MODEL PERKEBUNAN TEH PEMBANGUNAN · PDF filevii pembentukan koperasi sebagai lembaga kumpulan...

36
MODEL PERKEBUNAN TEH UNTUK MENDORONG - PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL " DI KABUPATEN BANDUNG", JAWA BARAT

Transcript of MODEL PERKEBUNAN TEH PEMBANGUNAN · PDF filevii pembentukan koperasi sebagai lembaga kumpulan...

MODEL PERKEBUNAN TEHUNTUK MENDORONG -

PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL " DIKABUPATEN BANDUNG", JAWA BARAT

ABTSRAK

Pembangunan perkebunan ditujukan untuk meningkatkanproduksi dan memperbaiki mutu basil, meningkatkan pendapatan,memperbesar nilai ekspor, mendukung industri, menciptakan danmemperluas kesempatan kerja, serta pemerataan pembangunan disemua wilayah. Ada tiga asas yang menjadi acuan dalampembangunan perkebunan yang mendasari kebijakan pembangunandalam lingkungan ekonomi dan pembangunan nasional, yaitu (1)Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunanbagi pendapatan nasional, (2) Memperluas lapangan kerja, (3)Memelihara kekayaan dan kelestarian alam dan meningkatkankesuburan sumberdaya alam.

Pembangunan subsektor perkebunan komoditas tehmengalami perkembangan yang semakin pesat dan besar dandiharapkan dapat meningkatkan pemenuhan produksi, kebutuhanekspor yang berdampak pads peningkatan pendapatan petani,ekonomi lokal, pembangunan perdesaan, dan timbulnya multipliereffect secara sektoral maupun spasial baik nasional, regional maupunlokal. Dengan demikian, maka pengembangan komoditas teh ke arahagroindustri seharusnya memberikan dampak yang positif bagiperkembangan sektor dan wilayah, khususnya pembangunanekonomi lokal.

Secara historis dan realitasnya menunjukkan bahwa diwilayah perkebunan teh cenderung teijadinya ketimpangan kemajuanpembangunan, baik antara perkebunan rakyat, swasta, danperkebunan negara maupun keragaan pertumbuhan ekonomi diwilayah tersebut. Ada indikasi yang menunjukkan bahwa wilayahsentra produksi perkebunan mengalami keterlambatan dalampembangunannya dan fenomena terjadinya leakages wilayah, dengandemikian kemajuan usaha perkebunan teh belum diikuti denganperkembangan pembangunan lokalnya. Model perkebunan teh yangada (existing) di Kabupaten Bandung menunjukkan perkebunanswasta dan negara (PTPN) melakukan usaha secara terintegrasi,sedangkan perkebunan rakyat secara individu dan kelompok usahabersama yang relatif gurem dan tertinggal.

v

vi

Pada dasarnya pembangunan ekonomi lokal merupakanpendekatan pembangunan yang berupaya mendorong tumbuh danberkembangnya wirausahaan lokal, partisipasi masyarakat lokal, peranserta secara aktif pihak swasta, masyarakat dan pemerintah daerahdalam menentukan keputusan pembangunan lokalnya. Hal ini dapattercapai dengan dukungan kelembagaan pembangunan di wilayah itu,yang meliputi industri, universitas, pemerintah daerah, pengusahalokal, dan asosiasi usaha.

Berdasarkan realitas yang ada dan fenomena tersebut, makadilakukan studi mengenai model pengembangan perkebunan teh bagipembangunan lokal yang bertujuan untuk mengidentifikasi modelperkebunan teh yang bagaimana yang dapat mengoptimalkanpengembangan wilayahnya dan mampu mendorong pembangunanekonomi lokal. Studi ini mencoba melakukan perbandingan modelperkebunan teh yang ada (existing) dengan model simulasi (plantationdan contract fanning) pada subwilayah dan wilayah di KabupatenBandung. Perbandingan model plantation dan contract farmingdengan model existing ditujukan untuk memperoleh gambarandampak dan tingkat keefektifan untuk mendorong pembangunanekonomi lokal. Beberapa variabel yang diukur adalah tingkatprofitabilitas, kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatanbagi wilayah, dan produksi. Penelitian ini menggunakan data sekunderyang ada dari ketiga pelaku perkebunan teh di Kabupaten Bandung.

Hasil studi menunjukkan bahwa model plantation sangatefektif mendorong pembangunan ekonomi lokal manakalaperkebunan perkebunan swasta, PTPN, dan perkebunan rakyat dalambentuk usaha perkebunan yang kooperatif melakukan sistempengusahaan plantation yang didasarkan atas prinsip pengusahaanperkebunan yang terintegrasi dalam manajemen, produksi,pengolahan, pemasaran, serta memperhatikan prinsip skala usaha,efisiensi, dan optimalisasi basil usahanya. Model plantation mampumengoptimalkan pengembangan wilayah dan mendorong ekonomilokal pada tingkat subwilayah dan wilayah di Kabupaten Bandung. Halini memiliki implikasi bahwa koperasi pada perkebunan rakyat yangdibentuk bukan hanya

vii

pembentukan koperasi sebagai lembaga kumpulan usaha perkebunanrakyat, namun merupakan sistem pengusahaan perkebunan yangberbentuk plantation, dimana faktor skala usaha, rasionalitas dan efisiensiusaha menjadi pertimbangan dan ukuran kegiatan usahanya , di sampingfungsinya sebagai kelembagaan yang meningkatkan kemampuan petaniperkebunan teh rakyat sebagai anggotanya. Model perkebunan contractfarming kurang efektif dibandingkan dengan model plantation, tetapicukup efektif dibandingkan dengan model existing untuk memperbaikikeadaan pembangunan ekonomi lokal. Berdasarkan basil studi jugamenunjukkan bahwa model contract farming yang efektif untuk di setiapsubwilayah adalah : (1) Model Marketing Contract Farming antaraperkebunan rakyat dengan PTPN di Subwilayah Cikalong Wetan, (2)Model Integrated Contract Farming antara perkebunan rakyat denganswasta di Subwilayah Ciwidey, (3) Model Marketing Contract Farmingantara perkebunan rakyat dengan PTPN di Subwilayah Kertasari, (4)Model Integrated Contract Farming antara perkebunan rakyat denganswasat dan PTPN, dan (5) Model Integrated Contract antara perkebunanrakyat dengan swasta dan PTPN di Subwilayah Padalarang.

Penelitian ini merekomendasikan perlunya pemberdayaanmasyarakat dan institusi lokal melalui koperasi dengan pemahaman dankerangka kerja usaha yang berlandaskan pads efisiensi, rasionalitas, dandalam skala usaha basal- di kawasan perkebunan rakyat. Hal ini pentingmengingat model koperasi yang demikian memiliki keunggulankomparatif dalam menciptakan kesempatan kerja, meningkatkanpendapatan dan ekonomi masyarakat, peningkatan pendapatan daerah,dan akan mendorong pembangunan ekonomi lokal. Untuk itu, langkahpendidikan, penyuluhan mengenai Cooperative membership educationkepada berbagai lapisan masyarakat dan aktor pengembanganperkebunan tab, dan inkubasi kewirausahaan dapat dijadikan langkahawal membangun model koperasi yang mandiri dalam usaha perkebunanteh. Keadaan ini akan mendukung berkembangnya agroindustri teh yangkuat sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomilokal secara mandiri.

ABSTRACT

Estate crop of agricultural development based on relative advantagesby land , labor, technology, and business opportunity. The aim ofestate crop development is increase and improve production, yield,enhance export value, industrial supporting, labor force , andequality regional development. There is three base estate crop policyon economic and national development issue, (1) Struggle andincrease national income contribution from estate crop; (2) Widingof labor force, (3) increase and keep on resources development.

Tea crop estate development to be grow up to national incomecontribution. One of criteria that could be existed is correlation ofgoals estate crop development with increasing and equality ofcommunity income. Estate crop development be expected in order toincrease production for anticipating export demand and give effectfor farmer's income, local economic, rural development, andmultiplier effect by sectoral and regional or locally. So that, a head oftime, tea crop development as integrated agroindustrial progress givepositive impact for sectoral and region development, especially localeconomic development.

As a fact, by historitically and reality have shown dispariety andinequal level of development of region; that is on tea crop outgrowerfarmers, private tea crop plantation, and Nusantara plantation (PTPN) or economic growth in regional. There is trend of that regionof center tea crop production to be stagnant development andleakages fenomenon. So that, the increasing tea crop developmenthave not been overcomed local development.

Local economic development based on growth up local entrepreneurability, local community participation, roles of local private-community-government activity in deciding local developmentpolicy. So that, it support by local development institution in itsregion, as industrial, university, local government, local privateentrepreneur, and business associeted.

This study identify of tea estate crop models for local economicdevelopment stimulant, as (1) identify of typology of tea crop

ix

X

agroindustry interaction in subregion and region in BandungRegency, (2) Model structure of the tea crop models, (3) Identify ofimpact of each models for local economic development, (4) Makingalternative models for dvelopment strategy of local economicdevelopment.

This study use quantitative secondary data collective from tea cropestate institution in West Java. This study analyze modelscomparative approach in subregion and region that based on criteriaand parameter include profitability level, labor forces, income ofcommunity, regional income, dan tea crop production.

Despite the fact that plantation model's can promote and effectivelyfor local economic development in each subregion and region inBandung Regency. Farmer, private, and government tea crop estatehave been plantation agroindstry system, that there is a integratedproduction management, efficiency, economic of scale concern, andrationality of business. Famer's tea crop estate be cooperativecompany that integrated production aspect of each farmer as itsmember's and cooperative as corporate can increasing tea cropbusiness progress.

This study has faound that contract farming models can increaselocal development with use spesification pattern di each subregion, asinclude (1) Marketing contract farming model that interaction fromfarmer with PTPN in Cikalong Wetan, and Kertasari subregion, (2)Integrated Contract Farming Models that interaction from farmerwith private in Ciwidey, (3) Integrated Contract Fanning Modelsthat interaction from farmer with PTPN and private in Pangalengan,(4) Integrated Contract Farming Models that interaction fromfarmer with PTPN in Padalarang.

This study recommends that there is needs community and localinstitute empowerment by cooperative institute for supporting localeconomic development progress by plantation model's. This model'shas comparative advantage as include labor forces, profitibility level,increase income, increase roles of community, and local baseddevelopment progress.