Model Pembelajaran Berbasis
-
Upload
amalina-devi-kasturi -
Category
Documents
-
view
110 -
download
0
Transcript of Model Pembelajaran Berbasis
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
1/241
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tinjauan Umum Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Metode pembelajaran berbasis masalah,memberikan kesempatan untuk memecahkan sendiri
masalah yang dihadapkan kepada siswa. ( Neor Hudoyo, 2001:167) mengatakan bahwa mengajar
siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitik di
dalam mengambil keputusan dalam kehidupan.
Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan
masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997)
menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi
kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured,
atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih
untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu
mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. belajar dimulai dengan suatu masalah,
2. memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa,
3. mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu,
4. memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar mereka sendiri,
5. menggunakan kelompok kecil, dan
6. menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu
produk atau kinerja.
Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
1. Masalah keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
2/241
Kerja sama yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong munculnya berbagai
keterampilan inkuiri dan dialog. Dengan demikian akan berkembang keterampilan sosial dan
berpikir.
1. Pemodelan peranan orang dewasa
Pembelajaranberbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata
dan belajar tentang pen tingnya peranan orabg dewasa. Dalam banyak hal, pembelajaran berbasis
masalah bersesuaian dengan aktivitas mental di luar sekolah sebagaimana yang diperankan orang
dewasa
1. pembelajaran yang otonom dan mandiri
pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar an yang otonom
dan mandiri. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk
mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri.dengan demikian siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya
kelak.
Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini
mulai dengan adanya masalah yang diharus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh
siswa/mahasiswa.Masalah tersebut dapat berasal dari siswa/mahasiswa atau mungkin juga
diberikan oleh pengajar. Siswa/mahasiswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah
tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah
yang menjadi pusat perhatiannya.
Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah.Dengandemikian siswa/mahasiswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.Oleh
sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang
sangat baik kepada siswa/mahasiswa. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran
PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berfikir, sedangkan
empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan
berfikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
3/241
Lebih lanjut Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran. Arends
mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-
fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel
Fase Aktivitas Guru Tingkah Laku Guru
Fase 1
Orientasi siswa kepada
masalah
Mengorientasikan siswa pada masalah. Menjelaskantujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi
siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Mengorganisasi siswa untuk belajar. Membantu siswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yangberhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasandan pemecahan
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu
siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model, dan membantu merekauntuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5
Menganilisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksiterhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan
selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru/dosen harus
menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa/mahasiswa dan juga oleh dosen.
Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru/dosen
akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
4/241
siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sutrisno (2006) menekankan empat
hal penting pada proses ini, yaitu:
1. Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih
kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi
mahasiswa yang mandiri,
2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak benar, sebuah
masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), mahasiswa didorong untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap
membantu, namun mahasiswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
4. Selama tahap analisis dan penjelasan, mahasiswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya
secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau
teman sekelas. Semua mahasiswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan
menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga
mendorong siswa/mahasiswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru/dosen dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing
kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan
siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya. Guru/dosen sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah mahasiswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar
selanjutnya guru dan mahasiswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar
semua mahasiswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan
ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik
penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru
harus mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental
maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya
adalah agar mahasiswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
5/241
dalam buku-buku. Guru membantu mahasiswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada mahasiswa
untuk berifikir tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada
pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah mahasiswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena
yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong mahasiswa untuk
menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat mahasiswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi
yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan
berikut kiranya cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi mahasiswa. Apa
yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?
atau Apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu? atau Apakah ada
solusi lain yang dapat Anda usulkan?. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan
bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas mahasiswa dalam kegaitan penyelidikan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari
sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan
pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan
pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat
dipengaruhi tingkat berfikir mahasiswa. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya
dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan
mahasiswa-mahasiswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi penilai ataumemberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa
menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan kete-rampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta mahasiswa untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka
pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin
dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding
yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi
pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika
penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara
berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan
untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk
pengajaran.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
6/241
Lingkungan belajar dan sistem manajemen. Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara
ketat yang dibutuhkan untuk pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelompok kecil
pada pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan system manajemen pada PBL dicirikan oleh:
terbuka, proses domokrasi, dan peranan siswa aktif. Dalam kenyataan keseluruhan proses
membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang autonom yang percaya pada keterampilan
intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang
aman secara intelektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBL yang
terstruktur dan dapat dipredikisi, norma disekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas
mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa bukan
guru.
1. Landasan Teoritis dan Empiris
Pembelajaran berbasis masalah berlandaskan pada psikologi kognitif yang mempunyai focus pada
pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa(perilaku meraka), melainkan
kepada apa yang mereka yang mereka fikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan
kegiatan itu. Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai pembimbing dan
fasilisator sehingga siswa belajar untuk berfikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.
Melatih siswa berfikir, memecahkan masalah dan menjadi pembelajar yang mandiri bukan hal baru
dalam pendidikan. Memberikan pentingnya apa yang disebut berfikir reflektif,dan proses yang
seharusnya digunakan guru untuk membantu siswa menerapkan berfikir produktif dan keterampilan
proses. Menekankan pentingnya pembelajaran discovery dan bagaimana seharusnya guru
membantu siswa menjadi pembangun pengetahuan mereka sendiri. Berikut ini pembelajaran
berbasis masalah akan ditelusuri melalui tiga alur fikiran utama abad keduapuluh yaitu:
1. Dewey dan kelas demokratis
Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pasa penelitian Jhon Dewey dalam
bukunya bertajukDemokrasi dan Pendidikan. Menggambarkan suatu pandangan tentang
pendidikan di sekolah seharusnya menemukan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan yang nyata. Ilmu mendidik dewey
menganjurkan guru untuk mendoronjg siswa terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah
dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan social.
1. Peaget, Vygotsky dan konstuktivisme
Jean Peaget(1886-1980) seorang ahli psikologi Swiss. Selama 50 tahun lebih mempelajari
bagaiman anak berfikir dan proses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual. Peaget
mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terllibat dalam proses perolehan
informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara
terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi perjalanan baru yang memaksa
mereka membangun dan memfokuskan pengetahuan awal mereka.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
7/241
Vygostky (1896-1934) adalah seorang ahli psikologi Rusia. Seperti halnya Peaget, vygostky juga
percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan
pengalaman baru dan penantang dan ketika mereka untuk memecahkan masalah yang
dimunculkan oleh pengalaman ini.
1. Bruner dan pembelajaran penemuan
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Harvard adalah salah satu seorang pelopor dalam era
reformasi kurikulum. Seperti halnya Dewey, Peaget dan Vygostky,Jerome Bruner juga menyediakan
konsep mengenai pembelajaran berdasarkan masalah yaitu scaffolding.Bruner memberikan
scaffolding sebagai suatu proses dimana seorang siswa dibantu memutuskan masalah tertentu
melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan(scaffolding) dari seorang guru atau orang
lain yang memiliki kemampuan lebih.
1. Pelaksanaan Pelajaran Berdasarkan Masalah
Prinsip pembelajaran untuk Problem Basic Learning (PBL) sama dengan prinsip-prinsip
pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif, namun ada prinsip-prinsip lain yang unik untuk
PBL. Pada pembahasan berikut ini, penekanan diberikan pada ciri unik model tersebut.
1. Tugas-tugas perencanaan
Pada tingkat yang paling mendasar, PBL dicirikan oleh siswa bekerja dalam pasangan atau
kelompok kecil untuk melakukan penyelidikan masalah-masalah kehidupan nyata yang belum
terdefinisi dengan baik. Perencanaan untuk PBL seperti halnya pelajaran interaktif yang lain,
pendekatan yang berpusat pada siswa membutuhkan supaya perencanaan yang sangat banyak
bahkan bisa lebih.
Pertimbangan perencanaan memiliki tiga bagian penting yakni :
1. Penetapan tujuan. PBL direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti ketermpilan
intelektual dan keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa
menjadi pelajar yang mandiri.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai untuk memberikan keleluasaan pada siswa dalam
mendefinisikan masalah yang akan dipelajarinya sebab proses ini akan menumbuhkan rasa
memiliki atas masalah tersebut. Situasi masalah yang baik harus memenuhi paling sedikit empat
kriteria yang penting yaitu masalah tersebut harus autentik, permasalahan seharusnya takterdefinisi secara ketat dan menghadapkan sutau makna misteri atau teka-teki, masalah itu
seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka,
masalah seharusnya cukup luas untuk memungkinkan guru menggarap tujuan instruksional
mereka dan masih cukup terbatas untuk membuat suatu pelajaran layak dalam waktu.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistic. Mengorganisasikan sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa merupakan tanggung jawab utama bagi guru
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
8/241
PBL dimana guru harus memasok bahan yang cukup dan menyediakan sumber daya lain untuk
digunakan oleh tim-tim penyelidikan.
4. Tugas Interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah. Guru seharusnya mengkomunikasi tujuan pelajaran secara
jelas, menumbuhkan sikap-sikap positif terhadap pelajaran, dan memberikan apa yang
diharapkan untuk dilakukan oleh siswa. Guru juga perlu memberikan penjelasan tentang
proses-proses dan prosdur-prosedur model tersebut secara rinci.
2. Mengorganisasikan siswa untuk studi. PBL membutuhkan pengembangan keterampilan
kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka untuk menyelidiki masalah secara
bersama. Oleh karena itu mereka juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan
penyelidikan mereka dan tugas-tugas pelaporan.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Inti dari penyelidikan adalah dilakukan
secara mandiri, dalam pasangan, atau dalam tim studi kecil. Kebanyakan melibatkan
pengumpulan data dan eksperimentasi, , berhipotesis dan menjelaskan, dan memberikan
pemecahan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Siswa menganalisis dan mengevaluasiproses berfikir mereka sendiri dan disamping itu juga keterampilan penyelidikan dan
keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Guru meminta siswa untuk melakukan
rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah
dilewatinya.
1. Lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen
Terdapat manajemen yang unik untuk pengajaran mengggunakan PBL yang dijelaskan sebagai
berikut :
1. Menangani situasi tugas-multi
Guru yang menggunakan PBL di dalam kelas, akan memberikan beraneka ragam tugas
pembelajaran yang terjadi secara serentak. Beberapa kelompok siswa mungkin bekerja tentang
berbagai macam subtopic di dalam kelas, sementara kelompok lain menungkin diperpustakaan, dan
yang lain mungkin di masyarakat. Untuk membuat suatu kelas dengan tugas-multi berjalan baik,
siswa harus diajarkan bagaimana bekerja mandiri maupun bekerja sama. Guru seharusnya
menegakkan kebiasaan dan mengajarkan siswa bagaimana memulai dan mengakhiri aktivitas
proyek setiap hari atau periode.
1. Penyesuaian terhadap kecepatan penyelesaian yang berbeda
Masalah manajemen yang paling rumit yang dihadapi oleh guru yang menggunakan PBL adalah
apa yang sebaiknya dilakukan terhadap individu atau kelompok yang menyelesaikan tugasnya lebih
awal atau malah terlambat dari jangka waktu yang ditentukan. Jika siswa menyelesaikan tugasnya
lebih awal, maka guru mampu memberikan aktivitas yang memiliki daya tarik tinggi seperti bahan
bacaan khusus atau permainan edukatif yang dapat diselesaikan sendiri oleh siswa.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
9/241
Siswa-siswa yang terlambat menyelesaikan tugas akan mendatangkan masalah tersendiri. Ada
beberapa alternative yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain
memberikan waktu tambahan di dalam kelas, diluar jam sekolah atau bahkan di akhir pekan, guru
juga dapat ambil bagian dalam menyelesaikan tugas tersebut dengan menjelaskan lebih detail
mengenai apa masalah yang menghambat siswa.
1. Memantau dan mengelola kerja siswa
Pemantauan dan pengelolaan kerja siswa menjadi sangat rumit bila menggunakan model PBL,
dimana siswa harus menyelesaikan beranekaragam tugas dalam waktu yang sama, hal ini menjadi
semakin rumit karena guru dan siswa harus menjaga tanggungjawab mereka terhadap masing-
masing tugas tersebut.
1. Mengelola bahan dan peralatan
Hampir semua sitruasi pengajaran membutuhkan penggunaan sejumlah bahan dan peralatan, danpengelolaannya sering merepotkan guru. Guru efektif harus mengembangkan prosedur untuk
pengorganisasian, penyimpanan, dan pendistribusian peralatan dan bahan. Menjaga agar aspek
pengelolaan ini tetap di bawah control adalah sangat pentin, sebab tanpa prosedur dan aturan yang
jelas, guru dapat kewalahan menganangi betapa rumitnya pelajaran PBL.
1. Mengendalikan perpindahan dan tingkah laku diluar kelas
Jika guru meminta siswa untuk melakukan penyelidikan di luar kelas seperti diperpustakaan atau di
lab.komputer, mereka membutuhkan kepastian bahwa siswa memahami prosedur yang berlaku
disekolah untuk perpindahan dan penggunaan fasilitas tersebut. Begitu juga guru harus
menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka
melakukan penyelidikan di masyarakat.
1. Assesmen dan evaluasi
Prosedur asesmen harus selalu disesuaikan dengan tujuan instruksional model yang dimaksudkan
untuk dicapai, dan itu merupakan hal penting bagi guru untuk mengumpulkan informasi yang valid
dan reliable. Kebanyakan teknik asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk PBL adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelelidikan mereka.
1. Kecendrungan dalam asesmen kinerja siswa2. Asesmen kinerja
3. Asesmen autentik
4. Portofolio siswa
5. Asesmen potensi belajar
6. Asesmen usaha kelompok
7. Daftar cek dan skala penilaian
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
10/241
8. Pengertian
9. Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik (nyata)
sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri
siswa. (Arends, 1997:288).
10. Menurut John Dewey (1916,1938), proses belajar hanya akan terjadi kalau siswa
dihadapkan kepada masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan. Dalam membahas
dan menjawab masalah, siswa harus terlibat dalam kegiatan nyata. Misalnya
mengobservasi, mengumpulkan data dan menganalisisnya bersama kawan-kawan lain
dalam kelompok atau di kelasnya.
11. Para psikologi Eropa, Jean Piaget dan Lev Vygotsky mempunyai peran
instrumental dalam mengembangkan konsep konstruktivisme yang banyak menjadi
sandaran PBI kontemporer. Perspektif Kognitiv Konstruktivis, yang menjadi landasan
PBI, banyak meminjam pendapat Piaget (1954, 1963). Perspektif ini mengatakan, seperti
yang juga dikatakan oleh Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara
aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengkonstruksikan pengetahuannya
sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama
pelajar mengkonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksakan mereka
untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya. MenurutPiaget, pendagogi yang baik itu :
12. Harus melibatkan penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksperimen,
dalam artinya yang paling luas-mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang
terjadi, memanipulasi benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, melontarkan
pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, merekonsiliasikan apa yang ditmukannya
pada waktu yang lain, membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain.
(Duckworth, 1991, hal.2)
13. Vygotsky (1978,1994) percaya bahwa intelek berkembang ketika individumenghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha
mengatasi diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman ini dalam usaha
menemukan pemahaman ini, individu menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya dan mengkonstruksikan makna baru. Keyakinan Vygotsky
berbeda dengan keyakinan Piaget dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
11/241
pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial
atau kulturnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya
bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan
meningkatkan perkembangan intelektual pelajar.
14. Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya
diri.Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti
pembelajaran berdarkan proyek (project-based instruction),pembelajaran berdasarkan
pengalaman (experience-based instruction), belajar otentik (authentic learning) dan
pembelajaran bermakna (anchored instruction).(Dahar 1998:125).15. PBI juga bergantung pada konsep lain dari Bruner,scaffolding, yaitu suatu proses
yang membuat siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas
perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari seorang guru atau orang lain yang
memiliki kemampuan lebih. Peran dialog juga penting, interaksi sosial di dalam dan di
luar sekolah berpengaruh pada perolehan bahasa dan perilaku pemecahan masalah
anak. (Nur 2000:7).
16. Savoie dan Hughes (1994) menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah
memiliki beberapa karakteristik antara lain :17. 1. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan
18. 2. Permasalahan yang dierikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa
19. 3. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar
disiplin ilmu
20. 4. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar mereka sendiri
21. 5. Menggunakan kelompok kecil
22. 6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalambentuk produk dan kinerja. (Wena 2010:91-92)
23. Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa Problem
Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus
and focus on student activity. H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa PBI adalah
sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem)
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
12/241
dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu
(knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar
anak didik dapat belajar sesuatu yang dapatmenyokong keilmuannya.
24. Pada pembelajaran berdasarkan masalah ini, guru berperan sebagai penyaji
masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan sebagai
pemberi fasilitas yang diperlukan siswa. Selain itu, guru memberikan dukungan dan
dorongan dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan perkembangan intelektual siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan
lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran pendapat (Arends,1997).
Pembelajaran berdasarkan masalah juga banyak menumbuh kembangkan aktivitas
belajar, baik secara individu maupun secara kelompok.
25. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan adanya beberapa
kemampuan, diantaranya yaitu:
26. 1. Kemampuan memecahkan masalah
27. Kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatihkan dan
dibiasakan pada siswa sedini mungkin (Branco, 1980:3). Kemampuan memecahkan
masalah juga sangat penting bagi siswa yang akan mendalami bidang studi tertentu
maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Rusefendi, 1991:291).
28. 2. Kemampuan berfikir
29. Menurut Peter Reason (1981), berfikir (thinking) adalah proses mentalseseorang yang lebih tinggi dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami
(comprehending). Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif
daripada kegiatan berfikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha
penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas
permintaan; sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan
dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Berfikir adalah istilah yang
lebih dari keduanya. Berfikir menyebabkanseseorang harus bergerak hingga di luar
informasi yang didengarnya, misalkan kemampuan berfikir seseorang untuk menemukansolusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.
