PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

99
ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017 Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 226 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kua- litas sumber daya manusia.Melalui pendidikan maka sikap, watak dan keterampilan manusia akan terbentuk untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan asset masa depan yang menetukan maju mundurnya suatu bangsa. Oleh sebab itu, banyak perhatian pemerintah secara khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan sektor pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan pembaharuan sistwm pwndidikan secara keseluruhan. Pada kenyataan yang terjadi saat ini, meski kurikulum yang berlaku di Indonesia terus mengalami perbaikan untuk mewujudkan pendidikan yang baik, namun dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode konvensial. Menurut Sanjaya (2008:1), “salah satu masalah dalam pendidikan kita ada- lah lemahnya pembelajaran.”Buchori (Trianto 2008:3) mengatakan bahwa “pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.” Dalam observasi yang dilakukan penulis pada siswa kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan terhadap masih rendahnya hasil belajar siswa, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelaja- ran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Peroses pebelajaran di kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan di dominasi oleh guru PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS HANDS ON ACTIVITYUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PGRI I KOTAMDYA MEDAN Yulvitriyani Sebayang Dosen Politeknik Medan Bina Prestasi ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontektual berbasis hands on activity di kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.Subjek penelitian ini adalah kelas X dengan jumlah siswa 30 orang dan objeknya adalah model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity.Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity. Pada siklus I ketuntasan belajar secara individual diperoleh 15 orang atau 50% yang memperoleh nilai minimal 70%. Pada siklus II ketuntasan belajar secara individual diperoleh 25 orang atau 83,3% yang memperoleh nilai minimal 70. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar secara kelompok diperoleh 3 kelompok atau 50% menjadi 5 kelompok atau 90% pada siklus II yang memperoleh nilai minimal 70. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 33,3% secara individu dan 40% secara kelompok. Dengan indicator keberhasilan pembelajaran sebesar 70% siswa memperoleh nilai 70telah tercapai. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas X di SMA PGRI I Kotamadya Medan. Hal ini terlihat dari peningkatkan hasil belajar ekonomi siswa yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran ekonomi. Kata Kunci: kontekstual, hands on activity, hasil belajar

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 226

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kua-litas sumber daya manusia.Melalui pendidikan maka sikap, watak dan keterampilan manusia akan terbentuk untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan asset masa depan yang menetukan maju mundurnya suatu bangsa. Oleh sebab itu, banyak perhatian pemerintah secara khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan sektor pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan pembaharuan sistwm pwndidikan secara keseluruhan.

Pada kenyataan yang terjadi saat ini, meski kurikulum yang berlaku di Indonesia terus mengalami perbaikan untuk mewujudkan pendidikan yang baik, namun dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode konvensial. Menurut Sanjaya (2008:1), “salah satu masalah dalam pendidikan kita ada-lah lemahnya pembelajaran.”Buchori (Trianto

2008:3) mengatakan bahwa “pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.”

Dalam observasi yang dilakukan penulis pada siswa kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan terhadap masih rendahnya hasil belajar siswa, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelaja-ran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Peroses pebelajaran di kelas X SMA PGRI I

Kotamadya Medan di dominasi oleh guru

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS HANDS ON ACTIVITYUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

SMA PGRI I KOTAMDYA MEDAN

Yulvitriyani Sebayang Dosen Politeknik Medan Bina Prestasi

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontektual berbasis hands on activity di kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.Subjek penelitian ini adalah kelas X dengan jumlah siswa 30 orang dan objeknya adalah model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity.Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity. Pada siklus I ketuntasan belajar secara individual diperoleh 15 orang atau 50% yang memperoleh nilai minimal 70%. Pada siklus II ketuntasan belajar secara individual diperoleh 25 orang atau 83,3% yang memperoleh nilai minimal 70. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar secara kelompok diperoleh 3 kelompok atau 50% menjadi 5 kelompok atau 90% pada siklus II yang memperoleh nilai minimal 70. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 33,3% secara individu dan 40% secara kelompok. Dengan indicator keberhasilan pembelajaran sebesar 70% siswa memperoleh nilai 70telah tercapai. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas X di SMA PGRI I Kotamadya Medan. Hal ini terlihat dari peningkatkan hasil belajar ekonomi siswa yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran ekonomi. Kata Kunci: kontekstual, hands on activity, hasil belajar

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 227

sehingga tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang.

2. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan cenderung konvensional menyebabkan anak didik menjadi pasif.

3. Pentingnya penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah dalam proses belajar dengan menerapkan model pembelajaran konvensional berbasis hands on activity dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa di kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran penerapan model

pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa di kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan

2. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity pada siswa di kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan

LANDASAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran.Joyce (trianto 2007:5) menyatakan bahwa “setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Blanchard (Trianto,2008:10), mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan sua-tu konsepsi yang membantu guru menghubung-kan konten materi ajar dengan situasi-situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubngan antara pengetahuan dan penerapannya kedalam kehidupan merreka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja. Sanjaya (2008;255) pembelajaran kontekstual strategi pembelajaran yang mene-kankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situai kehidupan nyata sehngga mendorong siswa

untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan kata lain, pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan erat dengan pengalaman sebenarnya, menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan dan menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan mendorong agar siswa menerapkan dalam kehidupannya. 2.2 Prinsip Dasar Setiap Komponen Utama

Pembelajaran Kontekstual Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.

Berikut ini merupakan uraian mengenai ketujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual (Trianto,2008:26) sebagai berikut : 1. Konstruktivisme 2. Inquiry 3. Questioning 4. Learning community 5. Modeling 6. Reflection 7. Authentic assessment 2.3 Model Pembelajaran Kontekstual

Berbasis Hands On Activity Model pembelajaran kontekstual merupakan

suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dari proses merekontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hands on activity merupakan model pembelajaran yang menunjang kegiatan pembelajaran kontekstual. Karena hands on activity memberi kebebasan kepada siswa dalam mengkonstruk pemikiran dan temuan selama melakukan aktivitas sehingga siswa melakukan sendiri tanpa beban, menyenangkan dan dengan motivasi yang tinggi. 2.4 Langkah-Langkah Penerapan Model

Pembelajaran Kontekstual Berbasis Hands On Activity Penerapan model pembelajaran kontekstual

berbasis hands on activity didalam kelas terbagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1. Tahap Persiapan

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 228

a. Menyusun silabus, lembar kerja siswa untuk kegiatan pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity

b. Membuat lembar observasi c. Membuat rambu-rambu penilian d. Mengelompokkan siswa sesuai

keheterogenan 2. Tahap Pelaksanaan

a. Guru memberikan arahan atau penjelasan materi

b. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja siswa untuk kegiatan belajar

c. Guru membimbing dan mengarahkan siswa selama diskusi

d. Siswa membandingkan hasil diskusi dengan kelompok lain

3. Tahap refleksi a. Mengumpulkan dan menganalisis data hasil

observasi b. Melakukan refleksi c. Hasil refleksi digunakan sebagai acuanuntuk

menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity.

2.5 Hasil Belajar Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar

adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sudjana (2009:22) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman-pengalaman belajar-nya. 2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil

Belajar Siswa Berhasil atau tidaknya seseorang dalam

pencapaian hasil belajar disesbkan oleh dua faktor utama yaitu : 1. Faktor Intern (Dari dalam siswa) 2. Faktor Ekstern (dari Luar Siswa) METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus.

3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI I Kotamadya Medan yang berada di Jl. DI Panjaitan No. 189 Medan

3.3 Objek Kajian Objek kajian pada penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual

Berbasis Hands On Activity Terhadap Hasil belajar Ekonomi Siswa

3.4 Sumber Data 1. Data Primer

Data yang langsung dikumpulkan oleh penulis dari hasil observasilangsung berupa nilai test siswadi SMA PGRI I Kotamadya Medan.

2. Data Sekunder Data yang penulis peroleh berupa nilai yang sudah ada pada guru di SMA PGRI I Kotamadya Medan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengumpulan data

melalui Observasi dan Test Hasil Belajar. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana Siklus I dan Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. 1. Tindakakan Pada Siklus I a. Pertemuan Ke.1

Berdasarkan hasil Pre Test dan Post Test secara individual diperoleh data sebagai berikut :

Tuntas Tidak Tuntas

Jenis Tes Jumlah Siswa

% Jumlah Siswa

%

Pre Test 10 33.3% 20 66,7% Post Tes 15 50% 15 50%

Hasil analisa menunjukkan secara

keseluruhan siswa yang tuntas pada pre test berjumlah 10 orang (33,3%) dan yang tidak tuntas 20 orang (66,7%). Dan setelah dilakukan pembelajaran dengan model kontekstual berbasis hands on activity dilakukan post test maka diperoleh 15 orang (50%) yang tuntas belajar dan yang tidak tuntas 15 orang (50%) dengan indicator penilaian nilai minimal 70. b. Pertemuan Ke-2

Hasil pengolahan data terhadap tugas kelompok dengan metode pembelajaran kontekstual berbasis hands on activity :

No Nama Kelompok Nilai Keterangan 1 Kelompok 1 65 Tidak Tuntas 2 Kelompok 2 80 Tuntas 3 Kelompok 3 60 Tidak Tuntas 4 Kelompok 4 75 Tuntas 5 Kelompok 5 50 Tidak tuntas 6 Kelompok 6 70 Tuntas

Hasil diatas menunjukkan bahwa kelompok

yang tuntas belajar ada tiga kelompok dan yang tidak tuntas ada 3 kelompok.Hal ini masih jauh dari indicator ketuntasan belajar secara kelom-pok yaitu 70% dari keseluruhan siswa.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 229

2. Tindakan Pada Siklus II a. Pertemuan Ke-3

Tuntas Tidak Tuntas Jenis Tes Jumlah Siswa % Jumlah Siswa % PostTest 25 83.3% 5 16,7%

Dari hasil diatas terjadi peningkatan siswa yang tuntas belajar yaitu 25 orang (83,3%) tuntas belajar dan 5 orang (16,7%) tidak tuntas belajar.

b. Pertemuan Ke-4 No Nama Kelompok Nilai Keterangan 1 Kelompok 1 75 Tuntas 2 Kelompok 2 80 Tuntas 3 Kelompok 3 75 Tuntas 4 Kelompok 4 80 Tuntas 5 Kelompok 5 65 Tidak tuntas 6 Kelompok 6 80 Tuntas

Terjadi peningkatan kelompok yang tuntas

belajar berjumlah 5 kelompok dan yang tidak tuntas belajar berjumlah 1 kelompok.Dengan demikian jumlah kelompok belajar yang tuntas sebesar 90% dan yang tidak tuntas 10%. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada kelas X di SMA PGRI I Kotamadya Medan, yakni dengan menerapkan Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Hands On Activity, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kontekstual berbasis

hands on activity dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan sistem ekonomi. Pada siklus I hasil belajar siswa secara individu sebesar 50% atau sebanyak 15 orang siswa tuntas belajar yang memperoleh nilai 70. Dan pada siklus II terdapat peningkatan yaitu hasil belajar siswa diperoleh sebesar 83,3% atau sebanyak 25 orang siswa yang tuntas belajar memperoleh nilai 70. Dan hasil belajar kelompok pada siklus I sebanyak 3 kelompok (50%) yang tuntas belajar, pada siklus II meningkat menjadi 5 kelompok (90%). Perolehan angka 83,3% secara individu dan 90% secara kelompok untuk peningkatan hasil belajar siswa.

2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA PGRI I Kotamadya Medan meningkat sebesar 33,3% secara individu dan secara kelompok terjadi peningkatan sebesar 40%, hal ini berarti telah tercapai batas tuntas indikator

keberhasilan siswa memperoleh nilai 70 dan minimal 70% dari keseluruhan siswa.

DAFTAR PUSTAKA Hatta,Hamid.2003.Hands On Activity Learning.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Slameto.2003.Belajar dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2009. Penelitian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Konstruktivistik Jakarta: Prestasi Pustaka.

.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 230

A. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Gula merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok yang pengadaan dan distribusinya diatur oleh pemerintah. Gula merupakan butiran kristal yang memiliki ukuran hamoir seragam dengan ukuran 0,8 – 1,2 mm dan umumnya berwarna putih, rumus molekul dari gula adalah C12H22O11.

Tebu merupakan salah satu bahan baku dari pembuatan gula kristal putih, kebutuhan gula kristal putih dari tahun ke tahun semakin meningkat kadang kala sangat sulit mempero-lehnya karena meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi gula kristal putih oleh masayrakat, Analisis Pengolahan Tebu Menjadi Gula Kristal Putih sudah dikembangkan secara luas dalam berbagai penelitian maupun kajian-kajian ilmiah beberapa diantaranya adalah menggunakan metode live cycle assessment (LCA), dan Defekasi remenlt karbonatasi. Sejumlah penelitian telah dilakukan terkait dengan pengolahan tebu menjadi gula kristal diantaranya :

Eddy Sapto Hartanto [1]. Melakukan pene-litian tentang peningkatan mutu produk gula Kristal putih melaluai teknologi defekasi remelt

karbonatasi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi industri gula Kristal putih agar dalam memproduksi gula Kristal putih dapat memenuhi persyaratan mutu SNI yang berlaku, pembuat kebijakan dalam mengevaluasi penerapan SNI gula kristal putih konsumen pengguna gula Kristal putih, agar tidak dirugikan dengan pemakaian produk gula kristal putih yang tidak memenuhi persyaratan mutu yang berlaku atau berkualitas rendah.

Rosmieka, lilik sutiarso dkk [2]. Melakukan penelitian tentang pengkajian daur hidup ampas tebu di pabrik gula madukismo Yogyakarta dari nenelitian ini diharpkan dapat menganalisis daur hidup ampas tebu di pabrik gula madukismo,Yogyakarta dengan metode life cycle Assessment (LCA).

Novi Prasetya [3].Melakukan penelitian pengelolaan gula tebu menjadi gula merah.

Paisal Ansiska [4].Melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Nira Aren Sebagai Bahan Pemmbuat Gula Putih Kristal. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah di lakukan salah satu proses teknologi sulfitasi

ANALISIS PENGOLAHAN TEBU MENJADI GULA KRISTAL PUTIH MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

BERBASIS MATLAB

Nirwan Sinuhaji Program Studi Teknik Komputer Politeknik Poliprofesi Medan

e-mail: [email protected]

ABSTRAKSI

PTPN-II PGKM merupakan salah satu perusahaan yang dapat memproduksi gula.Karena banyakya faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan tingkat produksi yang dihasilkan setiap tahunnya. Oleh sebab itu, dalam menentukan tingkat produksi per tahun diperlukan analisis sistem pendukung keputusan yang akan dilakukan dengan menerapkan Metode Fuzzy Mamdani dengan menggunakan MIN sebagai fungsi implikasinya, maka dari masing-masing aturan memberikan keterangan secara langsung (scrip) dengan tingkat keanggotaan terkecil Defuzzifikasi), hasil akhir dengan menerapkan rata-rata tertimbang untuk fuzzy Inference System defuzzyfikasi memulai aturan komposisi antara Max dan Metode yang diterapkan pada area fuzzy titik pusat (z *). Dengan metode perbandingan Metode Fuzzy Inference System Mamdani, diperoleh metode dan pendekatan yang paling tepat dalam menentukan perkiraan jumlah produksi gula, untuk mendapatkan output yang merupakan jumlah gula per tahun. Dan dilakukan pengujian statistik, maka dapat disimpulkan bahwa metode yang relatif mendekati metode perhitungan pabrik adalah metode Mamdani. Kata kunci: analisis pengolahan pebu, gula kristal putih, metode fuzzy logic inference system

mamdani, matlab

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 231

menjadi teknologi defekasi remelt karbonatasi (DRK), sehingga diperoleh hasil GKP yang memiliki mutu yang lebih baik dan cenderung mirip gula kristal rafinasi (GKR), maka SNI 3140.3-2010 (Gula Kristal Putih) perlu diper-timbangan untuk dapat mengakomodasi parameter warna kristal dan warna larutan. Terkait dengan proses pengolahan tebu menjadi gula kristal tersebut dilakukan penelitian melaluai proses penguapkan sebagian besar air yang terkandung dalam nira encer guna memproleh mentah atau menjadi nira kental, selanjutnya nira kental dipanaskan sampai membentuk gula kristal dengan ukuran tertentu. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengolahan ampas tebu menjadi gula kristal putih, pengolahan tebu untuk memperoleh gula kristal putih dirangkum seperti pada tabel 1.1

Penulis Judul Penelitian Pembahasan Thn

Eddy Sapto

Hartanto

Melakukan penelitian tentang peningkatan mutu produk gula Kristal putih melaluai teknologi defekasi remelt karbonatasi

Penggunaan teknologi sulfitasi akan menghasilkan gula kristal putih dengan mutunilai warna kristal yang cukup tinggi, yaitu antara 6,6 – 7,2 CT, warna larutan 118 – 201 IU dan kadar belerang dioksida (SO2) 5 – 19,7 mg/kg

2014

Rosmieka, lilik

sutiarso dkk

pengkajian daur hidup ampas tebu di pabrik gula madukismo Yogyakarta dari nenelitian ini diharpkan dapat menganalisis daur hidup ampas tebu di pabrik gula madukismo,Yogyakarta dengan metode life cycle Assessment (LCA).

Untuk menganalisis daur hidup ampas tebu di pabrik gula maduksimo dengan metode life cycle assessment (LCA).

2009

Novi Prasetya

pengelolaan gula tebumenjadi gula merah.

Proses pengelolaan gula merah dengan bahan dasar untuk mendapatkan penyempurnaan kualitas gula merah dari tebu

2016

Paisal Ansiska

Pemanfaatan Nira Aren Sebagai Bahan Pemmbuat Gula Putih Kristal

. 2013

Dari penelitian yang sudah dilakukan, peneliti menganggap metode Fuzzy Logic Mamdani berbasis Matlab sangat perlu untuk analisis pengolahan tebu menjadi gula kristal merupakan salah satu hal yang dianggap penting untuk dijadikan objek penelitian. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan permasalahan

adalah bagaimana membangun suatu sistem Fuzzy Logic mamdani serta kalkulasi perhi-tungan dalam analisis proses pengolahan tebu menjadi gula kristal putih. Serta membandingkan hasil dari analisis apakah untuk mendapatkan nira mentah, nira encer, nira kental, dan gula kristal putih dengan nilai tekanan uap dan tekanan suhu menggunakan fuzzy logic sesuai dengan menggunakan mesin penggiling nira

1.3 Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan tetap fokus pada penelitian maka dibuat beberapa batasan pada penelitian ini yaitu: 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini

berasal dari PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu

2. Aplikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fuzzy logic mamdani dan sebagai kalkulasi perhitungan digunakan pemrograman matlab

3. Sistem informasi ini hanya menampilkan data input dan data output,data input berupa: data tekanan uap, dan data besar daya gilingan, dan data output berupa hasil proses pengolahan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untukDapat menghasilkan hasil akhir analisis dari kalkulasi perhitungan yang cepat dan mudah sehingga dapat meminimalisir terjadinya tingkat kesalahan dalam menentukan tingkat kekentalan dan tinngkat ke enceran dari nira untuk menjadi gula kristal putih.

B. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara umum, gula dibedakan menjadi dua[5] yaitu: a. Monosakarida Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk dari satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa. b. Disakarida Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua molekul gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan glukosa dan fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa (gabungan dari dua glukosa)

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 232

Rangkaian proses produksi yang berpengaruh besar terhadap kualitas produk GKP yang dihasilkan adalah proses pemurnian nira[1] [6] . Proses pemurnian dilakukan dengan cara: Setelah tebu diperah dan diperoleh nira mentah (raw juice), selanjutnya dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, yang terdiri dari sukrosa, gula invert (glukosa + fruktosa), zat bukan gula, dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan anorganik, zat warna, lilin, asam-asam yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.

Secara umum ada 3 jenis pemurnian nira tebu, yaitu proses defekasi, proses sulfitasi dan Karbonatasi. Jenis teknologi yang digunakan dalam proses pemurnian akan menentukan tingkat absorbsi komponen warna sehingga produknya lebih cerah dan bersih[1][8]. proses defekasi merupakan proses pemurnian nira yang dilakukan dengan penambahan susu kapur sampai pH 7,2 – 7,4. Proses defekasi dilakukan pada defekator dan didalamnya terdapat pengaduk sehingga larutan yang bereaksi dalam defekator menjadi homogeny[6].

Sedangkan proses sulfitasi dilakukan terhadap nira tebu ditambah kapur yang berlebih dan selanjutnya kapur dinetralkan dengan gas belerang dioksida (SO2), maka akan diperoleh garam kapur yang mudah mengendap. Reaksi pemurnian nira cara sulfitasi adalah sebagai berikut: SO2 + H2O ----> H2SO3 Ca(OH)2 + H2SO3 ----> CaSO3 + 2H2O Ca(OH)2 + SO2 -----> CaSO3 + H2O

Sedangkan untuk proses karbonatasi dilakukan dengan menggunakan susu kapur dan gas CO2 sebagai bahan pembantu. Susu kapur yang ditambahkan pada cara ini lebih banyak dibandingkan cara sulfitasi, sehingga menghasilkan endapan yang lebih banyak. Kelebihan susu kapur yang terdapat pada nira dinetralkan dengan menggunakan gas CO2. Reaksi yang terjadi adalah: Ca(OH)2 + CO2 ----> CaCO3 + H2O 2.1 Fuzzy Logic

Logika fuzzy adalah suatu cara untuk memetakan suatu ruang masukan ke dalam suatu ruang keluaran. Logika fuzzy ditemukan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh dari Universitas California di Barkeley pada tahun 1965.Sebelum ditemukannya teori logika fuzzy (fuzzy logic),

dikenal sebuah logika tegas (crisp logic) yang memiliki nilai benar atau salah secara tegas.Sebaliknya logika fuzzy merupakan sebuah logika yang memiliki kekaburan atau kesamaran (fuzzyness) antara benar atau salah.Dalam teori logika fuzzy, sebuah nilai bisa bernilai benar atau salah secara bersamaan namun berapa besar kebenaran atau kesalahan suatu nilai tergantung kepada bobot / derajat keanggotaan yang.

