Modul 2 Pengumpulan dan Analisis Data Spasial serta Pemetaan untuk Mendukung RZWP3-K

download Modul 2 Pengumpulan dan Analisis Data Spasial serta Pemetaan untuk Mendukung RZWP3-K

of 92

description

Disampaikan oleh Dr. Ir. Subandono Diposantoso., M.Eng - Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Transcript of Modul 2 Pengumpulan dan Analisis Data Spasial serta Pemetaan untuk Mendukung RZWP3-K

PowerPoint Presentation

MODUL 2:PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA SPASIAL, SERTA PEMETAAN UNTUK MENDUKUNG RZWP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANDIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILOleh:Dr. Ir. Subandono Diposaptono, M.EngDirektur Tata Ruang laut, Pesisir dan PPKDirektorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau KecilJakarta, 26 November 2013

(RPJP, RSWP-3-k)Visi dan Tujuan/sasaran yg Jelas 12 data setsPelibatan Stakeholder (Stakeholder engagement)

Direktorat TRLP3K

Topik Bahasan:Kebutuhan Data Dasar dan TematikPengumpulan DataSurvei LapanganPenyusunan Peta TematikPenyusunan Paket SumberdayaPenyajian Peta

Setelah mengikuti pelatihan tentang modul ini, peserta dapat memahami kebutuhan data dasar dan tematik, pengumpulan data, survei lapangan, penyusunan peta tematik, dan penyusunan paket sumberdaya untuk penentuan kesesuaian pemanfaatan perairan.

#34

5FENOMENA INUL

6PENGAMBILAN KE-PUTUSANKOMUNIKASI, PERENCANAANDATABASE INFORMASIPENGELOLA DATASISTEM ANALISSURVEYOR DLLPEREKAYASA, ILMUWANPENGAMBIL KEPUTUSANINFORMASI SKENARIOMODEL, SIMULASIDATA PENGUKURANDATA DAN INFORMASI

(Permen 16/2008)PENYUSUNAN PETA TEMATIK

Kebutuhan Data dan Informasi

Direktorat TRLP3K

Kebutuhan data dasar dan tematik untuk penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K

Jenis Data yang dibutuhkan: Data spasial dan non spasial yang tersusun dalam database spasial (link antara data spasial dan atribut)

Skala yang dibutuhkan:

1: 250.000 utk RZ Provinsi

1: 50.000 utk RZ Kabupaten

1: 25.000 utk RZ Kota#10Standar layout Peta Rencana Zonasi Skala Provinsi (1:250.000)Untuk ukuran kertas A1

#

Standar layout Peta Rencana Zonasi Skala Kabupaten ( 1:50.000)Untuk ukuran kertas A1#

PETA PENGGUNAAN LAHANPENGGUNAAN LAHAN MARINE USE#13

Direktorat TRLP3K

KEBUTUHAN DATA DASAR DAN TEMATIK (12 Dataset)

Baseline DatasetTerestrial Bathimetri Thematic DatasetGeologi dan GeomorfologiOseanografi Fisik: Arus, gelombang, pasut, Suhu permukaan, kecerahan Kimia: pH, Salinitas, DO, TSS, TDS, COD, BOD, Ammonia, Nitrat, Nitrit, Fosfat, Silika, Logam berat dllBiologi: Plankton, Klorofil, benthosEkosistem pesisir (terumbu karang, lamun, mangrove) dan Sumberdaya Ikan (Demersal dan pelagis)Penggunaan Lahan dan Status Lahan Pemanfaatan Wilayah laut EksistingSumberdaya AirInfrastrukturSosial BudayaEkonomi WilayahRisiko Bencana dan Pencemaran#14BASELINE DATASETSA. DATASET TERESTRIALPeta Tanah, Peta Topografi, Peta Lereng, Menggunakan Data dari PETA RTRWB. DATASET BATIMETRIPeta BathimetriTHEMATIC DATASETS A. DATASET GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGIPeta Geologi Dasar Laut (Substrat Dasar Perairan)Peta Geologi dan Peta Geomorfologi Menggunakan Data dari PETA RTRWB. DATASET OSEANOGRAFIOseanografi Fisik e. Peta Kecerahanf. Peta TSS

