Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

18
MODUL PERKULIAHAN Bahasa Indonesia KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Informasi 02 MK90008 Supriyadi, S.Pd., M.Pd. Abstract Kompetensi Setelah mempelajari bab ini, diharap-kan mahasiswa dapat memahami latar belakang Mata Kuliah Pengembang Kepribadian Bahasa Indonesia, Visi, misi, Kompetensi mata kuliah, subtansi kajian mata kuliah bahasa Indoneia, Bahasa Mahasiswa mampu memahami: 2.1 Latar belakang mata kuliah bahasa Indonesia. 2.2 Visi, misi, kompetensi mata kuliah bahasa Indonesia, subtansi kajian mata kuliah bahasa Indonesia.

description

b.indo

Transcript of Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

Page 1: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

MODUL PERKULIAHAN

Bahasa Indonesia

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ilmu Komputer Sistem Informasi

02MK90008 Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Abstract KompetensiSetelah mempelajari bab ini, diharap-kan mahasiswa dapat memahami latar belakang Mata Kuliah Pengembang Kepribadian Bahasa Indonesia, Visi, misi, Kompetensi mata kuliah, subtansi kajian mata kuliah bahasa Indoneia, Bahasa Indonesia sebagai alat komu-nikasi, dan aspek-aspek keteram-pilan berbahasa.

Mahasiswa mampu memahami:2.1 Latar belakang mata kuliah bahasa

Indonesia.2.2 Visi, misi, kompetensi mata kuliah

bahasa Indonesia, subtansi kajian mata kuliah bahasa Indonesia.

2.3 Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

2.4 Aspek-aspek keterampilan berbahasa.

2.5 Hubungan antar aspek-aspek keterampilan berbahasa.

Page 2: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

Karakteristik Bahasa IndonesiaA. Latar Belakang Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Mata kuliah bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah yang wajib

diberikan di semua perguruan tinggi. Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi,

Dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksananaan Kelompok Mata

bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembang Kepribadian, selain

Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Di dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksananaan

Kelompok Mata bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembang

Kepribadian di Perguruan Tinggi, disampaikan bahwa:

1. Visi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian

Visi kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK) diperguruan tinggi

merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan

program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiaanya semabai

manusia Indonesia sutuhnya. Visi kelompok MPK di perguruan tinggi rnerupakan

sumber ni!ai dan pedornan dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi

guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia

Indonesia seutuhnva

2. Misi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian

Misi kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK) di perguruan tinggi

membantu mahasiswa memantapkan kepribadiaanya agar secara konsisten mampu

mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta

tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu

pengetahuan teknologi, dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.

3. Kompetensi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian

Standar kompetensi kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK) yang wajib

dikuasai mahasiswa meliputi pengetahuan nilai-nilai agama, budaya, dan

kewearganegaraan dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-

hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis; bersikap rasional, etis, estetis,

dan dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.

4. Kompetensi Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Menjadi mahasiswa ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan sikap

positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa nasional dan

2015 2

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

mampu menggunaklan secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa

kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu,

teknologi dan seni, serta profesinya masing-masing.

C. Tujuan Kuliah (Kompetensi Dasar)

Ada dua tujuan (kompetensi Dasar) yang akan dicapai oleh mata kuliah bahasa

Indonesia, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Bahasa Indonesia dijadikan mata kuliah pengembang kepribadian (MPK) di

setiap perguruan tinggi dengan tujuan agar para mahasiswa menjadi ilmuwan dan

professional yang memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap

bahasa yang positif diwujudkan dengan (1) kesetiaan bahasa, yang mendorong

mahasiswa memelihara bahasa nasional, dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh

bahasa asing, (2) kebanggaan berbahasa, yang mendorong mahasiswa mengutamakan

bahasanya dengan menggunakannya sebagai lambang identitas bangsanya, (3)

kesadaran akan norma bahasa, yang mendorong mahasiswa menggunakan bahasanya

sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi agar para

mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, secara lisan dan terutama secara tertulis sebagai sarana pengungkapan gagasan

ilmiah.

Tujuan jangka pendek dan bersifat mendesak untuk keperluan mahasiswa pada

akhir kuliah bahasa Indonesia adalah (a) agar mahasiswa mampu menyusun sebuah

karya ilmiah sederhana dalam bentuk dan isi yang baik dengan menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar, (b) agar mahasiswa dapat melakukan tugas-tugas

(karangan ilmiah sederhana) dari dosen-dosen lain dengan menerapkan dasar-dasar

yang diperoleh dari kuliah bahasa Indonesia.

Tujuan jangka panjangnya adalah agar para mahasiswa sanggup menyusun

skripsi sebagai persyaratan mengikuti ujian sarjana. Demikian juga, setelah lulus

mahasiswa terampil menyusun kertas kerja, laporan penelitian, dan karya ilmiah yang

lain.

B. Subtansi Kajian Mata Kuliah Bahasa Indonesia

2015 3

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

1. Mata Kuliah bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK)

menekankan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara

dan bahasa nasional secara baik dan benar untuk menguasai, menerapkan, dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai perwujudan

kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.

2. Subtansi kajian yang disebut pada butir (c) di bawah ini hendaknya dipadukan ke

dalam kegiatan penggunaan bahasa Indonesia melalui keterampilan berbahasa

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan keterampilan menulis akademik

sebagi fokus.

3. Subtansi kajian mata kuliah bahasa Indonesia difokuskan pada menulis akademik.

Secara umum struktur kajian terdiri atas:

a. Kedudukan Bahasa Indonesia:

1) Sejarah Bahasa Indonesia

2) Bahasa Negara

3) Bahasa Persatuan

4) Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni

5) Fungsi dan peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa

b. Menulis:

1) Makalah

2) Rangkuman/ringkasan buku atau bab

3) Resensi Buku

c. Membaca untuk Menulis:

1) Membaca tulisan/artikel ilmiah

2) Membaca tulisan populer

3) Mengakses informasi malalui internet

d. Bertbicara untuk Keperluan Akademik:

1) Presentasi

2) Seminar

3) Pidato dalam situasi formal

C. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dan berkomunikasi

dengan manusia lain. Media komuniukasi paling efektif yang dipakainya adalah bahasa.

Dengan menggunakan bahasa, mereka bisa menyatakan maksud, ide, pikiran, dan

gagasannya. Di sisi lain, maksud, ide, pikiran, dan gagasan tersebut agar terpahami

dengan tepat makna oleh manusia lain.

2015 4

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

Dengan media bahasa kita bisa berkomunikasi dengan seluruh manusia dari

berbagai penjuru dunia yang berbeda. Dengan media bahasa kita bisa menyampaikan

maksud, pikiran, dan gagasan yang akan bisa dipahami oleh generasi ratusan tahun

mendatang.

Di sisi lain kita bisa melihat betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi.

Dalam kehidupan sehari-hari dua puluh empat jam, manusia tidak pernah terlepas dari

penggunaan bahasa. Dari kita bangun tidur, beraktivitas sehari penuh, sampai tidur

kembali, kita senantiasa menggunakan bahasa. Bahkan dalam tidur pun kita masih

menggunakan bahasa dalam bermimpi.

Bila kita cermati lebih jauh, kita bisa menemukan bahwa tidak ada satu profesi

pun dalam kehidupan manusia ini yang tidak membutuhkan bahasa sebagai alat

komunikasi. Mulai dari tukang sapu jalanan, karyawan, pegawai negeri sipil, direktur

perusahaan, para politisi, para menteri, dan presiden pun sangat membutuhkan bahasa

sebagai sarana komunikasi yang efektif.

Sebagai pemimpin kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang lebih efektif,

lebih santun, lebih motivatif, dan lebih kreatif. Bagaimana seorang pemimpin

membangun simpati orang lain, memberikan empati pada orang lain, membangkitkan

motivasi para bawahannya, semua itu memerlukan keterampilan berbahasa yang

tersendiri. Berkomunikasi adalah membangun pesan yang ditunjukan kepada seseorang

untuk mendapatkan respon. Agar respon sesuai dengan harapan, bahasa harus disusun

secara efektif dan komunikatif.

Di sisi lain berkomunikasi adalah juga berhubungan manusiawi, maka kita harus

menjaga perasaan serta memperhatikan lawan bicara. Sebagai komunikator kita harus

memilih bahasa yang tepat disampaikan kepada komunikan. Setiap komunikasi yang

berbeda perlu pilihan kata dan sikap bahasa yang berbeda pula. Sikap berbahasa

kepada teman sebaya tidak boleh dipergunakan juga kepada orang tua, guru, dosen,

atau para pejabat, demikian juga sebaliknya. Selain itu kita harus memperhatikan

tempat, situasi, dan kondisi, berbahasa. Berkomunikasi dengan bahasa di pasar tentu

saja tidak sama dengan di lingkungan formal seperti di sekolah, atau di lembaga

pemerintahan.

D. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu:

1. Keterampilan membaca

2. Keterampilan menulis

3. Keterampilan berbicara

4. Keterampilan menyimak

2015 5

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

Tiap-tiap keterampilan erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya

dengan cara beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita

biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita

belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca dan

menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat

keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Selanjutnya, setiap

keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa.

Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa,

semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan

dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa

pula melatih keterampilan berpikir. Berikut ini adalah hubungan antar keempat aspek

keterampilan berbahasa.

1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak

a. Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena

itu, contoh atau model yang disimak serta direkam oleh anak sangat penting

dalam penguasaan kecakapan berbicara.

b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh anak biasanya ditentukan oleh

perangsang (stimulus) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa >< kota)

dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam

menyampaikan ide-ide mereka.

c. Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat

tempatnya hidup, misalnya: ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata,

dan pola kalimat.

d. Anak-anak lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih

panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkan.

e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas

berbicara seseorang.

f. Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara

pemakaian kata-kata anak. Oleh karena itu, anak akan tertolong kalau mereka

mendengarkan/menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-

rekaman yang bermutu, serta cerita-cerita yang bernilai tinggi.

g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan

penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya, anak

mempergunakan bahasa yang didengarnya.

2015 6

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca

a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru melalui

bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dangan pemahaman

penting sekali.

b. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan selama tahun-

tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat

dalam membaca haruslah meneruskan palajarannya di kelas yang lebih tinggi

dengan lebih banyak melalui menyimak daripada melalui membaca.

c. Walapun menyimak pemahaman lebih unggul daripada membaca pemahaman,

anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/ memakai/

menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.

d. Kosa kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan

kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.

e. Bagi para pelajar yang lebih besar atau lebih tingi kelasnya, korelasi antara kosa

kata baca dan kosa kata simak sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.

f. Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek acapkali

dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu

faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuannnya dalam

membaca.

g. Menyimak lebih membantu anak untuk menangkap ide utama yang lebih

ditujukan oleh pembicara, bagi pelajar lebih tinggi kelasnya, membaca lebih

unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi

lebih terperinci.

3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca

a. Penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.

b. Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin

mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak.

c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membantu suatu pelajaran

menjadi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi

turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.

d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.

Andaikan muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku pegangan murid, guru

hendaknya mendiskusikannya dengan murid sehingga mereka memahami

maknanya sebelum mereka mulai membacanya.

2015 7

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

4. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis

a. Seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis dan kosa kata,

pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya

merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.

b. Seorang anak yang sudah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula

menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan

dahulu, tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh

dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan

suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi

belum pernah dialaminya), dia mengambil pelajaran dari diskusi kelompok

pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi

kekosongan-kekosongan, memperbaiki inspirasi atau kesan-kesan yang salah,

serta mengatur ide-idenya sebelum dia mulai menulis sesuatu.

c. Ekspresi lisan cenderung kearah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah,

tidak tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan daripada

komunikasi tulis. Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal dan

acapkali kalimat-kalimat seorang yang berpidato atau berbicara itu tidak ada

hubungaanya satu sama lain. Si pembicara memikirkan ide-idenya sambil

berbicara dan acapkali dia lupa bagaimana terjadinya suatu kalimat lama

sebelum dia menyelesaikannya. Karena adanya masalah-masalah seperti ini

dalam ekspresi lisan, pengajaran mengenai keterampilan berbicara dan

menyimak perlu mendapat perhatian, Pengalaman telah menunjukan bahwa

meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula meningkatkan daya

pikir mereka. Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi

pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih

teratur dalam pengertian ide-ide.

d. Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan

disampaikan pada suatu pembicaraan atau monolog murid untuk mengutarakan

ide-ide tersebut kepada para pendengar. Biasanya, bagan atau rangka yang

dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali

dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah

yang lengkap sebelumnya.

Menyimak dan membaca erat hubungannya karena keduanya merupakan alat

untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal

bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam

penggunaanya, keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain.

2015 8

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

5. Macam-macam Aspek Keterampilan Berbahasa

a. Keterampilan Membaca

Hakekat membaca adalah pemahaman. Teknik apapun yang dianjurkan

oleh pakar linguistik, pada akhirnya kiat sebagai pelaku kegiatan membaca

dituntut untuk bisa memahami isi bacaan yang kita baca. Membaca tanpa

pemahaman adalah sia-sia. Keterampilan membaca adalah keterampilan

memahami lambang-lambang tulisan yang diungkapkan penulis melalui sebuah

bacaan. Keterampilan membaca ada dua tingkatan, yaitu:

1) Membaca Tingkat Dasar

Kemampuan menyuarakan lambang-lambang tulisan yang disampaikan

penulisnya.

2) Membaca Tingkat Lanjut

Kemampuan memahami lambang-lambang tulisan yang diungkapkan

penulisnya melalui sebuah bacaan. Membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk meperoleh pesan, yang

hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dari segi

linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan

pembacaan sandi (econding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)

adalah menghubungkan kata-kata tulis (Writen Word) dengan makna bahasa

lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan

menjadi bunyi yang bermakna.

Tujuan utama dalam mebaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna arti erat sekali

berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Seorang

guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca

adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau

melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan

perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:

1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.

2) Korelasi aksara berserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik

yang formal.

3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.

b. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis adalah kemampuan mengekpresikan pikiran melalui

lambang-lambang tulisan. Keterampilan menulis ini termasuk dalam keterampilan

aktif, karena penulis aktif mengolah pesan (informasi) yang ingin disampaikan

2015 9

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

kepada pembaca. Keterampilan ini relatif sulit karena melibatkan olah pikir,

pilihan kata, susunan bahasa, gaya kepenulisan sehingga tidak terjadi kesalahan

komunikasi antara penulis dan pembaca.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-

orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu

representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

c. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan pikiran/ide

melalui lambang-lambang bunyi. Seorang pembicara yang handal dan terlatih

mampu memilih kata-kata yang efektif dan gaya yang tepat sehingga mudah

dipahami dan bahkan memukau pendengarnya. Seorang ahli pidato (orator)

adalah contoh dari pembicara yang handal.

Untuk dapat berbicara di depan umum, diperlukan wawasan, teknik dan

perencanaan yang matang. Apabila kita belum cukup berpengalaman berbicara

formal di depan umum, apalagi dalam bentuk kelompok, kita perlu belajar

mengarahkan kesan dengan menyesuaikan gaya berbicara dan penampilan

sehingga tidak canggung. Kita dapat menerapkan proses yang dilakukan dalam

komunitas tertulis (laporan) ke dalam komunikasi lisan. Sebelum berbicara,

pikirkan dahulu sesuatu yang menjadi tujuan, pokok pikiran yang ingin

disampaikan, dan siapa yang menjadi pendengar/hadirin. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi baik buruknya berbicara antara lain:

1) Gaya Berbicara

a) Gaya ekspresif, gaya bicara ekspresif ditandai dengan spontanitas, lugas,

gaya ini digunakan saat mengungkapkan perasaan, bergurau, mengeluh,

atau bersosialisasi.

b) Gaya perintah, gaya ini menunjukan kewenangan dan bernada

memberikan keputusan.

c) Gaya pemecahan masalah, gaya ini bernada rasional, tanpa prasangka,

dan lemah lembut.

2) Metode Panyampaian

a) Penyampaian mendadak.

b) Penyampaian tanpa persiapan.

c) Penyampaian dari naskah.

d) Penyampaian dari ingatan.

2015 10

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

Kesuksesan yang diperoleh seseorang pembicara, bukan hanya ditentukan

oleh materi dan cara berbicara yang menarik, melainkan juga oleh situasi

yang memungkinkan pendengar memberikan apresiasi atau tidak berharap

pembicara. Untuk itu pembicara harus menciptakan kesan yang positif

sebelum mulai berbicara. Hal-hal yang dapat menciptakan kesan posistif

antara lain:

a) Pakaian yang rapi dan serasi

b) Sikap tubuh yang mengesankan

c) Ekspresi wajah yang menyenangkan

d) Tata krama yang baik

Adapun tujuan berbicara antara lain:

a) Berbicara untuk melaporkan

b) Berbicara untuk kekeluargaan

c) Berbicara untuk meyakinkan

d) Berbicara untuk merundingkan

d. Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak adalah kemampuan memahami pesan-pesan yang

diungkapkan pembicara melalui lambang-lambang bunyi. Dalam keterampilan ini

indera yang paling berfungsi adalah indera pendengaran dan konsentrasi.

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat

keterampilan berbahasa yang lain seperti menulis, membaca, dan berbicara.

Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan

berbahasa seseorang terutama para siswa. Namun, pembelajaran menyimak

bukan semata-mata penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu

informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.

Proses menyimak memerlukan perhatian serius para siswa. Menyimak

berbeda dengan mendengar atau mendengarkar. Pada kegiatan mendengar

mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan

mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur

pamahaman karena itu belum menjadi tujuan. Kegiatan menyimak mencakup

mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan

simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan,

perhatian, dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap

peristiwa menyimak. Penilaiannyapun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak,

bahkan melebihi unsur perhatian. Komponen faktor-faktor penting dalam

menyimak adalah sebagai berikut:

2015 11

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

1) Membedakan antarbunyi fonemis.

2) Mengingat kembali kata-kata.

3) Mengidentifikasi tata bahasa dari kelompok kata.

4) Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, ekspresi, dan seperangkat

penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.

5) Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik

(intonasi) dan kelompok nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek

supaya terbangun makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu

tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk

memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.

6) Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.

2015 12

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421

DAFTAR PUSTAKA

Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arifin, E. Zaenal. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006, Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2008a. Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

---------. 2008b. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

---------. 2008c. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

---------.2008d. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

2015 13

Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id