Logika fuzzy merupakan suatu cara untuk memetakan suatu ruang masukan ke dalam suatu himpunan fuzzy (fuzzy set). Merupakan pengelompokan sesuatu berdasarkan variabel bahasa yang dinyatakan dalam fungsi keanggotaan (membership function) [9].

Operasi himpunan fuzzy diperlukanuntuk proses inferensi atau penalaran. Dalam hal ini yang dioperasikan adalah derajat keanggotaanya. Derajat keanggotaan sebagai hasil dari operasi dua buah himpunan fuzzy disebut sebagai firestrength atau α-predikat [11]. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy, yaitu : 1. Variabel fuzzy merupakan variable yang

hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. 2. Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang

mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy.

3. Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya.

4. Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diizinkan dalamsemesta pembica-raan dan bolehdioperasikan dalam suatu himpunanfuzzy. Seperti halnya semesta pembi-caraan, domain merupakanhimpunan bilangan real yang senantiasanaik (bertambah) secara monoton darikiri ke kanan. Nilai domain dapatberupa bilangan positif maupun negatif [10].

3.1 Perancangan Sistem Dalam perancangan ini dimulai dengan membuat variabel input dan variabel output dari sistem perhitungan analisis pengolahan gula. Peneliti akan merancang sebuah aplikasi perhitungan analisis pengolahan gula. Peran-cangan sistem yang akan buat adalah dengan menggunakan metode fuzzy logic mamdani.

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 233

Pada metode mamdani dilakukan dengan 4 tahapan untuk mendapatkan output, yaitu : 1. Fuzzifikasi Fuzzifikasi adalah langkah pertama dari metode mamdani yang bertugas mengambil nilai input dan menentukan derajat dari input sehingga nilai dapat dikelompokkan pada himpunan fuzzy yang tepat. Berikut ini adalah pengambilan nilai dari semua variabel input dan variabel output: A. Tekanan Uap

Variabel Tekanan Uap mempunyai 2 himpunan yaitu dengan derajat nilai keanggotaan seperti dibawah ini : a) Turun ( 25 – 65 ) b) Naik ( 62 – 100 )

B. Besar Daya Gilingan Variabel Besar Daya Gilingan mempunyai 2 himpunan yaitu dengan derajat nilai keanggotaan seperti dibawah ini : a) Lama (500 – 1500) b) Cepat (1200 – 2000)

C. Variabel output Variabel output dari perhitungan akhir analisis pengolahan tebu menjadi gula adalah hasil analisis. Berikut ini adalah derajat keanggotaan dari nilai output yang memiliki 3 himpunan : 1) Nira mentah (75 – 85) 2) Nira Kental (83 – 110) 3) Gula kristal putih (107 – 145)

4. Deffuzzyfikasi yaitu proses mengkonversi atau pengambilan nilai output yang didapat dari rule yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Dengan mengambil minimal 5 titik pada setiap kurva yang terkait.Misalkan diketahui 4 rule berikut : [R1] IF (Tekanan Uap is Turun) And (Besar

Daya Gilingan is Lama) Then (Hasil is Nira Mentah)

[R2] IF (Tekanan Uap is Turun) And (Besar Daya Gilingan is Cepat) Then (Hasil is Nira Mentah)

[R3] IF (Tekanan Uap is Naik) And (Besar Daya Gilingan is Lama) Then (Hasil is Nira Kental)

[R4] IF (Tekanan Uap is Turun) And (Besar Daya Gilingan is Cepat) Then (Hasil is Gula Kristal Putih)

3.2 Flowchart Perancangan Sistem 4.1 Hasil Rancangan

1. Hasil Rancangan Menggunakan Fuzzy Tool

Berikut ini adalah gambar tampilan variabel output yang menghasilkan 4 aturan (rule) dari rancangan sistem perhitungan analisis pengolahan tebu menjadi gula yang telah diuji coba dan menghasilkan 2 variabel input, masing – masing input mempunyai 2 himpunan derajat keanggotaan seperti gambar 4.1

Gambar 4.1 Tampilan 4 aturan (Rule)

2. Hasil Akhir Rancangan FIS Editor Sistem perhitungan analisis pengolahan gula

merupakan hasil keluaran dari mesin inferensi pada FIS editor menggunakan software matlab yang digunakan melakukan perhitungan dan simulasi dengan rule yang telah diberikan. Seperti yang terlihat pada gambar 4.2

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 234

4.2 Hasil Akhir Rancangan Pada FIS Editor

Untuk menampilkan antar muka (interface) sistem perhitungan analisis pengolahan gula penulis mengkonversikan FIS editor diatas ke GUI pada matlab. berikut ini adalah tampilan hasil akhir keluaran program menggunakan guide pada matlab :

Gambar 4.3. Tampilan GUI membuka file

Gambar 4.4. Hasil Akhir Rancangan GUIpada Matlab

4.3 Penyelesaian Masalah Menggunakan Metode Mamdani Pada perancangan perhitungan analisis pengolahan gula penulis menggunakan fuzzy inference system (FIS) editor pada software matlab dimana dalam perhitungannya penulis membuat 2 variabel input dan 1 variabel output yang kemudian menghasilkan 4 rule yang digunakan untuk melakukan kalkulasi

perhitungan dan simulasi. Setelah rancangan menggunakan fuzzy tool selesai selanjutnya dikonversikan ke GUI (Graphical User Interface) sebagai tampilan keluaran program agar dapat memudahkan pengguna. Dan penulis melampirkan contoh perhitungan secara teori yang hasilnya akan dibandingan dengan sistem yang telah dibangun yaitu ada beberapa contoh uji coba sebagai berikut :

Tabel V.I. Data Jumlah Satuan Tekanan Uap Turun 25 Tekanan Uap Naik 100 Besar Daya Gilingan Lama 500

Besar Daya Gilingan Cepat 2000 Hasil Pengolahan Nira Mentah 75 Hasil Pengolahan Nira Kental 110 Hasil Pengolahan Gula Kristal Putih

145

1. Berapa hasil pengolahan yang harus

dihasilkan, jika jumlah tekanan uap sebesar 45, dan besar daya gilingan sebesar 520 ?

Ada 3 variabel fuzzy yang akan dimodelkan, yaitu : 1) Tekanan Uap; terdiri dari 2 himpunan fuzzy,

yaitu TURUN dan NAIK.

µ[X] turun naik 1 0,73 0,26 0 25 45 100

Gambar 4.5 Fungsi keanggotaan variabel

Tekanan Uap

Berapa hasil pengolahan yang harus dihasilkan, jika jumlah tekanan uap sebesar 45, dan besar daya gilingan sebesar 520 ? Ada 3 variabel fuzzy yang akan dimodelkan, yaitu : 2) Tekanan Uap; terdiri dari 2 himpunan fuzzy,

yaitu TURUN dan NAIK.

µ[X] turun naik 1 0,73 0,26 0 25 45 100

Gambar 4.6. Fungsi keanggotaan variabel Tekanan Uap

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 235

µtuTURUN[x] = 1; x ≤ 25 ( 100 – x ) ; 25 ≤ X ≤ 100

75 0 ; x ≥ 100

µtuNAIK[x] = 0; x ≤ 25 ( x – 25 ) ; 25 ≤ X ≤ 100

75 1 ; x ≥ 100

Mencari nilai keanggotaan :

a. µtuTurun[45] = = = = 0,73

b. µtsNaik[45] = = = = 0,26

3) Besar Daya Gilingan; terdiri atas 2 himpunan fuzzy, yaitu : LAMA dan CEPAT

µ[X] lama cepat

1

0,9 0,01

0 500 520 2000

Gambar 4.7Fungsivar Besar Daya Gilingan

a.µbdgLAMA [x] = 1; x ≤ 500 ( 2000 – x ) ; 500≤2000

1500 0 ; x≥ 2000

b.µbdgCEPAT [x] = 0; x ≤ 500 (x – 500 ) ;500 ≤ X≤2000 1500

1 ; x≥ 2000 Mencari nilai keanggotaan :

a. µbdgLAMA[520] = = = = 0,9

b.a. µbdgLAMA[520] = = = = 0,01

3). Hasil Pengolahan; terdiri atas 3 himpunan fuzzy, yaitu :NIRA MENTAH, NIRA KENTAL dan GULA KRISTAL PUTIH

µ[X] nira mentah nira kental gula kristal putih

Gambar 4.8. Fungsi keanggotaan variabel Hasil Pengolahan

µhpNIRAMENTAH [x] = 1; x ≤ 75 ( 145 – x ) ; 75 ≤ X ≤ 145

70 0 ; x ≥ 145

µhpNIRAKENTAL [x] = 0; x ≤ 75 ( x – 75 ) ; 75 ≤ X ≤ 145 70

1 ; x ≥ 145

µhpGKP [x] = 1; x ≤ 75

( 145 – x ) ; 75 ≤ X ≤ 145 70 0 ; x ≥ 145

Mencari nilai z untuk setiap aturan dengan menggunakan fungsi MIN pada apliksi fungsi implikasinya : [R1] IF tekanan uap TURUN And besar daya gilingan

LAMA Then Kurang Bagus α-predikat1 = µtuTURUN µbdgLAMA = min (µtuTURUN(45),

µbdgLAMA(520)) = min (0,73 ; 0,9) = 0,73 z = ( 145 – z ) / 100 = 0,73 z1 =72 [R2] IF tekanan uap TURUN And besar daya gilingan

CEPAT Then Kurang Bagus α-predikat2 = µtuTURUN µbdgCEPAT = min (µtuTURUN(45),

µbdgCEPAT(520)) = min (0,73 ; 0,01) = 0,01 z = ( 145 – z ) / 100 = 0,01 z2 = 144 [R3] IF tekanan uap NAIK And besar daya gilingan

LAMA Then Sedang α-predikat3 = µtuNAIK µbdgLAMA = min (µtuNAIK(45), µbdgLAMA(520)) = min (0,26 ; 0,9) = 0,26 z = (z – 75 ) / 100 = 0,26 z3 = 101 [R4] IF tekanan uap NAIK And besar daya gilingan

CEPAT Then Bagus α-predikat4 = µtuNAIK µbdgCEPAT = min (µtuNAIK(45), µbdgCEPAT(520)) = min (0,26 ; 0,01) = 0,01 z = (z – 75 ) / 100 = 0,01 z4 = 76 Menghitung nilai z, yaitu : z = (α-pred1* z1 + α-pred2* z2 + α-pred3* z3 + α- pred4* z4 ) (α-pred1 + α-pred2 + α-pred3 + α-pred4 ) = (0,73*72 + 0,01*144 + 0,26*101 + 0,01*76 ) (0,73 + 0,01 + 0,26 + 0,01) = 80,98 = 0,81 1,01 80,1 Hasil z = 80,1 menunjukan NIRA MENTAH

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 236

1. Berapa hasil pengolahan yang harus dihasilkan, jika jumlah tekanan uap sebesar 80, dan besar daya gilingan sebesar 1200 ? Ada 3 variabel fuzzy yang akan dimodelkan, yaitu : 1) Tekanan Uap; terdiri dari 2 himpunan fuzzy,

yaitu TURUN dan NAIK.

µ[X] turun naik 1 0,7 0,2 0 25 80 100

Gambar 4.9. Fungsi keanggotaan variabel Tekanan Uap

µtuTURUN[x] = 1; x ≤ 25 ( 100 – x ) ; 25 ≤ X ≤ 100

75 0 ; x ≥ 100

µtuNAIK[x] = 0; x ≤ 25 ( x – 25 ) ; 25 ≤ X ≤ 100

75 1 ; x ≥ 100

Mencari nilai keanggotaan :

a. µbdgLAMA[520] = = = = 0,2

b. a. µbdgLAMA[520] = = = = 0,7

2). Besar Daya Gilingan; terdiri atas 2 himpunan fuzzy, yaitu : LAMA dan CEPAT

µ[X] lama cepat 1

0,5 0,4

0 500 1200 2000

Gambar 4.10 Fungsi keanggotaan variable Besar Daya Gilingan

µbdgLAMA [x] = 1; x ≤ 500 ( 2000 – x ) ; 500 ≤ X ≤ 2000

1500 0 ; x ≥ 2000

µbdgCEPAT [x] = 0; x ≤ 500 ( x – 500 ) ; 500 ≤ X ≤ 2000

1500 1 ; x ≥ 2000

a. µbdgLAMA[1200] = = = = 0,5

b. a. µbdgLAMA[1200] = = = = 0,4

Hasil Pengolahan; terdiri atas 3 himpunan fuzzy, yaitu : NIRA MENTAH, NIRA KENTAL dan GULA KRISTAL PUTIH

µ[X] nira mentah nira kental gula kristal putih

1 0 75 83 85 110 145

Gambar 4.11. Fungsi keanggotaan variabel Hasil Pengolahan

µbdgLAMA [x] = 1; x ≤ 75 ( 145 – x ) ; 75 ≤ X ≤ 145

70 0 ; x ≥ 145 µbdgCEPAT [x] = 0; x ≤ 75

( x – 75 ) ; 75 ≤ X ≤ 145 70

1 ; x ≥ 145

µbdgCEPAT [x] = 1; x ≤ 75

( 145 – x ) ; 75 ≤ X ≤ 145 70 0 ; x ≥ 145

Mencari nilai z untuk setiap aturan dengan menggunakan fungsi MIN pada apliksi fungsi implikasinya : [R1] IF tekanan uap TURUN And besar daya gilingan LAMA Then Kurang Bagus α-predikat1 = µtuTURUN µbdgLAMA = min (µtuTURUN(80),

µbdgLAMA(1200)) = min (0,7 ; 0,4) = 0,4 z = ( 145 – z ) / 100 = 0,4 z1 =105 [R2] IF tekanan uap TURUN And besar daya

gilingan CEPAT Then Kurang Bagus α-predikat2 = µtuTURUN µbdgCEPAT

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 237

= min (µtuTURUN(80), µbdgCEPAT(1200))

= min (0,7 ; 0,5) = 0,5 z = ( 145 – z ) / 100 = 0,5 z2 = 95 [R3] IF tekanan uap NAIK And besar daya

gilingan LAMA Then Sedang α-predikat3 = µtuNAIK µbdgLAMA = min (µtuNAIK(80),

µbdgLAMA(1200)) = min (0,2 ; 0,4) = 0,4 z = (z – 75 ) / 100 = 0,2 z3 = 95 [R4] IF tekanan uap NAIK And besar daya

gilingan CEPAT Then Bagus α-predikat4 = µtuNAIK µbdgCEPAT = min (µtuNAIK(80),

µbdgCEPAT(1200)) = min (0,2 ; 0,5) = 0,2 z = (z – 75 ) / 100 = 0,2 z4 = 95 Menghitung nilai z, yaitu : z = (α-pred1* z1 + α-pred2* z2 + α-pred3* z3 + α- pred4* z4 (α-pred1 + α-pred2 + α-pred3 + pred4) = (0,4*105 + 0,5*95 + 0,2*95 + 0,2*95 ) (0,4 + 0,5 + 0,2 + 0,2) = 127,5

1,3 z = 98,0 menunjukan NIRA KENTAL Pengujian sistem 2

3. Berapa hasil pengolahan yang harus

dihasilkan, jika jumlah tekanan uap sebesar 75, dan besar daya gilingan sebesar 1400 ?

Ada 3 variabel fuzzy yang akan dimodelkan, yaitu : 1) Tekanan Uap; terdiri dari 2 himpunan fuzzy,

yaitu TURUN dan NAIK.

µ[X] turun naik 1 0,6 0,33 0 25 75 100

Gambar 4.12 Fungsi keanggotaan variable

Tekanan Uap

µtuTURUN[x] = 1; x ≤ 25 ( 100 – x ) ; 25 ≤ X ≤ 100

75 0 ; x ≥ 100

µtuNAIK[x] = 0; x ≤ 25 ( x – 25 ) ; 25 ≤ X ≤ 100

75 1 ; x ≥ 100

a. µtuTurun[75] = = = = 0,33

b. µtsNaik[75] = = = = 0,6

1. Besar Daya Gilingan; terdiri atas 2 himpunan fuzzy, yaitu : LAMA dan CEPAT µ[X] lama cepat

1

0,6 0,4

0 500 1400 2000 Gambar 4.12Fungsi keanggotaan variable Besar Daya Gilingan

µbdgLAMA [x] = 1; x ≤ 500 ( 2000 – x ) ; 500 ≤ X ≤ 2000

1500 0 ; x ≥ 2000

µbdgCEPAT [x] = 0; x ≤ 500 ( x – 500 ) ; 500 ≤ X ≤ 2000

1500 1 ; x ≥ 2000

a. µbdgLAMA[1400] = = = = 0,4

b.a. µbdgLAMA[1400] = = = = 0,6

2.Hasil Pengolahan; terdiri atas 3 himpunan fuzzy, yaitu : NIRA MENTAH, NIRA KENTAL dan GULA KRISTAL PUTIH µ[X] nira mentah nira kental gula kristal putih

1 0 75 83 85 110 145

Gambar 4.13 Fungsi keanggotaan var. Hsl Pengolahan

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 238

µbdgLAMA [x] = 1; x ≤ 75 ( 145 – x ) ; 75 ≤ X ≤ 145

70 0 ; x ≥ 145

µbdgCEPAT [x] = 0; x ≤ 75 ( x – 75 ) ; 75 ≤ X ≤ 145 70

1 ; x ≥ 145 µbdgCEPAT [x] = 1; x ≤ 75

( 145 – x ) ; 75 ≤ X ≤ 145 70 0 ; x ≥ 145

Mencari nilai Z untuk setiap aturan dengan menggunakan fungsi MIN pada aplikasi fungsi implikasinya : [R1] IF tekanan uap TURUN And besar daya

gilingan LAMA Then Kurang Bagus α-predikat1= µtuTURUN µbdgLAMA = min (µtuTURUN(75),

µbdgLAMA(1400)) = min (0,33 ; 0,4) = 0,33 z = ( 145 – z ) / 100 = 0,33z1 =112 [R2] IF tekanan uap TURUN And besar daya

gilingan CEPAT Then Kurang Bagus α-predikat2= µtuTURUN µbdgCEPAT = min (µtuTURUN(75),

µbdgCEPAT(1400)) = min (0,33 ; 0,6) = 0,33 z = ( 145 – z ) / 100 = 0,33z2 = 112 R3] IF tekanan uap NAIK And besar daya

gilingan LAMA Then Sedang α-predikat3= µtuNAIK µbdgLAMA = min (µtuNAIK(75),

µbdgLAMA(1400)) = min (0,6 ; 0,4) = 0,4 z = ( z – 75 ) / 100 = 0,4z3 = 115 [R4] IF tekanan uap NAIK And besar daya

gilingan CEPAT Then Bagus α-predikat4= µtuNAIK µbdgCEPAT = min (µtuNAIK(75),

µbdgCEPAT(1400)) = min (0,6 ; 0,6) = 0,6 z = ( z – 75 ) / 100 = 0,6z4 = 135 Menghitung nilai z, yaitu : z = (α-pred1*z1 + α-pred2*z2 + α-pred3*z3 + α-pred4*z4) (α-

pred1 + α-pred2 + α-pred3 + α-pred4 ) = (0,33*112 + 0,33*112 + 0,4*115+

0,6*135 )(0,33 + 0,33 + 0,4 + 0,6) = 200,92 1,66

= 121,0 Hasil z = 121,0 menunjukkan GULA KRISTAL PUTIH (GKP). Hasil ujicoba sistem 3

2. Pengujian Data

Pengujian data dengan logika fuzzy terhadap analisis pengolahan tebu menjadi gula untuk menghasilkan sistem quality control yang baik. Penguji data ini sangatlah penting, sehingga akan diketahui kelayakan dari sistem quality control tersebut, di PTPN – II Pabrik Gula Kwala Madu sebelum menjadi Gula Kristal Putih dilakukan 3 pengolahan yaitu Nira Mentah, Nira Kental, dan kemudian menjadi Gula dapat dilihat seperti table dibawah:

Table 4.2 Hasil pengujian sistem secara

teori dan simulasi

DAFTAR PUSTAKA [1]. Eddy sapto Harianto (2014). Jurnal Pening-

katan mutu produk gula Kristal Putih melalui teknologi defekasi remelt karbonisasi

[2]. Rosmieka, lilik sutiarso dkk, pengkajian daur hidup ampas tebu di pabrik gula madukismo Yogyakarta menggunakan metode life assessment (LCA).

[3]. Novi Prasetya (2016) Pengelolaan gula tebu menjadi gula merah

[4]. Paisal Ansiska (2014) Pembuatan nira aren sebagai pembuatan gula putih Kristal

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 239

[5]. Darwin Philips. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Perpustakaan Nasional:Sinar Ilmu.

