Modul 2 (Lanjutan): Pengumpulan dan Analisis Data Spasial serta Pemetaan untuk Mendukung RZWP-3-K

download Modul 2 (Lanjutan): Pengumpulan dan Analisis Data Spasial serta Pemetaan untuk Mendukung RZWP-3-K

of 82

description

Disampaikan oleh Dr. Ir. Subandono Diposantoso., M.Eng - Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Transcript of Modul 2 (Lanjutan): Pengumpulan dan Analisis Data Spasial serta Pemetaan untuk Mendukung RZWP-3-K

PELUANG PENGEMBANGAN PULAU-PULAU KECIL MELALUI PROGRAM ADOPSI PULAU

MODUL 2 (Lanjutan) :PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA SPASIAL, SERTA PEMETAAN UNTUK MENDUKUNG RZWP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANDIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILOleh:Dr. Ir. Subandono Diposaptono, M.EngDirektur Tata Ruang laut, Pesisir dan PPKDirektorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau KecilJakarta, 26 November 2013

SURVEI LAPANGAN

OCEANOGRAFID. FISIKA PERAIRANData fisika perairan yang diukur meliputi suhu, kecerahan, Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS).

PENENTUAN LOKASI SAMPEL:

Penentuan Lokasi sampel untuk fisika perairan lainnya (suhu permukaan, kecerahan, TSS, TDS) dapat dilakukan dengan metode grid atau purposive sampling

Jika menggunakan metode grid, pada pemetaan skala 1 : 50.000, grid dibuat dengan panjang dan lebar 500 x 500 meter pada seluruh kawasan perencanaan. Lokasi pengambilan data ditentukan pada masing-masing grid.

Jika menggunakan metode purposive sampling, lokasi sampel ditentukan pada lokasi tertentu dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik wilayah perairan setempat (daerah pertemuan arus, daerah muara sungai, daerah di sekitar selat yang menghubungkan dua perairan, daerah teluk dan tanjung dan daerah yang memiliki variabilitas kondisi ekosistem)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

NoFisika PerairanSatuanMetode PengukuranPeralatan1SuhuO CIn situ/Analisis citra penginderaan jauhThermometer/Peralatan GIS2KecerahanMeterIn situSecchi disk3Total Suspended Solid (TSS)mg/llaboratoriummodel gravitasi.4Total Dissolved Solid (TDS)mg/llaboratoriummodel gravitasi.METODE PENGOLAHAN DAN ANALISA DATAMetode interpolasi (menarik garis yang menghubungkan titik dengan nilai yang sama). Interpolasi minimum menggunakan 10 titik dengan sebaran merata pada wilayah yang diinterpolasiMETODE PENGUKURAN DAN PERALATANKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

NoKimia dan Biologi PerairanSatuan PengukuranMetode PengukuranPeralatanKimiapH-In situpH meter, kertas LakmusOksigen terlarut(mg/l)LaboratoriumDO meterCOD(mg/l)LaboratoriumBotol sampelBOD5(mg/l)LaboratoriumBotol sampelAmmonia (NH3-N)+,(mg/l)LaboratoriumBotol sampelSilika (Si), (mg/l)LaboratoriumBotol sampelNitrat (NO3-N),(mg/l)LaboratoriumBotol sampelNitrit(mg/l)LaboratoriumBotol sampelFosfat (PO4-P)+,(mg/l)LaboratoriumBotol sampelBiologiPlankton (Individu/l)LaboratoriumPlanktonnet, botol sampelbenthos(Individu/m2)LaboratoriumEkman Grabklorofil(mg/m3)Analisis GISSoftware GIS dan citra satelitKIMIA DAN BIOLOGI PERAIRANKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

PENENTUAN LOKASI SAMPEL KIMIA DAN BIOLOGI PERAIRANPenentuan Lokasi sampel dengan metode grid atau purposive sampling

Jika menggunakan metode grid, pada pemetaan skala 1 : 50.000, grid dibuat dengan panjang dan lebar 500 x 500 meter pada seluruh kawasan perencanaan. Lokasi pengambilan data ditentukan pada masing-masing grid.

