Model Pembelajaran Kooperatif · Web viewPembelajaran membutuhkan model pembelajaran interaktif...
Transcript of Model Pembelajaran Kooperatif · Web viewPembelajaran membutuhkan model pembelajaran interaktif...
MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA INTERAKTIF
ModelPembelajaran Explicit Intruction, ModelPembelajaran Kooperatif Terpadu
Membaca dan Menulis (Cooperative Integrated Reading And Composition), dan
ModelPembelajaran Inside Ouside Circle.
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Matematika Interaktif
Dosen Pengampu: Kintoko, M.Pd
Disusun Oleh:
V A4
Kelompok 6
1. Nina Octaviani Nugraheni 14144100115
2. Eni Zuhroini 14144100119
3. Siam Tri Khasanan 14144100122
4. Ernawati 14144100125
5. Rina Andriyani 14144100140
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2016
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah Pembelajaran Matematika
Interaktif ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dengan terselesaikannya
makalah ini, kami mengucapkan segenap terima kasih kepada :
1. Bapak Kintoko, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Matematika
Interaktif, yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Teman-teman yang telah berdiskusi, bekerjasama, dan memberikan
motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun guna melengkapai tugas kegiatan belajar-mengajar
dalam mata Pembelajaran Matematika Interaktif. Penulisan makalah ini
merupakan kajian singkat tentang model pembelajaran explicit intruction, model
pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (cooperative integrated
reading and composition), dan model pembelajaran inside ouside circle. Secara
singkat, makalah ini menjabarkan definisi, tujuan, kelebihan, dan kekurangan dari
model pembelajaran tersebut.
Kami menyadari, bawah penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu, kami mengharap kritik maupun saran yang bersifat
membangun dan memperbaiki makalah yang mungkin akan ditulis untuk kegiatan
lainnya nanti. Semoga makalah ini bermanfaat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan serta bermanfaat bagi pembacanya.
Yogyakarta, 08 Oktober 2016
iv
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................... i
Halaman Judul.................................................................................................. ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
A. Model Pembelajaran Explicit Instruction.................................... 5
1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Explicit Instruction.............. 5
2. Tujuan Model Pembelajaran Explicit Instruction................ 5
3. Langkah-Langkah (Sintaks) Model Pembelajaran Explicit
Instruction.……………………………………………………………………………………... 6
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Explicit
Instruction.…………………………………………………………………………………….. 8
B. Model Pembelajaran Kooperatif Inside outside Circle (IOC)..... 10
1. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Inside outside
Circle.…………………………………………………………………………………….………... 10
2. Panduan Pengelompokan Model Pembelajaran Kooperatif
Inside outside Circle (IOC)
v
……………………………………… ………………
11
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Inside
outside Circle (IOC) ……………………..……………………..……………………… 12
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif Inside outside Circle (IOC)
……………………..…………… 13
C. Model Pembelajaran Kooperatif CIRC)…………………….…………………….. 14
1. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif CIRC….……….. 15
2. Komponen Model Pembelajaran CIRC………..……..……..……….…… 17
3. Tujuan Model Pembelajaran CIRC.…………………………………………… 18
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran
CIRC…………………….... 18
5. Kelebiham dan Kelemahan Model Pembelajaran CIRC……… . 20
BAB III PENUTUP ……….…..................................................................... 21
A. Kesimpulan……………………..……………………..……………………..………………………….....................21
B. Saran……………………..……………………..……………………..……………………..………………......22
DAFTAR PUSTAKA…………...................................................................... 23
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam arti sempit adalah segala kegiatan yang
direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal
dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang
telah ditentukan. Kegiatan belajar seperti itu dilkasanakan di dalam lembaga
pendidikan sekolah. Dalam dunia pendidikan pasti tidak luput dari
pembelajaran, yakni interaksi dalam proses kegiatan belajar mengajar
(Suhartono. 2009: 84).