Oseanografi Kimia Peta Sebaran pHPeta Sebaran SalinitasPeta Sebaran Oksigen terlarut (DO)Peta Sebaran CODPeta Sebaran BODPeta Sebaran Ammonia (NH3-N)+Peta Sebaran Nitrat (NO3-N)Peta Sebaran Nitrit (NO2)Peta Sebaran Fosfat (PO4-P)+Peta Sebaran Silika (Si)

3.Oseanografi BiologiPeta Sebaran PlanktonPeta Sebaran Klorofil Peta Sebaran BenthosC. DATASET PENGGUNAAN LAHAN DAN STATUS LAHANPeta Penggunaan Lahan dan Peta Status Lahan Menggunakan Data dari PETA RTRWD. DATASET PEMANFAATAN WILAYAH LAUT 1. Peta Pemanfaatan Wilayah Laut yang Ada (Eksisting) E. DATASET SUMBER DAYA AIRPeta Sumberdaya Air Permukaan dan Air Tanah Menggunakan Data dari PETA RTRWF. DATASET EKOSISTEM PESISIR DAN SUMBERDAYA IKANPeta Ekosistem Pesisir (Mangrove, Terumbu Karang, Lamun) dan Sumberdaya Ikan Demersal (Jenis dan kelimpahan Ikan)Sumberdaya Ikan PelagisG. DATASET INFRASTRUKTURPeta sebaran inftastruktur K/PRincian Peta-peta Tiap DatasetB. DATASET OSEANOGRAFIOseanografi Fisik Peta ArusPeta GelombangPeta PasutPeta Suhu Permukaan LautH. DATASET DEMOGRAFI Peta Demografi Wilayah I. DATASET EKONOMI WILAYAHPeta tingkat perekonomian wilayah G. DATASET RISIKO BENCANA DAN PENCEMARANPeta Risiko BencanaPeta Pencemaran perairan (Logam Berat dll)15

Fisheries Management

Santa Barbara area (just outside Santa Barbara Channel), Central California. The red cylinders represent mean # of fish per haul that were collected on a vessel. They first saw the SeaSonde data and satellite-derived sea surface temperature map and decided it would be interesting to move have the boat do a transect brining them directly through the center of the gyre structure in current. The results showed that the mean # of fish per haul were over 5 times greater in the nutrient-rich cold water upwelling center than outside of the gyre. Looking for interesting features to guide field work and also to make management decisions based on this knowledge is a growing application.Fisheries management is another application of data. This example shows data from Central California, in Santa Barbara area (just outside Santa Barbara Channel). The red cylinders represent mean # of fish per haul that were collected on a vessel. They first saw the SeaSonde data and satellite-derived sea surface temperature map and decided it would be iteresting to move have the boat do a transect brining them directly through the center of the gyre structure in current. The results showed that the mean # of fish per haul were over 5 times greater in the nutrient-rich cold water upwelling center than outside of the gyre. Looking for interesting features to guide field work and also to make management decisions based on this knowledge is a growing application.17Batas Kecamatan Pesisir

Jml NLP untuk 1:250.000 ?Jml NLP untuk 1:50.000 ?

Terestrial DS?Geology & Geomorfology Data Set ?Bathymetry Data Set ?Oceanography Data set ?Kecamatan PesisirSurvei Base Line KABUPATEN 18

Suitability dataset, Resiko/BencanaMarine Area use data set ?

Land Use, infra, demografi, ekonomi4 milGound truthSurvei Thematic LineJml NLP untuk 1:250.000 ?Jml NLP untuk 1:50.000 ?

