Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

27
Modul 1 ESDH 2019 Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH Kompetensi yang ditawarkan: Setelah membaca Modul ini diharapkan mahasiswa akan memiliki kompetensi tentang hubungan secara umum antara ilmu kehutanan dengan ilmu ekonomi, khususnya bagaimana ilmu ekonomi akan melihat hutan sebagai sebuah sumber daya dan sistem lingkungan serta mahasiswa memiliki sikap dan prilaku yang senantiasa berorientasi kepada efisiensi, terutama dalam pengambilan keputusan. Rencana perkuliahan untuk pertemuan 1 dan 2: Rencana Perkuliahan 2 x 120 menit Aktivitas Pertemuan 1 Langkah 1 15 menit Aktivitas: menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan menyepakati kontrak perkuliahan yaitu membangun kesepahaman dan kesepakatan tentang tata-tertib serta aturan main perkuliahan ESDH. 1. Menjelaskan RPS kepada mahasiswa; 2. Menyepakati tata-tertib yang harus dipatuhi bersama; 3. Menyepakati aturan main perkuliahan; 4. Memilih ketua kelas dan wakilnya. Langkah 2 70 menit Aktivitas: memahami ilmu ekonomi sebagai ilmu memilih dalam perspektif kehutanan. 1. Berdiskusi tentang hutan sebagai sumber daya dan lingkungan; 2. Menjelaskan dan berdiskusi tentang kekhasan ekonomi SDH; 3. Menjelaskan dan berdiskusi tentang ekonomi sebagai ilmu memilih. Langkah 3 35 menit Aktivitas: membuat rangkuman melalui diskusi kelompok dan panel. 1. Peserta kuliah dibagi menjadi tiga kelompok; 2. Setiap kelompok membuat rangkuman sesuai materi pada Langkah 2; 3. Membuat rangkuman melalui diskusi panel. Pertemuan 2 Langkah 1 80menit Aktivitas: mengenal kaidah-kaidah ilmu ekonomi dalam konteks kehutanan. 1. Mahasiswa diminta untuk memahami kembali Hukum Permintaan dan Hukum Penawaran sebagai dasar pembagian kelompok yaitu kelompk produsen dan kelompok konsumen; 2. Beberapa mahasiswa diminta untuk mencari beberapa pengertian tentang: kelangkaan, ongkos kesempatan, serta permintaan dan penawaran melalui internet; 3. Ceramah dan diskusi dilakukan untuk lebih menjelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan kaidah-kaidah ekonomi SDH. Langkah 2 20 menit Aktivitas: simulasi. Kelompok produsen dan kelompok konsumen akan membedah kasus-kasus yang berhubungan dengan kelangkaan dan ongkos peluang sesuai jati diri kelompok. Langkah 3 10 menit Aktivitas: membuat rangkuman. Aktivitas ini dilakukan di luar kelas. Melalui kuliah daring menggunakan Zoom setiap kelompok memaparkan hasil rangkuman yang telah dipersiapkan. Langkah 4 10 menit Aktivitas: refleksi pembelajaran. Mahasiswa secara bersama sama mengisi kusioner refleksi yang tersedia kemudian merumuskan rekomendasi perbaikan proses pembelajaran berikutnya. 1 | Page

Transcript of Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Page 1: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Modul 1

Konsep dan Paradigma ESDH

Kompetensi yang ditawarkan: Setelah membaca Modul ini diharapkan mahasiswa akan memiliki kompetensi tentang hubungan secara umum antara ilmu kehutanan dengan ilmu ekonomi, khususnya bagaimana ilmu ekonomi akan melihat hutan sebagai sebuah sumber daya dan sistem lingkungan serta mahasiswa memiliki sikap dan prilaku yang senantiasa berorientasi kepada efisiensi, terutama dalam pengambilan keputusan. Rencana perkuliahan untuk pertemuan 1 dan 2:

Rencana Perkuliahan 2 x 120 menit

Aktivitas

Pertemuan 1 Langkah 1 15 menit

Aktivitas: menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan menyepakati kontrak perkuliahan yaitu membangun kesepahaman dan kesepakatan tentang tata-tertib serta aturan main perkuliahan ESDH.

1. Menjelaskan RPS kepada mahasiswa; 2. Menyepakati tata-tertib yang harus dipatuhi bersama; 3. Menyepakati aturan main perkuliahan; 4. Memilih ketua kelas dan wakilnya.

Langkah 2 70 menit

Aktivitas: memahami ilmu ekonomi sebagai ilmu memilih dalam perspektif kehutanan. 1. Berdiskusi tentang hutan sebagai sumber daya dan lingkungan; 2. Menjelaskan dan berdiskusi tentang kekhasan ekonomi SDH; 3. Menjelaskan dan berdiskusi tentang ekonomi sebagai ilmu memilih.

Langkah 3 35 menit

Aktivitas: membuat rangkuman melalui diskusi kelompok dan panel. 1. Peserta kuliah dibagi menjadi tiga kelompok; 2. Setiap kelompok membuat rangkuman sesuai materi pada Langkah 2; 3. Membuat rangkuman melalui diskusi panel.

Pertemuan 2 Langkah 1 80menit

Aktivitas: mengenal kaidah-kaidah ilmu ekonomi dalam konteks kehutanan. 1. Mahasiswa diminta untuk memahami kembali Hukum Permintaan dan Hukum

Penawaran sebagai dasar pembagian kelompok yaitu kelompk produsen dan kelompok konsumen;

2. Beberapa mahasiswa diminta untuk mencari beberapa pengertian tentang: kelangkaan, ongkos kesempatan, serta permintaan dan penawaran melalui internet;

3. Ceramah dan diskusi dilakukan untuk lebih menjelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan kaidah-kaidah ekonomi SDH.

Langkah 2 20 menit

Aktivitas: simulasi. Kelompok produsen dan kelompok konsumen akan membedah kasus-kasus yang berhubungan dengan kelangkaan dan ongkos peluang sesuai jati diri kelompok.

Langkah 3 10 menit

Aktivitas: membuat rangkuman. Aktivitas ini dilakukan di luar kelas. Melalui kuliah daring menggunakan Zoom setiap kelompok memaparkan hasil rangkuman yang telah dipersiapkan.

Langkah 4 10 menit

Aktivitas: refleksi pembelajaran. Mahasiswa secara bersama sama mengisi kusioner refleksi yang tersedia kemudian merumuskan rekomendasi perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

1 | P a g e

Page 2: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 A. Ekonomi, Kehutanan dan Lingkungan

Ekonomi merupakan ilmu sosial yang dapat digunakan untuk menolong kita dalam memilih

cara terbaik tentang menggunakan atau pengalokasian sumber daya hutan baik yang dikelola

oleh perorangan, perusahaan, masyarakat serta negara sehingga tujuan-tujuan pengelolaan

yang didasarkan kepada kaidah-kaidah ilmu kehutanan dapat tercapai. Dalam pengertian yang

luas, dalam konteks ini, ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu studi tentang bagaimana

mengalokasikan sumber daya hutan yang terbatas untuk memberikan kepuasan kepada

masyarakat yang biasanya memiliki kebutuhan dan keinginan yang tak terbatas. Ekonomi

pengelolaan hutan pada dasarnya adalah sebuah intervensi manusia terhadap ekosistem hutan

sehingga akan terjadi “gangguan” terhadap ekosistem hutan tersebut. Berbagai dampak akan

ditimbulkan oleh intervensi tersebut baik yang bersifat internal yaitu pengurangan vitalitas

intrinsik ekosistem hutan itu sendiri, maupun yang bersifat eksternal yaitu dampak lingkungan

yang terjadi diluar ekosistem hutan. Hutan tidak hanya menyediakan kayu dan barang lainnya

yang dibutuhkan oleh manusia tetapi juga menyediakan jasa lingkungan. Dengan demikian

ekonomi sumber daya hutan yang selanjutnya dikatakan sebagai ekonomi kehutanan dan

lingkugan akan membahas masalah-masalah potensi sumber daya hutan yang memiliki

kekhasan tertentu sehingga dapat dilakukan pemilihan teori-teori ekonomi aplikatif yang

paling cocok. Fokus ekonomi kehutanan dan ligkungan tidak hendak mengkaji materi (benda

dan jasa) dari hutan itu semata, tetapi juga perlu diarahkan untuk mempelajari perilaku

bahkan alam pikiran manusia-manusianya yang berperan dalam proses meminta dan

menawarkan benda-benda atau jasa-jasa itu.

Ekonomi pada dasarnya merupakan ilmu sosial sehingga ekonomi kehutanan dan

lingkungan dapat dikatakan sebagai aspek sosial ilmu-ilmu kehutanan yang memiliki

perbedaan dengan subjek-subjek pengetahuan ilmu kehutanan yang lebih mengedepankan

sifat fisik dan biologis. Segi sosial subjek pengetahuan dan ilmu-ilmu kehutanan yang sudah

lebih dulu ada adalah administrasi dan kebijakan kehutanan (forest policy) yang kemudian

berkembang menjadi politik kehutanan dan administrasi kehutanan. Aplikasi ilmu-ilmu sosial

ini dalam ilmu-ilmu kehutanan menjadi semakin penting dalam perkembangan ilmu

pengetahuan kehutanan yang sejak akhir tahun 1990-an berkembang dan banyak mengadopsi

ilmu-ilmu sosial lainnya.