[6]. Menurut Muqiah(2013)Peningkatan mutu produk gula putih Kristal melalui teknologi Defekasi

[7]. Fadimas Pursudarsono dkk (2015) Pengaruh imbangan garam dan gula terhadap kwalitas terhadap paru-paru sapi

[8]. Kurniawan dkk (2009) Listrik Sebagai Ko-Produk Potensial Pabrik Gula. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 28 (1),

[9]. Heru Dibyo Laksono dkk Penggunaan logika fuzzy clustering untuk peramalan kebutuhan energy listrik jangka panjang di provinsi sumaera barat Jurnal teknologi informasi &pendidikan ISSN :2086 Vol.6.1 Maret 2013

[10]. Kusumadewi, Sri. 2002. Analisis dan Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab.Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

[11]. Sutojo, T, Mulyanto, E & Suhartono, V 2011, Kecerdasan Buatan, Andi Offset,Yogyakarta

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 240

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kinerja organisasi pada dasarnya merupakan tanggung jawab setiap anggota organisasi. Apabila kinerja anggota organisasi baik maka diharapkan kinerja organisasi juga baik. Menurut Sutrisno (2010:172) kinerja karyawan adalah hasil kerja karyawan dilihat dari aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi.

Peningkatan ataupun penurunan kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, bisa dari dalam diri pekerja maupun dari dalam perusahaan tempatnya bekerja.Sembiring (2012:83) mengatakan bahwa semua faktor dari individu karyawan termasuk pimpinan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, sepertitingkat motivasi, kesehatanfisik dan mental, keahlian, pengetahuan, kemampuan berpikir dan sebagainya. Juga terdapat faktor sistem yaitu semua faktor yang berada dan bersumber diluar kendali para karyawan secara individual atau yang timbul dari perusahaan.

Menurut Basuki dan Susilowati (2005:40)

lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan yang dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung seseorang atau sekelompok orang di dalam melaksanakan aktivitasnya.

Stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutanyang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipresepsikan sebagai tidak pasti dan penting (Edi Sasono, 2008). Stres merupakan faktor fisik, kimiawi, dan emosional yang dapat menyebabkan tekanan pada tubuh atau mental dan dapat menjadi faktor bagi timbulnya penyakit.Mempelajari stres kerja di konteks yang berbeda akan memberikan pengertian yang mendalam terhadap fenomena tersebut sebagai suatu keseluruhan dan bagaimana untuk meminimalisir pengaruh negatif terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan.

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. MEDAN SUGAR INDUSTRI

Muhammad Rasyid

STIE Al Hikmah Medan

ABSTRAKSI Setiap organisasi berupaya untuk mendapatkan Karyawan yang terlibat dalam kegiatan organisasi dapat memberikan prestasi kerja. Dalam bentuk produktivitas kerja setinggi mungkin untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja Karyawan, dalam penelitian ini faktor yang dianalisis adalah lingkungan kerja dan stress kerja. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana lingkungan kerja dan stress kerjaa berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri, serta untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja dan stress kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 orang. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Hasil uji secara serentak diketahui bahwa lingkungan kerja dan stress kerjaberpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri. Hal ini berarti bahwa dengan perubahan Gaji dan disiplin kerja akan mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar IndustriSecara parsial bahwa variabel lingkungan kerja dan stress kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri.

Kata kunci: lingkungan kerja, stres kerja, kinerja

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 241

Lingkungan kerja yang kurang nyaman dan juga tekanan dari tugas yang banyak, secara bersamaan dapat menimbulkan stres kerja karyawan yang membuat karyawan menjadi tidak maksimal dalam menjalankan pekerja-annya sehari-hari. Menurut Gibson (2005: 207) stres terjadi akibat dari adanya tekanan ditempat kerja seperti kebisingan, temperatur udara,beban kerja, tanggung jawab terhadap orang lain, tidak adanyajenjang karir dan lain-lain.Hal ini merupakan kerugian bagi perusahaan, karena karyawan yang kurang maksimal dalam bekerja tentu memiliki kinerja yang menurun dan berakibat pada kinerja perusahaan yang juga ikut menurun.

PT. Medan Sugar Industri merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi gula, yang beralamat di Jalan Pulau Tanah Masa Kim 2 Medan dan lokasi perkantoran PT. Medan Sugar Industri berdampingan dengan bagian produksi atau pabrik. keadaan yang terjadi di Perusahaan tersebut masih belum mampu menghasilkan kualitas yang baik dikarenakan para pekerja yang kurang nyaman dengan suara berisik yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, suhu udara di sekitar pabrik dan karena adanya serangkaian tuntutan yang berkaitan dengan pekerjaan seperti beban kerja yang berlebihan, hubungan yang kurang harmonis dengan rekan kerja, selain itu tingkat kreatifitas para karyawannya juga masih belum maksimal untuk memajukan dan memenuhi target produksi perusahaan serta keterlambatan karyawan sehingga tidak tepat waktu datang pada jam kerja membuat kinerja karyawan menurun. Untuk itu diharapkan kepada masing-masing pekerja untuk mampu bertanggung jawab penuh atas hasil kerjanya. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan penulis telitiadalah : “Bagaimana lingkungan kerja dan streskerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui apakahlingkungan kerja dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri.”

D. Kerangka Pikir Dari beberapa teori yang dikemukakan, maka dapat diungkapkan suatu kerangka berpikir yang berfungsi sebagai penuntun alur pikir dan dasar penelitian, sebagai berikut :

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

E. Hipotesis Berdasarkan konseptual diatas maka

hipotesis dari penelitian ini adalah: Lingkungan kerja dan stress kerja secaraparsial atau simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri.”

II. LANDASAN TEORI A. Kinerja

Menurut John Whitmore ( 2007 : 104 ) “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”. Menurut Veizal Rivai (2004: 309) mengemukakan kinerja adalah: “Merupa-kan perilaku yang nyata ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”. Kemudian menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2009: 78), “Menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”.

Menurut John Witmore (2007 : 104) “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”. Kemudian menurut Mink (2008 :76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya : (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berpengendalian diri, (d) kompetensi. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi dan

Lingkungan kerja (X1)

Kinerja karyawan (Y)

Stress kerja (X2)

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 242

diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. 4. Indikator Kinerja Karyawan

Berdasarkan beberapapendapat para ahli tentang dimensi atau standart kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun dimensi atau standar kinerja harus memenuhi kriteria ukuran yaitu berapa banyak yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, seberapa baik hasil kerja tersebut, apakah hasil tersebut keluar tepat waktu, seberapa keefektifan pemakaian alat-alat dan biaya, Menurut Simamora (2005), Indikator – indikator kinerja adalah: (1) Kuantitas, (2) Kualitas, (3) Ketepatan waktu, (4) Kreatifitas, dan (5) Tanggung jawab

. 5. Lingkungan Kerja

MenurutSedarmayanti (2011:11)lingkungan kerja merupakan keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.Selanjutnya Sedarmayanti (2011:12) menjelaskan lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Menurut Mardiana (2005:15) lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai mela-kukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkung-an kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat ber-kerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempe-ngaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyena-ngi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah ditempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja karyawan juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkunga. 7. Stres Kerja

Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketega-ngan yang menciptakan adanya ketidakseim-bangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi

emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan (Rivai 2004:108). Menurut Robbins (2008:368) stres adalah suatu kondisi dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.

Sebagian stres bisa bersifat positif dan sebagian lagi negatif. Dewasa ini para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkugan kerja (seperti memiliki banyak proyek, tugas dan tanggung), beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi mencapai tujuan (birokrasi, politik kantor, kebingungan terkait tanggung jawab kerja).

Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang (Siagian, 2007:300).Stres kerja mengakibatkan kelelahan kerja, seringkali tanda awal dari stres kerja adalah suatu perasaan bahwa dirinya mengalami kelelahan emosional terhadap pekerjaan-pekerjaan. Bila diminta menjelaskan yang dirasakan, seorang karyawan yang lelah secara emosional akan merasa kehabisan tenaga dan lelah secara fisik.

Menurut Gibson (2005: 207) Indikator stres berat jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan depresi, tidak bisa tidur, makan berlebihan, penyakit ringan, tidak harmonis dalam berteman, merosotnya efisiensi dan produktifitas, konsumsi alcohol berlebihan dan sebagainya. Kehidupan saat ini dengan persaingan yang ketat bisa membuat orang mengalami stres, salah satu penyebabnya adalah beban pekerjaan yang semakin menumpuk. Adapun beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui stres yang disebabkan oleh pekerjaan, diantaranya : 1. Peran dalam organisasi 2. Beban Kerja 3. Pengembangan Karir 4. Hubungan dalam Pekerjaan 5. Struktur dan Iklim Organsasi

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ,Lokasi dan Waktu

Penelitian Jenis penelitian ini dapat digolongkan

penelitian asosiatif. Adapon lokasi penelitian adalah Jalan Pulau Tanah Masa KIM II Mabar Kota Medan.ssedangkan waktu penelitian ini dimulai Mei 2017 sampai dengan September 2017

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 243

B.Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

karyawan tetap PT. Medan Sugar Industri yang berjumlah 170 orang, pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah Slovin, Dari hasil hitung di atas, maka diketahui bahwa sampel penelitian ini berjumlah 62 orang. C. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabel independent (variabel bebas)dan variabel dependent (variabel terikat).Variabel bebas yaitu Lingkungan Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2), variabel terikat yaitu Kinerja Karyawan (Y). Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya

Variabel Definisi Indikator Skala Kinerja Karyawan (Y)

Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar Prabu Mangkunegara 2000 : 67)

1. Kualitaskerja 2. Kuantitas kerja 3. Ketetapan Waktu 4. Kreativitas 5. Tanggung Jawab

Likert

Lingkungan Kerja (X1)

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugasnya yang diembankan (Nitisemito 2005:25)

1. Penerangan 2. Suhu Udara 3. Kebisingan 4. Penggunan Warna 5. Ruang Gerak 6. Keamanan Kerja

Likert

Stres Kerja (X2)

Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. (Rivai 2004:108).

1. Peran dalam organisasi 2. Beban Kerja 3. Pengembangan Karir 4. Hubungan dalam

Pekerjaan 5. Struktur dan Iklim

Organsasi

Likert

Sumber :Dikembangkan penulis untuk penelitian ini (2017) IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Data

Kuesioner Variabel Correted Item-Total Correlation

r tabel Keterangan

Lingkungan Kerja(X1) 1 Lingkungan Kerja(X1) 2 Lingkungan Kerja(X1) 3 Lingkungan Kerja(X1) 4 Lingkungan Kerja(X1) 5 Lingkungan Kerja(X1) 6

0,681**

0,638**

0,604**

0,753**

0,775**

0,600**

0,250

Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Stres Kerja(X2) 1 Stres Kerja(X2) 2 Stres Kerja(X2) 3 Stres Kerja(X2) 4 Stres Kerja(X2) 5

0,667**

0,445**

0,759**

0,610**

0,565**

0,250

Valid Valid Valid Valid Valid

Kinerja Karyawan(Y) 1 Kinerja Karyawan(Y) 2 Kinerja Karyawan(Y) 3 Kinerja Karyawan(Y) 4 Kinerja Karyawan(Y) 5

0,473**

0,538**

0,575**

0,495**

0,662**

0,250

Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Pengolahan Data SPSS (2017)

Dari tabel dapat dilihat nilai r hitung Corrected item-Total Correlation untuk indikator variabel lingkungan kerja, stres kerja dan kinerja karyawan> dari r tabel 0,250. Sehingga diambil kesimpulan semua indikator lingkungan kerja, stres kerja dan kinerja karyawan adalah valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dan layak untuk dilakukan pengujian ke tahap berikutnya. b. Uji Reliabilitas

Nilai r tabel dengan uji 2 sisi pada signifikan 5% terhadap 62 responden adalah sebesar 0,250 Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Data

No Kuesioner Variabel Cronbach’s Alpha

Keterangan

1. Lingkungan Kerja (X1) 0,756 Reliabel 2. Stres Kerja (X2) 0,589 Reliabel 3. Kinerja Karyawan(Y) 0,410 Reliabel

Sumber : Pengolahan Data SPSS (2017)

Dari hasil output reliability, variabel lingkungan kerja menunjukkan reliabel dengan Cronbach’s Alpha0,756> 0,250. Sedangkan untuk variabel stres kerja, dari hasil output reliability menunjukkan bahwa variabel stres kerja adalah reliabel dengan Cronbach’s Alpha0,589> 0,250. Untuk variabel kinerja karyawan mempunyai Cronbach’s Alpha0,410> 0,250, hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel kinerja karyawan adalah reliabel. 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat yaitu kinerja kerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas, yaitu lingkungan kerja (X1) dan stres kerja (X2), sehingga dapat diketahui pengaruh lingkungan kerja dan stres kerja terhadapkinerja kerja karyawan pada PT. Medan Sugar Industri. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi Software SPSS 21.00 For Windows.

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 244

Tabel.4.3. Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

Model

B Std. Error

Beta

t Sig.

(Constant) 5,738 1,336 4,295 ,000

Lingkungan Kerja

,343 ,085 ,516 4,024 ,0001

Stres Kerja ,355 ,121 ,377 2,943 ,004

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Persamaan model regersi linier berganda sebagai berikut :

Y = 5.738 + 0.343 X1 + 0.355 X2

Tabel diatas menunjukkan bahwa konstanta sebesar 5.738 artinya jika Lingkungan Kerja dan Stres Kerja nilainya 0, maka Kinerja Karyawan bernilai 5.738. Berdasarkan hasil regresi linear berganda maka dapat diketahui bahwa variabel Lingkungan Kerja(X1) memberikan nilai koefi-sien sebesar 0.343dengan tingkat siginifikan 0.00< 0.05 dan variabel Stres Kerja (X2) memberikan nilaikoefisien sebesar 0.355 dengan tingkat signifikan 0.04< 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa Lingkungan Kerja dan Stres Kerjaberpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Karyawan. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Tujuan Uji normalitas adalah ingin menguji apakah dalam model regresi distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan grafik. Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram dan grafik normal plot yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi normal. Gambar 4.1. Grafik Histogram

Sumber: Pengolahan Data SPSS (2017)

Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal karena dapat dilihat dari lebih banyaknya kurva dibawah lengkungan Gambar 4.2. Normal P-P plot

Sumber: Pengolahan Data SPSS (2017 )

Dari gambar grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi uji normalitas. b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Berikut ini disajikan cara mendeteksi Multikolinieritas dengan menganalisis matrik korelasiantar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tabel 4.4 . Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF

Lingkungan Kerja Stres Kerja

.266

.266 3.766 3.766

a. Dependent Variable : kinerja karyawan Sumber: Hasil pengolahan data primer (kuesioner) dengan SPSS 21.0.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa: a. Nilai VIF dari nilai lingkungan kerja dan

stres kerja sebesar 3.766, ini berarti terjadi multikoleritas antara variabel independen dalam model regresi.

b. Nilai Tolerance dari nilailingkungan kerja dan stres kerja lebih besar dari 0,1 ini berarti tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 245

c. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah

didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu residual pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut hete-roskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:

Gambar4.3.Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan pancaran data pada scatter plot dapat dilihat bahwa data tidak menunjukkan suatu pola tertentu (acak). Hal ini memperjelas bahwa tidak terdapat masalah dalam heteroskedastisitas. Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini adalah homogen. 4. Uji Hipotesis a. Uji t (Parsial)

Uji t (Uji parsial) dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas (independent) yaitu X1, X2 berupa lingkungan kerja dan stres kerja terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja karyawan. Uji t dilakukan dengan menggunakan tabel coefficient. Tabel 4.5. Uji t (Parsial) Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized CoefficientsModel

B Std. Error Beta

t Sig.

(Constant) 5,738 1,336 4,295 ,000

Lingkungan Kerja

,343 ,085 ,516 4,024 ,0001

Stres Kerja ,355 ,121 ,377 2,943 ,004

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber: Pengolahan Data SPSS (2017)

Dari nilai t-tabel dengan derajat bebas 62 – 3 = 59dan taraf nyata 5% adalah 2.001. Nilai t-hitung untuk X1, lebih besar dari t-tabel (4.024> 2.001), maka lingkungan kerja berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, dan terbukti signifikan (0.00<0.05). Sedangkan untuk X2, nilai t-hitung lebih besar dibandingkan dengan t-tabel (2.943> 2.001) maka stres kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, dan terbukti signifikan yaitu (0.04< 0.05). b. Uji F (Simultan)

Dalam Uji F (Uji serentak ) dilakukan untuk melihat secara bersama-sama (serentak) pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu X1, X2 lingkungan kerja dan stres kerja terhadap variabel terikat yaitu Y berupa kinerja karyawanPT. Medan Sugar Industri. Tabel 4.6. Uji F (Simultan)

ANOVAa

Model Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

Regression 112,426 2 56,213 85,020 ,000b

Residual 39,009 59 ,661 1

Total 151,435 61 a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan b. Predictors: (Constant), Stres Kerja, Lingkungan Kerja

Dari uji F, didapat Fhitung sebesar 85.020

dengan tingkat signifikan 0.00. Jadi Fhitung> Ftabel (85.020> 3.15) dengan demikian hipotesis diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja dan stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawanPT. Medan Sugar Industri.

c. Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase atas persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0≤R2≤1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya. Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Model Summaryb Model R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,862a ,742 ,734 ,813 1,880a. Predictors: (Constant), Stres Kerja, Lingkungan Kerja b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber : Data Primer Diolah, 2017.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 246

Berdasarkan perhitungan koefisien determi-nasi, dapat dilihat nilai R Square yang diperoleh adalah 0.742.Hal ini berarti 74% variasi kinerja karyawan (Y) dapat dijelaskan oleh variabel X1 (lingkungan kerja) dan variabel X2(stres kerja), sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. V. KESIMPULAN

Dari analisis dan pembahasan pada peneliti-an yang dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan PT. Medan Sugar Industri. Berdasarkan hasil regresi linear berganda dapat diketahui bahwa variabel lingkungan kerja ( X1 ) memberikan nilai koefisien sebesar 0.343 dengan tingkat signifikansi 0,00< 0,05. Hasil uji signifikansi parameter individual ( Uji statistik t) menunjukkan t hitung lingkungan kerja sebesar4.024. Diketahui untuk nilai t tabel ( df= 59 , α = 0,05 ) sebesar 2.001. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel.

2. Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawanPT. Medan Sugar Industri. Berdasarkan hasil linear berganda dapat diketahui bahwa variabel stres kerja (X2 ) memberikan nilai koefisien 0.355dengantingkat siginifikansi 0.04< 0.05. Hasil uji sigifikansi parameter individual( Uji statistik t ) menunjukkan t hitung stress kerja sebesar 2.983> 2,001.

3. Lingkungan kerja dan stres kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan padaPT. Medan Sugar Industri. Dari uji f dapat dilihat F hitung sebesar 85.020 dengan signifikan 0.000. De-ngan mencari pada tabel Fdengan df1=2 dan df2=62, diperoleh F tabel 3.15dimana F hitung >F tabel 85.020>3.15 dengan siginifikan yang lebih kecil dari 5% (0.00˂ 0.05).  

 DAFTAR PUSTAKA AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2010. Mana-

jemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Alex. S. Nitisemito, 2005, Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Alwi, Syafarudin, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keungulan Kompetif, BPFE, Yogyakarta.

Ambar Teguh Sulistiyani, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu: Yogyakarta.

Bambang Wahyudi, 2005, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Sulita, Bandung.

Basuki, dan Indah Susilowati. 2005 “Dampak Kepemimpinan, dan Lingkungan Kerja, Terhadap Semangat Kerja”. Jurnal JRBI. Vol 1 No 1.Hal : 31-47

Bernardin & Rusel. 2006. Pinter Manajer, Aneka Pandangan Kontemporer.

Alih Bahasa Agus Maulana. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.

Cascio. (2008). Human Resource Mana-gement. New York:Addison Wesley

Cushway, Barry. 2012. Performance Management. Jakarta : PT.SUN

Edi, Sasono. 2008. Kinerja Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program

SPSS.Semarang: BP Universitas Diponegoro. Semarang.

Gibson, James L. et.al. (2005). Organizations, Behavior, Structure, Processes. 4th ed, Richard D. Irwin Inc.

Henry Simamora, 2005.Riset Sumber Daya Manusia, Edisi Ke-2, Cetakan Ketiga, STIE YKPN, Yogyakarta

Mardiana. 2005. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta: Penerbit Badan Penerbit IPWI.

Malayu Hasibuan. S. P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Dasar dan Kunci Keberhasilan. Edisi Revisi Jakarta: Bumi Aksara.

Mathis, Robert.L & Jackson, John.H, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat, Jakarta.

Mink, Oscar G.,2008. Developing high performance people: The art of coaching. USA: Addison-Wesley Publishing Company

Munandar Ashar Sunyoto, 2008. Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nugroho, Agung. 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jogyakarta.

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk perusahaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 247

Robbins, StephenP. 2008.Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Drs Benyamin Molan. Indeks.

Sedarmayanti. 2011. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju.

Sembiring, M (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia, Pusaka Setia, Bandung.

Siagian, P. 2007. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono (2010). Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 21.00 for Windows, Alfabeta, Bandung

Sutrisno. 2010. Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Ekonisia, Kampus Fakultas Ekonomi UII, Jakarta

Whitmore, John. 2007. Coaching For Performance (Seni Mengarahkan Untuk Mendongkrak Kinerja).PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 248

PENDAHULUAN Intellectual disability merupakan suatu gangguan yang dapat dialami seseorang pada tahap awal perkembangannya dimana individu memiliki keterbatasan intelektual dan hambatan dalam fungsi adaptifnya, antara lain: kemampuan berkomunikasi, partisipasi sosial, dan kemandirian (American Psychiatric Association, 2013). Istilah intellectual disability digunakan untuk menggantikan istilah retardasi mental (mental retardation) yang sebelumnya disebutkan di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edisi Keempat (American Psychiatric Association, 2000).