- Penggunaan LahanGeomorfologiEkosistem mangroveEkosistem Terumbu karang dan mangrovePemanfaatan Wilayah lautSuhu, klorofil perairanKerawanan bencana: SLR, AbrasisatelitTerestrial, GeologiBathimetri, Arus, pasut, gelombang, Fisika, Kimia dan biologi perairan, jenis dan kelimpahan ikan, infrastruktur, demografi, NOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATA1Jenis tanahPeralatan pengukuran tanah, GPSPengukuran proporsional sesuai kelas tanahPengukuran Langsung dan uji lab tanah2TopografiTheodolitPengukuran Langsung3Geologi dan GeomorfologiCitra satelit, GPSSesuai klasifikasi geologi/geomorfologiAnalisis citra satelit dan ground check5Penggunaan lahanCitra satelit, GPSSesuai klasifikasi penggunaan lahanAnalisis citra satelit 6Pemanfaatan Wilayah lautCitra satelit, GPSSesuai klasifikasi pemanfaatan laut Analisis citra satelit dan pengukuran langsung7Terumbu karang, lamun, mangroveCitra satelit, GPSSesuai klasifikasi ekosistemAnalisis citra satelit dan pengukuran langsungNOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATA 8BathymetryEchosounder, GPSPengukuran Langsung 9TideTide gaugeAt least 30 daysPengukuran Langsung10CurrentCurrentmeterEvery 1 hour for 3 days, 3 musimPengukuran Langsung11Bed materialGrab sampler 300 samples/2000km2Pengukuran Langsung12SuhuThermometer300 samples/2000km2Citra satelit dan pengukuran langsung13SalinitasSalinometer300 samples/2000km2Pengukuran Langsung14pHpH meter300 samples/2000km2Pengukuran Langsung15KecerahanSechii disk300 samples/2000km2Pengukuran LangsungNOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATA16TSS dan TDSModel gravitasi300 samples/2000km2Pengukuran lab17DODO meter300 samples/2000km2Pengukuran Langsung18CODBotol sampel300 samples/2000km2

Pengukuran Lab19BOD5Botol sampel 300 samples/2000km2Pengukuran Lab20AmoniaBotol sampel300 samples/2000km2Pengukuran Lab21NitratBotol sampel300 samples/2000km2Pengukuran Lab22NitritBotol sampel300 samples/2000km2Pengukuran Lab23FosfatBotol sampel300 samples/2000km2Pengukuran LabNOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATA24Sumberdaya ikan demersalCitra satelit, peralatan tangkapPengukuran pada lokasi tertentu

Analisis citra dgn pendekatan ekosistem25Sumberdaya ikan pelagisCitra satelit, peralatan tangkapPengukuran pada lokasi tertentu

Analisis citra satelit dengan pendekatan suhu, klorofil, arus dan TSS26Jenis dan kelimpahan ikanTransek Underwater Visual CensusPengukuran pada lokasi tertentuYang terpilihPencatatan di lapangan dan analisis kelimpahan ikan 27Infrastruktur GPSSeluruh dataInterpretasi citra dan Pengukuran langsung28Demografi QuisionerSeluruh kecamatan pesisirWawancara langsung29Ekonomi wilayahData sekunder, quisionerSeluruh kecamatan pesisir Data sekunder dan wawancara langsungNOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATARisiko bencana30TsunamiTide gauge/peralatan modellingPengukuran pada lokasi tertentuRekaman data tsunami masa lampau, pemodelan tsunami31Gelombang ekstrimWave recorderPengukuran pada lokasi tertentuRekaman data gelombang masa lalu, pemodelan gelombang32Kenaikan muka air lautTide gaugeProporsional sesuai luasan wilayahAnalisis citra satelit multitemporal, pengukuran lapangan33Erosi/abrasi pantaiCitra satelitPengukuran pada lokasi tertentu

Analisis citra satelit multitemporal, ground check34Angin puting beliungAnemometerPengukuran pada lokasi tertentu

Rekaman data angin masa laluNOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATA35Intrusi air lautWater checkerPengukuran pada lokasi tertentuPengukuran langsung 36Banjir/RobTide gauge, citra satelitPengukuran pada lokasi tertentuRekaman banjir rob masa lalu, pemodelan banjir37PencemaranPeralatan kualitas airPengukuran pada lokasi tertentusesuai daerah terindikasi pencemaran Analisis citra satelit thermal dan multitemporal, ground check, Analisis LaboratoriumParameter Peta Dasar Perairan Laut Untuk Penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K Kabupaten/KotaPeta Kontur Kedalaman laut Skala 1 : 50.000 dengan interval kontur:0; 2; 5; 10; 15; 20; 30; 40; 50; 70; 100; 150; 200; 300sesuai kedalaman maksimum di wilayah kewenangannya.No.Jenis Peta TematikInterval Kelas1.Kecepatan Arus 0,05 m/detik2.Tinggi Gelombangper 0,1 m3.Temperatur Permukaan Laut20 - 35 (C); per 1 (C)4.Salinitas15 - 35 (); per 1 ()5.Oksigen Terlarut / DO1 - 9 (mg/l); per 0,5 (mg/l)6.Derajat Keasaman (pH)4 9; per 0,57.Kecerahan Perairan1 - 20 m; per 1 mParameter Peta Tematik Perairan Laut Untuk Penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K

