Modul 4 bermain anak usia 4-6tahun

17
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 BERMAIN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN Nama : 1. Aruming Tias P.A (06141281320012) 2. Rizka Supriyanti (06141281320001) Dosen Pembimbing : Dra. Syafda Ningsih

Transcript of Modul 4 bermain anak usia 4-6tahun

Page 1: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1BERMAIN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

Nama : 1. Aruming Tias P.A (06141281320012)

2. Rizka Supriyanti (06141281320001)

Dosen Pembimbing : Dra. Syafda Ningsih

Page 2: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

BERMAIN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

1.1 Teori Bermain

A. Pengertian BermainPada dasarnya, bermain merupakan kegiatan

yang dilakukan anak secara berulang-ulang semata-mata demi kesenangan dan tidak ada tujuan atau sasaran akhir yang ingin dicapai. Jadi, khususnya pada anak usia Balita, apapun kegiatan yang dilakukan, selama membuat anak merasa senang, dapat dikategorikan sebagai bermain. Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan karena itu akan lebih mudah bagi anak untuk menyerap berbagai informasi baru yang ia tanggapi dengan sikap positif dan tanpa paksaan.

Page 3: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

B. Teori-teori Mengenai Bermain

1. Teori Psikoanalisis Menurut Sigmund Freud bermain mempunyai

nilai yang sama, seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain maupun berkhayal, seseorang dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun konflik-konflik pribadinya. Freud yakin bahwa bermain memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak. Melalui bermain anak dapat mengeluarkan seluruh perasaan negatifnya, seperti pengalaman tidak menyenangkan atau traumatic, harapan-harapan yang tidak terwujud dalam realitas hidupnya.

Page 4: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

2. Teori KognitifA. Jean Piaget

Piaget meninjau bermain dari perkembangan kognitif manusia. Perkembangan kognitif berlangsung melampaui tahapan-tahapan tertentu, sampai pada akhirnya proses berpikir anak akan menyamai orang dewasa.

Piaget menganggap bermain bukan hanya mencerminkan perkembangan kognitif anak, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap perkembangan kogniitif itu sendiri. Pada saat bermain, anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka belajarmempraktikkan dan mengkonsolidasikan keterampilan yang baru diperolehnya.

Page 5: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

B. Let Vygotsky Vygotsky meyakini bahwa kegiatan bermain

mempunyai peranan langsung terhadap pekembangan kognitif seorang anak. Pada mulanya anak tidak mampu berpikir secara abstrak karena bagi mereka meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu. Akibatnya, anak tidak dapat berpikir tentang suatu objek tanpa melihat objek yang sesungguhnya. Bermain merupakan self help control. Bermain akan memajukan Zone of Proximal Development (ZPD) anak, membantu mereka mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam memfungsikan kemampuannya sehingga mencapai tahap yang potensial.

ZPD adalah jarak antra tahap perkembangan actual dengan tahap perkembangan yang potensial. Jadi, menurut Vygotsky selain untuk perkembangan kognitif, bermain juga mempunyai peranan yang penting bagi perkembangan sosial serta emosional anak.

Page 6: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

C. Jerome Bruner Dalam teorinya mengenai bermain, Bruner

memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana untuk mengembangkan kreatifitas dan fleksibilitas. Dalam bermain, yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhir.

Bermain dapat mengembangkan fleksibilitas karena banyaknya pilihan perilaku bagi si anak. Selanjutnya, bermain memungkinkan anak untuk bereksplorasi terhadap berbagai kemungkinan yang ada karena dalam situasi bermain anak merasa terlindung dari ancaman hukuman orang dewasa.

Page 7: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

3. Manfaat Bermain A. Salah satu ciri dari anak usia Balita

adalah senang bergerak, dan secara fisik ia aktif sekali untuk beraktivitas. Melalui

bermain maka ia dapat menyalurkan energy tubuhnya yang sedang sennag bergerak sehingga ia pun memperoleh kepuasan dan tidak merasa dirinya sedang dikekang. Dengan bergerak naik-turun tangga, berlarian disekitar ruangan, jumpalitan, melompat, meloncat, meniti dan setersnya maka otot-otot tubuhnya pun menjadi kuat dan tubuhnya menjadi sehat.

 

Page 8: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

B. Manfaat bermain dalam perkembangan motorik. Sumbangan bermain terhadap perkembangan motorik, baik motork kasar maupun motorik halus sudah sangat jelas. Dalam aktivitas yang membutuhkan motorik kasar sepert melompat.

