Modul Aklimatisasi

9
AKLIMATISASI ANGGREK I. PENDAHULUAN Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga yang banyak disukai oleh konsumen. Bunga tanaman anggrek sangat menarik karena sangat bervariasi dalam bentuk, warna, dan corak bunganya. Disamping itu bunga anggrek mempunyai keistimewaan dibandingkan bunga potong lainnya, karena dapat bertahan segar lama sebagai bunga rangkaian. Sebagai bunga dalam pot, bunga anggrek juga cukup lama bertahan tidak cepat layu, bahkan ada beberapa spesies tanaman yang dapat bertahan segar sampai satu bulan. Keanekaragaman anggrek membuat tanaman ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan yang semakin meningkat. Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai nilai US$ 1.756.156. Anggrek tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, kompot, dan individu), tanaman berbunga, maupun bunga potong. Berdasarkan bentuk pertumbuhanya, anggrek dibedakan menjadi anggrek monopodial dan anggrek simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang ujung batangnya memilikki pertumbuhan yang tidak terbatas, dengan pertumbuhan satu arah ke atas walaupun kadang muncul tunas baru pada bagian batangnya. Jenis anggrek yang termasuk anggrek monopodial adalah anggrek Vanda, Arachnis dan Phalaenopsis. Tipe pertumbuhan simpodial adalah anggrek yang pertumbuhannya kesamping.

description

fp

Transcript of Modul Aklimatisasi

AKLIMATISASI ANGGREKI. PENDAHULUANTanaman anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga yang banyak disukai oleh konsumen. Bunga tanaman anggrek sangat menarik karena sangat bervariasi dalam bentuk, warna, dan corak bunganya. Disamping itu bunga anggrek mempunyai keistimewaan dibandingkan bunga potong lainnya, karena dapat bertahan segar lama sebagai bunga rangkaian. Sebagai bunga dalam pot, bunga anggrek juga cukup lama bertahan tidak cepat layu, bahkan ada beberapa spesies tanaman yang dapat bertahan segar sampai satu bulan. Keanekaragaman anggrek membuat tanaman ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan yang semakin meningkat. Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai nilai US$ 1.756.156. Anggrek tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, kompot, dan individu), tanaman berbunga, maupun bunga potong. Berdasarkan bentuk pertumbuhanya, anggrek dibedakan menjadi anggrek monopodial dan anggrek simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang ujung batangnya memilikki pertumbuhan yang tidak terbatas, dengan pertumbuhan satu arah ke atas walaupun kadang muncul tunas baru pada bagian batangnya. Jenis anggrek yang termasuk anggrek monopodial adalah anggrek Vanda, Arachnis dan Phalaenopsis. Tipe pertumbuhan simpodial adalah anggrek yang pertumbuhannya kesamping. Termasuk dalam anggrek simpodial adalah Dendrobium, Bulbophuyllum, Coelogyne, Eria dan Cymbidium.Anggrek dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Secara vegetatif dapat dilakukan dengan pemisahan rumpun pada tanaman simpodial, stek batang pada tanaman monopodial, dan dengan menggunakan keiki yaitu tunas yang sering tumbuh pada batang semu tanaman anggrek Dendrobium sp. Perkembangbiakkan melalui kultur jaringan dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif dengan biji sering dilakukan secara in vitro atau kultur jaringan, karena biji anggrek tidak dapat tumbuh secara alamiah kecuali bersimbiose dengan micorhiza. Kultur jaringan dapat diartikan sebagai budidaya suatu jaringan tanaman sehingga dapat tumbuh menjadi tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Budidaya jaringan juga dinamakan budidaya in vitro, yaitu suatu budidaya serba steril, memakai media steril, bahan tanaman yang hidup tapi telah disteril, dan ditanam pada botol yang juga telah disteril. Dasar teori kultur jaringan adalah teori totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schwan dan Schleiden, bahwa setiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu yang sempurna apabila diletakkan pada lingkungan yang sesuai. Beberapa keuntungan dari teknik kultur jaringan ini adalah (1) memperbanyak tanaman lebih cepat dibandingkan metode lainnya, (2) memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak dengan cara konvensional, (3) menghasilkan tanaman yang lebih kuat, bebas pathogen dan penyakit lainnya, (5) pelaksanaanya dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa harus mempertimbangkan musim. Salah satu tahap dari metode kultur jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop.Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain :

1. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya. 2. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous (Adiputra, 2009).Adapun kriteria planlet yang siap untuk diaklimatisasi adalah sebagai berikut:

a.Organ planlet lengkap ( akar, batang, daun )

b.Warna pucuk batang hijau mantap artinya tidak tembus pandang

c.Pertumbuhannya kekar

d.Akar memenuhi media

e.Ukuran tinggi tanaman 3 4 cm ( tergantung jenis tanaman )

f.Umur tanaman ( anggrek 4 bulan)