Ekonomi kehutanan dan lingkungan menjadikan hutan sebagai objek utama dan oleh

sebab itu maka pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan hutan mejadi landasan

yang sangat penting. Faktor-fakor tempat tumbuh hutan akan menjadi penting dalam

menentukan keputusan yang optimal dalam pengelolaan hutan. Tanah merupakan faktor

2 | P a g e

Page 3: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 tempat tumbuh dimana perakaran vegetasi hutan akan menyerap air dan mineral-mineral yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air memiliki jumlah yang tetap dalam siklusnya sendiri.

Sementar mineral dapat berasal dari hasil alterasi bahan induk di dalam tanah serta

mineralisasi bahan organik yag berasal dari kelimpahan biomassa yang berada di atas dan di

bawah permukaan tanah. Kemampuan air melarutkan mineral-mineral yang ada didalam tanah

menjadikan perakaran tumbuhan hutan dapat menyerapnya dan membawanya ke dedaunan

pada tajuk pohon untuk ditransformasi menjadi karbohidrat yang dibutuhkan oleh tumbuhan

hutan untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Dalam melakukan transformasi

mineral menjadi karbohidrat, tumbuhan hutan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber

energi. Hal inilah yang menyebabkan sehingga proses transformasi tersebut diistilahkan

sebagai fotosintesis, sebuah proses biokimia yang sangat penting karena paling menentukan

keberlangsungan kehidupan di muka bumi.

Berbekal pengetahuan ilmu kehutanan (pertumbuhan dan perkembangan hutan) ekonomi

kehutanan dan lingkungan dapat mengkaji perilaku manusia serta dasar-dasar fikirannya

terhadap kebutuhan dan pengadaan benda-benda serta jasa-jasa sumber daya hutan yang pada

dasarnya tidak berbeda dengan ilmu-ilmu pengetahuan ekonomi lainnya yang membahas

berbagai sumber daya ekonomi seperti ekonomi lahan, ekonomi perburuhan, dan ekonomi

lingkungan. Akan tetapi karena sumber daya hutan beserta benda-benda dan jasa-jasanya

bersifat khas dengan kelainan-kelainan ciri dan wataknya, rimbawan memandang ekonomi

kehutanan dan lingkungan sebagai salah satu ilmu pengetahuan dalam lingkup disiplin ilmu

kehutanan. Ekonomi kehutanan dan lingkungan adalah salah satu ilmu pengetahuan

kehutanan yang menfokuskan diri pada pembelajaran masalah-masalah ekonomi sumber daya

hutan yang semakin langka. Masalah ekonomi sumber daya hutan adalah bagaimana memilih

cara yang terbaik dalam memanfaatkan atau mengelola sumber daya hutan yang semakin

terbatas serta memiliki multi fungsi.

Oleh karena semakin langkahnya sumber daya hutan dan dengan sifat-sifatnya yang khas

telah mendorong lahirnya ekonomi kehutanan dan lingkungan sebagai subjek pengetahuan

disiplin ilmu-ilmu kehutanan yang bukan saja para rimbawan tetapi juga kalangan luas perlu

mempelajarinya. Agar dapat lebih menguasai subjek ilmu pengetahuan itu, seyogyanya para

rimbawan dapat menghayati lebih mendalam kekhasan sumber daya hutan dalam kelainan

watak-watak dan ciri-ciri komoditi yang dapat dihasilkannya. Bukan saja para rimbawan yang

harus mempelajari ekonomi kehutanan dan lingkungan, tetapi masyarakat luas pun dapat

mempelajarinnya dari bahan ajar ini terutama bagi mereka yang ingin mengetahui atau ingin

menambah wawasan pengetahuannya dalam hal kehutanan.

3 | P a g e

Page 4: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Ekonomi kehutanan dan lingkungan menempatkan atau membawa ekonomi sumber daya

hutan kedalam kerangka pembangunan berkelanjutan dimana tujuan ekonomi harus berada

pada pondasi pertimbangan aspek ekologi dan aspek sosial yang kuat sebagaimana yang

diilustrasikan pada Gambar I-1. Sebagaimana yang diutarakan sebelumnya bahwa Ekonomi

Kehutanan dan Lingkungan memiliki fokus objek yaitu sumber daya atau ekosistem hutan.

Fokus ini merupakan ilmu-ilmu kehutanan yang juga menjadi muatan utama kurikulum pada

program pendidikan sarjana kehutanan di universitas. Pada perspektif ekonomi kehutanan dan

lingkugan, tegakan hutan merupakan asset yang tersimpan di dalam hutan dan asset tersebut

tidak ubahnya seperti asset berupa sejumlah uang yang tersimpan di dalam sebuah bank.

Gambar I-1. Sumber daya hutan dalam perspektif pembangunan berkelanjutan.

Sebagai sumber daya ekonomi, sumber daya hutan memiliki sifat khas karena merupakan

sumber daya majemuk dan tidak bersifat tersendiri. Karena sumber daya dalamnya

memperlihatkan kondisi ilmu yang senantiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Faktor-faktor produksi yang dimasukkan untuk mengembangkan sumber daya hutan tidak

mendapat respon yang sama pada waktu dan lokasi yang berlainan. Selain itu, faktor-faktor

yang ditanamkan untuk pengembangan tidak selamanya dapat dikuasai oleh manusia.

Lingkungan sumber daya hutan misalnya merupakan yang paling peka terhadap investasi

modal dalam bentuk apapun juga sehingga perlakuan faktor modal kepada sumber daya hutan

cenderung harus sangat hati-hati dan dengan resiko seminimal mungkin.

Lahan dapat diperlakukan sebagai modal dalam produksi hutan, tetapi juga dapat berperan

sebagai sumber daya dalam usaha-usaha pengembangan permukiman dan agribisnis non-

kehutanan. Sebagai lahan di dalam usaha pengelolaan hutan, nilai lahan akan senantiasa

Ekonomi

Ekologi Sosial

4 | P a g e

Page 5: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 meningkat dengan meningkatnya pertumbuhan nilai tegakan hutan. Namun sebagai sumber

daya ekonomi, perlakuan lahan dalam usaha-usaha pengembangannya perlu dikendalikan

dengan seksama tidak ubahnya seperti memperlakukan lingkungan sebagai sumber daya

ekonomi. Vegetasi bersama massa biota lainnya sebagai sumber daya akan senantiasa tumbuh

sesuai dengan investasi modal dan waktu yang ditanamkan kepadanya. Akan tetapi karena

faktor-faktor investasi itu terdiri dari faktor-faktor alam dan non alami, keberhasilan

pengelolaan hutan tidak senantiasa akan serupa di tempat-tempat yang berlainan.

Kekhasan sumber daya hutan dapat dilihat pada kemajemukannya baik yang dapat dilihat

pada komponen-komponen lahan yang menyusunnya, biota yang terkandung didalamnya,

maupun berbagai unsur lingkungan yang berada di sekitar hutan. Ketiganya dapat saling

terkait dan saling pengaruh mempengaruhi untuk mencapai berbagai tujuan pengembangan

ekonomi. Tetapi masing-masing juga berpotensi untuk menjadi sumber daya bagi tujuan

ekonomi yang berbeda. Faktor-faktor yang diperlukan bagi berbagai tujuan ekonomi sumber

daya yang majemuk atau secara sendiri-sendiri yang tidak selalu dapat dikuasai merupakan

kekhasan lain dimana lokasi dan waktu yang biasanya berdimensi jangka panjang serta sangat

menonjol peranannya. Kemajemukan karakter sumber daya atau ekosistem hutan dapat

diidentifikasikan dari watak dan ciri benda-benda dan jasa-jasa sumber daya hutan yang

cukup jelas dapat diamati.

Berbagai barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya hutan merupakan komoditas yang

dimaksud umumnya bersifat lentur (versatile), artinya komoditi-komoditi yang dimaksud

berpotensi sangat luwes untuk dapat dimanfaatkan dalam banyak ragam komoditi akhir,

bahkan komoditi-komoditi sumber daya hutan itu dapat dimanfaatkan berulang kali. Akan

tetapi komoditi sumber daya hutan terebut pada hakikatnya bersifat cepat rusak (perishable)

sehingga diperlukan kewaspadaan dan ketelitian yang sungguh-sungguh dalam

pemanfaatannya karena senantiasa bersifat cepat menurun mutunya dan pada gilirannya

menyebabkan kemelorosotan nilai. Komoditi-komoditi hasil sumber daya hutan itu tidak

semuanya merupakan hasil langsung (direct products), sangat banyak berupa hasil-hasil tidak

langsung (indirect products) sehingga hukum permintaan dan penawaran yang diaplikasikan

memerlukan penyesuaian-penyesuaian menurut situasi dan kondisinya. Komoditi sumber

daya hutan juga bersifat serbaguna dimana dari setiap areal kawasan dapat dihasilkan lebih

dari satu hasil produksi, ada yang saling mendukung dan ada juga yang saling bersaing.

Benda-benda dan jasa-jasa sumber daya hutan dapat dibedakan dalam hasil-hasil

produksinya yang dapat dirasa secara material (tangible products) yang nilainya dapat

langsung diukur di pasar, dan komoditi yang tidak dapat dirasa secara materrial (intangible

5 | P a g e

Page 6: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 products) yang nilainya tidak mudah diukur di pasar. Komoditi yang bersifat intangible pada

dasarnya harus menjadi benda/jasa milik masyarakat (public goods) yang memikul biaya

sosial (social costs) dan juga mampu menciptakan manfaat sosial (social benefit). Dalam

ekonomi masalah-masalah yang berhubungan dengan barang publik didekati dengan teori

ekonomi eksternal (external economics) atau ekonomi lingkungan.

Kekhasan ekonomi kehutanan dan lingkungan sebagaimana telah diutarakan di atas dapat

dirangkum sebagai berikut:

1. Hutan memiliki banyak output yang bersifat simultan dan banyak diantaranya yang tidak

mudah dijual di pasar. Di samping kita dapat memperoleh kayu, buah, kulit, daun,

daging dari hutan, hutan juga dapat memberikan output yang sulit diukur secara moneter

oleh masyarakat. Sebagai contoh: keindahan, ruang terbuka, air, pengendali banjir, dan

beberapa tipe rekreasi.

2. Pemanenan atau eksploitasi hasil hutan dapat menyebabkan dampak negatif yang

bernilai mahal. Gangguan atau kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan pemanenan dan

eksploitasi dapat berupa menurunnya kualitas air, terganggunya usaha perikanan di

sungai, serta menurunnya nilai keindahan, dan bahkan menyebabkan ketidakstabilan

iklim. Kesemuanya itu akan menyebabkan timbulnya eksternalitas yang menimbulkan

konsekuensi biaya.

3. Masyarakat umumnya lebih mengutamakan output hutan yang bersifat non-moneter

(poin 1) ketimbang memperhatikan dampak negatif (poin 2). Hal ini menyebabkan

pertentangan antara hak publik (public rights) terhadap kenyamanan alami tertentu

dengan hak individu (private property rights), kebebasan individu dalam kepemilikan

lahan, dan pembangunan ekonomi. Pertentangan tersebut akan berada di sekitar issu-issu

tentang kehidupan liar (wilderness), tebang habis, spesies langka, dan perlindungan

terhadap pohon=pohon berumur tua (old-growth timber).

4. Dalam kehutanan dapat dikatakan bahwa tegakan hutan merupakan industri sekaligus

hasil dari industri itu sendiri. Memanen kayu pada tegakan hutan berarti akan banyak

menghilangkan mekanisme proses produksi kayu.

5. Kehutanan mencakup ketidakpastian dan proses produksi yang panjang. Panjangnya

periode produksi yang dapat mencapai puluhan tahun menyebabkan ketidakpastian yang

tinggi, baik yang disebabkan oleh faktor internal, misalnya serangan hama penyakit,

kekeringan dan kebakaran hutan, maupun oleh faktor eksternal yang berhubungan

dengan penjualan produk. Meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi di

masa yang akan datang bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

6 | P a g e

Page 7: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Setelah mengenal secara garis besar kekhasan sumber daya hutan serta kelainan-kelainan

sifat-sifat komoditinya itu maka rimbawan serta profesional lainnya diharapkan akan lebih

menyadari untuk mempelajari ekonomi kehutanan dan lingkungan. Dengan demikian,

ekonomi kehutanan dan lingkungan pertama-tama akan bermanfaat sekali bagi para rimbawan

sendiri guna meningkatkan wawasannya sebagai homo economicus (pengamat yang jeli).

Dengan berbekal teori-teori ekonomi dari konsep-konsep dan kaidah-kaidahnya yang cocok,

rimbawan diharapkan meningkat kemampuannya untuk memahami masalah-masalah

ekonomi kehutanan dan lingkungan secara cermat dan sistematis.

Penguasaan yang memadai oleh para rimbawan terhadap pengetahuan ekonomi sumber

daya hutan akan mengefektifkan dirinya dalam memulai implementasi pengelolaan hutan

yang baik. Orang awam yang menguasai ilmu ekonomi dengan baik dapat berpendapat bahwa

tingkat harga hasil hutan dapat meningkatkan good management karena harga hasil hutan

yang lebih baik menambah penghasilan yang dapat meningkatkan tingkat efisiensi

pengelolaan sumber daya hutan. Rimbawan akan mengendalikan fenomena itu dengan tetap

menjaga asas kelestarian. Panen hasil hutan dibatasi melalui jatah-jatah tebangan tahunan

dalam perbatasan-perbatasan areal dan atau kenaikan harga untuk usaha-usaha intensifikasi

pengelolaan lain, seperti memasarkan potensi hasil yang belum mempunyai pasar,

memperluas pembukaan wilayah atau meningkatkan penanaman hutan. Ekonomi kehutanan

dan lingkugan membuktikan kegunaannya dalam proses perencanaan sumber daya ekonomi

hutan melalui pemantauan, penilaian serta pengawasannya.

Pengetahuan ekonomi memegang peranan sangat penting dalam proses perencanaan,

pemantauan, penilaian dan pengawasan pengelolaan hutan. Dapat dikatakan seperti itu karena

ekonomi kehutanan dan lingkungan berintikan proses biologi pertumbuhan dan

perkembangan hutan serta berlandaskan aspek-aspek ekologi lainnya dan sosial masyarakat

sekitar hutan. Kita mengetahui bahwa hutan alam belantara yang dimiliki Indonesia

merupakan sumber daya yang telah berkembang sejak ratusan juta tahun yang lalu. Di

dalamnya terjadi proses-proses yang kompleks dengan sebab akibat yang bermata rantai

dalam sebuah ekosistem. Jika sebuah mata rantai dirusak oleh ulah manusia, maka hal ini

akan membawa dampak terhadap mata rantai lainnya. Umpamanya hutan ditebang habis,

maka jika hujan lebat turun, lapisan tanah subur akan dikuras oleh air hujan sehingga dari

tahun ke tahun proses erosi akan menghabiskan lapisan tanah subur tersebut. Dan akibat hutan

dibuka jadi tandus tak bervegatsi, air akan mengalir terus dan tidak lagi diserap ke dalam

tanah karena fungsi hidrologisnya terganggu, tidak seperti jika pepohonan masih ada.

7 | P a g e

Page 8: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 Akibatnya, setiap musim hujan akan terjadi banjir yang tidak saja menimbulkan erosi akan

tetapi juga menimbulkan berbagai bencana bagi manusia dan lahan pertanian yang berada

disekitarnya. Bahkan fungsi lingkungan hutan dalam mitigasi perubahan iklim menjadi

sorotan dan perhatian oleh banyak kalangan dan telah menjadi kebijakan global.

Banyak negara pemilik hutan tropis yang tanpa mempertimbangkan dengan baik-baik

sebelumnya tentang berbagai jasa lingkungan yang dapat disediakan oleh hutan, telah

menyerahkan sebahagian besar hutannya untuk menghasilkan kayu. Telah kita mendengar dan

melihat akibatnya bagaimana kehancuran hutan di Filipina, dan juga di Indonesia serta

Malaysia, yang telah mengelola hutan mereka dengan serampangan dengan memberikan

konsesi-konsesi hutan pada berbagai perusahaan luar dan dalam negeri. Indonesia melakukan

industrialisasi kehutanan sistem Hak Pengusahaan Hutan (HPH) sejak akhir tahun 1960an

untuk memenuhi kebutuhan anggaran pembanggunan nasional ketika itu. Hutan alam

Indonesia ketika itu merupakan sumber daya yang dengan cepat dapat menyediakan uang

untuk memenuhi berbagai kebutuhan pembangunan berbagai fasilitas seperti jalan, bendungan,

perkantoran, industri, dan lain sebagainya.

Perkembangan luas kawasan hutan yang berada di bawah konsesi industrialisasi

kehutanan sistem HPH terusmengalami peningkatan sejak awal pencanangan program

tersebut, dan kemudian menurun saat memasuki era tahun 1990-an. Pada tahun 1974 misalnya

luas konsesi HPH adalah kurang lebih 24 juta hektar. Luas konsesi tersebut kemudian

meningkat menjadi 45 juta hektar pada tahun 1979, selanjutnya bertambah lagi menjadi 53

juta hektar pada tahun 1984 dan menjadi 60 juta hektar pada tahun 1989. Luas konsesi

HPH/IUPHHK-HA pada tahun 2009 yaitu seluas 26.171.601 hektar, hampir sama dengan luas

konsesi HPH diawal tahun 1970an namun jauh lebih rendah dibandingkan dengan luas

konsesi HPH pada tahun 1989. Pada luas konsesi HPH/IUPHHK-HA pada tahun 2009

tersebut dikuasai oleh 308 unit perusahaan kehutanan dengan total nilai asset kurang lebih

sembilan trilyun rupiah serta menyerap tenaga kerja lebih dari 30 ribu orang.

Hutan di Indonesia terdiri atas beberapa tipe hutan dimana masing-masing tipe hutan

mempunyai komposisi jenis pohon yang spesifik, tergantung kepada tempat tumbuhnya.

Hutan payau pada umumnya mempunyai pohon-pohon yang memang dapat tumbuh di daerah

pantai yang selalu tergenang air laut. Jenis-jenisnya adalah Avicennia spp., Sonneratia spp.,

Rhizophora spp., dan Bruguira spp. Jenis-jenis lain yang mungkin terdapat di daerah ini

adalah: Ceriop, Xylocarpus dan Lumnitzera. Hutan rawa juga merupakan hutan pantai yang

terletak di belakang hutan payau. Di sini pohon-pohon selalu tergenang bukan oleh air laut,

tetapi air tawar dari sungai-sungai yang akan masuk ke laut. Jenis-jenis di daerah ini adalah

8 | P a g e

Page 9: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 Xylopia, Palaquium leiocarpum, Shorea uliginosa, Campnosperma macrophila, Garcinia

spp., Eugenia spp., Koompassia, serta Callophyllum spp.

Sebagian besar hutan yang dieksploitasi adalah hutan Dipterocarpaceae, yang terdiri dari

jenis-jenis seperti Hopea, Vatica, Dryobalanops, dan Cotylelobium. Jenis lain yang ada di

daerah ini adalah Lauraceae, Agathis, Koompassia, Dyera dan dari famili Myrtaceae serta

Ebenaceae.

Jenis hutan yang berdaun gugur karena daunnya gugur pada waktu musim kering, jenis-

jenis ini terutama terdiri dari Jati, Acacia leucophola, Actinophora fragans, Albizia chinensis,

Azadirachta indica, Caecalpinia dan lain-lain. Sementara hutan pegunungan adalah hutan di

pegunungan tinggi yang pada umumnya digunakan sebagai hutan lindung, bukan untuk

eksploitasi hutan.

Hutan tanaman di Indonesia mulai memperlihatkan perkembangan yang baik karena

disebabkan oleh banyaknya hutan yang telah rusak dan perlu diganti dengan hutan tanaman

untuk memenuhi permintaan masyarakat dunia akan kayu. Hutan tanaman diharapkan akan

menjadi andalan sebagai pemasok hasil hutan utama di masa yang akan datang. Hutan

tanaman dapat berupa hutan tanaman industri (HTI) dan hutan tanaman rakyat (HTR). Jumlah

peruahaan hutan tanaman (IUPHHK-HT) hingga tahun 2009 adalah 229 unit dengan luas

lahan pengelolaan seluas 9.972.732 hektar.

Hutan tropis mengandung banyak jenis pohon, tetapi jenis-jenis pohon yang bernilai

ekonomi di pasaran dalam dan luar negeri terbatas pada beberapa jenis saja, seperti kayu

meranti, ramin, ulin, eboni, dan lain sebagainya. Kayu ramin yang amat disukai sebagai bahan

untuk membuat perabotan rumah, begitu banyak ditebang, hingga kini praktis sudah hampir

habis populasinya, dan di Indonesia ada kecenderungan untuk mencoba menggantinya dengan

kayu karet.

Dengan meluasnya produksi kayu, terbuka secara lebih lebar macam-macam penggunaan,

baik di dalam maupun di luar negeri. Produksi yang lebih besar tersebut dengan sendirinya

memberi kemungkinan untuk dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk dan meluasnya

permintaan kayu. Kebutuhan manusia yang bermacam-macam dapat dipenuhi dari macam-

macam jenis kayu yang begitu banyak.

Secara ekonomi dengan sendirinya pemakaian kayu tidak hanya terbatas pada sifat-sifat

fisik kayu, tetapi terbatas pula terhadap harga kayu. Hal ini disebabkan kayu mempunyai

banyak barang substitusi seperti logam, plastik, kaca, dan lain-lain.

Di samping banyaknya jenis yang mempunyai bermacam-macam sifat, juga untuk setiap

jenis kayu mempunyai pola penggunaan yang bermacam-macam, karena kayu merupakan

9 | P a g e

Page 10: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 produk yang tidak homogen. Kayu Walnut Amerika mempunyai 24 macam pola penggunaan,

kayu mahoni Honduras memiliki 16 pola penggunaan, kayu jati dikatakan paling sedikit

memiliki pola penggunaan yaitu 4 macam. Secara umum penggunaan kayu terdiri atas 10 pola,

yaitu (1) penggunaan untuk meubel, kabinet dan lain-lain; (2) penggunaan untuk pembuatan

panel; (3) penggunaan untuk kayu bentuk (moulding and millwork; (4) penggunaan untuk

lantai; (5) penggunaan untuk arsitektur kayu; (6) penggunaan dalam industri; (7) penggunaan

dalam ukiran kayu; (8) penggunaan alat olah raga dan atletik; (9) penggunaan untuk alat-alat

di laut; dan (10) do it your self.

Para ahli mengatakan bahwa hutan tropis amat peka terhadap gangguan dan intervensi

luar, kerana hubungan yang sangat kompleks dalam kehidupan antara binatang dan tumbuhan.

Berbagai pohon dari jenis yang berlainan umpamanya, tergantung untuk polinasi bunganya

dari jenis burung madu yang berbeda. Ada pula sejenis semut yang tinggal di sebuah pohon,

dan bertugas melawan serangga lain yang menyerang pohon tersebut, hingga semut dan

pohon saling hidup menghidupi.

B. Ekonomi sebagai Ilmu Memilih

Telah disinggung sebelumnya bahwa ekonomi dapat membantu kita dalam melakukan

pilihan-pilihan untuk sampai kepada cara terbaik dalam menggunakan sumber daya hutan atau

sumber daya lainnya. Namun bagi kebanyakan orang, ekonomi sering sekali diassosiasikan

dengan uang, keuntungan, perbankan, GNP, pajak, tingkat pengembalian (rate of return),

finansial, ekonomi pembangunan, dan bahkan hubungan antara negara. Sehingga bisa saja

beberapa orang awam akan sedikit tidak percaya bila kita berbicara tentang ekonomi sumber

daya hutan. Mereka bisa saja berkata dan bertanya bahwa ekonomi dan hutan merupakan

istilah yang bertentangan, dan bagaimana kita memberikan perhatian kepada hutan sebagai

suatu ekosistem bila kita tertarik memperoleh uang dari ekosistem hutan tersebut?

Pertanyaan di atas dapat dijelaskan dengan sederhana bahwa ekonomi merupakan cara

berfikir yang tidak selamanya berhubungan dengan uang. Leopold menulis paragraf yang

menjelaskan hal ini sebagai berikut:

One basic weakness in a conservation system based wholly on economic motives is that

most members of the land community have no economic value …….. a system of

conservation based solely on economic self-interest is hopelessly lopsided.

10 | P a g e

Page 11: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Interpretasi yang sempit seperti yang diutarakan oleh Leopold di atas lebih lanjut

dijelaskan melalui paragraph yang lain sebagai berikut:

Like winds and sunsets, wild things were taken for granted until progress began to do

away within them. Now we face the question of whether a still higher “standard of

living” is worth its cost in things natural, wild, and free.

Bila kita membaca kalimat terakhir maka kita dapat menemukan sebuah pemikiran

ekonomi tentang perbandingan antara manfaat tambahan (added benefits), yaitu tentang

standar hidup yang lebih tinggi dengan ongkos tambahan (added costs), yaitu tentang

kehilangan akan sesuatu yang alami, dan kebebasan. Manfaat dan ongkos tidak selamanya

harus diukur dalam satuan uang, rupiah atau dollar misalnya, tetapi yang penting adalah

dipertanyakannya pertanyaan yang benar, yaitu dalam kasus di atas adalah “apakah manfaat

ekstra melebihi ongkos ekstra?” Ilmu ekonomi tidak terlepas dari kehidupan manusia.

Sekalipun ia mulai ditulis pada masa pra klasik di zaman Yunani kuno yaitu ketika istilah

ekonomi muncul sebagai penggabungan antara suku kata oikos dan nomos, yang dalam

bahasa Yunani berarti “pengaturan atau pengelolaan rumah tangga”.

Istilah ekonomi pertama kali digunakan oleh Xenophone, seorang filsuf Yunani (440-355

SM). Istilah oikosnomos muncul ketika itu karena sebuah pemikiran Xenophone yang melihat

betapa besar potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Athena sebagai negara ketika itu.

Sumber daya alam dikelola oleh negara untuk meningkatkan pendapatan negara dan

mensejahterakan rakyat. Tanah yang subur serta mengandung deposit emas dan perak serta

sarana pelabuhan yang dimiliki alhasil membawa kota Athena menjadi kota perdagangan

terbesar saat itu. Athena memiliki laut yang kaya akan ikan menjadi daya tarik bagi para

pedagang dan pengunjung dari luar Athena untuk datang berdagang ke Athena.

Pemikiran ekonnomi pada zaman Yunani kuno terus berkembang dan kemudian

dilanjutkan pemikiran Plato (427-347 SM) yang ketika itu mulai memperkenalkan tentang

uang, bunga, jasa tenaga kerja manusia dalam sistem perbudakan dan perdagangan.

Aristoteles (384-32 SM) yang merupakan murid Plato melanjutkan perkembangan pemikiran

ekonomi gurunya. Ia mengemukakan teori ekonomi bahwa ekonomi merupakan suatu bidang

tersendiri yang harus lepas dari ilmu filsafat dengan meletakkan pemikiran dasar tentang teori

nilai (value) dan harga (price). Perkembangan ekonomi tersebut merupakan teori ekonomi

pra-klassik era Yunani kuno yang ketika itu bertahan cukup lama dan baru mengalami

perkembangan dengan munculnya pemikiran ekonnomi kaum skolastik pada abad ke 15. Ciri

11 | P a g e

Page 12: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 penting aliran skolastik adalah kuatnya hubungan antara ekonomi dengan masalah etis serta

besarnya perhatian pada masalah keadilan. Ekonomi pra klassik mengalami perkembangan

selanjutnya dengan munculnya aliran merkantilisme dengan penekanan pada perdagangan

luar negeri, serta aliran fisiokratis (physic= alam; dan cratain atau cratos = kekuasaan) yang

menekankan pemikiran ekonominya bahwa sumber kekayaan yang senyata-nyatanya adalah

sumber daya alam.

Sebagaimana telah diutarakanbahwa Aristoteles telah mengemukakan tentang ilmu

ekonomi sebagai ilmu yang berdiri sendiri, namun pengakuan tentang hal itu baru muncul di

Eropa pada abad XVII, setelah tokoh Adam Smith (1729-1790) muncul dalam percaturan

ekonomi dengan membawa teori klasik. Pemikiran Adam Smith dikatakan sebagai teori

klassik karena gagasan-gagasan yang ia tulis sebetulnya sudah banyak dibahas dan

dibicarakan oleh tokoh-tokoh pra klasik. Smith banyak mengemukakan pembahasan ekonomi

yang bersifat mikro dimana ia menguraikan masalah pembangunan dan kebijakanuntuk

memacu pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ekonomi Adam Smith melakukan pendekatan

deduktif dalam melakukan analisa ekonomi dan historis yang biasanya menjelaskan teori

ekonomi secara panjang lebar. Beberapa tokoh ekonomi klasik lainnya yang merupakan

murid dan pengikut Adam Smith adalah antara lain: Thomas Maltus (1766-1834), David

Ricardo (1772-1823), Jean Baptiste Say (1767-1832), dan John Stuart Mill (1806-1873).

Pemikiran ekonomi Adam Smith dan kawan-kawan disebut sebagai aliran ekonomi yang

mendukug sistem ekonomi pasar atau liberal atau kapitalis yang sejak awal kemunculannya

mengundang berbagai reaksi kritis dari berbagai pihak, terutama oleh tokoh-tokoh ekonomi

aliran sosialis. Aliran sosialis secara umum membawa missi kebersamaan atau kolektivisme,

dimana keputusan-keputusan ekonomi itu disusun, direncanakan, dan dikontrol oleh kekuatan

pusat. Sistem perekonomian ini sering juga disebut “perekonomian komando” karena segala

sesuatunya serba dikomando. Pemikiran-pemikiran ekonomi sosialis secara garis besar dapat

dipilah atas tiga kelompok yaitu: (1) kelompok pemikir sosialis sebelum Marx; (2) kelompok

sosialis Marx dan Engels; dan (3) kelompok pemikir sosialis sesudah Marx.

Pemikiran ekonomi sosialis yang dimotori oleh Karl Heindrich Marx (1818-1883) banyak

mendapatkan tantangan dari tokoh-tokoh ekonomi klasik sehingga muncul aliran neo klasik

sebagai aliran pemikiran ekonomi klasik yang baru dan berusaha menekan upaya sosialis

untuk menumbangkan aliran klasik. Melalui argumentasi teori nilai kerja dan tingkat upah,

Marx meramalkan kejatuhan sistem kapitalisme. Dan hal inilah yang membangkitkan tokoh-

tokoh klasik seperti W. Stanley Jevons (1835-1882), Leon Walras (1837-1910), Carl Menger

(1840-1921), dan Alfred marshall (1842-1924) untuk melakukan kajian mendalam terhadap

12 | P a g e

Page 13: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 teori-teori ekonnomi klasik. Kendatipun para ahli ekonomi klasik tersebut melakukan kajian

dan penelitian secara terpisah, namun mereka menemukan hasil yang sama berupa bantahan

terhadap teori ekonomi nilai lebih oleh Marx. Mereka mengatakan bahwa teori nilai lebih

(surplus value) tidak mampu menjelaskan secara tepat tentang nilai komoditas. Mereka

menyepakati dengan menggunakan teori marginal maka dihasilkan bahwa teori Marx tidak

memberikan sumbangan apa pun dalam perkembangan teori ekonomi sehingga dapat

diabaikan.

Tantangan oleh para tokoh ekonomneo-klasik tidak meruntuhkan ajaran Karl Marx,

terbukti ramalan Marx akan keruntuhan kapitalisme dapat dikatakan terbukti. Krisis ekonomi

global pada tahun 1930-an merupakan bukti kegagalan kapitalisme Adam Smith

sehinggabahkan memunculkan pemikiran ekonomi baru yang disebut dengan pemikiran

Keynes. John Maynard Keynes (1883-1946), seorang ekonom yang sangat cerdas dan telah

diangkat menjadi dosen pada Cambridge University pada usia 30 tahun. Pengaruh Keynes

sangat besar dalam Perjanjian Bretton Woods tahun 1946 serta dalam pembentukan badan

Moneter Internasional IMF (International Monetary Fund). Atas jasa-jasanya yang sangat

besar tersebut, ia kemudian diangkat sebagi “baron”, suatu gelar kebangsawanan yang sangat

tinggi dalam masyarakat Eropa. Keynes banyak mendapatkan dukungan dari para ekonom

sejak Keynes menulis buku The General Theory pada tahun 1936 dimana ia menjelaskan teori

tentang hubungan timbal balik antara analisis ekonomi dan kebijakan pemerintah. Penerus

ajaran Keynes terdiri atas kelompok yaitu neo Keynesian dan pasca Keyness. Neo Keynesian

banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga

stabilitas perekonomian. Teori-teori tersebut menerangkan dan mengantisipasi fluktuasi

ekonomi dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan. Sementara

itu, kelompok pasca Keynesian adalah kelompok ekonom yang menyatakan berbagai

pandangan tentang ekonomi makro moderen.

Dalam perjalanan perkembangan ilmu kehutanan, pemikiran ekonomi kehutanan-pun

mengalami perkembangan. Mengetahui perkembangan pemikiran ekonomi kehutanan akan

memberikan pengetahuan tentang dua hal, yaitu pengetahuan tentang asal-usul pemikiran

ekonomi kehutanan serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan dan

model terbaru dalam ekonomi kehutanan.

Pemikiran ekonomi kehutanan diawali dan banyak dipengaruhi oleh perkembangan

pengetahuan tentang analisis rotasi hutan, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh pemilik hutan

untuk melakukan penebangan. Dalam berbagai literatur, rotasi sering juga disebutkan sebagai

umur tebang atau masak tebang tegakan hutan. Menentukan umur optimum sebuah tegakan

13 | P a g e

Page 14: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 tunggal akan lebih mudah bila dibandingkan dengan analisis rotasi optimum hutan yang

terdiri atas berbagai tegakan dengan umur yang bervariasi. Hutan yang terdiri atas berbagai

tegakan dengan umur yang berbeda akan membutuhkan pengaturan hutan (forest regulation)

dimana hutan akan dibentuk menjadi sebuah hutan normal (normal forest).

Diskusi awal tentang pertimbangan ekonomi dalam pemanenan hutan dilakukan di

German pada tahun 1100-an dan menjadi legislasi formal pada tahun 1300-an. Pembahasan

yang sistematis tentang rotasi optimum telah dilakukan pada abad ke-17, namun pembahasan

tentang permodelan tentang hutan dengan tegakan yang berbeda baik kelas umur dan jenis

pohon baru dimulai pada abad ke-18. Diskusi ketika itu dihadiri oleh ekonomi dan rimbawan

dimana mereka sering menggunakan istilah dan pendekatan yang berbeda, bahkan

mengemukakan jawaban yang juga berbeda sehubungan dengan umur rotasi optimal. Selama

tahun 1600-an dan 1700-an, konsep umur rotasi, hutan normal, dan pemanenan hutan lestari

menjadi petunjuk utama dalam manajemen hutan yang kemudian menjadi dasar bagi Perdana

Menteri Perancis, Colbert membuat kebijakan kehutanan dan ini menjadi referensi utama

pengembangan kebijakan kehutanan di negara lain di Eropa. Kendatipun diskusi tentang

pemikiran ekonomi kehutanan sudah berjalan berabad lamanya, tulisan ilmiah tentang hal

tersebut dipublikasikan pertama kali pada tahun 1713 dengan judul ”Sylviculura Oeconomica”

oleh Hans Carl von Carlowitz.

Tulisan ilmiah yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran ekonomi

kehutanan adalah jurnal ilmu kehutanan pertama di dunia, die Allgemeine Forst-und Jagt

Zeitung, yang terbit pertama kali di German pada tahun 1824. Banyak artikel di jurnal

tersebut berorientasi kepada ekonomi kehutanan, terutama setelah tahun 1850 dimana jurnal

tersebut menjadi forum utama pengembangan aplikasi dan teori ekonomi kehutanan. Berbagai

artikel yang telah terpublikasi ketika itu menghasilkan buku Die Forstmatematik yang

menjelaskan tentang teori ekonomi solusi umur rotasi, kendatipun dalam buku tersebut gagal

dijelaskan ongkos peluang lahan dalam perhitungan.

Atas berbagai artikel yang dipublikasikan ketika itu, seorang rimbawan German: Martin

Faustmann mempublikasikan komentar dan kritiknya. Pemikiran utama Faustmann adalah

metode baru dalam menentukan nilai ekonomi lahan kosong (bare land). Faustmann

menjelaskan bahwa rotasi optimum dari tegakan adalah yang dapat memberikan Net Present

Value (NPV) maksimum sebuah lahan. Model Faustmann pun mendapat berbagai masukan

dari ilmuan lainnya dan mampu bertahan sebagai sebuah teori dan model yang dikenal dengan

nama Model Faustmann. Faustman dan kawan-kawan secara bersama-sama dikenal dan

14 | P a g e

Page 15: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 diakui hingga kini sebagai pendiri pemikiran ekonomi kehutanan kuantitatif (founders of

rigorous forest ekonomics thinking).

Banyak kritik atas Model Faustman diberikan oleh ekonom dan rimbawan hingga pada

tahun 1970-an. Richard Hartman (1976) mempublikasikan analisis rotasi hutan yang

mengintegrasikan barang publik kedalam Model Faustman. Model Hartman memberikan

kontribusi terhadap produksi secara bersama antara produksi kayu dengan jasa lingkungan

(amenity services). Jasa lingkungan yang dimaksudkan dalam Model Hartman adalah rekreasi

hutan, pemancingan dan kehidupan liar, kualitas air, penyimpanan karbon, dan biodiversiti

atau keanekaragaman hayati.

Pada tahun 1980-an ekonom Swedia Karl-Gustav Lofgren dan Per-Olov Johansson

mengemukakan model baru untuk analisa ekonomi kehutanan. Mereka mempertimbangkan

resiko yang bisa muncul yang ditimbulkan oleh konsep NPV pada pengelolaan dua periode

siklus. Model yang mereka kemukakan melibatkan analisis ketidak-pastian, ketidak-

sempurnaan pasar kapital, dan ameniti atau kenyamanan.

Berangkat dari berbagai perkembangan pemikiran ekonomi di atas, maka seseorang atau

masyarakat secara terus menerus akan membuat suatu keputusan yang bertujuan memperoleh

peningkatan dalam bisnis dan atau peningkatan/perbaikan kehidupannya dan mereka tidak

cenderung untuk berusaha memaksimalkan satu output atau aktivitas saja. Pada contoh yang

diutarakan oleh Leopold sebelumnya terlihat bahwa kita tidak akan memaksimalkan

pembangunan atau kawasan alami. Kita memastikan output-output sehingga kita dapat

memaksimalkan kepuasan total. Proses ini disebut optimization, yaituproses yang bertujuan

memaksimalkan beberapa tujuan, dalam kasus ini adalah kepuasan.

Satu contoh lain yang akan menjelaskan tentang pemikiran ekonomi yang tidak

berhubungan dengan uang adalah suatu kasus seorang mahasiswa yang diperhadapkan dengan

persoalan penggunaan waktu (Gambar I-2). Mahasiswa dimaksud menggunakan waktunya

untuk melakukan berbagai aktivitas seperti belajar, bekerja, berolah raga, menonton, kuliah,

dan pesta. Kesemua kegiatan tersebut harus dilakukan oleh mahasiswa dengan

mengalokasikan waktunya dalam seminggu.

15 | P a g e

Page 16: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Gambar I-2. Masalah alokasi waktu seorang mahasiswa.

Mahasiswa pada kasus Gambar I-2 bertujuan memaksimalkan kepuasan atau utility.

Pertanyaannya sekarang adalah berapa jam sebaiknya dialokasikan perminggu untuk setiap

aktivitas untuk mencapai kepuasan maksimal. Jawaban terhadap pertanyaan seperti ini dalam

ekonomi harus didekati melalui pendekatan equi-marginal principle. Prinsip ini menjelaskan

bahwa kepuasan atau utility telah dimaksimalkan bila waktu yang dialokasikan, katakanlah

setiap penambahan satu jam alokasi waktu terhadap masing-masing aktivitas akan

memberikan penambahan kepuasan yang sama atau konstant.

Gambar I-3 menjelaskan secara grafis persoalan alokasi waktu. Bila diketahui bahwa

tujuan yang ingin dicapai adalah memaksimalkan kepuasan dan dengan input kendala adalah

bahwa hanya terdapat alokasi waktu selama 15 jam per minggu untuk melakukan semua

kegiatan tersebut. Dan bila diketahui bahwa kepuasan dapat dimaksimalkan dengan

menggunakan 4 jam per minggu untuk melakukan aktivitas A, 5 jam untuk melakukan

aktivitas B, dan 6 jam untuk melakukan aktivitas C. Pada titik tersebut, jam terakhir yang

dialokasikan untuk setiap aktivitas menghasilkan 4 unit kepuasan tambahan. Sehingga dengan

demikian dapat dikatakan bahwa prinsip equi-marginal telah tercapai dan semua alokasi

waktu sebesar 15 jam per minggu telah digunakan. Memikirkan penggunaan waktu terkadang

merupakan hal yang sepeleh dan pada akibatnya waktu berlalu, terbuang begitu saja dan tidak

menimbulkan atau memberikan hasil maksimal yang sebenarnya diharapkan. Perlu diingat

bahwa waktu merupakan salah satu input penting dalam proses produksi. Ekonomi sama

dengan manajemen dimana dibutuhkan pengalaman yang cukup, baik pengalaman berfikir

secara ekonomi, atau pengalaman melakukan tindakan-tindakan ekonomi.

Olahraga Nonton TV

Bekerja Kuliah

Belajar Pesta Waktu: X jam/minggu

16 | P a g e

Page 17: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Gambar I-3. Alokasi optimal 15 jam per minggu untuk tiga aktivitas.

Untuk membuktikan bahwa alokasi waktu yang diperlihatkan pada Gambar I-3 di atas

telah mencapai titik optimal atau dengan kata lain bahwa tujuan memaksimumkan kepuasan

telah dicapai dapat dilakukan dengan pembuktian bahwa, merealokasi waktu suatu aktivitas

ke aktivitas lainnya akan mengurangi total utility yang seharusnya dicapai. Sebagai contoh,

bila kita merealokasi 1 jam waktu kegiatan A untuk penambahan waktu kegiatan B maka hal

ini berarti kita kehilangan utility sebanyak 4 unit dari kegiatan A dan dari kegiatan B kita

hanya mendapatkan utility tambahan sebanyak 3 unit sebagaimana yang ditunjukkan oleh titik

tunggal pada grafik kegiatan B. Sehingga dari utility total, realokasi waktu tersebut akan

menyebabkan kerugian sebesar 1 unit.

Telah dijelaskan di atas bagaimana pentingnya ilmu ekonomi dalam pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya sehingga kepuasan

maksimal dapat dicapai. Ilmu ekonomi juga tentunya sangat membantu pengambil kebijakan

3

4

0

1

2

5

6

1 2 3 4 5 6

3

4

0

1

2

5

6

1 2 3 4 5 6

3

4

0

1

2

5

6

1 2 3 4 5 6

Jam per minggu Untuk aktivitas A

Jam per minggu Untuk aktivitas B

Jam per minggu Untuk aktivitas C

Mar

gin

Kep

uasa

n

Mar

gin

Kep

uasa

n

Mar

gin

Kep

uasa

n

17 | P a g e

Page 18: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 di sektor kehutanan. Proses pengambilan keputusan, yang juga melibatkan para analis yang

mungkin mereka adalah pengambil keputusan atau bukan, memiliki enam langkah sebagai

berikut:

1. Mendefinisikan permasalahan yang dihadapi. Pada tahap ini para analis harus

melakukan klarifikasi tentang siapa pengambil kebijakan, apakah pemilik hutan,

menejer, investor, anggota legislatif, pemerintah, kelompok konservasi dan LSM,

masyarakat umum, dan lain sebagainya serta kebutuhan-kebutuhan apa saja yang

belum dicapai.

2. Menentukan tujuan. Phase ini nampak sangat sederhana namun bila tujuan

dirumuskan dengan tergesa-gesa maka akan dapat membingungkan dalam

interpretasinya sehingga dapat menyebabkan kesalahpahaman, terutama dalam

perjalanan implementasi kegiatan atau program.

3. Menentukan alternatif tentang bagaimana cara yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan.

4. Menyusun perangkat kriteria untuk pelaksanaan evaluasi kegiatan atau program.

Sebagai contoh dapat digunakan kriteria finansial seperti rate of return dan net present

value.

5. Mengevaluasi alternatif dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan. Pertanyaan

yang harus terjawab adalah kegiatan mana yang paling efektif dalam pencapaian

tujuan.

6. Mengkaji feedback. Hal ini dilakukan setelah beberapa saat kegiatan atau program

selesai dilaksanakan.

C. Kaidah-kaidah Ekonomi

1. Kaidah Kelangkaan (scarcity)

Faktor mendasar yang menimbulkan permasalahan ekonomi adalah kelangkaan (scarcity).

Permasalahan tersebut membutuhkan pemikiran ekonomi sehingga barang yang langka dapat

memberikan kepuasan maksimum. Ketika sumber daya hutan masih melimpah, artinya stok

sumber daya hutan masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah kebutuhan manusia akan

sumber daya tersebut, maka interaksi manusia dengan lingkungan hutannya belum menjadi

suatu masalah. Melalui proses alamiah, potensi hutan yang telah dimanfaatkan tidak

mengganggu ekosistem hutan untuk melakukan pemulihan kembali sehingga keseimbangan

antara kelestarian dan kesejahteraan manusia tetap tercapai. Namun setelah jumlah populasi

18 | P a g e

Page 19: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 manusia beserta kebutuhannya semakin mengancam keseimbangan-keseimbangan itu, maka

dirasakan perlunya mengkaji aspek-aspek ekonomi sumber daya hutan. Dengan kata lain,

kelangkaan sumber daya hutan semakin menuntut kadar homo economicus seseorang untuk

memahami kondisi-kondisi kelangkaan komoditi yang telah memacu lahirnya ekonomi

kehutanan dan lingkungan. Dorongan kelangkaan sumber daya hutan itulah yang

menyebabkan manusia mulai lebih berfikir ekonomi.

Kelangkaan sumber daya ekonomi terjadi manakala permintaan akan sumber daya

tersebut (demand) melebihi ketersediaannya (suplay) pada saat harganya nol (zero price).

Dengan kata lain, sumber daya yang menurut pengertian itu bersifat tidak langka, bukan

merupakan sumber daya ekonomi, dimana sumber daya didefinisikan apa saja yang mempu

menciptakan benda-benda dan atau jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kelangkaan sumber daya alam dalam konteks ini dapat dikaitkan dengan ketersediaan

yang melimpah di satu sisi dan punah di sisi lainnya. Sumber daya hutan dengan nilai

harganya di bawah nol praktis sudah tidak ada lagi kecuali di tempat-tempat yang benar-benar

masih sangat terpencil. Sumber daya hutan mulai mempunyai harga setelah mulai dirasakan

keberadaannya semakin langka, sumber daya hutan harganya terus meningkat sehingga suatu

saat mencapai keadaan kritis dimana harganya sudah sangat tinggi.

Manakala titik kritis sumber daya hutan telah tercapai maka perekonomian harus waspada

karena bila tidak maka niscaya akan mencapai kondisi unikum yang nilainya menjadi tidak

terhingga dan akhirnya dapat punah sama sekali. Dengan pertimbangan ekonomi yang baik

diharapkan akan dapat berhasil mengembalikan sumber daya hutan dari keadaannya yang

kritis kembali menjadi langka, seperti melalui usaha-usaha reboisasi atau penghijauan, tetapi

kondisi unikum ini sangat sulit untuk diatasi. Oleh sebab itu langkah konkrit yang strategis

perlu segera diambil ketika sumber daya hutan atau salah satu spesies dalam hutan sudah

berada pada phase kelangkaan. Punahnya suatu spesies dapat bernilai tak terhinggga oleh

karena dapat memasuki wilayah politik antar negara dimana dapat saja terjadi embargo

ekonomi pada komoditas tertentu karena alasan lingkungan, misalnya telah punahnya spesies

tetentu di dalam hutan.

Ketersediaan dan kelangkaan sumber daya hutan dapat dijelaskan melalui ilustrasi

sebagaimana diperlihatkan pada Gambar I-4. Situasi kelangkaan dan kelimpahan sumber daya

hutan dijabarkan dalam suatu sistem diagram dimana ordinat vertikal mengukur kondisi

kelangkaan/kelimpahan (N) dan ordinat horizontal mengukur kondisi nilai sumber daya (Rp);

kurva k merupakan ilustrasi kelangkaan/kelimpahan sumber daya dan kurva e merupakan

ilustrasi harga sumber daya. Area A menggambarkan kondisi melimpahnya sumber daya

19 | P a g e

Page 20: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 hutan, sedangkan area B merupakan kondisi sumber daya yang langka, dan area C berkondisi

kritis dan area D adalah unikum. Mulai titik AA sumber daya hutan mulai mempunyai nilai

yang sejak titik BB nilainya meningkat tajam. Sedangkan dari titik CC nilai harganya sejajar

dengan sumbu ordinat (tidak terhingga). Sehingga dapat disimpulkan bahwa paling tidak

terdapat lima tingkatan kelimpahan/kelangkaan sumber daya hutan, yaitu kondisi melimpah,

langka, kritis, unikum, dan punah. International Union for Conservation of Nature and Natural

Resource (IUCN) mendefinisikan punah (extinct) jika tidak ada keraguan lagi bahwa individu

terakhir telah mati. Sedangkan kritis adalah populasi yang mengalami tekanan yang sangat

kuat, sehingga kondisinya menjadi sangat kritis dapat punah dalam jangka waktu dekat.

Sedangkan langkah atau genting (endangered) adalah populasi yang kondisinya saat sekarang

belum kritis, tetapi karena menghadapi tekanan eksploitasi yang besar, maka ada

kemungkinan terjadinya kepunahan di masa yang akan datang.

Gambar I-4. Ilustrasi situasi kelangkaan/kelimpahan sumber daya hutan.

2. Konsep Ongkos Kesempatan

Pendekatan teori yang digunakan untuk memahami proses ekonomi yang kemudian

dimanfaatkan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang telah disinggung di atas

adalah konsep Ongkos Kesempatan atau opportunity cost, dengan mengkaji pengorbanan-

pengorbanan yang harus ditempuh guna mencapai tujuan suatu kebijakan ekonomi.

Katakanlah seorang pengusaha yang memproduksi atau memasok komoditi A

memerlukan sumber daya ekonomi, yang mana sumber daya tersebut juga berpeluang

menghasilkan komoditi B, C, dan seterusnya. Guna mendapatkan komoditi A itu dengan

demikian pengusaha sebenarnya telah mengorbankan kesempatan memperoleh B, C, dan lain

sebagainya. Karena itulah sumber daya ekonomi yang telah dijadikan masukan (input) untuk

mendapatkan keluaran (output) komoditi A itu dalam teori ekonomi disebut juga korbanan,

C

0 e

k

A B D

AA BB CC

N Rp

20 | P a g e

Page 21: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 karena pengorbanan masukan-masukan demi komoditi A telah menghilangkan peluang untuk

mendapatkan komoditi-komoditi B dan C yang hilang untuk selamanya. Oleh sebab itu

korban-korban itu disebut opportunity cost sebab pada hakikatnya merupakan biaya untuk

peluang menghasilkan komoditi-komoditi B, C, dan seterusnya yang hilang untuk selamanya.

Kesimpulannya, ongkos kesempatan dalam memproduksi sesuatu terdiri atas nilai

maksimum produk atau output lain yang seharusnya dapat diproduksi; dengan kata lain tidak

diproduksi atau dikorbankan untuk memproduksi sesuatu tersebut. Bila kawasan hutan

diperuntukkan untuk menghasilkan kayu, maka opportunity cost dari hutan tersebut adalah

nilai barang dan jasa selain kayu yang dapat diberikan oleh hutan hanya bila kayu atau

pepohonan hutan tersebut tidak ditebang.

Bagamana mengukur opportunity cost? Merupakan suatu pertanyaan menarik. Kurang

berguna untuk mengukurnya dalam satuan jumlah item secara fisik yang dapat dihasilkan.

Selain itu kadang sangat sulit untuk mendapatkan informasi untuk mengukur semua output

atau hasil yang dikorbankan karena mementingkan output tertentu yang diinginkan. Oleh

karena itu dalam prakteknya kita dapat mengukur opportunity cost melalui nilai input yang

digunakan dalam produksi. Yang penting di sini adalah bahwa kita harus memberikan nilai

yang akurat terhadap input yang digunakan.

Untuk mudah menjelaskannya maka berikut akan diberikan contoh tentang pengalokasian

uang saku seorang mahasiswa kehutanan untuk tujuan tertentu. Katakanlah mahasiswa

tersebut memiliki uang sebesar Rp 150.000. Dengan uang tersebut mahasiswa ingin membeli

celana baru dan pergi ke bioskop untuk menonton film. Ada dua skenario yang dapat

dilakukan yaitu skenario I, ke bioskop sebanyak empat kali dengan biaya per kali adalah Rp

25.000 sehingga total biaya sebesar Rp 100.000, serta membeli satu celana seharga Rp.

50.000. Skenario II, pergi ke bioskop sebanyak dua kali dengan total biaya Rp. 50.000 dan

membeli celana dua pasang dengan total pengeluaran sebesar Rp. 100.000. Data tersebut

dapat digambarkan secara grafis sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 1-5.

Gambar I-5. Ongkos kesempatan dan manfaat kesempatan dalam pengalokasian anggaran.

21 | P a g e

Page 22: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Gambar tersebut menunjukkan bahwa bila mahasiswa yang bersangkutan bergeser dari

skenario I dan memilih skenario II maka opportunity cost atau ongkos peluang adalah nilai

dua kali ke bioskop yaitu sebesar Rp. 50.000 yang ditunjukkan oleh arah OC. Sementara

manfaat peluang bernilai satu buah celana panjang yang ditunjukkan arah OB.

3. Permintaan dan Penawaran

Permintaan dan penawaran suatu komoditi ekonomi terjadi sehari-hari dalam kehidupan

ekonomi, merupakan salah satu kaidah ekonomi mendasar yang perlu difahami benar oleh

setiap orang yang mempelajari ekonomi. Pemahaman kaidah ini diperlukan baik dalam

pendekatan ekonomi mikro maupun pendekatan ekonomi makro. Berbagai keadaan

penawaran dan permintaan barang-barang kehidupan sehari-hari sampai dengan barang-

barang mewah terus menerus diberitakan dalam surat-surat kabar dikaitkan dengan keuangan

dan kemampuan masyarakat untuk memperoleh suatu barang atau dihubungkan kepada

kebijakan-kebijakan pemerintah dan situasi perekonomian secara makro.

Permintaan konsumen akan kayu gergajian akan mencakup dua hal, yaitu jumlah kayu

gergajian yang diminta dan harga kayu gergajian per meter kubik atau satuan lain. Secara

teori, semakin murah atau rendah harga kayu gergajian per meter kubik, maka konsumen

cenderung membeli kayu gergajian dalam jumlah yang lebih banyak. Demikian juga

sebaliknya, bila harga kayu gergajian per meter kubik tinggi maka permintaan akan sedikit

atau menurun. Sehingga secara grafis kurva permintaan memperlihatkan slope yang negatif.

Dua faktor yang menyebabkan kecenderungan demikian itu: pertama yang disebut

pengaruh penghasilan (income effect) dan yang kedua menciptakan kecenderungan itu ialah

benda-benda yang bisa menggantikan kayu gergajian, seperti kayu jati, kayu unggulan lokal

yang disebut benda-benda subtitusi (substitution effect) yang menyebabkan menurunnya

kecenderungan kurva permintaan itu.

Tanpa mengabaikan faktor-faktor di atas perlu diingat pula bahwa setiap komoditi

mempunyai elastisitas permintaan yang merupakan ukuran reaksi konsumen terhadap variasi

harga yang ditawarkan kepadanya. Yang perlu digarisbawahi di sini tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi kecenderungan kurva permintaan di atas serta watak elastisitas komoditi

yang ditawarkan ialah fenomenanya terjadi sesaat konsumen yang terlibat beserta sifat-

sifatnya, tertentu jumlahnya pada saat itu. Dengan perubahan waktu, faktor-faktor tersebut

serta elastisitas permintaan komoditi akan berubah.

22 | P a g e

Page 23: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

Pada kurva penawaran terjadi penjelasan dan ilustrasi yang berlawanan dengan kurva

permintaan. Kurva penawaran memperlihatkan slope yang positif, artinya produsen akan

menawarkan barang dalam jumlah yang besar bila harga barang tinggi dan sebaliknya akan

menawarkan barang dalam jumlah yang lebih sedikit bila harga barang menurun.

Kecenderungan kurva yang naik itu terutama karena dalam sistem ekonomi pasar, produsen

didorong meraih keuntungan karena kelebihan hasil penjualan itulah yang diperlukan untuk

memelihara produksi sekaligus memberikan tambahan penghasilan untuk mengembangkan

usahanya. Akan tetapi tidak semua sumber daya hutan produksinya didorong motivasi

keuntungan karena banyak sumber daya hutan merupakan sumber daya masyarakat yang tidak

mementingkan keuntungan demi kepentingan pasar.

D. Paradigma Ekonomi Sumber daya Hutan

Semakin luasnya orientasi ekonomi kehutanan dan lingkungan, yang tadinya hanya

berorientasi kepada hutan sebagai penghasil kayu bergeser kepada hutan sebagai sumber daya

dan ekosistem. Sumber daya dan ekosistem hutan memiliki berbagai fungsi dan jasa yang

dibutuhkan oleh manusis sehingga konsep ekonomi kehutanan dan lingkungan telah sangat

jelas telah memasuki wilayah ekonomi makro.

Gambar I-6 memperlihatkan betapa luasnya persoalan ekonomi dalam konteks kehutanan.

Persoalan ekonomi muncul dalam bisnis kehutanan, baik dalam pengelolaan sumber daya

hutan maupun dalam industri kehutanan. Keduanya saling berhubungan dimana terjadi aliran

materi dan sistem finansial yang menentukan keberlangsungan bisnis kehutanan tersebut. Hal

ini merupakan ekonomi perusahaan yang bersifat mikro, namun dapat bersifat makro ketika

sistem ekonominya melingkupi bisnis tegakan hutan dengan bisnis pengolahan kayu,

misalnya dimana terdapat dua perusahaan yang melakukan interaksi ekonomi. Sebaliknya

ekonomi rumah tangga merupakan cakupan ekonomi mikro dimana ketergantungan rumah

tangga dalam suatu masyarakat terhadap sumber daya hutan merupakan pokok pembahasan

atau kajian. Ketergantungan rumah tangga terhadap hutan tidak bisa diacukan kendatipun

terjadi pembatasan aktivitas masyarakat dalam kawasan hutan tertentu. Misalnya masyarakat

di desa Bolapapu di Kecamatan Kulawi tetap saja mempertahankan pendapatannya sebesar

30% yang diperoleh dengan melakukan pengelolaan agroforest di zona pemanfaatan

tradisional Taman Nasional Lore Lindu. Peranan rumah tangga dalam pengelolaan hutan

produksi bahkan akan ditingkatkan lagi oleh Departemen Kehutanan melalui program Hutan

Tanaman Rakyat (HTR) dimana Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

23 | P a g e

Page 24: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 akan memberikan kredit lunak kepada rumah tangga untuk mengelola hutan produksi sebesar

15 hektar per kepala keluaraga.

Gambar I-6. Kehutanan dalam konteks ekonomi mikro dan makro.

Pemerintah sebagai regulator selain mendapatkan keuntungan finansial dari sistem

ekonomi kehutanan seperti pada gambar di atas, juga, melalui kebijakannya, akan sangat

menentukan kesehatan sistem ekonomi kehutanan tersebut yang berdampak kepada

kesejahteraan masyarakat dan kelestarian bisnis dan sumber daya hutan serta kepada

pendapatan negara dari sektor kehutanan. Di samping peranan hutan dalam pembentukan

Produk Nasional Bruto, maka tidak kalah pentingnya peranan hutan dalam fungsinya yang

bersifat intangible, seperti hydrologis, orologis, penyediaan sarana keindahan alam,

penyediaan lingkungan hidup yang alami bagi habitat binatang dan hewan, dan pengaruhnya

dalam peredaran udara bersih yang sehat bagi manusia. Menyediakan air yang bersih, sehat

dan cukup bagi konsumsi dan industri adalah suatu mata rantai di mana hutan memegang

peranan yang penting. Juga mencegah kemungkinan bahaya erosi dan tanah longsor hutan

dapat mempunyai fungsi yang sangat penting.

Aplikasi ilmu ekonomi dalam pengelolaan hutan semakin meluas karena konteks

pengelolaan hutanpun semakin meluas. Berbicara mengenai pengelolaan hutan bukan hanya

terbatas kepada bagaimana memanfaatkan tegakan hutan sebagai penghasil kayu, tetapi lebih

24 | P a g e

Page 25: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 dari pada itu dimana hutan sebagai sumber daya yang memberikan banyak barang dan sebagai

ekosistem yang dapat memberikan berbagai macam jasa kepada masyarakat sekitar hutan

tersebut. Kondisi inilah juga maka masalah kehutanan tidak hanya bisa dilihat dari aspek

teknis kehutanan saja tetapi juga kepada masalah sosial dan politik yang lebih luas.

Soal Latihan

1. Jelaskan pengertian ekonomi kehutanan dan lingkungan.

2. Bagaimana perbedaan ekonomi kehutanan pada perspektif ekonomi sumber daya

hutan dan perspektif ekonomi lingkungan.

3. Jelaskan beberapa kekhasan ekonomi kehutanan dan lingkungan.

4. Jelaskan beberapa kaidah ekonomi dalam konteks ekonomi kehutanan dan lingkungan.

5. Bagaimana paradigma ekonomi kehutanan yang dihadapi pembangunan kehutanan

dan lingkungan dewasa ini.

Rangkuman:

1. Petunjuk: Berikut tersedia bagan alir dan kata-kata kunci. Masukkan setiap kata kunci dengan menggunakan nomor kata kunci yang sesuai pada kotak bagan alir yang relevan. a. Bagan alir:

b. Kata kunci: 1. Sumber daya 5. Kekhasan ekonomi 2. Lingkungan 6. Kaidah-kaidah ekonomi 3. Ilmu memilih 7. Kelangkaan 4 Ongkos kesempatan 8. Permintaan dan penawaran

2. Merujuk kepada aktivitas 1a dan 1b di atas, tuliskan rangkuman anda ke dalam kotak

rangkuman berikut:

25 | P a g e

Page 26: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019

................................................................................... .......................... ....................

............................................................................. .................... .................................

................................ ................................................ .. ...............................................

.................................... .......................... ...................................................................

.............................. .................... ................................................................. ..............

.................................. ... ................................................................................... ........

.................. ................................................................................................. ...............

..... ................................................................. ................................................ ... .......

............................................................................ .......................... ...........................

...................................................................... .................... ........................................

......................... ................................................ ... .....................................................

.............................. .......................... .........................................................................

........................ .................... ................................................................. ....................

............................ ... ................................................................................... ..............

............ ................................................................................................. ....................

................................................................. ................................................ ... .............

...................................................................... .......................... .................................

................................................................ .................... ..............................................

................... ................................................ ... ...........................................................

........................ .......................... ...............................................................................

.................. .................... ................................................................. ..........................

...................... ... ................................................................................... ....................

...... ................................................................................................. .................... ......

........................................................... ................................................ ... ...................

................................................................ .......................... .......................................

.......................................................... .................... ....................................................

............. ................................................ ... .................................................................

.................. .......................... .....................................................................................

............ .................... ................................................................. ................................

................ ... ................................................................................... .......................... ................................................................................................. .................... ................................................................. ................................................ ... ................................................................................... .......................... ................................................................................................. .................... ................................................................. ................................................ ... ................................................................................... .......................... ................................................................................................. .................... ................................................................. ................................................ ... ................................................................................... .......................... ................................................................................................. .................... ................................................................. ................................................ ... 26 | P a g e

Page 27: Modul 1 Konsep dan Paradigma ESDH - Universitas Tadulako

Modul 1 ESDH 2019 Refleksi Pembelajaran

No Deskripsi/Pertanyaan Jawaban SS CS RR B SB

1. Capaian pembelajaran yang ditawarkan 2. Aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan 3. Core content yang diberikan 4. Proses perkuliahan 5. Metode evaluasi perkuliahan 6. Suasana (atmosfir) perkuliahan

Keterangan: SS: sangat sempurna CS: cukup sempurna RR: ragu-ragu B : buruk SB: sangat buruk Rekomendasi perbaikan: .............................................................................................................................................. .... ................................................................................................................................................ .......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... Vidio: Untuk dapat menyimak vidio Introduction to forest economics, silahkan mengunjungi situs https://www.youtube.com/watch?v=CUhTijm-_nQ

27 | P a g e