Direktorat TRLP3K

KEBUTUHAN DATA DASAR DAN TEMATIK

NOKATEGORI DATARENCANA ZONASI WP-3-K KABUPATENJENIS DATA/PETAKEDETILAN INFORMASISUMBER DATAPRIMERSEKUNDER1Peta DasarPeta Rupabumi Skala 1 : 50.000Batas Administrasi sampai kecamatan, Gedung dan Bangunan, Jaringan Jalan, Pemanfaatan Lahan ExistingBIGLingkungan Pantai Indonesia Skala 1 : 50.000Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh, Garis Cakupan 4 mil laut, Kabel Dalam Air, Pipa Dalam AirBIGPeta Wilayah PerencanaanPeta Batas Wilayah PerencanaanBatas Wilayah Perencanaan WP-3-K Kabupaten Analisa GISBIG, Kemendagri (darat)2Citra SatelitCitra Satelit Citra satelit resolusi minimum 10 x 10 meterLapan, Instansi TerkaitA. Peta Dasar dan Citra Satelit#27

Direktorat TRLP3K

KEBUTUHAN DATA DASAR DAN TEMATIK

B. Data Spasial Dasar

#28

Direktorat TRLP3K

KEBUTUHAN DATA DASAR DAN TEMATIK

B. Data Spasial Dasar

#29

Direktorat TRLP3K

KEBUTUHAN DATA DASAR DAN TEMATIK

B. Data Spasial Dasar

#30

Direktorat TRLP3K

KEBUTUHAN DATA DASAR DAN TEMATIK

B. Data Spasial Tematik

#31

Direktorat TRLP3K

KEBUTUHAN DATA DASAR DAN TEMATIKB. Data Spasial Tematik

#32

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#33

Direktorat TRLP3K

#34

Direktorat TRLP3K

#35

Direktorat TRLP3K

#36

Direktorat TRLP3K

#37

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#38

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#39

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#40

Direktorat TRLP3K

#41

Direktorat TRLP3K

#42

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#43

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#44

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#45

Direktorat TRLP3K

B. Data Spasial Tematik

#46

Pengumpulan Data:Jenis Data dan Metode Pengolahan Data SekunderNoJenis DataTipe DataFormat DataContoh Data/PetaMetode Analisis Data/Peta1Peta Analog Peta CetakanHardcopyPeta Hardcopy Rupabumi, Peta Hardcopy Geologi Konversi data analog ke digital (scanning), digitasi, dan plotting ke peta dasar2Data/Peta DigitalData hasil digitasi peta analog ShapefileData vektor penggunaan lahan, Data vektor garis pantaiDigitasi dan plotting ke peta dasarData hasil konversi dataShapefilePeta kontur ketinggian lahan hasil konversi dari Data Digital Elevation Model (DEM)Konversi dari data raster ke data vektor (Vectorization) dan plotting ke peta dasarData Hasil Plotting GPS/Pengukur-an LapanganShapefileData titik lokasi sampel pengukuran fisika perairan Standardisasi format dan kelengkapan data, Interpolasi dan plotting ke peta dasarData Hasil Interpretasi Citra SatelitShapefilePeta penggunaan lahan, peta batas ekosistem mangroveStandardisasi format dan kelengkapan data dan plotting ke peta dasarData Hasil Analisis GIS dan Pemodelan MatematisShapefilePeta Sebaran Terumbu Karang hasil Pemodelan Lyzenga, Peta risiko bencana, Peta arah dan kecepatan arusStandardisasi format dan kelengkapan data dan plotting ke peta dasar3Data Tabular/NumerikData numerik (Angka) yang memiliki informasi LokasiXls, DbfData Jumlah Penduduk Kecamatan X, Data Numerik Hasil Pengukuran Fisika Perairan di Laut X, Lokasi InfrastrukturAnalisis Data dan Plotting ke peta dasar#47