Jika menggunakan metode purposive sampling, lokasi sampel ditentukan pada lokasi tertentu dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik wilayah perairan setempat (daerah pertemuan arus, daerah muara sungai, daerah di sekitar selat yang menghubungkan dua perairan, daerah teluk dan tanjung dan daerah yang memiliki variabilitas kondisi ekosistem) KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

PENGOLAHAN DATA OCEANOGRAFI FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI PERAIRAN

Pengolahan data hasil pengukuran lapangan untuk parameter oseanografi fisika, kimia dan biologi yang tidak dimodelkan, dilakukan dengan metode interpolasi.

Data oseanografi fisika, kimia dan biologi hasil pengukuran lapangan biasanya berformat titik, untuk mendapatkan data garis atau poligon, data titik diinterpolasi menjadi data raster, dan kemudian divektorkan.KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFISALINITAS AIR LAUT

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS7PETA OSEANOGRAFITEMPERATUR PERMUKAAN AIR LAUT

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIKECERAHAN PERAIRAN

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIOKSIGEN TERLARUT (DO)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIpH (DERAJAT KEASAMAN)

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIAMMONIUM

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFINITRAT

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA OSEANOGRAFIFOSFAT

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

PENGGUNAAN LAHAN Penggunaan lahan merupakan salah satu bentuk campur tangan manusia terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan buatan untuk tujuan tertentu.

Apabila Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota sudah tersedia dan sudah diperdakan, maka peta penggunaan lahan pesisir tidak perlu dibuat lagi, cukup menggunakan data yang sudah ada.

METODE ANALISIS:

Klasifikasi multispektral dengan klasifikasi tak terselia (Unsupervised Classification).

2.Digitasi on screen. Interpretasi penggunaan lahan pada citra peninderaan jauh dilakukan dengan pendekatan 9 unsur interpretasi citra yaitu rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti. KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

STATUS LAHAN Peta status Lahan memberikan informasi mengenai kepemilikan lahan di wilayah daratan pesisir.

Klasifikasi status penguasaan lahan mencakup:Tanah negara (TN): tanah negara bebas yang statusnya masih dikuasai negaraTanah negara dibebani Hak (TAH), seperti hak pakai, hak pengelolaan, hal milik, hak adat/ulayat belum bersertifikat.

Apabila Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota sudah tersedia dan sudah diperdakan, maka peta status lahan pesisir tidak perlu dibuat lagi, karena zonasi di pesisir mengikuti RTRW yang sudah ada. KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting Pemanfaatan wilayah laut adalah berbagai kegiatan pemanfaatan yang dilakukan di wilayah perairan. Pada tingkatan kabupaten, kegiatan pemanfaatan laut meliputi: Area pertambanganKonservasi(Daerah yang dapat dimanfaatkan)PariwisataBMKTTambat LabuhRigFloating UnitBangunan perikanan permanen (KJA, Seabed,dll)Area penangkapan ikan modern dan tradisionalBudidaya laut: rumput laut, mutiaraMETODE SURVEISurvei dilakukan dengan cara ground check di lapangan dengan cara tracking dan plotting koordinat pada lokasi pemanfaatan laut yang ditemukan dengan menggunakan GPS.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA PENGGUNAAN LAHANPENGGUNAAN LAHAN MARINE USE

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Sumberdaya Air Identifikasi batas DAS dari data sekunder yang sudah ada di instansi terkait. Perhitungan cadangan air permukaan : untuk daerah aliran sungai yang telah dilakukan pengukuran debitnya agar menggunakan data hasil pengukuran debit sungai pada DAS tersebutPerhitungan cadangan air bawah tanah ada beberapa pendekatan: perhitungan cadangan air bawah tanah diperlukan data tebal akifer, sebaran akuifer dan transmisibilitas akuifer baik akuifer tidak tertekan maupun tertekan. Sumberdaya air di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menggambarkan informasi mengenai potensi air alami yang ada di wilayah daratan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Apabila sudah tersedia Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan sudah diperdakan, maka peta sumberdaya air tidak perlu dibuat, cukup mengacu peta sumberdaya air dari peta RTRW yang sudah ada.Pendekatan yang digunakan KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Ekosistem PesisirTERUMBU KARANGMETODE IDENTIFIKASI Analisis citra penginderaan jauh dilakukan dengan metode visual (on screen digitizing) maupun transformasi matematis, misalnya transformasi Lyzenga dan survei lapangan

SURVEI LAPANGAN

Metode pengambilan data biofisik terumbu karang untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan (life-form) dalam satuan persen, dan mencatat jumlah biota bentik yang ada sepanjang garis transek menggunakan metode line intercept transect (LIT)

LIT ditentukan pada garis transek 0-50 m. Seluruh biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian tiap sentimeter.KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Analisis kondisi terumbu karang dilakukan melalui perhitungan persentase tutupan karang berdasarkan bentuk pertumbuhan (lifeform)

Analisis penginderaan jarak jauh dilakukan dengan plotting data dan perbaikan interpretasi (reinterpretasi) berdasarkan hasil groundcheck/survei lapanganNo.Persentase Penutupan Karang Hidup (%)Kategori / Kriteria1.0 24buruk2.25 49,9sedang3.50 - 74,9baik4.75 100sangat baikKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSurvei Terumbu Karang dan Padang LamunLine Transect Terumbu KarangPlot Survei Padang Lamun

SURVEI LAPANGAN

Ekosistem PesisirLAMUNMETODE IDENTIFIKASI Identifikasi data lamun menggunakan metode penginderaan jauh (on screen digitizing/transformasi Lyzenga dan survei lapangan dengan metode Transek Kuadrat

SURVEI LAPANGAN

Pengukuran struktur komunitas padang lamun dilakukan melalui Metode Transek Kuadrat yang dibentangkan secara tegak lurus terhadap garis pantai. Metode ini digunakan untuk mengetahui komposisi spesies dan persentase penutupan lamun

Petak pengamatan seluas 10 m x 10 m, pada petakan tersebut diletakkan kuadrat ukuran 1 m x 1 m secara sejajar luas areal pengamatan. Pengamatan didukung dengan kamera bawah air (underwater camera) sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Hasil yang diperoleh dari metode ini adalah persentase tutupan relatif KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Ekosistem PesisirLAMUNPENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Berdasarkan hasil pengukuran spesies dan persentase penutupan lamun yang telah diidentifikasi di lapangan, dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk memperoleh kerapatan spesies, luas area penutupan dan indeks-indeks struktur komunitas.

Analisis penginderaan jarak jauh dilakukan dengan plotting data dan perbaikan interpretasi (reinterpretasi) berdasarkan hasil groundcheck/survei lapanganKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Ekosistem PesisirMANGROVEMETODE IDENTIFIKASI Identifikasi data lamun menggunakan metode penginderaan jauh (on screen digitizing/transformasi Lyzenga dan survei lapangan dengan plot petak

SURVEI LAPANGAN

Untuk mengidentifikasi struktur komunitas mangrove, menggunakan plot/petak dengan ukuran 10 x 10 meter yang diletakkan secara acak

Dilakukan identifikasi jumlah individu setiap jenis, dan lingkaran batang setiap pohon mangrove. Data-data mengenai spesies, jumlah individu dan diameter pohon yang telah dicatat pada tabel Form MangroveKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Ekosistem PesisirMANGROVEMETODE IDENTIFIKASI Identifikasi data lamun menggunakan metode penginderaan jauh (on screen digitizing/transformasi Lyzenga dan survei lapangan dengan plot petak.

SURVEI LAPANGAN

Untuk mengidentifikasi struktur komunitas mangrove, menggunakan plot/petak dengan ukuran 10 x 10 meter yang diletakkan secara acak.

Dilakukan identifikasi jumlah individu setiap jenis, dan lingkaran batang setiap pohon mangrove. Data-data mengenai spesies, jumlah individu dan diameter pohon yang telah dicatat pada tabel Form Mangrove.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Ekosistem PesisirMANGROVE

Berdasarkan data-data mangrove yang telah diidentifikasi di lapangan berupa spesies, jumlah individu dan diameter pohon, dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk memperoleh kerapatan jenis, frekuensi jenis, luas area penutupan, dan nilai penting jenis suatu spesies dan keanekaragaman spesies.KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

KLASIFIKASI MANGROVE

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPETA EKOSISTEM PESISIR DAN SUMBERDAYA IKANMANGROVE TERUMBU KARANG - LAMUN

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Delineasi Daerah Penangkapan Ikan (DPI) Sumberdaya Ikan Pelagis

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Delineasi DPI Sumberdaya Ikan Pelagis

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Delineasi DPI Sumberdaya Ikan PelagisKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Analisis penginderaan jarak jauh dilakukan dengan overlay data suhu, klorofil, SSHA,TSS multitemporal dan analisis tren/ kecenderung dominan sebaran pada 3 musim, yaitu Musim Barat, Musim Timur dan Musim Peralihan

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Contoh hasil overlay antara Suhu Permukaan laut dan SSTKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

KlorofilSuhuSSHABathimetri

Peta Daerah penangkapan IkanKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Survei LapanganMetode Hidroakustik

Memperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish finder.