Prosedur Aklimatisasi Secara Umum 1. Menyiapkan wadah

Wadah merupakan tempat yang berisi media tumbuh tanaman hasil kultur. Jenis wadah yang dapat digunakan meliputi ; Pot terbuat dari tanah liat atau plastik, sabut kelapa tua, tempurung kelapa tua dan batang pakis. Wadah yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Harus memiliki lubang pembuangan air (draenase)

b. Harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembaban media tanam

c. Tidak mudah lapuk

d. Harus bersih dan bebas dari berbagai penyakit

e. Mudah diperoleh dan harganya murah

2. Menyiapkan media

Media merupakan tempat tumbuh dan berdiri tegaknya tanaman. Persyaratan Media tanam Untuk aklimatisasi adalah :

a. Mampu mengikat air dan unsur hara secara baik

b. Harus memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban

c. Mempunyai aerasi yang baik

d. Tahan lama /Tidak mudah lapuk

e. Tidak menjadi sumber penyakit

f. Derajat keasaman (pH) 5 6

g. Mudah didapat dan harganya murah

Media yang biasa digunakan Untuk tanaman hasil kultur meliputi ; Pakis ( anggrek ), Moss, Potongan kayu pinus, Arang sekam (pisang), Pasir steril ( Jati) dan Sabut Kelapa. Sebelum digunakan media tersebut harus diseterilkan dengan cara disiram air panas agar serangga, mikroba, serta biji-bijian gulma mati.

3. Menyiapkan tempat

Tempat yang digunakan untuk memelihara tanaman hasil kultur harus mempunyai Intensitas cahaya matahari : 35 45%, Suhu : malam 18-240 C, siang 21-320 C, Ketinggian tempat : 0 700 mdpl, Kelembaban : 60 85% dan mempunyai Aerasi / sirkulasi udara. Dalam memilih tempat harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Lingkungan harus bersih dan bebas dari segala hama dan penyakit

b. Kondisi lingkungan disesuaikan dengan kondisi tanaman: suhu, kelembaban dan cahaya4. Pemindahan planlet dari botol ke potBibit yang masih ada di dalam botol dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan kawat atau dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas. Bibit kemudian dibilas diatas tempat plastik berlubang sebelum disemprot dengan air mengalir untuk membersihkan sisa media agar. Air yang masih menempel pada bibit ditiriskan dengan meletakkan bibit yang sudah bersih di atas kertas koran. Bibit ditanam secara berkelompok dalam kompot (community pot) dengan media tanam pakis, kemudian tempatkan di tempat teduh yang memiliki sirkulasi udara yang baik. Setelah bibit tanaman dalam kompot berumur 1 - 1.5 bulan, bibit dapat ditanam secara individual pada pot tunggal (single pot) dengan menggunakan media pakis atau sabut kelapa.

5. Pemeliharaan

Setelah tanaman tampak tegak dan sudah mulai tumbuh baik, sudah boleh diberi pupuk dan fungisida. Pupuk diberikan lewat daun, dengan pupuk yang kandungan nitrogennya tinggi (misal pupuk gandasil D, yang warnanya hijau). Pupuk & fungisida diberikan sekali seminggu, dengan konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Gambar1. Anggrek dalam kompot

Gambar 2. Anggrek dalam Single PotII. TUJUAN

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara (tahapan-tahapan) aklimatisasi anggrek hasil kultur jaringan.III. METODOLOGIBahan dan alatAlat :1. Pinset / kawat2. Hand sprayer3. Pot4. Koran bekas

5. Kawat

Bahan :1. Air2. Planlet tanaman anggrek hasil kultur in vitro3. Media sabut kelapa4. Sterofoam5. Fungisida Cara Keja:

a. Melepaskan bibit dari media agar Isi botol berisi bibit dengan air kira-kira hingga separo botol, kemudian botol digoyang, supaya media agar dalam terlepas dari akar

Buang air dan media agar yang sudah terlepas

b. Tahap mengeluarkan bibit dari botol Keluarkan bibit dengan menggunakan kawat Keluarkan bibit satu per satu dengan menarik bagian akarnya yang akan keluar dulu supaya daun tidak rusak

Letakkan bibit pada wadah berisi air bersih

Bersihkan bibit dari media agar yang menempel pada akar

Ganti air dalam wadah dan bersihkan bibit sampai benar-benar bersih

c. Merendam bibit dalam fungisida dan tiriskan di koran supaya air yang berlebihan menempel pada bibit terserap oleh kertas korand. Penanaman dalam pot (single pot) Siapkan pot anggrek

Isi pot dengan sterofoam kurang lebih 1/3 pot

Tambahkan sabut kelapa di atas sterofoam sebanyak 1/3 pot Tanam bibit pada pot, usahakan bibit berdiri tegak dengan menahan akar dengan sabut kelapa (jangan menanam bibit telalu dalam karena dapat menyebabkan bibit mati karena busuk) Sungkup pot 100%, dihari kedua buka sungkup 25%, hari ke 6 50%, hari ke 14 75%, hari ke 21 buka sungkup. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Pengamatan

PlanletMinggu 1Minggu 2Minggu 3

HidupMatiHidupMatiHidupMati