PERSYARATAN KUALITAS DAN KUANTITAS DATASkalaSkala memberikan informasi mengenai perbandingan antara ukuran obyek di peta dibandingkan dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

2. Akurasi geometrikAkurasi geometrik merupakan informasi mengenai ketepatan posisi dan presisi dalam penyusunan peta dasar atau tematik. Sebagai acuan standard, proyeksi yang digunakan dalam pemetaan adalah Universal Transverse Mercator (UTM) dan datum horisontal yang digunakan adalah World Geodetik System 1984 (WGS-84).

3. Kedalaman DataKedalaman data hampir mirip dengan kedetilan data. Kedalaman data memberikan informasi mengenai kedalaman informasi yang dapat dipetakan pada saat proses penyusunan data/peta tematik, baik pada saat identifikasi obyek dari citra satelit maupun kedalaman pada saat pengambilan sampel pada saat survei lapangan. #48

PERSYARATAN KUALITAS DAN KUANTITAS DATA4. Kedetilan DataKedetilan data memberikan informasi mengenai sejauh mana tingkat klasifikasi data tematik dapat dikeluarkan. Kedetilan klasifikasi untuk setiap tingkatan perencanaan berbeda-beda (misalnya untuk skala 1 : 250.000, 1 : 50.000 dan 1 : 25.000) sehingga keluaran peta tematik juga memiliki tingkatan informasi yang berbeda-beda.

5. Kemutakhiran DataKemutakhiran data (akurasi temporal) merupakan persyaratan mengenai batasan waktu terhadap data sekunder (data spasial dan non spasial) yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana zonasi WP-3-K.

6. Kelengkapan atributKelengkapan atribut merupakan persyaratan mengenai kelengkapan atribut yang harus ada dalam setiap data spasial, terutama data digital. #49SURVEI LAPANGAN

TERESTRIAL

1. DATA TANAH

Peta tanah dalam penyusunan RZWP-3-K tidak perlu dikeluarkan apabila sudah tersedia Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) karena peruntukan di daratan pesisir mengikuti RTRW yang ada.

PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS TANAH (PRIMER)

Analisis citra penginderaan jauh dilakukan dengan cara identifikasi karakteristik tanah pada citra seperti bentuk lahan, kemiringan lereng, jenis batuan, kelembaban tanah permukaan, tutupan vegetasi dan penggunaan lahan. Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan faktor-faktor pembentuk tanah secara langsung, melalui analisis sampel tanah di laboratorium. 1. Metode Survei Pemetaan dan Analisis Data DasarKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

2. TOPOGRAFI Peta topografi umumnya dapat diperoleh dari instansi terkait (diturunkan dari peta Rupabumi skala 1 : 50.000 untuk kabupaten). Apabila Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sudah diperdakan, peta topografi tidak perlu dikeluarkan dalam pemetaan RZWP-3-K.

METODE PENGUKURAN DI LAPANGAN :

Metode terestris Pengukuran topografi dilakukan dilapangan dilakukan dengan menggunakan peralatan ukur seperti : Theodolit, Waterpass, GPS, dan Total Station. 2. Metode pemodelan Digital Elevasi Model (DEM) Informasi topografi yang diwakili oleh bentuk relief dan kemiringan lereng dapat diperoleh melalui pemodelan DEM. Data DEM diolah melalui analisis kontur permukan bumi yang diperoleh dari peta rupabumi. KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

3. BATHIMETRI Pengumpulan data bathimetri dimaksudkan sebagai data dasar dalam menganalisis kedalaman perairan laut.

METODE PENGUKURAN:Metode yang digunakan adalah dengan metode pemeruman dasar perairan.

METODE PENENTUAN LOKASI SURVEI: menggunakan metode pemeruman, yaitu penentuan lokasi ditentukan secara sistematis dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik kedalaman di wilayah perairan setempat

METODE PENGAMBILAN DATA:Grid pengukuran yaitu 20 meter yaitu dengan perekaman data bathimetri setiap 1 (satu) detik. Misal: Lebar tegak lurus ke arah laut (ke selatan) 1,5 km dan sejajar pantai dari barat ke timur 3 km.

