Modifikasi Fisik Annealing Tepung Uwi Ungu Untuk Roti Tawar Tersubstitusi Dan Indeks Glisemiknya

8
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 MODIFIKASI FISIK (ANNEALING) TEPUNG UWI UNGU UNTUK ROTI TAWAR TERSUBSTITUSI DAN INDEKS GLISEMIKNYA Mojiono, Fitriya Jailani, Sandra Kusumawardani, Candytias Puspitasari, Atiqatul Maula, dan Umi Purwandari Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Contac person : Prodi TIP-FP UTM, PO Box 2 Kamal, Madura 69162 ABSTRAK Teknologi modifikasi pada tepung non konvensional memungkinkan menaikkan kemampuan subtitusi terhadap terigu pada produk roti dan menaikkan kadar pati resistan. Peningkatan kadar pati resistan pada produk pangan dapat diaplikasikan untuk penderita Diabetes Melitus. Tujuan penelitian ini adalah melakukan modifikasi fisik pada tepung uwi sehingga menghasilkan tepung dengan sifat tekstural yang lebih kuat dan membuat roti tawar rendah indeks glisemik (sama dengan atau kurang dari 55) menggunakan tepung uwi ungu termodifikasi. Metode modifikasi yang digunakan adalah hidrotermal annealing. Faktor penelitian adalah suhu (40, 45, 50, 55, 60°C) dan waktu (1, 6, 12, 18, dan 24 jam). Modifikasi tepung uwi ungu dengan annealing (ANN F) mengakibatkan perubahan sifat fisik dan gelatinisasi tepung, antara lain penurunan peak viscosity dan final viscosity, serta kenaikan peak time. Aplikasi ANN F dengan subtitusi 50% pada roti menghasilkan tekstur dan volume pengembangan yang tidak lebih baik dari terigu, namun kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan penambahan gum arab hingga 3%. IG yang dicapai adalah 93,19, nilai ini masih cukup tinggi untuk mencapai nilai IG medium. Ketidakefektifan proses modifikasi tepung uwi ungu dalam menurunkan IG roti tawar, kemungkinan karena sifat dasar tepung uwi yang menjadi lebih mudah tercerna justru karena annealing. Kata kunci: annealing, roti tawar, indeks glisemik PENDAHULUAN Salah satu problem kesehatan yang banyak dihadapi masyarakat dunia adalah diabetes melitus (DM). Penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah ini menjadi penyakit mematikan dan dapat menyerang siapa saja. Pola diet yang salah dapat memperparah kondisi penderita, misalnya mengonsumsi makanan yang dapat menaikkan kadar gula darah secara drastis. Sehingga penderita DM membutuhkan asupan makanan yang tidak menimbulkan kenaikan gula darah secara drastis. Makanan yang memiliki indeks glisemik rendah adalah makanan yang sangat baik dikonsumsi penderita DM karena tidak menimbulkan kenaikan gula darah secara drastis. Indeks glisemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah (Nugraha, 2008). Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG rendah. Uwi ungu (Discorea alata L. Var purpurea) mempunyai potensi sebagai bahan pangan fungsional yang rendah IG. Berdasarkan referensi yang ada, uwi memiliki komponen fungsional, seperti mucin, dioscin, allontin, cholin dan asam amino esensial (Bhandari, Kasai, & Kawabata 2003 dalam Li et al. 2011). Laboratorium Rekayasa Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

description

aaaaaa

Transcript of Modifikasi Fisik Annealing Tepung Uwi Ungu Untuk Roti Tawar Tersubstitusi Dan Indeks Glisemiknya

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    MODIFIKASI FISIK (ANNEALING) TEPUNG UWI UNGU UNTUK ROTI

    TAWAR TERSUBSTITUSI DAN INDEKS GLISEMIKNYA

    Mojiono, Fitriya Jailani, Sandra Kusumawardani, Candytias Puspitasari, Atiqatul

    Maula, dan Umi Purwandari

    Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    Contac person : Prodi TIP-FP UTM, PO Box 2 Kamal, Madura 69162

