Model Pembelajaran Berbasis

download Model Pembelajaran Berbasis

of 241

Transcript of Model Pembelajaran Berbasis

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    1/241

    Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Tinjauan Umum Pembelajaran Berdasarkan Masalah

    Metode pembelajaran berbasis masalah,memberikan kesempatan untuk memecahkan sendiri

    masalah yang dihadapkan kepada siswa. ( Neor Hudoyo, 2001:167) mengatakan bahwa mengajar

    siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitik di

    dalam mengambil keputusan dalam kehidupan.

    Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan

    salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah

    melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

    berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan

    masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997)

    menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi

    kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured,

    atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih

    untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu

    mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis

    informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

    PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

    1. belajar dimulai dengan suatu masalah,

    2. memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa,

    3. mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu,

    4. memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan

    secara langsung proses belajar mereka sendiri,

    5. menggunakan kelompok kecil, dan

    6. menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu

    produk atau kinerja.

    Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

    1. Masalah keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    2/241

    Kerja sama yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong munculnya berbagai

    keterampilan inkuiri dan dialog. Dengan demikian akan berkembang keterampilan sosial dan

    berpikir.

    1. Pemodelan peranan orang dewasa

    Pembelajaranberbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata

    dan belajar tentang pen tingnya peranan orabg dewasa. Dalam banyak hal, pembelajaran berbasis

    masalah bersesuaian dengan aktivitas mental di luar sekolah sebagaimana yang diperankan orang

    dewasa

    1. pembelajaran yang otonom dan mandiri

    pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar an yang otonom

    dan mandiri. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk

    mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri.dengan demikian siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya

    kelak.

    Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini

    mulai dengan adanya masalah yang diharus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh

    siswa/mahasiswa.Masalah tersebut dapat berasal dari siswa/mahasiswa atau mungkin juga

    diberikan oleh pengajar. Siswa/mahasiswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah

    tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah

    yang menjadi pusat perhatiannya.

    Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah.Dengandemikian siswa/mahasiswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.Oleh

    sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang

    sangat baik kepada siswa/mahasiswa. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran

    PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu:

    1. mengidentifikasi masalah,

    2. mengumpulkan data,

    3. menganalisis data,

    4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,

    5. memilih cara untuk memecahkan masalah,

    6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,

    7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan

    8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

    Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berfikir, sedangkan

    empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan

    berfikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    3/241

    Lebih lanjut Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran. Arends

    mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-

    fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran

    dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel

    Fase Aktivitas Guru Tingkah Laku Guru

    Fase 1

    Orientasi siswa kepada

    masalah

    Mengorientasikan siswa pada masalah. Menjelaskantujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi

    siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang

    dipilih

    Fase 2

    Mengorganisasi siswa untuk

    belajar

    Mengorganisasi siswa untuk belajar. Membantu siswa

    membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yangberhubungan dengan masalah yang dihadapi

    Fase 3

    Membimbing penyelidikan

    individual maupun kelompok

    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.

    Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,

    melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasandan pemecahan

    Fase 4

    Mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya

    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu

    siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai

    seperti laporan, video, dan model, dan membantu merekauntuk berbagi tugas dengan temannya.

    Fase 5

    Menganilisis dan

    mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

    masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksiterhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan

    selama berlangusungnya pemecahan masalah.

    Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah

    Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan

    dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru/dosen harus

    menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa/mahasiswa dan juga oleh dosen.

    Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru/dosen

    akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    4/241

    siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sutrisno (2006) menekankan empat

    hal penting pada proses ini, yaitu:

    1. Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih

    kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi

    mahasiswa yang mandiri,

    2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak benar, sebuah

    masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,

    3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), mahasiswa didorong untuk mengajukan

    pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap

    membantu, namun mahasiswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan

    4. Selama tahap analisis dan penjelasan, mahasiswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya

    secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau

    teman sekelas. Semua mahasiswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan

    menyampaikan ide-ide mereka.

    Fase 2: Mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar

    Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga

    mendorong siswa/mahasiswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat

    membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru/dosen dapat memulai

    kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing

    kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan

    siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus

    heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan

    sebagainya. Guru/dosen sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing

    kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

    Setelah mahasiswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar

    selanjutnya guru dan mahasiswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas

    penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar

    semua mahasiswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan

    ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

    Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

    Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik

    penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni

    pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.

    Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru

    harus mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental

    maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya

    adalah agar mahasiswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide

    mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    5/241

    dalam buku-buku. Guru membantu mahasiswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-

    banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada mahasiswa

    untuk berifikir tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada

    pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

    Setelah mahasiswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena

    yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,

    penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong mahasiswa untuk

    menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus

    mengajukan pertanyaan yang membuat mahasiswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi

    yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan

    berikut kiranya cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi mahasiswa. Apa

    yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?

    atau Apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu? atau Apakah ada

    solusi lain yang dapat Anda usulkan?. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan

    bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas mahasiswa dalam kegaitan penyelidikan.

    Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya

    Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari

    sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan

    pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan

    pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat

    dipengaruhi tingkat berfikir mahasiswa. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya

    dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan

    mahasiswa-mahasiswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi penilai ataumemberikan umpan balik.

    Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

    Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa

    menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan kete-rampilan penyelidikan dan

    intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta mahasiswa untuk merekonstruksi

    pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka

    pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin

    dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding

    yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi

    pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika

    penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara

    berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan

    untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk

    pengajaran.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    6/241

    Lingkungan belajar dan sistem manajemen. Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara

    ketat yang dibutuhkan untuk pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelompok kecil

    pada pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan system manajemen pada PBL dicirikan oleh:

    terbuka, proses domokrasi, dan peranan siswa aktif. Dalam kenyataan keseluruhan proses

    membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang autonom yang percaya pada keterampilan

    intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang

    aman secara intelektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBL yang

    terstruktur dan dapat dipredikisi, norma disekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas

    mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa bukan

    guru.

    1. Landasan Teoritis dan Empiris

    Pembelajaran berbasis masalah berlandaskan pada psikologi kognitif yang mempunyai focus pada

    pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa(perilaku meraka), melainkan

    kepada apa yang mereka yang mereka fikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan

    kegiatan itu. Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai pembimbing dan

    fasilisator sehingga siswa belajar untuk berfikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.

    Melatih siswa berfikir, memecahkan masalah dan menjadi pembelajar yang mandiri bukan hal baru

    dalam pendidikan. Memberikan pentingnya apa yang disebut berfikir reflektif,dan proses yang

    seharusnya digunakan guru untuk membantu siswa menerapkan berfikir produktif dan keterampilan

    proses. Menekankan pentingnya pembelajaran discovery dan bagaimana seharusnya guru

    membantu siswa menjadi pembangun pengetahuan mereka sendiri. Berikut ini pembelajaran

    berbasis masalah akan ditelusuri melalui tiga alur fikiran utama abad keduapuluh yaitu:

    1. Dewey dan kelas demokratis

    Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pasa penelitian Jhon Dewey dalam

    bukunya bertajukDemokrasi dan Pendidikan. Menggambarkan suatu pandangan tentang

    pendidikan di sekolah seharusnya menemukan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan

    laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan yang nyata. Ilmu mendidik dewey

    menganjurkan guru untuk mendoronjg siswa terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah

    dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan social.

    1. Peaget, Vygotsky dan konstuktivisme

    Jean Peaget(1886-1980) seorang ahli psikologi Swiss. Selama 50 tahun lebih mempelajari

    bagaiman anak berfikir dan proses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual. Peaget

    mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terllibat dalam proses perolehan

    informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara

    terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi perjalanan baru yang memaksa

    mereka membangun dan memfokuskan pengetahuan awal mereka.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    7/241

    Vygostky (1896-1934) adalah seorang ahli psikologi Rusia. Seperti halnya Peaget, vygostky juga

    percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan

    pengalaman baru dan penantang dan ketika mereka untuk memecahkan masalah yang

    dimunculkan oleh pengalaman ini.

    1. Bruner dan pembelajaran penemuan

    Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Harvard adalah salah satu seorang pelopor dalam era

    reformasi kurikulum. Seperti halnya Dewey, Peaget dan Vygostky,Jerome Bruner juga menyediakan

    konsep mengenai pembelajaran berdasarkan masalah yaitu scaffolding.Bruner memberikan

    scaffolding sebagai suatu proses dimana seorang siswa dibantu memutuskan masalah tertentu

    melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan(scaffolding) dari seorang guru atau orang

    lain yang memiliki kemampuan lebih.

    1. Pelaksanaan Pelajaran Berdasarkan Masalah

    Prinsip pembelajaran untuk Problem Basic Learning (PBL) sama dengan prinsip-prinsip

    pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif, namun ada prinsip-prinsip lain yang unik untuk

    PBL. Pada pembahasan berikut ini, penekanan diberikan pada ciri unik model tersebut.

    1. Tugas-tugas perencanaan

    Pada tingkat yang paling mendasar, PBL dicirikan oleh siswa bekerja dalam pasangan atau

    kelompok kecil untuk melakukan penyelidikan masalah-masalah kehidupan nyata yang belum

    terdefinisi dengan baik. Perencanaan untuk PBL seperti halnya pelajaran interaktif yang lain,

    pendekatan yang berpusat pada siswa membutuhkan supaya perencanaan yang sangat banyak

    bahkan bisa lebih.

    Pertimbangan perencanaan memiliki tiga bagian penting yakni :

    1. Penetapan tujuan. PBL direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti ketermpilan

    intelektual dan keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa

    menjadi pelajar yang mandiri.

    2. Merancang situasi masalah yang sesuai untuk memberikan keleluasaan pada siswa dalam

    mendefinisikan masalah yang akan dipelajarinya sebab proses ini akan menumbuhkan rasa

    memiliki atas masalah tersebut. Situasi masalah yang baik harus memenuhi paling sedikit empat

    kriteria yang penting yaitu masalah tersebut harus autentik, permasalahan seharusnya takterdefinisi secara ketat dan menghadapkan sutau makna misteri atau teka-teki, masalah itu

    seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka,

    masalah seharusnya cukup luas untuk memungkinkan guru menggarap tujuan instruksional

    mereka dan masih cukup terbatas untuk membuat suatu pelajaran layak dalam waktu.

    3. Organisasi sumber daya dan rencana logistic. Mengorganisasikan sumber daya dan

    merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa merupakan tanggung jawab utama bagi guru

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    8/241

    PBL dimana guru harus memasok bahan yang cukup dan menyediakan sumber daya lain untuk

    digunakan oleh tim-tim penyelidikan.

    4. Tugas Interaktif

    1. Orientasi siswa pada masalah. Guru seharusnya mengkomunikasi tujuan pelajaran secara

    jelas, menumbuhkan sikap-sikap positif terhadap pelajaran, dan memberikan apa yang

    diharapkan untuk dilakukan oleh siswa. Guru juga perlu memberikan penjelasan tentang

    proses-proses dan prosdur-prosedur model tersebut secara rinci.

    2. Mengorganisasikan siswa untuk studi. PBL membutuhkan pengembangan keterampilan

    kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka untuk menyelidiki masalah secara

    bersama. Oleh karena itu mereka juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan

    penyelidikan mereka dan tugas-tugas pelaporan.

    3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Inti dari penyelidikan adalah dilakukan

    secara mandiri, dalam pasangan, atau dalam tim studi kecil. Kebanyakan melibatkan

    pengumpulan data dan eksperimentasi, , berhipotesis dan menjelaskan, dan memberikan

    pemecahan.

    4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Siswa menganalisis dan mengevaluasiproses berfikir mereka sendiri dan disamping itu juga keterampilan penyelidikan dan

    keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Guru meminta siswa untuk melakukan

    rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah

    dilewatinya.

    1. Lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen

    Terdapat manajemen yang unik untuk pengajaran mengggunakan PBL yang dijelaskan sebagai

    berikut :

    1. Menangani situasi tugas-multi

    Guru yang menggunakan PBL di dalam kelas, akan memberikan beraneka ragam tugas

    pembelajaran yang terjadi secara serentak. Beberapa kelompok siswa mungkin bekerja tentang

    berbagai macam subtopic di dalam kelas, sementara kelompok lain menungkin diperpustakaan, dan

    yang lain mungkin di masyarakat. Untuk membuat suatu kelas dengan tugas-multi berjalan baik,

    siswa harus diajarkan bagaimana bekerja mandiri maupun bekerja sama. Guru seharusnya

    menegakkan kebiasaan dan mengajarkan siswa bagaimana memulai dan mengakhiri aktivitas

    proyek setiap hari atau periode.

    1. Penyesuaian terhadap kecepatan penyelesaian yang berbeda

    Masalah manajemen yang paling rumit yang dihadapi oleh guru yang menggunakan PBL adalah

    apa yang sebaiknya dilakukan terhadap individu atau kelompok yang menyelesaikan tugasnya lebih

    awal atau malah terlambat dari jangka waktu yang ditentukan. Jika siswa menyelesaikan tugasnya

    lebih awal, maka guru mampu memberikan aktivitas yang memiliki daya tarik tinggi seperti bahan

    bacaan khusus atau permainan edukatif yang dapat diselesaikan sendiri oleh siswa.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    9/241

    Siswa-siswa yang terlambat menyelesaikan tugas akan mendatangkan masalah tersendiri. Ada

    beberapa alternative yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain

    memberikan waktu tambahan di dalam kelas, diluar jam sekolah atau bahkan di akhir pekan, guru

    juga dapat ambil bagian dalam menyelesaikan tugas tersebut dengan menjelaskan lebih detail

    mengenai apa masalah yang menghambat siswa.

    1. Memantau dan mengelola kerja siswa

    Pemantauan dan pengelolaan kerja siswa menjadi sangat rumit bila menggunakan model PBL,

    dimana siswa harus menyelesaikan beranekaragam tugas dalam waktu yang sama, hal ini menjadi

    semakin rumit karena guru dan siswa harus menjaga tanggungjawab mereka terhadap masing-

    masing tugas tersebut.

    1. Mengelola bahan dan peralatan

    Hampir semua sitruasi pengajaran membutuhkan penggunaan sejumlah bahan dan peralatan, danpengelolaannya sering merepotkan guru. Guru efektif harus mengembangkan prosedur untuk

    pengorganisasian, penyimpanan, dan pendistribusian peralatan dan bahan. Menjaga agar aspek

    pengelolaan ini tetap di bawah control adalah sangat pentin, sebab tanpa prosedur dan aturan yang

    jelas, guru dapat kewalahan menganangi betapa rumitnya pelajaran PBL.

    1. Mengendalikan perpindahan dan tingkah laku diluar kelas

    Jika guru meminta siswa untuk melakukan penyelidikan di luar kelas seperti diperpustakaan atau di

    lab.komputer, mereka membutuhkan kepastian bahwa siswa memahami prosedur yang berlaku

    disekolah untuk perpindahan dan penggunaan fasilitas tersebut. Begitu juga guru harus

    menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka

    melakukan penyelidikan di masyarakat.

    1. Assesmen dan evaluasi

    Prosedur asesmen harus selalu disesuaikan dengan tujuan instruksional model yang dimaksudkan

    untuk dicapai, dan itu merupakan hal penting bagi guru untuk mengumpulkan informasi yang valid

    dan reliable. Kebanyakan teknik asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk PBL adalah menilai

    pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelelidikan mereka.

    1. Kecendrungan dalam asesmen kinerja siswa2. Asesmen kinerja

    3. Asesmen autentik

    4. Portofolio siswa

    5. Asesmen potensi belajar

    6. Asesmen usaha kelompok

    7. Daftar cek dan skala penilaian

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    10/241

    8. Pengertian

    9. Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) adalah model

    pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik (nyata)

    sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan

    keterampilan yang lebih tinggi memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri

    siswa. (Arends, 1997:288).

    10. Menurut John Dewey (1916,1938), proses belajar hanya akan terjadi kalau siswa

    dihadapkan kepada masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan. Dalam membahas

    dan menjawab masalah, siswa harus terlibat dalam kegiatan nyata. Misalnya

    mengobservasi, mengumpulkan data dan menganalisisnya bersama kawan-kawan lain

    dalam kelompok atau di kelasnya.

    11. Para psikologi Eropa, Jean Piaget dan Lev Vygotsky mempunyai peran

    instrumental dalam mengembangkan konsep konstruktivisme yang banyak menjadi

    sandaran PBI kontemporer. Perspektif Kognitiv Konstruktivis, yang menjadi landasan

    PBI, banyak meminjam pendapat Piaget (1954, 1963). Perspektif ini mengatakan, seperti

    yang juga dikatakan oleh Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara

    aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengkonstruksikan pengetahuannya

    sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama

    pelajar mengkonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksakan mereka

    untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya. MenurutPiaget, pendagogi yang baik itu :

    12. Harus melibatkan penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksperimen,

    dalam artinya yang paling luas-mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang

    terjadi, memanipulasi benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, melontarkan

    pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, merekonsiliasikan apa yang ditmukannya

    pada waktu yang lain, membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain.

    (Duckworth, 1991, hal.2)

    13. Vygotsky (1978,1994) percaya bahwa intelek berkembang ketika individumenghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha

    mengatasi diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman ini dalam usaha

    menemukan pemahaman ini, individu menghubungkan pengetahuan baru dengan

    pengetahuan sebelumnya dan mengkonstruksikan makna baru. Keyakinan Vygotsky

    berbeda dengan keyakinan Piaget dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    11/241

    pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial

    atau kulturnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya

    bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan

    meningkatkan perkembangan intelektual pelajar.

    14. Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu

    pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan

    maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan

    ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya

    diri.Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti

    pembelajaran berdarkan proyek (project-based instruction),pembelajaran berdasarkan

    pengalaman (experience-based instruction), belajar otentik (authentic learning) dan

    pembelajaran bermakna (anchored instruction).(Dahar 1998:125).15. PBI juga bergantung pada konsep lain dari Bruner,scaffolding, yaitu suatu proses

    yang membuat siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas

    perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari seorang guru atau orang lain yang

    memiliki kemampuan lebih. Peran dialog juga penting, interaksi sosial di dalam dan di

    luar sekolah berpengaruh pada perolehan bahasa dan perilaku pemecahan masalah

    anak. (Nur 2000:7).

    16. Savoie dan Hughes (1994) menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah

    memiliki beberapa karakteristik antara lain :17. 1. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan

    18. 2. Permasalahan yang dierikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa

    19. 3. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar

    disiplin ilmu

    20. 4. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan

    secara langsung proses belajar mereka sendiri

    21. 5. Menggunakan kelompok kecil

    22. 6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalambentuk produk dan kinerja. (Wena 2010:91-92)

    23. Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa Problem

    Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus

    and focus on student activity. H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa PBI adalah

    sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem)

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    12/241

    dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu

    (knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar

    anak didik dapat belajar sesuatu yang dapatmenyokong keilmuannya.

    24. Pada pembelajaran berdasarkan masalah ini, guru berperan sebagai penyaji

    masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan sebagai

    pemberi fasilitas yang diperlukan siswa. Selain itu, guru memberikan dukungan dan

    dorongan dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan perkembangan intelektual siswa.

    Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan

    lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran pendapat (Arends,1997).

    Pembelajaran berdasarkan masalah juga banyak menumbuh kembangkan aktivitas

    belajar, baik secara individu maupun secara kelompok.

    25. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan adanya beberapa

    kemampuan, diantaranya yaitu:

    26. 1. Kemampuan memecahkan masalah

    27. Kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatihkan dan

    dibiasakan pada siswa sedini mungkin (Branco, 1980:3). Kemampuan memecahkan

    masalah juga sangat penting bagi siswa yang akan mendalami bidang studi tertentu

    maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Rusefendi, 1991:291).

    28. 2. Kemampuan berfikir

    29. Menurut Peter Reason (1981), berfikir (thinking) adalah proses mentalseseorang yang lebih tinggi dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami

    (comprehending). Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif

    daripada kegiatan berfikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha

    penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas

    permintaan; sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan

    dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Berfikir adalah istilah yang

    lebih dari keduanya. Berfikir menyebabkanseseorang harus bergerak hingga di luar

    informasi yang didengarnya, misalkan kemampuan berfikir seseorang untuk menemukansolusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.

    30. Kemampuan berfikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,

    oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan

    kemampuan berfikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan

    mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam berfikir. Sebaliknya,

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    13/241

    kemampuan berfikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan

    memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berfikir tidak

    mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat

    (working memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan

    informasi yang cukup lama.

    31. Pembelajaranberdasarkanmasalah di lain pihak berdasarkan psikologi

    kognitif sebagai pendukung teoritis. Fokus pembelajaran tidak terlalu banyak pada apa

    yang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan apa yang dipikirkan (kognisi mereka)

    pada saat melakukan kegiatan itu. Walaupun peran guru pada saat pembelajaran

    berdasarkan masalah kadang melibatkan presentasi dan menjelaskan sesuatu hal kepada

    siswa, namun yang lebih lazim berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga

    siswa belajar untuk berfikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.

    32. Guru perlu untuk menyajikan situasi masalah dengan hati-hati atau dengan

    prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi masalah. Panduan yang

    diberikan langsung tentang bagimana melaksanakan demonstrasi dapat membantu dalam

    pembelajaran berdasarkan masalah. Situasi masalah harus disampikan kepada siswa

    semenarik dan setepat mungkin. Biasanya memberi kesempatan kepada siswa untuk

    melihat, merasakan dan menyentuh sesuatu dapat memunculkan ketertarikan dan

    memotivasi inkuiri. Seringkali menggunakan hal-hal yang tak terduga (suatu masalah

    dimana hasilnya di luar harapan dan mencengangkan) dapat menggungah minat siswa.A. KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK PENGAJARAN

    BERDASARKAN MASALAH

    Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah.

    Model pengajaran ini melatih dan mengembangkan

    kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi

    pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk

    merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang

    tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,

    negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    14/241

    agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model

    pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),

    interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi,

    konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri[1].

    Pengajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman

    John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau

    secara umum pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari

    menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan

    bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada

    mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri[2].

    pengajaran berdasarkan masalah dapat diartikan sebagai

    rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada

    proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

    Terdapat 3 ciri utama dari pengajaran berdasarkan masalah.

    Pertama, pengajaran berdasarkan masalah merupakanrangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam implementasi

    pengajaran berdasarkan masalah ada sejumlah kegiatan

    yang harus dilakukan siswa. pengajaran berdasarkan

    masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar

    mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi

    pelajaran, akan tetapi melalui pengajaran berdasarkanmasalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan

    mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktifitas

    pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

    Pengajaran berdasarkan masalah menempatkan masalah

    http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn1
  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    15/241

    sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa

    masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

    Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan

    pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan

    menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif

    dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis

    dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan

    melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya

    proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta

    yang jelas.

    Jadi pengajaran berdasarkan masalah menuntut siswa agar

    siswa tersebut lebih aktif dalam proses pembelajarannya tidak

    hanya sekedar mendengarkan cerita ataupun ceramah dari

    guru dan jika dibiarkan seperti itu terus menerus maka pola

    pikir siswa tidak bisa berkembang.

    Untuk mengimplementasikan pengajaran berdasarkan

    masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki

    permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan

    tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber

    lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar,

    dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa

    kemasyarakatan.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    16/241

    Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat

    diterapkan:

    Manakala guru menginginkan agar siswa tidak sekedar dapat

    mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan

    memahaminya secara penuh.

    Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan

    berfikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi,

    menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru,

    mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta

    mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara

    objektif.

    Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk

    memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual

    siswa.

    Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab

    dalam belajarnya.

    Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang

    dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan (hubungan antara

    teori dengan kenyataan).

    B. RUANG LINGKUP PENGAJARAN BERDASARKAN

    MASALAH

    1. Masalah Pembelajaran

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    17/241

    Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar

    yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah

    informasi atau konsep belaka. Penumpukan informasi atau

    konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat

    bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut

    hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui

    satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak

    dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang

    sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu

    sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami

    oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam

    proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap,

    keputusan dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu

    yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak

    hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik[3].Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan

    kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui

    masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan

    konsep yang dimiliki. Terlebih lagi siswa kurang mampu

    menentukan masalah dan merumuskannya. Di sisi lain ada

    siswa yang mampu memiliki tingkat hafalan yang baikterhadap materi yang diterimanya, namun kenyataan mereka

    sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam

    pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Sebagian besar

    siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang

    http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn3
  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    18/241

    mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut

    akan dimanfaatkan atau diaplikasikan pada situasi baru.

    Menurut Arends dalam mengajar guru selalu menuntut siswa

    untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang

    bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa

    untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan

    bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

    Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara

    yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang

    diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat

    lebih lama konsep tersebut.

    Model pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu

    model pengajaran yang didasarkan pada banyaknya

    permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik

    yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata

    dari permasalahan yang nyata. Misalnya suatu fenomena

    alam, mengapa tongkat seolah-olah kelihatan patah saat

    dimasukkan dalam air?, mengapa uang logam yang

    diletakkan dalam sebuah gelas kosong jika dilihat dari posisi

    tertentu tidak kelihatan tetapi saat diisi air menjadi kelihatan?.

    Dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan secara

    nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bukan

    sekedar menghafal konsep.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    19/241

    Meminjam pendapat Bruner, bahwa berusaha sendiri untuk

    mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang

    menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

    bermakna, karena pengalaman itu memberikan makna

    tersendiri bagi peserta didik.

    2. Istilah dan Pengertian

    Menurut John Dewey belajar berdasarkan masalah adalah

    interaksi antara stimulus dengan respons, merupakanhubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

    Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan

    menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh

    pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan

    belajarnya.

    Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan

    yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

    Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses

    informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan mneyusun

    pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan

    sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkanpengetahuan dasar maupun kompleks. Menurut Arends

    model pembelajaran ini juga mengacu pada model

    pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasarkan

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    20/241

    proyek, pembelajaran berdasarkan pengalaman, belajar

    otentik dan pembelajaran bermakna.

    3. Ciri-ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah

    Menurut Arends pengajaran berdasarkan masalah memiliki

    karakteristik sebagai berikut:

    1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Mereka mengajukan

    situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawabansederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam

    solusi untuk situasi itu.

    2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang

    akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam

    pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak

    mata pelajaran.

    3. Penyelidikan autentik. Mengharuskan siswa melakukan

    penyelidikan autentikuntuk mencari penyelesaian nyata

    terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan

    mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis,

    membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa

    informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat

    inferensi dan merumuskan kesimpulan. secara tidak langsung

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    21/241

    metode penyelidikan yang digunakan bergantung kepada

    masalah yang sedang dipelajari.

    4. menghasilkan produk dan memamerkannya. Pada

    pengajaran ini menuntut siswa untuk menghasilkan produk

    tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefakdan peragaan

    yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

    masalah yang mereka temukan. Produk dapat berupa

    transkip debat. Karya nyata dan peragaan direncanakan oleh

    siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya

    yang lain tentang apa yang mereka pelajari.

    5. kolaborasi. Pengajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh

    siswa yang bekerja sama satu sama lain , paling sering

    secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Dalam hal ini

    bekerja sama memberikan motivasi untuk secara

    berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan

    memperbanyak peluang untuk berdialog dan

    mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan

    berpikir.

    4. Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah

    Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk

    membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

    kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    22/241

    dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan

    kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan

    intelektual.

    Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode

    Dewey adalah metode pemecahan masalah, metode itu

    adalah:

    1.Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah

    yang akan dipecahkan.

    2.Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah

    secara kritis dari berbagai sudut pandang.

    3.Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan

    berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan

    pengetahuan yang dimilikinya.

    4.Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan

    menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan

    masalah.

    5.Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau

    merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan

    penolakan hipotesis yang diajukan.

    6.Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah

    siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai

    rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan[4].

    5. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah

    http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn4http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn4http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn4
  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    23/241

    Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5

    langkah utama. Kelima langkah tersebut dijelaskan

    berdasarkan langkah-langkah pada tableberikut ini:

    Tahap Tingkah Laku Gu

    Tahap-1

    Orientasi siswa pada masalah

    Guru menjelaskan

    logistik yang dibu

    atau demonstrasi a

    masalah, memotiv

    pemecahan masal

    Tahap-2

    Mengorganisasi siswa untuk belajar

    Guru membantu s

    mengorganisasika

    dengan masalah te

    Tahap-3

    Membimbing penyelidikan individual maupun

    kelompok

    Guru mendorong

    informasi yang seuntuk mendapatka

    masalah.

    Tahap-4

    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

    Guru membantu s

    menyiapkan karya

    video, dan model

    berbagi tugas den

    Tahap-5

    Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

    Guru membantu s

    evaluasi terhadap

    proses yang merek

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    24/241

    masalah

    C. PELAKSANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN

    MASALAH

    Pelaksanaan pengajaran berdasarkan masalah yaitu:

    1. Tugas-tugas Perencanaan

    Model pengajaran berdasarkan masalah membutuhkan

    banyak perencanaan, yakni dengan cara:

    a. Penetapan Tujuan

    Model pengajaran berdasarkan masalah dirancang untukmencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,

    memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa

    menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya

    pengajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk

    mencapai tujuan-tujuan tersebut.

    b. Merancang Situasi Masalah

    Beberapa guru dalam pengajaran berdasarkan masalah lebih

    suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    25/241

    untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini

    dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang

    baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak

    didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama,

    bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan

    kurikulum.

    c. Organisasi Sumber Daya dan Rencana Logistic

    Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkanbekerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam

    pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di

    perpustakaan atau di laboratorium, bahkan dapat pula

    dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu tugas

    mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan

    kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas

    perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan

    pengajaran berdasarkan pemecahan masalah.

    2. Tugas Interaktif

    a. Orientasi Siswa pada Masalah

    Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran

    berdasarkan masalah adalah tidak untuk memperoleh

    informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    26/241

    penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk

    menjadi pelajar yang mandiri. Cara yang baik dalam

    menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam

    pengajaran berdasarkan masalah adalah dengan

    menggunakan kejadian yang mencengangkan dan

    menimbulkan materi sehingga mambangkitkan minat dan

    keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

    b. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar

    Pada model pengajaran berdasarkan masalah dibutuhkan

    pengembangan keterampilan kerja sama diantara siswa dan

    saling membantu utnuk menyelidiki masalah secara bersama.

    Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan

    guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas

    pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam

    kelompok belajar kooperatif berlaku juga dalam

    mengorganisasikan siswa kedalam kelompok pengajaran

    berdasarkan masalah.

    c. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

    v Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari

    berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    27/241

    mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi

    yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa

    diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat

    menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang

    dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana

    etika penyelidikan yang benar.

    v Guru mendorong pertukaran ide atau gagasan secara

    bebas dan menerima sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut

    merupakan hal yang sangat penting dalm tahap penyelidikan

    dalam rangka pengajaran berdasarkan masalah. Selama

    dalam tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang

    dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.

    v Puncak proyek-proyek pengajaran berdasarkan

    pemecahan masalah adalah penciptaan dan peragaan artefak

    seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.

    d. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

    Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan

    pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis

    dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan

    keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

    3. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    28/241

    Hal penting yang harus dikethui adalah bahwa guru memiliki

    seperangkat aturan yang jelas supaya pembelajaran dapat

    berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani

    perilaku siswa yang menyimpang secara tepat dan cepat,

    juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola

    kerja kelompok.

    Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam

    pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model

    pengajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana

    menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang

    dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang

    terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas

    tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model

    pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkingkan untuk

    mengerjakan tugas rangkap, dan waktu penyelesaian tugas-

    tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut

    mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan

    kerja siswa yang rumit.

    Dalam model pengajaran berdasarkan masalah, guru sering

    menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini

    biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya.

    Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    29/241

    aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan,

    penyimpanan dan pendistribusian bahan.

    Selain itu tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan

    aturan, tata karena, dan sopan santun yang jelas untuk

    mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan

    penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika

    melakukan penyelidikan di masyarakat.

    4. Assesmen dan Evaluasi

    Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam

    model pengajaran berdasarkan masalah fokus perhatian

    pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif,

    oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya

    hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paperand pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai

    dengan model pengajaran berdasarkan masalah adalah

    menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yag merupakan hasil

    penyelidikan mereka.

    Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model

    pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari

    menemukan prosedur penilaian alternatife yang akan

    digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa , misalnya

    dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    30/241

    kinerja dapat berupa assesmen melakukan pengamatan,

    assesmen merumuskan pertanyaan, assesmen merumuskan

    sebuah hipotesa dan sebagainya.

    D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

    Keunggulan :

    Para siswa memperolah pengalaman praktis, baik di

    laboratorium maupun di lapangan. Kegiatan belajar lebih menarik sebab tidak terikat di dalam

    kelas, tetapi juga di luar kelas sehingga tidak membosankan.

    Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh para

    siswa, sebab teori disertai praktik.

    Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis

    maupun tidak tertulis sehingga memperoleh pengalaman yanglebih kaya.

    Interaksi sosial antarsiswa lebih banyak dikembangkan sebab

    hampir setiap langkah daam model mengajar ini ada dalam

    situasi kelompok.

    Siswa belajar melakuakn analisis dan sintesis secara

    simultan, baik dalam rangka memperoleh data maupun dalammenguji jawaban sementara berdasarkan data dan informasi

    yang diperolehnya.

    Membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam

    pemecahan masalah.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    31/241

    Kekurangan:

    Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup,

    termasuk waktu untuk kegiatan belajar siswa.

    Jika kegiatan tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru,

    kegiatan belajar siswa bisa membawa resiko yang merugikan.

    Misalnya keselamatan kerja di laboratorium, keselamatan pada

    waktu pengumpulan data di lapangan, tau kegiatan belajar tidak

    optimal disebabkan oleh sikap-sikap tak acuh para siswa.

    Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-

    asalan saja sehingga cenderung untuk menerima jawaban atau

    dugaan sementara[5].

    [1]http://www.g-excess.com//pembelajaran-berbasis-

    masalah-pbl-problem-based-learning.html

    [2]Trianto, S. Pd., M. Pd. 2007. Model-Model Pembelajaran

    Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka. Hal

    67

    [3]Trianto, S. Pd., M. Pd. 2007. Model-Model PembelajaranInovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka. Hal

    65

    [4]http://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-

    kooperatif-tipe-problem.html

    http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref1http://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref2http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref4http://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://adinmuh2.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-problem.htmlhttp://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref4http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref3http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref2http://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://www.g-excess.com/.../pembelajaran-berbasis-masalah-pbl-problem-based-learning.htmlhttp://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref1http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftn5
  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    32/241

    [5]Nasution, S.2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar

    dan Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara. Hal: 94

    MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

    MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)di copas dari buku materi kurikulum 2013 untuk smp

    Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses

    pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang

    menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat

    mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar

    sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses

    pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk

    memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan

    dalam kehidupan sehari-hari.A. Konsep/Definisi

    Definisi

    1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan

    pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

    peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran

    berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan

    masalah dunia nyata (real world).

    2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode

    pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana

    belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari

    permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk

    mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang

    http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref5http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/09/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah/#_ftnref5
  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    33/241

    dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik

    mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang

    harus dipecahkan.

    Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanyapemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan

    pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah

    keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.

    Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis

    masalah (PBL).

    1) Permasalahan sebagai kajian.

    2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.

    3) Permasalahan sebagai contoh.

    4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.

    5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

    Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis

    masalah dapat digambarkan berikut ini.

    Guru sebagai Pelatih Peserta Didik sebagaiProblem SolverMasala

    oAsking about thinking(bertanya tentang

    pemikiran).

    o Memonitorpembelajaran.

    o Probbing ( menantang peserta didik untuk

    berpikir ).

    o Menjagaagar peserta didik terlibat.

    o Mengaturdinamika kelompok.

    o Menjaga berlangsungnyaproses.

    o Peserta yang aktif.

    o Terlibatlangsung dalam

    pembelajaran.

    o Membangunpembelajaran.

    o Mena

    o Meny

    hubunga

    dipelaja

    FASE-FASE PERILAKU GURU

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    34/241

    FASE-FASE PERILAKU GURU

    Fase 1

    Orientasi peserta didik kepada masalah.

    Menjelaskan tujuan pembelajaran, menje

    dibutuhkan.

    Memotivasi peserta didik untuk terlibat a

    masalah yang dipilih.

    Fase 2

    Mengorganisasikan peserta didik.

    Membantu peserta didik mendefinisikan danm

    belajar yang berhubungan dengan masalah te

    Fase 3

    Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

    Mendorong peserta didik untuk mengumpulka

    melaksanakan eksperimen untuk mendapatka

    pemecahan masalah.

    Fase 4

    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

    Membantu peserta didik dalam merencanakayang sesuai seperti laporan, model dan berbag

    Fase 5

    Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan

    masalah.

    Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yan

    kelompok presentasi hasil kerja.

    Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:

    1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

    Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan

    keterampilan berpikir tingkat tinggi.

    2) Pemodelan peranan orang dewasa.

    Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antarapembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis

    yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar

    sekolah yang dapat dikembangkan.

    PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    35/241

    PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan

    dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat

    memi peran yang diamati tersebut.

    PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yangmemungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena

    dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.

    3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

    Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik

    harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana

    informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

    Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.

    a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran

    di mana proyek sebagai pusat.

    b. Responsibility: PBL menekankan responsibilitydan answerabilitypara peserta didik ke diri dan

    panutannya.

    c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang

    sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

    d. Active-learning: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didikuntuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran

    yang mandiri.

    e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan

    balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.

    f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan

    saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan

    masalah, kerja kelompok, dan self-management.

    g. Driving Questions:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik

    untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

    h. Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para

    peserta didik.

    i. Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    36/241

    B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil

    Pembelajaran

    Kelebihan Menggunakan PBL

    (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta

    didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka

    mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha

    mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin

    bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan

    situasi di mana konsep diterapkan.

    (2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan danketerampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks

    yang relevan.

    (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan

    inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,

    dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja

    kelompok.

    Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidangketeknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :

    1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang berguna untuk memecahkan

    masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;

    2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan

    kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;

    3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.

    Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.

    1. Wagiran, dkk, 2010,Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Learning Dengan Media

    Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi Peserta didik SMK (Hibah

    Bersaing Perguruan Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    37/241

    Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada

    tahun pertama penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan

    mengembangkan media pembelajaran berbantuan komputer berikut

    perangkatnya dalam mendukung model pembelajaran PBL-PBK. Pada

    tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan menguji modelpembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat

    efektivitasnya. Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap

    sosialisasi model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas.

    Penelitian dirancang menggunakan pendekatan Research and

    Development Sumber data dalam penelitian ini meliputi kalangan industri

    permesinan, perumus kebijakan, kepala sekolah, guru, peserta didik, dan

    ahli pendidikan. Penerapan model direncanakan di 5 SMK dengan metode

    eksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara

    mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif

    yaitu deskriptif, dan komparatif.

    Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya

    kompetensi Measuring dan diperolehnya media pembelajaran berbantuan

    komputer dalam mendukung pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil

    evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan

    skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan menunjukkan skor3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi

    penunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format

    sebesar 3,13 (baik), pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan

    ukuran huruf sebesar 2,63 (cukup baik).

    Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa

    kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam

    kategori baik), dari kualitas tampilan dan daya tarik menunjukkan skor 3,30

    (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materipenunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan demikian media

    berbantuan komputer dalam matadiklat measuring layak untuk diterapkan.

    Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan

    baik dari segi teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    38/241

    implementasi pembelajaran menggunakan media berbantuan komputer

    yaitu: (a) sebagai media tayamg, (b) sebagai media pendukung praktek,

    dan (c) sebagai media pembelajaran individual dan interaktif.

    2. Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Peserta

    didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di SDN 20 Kurao

    Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University

    Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB

    pada pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil

    belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan

    peningkatan partisipasi dan hasil belajar peserta didik kelas IVB dalam

    pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao Pagang. Jenis

    penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara

    partisipan.

    Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang.

    Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta

    didik, lembar observasi aktivitas guru, tes hasil belajar dan catatan

    lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi dalam menjawab

    pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II.

    Partisipasi peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di

    siklus I menjadi 65% di siklus II, dan partisipasi peserta didik dalampresentasi meningkat dari 27,5% di siklus I menjadi 67,5% di siklus II. Hasil

    belajar peserta didik siklus I meningkat dari 57,25% menjadi 72,75% di

    siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang ditentukan 70%.

    Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar

    peserta didik kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBLdalam

    pembelajaran IPS di SDN 20 Kurao Pagang.

    C. Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses

    Pembelajaran

    Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai

    basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    39/241

    dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan

    mata pelajaran yang bersangkutan.

    1. Konsep Dasar (Basic Concept)

    Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,

    referensi, atau linkdan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.

    Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer

    pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan

    pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta

    didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada

    kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika

    peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak

    perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga pesertadidik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.

    2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

    Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan

    dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan.

    Pertama, brainstormingyang dilaksanakan dengan cara semua anggota

    kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap

    skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macamalternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama

    dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta

    mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas

    kerja.

    Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal

    dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya.

    Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan

    kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkandalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok.

    Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam

    kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    40/241

    Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih

    fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian

    tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu

    permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang

    diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belumdisinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan

    memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan

    memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa

    saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang

    diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik

    mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan

    mengikuti petunjuk.

    3. Pembelajaran Mandiri (Self L earning)

    Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari

    berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.

    Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan

    di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang

    relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar

    peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang

    relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2)informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas

    dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

    Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk

    mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam

    pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah

    dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta

    didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga

    anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahanyang dihadapi.

    4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange know ledge)

    Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam

    langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    41/241

    peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi

    capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.

    Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik

    berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

    Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik

    menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan

    hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok.

    Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan

    mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan

    dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti

    langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

    5. Penilaian (Assessment)

    Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan

    (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap

    penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran

    yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester

    (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan

    dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,

    baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan

    pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada

    penguasaan soft skill,yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,

    kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.

    Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata

    pelajaran yang bersangkutan.

    D. Contoh Penerapan

    Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik

    terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih

    dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang

    muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk

    berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    42/241

    mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan

    mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

    Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman

    belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagaikonteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan

    masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan

    kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik

    diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang

    sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang

    harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar

    kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

    Tabel 1: Tahapan-Tahapan Model PBL

    Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah

    Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan

    aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan

    ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang

    harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan

    bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat

    penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti

    dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu

    dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.

    1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar

    informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-

    masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.

    2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai

    jawaban mutlak benar, sebuah masalah yang rumit atau kompleks

    mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

    3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik

    didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    43/241

    bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik

    harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

    4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong

    untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidakada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua

    peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan

    menyampaikan ide-ide mereka.

    Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar

    Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,

    pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.

    Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama

    dan sharingantar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan

    pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik

    dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah

    yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam

    pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti:

    kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi

    yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting

    memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk

    menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

    Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah

    membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik

    menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan,

    dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah

    mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah

    kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan

    penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

    Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan

    memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya

    tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    44/241

    eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.

    Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat

    penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk

    mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun

    aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasipermasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup

    informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

    Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-

    banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan

    pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam

    informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang

    dapat dipertahankan.

    Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan

    permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka

    mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan

    pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta

    didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh

    ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat

    peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka

    buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

    Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan

    Mempamerkannya

    Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan

    pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu

    video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),

    model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),

    program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifaksangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya

    adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai

    organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan

    peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang

    dapat menjadi penilai atau memberikan umpan balik.

  • 5/25/2018 Model Pembelajaran Berbasis

    45/241

    Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

    Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk

    membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka

    sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang merekagunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi

    pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan

    belajarnya.

    E. Sistem Penilaian

    Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan

    (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadappenguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran

    yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester

    (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

    Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu

    pembelajaran, baiksoftware, hardware, maupun kemampuan perancangan

    dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada

    penguasaan soft skill,yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,

    kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.

    Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata

    pelajaran yang bersangkutan.

    Penilaian pembelajaran dengan PBLdilakukan dengan authentic

    assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan

    kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang

    dianalisis untuk melihat kemajuan b