MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

31
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) DI KABUPATEN JENEPONTO RINGKASAN MP3-MI dilaksanakan pada Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering diawali dengan pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal) atau Pemahaman Pedesaan secara Partisipatif yang dilasanakan pada bulan Juni 2011. Lokasi pengembangan agribisnis jagung dilaksanakan di Kelurahan Tolo Utara. Kec. Kelara, Kab, Jeneponto, Sulawesi Selatan. Luas wilayah kelurahan ini adalah 759,65 ha, yang terdiri dari tegalan/kebun 650,61 ha; lahan sawah 57,57 ha; dan pemukiman 51,47 ha, dengan jumlah penduduk 3.519 jiwa. Telah dilakukan identifikasi jenis-jenis inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan agribisnis, implementasi Inovasi teknologi dan pemantapan inovasi kelembagaan agribisnis. Berdasarkan hasil PRA dilakukan inovasi teknologi pemupukan berimbang pada jagung, pola tanam ubikayu, inovasi teknologi pakan ternak dari limbah jagung. Melaui MP3MI melakukan Introduksi pola tanam jagung dan ubikayu; Implementasi teknologi jagung seluas 5 ha dengan pola tanam : 4 baris jagung /1 baris ubikayu + jagung. Varietas unggul jagung : Bima-3 dan Bima-5, Ubikayu : Adira 2, pengolahan tanah intensif Pengolahan lahan menggunakan bajak yang ditarik oleh kuda, arah bajakan memotong garis kontour. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam 5 cm, dengan arah memotong garis kontour, jarak tanam yang digunakan 75 x 20 cm dengan satu tanaman per lubang, Pemupukan berimbang Dosis pupuk yang digunakan : 200 kg/ha Urea + NPK Ponska 300Kg/ha . Aplikasi pupuk dilakukan dua kali: (1) : umur 0-14 hari setelah tanam degan dosis 100 kg Urea + NPK Ponska 300 Kg/ha; pemupukan ke-2 umur 30-40 HST dengan dosis 100 kg Urea/ha. Pada bulan Maret 2011 dilakukan panen jagung dengan produktivitas rata-rata mencapai 6,2 t/ha, produktivias tertinggi mencapai 7,0 t/ha, terendah 5,7 t/ha. Sebelum MP3MI produktivitas jagung hanya mencapai 3,5 t/ha, berarti terjadi peningkatan produktivitas jagung 2,7 t/ha. Tingkat pendapatan petani dengan perhitungan berdasarkan produktivitas rata-rata, dengan harga jagung pada bulan April- Mei 2011 Rp.2.400, setelah dikurangi dengan biaya sarana produksi, maka pendapatan bersih yang diterima petani Rp. 7.880.000. Produktivitas ubikayu sebelum MP3MI hanya mencapai 7,20 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 produktivitasnya meningkat menjadi 10,10 t/ha dengan produktivitas tertinggi 10,59 t/ha, terendah 8,50 t/ha.Tingkat pendapatan yang diterima petani dengan productivitas rata-rata 10,10 t/ha dan harga ubikayu pada saat panen (Agustus September) Rp. 1.000, maka keuntungan bersih petani Rp. 6.840.000. Model inisiasi merupakan model yang paling mungkin diaplikasi pada tahap awal kegiatan. Di lokasi sudah terbentuk kelompok tani, sudah tersedia alsintan yang diperoleh dari bantuan Instansi terkait, serta paket teknologi juga sudah tersedia. Inovasi kelembagaan mengembangkan Model inisiasi dan dievaluasi secara berkesinambungan dan dilakukan perbaikan secara bertahap hingga terbentuk model M- P3MI yang adaptif di lokasi.

Transcript of MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

Page 1: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

1

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI)

DI KABUPATEN JENEPONTO

RINGKASAN

MP3-MI dilaksanakan pada Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering diawali

dengan pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal) atau Pemahaman Pedesaan

secara Partisipatif yang dilasanakan pada bulan Juni 2011. Lokasi pengembangan agribisnis jagung dilaksanakan di Kelurahan Tolo Utara. Kec. Kelara, Kab, Jeneponto, Sulawesi Selatan. Luas wilayah kelurahan ini adalah 759,65 ha, yang terdiri dari

tegalan/kebun 650,61 ha; lahan sawah 57,57 ha; dan pemukiman 51,47 ha, dengan jumlah penduduk 3.519 jiwa. Telah dilakukan identifikasi jenis-jenis inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan agribisnis, implementasi Inovasi teknologi dan pemantapan

inovasi kelembagaan agribisnis. Berdasarkan hasil PRA dilakukan inovasi teknologi pemupukan berimbang pada jagung, pola tanam ubikayu, inovasi teknologi pakan ternak dari limbah jagung. Melaui MP3MI melakukan Introduksi pola tanam jagung dan

ubikayu; Implementasi teknologi jagung seluas 5 ha dengan pola tanam : 4 baris jagung /1 baris ubikayu + jagung. Varietas unggul jagung : Bima-3 dan Bima-5, Ubikayu : Adira 2, pengolahan tanah intensif Pengolahan lahan menggunakan bajak

yang ditarik oleh kuda, arah bajakan memotong garis kontour. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam 5 cm, dengan arah memotong garis kontour, jarak tanam yang digunakan 75 x 20 cm dengan satu tanaman per lubang, Pemupukan berimbang

Dosis pupuk yang digunakan : 200 kg/ha Urea + NPK Ponska 300Kg/ha . Aplikasi pupuk dilakukan dua kali: (1) : umur 0-14 hari setelah tanam degan dosis 100 kg Urea + NPK Ponska 300 Kg/ha; pemupukan ke-2 umur 30-40 HST dengan dosis 100 kg Urea/ha. Pada bulan Maret 2011 dilakukan panen jagung dengan produktivitas rata-rata

mencapai 6,2 t/ha, produktivias tertinggi mencapai 7,0 t/ha, terendah 5,7 t/ha. Sebelum MP3MI produktivitas jagung hanya mencapai 3,5 t/ha, berarti terjadi peningkatan produktivitas jagung 2,7 t/ha. Tingkat pendapatan petani dengan

perhitungan berdasarkan produktivitas rata-rata, dengan harga jagung pada bulan April-Mei 2011 Rp.2.400, setelah dikurangi dengan biaya sarana produksi, maka pendapatan bersih yang diterima petani Rp. 7.880.000. Produktivitas ubikayu sebelum MP3MI hanya

mencapai 7,20 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 produktivitasnya meningkat menjadi 10,10 t/ha dengan produktivitas tertinggi 10,59 t/ha, terendah 8,50 t/ha.Tingkat pendapatan yang diterima petani dengan productivitas rata-rata 10,10 t/ha dan harga

ubikayu pada saat panen (Agustus – September) Rp. 1.000, maka keuntungan bersih petani Rp. 6.840.000. Model inisiasi merupakan model yang paling mungkin diaplikasi pada tahap awal kegiatan. Di lokasi sudah terbentuk kelompok tani, sudah tersedia

alsintan yang diperoleh dari bantuan Instansi terkait, serta paket teknologi juga sudah tersedia. Inovasi kelembagaan mengembangkan Model inisiasi dan dievaluasi secara berkesinambungan dan dilakukan perbaikan secara bertahap hingga terbentuk model M-

P3MI yang adaptif di lokasi.

Page 2: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

2

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Membahas tentang pertanian berarti membahas tentang kelangsungan

hidup manusia dimana pertanian sebagai penyedia bahan pangan, bahan

sandang, dan bahan papan. Selama manusia di dunia masih memerlukan bahan

pangan untuk menjamin kelangsungan hidupnya, maka pertanian tetap akan

memegang peran yang sangat penting.

Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang

nyata melalui pembentukan kapital; penyedia bahan pangan; bahan baku

industri; pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara,

sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang

ramah lingkungan. Berbagai peran strategis pertanian dimaksud sejalan dengan

tujuan pembangunan perekonomian nasional yaitu: (1) meningkatkan

kesejahteraan masyarakat; (2) mempercepat pertumbuhan ekonomi,

mengurangi kemiskinan; (3) menyediakan lapangan kerja; (4) memelihara

keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Bappenas, 2010).

Hingga saat ini sebagian besar masyarakat masih menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian dengan tingkat produktivitas dan pendapatan

usaha yang relatif rendah, sehingga kemiskinan, pengangguran, dan rawan

pangan banyak terdapat di pedesaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya

pengentasan kemiskinan, pengangguran dan rawan pangan harus dilakukan

dengan membangun pertanian dan pedesaan. Adalah merupakan tantangan

kedepan untuk mencapai komitmen global pada tahun 2015 sebagaimana yang

dicanangkan dalam Millenium Development Goals (MDG’s) melalui pembangunan

pertanian dengan segala karakteristik dan sfesifikasi masalahnya yang terbesar

merata hampir diseluruh wilayah perdesaan.

Melalui pelaksanaan PRA telah diperoleh informasi yang akurat dan

lengkap, baik data bio-fisik desa, sosial ekonomi, preferensi petani dan

Page 3: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

3

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

pemerintah setempat, sehingga dapat dipahami masalah yang dihadapi

masyarakat desa khususnya pembangunan pertanian.

Kabupaten Jeneponto mempunyai luas wilayah 749,79 km2 dengan jumlah

penduduk 331.938 jiwa. Berdasarkan jenis penggunaan tanah (Land Use) maka

penggunaan tanah terluas adalah tegalan/kebun yaitu tercatat 34.154,14 ha

(45,56 %), persawahan at 20.014,08 ha (26,69 %), hutan negara tercatat

9.842,65 ha (13,12 %) (Anonim, 2006). Beberapa komoditas yang dominan

dan mempunyai peluang untuk dikembangkan melalui; inovasi teknologi,

kelembagaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan antara lain; padi, jagung, ubi

kayu, kacang kedelai, dan buah-buahan. Pada sub sektor peternakan, yaitu

kuda, kambing, sapi, ayam ras, ayam kampung dan itik. Hasil penelitian

Unhas (2006) menunjukkan bahwa dari 16 komoditas yang dikembangkan petani,

ada lima komoditas yang memiliki areal pengembangan di atas 2000 ha, yaitu

padi, jagung, ubi kayu, kedelai, dan mangga. Dari lima komoditas jagung

memiliki areal terluas (27.342 ha), kemudian padi (14.232 ha), mangga (12.148

ha), dan ubi kayu (5.508 ha).

Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto sebagai

wilayah MP3MI, sebagian besar wilayahnya adalah lahan kering dengan luas

759,65 ha, termasuk dalam sub agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah

Iklim Kering (LKDRIK). Pemanfaatan lahan dikelompokan menjadi 3 satuan

penggunaan lahan, yaitu: sawah 57,57 ha (7,58%), tegalan 650,61 ha (85,65%),

dan pemukiman 51,47 ha (6,78%). Sistem pertanaman monokultur jagung

dengan tanaman sisipan ubi kayu dan kacang-kacangan. Pola tanam yang

berlaku yaitu jagung-ubikayu, jagung2 atau kapas. Penduduk Kelurahan Tolo

Utara sebanyak 3.519 jiwa, atau 13,4 % dari jumlah penduduk Kecamatan

Kelara yang mencapai 26.358 jiwa (BPS, 20041). Komoditas pertanian yang

banyak diusahakan adalah; jagung, ubi kayu dan sayuran (Cabai dan

Kacang2an). Produktivitas lahan yang dicapai masih rendah (jagung 4,5 t/ha),

oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas lahan, diperlukan adanya

transformasi pertanian sistem pertanian dari yang berbasis sumberdaya lahan

Page 4: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

4

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

(hanya mengandalkan kemurahan lahan) ke sistem pertanian yang berbasis ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dengan transformasi tersebut diharapkan

produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan, kelestarian

sumberdaya lahan juga tetap terjaga.

1.2. Tujuan

a. Memepercepat arus diseminasi tekologi

b. Memeperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi

berbasis kebutuhan pengguna c. Meningkatkan kadar adopsi teknologi inovatif Badan Litbang Pertanian

d. Memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna

spesifik pengguna dan lokasi.

1.3. Keluaran yang diharapkan

- Luaran Umum

Model laboratorium pengembangan komoditas tanaman jagung

secara terintegrasi, dengan inovasi system dan usaha agribisnis yang

mampu meningkatkan daya saing, nilai tambah, pendapatan, dan

kesejahteraan masyarakat perdesaan secara nyata dan berkelanjutan.

- Luaran Tahunan

a. Implementasi teknologi pra panen Budidaya Jagung, dan komoditas

lainnya termasuk ternak yang ada di lokasi kegiatan.

b. Implementasi teknologi pasca panen jagung (Pengupasan, Pemipilan,

pengeringan Dan Pengolahan hasil ) skala rumah tangga atau

kelompok.

c. Semakin menguatnya kelembagaan tani, bertambahnya akses pasar,

terbentuknya jaringan kerja dengan lembaga keuangan.

Page 5: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

5

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

1.4. Manfaat dan Dampak

a. Meningkatnya daya saing, nilai tambah, pendapatan, dan

kesejahteraan masyarakat perdesaan secara nyata dan berkelanjutan.

b. Meningkatnya animo masyarakat perdesaan terhadap penerapan

inovasi teknologi pertanian dan berkembangnya sistem dan usaha

agribisnis perdesaan.

1.5. Sasaran

a. Meningkatnya produksi pertanian unggulan di perdesaan menuju

swasembada dan swasembada berkelanjutan

b. Meningkatnya nilai tambah, daya saing dan ekspor berbagai usaha

agribisnis di perdesaan dengan tumbuh kembangnya industri hilir

pertanian yang berbasis sumberdaya lokal dengan suntikan inovasi

teknologi dan manajemen agribisnis.

c. Optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian di perdesaan untuk

memaksimumkan pendapatan dan kontribusi sub sektor pertanian

terhadap total pendapatan petani

d. Semakin banyak jumlah petani atau peternak yang mengadopsi teknologi

dalam waktu yang relatif singkat, melalui penggunaan dan pemanfaatan

berbagai channel diseminasi.

1.6. Metodologi

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan MP3MI berlangsung di kelurahan Tolo Utara, kecamatan Kelara,

kabupaten Jeneponto mulai bulan Januari sampai Desember 2011.

Agroekosistem utama di wilayah ini adalah lahan kering Dataran Rendah. Iklim

Kering dengan komoditas dominan yang diusahakan yakni jagung dan ubikayu.

Luas hamparan yang digunakan sebagai Unit Percontohan seluas 5 ha.

Kagiatan ini akan dilaksanakan secara sistematis ke dalam tiga fase selama 3

tahun (Tahun 2011-2013).

Page 6: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

6

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Pada tahun 2011 ini merupakan Fase I: Inisiasi Model, meliputi :

1. Penentuan lokasi

Pemilihan lokasi mempertimbangkan wilayah tersebut sebelumnya

sudah ada kegiatan sinergi antara berbagai program strategis

Kementerian Pertanian seperti, Prima Tani, PUAP, Program SL-PTT, dan

Program Pemda.

2. Sosialisasi

Sosialisasi dan advokasi di tingkat kabupaten dilaksanakan untuk

memberikan pemahaman maksud dan tujuan kegiatan M-P3MI ke

pemerintah daerah dengan melibatkan instansi terkait termasuk kelompok

tani (Poktan)/Gapoktan, penyuluh, dan pengambil kebijakan di daerah.

3. Koordinasi

Koordinasi dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan

perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan serta

perkembangan pelaksanaan kegiatan (pelaporan) kepada masing-masing

instansi terkait.

4. Identifikasi Permasalahan

Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan informasi,

sebagai berikut :

- Keragaan data bio fisik dan sosial ekonomi petani

Data biofisik meliputi topografi, sumber air permukaan, pola curah

hujan, jenis lahan atau tanah.

Data sosek : akses, transportasi, struktur keluarga petani, struktur

penguasaan lahan pertanian.

- Keragaan existing teknologi : teknologi budidaya tanaman atau

ternak,pola tanam dan pola usahatani yang biasa dilakukan petani

- Keragaan existing produktivitas usahatani yang dilakukan petani,

pendapatan petani dan sumber pendapatan petani selama setahun

terakhir

Page 7: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

7

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

- Keragaan existing kelembagaan kelompok petani, kelembagaan

pasar sarana produksi, kelembagaan pasar hasil pertanian,

kelembagaan kredit pertanian.

5. Perancangan Model

Kegiatan ini didasarkan pada hasil identifikasi permasalahan. Orientasi

berbasis budidaya tanaman., diawali dengan penataan pola tanam

komoditas terpilih. Inovasi yang diperkenalkan berupa inovasi teknologi

dan kelembagaan. Inovasi teknologi diarahkan pada upaya untuk

menghasilkan produk berkualitas (teknologi budidaya dan pasca panen),

diversifikasi produk (pengolahan hasil) sesuai kebutuhan pasar.

Sedangkan, inovasi kelembagaan diarahkan pada aspek kelembagaan

pasar dan permodalan usaha. Disain model melibatkan pihak terkait

meliputi Pemda, Balit,Puslit,Balai Besar, Perguruan Tinggi, BUMN,Swasta,

Asosiasi Petani dan LSM.

6. Implementasi Model

Disain/rancangan yang telah mendapat dukungan berbagai pihak

diimplementasikan di lapangan dalam bentuk Unit Percontohan yang

berskala pengembangan dan berwawasan agribisnis terpadu.

7. Unit Percontohan

Ruang Lingkup kegiatan, meliputi :

a. Komoditas dan Teknologi

Komoditas utama adalah jagung dan komoditas pendukungnya adalah

komoditas bernilai ekonomi seperti ubikayu, dan cabai. Komoditas tersebut

dipilih dengan pertimbangan jagung merupakan komoditas andalan Sulawesi

Selatan dan telah dikembangkan secara luas oleh petani. Di Jeneponto, luas

pertanaman jagung tidak kurang dari 35 000 ha.

Page 8: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

8

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Teknologi yang dikembangkan pada tanaman jagung adalah :

a. Varietas Unggul

b. Pengolahan Tanah

c. Penanaman

d. Pemupukan

e. Penyiangan

f. Panen

g. Pasca Panen

h. Pemasaran

b. Kelembagaan

Kelembagaan yang menentukan keberhasilan Prima Tani berbasis jagung

di Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut :

1. Kelompok Tani

Penguatan dan pembinaan kelompok tani

Pembinaan kerjasama kelompok tani / Dinamika Kelompok

Penguatan gabungan kelompok tani menjadi kelompok usaha komersial

2. Klinik Agribisnis

Penguatan klinik agribisnis

3. Pemasaran

Penguatan jaringan kerjasama/ kemitraan antara petani dengan

perbankan

4. Penyuluhan

Penguatan dan peninngkatan intensitas penyuluhan

c. Jaringan Kerja Sama

Jaringan kerja sama terbagi dalam 2 kategori yaitu jaringan kerjasama

internal dan eksternal. Jaringan kerja sama internal diarahkan untuk

mewujudkan kerja sama sinergis antara elemen – elemen yang ada dalam

lingkup Badan Litbang Pertanian yang membentuk laboratorium agribisnis.

Jaringan kerja sama eksternal diarahkan untuk mewujudkan kerja sama sinergis

Page 9: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

9

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

antara jaringan Badan Litbang Pertanian dengan pihak luar yang terlibat ( Pemda,

tokoh masyarakat,LSM, dan masyarakat setempat )

Dalam mewujudkan dan mengembangkan jaringan kerjasama internal dan

eksternal dilakukan kegiatan yang bersifat menunjang kegiatan antara lain :

- Pertemuan teknis tentang penerapan teknologi

- Rapat koordinasi dengan PEMDA, Dinas terkait ( Disbun, Disnak, dan

Distan )

- Pertemuan konsultatif dengan Puslit, Balit, PEMDA, LSM dan Swasta

- Workshop hasil kegiatan

- Temu lapang Budidaya jagung, cabai dan ubikayu

- Pertemuan bulanan Kelompok Tani

- Pengembangan usaha dan Peningkatan SDM petani

Page 10: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

10

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

II. PENCAPAIAN PELAKSANAAN MP3MI

2.1. Inovasi Teknologi Pertanian

2.1.1. Kondisi Awal di tingkat Petani

Sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama di Kelurahan

Tolo Utara diklasifikasi menurut sub sektor, antara lain: (1) tanaman

pangan/palawija, padi, jagung, ubikayu dan kacang hijau. Luas tanam padi 10

ha, produksi 39,20 ton, dengan tingkat produktivitas pada tingkat kecamatan

Kelara 3,9 t/ha. Luas tanam jagung sebanyak 302 ha, dengan total produksi

1.623 ton dengan produktivitas 3,5 t/ha. Luas tanam ubi kayu 175 ha dengan

produksi 1.211 ton dan produktivitas rata-rata 6,9 ton/ha. Budidaya yang

dilakukan oleh petani masih sangat sederhana, cara pengolahan tanah dilakukan

petani tidak sempurna (TOT), hanya menggunakan herbisida pada saat

tanaman sudah tumbuh. Jarak dan waktu tanam tidak sesuai anjuran, tidak

ditugal hanya menggunakan sistim larikan mata bajak yang ditarik oleh ternak

kuda. Waktu, dosis, jenis, dan cara pemupukan belum sesuai dengan anjuran.

Cara memupuk dengan menyimpan pupuk disamping tanaman tanpa ditugal dan

tidak ditimbun. Waktu memupuk tidak disesuaikan dengan umur dan

pertumbuhan tanaman, dosis dan jenis pupuk yang digunakan hanya Urea 400

kg dan Za 100 kg/ha. Penggunaan pupuk kandang di Kelurahan Tolo Utara

belum umum, petani yang menggunakan pupuk kandang hanya sekitar 5 %.

Pupuk kandang diperoleh dari kandang kuda/sapi/kambing milik sendiri.,

sedangkan petani yang tidak memiliki ternak tidak menggunakan pupuk

kandang.

Page 11: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

11

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 1. Sosialisasi MP3MI di Kecamatan Kelara

Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa petani di kelurahan Tolo Utara

masih berputar pada keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan modal

petani. Penyiangan dilakukan dengan herbisida saat gulma mulai tumbuh,

panen dilakukan agak lambat tanpa memperhatikan syarat panen yang tepat,

dengan alasan waktu untuk pengeringan terbatas. Jagung yang telah dipanen

dipipil dengan menggunakan mesin pemipil, dan pengeringan dilakukan sampai

kadar air 16 %. Limbah pertanian dari jagung tidak dimanfaatkan oleh petani,

karena cara pengolahan limbah belum diketahui. Lahan – lahan yang memiliki

kemiringan sudah dilakukan konservasi, nanun teknik konservasi masih perlu

diperbaiki. Budidaya yang dilakukan oleh petani masih sangat sederhana, cara

pengolahan tanah dilakukan petani tidak sempurna (TOT), hanya menggunakan

herbisida pada saat tanaman sudah tumbuh.

Hasil PRA di kelurahan Tolo Utara bahwa produktivitas jagung yang

dicapai hanya 3,5 t/ha. Rendahnya produktivitas jagung yang tersebut

disebabkan petani belum melakukan pemupukan sesuai takaran rekomendasi

dan teknologi pemupukan anjuran. Meskipun beberapa tahun terakhir varietas-

varietas unggul hibrida (Bisi2) telah berkembang di kelurahan Tolo Utara,

namun cara pemupukan belum efektif, sehingga adopsi varietas unggul hibrida

menyebabkan konsumsi pupuk khususnya N, P dan K meningkat (Tandisau dkk,

2005). Penggunaan pupuk oleh petani belum rasional dan berimbang.

Page 12: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

12

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Rekomendasi pemakaian pupuk yang ada masih bersifat umum sementara

kondisi lahan petani bisa berbeda sesuai karakterisitk lahannya. Hal tersebut

menyebabkan penggunaan pupuk tidak efektif dan tidak efisien sehingga

produktivitas dan pendapatan petani masih rendah.

2.1.2. Implementasi Teknologi Jagung dan Ubikayu

Implementasi teknologi jagung dilakukan pada lahan seluas 5 ha dengan

pola tanam : 4 baris jagung / 1 baris ubi kayu + jagung, varietas unggul

jagung : Bima-3 dan Bima-5, ubikayu var.Adira-2, pengolahan tanah intensif.

Pengolahan lahan menggunakan bajak yang ditarik oleh kuda, arah bajakan

memotong garis kontour. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam 5

cm, dengan arah memotong garis kontour, jarak tanam yang digunakan 75 x

20 cm dengan satu tanaman per lubang, Pemupukan berimbang Dosis pupuk

yang digunakan : 200 kg Urea/ha + 300 kg NPK Ponska/ha. Aplikasi pupuk

dilakukan dua kali: (1) : umur 0-14 hari setelah tanam degan dosis 100 kg

Urea + 300 kg NPK Ponska/ha; pemupukan ke-2 umur 30-40 HST dengan

dosis 100 kg Urea/ha. Cara pemupukan : ditugal 7 cm di samping tanaman dan

timbun tanah. Penyiangan 2 kali menggunakan herbisida dan alat mekanis

berupa bajak yang ditarik oleh ternak kuda.

Gambar 2. Pertanaman Jagung Varietas Bima 3 dan Bima 5

Pada bulan Maret 2011 dilakukan panen jagung dengan produktivitas

rata-rata mencapai 6,2 t/ha, produktivitas tertinggi mencapai 7,0 t/ha, terendah

Page 13: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

13

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

5,7 t/ha. Sebelum MP3MI produktivitas jagung hanya mencapai 3,5 t/ha, berarti

terjadi peningkatan produktivitas jagung 2,7 t/ha. Tingkat pendapatan petani

dengan perhitungan berdasarkan produktivitas rata-rata, dengan harga jagung

pada bulan April-Mei 2011 Rp.2.400, setelah dikurangi dengan biaya sarana

produksi, maka pendapatan bersih yang diterima petani Rp. 7.880.000,-

Ubikayu selain untuk keperluan industri tepung tapioka, juga banyak

dibutuhkan untuk industri bioeful. Kebijakan berdasarkan aspek kelembagaan

difokuskan kepada (1) penerapan Perpres no. 5/2006 dan Inpres No. 1/2006

untuk pengembangan premium mix atau premium dicampur dengan bioeful 10-

20 persen. Dalam tahun 2008 pemerintah menargetkan kebutuhan premium mix

10% (Bioetanol E10) sebanyak 1,84 juta kilo liter. (2) desentralisasi penerapan

Perpres No.5 tahun 2006, Inpres No. 1 tahun 2006; (3) pengendalian ekspor

gaplek sebagai bahan baku industri bioethanol; (4) pembinaan penggunaan

gaplek.

Gambar 3. Introduksi Pola Tanam di lokasi MP3MI, Kel. Tolo Utara, 2011

Kebijakan berdasarkan aspek biofisik difokuskan kepada (1)

pengembangan usahatani sistem integrasi ubikayu-ternak secara luas,

pembinaan pengolahan limbah panen dan industri sebagai pakan atau pupuk;

(2) desiminasi teknologi pengolahan dan penggunaan pupuk organik; (3)

konservasi tanah secara kultur teknis dalam jangka panjang; (4) pemberian

insentif kepada petani.

Page 14: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

14

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Kebijakan berdasarkan aspek sosial ekonomi difokuskan kepada (1)

bantuan ternak ruminansia sistem gaduh bergulir; (2) Subsidi sarana produksi

sebagai modal awal KUAT; (3) pembinaan usahatani model hamparan dengan

waktu tanam dan panen terjadwal.

Melalui kegiatan MP3MI dilakukan Introduksi Pola Tanam Jagung dan

Ubikayu yakni : 4 baris jagung + 1 baris ubikayu, mulai dilakukan pada tahun

2011. Pola tanam seperti ini dapat meningkatkan produktivitas ubikayu dan

tingkat pendapatan petani. Produktivitas ubikayu sebelum MP3MI hanya

mencapai 7,20 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 produktivitasnya meningkat

menjadi 10,10 t/ha dengan produktivitas tertinggi 10,59 t/ha, terendah 8,50 t/ha.

Tingkat pendapatan yang diterima petani dengan productivitas rata-rata 10,10

t/ha dan harga ubikayu pada saat panen (Agustus – September) Rp. 1.000,

maka keuntungan bersih petani Rp. 6.840.000.

Tabel 1. Dampak inovasi teknologi varietas unggul ubi kayu Adira-2 (per ha)

Kondisi eksisting Dampak inovasi

1. Biaya tetap - Sewa lahan

-

1. Biaya tetap - Sewa lahan

-

2. Biaya tidak tetap - Stek ubi kayu lokal - Olah lahan

- Penyiangan - Pemupukan - Pupuk dan Obat

200.000

100.000

90.000 100.000

150.000

2. Biaya tidak tetap - Stek ubi kayu Adira 2

- Olah lahan - Penyiangan - Pemupukan

- Pupuk dan Obat

2.500.000 100.000

200.000 200.000 260.000

3. Total Biaya

640.000

3. Total Biaya 3.260.000

4. Penerimaan:

- Produksi (6,9 ton/ha) - Harga (500 / kg)

3.450.000

4. Penerimaan :

- Produksi (10,10 ton/ha) - Harga (1000 / kg)

10.100.000

5. Keuntungan Bersih 2.810.000 5. Keuntungan Bersih 6.840.000

Keterangan : Peningkatan setelah inovasi jagung = Rp. 5.325.000,- - Rp.

2.810.000,- = Rp. 2.515.000 / ha.

Page 15: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

15

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Kelayakan ekonomi usahatani ubikayu dapat diupayakan melalui

peningkatan efisiensi pengunaan sarana produksi, lahan, dan pengembangan

varietas unggul berdaya hasil dan berkadar pati tinggi dan berumur genjah.

Efisiensi penggunaan pupuk dapat ditingkatkan dengan menerapkan konsep

pemupukan berimbang, cara, dan waktu efisiensi penggunaan pupuk an organik

lebih dari 30% (George et al. 2001, Wargiono, 2001), karena kemampuannya

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yang berperan penting dalam

menciptakan kondisi optimal bagi perkembangan mikroba tanah. Pola

tumpangsari meningkatkan kepadatan akar pada lapisan olah sehingga

meningkatkan efisiensi penyerapan hara hingga 30% (Fujita, 1994) dan efisiensi

penggunaan lahan (LER) lebih dari 100% (Wargiono, 2001). Penerapan konsep

pemupukan berimbang dan penggunaan varietas unggul mampu meningkatkan

produkvitas ubikayu sesuai dengan potensi genetik tanaman.

Ubikayu di kelurahan Tolo Utara ditanam secara tumpangsari dengan

jagung, dengan pertimbangan bahwa (1) efektif mengendalikan erosi; (2)

meningkatkan esiensi penggunaan lahan; (3) menambah pendapatan petani;

(4) meningkatkan efisiensi penggunaan hara; (5) memenuhi kebutuhan pangan;

dan memperbaiki fisik dan kimia tanah (Tonglum, 2001, Wargiono, 2004). Selain

efektif mengendalikan erosi, pola tanam ini juga dapat memperbaiki fisik dan

kimia tanah, jika limbah panen jagung dikembalikan ke tanah.

Gambar 4. Hamparan Pertanaman Ubikayu

Page 16: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

16

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

2.1.3.Teknologi Konservasi Tanah dan Air

Teknik konservasi lahan dilakukan dengan dua cara yakni secara vegetatif

(biologis) dan secara mekanik (sipil teknis). Cara vegetatif, dilaksanakan

dengan menanam : (1) Tanaman penguat teras, (2) penanaman tanaman

Palawija dalam strip; (3) penanaman rumput makanan ternak (HMT). Cara

mekanik, dilaksanakan dengan ; (1) pengolahan tanah menimum; (2)

pengolahan tanah dengan memotong garis kontour; (3) pembuatan guludan; (4)

pembuatan teras; (5) pembuatan embung air. Teknologi konservasi lahan yang

teleh dilakukan adalah pembuatan/perbaikan teras bangku dengan membuat

garis kontur pada sabuk lereng. Pada bibir teras ditanami rumput Paspalum

atratum dan pada tahun 2012 direncanakan akan ditanami gamal setiap 3 meter

pada garis kontur sedang pada lorong ditanami jagung dan Ubi kayu. Untuk

mengantisipasi ketersediaan air baik konsumsi maupun usahatani Pada tahun

2012 akan dibuat embung contoh untuk kegiatan usahatani.

Kelurahan Tolo Utara termasuk zona lahan kering beriklim kering,

sehingga ketersediaan air sangat terbatas, baik untuk menjaga kelembaban

tanah agar tetap tinggi, untuk minum ternak, maupun untuk kebutuhan rumah

tangga, mejadi faktor pembatas uatama usahatani. Dengan begitu teknologi

konservasi tanah dan air yang sesuai adalah teknologi yang dapat memanen air

hujan, mengurangi terjadinya penguapan dari permukaan tanah, dan pengaturan

pola tanam yang sesuai dengan iklim kering.

2.2. Inovasi Kelembagaan

2.2.1. Kondisi Awal dan Kinerja Kelembagaan

Pada tahun awal kegiatan MP3MI, luas pertanaman sebagai Unit

Percontohan inovasi teknologi masih terbatas pada lahan seluas 5 ha, luas ini

akan bertambah dari tahun ke tahun sesuai dengan kemampuan dana yang

tersedia. Kelembagaan kelompok tani mempunyai tugas untuk mengakses

kebutuhan anggota, berupa : pengadaan saprodi, penyelenggaraan penyuluhan

dalam rangka penerapan inovasi teknologi, pemasaran hasil, dan pengembalian

Page 17: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

17

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

nilai saprodi oleh anggota. Kelompok tani sudah dianggap mapan kalau semua

tugas ini berjalan dengan baik. Untuk keperluan klinik agribisnis sarana

produksi masih disiapkan oleh MP3MI dalam skala 5 ha. Untuk tahun-tahun

berikutnya keterlibatan instansi terkait sudah akan lebih besar terutama dalam

pengadaan fasilitas yang dibutuhkan petani.

Gambar 5. Kegiatan Pasca Panen Jagung di Lokasi MP3MI

2.2.2. Pengembangan Sumberdaya Petani/Kelompok Tani

Kegiatan desiminasi antara lain: (I) Paket teknologi jagung, melakukan

pertemuan dengan 12 kelompok tani yang di kelurahan Tolo Utara penjelasan

tentang varietas unggul jagung, pengolahan tanah, inetnsif, penanaman,

pemupukan, penyiangan, panen dan pemasaran, (II) Budidaya ubikayu: pola

tanam dan pengolahan ubikayu menjadi gamplek. Pada tahun 2008

direncanakan pembuatan chips ubikayu dan pembuatan dodol dari jagung.

Konservasi tanah dan air memberikan pemahaman tentang budidaya konservasi

dan menfaat pembuatan embung.

Dalam pertemuan dengan kelompok tani dijelaskan manfaat organisasi

petani, pembentukan kelompok tani. Dalam beberapa pertemuan dijelaskan

tentang (1) pemenuhan kebutuhan teknologi dari lembaga penelitian ke petani,

dan dari petani ke petani lainnya; (2) pemenuhan kebutuhan input/sarana

produksi baik bantuan dari pemerintah maupun pembelian input secara kolektif;

Page 18: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

18

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

(3) pengelolaan usaha tani pola bergulir dan oengusahaan saprodi dan ternak.

(4) penyusunan revitalisasi kelengkapan gapoktan. Pada tahun 2008 dilakukan

pelatihan petani dengan materi utama PTT Jagung, budidaya ubikayu dan pasca

panen ubikayu.

Gambar 6. Sosialisasi MP3MI di Kelurahan Tolo Utara

Sebelum MP3MI masuk di kelurahan Tolo Utara sudah eksis 12 kelompok

tani, aktifitas yang dilakukan masih terbatas pada pemberian bantuan, artinya

kelompok itu ada karena mengharapkan bantuan. Pada bulan Januari 2007

dilakukan inventarisasi kelompok dan anggotanya. Kemudian pertemuan

koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan membicarakan tentang

pengembangan sumberdaya kelompok. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut

disepakati pemberian bantuan berupa saprodi sebanyak 350 ha, bantuan ternak

kuda 5 ekor per kelompok, dan bantuan ternak kambing 2 ekor KK petani.

Selanjutnya dilakukan inventarisasi anggota kelompok tani dan bersama-sama

dengan ketua kelompok tani membuat RDKK kelompok untuk bantuan tersebut.

Disepakati pula bahwa tim prima tani akan membina kelembagaan bantuan dari

dinas tersebut.

Page 19: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

19

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Dalam implementasi teknologi jagung yang dimulai pada bulan Nopember

2007, dilakukan pembentukan kelompok tani hamparan 10 ha. Kelompok ini

mengikuti pelatihan tentang inovasi teknologi jagung yang akan diterapkan.

Diharapkan dalam penerapan teknologi jagung ini akan disebarkan kepada 12

kelompok yang ada di kelurahan Tolo Utara.

Page 20: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

20

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

III. TINDAK LANJUT

3.1. Inovasi Teknologi Pertanian

Dari inovasi teknologi yang telah diberikan selama kegiatan prima tani di

Kelurahan Tolo Utara, beberapa masalah yang terjadi dilapangan adalah sebagai

berikut :

Terbatasnya ketersediaan bibit jagung

Masih sulitnya memperoleh air pada akhir musim hujan,

Konsevasi lahan pada lahan lereng belum dilakukan

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah :

Untuk memenuhi kebutuhan benih jagung petani diarahkan untuk

menggunakan jagung yang bersari bebas, karena selama ini petani

menggunakan jagung hibrida yang hanya bisa digunakan satu kali saja.

Membuat embung contoh di lokasi MP3MI

Sekitar 169 ha di hulu sungai Kelara perlu dilakukan konsevasi lahan,

dengan menanam tanaman tahunan.

3.2. Inovasi Kelembagaan

Akses informasi dan pengetahuan inovasi teknologi pertanian di kelurahan

Tolo Utara mulai berjalan efektif. Kegiatan Empo Sipitangngarri merupakan

wadah dan momen lokal dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperoleh

informasi dan komunikasi teknologi. Kelompok tani prima yang dibentuk pada

bulan April 2007 merupakan wadah untuk menyebarluaskan inovasi teknologi

dan kelembagaan. Kelompok ini merupakan percontohan bagi kelompok lainnya

di kelurahan Tolo Utara. Akses pasar input dilakukan melalui kerjasama dengan

PT. Tanindo dan Syngenta. Pemasaran output pada dasarnya tidak mengalami

kesulitan, namun saat panen harga jagung drastis menurun, sehingga diperlukan

upaya agar aspek pemasaran output tidak mengalami kesulitan. Aspek

permodalan petani masih mengalami kesulitan terutama pengadaan saprodi saat

akan tanam. Beberapa masalah yang perlu upaya pemecahan, sebagai berikut:

Page 21: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

21

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

1. Kegiatan inovasi masih kurang didukung dengan permodalan

2. Air untuk konsumsi dan Usahatani sangat terbatas

3. Alat dan mesin pertanian belum terealiasasi

4. Dampak kegiatan inovasi belum meningkatkan pendapatan petani

secara luas

Upaya pemecahan masalah adalah penguatan modal kelompok tani, selain

program pemerintah tentang bantuan benih jagung bersubsidi, juga pencairan

dana pemicu untuk menumbuhkan kelompok tani. Masalah utama lahan kering

adalah ketersediaan air sangat terbatas, upaya yang dapat dilakukan adalah

melakukan koordinasi dengan Pemda untuk pembuatan embung-embung air.

Pengadaan mesin chopper alat pencacah batang jagung. Untuk meningkatkan

pendapatan petani secara luas dapat dilakukan dengan meningkatkan

keterlibatan terutama pemasaran jagung secara berkelompok, merintis

pemasaran gaplek, meningkatkan agribisnis cabai, memumbuhkan penangkar

benih jagung terutama jagung komposit, merintis pemasaran pakan ternak, dan

menggalakkan pengolahan jagung dan ubikayu.

Gambar 7. Pembuatan Pakan Ternak melibatkan Gapoktan Bangkit

Gapoktan ke dua adalah pengolahan pupuk organik dan pakan. Jumlah

dan jenis ternak sebagai sumber bahan organik cukup banyak, jumlah ternak

kuda 399 ekor, sapi 436 ekor dan kambing 189 ekor. Bila semua ternak ini

Page 22: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

22

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

berkontribusi terhadap pengolahan pupuk organik maka volume yang dihasilkan

cukup besar.

Dengan berkembangnya sistem usahatani yang produktif dan efisien,

beroperasinya sub kelompok pasca panen, sub kelompok pengolahan bahan

organik dan pakan, model inisiasi beralih menjadi model aplikasi sistem agribisnis

yang memasyarakat yang baku dengan bagan, sebagai berikut:

Gambar 8. Inisiasi Model Sistem Agribisnis, 2011

Gambar 9. Pembinaan Kelembagaan Petani

GAPOKTAN I pasca panen

Masyarakat agribisnis

GAPOKTAN II Pupuk Organik dan Pakan

Sistem agribisnis/ Usahatani

Produktif dan efisien Inovasi teknologi sudah mapan

Pasar

Pendapatan masyarakat meningkat

Page 23: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

23

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Lembaga Sarana Produksi

Kebutuhan herbisida/pestisida diperoleh dari kios sarana produksi dalam

kelurahan atau di pasar kecamatan. Jumlah kios yang tersedia ada 5 unit

tersebar pada 7 dusun/lingkungan. Kios/toko sarana produksi yang ada di

Kelurahan tolo Utara hanya melayani pengadaan benih dan herbisida/pestisida.

Kios sarana produksi yang ada belum menyediakan pupuk karena keterbatasan

modal.

Kebutuhan inovasi kelembagaan sarana produksi harus mengarah kepada

ketepatan waktu, ketepatan jumlah dan ketepatan jenis sarana produksi. Sistem

pengadaan saran produksi (benih, herbisida/pestisida, dan pupuk) yang

dianjurkan adalah sebagai berikut:

Lembaga Produksi

Model inisiasi merupakan model yang paling mungkin diaplikasi pada

tahap awal kegiatan. Di lokasi sudah terbentuk kelompok tani, sudah tersedia

alsintan yang diperoleh dari bantuan Instansi terkait, serta paket teknologi juga

sudah tersedia. Model inisiasi akan dikaji dan dievaluasi secara

berkesinambungan dan dilakukan perbaikan secara bertahap hingga terbentuk

model M-P3MI yang adaptif di lokasi.

Pada Gambar 10 terlihat bahwa paket teknologi usahatani masuk ke

petani melalui kelompok tani. Dari kelompok tani paket teknologi tersebar

kepada semua petani. Kelompok tani berperan sebagai penggerak utama di

pedesan. Ada tiga komoditas yang menonjol di lokasi yaitu: Jagung, ubikayu

dan tanaman cabai. Inovasi paket teknologi usahatani yang dikembangkan

adalah meliputi : Pola tanam, varietas unggul, Pengolahan Tanah intensif , jarak

tanam, pemupukan, penyiangan, panen dan pasca panen, pengolahan pakan

dan pengolahan pupuk organik. Penerapan paket teknologi ini diharapkan

minimal 80 % dari potensi produktifitas yang dapat dicapai.

Page 24: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

24

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Lembaga Pasca Panen

Pada Gambar 10 dapat dilihat model inisiasi kelembagaan pasca panen;

dalam model inisiasi tersebut, di bawah struktur gapoktan ada Gapoktan yaitu;

Gapoktan yang mengelola pasca panen pemipil jagung, dan pembuat gaplek.

Sampai saat ini alat pemipil jagung sudah tersedia sebanyak tujuh unit yang

diperoleh dari bantuan instansi terkait. Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan

3.4.1.

Gambar 10. Kebutuhan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan, 2011

BANK/ Donatur Komoditas/paket teknologi

1. Jagung : Varietas unggul Pengolahan tanah

intensif Penanaman Pemupukan

Penyiangan Panen Pasca panen Pemasaran

2. Ubikayu: Pola tanam Tek.budidaya Pengolahan gaplek

3. Budidaya Cabai 3. Ternak :

Introduksi ternak kerja

Usahatani Kambing Teknologi budidaya

hijaun pakan Pengolahan Pakan Teknologi

Pengolahan Pupuk Organik

5. Konservasi tanah & air

Teras Bangku Embung

Kelompok Tani

GAPOKTAN

USAHATANI GAPOKTAN

PENGOLAHAN

Petani

Komoditas I

Komoditas 2 Komoditas 3

Pasar

Tenaga Pendamping

Page 25: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

25

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

kemanfaatannya bagi masyarakat, alat ini perlu dikelolah dalam satu

kelembagaan. Dalam model inisiasi terlihat sebagai Gapoktan. Selain usaha

pemipil jagung dalam Gapoktan ini terdapat pula kegiatan pengolahan gaplek.

Wilayah operasi alat pemipil jagung pada tahap awal masih terbatas pada

wilayah kelurahan, selanjutnya direncanakan berkembang kewilayah kecamatan.

Gapoktan tersebut juga akan melakukan pengolahan pupuk organik dan

pakan. Jumlah dan jenis ternak sebagai sumber bahan organik cukup banyak,

jumlah ternak kuda 399 ekor, sapi 436, ekor dan kambing 189 ekor. Bila semua

ternak ini berkontribusi terhadap pengolahan pupuk organik maka volume yang

dihasilkan cukup besar.

Dengan berkembangnya sistem usahatani yang produktif dan efisien,

beroperasinya Gapoktan untuk melakukan pengolahan bahan organik dan

pakan, model inisiasi beralih menjadi model pengembangan pertanian perdesaan

melalui inovasi yang baku.

Kelembagaan Pemasaran

Keunggulan suatu komoditas tidak hanya ditentukan oleh besarnya

produksi, tetapi juga ditentukan oleh faktor lain yakni besarnya volume yang

terjual dari total produksi yang dicapai. Trend perkembangan produksi,

banyaknya petani dan pengusaha yang berkecimpung pada komoditas tersebut,

areal yang tersedia, pangsa pasar, dan target produktivitas yang dicapai.

Komoditas jagung yang dihasilkan di kelurahan Tolo Utara rata-rata dijual

melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 2400-2600/kg, pada bulan Maret

harga jagung yang berlaku Rp. 2600/kg dengan kualifikasi mutu masih ada sisa

tonggol dan benda asing lainnya dan kadar air masih tinggi (18%). Kualitas

produksi yang paling dibutuhkan pasar kadar air 12 %. Arus keluar jagung

biasanya pedagang pengumpul lokal membawa ke kabupaten Bantaeng dan

Makassar. Arus masuk benih jagung biasanya petani membeli di pasar lokal dan

kabupaten terdekat.

Page 26: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

26

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Fenomena di atas menggambarkan bahwa pemasaran hasil perlu

mendapat campur tangan dari pemerintah agar petani terhindar dari kegagalan

pasar. Cara yang perlu ditempuh adalah pihak petani bekerjasama dengan pihak

pemerintah yang melakukan negosiasi dengan pedagang pengumpul agar dapat

menerima harga yang layak . Apabila dapat ditempuh melalui kerjasama petani,

pedagang, dan pihak pemerintah, maka manfaat yang dapat diperoleh adalah:

(a) petani menerima harga yang layak dari hasil penjualan; (b) petani mampu

menyediakan modal usahatani untuk pertanaman berikut; (c) pendapatan

wilayah meningkat melalui retribusi; dan (d) membantu pemerintah wilayah

dalam pencatatan kegiatan ekonomi pedesaan.

Pola Kemitraan

Dalam pasal 33 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Pasal tersebut

mengisaratkan bahwa diperlukan peran aktif pemerintah dalam menjabarkan

nilai-nilai dasar yang terkandung dalam amanat tersebut kedalam nilai-nilai

normatif-praktis yang sesuai. Salah satu instrumen untuk mewujudkan asas

kebersamaan dan asas kekeluargaan dalam perekonomian nacional dan

implementasinya di lapang adalah melalui kemitraan usaha.

Dalam SK Mentan No. 940/Kpts/OT.210/10/1997 tentang Pedoman

Kemitraan Usaha Pertanian dikemukakan tentang pola-pola kemitraan usaha

yang dapat dilaksanakan, antara lain pola : (1) pola inti-plasma, (2) pola

kemitraan contract farming, (3) pola kemitraan Sub-kontrak, (4) pola dagang

umum, (5) pola kemitraan keagenan, dan (6) pola kerjasama operasional

agribisnis (KOA).

Pola kemitraan usaha yang ada saat ini adalah pola kemitraan usaha

dagang umum yang tumbuh secara alamiah sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan pelakunya. Pelaku yang terlibat dalam kelembagaan kemitraan usaha

komoditas jagung adalah petani, pedagang input, pedagang output (berbagai

tingkatan, dari dalam dan luar desa), jasa angkutan, lembaga keuangan

Page 27: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

27

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

informal, instansi pemerintah. Dalam kelembagaan tersebut, petani berperan

sebagai produsen, yang bertanggungjawab terhadap proses produksi jagung.

Pedagang, dalam hal ini pedagang menengah (midle man) selain berperan

sebagai pembeli hasil jagung juga menjalankan peran sebagai penyedia modal

(lembaga pembiayaan informal) bagi petani dan pedagang pengumpul. Namun

tidak semua pedagang kecil mempunyai ikatan tetap dengan pedagang

menengah. Pinjaman modal bagi petani dapat berbentuk uang atau natura

(pupuk dan obat-obatan).

Pada tahun 2012 direncanakan akan dibentuk Pola Kemitraan Inti-Plasma.

Dalam model ini pengusaha industri pengolahan hasil (PT Entry) yang memiliki

pabrik pengolahan tepung tapioka (bertindak sebagai perusahaan mitra/inti)

melakukan kemitraan dengan petani Ubikayu (petani mitra/plasma) atau

kelompok tani atau Gapoktan membentuk kesepakatan harga dan kualitas

pembelian produk. Kemitraan dilakukan dengan kelompok tani atau gapoktan

pada luasan skala tertentu.

3.3. Pengembangan Jaringan Kerjasama Agribisnis

Jaringan kerjsama internal diarahkan untuk mewujudkan kejasama

sinergis antara elemen-elemen yang dalam lingkup Badan Litbang Pertanian

untuk membantu pengembangan laboratorium agribisnis. Dalam mewujudkan

dan mengembangkan jaringan kersama internal dilakukan beberapa kegiatan

antara lain: (1) pertemuan teknis, (2) Rapat koordinasi, (3) pertemuan

konsultatif, (4) workshop. Dalam intern BPTP dilakukan rapat koordinasi setiap

bulan dan rapat koordinasi dengan koordinator Teknis, Kelembagaan, dan

Desiminasi. Jaringan kerjasama eksternal diarahkan untuk mewujudkan

kerjasama sinergis antara Badan Litbang Pertanian dengan pihak luar yang

terlibat (Pemda, tokoh, masyarakat, swasta, BUMN, dan masyarakat setempat).

Dukungan berupa fisik dalam bentuk pengembangan infrastruktur, alat dan

mesin pertanian, dan dukungan dalam bentuk sumbangan pemikiran, saran

Page 28: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

28

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

perbaikan dan penyempurnaan model laboratorium agribisnis. Dukungan

diharapkan timbul setelah adanya kegiatan sosialisasi dan promosi. Kerjasama

eksternal yang telah dibangun adalah menghubungkan antara kelompok tani

dengan Bank setempat. Dimana kelompok tani hamparan 10 ha telah membuka

rekening pada Bank BRI unit Tolo. Modal awal kelompok tani sebesar Rp.

10.000.000,-. Pasar input dan output sudah terjalin kerjasama yaitu melalui

distributor saprodi yaitu PT Tanindo dan Syngenta.

Gambar 11. Rapat Gapoktan dihadiri tim peneliti BPTP, 2011

Page 29: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

29

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

IV. PENUTUP

Produktivitas rata-rata tanaman jagung di lokasi MP3MI mencapai 6,2 t/ha,

produktivitas tertinggi mencapai 7,0 t/ha, terendah 5,7 t/ha. Sebelum MP3MI

produktivitas jagung hanya mencapai 3,5 t/ha, berarti terjadi peningkatan

produktivitas jagung 2,7 t/ha. Tingkat pendapatan petani dengan perhitungan

berdasarkan produktivitas rata-rata, dengan harga jagung pada bulan April-Mei

2011 Rp.2.400, setelah dikurangi dengan biaya sarana produksi, maka

pendapatan bersih yang diterima petani Rp. 7.880.000

Introduksi pola tanam jagung dan ubikayu; yaitu 4 baris jagung + 1 baris

ubikayu. Pola tanam tersebut dapat meningkatkan produktivitas ubikayu dan

tingkat pendapatan petani. Produktivitas ubikayu sebelum MP3MI hanya

mencapai 7,20 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 produktivitasnya meningkat

menjadi 10,10 t/ha dengan produktivitas tertinggi 10,59 t/ha, terendah 8,50 t/ha.

Tingkat pendapatan yang diterima petani dengan productivitas rata-rata 10,10

t/ha dan harga ubikayu pada saat panen (Agustus – September) Rp. 1.000,

maka keuntungan bersih petani Rp. 6.840.000.

Dalam tahun 2011 inovasi telah dilakukan sesuai dengan potensi dan

kebutuhan di Kelurahan Tolo Utara, khususnya yang berkaitan dengan Jagung

dan komoditas lain yang berpotensi sebagai sumber pendapatan lain yang dapat

menopang/meningkatkan pendapatan rumah tangga. Pada Tahun pertama

pengawalan MP3MI, inovasi teknologi telah teradopsi dengan baik dan

berkembang. Inovasi kelembagaan petani dibenahi, walaupun dalam beberapa

hal masih dirasakan beberapa hambatan/masalah.

Program MP3MI Kelurahan Tolo Utara diharapkan terus berjalan dan

semakin berkembang, menyebar dan memasyarakat ke seluruh wilayah

Kabupaten Jeneponto.

Hal yang perlu mendapat perhatian adalah menjadikan Kelurahan Tolo

Utara sebagai Laboratorium Lapangan Program Gerakan Peningkatan Produksi

Jagung 1,5 juta ton di Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 30: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

30

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Pedoman Umum Primatani. Depatemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta, September 2006.

Anonim, 2006. Petunjuk Teknis Participatory Rural Appraisal (PRA). Program

Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Anonim, 2004. Rencana Strategi Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto tahun

2003 - 2008. Maret 2004. Jeneponto.

Bappenas, 2010. Laporan Akhir Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani. Direktorat Evaluasi Kinerja

Pembangunan Sektoral. BAPPENAS.

BPS. Sulawesi Selatan, 2001. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik Sulawesi

Selatan

CIMMYT. 1992. 1991-1992 CIMMYT Word Maize Facts and Trends: Maize Research Investment and Impacts in Developing Countries. CIMMYT.

Mexico, D.F.

George, J., C.R. Mohankumas, G.M. Nair, and C.S. Ravindran. 2001. Cassava

agronomy research and adoption oof improved practices in India- Major achievements during the past 30 years. Cassava’s potential in Asia in the 21ST century: Present situation and future research and development

needs. Proc. Of six regional workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam. P. 279-299.

Kanro.MZ., M. Taufik, Abd. Rajab. 2006 . Srikandi Kuning Varietas Jagung Bersari

Bebas Berpotensi Unggul di Kabupaten Jeneponto. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Sulawesi Selatan

Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof

dan E.R. Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landfrom. LT 5 Versi 3.0.

Proyek LREP II, CSAR, Bogor.

Sudarman K, A. Setyarahman, Suciantini, 2007. Identifikasi dan Evaluasi Potensi

Lahan untuk Mendukung Prima Tani. Lap. Sementara Balitklimat Bogor

Tandisau P., Amir Syam, Muh. Thamrin dan Sahardi, 2005. Pengelolaan hara N,

P dan K Spesifik Lokasi pada Jagung Lahan Kering di Sulawesi Selatan.. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Sul Sel.

Taufik, M. 2003. Kinerja Pembiayaan Agribisnis di Indonesia. Prosiding Penerapan Teknologi Spesifik Lokasi dalam Mendukung Pengembangan Sumber daya Pertanian. BPTP Kalimantan Timur.

Page 31: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI …

31

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tonglum, A., P. Suriyanapan, and R.H. Howeler. 2001. Cassava agronomy research and adoption oof improved practices in Thailand- Major

achievements during the past 35 years. Cassava’s potential in Asia in the 21ST century: Present situation and future research and development needs. Proc. Of six regional workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam.

P. 228-258

Unhas, 2006. Laporan Analisis Komoditas Unggulan Berbagai Sektor Ekonomi di Kabupaten Jeneponto. Kerjasama Bappeda Kabupaten Jeneponto dengan

Lembaga Penelitian UNHAS.

Wargiono, J., Y. Widodo, dan W.H. Utomo.2001. Cassava agronomy research

and adoption oof improved practices in Indonesia - Major achievements during the past 30 years. Cassava’s potential in Asia in the 21ST century: Present situation and future research and development needs. Proc. Of six

regional workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam.