ๐ ๐๐
๐ธ ๐ ๐๐๐๐ง = ๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ง
๐๐๐ธ 2๐๐๐ฟ = ๐๐๐2๐ฟ
๐ธ =๐๐
2๐๐๐
๐ > ๐
๐ธ ๐๐ =1
๐๐ ๐ ๐๐
๐ธ ๐ ๐๐๐๐ง =1
๐๐ ๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ง
๐๐๐ธ 2๐๐๐ฟ = ๐๐๐2๐ฟ
๐ธ =๐๐2
2๐๐๐๐
3.4.Latihan Soal
Bab.3 Medan Listrik dan Hukum Gauss Hal. 48
1. Dua buah muatan q dan -q terletak pada sumbu x, dengan
koordinat a dan -a tentukan besar medan listrik yang dialami
muatan uji Q yang diletakkan di bidang x-y !
2. Delapan buah muatan ( dengan besar muatan q )diletakkan pada
suatu daerah berbentuk kubus dengan panjang masing-masing
adalah a, tentukan besar medan listrik yang dialami muatan uji
Q yang diletakkan di salah satu sudutnya !
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 49
BAB 4 KONDUKTOR DALAM MEDAN
LISTRIK
4.1.Pendahuluan
Pada material elektrostatik dapat didefinisikan bahwa besar
medan listrik statis adalah sebesar ๐ธ = โโ๐ dengan โ ร ๐ธ = 0
atau โ ร โ๐ = 0 untuk medan listrik konservatif dan ๐ adalah
potensial skalar listrik. Pada hukum Gauss dapat dihubungkan
dengan skalar potensial menggunakan โ โ ๐ฌ = โโ2๐ = ๐/๐๐
Bahan konduktor dapat didefinisikan sebagai bahan yang mana
muatan-muatannya dapat bergerak bebas dalam pengaruh medan
listrik. Contoh paling umum adalah logam, yang mana partikel yang
bergerak adalah elektron bebas. Jika sebuah medan listrik
dihadirkan pada sebuah konduktor, maka muatan-muatannya akan
bergerak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ๐ฌ = ๐ pada semua
daerah titik didalam konduktor . pada daerah didalam konduktor
๐ธ = 0
โ๐ = ๐๐๐๐ ๐ก
Pada derah permukaan konduktor adalah permukaan ekuipotensial
, sehingga
๐ธ ๐ ๐ข๐๐๐๐๐ โ 0
โ๐ = ๐๐๐๐ ๐ก
Sekarang, jika sebuah medan listrik dihadirkan dalam sebuah
konduktor, maka muatan-muatannya akan bergerak, sehingga kita
tidak akan menemukan situasi yang statis, sehingga E didalam
konduktor haruslah ๐ธ = 0. Dapat diperlihatkan pada Gambar-1
bentuk Kapasitor
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 50
Gambar-1 Kapasitor dengan Konduktor Silinder
Penggunaan konduktor pertama kali digunakan di elektrostatik
adalah sebagai tempat penyimpanan/ storage dari muatan listrik,
konduktor dapat dimuati, sebagai contoh dengan memberinya
sebuah potensial seperti battery. Kapasitor berfungsi sebagai
penyimpan muatan dan seberapa besar kuantitas kasitor tersebut
menyimpan muatan dinamakan kapasitansi. Kapasitor elektrostatik
adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik
dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang
popular serta murah untuk membuat kapasitor yang
kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa ๐F,
yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan
frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah
bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene
terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene,
polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
๐ถ = ๐/โ๐
โ๐ = ๐1(๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ) โ ๐2(๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐ ) = ๐ฌ .๐ ๐2
1
=๐
๐ถ
โ๐ = ๐1(๐๐ข๐๐ก๐๐ +) โ ๐2(๐๐ข๐๐ก๐๐ โ) = ๐ฌ .๐ ๐2
1
=๐
๐ถ
permukaan dalam pada kapasitor memiliki potensial yang lebih
sedikit dibandingkan permukaan luar pada kapasitor, sehingga
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 51
potensial yang lebih besar tersebut disimbolkan muatan positif ,
sedangkan potensial yang lebih rendah dinamakan potensial negatif
4.2.Contoh Kasus
Sebuah konduktor bola dengan jejari ๐ = ๐ ( seperti pada
Gambar-2) dengan densitas muatan adalah ๐, buktikan teori diatas
bahwa E di dalam konduktor akan memiliki nilai ๐ธ = 0 karena
potensialnya konstan.
Gambar-2 Konduktor Bola Berongga
Dapat diperlihatkan bahwa untuk daerah
๐ < ๐
๐ท ๐ .๐๐ (๐ ) = ๐ ๐๐
๐ท ๐๐ = ๐ ๐๐
๐ฌ = 0
โ๐ = โ ๐ฌ.๐๐ = โ ๐ธ(๐ > ๐ ) ๐๐ โ๐
โ
๐ธ(๐ < ๐ ) ๐๐๐(๐๐๐ข๐ ๐ )
๐
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 52
โ๐ = โ ๐๐ 2
๐๐๐2๐๐
๐
โ
โ 0
โ๐ = โ ๐
4๐๐2 ๐ 2
๐๐๐2๐๐
๐
โ
โ๐ = ๐
4๐๐๐๐2๐๐
โ
๐
=๐
4๐๐๐๐ =
๐
4๐๐๐๐
Karena
๐ฌ = โโ๐ = โ๐
๐๐๐๐๐๐ ๐ก = 0
Sehingga E di dalam konduktor adalah nol, sedangkan ๐ = ๐๐๐๐ ๐ก
๐ > ๐
๐ท ๐2๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ = ๐ ๐2๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐
๐๐๐ธ 4๐๐2 = ๐4๐๐ 2
๐ฌ =๐๐ 2
๐๐๐2๐
โ๐ = โ ๐ธ ๐๐ = โ ๐ธ(๐ > ๐ ) ๐๐๐(๐๐๐ข๐ ๐ )
โ
โ๐ = โ ๐๐ 2
๐๐๐2๐๐
๐
โ
โ๐ = โ ๐
4๐๐ 2 ๐ 2
๐๐๐2๐๐
๐
โ
โ๐ = ๐
4๐๐๐๐2๐๐
โ
๐
=๐
4๐๐๐๐
Karena
๐ฌ = โโ๐ = โ๐
๐๐
๐
4๐๐๐๐=
๐
4๐๐๐๐2๐
Sehingga E diluar bola adalah ๐ธ โ 0
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 53
Gambar-3 Medan Listrik pada Bola Berongga
Contoh lain adalah pada kasus penelitian kain kafan Turin / Shorud
of Turin yang merupakan suatu fenomena fisika yang belum
terpecahkan hingga saat ini. Penelitian tentang kain ini dimulai pada
tahun 1898. Fenomena munculnya suatu gambar tubuh seseorang pada
suatu kain yang level intensitas cahaya ( luminasinya) menunjukkan
suatu lukisan 3D dan zat warna pada lukisan menunjukkan darah
manusia yang berada pada serat linen. Pengujian umur kain
memperlihatkan bahwa umur kain berada pada 300SM-400M oleh
kelompok peneliti dari Universitas Padua, dan melibatkan beberapa
Universitas di Italia dan Inggris dengan menggunakan metode terbaru
RLS (Raman Laser Spectroscopy) dan Fourier Transformed Infrared
Spectroscopy pada uji degradasi selulosa di kain linen Turin tahun
2015. Banyak peneliti menghipotesakan bahwa gambar yang terbentuk
tersebut didapatkan dengan metode Corona Discharge ( CD) yang
ditemukan pertama kali oleh Tesla pada tahun 1894. Pada kasus Corona
Discharge (CD) sebuah gambar ( telapak tangan) pada kain yang
direkatkan dengan tangan pada permukaan bola kaca dapat terbentuk.
Kasus CD umumnya dapat ditemui pada bola plasma seperti pada
Gambar-4.
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 54
Gambar-4 Corona Discharge pada Bola Kaca
Sebuah bola plasma umumnya adalah sebuah kaca bening yang diisi
oleh gas pada tekanan rendah dan dijalankan frekuensi tinggi berada
pada frekuensi AC 35 kHz dan berada pada tegangan tinggi 2000 V
hingga 5000 V yang dibangkitkan dengan tegangan tinggi. Sebuah
bola yang berada pada bagian tengah kaca bening berfungsi sebagai
konduktor ( elektroda) biasanya sebuah bola pejal konduktor dengan
jejari ๐ = ๐. Filament plasma akan menyebar keluar dari elektroda
bagian dalam bola hingga bagian luar bola kaca. Dengan menempatkan
material konduktor dekat atau bersentuhan dengan bola kaca akan
mengakibatkan perubahan frekuensi medan listrik yang tinggi. Sebuah
arus listrik diproduksi pada bahan konduktor tersebut tetapi bola kaca
tidak menghantarkan arus listrik di permukaan bola kaca tersebut,
tetapi hanya menghantarkan medan elektromagnetik. bola kaca
bertindak seolah-olah sebagai material dielektrik pada sebuah kapasitor.
Besar beda potensial elektroda untuk di dalam bola dan di luar bola
serta kapasitansinya dapat dijabarkan sebagai berikut. Untuk daerah di
luar permukaan bola konduktor (untuk daerah ๐ < ๐ < โ)
๐ซ.๐ ๐ = ๐๐๐๐
0
๐ท ๐๐ = ๐ ๐๐ = ๐ 4๐๐2๐
0
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 55
๐ธ = ๐4๐๐2
4๐๐๐๐2=
๐
4๐๐2
4๐๐2
4๐๐2๐๐=
๐
4๐๐๐๐2
โ๐ = ๐1 โ ๐2 = โ ๐
4๐๐๐๐2 ๐๐
๐
โ
=๐
4๐๐๐
1
๐โ
1
โ =
๐
4๐๐๐๐
๐ถ = 4๐๐๐๐
Pada daerah di dalam bola, maka
โ๐ = โ ๐ฌ.๐๐ = โ ๐ธ(๐ > ๐) ๐๐ โ๐
โ
๐ธ(๐ < ๐) ๐๐๐(๐๐๐ข๐ ๐ )
๐
Maka untuk daerah
๐ < ๐
๐ท ๐ .๐๐ (๐ ) = ๐ ๐๐
๐ท ๐๐ = ๐ ๐๐
๐ท ๐2๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ = ๐ ๐2๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐
๐๐๐ธ 4๐๐2 = ๐4
3๐๐3
๐ฌ =๐๐
3๐๐๐ =
๐
43๐๐
3
๐
3๐๐ =
๐๐
4๐๐๐๐3๐
๐ > ๐
๐ซ.๐ ๐ = ๐ ๐๐
๐ท ๐2๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ = ๐ ๐2๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐
๐๐๐ธ 4๐๐2 = ๐4
3๐๐3
๐ฌ =๐๐3
3๐๐๐2๐ =
๐
43๐๐
3
๐3
3๐๐๐2=
๐
4๐๐๐๐2๐
Sehingga
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 56
โ๐ = โ ๐
4๐๐๐๐2๐ . ๐๐ โ
๐
โ
๐๐
4๐๐๐๐3๐ . ๐๐
๐(๐๐๐ข๐ ๐ )
๐
โ๐ = โ ๐
4๐๐๐๐2๐ . ๐๐ โ
๐
โ
๐๐
4๐๐๐๐3๐ . ๐๐
๐(๐๐๐ข๐ ๐ )
๐
โ๐ =๐
4๐๐๐๐โ
๐
4๐๐๐๐3 ๐2 โ ๐2
2 =
๐
4๐๐๐
1
๐โ
1
๐3 ๐2 โ ๐2
2
Beda potensial pada sebuah silinder pejal dapat ditentukan sebagai
berikut
๐น =๐
4๐๐๐ ๐๐๐๐๐ค๐๐ก
๐ 2๐ =
1
4๐๐๐
๐1๐๐2
๐ 3/2๐
๐ = ๐๐ โ ๐ง๐ง
๐น =๐
4๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐
๐ 2๐
๐น =๐
4๐๐๐
๐ ๐๐๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐๐ โ ๐ง๐ง )
Pada komponen sumbu-z akan saling meniadakan
๐ธ =๐น
๐=
๐2
2๐๐
๐ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ )
๐ธ =๐2๐
2๐๐๐
๐ง
๐2 ๐2 + ๐ง2 =
๐๐
2๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 โ
โ๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐ธ =๐
2๐๐๐
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 +
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2
๐ธ =๐
2๐๐๐ ๐ ๐๐๐ผ1 + ๐ ๐๐๐ผ2 =
๐๐
4๐๐๐๐๐ฟ ๐ ๐๐๐ผ1 + ๐ ๐๐๐ผ2
Untuk silinder pejal dengan panjang yang tak terhingga, maka
๐ธ =๐
2๐๐๐๐๐ฟ๐ =
๐
2๐๐๐๐๐
Sehingga
โ๐ = โ ๐
2๐๐๐๐๐๐
๐
๐๐
= โ๐
2๐๐๐ln ๐ + ๐ถ
Bab.4 Konduktor dalam Medan Listrik Hal. 57
Besar beda potensial akan bernilai โ๐ = 0 saat jarak ๐ sangat jauh ( tak
terhingga), sehingga mengharuskana bahwa ๐ถ bernilai tak terhingga.
Nilai C dengan besar tak terhingga tidak dapat dibentuk secara langsung
dengan menyatakan bahwa muatannya tak terhingga karena nilai
muatan akan bernilai terbatas, maka dapat dihipotesakan bahwa
โ๐ = โ๐
2๐๐๐ln ๐ +
๐
2๐๐๐ln ๐๐ =
๐
2๐๐๐ln
๐๐๐
Sehingga mengharuskan bahwa saat ๐๐
๐= 1, maka โ๐ = 0.
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 58
BAB 5 RANGKAIAN ARUS DC DAN DIODE
5.1.Pendahuluan
Pengantar rangkaian elektrik adalah salah satu bentuk aplikasi dari
teori Listrik-Magnet. Contoh sederhana dari penggunaan teori listrik-
magnet adalah pada saat seseorang menyalahkan lampu, maka ia telah
menghubungkan lampu tersebut dengan suatu beda potensial yang
mengakibatkan muatan mengalir sehingga lampu menyalahcontoh lain
adalah alat-alat elektronik anda menyala dikarenakan adanya arus listrik
yang disebabkan adanya beda tegangan. Pada bab ini akan dibahas
penggunaan berbagai metode untuk menyelesaikan kasus resistor serta
diode.
5.2.Teori Dasar
Metode Arus Jerat ( Arus Mesh)
Pada metode ini cara mengerjakannya adalah melalui pengandaian
bahwa pada rangkaian pada Gambar-1 memiliki dua buah loop yang
memiliki arah searah jarum jam( Terserah kita). Dapat dibuktikan
bahwa besar arus ๐ผ2 pada rangkaian Gambar-1 di bawah adalah 0,19
mA dan tegangan hambatan ๐2 = 6,27 ๐.
Gambar-1 Rangkaian Listrik
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 59
Pada loop 1
๐ = 0
2๐ ๐ผ1 โ ๐ ๐ผ2 = 5
Pada loop 2
๐ = 0
2๐ ๐ผ2 โ ๐ ๐ผ1 = โ12
Maka dapat dilakukan dengan metode eliminasi, dengan mengkalikan x
2 pada loop 2, sehingga didapatkan bahwa
๐ผ2 = โ0,19๐๐ด
๐2 = 6,3 ๐
๐1 = 0,63 ๐
Menandakan bahwa arus ๐ผ2 = โ0,19mA dengan arah berlawanan
Metode Hukum Kirchoff
Pada metode ini penerapan hukum Kirchoff satu dan dua dapat
digunakan ( Hukum Kirchoff satu menyatakan bahwa jumlah arus yang
masuk sama dengan jumlah arus yang keluar, sedangkan Hukum
Kirchoff dua menyatakan jumlah besar tegangan pada rangkaian
tertutup adalah nol), seperti pada Gambar-2
Gambar-2 Rangkaian Listrik
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 60
Pada hukum Kirchoff satu
๐ผ = 0
๐1 + ๐2 = ๐ผ
Pada rangkaian loop pertama
๐ = 0
4๐1 + 4๐ผ = 10
4๐1 + 4๐1 + 4๐2 = 10
8๐1 + 4๐2 = 10
Pada rangkaian loop kedua
๐ = 0
8๐2 + 4๐ผ = 4,9
8๐2 + 4๐1 + 4๐2 = 4,9
12๐2 + 4๐1 = 4,9
Jika dikalikan dengan dua
24๐2 + 8๐1 = 9,8
Maka
24๐2 + (10 โ 4๐2) = 9,8
๐2 =0,2
20= โ0,01๐ด
Untuk mndapatkan ๐1
8๐1 + 4๐2 = 10
8๐1 โ 0,04 = 10
๐1 = 1,26
๐1 + ๐2 = ๐ผ
1,26 โ 0,01 = ๐ผ
๐ผ = 1,25 ๐ด
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 61
Metode Superposisi
Prinsip superposisi dapat kita manfaatkan untuk melakukan analisis
rangkaian yang mengandung lebih dari satu sumber. Langkah langkah
yang harus diambil adalah sebagai berikut:
1. Matikan semua sumber (masukan) kecuali salah satu diantaranya, dan
hitung keluaran rangkaian yang dihasilkan oleh satu sumber ini.
2. Ulangi langkah 1, sampai semua sumber mendapat giliran.
3. Keluaran yang dicari adalah kombinasi linier (jumlah aljabar)dari
kontribusi masing-masing sumber.
Untuk suatu rangkaian, untuk menyusun suatu persamaan arus dapat
diatur sedemikian hingga arus hanya melewati satu cabang arus jerat
saja.
Ambil terlebih dahulu tegangan 4,9 V
๐ 2 โฅ ๐ 3 =4.8
12=
32
12= 2,7 ฮฉ
๐ = 4 + 2,7 = 6,7ฮฉ
๐ผ =10
6,7= 1,5๐ด
๐ผโฒ =8
12. 1,5 = 1๐ด
Ambil tegangan 10 volt
๐ 1 โฅ ๐ 2 =4.4
8= 2
๐ = 2 + 8 = 10
๐ผ =4,9
10= 0,5๐ด
๐ผ" =4
8 1/2 = 0,25๐ด
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 62
Maka besar arus total adalah I=๐ผ" + ๐ผโฒ = 1,25 ๐ด
Contoh: Carilah besar tegangan vo pada rangkaian di bawah seperti
pada Gambar-3 dengan menggunakan metode superposisi !(jawab: 20
volt)
Gambar-3 Rangkaian Listrik
Jawab
Jika sumber tegangan dihilangkan salah satu, maka dapat dilihat bahwa
arus jerat yang sama yang akan dilewati adalah tegangan Vo
Dapat sumber arus 1,5 A terlebih dahulu, sehingga
๐ ๐ = 20 + 10 = 30 ฮฉ
๐ = 0
30๐ผ โ 30 = 0
๐ผโฒ =30
30= 1๐ด
Arus yang melewati jerat yang sama jika melewati hambatan 10 ohm
pada Vo adalah 1 A. Untuk tegangan 30 V dicopot, maka arus yang
melalui Vo adalah
๐ผ = 0
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 63
๐
20+
๐
10= 1,5
3๐ = 30
๐ = 10
Maka arus yang melewati hambatan 10 ohm adalah ๐ผโฒโฒ =10
10= 1A, maka
besar arus total adalah tegangan ๐ผ = ๐ผโฒ + ๐ผ" = 2 ๐ด dan besar Vo adalah
20 Volt.
Metode Thevenin
Metode ini mirip dengan metode superposisi, yaitu dengan
mencopot terlebih dahulu hambatan yang ingin dicari. Dapat
diperlihatkan pada Gambar-4 di bawah
Gambar-4 Rangkaian Listrik
Karena sifat rangkaian arus listrik haruslah tertutup, maka hambatan
pengganti Thevenin diwakili oleh titik B-Tanah
๐ผ๐ =30
40=
3
4
Maka besar V B-tanah ,๐๐โ๐๐ฃ๐๐๐๐ = 20.3
4= 15 ๐๐๐๐ก
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 64
Untuk mencari tahu besar hambatan pengganti Thevenin, maka
tegangan 30 Volt dicopot, sehingga besar hambatan pengganti RBG
adalah R thevenin
Gambar-5 Rangkaian Listrik Hambatan Thevenin
๐ ๐โ =20.20
20 + 20+
20(10 + 10)
20 + 10 + 10= 20ฮฉ
Maka didapatkan rangkaian baru setelah hambatan 10 ohm dipasang
kembali ( Gambar-6)
Gambar-6 Rangkaian Listrik Thevenin
๐ = 0
20 + 10 ๐ผ๐โ = 15
๐ผ๐โ =1
2 ๐ด
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 65
Arus ๐ผ๐โ ini adalah arus yang terukur pada hambatan 10 ohm, maka
besar tegangannya adalah ยฝ .10= 5 volt
Contoh rangkaian metode Thevenin dan satu satuan (unit output) untuk
menentukan besar vo pada rangkaian di Gambar-7 di bawah ini
!(jawab 5 volt)
Gambar-7 Rangkaian Listrik
Pertama-tama copot dahulu tegangan Vo dan kemudian cari tegangan
pengganti Theveninnya ( Gambar-8).
Gambar-8 Rangkaian Listrik Pengganti Thevenin
Besar arus sumbernya adalah
๐ผ๐ =30
40=
3
4
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 66
๐๐โ =3
4 20 = 15 ๐ฃ๐๐๐ก
Kemudian cari hamabtan theveninnya dengan cara mencopot
tegangannya ( Gambar-9)
Gambar-9 Rangkaian Listrik Hambatan Thevenin
๐ ๐โ = 10 +20.20
20 + 20= 20ฮฉ
Maka didapatkan rangkaian baru setelah hambatan 10 ohm dipasang
kembali (Gambar-10)
Gambar-10 Rangkaian Listrik Thevenin
๐ = 0
20 + 10 ๐ผ๐โ = 15
๐ผ๐โ =1
2 ๐ด
Maka besar Vo adalah ยฝ . 10=5 volt
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 67
Metode Satu Satuan
Gambar-11 Rangkaian Listrik
Jika dimisalkan nilai tegangan vo adalah
๐ฃ๐ = 1 ๐ฃ๐๐๐ก
๐3 =1
10 ๐ด
๐๐ด๐ต = ๐3. 10 + 10 = 2 ๐ฃ๐๐๐ก
๐๐ด๐ต = ๐2. 20,๐๐๐๐ ๐2 =2
20=
1
10 ๐ด
๐1 = ๐2 + ๐3 =1
5๐ด
๐๐ = 20๐1 + 2 = 6
Padahal besar ๐๐ sebenarnya adalah 30, maka haruslah
๐๐ = 5 ๐๐๐๐๐๐ฆ๐ ๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐ค๐๐
Maka Vo sebenarnya adalah 5 volt.
Metode Matrik dengan MATLAB
Dapat digunakan analisis arus mesh untuk menentukan arus yang
mengalir pada (a) resistansi 5 ฮฉ, dan (b) resistansi 1 ฮฉ pada rangkaian
DC pada Gambar-12 dibawah
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 68
Gambar-12 Rangkaian Listrik
Dapat digunakan aturan Loop
Dapat dibuat ke dalam bentuk matrik
8 โ5 0โ5 16 โ10 โ1 9
๐ผ1
๐ผ2
๐ผ3
= 40โ5
Dapat dikerjakan dengan aturan Crammer
๐ผ1 =
๐๐๐ก 4 โ5 00 16 โ1โ5 โ1 9
det 8 โ5 0โ5 16 โ10 โ1 9
=547
919= 0,596 ๐ด
Cara di atas dapat dihitung dengan sangat mudah dan cepat dengan
bantuan program Matlab yaitu
>> M=[8 -5 0;-5 16 -1; 0 -1 9]
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 69
M =
8 -5 0
-5 16 -1
0 -1 9
>>det(M)
ans =
919
>> C=[4 -50;0 16 -1;-5 -1 9];
>>det(C)
ans =
547
๐ผ2 =
๐๐๐ก 8 4 0โ5 0 โ10 โ5 9
det 8 โ5 0โ5 16 โ10 โ1 9
=140
919= 0,152๐ด
>> D=[8 4 0; -5 0 -1; 0 -5 9];
>>det(D)
ans =
140
Dapat dilakukan dengan cara yang sama, maka didapatkan bahwa
๐ผ3 = โ0,539 ๐ด
Arus pada resistansi 5 ohm adalah sebesar
๐ผ1 โ ๐ผ2 = 0,595 โ 0,152 = 0,44 ๐ด
Arus pada resistansi 1 ohm adalah
๐ผ1 โ ๐ผ2 = 0,151 โ (โ0,539) = 0,69 ๐ด
5.3.Diode
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 70
Diode adalah salah satu piranti listrik yang digunakan dalam
beberapa peralatan listrik. Diode umumnya terbuat dari bahan
semikonduktor dan secara umum biasanya terbuat dari Silikon atau
Germanium. Aplikasi diode salah satunya pada LED ( Light Emitting
Diode). Penggunaan material semikonduktor dalam kehidupan sehari-
hari adalah pada transistor, diode lampu LED ( seperti pada Gambar-
13) dan sebagainya. Umumnya besar tegangan pada LED adalah sekitar
2 V dan pada diode Silikon adalah berkisar 0,5 V hingga 0,7 V
Gambar-13 Lampu LED Berwarna dan LED Seven Segment
Pada rangkaian di bawah dapat diperlihatkan dua buah diode yang
dihubungkan kesuatu sumber tegangan 5 V ( Gambar-14)
Gambar-14 Rangkaian Diode
Dapat dihitung besar arus yang mengalir pada tiap-tiap diode dengan
menggunakan Hukum Kirchoff sebagai berikut
Bab.5 Rangkaian Arus DC dan Diode Hal. 71
๐ = 0
๐ผ ๐ ๐๐ + ๐ ๐ฟ๐ธ๐ท โ 5 = 0
๐ผ =5
๐ ๐๐ + ๐ ๐ฟ๐ธ๐ท
Sehingga besar tegangan pada diode Silikon adalah sebesar
๐๐๐ =๐ ๐๐
๐ ๐๐ + ๐ ๐ฟ๐ธ๐ท 5 (๐ฃ๐๐๐ก)
Diode atau penyearah arus adalah piranti elektronika yang
digunakan untuk menyearahkan arus listrik dari suatu sumber. Jika arah
anoda dan katoda dibalik, maka rangkaian akan berada dalam posisi
open, sehingga tidak ada arus yang mengalir dalam rangkaian.
Penggunaan Diode LED pada mikrokontroller salah satunya pada
program aplikasi lampu merah. ( akan dibahas pada bab selanjutnya).
5.4.Latihan Soal
1. Buatlah rangkaian Gambar-1 dan Gambar-13 kemudian
tentukanlah besar masing-masing tegangan dengan
menggunakan multimeter digital atau osiloskop, kemudian
bandingkanlah hasil tersebut dengan hasil eksperimen!
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 72
BAB 6 RANGKAIAN TRANSIEN ARUS DC
6.1.Pendahuluan
Pengantar rangkaian elektrik adalah salah satu bentuk aplikasi dari
teori Listrik-Magnet.contoh sederhana dari penggunaan teori listrik-
magnet. Pada bab ini akan dibahas penggunaan berbagai metode untuk
menyelesaikan kasus rangkaian arus bolak-balik dengan terlebih dahulu
menganalisa bentuk rangkaian sederhana RLC pada kadaan seri,
kemudian RLC pada rangkaian parallel yang lebih rumit.
6.2.Rangkaian R-C ( Pemuatan Kapasitor)
Jika suatu kapasitor dalam kondisi tidak bermuatan dan pada waktu
awal rangkaian dalam kondisi terbuka, maka saat switch t=0 dalam
kondisi tertutup maka kapasitor dalam kondisi dimuati maka besar
tegangan antara kedua plat semakin bertambah. Saat muatan maksimum
pada kapasitor tercapai, maka besar arusnya adalah nol sedangkan besar
tegangannya maksimum. Pada rangkaian ini akan dipaparkan bentuk
rangkaian seri yang mana terdapat suatu kapasitor dengan fungsi adalah
memberikan tegangan sesaat setelah terisi penuh dan juga resistor yang
merupakan komponen disipatif dan disambungkan dengan sebuah
tegangan ๐.
Gambar-1 Rangkaian R-C
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 73
โ ๐ = 0
๐ผ๐ +๐
๐ถ= ๐
๐๐
๐๐ก๐ +
๐
๐ถ= ๐
๐๐
๐๐ก=
๐
๐ โ
๐
๐ ๐ถ
๐๐
๐๐ก=
๐ถ๐
๐ ๐ถโ
๐
๐ ๐ถ
๐๐
๐ถ๐ โ ๐= โ
๐๐
๐ โ ๐ถ๐=
1
๐ ๐ถ๐๐ก
๐๐๐ โ ๐ถ๐
โ๐ถ๐= โ๐พ๐ก
๐ โ ๐ถ๐ = โ๐ถ๐๐โ๐พ๐ก
๐ = ๐ถ๐ (1 โ ๐โ๐ก
๐ ๐ถ)
๐ =๐
๐ถ= ๐ (1 โ ๐โ
๐ก๐ ๐ถ)
Dapat diperlihatkan hubungan ๐ vs ๐ก sebagai berikut Gambar-2
Gambar-2 Hubungan Tegangan V(t) vs waktu t
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 74
Besar arus yang terukur pada kondisi rangkaian tertutup adalah sebagai
berikut
๐ผ =๐๐
๐๐ก=
๐
๐ ๐โ
๐ก๐ ๐ถ
Saat pemberian muatan maksimum, maka besar arus yang mengalir
pada rangkaian adalah nol, karena potensial pada kapasitor sama
besarnya dengan sumber tegangan ๐. ( Gambar-3)
Gambar-3 Hubungan antara Arus Listrik dan Waktu t
6.3. Rangkaian R-C ( Discharged Capacitor)
Dapat diperlihatkan apda Gambar-4 di bawah rangkaian kapasitor
bermuatan Q dan resistor tidak dihubungkan dengan sumber tegangan
atau dalam kata lain ๐ = 0, sehingga sesaat rangkaian dalam kondisi
tertutup, maka akan muncul arus listrik yang muncul dari kapasitor,
sedangkan jumlah muatan pada kapasitor akan berkurang. Arus listrik
saat kondisi rangkaian tertutup akan muncul dari kapasitor sehingga
akan berlawanan arah dengan Gambar-1.
Gambar-4 Rangkaian Discharged Capacitor
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 75
โ ๐ = 0
๐ผ๐ +๐
๐ถ= 0
๐๐
๐๐ก๐ +
๐
๐ถ= 0
๐๐
๐๐ก= โ
๐
๐ ๐ถ
๐๐
๐= โ
๐๐ก
๐ ๐ถ
๐ = ๐๐๐โ1
๐ ๐ถ๐ก
๐ผ =๐๐
๐๐ก= โ๐ผ๐๐โ
1๐ ๐ถ
๐ก
Dengan besar tegangan adalah
๐ =๐
๐ถ=
๐๐
๐ถ๐โ
1๐ ๐ถ
๐ก = ๐๐๐โ1
๐ ๐ถ๐ก
Dapat diperlihatkan pada Gambar-5 hubungan antara besar tegangan
pada kapasitor terhadap waktu sebagai berikut
Gambar-5 Tegangan apda Kapasitor terhadap Waktu
6.4.Rangkaian R-L
Pada rangkaian ini akan dipaparkan bentuk rangkaian seri yang
mana terdapat induktor yang berguna untuk media penyimpanan energi
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 76
listrik dan juga resistor yang merupakan komponen disipatif dan
disambungkan dengan sebuah tegangan ๐.
โ ๐ = 0
๐ผ๐ +๐๐ผ
๐๐ก๐ฟ = ๐
Jika R dan L=1
๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ผ = ๐
Penyelesaian persamaan ini adalah
๐ผ = ๐ด exp(โ๐ก) + ๐ถ๐๐๐ ๐ก
Jika nilai ini disubstitusikan ke
๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ผ = ๐
๐
๐๐ก(๐ด exp(โ๐ก) + ๐ถ๐๐๐ ๐ก) + ๐ด exp(โ๐ก) + ๐ถ๐๐๐ ๐ก = ๐
โ๐ด exp(โ๐ก) + ๐ด exp(โ๐ก) + ๐ถ = ๐
๐ถ = ๐
Maka
๐ผ = ๐ด exp(โ๐ก) + ๐
Untuk mencari nilai A, maka dapat dilakukan syarat awal
๐ผ(๐ก) = ๐ด exp(โ๐ก) + ๐
Jika saat waktu nol sekon arus tidak ada yang mengalir, maka
๐ผ = ๐ด + ๐ = 0
๐ด = โ๐
Maka nilai arus total adalah
๐ผ(๐ก) = ๐(1 โ exp(โ๐ก))
6.5.Rangkaian L-C
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 77
Pada rangkaian ini terdapat suatu kapasitor, yang mana fungsinya
adalah memberikan tegangan sesaat setelah terisi penuh dan juga
rangkaian induktor yang berguna untuk menyimpan energi listrik dan
terpasang seri
โ ๐ = 0
๐ฟ๐๐ผ
๐๐ก+
๐
๐ถ= 0
Jika L=C=1
๐2๐
๐๐ก2+ ๐ = 0
๐(๐ก) = ๐ด ๐ ๐๐๐ก + ๐ต cos ๐ก
Maka jika dimasukkan syarat batas, bahwa Q(t) saat t adalah nol sekon
adalah Qo
๐(๐ก = 0) = ๐ต = ๐๐
Maka
๐(๐ก) = ๐๐ cos ๐ก
๐ผ(๐ก) =๐๐
๐๐ก= โ๐๐ sin ๐ก = ๐ผ๐ ๐ ๐๐๐ก
6.6.Rangkaian R-L-C Seri
Pada rangkaian ini terdapat induktor, kapasitor dan resistor yang
terpasang seri. Pada cara pertama akan diberikan rumusan dalam bentuk
Q dan pada cara kedua akan diberikan rumusan dalam bentuk V.
umumnya yang ditinjau adalah nilai kapasitor yang ditinjau
โ ๐ = 0
๐ฟ๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ผ๐ +
๐
๐ถ= 0
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 78
๐2๐
๐๐ก2+
๐
๐ฟ
๐๐
๐๐ก+
๐
๐ฟ๐ถ= 0
Jika R/L=b dan 1/LC= c, maka
(๐ท2 + ๐๐ท + ๐)๐ = 0
๐ = ๐ด exp(๐1๐ก) + ๐ต exp (๐2๐ก)
๐1, ๐2 =โ๐ ยฑ โ๐2 โ 4. ๐
2=
โ๐ ยฑ โ(๐ ๐ฟ)
2
โ4
๐ฟ๐ถ2๐ฟ
Yang akan menghasilkan tiga buah solusi, yaitu keadaan ayunan selaras
teredam kurang, teredam kritis dan teredam lampau. Akan dibahas
ayunan teredam kritis dengan syarat
๐2 โ 4. ๐ = 0
๐
๐ฟ= โ
4
๐ฟ๐ถ
๐ = โ4๐ฟ
๐ถ
Maka penyelesaian umum persamaan ini adalah
๐ = (๐ด + ๐ต๐ก) exp (โ๐
2๐ฟ๐ก)
๐ผ(๐ก) =๐๐
๐๐ก= [๐ต โ
๐
2๐ฟ(๐ด + ๐ต๐ก)] exp (โ
๐
2๐ฟ๐ก)
Untuk mencari nilai arus dapat juga digunakan cara kedua, yaitu
โ ๐ = 0
๐ฟ๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ + ๐ผ๐ = 0
Karena arus I yang mengalir pada rangkaian adalah arus yang juga
mengalir pada kapasitor, maka I=Ic
๐ = ๐ถ๐
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 79
๐ผ =๐๐
๐๐ก= ๐ถ
๐๐
๐๐ก
Nilai kapasitansinya memiliki besar yang sama, sedangkan tegangan
pada kapasitornya akan berubah seiring bertambahya waktu, maka
๐ฟ๐
๐๐ก(๐ถ
๐๐
๐๐ก) + ๐ + ๐ ๐ถ
๐๐
๐๐ก= 0
๐ฟ๐ถ๐2๐
๐๐ก2+ ๐ ๐ถ
๐๐
๐๐ก+ ๐ = 0
๐2๐
๐๐ก2+
๐
๐ฟ
๐๐
๐๐ก+
๐
๐ฟ๐ถ= 0
Jika R/L=b dan 1/LC= c, maka
(๐ท2 + ๐๐ท + ๐)๐ = 0
๐ = ๐ด exp(๐1๐ก) + ๐ต exp (๐2๐ก)
๐1, ๐2 =โ๐ ยฑ โ๐2 โ 4. ๐
2=
โ๐ ยฑ โ(๐ ๐ฟ)
2
โ4
๐ฟ๐ถ2๐ฟ
Yang akan menghasilkan tiga buah solusi, yaitu keadaan ayunan selaras
teredam kurang, teredam kritis dan teredam lampau. Akan dibahas
ayunan teredam kritis dengan syarat
๐2 โ 4. ๐ = 0
๐
๐ฟ= โ
4
๐ฟ๐ถ
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 80
๐ = โ4๐ฟ
๐ถ
Maka penyelesaian umum persamaan ini adalah
๐ = (๐บ + ๐๐ก) exp (โ๐
2๐ฟ๐ก)
Karena
๐ผ = ๐ถ๐๐
๐๐ก
Maka
๐ผ = ๐ถ๐
๐๐ก(๐บ + ๐๐ก) exp (โ
๐
2๐ฟ๐ก)
๐ผ(๐ก) = ๐ถ [๐ โ๐
2๐ฟ(๐บ + ๐๐ก)] exp (โ
๐
2๐ฟ๐ก)
= [๐ถ๐ โ๐
2๐ฟ(๐บ๐ถ + ๐๐ถ๐ก)] exp (โ
๐
2๐ฟ๐ก)
= [๐ต โ๐
2๐ฟ(๐ด + ๐ต๐ก)] exp (โ
๐
2๐ฟ๐ก) ; ๐ต = ๐ถ๐ ๐๐๐ ๐ด
= ๐บ๐ถ
Dapat dijabarkan bahwa secara umum melalui rumusan hukum Kirchoff
II dapat dirumuskan yaitu
๐ฟ๐ถ๐2๐
๐๐ก2+ ๐ ๐ถ
๐๐
๐๐ก+ ๐ = 0
๐ฟ๐ถ๐2๐
๐๐ก2+ ๐ ๐ถ
๐๐
๐๐ก+ ๐ = 0
๐ฟ๐ถ๐2๐ผ
๐๐ก2+ ๐ ๐ถ
๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ผ = 0
Untuk mendapatkan persamaan ke-3 di atas, maka dapat dijabarkan
melalui
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 81
โ ๐ = 0
๐ฟ๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ + ๐ผ๐ = 0
๐ฟ๐๐ผ
๐๐ก+
1
๐ถโซ ๐ผ ๐๐ก + ๐ผ๐ = 0
๐ฟ๐ถ๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ ๐ถ ๐ผ + โซ ๐ผ ๐๐ก = 0
๐ฆ = [๐ฟ๐ถ๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ ๐ถ ๐ผ] = โ โซ ๐ผ ๐๐ก
๐๐ฆ = โ๐ผ๐๐ก
๐๐ฆ
๐๐ก+ ๐ผ = 0
๐
๐๐ก[๐ฟ๐ถ
๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ ๐ถ ๐ผ] + ๐ผ = 0
๐ฟ๐ถ๐2๐ผ
๐๐ก2+ ๐ ๐ถ
๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ผ = 0
Ketiga persamaan RLC di atas memiliki bentuk yang sama, hal ini
berarti bahwa ketiga persamaan rangkaian baik, muatan, tegangan dan
arus adalah setara, sehingga cukup dipakai salah satu saja dalam
penyelesaiannya.
6.7. Rangkaian R-L-C Paralel
Pada rangkaian ini akan diberikan rangkaian parallel yang terdiri dari
kapasitor, resistor dan induktor.
โ ๐ผ = 0
๐
๐ + ๐ผ๐ฟ + ๐ถ
๐๐
๐๐ก= 0
Bab.6 Rangkaian Transien Arus DC Hal. 82
Nilai tegangan V pada induktor adalah sama dengan tegangan pada
kapasitor dan resistor, maka
๐ฟ๐ถ๐2๐ผ๐ฟ
๐๐ก2+
๐ฟ
๐
๐๐ผ๐ฟ
๐๐ก+ ๐ผ๐ฟ = 0
Persamaan ini dapat diselesaikan dengan mudah untuk mendapatkan
nilai arus ๐ผ๐ฟ. Dapat pula dikerjakan persamaan di atas dalam bentuk
tegangan, yang mana dengan menganggap bahwa tegangan pada
rangkaian parallel adalah konstan, maka
โ ๐ผ = 0
๐
๐ + ๐ผ๐ฟ + ๐ถ
๐๐
๐๐ก= 0
๐
๐ +
1
๐ฟโซ ๐ ๐๐ก + ๐ถ
๐๐
๐๐ก= 0
๐ฆ =๐
๐ + ๐ถ
๐๐
๐๐ก= โ
1
๐ฟโซ ๐ ๐๐ก
๐ฆ = โ1
๐ฟโซ ๐ ๐๐ก
๐ฟ๐๐ฆ = โ๐๐๐ก
๐ฟ๐๐ฆ
๐๐ก+ ๐ = 0
๐ฟ๐ถ๐2๐
๐๐ก2+
๐ฟ
๐
๐๐
๐๐ก+ ๐ = 0
6.8.Latihan Soal
1. Buatlah rangkaian Gambar-1 dan Gambar-4 kemudian
tunjukkanlah bahwa hasil teori sesuai dengan hasil eksperimen
untuk menentukan besar tegangan V pada kapasitor !
2. Jabarkan rumus untuk mendapatkan rangkaian R-L-C seri
dengan menggunakan simulink MATLAB
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 83
BAB 7 MATERIAL SEMIKONDUKTOR DAN
KONDUKTOR
7.1.Pendahuluan
Penerapan teori mekanika kuantum dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat, salah satunya adalah solar sel.
Penerapan solar sel dalam kehidupan sehari-hari seperti pembangkit
daya pada satelit GPS, pembuatan alat uji kualitas lampu, sebagai
sumber energi ramah lingkungan dsb.
Solar sel dapat dibuat dengan menggunakan material cair ( liquid )
dan padat ( Solid ). Beberapa kombinasi material yang dapat digunakan
untuk membuat solar sel yaitu seperti homojunction, heterojunction,
metal-semikonduktor serta solar sel DSSC ( Dye Sensitized Solar Cell).
Material-material tersebut dapat berasal dari bahan organik maupun
bahan anorganik.
Material padatan dapat berupa Kristal, polikristal atau amorf (sifat
material kelistrikan konduktor atau semikonduktor), sedangkan material
cair dapat berupa elektrolit. Pada bab ini akan dijelaskan material solar
sel berbahan semikonduktor beserta aplikasinya sebagai alat uji kualitas
lampu berdasarkan efikasi cahaya.
7.2.Dasar Teori
Solar sel atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor
yang terdiri dari sebuah wilayah-besar dioda p-n junction, di mana,
dalam hadirnya cahaya matahari mampu menciptakan energi listrik.
Pengubahan ini disebut efek photovoltaic. Bidang riset berhubungan
dengan sel surya dikenal sebagai photovoltaics. Solar sel memiliki
banyak aplikasi. Mereka terutama cocok untuk digunakan bila tenaga
listrik dari grid tidak tersedia, seperti di wilayah terpencil, satelit
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 84
pengorbit [bumi], kalkulator genggam, pompa air, dll. Solar sel (dalam
bentuk modul atau panel surya) dapat dipasang di atap gedung di mana
mereka berhubungan dengan inverter ke grid listrik dalam sebuah
pengaturan net metering. Solar sel dapat dibuat dengan menggunakan
material cair ( liquid ) dan padat ( Solid ). Beberapa kombinasi material
yang dapat digunakan untuk membuat solar sel yaitu seperti
homojunction, heterojunction, metal-semikonduktor dan DSSC. Solar
sel dengan bahan semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor
yang terdiri atas satu unsur saja, misalnya Si saja atau Ge saja. Pada
Kristal semikonduktor Si, 1 atom Si yang memiliki 4 elektron valensi
berikatan dengan 4 atom Si lainnya, perhatikan Gambar-1 di bawah
Gambar-1 Atom Si
Menurut teori pita energi, pada T =0 K pita valensi semikonduktor
terisi penuh elektron, sedangkan pita konduksi kosong. Kedua pita
tersebut dipisahkan oleh celah energi Eg, yakni dalam rentang 0,18 - 3,7
eV. Pada suhu kamar Si dan Ge masing-masing memiliki celah energi
1,11 eV dan 0,66 eV. Bila mendapat cukup energi, misalnya berasal
dari energi panas, elektron dapat melepaskan diri dari ikatan kovalen
dan tereksitasi menyebrangi celah energi. Elektron valensi pada atom
Ge lebih mudah tereksitasi menjadi elektron bebas daripada elektron
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 85
valensi pada atom Si, karena celah energi Si lebih besar dari pada celah
energi Ge. Elektron ini bebas bergerak diantara atom. Sedangkan
tempat kekosongan elektron disebut hole. Dengan demikian pita
konduksi ditempati oleh elektron, dan puncak pita valensi ditempati
oleh hole. Seperti pada Gambar-2.
Gambar-2 Pita Konduksi dan Pita Valensi dengan Celah Energi Eg
Sifat konduktivitas dan konsentrasi ditentukan oleh faktor ๐ธ๐
๐พ๐ต ๐,
perbandingan celah energi dengan temperatur. Ketika perbandingan ini
besar, konsentrasi sifat instrinsik akan rendah dan konduktivitasnya
juga akan rendah. Nilai terbaik dari celah energi diperoleh dari
penyerapan optik. Celah energi ๐ธ๐ merupakan selisih antara energi
terendah pada pita konduksi ๐ธ๐ dengan energi tertinggi pada pita
valensi ๐ธ๐ . Atau secara matematis dapat ditulis
๐ธ๐ = ๐ธ๐ โ๐ธ๐
Untuk mengukur besarnya celah energi ๐ธ๐ dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu penyerapan langsung dan penyerapan tidak langsung.
Pada penyerapan langsung elektron mengabsorpsi foton dan langsung
meloncat ke dalam pita konduksi. Besarnya celah energi ๐ธ๐ sama
dengan besarnya energi foton (gelombang elektromagnetik). Secara
matematis dapat dituliskan
๐ธ = ๐ธ๐ = โ๐
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 86
Dengan ๐ adalah frekuensi anguler dari foton seperti pada Gambar-3
di bawah
Gambar-3 Penyerapan Langsung
7.3.Teori Pita Energi
Sebuah elektron dapat berperilaku berbeda saat berada pada daerah
hampa, pada atom ataupun pada Kristal. Dalam rangka untuk
memahami dinamika elektron pada Kristal semikonduktor ada gunanya
untuk mengetahui perilaku sebuah elektron saat berada pada sebuah
lingkungan yang tidak rumit, seperti pada elektron bebas ataupun pada
sebuah Kristal berbentuk sumur potensial kotak. Pada kasus elektron
bebas, maka sifat elektron tidak terpengaruh oleh lingkungannya dan
elektron tersebut bergerak dalam suatu medium dengan potensial yang
konstan. Dalam menjabarkan dinamika elektron dapat digunakan
mekanika kuantum, khususnnya persamaan Schrodinger, sebagai
berikut
๐ป = ๐ + ๐
๐ป ๐(๐ฅ,๐ก) = ๐ ๐(๐ฅ,๐ก) + ๐ ๐(๐ฅ,๐ก)
๐โ๐๐(๐ฅ, ๐ก)
๐๐ก=๐2
2๐๐ ๐ฅ,๐ก + ๐๐ ๐ฅ, ๐ก
๐โ๐๐(๐ฅ,๐ก)
๐๐ก= โ๐โ๐ ๐๐ฅ
2
2๐๐ ๐ฅ, ๐ก + ๐๐ ๐ฅ,๐ก
๐โ๐๐(๐ฅ,๐ก)
๐๐ก= โโ2
๐2๐ ๐ฅ, ๐ก
2๐ ๐๐ฅ2+ ๐๐ ๐ฅ,๐ก
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 87
๐โ๐(๐๐)
๐๐ก= โโ2
๐2(๐๐)
2๐ ๐๐ฅ2+ ๐๐ ๐ฅ, ๐ก ;๐ = ๐ ๐ฅ ๐๐๐ ๐ = ๐(๐ก)
๐โ๐๐(๐)
๐๐ก= โโ2๐
๐2(๐)
2๐ ๐๐ฅ2+ ๐๐ ๐ฅ, ๐ก
๐โ๐(๐)
๐ ๐๐ก= โโ2
๐2(๐)
2๐๐ ๐๐ฅ2+ ๐
๐โ๐(๐)
๐ ๐๐ก= โโ2
๐2(๐)
2๐๐ ๐๐ฅ2+ ๐ = ๐ธ
Penyelesaian terhadap waktu adalah
๐โ๐ ๐
๐ ๐๐ก= ๐ธ
๐ ๐
๐๐ก= โ๐๐ธ๐/โ
๐ท +๐๐ธ
โ ๐ = 0
๐ = ๐๐ฅ๐ โ๐๐ธ๐ก/โ
Penyelesaian terhadap posisi adalah
โโ2๐2(๐)
2๐๐ ๐๐ฅ2+ ๐ = ๐ธ
๐2(๐)
๐๐ฅ2= 2๐
๐ โ๐ธ
โ2๐
Jika V=0, maka
๐2(๐)
๐๐ฅ2= โ2๐
๐ธ
โ2๐
๐2(๐)
๐๐ฅ2+ 2๐
๐ธ
โ2๐ = 0
๐ท2 +2๐๐ธ
โ2 ๐ = 0
๐ท1,๐ท2 = ยฑ๐ 2๐๐ธ
โ2
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 88
๐ ๐ฅ = ๐ด๐๐ฅ๐ ๐ 2๐๐ธ
โ2๐ฅ +๐ต๐๐ฅ๐ โ ๐
2๐๐ธ
โ2๐ฅ
๐ ๐ฅ = ๐ด cos 2๐๐ธ
โ2๐ฅ+ ๐ต sin
2๐๐ธ
โ2 ๐ฅ
Sehingga penyelesaian umumnya adalah
๐ ๐ฅ,๐ก = ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ๐ โ๐๐ธ๐ก
โ = ๐ถ๐๐๐ ๐ก ๐๐ฅ๐ ๐
2๐๐ธ
โ2๐ฅ ๐๐ฅ๐ โ
๐๐ธ๐ก
โ
๐ ๐ฅ, ๐ก = ๐ถ๐๐๐ ๐ก exp(๐ ๐๐ฅโ ๐๐ก ) = ๐ถ๐๐๐ ๐ก cos(๐๐ฅ โ๐๐ก)
Dengan besar energi elektron adalah
๐ธ =๐2โ2
2๐ dan ๐ =
2๐๐ธ
โ2
dan besar ๐ memiliki satuan satu per panjang ( sebagai suatu besaran
skalar) dan berkaitan dengan indeks Miller pada Kristal ( jika di dalam
sebuah Kristal). Jika sebuah elektron berada pada sebuah Kristal yang membuat
elektron hanya bergerak bebas di daerah sepanjang ๐ dan elektron tidak
dapat keluar dari ikatan atom. Dapat diandaikan sebuah elektron yang terkurung dalam suatu sumur potensial tak hingga seperti pada
Gambar-4 di bawah
Gambar-4 Partikel dalam Kotak
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 89
Penyelesaian untuk mendapatkan besar energi elektron dan besar indeks
Miller dapat diselesaiakan sebagai berikut
๐ป = ๐ + ๐
๐ป ๐(๐ฅ,๐ฆ , ๐ง, ๐ก) = ๐ ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก) + ๐ ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก)
๐โ๐๐(๐ฅ,๐ฆ, ๐ง, ๐ก)
๐๐ก=๐2
2๐๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก + ๐๐ ๐ฅ,๐ฆ , ๐ง, ๐ก
๐โ๐๐(๐ฅ,๐ฆ, ๐ง, ๐ก)
๐๐ก= โ๐โโ 2
2๐๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก + ๐๐ ๐ฅ,๐ฆ , ๐ง, ๐ก
๐โ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก)
๐๐ก
= โโ2
2๐ ๐2๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก
๐๐ฅ2+๐2๐ ๐ฅ,๐ฆ, ๐ง, ๐ก
๐๐ฆ2
+๐2๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก
๐๐ง2 + ๐๐ ๐ฅ,๐ฆ , ๐ง, ๐ก
๐โ๐(๐๐๐๐)
๐๐ก= โ
โ2
2๐ ๐๐๐
๐2๐
๐๐ฅ2+ ๐๐๐
๐2๐
๐๐ฆ2+ ๐๐๐
๐2๐
๐๐ง2 + ๐๐๐๐๐
๐โ๐๐๐๐(๐)
๐๐ก= โ
โ2
2๐ ๐๐๐
๐2๐
๐๐ฅ2+ ๐๐๐
๐2๐
๐๐ฆ2+๐๐๐
๐2๐
๐๐ง2 + ๐๐๐๐๐
๐โ๐(๐)
๐ ๐๐ก= โ
โ2
2๐ ๐2๐
๐ ๐๐ฅ2+
๐2๐
๐ ๐๐ฆ2+๐2๐
๐ ๐๐ง2 + ๐
๐โ๐(๐)
๐ ๐๐ก= โ
โ2
2๐ ๐2๐
๐ ๐๐ฅ2+
๐2๐
๐ ๐๐ฆ2+๐2๐
๐ ๐๐ง2 + ๐ = ๐ธ
Penyelesaian terhadap waktu adalah
๐โ๐ ๐
๐ ๐๐ก= ๐ธ
๐ ๐
๐๐ก= โ๐๐ธ๐/โ
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 90
๐ท +๐๐ธ
โ ๐ = 0
๐ = ๐๐ฅ๐ โ๐๐ธ๐ก/โ
Sehingga penyelesaian umumnya adalah
๐ ๐ฅ,๐ฆ, ๐ง, ๐ก = ๐ ๐ฅ ๐ ๐ฆ ๐(๐ง)๐๐ฅ๐ โ๐๐ธ๐ก
โ
Penyelesaian fungsi gelombang terhadap posisi adalah
โโ2
2๐ ๐2๐
๐ ๐๐ฅ2+
๐2๐
๐ ๐๐ฆ2+๐2๐
๐ ๐๐ง2 + ๐ = ๐ธ
๐2๐
๐ ๐๐ฅ2+
๐2๐
๐ ๐๐ฆ2+๐2๐
๐ ๐๐ง2 = โ
2๐๐ธ
โ2
๐2 ๐
๐๐๐ฅ2= โ
๐2๐
๐ ๐๐ฆ2โ๐2๐
๐ ๐๐ง2โ
2๐๐ธ
โ2= โ๐1
2
๐2 ๐
๐๐ฅ2= โ๐1
2๐
Penyelesaian terhadap posisi x adalah
๐ท2 + ๐12 ๐ = 0
๐ท1,๐ท2 = ยฑ๐๐1
๐ ๐ฅ = ๐ด๐๐ฅ๐ ๐๐1๐ฅ +๐ต๐๐ฅ๐ โ ๐๐1๐ฅ
๐ ๐ฅ = ๐ด cos๐1๐ฅ+๐ต sin ๐1 ๐ฅ
Pemasukkan syarat batas
Syarat pertama adalah : Tidak ada partikel saat batas x=0, karena tidak
ada partikel yang dapat menembus dinding
๐ ๐ฅ = 0 = 0 = ๐ด cos๐1๐ฅ+๐ต sin ๐1๐ฅ
0 = ๐ด+ 0
Dari rumusan ini akan didapatkan bahwa nilai A akan = 0, agar
penyelesaiannya memenuhi syarat batas.
Syarat kedua adalah: Tidak ada partikel saat batas x=a, karena tidak ada
partikel yang dapat menembus dinding
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 91
๐ ๐ฅ = ๐ = 0 = ๐ด cos๐1๐ฅ+ ๐ต sin ๐1๐ฅ
0 = 0 + ๐ต sin ๐1๐
Dari rumusan diatas, maka diharuskan nilai dari sinus adalah suatu nilai
yang harus bernilai nol, sehingga
๐1๐ = ๐๐
๐1 =๐๐
๐
Fungsi gelombang terhadap posisi secara umum dituliskan sebagai
๐ ๐ฅ = ๐ด cos๐1๐ฅ +๐ต sin ๐1 ๐ฅ = ๐ต sin ๐1 ๐ฅ
Untuk mencari nilai B dapat dilakukan normalisasi, yaitu dengan cara
๐ ๐ = ๐3๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ = 1
Karena pada kasus ini dipandang sebagai kasus 1 dimensi, maka nilai
๐3๐ = ๐๐ฅ
๐ ๐ = ๐๐ฅ ๐(๐ฅ)โ ๐(๐ฅ) = 1
๐ ๐ = ๐๐ฅ (๐ต sin ๐1๐ฅ)โ ๐ต sin ๐1๐ฅ = 1
๐ ๐ = ๐ต2 ๐๐ฅ (sin๐1๐ฅ)โ sin ๐1๐ฅ = 1
๐ต2 ๐๐ฅ (sin๐1๐ฅ)โ sin ๐1๐ฅ = 1๐
0
๐๐ฅ (sin๐1๐ฅ)2 =1
๐ต2
๐
0
dengan rumus-rumus dasar trigonometri
cos 2๐ฅ = ๐๐๐ 2๐ฅ โ ๐ ๐๐2๐ฅ
๐๐๐ 2๐ฅ+ ๐ ๐๐2๐ฅ = 1
Maka
cos 2๐ฅ = 1 โ ๐ ๐๐2๐ฅ โ ๐ ๐๐2๐ฅ = 1 โ 2๐ ๐๐2๐ฅ
Atau dengan kata lain
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 92
๐ ๐๐2๐ฅ = 1โ cos 2๐ฅ
2
1โ cos 2๐1๐ฅ
2๐๐ฅ =
1
๐ต2
๐
0
1
2๐๐ฅ โ cos 2๐1๐ฅ ๐๐ฅ=
1
๐ต2
๐
0
๐
0
๐
2โ cos
2๐๐๐ฅ
๐ ๐๐ฅ =
1
๐ต2
๐
0
๐
2โ 0 =
1
๐ต2
Maka nilai B adalah
๐ต = 2
๐
โ๐2๐
๐ ๐๐ฆ2โ๐2๐
๐ ๐๐ง2โ
2๐๐ธ
โ2= โ๐1
2
๐2๐
๐ ๐๐ฆ2= โ
๐2๐
๐ ๐๐ง2โ
2๐๐ธ
โ2+๐1
2 = โ๐22
๐2 ๐
๐๐ฆ2= โ๐2
2๐
Penyelesaian terhadap posisi y adalah
๐ท2 + ๐22 ๐ = 0
๐ท1,๐ท2 = ยฑ๐๐2
๐ ๐ฆ = ๐ถ๐๐ฅ๐ ๐๐2๐ฆ + ๐ท๐๐ฅ๐ โ๐๐2๐ฆ
๐ ๐ฆ = ๐ถ cos๐2๐ฆ +๐ท sin ๐2 ๐ฆ
Pemasukkan syarat batas
Syarat pertama adalah : Tidak ada partikel saat batas y=0, karena tidak
ada partikel yang dapat menembus dinding
๐ ๐ฆ = 0 = 0 = ๐ถ cos๐2๐ฆ+ ๐ท sin ๐2 ๐ฆ
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 93
0 = ๐ถ+ 0
Dari rumusan ini akan didapatkan bahwa nilai C akan = 0, agar
penyelesaiannya memenuhi syarat batas.
Syarat kedua adalah: Tidak ada partikel saat batas y=b, karena tidak ada
partikel yang dapat menembus dinding
๐ ๐ฆ = ๐ = 0 = ๐ถ cos ๐2๐ฆ+ ๐ท sin ๐2 ๐ฆ
Hasil ini juga harus memenuhi suatu syarat batas, yaitu
๐2๐ = ๐๐
๐2 =๐๐
๐
Fungsi gelombang terhadap posisi secara umum dituliskan sebagai
๐ ๐ฆ = ๐ถ cos๐2๐ฆ +๐ท sin ๐2 ๐ฆ = ๐ท sin ๐2 ๐ฆ
Untuk mencari nilai B dapat dilakukan normalisasi, yaitu dengan cara
๐ ๐ = ๐3๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ = 1
Karena pada kasus ini dipandang sebagai kasus 1 dimensi, maka nilai
๐3๐ = ๐๐ฆ
๐ ๐ = ๐๐ฆ ๐(๐ฆ)โ ๐(๐ฆ) = 1
๐ ๐ = ๐๐ฆ (๐ทsin ๐2๐ฆ)โ ๐ทsin ๐2๐ฆ = 1
๐๐ฆ (sin ๐2๐ฆ)2 =1
๐ท2
๐
0
๐ ๐๐2๐ฅ = 1โ cos 2๐ฅ
2
Dengan menggunakan rumus identitas trigonomtetri di atas dan sedikit
perhitungan, maka nilai D adalah
๐ท = 2
๐
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 94
Dari rumusan diatas, maka diharuskan nilai dari sinus adalah suatu nilai
yang harus bernilai nol
Fungsi gelombang terhadap posisi secara umum dituliskan sebagai
๐ ๐ฆ = ๐ถ cos๐2๐ฆ +๐ท sin ๐2 ๐ฆ = ๐ท sin ๐2 ๐ฆ
๐2๐
๐ ๐๐ง2= โ
2๐๐ธ
โ2+๐1
2 + ๐22 = โ๐3
2
Dengan cara yang sama, maka akan didapatkan bahwa bentuk fungsi
gelombang terhadap sumbu-z adalah
๐ ๐ฆ = ๐ธ cos๐3๐ฆ + ๐น sin ๐3 ๐ฆ = ๐น sin ๐3 ๐ฆ
Dengan sedikit perhitungan seperti pada sumbu x dan sumbu y , maka
nilai dari F adalah
๐น = 2
๐
Atau dengan kata lain
2๐๐ธ
โ2= ๐1
2 + ๐22 + ๐3
2
Dengan kata lain besar energi E adalah
๐ธ =โ2 ๐1
2 + ๐22 + ๐3
2
2๐=โ2 ๐๐
2
2๐
๐ธ =โ2
๐๐๐
2
+ ๐๐๐
2
+ ๐๐๐
2
2๐=โ2๐2๐2
2๐
1
๐2+
1
๐2+
1
๐2
Bentuk fungsi gelombang secara umum adalah
๐ ๐ฅ,๐ฆ, ๐ง, ๐ก = ๐ต sin(๐1๐ฅ)๐ท sin(๐2๐ฆ) ๐น sin(๐3๐ง)๐๐ฅ๐ โ๐๐๐ก
๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ก = 2
๐sin(๐1๐ฅ)
2
๐sin(๐2๐ฆ)
2
๐sin(๐3๐ง)๐๐ฅ๐ โ๐๐๐ก
Dengan mempelajari mekanika kuantum maka massa pada elektron bebas dan elektron dalam Kristal dapat diketahui, dari contoh di atas
maka dapat diektahui bahwa massa elektron bebas adalah
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 95
๐ธ =๐2โ2
2๐
๐๐ธ
๐๐=๐โ2
๐
๐2๐ธ
๐๐2=โ2
๐
Sehingga didapatkan
๐ = ๐๐ =๐2โ2
2๐ธ=
โ2
๐2๐ธ๐๐2
= 9,11.10โ28 ๐๐๐๐
Sedangkan massa elektron di dalam Kristal adalah sebesar
๐โ =โ2
๐2๐ธ๐๐2
=โ2๐2๐2
2๐ธ
1
๐2+
1
๐2+
1
๐2
Berbeda dengan massa elektron di hampa, massa elektron pada
Kristal bergantun pada nilai ๐. Umumnya alat-alat berbahan
semikonduktor dinamika elektron dikaji pada elektron di daerah dekat pita konduksi atau hole pada daerah pita valensi. Pada kasus semikonduktor silicon, massa elektron pada daerah ๐๐ฅ = [100] adalah
sebesar ๐โ = 0,97๐๐ dan massa elektron pada daerah ๐๐ฆ = 010 ,๐๐ง = [001] adalah sebesar ๐๐ก
โ = 0,19๐๐. secara umum besar
energi elektron pada tiap pita Kristal dapat dituliskan sebagai berikut ( untuk kasus ๐๐ก
โ = ๐โ)
๐ธ ๐ = ๐ธ๐ 0 +โ2 ๐1
2 + ๐22 + ๐3
2
2๐= ๐ธ๐ 0 +
โ2 ๐๐2
2๐
Dengan ๐ธ๐ 0 adalah energi terkecil pada Kristal. Dapat dijabarkan bahwa untuk kasus ๐๐ก
โ โ ๐โ, maka dapat dituliskan
๐ธ ๐ = ๐ธ๐ 0 +โ2 ๐๐ฅ
2
2๐โ+โ2 ๐๐ฆ
2 + ๐๐ง2
2๐๐กโ
Pada kasus satu dimensi, maka dapat dituliskan sebagai berikut
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 96
๐ธ ๐ โ ๐ธ๐ 0 +โ2 ๐๐ฅ
2
2๐โ
Besar energi maksimum sekitar daerah pita valensi dapat dihitung
sebagai
๐ธ ๐ โ ๐ธ๐ฃ 0 โโ2 ๐๐ฅ
2
2๐โ
Persamaan di atas memiliki makna bahwa pada saat di pita konduksi
terdapat tambahan energi elektron, maka di pita valensi terdapat
pengurangan energi elektron. Dapat diperlihatkan pada Gambar-5 di
bawah
Gambar-5 Besar Pita Energi pada Arah Kristal di [-100]
hingga[100] Pada Silikon dengan Energi Gap sebesar 1,12 eV
Jika dimisalkan bahwa pada koordinat-x di sepanjang ๐ = ๐ฟ ( dengan
menggunakan pendekatan Born-von Karman, maka panjang ๐ =๐ฟ๐ฅ
2=
๐ฟ
2
yaitu dengan membengkokkan kristal)
๐1 =๐1๐
๐=๐๐
๐ฟ/2=
2๐1๐
๐ฟ1
Untuk nilai ๐1=1 dan ๐1 = ๐2 = ๐3, maka
๐3 = 2๐ 3
๐ฟ3
Maka besar volume suatu unit sel Kristal adalah
๐3๐ฟ3 = 2๐ 3
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 97
7.4. Fungsi Keadaan pada Pita Energi Semikonduktor Intrinsik
Fungsi keadaan densitas tiap kristal tiap satu satuan volume pada
kristal tiga dimensi diberikan oleh fungsi
๐ ๐ =1
2๐ 3
Jika ๐(๐) adalah probabilitas menemukan elektron yang menempati
fungsi keadaan ini , maka rapat elektron pada energi ๐ธ๐(๐) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut
๐ = ๐ ๐ ๐ ๐ ๐๐
Dan jumlah hole pada pita energi tersebut diberikan oleh
๐ = ๐ ๐ [1โ๐ ๐ ]๐๐
๐(๐) adalah fungsi distribusi statistik yang merupakan sebagai fungsi
energi ๐ธ๐(๐). Pada keadaan setimbang, maka fungsi distribusi statistic
tersebut mengikuti fungsi distribusi Fermi-Dirac sebagai berikut
๐ ๐ =1
1 + exp ๐ธ๐ ๐ โ ๐ธ๐
๐๐
๐ ๐ธ๐(๐) =1
1 + exp ๐ธ โ ๐ธ๐๐๐
โ exp โ
๐ธ โ ๐ธ๐๐๐
Didapatkan dengan menggunakan deret Maclaurin, yaitu
1
1 + ๐ฆ= 1 โ๐ฆ = exp(โ๐ฆ)
๐ธ๐ adalah energi Fermi, sedangkan ๐ adalah konstanta Boltzman. Jika
volume suatu satu satuan volume ๐ฟ3 = 1 unit sel Kristal dapat
digunakan rumus berikut
๐ = ๐3๐ฟ3 = 2๐ 3
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 98
๐๐ ๐๐ก๐ข ๐ข๐๐๐ก ๐ ๐๐ =8๐3
๐ฟ3= 8๐3
Pada Kristal dengan volume kulit bola dengan ketebalan ๐๐ pada ruang
k dituliskan sebagai berikut
๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ข๐๐ข ๐๐๐ =4
3๐ (๐+ ๐๐)3 โ๐3 =
4
3๐ ๐ 1 +
๐๐
๐
3
โ ๐3
โ4
3๐ 1 + 3
๐๐
๐ ๐3 โ ๐3 = 4 ๐๐2๐๐
Jumlah unit sel pada volume sel kristal, ๐ ๐ ๐๐, adalah besar volume
Kristal dibagi dengan volume tiap unit sel, yaitu
๐ ๐ ๐๐ =4๐๐2๐๐
8๐3=๐2๐๐
2๐2
Mengikuti prinsip Pauli, yang menyatakan bahwa terdapat dua buah
elektron pada setiap unit sel di vektor ๐ ( 2๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐ ๐๐ ) maka
jumlah elektron dapat dituliskan sebagai berikut
2๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐ ๐๐ =๐2๐๐
๐2
Dengan menggunakan persamaan di atas, maka besar rapat keadaan
partikel bermassa m dengan energi antara ๐ธ hingga ๐ธ + ๐๐ธ dan
menggunakan fungsi energi pada Kristal, yaitu
๐ธ =๐2โ2
2๐
Dengan
๐2 =2๐๐ธ
โ2
๐๐๐ =๐๐๐ธ
โ2
๐๐ =๐๐๐ธ
โ2๐=
๐๐๐ธ
โ2 2๐๐ธโ2
=๐๐๐ธ
โ 2๐๐ธ=๐1/2๐๐ธ
โ 2๐ธ
Dapat ditentukan bahwa ๐ ๐ธ ๐๐ธ, yaitu
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 99
๐ ๐ธ ๐ ๐๐ธ ๐ =๐2๐๐
๐2=
2๐๐ธโ2
๐2
๐1/2๐๐ธ
โ 2๐ธ= 23/2
2๐2
๐3/2๐ธ1/2๐๐ธ
โ3
๐ ๐ธ ๐ ๐๐ธ ๐ =1
2๐2โ3(2๐)3/2๐ธ1/2๐๐ธ
๐ ๐ ๐ ๐ ๐๐ =1
2๐2โ3(2๐๐
โ)32 ๐ธ
12๐
โ ๐ธโ๐ธ๐๐๐
๐๐ธ
โ1
2๐2โ3(2๐๐
โ)32 ๐ธ
12๐โ ๐ธ ๐๐ธ
=1
2๐2โ3(2๐๐
โ)32 ๐
2
Dengan
๐ฅ๐๐โ๐ผ๐ฅ๐๐๐ฅ=
1
๐๐ผ๐+1๐
ฮ ๐ + 1
๐
โ
0
Pada kasus elektron yang bermassa ๐ yang berada pada bagian dasar
pada pita konduksi ๐ธ๐ , maka didapatkan bahwa besar rapat keadaan
elektron bermassa m dengan energi antara ๐ธ hingga ๐ธ + ๐๐ธ
๐ ๐ธ ๐ ๐๐ธ ๐ =1
2๐2โ3(2๐)3/2 ๐ธโ ๐ธ๐
1/2๐๐ธ
Sedangkan besar rapat keadaan hole bermassa m dengan energi antara
๐ธ hingga ๐ธ + ๐๐ธ
๐ ๐ธ ๐ ๐๐ธ ๐ =1
2๐2โ3(2๐)3/2 ๐ธ๐ฃ โ๐ธ
1/2๐๐ธ
Sehingga
๐ = ๐ ๐ ๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐
2๐2โ3(2๐)
32 ๐ธโ ๐ธ๐
12๐๐ธ
๐ = 1
2๐2โ3(2๐)3/2
1
1 + exp ๐ธ โ ๐ธ๐๐๐
๐ธ โ ๐ธ๐ 1/2๐๐ธ
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 100
๐ =1
2๐2โ3(2๐๐
โ)3/2 ๐ธโ ๐ธ๐ 1/2๐
โ ๐ธโ๐ธ๐๐๐
๐๐ธ
Dengan
๐ = ๐๐ exp โ๐ธ๐ โ๐ธ๐๐๐
๐๐ adalah rapat keadaan efektif pada pita konduksi, yang berkaitan
dengan jumlah elektron pada pita konduksi. Dengan cara yang sama
didapatkan bahwa
๐ = ๐๐ฃ exp โ๐ธ๐ โ๐ธ๐ฃ๐๐
Hasil kali
๐๐ = ๐๐ exp โ๐ธ๐ โ๐ธ๐๐๐
๐๐ฃ exp โ๐ธ๐ โ ๐ธ๐ฃ๐๐
= ๐๐๐๐ฃ exp โ๐ธ๐ + ๐ธ๐ โ๐ธ๐ + ๐ธ๐ฃ
๐๐
=๐๐2 exp
โ๐ธ๐ + ๐ธ๐ฃ๐๐
= ๐๐2 exp
โ๐ธ๐๐๐
= ๐๐2
๐๐ adalah konsentrasi pembawa intrinsik. Sebuah semikonduktor
dikatakan intrinsik, jika mayoritas pembawa muatan bebas ( hole dan
elektron) berasal dari atom semikonduktor tersebut sendiri. Hasil
persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai Gambar-6 . Semakin besar
suhu yang diberikan pada semikonduktor tersebut, maka akan terdaapt
kenaikan jumlah pembawa, sehingga daapt diperlihatkan bahwa jumlah
arus akan meningkat. Semakin besar jumlah pembawanya, maka akan
semakin besar konduktifitas bahan, sehingga konduktifitas
semikonduktor akan naik seiring dengan kenaikan suhu.
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 101
Gambar-6 Hubungan Jumlah Pembawa terhadap Suhu
Besar konsentrasi pembawa ( elektron atau hole ) dapat digunakan
rumus
๐ = ๐๐ exp โ๐ธ๐ โ๐ธ๐๐๐
๐ = ๐๐ฃ exp โ๐ธ๐ โ๐ธ๐ฃ๐๐
Dengan
๐๐ = ๐ = ๐ = ๐๐ exp โ๐ธ๐ โ๐ธ๐๐๐
= ๐๐ฃ exp โ๐ธ๐ โ๐ธ๐ฃ๐๐
7.5.Persamaan Kontinuitas pada Arus Listrik
Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan elektron yang
dikeluarkan dari suatu bahan dan mengalir tiap satuan waktu. ๐ฐ = โ๐๐
๐๐ก.
Arus listrik adalah suatu besaran vektor.
๐ผ = โ๐๐
๐๐ก= โ
๐๐
๐๐ก๐๐
Sedangkan
๐ผ = ๐ฑ.๐๐บ
Maka dapat dituliskan
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 102
โ ๐๐
๐๐ก๐๐ = ๐ฑ.๐๐บ
โ ๐๐
๐๐ก๐๐ = ๐. ๐ฑ๐๐
Maka persamaan kontinuitas dapat dituliskan sebagai berikut
๐. ๐ฑ+๐๐
๐๐ก= 0
7.6.Material Konduktor
Material konduktor atau magnetik akan sangat banyak digunakan
diberbagai rangkaian listrik, terutama pada rangkaian listrik AC,
sebagai motor AC, rangkaian saklar dan relay dsb. Hukum Biot-Savart
adalah hukum dasar yang digunakan untuk mengetahui besar gaya
magnet ๐น yang ditimbulkan material yang dapat mengalirkan arus
listrik sebesar ๐ผ dengan besar induksi magnetik ๐ฉ sepanjang ๐๐
๐ญ = ๐ฐ ๐๐ ร ๐ฉ
๐ญ = ๐ฐ ๐๐ ร ๐๐ ๐ฝ๐๐
4๐๐ 2ร ๐
Untuk suatu kawat lurus berarus, maka
๐ญ = ๐ผ ๐๐ ร ๐๐ ๐ผ๐๐
4๐๐ 2ร ๐
๐ญ = ๐ผ ๐๐ ร ๐๐๐๐๐๐ก๐๐
4๐๐ 2ร ๐ = ๐ผ ๐๐
ร ๐๐๐๐๐ฃ
4๐๐ 2ร ๐ = ๐ผ ๐๐ ร
๐๐๐๐ฃ ๐๐
4๐๐ 2ร ๐
Besar rapat arus adalah ๐๐ผ๐๐๐ข๐ = ๐ฝ๐๐ dan bengan besar ๐ผ๐๐ = ๐พ๐๐ =
๐ฝ๐๐
๐ญ = ๐ผ ๐๐ ร ๐๐ ๐ผ๐๐
4๐๐ 2ร ๐ = ๐ผ ๐๐ ร
๐๐ ๐ฝ๐๐
4๐๐ 2ร ๐
= ๐ผ ๐๐ ร ๐๐ ๐พ๐๐
4๐๐ 2ร ๐
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 103
Sebagai contoh material magnetik adalah kawat konduktif yang dialiri
arus (Sebuah kawat lurus dengan panjang tak hingga dan berarus listrik
I), maka besar medan induksi magnet yang ditimbulkan pada daerah
pusatnya yang berjarak ๐ dari kawat dengan arah sumbu-z adalah
Gambar-7 Kawat Konduktif Dialiri Arus
Besar medan induksi magnetik adalah
๐ฉ =๐๐
4๐ ๐๐ผ๐๐๐ค๐๐ก๐ 2
ร ๐
๐ = ๐๐ โ ๐ง๐ง
๐ฉ =๐๐
4๐ ๐ผ ๐๐๐
๐ 2ร ๐
๐ฉ =๐๐
4๐ ๐ผ ๐๐๐ + ๐๐๐๐ + ๐๐ง๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2ร (๐๐ โ ๐ง๐ง )
๐ฉ =๐๐
4๐
๐ผ ๐๐ง๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2ร (๐๐ โ ๐ง๐ง )
๐ฉ =๐๐
4๐
๐ผ ๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐๐ )
๐ฉ =๐๐๐๐ผ
4๐
๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2(๐ )
๐ฉ =๐๐๐๐ผ
4๐๐
๐๐ง
๐2 + ๐ง2 3/2
โ
โโ
๐ฉ =๐๐๐๐ผ
4๐
๐ง
๐2 ๐2 + ๐ง2 =
๐๐๐ผ
2๐๐๐
๐๐ญ = ๐ผ๐๐ ร ๐ฉ
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 104
๐๐ญ = ๐ผ๐๐ง๐ง ร๐๐๐ผ
2๐๐๐ = โ
๐๐๐ผ2
2๐๐ ๐๐ง๐
Maka besar gaya per satuan panjang adalah
๐๐ญ
๐๐ง= โ
๐๐๐ผ2
2๐๐๐
Contoh lain adalah Sebuah kawat melingkar berarus listrik I dengan
jari-jari ๐, tentukan besar medan induksi magnet yang ditimbulkan pada
daerah pusat dari kawat tersebut!
๐ฉ =๐๐
4๐ ๐ผ
๐๐
๐ 2ร ๐
๐ฉ =๐๐
4๐ ๐ผ
๐๐๐ + ๐๐๐๐ + ๐๐ง๐ง
๐ 2ร ๐
๐ฉ =๐๐
4๐
๐ผ ๐๐๐๐
๐2 + ๐ง2 32
ร (๐ง๐ง โ ๐๐ )
๐ฉ =๐๐
4๐
๐ผ๐ ๐๐
๐2 + ๐ง2 32
(๐ง๐ + ๐๐ง )
Karena arus yang diametris bersebrangan maka komponen-
komponen pada ๐ akan saling menghilangkan
๐ฉ =๐๐
4๐
๐ผ๐ ๐๐
๐2 + ๐ง2 32
(๐๐ง )
๐ฉ =๐๐
4๐
๐ผ๐ ๐๐
๐2 + ๐ง2 32
(๐๐ง )
๐ฉ =๐๐๐ผ
4๐
2๐๐2
๐2 + ๐ง2 32
๐ง =๐๐๐ผ
2
๐2๐ง
๐ 2 32
=๐๐๐ผ
2
๐2๐ง
๐ 3
๐ฉ =๐๐๐ผ
2๐ cos2(โก๐,๐ ) =
๐๐๐ผ
2 ๐2 + ๐ง2 cos2(โก๐,๐ )
Jika z=0, maka
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 105
๐ฉ =๐๐๐ผ
4๐
2๐๐2
๐2 + ๐ง2 32
๐ง =๐๐๐ผ
2๐๐ง
Untuk jarak ๐ง โซ ๐, maka
๐ฉ =๐๐๐ผ
2๐ cos2(โก๐,๐ ) โ
๐๐๐ผ
2
๐2
๐ง2๐ง
Solenoid adalah Suatu silinder dengan panjang ๐ฟ dengan keliling
tampang lintang dengan berjejari ๐ = ๐ dan dililit oleh sebuah kawat
seragam disekelilingnya hingga ๐ putaran, maka besar medan induksi
magnetik pada ujung silinder dapat diselesaikan dengan cara berikut:
Gambar-8 Piranti Solenoid
Besar medan induksi magnetik untuk satu kawat melingkar adalah
๐ฉ =๐๐๐ผ
4๐
2๐๐2
๐2 + ๐ง2 32
๐ง
Besar induksi magnetik tiap satuan panjang yang dipasangkan pada
silinder adalah:
๐๐ฉ
๐๐ง=๐๐๐ผ๐
4๐๐ฟ
2๐๐2
๐2 + ๐ง2 32
๐ง
Maka
๐๐ต =๐๐๐ผ๐
4๐๐ฟ
2๐๐2
๐2 + ๐ง2 32
๐๐ง
๐ต = ๐๐๐ผ๐
4๐๐ฟ
2๐๐2
๐2 + ๐ง2 32
๐๐ง๐ฟ
๐ง=0
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 106
๐ต =๐๐๐ผ๐๐2
2๐ฟ
๐๐ง
๐2 + ๐ง2 32
=๐๐๐ผ๐๐2
2๐ฟ
1
๐2๐๐๐ ๐
๐ต =๐๐๐ผ๐
2๐ฟ ๐๐๐ ๐ =
๐๐๐ผ๐
2๐ฟ
๐ฟ
๐2 + ๐ฟ2 ๐ง
Untuk di tengah silinder dan silinder sangat panjang, maka besar medan
induksi magnetik adalah
๐ต = ๐๐๐ผ๐
4๐๐ฟ
2๐๐2
๐2 + ๐ง2 32
๐๐ง =๐๐๐ผ๐
2๐ฟ
๐ง
๐2 + ๐ง2 +
๐ง๐
๐2 + ๐ง๐2 ๐ง
๐ง
โ๐ง๐
=๐๐๐ผ๐
2๐ฟ ๐๐๐ ๐ + ๐๐๐ ๐๐ ๐ง =
๐๐๐ผ๐
๐ฟ๐ง
7.7.Hukum Ampere
Dapat dijelaskan penggunaan hukum Ampere untuk menyelesaikan
kasus magnetik pada suatu bahan.
โ ร ๐ฉ = ๐๐๐ฑ
๐ฉ.๐๐ = ๐๐ ๐ฑ.๐๐บ = ๐๐๐ผ๐๐๐
Dengan J adalah rapat arus dengan arah seperti pada arah arus
mengalir, sedangkan B adalah medan induksi magnetik dengan arah
tegak lurus arah arus. Sebagai contoh adalah besar medan induksi
magnetik ๐ต๐ dengan rapat arus arus ๐ฝ๐ง pada luar dan dalam silinder
adalah: Pada bagian luar silinder, besar medan induksi magnetik adalah
โ ร ๐ฉ = ๐๐๐ฑ
๐ฉ.๐๐ = ๐๐ ๐ฑ.๐๐บ
๐ต๐ . ๐๐๐ + ๐๐๐๐ + ๐๐ง๐ง = ๐๐ ๐ฑ.๐๐บ
๐ต๐ . ๐๐๐ + ๐๐๐๐ + ๐๐ง๐ง = ๐๐ ๐ฝ๐ง . ๐๐๐๐๐ ๐ง ๐
๐=0
Sehingga
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 107
2๐๐๐ต = ๐๐๐๐2 ๐ฝ
Karena ๐ฐ.๐๐ = ๐ฝ ๐๐, maka ๐ผ๐๐ง = ๐ฝ๐๐๐๐๐๐๐ง dengan ๐ผ๐๐ง = ๐ฝ ๐๐2๐๐ง
๐ต =๐๐๐๐2๐ฝ
2๐๐=
๐๐๐๐2 ๐ผ
2๐๐(๐๐2 )=๐๐๐ผ
2๐๐
Dengan arah
๐ฉ =๐๐๐ผ
2๐๐๐
Besar medan induksi magnetik untuk daerah di dalam silinder
2๐๐๐ต = ๐๐ ๐ฝ๐ง . ๐๐๐๐๐ ๐ง ๐
๐=0
2๐๐๐ต = ๐๐๐ฝ๐๐2
๐ต =๐๐๐ฝ๐๐2
2๐๐=
๐๐๐ผ๐๐2
2๐๐ ๐๐2 =๐๐๐ผ๐
2๐๐2
Gambar-9 Medan Induksi Magnetik pada Kawat
Besar medan induksi magnetik pada solenoid berjejari ๐ dapat
dikerjakan sebagai berikut: jika dianggap bahwa arus mengalir pada
permukaan silinder (solenoid) sehingga hukum Ampere dapat dituliskan
sebagai berikut. Karena arus pada solenoid mengalir ke sumbu ๐ , maka
medan induksi magnetic berada pada sumbu ๐ง dengan nilai ๐ต๐ง .
โ ร ๐ฉ = ๐๐๐ฑ
๐ฉ.๐๐ = ๐๐ ๐ฒ.๐๐ = ๐๐ ๐พ๐ .๐๐๐๐
๐ต๐ง . ๐๐๐ + ๐๐๐๐ + ๐๐ง๐ง = ๐๐ ๐พ๐ . ๐๐๐๐
๐ต ๐๐ง = ๐๐2๐๐๐พ
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 108
Dengan besar arus untuk semua lilitan adalah
๐๐ผ = ๐พ๐๐๐
๐พ =๐๐ผ
2๐๐
Sehingga
๐ต ๐๐ง = ๐๐2๐๐๐พ
๐ต๐ฟ = ๐๐๐๐ผ
๐ต =๐๐๐๐ผ
๐ฟ
Dengan besar vektor medan induksi B=๐๐๐๐ผ
๐ฟ๐ง
Besar medan induksi magnetik pada toronoidal dapat diselesaikan
sebagai berikut: dapat diperlihatkan pada Gambar-10 bentuk koordinat
torus
Gambar-10 Koordinat Torus
Dengan menggunakan cara pada Bab.1, maka didapatkan bahwa
),,(),,( vurzyxS
)sin,sin)cos(,cos)cos((),,( rururzyxS
Dengan panjnag elemen kuadrat adalah
))cos(()( 222222222 drdvrduvrbdzdydxdS Jika arus mengalir pada sumbu-v dan medan induksi magnetik berada
pada sumbu-u, maka
๐ฉ.๐๐ = ๐๐ ๐ฒ.๐๐
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 109
๐ต๐ข . ๐+ ๐๐๐๐ ๐ฃ ๐๐ข๐ข = ๐๐ ๐พ๐ฃ . ๐๐๐ฃ๐ฃ
๐ต ๐+ ๐๐๐๐ ๐ฃ ๐๐ข = ๐๐ ๐พ๐๐๐ฃ
๐ต2๐ ๐+ ๐๐๐๐ ๐ฃ = ๐๐๐พ๐2๐
Dengan nilai
๐๐ผ = ๐พ๐2๐
Maka untuk ๐๐๐ ๐ฃ = 1
๐ต =๐๐๐๐ผ
2๐ ๐+ ๐๐๐๐ ๐ฃ =
๐๐๐๐ผ
2๐ ๐+ ๐
Jika jejari ๐ = ๐ konstan, maka
๐ต =๐๐๐๐ผ
2๐ ๐+ ๐ ๐ข
Jika ๐ โซ ๐
๐ต โ๐๐๐๐ผ
2๐๐๐ข
7.8. Vektor Potensial
Medan induksi magnetik dapat dihubungkan dengan sebuah vektor
potensial ๐ด dengan menggunakan relasi sebagai berikut
๐ฉ = โ ร ๐จ
Suatu medan vektor ๐จ disebut sebagai vektor potensial. Besar medan
vektor ๐จ adalah
๐จ = ๐๐ ๐ฑ๐๐
4๐๐ =
๐๐ ๐ฒ๐๐
4๐๐ =
๐๐ ๐ฐ๐๐
4๐๐
Sehingga
โ ร ๐ฉ = ๐๐๐ฑ
โ ร โร ๐จ = โ โ.A โ โ2A = โโ2A
โโ2A = ๐๐๐ฑ
7.9. Induktansi
Garis gaya listrik dapat dirumuskan sebagai berikut
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 110
โฐ = โ๐ฮฆ
๐๐ก= โ
๐
๐๐ก ๐ฉ.๐๐บ
Dengan menggunakan Persamaan Maxwell, yaitu
โ ร ๐ฌ = โ๐๐ฉ
๐๐ก
Maka
โ ร ๐ฌ .๐๐บ = โ๐
๐๐ก ๐ฉ.๐๐บ
โ ร ๐ฌ .๐๐บ = โ๐
๐๐ก ๐ฉ.๐๐บ
๐ฌ.๐๐ = ๐ฌ๐ .๐๐+ ๐ฌ๐๐ .๐๐ = โ๐
๐๐ก ๐ฉ.๐๐บ
๐ฌ๐๐ .๐๐ = โ๐
๐๐ก ๐ฉ.๐๐บ
๐ธ๐๐ adalah medan listrik induksi ( medan listrik non konservatif).
Dengan menghubungkannya ke vektor potensial, maka besar medan
listrik static total ( gabungan antara medan konservatif dan non
konservatif ) dapat dijabarkan sebagai berikut
โ ร ๐ฌ = โ๐๐ฉ
๐๐ก
โ ร ๐ฌ = โ๐ โร ๐จ
๐๐ก
โ ร ๐ฌ+๐๐
๐๐ก = ๐
Karena ๐ฌ = โโฯ, maka
โ ร โโฯ = 0
Sehingga
๐ฌ = โโฯ โ๐๐
๐๐ก
Bab.7 Material Semikonduktor dan Konduktor Hal. 111
Saat pada elektrostatik, maka nilai ๐๐
๐๐ก= 0, sehingga medan listrik E
akan menjadi medan listrik konservatif. Besar Induktansi suatu bahan
didapatkan menggunakan rumus berikut
โฐ = โ๐ฮฆ
๐๐ก= โ
๐
๐๐ก ๐ฉ.๐๐บ
โฐ = โ๐ฮฆ
๐๐ก= โ
๐
๐๐ก ๐ฉ.๐๐บ
โฐ = โ๐
๐๐ก โ ร๐จ .๐๐บ = โ
๐
๐๐ก ๐จ๐ .๐๐๐
โฐ = โ๐
๐๐ก ๐จ๐ .๐๐๐ = โ
๐
๐๐ก
๐๐ ๐ผ๐๐๐๐4๐๐
.๐๐๐
โฐ = โ๐
๐๐ก ๐ผ๐
๐๐ ๐๐๐ .๐๐๐4๐๐
โฐ = โ๐ ๐ฟ๐๐ ๐ผ๐
๐๐ก= โ๐ฟ๐๐
๐ ๐ผ๐
๐๐ก
ฮฆj = ๐ฉ.๐๐บ = ๐ฟ๐๐ ๐ผ๐
๐ฟ๐๐ adalah Induktansi. Sebagai contoh dapat diukur induktansi pada
solenoid berjejar ๐ dan panjnag ๐ฟ denganjumlah N lilitan sebaga i
berikut:
๐ฟ๐๐ =ฮฆj
๐ผ๐=
Nฮฆlilitan
๐ผ๐=๐ ๐ฉ.๐๐บ
๐ผ=๐๐๐2๐๐2
๐ฟ
7.10. Latihan Soal
1. Buktikan bahwa ๐ฅ๐๐โ๐ผ๐ฅ๐๐๐ฅ =
1
๐๐ผ๐+1๐
ฮ ๐+1
๐
โ
0
2. Diode Led adalah salah satu aplikasi alat pada penggunaan
semikonduktor, carilah bagaimana prinsip kerja diode Led
berdasarkan prinsip semikonduktor!
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 112
BAB 8 APLIKASI ELEKTRODINAMIKA PADA
MIKROKONTROLLER-SENSOR
8.1 Pendahuluan
Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan teori-teori
elektrodinamika mulai dari listrik statis hingga listrik dinamis serta
material semikonduktor dan magnetik. Pada bab ini akan dibahas
penggunaan rangkaian elektrodinamika pada aplikasi mikrokontroller
dengan Arduino. Mikrokontroller Arduino dikatakan sebagai sebuah
platform dari physical computing yang bersifat open source. Pertama-
tama perlu dipahami bahwa kata โplatformโ di sini adalah sebuah
pilihan kata yang tepat. Arduino tidak hanya sekedar sebuah alat
pengembangan, tetapi ia adalah kombinasi dari hardware, bahasa
pemrograman dan Integrated Development Environment (IDE) yang
canggih. IDE adalah sebuah software yang sangat berperan untuk
menulis program, meng-compile menjadi kode biner dan meng-
upload ke dalam memory mikrokontroller. Ada banyak projek dan
alat-alat dikembangkan oleh akademisi dan profesional dengan
menggunakan Arduino, selain itu juga ada banyak modul-modul
pendukung (sensor, tampilan, penggerak dan sebagainya) yang dibuat
oleh pihak lain untuk bisa disambungkan dengan Arduino.
8.2. . Jenis Mikrokontroller
Saat ini ada beberapa alat pengembangan prototype berbasis
mikrokontroller yang cukup populer, misalnya:
Arduino
I-CubeX
Arieh Robotics Project Junior
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 113
Dwengo
EmbeddedLab
GP3
Dari beberapa mikrokontroller tersebut, arduino adalah salah satu
yang sering digunakan dalam pengembangan mesin-mesin otomasi di
industri dan di perguruan tinggi bahkan di lembaga penelitian. Saat
ini ada bermacam-macam bentuk papan Arduino yang disesuaikan
dengan peruntukannya seperti diperlihatkan berikut ini ( Gambar-1):
Gambar-1 Bentuk Papan Arduino
Berbagai jenis papan arduino dapat dibedakan sebagai berikut
Arduino Uno
Arduino Duemilanove
Arduino Diecimila
Arduino NG Rev. C
Arduino NG (Nuova Generazione)
Arduino Extreme dan Arduino Extreme v2
Komponen utama di dalam papan Arduino adalah sebuah
mikrocontroller 8 bit dengan merk ATmega yang dibuat oleh
perusahaan Atmel Corporation. Berbagai papan Arduino
menggunakan tipe ATmega yang berbeda-beda tergantung dari
spesifikasinya, sebagai contoh Arduino Uno menggunakan
ATmega328 sedangkan Arduino Mega 2560 yang lebih canggih
menggunakan ATmega2560. Dengan mengambil contoh sebuah
papan Arduino tipe USB, bagian-bagiannya dapat dijelaskan sebagai
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 114
berikut ( Gambar-2):
Gambar-2 Papan Arduino Uno
14 pininput/outputdigital(0-13)
Berfungsi sebagai input atau output, dapat diatur oleh program.
Khusus untuk 6 buah pin 3, 5, 6, 9, 10 dan 11, dapat juga berfungsi
sebagai pin analog output dimana tegangan output-nya dapat diatur.
Nilai sebuah pin output analog dapat diprogram antara 0 โ 255,
dimana hal itu mewakili nilai tegangan 0 โ 5V.
Tombol Reset
Digunakan untuk mereset papan sehingga program akan mulai lagi
dari awal. begitu sebuah papan Arduino dikeluarkan dari kotak
pembungkusnya ia dapat langsung disambungkan ke sebuah
komputer melalui kabel USB. Selain berfungsi sebagai penghubung
untuk pertukaran data, kabel USB ini juga akan mengalirkan arus DC
5 Volt kepada papan Arduino sehingga praktis tidak diperlukan
sumber daya dari luar. Saat mendapat suplai daya, lampu LED
indikator daya pada papan Arduino akan menyala menandakan
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 115
bahwa arduino siap bekerja. ( Gambar-3)
Gambar-3 Indikasi Arduino bekerja
8.3.Peralatan Mikrokontroller dengan Arduino
1) Mikrokontroller Arduino Uno
Seperangkat Mikrokontroller Arduino Uno seperti pada
Gambar-4 di bawah
Gambar-4 Arduino Uno
2) Seperangkat Kabel penghubung dan papan sirkuit
3) Seperangkat Diode Led
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 116
Diode led ( Gambar-5) digunakan untuk melakukan pemrograman
dasar sebagai dasar untuk belajar bahasa pemrograman arduino uno.
Gambar-5 Diode Led
8.4. Menginstall Arduino Uno
File instalasi software Arduino dapat diperoleh pada alamat situs
web di bawah ini yang tersedia untuk sistem operasi Windows, Mac dan
Linux: http://arduino.cc/en/Main/Software. File instalasi ini berbentuk
kompresi. Untuk menjalankan software-software Arduino maka file
tersebut harus diekstrak ke dalam sebuah direktori. Beberapa software
Arduino ditulis menggunakan bahasa pemrograman Java termasuk IDE-
nya, sehingga ia tidak perlu diinstal seperti software pada umumnya tapi
dapat langsung dijalankan selama komputer Anda telah terinstall Java
runtime. IDE ini bisa langsung digunakan untuk membuat program
namun untuk saat ini belum bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan
papan Arduino karena driver harus diinstal terlebih dahulu.
Pada topik ini akan dijelaskan langkah-langkah instalasi driver
USB pada Windows XP. Sambungkan papan Arduino dengan sebuah
komputer melalui kabel USB. Dengan segera komputer akan
mendeteksi kehadiran sebuah perangkat baru yang belum ia kenal dan
Windows akan menampilkan sebuah window wizard seperti Gambar-6
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 117
Gambar-6 Tampilan Window Wizzard
Jawab dengan โNo, not this timeโ dan tekan Next.
Wizard akan mencari software driver untuk perangkat tersebut.
Silakan menjawab dengan โInstall from a list or specific location
(Advance)โ. Lanjutkan dengan Next. (Gambar-7)
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 118
Gambar-7 Tampilan Menu Window Tahap ke-2
Tentukan lokasi dimana software Arduino ditempatkan pada
komputer, pada contoh gambar di bawah ini adalah C:\arduino-0022.
Silakan sesuaikan lokasinya sesuai dengan hasil ekstrak software
Arduino pada komputer Anda. Di dalam lokasi tersebut terdapat sebuah
direktori bernama drivers, arahkan wizard untuk mencari driver di
dalam direktori tersebut (Gambar-8)
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 119
Gambar-8 Tampilan window untuk memilih Direktori
Driver
Klik Next untuk melanjutkan. Jika muncul sebuah window peringatan
seperti di bawah
ini, jawab dengan โContinue Anywayโ.
Gambar-9 Menu Hardware Installation
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 120
Jika driver Arduino selesai diinstal pada komputer maka pada akhir
proses akan tampil sebuah pesan berhasil seperti berikut ini.
Gambar-10 Tampilan Arduino berhasil diinstall
Tekan Finish untuk menutup wizard. Driver telah berhasil diinstal.
8.5. Menjalankan Program Arduino Uno
Jika anda mengklik icon arduino uno yang telah terinstall, maka
pada layar kerja menu arduino uno akan tampak seperti pada Gambar di
bawah (Gambar-11)
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 121
Gambar-11 Tampilan Layar kerja
Menjalankan Program โMata Cantik Ledโ dengan menggunakan Led
dapat dilakukan dengan menuliskan listing program berikut
// Made in Physics Lab Politeknik STTT Bandung const int PIN13 = 13;// arduino berada pada port 13 void setup () { pinMode (PIN13, OUTPUT); } void loop () { digitalWrite (PIN13, HIGH);//pada pin 13 lampu led akan menyala delay (1000); // waktu nyala adalah 1000ms atau 1 s digitalWrite (PIN13, LOW); delay (1000);// lampu led akan padam selama 1 s }
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 122
Pada layar jendela kerja dapat dilihat ( Gambar-12) saat listing
program kita benar, maka saat dilakukan verify akan muncul tulisan
done compiling. Tulisan akan keluar jika program kita benar. Setelah
tulisan tersebut muncul, maka anda dapat mengupload program tersebut
ke modul arduino, sehingga akan tampak bahwa led akan berkedip
setiap satu sekon.
Gambar-12 Tampilan Layar kerja
Menjalankan program SOS dapat digunakan program berikut
// Made in Physics Lab Politeknik STTT Bandung // sos - untuk mengirimkan isyarat SOS secara berulang const int PIN_12 = 12; const int TUNDA_PENDEK = 300; const int TUNDA_PANJANG = 900; const int TUNDA_HURUF = 400; void setup() { pinMode(PIN_12, OUTPUT); } void loop() { // Kirim tiga tanda pendek (Huruf S) digitalWrite(PIN_12, HIGH);
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 123
delay(TUNDA_PENDEK); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PENDEK); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PENDEK); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); // Tunda untuk pergantian huruf delay(TUNDA_HURUF); // Kirim 3 tanda panjang digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PANJANG); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PANJANG); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PANJANG); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); // Tunda untuk pergantian huruf delay(TUNDA_HURUF); // Kirim tiga tanda pendek (Huruf S) digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PENDEK); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PENDEK); digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); digitalWrite(PIN_12, HIGH); delay(TUNDA_PENDEK);
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 124
digitalWrite(PIN_12, LOW); delay(100); // Tunda ke SOS berikutnya delay(2000); }
Menjalankan Program Lampu Bang Jo ( Lampu Lalu Lintas) dengan
menggunakan 3 Led dapat dilakukan sebagai berikut
// Made in Physics Lab Politeknik STTT Bandung // bangjo โ simulasi lampu lalu lintas const int PIN_MERAH = 12;// berada pada port 12 const int PIN_KUNING = 11; // berada pada port 11 const int PIN_HIJAU = 10; // berada pada port 10 const int TUNDA_MERAH = 8000; const int TUNDA_KUNING = 1000; const int TUNDA_HIJAU = 3000; void setup() { pinMode(PIN_MERAH, OUTPUT); pinMode(PIN_KUNING, OUTPUT); pinMode(PIN_HIJAU, OUTPUT); } void loop() { // LED hijau menyala digitalWrite(PIN_HIJAU, HIGH); delay(TUNDA_HIJAU);// bisa juga dituliskan delay(3000); // LED hijau padam digitalWrite(PIN_HIJAU, LOW); // LED kuning menyala digitalWrite(PIN_KUNING, HIGH); delay(TUNDA_KUNING); // bisa juga dituliskan delay(1000); // LED kuning padam digitalWrite(PIN_KUNING, LOW); // LED merah menyala digitalWrite(PIN_MERAH, HIGH); delay(TUNDA_MERAH); // bisa juga dituliskan delay(8000); // LED merah padam digitalWrite(PIN_MERAH, LOW); }
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 125
Menjalankan Program โ Romantic Lampโ dapat dituliskan dengan
menggunakan listing program berikut
/* Made in Physics Lab Politeknik STTT Bandung Romantic Lamp adalah program menggunakan port analog dengan keluaran Adalah analogwrite yang berbeda dengan digitalwrite */ int led = 9; // port arduino ke papan 9 int kecerahan = 0; // tingkat terang Led int fadeAmount = 5; // jumlah hitung terang void setup() { pinMode(led, OUTPUT); } void loop() { analogWrite(led, kecerahan); kecerahan = kecerahan + fadeAmount; // reverse the direction of the fading at the ends of the fade: if (kecerahan == 0 || kecerahan == 255) { fadeAmount = -fadeAmount ; } delay(30);// delay 30 ms }
Menjalankan program saklar button const int buttonPin = 13; // No pushbutton pin const int ledPin = 10; // No LED pin int buttonState = 0; // variable for reading the pushbutton status void setup() { // initialize the LED pin as an output: pinMode(ledPin, OUTPUT); // initialize the pushbutton pin as an input:
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 126
pinMode(buttonPin, INPUT); } void loop(){ // read the state of the pushbutton value: buttonState = digitalRead(buttonPin); // check if the pushbutton is pressed. // if it is, the buttonState is HIGH: if (buttonState == HIGH) { // turn LED on: digitalWrite(ledPin, HIGH); } else { // turn LED off: digitalWrite(ledPin, LOW); } }
Menjalankan program sensor digital
// Made in Physics Lab Politeknik STTT Bandung int sensor = 2; int nilai = 0; void setup (){ pinMode (sensor, INPUT); Serial.begin(9600); } void loop (){ nilai = digitalRead(sensor); if (nilai == LOW) { Serial.println("0");} else { Serial.println("100");} delay(100); }
Menjalankan Program โ Gabungan sensorโ dapat dituliskan dengan
menggunakan listing program berikut
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 127
//made in physics lab Politeknik STTT Bandung #include <OneWire.h> #include <DallasTemperature.h> #define kakisensor 2 OneWire oneWire(kakisensor); DallasTemperature sensors(&oneWire); const int ledPin = 9; //tambahan void setup(void){ Serial.begin(9600); sensors.begin(); pinMode(ledPin, OUTPUT); // tambahan } void loop(void){ sensors.requestTemperatures(); float tempC = sensors.getTempCByIndex(0); Serial.println(tempC); delay(1000); if (tempC >28) { // tambahan // turn LED on: digitalWrite(ledPin, HIGH); } else { // turn LED off: digitalWrite(ledPin, LOW); } }
// Made by Physics Lab Politeknik STTT Bandung const int PIN_7 = 7;// nama lampu led di port 7 int sensor = 2;// nama sensor di port 2 int nilai = 0; void setup (){ pinMode(PIN_7, OUTPUT); pinMode (sensor, INPUT); Serial.begin(9600); } void loop (){
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 128
nilai = digitalRead(sensor); // syarat pertama untuk keadaan agar muncul di serial monitor if (nilai == LOW) { Serial.println("minimal");} else { Serial.println("maksimal"); } //syarat kedua agar muncul tanda di led if (nilai== LOW){ digitalWrite(PIN_7, HIGH);} else { digitalWrite(PIN_7, LOW);} delay(100); // waktu delay 100 ms }
Membuat โangka skor pertandingan dengan seven segmenโ
// empat - Menampilkan angka 4 di penampil 7-segmen // Berlaku untuk common anode const int PIN_A = 2; const int PIN_B = 3; const int PIN_C = 4; const int PIN_D = 5; const int PIN_E = 6; const int PIN_F = 7; const int PIN_G = 8; const int PIN_DP = 9; void setup() { for (byte pin = PIN_A; pin <= PIN_DP; pin++) { pinMode(pin, OUTPUT); digitalWrite(pin, HIGH); } } void loop() { digitalWrite(PIN_F, LOW); digitalWrite(PIN_G, LOW); digitalWrite(PIN_B, LOW); digitalWrite(PIN_C, LOW);
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 129
Membuat angka hitung mundur dengan menggunakan seven segmen
// mundur - Menampilkan hitungan mundur di penampil 7-segmen // Berlaku untuk common anode byte pin[] = {2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}; byte angka[10][8] = { // A B C D E F G DP {1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 0}, // 0 {0, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 0}, // 1 {1, 1, 0, 1, 1, 0, 1, 0}, // 2 {1, 1, 1, 1, 0, 0, 1, 0}, // 3 {0, 1, 1, 0, 0, 1, 1, 0}, // 4 {1, 0, 1, 1, 0, 1, 1, 0}, // 5 {1, 0, 1, 1, 1, 1, 1, 0}, // 6 {1, 1, 1, 0, 0, 0, 0, 0}, // 7 {1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0}, // 8 {1, 1, 1, 1, 0, 1, 1, 0} // 9 }; void setup() { for (byte indeks = 0; indeks <8; indeks++) { pinMode(pin[indeks], OUTPUT); digitalWrite(pin[indeks], HIGH); } Serial.begin(9600); } void loop() { int bil, indeks; for (bil = 9; bil >= 0; bil--) { Serial.println(bil); // Matikan semua segmen for (indeks = 0; indeks < 8; indeks++) digitalWrite(pin[indeks], HIGH); // Tampilkan angka for (indeks = 0; indeks < 8; indeks++) if (angka[bil][indeks] == 1) digitalWrite(pin[indeks], LOW); delay(500); // Tunda } }
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 130
Percobaan menggunakan motor DC
// putaran - mengatur putaran motor DC melalui potensiometer const int PIN_BASE = 11; const int PIN_A0 = 0; void setup() { pinMode(PIN_BASE, OUTPUT); Serial.begin(9600); } void loop() { // Baca posisi potensiometer int nilai = analogRead(PIN_A0) / 4; // atur kecepatan motor analogWrite(PIN_BASE, nilai); Serial.println(nilai); }
Percobaan dengan menggunakan sensor suhu
//TMP36 Pin Variables int sensorPin = 0; //the analog pin the TMP36's Vout (sense) pin is connected to //the resolution is 10 mV / degree centigrade with a //500 mV offset to allow for negative temperatures /* * setup() - this function runs once when you turn your Arduino on * We initialize the serial connection with the computer */ void setup() { Serial.begin(9600); //Start the serial connection with the computer //to view the result open the serial monitor } void loop() // run over and over again { //getting the voltage reading from the temperature sensor int reading = analogRead(sensorPin);
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 131
// converting that reading to voltage, for 3.3v arduino use 3.3 float voltage = reading * 5.0; voltage /= 1024.0; // print out the voltage Serial.print(voltage); Serial.println(" volts"); // now print out the temperature float temperatureC = (voltage - 0.5) * 100 ; //converting from 10 mv per degree wit 500 mV offset //to degrees ((voltage - 500mV) times 100) Serial.print(temperatureC); Serial.println(" degrees C"); // now convert to Fahrenheit float temperatureF = (temperatureC * 9.0 / 5.0) + 32.0; Serial.print(temperatureF); Serial.println(" degrees F"); delay(1000); //waiting a second }
// suhuser - mengirimkan data suhu ke port serial const int PIN_SUHU = 0; void setup() { analogReference(INTERNAL); Serial.begin(9600); Serial.println("Hasil sensor LM35DZ:"); } void loop() { // float celcius = 0.48828125 * analogRead(PIN_SUHU); float celcius = analogRead(PIN_SUHU) / 9.31; Serial.print("Suhu: "); Serial.println(celcius); delay(2000); }
Atau dapat pula menggunakan menu Library sebagai berikut
#include <OneWire.h> #include <DallasTemperature.h>
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 132
#define kakisensor 2 OneWire oneWire(kakisensor); DallasTemperature sensors(&oneWire); void setup(void){ Serial.begin(9600); sensors.begin();} void loop(void){ sensors.requestTemperatures(); float tempC = sensors.getTempCByIndex(0); Serial.println(tempC); delay(1000);}
Percobaan Piezo Buzzer dapat digunakan listing program berikut
/* Piezo This example shows how to run a Piezo Buzzer on pin 9 using the analogWrite() function. It beeps 3 times fast at startup, waits a second then beeps continuously at a slower pace */ void setup() { // declare pin 9 to be an output: pinMode(9, OUTPUT); beep(50); beep(50); beep(50); delay(1000); } void loop() { beep(200); } void beep(unsigned char delayms){ analogWrite(9, 20); // Almost any value can be used except 0 and 255 // experiment to get the best tone delay(delayms); // wait for a delayms ms
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 133
analogWrite(9, 0); // 0 turns it off delay(delayms); // wait for a delayms ms }
Gabungan antara sensor dengan button
const int buttonPin = 2; // the number of the pushbutton pin const int ledPin = 13; // the number of the LED pin // variables will change: int buttonState = 0; // variable for reading the pushbutton status void setup() { // initialize the LED pin as an output: pinMode(ledPin, OUTPUT); // initialize the pushbutton pin as an input: pinMode(buttonPin, INPUT); } void loop(){ // read the state of the pushbutton value: buttonState = digitalRead(buttonPin); // check if the pushbutton is pressed. // if it is, the buttonState is HIGH: if (buttonState == HIGH) { // turn LED on: digitalWrite(ledPin, HIGH); } else { // turn LED off: digitalWrite(ledPin, LOW); } }
8.6.Latihan Soal
1. Buatlah sebuah proyek aplikasi elektrodinamika dengan
menggabungkan rangkaian listrik, material sensor
semikonduktor dan juga mikrokontroller !!
Bab.8 Aplikasi Elektrodinamika pada Mikrokontroller-Sensor Hal. 134
2. Mengapa pada rangkaian untuk mengendalikan Led dengan
button dibutuhkan resistor ๐ 2 seperti pada Gambar di bawah dan
buktikan bahwa jika pada tombol ditambahkan sebuah resistor
๐ ๐ต๐ข๐ก๐ก๐๐ โช ๐ 2 maka ๐1 =๐ 2
๐ 2 +๐ ๐ต๐ข๐ก๐ก๐๐5 โ 5
3. Sensor analog umumnya bekerja dengan menggunakan
rangkaian pembagi tegangan seperti pada Gambar di bawah.
Jika tegngan masukan adalah 5 ๐ dari arduino
Tentukan berapakah besar tegangan keluaran yang diterima oleh
pin A0 arduino! ( buktikan bahwa ๐1 =๐ 1
๐ 1+๐ ๐ฟ๐ท๐ 5)
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 135
BAB 9. PENGANTAR PLC
9.1. Pendahuluan
Programmable Logic Controller (PLC) adalah elemen sistem
kendali berbasis mikroprosessor yang sistem pengendaliannya
dapat diprogram sesuai kebutuhan.Pemrograman PLC pada
awalnya dilakukan dengan menggunakan console dimana program
yang dimasukkan dalam bentuk kode mnemonic,akan tetapi untuk
mempermudah proses pemrograman sekarang ini pembuatan
program PLC dapat dilakukan melalui komputer dengan software
yang sesuai merk dan jenis PLC yang digunakan. Sebagai contoh
PLC Omron dapat menggunakan software Syswin, PLC Siemens
S7-200 menggunakan software Step7-Micro/Win.
Secara umum perangkat keras PLC tersusun dari empat komponen
utama, yaitu: prosessor, memori, power suplai, modul input dan
output.
Gambar-1. Susunan Komponen Utama PLC
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 136
9.2 Jenis- Jenis PLC
Jenis- jenis PLC apabila dilihat berdasarkan ukuran dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu:
1. Tipe Compact
PLC tipe compactdisebut juga sebagai micro PLC apabila dilihat
dari bentuknya pada tipe compact seluruh komponen (power
suplai, CPU, modul input- ouput menjadi satu danumumnya PLC
ini berukuran kecil, serta mempunyai modul input-output yang
relatif sedikit dan jumlah analog expansion modul input-output
nya terbatas, sebagai contoh dapat dilihat pada PLC Siemens
berikut.
Gambar-2. PLC Siemens S7-200
Gambar-3. PLC Siemens S7-200 dan Analog Expansion
Module
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 137
2. Tipe Modular
Komponen utama (power suplai, CPU, modul input- ouput) PLC
tipe modular terdapat didalam modul yang terpisah-pisah, PLC
ini memiliki ukuran yang besar sehingga memungkinkan memiliki
jumlah input-output yang lebih banyak.
Gambar-4. Siemens Modular PLC
9.3 Komponen PLC
Secara umum PLC terdiri dari Power Suplai, CPU (Prosessor dan
memori), modul input-output dan indikator status.
1. Power suplai
Power suplai berfungsi sebagai penyedia daya bagi PLC, bisa
berupa tegangan AC (misal 120/ 240 V) atau tegangan DC
(misal 24 V). PLC juga mempunyai power suplai internal yang
dapat digunakan untuk menyediakan daya bagi modul input-
output PLC.
Gambar-5. Instalasi Power Suplai
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 138
2. CPU
CPU merupakan otak dari sebuah PLC, CPU berfungsi untuk
melakukan komunikasi dengan console atau komputer,
interkoneksi dengan komponen- komponen PLC yang lain,
menscan program serta mengatur input dan output dari sistem
yang sudah dibuat. CPU dilengkapi dengan indikator run dan
stop program serta status dari input dan output.
Gambar 6. Indikator CPU pada PLC compact
3. Modul Input-output
Modul input dan output pada sebuah PLC berfungsi sebagai
penghubung dengan komponen luar, untuk PLC modular modul
input dan output nya terpisah dari CPU tetapi untuk PLC
compact modul input dan outputnya sudah jadi satu dengan
CPU. Semakin banyak Input dan output sebuah PLC akan
semakin besar atau komplek program yang dapat kita buat, akan
tetapi ukuran PLC akan semakin besar pula.
Modul input dan output terbagi menjadi dua :
- Digital input atau output module
- Analog input atau ouput module
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 139
Gambar 7. Modul Input dan Ouput
9.4. Alat pemrogram PLC
Alat pemrogram PLC yang umum digunakan ada dua yaitu dengan
console dan dengan komputer. Console mempunyai kelebihan
karena bentuknya yang kecil akan tetapi akan menjadi kendala pada
saat pengecekan program secara keseluruhan karena program yang
ditampilkan pada layar console hanya perbaris.
Gambar-8. Console (IDEC Corporation)
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 140
Proses pemrograman PLC semakin mudah karena dapat diprogram
menggunakan komputer, misalkan saja untuk PLC Siemens S7-200
siemens sudah menyediakan software Step 7-Micro/Win yang
dapat digunakan untuk membuat program ladder diagram pada
PLC Siemens S7-200. Software ini dapat mempermudah
pembuatan dan pengontrollan sistem otomasi yang akan dijalankan
pada sistem karena desain sistem kontrolnya menggunakan ladder
diagram dan dapat langsung dimonitoring di software. Pada
umumnya interface antara komputer dengan PLC dengan
menggunakan port RS 232.
Gambar 9. Interkoneksi Komputer ke PLC
9.5. Pemrograman PLC
Badan standarisasi dunia dalam bidang teknik elektro IEC 61131-3
(International Electrotechnical Commision) menyatakan ada
beberapa metode pemrograman PLC dan salah satunya adalah
ladder diagram. Ladder diagram merupakan bahasa pemrograman
PLC yang paling populer karena pertama kali diciptakan bahasa
ladder diagram yang digunakan. Istilah ladder digunakan karena
bentuk dari program ini mirip dengan susunan tangga (ladder).
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 141
Gambar 10. Contoh Ladder Diagram
Ladder diagram diatas merupakan rangkaian self holding dari
sebuah relay. Sebagai input yaitu kontak I0.0 (NO), kontak I0.1
(NC), Q0.0 (NO) kontak dari relay dan Outputnya berupa coil Q0.0.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemrograman
dengan ladder diagram, antara lain :
1. Dibaca dari kiri kekanan dan dari atas kebawah.
2. Input dan output sebuah simbol dilihat dari kode alamatnya.
3. Output dapat menjadi input tetapi input tidak dapat menjadi
output.
4. Input dapat muncul berkali- kali bahkan bisa tak terbatas karena
tergantung dari memory sedangkan ouput hanya bisa digunakan
satu kali.
5. Penulisan kode alamat I/O harus disesuaikan dengan data dari
PLC yang digunakan baik jenis ataupun merk PLC.
Komponen- komponen dasar dari ladder diagram antara lain :
1. Kontak input berupa NO (Normally Open) dan NC (Normally
Close)
2. Kontak output berupa relay output dan internal relay.
3. Counter
4. Timer
Contoh ladder diagram untuk pembuktian aljabar bolean
Input
Output
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 142
1. OR
Gambar-11. Ladder Diagram OR
2. AND
Gambar-12. Ladder Diagram AND
3. NOT
Gambar-13. Ladder Diagram NOT
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 143
4. NOR
Gambar-14. Ladder Diagram NOR
5. NAND
Gambar 15. Ladder diagram NAND
6. EX-OR
Gambar-16. Ladder Diagram EX-OR
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 144
Contoh program ladder diagram dengan menggunakan software Step 7-
Micro/Win.
1. Start dan stop motor
Gambar-17. Ladder Diagram Program Start dan Stop
Motor
Cara kerja program diatas adalah apabila saklar I0.0 ditekan
maka motor akan berputar dan lampu indikator start akan
menyala dan pada saat saklar I0.1 ditekan maka motor akan
berhenti dan lampu indikator stop akan menyala sedangkan
lampu indidator start akan padam.
2. Pembuatan program dengan fungsi Timer.
Fungsi timer pada program SIMATIC terdapat tiga tipe :
- On-delay timer (TON
Start Indikator
Stop Indikator
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 145
- Retentive On-delay timer (TONR)
- OFF-DELAY TIMER (TOF)
Timer Siemens S7-200 memiliki tiga jenis resolusi 1
millisecond, 10 millisecond dan 100 millisecond. Pada simbol
timer resolusi tersebut terletak di bagian sudut kanan bawah.
Gambar-18. SIMATIC Timer
Tabel-1 Tipe Timer
Tipe Timer No Timer Resolusi Nilai Maksimum TONR
(retentive)
T0, T64 1 ms 32.767 seconds
T1 - T4, T65 - T68 10 ms 32.767 seconds
T5 - T31, T69 - T 95 100 ms 32.767 seconds
TON, TOF
(non-retentive)
T32 - T96 1 ms 32.767 seconds
T33 - T36, T97 - T100 10 ms 32.767 seconds
T37 - T63, T101 โ T255 100 ms 32.767 seconds
IN
PT
TON
xxx ms
Txxx
IN
PT
TONR
xxx ms
Txxx
IN
PT
TOF
xxx ms
Txxx
No timer ( T0 S/D T255 )
On-Delay Timer Retentive On-Delay Timer Off-Delay Timer
Timer Resolution 1 ms, 10 ms, or 100 ms
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 146
Contoh program flip- flop dengan menggunakan fungsi timer.
Gambar-19. Ladder Diagram Flip-Flop Dengan Menggunakan Timer
3. Pembuatan program dengan menggunakan fungsi counter.
Counter adalah fungsi yang digunakan untuk menghitung, Counter
yang umum digunakan ada tiga tipe yaitu :
- Up counter : untuk menghitung maju 1,2,3โฆ
- Down counter : untuk menghitung mundur 8,7,6โฆ
- Up Down counter : untuk menghitung maju dan mundur
1,2,3,4,3,2โฆ
Counter pada Siemens S7-200 terdapat 256 d ari C0 sampai dengan
C255.
Bab-9 Pengantar PLC Hal. 147
Gambar 15 Simatic counter
Gambar-20. Ladder Diagram Counter
9.6.Latihan Soal
1. Buatlah sebuah proyek aplikasi control program dengan
menggunakan Programmable Logic Control !!
2.
Daftar Pustaka Hal. 148
DAFTAR PUSTAKA
[1]Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal ofPhysics-Extended, 5th, John Wiley & Sons, NewYork, 1997.
[2]Boas, M.L, Mathematical Methods in The PhysicalSciences, John Wiley and Sons Inc, Canada,1983.
[3] Clarke, D.A. A Primer on Tensor Calculus, SaintMaryโs University, Halifax NS, 2011.
[4]Hilgert dan Karl, Structure and Geometry of LieGroup, Springer, New York. 2010
[5] Levrino, Elastic Continua as Seen from Cosmology,Thesis, Politecnico Di Torino, Turin, 2011.
[6] Mal, A.K., & Sarva, Deformation of Elastic Solid,Prentice Hall, Inc, New Jersey, 1991.
[7] Moore, E.N., Theoretical Mechanics, John Wiley&Sons, New York , 1934.
[8] Schleicer, Hausdroff Dimension, Its Properties andIts Surprise, John Wiley &Sons, New York,2007.
[9]Waner, Introduction to Differential Geometry &General Relativity, Department of Mathematicsand Physics, Hofstra University, New York,2005.
[10]Weinberg, Gravitation and Cosmology: Principlesand Application of The general Theory ofRelativity, John Wiley & Sons Inc, New York,1971.
[11]Wangness, R.K, Electromagnetic fields, John Wiley& Sons Inc, New York, 1979.
Lampiran-1 Hal. 149
LAMPIRAN-1
L.1. Teori Himpunan
Pada lampiran ini akan dijelaskan ini tentang teori himpunan dan
dijelaskan tentang notasi dasar pada teori himpunan. Umumnya
himpunan dinotasikan dengan huruf besar, seperti ๐, ๐, sedangkan
anggota- anggota dari himpuanan tersebut dinotasikan dengan huruf
kecil, seperti ๐ข, ๐ฃ, sehingga dapat dituliskan bahwa ๐ข โ ๐ dan ๐ฃ โ ๐,
yang bermakna bahwa ๐ข adalah anggota dari himpunan ๐ dan ๐ฃ adalah
anggota dari himpunan ๐ , sedangkan ๐ฃ โ ๐ memiliki arti bahwa ๐ฃ
bukan anggota himpunan dari ๐. Lambang " = " merupakan lambang
identity logical, sehingga jika dituliskan bahwa ๐ข = ๐ฃ, maka anggota ๐ข
dan ๐ฃ adalah suatu objek yang sama. Contoh ๐ข =1
2 dan ๐ฃ =
2
4, maka
dapat dituliskan bahwa ๐ข = ๐ฃ, jika ๐ข dan ๐ฃ adalah objek yang berbeda,
maka dapat dituliskan ๐ข โ ๐ฃ. Jika ๐ adalah sub himpunan dari ๐, maka
dapat dituliskan bahwa ๐ โ ๐, sedangkan untuk notasi ๐ โ ๐
bermakna bahwa ๐ adalah sub himpunan dari V atau ๐ sama dengan ๐.
Untuk menuliskan bahwa anggota-anggota ๐ข1, ๐ข2, ๐ข3 adalah elemen
dari himpunan ๐, maka dapat dituliskan ๐ = {๐ข1, ๐ข2, ๐ข3}, dan jika
ternyata anggota ๐ข๐ adalah anggota-anggota dari himpunan bilangan
bulat, maka dapat dituliskan ๐ = {๐ข๐|๐ข๐ ๐๐๐๐๐โ ๐๐๐. ๐๐ข๐๐๐ก}.
Himpunan Union โโช " diartikan sebagai kata โatauโ, sebagai
contoh ๐ด โช ๐ต, maka dapat diartikan bahwa ๐ด โช ๐ต = {๐ฅ|๐ฅ โ ๐ด ๐๐ก๐๐ข ๐ฅ โ
๐ต}, yang dibahasakan yaitu ๐ฅ, dimana ๐ฅ adalah anggota himpunan ๐ด
atau ๐ฅ anggota himpunan ๐ต. Dapat dijelaskan dengan Gambar-1
sebagai berikut
Lampiran-1 Hal. 150
Gambar-1 ๐จ โช ๐ฉ = {๐|๐ โ ๐จ ๐๐๐๐ ๐ โ ๐ฉ}
Irisan/ intersection dari himpunan dapat diartikan sebagai โdanโ
sebagai contoh ๐ด โฉ ๐ต, maka dapat diartikan bahwa ๐ด โฉ ๐ต =
{๐ฅ|๐ฅ โ ๐ด ๐๐๐ ๐ฅ โ ๐ต}, yang dibahasakan yaitu ๐ฅ, dimana ๐ฅ adalah
anggota himpunan ๐ด dan ๐ฅ anggota himpunan ๐ต. Dapat dijelaskan
dengan Gambar-2, sedangkan ๐ด โฉ ๏ฟฝฬ ๏ฟฝ = โ menyatakan bahwa ๐ด dan ๏ฟฝฬ ๏ฟฝ
adalah disjoint ( tidak selibat). Himpunan kosong โ adalahh himpunan
yang tidak memiliki elemen ( Gambar-3).
Gambar-2 ๐จ โฉ ๐ฉ = {๐|๐ โ ๐จ ๐ ๐๐ ๐ โ ๐ฉ}
Dapat diperlihatkan pada Gambar-3 suatu himpunan kosong.
Dinotasikan ๐ด โฉ โ = โ , sedangkan ๐ด โช โ = ๐ด
Gambar-3 Himpunan Kosong
Lampiran-1 Hal. 151
Perbedaan dari dua buah himpunan dapat dinotasikan sebagai ๐ด โ ๐ต
dan dapat diperlihatkan pada Gambar-4 di bawah
Gambar-4 Perbedaan dari Dua Himpunan
Munkres, J.R. (1999) dan Hilgert dan Karl, (2010) menyatakan
bahwa relasi ekivalensi , ๐ธ โ ๐ธโฒ, merupakan bentuk relasi kelas
ekivalensi, yaitu dijelaskan sebagai berikut: jika diberikan suatu
subhimpunan dari himpunan ๐ด, yaitu ๐ธ dan ๐ธโฒ, maka jika relasi
ekivalensi pada ๐ธ ditentukan dengan sebuah elemen titik ๐ฅ dan relasi
ekivalensi pada ๐ธโฒ ditentukan dengan sebuah elemen titik ๐ฅโฒ dan
andaikan ๐ธ โฉ ๐ธโฒ โ โ , dan sebuah titik ๐ฆ adalah titik pada irisan ๐ธ โฉ ๐ธโฒ,
maka ๐ธ โ ๐ธโฒ ( Gambar-5)
Gambar-5 Relasi Ekivalensi
Dari definisi jika ๐ฆ โผ ๐ฅ, notasi โผ menunjukkan kelas ekivalensi,
dan ๐ฆ โผ ๐ฅโฒ dengan menggunakan sifat simetri, maka dapat dituliskan
bahwa ๐ฅ โผ ๐ฆ dan ๐ฅโฒ โผ ๐ฆ, sehingga ๐ฅ โผ ๐ฅโฒ dan jika sebuah titik lain ๐ค โ
๐ธ, maka dapat dituliskan bahwa ๐ค โผ ๐ฅ dan ๐ค โผ ๐ฅโฒ, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ๐ธ โ ๐ธโฒ, dari sifat kesimetrian maka dapat
Lampiran-1 Hal. 152
disimpukan juga bahwa ๐ธโฒ โ ๐ธ, atau dapat dituliskan bahwa ๐ธ = ๐ธโฒ,
sehingga dapat dituliskan baha ๐ธโฒ โ ๐ธ dan sebaliknya.
L.2. Operasi Himpunan
Jika terdapat tiga buah himpunan, yaitu ๐ด, ๐ต, ๐ถ dan terdapat suatu
operasi himpunan sebagai berikut ๐ด โช (๐ต โฉ ๐ถ) serta (๐ด โช ๐ต) โฉ ๐ถ, maka
dapat diperlihatkan pada Gambar-6 hasil operasi himpunan tersebut
Gambar-6 Operasi Himpunan
Jika sebuah objek ๐ adalah sebuah anggota/ elemen dari himpunan ๐ด
dan ๐ = {๐}, ๐ = {๐}, ๐ = {๐} adalah sub himpunan dari himpunan ๐ด,
jika ๐ด adalah himpunan dari semua sub himpunan โ(๐ด) = {๐, ๐, ๐},
maka pernyataan di atas dapat dituliskan
๐ โ ๐ด, {๐} โ ๐ด atau ๐ โ ๐ด, {๐} โ โ(๐ด)
L.3. Fungsi
Munkres, J.R. (1999) menyatakan bahwa suatu fungsi ๐
didefinisikan sebagai kaedah atau cara penyerahan suatu sub
himpunan, ๐ โ โ, bersama dengan sebuah himpunan ๐ yang terdiri
dari suatu himpunan bayangan dari sub himpunan ๐. Domain โ dari
sub himpunan ๐ disebut sebagai domain dari fungsi ๐, sedangkan
bayangan dari sub himpunan ๐ disebut sebagai bayangan dari fungsi ๐
dan himpunan ๐ disebut sebagai range fungsi ๐.
Lampiran-1 Hal. 153
Jika suatu fungsi memiliki domain ๐ dan range ๐, maka dapat
dituliskan sebagai ๐น: ๐ โ ๐. Fungsi ๐ dapat diartikan sebagai pemetaan
dari ๐ ke ๐ atau fungsi dari ๐ ke ๐. Jika ๐น: ๐ โ ๐ dan ๐ โ ๐, maka
dapat dituliskan bahwa ๐(๐) โ ๐ dengan ๐(๐) adalah suatu elemen
yang unik dari elemen ๐. jika dinotasikan bahwa โ adalah himpunan
real dan suatu fungsi ๐ memetakan suatu anggota ๐ฅ โ โ ke suatu range
โ, maka dapat dituliskan sebagai berikut ๐: โ โ โ dan fungsinya dapat
dituliskan sebagai ๐(๐ฅ). Hilgert dan Karl (2010) menyatakan
menyatakan jika ๐ โ โ๐ dan ๐ โ โ๐ dan terdapat suatu pemetaan
๐: ๐ โ ๐, maka disebut pemetaan Ck jika ๐: ๐ โ โ๐, dan dapat
disebut pemetaan Ck diffeomorphism jika terdapat pemetaan Ck dengan
๐: ๐ โ ๐ dan terdapat pemetaan Ck yaitu ๐: ๐ โ ๐ dengan ๐๐๐ =
๐๐๐ dan ๐๐๐ = ๐๐๐, dengan fungsi ๐ memiliki sifat bikontinu ( bijektif,
kontinu), inversibel dan differensiabel, seperti pada Gambar-7 di
bawah. Dapat disimpulkan bahwa jika terdapat suatu diffeomorphism
pada suatu pemetaan, maka domain U dan V disebut Ck diffeomorphic.
Jika pemetaan Ck memiliki ๐ = 0, maka pemetaannya bersifat
homeomorphis/ topological isomorphism ( karena tidak differensiabel).
Gambar-7 Pemetaan Suatu Himpunan
Dapat diketahui penjabaran aturan rantai ( chain rule), yang
mengharuskan bahwa suatu pemetaan peta f memetakan suatu titik di nU , yaitu x ke mV , dengan ๐: ๐ โ ๐ terdapat pemetaan
BVg : yang merupakan pemetaan diferensiabel, maka pemetaan
g(f(x))=gof(x) adalah pemetaan yang diferensiabel (Gambar-8)
Lampiran-1 Hal. 154
Gambar-8Aturan Rantai
Suatu fungsi didefinisikan sebagai injektif ( one-to-one) jika setiap
pasangan titik yang berbeda di ๐จ akan memiliki suatu bayangan titik
dalam pengaruh fungsi ๐ yang berbeda juga di B. Dapat dinyatakan
bahwa bayangan dari pemetaan hanya akan memetakan satu elemen
yang berbeda pada domain di ๐ด, untuk mempermudah dalam
pemahaman, maka dapat dimisalkan fungsi yang memiliki sifat seperti
ini adalah sebagai fungsi โjombloโ. (Gambar-9) di bawah
Gambar-9 Fungsi Injektif
Suatu fungsi dikatakan surjektif jika setiap titik pada elemen ๐ต
adalah bayangan dari elemen ๐ด, dapat dimisalkan sebagai fungsi
โpoligamiโ ( Gambar-10) sebagai berikut
Gambar-10 Fungsi Surjektif
Lampiran-1 Hal. 155
Suatu fungsi memiliki sifat injektif dan surjektif, maka dapat
dikatakan sebagai fungsi bijektif atau one-to-one correspondence dan
dapat dimisalkan sebagai fungsi โkeadaan idealโ ( Gambar-11)
Gambar-11 Fungsi Bijektif
Jika ๐: ๐ด โ ๐ต adalah fungsi bijektif (one-to-one correspondence),
maka akan terdapat suatu pemetaan dari ๐ต ke ๐ด, yaitu ๐โ1: ๐ต โ ๐ด yang
bijektif. Suatu istilah Homomorphism adalah suatu pemetaan yang
menjaga struktur yang dipilih diantara dua buah struktur aljabar dan
Isomorphism ( bijektif homomorphism) didefinisikan sebagai suatu
pemetaan yang memiliki sifat injektif dan surjektif ( bijektif),
inversibel, sedangkan Homoemorphism adalah โisomorphism secara
topologiโ yang memiliki sifat pemetaan isomorphism dan fungsi
kontinu.
L.4. Fungsi Kontinu
Jika ๐ dan ๐ adalah suatu ruang topologi, sebuah fungsi ๐: ๐ โ ๐
dikatakan kontinu jika masing-masing sub himpunan terbuka ๐ pada ๐
atau ๐ โ ๐, maka himpunan ๐โ1(๐) dengan ๐โ1: ๐ โ ๐ adalah suatu
sub himpunan terbuka pada ๐. pada teori kalkulus dijelaskan sifat
kontinuitas dari berbagai macam fungsi, sebagai contoh adalah suatu
fungsi kurva pada kurva lain atau pada permukaan ๐: โ โ โ atau
Lampiran-1 Hal. 156
๐: โ โ โ2 dan fungsi kurva pada ruang ๐: โ โ โ3 , serta medan
vektor pada permukaan ๐: โ2 โ โ2 dsb ( catatan suatu fungsi kontinu
umumnya memiliki domain minimal sama dengan range, jika daerah
range lebih kecil dari domain, maka fungsi tersebut tidak kontinu sifat
inclusion). Kondisi bahwa ๐โ1 adalah fungsi kontinu adalah bahwa
untuk masing-masing himpunan terbuka ๐ pada ๐ atau ๐ โ ๐, maka
invers bayangan dari ๐ dengan pemetaan ๐โ1: ๐ โ ๐ terbuka di
๐, tetapi invers bayangan dari ๐ , yaitu ๐โ1(๐)dengan pemetaan
๐โ1: ๐ โ ๐ akan sama dengan bayangan ๐ , f(U) dengan pemetaan
๐: ๐ โ ๐.
Syarat suatu fungsi kontinu pada suatu ruang topologi ๐, ๐, ๐:
Suatu fungsi konstan, ๐: ๐ โ ๐ dengan semua pemetaan pada ๐
akan menuju ke sebuah titik tunggal ๐ฆ๐ pada Y, sebagai contoh
๐: ๐ โ ๐, dengan fungsi ๐(๐ฅ) =๐
๐๐ฅ, ๐ = {๐ฅ|๐ฅ adalah bil. real}
dan ๐ = {๐ฆ|๐ฆ adalah bil. real}, maka ๐(๐ฅ) = 0 untuk semua
nilai ๐ฅ โ ๐.
Inclusion. Jika suatu fungsi ๐ด โ ๐, maka ๐: ๐ด โ ๐ adalah suatu
fungsi yang kontinu, contoh ๐ด = {1,3} dan ๐ =
{๐ฅ|๐ฅ adalah bil bulat positif}, maka untuk ๐(๐ฅ) = 2๐ฅ + 1 akan
ditemukan bahwa ๐: ๐ด โ ๐ dengan invers ๐โ1: ๐ โ ๐ด.
Composite atau gabungan. Jika suatu fungsi-fungsi kontinu
๐: ๐ โ ๐ dan ๐: ๐ โ ๐, maka ๐ โ ๐: ๐ โ ๐ adalah fungsi
kontinu.
Restricting. Suatu fungsi dikatakan kontinu jika ๐ด โ ๐ dan
๐: ๐ โ ๐, maka fungsi yang dibatasi, ๐ โ ๐|๐ด: ๐ด โ ๐ adalah
fungsi yang kontinu.
Kontinu pada masing-masing titik, yaitu jika suatu fungsi ๐โ1
untuk masing-masing himpunan terbuka ๐ pada โ๐ atau ๐ โ
โ๐, dan ๐ โ โ๐ maka pemetaan ๐ โ ๐โ1: โ๐ โ โ๐ terbuka
Lampiran-1 Hal. 157
di โ๐, sehingga jika terdapat pemetaan dengan ๐: ๐ โ ๐ dan
terdapat pemetaan ๐: ๐ โ ๐ dengan ๐น๐๐ = ๐๐๐ dan ๐๐๐น =
๐๐๐, seperti pada Gambar-12
Gambar-12 Fungsi Kontinu
Homeomorphism adalah suatu fungsi yang memiliki pemetaan
dengan syarat kontinu, bijektif dan inversibel. Andaikan ๐, ๐ adalah
ruang topologi dan ๐: ๐ โ ๐ adalah fungsi yang bijektif dan jika baik
๐: ๐ โ ๐ ataupun ๐โ1: ๐ โ ๐ kontinu, maka fungsi ๐ disebut
homeomorphism . Munkres, J.R. (1999)
Kondisi bahwa ๐โ1 adalah fungsi kontinu adalah bahwa untuk
masing-masing himpunan terbuka ๐ pada ๐ atau ๐ โ ๐, maka invers
bayangan dari ๐ dengan pemetaan ๐โ1: ๐ โ ๐ terbuka di ๐, tetapi
invers bayangan dari ๐ dengan pemetaan ๐โ1: ๐ โ ๐ akan sama
dengan bayangan ๐ dengan pemetaan ๐: ๐ โ ๐, seperti pada Gambar-
13 di bawah , dengan kata lain suatu fungsi dikatakan homeomorphism
jika memiliki hubungan kebersesuaian secara bijektif ๐: ๐ โ ๐, yaitu
jika ๐(๐) terbuka bila dan hanya bila ๐ terbuka
Gambar-13 Fungsi Homeomorphism
Lampiran-1 Hal. 158
Jika suatu fungsi memiliki hubungan kebersesuaian secara bijektif
๐: ๐ โ ๐ yang tidak hanya di ruang topologi ๐ dan Y, tetapi juga
kumpulan semua himpunan terbuka ๐, ๐. Sebagai contoh buktikan jika
๐ = {๐ฅ|๐ฅ adalah bil. real} dan ๐ = {๐ฆ|๐ฆ adalah bil. real} serta terdapat
suatu fungsi ๐: ๐ โ ๐ dengan ๐(๐ฅ) = 3๐ฅ + 1, maka akan terdapat
invers ๐: = ๐โ1: ๐ โ ๐ dengan ๐(๐ฆ) =1
3(๐ฆ โ 1), sehingga dapat
ditentukan bahwa fungsi ๐ tersebut adalah homeomorphism. Pernyataan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Homeomorphism adalah
suatu fungsi yang memiliki pemetaan dengan syarat kontinu, bijektif
dan inversibel. Suatu fungsi yang bijektif dan memiliki hubungan
kebersesuaian secara bijektif, maka akan bersifat kontinu dan bijektif.
Suatu fungsi yang bijektif akan memiliki sifat inversibel, sehingga jika
dapat dibuktikan bahwa sifatnya bijektif dan terdapat inversibel, maka
fungsi tersebut dapat dikatakan homeomorphism. ๐(0) = 1, ๐(1) =
4, ๐(2) = 7 sedangkan ๐โ1(1) = 1, ๐โ1(4) = 1, ๐โ1(7) = 2 dengan
kata lain dapat dituliskan bahwa ๐โ1 = ๐ yag merupakan suatu fungsi
kontinu seperti pada Gambar-14 di bawah
Gambar-14 Contoh Fungsi Homeomorphism
Lampiran-2 Hal. 146
LAMPIRAN-2
L.1 Penyelesaian dengan MATLAB
Pada lampiran ini akan dipelajari penggunaan MATLAB untuk
menyelesaikan persamaan-persamaan matematik serta pemodelan
dengan menggunakan simulink.
Sebagai contoh terdapat suatu persamaan deferensial sebagai berikut
๐2๐ฆ
๐๐ฅ2= ๐ 1โ ๐ฆ2
๐๐ฆ
๐๐ฅโ ๐ฆ
Maka pemodelan dengan menggunakan simulink dapat didesain sebagai
berikut di bawah ( Gambar-1)
Gambar-1 Pemodelan dengan Menggunakan Mux
Hasil keluaran dapat diperlihatkan pada Gambar-2 di bawah
Gambar-2 Hasil Keluaran dengan Menggunakan Mux
Lampiran-2 Hal. 147
MATLAb juga dapat digunakan untuk menganalisa suatu gerbang
logika pada rangkaian listrik seperti pada Gambar di bawah
Gambar-3 Gerbang Logika pada Rangkaian IC
Dapat diperlihatkan suatu gerbang logika menggunakan MATLAB
menggunakan menu seperti pada Gambar-4 di bawah
Gambar-4 Menu Gerbang Logika
Contoh penggunaan simulink dengan menggunakan MATLAB pada
gerbang logika dapat diperlihatkan pada Gambar-5 di bawah
Lampiran-2 Hal. 148
Gambar-5 Gerbang Logika pada Rangkaian IC dengan MATLAB
MATLAB juga menyediakan suatu simulink untuk menganalisa
rangkaian listrik, yaitu pada menu Simulink di Library, seperti pada
Gambar-6
Gambar-6 Menu Rangkaian Listrik pada MATLAB
Lampiran-2 Hal. 149
Sebagai contoh akan digunakan menu simulink untuk menganalisa
rangkaian sederhana. Dalam membuat skema, terlebih dahulu harus
digunakan powergui dan dipilih menu configure parameters yang dapat
diambil pada menu seperti pada Gambar-7 di bawah
Gambar-7 Menu Powergui
Menu tampilan skema listrik yang akan dipasang dapat dijalankan
dan hasil program dapat ditampilkan pada layar seperti pada Gambar-8
di bawah
Gambar-8 Contoh Program MATLAB
Lampiran-2 Hal. 150
MATLAB juga menyediakan menu untuk menyelesaikan bentuk
persamaan matematis suatu rangkaian elektronika, seperti rangkaian R-
C yaitu sebagai berikut
๐ = 0
๐ผ๐ +๐
๐ถ= ๐๐ท๐ถ
๐ผ๐ +1
๐ถ ๐ผ๐๐ก = ๐๐ท๐ถ = ๐
๐๐ = ๐ โ1
๐ถ ๐ผ๐๐ก
Dapat diselesaikan dengan MATLAB jika nilai ๐ = ๐ถ = 1 , sepert i
pada Gambar-9
Gambar-9 Simulasi MATLAB Rangkaian RC
Untuk rangkaian RLC maka dapat dibuat sebuah listing program
sebagai berikut
๐ = 0
Lampiran-2 Hal. 151
๐ผ๐ +๐
๐ถ+ ๐ฟ
๐๐ผ
๐๐ก= ๐๐ท๐ถ
๐ผ๐ +1
๐ถ ๐ผ๐๐ก + ๐ฟ
๐๐ผ
๐๐ก= ๐
๐๐ = ๐ โ1
๐ถ ๐ผ๐๐ก โ ๐ฟ
๐๐ผ
๐๐ก
Hasil simulasi memperlihatkan sebagai berikut Gambar-10 jika
๐ = ๐ฟ = ๐ถ = 1
Gambar-10 Simulasi MATLAB Rangkaian RLC
Beberapa contoh pemrograman dengan Matlab
1. Dapat diperlihatkan pemodelan untuk rangkaian R-C sebagai
berikut
Gambar-11 Rangkaian RC
Lampiran-2 Hal. 152
Pemodelan secara komputasi didapatkan bahwa
Gambar-12 Pemodelan secara Komputasi
Hasil simulasi dapat diperlihatkan pada powergui
Gambar-13 Hasil Pemodelan pada LTI Viewer
Tegangan vs Time
Untuk memperlihatkan besar tegangan terhadap frekuensi, maka dapat
digunakan menu edit pada LTI Viewer dan menggantinya ke menu
Bode, seperti pada Gambar-14
Gambar-14 Tegangan vs Frekuensi
Lampiran-2 Hal. 153
Berbagai bentuk pemodelan teori rangkaian RC dapat diperlihatkan
sebagai berikut:
Untuk mencari arus pada kapasitor:
๐ = 0
๐ผ๐ +๐
๐ถ= ๐๐ท๐ถ
๐ผ๐ +1
๐ถ ๐ผ๐๐ก = ๐
๐ผ =๐
๐ โ1
๐ ๐ถ ๐ผ๐๐ก
Untuk mencari tegangan pada kapasitor:
๐ = 0
๐๐
๐๐ก๐ +
๐
๐ถ= ๐
๐๐
๐๐ก=
๐
๐ โ
๐
๐ ๐ถ
Gambar-15 Tegangan ๐ฝ =๐
๐ถ vs Time
2. Untuk rangkaian R-L dapat diperlihatkan sebagai berikut
Lampiran-2 Hal. 154
Gambar-16 Rangkaian R-L
Hasil tegangan terhadap waktu dapat diperlihatkan pada Gambar-17 di
bawah ( pada powergui )
Gambar-17 Kurva Tegangan vs Time
Pemodelan teori dapat diperlihatkan sebagai berikut
Untuk mencari arus pada induktor:
๐ = 0
๐ฟ๐๐ผ
๐๐ก+ ๐ผ๐ = ๐๐ท๐ถ
๐๐ผ
๐๐ก+1
๐ฟ๐ผ๐ =
๐
๐ฟ
๐๐ผ
๐๐ก=
๐
๐ฟโ
๐ผ๐
๐ฟ
Lampiran-2 Hal. 155
Dapat dikerjakan menggunakan rangkaian integrator untuk menentukan
besar tegangan ๐ = ๐ฟ๐๐ผ
๐๐ก sebagai berikut ( Gambar-18)
Gambar-18 Tegangan pada Induktor vs Time
L.2. Latihan Soal
1. Buatlah persamaan Fisika yang mewakili gambar berikut
Biografi Penulis Hal. 165
Valentinus Galih V.P., M.Sc.S.Si lahir di desa Wedi,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 4 Maret
1987. Pendidikan dasar sampai menengah diselesaikan di
kota kecil Bekasi, Jawa Barat.
Penulis menamatkan pendidikan starta satu (S-1) dan Master (S-2) Fisika di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA UGM. Saat ini penulis sedang
melanjutkan ke program Doktor di universitas yang sama.
Kegiatan Organisasi dan Riwayat pekerjaan penulis:
1. Asisten Tugas Lab I, II dan III di Laboratorium Fisika UGM (2007-2009).
2. Tim panitia Lomba Fisika Nasional (TOP COP UGM), UGM, Yogyakarta(
2007).
3. Tim Koordinator Lomba cerdas cermat KKN-PPM UGM, Yogyakarta di
Purworejo (2008).
4. Anggota Keluarga Mahasiswa Katolik (KMKath), UGM, Yogyakarta (2005-
2010).
5. Pengajar Fisika dan Matematika SMA, LBB SSC, Yogyakarta (2010-2012).
6. Pengajar Olimpiade Sains Nasional Fisika SMA De Britto,Yogyakarta dan
SMP IPH School, Surabaya (2011-2013).
7. Asisten dosen Mata Kuliah Fisika Matematika, Prodi Geofisika, Jurusan
Fisika UGM, Yogyakarta (2012).
8. Dosen Fakultas Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro, Semarang,
Mata kuliah: Fisika dasar I dan 2, Pengantar Elektronika Dasar, (2012-2013).
9. Dosen Fisika, Politeknik STTT, Bandung, Mata Kuliah: Utilitas I, Otomasi,
Mekatronika Tekstil, Praktikum Mekatronika Tekstil, Praktikum Fisika Dasar
I dan 2 (2014-sekarang).
BIOGRAFI PENULIS
Biografi Penulis Hal. 166
Kegiatan Ilmiah yang pernah diikuti:
1. Indonesian Textile Conference, Seminar NasionalTekstil2014
2. Seminar Nasional Pekan Ilmiah Fisika XXV
3. The 2nd International Conference on Kinematics, Mechanics of Rigid Bodies
and Materials ( MECHKINEMATICS 2014)
4. The 4th International Conference on Theoretical and Applied Physics
(ICTAP) 2014
Karya Ilmiah yang pernah ditulis:
No Bidang Karya Ilmiah
Judul Identitas Karya Ilmiah
1 Tekstil Jurnal
Nasional
Tekstil
Pemodelan Untuk
Menentukan Hubungan
Actual Twist Tipe-Z
Terhadap Kecepatan
Sudut pada Mesin
Spinning (Rotor dan
Ring Spinning)
TEXERE ( Journal of
Textile Science and
Technology) Vol. 12
No.1, ISSN 1411309-0 ,
(2014),sebagai penulis ke-
1
2 Tekstil Jurnal
Nasional
Tekstil
Studi Pengaruh Bentuk
S-Twisted dan Z-
Twisted Terhadap
Besar Twist pada Mesin
Pintal
TEXERE ( Journal of
Textile Science and
Technology) Vol. 12
No.2, ISSN 1411309-0 ,
(2014), sebagai penulis
ke-1
3 Tekstil Prosiding
Seminar
Nasional
Tekstil
Studi Pengaruh Bentuk
Permukaan Navel
terhadap Hairiness
(Pendekatan Teori dan
Validasi Eksperimen)
Prosiding Seminar
Nasional Tekstil 2014,
ISSN 2356-5055, Volume
1, Nomor 1 (2014)
penulis ke-1
4 Tekstil Prosiding
Seminar
Nasional
Tekstil
Hubungan Actual Twist
Tipe-Z terhadap
Kecepatan Benang pada
Mesin Pintal
(Pendekatan Fisika)
Prosiding Seminar
Nasional Tekstil 2014,
ISSN 2356-5055, Volume
1, Nomor 1 (2014)
penulis ke-1
5 Tekstil Prosiding
Seminar
Nasional
Tekstil
Pemodelan untuk
Menentukan Hubungan
Twist terhadap Nomor
Benang Nm pada Mesin
Prosiding Seminar
Nasional Tekstil 2014,
ISSN 2356-5055, Volume
1, Nomor 1 (2014)
Biografi Penulis Hal. 167
Rotor Open-End
Spinning Menggunakan
Metode Lagrange dan
Komputasi Numerik
(Pendekatan Fisika)
penulis ke-1
6 Fisika Prosiding
Seminar
Nasional
Fisika
Analisa Teori untuk
Menentukan Yarn
Tension pada Mesin
Open End Spinning (
analisa Fisika)
Prosiding Seminar
Nasional Fisika, ISSN
2339-160X, Volume 2,
Nomor 1 (2014) sebagai
penulis ke-2
7 Fisika Prosiding
Seminar
Nasional
Fisika
Analisa Teori
Pembentukan Twist
pada Mesin Air Jet
Spinning Tipe Murata
Vortex Spinning
Prosiding Seminar
Nasional Fisika, ISSN
2339-160X, Volume 2,
Nomor 1 (2014) sebagai
penulis ke-2
8 Fisika Prosiding
Seminar
Nasional
Fisika
Pengenalan Sistem
kerangka Acuan Non
Inersia pada Pengaruh
Bentuk S-Twist dan Z-
Twist terhadap besar
Twist pada Mesin
Pintal Ring Spinning
Prosiding Seminar
Nasional Fisika, ISSN
2339-160X, Volume 2,
Nomor 1 (2014) sebagai
penulis ke-1
9 Fisika Prosiding
Seminar
Nasional
Fisika
Bentuk Pemodelan
Pergerakan Serat-
Benang dalam
Tampang Lintang
Struktur Benang Ring
Spinning (Tinjauan
Fisika Teori)
Prosiding Simposium
Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains 2015
(SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015,
Bandung, Indonesia
10 Fisika Jurnal
Internasional
Theoretical Modeling
for Predicting the
Optimum Twist Angle
of Cotton Fiber
Movement on OE Yarn
Made by Rotor
Spinning Machine
Journal of Applied
Mathematics and Physics,
(2015), 3, 623-630,
Published Online May
2015 in SciRes.
http://dx.doi.org/10.4236/j
amp.2015.35074 penulis 1
11 Fisika Jurnal
Internasional
Predicting the Actual
Strength of Open-End
Spun Yarn Using
Mechanical Model
Applied Mechanics and
Materials , indexed by
scopus , Vol 780 (2015)
pp 69-74 ยฉ (2015) Trans
Tech Publications,
Switzerland
Biografi Penulis Hal. 168
doi:10.4028/www.scientif
ic.net/AMM.780.69
penulis ke-2
12 Fisika Jurnal
Internasional
A Simulation Model of
Twist Influenced by
Fibre Movement inside
Yarn on Solenoid
Coordinate
Global Journal Pure and
Applied Mathematics,
indexed by scopus (2016)
Biografi Penulis Hal. 169
Endah Purnomosari, ST. dilahirkan di kota kecil Cepu,
Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada tanggal 30 Desember
1984. Pendidikan SD sampai SMP diselesaikan di kota
asalnya. Kemudian melanjutkan pendidikan SMK Telkom
di kota Purwokerto, Jawa Tengah. Penulis menamatkan
pendidikan diploma III Teknik Elektro (DIII) di
Politeknik Negeri Semarang, Jawa Tengah dan (S-1) Teknik Elektro di
Sekolah Tinggi Teknologi Mandala di Bandung, Jawa Barat sambil bekerja
sebagai Pranata Laboratorium Pendidikan dan dosen Fisika di Laboratorium
Fisika Dasar di Politeknik STT Tekstil Bandung.
Kegiatan Ilmiah yang pernah diikuti:
1. Indonesian Textile Conference, Seminar Nasional Tekstil 2014
2. Seminar Nasional SPIRIT 2015 Kementerian Perindustrian 2015
Riwayat Pekerjaan
1. Dosen Fisika, Politeknik STTT, Bandung, Mata Kuliah: Praktikum
Fisika Dasar I dan 2 (2010-sekarang).
2. Pranata Laboratorium Pendidikan, Politeknik STTT, Bandung (2010-
sekarang)
Karya Ilmiah
1. Pengantar Eksperimen Fisika ( untuk SMA/ S-1), CV Mulia Jaya,
Yogyakarta, 2015
BIOGRAFI PENULIS
Biografi Penulis Hal. 170
Ngadiyono, ST. dilahirkan di kota Semarang, Jawa Tengah
pada tanggal 2 Maret 1986. Pendidikan dasar sampai dengan
diploma III diselesaikan di kota Semarang. Penulis
menamatkan pendidikan diploma III Teknik Elektro (DIII) di
Politeknik Negeri Semarang dan (S-1) Teknik Elektro di
Sekolah Tinggi Teknologi Mandala di Bandung Jawa Barat,
dan sambil bekerja sebagai Pranata Laboratorium Pendidikan dan dosen di
Politeknik STT Tekstil Bandung.
Riwayat Pekerjaan
1. Dosen di Politeknik STTT, Bandung,
Mata Kuliah:
- Praktikum Fisika Dasar I dan 2 (2011-2013).
- Praktikum Perajutan I dan II (2012- sekarang)
- Praktikum Mekatronika Tekstil
2. Pranata Laboratorium Pendidikan, Politeknik STTT, Bandung (2011-
sekarang)
Karya Ilmiah
1. Modul Praktikum Perajutan II, Politeknik STTT, Bandung, 2014
BIOGRAFI PENULIS