Koordinat titik - titik pengukuran didapat dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning Sistem) yang telah terintegrasi dengan Echosounder.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

RENCANA JALUR PENGUKURANILUSTRASI SURVEY BATIMETRI

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Pengolahan data bathimetri bisa menggunakan software surfer atau sejenisnya dengan cara interpolasi terhadap titik-titik kedalaman yang telah diukur di lapangan. Titik-titik lokasi yang memiliki informasi kedalaman kemudian diinterpolasi menghasilkan peta kedalaman (isobath) perairan.

PENYAJIAN DATA

Peta Bathimetri disajikan dalam interval kontur: 0; 2m; 5m; 10m; 15m; 20m; 30m; 40m, 50m, 70m; 100m; 150; 200m; 300m

Lanjutan 3. Bathimetri..KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA BATHIMETRI BATHIMETRI (KEDALAMAN PERAIRAN)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASIlustrasi Peta Bathimetri Wilayah Banggai

Ilustrasi Interval Kontur Bathimetri Teluk Poh Wilayah BanggaiKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

GEOLOGI 2. Metode Pemetaan dan Analisis Data Spasial Tematik DARATPeta geologi dapat diperoleh dari instansi terkait (lebih diutamakan dari data sekunder) atau apabila Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sudah diperdakan, peta geologi tidak perlu dikeluarkan dalam pemetaan RZWP-3-K.

Utk analisis Geologi dan Survei lapangan, metodologi yang dilakukan observasi dengan menggunakan teknik penginderaan jauh dan survei terestrial, dan dibantu dengan Sistem Informasi Geografis. KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

2. Metode Pemetaan dan Analisis Data Spasial Tematik GEOLOGI DASAR LAUT

Peta geologi dasar laut memberikan petunjuk tentang susunan lapisan batuan dasar laut dan pada umumnya memberikan informasi tentang formasi apa saja yang ada di daerah yang dipetakan

Selain Kondisi batuan, perlu diidentifikasi jenis substrat dasar yang ada, misalnya berupa pecahan karang, pasir, lumpur, lumpur berpasir dan sebagainya.

METODE IDENTIFIKASI :

Analisis citra satelit altimetryPemeruman dasar perairan (Single dan Multi Beam, Side - Scan SonarPeralatan Pengambilan contoh sedimen dasar lautAnalisa Laboratorium (Analisis besar butir, Analisis mineral berat, Analisis Geokimia, Analisis Unsur Tanah Jarang, Mikrofauna

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

2. Metode Pemetaan dan Analisis Data Spasial Tematik

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

2. Metode Pemetaan dan Analisis Data Spasial Tematik

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA geologi dan geomorfologiSUBSTRAT DASAR

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Geomorfologi2. Metode Pemetaan dan Analisis Data Spasial Tematik Pemetaan geomorfologi dimaksudkan untuk memperoleh informasi bentuk lahan di suatu wilayah. Metode pengumpulan data menggunakan teknik interpretasi citra, pengolahan citra secara digital dan survei lapangan

Data bentuklahan dapat diperoleh dari instansi terkait atau apabila Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sudah diperdakan, peta geomorfologi tidak perlu dikeluarkan dalam pemetaan RZWP-3-K.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIA. ARUSMETODE PENGUKURAN ARUS

Metode Euler

merupakan metode pengukuran arus pada lokasi yang tetap (misal : current meter). Sensor yang digunakan meliputi sensor mekanik dan sensor non-mekanik. Sensor Mekanik meliputi Current Meters seri RCM, Current Meters Vektor Rata-rata (VACM), dan Vector Measuring Current Meter (VMCM), sedang Sensor Non Mekanik terbagi menjadi Acoustic Current Meter (ACM), Elektromagnetik Current Meter (ECM), Acoustic Doppler Current Meter (ADCM).

Metode Lagrange

merupakan metode pengukuran arus dengan mengikuti jejak suatu alat (misal : pelampung). Teknis konvensional dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan sedangkan Teknik Modern atau Pencatat arus Quasi-Lagrange, yang meliputi pencatat arus permukaan dan bawah permukaan.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIA. ARUSMETODE PENENTUAN LOKASI SURVEI

Metode teknik non random sampling dengan teknik area sampel, Umumnya pengukuran arus dapat diwakili dengan 3 sampel untuk setiap kawasan tertentu dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik wilayah perairan setempat.

1. Karakteristik Daerah Pantai/Lepas Pantai

Pertimbangan yang digunakan adalah lokasi dekat pantai (near shore) untuk mengetahui karakteristik arus di dekat pantai dan lokasi lepas pantai (off shore) untuk karakteristik arus lepas pantai

2. Karakteristik Daerah Teluk

Pertimbangan yang digunakan adalah lokasi di dalam teluk untuk megetahui karakteristik arus di dalam teluk dan lokasi di luar teluk untuk karakteristik arus di luar teluk.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIA. ARUS PENENTUAN LOKASI SURVEI

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIA. ARUS METODE PENGAMBILAN DATAPengukuran arus di perairan laut dilakukan minimal selama 3 x 24 jam dengan interval waktu pencatatan antara 10 menit 1 jam.

Pengukuran sebaiknya dilakukan pada saat kondisi pasang surut pada fase spring tide (pasang surut di saat bulan purnama atau bulan mati), hal ini untuk memperoleh hasil pengukuran arus yang optimal.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

PETA OSEANOGRAFILOKASI PENGUKURAN ARUS DAN GELOMBANG LAUT (BUALEMO)KEMENTERIAN PPN/BAPPENASHasil Pengukuran Data Kecepatan dan Arah Arus

0-2 m2-4 m4-6 m6-8 m8-10 m10-12 mKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0-2 m2-4 m4-6 m6-8 m8-10 m10-12 mCurrent RoseKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

GRAFIK VERIFIKASI KECEPATAN ARUS RATA-RATA HASIL PENGUKURAN DAN MODEL MATEMATIKKOMPONEN ARAH X (Vx)KOMPONEN ARAH Y (Vy)

403020100-10-20-30-40

403020100-10-20-30-40

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASScatter Plot Kecepatan Arus Kedalam 0 2 meter

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Scatter Plot Kecepatan Arus Kedalam 2 4 meterKEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Scatter Plot Kecepatan Arus Kedalam 4 6 meterKEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Scatter Plot Kecepatan Arus Kedalam 6 8 meterKEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Scatter Plot Kecepatan Arus Kedalam 8 10 meterKEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIARUS LAUT (ARUS LAUT SAAT KONDISI PASANG)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIARUS LAUT (ARUS LAUT SAAT KONDISI SURUT)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASAnimasi Model Arus

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIB. GELOMBANGMETODE PENGUKURAN GELOMBANG:Metode Langsung: metode pengukuran gelombang pada lokasi secara langsung (misalnya menggunakan papan berskala, meteran, serta wave rider atau wave recorder) Metode Tidak Langsung yaitu melalui informasi atau perekaman dari citra satelit

Untuk mengetahui karakteristik dan parameter gelombang (meliputi tinggi, periode, panjang gelombang, dll)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIB. GELOMBANGMETODE PENENTUAN LOKASI SURVEY

Metode teknik non random sampling dengan teknik area sampel, yaitu penentuan lokasi ditentukan pada lokasi tertentu dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik wilayah perairan setempat.

Lokasi titik pengukuran gelombang ditentukan di dekat pantai (near shore) untuk mengetahui karakteristik gelombang di dekat pantai, dan lokasi lepas pantai (offshore) untuk mengetahui karakteristik gelombang lepas pantai.

Lokasi titik pengukuran gelombang ditentukan di dalam teluk dan tanjung untuk mengetahui karakteristik gelombang di dalam teluk dan tanjung, dan lokasi di luar teluk dan tanjung untuk mengetahui karakteristik gelombang di luar teluk dan tanjung.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIB. GELOMBANG

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIB. GELOMBANGMETODE PENGAMBILAN DATAPengukuran gelombang di perairan laut dilakukan minimal selama 3 x 24 jam dengan interval waktu pencatatan antara 10 menit 1 jam.

Pengukuran sebaiknya dilakukan pada saat kondisi pasang surut pada fase spring tide (pasang surut di saat bulan purnama atau bulan mati), hal ini untuk memperoleh hasil pengukuran gelombang dengan kondisi pasut dengan kisaran yang besar.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Pengolahan/analisis data gelombang laut 1). Grafik Tinggi dan Periode GelombangUntuk mengetahui pola besarnya tinggi (H) dan perioda gelombang (T) terhadap waktu (selama waktu) pengukuran.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Pengolahan/analisis data gelombang laut 2). Perhitungan Parameter Gelombang

Untuk mengetahui parameter gelombang, diantaranya adalah frekuensi gelombang, panjang gelombang, bilangan gelombang, kecepatan gelombang, dll.

Bisa digunakan untuk mengetahui karakteristik gelombang seperti klasifikasi gelombang atau mengetahui profil kecepatan orbital gelombang.

Menghitung klasifikasi gelombang, berdasarkan kedalaman relative. Gelombang di laut dangkal jika d/L 1/20; Gelombang dilaut transisi jika 1/20 d/L 1/2; Gelombang di laut dalam jika d/L

3). Model Matematika Penjalaran GelombangUntuk mengetahui karakteristik besarnya dan arah penjalaran gelombang menuju pantai. KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIGELOMBANG LAUT (GELOMBANG LAUT MUSIM BARAT-BARAT DAYA)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIGELOMBANG LAUT (GELOMBANG LAUT MUSIM TIMUR-TENGGARA)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIGELOMBANG LAUT (GELOMBANG LAUT MUSIM TIMUR-TIMUR LAUT)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIC. PasutTUJUAN PENGUKURAN PASUT

Pengumpulan data pasang surut dimaksudkan sebagai data dasar dalam menganalisis kondisi eksisting pasang surut, sehingga baik tipe pasut maupun komponen pasang surutnya dapat diketahui.

Tujuan pengukuran pasut adalah untuk mengetahui :Tipe pasang surutMean Sea level (MSL)Mean High Water Level (MHWL)Mean Low Water Level (MLWL)Mean Lowest Low Water Level (MLLWL)Tunggang air maksimum, minimum dan rata rata.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIC. PasutMETODE PENENTUAN LOKASI SURVEY

Penentuan lokasi pengukuran pasut diutamakan pada lokasi yang sudah ada stasiun pengamatan pasang - surut dari Dishidros TNI - AL atau Bakosurtanal

Bila belum ada stasiun pengamatan, maka penentuan lokasi pengukuran pasut yang stabil dan terlindung dari ombak besar, angin, lalu lintas kapal/perahu, arus kuat, serta titik pasut diikatkan pada Bench Mark (BM) yang permanen yang stabil, dengan kedalaman minimum air laut pada station pasut minimum 1 (satu) meter dibawah permukaan air laut terendahKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFIC. PasutMETODE PENGAMBILAN DATA

Pengukuran pasang surut di perairan laut dilakukan selama 30 hari x 24 jam dengan interval waktu pencatatan antara 10 menit 1 jam, tergantung dengan alat yang digunakan

Jika menggunakan tide gauge otomatis maka kita bisa merekam data pasut setiap 10 menit bahkan kurang, namun jika menggunakan pengamatan manual dengan palem (papan berskala) pasut maka biasanya diamati setiap jam, dimana pengamat (pencatat) pasut akan menuliskan kedudukan elevasi muka air laut setiap jam pada buku pencatatan setiap jam (24 jam x 30 hari).

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

PENYAJIAN DATA PASUT

Grafik Plot Tujuan dari penyajian data dengan ini adalah untuk mengetahui tinggi elevasi muka air (pasut) terhadap waktu (selama waktu) pengukuran.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

PENYAJIAN DATA PASUT

2. Analisis harmonik pasut

menggunakan metode admiralty adalah untuk mengetahui komponen pasang surut, sehingga dapat diketahui tipe pasut, serta karakteristik pasut lainnya

Data pencatatan dianalisis untuk mendapatkan karakteristik parameter pasang - surut yang meliputi 9 (sembilan) konstanta harmonis pasut (M2, S2, N2, K2, K1, O1, P1, M4, MS4) dan type pasut, MSL, LLWL dan HHWL

Untuk mendapatkan tipe pasut, maka Konstanta Pasut (Tidal Constanta) yang dihasilkan dihitung menggunakan formula KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS