Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri...

16
IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Pendekatan klaster industri telah ditetapkan sebagai strategi pengembangan industri nasional dalam Undang-undang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 (Propenas), dan penjabarannya dalam subbab 4.2 menyatakan bahwa kegiatan pokok yang dilakukan adalah perumusan strategi peningkatan daya saing global dengan prioritas pada klaster industri berbasis sumber daya alam. Penetapan pendekatan klaster sebagai strategi pengembangan industri nasional sejalan dengan kecenderungan dibanyak negara industri maju yang telah memilih pendekatan klaster industri guna meningkatkan daya saing dalam rangka menghadapi era globalisasi. Sementara itu Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah Tahun 1999 dalam Pasal 10 ayat 1 menetapkan bahwa Daerah (dalam hal ini: Kabupaten) berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya masing-masing. Oleh karena itu berbagai daerah otonom yang memiliki potensi sumber daya alam perlu menyusun strategi pengembangan klaster agroindustri dengan memperhatikan potensi agroindustri dan kompetensi inti yang dimiliki daerah untuk mendukung agroindustri tersebut. Klaster agroindustri ini diharapkan dapat mengolah sumber daya alam menjadi produk agroindustri bernilai tambah tinggi yang dapat dijual di pasar dalam negeri dan luar negeri sehingga dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi setempat. Strategi pengembangan tersebut harus berlandaskan perhitungan-perhitungan yang realistis dengan memperhatikan kompetensi inti daerah otonom dan potensi kelompok agroindustri yang ada, serta kapasitas dan kemampuan wilayah untuk mengimplementasikan rencana, kebijakan, dan program dibawah suatu kordinasi. Pendekatan klaster industri akan menentukan dan menuntut peranan yang baru dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah, institusi terkait lainnya dan perusahaan-perusahaan dalam klaster industri. Disamping kebijakan-kebijakan makro ekonomi untuk membantu peningkatan daya saing, diperlukan pula peranan dan pengaruh Pemerintah pada level mikro. Peranan dan pengaruh Pemerintah untuk menghilangkan hambatan yang mengganggu pertumbuhan

Transcript of Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri...

Page 1: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

IV. METODOLOGI

4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Pendekatan klaster industri telah ditetapkan sebagai strategi pengembangan

industri nasional dalam Undang-undang Program Pembangunan Nasional Tahun

2000-2004 (Propenas), dan penjabarannya dalam subbab 4.2 menyatakan bahwa

kegiatan pokok yang dilakukan adalah perumusan strategi peningkatan daya saing

global dengan prioritas pada klaster industri berbasis sumber daya alam.

Penetapan pendekatan klaster sebagai strategi pengembangan industri nasional

sejalan dengan kecenderungan dibanyak negara industri maju yang telah memilih

pendekatan klaster industri guna meningkatkan daya saing dalam rangka

menghadapi era globalisasi. Sementara itu Undang-undang tentang Pemerintahan

Daerah Tahun 1999 dalam Pasal 10 ayat 1 menetapkan bahwa Daerah (dalam hal

ini: Kabupaten) berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di

wilayahnya masing-masing. Oleh karena itu berbagai daerah otonom yang

memiliki potensi sumber daya alam perlu menyusun strategi pengembangan

klaster agroindustri dengan memperhatikan potensi agroindustri dan kompetensi

inti yang dimiliki daerah untuk mendukung agroindustri tersebut. Klaster

agroindustri ini diharapkan dapat mengolah sumber daya alam menjadi produk

agroindustri bernilai tambah tinggi yang dapat dijual di pasar dalam negeri dan

luar negeri sehingga dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi setempat.

Strategi pengembangan tersebut harus berlandaskan perhitungan-perhitungan

yang realistis dengan memperhatikan kompetensi inti daerah otonom dan potensi

kelompok agroindustri yang ada, serta kapasitas dan kemampuan wilayah untuk

mengimplementasikan rencana, kebijakan, dan program di bawah suatu kordinasi.

Pendekatan klaster industri akan menentukan dan menuntut peranan yang

baru dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah, institusi terkait lainnya dan

perusahaan -perusahaan dalam klaster industri. Disamping kebijakan-kebijakan

makro ekonomi untuk membantu peningkatan daya saing, diperlukan pula

peranan dan pengaruh Pemerintah pada level mikro. Peranan dan pengaruh

Pemerintah untuk menghilangkan hambatan yang mengganggu pertumbuhan

Page 2: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

81

klaster industri dan peningkatan kemampuan dari klaster yang sedang bertumbuh

merupakan hal yang perlu diprioritaskan.

Pendekatan klaster industri diharapkan akan memberikan tambahan

lapangan kerja, peningkatan pendapatan daerah, peningkatan produktivitas,

peningkatan ekspor, tumbuhnya usaha-usaha baru dan berkembangnya inovasi

yang akan membantu terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan yaitu

masyarakat berdaya saing, sejahtera dan maju.

Dengan banyaknya pelaku yang terlibat dengan kepentingan yang beragam

maka diperlukan pendekatan sistem yang selalu mencari keterpaduan antar

bagian. Dengan pemikiran ini, maka pola pikir konseptual model strategi

pengembangan klaster agro industri pada daerah otonom disajikan dalam

Gambar 4.1 :

Gambar 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Strategi Pengembangan Klaster

Agroindustri Unggulan Menggunakan Kompetensi Inti Daerah

Propenas (UU No.25/2000)

Otonomi Daerah (UU No.22/1999)

Arah Kebijakan a.l : - Industri Berbagai

Keunggulan Sumber Daya Alam

- Pendekatan Klaster Industri

Kewenangan

Pengelolaan Sumber Daya Daerah

Trend di Negara Industri Maju

Strategi Pengembangan Klaster Agroindustri Unggulan Menggunakan Kompetensi Inti Daerah

Hasil yang diharapkan : - Penambahan lapangan kerja - Peningkatan pendapatan daerah - Peningkatan produktivitas - Peningkatan ekspor - Tumbuhnya usaha-usaha baru - Berkembangnya inovasi

Tujuan pembangunan : - Masyarakat berdaya saing dan berdaya tahan - Masyarakat sejahtera - Masyarakat Maju

Potensi

Agroindustri Daerah

Pengembangan Industri dengan Pendekatan Klaster

Pengembangan Agroindustri Menggunakan Kompetensi Inti

Page 3: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

82

Penyusunan model strategi pengembangan klaster agroindustri di daerah

otonom dilakukan dengan mengacu pada model manajemen yang diperkenalkan

oleh Hamel dan Prahalad (1994). Model Hamel dan Prahalad ini terdiri dari 3

komponen dasar untuk penyusunan suatu strategi (Roberts dan Stimson 1998),

yaitu :

(1) Identifikasi dan pengembangan kompetensi inti.

(2) Mendefinisikan “strategic architecture”.

(3) Menetapkan “strategic intent”.

Kompetensi inti adalah kombinasi dari teknologi, keterampilan,

pemanfaatan sumber daya dan manajemen, yang apabila dikombinasikan dengan

cara-cara tertentu akan membuat suatu perusahaan atau wilayah mampu

menghasilkan barang dan jasa yang memiliki daya saing untuk pasar ekspor dan

domestik. Strategic architecture menjelaskan mengenai cara-cara untuk

memanfaatkan kompetensi inti, memobilisasi sumber daya dan menciptakan pasar

untuk mencapai tujuan, sedang Strategic intent menguraikan hal-hal yang ingin

dicapai (Roberts & Stimson 1998).

Penelitian ini akan mengidentifikasi kompetensi inti daerah dan kelompok-

kelompok agroindustri yang ada di daerah tersebut, dan sebagai strategic

architecture-nya adalah pendekatan klaster agroindustri menggunakan kompetensi

inti. Sebagai Strategic intent-nya adalah klaster agroindustri yang dapat: 1)

Meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah; 2) Memperluas lapangan kerja dan

pembentukan usaha baru; 3) Memperluas pasar domestik dan ekspor; 4)

Meningkatkan produktivitas usaha.

Dalam merumuskan kebijakan pengembangannya, klaster agroindustri

harus dilihat sebagai suatu sistem karena ia merupakan suatu kesatuan atau gugus

yang utuh, yang memiliki kompleksitas permasalahan yang tinggi. Kompleksitas

yang tinggi timbul dari banyaknya pihak yang terkait, yang memiliki kepentingan-

kepentingan dan tujuan berbeda yang mungkin berbenturan. Pendekatan sistem

diperlukan untuk mendapatkan kebijakan strategi pengembangan yang

menyeluruh, efektif dan berkelanjutan.

Page 4: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

83

4.2 Tahapan Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka pelaksanaan

penelitian untuk pengembangan klaster agroindustri unggulan menggunakan

kompetensi inti daerah dilakukan melalui tahapan: (1) Identifikasi kompetensi inti

daerah untuk mendukung pengembangan berbagai kelompok agroindustri yang

ada di daerah, (2) Identifikasi atribut yang dimiliki setiap kelompok agroindustri

yang diperlukan untuk pembentukan klaster, (3) Pemilihan kelompok agroindustri

yang dapat dikembangkan sebagai klaster agroindustri unggulan daerah, (4)

Pemetaan klaster agroindustri dan identifikasi unsur klaster yang masih perlu

dikembangkan, (5) Strukturisasi sistem pengembangan klaster agroindustri

unggulan, (6) Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri unggulan,

(7) Perancangan kelembagaan klaster agroindustri unggulan, sebag aimana

disajikan pada Gambar 4.2.

Identifikasi kompetensi inti daerah dimaksudkan untuk mengetahui potensi

daerah dalam mendukung pengembangan masing-masing kelompok agroindustri

yang terdapat di daerah tersebut. Identifikasi atribut yang dimiliki kelompok

agroindustri dimaksudkan untuk mengetahui kelompok agroindustri yang lebih

memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai klaster agroindustri. Atribut yang

ditetapkan mencakup faktor-faktor: konsentrasi industri, pertumbuhan kelompok,

jumlah tenaga kerja, nilai tambah, kompetensi inti daerah untuk kelompok

agroindustri, keterkaitan dengan usaha lain, dan kemampuan ekspor. Pemilihan

klaster agroindustri unggulan daerah dimaksudkan untuk mendapatkan kelompok

agroindustri yang perlu didukung untuk menjadi penggerak pembangunan

ekonomi daerah.

Strukturisasi sistem pengembangan dimaksudkan untuk mengidentifikasi

keterkaitan antara elemen program pengembangan klaster agroindustri unggulan.

Formulasi kebijakan pengembangan dimaksudkan untuk merumuskan kegiatan

pengembangan yang dapat meningkatkan keunggulan bersaing melalui

pendekatan klaster agroindustri.

Perancangan model strategi pengembangan klaster agroindustri

dimaksudkan untuk mendapatkan model strategi pengembangan klaster

agroindustri yang memiliki keunggulan bersaing.

Page 5: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

84

Gambar 4.2 Tahapan Penelitian

4.3 Kerangka Pemikiran Rekayasa Model

Secara diagram, kerangka pemikiran pemodelan sistem pengembangan

klaster agroindustri unggulan menggunakan kompetensi inti disajikan dalam

Gambar 4.3 dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Rekayasa model identifikasi kompetensi inti agroindustri di daerah untuk

masing-masing kelompok agroindustri (selanjutnya disebut dengan

kompetensi inti kelompok agroindustri), dengan metode Multi Sectoral

Qualitative Analysis (MSQA) dari Roberts dan Stimson (1998) dengan

Pengumpulan Data

Identifikasi Kompetensi Inti Daerah

Identifikasi Atribut Kelompok Agroindustri

Pemilihan Agroindustri Unggulan

Pemetaan Klaster Agroindustri Unggulan dan Identifikasi Unsur Klaster

yang Belum Terbentuk

Strukturisasi Sistem Pengembangan Agroindustri

Peran Pemerintah (Model Porter)

Peran Swasta (Model Porter)

Formulasi Kebijakan Pengembangan Klaster Agroindustri Unggulan

Analisa Kelembagaan pada Klaster Agroindustri Unggulan

Metode : - Data Statistik - Wawancara - Kuesioner

Metode : - MSQA

Metode : - LQ - Shift Share - Heuristic

Metode : - Pendapat Ahli - Model Porter

Metode : - AHP

Metode : - ISM dan IPE

Page 6: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

85

penyesuaian yang diperlukan pada kriteria-kriteria yang digunakan.

Output dari model ini adalah Indeks Kompetensi Inti Daerah dan

bobotnya untuk masing-masing kelompok agroindustri.

2) Rekayasa model identifikasi konsentrasi kelo mpok agroindustri dengan

teknik Location Quotient. Output dari model ini adalah nilai Location

Quotient (LQ) dan Indeks Konsentrasi Industri dan bobotnya untuk

masing-masing kelompok agroindustri.

3) Rekayasa model identifikasi tingkat pertumbuhan kelompok agroindustri

dengan teknik Shift Share Analysis. Output dari model ini adalah Indeks

Tingkat Pertumbuhan Industri dan bobotnya untuk masing-masing

kelompok agroindustri.

4) Rekayasa model identifikasi kemampuan ekspor kelompok agroindustri

dengan metode heuristic. Output dari model ini adalah Indeks

Kemampuan Ekspor dan bobotnya untuk masing-masing kelompok

agroindustri.

5) Rekayasa model identifikasi keterkaitan kelompok agroindustri dengan

sektor atau usaha lain dengan metode heuristic. Output dari model ini

adalah Indeks Keterkaitan dan bobotnya untuk masing-masing kelompok.

6) Rekayasa model identifikasi nilai tambah pada setiap kelompok

agroindustri yang diteliti. Output dari analisa ini adalah Bobot Nilai

Tambah untuk masing-masing kelompok agroindustri.

7) Rekayasa model identifikasi jumlah tenaga kerja pada setiap kelompok

agroindustri. Output dari analisa ini adalah Bobot Jumlah Tenaga Kerja

untuk masing-masing kelompok agroindustri.

8) Rekayasa model pemilihan calon klaster agroindustri unggulan.

Pemilihan dilakukan dengan menggunakan analisa Analytical Hierarchy

Process (AHP). Output dari model ini adalah peringkat kelompok

agroindustri untuk dikembangkan sebagai klaster unggulan daerah.

9) Rekayasa model strukturisasi sistem pengembangan klaster agroindustri

unggulan. Rekayasa dilakukan dengan bantuan alat analisa Interpretive

Structural Modelling (ISM) dengan input pendapat para ahli yng dipilih.

Output dari model ini adalah struktur sistem pengembangan agroindustri.

Page 7: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

86

10) Rekayasa model hubungan antar subelemen sistem pengembangan

dengan teknik Multi Expert Multi Criteria Decision Making. Outputnya

adalah tingkat kepentingan hubungan antar subelemen.

11) Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri unggulan, untuk

merumuskan kegiatan pengembangan. Juga dilakukan analisa mengenai

kelembagaan yang perlu dikembangkan untuk peningkatan kinerja klaster

dan penetapan indikator untuk pengukuran kinerja klaster.

Gambar 4.3 Kerangka Pemikiran Rekayasa Model Strategi Pengembangan

Klaster Agroindustri Unggulan

Pemilihan Calon Klaster AI

Unggulan dengan Metode AHP

1. Identifikasi Kompetensi Inti

Kelompok AI dengan Teknik

MSQA - Bobot Kompetensi Inti

Kelompok AI - Bobot Konsentrasi

Kelompok AI

- Bobot Pertumbuhan

Kelompok AI

- Bobot Potensi Ekspor

Kelompok AI

- Bobot Potensi

Keterkaitan Industri

- Bobot Nilai Tambah

- Bobot Jumlah Tenaga

Kerja

- Kriteria Kompetensi Inti Daerah

- Kelompok Agroindustri

- Tenaga Kerja

- Nilai Ekspor

- Nilai Tambah

A

Calon Klaster

AI Unggulan

2. Identifikasi Konsentrasi

Kelompok AI dengan Metode LQ

3. Identifikasi Pertumbuhan

Kelompok AI dengan Metode

Shift Share

4. Identifikasi Potensi Ekspor

dengan Metode Heuristik

5. Identifikasi Potensi Keterkaitan

Kelompok AI dengan Metode

Heuristik

6. Identifikasi Nilai Tam bah

7. Identifikasi Jumlah Tenaga Kerja

Mulai

Identifikasi Industri Inti

Industri Inti

Page 8: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

87

Gambar 4.3 (Lanjutan) Kerangka Pemikiran Rekayasa Model Strategi

Pengembangan Klaster Agroindustri Unggulan

4.4 Validasi dan Verifikasi Model

Validasi dan Verifikasi model dilakukan dengan cara yang dianjurkan oleh

Rykiel (1996) dengan melakukan: 1) Review oleh ahli yang independen mengenai

ketepatan (soundness) dari logika dan konsep model; 2) Memasukkan data

empiris ke dalam model; 3) Membandingkan hasil keluaran model dengan

keadaan nyata melalui pendapat ahli.

4.5 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi: (1) Kriteria kompetensi inti daerah;

(2) Jumlah perusahaan, tenaga kerja, nilai tambah, untuk masing-masing

kelompok agroin dustri makanan, minuman, kulit, kayu rotan dan bambu, kertas

dan barang dari kertas, karet dan barang dari karet; (3) Pendapat ahli untuk

Analytical Hierarchy Process tentang pemilihan kelompok agroindustri unggulan

- Klasifikasi Elemen - Elemen Kunci Penegmbangan - Hubungan antar subelemen

A

Pendapat Ahli Tentang Sistem Pengembangan Klaster AI

Strukturisas i Sistem dan identifikasi hubungan antar subelemen, Metode ISM

Skenario Pengembangan : - Kelembagaan Klaster AI - Implikasi Kebijakan - Sistem Pengukuran Kinerja

Formulasi Kebijakan Pengembangan Klaster AI

Unggulan

Tingkat Kepentingan Sub Elemen Terhadap Elemen Tujuan

Pemeringkatan Tingkat Kepentingan

Sub Elemen (Metode IPE) Pendapat Ahli Tentang Tingkat Kepentingan Antar Sub Elemen

Selesai

Page 9: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

88

daerah; (4) Pendapat ahli tentang struktur sistem pengembangan klaster

agroindustri; (5) Pendapat ahli tentang tingkat kepentingan subelemen dari elemen

Peranan Pemerintah dan Aktivitas Dunia Usaha terhadap elemen Tujuan.

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui pengumpulan data yang

tersedia pada Badan Pusat Statistik (Nasional, Propinsi dan Kabupaten) dan

instansi lainnya, studi-studi serta laporan-laporan mengenai industri dan

perdagangan, survei lapangan dan wawancara. Survei lapangan dilakukan

terhadap pihak yang memahami perihal agroindustri dan pihak terkait lainnya,

antara lain: instansi Pemerintah, pelaku agroindustri dan industri terkait, , institusi

pelatihan dan pendidikan, institusi penelitian dan pengembangan, lembaga

keuangan, pakar di bidang industri dan perdagangan, dan pakar di b idang

agroindustri. Survei lapangan dilakukan melalui wawancara, pengiriman

kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan. Responden dipilih secara

purposive sampling .

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data di dalam penelitian ini dilakukan berbagai macam analisa

sebagaimana yang diuraikan berikut ini :

1) Identifikasi kompetensi inti daerah untuk kelompok agroindustri daerah.

Analisa yang digunakan adalah metode MSQA yang disesuaikan, yang

selanjutnya disebut Metode Kualitatif Multi Kelompok Agrondustri

(MKMKA). Kolom dari matriks MKMKA terdiri dari tujuh kelompok

agroindustri yang anggota kelompoknya terdiri dari satu atau beberapa

industri pada tingkat 3-digit pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia (KBLI 2000), sedang baris pada matriks MKMKA terdiri dari

16 kompetensi yang dimiliki daerah (kriteria). Dari pengolahan matriks

ini akan diperoleh dua macam indeks, yaitu Indeks Kompetensi Inti

Daerah untuk Kelompok Agroindustri (IKIDKA) untuk masing-masing

kelompok agroindustri yang ada di daerah tersebut dan Indeks Kriteria

Kompetensi Inti Daerah (IKKID). IKIDKA secara relatif

menggambarkan dukungan sumber daya daerah terhadap kelompok

Page 10: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

89

agroindustri tertentu. Indeks yang lebih besar berarti dukungan sumber

daya daerah terhadap agroindustri tersebut lebih besar dibandingkan

dengan agroindustri yang indeksnya lebih kecil, demikian pula

sebaliknya. IKKID menggambarkan tingkatan dukungan suatu

kompetensi (kriteria) daerah terhadap pembangunan agroindustri di

daerah tersebut. Makin tinggi indeks IKKID suatu kompetensi, berarti

makin besar dukungan kompetensi tersebut untuk pengembangan

agroindustri daerah. Dari hasil analisa ini akan diperoleh output berupa

urutan kelompok agroindustri yang paling mendapat dukungan dari

sumber daya dan kemampuan yang dimiliki daerah. Data yang digunakan

untuk analisa ini adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik,

wawancara pakar, serta pengolahan data dari laporan dan studi mengenai

perekonomian daerah. Dengan metode MKMKA ini, dilakukan

pengamatan atas hubungan-hubungan antara variabel-variabel ekonomi

yang merupakan kompetensi daerah dengan berbagai kelompok

agroindustri yang ditetapkan, sehingga dapat diketahui kelompok

agroindustri daerah yang berpotensi membentuk klaster agroindustri.

Masing-mas ing kelompok agroindustri yang dikaji, terdiri dari satu atau

beberapa agroindustri 3-digit dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia 2000 (KBLI 2000), Kategori D (Industri Pengolahan) dengan

memperhatikan kesamaan dan kemiripan diantara industri 3-digit yang

bersangkutan. Dengan mengolah data dari BPS dan mengeliminasi

golongan industri yang bukan agroindustri serta memperhatikan

kedekatan serta keterkaitan antara kelompok 3-digit tersebut, maka

agroindustri yang dikaji dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu :

Kelompok-1 : Agroindustri Makanan.

151 : Pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak.

153 : Industri penggilingan padi-padian, tepung dan makanan ternak. 154 : Industri makanan lainnya. Kelompok-2 : Agroindustri Minuman. 155 : Industri minuman.

Page 11: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

90

Kelompok-3 : Agroindustri Tembakau. 160 : Industri pengolahan tembakau. Kelompok-4 : Agroindustri Kulit. 181 : Industri pakaian jadi atau barang jadi dari kulit berbulu dan

pencelupan bulu. 191 : Industri kulit dan barang jadi dari kulit (termasuk kulit buatan). 192 : Industri alas kaki.

Kelompok-5 : Agroindustri Kayu, Rotan dan Bambu. 201 : Industri penggergajian dan pengawetan kayu, rotan, bambu dan

sejenisnya. 202 : Industri barang-barang dari kayu, dan barang-barang anyaman

dari rotan, bambu dan sejenisnya. 361 : Industri Furnitur. Kelompok-6 : Agroindustri Kertas dan Barang dari Kertas . 210 : Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya. Kelompok-7 : Agroindustri Karet dan Barang dari Karet. 251 : Industri Karet dan Barang dari Karet.

Dengan memperhatikan kegiatan ekonomi di daerah dan

keterbatasan data serta informasi di daerah, maka kriteria atau

kompetensi yang digunakan dalam MKMKA adalah sebagai berikut: (1)

Peraturan di bidang investasi, (2) Peraturan di bidang perdagangan, (3)

Fasilitas penunjang bisnis, (4) Kegiatan investasi, (5) Ketersediaan

tenaga kerja, (6) Ketersediaan tenaga ahli, (7) Fasilitas pendidikan dan

pelatihan, (8) Fasilitas penelitian dan pengembangan, (9) Keberadaan

jaringan asosiasi bisnis, (10) Ketersediaan infrastruktur fisik, (11)

Dukungan permodalan, (12) Tingkat upah, (13) Pasar domestik, (14)

Daya tarik bagi investor asing, (15) Sumber daya alam setempat, (16)

Jarak ke pasar utama ekspor.

Penilaian terhadap masin g-masing kriteria untuk setiap kelompok

agroindustri dilakukan melalui pengumpulan pendapat ahli atau secara

subyektif oleh peneliti berdasarkan data statistik dari BPS, kajian dan

studi serta laporan-laporan yang menyangkut kegiatan industri dan

perdagangan, wawancara dengan para ahli dari dunia usaha maupun

akademisi, serta pejabat Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

Page 12: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

91

Mengacu pada Roberts dan Stimson (1998), maka untuk

melakukan analisa kompetensi inti ini, setiap kriteria untuk masing-

masing kelompok agroindustri akan diberi peringkat (rank) dan akan

diukur secara ordinal dalam tiga skor sebagai berikut :

Baik (B) = 5

Cukup (C) = 3

Kurang (K) = 1

Selanjutnya, skor pada setiap kolom kelompok agroindustri

dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah skor maksimum yang

mungkin untuk setiap kelompok agroindustri sehingga diperoleh indeks

relatif masing-masing kelompok agroindustri tersebut yang disebut

sebagai Indeks Kompetensi Inti Daerah untuk Kelompok Agroindustri

(IKIDKA) yang mencerminkan kekuatan ataupun kelemahan kelompok

agroindustri di daerah itu. Dari hasil perhitungan indeks IKIDKA dapat

disusun ranking agroindustri yang paling didukung oleh kompetensi inti

daerah.

Indeks Kriteria Kompetensi Inti Daerah (IKKID) diperoleh dengan

menjumlahkan skor pada setiap baris dan kemudian dibagi dengan

jumlah skor maksimum yang mungkin sehingga diperoleh indeks relatif

untuk masing-masing kompetensi yang mencerminkan kekuatan relatif

suatu kompetensi di daerah tersebut untuk mendukung pengembangan

berbagai kelompok agroindustri.

2) Identifikasi konsentrasi kelompok agroindustri. Analisa dilakukan dengan

menggunakan metode Location Quotient. Data yang digunakan dalam

analisa ini adalah data jumlah pekerja dalam setiap kelompok

agroindustri yang dikaji untuk tahun 2002. Dengan demikian, maka yang

dimaksud dengan Location Quotient dalam penelitian ini adalah rasio

antara proporsi jumlah tenaga kerja pada masing-masing kelompok

agroindustri yang diteliti pada daerah penelitian dengan jumlah total

tenaga kerja pada seluruh agroindustri di daerah penelitian, dengan

proporsi antara jumlah tenaga kerja secara nasional pada masing-masing

Page 13: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

92

kelompok agroindustri yang diteliti dengan jumlah tenaga kerja pada

seluruh agroindustri nasional. Analisa Location Quotient akan

memberikan hasil berupa besaran location quotient untuk masing-masing

kelompok agroindustri di daerah dan urutan peringkatnya. Location

Quotient yang lebih tinggi berarti kelompok tersebut lebih terkonsentrasi

daripada kelompok yang location quotientnya lebih rendah. Location

Quotient yang lebih besar dari 1 dapat berarti bahwa industri yang

bersangkutan menghasilkan produksi barang melebihi kebutuhan lokal,

sehingga dapat menjual produksinya keluar daerah dan ekspor. Location

quotient, berdasarkan jumlah tenaga kerja, yang lebih besar dari 1 belum

berarti bahwa industri tersebut merupakan industri yang kompetitif.

Harus dilakukan analisa lain seperti Shift-Share analysis untuk

memastikan bahwa industri tersebut memang kompetitif dan memiliki

tingkat pertumbuhan yang tinggi.

3) Identifikasi pertumbuhan kelompok agroindustri. Metode yang digunakan

untuk identifikasi ini adalah analisa Shift-Share, yang dapat memberikan

informasi mengenai pertumbuhan suatu kelompok agroindustri pada

tahun tertentu dibandingkan dengan tahun referensi sebelumnya. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah tenaga kerja

dalam masing-masing kelompok agroindustri untuk dua tahun referensi

(1997 dan 2002), sehingga akan kelihatan apakah terjadi pertumbuhan

pada periode tersebut. Yang digunakan untuk analisa pertumbuhan ini

adalah komponen differential shift dari rumus Shift-Share (Blakely &

Bradshaw 2002), atau disebut juga sebagai komponen regional share

(Dinc 2002). Angka differential shift dapat dikonversi menjadi

differential shift quotient. Angka yang positif dari differential shift berarti

kelompok industri tersebut mengalami pertumbuhan dari tahun referensi

sebelumnya. Makin tinggi angka differential shift berarti makin baik

pertumbuhannya, yang berarti kelompok ini lebih kompetitif. Output dari

analisa ini adalah besarnya differential shift quotient untuk setiap

kelompok agroindustri yang dikaji, yang dalam penelitian ini disebut

sebagai indeks pertumbuhan industri. Differential shift quotient atau

Page 14: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

93

indeks pertumbuhan industri yang tinggi berarti bahwa kelompok

agroindustri yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang tinggi.

4) Identifikasi kemampuan ekspor kelompok agroindustri. Analisa mengenai

potensi ekspor kelompok agroindustri tidak dapat dilakukan dengan

menggunakan angka realisasi ekspor pada tingkat Kabupaten, karena

tidak terdapat statistik untuk hal tersebut. Kemampuan ekspor kelompok

agroindustri Kabupaten Bogor dilakukan dengan mengumpulkan

pendapat 3 orang ahli. Setiap ahli diminta untuk memberikan penilaian

dengan peringkat B= Baik (skor=5), C= Cukup (skor=3) dan K= Kurang

(skor=1) untuk kemampuan ekspor Kabupaten Bogor ke setiap negara

atau kawasan mitra dagang. Pendapat dari ketiga ahli akan diagregasi

untuk mendapatkan indeks kemampuan ekspor untuk masing-masing

kelompok agroindustri. Negara atau Kawasan mitra dagang Kabupaten

Bogor tersebut adalah: 1) Singapura, 2) Malaysia, 3) Asean lainnya, 4)

Korea Selatan, 5) China, 6) Taiwan, 7) Jepang, 8) Australia dan New

Zealand, 9) Uni Eropa, 10) Amerika Serikat dan Canada, 11) Timur

Tengah dan Afrika, 12) Wilayah Indonesia diluar Kabupaten Bogor.

5) Identifikasi keterkaitan kelompok agroindustri dengan industri lain.

Analisa keterkaitan ini tidak dapat dilakukan dengan analisa input-output

pada tingkat Kabupaten, karena tidak tersedia data untuk maksud ini.

Keterkaitan antara kelompok agroindustri dan lapangan usaha lain

dilakukan dengan memintakan pendapat 3 (tiga) orang ahli. Setiap ahli

akan memberi penilaian dengan peringkat T=Tinggi (skor=5), S=Sedang

(skor=3) atau R=Rendah (skor=1), untuk setiap keterkaitan skor dari

ketiga ahli akan diagregasi untuk mendapatkan indeks keterkaitan untuk

masing-masing kelompok agroindustri. Keterkaitan yang dikaji adalah

keterkaitan antar kelompok agroindustri dan antara kelompok

agroindustri dengan lapangan usaha lain yang terdiri dari: 1) Pertanian, 2)

Peternakan, 3) Kehutanan, 4) Perikanan, 5) Penerbitan dan Percetakan, 6)

Kimia, 7) Perdagangan, 8) Mesin dan Perlengkapan, 9) Transportasi dan

Pergudangan, 10) Jasa Keuangan, 11) Jasa Pendidikan dan Pelatihan, 12)

Jasa Penelitian dan Pengembangan.

Page 15: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

94

6) Identifikasi nilai tambah pada setiap kelompok agroindustri. Analisa

dilakukan dengan menggunakan data nilai tambah untuk setiap kelompok

agroindustri untuk tahun referensi 2002. Pembobotan antar kelompok

agroindustri dilakukan berd asarkan perbandingan besarnya nilai tambah.

7) Identifikasi jumlah tenaga kerja pada setiap kelompok agroindustri.

Analisa dilakukan dengan menggunakan data jumlah tenaga kerja untuk

setiap kelompok agroindustri untuk tahun referensi 2002. Pembobotan

antar kelompok agroindustri dilakukan berdasarkan besarnya jumlah

tenaga kerja.

8) Pemilihan Klaster Agroindustri Ungggulan. Pemilihan klaster

agroindustri unggulan dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP). Pada analisa ini ditetapkan 4 tingkatan hierarki. Tingkat-

1 : Fokus, yaitu Memilih Klaster Agroindustri Unggula Daerah. Tingkat-

2 : Tujuan, terdiri dari 4 elemen, yaitu : 1) Meningkatkan Pendapatan

Pemerintah Daerah, 2) Memperluas Lapangan Kerja dan Pembentukan

Usaha Baru, 3) Memperluas Pasar Domestik dan Ekspor, dan 4)

Meningkatkan Produktivitas Usaha. Tingkat-3: Kriteria, yang terdiri dari

7 elemen, yaitu: 1) Kompetensi Inti, 2) Konsentrasi Industri, 3)

Pertumbuhan Kelompok, 4) Kemampuam Ekspor, 5) Keterkaitan dengan

Usaha Lain, 6) Nilai Tambah, dan 7) Jumlah Tenaga Kerja. Tingkat-4:

Alternatif, yang terdiri dari tujuh kelompok agroindustri yang telah

ditetapkan sebelumnya, yaitu : (1) Kelompok Agroindustri Makanan, (2)

Kelompok Agroindustri Minuman, (3) Kelompok Agroindustri

Tembakau, (4) Kelompok Agroindustri Kulit, (5) Kelompok Agroindustri

Kayu, Rotan dan Bambu, (6) Kelompok Agroindustri Kertas dan Barang

dari Kertas, (7) Kelompok Agro industri Karet dan Barang dari Karet.

Output dari proses ini adalah terpilihnya peringkat kelompok agroindustri

yang akan dikembangkan menjadi klaster agroindustri unggulan daerah.

9) Strukturisasi Sistem Pengembangan Klaster Agroindustri. Strukturisasi

dilakukan dengan metode Interpretive Structural Modelling (ISM).

Masukan diambil dari hasil identifikasi elemen penting sistem

pengembangan klaster agroindustri unggulan daerah, yang dalam

Page 16: Model strategi Pengembangan Klaster Agroindustri …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40603/Bab 4... · unggulan, (6)Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri

95

penelitian ini terdiri dari 5 elemen, yaitu: (1) Tujuan; (2) Pelaku; (3)

Kendala; (4) Aktivitas Dunia Usaha yang dibutuhkan; (5) Peran

Pemerintah. Setiap elemen diuraikan lagi atas subelemen yang penting

berdasarkan masukan dari para ahli. Terhadap setiap elemen dilakukan

proses sesuai dengan metode ISM sehingga diperoleh output untuk setiap

elemen. Keluaran dari analisa ini untuk setiap elemen adalah klasifikasi

elemen sistem pengembangan yang terdiri dari: (1) Struktur sistem pada

setiap elemen, (2) Rank dan hierarki dari subelemen pada setiap elemen,

(3) Klasifikasi subelemen pada empat kategori peubah (Eriyatno 1999).

10) Pendapat gabungan mengenai tingkat kepentingan antar subelemen pada

elemen Aktivitas Dunia Usaha dan subelemen pada elemen Peran

Pemerintah dengan subelemen pada elemen Tujuan dilakukan dengan

teknik Independent Preference Evaluation (IPE). Hasil analisa ini

memperlihatkan tingkat kepentingan dari masing-masing subelemen pada

elemen Aktivitas Dunia Usaha dan elemen Peran Pemerintah berdasarkan

agregasi sub elemen Tujuan.

11) Formulasi kebijakan pengembangan klaster agroindustri. Berdasarkan

klasifikasi elemen sistem pengembangan yang merupakan output dari

proses ISM tersebut dan tingkat kepentingan subelemen yang merupakan

output pendapat gabungan melalui teknik IPE, dapat dilakukan tahap

penyelesaian lanjutan berupa formulasi kebijakan pengembangan klaster

agroindustri unggulan daerah termasuk analisa mengenai kelembagaan

dan penetapan indikator pengukuran kinerja klaster, yang akan

memberikan output berupa Skenario Pengembangan Klaster Agroindustri

di daerah.