C. Manfaat bermain dalam perkembangan kognitif.

Aspek kognitif berkaitan dengan daya ingat, daya tangkap dan kemampuan memahami suatu informasi

Page 9: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

D. Manfaat bermain dalam perkembangan bahasa Menurut Vygotsky (Owens, 1996) bahasa merupakan

factor penting untuk dikuasai manusia karena perkembangan intelektual seorang anak terkait dengan bahasa.

E. Manfaat bermain dalam perkembangan sosial Bersosialisasi diartikan sebagai kemampuan

seseorang untuk dapat berbaur dengan orang lain, menyesuaikan diri dengan kegiatan dan kebiasaan kelompok, dan dengan segala macam orang yang memiliki karakteristik unik.

F. Manfaat bermain dalam perkembangan emosi dan kepribadian. Melalui bermain anak dapatmelepaskan ketegangan-ketegangan yang dialaminya karena banyaknya larangan yang harus ia hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Page 10: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

4. Tahapan Perkembangan Bermain

a. Mildred PartenMildred Parten (Tedjasaputra, 2003) memandang kegiatan bermain

sebagai sarana sosialisasi anak dan ia mengamati ada enam bentuk interaksi yang terjadi pada saat anak-anak bermain.1. Unoccupied play

Pada kegiatan ini, sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatian anak. Bila tidak ada hal yang menarik, anak akan menyibukkan dirinya dengan melakukan berbagai hal.2. Bermain sendiri (solitary play)

Bermain sendiri biasanya tampak pada anak yang berusia muda. Perilakunya yang bersifat aegosentris mencerminkan sikap memusatkan perhatian pada dirinya sendiri dan kegiatannya sendiri. 3. Onlooker play

Onlooker play ditandai dengan kegiatan mengamati anak-anak lain yang sedang bermain dan hal ini menunjukkan minat yang semakin besar dari anak terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak lain

 

Page 11: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

Berk (Tedjasaputra, 2003) mengelompokkan ketiga tahapan bermain sosial tersebut sebagai nonsocial play karena amat minimnya interasksi sosial yang terjadi.

4. Bermain parallelBermain parallel tampak pada saat dua anak atau lebih bermain

dengan alat permainan yang kurang lebih sama dan melakukan kegiatan yang sama, tetapi bila diperhatikan tidak ada interaksi diantara mereka.5. Bermain asosiatif

Kegiatan bermain asosiatif ditandai oleh interaksi yang terjadi antaranak yang sedang bermain. Bentuk interaksi sudah lebih nyata apabila dibandingkan dengan bermain parallel karena anak yang satu dengan yang lain terlihta saling meminjamkan mainannya atau member komentar terhadap aktivitas temannya.6. Bermain kooperatif

Dalam kegiatan bermain kooperatif, anak-anak akan terlibat di dalam kegiatan bermain bersama teman yang ditandai oleh kerja sama. Terjadi pembagian tugas atau pembagian peran diantara mereka untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Parten (Tedjasaputra, 2003), jenis bermain yang telah disebutkan, terjadi secara berurutan dan menunjukkan adanya perkembangan dari kegiatan bermain sendiri sampai pada kegiatan bermain yang melibatkan kerja sama.

Page 12: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

B. Jean Piaget1. Tahap bermain sensorimotor (sekitar usia 3 bulan-18 bulan)

Menurut Piaget (Tedjasaputra, 2003), kegiatan bermain yang sesungguhnya baru dimulai pada usia sekitar 3 atau 4 bulan. Sebelum usia tersebut, gerakan atau kegiatan yang dilakukan oleh bayi masih banyak megandalkan pada reflex swhingga belum dapat dikategorikan kegiatan bermain.

2. Tahap bermain simbolik (antara usia 18 bulan – sekitar 17 bulan)Bermain simbolik sering juga disebut sebagai bermain pura-pura, bermain khayalatau bermain peran. Bermain simbolik adalah kegiatan bermain yang ditandai oleh kemampuan anak untuk mempresentasikan pengalaman actual atau khayalannya melalui penggunaan beberapa objek, gerakan, dan bahasa (Yawkey & Pellegrini, dalam Tedjasaputra, 2002)

3. Tahap bermain sosial (sekitar 8 tahun-11 tahun)Kegiatan bermain sosial adalah kegiatan bermain yang melibatkan dua anak atau lebih dan didalam kegiatannya akan melibatkan aturan permainan.

4. Tahap bermain sosial dan olahraga (sekitar usia 11 tahun ke atas)Olahraga sudah menggunakan aturan main yang lebih ketat dan diberlakukan secara kaku bila dibandingkan permainan yang menggunakan aturan (games). Anak-anak memiliki kecenderungan untuk berprestasi semaksimal mungkin untuk memenangkan pertandingan.

  

Page 13: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

1.2 Berbagai Kegiatan Bermaian pada Anak Usia 4 – 6 Tahun

A. Jenis-jenis Kegiatan Bermain

1. Bermain Fungsional Bermain fungsional adalah kegiatan bermain

yang ditandai dengan gerakan otot (muscular) yang berulang-ulang. Menurut Johnson et.al (1999) kegiatan bermain semacam ini disebut sebagai motor play karena membutuhkan keterampilan motor atau fisik untuk melakukannya, misalnya memantulkan bola ke lantai. Bermain fungsional akan menambah kekuatan fisik, otok tubuh, dan keterampilam motorik kasar. Secar tidak langsung,kegiatan ini akan berdampak pada perkembangan kepribadian anak.

Page 14: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

2. Bermain Konstruktif Bermain konstruktif adalah kegiatan bermain

yang menggunakan objek atau bahan tertentu untuk membentuk sesuatu misalnya membangun rumah-rumahan dari balok. Kegiatan bermain konstruktif merangsang kreativitas serta imajinasi anak, ia harus dapat membayangkan bentuk yang akan dibuat, cita rasa seni pun dibutuhkan sehingga hasilnya enak dilihat.

3. Bermain simbolik Bila ditinjau dari kompleksitasnya, kegiatan ini

merupakan jenis bermain yang lebih kompleks dari kegiatan bermain fungsional maupun konstruktif. Kegiatan bermain simbolik muncul di akhir tahap sensorimotor. Berger (tedjasaputra, 2003) mengemukakan kegiatan bermain jenis mastery play dan bermain kasar (rough and tumble play); selanjutnya Turner and Helms (Tedjasaputra, 2003) mengajukan jenis bermain destruktif.

Page 15: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

B. Peran Guru dalam Kegiatan Bermain Bersama Anak

1. Beberapa Hasil Penelitian mengenai Peran Guru yang Kurang Menunjang

Kegiatan Bermain Anak. Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh File dan

Kontos pada tahun 1993 di Amerika Serikat (Johnson, 1999), diperoleh hasil bahwa para guru lebih banyak memberikan dukungan dalam aspek perkembanganan kognitif dan kurang mengembangkan aspek sosial dari kegiatan bermain.

2. Beberapa Hasil Penelitian mengenai Dampak Positif dari Keterlibatan Guru dalam Aktivitas Bermain Bersama Anak

1. Lamanya (durasi) anak bermain bersama teman menjadi dua kali lipat dari biasanya dibandingkan bila mereka dilepas untuk bermain sendiri tanpa guru (Sylva et.at dalam Johnson, 1999)

2. Anak-anak akan menampilkan kegiatan bermain kooperatif. Berarti dengan keikutsertaan guru, anak-anak mau melibatkan diri dalam kegiatan bermain yang lebih bersifat sosial (Farran, Silveri & Culps dalam Johnson, 1999)

Page 16: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

3. Kegiatan bermain yang dilakukan anak menunjukkan tahapan kognitif yang lebih tinggi (Howes & Smith dalam Johnson, 1999)

4. Dalam aktivitas membaca buku, ternyata anak-anak menunjukkan minat membaca dan menulis yang lebih tinggi (Christie & Enz, Morrow & Rand dan Vulkelich dalam Johnson, 1999)

3. Strategi untuk Pengayaan Anak melalui Aktivitas Bermain

a. Mempersiapkan sumber-sumber untuk bermain, termasuk didalamnya waktu, ruangan, perlengkapan bermain, dan pengalaman bermain

b. Observasi Pengamatan yang hati-hati serta cermat akan membantu

guru untuk mencari tahu mengenai apa yang dilakukan oleh anak didiknya

c. Keterlibatan guru Interaksi secara positif ditandai oleh sikap guru yang

mendukung (supportive) serta tanggapan (responsive) terhadap perilaku maupun kebutuhan anak

Page 17: Modul 4  bermain anak usia 4-6tahun

C. Observasi

Observasi merupakan metode yang sarat manfaat karena melalui observasi, guru dapat mengenal anak dengan lebih dalam. Dari observasi pula guru dapat memperoleh data mengenai perkembangan sosial serta kognitif anak.