Mengajar merupakan proses membuat hasil belajar dapat tercapai
(teaching as making learning possible). Secara kontekstual, dapat
diterjemahkan sebagai beragam upaya yang dilakukan guru dalam
memudahkan pembelajaran untuk dipahami siswa. Untuk itulah, guru perlu
menyusun langkah-langkah sistematis untuk melaksanakan pembelajaran.
Dengan tahapan langkah yang sistematis, guru berharap pembelajaran dapat
dipahami oleh siswa. Dalam hal ini terlihat betapa peran guru menjadi sangat
penting untuk menjadikan pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan.
Langkah-langkah yang telah disusun dan diuji keberhasilannnya, akan
menjadi pedoman bagi guru lain. Pedoman inilah yang dikenal sebagai model
pembelajaran, yang memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Untuk menerapkan model
pembelajaran, tentunya guru harus memiliki pengetahuan karakteristik setiap
model yang ada, dengan menyesuaiakan kondisi siswa, sekolah, dan
keterbatasan sarana prasarana. Keberhasilan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran kepada siswa, sangat tergantung dengan model
pembelajaran yang digunakan. Minimnya penggunaan model pembelajaran
akan berakibat terhadap pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
yang diberikan oleh guru. Disinilah mengapa pengetahuan model
pembelajaran menjadi penting.
1
Terdapat berbagai macam model pembelajaran, namun perlu diingat
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat dalam segala situasi
dan kondisi. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan salah satu alternatif model pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan harapan tidak hanya membentuk siswa berprestasi, akan
tetapi juga dapat membantu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik
antar satu dengan lainnya. Sehingga dalam penulisan makalah ini akan dikaji
beberapa macam model pembelajaran interaktif kooperatif yang mungkin bisa
diterapkan dalam pembelajaran di kelas, yaitu model pembelajaran explicit
instruction, kooperatif inside outside circle (IOC), dan kooperatif terpadu
membaca dan menulis (cooperative integrated reading and composition).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif ?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran explicit instruction ?
3. Apa saja tujuan, kelebihan, dan kelemahan model pembelajaran explicit
instruction ?
4. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran inside outside circle ?
5. Apa saja tujuan, kelebihan, dan kelemahan model pembelajaran inside
outside circle (IOC) ?
6. Apa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif terpadu membaca
dan menulis (cooperative integrated reading and composition) ?
7. Apa saja tujuan, kelebihan, dan kelemahan dari model pembelajaran
kooperatif terpadu membaca dan menulis (cooperative integrated
reading and composition) ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan penulisan,
sebagai berikut:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif.
2. Mengetahui yang dimaksud model pembelajaran explicit instruction.
2
3. Mengetahui tujuan, kelebihan, dan kelemahan model pembelajaran
explicit instruction.
4. Mengetahui yang dimaksud model pembelajaran inside outside circle
(IOC).
5. Mengetahui tujuan, kelebihan, dan kelemahan model pembelajaran inside
outside circle (IOC).
6. Mengetahui yang dimaksud model pembelajaran kooperatif terpadu
membaca dan menulis (cooperative integrated reading and composition)
7. Mengetahui tujuan, kelebihan, dan kelemahan model pembelajaran
kooperatif terpadu membaca dan menulis (cooperative integrated
reading and composition).
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun
manfaat praktis antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Toeritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi khasanah,
menambah literatur tentang model pembelajaran, dan meningkatkan
kualitas pembelajaran, terutama pembelajaran matematika yang masih
dianggap momok bagi para siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan dalam penggunaan menggunakan model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning).
b. Bagi Guru
Penulisan ini diharapkan mampu memperbaiki proses belajar
mengajar konvensional yang selama ini masih banyak digunakan
dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi referensi bagi guru untuk memaksimalkan penggunaan
model pembelajaran, terutama model pembelajaran kooperatif
dengan kreatif dalam rangka meningkatkan kualitas belajar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Arends dalam Trianto (2010: 51) mengemukakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-
tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pemelajaran yang
ada. Warsono dan Hariyanto (2012: 161) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil
siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara
interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sedangkan
Suyatno (2009: 51) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan pembelajaran yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen
saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan
menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik
kelompok maupun individual. Johnson & Johnson dalam Trianto (2009: 57)
menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Model dan media pembelajaran merupakan satu kesatuan yang saling
membutuhkan pada proses pembelajaran. Dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara dengan inovasi model pembelajaran yang menyenangkan (Hamiyah dan
Jauhar, 2014: 243). Sehingga pemilihan model pembelajaran dalam bentuk
pembelajaran interaktif dapat memberikan pengaruh positif pada siswa dalam
pemahaman materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran interaktif kooperatif
dibagi menjadi beberapa model salah satunya adalah model explicit intruction,
model kooperatif terpadu membaca dan menulis, dan model inside ouside circle.
4
A. Model Pembelajaran Explicit Instruction
Arends dalam Trianto (2009: 41) menjelaskan bahwa model explicit
intruction disebut juga dengan direct instruction (pengajaran langsung) yang
merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah. Sedangkan Archer dan Hughes dalam Huda (2013: 186),
mengemukakan bahwa strategi explicit instruction adalah salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar siswa. Strategi ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Strategi ini sering
dikenal dengan model pengajaran langsung.
1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Explicit Intruction
Kardi & Nur dalam Trianto (2009: 41-42) mengemukakan bahwa
ada beberapa ciri-ciri model explicit intruction (pengajaran langsung),
yaitu sebagai berikut:
a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Explicit instruction (pengajaran langsung) harus memenuhi
persyaratan berikut ini, yaitu:
a. Ada alat yang akan didemonstrasikan.
b. Harus mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks).
2. Tujuan Model Pembelajaran Explicit Intruction
5
Arends dalam Trianto (2009: 41) mengemukakan bahwa model
pembelajaran explicit intruction ditujukan untuk membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh infomasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Sedangkan menurut Kardi dalam
Trianto (2009: 43), model pembelajaran explicit intruction digunakan
untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh
guru kepada siswa. Terkait hal tersebut, dalam penerapannya
penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang
dengan tepat, waktu yang digunakan.
3. Langkah-Langkah (Sintaks)Model Pembelajaran Explicit Instruction
Kardi & Nur dalam Trianto (2009: 43) mengemukakan langkah-
langkah (sintaks) explicit instruction disajikan dalam lima tahap berikut:
Fase Peran Guru
Fase 1:Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Guru menjelaskan informasi latar belakang, pentingnya pembelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2:Mendemontrasikan pengetahuan serta keterampilan.
Guru mendemontrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3:Membimbing pelatihan.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
Fase 4:Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
Gury mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik
Fase 5:Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan penerapan kapada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Penjelasan langkah-langkah dalam model pembelajaran explicit
intruction pada tabel di atas adalah sebagai berikut:
6
a. Fase 1 menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, meliputi:
1) Guru memberikan tujuan langkah awal untuk menarik dan
memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk
berperan serta dalam pembelajaran tersebut.
2) Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan oleh guru
melalui rangkuman rencana pembelajaran.
3) Kegiatan ini bertujuan menarik perhatian, memusatkan
perhatian pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali
pada hasil belajar yang telah dimiliki oleh siswa, yang relevan
dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
b. Fase 2 yaitu mendemontrasikan pengetahuan serta keterampilan.
Pada fase 2 ini meliputi:
1) Mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif.
2) Kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan
spesifik kepada siswa mempunyai dampak yang positif
terhadap proses belajar siswa.
3) Pengajaran langsung berperan teguh pada asumsi, bahwa
sebagaian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari
mengamati orang lain.
4) Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang
benar dan bukan sebaliknya, guru harus benar-benar
memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demontrasi.
c. Fase 3 yaitu pelatihan, yang meliputi:
1) Agar guru dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar
diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-
aspek penting dari keterampilan atau konsep yang
didemonstrasikan.
7
2) Memberikan latihan terbimbing, dalam hal ini ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan, yaitu sebagai berikut:
a) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.
b) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar
mengusai konsep/keterampilan yang dipelajari.
c) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan
yang dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa.
d) Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin
saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau
bahkan salah tanpa disadari.
d. Fase 4 yaitu mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
Tahap ini disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru
memberikan beberapa pertanyaan secara lisan atau tertulis kepada
siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Guru
dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik,
misal umpan balik secara lisan, tes, dan komentar tertulis.
e. Fase 5 yaitu memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapanyang dilakukan dengan memberikan kesempatan latihan
mandiri kepada siswa yang dapat dikerjakan di rumah atau di luar
jam pelajaran. Dalam melakukan hal ini yang perlu diperhatikan
oleh guru dalam memberikan tugas mandiri, yaitu:
1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari
proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan
untuk pembelajaran berikutnya.
2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa
mengenai tingkat keterlibatan siswa.
8
3) Guru harus memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang
diberikan kepada siswa dirumah.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Explicit Intruction
a. Kelebihan model pembelajarn explicit intruction
1) Guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan
fokus apa yang harus dicapai oleh siswa.
2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kecil
3) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau
kesulitan-kesuliatan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-
hal tersebut dapat diungkapkan.
4) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi
dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep
dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa
yang berprestasi rendah.
6) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang
banyak dalam waktu yang relatif singkat dan dapat diakses
secara setara oleh seluruh siswa.
7) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi
menganai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias)
yang dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa
(Huda, 2013: 187-188).
b. Kekurangan Model Pembelajaran Explicit Intruction
1) Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat.
2) Tidak semua siswa memiliki keterampilan, sehingga guru masih
harus mengajarkannya kepada siswa.
9
3) Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman,
gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
4) Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal yang baik.
5) Kesuksesan strategi ini hanya bergantung pada penilaian dan
antusiasme guru di kelas.
6) Adanya berbagi hasil penelitian yang menyebutkan bahwa
tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan
pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran
explicit instruction, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan
keingintahuan siswa (Huda, 2013: 188-189).
B. Model Pembelajaran Kooperatif Inside outside Circle (IOC)
Lie (2008: 65) mengemukakan bahwa Pembelajaran dengan model
pembelajaran Kooperatif tipe inside outside circle (IOC), siswa saling
membagi informasi pada saat bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
secara teratur. Dalam proses diskusi, pertama kali dilakukan oleh dua orang
secara berpasangan (pasangan asal) dalam suatu lingkaran dalam dan
lingkaran luar. Siswa yang telah berpasangan tersebut saling berbagi
informasi dari materi yang dipelajari, kemudian setelah selesai membagikan
informasi, siswa akan berputar dan menemukan pasangan yang baru untuk
membagikan informasi dengan pasangan yang baru tersebut. Pembelajaran ini
lebih leluasa dilaksanakan di luar kelas. Karena antusias siswa ketika belajar
di luar ruangan cukup tinggi, hendaknya guru memberikan perhatian ekstra
kepada siswa. Penerapan model ini sangat efektif digunakan karena adanya
struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi informasi dengan
pasangannya yang jelas berbeda dan teratur sehingga melatih kemampuan
siswa untuk berkomunikasi mengenai pemahaman materi yang dipelajarinya.
10
Model pembelajaran inside-outside circle (lingkaran besar-lingkaran
kecil) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan ini mengajarkan kemampuan
beradaptasi secara cepat dan cermat pada setiap pasangan yang berbeda, yaitu
siswa saling bertukar informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat dan teratur (Maufur, 2009: 101). Model
pembelajaran inside-outside circle termasuk dalam pembelajaran kooperatif
karena mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi
secara berkelompok. Model ini memberikan peluang kepada anak agar dapat
bekerjasama dalam memahami serta menyelesaikan suatu permasalahan.
1. Tujuan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle
Tujuan model pembelajaran inside outside circle adalah untuk
mewujudkan tujuan pengajaran koperatif (cooperative learning) yaitu:
a. Usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa.
b. Menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok.
c. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama antar siswa yang berbeda latarbelakang.
2. Panduan Pengelompokan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle
Lie (2008: 65) memberikan panduan pengelompokan dengan
berbagai varian macam anggota, yaitu:
a. Kelompok berpasangan
1) Kelebihan daripada kelompok berpasangan ini adalah
meningkatkan partisipasi siswa, cocok untuk tugas sederhana,
lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing
anggota kelompok, interaksi lebih mudah, dan lebih mudah dan
cepat membentuknya.
2) Kekurangan daripada kelompok berpasangan ini adalah banyak
kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide
yang muncul, dan jika ada perselisihan sulit ada penengah.
b. Kelompok bertiga
11
1) Kelebihan pada kelompok bertiga ini adalah jumlah ganjil yang
artinya ada penengah, lebih banyak kesempatan untuk kontribusi
masing-masing anggota kelompok, dan interaksi lebih mudah.
2) Kekurangan pada kelompok bertiga ini adalah banyak kelompok
yang akan melapor dan dimonitor dan lebih sedikit ide yang
muncul.
c. Kelompok berempat
1) Kelebihan dari kelompok berempat ini adalah mudah dipecah
menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak
tugas yang bisa dilakukan, dan guru mudah memonitor.
2) Kekurangan dari kelompok berempat ini adalah membutuhkan
lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik,
jumlah genap bisa menyulitikan pengambilan suara, kurang
kesempatan untuk kontribusi individu, dan siswa mudah
melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.
d. Kelompok berlima
1) Kelebihan dari kelompok berlima ini adalah jumlah ganjil
memudahkan proses pengambilan suara, lebih banyak ide
muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan, dan guru
mudah memonitor kontribusi.
2) Kekurangan dari kelompok berlima ini adalah membutuhkan
lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik,
siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
memperhatikan, dan kurang kesempatan untuk individu.
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inside Outside Circle
Setelah memilih pola pengelompokan, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran, yaitu:
a. Langkah pertama, yaitu separuh kelas berdiri membentuk lingkaran
kecil dan menghadap keluar.
12
b. Langkah kedua, separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar
lingkaran pertama dan menghadap ke dalam.
c. Langkah ketiga, yaitu jika kelas terlalu besar, maka kelas dapat
dibagi menjadi dua kelompok, dimana tiap-tiap kelompok terdiri dari
dua kelompok lingkaran yang menghadap keluar dan kedalam.
Dengan demikian, antara anggota lingkaran dalam dan luar saling
berpasangan dan berhadap-hadapan.
d. Langkah ke empat, yaitu tiap pasangan yang berhadapan diberi tugas
untuk didiskusikan, yang disebut kelompok pasangan asal.
e. Langkah kelima, yaitu setelah mereka berdiskusi, anggota lingkaran
dalam diam di tempat, sementara anggota lingkaran luar bergeser
satu/ dua langkah searah jarum jam, hingga terbentuk pasangan baru.
f. Langkah ke enam, yaitu pasangan tersebut wajib membagikan
informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal.
g. Langkah ke tujuh, yaitu pergeseran dihentikan jika angggota
lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali. Di
akhir, guru dapat memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal
yang telah didiskusikan, serta merumuskan kesimpulan bersama
siswa (Suprijono, 2010: 98).
Lie (2008: 66-67) mengembangkan langkah-langkah model
pembelajaran ini. Dalam pengembangan Anita Lie, siswa dalam kelas
dibagi menjadi dua lingkaran:
a. Lingkaran individu
1) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu
banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri
melingkar dan menghadap keluar.
2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran
yang pertama. Mereka beridiri menghadap ke dalam dan
berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran
besar berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil
13
yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh
semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4) Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu
atau dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini,
masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru.
5) Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang
membagikan informasi. Demikian seterusnya.
b. Lingkaran kelompok
1) Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap ke luar.
Kelompok yang lain berdiri di lingkaran besar.
2) Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang
dijelaskan di atas dan saling berbagi.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Inside-Outside Circle
a. Kelebihan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)
1) Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.
2) Mudah dipecah menjadi berpasanga.
3) Lebih banyak ide muncul.
4) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan.
5) Guru mudah memonitor.
b. Kekurangan model pembelajaran inside outside circle (IOC)
1) Membutuhkan ruang kelas yang besar.
2) Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan
untuk bergurau.
3) Kurang kesempatan untuk kontribusi individu.
4) Jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara.
5) Membutuhkan lebih banyak waktu.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis
(Cooperative Integrated Reading And Composition-CIRC)
14
Cooperative Integrated Reading and Compositian (CIRC) adalah model
pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan
pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program
komprehensif pada pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi
sekolah dasar. Pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Steven dan
Slavin. Slavin (2008: 200) menyebutkan “Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) adalah sebuah program yang komprehensif untuk
mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa di sekolah dasar”.
Model pembelajaran cooperative integrated reading and composition
(circ) merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran,
atau tema sbiah wacana/kliping (Kurniasih, 2013: 67).
Model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis
menurut Steven dan Slavin adalah suatu pembelajaran dengan cara
membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 siswa, pada masing-
masing kelompok diberikan wacana atau kliping sehingga akan terjadi proses
diskusi, selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya serta menarik kesimpulan. Model ini dikategorikan sebagai
pembelajaran terpadu karena setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas
kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk
memahami suatu konsep menyelesaikan tugas sehingga terbentuk
pemahaman dan pengalaman belajar yang lebih lama. Dengan menerapkan
model pembelajaran tersebut, telah diciptakan kegiatan pembelajaran
kooperatif dan komunikatif.
Fokus utama kegiatan cooperative integrated reading and
compositian (CIRC) adalah membuat penggunaan waktu menjadi lebih
efektif. Siswa dikondisikan dalam tim-tim kooperatif yang kemudian
dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya memenuhi
tujuan lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan, dan
ejaan. Dengan begitu siswa termotivasi untuk saling bekerja sama dalam
15
sebuah tim (Slavin, 2010: 200). Semua kegiatan mengikuti siklus regular
yang melibatkan presentasi dari guru, latihan tim, latihan tambahan, dan tes.
1. Unsur-Unsur Utama dari Model Pembelajaran CIRC
Slavin (2010: 205) mengemukakan unsur-unsur utama model
pembelajaran CIRC adalah :
a. Kelompok membaca. Pada kelompok membaca, siswa dibagi dalam
kelompok secara heterogen, menurut tingkatan kemampuan siswa.
b. Tim. Siswa dibagi dalam pasangan atau trio, kemudian pasangan-
pasangan itu dibagi kedalam tim yang terdiri dari pasangan atau trio
dua kelompok membaca atau tingkat.
c. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Pada kegiatan
ini, cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca
yang diarahkan guru. Guru menentukan tujuan dari membaca,
memperkenalkan kosakata baru, mengulang kosakata lama, dan
mendiskusikan cerita setelah para siswa selesai membaca. Tahapan
kegiatan ketika siswa diberikan cerita adalah:
1) Membaca berpasangan
Siswa membaca cerita dalam hati, kemudian bergantian
membaca cerita dengan keras bersama dengan pasangan dan
bergiliran setiap paragrafnya. Pendengar akan mengkoreksi tiap
kesalahan yang dibuat oleh pembaca. Pada tahap ini guru akan
memberi penilaian untuk kinerja siswa dengan cara berkeliling
dan mendengarkan siswa membaca.
2) Menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita
Siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cerita
yang menekankan tata bahasa cerita. Setelah mereka sampai
pada akhir cerita, mereka diminta menghentikan bacaan untuk
mengidentifikasikan karakter, masalah, dan latar belakang untuk
memprediksi bagaimana masalah tersebut akan diselesaikan.
3) Mengucapkan kata-kata dengan keras
16
Siswa diberikan daftar kata-kata baru sulit yang terdapat
dalam cerita. Mereka harus belajar membaca kata-kata ini
dengan benar dengan tujuan agar mereka tidak ragu
mengucapkannya. Siswa mengucapkan daftar kata-kata ini
bersama pasangannya.
4) Makna kata
Siswa diberikan daftar kata-kata dalam cerita yang
tergolong baru dalam kosakata bicara mereka dan diminta untuk
melihat kata-kata itu dalam kamus, kemudian menuliskan
definisinya dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan
makna dari kata tersebut.
5) Menceritakan kembali cerita
Setelah membaca cerita dan mendiskusikan dalam
kelompok membaca mereka, siswa merangkum poin utama dari
cerita tersebut untuk pasangannya.
6) Ejaan. Siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata dan saling
membantu satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut.
d. Pemeriksaan oleh pasangan. Jika semua sudah dilaksanakan,
pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang
mengindikasikan mereka telah menyelesaikan kriteria terhadap tugas
e. Tes. Siswa diberikan pemahaman terhadap cerita, diminta untuk
menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk tiap kosakata, dan
diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras pada guru.
f. Pengajaran langsung dalam memahami bacaan. Siswa mendapatkan
pengajaran langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaaan,
seperti mengidentifikasi gagasan utama, memahami hubungan
sederhana, serta membuat kesimpulan.
g. Seni berbahasa dan menulis integrasi. Pada bagian ini penekanannya
adalah pada proses menulis, kemampuan mekanika bahasa yang
diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis.
Pada bagian ini siswa diminta untuk membuat konsep karangan
17
setelah berkonsultasi dengan teman satu tim dan kepada guru
mengenai gagasan-gagasan mereka, rencana pengaturan, bekerja
sama teman satu tim untuk merevisi isi karangan mereka, kemudian
saling menyunting pekerjaan antara satu dengan yang lainnya
menggunakan formulir penyuntingan yang menekankan pada
kebenaran tata bahasa dan mekanika bahasa. Pada akhirnya, para
siswa akan menerbitkan karangan akhir mereka dalam buku-buku
tim atau kelas.
2. Komponen Model Pembelajaran CIRC
a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen.
b. Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian
sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui
kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu.
c. Student creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok
dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan
oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang
membutuhkannya.
e. Team scorer and team recognition yaitu pemberian skor terhadap
hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap
kelompok yang berhasil dan kelompok yang dipandang kurang
berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching group yaitu guru memberikan materi secara singkat.
g. Facts test yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
h. Whole-class units yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di
akhir waktu pembelajaran (Ibid, : 205-212).
3. Tujuan Model Pembelajaran CIRC
a. Membaca Lisan
18
Meningkatankan kesempatan siswa untuk membaca dengan
keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca, dengan
membuat siswa membaca untuk teman satu timnya.
b. Kemampuan Memahami Bacaan
Penggunaan tim kooperatif utuk membantu siswa
mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat
diaplikasikan secara luas.
c. Menulis dan Seni Berbahasa
Pengembangan CIRC terhadap pelajaran menulis dan seni
berbahasa adalah untuk merancang, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis dan
seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman
satu kelas (Ibid, : 202-204).
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CIRC
Kurniasih, (2013: 55) mengemukakan langkah-langkah model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 siswa secara heterogen.
b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik
pembelajaran.
c. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok
dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada
lembar kertas.
d. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
e. Guru membuat kesimpulan bersama.
f. Penutup.
Sintaks pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah sebagai berikut:
Langkah
PembelajaranAktivitas Siswa Aktivitas Guru
19
Kegiatan Awal
1. Menjawab salam.
2. Menyimak penjelasan dari guru.
1. Mengucapkan salam.2. Presensi.3. Apersepsi menyampaikan
tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran sehingga siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan.
i. Kegiatan Inti
1. Membentuk kelompok sesuai petunjuk guru.
2. Menerima cerita yang diberikan oleh guru.
3. Menerima Lembar Kerja Siswa (LKS) kelompok.
4. Meminta bantuan kepada guru apabila mengalami kesulitan.
1. Membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri 4-6 siswa.
2. Membagi cerita kepada masing-masing kelompok (waktu membaca ± 10 menit.
3. Membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
4. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
ii. Kegiatan Penutup
1. Bersama guru membuat kesimpulan.
2. Bersama guru melakukan refleksi.
3. Menerima dan mengerjakan tugas secara individu (post tes).
4. Menjawab salam.
1. Membuat kesimpulan.
2. Melakukan refleksi.
3. Memberikan tugas secara individu (post tes).
4. Mengucapkan salam penutup.
5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CIRC
a. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Model pembelajaran CIRC memiliki beberapa kelebihan.
Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005: 6) menyebutkan
kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut:
1) Pembelajaran CIRC tepat untuk meningkatkan keterampilan
siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
2) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
3) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja secara
berkelompok.
20
4) Siwa dapat memahami maksud dari soal dan saling mengecek
kebenaran pekerjaannya.
5) Membantu siswa yang lemah dalam berfikir.
6) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan
soal yang berbentuk pemecahan masalah.
b. Kelemahan Model Pembelajaran CIRC
Kelemahan model pembelajaran CIRC adalah apabila guru
sedang mengajarkan satu kelompok membaca, keadaan kelas
menjadi tidak kondusif. Sehingga siswa lain di dalam kelas tersebut
harus diberikan kegiatan yang dapat mereka selesaikan dengan
sedikit pengarahan dari guru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang
melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar
bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
2. Pembelajaran membutuhkan model pembelajaran interaktif karena model
dan media pembelajaran merupakan satu kesatuan yang saling
21
membutuhkan pada proses pembelajaran. Sehingga pemilihan model
pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran interaktif dapat memberikan
pengaruh positif pada siswa dalam pemahaman materi.
Beberapa model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah:
a. Model pembelajaran explicit intruction disebut juga dengan direct
instruction (pengajaran langsung) yang merupakan pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Tujuan model pembelajaran explicit intruction adalah:
1) Membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh infomasi selangkah demi selangkah.
2) Menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh
guru kepada siswa.
b. Model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (IOC), yaitu
siswa saling membagi informasi pada saat bersamaan, dengan
pasangan yang berbeda secara teratur.
Tujuan model pembelajaran inside outside circle (IOC) adalah:
1) Usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa.
2) Menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama antar siswa yang berbeda latar belakang.
c. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Compositian (CIRC) adalah sebuah program yang komprehensif untuk
mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa di sekolah
dasar”. Model pembelajaran cooperative integrated reading and
composition (circ) merupakan model pembelajaran khusus mata
pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan
ide pokok, pokok pikiran, atau tema sbiah wacana/kliping.
22
Tujuan model pembelajaran CIRC adalah:
1) Membaca lisan, yaitu meningkatankan kesempatan membaca
dengan keras dan menerima umpan balik dari membaca, dengan
membuat siswa membaca untuk teman satu timnya.
2) Kemampuan memahami bacaan secara luas.
3) Pengembangan CIRC terhadap menulis dan seni berbahasa
adalah merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi.
B. Saran
Salah satu kompetensi yang harus dikuasi guru adalah kompetensi
pedagogik. Dalam kompetensi pedagogik ini tersirat makna bahwa guru harus
mengetahui berbagai teori belajar dan pembelajaran. Sebab, teori inilah yang
memberikan landasan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru
sebagai agen pembelajaran (learning agent) berfungsi sebagai fasilitator,
motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar
bagi siswa. Guru dituntut agar selalu berinovasi dalam proses pembelajaran.
Karena itu, guru harus menguasai berbagai model pembelajaran. Disamping
itu, seorang guru juga harus menguasai kecerdasan ganda untuk membantu
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi siswa dalam meningkatkan
proses dan hasil belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2013. Perancangan Pembelajaran Prosedur
Pembuatan RPP Yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kata
Pena.
23
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Lingkungan Ruang-RuangKelas. Jakarta: PT Grasindo.
Maufur, Hasan Fauzi. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan.Semarang: PT.
Sindur Press
Robert E. Slavin. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya : Kencana.
Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
24