Analisis hasil pengukuran hidroakustik dibuat dalam bentuk peta sebaran densitas ikan.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASMetoda Survei ValidasiPengumpulan DataData Densitas IkanDATA AKUSTIK-SIMRAD EK-500Data Chlorophyll-a dan SSTDATA SATELIT-MODISSebaran Spatial Chlorophyll-a (mg/l)Sebaran Densitas Ikan (ekor/m3)Potensi daerah penangkapan ikan dan sebaran densitas ikan

Contoh Hasil Analisis Lokasi Fishing Ground Pilihan SURVEI LAPANGAN

Delineasi Daerah Penangkapan Ikan (DPI) Sumberdaya Ikan DemersalDelineasi/pemetaan zona penangkapan ikan demersal dilakukan dengan metode analisis GIS dengan pendekatan ekosistem perairan. Beberapa parameter yang digunakan yaitu sebaran dan kualitas terumbu karang, padang lamun, mangrove, kedalaman perairan, topografi perairan, kecerahan, perubahan cuaca dan pencemaran.NoParameterSkor1351Kualitas ekosistem terumbu karang buruksedangbaik2Kualitas ekosistem padang lamun buruksedangbaik3Kualitas ekosistem mangrove buruksedangbaik4Kedalaman perairan (m)< 3 > 5 5Topografi dasar perairanlandaiLandai - curamcuram6Kecerahan < 55-10 > 107Perubahan CuacaSeringSedangJarang8PencemaranAdaSedikitTidak AdaKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Pengolahan dan analisis dataAnalisis data dilakukan dengan metode overlay dan skoring parameter-parameter sebaran dan kualitas terumbu karang, padang lamun, mangrove, kedalaman perairan, topografi perairan, kecerahan, perubahan cuaca dan pencemaran.Survei lapangan menggunakan metode swept area

Analisis hasil pengukuran swept area berupa hasil tangkapan per unit area dengan rata-rata biomass per unit area sehingga menghasilkan kepadatan stokKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Pendekatan Konvensional Daerah penangkapan IkanMetode Swept AreaData primer yang diperoleh dari survey swept area dianalisa untuk mengetahui stok ikan demersal yang terdapat pada lokasi survey dengan menggunakan formula tertentu

Metode Hidroakustikmemperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish finder.

Metode Surplus Production.

adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum (biasa disebut effort MSY), yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang, yang biasa disebut hasil tangkapan maksimum lestari (maximum sustainable yield/MSY). KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Jenis dan Kelimpahan IkanMetode pengambilan data ikan karang adalah Underwater Visual Census (UVC) yaitu pengamatan dilakukan di sekitar transek pengamatan terumbu karang dengan cakupan luas area berkisar antara 50 250 m2 atau lebih, tergantung dari kondisi perairan yang diamati dan mengikuti kontur dasar perairan.

Kolektor ikan karang mengidentifikasi dan mencatat jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di sekitar daerah pengamatan. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 3-10 meter, data yang dicatat adalah jenis spesies dan jumlah ikan.

Struktur komunitas ikan karang dapat digambarkan secara spesifik, karena pengambilan data dalam monitoring ini melibatkan jumlah dari masing-masing spesies. Oleh sebab itu, kelimpahan ikan karang dapat dihitung atau dianalisis lebih lanjut.KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

SURVEI LAPANGAN

Transek untuk pengamatan Jenis dan Kelimpahan IkanKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Analisis Jenis dan Kelimpahan IkanAnalisis komunitas ikan dilakukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman (H), indeks keragaman (E), dan indeks dominansi.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Analisis Jenis dan Kelimpahan Ikan

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Analisis Jenis dan Kelimpahan Ikan

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

Analisis Jenis dan Kelimpahan Ikan

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Tutupan karang, ikan karang dan kelimpahannya

SURVEI LAPANGAN

INFRASTRUKTURInfrastruktur Umum: BandaraTerminalPasar umumPelabuhan umumKawasan industriKantor pemerintahSekolahRumah sakit/puskesmasBangunan wisata/sejarah Infrastruktur Khusus: Pasar ikanKUDBalai Benih Ikan (BBI)Pelabuhan perikananTempat Pelelangan IkanGudang penyimpananBangunan perlindungan pesisir (jeti, penahan gelombang) Data Eksisting dan Rencana Jaringan Sistem Prasarana: TransportasiSumberdaya airEnergiTelekomunikasi PersampahanSanitasiDrainasePemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapanganKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

DEMOGRAFI DAN SOSIALPemetaan demografi dan kondisi sosial dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masyarakat dari sisi struktur dan komposisi penduduk dan sisi sosial.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam, observasi (pengamatan langsung) dan diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group DiscussionData yang dikumpulkan meliputi:

Populasi: jumlah, kepadatan dan distribusi umur Trend pertumbuhan populasi : tingkat kelahiran dan kematianPendidikan umumMata PencaharianAgamaBudayaTingkat akses dan keterlayanan fasilitas publik: listrik, air bersih, sanitasi, kesehatan, pendidikanLembaga Masyarakat, LSMKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

EKONOMI WILAYAHData perekonomian wilayah dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam, observasi (pengamatan langsung) dan diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group Discussion)

Data perekonomian wilayah antara lain:

Pendapatan perkapita provinsiPertumbuhan Pendapatan perkapita provinsiPola pergerakan ekonomi wilayahAngkatan kerja dan tingkat pengangguran per kabupatenTenaga kerja di bidang perikanan, pertanian, kehutanan, dllPopulasi dan kepadatan nelayanPendapatan di sektor perikananProduksi perikanan dan sektor-sektor lainJumlah wisatawanPendapatan rata-rata dan pengeluaran per sektorKEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

RISIKO BENCANA DAN PENCEMARANBencana yang diakibatkan karena peristiwa alam meliputi : a. gempa bumib. tsunamic. gelombang ekstrimd. gelombang laut berbahayae. letusan gunung apif. banjirg. kenaikan paras muka air lauth. tanah longsori. erosi pantaiangin puting beliungIntrusi air lautk. jenis bencana lainnya KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

RISIKO BENCANARisiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang tidak diharapkan terjadi sehingga mengganggu apa yang seharusnya terjadi dari suatu kegiatan atau mengganggu tujuan.

Komponen Risiko Bencana:

Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah.

Peta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

RISIKO BENCANAIndeks Kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan daerah pada suatu waktu. Tingkat Ketahanan Daerah bernilai sama untuk seluruh kawasan pada suatu kabupaten/kota yang merupakan lingkup kawasan terendah kajian kapasitas ini.

Peta Risiko Bencana merupakan overlay (tumpangsusun) dari Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Rumus Risiko Bencana:

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Contoh Dampak Kejadian Bencana Tsunami di Aceh; 23 Juni 2004 dan 28 Desember 2004 Resiko Tsunami Erosi pantai & deposition; Sedimentasi dan Erosi di daerah Estuari.

SURVEI LAPANGAN

CONTOH ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMIPeta ancaman tsunami diukur dari tinggi gelombang dari muka air laut sebelum tsunami datang dan tinggi genangan pada lokasi dengan jarak 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, dengan mempertimbangkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah (data, informasi dan peta yg menggambarkan tinggi gelombang masa lampau). Ancaman bencana diklasifikasi menjadi tinggi, sedang dan rendah.

Peta kerentanan tsunami diperoleh melalui analisis topografi (Kemiringan pantai dan elevasi), biofisik pesisir (ketebalan dan kerapatan hutan pantai; ketinggian gumuk pasir atau beting gisik; morfologi pantai; material penyusun pantai. Kebutuhan ekonomi (kerugian ekonomi dari nilai pemanfaatan ruang), kebutuhan sosial budaya (kepadatan penduduk; keberadaan cagar budaya; dan aktifitas ritual keagamaan). Ketentuan lain (jenis dan material bangunan; dan benda-benda yang mudah hanyut (floating objects)). Analisis kerentanan dalam GIS dilakukan menggunakan pembobotan dan skoring parameter penentu kerentanan, dan diklasifikasikan menjadi kerentanan tinggi, sedang dan rendah.KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

CONTOH ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI3. Peta ketahanan tsunami diperoleh melalui analisis tingkat adaptif capacity pemda dan masyarakat untuk mengurangi dampak tsunami pada setiap jenis kebutuhan (ekonomi, sosbud, dan fisik bangunan), dengan unit pemetaan per kecamatan/Desa

4. Pengolahan data dan analisis risiko bencana dilakukan melalui tumpangsusun peta ancaman, peta kerentanan dan peta adaptif capaciy (ketahanan) dan dilakukan pembobotan dan skoring untuk mengetahui tingkat risiko bencana tsunami

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASSURVEI LAPANGAN

TinggiSedangRendahKEMENTERIAN PPN/BAPPENASNOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATAKerawanan dan Risiko bencana 1TsunamiTide gauge/peralatan modellingPengukuran pada lokasi tertentuRekaman data tsunami masa lampau, pemodelan tsunami3Gelombang ekstrimWave recorderPengukuran pada lokasi tertentuRekaman data gelombang masa lalu, pemodelan gelombang4Kenaikan muka air lautTide gaugeProporsional sesuai luasan wilayahAnalisis citra satelit multitemporal, pengukuran lapangan5Erosi/abrasi pantaiCitra satelitPengukuran pada lokasi tertentu

Analisis citra satelit multitemporal, ground check6Angin puting beliungAnemometerPengukuran pada lokasi tertentu

Rekaman data angin masa lalu7Intrusi air lautWater checkerPengukuran pada lokasi tertentuPengukuran langsung NOPENGU-KURANPERALATANQUANTITYMETODE PENGAMBILAN DAN ANALISIS DATA8Banjir/RobTide gauge, citra satelitPengukuran pada lokasi tertentuRekaman banjir rob masa lalu, pemodelan banjir9PencemaranPeralatan kualitas airPengukuran pada lokasi tertentusesuai daerah terindikasi pencemaran Analisis citra satelit thermal dan multitemporal, ground checkSURVEI LAPANGAN

PENCEMARANPencemaran yang terjadi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat diidentifikasi melalui pendekatan penginderaan jauh dan survei lapangan.

Beberapa jenis polutan yang menyebabkan terjadinya pencemaran diantaranya: logam berat, Hidrargiri (Hg), timbal (Pb), Cadmium (Cd)Daerah yang terpapar oleh pencemaran atau polusi oleh industri, kimia dan limbah dapat diidentifikasi secara in situ dan melalui analisis citra penginderaan jauh.

Interpretasi citra dilakukan dengan cara identifikasi perubahan suhu permukaan perairan maupun identifikasi perubahan warna perairan yang menginformasikan kandungan pollutan yang ada di perairan.

Survei lapangan dilakukan untuk pengukuran kualitas kimia perairan yang dideteksi mengalami pencemaran bahan kimia. KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENYUSUNAN PETA TEMATIK

1. Penyusunan peta-peta tematik

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASIDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH

2. Identifikasi Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

3. Identifikasi Potensi Perkembangan

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

Tabel. Ketentuan Alokasi Ruang dalam Kawasan, Zona dan Sub ZonaKEMENTERIAN PPN/BAPPENAS68PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

4. Tumpang Susun Peta-Peta Tematik Dalam Dokumen Awal Untuk Dituangkan Dalam Peta Paket Sumber Daya

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS69

Direktorat TRLP3K

Peta Paket SumberdayaPeta paket sumberdaya : peta yang memberikan informasi mengenai kondisi sumberdaya yang ada di kawasan-kawasan tertentu di wilayah perencanaan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Paket sumberdaya merupakan kombinasi dari karakteristik wilayah yang memberikan informasi mengenai potensi pemanfaatan yang memungkinkan untuk diterapkan di setiap kawasan/zona yang ada di wilayah pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecilPENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS70PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

Secara umum, peta paket sumberdaya merupakan kombinasi dari:2 (dua) dataset dasar (baseline dataset) dan 10 (sepuluh) dataset tematik (thematic dataset) yang diperoleh melalui tumpangsusun (overlay) peta. Baseline Dataset, terdiri dari:

Terestrial Bathimetri

Thematic Dataset terdiri dari:

Geologi & geomorfologi Oseanografi Penggunaan Lahan dan Status Lahan Pemanfaatan Wilayah Laut EksistingSumberdaya AirEkosistem Pesisir dan Sumberdaya IkanInfrastruktur Demografi dan Sosial Ekonomi WilayahRisiko Bencana dan pencemaran

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPenyusunan Peta Paket Sumberdaya

PENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASProses Penyusunan Peta Paket Sumberdaya Perairan

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

CONTOH :Peta Paket Sumberdaya untuk wilayah Kabupaten Buleleng dihasilkan dari hasil tumpangsusun antara peta kemiringan lereng, jenis tanah, kedalaman perairan, geologi, pemanfaatan wilayah laut, ekosistem terumbu karang, oseanografi fisika dan kimia (arus, suhu, salinitas, klorofil), pemanfaatan/penggunaan lahan darat, dan risiko bencana. Paket sumberdaya yang dihasilkan terdiri dari 11 paket yang diberi nama Paket Sumberdaya A s.d. K.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

2. Identifikasi Nilai-Nilai Sumber Daya dalam Peta Paket Sumber DayaContoh:KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

3. Analisis Kesesuaian Terhadap Kriteria Kawasan, Zona, Sub Zona, Dan/Atau Pemanfaatannya

Analisa data dilakukan berdasarkan identifikasi nilai-nilai sumberdaya terhadap kriteria peruntukan kawasan, zona, sub zona dan/atau pemanfaatan lainnya.

Contoh.

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

4. Penentuan Usulan Kawasan, Zona, Sub Zona, dan/atau Pemanfaatannya

Contoh pada Poligon/Area Paket Sumberdaya HKEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENENTUAN USULAN ALOKASI RUANG

Contoh Peta Usulan Zona yang Dihasilkan dari Proses Matching Antara Paket Sumberdaya dengan Kriteria Fisik Lahan

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENYAJIAN PETA

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENYAJIAN PETA

Peta tematik dan rencana zonasi yang disajikan dalam penyusunan rencana zonasi WP-3-K Kabupaten meliputi:Peta Wilayah Perencanaan WP-3-K (Provinsi/Kabupaten/Kota)Peta Wilayah Perencanaan Terhadap Konstelasi Regional (Provinsi/Kabupaten/Kota)Peta Rencana Struktur dan Alokasi Ruang Wilayah dari RTRW (Provinsi/ Kabupaten/ Kota)Peta Topografi (Kemiringan Lereng/relief) Peta TanahPeta Bathimetri Peta GeologiPeta GeomorfologiPeta Morfologi PantaiPeta Arus11. Peta Gelombang12. Peta Pasang Surut13. Peta Suhu Permukaan Laut (SPL)14. Peta Kecerahan15. Peta TSS16. Peta TDS 17. Peta pH18. Peta Salinitas19. Peta DO20. Peta COD21. Peta BOD22. Peta Amonia23. Peta Nitrat24. Peta Nitrit 25. Peta Fosfat

KEMENTERIAN PPN/BAPPENASPENYAJIAN PETA

Peta tematik dan rencana zonasi yang disajikan dalam penyusunan rencana zonasi WP-3-K Kabupaten meliputi:26. Peta Silika27. Peta Logam Berat28. Peta Sebaran Klorofil29. Peta Bentos dan/atau Plankton30. Peta Penggunaan/Pemanfaatan 32. Peta Pemanfaatan Perairan33. Peta Status Lahan 34. Peta Kondisi Ekosistem Pesisir dan sumberdaya Ikan, diantaranya Peta35. Daerah Potensial Penangkapan Ikan Pelagis dan Demersal (Atribut didalamnya termasuk distribusi jenis dan kelimpahan ikan)37. Peta Analisis Demografi dan Sosial ( Beberapa Tema Peta)38. Peta Analisis Perekonomian Wilayah ( Beberapa Tema Peta)39. Peta Analisis Kondisi Eksisting dan Kebutuhan Infrastruktur Wilayah40. Peta Analisis Risiko Bencana dan Pencemaran (gempa bumi, tsunami, gelombang ekstrim, gelombang laut berbahaya, letusan gunung api, banjir, kenaikan paras muka air laut, tanah longsor, erosi pantai, angin puting beliung, Intrusi air laut42. Peta Paket Sumberdaya Pesisir dan Perairan 43. Peta Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Perikanan dan Kelautan, dan peruntukan lainnya (bisa beberapa peta sesuai kajian peruntukan)44. Peta Rencana Alokasi Ruang WP-3-K KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

TERIMA KASIHKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL2.5 m5 m50 m= Belt Transect= Line TransectMetode UVC