Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421
-
Upload
nanda-triyoko -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Modul 2. Karakteristik Bahasa Indonesia Elearning2 Kamis C-421
MODUL PERKULIAHAN
Bahasa Indonesia
KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
02MK90008 Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Abstract KompetensiSetelah mempelajari bab ini, diharap-kan mahasiswa dapat memahami latar belakang Mata Kuliah Pengembang Kepribadian Bahasa Indonesia, Visi, misi, Kompetensi mata kuliah, subtansi kajian mata kuliah bahasa Indoneia, Bahasa Indonesia sebagai alat komu-nikasi, dan aspek-aspek keteram-pilan berbahasa.
Mahasiswa mampu memahami:2.1 Latar belakang mata kuliah bahasa
Indonesia.2.2 Visi, misi, kompetensi mata kuliah
bahasa Indonesia, subtansi kajian mata kuliah bahasa Indonesia.
2.3 Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
2.4 Aspek-aspek keterampilan berbahasa.
2.5 Hubungan antar aspek-aspek keterampilan berbahasa.
Karakteristik Bahasa IndonesiaA. Latar Belakang Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Mata kuliah bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
diberikan di semua perguruan tinggi. Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi,
Dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksananaan Kelompok Mata
bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembang Kepribadian, selain
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Di dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksananaan
Kelompok Mata bahasa Indonesia termasuk salah satu Mata Kuliah Pengembang
Kepribadian di Perguruan Tinggi, disampaikan bahwa:
1. Visi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian
Visi kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK) diperguruan tinggi
merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan
program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiaanya semabai
manusia Indonesia sutuhnya. Visi kelompok MPK di perguruan tinggi rnerupakan
sumber ni!ai dan pedornan dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi
guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia
Indonesia seutuhnva
2. Misi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian
Misi kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK) di perguruan tinggi
membantu mahasiswa memantapkan kepribadiaanya agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta
tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan teknologi, dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.
3. Kompetensi Mata Kuliah Pengembang Kepribadian
Standar kompetensi kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK) yang wajib
dikuasai mahasiswa meliputi pengetahuan nilai-nilai agama, budaya, dan
kewearganegaraan dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis; bersikap rasional, etis, estetis,
dan dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.
4. Kompetensi Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Menjadi mahasiswa ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan sikap
positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa nasional dan
2015 2
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
mampu menggunaklan secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu,
teknologi dan seni, serta profesinya masing-masing.
C. Tujuan Kuliah (Kompetensi Dasar)
Ada dua tujuan (kompetensi Dasar) yang akan dicapai oleh mata kuliah bahasa
Indonesia, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Bahasa Indonesia dijadikan mata kuliah pengembang kepribadian (MPK) di
setiap perguruan tinggi dengan tujuan agar para mahasiswa menjadi ilmuwan dan
professional yang memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap
bahasa yang positif diwujudkan dengan (1) kesetiaan bahasa, yang mendorong
mahasiswa memelihara bahasa nasional, dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh
bahasa asing, (2) kebanggaan berbahasa, yang mendorong mahasiswa mengutamakan
bahasanya dengan menggunakannya sebagai lambang identitas bangsanya, (3)
kesadaran akan norma bahasa, yang mendorong mahasiswa menggunakan bahasanya
sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi agar para
mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, secara lisan dan terutama secara tertulis sebagai sarana pengungkapan gagasan
ilmiah.
Tujuan jangka pendek dan bersifat mendesak untuk keperluan mahasiswa pada
akhir kuliah bahasa Indonesia adalah (a) agar mahasiswa mampu menyusun sebuah
karya ilmiah sederhana dalam bentuk dan isi yang baik dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, (b) agar mahasiswa dapat melakukan tugas-tugas
(karangan ilmiah sederhana) dari dosen-dosen lain dengan menerapkan dasar-dasar
yang diperoleh dari kuliah bahasa Indonesia.
Tujuan jangka panjangnya adalah agar para mahasiswa sanggup menyusun
skripsi sebagai persyaratan mengikuti ujian sarjana. Demikian juga, setelah lulus
mahasiswa terampil menyusun kertas kerja, laporan penelitian, dan karya ilmiah yang
lain.
B. Subtansi Kajian Mata Kuliah Bahasa Indonesia
2015 3
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
1. Mata Kuliah bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK)
menekankan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dan bahasa nasional secara baik dan benar untuk menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai perwujudan
kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.