    ABSTRAK

    Teknologi modifikasi pada tepung non konvensional memungkinkan menaikkan

    kemampuan subtitusi terhadap terigu pada produk roti dan menaikkan kadar pati

    resistan. Peningkatan kadar pati resistan pada produk pangan dapat diaplikasikan untuk

    penderita Diabetes Melitus. Tujuan penelitian ini adalah melakukan modifikasi fisik

    pada tepung uwi sehingga menghasilkan tepung dengan sifat tekstural yang lebih kuat

    dan membuat roti tawar rendah indeks glisemik (sama dengan atau kurang dari 55)

    menggunakan tepung uwi ungu termodifikasi. Metode modifikasi yang digunakan

    adalah hidrotermal annealing. Faktor penelitian adalah suhu (40, 45, 50, 55, 60C) dan

    waktu (1, 6, 12, 18, dan 24 jam). Modifikasi tepung uwi ungu dengan annealing (ANN

    F) mengakibatkan perubahan sifat fisik dan gelatinisasi tepung, antara lain penurunan

    peak viscosity dan final viscosity, serta kenaikan peak time. Aplikasi ANN F dengan

    subtitusi 50% pada roti menghasilkan tekstur dan volume pengembangan yang tidak

    lebih baik dari terigu, namun kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan penambahan gum

    arab hingga 3%. IG yang dicapai adalah 93,19, nilai ini masih cukup tinggi untuk

    mencapai nilai IG medium. Ketidakefektifan proses modifikasi tepung uwi ungu dalam

    menurunkan IG roti tawar, kemungkinan karena sifat dasar tepung uwi yang menjadi

    lebih mudah tercerna justru karena annealing.

    Kata kunci: annealing, roti tawar, indeks glisemik

    PENDAHULUAN

    Salah satu problem kesehatan yang banyak dihadapi masyarakat dunia adalah

    diabetes melitus (DM). Penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah ini

    menjadi penyakit mematikan dan dapat menyerang siapa saja. Pola diet yang salah

    dapat memperparah kondisi penderita, misalnya mengonsumsi makanan yang dapat

    menaikkan kadar gula darah secara drastis. Sehingga penderita DM membutuhkan

    asupan makanan yang tidak menimbulkan kenaikan gula darah secara drastis.

    Makanan yang memiliki indeks glisemik rendah adalah makanan yang sangat

    baik dikonsumsi penderita DM karena tidak menimbulkan kenaikan gula darah secara

    drastis. Indeks glisemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula

    darah (Nugraha, 2008). Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat

    memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan

    lambat memiliki IG rendah.

    Uwi ungu (Discorea alata L. Var purpurea) mempunyai potensi sebagai bahan

    pangan fungsional yang rendah IG. Berdasarkan referensi yang ada, uwi memiliki

    komponen fungsional, seperti mucin, dioscin, allontin, cholin dan asam amino esensial

    (Bhandari, Kasai, & Kawabata 2003 dalam Li et al. 2011). Laboratorium Rekayasa

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    Pangan Univ Trunojoyo Madura tengah mengkaji penggunaan tepung uwi untuk

    mensubstitusi terigu pada pembuatan roti tawar fungsional. Hasil penelitian Suprianto

    (2009) menunjukkan bahwa perlakuan proporsi tepung terigu dan tepung uwi (80:20)

    memberikan hasil terbaik jika ditinjau dari kadar amilosa dan kadar mucilage karena

    mempunyai sifat fungsional yang lebih tinggi yaitu kadar amilosa (29,22%) dan kadar

    mucilage (2,08%). Milanita (2010) menambah proporsi tepung uwi dalam roti tawar

    menjadi 30% dengan menggunakan gum Arabik hingga 0,75% untuk mendapatkan roti

    tawar yang dapat diterima pengguna. Penelitian yang belum terpublikasi (Purwandari

    2011) menunjukkan penurunan indeks glisemik roti tawar menjadi 79 (indeks glisemik

    medium) dengan penggunaan tepung uwi ungu sebanyak 20% pada roti tawar.

    Dengan demikian, diperlukan penggunaan lebih banyak lagi tepung roti uwi

    ungu pada roti tawar agar dapat memiliki indeks glisemik rendah (di bawah 55). Salah

    satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan memodifikasi tepung uwi ungu. Hoover et

    al. (2010) memaparkan beberapa metode modifikasi pati, antara lain annealing.

    Menurut Jayakodi et al. (2008), perlakuan hidrotermal annealing meningkatkan

    kekompakan komponen pati (crystalline perfection) dan interaksi rantai pati.

    Modifikasi tepung dapat memperkuat gel suatu tepung sehingga mampu menahan

    karbondioksida selama proses pembuatan roti tawar yang akan menentukan

    pengembangannya. Diharapkan dengan modifikasi tepung uwi dan kombinasi dengan

    gum arab (Acasia senegal), maka dapat disubstitusikan tepung uwi ke roti tawar lebih

    dari 50% berat tepung keseluruhan, tanpa mempengaruhi sifat tekstur dan sensoris roti

    tawar yang dihasilkan, serta menurunkan indeks glikemik hingga menjadi rendah.

    METODE

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada Februari-Mei 2012 di Laboratorium Teknologi

    Industri Pertanian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

    Madura, Laboratorium Penelitian THP Universitas Brawijaya Malang, SEAFAST

    CENTER IPB, dan BPKI Surabaya.

    Desain Penelitian

    Faktor penelitian ini adalah suhu (X1) dan lama annealing (X2). Suhu yang

    digunakan adalah 40, 45, 50, 55, 60C selama 1, 6, 12, 18 dan 24 jam (Chung et al.

    2000). Penelitian ini menggunakan rancangan Respon Surface Methodology (RSM)

    dengan 13 kombinasi perlakuan (Tabel 1). Parameter penelitian dibagi menjadi dua

    kelompok, (1) parameter tepung hasil modifikasi dan (2) parameter roti tawar

    fungsional. Parameter tepung hasil modifikasi adalah uji sifat fisik yaitu water solubility

    index (WSI), water absorption index (WAI); profil gelatinisasi yaitu:, peak viscosity

    (PV), final viscosity (FV), peak time (PT). Sementara itu, parameter roti tawar adalah

    volume pengembangan, hardness, dan Indeks Glikemik (IG).

    Tabel 1. Tabel Kombinasi Perlakuan

    Run X1 X2 Suhu

    (C) Waktu (jam) Kode Perlakuan

    1 -1 -1 45 6 S45/W6

    2 -1 1 45 18 S45/W18

    3 1 -1 55 6 S55/W6

    4 1 1 55 18 S55/W18

    5 0 0 50 12 S50/W12

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    6 0 0 50 12 S50/W12

    7 0 0 50 12 S50/W12

    8 0 0 50 12 S50/W12

    9 0 0 50 12 S50/W12

    10 1.414 0 60 12 S60/W12

    11 -1.414 0 40 12 S40/W12

    12 0 1.414 50 24 S50/W24

    13 0 -1.414 50 1 S50/W1

    Sumber: Fang et al. (1994) dalam Oramahi (2008)

    Pembuatan Tepung, Modifikasi Tepung, dan Pembuatan roti

    Uwi dikupas kemudian dicuci bersih dengan air, selanjutnya diiris tipis dan

    direndam dengan larutan natrium metabisulfit 0,2% selama 30 menit. Metode ini

    mengacu pada penelitian Milanita (2010). Proses berikutnya adalah pengeringan pada

    suhu 40C selama 6 jam. Uwi dihaluskan dan diayak (mesh 60). Selanjutnya, tepung

    diproses untuk modifikasi. Sebanyak 45 g tepung uwi ungu ditambahkan akuades

    sebanyak 27 ml. Selanjutnya campuran dimasukkan ke dalam water bath (suhu 40-

    60C, selama 1-24 jam). Selanjutnya, tepung dikeringkan menggunakan oven pada

    suhu suhu 40C (selama 5 jam). Tepung annealing dihaluskan dan diayak

    menggunakan mesh 60. Tepung pasca modifikasi dipersiapkan untuk pembuatan roti

    tawar. Sebanyak 400 g tepung komposit (terigu : uwi ungu termodifikasi = 50% : 50%)

    dicampur dengan bahan (ragi 6 g, gula 20 g, garam 1 g, susu skim 8 g, mentega 16 g,

    beaker 1,2 g, gum 1, 2, 3%) sampai membentuk adonan. Adonan difermentasi selama

    1,5 jam dan dioven pada suhu 170C-180C selama 45 menit.

    Pengujian Sifat Fisik dan Profil Gelatinisasi

    Analisis fisik tepung meliputi Water Absorption Index (WAI) dan Water

    Solubility Index (WSI) mengikuti prosedur Hsu et al. (2003). Sedangkan data profil

    gelatinisasi diperoleh dari pembacaan grafik pada uji Rapid Visco Amilograph (RVA).

    Pengujian Tekstur dan Volume Pengembangan Roti

    Data profil tekstur diperoleh dari pembacaan grafik pada penetrometer.

    Pengujian volume dilakukan dengan penimbangan roti utuh ANN F (gum arab 1%, 2%,

    3%) dan WHT F sehingga diperoleh W1. Selanjutnya, roti dipotong berbentuk kubus

    dengan ukuran panjanglebartinggi yang sama (V = 32,77 cm3), dan ditimbang

    sehingga diperoleh W2. Volume pengembangan diperoleh dengan persamaan berikut:

    Pengujian Indeks Glikemik

    Sedangkan IG dihitung berdasarkan data penurunan gula darah yang diujikan

    secara in vivo pada 10 orang panelis. Panelis dipilih berdasarkan Body Mass Index

    (BMI) antara 17-25. Pengukuran gula darah dilakukan pada kontrol (roti tawar terigu -

    WHT F) dan roti uwi ungu termodifikasi (ANN F). Data gula darah diperoleh

    menggunakan alat GlucoDr. Nilai IG diperoleh berdasarkan perhitungan melalui Area

    Under Curve (AUC).

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Sifat Fisik dan Profil Gelatinisasi

    Hasil pengujian untuk parameter WSI, WAI, PV, FV, dan PT ditampilkan pada

    Gambar 1. Nilai WSI yang dikehendaki setelah di annealing adalah semakin rendah.

    Nilai WSI cenderung naik pada perlakuan suhu dan waktu sedang. Tren yang sama juga

    terjadi pada suhu dan waktu yang semakin tinggi mengakibatkan nilai WSI yang

    rendah. Sedangkan pada level suhu dan waktu yang sedang, nilai WSI berada pada area

    tertinggi (64%). Secara statistik (Tabel 2), suhu (X1) dan waktu (X2) mempunyai

    korelasi negatif dan positif secara berturut-turut dengan nilai WSI. Hanya saja,

    pengaruh suhu terlihat lebih besar dibandingkan pengaruh yang diberikan waktu. Kedua

    faktor tersebut tidak menunjukkan beda nyata secara statistik (P 0,05).

    Nilai WAI yang dikehendaki setelah dilakukan annealing semakin rendah. Nilai

    WAI cenderung semakin kecil pada kombinasi perlakuan suhu tinggi dan waktu yang

    singkat. Kombinasi perlakuan suhu rendah dan waktu yang lama juga terlihat

    memberikan nilai WAI yang cenderung semakin kecil. Sedangkan kombinasi perlakuan

    sedang menghasilkan nilai WAI yang paling besar berkisar 9,7 g/g. Suhu (X1)

    menunjukkan korelasi negatif terhadap WAI, sedangkan waktu (X2) juga menunjukkan

    korelasi negatif terhadap WAI. Nilai R2 cukup tinggi yaitu 71,1%, angka ini

    menunjukkan bahwa variabel respon dipengaruhi oleh faktor suhu dan waktu secara

    bersama-sama sebesar 71,1% dan dipengaruhi faktor yang lain sebesar 23,9%.

    Meskipun secara statistik kedua faktor tersebut tidak signifikan (P 0,05).

    Tabel 2. Pendekatan koefisien persamaan regresi

    Parameter Faktor Koefisien P R2

    WSI

    Konstanta 63,84 0,00 *

    55,00%

    Suhu -0,85 0,37 NS

    Waktu 0,54 0,56 NS

    Suhu * Suhu -1,62 0,13 NS

    Waktu * waktu -1,97 0,08 NS Suhu * Waktu -1,15 0,39 NS

    WAI

    Konstanta 9,53 0,00 *

    71,10%

    Suhu -0,01 0,85 NS

    Waktu -0,04 0,54 NS

    Suhu * Suhu -0,16 0,05 *

    Waktu * waktu -0,15 0,06 NS

    Suhu * Waktu 0,24 0,03 *

    Peak Viscosity

    Konstanta 683,60 0,001 *

    82,00%

    Suhu -278,00 0,031 *

    Waktu -441,10 0,004 *

    Suhu * Suhu -130,10 0,280 NS Waktu * waktu 206,90 0,105 NS

    Suhu * Waktu 151,70 0,334 NS

    Final Viscosity

    Konstanta 1178,80 0,000 *

    78,7%

    Suhu -363,26 0,026 *

    Waktu -481,79 0,007 *

    Suhu * Suhu -213,09 0,166 NS

    Waktu * waktu 127,66 0,385 NS

    Suhu * Waktu 72,00 0,704 NS

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    Peak Time

    Konstanta 13,00 0,000 *

    40,9%

    Suhu -0,00 1,000 NS

    Waktu 0,02 0,104 NS

    Suhu * Suhu -0,01 0,412 NS

    Waktu * waktu -0,01 0,412 NS

    Suhu * Waktu -0,00 1,000 NS

    Nilai PV setelah dilakukan annealing dikehendaki semakin rendah. Analisis

    surface plot PV (Gambar 1) menunjukkan bahwa semakin lama pemanasan yang

    diberikan mengakibatkan nilai PV cenderung semakin rendah. Suhu juga memberikan

    tren yang hampir sama, semakin tinggi suhu yang diberikan menghasilkan nilai PV

    yang semakin rendah. Perlakuan S50/W1 menunjukkan nilai PV yang paling tinggi

    (2126 cP), sedangkan perlakuan S55/W18 menunjukkan nilai PV yang paling rendah

    (191 cP). Suhu (X1) dan waktu (X2) memberikan korelasi negatif terhadap PV. Hasil

    statistik juga menunjukkan bahwa pengaruh waktu lebih dominan dibandingkan suhu.

    Meskipun demikian, kedua faktor tersebut tetap memberikan pengaruh yang signifikan

    (P < 0,05).Nilai FV setelah dilakukan annealing dikehendaki semakin rendah.

    Berdasarkan model pada surface plot RSM, semakin lama perlakuan diberikan

    cenderung menghasilkan nilai FV yang semakin rendah, begitu juga dengan suhu.

    Semakin tinggi suhu yang diberikan cenderung menghasilkan nilai FV yang semakin

    rendah. Nilai FV terendah (355 cP) terjadi pada kombinasi perlakuan S55/W18,

    sedangkan nilai FV tertinggi (2638 cP) terjadi pada kombinasi perlakuan S50/W1.

    Koefisien suhu (X1) dan waktu (X2) masing-masing sebesar -363,3 dan -481,8. Nilai

    minus pada koefisien menunjukkan korelasi negatif yang diberikan kedua faktor

    terhadap respon (FV). Nilai koefisien tersebut juga menunjukkan bahwa pengaruh yang

    diberikan waktu terhadap FV lebih dominan dibandingkan pengaruh yang diberikan

    suhu. Meskipun demikian, kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap FV (P < 0,05).

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    Analisis Volume dan Tekstur

    Penambahan gum hingga 3% pada roti yang disubtitusi tepung termodifikasi

    (ANN F+3%) menampilkan volume pengembangan terbaik dibandingkan ANN F+1%

    dan ANN F+2% (Tabel 3). Meskipun demikian, volume pengembangan roti terigu

    (WHT F) masih lebih baik dibandingkan dengan semua perlakuan roti. Hal ini bisa

    dimengerti, karena terigu mengandung gluten untuk menahan gas CO2 yang dihasilkan

    selama fermentasi. Kemampuan menahan gas gluten berkaitan dengan sifat

    viskoelastisnya yang terbentuk pada saat terigu bercampur dengan air dalam pembuatan

    adonan roti.

    Hardness pada ANN F (1, 2, 3%) berkisar 22,0-23,2N (Tabel 3). Nilai ini lebih

    tinggi dibandingkan dengan hardness WHT F (9,9N). Semakin tinggi hardness maka

    tekstur roti semakin keras. Gluten sangat mempengaruhi tekstur karena bersifat elastis

    sehingga hardness pada roti WHT F lebih rendah. Selain itu, kadar protein tepung uwi

    Gambar 1. Surface plot sifat fisik dan gelatinisasi

    0

    55,0

    57,5

    60,0

    62,5

    WSI (%)

    -1

    Suhu (C)1 1

    0-1Waktu (jam)

    Surface Plot WSI

    -

    WA I (g/g)

    8,5

    9,0

    -1

    9,5

    1 0Suhu (C)0 11Waktu (jam)

    Surface Plot WAI

    -

    Peak Visc (cP)

    0

    1000

    -1

    2000

    1 00 Suhu (C)

    11Waktu (jam)

    Surface Plot Peak Viscosity

    0

    -1

    Final Visc (cP)

    0

    1000

    2000

    Suhu (C)-1 10

    1Waktu (jam)

    Surface Plot Final Viscosity

    0

    Peak T ime (menit)

    112,94

    12,96

    12,98

    13,00

    -1 Waktu (jam)0 -1

    1Suhu (C)

    Surface Plot Peak Time

    A B

    C D

    E

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

    Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012

    ungu yang rendah mengakibatkan kemampuan mengikat air berkurang sehingga

    kekerasan roti meningkat.

    Tabel 3. Volume pengembangan roti dan hardness ANN F dan WHT F

    Perlakuan Volume Pengembangan (cm3) Hardness (N)

    ANN F+1% 413,2721,6474a 23,2

    ANN F+2% 430,9521,6474a 23,0

    ANN F+3% 512,2021,6474b 22,0

    WHT F 783,4321,6474c 9,9

    Analisis Indeks Glikemik

    Grafik penurunan gula darah (

    Gambar 2) digunakan untuk menghitung nilai IG. Nilai IG didapat dari rata

    rata gula darah per 15 menit pada WHT F (roti tawar berbahan terigu 100% kontrol)

    dan ANN F (roti tawar berbahan subtitusi tepung termodifikasi 50% - annealed flour).

    Nilai IG yang didapat untuk ANN F adalah 93.19.

    Gambar 2. Penurunan gula darah roti ANN F dan WHT F

    KESIMPULAN

    Modifikasi tepung uwi ungu dengan annealing (ANN F) mengakibatkan

    perubahan sifat fisik dan gelatinisasi tepung, antara lain penurunan peak viscosity dan

    final viscosity, serta kenaikan peak time. Aplikasi ANN F dengan subtitusi 50% pada

    roti menghasilkan tekstur dan volume pengembangan yang tidak lebih baik dari terigu,

    namun kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan penambahan gum arab hingga 3%. IG

    yang dicapai adalah 93,19, nilai ini masih cukup tinggi untuk mencapai nilai IG

    medium.

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    0 15 30 45 60 75 90 105 120

    Kadar gula

    darah (mg/dL)

    Menit ke-

    Grafik penurunan gula darah

    WHT F

    ANN F

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

  • Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

    DAFTAR PUSTAKA

    Chung KM, Moon TW, & Chun JK. 2000. Influence of annealing on gel properties of

    mung bean starch. Cereal Chem. 77(5): 567-571.

    Hoover R, Hughes T, Chung HJ, & Liu Q. 2010. Composition, molecular structure,

    properties, and modification of pulse starches. Food research international 43:

    399-413.

    Jayakodi L, Hoover R. 2008. Effect of annealing on the molecular structure and

    physicochemical properties of starches from different botanical origins a review. Carbohydrate Polymers, 74: 691-703.

    Li P-H, Huang C-C, Yang M-Y, Wang C-CR. 2011. Textural and sensory properties 1

    of salted noodles containing purple yam flour. Accepted manuscript, Food

    research international.

    Milanita D. 2010. Rekayasa kualitas roti tawar dari komposit tepung terigu dan

    Diocorea esculenta dengan gum arab sebagai pengendali struktur menggunakan

    metode taguchi. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas

    Trunojoyo Madura.

    Nugraha S. 2008. Beras dan indeks glisemiknya. Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Pasca Panen. Departemen Pertanian RI.

    Oramahi HA. 2008. Teori dan aplikasi penggunaan RSM (Response Surface

    Methodology). Yogyakarta: Ardana Media.

    Purwandari U. 2011. Development of functional bread using yam (Discorea sp) flour.

    International Scientific Conference on Nutraceuticals and Functional Food.

    Kosice, Slovakia.

    Suprianto G. 2009. Kajian pembuatan roti fungsional dengan pemanfaatan tepung uwi

    (Dioscorea spp). Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas

    Trunojoyo Madura.

    Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012

    Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012