Menurut American Association on Mental Retardation, retardasi mental menunjuk pada terjadinya keterbatasan fungsi. Hal ini ditandai dengan intelektual yang berfungsi pada taraf di bawah rata-rata; yang disertai dengan keterbatasan dalam dua atau lebih area keterampilan adaptif, antara lain: komunikasi, bantu diri, home living, keterampilan sosial, community use, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, waktu senggang, dan kejuruan. Retardasi mental sendiri terjadi sebelum individu berusia 18 tahun (AAMR, dalam Gelfand & Drew, 2003).

Sementara menurut Van Riper & Erickson (1996), retardasi mental dapat digolongkan berdasarkan perkembangan bahasa seorang individu. Ada beberapa penggolongan retardasi

mental yang dikemukakan oleh mereka, antara lain: (a) borderline, atau disebut juga tingkat slow learner (lambat belajar). Perbendaharaan bahasa dan kalimat individuslow learner cukup baik. Mereka mengalami kesulitan dalam penggunaan bahasa untuk menjelaskan atau mengekspresikan ide yang abstrak.Kalimat yang digunakan sangat berlebihan dan terbatas bentuk variasinya.Agak lama untuk mengerti humor dan pemahaman ekspresi dalam sebuah permainan kata yang tidak baik. Artikulasi mengalami substitusi (pergantian) pada / d / untuk / th /; distorsi (pengacauan) pada / s / dan / z /; (b) educable mental retardation, yang tergolong sangat lambat memulai bicara. Namun, mereka cukup mampu mempelajari bahasa yang digunakan. Panjang kalimat, kelengkapan kalimat, dan struktur kalimat yang dibuat sangat terbatas.Menunjukkan kesulitan dengan pada penggunaan kata subjek dan kata kerja.Mengalami omisi atau subtitusi pada bunyi plosive dan banyak terjadi pada bunyi fricative. Bunyi artikulasi / r / dan / l / akan mengalami distorsi. Suaranya rendah dan sangat serak, sehingga sangat sulit dimengerti ucapannya meskipun saat diucapkan dengan tepat.Memiliki sifat yang baik dan mampu bersosialisasi dengan baik; (c) trainable mental retardation, memiliki kemampuan bahasa yang terbatas tetapi mampu menggunakannya. Dapat mengerti dan mengung-

TERAPI MODIFIKASI PERILAKU DENGANPOSITIVE REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK YANG

MENGALAMI MILD INTELLECTUAL DISABILITY

Yulinda Septiani Manurung Fakultas Psikologi Universitas Prima Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAKSI

Modifikasi perilaku merupakan suatu teknik perubahan perilaku yang didasarkan pada teori-teori belajar.Karakteristik yang paling utama dari modifikasi perilaku adalah kekuatannya dalam menekankan pada pendefinisian masalah dalam hal perilaku, yang dapat diukur dalam berbagai cara, kemudian menggunakan perubahan dalam pengukuran masalah perilaku sebagai indikator terbaik untuk melihat sejauh mana masalah tersebut dapat diselesaikan. Pada permasalahan anak yang mengalami mild intellectual disability, modifikasi perilaku diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresifnya terutama dalam pengucapan fonem-fonem konsonan.Oleh karena itu, teknik modifikasi perilaku yang dapat diterapkan adalah positive reinforcement.Reinforcement atau reward merupakan suatu perlakuan segera yang mengikuti target perilaku dan bertujuan untuk meningkatkan munculnya perilaku yang diinginkan dari individu. Kata kunci: modifikasi perilaku, positive reinforcement, mild intellectual disability

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 249

kapkan pesan yang diberikan atau yang dibutuhkannya.Kosakata dan tata kalimat yang digunakan terbatas dan sederhana.Terjadi omisi pada artikulasi.Suka meniru dan berbicara dengan bahasa yang tidak tepat, yaitu dengan menambahkan beberapa bahasa yang tidak sesuai dengan konsep Menggunakan bahasa yang sering didengar di lingkungan (tergantung kata yang sedang popular di masyarakat) bukan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya. Tidak menjadikan bahasa sebagai media untuk mengekspresikan dan lebih mementingkan gerak tubuh dari pada kata-kata itu sendiri; dan (d) custodial (profound mental retardation) yangtidak memiliki kemampuan berbahasa secara oral (verbal).Bahasa ekspresif lebih diberikan dalam bentuk tangis, jeritan atau rintihan. MODIFIKASI PERILAKU

Modifikasi perilaku merupakan suatu teknik perubahan perilaku yang didasarkan pada teori-teori belajar.Ada beberapa karakteristik dari teknik modifikasi perilaku(Martin & Pear, 2007). Karakteristik yang paling utama dari modifikasi perilaku adalah kekuatannya dalam menekankan pada pendefinisian masalah dalam hal perilaku, yang dapat diukur dalam berbagai cara, kemudian menggunakan perubahan dalam pengukuran masalah perilaku sebagai indikator terbaik untuk melihat sejauh mana masalah tersebut dapat diselesaikan.

Karakteristik lain dari modifikasi perilaku adalah prosedur dan teknik treatmennya merupakan cara untuk mengubah lingkungan seseorang sehingga individu dapat berfungsi sepenuhnya dalam lingkungan sosial. Karakteristik ketiga, yaitu metode dan dasar pemikirannya dapat dijelaskan dengan tepat.Hal ini berkaitan dengan karakteristik keempat dari modifikasi perilaku, dimana tekniknya dapat diaplikasikan oleh individu dalam kesehariannya.

Karakteristik kelima, yaitu teknik-teknik dalammodifikasi perilaku berakar dari penelitian-penelitian dasar dan terapan dalam psikologi belajar secara umum, dan prinsip operant dan conditioning secara khusus. MODIFIKASI PERILAKU DENGAN POSITIVE REINFORCEMENT

Ada beberapa teknik modifikasi perilaku yang dapat digunakan.Pada permasalahan yang dialami oleh subjek (BP), modifikasi perilaku diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

bahasa ekspresifnya terutama dalam pengucapan fonem-fonem konsonan.Oleh karena itu, teknik modifikasi perilaku yang dapat diterapkan adalah positive reinforcement.Reinforcement atau reward merupakan suatu perlakuan segera yang mengikuti target perilaku dan bertujuan untuk meningkatkan munculnya perilaku yang diinginkan dari individu (Morris, 1985).

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas dari penguatan positif (Martin & Pear, 2007), antara lain: (a) memilih perilaku yang akan ditingkatkansecara spesifik;(b) memilih penguatyang digunakan untuk meningkatkan respon ketika diikuti oleh sebuah respon. Kebanyakan penguat positif diklasifikasikan kedalam lima kelompok, antara lain dapat dikonsumsi, aktivitas, manipulatif, possessional, dan sosial; (c) motivating operations, kebanyakan penguat tidak lagi efektif jika tidak ditarik terlebih dahulu selama beberapa lama sebelum digunakan;(d) ukuran penguat, penting dalam menentukan efektivitas penguat tersebut; (e) instruksi atau aturan, yakni: suatu bentuk pemahaman yang diberikan kepada peserta mengapa ia diberikan penguat; (f) pemberian penguat yang segera; (g) contingent vs noncontingent reinforcement, dimana ketika suatu perilaku harus muncul sebelum penguat diberikan, maka dapat dikatakan penguat contingent dengan perilaku. Sedangkan ketika penguat diberikan pada suatu waktu tertentu, dengan tidak didahului suatu perilaku, maka penguat tersebut dapat dikatakan noncontingent; (h) menghentikan program dan menggantinya dengan penguat alami.Penguat alami (natural reinforcers) adalah penguat yang tidak direncanakan yang muncul secara alami dalam kehidupan sehari-hari dan tempat dimana munculnya disebut natural environment. Program dikatakan efektif apabila setelah program selesai dilaksanakan, peserta terapi secara otomatis berperilaku sesuai yang diharapkan meskipun penguat-penguat yang ia terima sebelumnya tidak lagi diberikan. MODIFIKASI PERILAKU POSITIVE REINFORCEMENT UNTUK MENINGKAT-KAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK YANG MENGALAMI MILD INTELLECTUAL DISABILITY

BP adalah seorang anak laki-laki berusia 8 tahun 5 bulan.Di usianya yang hampir menginjak 9 tahun, BP belum dapat membaca, menulis tanpa meniru, dan mengerjakan soal hitungan sederhana. Menurut Lovitt (dalam Abdurrahman,

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 250

2009), salah satu penyebab anak kesulitan berbahasa adalah karena adanya kekurangan kognitif seperti yang dialami oleh BP. Kekurangan kognitif tersebut akan membuatnya kesulitan memahami dan membedakan makna bunyi wicara. Kesulitan semacam itu menyebabkan anak mengalami kesulitan untuk merangkai fonem, segmentasi bunyi, membedakan nada, mengatur kenyaringan, dan mengatur durasi bunyi. Proses Pelaksanaan Modifikasi Perilaku denganPositive Reinforcement a. Pengambilan Data Baseline Tahap baseline merupakan tahap pengukuran sebelum memulai program.Pengambilan data baseline dibutuhkan untuk melihat kemampuan penguasaan tahapan-tahapan perilaku yang telah dirancang. Dari hasil pengumpulan data baseline, pemeriksa dapat menentukan penambahan atau pengurangan tahapan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan modifikasi perilaku. Selama proses pengambilan data baseline, pemeriksa ingin mengobservasi bagaimana kemampuan pengu-capan fonem BP ketika diminta menirukan pemeriksa mengucapkan huruf baik vokal maupun konsonan, nama-nama benda, dan beberapa aktivitas seperti yang terdapat di dalam flash cards(terlampir). Selain itu, pemeriksa juga ingin melihat bagaimana kemampuan BP ketika diminta menyebutkan nama-nama benda yang ditunjukkan padanya. Baseline dilakukan di rumah BP selama empat hari berturut-turutsebanyak 5 sesi, dimana masing-masing sesi berlangsung selama 15 hingga 30 menit.

Jumlah sesi pengambilan data baseline menurut Martin & Pear (2007) adalah bervariasi, meskipun lebih baik jika dilakukan sebanyak lima sesi karena pola perilaku biasanya sudah stabil dan dapat diperbaiki. Oleh karena itu, pengambilan data baseline pada proses modifikasi perilaku yang dilakukan terhadap BP adalah sebanyak lima sesi. Pada sesi terakhir, terlihat bagaimana kemampuan BP dalam hal pengucapan fonem baik yang sudah maupun yang belum dikuasainya. b. Pelaksanaan Terapi Modifikasi Perilaku

Prosedur pelaksanaanterapi modifikasi perilaku yang diberikan kepada BP, antara lain: menyiapkan flashcards berisikan huruf-huruf dan gambar-gambar yang harus diucapkan BP pada setiap latihan, menetapkan jadwal pelaksanaan terapi, menyiapkan suatu ruangan khusus yang bebas dari gangguan agar BP dapat latihan dengan nyaman, melatih BP pengucapan

dengan artikulasi yang benar dan suara jelas, reinforcer langsung diberikan jika BP menun-jukkan target perilaku, serta mencatat perkemba-ngan BP selama menjalani proses terapi. Adapun penguat (reinforcement) yang dberikan kepada BP adalah pujian atau pesan nonverbal, seperti mengatakan “bagus” atau memberikan “toss” dan pemberian makanan atau minuman serta stiker bintang di setiap akhir sesi apabila BP dapat bekerja sama dengan baik. c. Grafik Hasil Pelaksanaan Terapi

Modifikasi Perilaku 1) Mengucapkan 21 fonem konsonan dengan

artikulasi yang tepat

Fonem Konsonan

0%100%

Baseline Setelah

Terapi

2) Menyebutkan nama-nama hewan (dua suku kata) yang ada di flash cards dengan artikulasi yang tepat

Hewan Dua Suku Kata

0%50%

Baseline Setelah Terapi

3) Menyebutkan nama benda-benda di sekitar (dua suku kata) yang ada di flash cards dengan artikulasi yang tepat

Benda Dua Suku Kata

0%

20%

Baseline Setelah Terapi

4) Menyebutkan nama benda-benda di sekitar (tiga suku kata) yang ada di flash cards dengan artikulasi yang tepat

Benda Tiga Suku Kata

0%100%

Baseline Setelah Terapi

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 251

5) Menirukan pengucapan aktivitas sehari-hari dengan artikulasi yang tepat

Aktivitas Sehari-hari

0%100%

Baseline Setelah Terapi

6) Menirukan pengucapan benda-benda atau orang-orang di sekitar yang sering dijumpai dengan artikulasi yang tepat

Benda/Orang yang Sering Dijumpai

40%60%80%

Baseline Setelah Terapi

7) Menyebutkan nama-nama benda di sekitar yang ditunjuk dengan artikulasi yang tepat

Benda yang Ditunjuk

0%

50%

Baseline Setelah Terapi

d. Evaluasi Pelaksanaan Terapi Modifikasi Perilaku Bila dibandingkan dengan hasil baseline,

maka hasil pelaksanaan terapi modifikasi perilaku menunjukkan adanya peningkatan kemampuan BP dalam pengucapan fonem dengan artikulasi yang tepat.

Beberapa kendala yang dihadapi adalah subjek adalah mudah bosan dan malas jika proses latihan berlangsung agak lama atau terus menerus diulang. Hal tersebut ditandai dengan berkurangnya konsentrasi dan menurunnya daya juang BP. Selain itu, gerakan artikulasi mulut BP harus selalu diingatkan.BP juga memiliki emosi yang kurang stabil sehingga ia harus selalu dibujuk dan dimotivasi sehingga proses terapi tidak dapat dilakukan jika BP sedang dalam kondisi mood yang tidak bagus, misalnya ketika ia sedang mengantuk. BP mampu berbicara mengungkapkan isi pikirannya, namun ia selalu berbicara terburu-buru sehingga fonem-fonem tertentu pada kata-kata yang diucapkannya seringkali dihilangkannya. Terba-

tasnya ruangan di rumah BP sehingga jika ada anggota keluarga yang hadir, terutama ibu, membuat konsentrasi BP terpecah.Beberapa fonembisa disebutkan oleh BP dengan baik namun ketika digabung menjadi sebuah kata, fonem tersebut menjadi hilang, misalnya ia mampu mengucapkan fonem s, namun ketika digabung menjadi kata seperti ‘sapi’ (awal kata), pengucapannya menjadi ‘api’. Demikian pula dengan fonem k. BP mampu mengucapkan ‘k’ namun bila fonem tersebut digabung menjadi kata seperti ‘jaket’ (tengah kata), pengucapannya menjadi ‘detet’.

e. Tindak Lanjut Pelaksanaan Terapi

Tahap tindak lanjut merupakan tahapan untuk menentukan perubahan yang telah dicapai selama pelaksanaan program yang dapat bertahan setelah program dianggap selesai.Tahap tindak lanjut pelaksanaan terapi modifikasi perilaku dilakukan tiga minggu setelah program berakhir. Tahap tindak lanjut dilakukan dengan cara mengobservasi BP dan melakukan anamnesa terhadap ibu BP. Berdasarkan hasil tindak lanjut, diketahui bahwa terdapat penurunan kemampuan BP dalam pengucapan fonem dengan artikulasi yang tepat. Hal ini terjadi karena program latihan tidak dilanjutkan di rumah. Menurut ibu BP, ia tidak sempat mengajarkan BP secara teratur karena kesibukannya bekerja. Selain itu, BP juga cenderung bersikap manja apabila belajar dengan ibu sehingga ayah harus berada di rumah terlebih dahulu barulah BP lebih serius untuk belajar. Dengan kata lain, keinginan ibu agar BP bisa berbicara dengan jelas tidak didukung dengan kedisiplinannya untuk mengajarkan BP untuk berbicara secara teratur. KESIMPULAN

Setelah dilakukan proses terapi, ada peningkatan kemampuan BP dalam artikulasi pengucapan baik fonem maupun kata-kata yang memiliki dua suku kata. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan jumlah data frekuensi yang diperoleh setelah terapi bila dibandingkan dengan data pada saat baseline. Selain itu, reinforcer yang digunakan selama proses terapi cukup berperan untuk meningkatkan keterlibatan BP dalam proses latihan sehingga meskipun tidak terlalu signifikan, ada kemajuan perilaku yang ditunjukkan oleh BP sesuai dengan target perilaku yang ingin dicapai. Namun, oleh karena proses belajar tidak diteruskan setelah program berakhir, beberapa kemampuan yang telah

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 252

dicapai oleh BP kembali menurun seperti semula. Dengan demikian, perlu kedisiplinan dari pihak keluarga terutama ibu agar target perilaku yang telah dicapai oleh BP dapat bertahan.

DISKUSI

Ada beberapa fonem konsonan yang belum dapat diucapkan oleh BP dengan baik, antara lain: ‘g’,’ j’, ‘r’, ‘x’, dan ‘z’. Secara umum ada beberapa klasifikasi fonem konsonan, salah satunya adalah klasifikasi yang terdiri atas: (a) konsonan letupanatau eksplosif; (b) konsonan geseran atau spiran, (c) konsonan sengau atau nasal; konsonan lateral; dan (d) konsonan getar (Samsuri, 1994). BP masih mengalami kesulitan dalam pengucapan pada beberapa fonem konsonan yang tergolong letupan (‘g’ dan ‘j’), geseran (‘x’ dan ‘z’), dan getar (‘r’).Sementara untuk fonem vokal, BP tidak mengalami kesulitan.Ia sudah mampu mengucapkan fonem vokal dengan artikulasi yang tepat. Menurut College of Allied Educators (2012) konsonan letupan, geseran, dan getar tersebut secara berurutan termasuk pada konsonan plosive, fricative, dan liquid.

BP belum mampu mengucapkan kata-kata tiga suku kata dengan artikulasi yang tepat.Ia menghilangkan suku pertama pada kata tersebut ketika mengucapkannya. Berhubung tujuan dari terapi modifikasi perilaku yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan BP pada pengucapan kata-kata dengan dua suku kata, maka selain difokuskan pada peningkatan kemampuan pengucapan fonem, terapi juga difokuskan untuk meningkatkan kemampuannya mengucapkan kata-kata dengan dua suku kata. Pada kata-kata dengan dua suku kata, ia juga menghilangkan suku pertama dari kata tersebut ketika dilakukan baseline. Setelah dilakukan terapi, meskipun beberapa kata tersebut mampu diucapkannya secara utuh, beberapa kata tetap diucapkannya dengan menghilangkan suku kata pertama. Namun pengucapan beberapa suku kata pada kata-kata tertentu digantinya dengan bunyi yang lain, misalnya ‘kulkas’ menjadi ‘tultas’, ‘gelas’ menjadi ‘delas’, ‘sendok’ menjadi ‘tendok’. Gangguan artikulasi BP tergolong pada gangguan substitusi, yakni mengganti suatu bunyi dengan bunyi yang lain dan gangguan omisi, yakni menghilangkan suatu bunyi dalam suatu kata (College of Allied Educators, 2012).

Masih sulitnya BP dalam mengucapkan beberapa konsonan dan suku kata tersebut terkait dengan keterbatasan intelektual yang dialaminya.

Berdasarkan klasifikasi retardasi mental menurut Van Riper& Erickson (1996), BP tergolong educable mental retardation.Individu dengan gangguan tingkatan tersebut biasanya mengalami omisi atau subtitusi pada bunyi plosive dan banyak terjadi pada bunyi fricative.Selain itu, bunyi pada artikulasi / r / dan / l / juga akan mengalami distorsi.

DAFTAR PUSTAKA _______. (1997). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Abdurrahman, M. (2009).Pendidikan Bagi Anak

Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th Edition) Text Revision. Washington DC: Author.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th Edition). Washington DC: Author.

College of Allied Educators. (2012). Certified Intensive Course: Speech-Language Development. Jakarta: tidak diterbitkan.

Gelfand, D.M & Drew, C.J. (2003).Understanding Child Behavior Disorders (4th Edition). USA: Thomson Wadsworth.

Martin, G. & Pear, J. (2007).Behavior Modification: What It Is and How To Do It (8th Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Morris, R.J. (1985). Behavior Modification With Exceptional Children: Principles and Practices. USA: Scott, Foresman and Company.