2. Subtansi kajian yang disebut pada butir (c) di bawah ini hendaknya dipadukan ke
dalam kegiatan penggunaan bahasa Indonesia melalui keterampilan berbahasa
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan keterampilan menulis akademik
sebagi fokus.
3. Subtansi kajian mata kuliah bahasa Indonesia difokuskan pada menulis akademik.
Secara umum struktur kajian terdiri atas:
a. Kedudukan Bahasa Indonesia:
1) Sejarah Bahasa Indonesia
2) Bahasa Negara
3) Bahasa Persatuan
4) Bahasa Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
5) Fungsi dan peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa
b. Menulis:
1) Makalah
2) Rangkuman/ringkasan buku atau bab
3) Resensi Buku
c. Membaca untuk Menulis:
1) Membaca tulisan/artikel ilmiah
2) Membaca tulisan populer
3) Mengakses informasi malalui internet
d. Bertbicara untuk Keperluan Akademik:
1) Presentasi
2) Seminar
3) Pidato dalam situasi formal
C. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dan berkomunikasi
dengan manusia lain. Media komuniukasi paling efektif yang dipakainya adalah bahasa.
Dengan menggunakan bahasa, mereka bisa menyatakan maksud, ide, pikiran, dan
gagasannya. Di sisi lain, maksud, ide, pikiran, dan gagasan tersebut agar terpahami
dengan tepat makna oleh manusia lain.
2015 4
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Dengan media bahasa kita bisa berkomunikasi dengan seluruh manusia dari
berbagai penjuru dunia yang berbeda. Dengan media bahasa kita bisa menyampaikan
maksud, pikiran, dan gagasan yang akan bisa dipahami oleh generasi ratusan tahun
mendatang.
Di sisi lain kita bisa melihat betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari dua puluh empat jam, manusia tidak pernah terlepas dari
penggunaan bahasa. Dari kita bangun tidur, beraktivitas sehari penuh, sampai tidur
kembali, kita senantiasa menggunakan bahasa. Bahkan dalam tidur pun kita masih
menggunakan bahasa dalam bermimpi.
Bila kita cermati lebih jauh, kita bisa menemukan bahwa tidak ada satu profesi
pun dalam kehidupan manusia ini yang tidak membutuhkan bahasa sebagai alat
komunikasi. Mulai dari tukang sapu jalanan, karyawan, pegawai negeri sipil, direktur
perusahaan, para politisi, para menteri, dan presiden pun sangat membutuhkan bahasa
sebagai sarana komunikasi yang efektif.
Sebagai pemimpin kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang lebih efektif,
lebih santun, lebih motivatif, dan lebih kreatif. Bagaimana seorang pemimpin
membangun simpati orang lain, memberikan empati pada orang lain, membangkitkan
motivasi para bawahannya, semua itu memerlukan keterampilan berbahasa yang
tersendiri. Berkomunikasi adalah membangun pesan yang ditunjukan kepada seseorang
untuk mendapatkan respon. Agar respon sesuai dengan harapan, bahasa harus disusun
secara efektif dan komunikatif.
Di sisi lain berkomunikasi adalah juga berhubungan manusiawi, maka kita harus
menjaga perasaan serta memperhatikan lawan bicara. Sebagai komunikator kita harus
memilih bahasa yang tepat disampaikan kepada komunikan. Setiap komunikasi yang
berbeda perlu pilihan kata dan sikap bahasa yang berbeda pula. Sikap berbahasa
kepada teman sebaya tidak boleh dipergunakan juga kepada orang tua, guru, dosen,
atau para pejabat, demikian juga sebaliknya. Selain itu kita harus memperhatikan
tempat, situasi, dan kondisi, berbahasa. Berkomunikasi dengan bahasa di pasar tentu
saja tidak sama dengan di lingkungan formal seperti di sekolah, atau di lembaga
pemerintahan.
D. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu:
1. Keterampilan membaca
2. Keterampilan menulis
3. Keterampilan berbicara
4. Keterampilan menyimak
2015 5
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Tiap-tiap keterampilan erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya
dengan cara beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita
biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita
belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca dan
menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Selanjutnya, setiap
keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa.
Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa
pula melatih keterampilan berpikir. Berikut ini adalah hubungan antar keempat aspek
keterampilan berbahasa.