30. Kemampuan berfikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,
oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan
kemampuan berfikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan
mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam berfikir. Sebaliknya,
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
13/241
kemampuan berfikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan
memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berfikir tidak
mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat
(working memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan
informasi yang cukup lama.
31. Pembelajaranberdasarkanmasalah di lain pihak berdasarkan psikologi
kognitif sebagai pendukung teoritis. Fokus pembelajaran tidak terlalu banyak pada apa
yang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan apa yang dipikirkan (kognisi mereka)
pada saat melakukan kegiatan itu. Walaupun peran guru pada saat pembelajaran
berdasarkan masalah kadang melibatkan presentasi dan menjelaskan sesuatu hal kepada
siswa, namun yang lebih lazim berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga
siswa belajar untuk berfikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.
32. Guru perlu untuk menyajikan situasi masalah dengan hati-hati atau dengan
prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi masalah. Panduan yang
diberikan langsung tentang bagimana melaksanakan demonstrasi dapat membantu dalam
pembelajaran berdasarkan masalah. Situasi masalah harus disampikan kepada siswa
semenarik dan setepat mungkin. Biasanya memberi kesempatan kepada siswa untuk
melihat, merasakan dan menyentuh sesuatu dapat memunculkan ketertarikan dan
memotivasi inkuiri. Seringkali menggunakan hal-hal yang tak terduga (suatu masalah
dimana hasilnya di luar harapan dan mencengangkan) dapat menggungah minat siswa.A. KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK PENGAJARAN
BERDASARKAN MASALAH
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah.
Model pengajaran ini melatih dan mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi
pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang
tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
14/241
agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model
pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),
interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi,
konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri[1].
Pengajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman
John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau
secara umum pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri[2].
pengajaran berdasarkan masalah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Terdapat 3 ciri utama dari pengajaran berdasarkan masalah.
Pertama, pengajaran berdasarkan masalah merupakanrangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam implementasi
pengajaran berdasarkan masalah ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan siswa. pengajaran berdasarkan
masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui pengajaran berdasarkanmasalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktifitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Pengajaran berdasarkan masalah menempatkan masalah
http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1 -
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
15/241
sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif
dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta
yang jelas.
Jadi pengajaran berdasarkan masalah menuntut siswa agar
siswa tersebut lebih aktif dalam proses pembelajarannya tidak
hanya sekedar mendengarkan cerita ataupun ceramah dari
guru dan jika dibiarkan seperti itu terus menerus maka pola
pikir siswa tidak bisa berkembang.
Untuk mengimplementasikan pengajaran berdasarkan
masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan
tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber
lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar,
dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa
kemasyarakatan.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
16/241
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat
diterapkan:
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak sekedar dapat
mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan
berfikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru,
mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara
objektif.
Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual
siswa.
Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajarnya.
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang
dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan (hubungan antara
teori dengan kenyataan).
B. RUANG LINGKUP PENGAJARAN BERDASARKAN
MASALAH
1. Masalah Pembelajaran
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
17/241
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar
yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah
informasi atau konsep belaka. Penumpukan informasi atau
konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat
bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut
hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui
satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak
dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang
sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu
sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami
oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam
proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap,
keputusan dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu
yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak
hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik[3].Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan
kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui
masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki. Terlebih lagi siswa kurang mampu
menentukan masalah dan merumuskannya. Di sisi lain ada
siswa yang mampu memiliki tingkat hafalan yang baikterhadap materi yang diterimanya, namun kenyataan mereka
sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam
pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang
http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn3 -
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
18/241
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut
akan dimanfaatkan atau diaplikasikan pada situasi baru.
Menurut Arends dalam mengajar guru selalu menuntut siswa
untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang
bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa
untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara
yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat
lebih lama konsep tersebut.
Model pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
model pengajaran yang didasarkan pada banyaknya
permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik
yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata
dari permasalahan yang nyata. Misalnya suatu fenomena
alam, mengapa tongkat seolah-olah kelihatan patah saat
dimasukkan dalam air?, mengapa uang logam yang
diletakkan dalam sebuah gelas kosong jika dilihat dari posisi
tertentu tidak kelihatan tetapi saat diisi air menjadi kelihatan?.
Dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan secara
nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bukan
sekedar menghafal konsep.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
19/241
Meminjam pendapat Bruner, bahwa berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna, karena pengalaman itu memberikan makna
tersendiri bagi peserta didik.
2. Istilah dan Pengertian
Menurut John Dewey belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dengan respons, merupakanhubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh
pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan
belajarnya.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan
yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan mneyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkanpengetahuan dasar maupun kompleks. Menurut Arends
model pembelajaran ini juga mengacu pada model
pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasarkan
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
20/241
proyek, pembelajaran berdasarkan pengalaman, belajar
otentik dan pembelajaran bermakna.
3. Ciri-ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Arends pengajaran berdasarkan masalah memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Mereka mengajukan
situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawabansederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi untuk situasi itu.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang
akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak
mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentikuntuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis,
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa
informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi dan merumuskan kesimpulan. secara tidak langsung
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
21/241
metode penyelidikan yang digunakan bergantung kepada
masalah yang sedang dipelajari.
4. menghasilkan produk dan memamerkannya. Pada
pengajaran ini menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefakdan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Produk dapat berupa
transkip debat. Karya nyata dan peragaan direncanakan oleh
siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya
yang lain tentang apa yang mereka pelajari.
5. kolaborasi. Pengajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh
siswa yang bekerja sama satu sama lain , paling sering
secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Dalam hal ini
bekerja sama memberikan motivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berdialog dan
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan
berpikir.
4. Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
22/241
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual.
Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode
Dewey adalah metode pemecahan masalah, metode itu
adalah:
1.Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah
yang akan dipecahkan.
2.Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah
secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3.Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan
berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
4.Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
5.Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan
penolakan hipotesis yang diajukan.
6.Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah
siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai
rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan[4].
5. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn4http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn4http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn4 -
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
23/241
Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5
langkah utama. Kelima langkah tersebut dijelaskan
berdasarkan langkah-langkah pada tableberikut ini:
Tahap Tingkah Laku Gu
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan
logistik yang dibu
atau demonstrasi a
masalah, memotiv
pemecahan masal
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu s
mengorganisasika
dengan masalah te
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
Guru mendorong
informasi yang seuntuk mendapatka
masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu s
menyiapkan karya
video, dan model
berbagi tugas den
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
Guru membantu s
evaluasi terhadap
proses yang merek
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
24/241
masalah
C. PELAKSANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN
MASALAH
Pelaksanaan pengajaran berdasarkan masalah yaitu:
1. Tugas-tugas Perencanaan
Model pengajaran berdasarkan masalah membutuhkan
banyak perencanaan, yakni dengan cara:
a. Penetapan Tujuan
Model pengajaran berdasarkan masalah dirancang untukmencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa
menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya
pengajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b. Merancang Situasi Masalah
Beberapa guru dalam pengajaran berdasarkan masalah lebih
suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
25/241
untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini
dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang
baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak
didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama,
bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
c. Organisasi Sumber Daya dan Rencana Logistic
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkanbekerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam
pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di
perpustakaan atau di laboratorium, bahkan dapat pula
dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu tugas
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan
kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas
perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan
pengajaran berdasarkan pemecahan masalah.
2. Tugas Interaktif
a. Orientasi Siswa pada Masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran
berdasarkan masalah adalah tidak untuk memperoleh
informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
26/241
penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk
menjadi pelajar yang mandiri. Cara yang baik dalam
menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam
pengajaran berdasarkan masalah adalah dengan
menggunakan kejadian yang mencengangkan dan
menimbulkan materi sehingga mambangkitkan minat dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar
Pada model pengajaran berdasarkan masalah dibutuhkan
pengembangan keterampilan kerja sama diantara siswa dan
saling membantu utnuk menyelidiki masalah secara bersama.
Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan
guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas
pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif berlaku juga dalam
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok pengajaran
berdasarkan masalah.
c. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
v Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
27/241
mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa
diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana
etika penyelidikan yang benar.
v Guru mendorong pertukaran ide atau gagasan secara
bebas dan menerima sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut
merupakan hal yang sangat penting dalm tahap penyelidikan
dalam rangka pengajaran berdasarkan masalah. Selama
dalam tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang
dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.
v Puncak proyek-proyek pengajaran berdasarkan
pemecahan masalah adalah penciptaan dan peragaan artefak
seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
d. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan
pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis
dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan
keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
3. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
28/241
Hal penting yang harus dikethui adalah bahwa guru memiliki
seperangkat aturan yang jelas supaya pembelajaran dapat
berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani
perilaku siswa yang menyimpang secara tepat dan cepat,
juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola
kerja kelompok.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam
pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model
pengajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana
menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang
dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang
terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas
tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model
pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkingkan untuk
mengerjakan tugas rangkap, dan waktu penyelesaian tugas-
tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut
mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan
kerja siswa yang rumit.
Dalam model pengajaran berdasarkan masalah, guru sering
menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini
biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya.
Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
29/241
aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan,
penyimpanan dan pendistribusian bahan.
Selain itu tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan
aturan, tata karena, dan sopan santun yang jelas untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika
melakukan penyelidikan di masyarakat.
4. Assesmen dan Evaluasi
Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam
model pengajaran berdasarkan masalah fokus perhatian
pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif,
oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya
hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paperand pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai
dengan model pengajaran berdasarkan masalah adalah
menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yag merupakan hasil
penyelidikan mereka.
Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model
pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari
menemukan prosedur penilaian alternatife yang akan
digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa , misalnya
dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
30/241
kinerja dapat berupa assesmen melakukan pengamatan,
assesmen merumuskan pertanyaan, assesmen merumuskan
sebuah hipotesa dan sebagainya.
D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Keunggulan :
Para siswa memperolah pengalaman praktis, baik di
laboratorium maupun di lapangan. Kegiatan belajar lebih menarik sebab tidak terikat di dalam
kelas, tetapi juga di luar kelas sehingga tidak membosankan.
Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh para
siswa, sebab teori disertai praktik.
Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis
maupun tidak tertulis sehingga memperoleh pengalaman yanglebih kaya.
Interaksi sosial antarsiswa lebih banyak dikembangkan sebab
hampir setiap langkah daam model mengajar ini ada dalam
situasi kelompok.
Siswa belajar melakuakn analisis dan sintesis secara
simultan, baik dalam rangka memperoleh data maupun dalammenguji jawaban sementara berdasarkan data dan informasi
yang diperolehnya.
Membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam
pemecahan masalah.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
31/241
Kekurangan:
Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup,
termasuk waktu untuk kegiatan belajar siswa.
Jika kegiatan tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru,
kegiatan belajar siswa bisa membawa resiko yang merugikan.
Misalnya keselamatan kerja di laboratorium, keselamatan pada
waktu pengumpulan data di lapangan, tau kegiatan belajar tidak
optimal disebabkan oleh sikap-sikap tak acuh para siswa.
Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-
asalan saja sehingga cenderung untuk menerima jawaban atau
dugaan sementara[5].
[1]http://www.g-excess.com//pembelajaran-berbasis-
masalah-pbl-problem-based-learning.html
[2]Trianto, S. Pd., M. Pd. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka. Hal
67
[3]Trianto, S. Pd., M. Pd. 2007. Model-Model PembelajaranInovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka. Hal
65
[4]http://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-
kooperatif-tipe-problem.html
http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref1http://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref4http://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref4http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref2http://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn5 -
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
32/241
[5]Nasution, S.2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
dan Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara. Hal: 94
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)di copas dari buku materi kurikulum 2013 untuk smp
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang
menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat
mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.A. Konsep/Definisi
Definisi
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode
pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana
belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk
mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref5 -
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
33/241
dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan.
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanyapemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (PBL).
1) Permasalahan sebagai kajian.
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3) Permasalahan sebagai contoh.
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis
masalah dapat digambarkan berikut ini.
Guru sebagai Pelatih Peserta Didik sebagaiProblem SolverMasala
oAsking about thinking(bertanya tentang
pemikiran).
o Memonitorpembelajaran.
o Probbing ( menantang peserta didik untuk
berpikir ).
o Menjagaagar peserta didik terlibat.
o Mengaturdinamika kelompok.
o Menjaga berlangsungnyaproses.
o Peserta yang aktif.
o Terlibatlangsung dalam
pembelajaran.
o Membangunpembelajaran.
o Mena
o Meny
hubunga
dipelaja
FASE-FASE PERILAKU GURU
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
34/241
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menje
dibutuhkan.
Memotivasi peserta didik untuk terlibat a
masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik.
Membantu peserta didik mendefinisikan danm
belajar yang berhubungan dengan masalah te
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Mendorong peserta didik untuk mengumpulka
melaksanakan eksperimen untuk mendapatka
pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Membantu peserta didik dalam merencanakayang sesuai seperti laporan, model dan berbag
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yan
kelompok presentasi hasil kerja.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2) Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antarapembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis
yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar
sekolah yang dapat dikembangkan.
PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
35/241
PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan
dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat
memi peran yang diamati tersebut.
PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yangmemungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena
dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik
harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana
informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran
di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility: PBL menekankan responsibilitydan answerabilitypara peserta didik ke diri dan
panutannya.
c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
d. Active-learning: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didikuntuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran
yang mandiri.
e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan
balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan
saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan
masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving Questions:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik
untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
h. Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para
peserta didik.
i. Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
36/241
B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil
Pembelajaran
Kelebihan Menggunakan PBL
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan
situasi di mana konsep diterapkan.
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan danketerampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks
yang relevan.
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.
Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidangketeknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang berguna untuk memecahkan
masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan
kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.
1. Wagiran, dkk, 2010,Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Learning Dengan Media
Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi Peserta didik SMK (Hibah
Bersaing Perguruan Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
37/241
Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada
tahun pertama penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan
mengembangkan media pembelajaran berbantuan komputer berikut
perangkatnya dalam mendukung model pembelajaran PBL-PBK. Pada
tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan menguji modelpembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat
efektivitasnya. Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap
sosialisasi model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas.
Penelitian dirancang menggunakan pendekatan Research and
Development Sumber data dalam penelitian ini meliputi kalangan industri
permesinan, perumus kebijakan, kepala sekolah, guru, peserta didik, dan
ahli pendidikan. Penerapan model direncanakan di 5 SMK dengan metode
eksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif
yaitu deskriptif, dan komparatif.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya
kompetensi Measuring dan diperolehnya media pembelajaran berbantuan
komputer dalam mendukung pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil
evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan
skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan menunjukkan skor3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi
penunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format
sebesar 3,13 (baik), pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan
ukuran huruf sebesar 2,63 (cukup baik).
Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa
kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam
kategori baik), dari kualitas tampilan dan daya tarik menunjukkan skor 3,30
(dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materipenunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan demikian media
berbantuan komputer dalam matadiklat measuring layak untuk diterapkan.
Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan
baik dari segi teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
38/241
implementasi pembelajaran menggunakan media berbantuan komputer
yaitu: (a) sebagai media tayamg, (b) sebagai media pendukung praktek,
dan (c) sebagai media pembelajaran individual dan interaktif.
2. Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Peserta
didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di SDN 20 Kurao
Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB
pada pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil
belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan
peningkatan partisipasi dan hasil belajar peserta didik kelas IVB dalam
pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao Pagang. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara
partisipan.
Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang.
Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta
didik, lembar observasi aktivitas guru, tes hasil belajar dan catatan
lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi dalam menjawab
pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II.
Partisipasi peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di
siklus I menjadi 65% di siklus II, dan partisipasi peserta didik dalampresentasi meningkat dari 27,5% di siklus I menjadi 67,5% di siklus II. Hasil
belajar peserta didik siklus I meningkat dari 57,25% menjadi 72,75% di
siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang ditentukan 70%.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar
peserta didik kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBLdalam
pembelajaran IPS di SDN 20 Kurao Pagang.
C. Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses
Pembelajaran
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai
basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
39/241
dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan
mata pelajaran yang bersangkutan.
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau linkdan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta
didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada
kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika
peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak
perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga pesertadidik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan
dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan.
Pertama, brainstormingyang dilaksanakan dengan cara semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macamalternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama
dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta
mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas
kerja.
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal
dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya.
Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan
kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkandalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok.
Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam
kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
40/241
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih
fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian
tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu
permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang
diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belumdisinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan
memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan
memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa
saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang
diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik
mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan
mengikuti petunjuk.
3. Pembelajaran Mandiri (Self L earning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari
berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.
Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan
di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang
relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2)informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas
dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk
mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam
pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah
dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta
didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga
anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahanyang dihadapi.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange know ledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam
langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
41/241
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik
berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik
menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan
hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok.
Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan
mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan
dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti
langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,
baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill,yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
D. Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik
terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih
dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang
muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
42/241
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagaikonteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang
sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang
harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar
kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Tabel 1: Tahapan-Tahapan Model PBL
Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan
ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang
harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat
penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti
dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu
dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-
masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai
jawaban mutlak benar, sebuah masalah yang rumit atau kompleks
mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik
didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
43/241
bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik
harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong
untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidakada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua
peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan
menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama
dan sharingantar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik
dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah
yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti:
kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi
yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting
memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk
menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah
membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik
menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan,
dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah
mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan
memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya
tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
44/241
eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun
aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasipermasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam
informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang
dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka
mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta
didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh
ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat
peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka
buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan
Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu
video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),
program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifaksangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya
adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan
peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang
dapat menjadi penilai atau memberikan umpan balik.
-
5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis
45/241
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka
sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang merekagunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan
belajarnya.
E. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadappenguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baiksoftware, hardware, maupun kemampuan perancangan
dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill,yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBLdilakukan dengan authentic
assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan
kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang
dianalisis untuk melihat kemajuan b