Samsuri.(1994). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Van Riper, C& Erickson, R.L. (1996).Speech Correction: An Introduction to Speech Pathology and Audiology (9th Edition). USA: Allyn & Bacon

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 253

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting bagi keberhasilan mencapai tujuan suatu organisasi. Pegawai tidak dipandang hanya sebagai modal atau biaya, tetapi juga dianggap sebagai salah satu bentuk bagian organisasi yang dapat meningkatkan nilai kompetitif organisasi. Oleh karena itu, agar pegawai dapat menjadi sumber daya utama dalam mensukseskan tugas-tugas, maka kinerjanya harus ditingkatkan. Menurut Sembiring (2012:84) kinerja organisasi pada dasarnya merupakan tanggung jawab setiap anggota organisasi. Apabila kinerja anggota organisasi baik maka diharapkan kinerja organisasi juga baik. Menurut Sutrisno (2010:172) kinerja karyawan adalah hasil kerja karyawan dilihat dari aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi. Peningkatan ataupun penurunan kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, bisa dari dalam diri pekerja maupun dari dalam perusahaan tempatnya bekerja. Sembiring (2012:83) mengatakan bahwa semua faktor dari individu karyawan termasuk pimpinan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja,

seperti tingkat motivasi, kesehatan fisik dan mental, keahlian pengetahuan, kemampuan berpikir dan sebagainya. Juga terdapat faktor sistem yaitu semua faktor yang berada dan bersumber diluar kendali para karyawan secara individual atau yang timbul dari perusahaan, sebagai contoh : lingkungan kerja yang kurang nyaman, prosedur kerja yang buruk, organisasi yang gemuk, komunikasi yang jelek, sarana dan prasarana yang kurang memadai, sistem rewards dan punishment, dan sebagainya. Berbagai faktor tersebut bisa terjadi diperusahaan manapun, baik perusahaan swasta maupun instansi pemerintah. Menurut Basuki dan Susilowati (2005:40) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan yang dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung seseorang atau sekelompok orang di dalam melaksanakan aktivitasnya. PT. Tirta Raya Abadi Medan adalah perusa-haan yang bergerak di bidang pendistribusian alat-alat kesehatan yang dalam operasinya mengalami kemajuan aktivitas perusahaan yang semakin pesat. Dengan pesatnya kemajuan tersebut menuntut perusahaan untuk mengem-bangkan sistem yang mengkedepankan pada peningkatan kinerja karyawan. Untuk mencapai

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. TIRTA RAYA ABADI MEDAN

Putra Chairy

Fakultas Ekonomi Universitas Amir Hamzah Medan

ABSTRACT

This study aims to determine wether the work environment and the individual characteristics affect the performance of employees at PT. Tirta Raya Abadi , Medan Branch. This type of research is associative causal. The population in this study are employees 200 people, using a sampling technique is probability sampling, the samples taken are as many as 52 people. The data used in this study is the engineering documentation and questionarries. Data analysis using SPSS 17.0 software (Statistical Product and Services Solution) for windows and independent testing classic. Variable assumptions used in this study is the work environment and individual characteristics, while the performance of employees as the dependent variable. The results showed that partially, work environment variables significantly influence employee performance, partial variable individual characteristics have no significant effect on employee performance. The coefficient of determination between the work environment and the individual characteristics of the performance of employees amounted to 0,199 or 19,9% meaning that 19,9% of employee performance is influenced by the work environment and individual characteristics, while the remaining 80,1% is influenced by other variables not study author.

Keywords: Work Environment, Individual Characteristics and Performance Employees

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 254

hasil kerja yang optimal maka karyawan dipacu untuk terus memeberikan yang terbaik pada perusahaan. sistem reward kepada karyawan yang berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, dan rendahnya kesadaran serta budaya kerja pegawai yang selalu menunggu perintah dari atasan. Pegawai juga kurang memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang dikarenakan sistem pengawasan yang rendah terhadap cara kerja pegawai dan minimnya perhatian dari pimpinan. Dan dari pegawai sendiri juga cenderung tidak memiliki kesadaran atau tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya B. Rumusan Masalah

Atas dasar pertimbangan permasalahan serta asumsi-asumsi tersebut diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: ”Apakah ada pengaruh lingkungan kerja dan karakteristik individu secara parsial atau secara simultan terhadap kinerja karyawan di PT. Tirta Raya Abadi Medan Cabang Medan”. C. Hipotesis

“Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan kerja dan karakteristik individu terhadap kinerja karyawan PT. Tirta Raya Abadi Medan. II. LANDASAN TEORI A. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dari para karyawan akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap jalannya operasi perusahaan. Lingkungan kerja ini yang akan mempengaruh para karyawan perusahaan, sehingga dengan demikian baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Lingkungan kerja yang baik dan memuaskan para karyawan tentu akan meningkatkan produktivitas kerja daripada karyawan. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak baik akan menurunkan produktivitas perusahaan.

Menurut Mardiana (2005:15) lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika

pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah ditempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja karyawan juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.

B. Karakteristik individu

Perbedaan karakteristik individu yang tidak sama antara satu karyawan dengan karaywan yang lainnya menurut Ratih Hurriyanti (2005:81) yang termasuk karakteristik individu yaitu : 1. Usia

Sebagian besar penelitian menunjukkan hubungan positif antara usia dan kepuasan, sekurangnya sampai usia 60 tahun. Ada dua tipe karyawan yaitu karyawan professional dan karyawan non professional. Kepuasan cenderung terus menerus meningkat pada para professional dengan bertambahnya usia mereka, sedangkan pada non professional kepuasan itu merosot selama usia tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun sealnjutnya.

2. Jenis kelamin Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan mempengaruhi kepuasan kerja. Jenis kelamin tidak mempengaruhi kepuasan kerja maupun tingkat produktivitas pekerjaannya melainkan mempengaruhi tingkat turn over dan tingkat absensi karyawan.

3. Status kawin Perkawinan menyebabkan meningkatnya tanggung jawab seseorang. Ha ini pada gilirannya membuat karyawan yang sudah berkeluarga melihat pekerjaannya lebih bernilai dan penting, serta ikut menentukan bagaimana tingkat kepuasan kerja mereka.

4. Masa kerja Senioritas atau masa kerja berkaitan positif dengan kepuasan kerja. Apabila masa kerja tinggi maka kepuasan kerja tinggi, sedangkan apabila masa kerja rendah maka kepuasan kerja juga akan rendah. Apabila seorang karyawan mendapatkan kepuasan atas pekerjaannya, maka karyawan tersebut akan merasa senang untuk tetap tinggal bekerja ditempat kerjanya.

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 255

C. Perilaku individu Karakteristik kepribadian mencerminkan

beberapa kolompok perbedaan individual paling mendasar dalam organisasi. Kepribadian adalah atribut psikologis dan perilaku yang relative stabil, yang membedakan satu orang dengan orang lain. Manajer harus berusaha memahami atribut kepribadian dasar dan bagaimana atribut tersebut mempengaruhi perilaku individu dalam situasi organisasional, serta mencoba memahami persepsi dan sikap individu terhadap organisasi.

Lima dasar karakteristik kepribadian Dalam beberapa tahun terakhir para peneliti mengidentifikasi lima karakteristik kepribadian fundamental yang sangat relevan bagi organisasi. Kelima karakteristik ini secara umum adalah :

- Keakuran. - Kesungguhan. - Emosionalitas. - Ekstoversi. - Keterbukaan.

Selain dari lima karakteristik tersebut, masih ada beberapa karakteristik kepribadian yang mempunyai perilaku di dalam organisasi diantaranya :

- Locus of control - Self efficacy - Otoritarianisme - Machiavellianisme - Self esteem - Risk propencity

F. Kinerja kayawan

Kinerja dalam merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan . para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah . terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan/instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk oraganisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2010:67) “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Menurut Ambar Sulistiyani (2013:223) “kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan , usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya“ kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan , pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Menurut Mink (2008:76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berpengendalian diri, (d) kompetensi. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Lokasi, objek, waktu penelitian, dan

sampel penelitian Jenis penelitian ini adalah asosiatif,

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Tirta Raya Abadi Medan, berada di Jl. Bromo – Komplek Bromo Bintang Regency No. A-12 Medan. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Tirta Raya Abadi Medan. Waktu penelitian yang direncanakan dan akan dilaksanakan adalah pada bulan Mei 2017 s/d juli 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 52 karyawan.

B. Definisi operasional variabel

Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis. Dibawah ini definisi operasional dari penelitian yang akan dilakukan :

Tabel 3.1. Definisi operasional Variabel Definisi Indikator Skala

Lingkungan kerja (X1)

Segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.

1.Penerangan cahaya 2. Suhu udara 3. Suara bising 4. Keamanan kerja

Likert

Karakteristik individu

(X2)

Sumber daya yangterpenting dalam suatuorganisasi adalah sumberdaya, orang-orang yangmemberikan tenaga,bakat, kreatifitas danusaha merekakepadaorganisasi agar suatuorganisasi dapat tetapeksistensinya.

1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Status kawin 4. Masa kerja

Likert

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 256

Kinerja karyawan

(Y)

Kesediaannya untukmengeluarkan tingkatupaya yang lebih tinggikearah tercapainyasasaran.

1. Ketepatan waktu2. Kreatifitas 3. Tanggung jawab4. Kualitas

Likert

C. Teknik pengumpulan data

Data penelitian adalah semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis pada penelitian ini adalah: 1. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dapat digunakan sebagai pengumpul data apabila informasi yang dikumpulkan bersumber dari dokumen, seperti buku, jurnal, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. 2. Teknik kuisioner

Kuisioner adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan angket, sehingga dalam waktu relatif singkat dapat menjangkau banyak responden. Secara garis besar ada dua cara penggunaan, yaitu disebarkan kemudian diisi oleh respons dan digunakan sebagai pedoman wawancara dengan responden yang menggunakan Skala Likert.

D. Teknik analisis data

Setelah data diperoleh baik saat pengum-pulan data di lapangan maupun setelah terkumpul, maka data tersebut diolah agar sistematis. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah : 1. Uji validitas dan uji reliabilitas 2. Uji Asumsi Klasik 3. Analisis Regresi Linier Berganda 4. Uji Hipotesis

IV. PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1). Uji Validitas & Reliabilitas a. Uji Validitas

Tabel IV.1 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Kerja (X1)

No. Butir Koefisien Korelasi r table Status

1. 0,655 0,2732 Valid 2. 0,692 0,2732 Valid 3. 0,562 0,2732 Valid 4. 0,690 0,2732 Valid 5. 0,524 0,2732 Valid 6. 0,557 0,2732 Valid

Sumber : Hasil Penelitian (data diolah 2017)

Berdasarkan pengujian dari butir pertanyaan untuk variabel kualitas pelayanan semua pertanyaan mempunyai status valid karena nilai

korelasi > dari r tabel sehingga instrumen layak digunakan.

Tabel IV.2. Hasil Uji Validitas Variabel

Karakteristik Individu (X2) No.

Butir Koefisien Korelasi r table Status

1. 0,342 0,2732 Valid 2. 0,547 0,2732 Valid 3. 0,750 0,2732 Valid 4. 0,691 0,2732 Valid 5. 0,598 0,2732 Valid

Sumber : Hasil Penelitian (data diolah 2017)

Berdasarkan pengujian dari butir pertanyaan untuk variabel kualitas pelayanan semua pertanyaan mempunyai status valid karena nilai korelasi > dari r tabel sehingga instrumen layak digunakan.

Tabel IV.3

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan (Y) No. Butir Koefisien Korelasi r table Status

1. 0,593 0,2732 Valid 2. 0,717 0,2732 Valid 3. 0,742 0,2732 Valid 4. 0,630 0,2732 Valid 5. 0,475 0,2732 Valid 6. 0,470 0,2732 Valid

Sumber : Hasil Penelitian (data diolah 2017)

Berdasarkan pengujian dari butir pertanyaan untuk variabel kualitas pelayanan semua pertanyaan mempunyai status valid karena nilai korelasi > dari r tabel sehingga instrumen layak digunakan.

b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dikatakn reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali, 2006:42).

Tabel IV.4. Hasil Uji Reliabilitas

Sumber : Hasil Penelitian (data diolah 2017)

Jika nilai reliabilitas semakin mendekati 1,

maka instrumen penelitian semakin baik. Nilai reliabilitas instrumen di atas menunjukkan tingkat reliabilitas instrumen penelitian sudah memadai karena sudah mendekati 1 (> 0,5).

2). Uji Statistik

Uji statistik menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan

Variabel Nilai Reliabilitas

Status

Lingkungan Kerja (X1) 0,665 Reliabel Karakteristik Individu (X2) 0,504 Reliabel

Kinerja Karyawan (Y) 0,650 Reliabel

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 257

alat bantu aplikasi Software SPSS 17.0 for Windows

Tabel IV.5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coeffi cients

Collinearity Statistics

Model B Std.

Error Beta t Sig.Tolerance VIF

(Constant) 7.873 3.758 2.095 .041

Lingkungan Kerja

.376 .129 .372 2.906 .005 .999 1.001

1

Karakteristik Individu

.287 .144 .254 1.988 .052 .999 1.001

a. Dependent Variable: KinerjaKaryawan Sumber : Pengolahan Data SPSS (2017)

Berdasarkan hasil analisis data diatas,maka diperoleh persamaan model regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 7.873 + 0.376X1 + 0.287X2 Persamaan diatas mengandung makna : 1. Konstanta (a) sebesar 7,873 menyatakan

bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka kinerja karyawan adalah sebesar 7,873, dengan asumsi bahwa variabel bebas tetap atau sama dengan nol.

2. Koefisien Lingkungan Kerja (b1) sebesar 0,376 hal ini menunjukkan apabila terjadipeningkatan variabel lingkungan kerja sebesar 1%, maka akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,376 , dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.

3. Koefisien Karakteristik Individu(b2) sebesar 0,287 hal ini menunjukkan apabila terjadi peningkatan variabel karakteristik individu sebesar 1%, maka akan meningkatkan kinerja karyawansebesar 0,287, dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.

3). Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa model regresi linear berganda dapat digunakan atau tidak. a. Uji Normalitas

Untuk pengujian normalitas data dalam penelitian ini dideteksi melalui analisa grafik dan statistik yang dihasilkan melalui perhi-tungan regresi dengan SPSS. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut:

Gambar IV.1. Histogram

Berdasarkan gambar IV.1 memperlihatkan

bahwa pada grafik histogram, distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang sem-urna, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi nomal.

Gambar IV.2. Normal P-Plot

Grafik p-plot pada gambar IV.2 memperli-

hatkan penyebaran data (titik) disekitar garis regresi (diagonal) dan penyebaran titik-titik data search mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Diagnosis adanya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Apabila grafik penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi tidak membentuk suatu pola tertentu, seperti meningkat atau menurun, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar IV.3. Scatterplot

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 258

Gambar IV.3 memperlihatkan pola yang jelas dimana titik-titik menyebar dan titik-titik tersebut tidak membentuk pola tertentu. Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi persoalan heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Hasil pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS, hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.6 berikut :

Tabel IV.6. Hasil Uji Multikolieritas

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coeffi cients

Colline arity

Statistics

Model B Std.

Error Beta t Sig.Tolerance VIF

(Constant) 7.873 3.758 2.095 .041

Lingkungan Kerja

.376 .129 .372 2.906 .005 .999 1.001

1

Karakteristik Individu

.287 .144 .254 1.988 .052 .999 1.001

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber : Pengolahan Data SPSS (2017)

Berdasarkan Tabel IV-6 diatas terlihat

bahwa variabel lingkungan kerja (X1) memiliki angka Variance Inflation Factor (VIF) sebesar 1,001. Variabel karakteristik individu (X2) bernilai 1,001.Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yaitu lingkungan kerja, karakteristik individu, memiliki angka Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10, sedangkan nilai Tolerance mendekati 1, dengan demikian dapat disim-pulkan bahwa pada model regresi tersebut bebas dari asumsi multikolinearitas.

4). Uji Hipotesis a. Uji Parsial (t)

Dalam peneltiian ini sampel yang digunakan oleh penulis adalah sebanyak 52 orang. Untuk mengkaji signifikan hubungan yang sudah ditemukan dapat dilihat pada tabel IV>7.

Berdasarkan persamaan regresi diperoleh hasil untuk variabel lingkungan kerja diperoleh nilai thitung> ttabel (2,906> 2,0095) dan nilai

signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas (0,005< 0,05).

Tabel IV.7. Hasi Uji Parsial

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standar dized Coeffi cients

Collinearity

Statistics

Model B Std.

Error Beta t Sig.Tolerance VIF

(Constant) 7.873 3.758

2.095

.041

Lingkungan Kerja

.376 .129 .372 2.906

.005 .999 1.001

1

Karakteristik Individu

.287 .144 .254 1.988

.052 .999 1.001

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber : Pengolahan Data SPSS (2017)

Untuk variabel karakteristik individu diperoleh thitung< ttabel (1,988<2,0095) dan nilai signifikansi lebih besar dari nilai probabilitas (0,052>0,05). Dengan demikian dapat disimpu-lkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dan variabel karakteristik individu tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

b. Uji Simultan (F)

Tabel IV.8. Hasil Uji Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Regression 131.878 2 65.939 6.069 .004a

Residual 532.353 49 10.864

1

Total 664.231 51

a. Predictors: (Constant), Karakteristik Individu, Lingkungan Kerja

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber : Pengolahan Data SPSS (2017)

Dari tabel diatas, nilai F hitung adalah sebesar 6,069 sedangkan nilai F tabelnya adalah sebesar (df = 52 – 2= 50). Selain itu, nilai signifikannya adalah sebesar 0,000 lebih besar daripada taraf signifikan 0,05. Karena nilai F hitung > F tabel (6,069>3,18) dan nilai signifikan lebih kecil daripada taraf signifikan (0,004< 0,05),artinya lingkungan kerja dan karakteristik individu secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

c. Uji Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) diguna-kan untuk mengukur proporsi atau persentase

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 259

atas persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antar nol sampai satu (0<R2<1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini model yang digunakan semakin kuat menarangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.

Tabel IV.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R

Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .446a .199 .166 3.296 1.741

a. Predictors: (Constant), Karakteristik Individu, Lingkungan Kerja

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber : Pengolahan Data SPSS (2017)

Berdasarkan perhitungan koefisien deter-minasi, dapat dilihat nilai R Square yang diperoleh adalah 0,199 atau 19,9%. Hal ini berarti 19,9% kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel lingkungan kerja dan karakteristik individu, sedangkan sisanya sebesar 80,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-hasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa secara parsial variabel lingkungan kerja

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, variabel karakteristik individu tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Tirta Raya Abadi Medan .

2. Secara simultan bahwa variabel lingkungan kerja dan karakteristik individu berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Tirta Raya Abadi Medan .

3. Dari hasil koefisien determinasi antara variabel lingkungan kerja dan karakteristik individu terhadap kinerja karyawan sebesar 0,199 atau19,9%, artinya sebesar19,9% kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel lingkungan kerja dan karakteristik individu, sedangkan sisanya 80,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Erlina. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Medan. USU Press.

Ferrinadewi, Erna, 2008. Merek & Psikologi Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Freddy Rangkuti, 2002. The Power of Brands : Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek + Analisis Kasus dengan SPSS. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gibson, James L.et.al .2005. organizations, behavior, structure, process 4 th ed, Richard D. Irwin inc.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

___________. 2009. Aplikasi Analisis

Multivarite dengan SPSS. Semarang:Universitas Diponegoro.

Griffin, Jill, 2003. Customer Loyalty : How To Earn it, How To Keep It. Yahya,

Dwi Kartini. (Terjemahan). Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan, Penerbit Erlangga, Jakarta

Hasan, Ali. 2008. Marketing. Yogyakarta : Media Pressindo.

_________, 2010, Marketing dari Mulut ke

Mulut, Cet 1, Yogyakarta, Media Pressindo

Hurriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung. Alfabeta.

Iqbal, Muhammad dan Yulfrita Adami, 2013. “Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 1 Nomor 1 hal 85-98.

Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Buku 2. Terjemahan AB.Susanto. Jakarta: Salemba Empat.

Kotler, Philip, 2005. Manajemen Pemasaran, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta

Kunto Ari, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ketigabelas. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kurniawan, Albert. 2015. Metode Riset Untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 260

Majalah SWA Sembada Indonesia. Digital Preneur 100” 04/XXVII/17 Feb-2 Mar 2011

Mardalis, Ahmad, 2005. Meraih Loyalitas Pelanggan, Balai Pustaka, Jakarta.

Mouren, Margaretha. 2009, “Studi Mengenai Loyalitas Pelanggan Pada Divisi Asuransi Kumpulan AJP Bumi Putra”, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, vol.iii, No.3

Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Grahalia Indonesia.

Rangkuti, Freddy.2003. Teknik Mengukur dan

Strategi Meningkatkan Kepuasan Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rismiati, Catur dan Bondan Sutrisno. 2001. Pemasaran Barang dan Jasa. Jakarta : Kanisius.

Rosen,Emanuel. 2004. Kiat Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut. Jakarta : Alex Media Komputindo

Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Cetakan Pertama. Jakarta : Prenada Media.

Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 261

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia bisnis, persaingan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dapat dilakukan melalui berbagai cara. Cara yang paling sering dilakukan adalah melalui harga, diferensiasi produk atau jasa, fleksibilitas, waktu pengiriman, dan mutu. Tidak dapat dipungkiri, mutu telah menjadi syarat utama bagi kesuksesan bisnis. Persaingan bisnis di tingkat global semakin memberikan banyak pilihan kepada pelanggan, sehingga pelanggan dalam memesan produk dan jasa sangat memperhatikan biaya dan nilai. Oleh karena itu, untuk dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan persaingan global, perusahaan harus menghas-ilkan produk yang bermutu dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada pelanggan.

Untuk meningkatkan mutu tidak mudah, diperlukan usaha–usaha yang keras dan serius. Banyak perusahaan yang belum benar–benar memahami bagaimana cara meningkatkan mutu atau tidak puas dengan mutu yang telah dicapai. Untuk menghasilkan mutu terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan.