1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak
a. Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena
itu, contoh atau model yang disimak serta direkam oleh anak sangat penting
dalam penguasaan kecakapan berbicara.
b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimulus) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa >< kota)
dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam
menyampaikan ide-ide mereka.
c. Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat
tempatnya hidup, misalnya: ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata,
dan pola kalimat.
d. Anak-anak lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih
panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkan.
e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas
berbicara seseorang.
f. Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara
pemakaian kata-kata anak. Oleh karena itu, anak akan tertolong kalau mereka
mendengarkan/menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-
rekaman yang bermutu, serta cerita-cerita yang bernilai tinggi.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan
penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya, anak
mempergunakan bahasa yang didengarnya.
2015 6
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru melalui
bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dangan pemahaman
penting sekali.
b. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan selama tahun-
tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat
dalam membaca haruslah meneruskan palajarannya di kelas yang lebih tinggi
dengan lebih banyak melalui menyimak daripada melalui membaca.
c. Walapun menyimak pemahaman lebih unggul daripada membaca pemahaman,
anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/ memakai/
menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.
d. Kosa kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan
kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
e. Bagi para pelajar yang lebih besar atau lebih tingi kelasnya, korelasi antara kosa
kata baca dan kosa kata simak sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
f. Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek acapkali
dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu
faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuannnya dalam
membaca.
g. Menyimak lebih membantu anak untuk menangkap ide utama yang lebih
ditujukan oleh pembicara, bagi pelajar lebih tinggi kelasnya, membaca lebih
unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi
lebih terperinci.
3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca
a. Penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.
b. Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin
mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak.
c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membantu suatu pelajaran
menjadi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi
turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.
d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.
Andaikan muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku pegangan murid, guru
hendaknya mendiskusikannya dengan murid sehingga mereka memahami
maknanya sebelum mereka mulai membacanya.
2015 7
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
4. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
a. Seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis dan kosa kata,
pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya
merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b. Seorang anak yang sudah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula
menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan
dahulu, tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh
dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan
suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi
belum pernah dialaminya), dia mengambil pelajaran dari diskusi kelompok
pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi
kekosongan-kekosongan, memperbaiki inspirasi atau kesan-kesan yang salah,
serta mengatur ide-idenya sebelum dia mulai menulis sesuatu.
c. Ekspresi lisan cenderung kearah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah,
tidak tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan daripada
komunikasi tulis. Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal dan
acapkali kalimat-kalimat seorang yang berpidato atau berbicara itu tidak ada
hubungaanya satu sama lain. Si pembicara memikirkan ide-idenya sambil
berbicara dan acapkali dia lupa bagaimana terjadinya suatu kalimat lama
sebelum dia menyelesaikannya. Karena adanya masalah-masalah seperti ini
dalam ekspresi lisan, pengajaran mengenai keterampilan berbicara dan
menyimak perlu mendapat perhatian, Pengalaman telah menunjukan bahwa
meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula meningkatkan daya
pikir mereka. Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi
pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih
teratur dalam pengertian ide-ide.
d. Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan
disampaikan pada suatu pembicaraan atau monolog murid untuk mengutarakan
ide-ide tersebut kepada para pendengar. Biasanya, bagan atau rangka yang
dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali
dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah
yang lengkap sebelumnya.
Menyimak dan membaca erat hubungannya karena keduanya merupakan alat
untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal
bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam
penggunaanya, keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain.
2015 8
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
5. Macam-macam Aspek Keterampilan Berbahasa
a. Keterampilan Membaca
Hakekat membaca adalah pemahaman. Teknik apapun yang dianjurkan
oleh pakar linguistik, pada akhirnya kiat sebagai pelaku kegiatan membaca
dituntut untuk bisa memahami isi bacaan yang kita baca. Membaca tanpa
pemahaman adalah sia-sia. Keterampilan membaca adalah keterampilan
memahami lambang-lambang tulisan yang diungkapkan penulis melalui sebuah
bacaan. Keterampilan membaca ada dua tingkatan, yaitu:
1) Membaca Tingkat Dasar
Kemampuan menyuarakan lambang-lambang tulisan yang disampaikan
penulisnya.
2) Membaca Tingkat Lanjut
Kemampuan memahami lambang-lambang tulisan yang diungkapkan
penulisnya melalui sebuah bacaan. Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk meperoleh pesan, yang
hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dari segi
linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (econding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (Writen Word) dengan makna bahasa
lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan
menjadi bunyi yang bermakna.
Tujuan utama dalam mebaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna arti erat sekali
berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Seorang
guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca
adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau
melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan
perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:
1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
2) Korelasi aksara berserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik
yang formal.
3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.
b. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan mengekpresikan pikiran melalui
lambang-lambang tulisan. Keterampilan menulis ini termasuk dalam keterampilan
aktif, karena penulis aktif mengolah pesan (informasi) yang ingin disampaikan
2015 9
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
kepada pembaca. Keterampilan ini relatif sulit karena melibatkan olah pikir,
pilihan kata, susunan bahasa, gaya kepenulisan sehingga tidak terjadi kesalahan
komunikasi antara penulis dan pembaca.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu
representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
c. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan pikiran/ide
melalui lambang-lambang bunyi. Seorang pembicara yang handal dan terlatih
mampu memilih kata-kata yang efektif dan gaya yang tepat sehingga mudah
dipahami dan bahkan memukau pendengarnya. Seorang ahli pidato (orator)
adalah contoh dari pembicara yang handal.
Untuk dapat berbicara di depan umum, diperlukan wawasan, teknik dan
perencanaan yang matang. Apabila kita belum cukup berpengalaman berbicara
formal di depan umum, apalagi dalam bentuk kelompok, kita perlu belajar
mengarahkan kesan dengan menyesuaikan gaya berbicara dan penampilan
sehingga tidak canggung. Kita dapat menerapkan proses yang dilakukan dalam
komunitas tertulis (laporan) ke dalam komunikasi lisan. Sebelum berbicara,
pikirkan dahulu sesuatu yang menjadi tujuan, pokok pikiran yang ingin
disampaikan, dan siapa yang menjadi pendengar/hadirin. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi baik buruknya berbicara antara lain:
1) Gaya Berbicara
a) Gaya ekspresif, gaya bicara ekspresif ditandai dengan spontanitas, lugas,
gaya ini digunakan saat mengungkapkan perasaan, bergurau, mengeluh,
atau bersosialisasi.
b) Gaya perintah, gaya ini menunjukan kewenangan dan bernada
memberikan keputusan.
c) Gaya pemecahan masalah, gaya ini bernada rasional, tanpa prasangka,
dan lemah lembut.
2) Metode Panyampaian
a) Penyampaian mendadak.
b) Penyampaian tanpa persiapan.
c) Penyampaian dari naskah.
d) Penyampaian dari ingatan.
2015 10
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Kesuksesan yang diperoleh seseorang pembicara, bukan hanya ditentukan
oleh materi dan cara berbicara yang menarik, melainkan juga oleh situasi
yang memungkinkan pendengar memberikan apresiasi atau tidak berharap
pembicara. Untuk itu pembicara harus menciptakan kesan yang positif
sebelum mulai berbicara. Hal-hal yang dapat menciptakan kesan posistif
antara lain:
a) Pakaian yang rapi dan serasi
b) Sikap tubuh yang mengesankan
c) Ekspresi wajah yang menyenangkan
d) Tata krama yang baik
Adapun tujuan berbicara antara lain:
a) Berbicara untuk melaporkan
b) Berbicara untuk kekeluargaan
c) Berbicara untuk meyakinkan
d) Berbicara untuk merundingkan
d. Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak adalah kemampuan memahami pesan-pesan yang
diungkapkan pembicara melalui lambang-lambang bunyi. Dalam keterampilan ini
indera yang paling berfungsi adalah indera pendengaran dan konsentrasi.
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat
keterampilan berbahasa yang lain seperti menulis, membaca, dan berbicara.
Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan
berbahasa seseorang terutama para siswa. Namun, pembelajaran menyimak
bukan semata-mata penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu
informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.
Proses menyimak memerlukan perhatian serius para siswa. Menyimak
berbeda dengan mendengar atau mendengarkar. Pada kegiatan mendengar
mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan
mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur
pamahaman karena itu belum menjadi tujuan. Kegiatan menyimak mencakup
mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan
simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan,
perhatian, dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap
peristiwa menyimak. Penilaiannyapun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak,
bahkan melebihi unsur perhatian. Komponen faktor-faktor penting dalam
menyimak adalah sebagai berikut:
2015 11
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
1) Membedakan antarbunyi fonemis.
2) Mengingat kembali kata-kata.
3) Mengidentifikasi tata bahasa dari kelompok kata.
4) Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, ekspresi, dan seperangkat
penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.
5) Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik
(intonasi) dan kelompok nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek
supaya terbangun makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu
tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk
memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.
6) Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.
2015 12
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arifin, E. Zaenal. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006, Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2008a. Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
---------. 2008b. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
---------. 2008c. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
---------.2008d. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
2015 13
Bahasa Indonesia Modul 2Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id