Salah satu cara meningkatkan mutu adalah dengan menerapkan suatu standar manajemen mutu dalam perusahaan. Standar mutu interna-

sional yang digunakan secara luas di dunia telah diterbitkan oleh badan International Organiza-tion for Standardization (ISO). ISO berisi beberapa seri standarisasi untuk jaminan mutu akan produk yang dihasilkan perusahaan. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Di Indonesia sendiri dikenal dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Badan Standardisasi Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non- Kementerian dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di negara Indonesia. Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Dengan menerapkan manaje-men mutu produk sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), mutu dapat dikendalikan dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin, sehingga memung-kinkan perusahaan mengeliminasi pemborosan, menyederhanakan proses, dan berfokus pada penggunaan praktek mutu yang terbukti menurunkan biaya produksi dan pada akhirnya mempengaruhi setiap aktivitas yang dilaksana-

PENERAPAN STANDARISASI SISTEM MUTU SEBAGAI PENGENDALI PRODUKSI PADA PT. QTON INDONESIA

Teuku Syahril Daoed

ABSTRAKSI

PT. Qton Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dengan memproduksi batu pecah dan beton siap pakai (ready mix). Untuk menjaga kepercayaan konsumen dalam menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan menerapkan standarisasi sistem mutu dalam proses produksinya. Dalam kegiatan produksinya, perusahaan selalu berupaya agar menghasilkan produk yang baik dan menekan kerusakan produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian produksi yang dilakukan PT. Qton Indonesia apakah sudah menerapkan standarisasi sistem mutu secara tepat sebagai pengendalian produksinya, standarisasi mutu produk apakah sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengendalian produksi dilakukan berdasarkan faktor tenaga kerja (SDM), mesin dan peralatan produksi, metode kerja, keadaan lingkungan sampai kepada pengendalian terhadap kualitas produk mulai dari bahan baku yang digunakan, proses produksi, sampai produk jadi.Teknik pengumpulan data peneliti lakukan dengan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung keperusahaan yang menjadi objek penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang dibutuhkan sehubungan dengan materi pembahasan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data skunder yang diperoleh langsung dari pihak perusahaan. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan daripada standarisasi sistem mutu telah berjalan secara tepat dalam pengendalian produksinya. Kata kunci: standarisasi, sistem, mutu, pengendalian, produksi

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 262

kan oleh perusahaan.Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian, standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak/ pemerintah/ keputusan internasional yang terkait dengan memperhati-kan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengeta-huan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Standarisasi adalah proses perumusan, menetap-kan, menerapkan, memelihara, memberlakukan dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan.

Pada penelitian ini diteliti mengenai sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dengan memproduksi batu pecah dan beton siap pakai (Ready mix concrete) yang bernama PT. Qton Indonesia. Sebagai bahan baku kontruksi, produk perusahaan sangat memperhatikan mutu. Sebab, mutu bahan sangat berpengaruh terhadap kualitas bangunan atau kontruksi yang dihasilkan. Jika terjadi hasil kontruksi yang tidak memenuhi baku mutu, maka untuk memperbaiki membutuhkan dana yang amat besar.

PT. Qton Indonesia adalah perusahaan pertambangan yang bergerak dalam bidang Industri pasir, batu pecah dan beton siap pakai (Ready mix concrete) di Sumatera Utara. Pengelolaan yang profesional dalam menjaga standar mutu dan kualitas hasil produksi.PT. Qton Indonesia menghasilkan proses produksi yang dimulai dari bahan mentah hasil pertambangan pasir dan batu pecah untuk kemudian diolah menjadi beton siap pakai (Ready mix concrete) dilakukan oleh perusahaan sendiri. Hal ini membuat kualitas yang dihasilkan mulai dari proses penambangan sampai proses hasil produksi haruslah diperhatikan apakah sudah memenuhi standard mutu atau belum. 1.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, variabel independen yang mempengaruhi adalah penerapan standarisasi sistem mutu pada PT. Qton Indonesia sebagai pengendali proses produksi. 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Apakah Penerapan

Standardisasi Sistem Mutu Sebagai Pengendali Produksi Pada PT. Qton Indonesia sudah berjalan dengan baik? 1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan standarisasi sistem mutu sebagai pengendali produksi pada PT. Qton Indonesia.

2. Uraian Teoritis 2.1. Pengertian Standar, Mutu dan Sistem

Manajemen Mutu Pengertian standar menurut Suryadi

(2010:63) adalah: “Ukuran kualitas kinerja yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan”.

Menurut El-Tawil (2015:2) standar didefinisikan sebagai: “Dokumen yang ditetapkan melalui konsesus dan disetujui oleh badan yang diakui yang menyediakan untuk umum dan penggunaan berulang, aturan, pedoman atau karakteristik dari kegiatan atau hasil mereka bertujuan untuk mencapai tingkat keteraturan optimus dalam konteks tertentu”. Menurut Ernawati (2010:21), standar adalah: “Pernyataan tertulis yang berisi spesifikasi atau rincian–rincian tentang suatu hal khusus yang memperlihatkan tujuan, cita-cita, keinginan, kriteria, ukuran, patokan, dan pedoman. Dalam pelaksanaannya, agar standar yang sudah ditetapkan bisa tercapai, maka diperlukan protokol atau Standar Operating Procedure (SOP)”.Menurut Hidayat (2007:5), “Standar adalah sebuah elemen peningkatan yang paling penting atau pedoman kerja dalam aktifitas proses”.

Menurut Herjanto (2008:392); “Mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan” (SNI 19-9000:2000). Menurut Blocher, David dan Gary (2012:468) manajemen mutu ialah “Upaya berkelanjutan dan tidak mudah menyerah oleh semua pihak di dalam perusahaan untuk memahami dan memperluas ekspektasi konsumen”.

Menurut Gasperz (2006:10) Pengertian Sistem Manajemen Mutu adalah: “Sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 263

atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi”.

Sistem Manajemen Mutu mendefenisikan bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Oleh karena itu, terdapat suatu standar untuk sistem yang diterapkan oleh manajemen, semakin baik sistem yang diterapkam manajemen dalam organisasi, maka semakin mudah bagi organisasi untuk mendapatkan Standar Internasional bagi penerapan sistem manajemen di dalam organisasinya.

2.2. Manajemen Pengendalian Produksi

Menurut Sofyan (2013:3) pengendalian produksi adalah:“berbagai kegiatan dan metode yang digunakan oleh majemen perusahaan untuk mengelolah, mengatur, mengkoordinir, dan mengarahkan proses produksi (peralatan, bahan baku, mesin, tenaga kerja) kedalam suatu arus aliran yang memberikan hasil dengan jumlah biaya yang seminimal mungkin dan waktu yang secepat mungkin”.

Pengendalian produksi yang dilaksanakan pada perusahaan yang satu dengan yang perusahaan yang lain akan berbeda-beda tergantung pada sistem kebijaksanaan perusahaan yang digunakan. Pengendalian keduanya bertujuan sama bagaimana jangka waktu arus material apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan demikian juga bagaimana transportasi dari pabrik proses produksi ke gudang dan dari gudang ke tempat penyimpanan.

Menurut Prihantoro (2012:13) sistem pengendalian mutu dapat diartikan sebagai; struktur kerja operasi pada seluruh perusahaan atau pabrik yang disepakati, didokumentasi dalam prosedur-prosedur teknis manajerial yang terpadu dan efektif. Untuk membimbing tindakan-tindakan yang terkoordinasi dari tenaga kerja, mesin, dan informasi perusahaan, serta pabrik melalui cara yang terbaik dan paling praktis untuk menjamin kepuasan pelanggan akan mutu dan biaya mutu yang ekonomis. 2.3. Penerapan Dan Pemberlakuan

Standarisasi Produksi Beton Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian, penerapan dan pemberlakuan standar pada Pasal 20 ayat 1 “Penerapan SNI dilakukan dengan cara menerapkan persyaratan SNI terhadap Barang,

Jasa, Sistem, Proses dan Personal”. Dimana penerapan SNI yang dimaksud dibuktikan melalui pemilikan sertifikat atau pembubuhan tanda SNI yang terdapat pada ayat 3. Pemberlakuan SNI secara wajib terdapat pada Pasal 24, pada ayat 1 “Dalam hal berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan, atau pelestarian fungsi lingkungan hidup, kementerian/lembaga pemerintah non kementerian berwewenang menetapkan pemberlakuan SNI secara wajib dengan Peraturan Menteri atau Peraturan Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian”. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahapan dalam proses pelaksanaan beton adalah sebagai berikut; a. Penakaran (penimbangan), Adalah pengambilan bahan-bahan untuk beton menurut takaran yang ditentukan menurut perbandingan berat atau volume beton sesuai mutu beton yang diinginkan. Berikut adalah tabel komposisi campuran beberapa material untuk mutu cor beton. 

Tabel 2.1. Tabel Mutu Cor Beton Menurut SNI

Mutu Beton Semen

(kg) Pasir (kg)

Kerikil (kg)

Air (liter)

w/c ratio

7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87

9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78

12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72

14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66

16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61

19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58

21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56

24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53

26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52

28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49

31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48

Sumber : SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept.Pekerjaan Umum

Pengadukan atau pencampuran beton, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu mesin pengaduk yang memiliki tempat pencampuran yang berputar (molen), dan mesin yang memiliki tempat pencampuran tetap (Concrete Mixer Truk) yang dilengkapi dengan pengadukan untuk mencampur bahan. Sistem pencampuran melalui alat batching plant diantaranya cement silo, belt conveyor, bin, storage bin, timbangan, dosage pump, dan tempat penampungan air. b. Pengecoran beton,

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 264

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar mendapatkan beton yang berkualitas baik yaitu: - Adukan beton harus dituang secara terus

menerus (tidak terputus). - Permukaan cetakan yang berhadapan dengan

adukan beton harus dioles minyak atau oli. - Selama penuangan dan pemadatan harus

dijaga. - Adukan beton jangan dijatuhkan dari

ketinggian lebih dari satu meter. - Pengecoran pada tempat miring, sebaiknya

dilakukan dari bagian yang rendah. - Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu

turun hujan. - Harus dijaga agar beton yang masih segar

jangan diinjak. - Adukan beton harus dipadatkan selama

pengecoran. c.Pemadatan beton, Metode pemadatan yang dilakukan adalah dengan tangan dan jarum penggetar. Dicek apakah sudah cukup atau belum pemadatan yang dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan dan pendengaran, Pada penglihatan akan dilihat adanya gelembung-gelembung udara yang besar kemudian disertai dengan gelembung-gelembung yang kecil. Pada pendengaran digunakan untuk memeriksa frekuensi dari alat penggetar.

3. Hasil Penelitian 3.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Pemecah Batu (Stone Cusher) dan Batching Plant (Ready Mix Concrete)

Aktivitas pertambangan material konstruksi di sungai memiliki potensi untuk merusak lingkungan yang hampir sama dengan bahan galian yang lain. Hal ini disebabkan sistem penambangannya secara teknis mudah dilakukan, begitu pula jika ditinjau dari luas area tambang yang dapat dilakukan.

Dampak lingkungan yang utama akibat pertambangan material kontruksi di sungai adalah erosi sungai, pencemaran air, polusi debu dan udara, kerusakan jalan akibat aktivitas pengangkutan serta kebisingan yang berasal dari alat-alat pertambangan seperti excavator, loader, bulldozer, dump truck dan grader. Pembangunan pertambangan yang berkelanjutan diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam mengekstraksi sumberdaya mineral dan energi dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek ekonomi dan

finansial yang layak serta bertanggungjawab terhadap aspek sosial kemasyarakatan dan lingkungan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis-jenis Rencana Usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) bahwa usaha Pemecah Batu (Stone Crusher) dan Batching Plant (Ready Mix Concrete) tidak termasuk wajib AMDAL. Sehingga PT. Qton Indonesia wajib untuk menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) untuk mengetahui apa-apa saja sumber dampak dan bagaimana pengelolaannya yang akan dilakukan.

Sistem penggalian dan pengelolaan material pasir dan batu dalam kegiatan pertambangan tidak luput dari Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) bertujuan untuk mencegah terjadinya atau menekan sekecil mungkin dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang terjadi di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan pertambangan. Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga kelestarian kemampuan lingkungan dalam mendukung kehidupan manusia secara berkesinambungan, disamping itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Salah satu upaya teknis dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan pertambangan yang akan dilakukan adalah melakukan penambangan dan pembangunan secara bertahap sesuai dengan area penambangan yang telah direncanakan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dilokasi rencana kegiatan penambangan pasir-batu (sirtu) di wilayah Kabupaten Langkat ditekankan pada upaya mencegah terjadinya dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi untuk masing-masing. Tahap kegiatan pertam-bangan dan mengembangkan dampak positif yang terjadi akibat kegiatan penambangan. Upaya pengelolaan lingkungan yang direncana-kan akan dilakukan adalah sejak perencanaan kegiatan sampai dengan akhir dari kegiatan pertambangan.

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dimaksudkan sebagai instrumen pihak pemra-karsa untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan hidup akibat kegiatan penambangan serta untuk pengawas dalam melakukan pengawasan dan pengendalian, sehingga tidak terjadi dampak negatif dari kegiatan

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 265

penambangan yang dilakukan oleh pemrakarsa. Prakiraan dampak lingkungan yang perlu mendapatkan pemantauan pada kegiatan penambangan sirtu di wilayah Kabupaten Langkat adalah dampak yang dapat dikategorikan dalam dampak negative. Adapun upaya pemantauan yang direncanakan akan dilakukan adalah pemantauan dampak dari setiap tahap kegiatan. Pemantauan dilakukan pada lokasi penambangan dan sekitarnva. Dengan kegiatan pemantauan tersebut apabila benar-benar terjadi dampak akan segera diketahui sehingga dapat segera diambil tindakan penanggulangannya dan mengupayakan pencegahan terjadinya dampak lebih lanjut.

Sistem penggalian dan pengelolaan material pasir dan batu diperlukan untuk dapat menyelesaikan permasalahan kritis dan mendasari masyarakat didaerah penelitian. Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi usaha. Pelaksanaan sistem pengelolaan berprinsip kepada pengembangan masyarakat bersifat partisipatif dan kolaboratif, transparansi dalam operasional pelaksanaan kebijakan atau peraturan perundang-undangan, akuntabilitas dalam pengaturan penambangan bagi semua stakeholders, dan pengembangan masyarakat merupakan bagian dari responsibilitas. Pendekatan strategi dapat ditinjau secara manajemen dan dibagi menjadi 3 (tiga) kegiatan, yaitu penentuan lokasi prospek penambangan pasir dan batu, proses pengambilan pasir dan batu, dan pengaturan regulasi atau kebijakan dalam penambangan pasir dan batu. Masing-masing kegiatan saling berkaitan dan merupakan kesatuan yang saling melengkapi.

Dalam sistem pengelolaan kegiatan pertambangan pasir dan batu harus dilaksanakan secara terpadu, artinya semua stakeholders yang terlibat dalam kaitannya dengan penambangan harus dilibatkan dalam setiap awal kegiatan penambangan sampai pasca penambangan. Setiap pengambilan kebijakan/regulasi penamba-ngan perlu disosialisasikan dengan baik, agar dapat diterima oleh semua pihak, khususnya terhadap masyarakat sekitar areal lokasi penambangan, menuju kepada terciptanya suatu strategi pengelolaan penambangan yang ramah akan lingkungan, ekonomis dan berkelanjutan.

3.2. Proses Produksi Beton Siap Pakai (Ready

mix Concrete) Perlu diketahui bahwa ada beberapa hal

terpenting yang mempengaruhi kualitas cor beton curah siap pakai, diantaranya seperti

pemakaian air yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kualitas cor beton. Juga pemakaian semen yang berlebihan tidak akan memberikan kontribusi yang maksimal pada kualitas beton, hanya takaran seimbang pada setiap bahan material yang akan menghasilkan kualitas yang maksimal. 1. Bagian Peralatan Batching Plant (Ready

Mix) Mesin Batching Plant (Ready Mix) dibangun sebanyak 2 (dua) unit. Berikut ini peralatan mesin Batching Plant (Ready Mix) yang ada pada PT. Qton Indonesia. a. Cement Cilo, berfungsi sebagai tempat

penyimpanan semen dan menjaga semen agar tetap baik.

b. Belt Conveyor, fungsinya menarik bahan material (agregat kasar dan agregat halus) ke atas dari bin ke stroge bin.

c. Bin, yaitu tempat pengumpulan bahan material (agregat kasar dan agregat halus) yang berasal dari penumpukan bahan di base camp dengan bantuan wheel loader untuk ditarik ke atas (storage bin)

d. Storage Bin, digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage Bin dibagi menjadi 4 (empat) fraksi yaitu agregat butir kasar (split), butir menengah (screening), butir halus (pasir) dan fly ash.

e. Timbangan, Batching plant dibagi menjadi 3 macam yaitu timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen dan timbangan air.

f. Dosage Pump, digunakan untuk penambahan bahan aditif.

g. Penampungan air, berfungsi sebagai supply kebutuhan air ready mix.

2. Bahan Baku Material Yang Digunakan Bahan baku yang tepat untuk digunakan dalam proses produksi cor beton curah siap pakai (Ready mix concrete), adalah agregat kasar (krikil/split), agregat halus (pasir), aditif, air, dan semen. a. Material agregat kasar (krikil/split) dan agregat

halus (pasir) ini yang mengisi paling banyak bahan baku sekitar 60% sampai 75% dari volume ready mix concrete.

b. Bahan kimia aditif adalah zat kimia padat atau cair yang dapat ditambahkan ke Ready mix concrete sebelum atau selama persiapan pengolahan. Yang biasa digunakan untuk meningkatkan daya tahan beton, mengeraskan atau mengurangi kadar air dalam beton. Untuk penggunaan dosis yang dianjurkan adalah 1 % sampai 2 % dari berat semen.

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 266

c. Material air, air ini adalah cairan campuran yang sangat penting untuk menetapkan reaksi kimia ketika semen telah dicampurkan, secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

d. Material semen, ini adalah bahan yang paling penting dari proses produksi ready mix concrete karena semen ini yang memberikan ketahanan pada beton nantinya. Semen yang paling banyak digunakan adalah semen abu-abu jenis portland. Semen jenis ini mempunyai butiran yang halus dan seragam dan tidak keras.

e. Material Abu terbang (fly ash) merupakan bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk partikel halus, mempunyai kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70% dan kadar CaO < 5%. Dalam campuran beton digunakan sebanyak 15% - 25% dari berat semen. Sifat kimiawi pada abu terbang (fly ash) memiliki kemiripan dengan semen portland.

3. Proses Produksi Beton Siap Pakai (Ready

mix Concrete) Peralatan yang dipakai dalam memproduksi ready mix concrete terdiri dari alat berat yang digunakan pada batching plant seperti dump truck, berfungsi untuk mengangkut bahan/material (agregat kasar dan agregat halus) dari quarry menuju ke base camp. Wheel loader, berfungsi untuk alat angkut bahan/material (agregat kasar dan agregat halus) dari tempat penumpukan material menuju ke bin. Cement truck, berfungsi sebagai pengangkutan semen curah dari pabrik semen ke base camp. Concrete mixer truck, adalah suatu kendaraan truk khusus yang dilengkapi dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur campuran beton ready mix, sama dengan alat molen.

Proses produksi ready mix concrete ini melalui beberapa mesin dan alat yang sudah diperhitungkan waktunya, mulai dari menakar bahan-bahan material agar sesuai dengan volumenya hingga proses pengisian ready mix concrete yang sudah jadi ke truk mixer. Proses produksi ready mix concrete ada beberapa tahapan yaitu : a. Tahap pertama, melakukan penimbangan

bahan baku material berdasarkan takaran mutu beton yang diproduksi dan memasukan bahan agregat ke tungku berjalan yang telah disiapkan.

b. Menambahkan bahan kimia aditif 1 % sampai 2 % dari berat semen berdasarkan takaran

mutu beton yang diproduksi pada tank yang sudah diisi material agregat.

c. Menambahkan material semen abu-abu jenis portland dari truk yang sudah disiapkan.

d. Menambahkan Abu terbang (fly ash) sebanyak 15% - 25% dari berat semen untuk menghasilkan beton mutu tinggi.

e. Menambahkan material air untuk menetapkan reaksi kimia ketika semen telah dicampurkan.

f. Mencampurkan semua bahan kedalam concrete mixer truck yang sedang aktif (berputar) untuk proses pengadukan menjadi ready mix concrete.

g. Mengambil sampel dari ready mix concrete untuk dilakukan pengujian pada laboratorium. Apakah ready mix concrete memenuhi standar atau tidak. Apabila tidak memenuhi standar maka ready mix concrete tidak dapat digunakan untuk proyek.

h. Selanjutnya ready mix concrete yang sudah jadi, kemudian di kirim ke lokasi proyek cor beton yang dipesan pelanggan.

Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas, maka disajikan skema/gambar proses produksi campuran beton pada PT. Qton Indonesia yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.1. Proses Produksi Campuran

Beton (Ready mix concrete) Sumber : PT. Qton Indonesia

4. Hasil Produksi Salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap

perusahaan adalah peningkatan kegiatan produksi, sebab dengan adanya peningkatan kegiatan produksi maka diharapkan perusahaan akan lebih mudah mempertahankan kontinui-tasnya, sehingga dalam meningkatkan kegiatan produksi, perusahaan perlu melakukan aktivitas produksi secara efisien dan efektif, alasannya karena dengan aktivitas produksi yang efisien dan efektif akan dapat mempengaruhi kegiatan produksi. 

Pada dasarnya PT. Qton Indonesia melaku-kan kegiatan penambangan pasir dan batu

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 267

terlebih dahulu untuk kemudian bahan material tersebut diproses menjadi beton siap pakai (Ready mix concrete). Jenis material yang diproses melalui stone crusher adalah jenis material berupa agregat kasar dan agregat halus. Jenis mutu beton yang dihasilkan beragam sesuai permintaan kebutuhan dari pelanggan. Takaran bahan baku untuk menghasilkan mutu beton yang di produksi oleh PT. Qton Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Tabel Mutu Beton Pada PT. Qton

Indonesia

Mutu Beton Semen

(kg) Pasir (kg)

Kerikil (kg)

Air (liter)

w/c ratio

7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87 9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78 12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72 14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66 16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61 19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58 21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56 24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53 26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52 28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49 31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48

Sumber : PT. Qton Indonesia

Pada dasarnya sebuah perusahaan dalam kegiatan produksinya memiliki target penjualan sebagai motivasi untuk terus menghasilkan laba yang tinggi dan meningkat setiap tahunnya. PT. Qton Indonesia menentukan target produksinya berdasarkan analisis pasar dan penjualan produk tahun sebelumnya. 3.3. Pelaksanaan Pengendalian Produksi

Pada PT. Qton Indonesia Dalam melakukan proses produksi dan

menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan membuat standar spesifikasi terhadap karyawan yang ingin dipekerjakan dan batas-batas penyimpangan produk yang masih dapat diterima untuk menentukan apakah suatu produk dinyatakan baik atau tidak. Oleh karena itu, perusahaan menganalisis beberapa faktor agar produk yang dihasilkan konsisten dan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Tenaga Kerja

Faktor fisik dan psikis dalam setiap individu akan mempengaruhi kapasitas dan prestasi kerjanya. Faktor fisik adalah keadaan fisik tenaga kerja yang bersangkutan, seperti umur dan kesehatannya. Sedangkan faktor psikis adalah keadaan jiwa tenaga kerja yang bersangkutan, motivasi, gairah kerja dan

keadaan hidup pekerja sehari-hari. Selain itu, pendidikan dan pengalaman kerja juga sangat mempengaruhi prestasi kerja. Dengan demikian dalam hubungannya dengan kualitas hasil produksi, maka tenaga kerja harus memiliki kesadaran untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, sehingga produk tersebut berkualitas baik dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada para pekerja. Untuk mengatasi hal tersebut, maka PT. Qton Indonesia telah memberikan beberapa jaminan sosial dan kesejahteraan bagi karyawan berupa fasilitas-fasilitas yang meliputi: mengikutsertakan dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS kesehatan, menyediakan tunjangan kecelakaan, dan memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawan.

2. Mesin Dan Peralatan Agar mesin dan peralatan tetap dapat berfungsi dengan baik, maka perusahaan melakukan perawatan mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses produksi, baik yang dilakukan setiap hari maupun yang dilakukan secara periodik. Perawatan yang dilakukan setiap hari adalah pembersihan mesin, pengencangan dan pemberian pelumas. Sedangkan perawatan yang dilakukan secara periodik meliputi service atau reparasi mesin yang dilakukan perusahaan hanya ketika terjadi kerusakan mesin (Corrective Maintenance). Teknisi akan melakukan pemantauan di tiap-tiap bagian mesin produksi.

3. Metode Kerja Yang Digunakan Metode kerja yang digunakan perusahaan sangat berpengaruh besar terhadap kelancaran proses produksi. Berfungisnya metode kerja yang diterapkan dalam perusahaan untuk mengatur semua bagian yang terlibat dalam proses produksi akan mengurangi jumlah produk rusak yang terjadi. Demikian juga sebaliknya apabila metode yang dijalankan tidak dijalankan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya produk rusak semakin besar. Metode untuk mengendalikan kualitas produk yang dilakukan oleh PT. Qton Indonesia adalah dengan cara mengumpulkan laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan produksi di lapangan setiap harinya dan melaporkannya ke kantor pusat. Pengecekan itu sendiri dilakukan pada setiap tahapan proses produksi oleh bagian quality control. Penyimpangan-penyimpangan yang

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 268

terjadi akan dicatat di kartu laporan hasil produksi sehingga penyimpangan tersebut dapat segera langsung diatasi.

4. Keadaan Lingkungan Dan Kondisi Kerja Keadaan lingkungan dan suasana kerja yang baik akan mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Penerangan yang cukup, sirkulasi udara yang baik, keamanan dan keselamatan kerja yang terjamin serta tata letak (layout) yang baik akan membuat para pekerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan prestasi kerja karyawan meningkat. Kondisi dan lingkungan kerja di PT. Qton Indonesia dirasakan sudah cukup baik walaupun suhu di dalam ruang produksi ini cukup tinggi yang berasal dari mesin-mesin produksi, suara bising dari mesin, serta karena di area lokasi usaha tidak terdapat pepohonan. Meskipun agak mengganggu, namun hal tersebut tampaknya tidak terlalu mempengaruhi tingkat kelembaban di dalam pabrik karena sirkulasi udara dapat bekerja dengan baik melalui ventilasi-ventilasi udara yang terdapat di dalam ruang produksi juga kipas angin yang dipasang di dalam ruang produksi. Kondisi pencahayaan di ruang produksi juga dirasakan sudah mencukupi. Karena pada beberapa tempat cahaya matahari dapat masuk ke dalam pabrik dari lubang angin dan seng transparan. Selain itu juga cahaya dari lampu-lampu yang dipasang di setiap tempat sudah memenuhi kebutuhan. Dengan demikian dapat tercipta kondisi lingkungan kerja yang baik serta proses produksi dapat berjalan dengan lancar.

5.Pengendalian Kualitas Produk Dalam pengendalian produksi dilakukan dengan mempertahankan kualitas produk yang dihasikan PT. Qton Indonesia melaksanakan aktifitas pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas yang dilakukan meliputi 3 (tiga) tahapan, antara lain : a. Pengendalian Terhadap Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan dan kelancaran proses produksi, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya. Adapun bahan baku utama yang digunakan oleh perusahaan adalah pasir hitam, batu krikil, semen abu-abu jenis portland, air, abu terbang (fly ash) bahan additive dan sika. Semakin baik kualitas bahan baku yang digunakan, maka akan semakin baik pula kualitas ready mix concrete yang dihasilkan. Demikian pula

sebaliknya, apabila bahan baku yang digunakan kurang baik, maka kualitas produk ready mix concrete yang dihasilkan juga kurang baik. Bahan baku inilah yang terlebih dahulu dijaga kualitasnya sebelum digunakan untuk diproduksi. Karakteristik bahan baku yang ditetapkan perusahaan yaitu : - Pasir hitam (agregat halus), ciri-ciri pasir

dengan butirannya tidak terlalu kasar, dan mengandung unsur besi. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

- Batu krikil/split (agregat kasar), ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural atau beton dengan mutu dibawah K-175. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

- Batu pecah terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal. Tingkat ketahanan terhadap kehalusan butiran minimal 95%, jumlah butiran lonjong dan pipih minimal 5%. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau beton dengan mutu K-175 sampai mutu K-300. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium beton.

- Semen abu-abu jenis portland, jenis abu ini lebih cocok untuk kekuatan beton. Mempunyai butiran yang halus dan seragam, dan tidak keras.

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 269

- Air yang digunakan tidak melebihi dari 25% pada setiap adukan per satu meter kubik beton. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat merusak beton. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum digunakan.

- Abu terbang (fly ash) ini berfungsi hanya sebagai material operasional saja untuk memaksimalkan kinerja semen agar hasil coran lebih padat dan tidak mudah retak.

- Bahan additive adalah cairan pengeras dan penguat beton, biasanya apabila dicampur dengan bahan ini warnanya akan kelihatan lebih putih. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

b. Pengendalian Terhadap Proses Produksi Selama proses produksi berlangsung, setiap karyawan yang terlibat bertanggungjawab terhadap hasil kerja mereka. Apabila ditemukan penyimpangan di dalam proses produksi, maka karyawan atau operator yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan tersebut segera melaporkan kepada manager produksi. Pengendalian terhadap proses produksi dilakukan dengan setiap hari memeriksa mesin-mesin produksi dan kelengkapan lainnya sebelum memasukan bahan material kedalam mesin produksi. Dalam pengendalian terhadap proses produksi yang dilakukan PT. Qton Indonesia meliputi bagian-bagian yang terlibat untuk melaksanakan pengendalian yaitu :

1) Bagian Gudang Aktivitas yang dilakukan oleh Bagian Gudang adalah menerima, menyimpan bahan baku dalam gudang dan selain itu memindahkan bahan baku ke lokasi pabrik untuk diolah menjadi ready mix (campuran beton) sesuai dengan jumlah kebutuhan yang diminta oleh Kepala Bagian Produksi.

2) Bagian Penimbangan Aktivitas yang dilakukan oleh Bagian Penimbangan adalah menerima bahan baku, melakukan penimbangan bahan

baku apakah sudah sesuai dengan jumlah kebutuhan bahan baku dari tiap-tiap mutu beton atau belum dan selanjutnya memindahkan bahan baku dari batching plant ke truck mixer.

3) Bagian Pencampuran Aktivitas yang dilakukan oleh Bagian Pencampuran adalah melakukan pencampuran bahan baku yang sudah ditimbang dengan takaran sesuai dan pengadukan bahan baku hingga bahan baku tercampur dan memindahkan ke mixer truck untuk dicampur dengan air serta diaduk kembali.

4) Bagian Operator Operator mengawasi kinerja mesin dan melakukan updating settingan mesin ketika mesin mengalami kemacetan atau ketidaksesuaian yang dapat menyebabkan proses produksi terhenti. Bila mesin terhenti maka operator langsung melaporkan kepada kepala produksi, dan segera memangil teknisi untuk melakukan perbaikan mesin.

5) Bagian Quality Control Aktivitas yang dilakukan oleh Bagian Quality Control adalah dengan melakukan pemeriksaan kualitas campuran beton (ready mix) sesuai dengan standar yang ada.

c. Pengendalian Terhadap Produk Jadi PT. Qton Indonesia melakukan pengenda-lian terhadap produk jadi sebelum tahapan pengantaran ready mix concrete kepada konsumen dengan menguji produk terlebih dahulu di labolatorium untuk kemudian di masukan ke dalam truck mixer. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa ready mix concrete hasil produksi yang baru keluar dari mesin apakah terjadi ketidaksesuaian produk dengan komposisi bahan material yang diproses. Produk yang tidak sesuai permintaan konsumen akan dipisah dari produk yang baik agar tidak sampai ke tangan konsumen. Produk yang baik kemudian dimasukan kedalam truk mixer untuk dilakukan pengiriman ke lokasi proyek pengecoran. Secara umum, kriteria ready mix concrete yang berkualitas adalah:

1) beton cor yang berkualitas harus kuat dan tahan lama.

2) Permukaan beton rata dan halus apabila dilakukan pengecoran.

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 270

3) Beton terlihat datar dan tegak. 4) Tidak retak atau keropos setelah beton

kering. Beton dengan mutu B-0 sampai K-200 adalah mutu beton yang digunakan untuk Kontruksi Non Struktural. Mutu bbeton K-225, K-250, K-275 dan K-300 adalah mutu beton yang digunakan untuk Kontruksi Struktural (pelat lantai, pondasi, balok, dinding struktur, kolam, jalan dan lainnya). Mutu beton K-325 dan K-350 adalah beton untuk kontruksi khusus/pratekan.

4.1. Kesimpulan Penerapan standarisasi sistem mutu PT. Qton

Indonesia dalam pengendalian produksi yang dilakukan sudah sangat tepat, hal ini disebabkan oleh: a. Faktor Manusia (SDM)

Secara fisik dan psikis SDM perusahaan telah mempunyai kesadaran yang tinggi sehingga dalam melaksanakan pekerjaan yang dikaitkan dengan kualitas proses produksi dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sehingga akan memberikan keuntungan bagi SDM tersebut.

b. Peralatan dan Mesin Agar peralatan dan mesin dapat berjalan dengan baik, pihak perusahaan melakukan perawatan dan pengecekan secara berkala agar terhindar dari kemacetan pada saat mesin digunakan karena proses produksi berlangsung terus menerus.

c. Keadaan Lingkungan Kondisi dan lingkungan kerja pada perusahaan dirasakan sudah cukup baik karena sudah menerapkan Sistem Manajemen K3, sehingga para pekerja merasa aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA Blocher, J, Edward. David E. Stout dan Gary

Cokin, 2012, Manajemen Biaya, Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton. Indonesia.

El-Tawil, Anwar. 2015. Standart and Quality. Singapore: Dunia Ilmiah Publishing.

Ernawati, Elly. 2010. Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa.

Gasperz, Vincent. 2006. ISO 9001 : 2000 and Contunial Quality Improvement. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hedwing rinda dan Polla Gerardus. 2006. Model Sistem Penjamin Mutu. Edisi ke-1. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,

Hidayat, Anang. 2007. Strategi Six Sigma. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Pardede, M, Pontas. 2007. Manajemen Operasi dan Produksi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Penerbit CV. Andi Offset.

Prihantoro, Rudi. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Edisi ke-1. Bandung: Penerbit Rosda.

Suryadi. 2010. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Jakarta: Refika Aditama.

Sofyan, Diana Khairani. 2013. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standarisasi Dan Penilaian Kesesuaian.

Darsono, 2013. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk. Skripsi Fakultas Ekonomi (tidak dipublikasikan).

Hendrawan Budiono. 2014. Studi Manajemen Mutu Pada Perusahaan Beton Siap Pakai (Ready Mix) Di Pt. Merak Jaya Beton, Jl. Raya Mastrip No. 5 Kecamatan Karang Pilang Kota Surabaya. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

Supriyanto. 2011. Studi Manajemen Mutu Dan Pengadaan Material Pada Perusahaan Beton Siap Pakai (Readymix Concrete) Di Cv. Jati Kencana Beton. Skripsi Fakultas Teknik Sipil (tidak dipublikasikan).

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 271

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan sebuah jalan untuk mengubah nasib manusia dari satu jenjang ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua sangat memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya. Orang tua akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Sekolah selain untuk menerima pendidikan yang baik, anak-anak juga belajar untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Anak-anak seharusnya memiliki masa sekolah yang menyenangkan yang dipenuhi dengan kebahagiaan, keriangan, keceriaan, persahabatan, rasa ingin tahu yang besar, pembelajaran untuk bekal masa depan, dan sebagainya.

Kehidupan bersekolah memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan anak-anak terutama sebagai dasar pembelajaran sebelum terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Anak-anak seyogyanya belajar untuk bekal masa depan, namun dalam kehidupan bersekolah tersebut memiliki beberapa masalah yang cukup meresahkan semua pihak, baik pihak orang tua,

guru, staf sekolah, maupun masyarakat. Masalah-masalah tersebut telah berakar dalam kehidupan bersekolah sehingga menjadi budaya, antara lain perilaku kekerasan, diskriminasi, perselisihan baik antar individu maupun antar kelompok, tawuran remaja, dan sebagainya. Santrock (2004) menyatakan bahwa sudah lazim jika murid terlibat dalam perkelahian, melecehkan murid lain, atau saling mengancam dengan kata atau bahkan dengan senjata. Sebagian besar kekerasan di sekolah melibatkan luka psikologis, cedera fisik kecil, atau kerusakan harta benda (Ormrod, 2008).

Menurut pantauan Pusat Data dan Informasi Komnas Anak Indonesia menunjukkan 62 persen kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan yang dekat dengan anak, yaitu keluarga dan sekolah (www.analisadaily.com).

Pergaulan dengan teman-teman memiliki sisi positif dan sisi negatif. Disisi positifnya bergaul merupakan cara remaja menyesuaikan diri dengan orang lain. Remaja akan memahami bahwa setiap individu memiliki perbedaan diantara satu dengan yang lainnya yang perlu dihargai. Perilaku yang baik yang diterima

PERILAKU BULLYING DITINJAU DARI SELF ESTEEM DAN PEER GROUP PADA SISWA-SISWI SMPN 11 KODYA BINJAI KOTA

Nurmaizar Nilawati Siregar¹, Sri Hartini ²

Fakultas Psikologi Universitas Prima Indonesia e-mail: [email protected]

[email protected]

ABSTRACT

This research was aimed at revealing the relationship between self esteem and peer group witbbullying behaviour at siswa-siswi SMPN Kodya Binjai Kota in Binjai. There were two independent variables, namely peer group and self esteem and one dependent variable, bullying behaviour. This research tested hypothesis. there were a correlation between peer group and self esteem with bullying behaviour at siswa-siswi SMPN 11 Kodya Binjai Kota in Binjai. This research used proportionaed stratified random sampling method which involved 270 at siswa-siswi SMPN 11 Kodya Binjai Kota in Binjai as its sample. Data were collected through survey with three scales; 1) behavior bullying scales, 2) self esteem scales, 3) peer group scales. Data were analyzed with regression analysis with the help of SPSS version 17 for Windows. The result showed that there was a correlation between self esteem and peer group with bullying behaviour. However the correlation was not significant. The result were as follow : 1) self esteem and peer group witb bullying behaviour showed that there was a correlation (F=28,524) however the probability was significant (p= 0.000), 2) the correlation of self esteem and bullying behaviour was negative significant (r= 0,408; & p:0,000), and 3) the correlation between bullying and peergroup showed that there was positive correlation (r 0,082), however it was significant (p= 0.0005). Keywords : self esteem, peer group, bullying behaviour.

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 272

dikalangan masyarakat dapat meningkatkan harga diri remaja dan juga menjadi teladan bagi individu lainnya. Namun sisi negatif, remaja yang salah pergaulan dapat mengubah pribadi anak yang baik menjadi negatif ataupun agresif ataupun dari pribadi anak itu sendiri seperti kecemasan dan perasaan rendah diri. Remaja yang selalu mendapat perlakuan dan tekanan dari teman-temannya hingga timbul rasa ingin membalas dendam merupakan perilaku negatif remaja.Usaha menyakiti secara fisik dan psikologis terhadap seseorang atau sekelompok yang lebih “lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih “kuat”. Salah satu perilaku negatif adalah perilaku bullying.

Bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang, dapat terjadi pada semua tingkat usia, tetapi puncaknya pada masa kanak-kanak akhir sampai pertengahan remaja, yaitu pada usia 9-15 tahun, dan mulai menurun setelah periode puncak ini (Hazler, 1996)

Data dari KPAI, saat ini- kasusmenduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus.yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (www.republika.com).

Hasil riset yang dilakukan LSM Plan International dan International Center for Research on Women (ICRW) pada bulan oktober 2013 hingga Maret 2014 menunjukkan fakta kekerasan anak di sekolah. Terdapat 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dari tren di kawasan Asia yakni 70 persen Riset ini dilakukan di lima negara yaitu Vietnam, Kamboja, Nepal,Pakistan dan Indonesia. Survey dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. (News.liputan6.com).

Bullying di lingkungan sekolah di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Diantara kasus tersebut lima kasus yang sempat ramai menjadi pemberitaan di media adalah yang terjadi di SMA di Jakarta, yaitu kasus di SMA 90 Jakarta korban di paksa lari dan ditampar oleh senior, kemudian kasus Ade Fauzan siswa kelas I yang menjadi korban kekerasan dari siswa kelas III SMA 82 Jakarta. Ade saat itu sampai dirawat di

RS Pusat Pertamina (RSPP). Lalu ada Okke Budiman, siswa kelas 1 SMA 46 mengaku dianiaya oleh seniornya siswa kelas 3 karena tidak mau meminjamkan motornya. Ada kasus SMA 70 Jakarta, seorang siswi dihardik, dipukul dan dicengkeram oleh tiga seniornya hingga lebam-lebam hanya gara-gara tidak memakai kaos dalam (kaos singlet). Dan yang terbaru adalah kasusyang menimpa Ary di SMA Don Bosco Pondok Indah, Ary mengaku dipukul dan disundut rokok oleh senior di SMA tersebut. (news.detik.com)

Beberapa kasus di atas merupakan perilaku bullying. Rigby (dalam Anesty, 2009), menyata-kan “bullying” merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuar, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang (Astuti, 2008).

Perilaku menurut Santrock, (2011), dapat dilakukan secara fisik maupun verbal yang dilakukan untuk mengangu orang lain yang lebih lemah.yang dilakukan secara fisik yaitu jenisyang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain: memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain. Fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkanjenis lainnya; dalam bentuk verbal melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk, antara lain: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain. Kasus verbal termasuk jenis yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari; Kemudian relasi sosial adalah jenisbertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghin-daran. Selanjutnya dilakukan melalui media sosial diantaranya melalui media komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS, dan lain-lain. Perilaku yang termasuk antara lain menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban.

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 273

Menurut Santrock (2002), pelaku bullying menyiksa korban untuk mendapatkan status yang lebih tinggi di kelompok kawan sebaya dan pelaku memerlukan orang lain untuk melihat kekuasaannya. Mendapat status yang lebih tinggi didalam kelompok teman sebayanya membuat harga diri remaja lebih tinggi.

Keterangan di atas didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari, dkk., (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara harga diri dan disiplin sekolah dengan perilaku pada remaja

Coopersmith (dalam Hapsari, dkk., 2013), menyatakan bahwa harga diri adalah penilaian tentang dirinya. Hal itu menyatakan sikap menyetujui atau tidak menyetujui, dan menunjukkan sejauh mana orang menganggap dirinya mampu, berarti, sukses, dan berharga. Chaplin (2001), menyatakan bahwa harga diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap interaksi, penghargaan dan penerimaan orang lain terhadap individu. Harga diri merupakan kunci terpenting dalam pembentukan perilaku seseorang karena harga diri ini dapat berpenga-ruh pada proses berpikir, keputusan-keputusan yang diambil, dan nilai-nilai tujuan individu.

Kemudian Self Esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan individu memandang dirinya sendiri,terutama mengenai sikap menerima dan menolak dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemam-puannya, keberaniannya ,kesuksesannya dan keberhargaannya (Halimah dan Elcamila, 2010 ).

Disamping Harga diri, peer group juga mempengaruhi perilaku bullying. Hal ini didukung dari hasil penelitian dari Karina, dkk., (2013), yang menyatakan bahwa peer group berpengaruh signifikan terhadap perilaku bullying.

Kemudian hasil penelitian dari Wivliet (dalam Santrock, 2011), menyatakan pelaku saling terkait dengan kebutuhan affiliasi dalam beberapa kasus untuk mempertahankan posisi mereka dalam kelompok teman sebaya. Perilaku bullying dapat juga disebabkan oleh tekanan teman sebaya. Tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat, yang mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia dapat diterima oleh kelompok masyarakat tersebut. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja (Santrock, 2003).

Perilaku bullying dapat juga disebabkan oleh tekanan teman sebaya. Tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat, yang mengharus-

kan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia dapat diterima oleh kelompok masyarakat tersebut. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja (Santrock, 2003)

Pengertian dari peer group dari Chaplin (2008), menyatakan bahwa kawan seusia satu kelompok dengan mana anak mengasosiasikan dirinya. Pendapat ini didukung dengan pendapat dari Papalia (2011), yang menyatakan peer group adalah sumber afeksi, simpati, pemahaman dan panduan moral, tempat bereksperimen dan setting untuk mendapatkan otonomi dan independensi dari orang tua.

Menurut Santrock, dkk., (2007), menyatakan peer group adalah sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung. Conger, dkk., (dalam Jahjah, 2011), menambahkan bahwa peer group adalah sumber referensi utama bagi remaja dalam persepsi dan sikap berkaitan dengan gaya hidup.

Hasil penelitian Healy dan Browner menemukan bahwa 67 Persen dari 3000 anak nakal di Chicago ternyata mendapat pengaruh dari teman sebayanya”. Dampak negatif peer group bagi remaja bermacam-macam diantaranya perilaku menyimpang seperti merokok, penggunaan kata-kata kasar, perkelahian pelajar, dan perilaku kepada sesama pelajar di sekolah. (Sudarsono, 2008).

Hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan adalah hasil penelitian dari Septrina, dkk., (2009), tentang hubungan tindakan di sekolah dengan self esteem siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self esteem dengan bullying.

Selanjutnya hasil penelitian dari Karina, dkk., (2013), menyatakan bahwa peer group berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku bullying. Usman (2013), menemukan bahwa iklim, peer group terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap siswa-siswi SMA di kota Gorantalo.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu: a. Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara self esteem dan peer group dengan perilaku bullying.

b. Hipotesis Minor 1). Ada hubungan negatif antara self esteem

dengan perilaku bullying. 2). Ada hubungan positif antara peer group

dengan perilaku bullying

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 274

METODOLOGI PENELITIAN Perilaku bullying adalah suatu bentuk

perilaku kekerasan baik secara verbal ataupun fisik yang merugikan yang ditujukan untuk menganggu, melecehkan, mengintimidasi, menghina, melakukan pemalakan ataupun melakukan teror kepada teman sebaya atau orang lain yang lebih lemah dan tidak dapat membela diri oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat baik secara fisik maupun mental. Perilaku diungkap dengan skala perilaku yang dikemukakan oleh Field (2007), menyatakan bahwa perilaku bullying memiliki empat aspek yaitu: Teasing (sindiran), Exclusion (penolakan), Psychal (fisik), dan Harrastment (gangguan). Jumlah aitem skala penelitian perilaku bullying berjumlah 40 aitem yang terdiri dari 20 butir pernyataan Favourable dan 20 pernyataan Unfavourable.

Kemudian untuk variabel bebas yang pertama, yaitu self esteem (harga diri) didefinisikan secara operasional yaitu evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri baik secara positif maupun negatif, keyakinan individu mengenai dirinya sendiri, berguna atau tidak berguna didalam kehidupannnya. Harga diri ini diukur dengan mengunakan angket dari skala likert yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith, (dalam Andini dan Supriyadi, 2013), menyatakan aspek dari self esteem yaitu: Keberartian diri (significance); Kekuatan individu (power); Kompetensi (competence); Ketaatan individu dan kemampuan memberi contoh (virtue).

Jumlah aitem skala penelitian Self Esteem berjumlah 40 aitem yang terdiri dari 20 butir pernyataan Favourable dan 20 butir pernyataan Unfavourable.

Variabel bebas kedua adalah Peer Group (teman sebaya) didefinisikan secara operasional adalah usia sebaya yang juga dapat dikatakan sumber afeksi, simpati, pemahaman dan panduan moral. Tempat bereksperimen, setting untuk mendapatkan otonomi dan indenpendensi dari orangtua, sikap yang berkaitan dengan gaya hidup.

Jumlah aitem skala penelitian perilaku bullying berjumlah 39 aitem yang terdiri dari 21 butir pernyataan Favourable dan 18 butir pernyataan Unfavourable.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 270 orang yang merupakan siswa-siswi SMPN 11 kota Binjai Kota. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan

Teknik Analisis Regresi Berganda dengan bantuan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) Versi 17 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data yang digunakan dari hasil penelitian ini untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di lapangan. Data penelitian ini meliputi data self esteem, data peer group dan data perilaku bullying. Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 270 orang yang merupakan siswa-siswi SMPN 11 Kota Binjai Kota dan hasil dapat dilihat pada table 1 berikut ini;

Tabel 1. Deskriptif Data Penelitian

Empirik Hipotetik

VarMin Max Mean

SD Min Max Mean

SD

Y 56 104 76,25 8,232 26 104 65 13

X1

63

106

86.53

7.033 27 108 67,5 13,5

X2 53 96 77,66 7,750 24 96 60 12 Keterangan: Y : Perilaku Bullying X1 : Self Esteem         X2 : Peer Group

Kategorisasi Skor Empririk terhadap variabel perilaku bullying dapat dilihat pada table 2 berikut ini.

Tabel 2. Kategorisasi Data Perilaku Bullying Variabel Rentang

Nilai Kategori Jumlah

(n) Persentase

x < 52 Rendah 0 0% 52 ≤ x < 78

Sedang 165 61,11% Perilaku Bullying

x ≥ 78 Tinggi 105 38,9% Jumlah 270 100 %

Kategorisasi skor Empirik terhadap variabel 

self esteem dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini;

Tabel 3. Kategorisasi Data Self Esteem Variabel Rentang

Nilai Kategori Jumlah

(n) Persentase

x < 54 Rendah 0 0 % 54 ≤ x < 81

Sedang 39 14,44 % Self Esteem

x ≥ 81 Tinggi 231 85,56 % Jumlah 270 100 %

Kategorisasi skor Empirik terhadap

variabel peer group dapat dilihat pada table 4 di bawah ini:

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 275

Tabel 4. Kategorisasi Data Peer Group Variabel Rentang

Nilai Kategori Jumlah

(n) Persentase

x < 48 Rendah 0 0 % 48 ≤ x < 72

Sedang 77 28,52 % Peer

Group

x ≥ 72 Tinggi 193 71,48 % Jumlah 270 100 %

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan data yang diperoleh dari alat pengumpul data.

1. Uji asumsi

Uji Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan agar dapat mengetahui apakah setiap variabel penelitian telah menyebar secara normal atau tidak. Uji normalitas sebaran menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Test. Data dikatakan berdistribusi normal jika p > 0,05 (Priyatno, 2011). Uji normalitas yang dilakukan terhadap variabel perilaku bullying diperoleh koefisien KS-Z = 1.232, dengan Sig sebesar 0.096. untuk uji 2 (dua) ekor (p > 0,05) yang berarti bahwa data pada variabel perilaku bullying memiliki sebaran atau berdistribusi normal. Uji normalitas pada variabel self esteem diperoleh koefisien KS-Z = 0.715 dengan Sig sebesar 0.686 untuk uji 2 (dua) ekor (p > 0,05) yang berarti bahwa data pada variabel self esteem memiliki sebaran atau berdistribusi normal. Uji normalitas pada variabel peer group pelanggan diperoleh koefisien KS-Z = 2.449 dengan Sig sebesar 0.000 untuk uji 2 (dua) ekor (p > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut data pada variabel peer group memiliki sebaran atau berdistribusi normal karena p > 0,05.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2011). Hal ini dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF) dengan kriteria sebagai berikut: Jika nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10, berarti tidak terjadi multikolinieritas.Jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10, berarti terjadi multikolinieritas.

Tabel 6. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil yang terlihat pada tabel 14, nilai VIF dari variabel self esteem adalah 1,007 dan nilai VIF dari variabel peer group adalah 1,007. Masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat. Berdasarkan hasil tersebut membuktikan bahwa tidak terjadi korelasi antara variabel bebas yang begitu signifikan.

c. Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2011), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi liner ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini yaitu dengan uji Durbin-Watson. Riyanto (2012), menyatakan jika nilai Durbin -2 s/d +2 berarti asumsi

Tabel 7 Uji Normalitas

independensi terpenuhi, sebaliknya bila nilai Durbin < -2 atau > +2 berarti asumsi tidak terpenuhi.

Collinearity Statistics Model

Tolerance VIF

Self Esteem Peer Group

0.993 0,993

1.007 1.007

Var

SD K-SZ

Sig. P Keterangan

Y 8.232

1.232

0.096

P > 0,05

Sebaran normal

X1 7.033

0.715

2.449

P > 0,05

Sebaran normal

X2 7.751

2.449

0.000

P > 0,05

Sebaran normal

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 276

Tabel 8 Uji Autokorelasi

Tabel 9

Uji Autokorelasi

Berdasarkan tabel 15, nilai dari statistik

Durbin-Watson adalah 1,781. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara -2 dan +2, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi pada kesalahan pengganggu.

d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011), uji heteroskedas-tisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdasitas atau tidak terjadi heterokesdatisitas. Kebanyakan dari data cross-section mengandung situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis adalah:

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteros-kedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 10 Uji Heteroskedastisitas

2. Hasil Uji Hipotesis

Setelah uji asumsi diterima, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui self esteem dan peer group sebagai prediktor dan perilaku bullying sebagai variabel tergantung. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil pengujian hipotesis: a. Hipotesis mayor

Pernyataan hipotesis mayor yang berbunyi: terdapat hubungan antara self esteem dan peer group dengan bullying berdasarkan hasil analisis regresi secara bersama-sama menghasilkan hubungan yang signifikan antar variabel dengan nilai F = 28.524 dan p = 0,000

Tabel 11. Hasil analisis Regresi Model F Sig.

Regression 28.524 .000a

Tabel 12. Sumbangan Efektif

Model R R

Square Adjusted R Square

Std Error of The

Estimate

1 0.420 0,176 0.170 7.501

Dari hasil analisis regresi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara self esteem dan peer group dengan perilaku bullying dikarenakan nilai r= 0,420 dengan nilai p > 0,05 dan nilai pada Adjusted R Square adalah 0,170 yang berarti self esteem dan peer group memberikan sumbangan sebesar 17 persen terhadap perilaku bullying dan sisanya 83 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti konsep diri,pola asuh orang tua dan senioritas.

b. Hipotesis minor

Tabel 13. Hasil Analisa Nilai Korelasi

Dimensi Sig. Correlations Partial

Self Esteem 0.000 0.408

Peer Group 0.179 0,082

Durbin-Watson

Nilai statistic

Keterangan

1.781 -2 s/d +2 Asumsi non-autokorelasi

Model Sig (2-tailed)

Nilai Statistik

Keterangan

Bullying 0,000 P > 0,05 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Self Esteem 0.951 P > 0,05 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Peer Group 0.654 P > 0,05 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Collinearity Statistics Model

Tolerance VIF

Self Esteem Peer Group

0.993 0,993

1.007 1.007

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 277

Pernyataan hipotesis minor berbunyi : 1) Ada hubungan antara self esteem dengan

perilaku bullying. Dari tabel 22, maka dapat dilihat bahwa nilai r = 0.408 dengan nilai p = 0.000 (p < 0.05). hal ini menunjukkan bahwa hipotesa diterima, dimana terdapat hubungan self esteem dengan perilaku bullying.

2) Ada hubungan positif antara peer group dengan perilaku bullying. Dari tabel 21, maka dapat dilihat bahwa nilai r = 0,082 dengan nilai p = 0.179 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa diterima, dimana terdapat peer group mempengaruhi perilaku bullying.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara self-esteem dan peer

group dengan bullying pada siswa-siswi SMP Negeri 11 Binjai dengan hasil korelasi regresi berganda didapat nilai F=28,524 dengan signifikan 0,000 artinya semakin semakin tinggi self esteem dan peer group maka semakin tinggi perilaku bullying dan sebaliknya

2. Ada hubungan negatif antara self esteem dengan perilaku bullying dengan nilai r 0,408 dengan signifikan.0,000.hal ini menunjukkan bahwa perilaku bullying berkaitan dengan self esteem tinggi bagi pelaku dan self esteem rendah bagi korban bullying

3. Ada hubungan positif antara peer group dengan perilaku bullying dengan nilai r 0,082 dengan p > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa peer group juga mempengaruhi perilaku bullying,namun pengaruhnya peer group dengan bullying kecil

4. Mean dari bullying pada siswa-siswi SMP Negeri 11 Binjai secara keseluruhan menunjukkan bahwa bullying subjek penelitian lebih tinggi daripada populasi pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean empirik sebesar 76,25 > dari mean hipotetik 65. Berdasarkan kategori, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 0 % persen tidak memiliki perilaku bullying dan 165 orang siswa atau 61,11 persen memilki tingkat bullying sedang dan 105 orang siswa atau 38,9% memiliki perilaku bullying tinggi

5. Mean empirik dari variabel Self esteem 6. (86,53) > dari mean hipotetik (67,5) dari self-

esteem pada siswa-siswi SMP Negeri 11 Binjai

secara keseluruhan menunjukkan bahwa self-esteem subjek penelitian lebih tinggi daripada populasi pada umumnya.Berdasarkan kategorisasi bahwa tidak ada siswa SMP Negeri 11 yang memiliki self esteem rendah. 39 orang atau 14,44 persen siswa dan siswi memiliki self esteem yang sedang. Kemudian 231 orang siswa atau 85,56 % memiliki self esteem yang tinggi

7. Mean Empirik dari variabel peer group 77,66 > mean hipotetik 60 maka dapat

disimpulkan peer group subjek penelitian lebih tinggi dari pada populasi pada umumnya. Dari kategorisasi rendah 0% menunjukkan tidak ada siswa yang dipengaruhi kelompok teman sebaya. 77 orang atau 28,52 persen subjek memiliki sedang ,untuk kategori tinggi sekitar 193 orang atau 71,48%

8. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan (R2) yang diberikan variabel self-esteem, peer group terhadap bullying adalah sebesar 17 persen, selebihnya 83 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti konsep diri, pola asuh orang tua dan senioritas.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, P.R. (2010). Meredam Bullying. Jakarta :

Grasindo Coloroso, B. (2010). The Bully, the Bullied and

The Bysander;Form Prescholl.to High-How Parent and Teacher Can Help Break The Cycle.Haper Collin .New York.

Desmita. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Bandung.PT Rosdakarya.

Jahja, Y. (2011). Perkembangan Remaja. Jakarta: Prenada Media Group

Larsen, J. R., & Buss, M.D. (2008). Personality Psychology. New York. Mc.Graw Hill.

Papalia. E.D., Old W. S & Fieldman D,R. (2009). Human Development. Mc.Graw Hill :New York.

Rigby, K. 2007. Bullying In Schools : And What To Do Abaout It. Australia. Acer Press

Santrock, J.W. (2010). Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sugiono, 2015. Metodologi Penelitian Dan Tindakan Komprehensif. Jakarta: Alfa Beta.

Mahfirah & Rachmawati. (2010). Hubungan Antara iklim Sekolah Dengan

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 278

Kecenderungan Perilaku Bullying. Jurnal Psikologi dan Ilmu Sosial. Diakses tanggal 15 Mei 2016 dari :http//setiabudi.ac.id> Files>Jurnal (1)

Usman, I. (2013). Kepribadian, Komunikasi, Peran Kelompok Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying. Jurnal Humanitas Vol. X No.1 januari. Diakses pada tanggal 17 Mei 2016 dari http//www.ejurnal.ung.ac.id

Martin-Albo, J., Nunesz, L. J., Navarro, J. G., & Grijalvo, F. (2007).

The Rosenberg Self Esteem Scale: Translation and validation in University Student: The Spanish Jurnal Of Psychology.Vol.10, No 2.456-467. 2007.

Seixas, R.S., Coelho, J.P., & Fischer, G.N. (2013). Bullies, Victim And Bully Victim Impact On Healt Profile. Journal Of Educacou Sociedede & Culturas.

www.analisadaily.com, News.liputan6.com .

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 279

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam dunia bisnis kedudukan investor sangatlah penting sebagai faktor penunjang kemajuan perusahaan. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatakan deviden dan capital gain dalam jangka panjang, ataupun masyarakat yang membeli saham untuk dijual kembali pada saat kurs dianggap paling menguntungkan. Satuan dari modal saham sendiri adalah lembar saham.

Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan. Mishkin (2001) dalam penelitian Rosiana Yolanda (2009).

Banyak alasan mengapa laba akuntansi men-jadi tujuan yang penting tidak saja bagi pihak manajemen tetapi juga bagi pihak pemegang saham. Laba dapat digunakan sebagai pengu-kuran atas efisiensi manajemen serta sebagai pe-

gukur keberhasilan dan sebagaipedoman pengambil keputusan manajemen di masa yang akan datang. Secara umum labajuga telah diterima sebagai ukuran pengembalian investasi. Semakin besar laba yangdiperoleh, maka semakin baik suatu bisnis penanaman modal (Mangunsong dan Marpaung,2011).

Dalam penelitian ini peneliti memilih objek penelitian pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dipilihnya perusahaan otomotif karena salah satu jenis perusahaan yang menerbitkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia untuk mendapatkan dana, seiring dengan berkembangnya jaman maka semakin tinggi pula tingkatgaya hidup dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks salah satunya seperti kebutuhan alat transportasi, dengan semakin tingginya kebutuhan alat transportasi hasil ini semakin diikuti pula oleh tingginya permintaan masyarakat terhadap produk otomotif, dari sini bisa dilihat bahwa produk otomotif sangat penting bagi masyarakat, sehingga kecenderungan perusahaan otomotif

PERUBAHAN LABA AKUNTANSI DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Linda Lores¹, Retnawati Siregar2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Medan area

e-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi secara parsial dan simultan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai 2014 yang dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian ini diperoreh 10 perusahaan yang terseleksi menggunakan Purposive Sampling dengan kriteria tertentu. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen (Harga saham) dan variabel independen , laba akuntansi dan arus kas operasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda , uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Dalam menganalisis data, dengan menggunakan program SPSSversi 19.00. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap harga saham (closing price)pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), namun arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara simultan laba akuntansi dan arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kata Kunci: Laba akuntansi, Arus kas operasi , Harga Saham, harga penutupan

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 280

untuk survive sangat besar meskipun terkena dampak krisis moneter.

Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh, Artiani Hapsari (2008) dengan judul “Pengaruh Informasi Laba Akuntansi, Komponen Arus Kas, Size Perusahaan, dan Tingkat Leverage Terhadap Expected Return Saham”. Hasil penelitian menunjukkan variabel arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh positif terhadap expected return saham. Penelitian lain oleh Yulius Jogi Chistiawan (2012) dengan judul “Analisis Pengaruh Perubahan Arus Kas dan Laba Akuntansi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Berkapitalisasi”. Hasil penelitian menunjukkan informasi perubahan laporan arus kas terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangkan informasi laba akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakuakn penelitian kembali dengan mengangkat variabel penelitian kembali dimana terdapat hasil penelitian yang berbeda diantara penelitian tersebut, maka peneliti melakukan replikan atas penelitian sebelumnya diantaranya pada salah satu penelitian sebelumnya yaitu Yulius Jogi Chistiawan terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu antara lain periode penelitian, objek penelitian, dan variabel bebasnya. Peneliti meneliti dari tahun 2011 – 2014, peneliti juga mengambil objek penelitian di perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI, sedangkan variabel bebasnya peneliti menggunakan harga saham. Ketidakkonsistenan yang terjadi pada hasil penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai pengaruh laba laba akuntansi dan arus kas terhadap harga saham.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan penelitian iniadalah: 1. Apakah laba akuntansi berpengaruh signifikan

terhadap harga saham pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Apakah arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Apakah laba akuntansi dan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham

pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah : 1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh

laba akuntansi terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh laba akuntansi dan arus kas operasi terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

II. LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Laba Akuntansi

Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya – biayayang dikeluarkan pada periode – periode tersebut (Harahap, 2008:273). Dari defenisi tersebut, terlihat jelas bahwa dalam menghitung laba dengan menandingkan pendapatan atas biaya (macthing costaginst revenue). Menurut PSAK No.46 (paragraf 7) laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.

Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapakomponen pokok seperti laba kotor laba usaha laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak(Muqodim 2005:131).Sehingga dalam menentukan besar laba akuntansi investor dapatmelihat dari perhitungan laba setelah pajak. a. Pengertian Laporan Arus Kas

Pengertian Arus Kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2014) adalah: “Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa arus kas merupakan jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu perusahaan dalam suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang terjadi dalam jumlah kas perusahaan selama suatu periode tertentu.Tujuan informasi arus kas adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 281

aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu periode akuntansi.

II.2. Hubungan Laba Akuntansi terhadap

HargaSaham Laporan akuntansi merupakan laporan yang

mengukur keberhasilan operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Laporan laba rugi menyediakan informasi bagi investor dan kreditor untuk membantu mereka meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka perusahaan akan mampu mambagikan dividen yang semakin besar dan akan berpengaruh terhadap hargasaham secara positif.

Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba, cenderung harga sahamnya juga akan meningkat. Maksudnya jika perusahaan memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoretis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang semakin besar dan akan berpengaruh secara positif terhadap hargasaham. Penelitian Puspita (2009), menyebutkan bahwa peningkatan laba akuntansi dapat mendorong investor untuk lebih tertarik dalam membeli saham perusahaan. Ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaan akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan berujung pada meningkatnya hargasaham perusahaan.

Laba yang tinggi akan mendorong investor untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan karena tertarik akan laba investasi yang lebih tinggi. Ini secara langsung akan mendorong pada peningkatan harga saham dan return saham perusahaan.

Dari penjelasan dan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa laba akuntansi mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat keuntungan saham.

II.3. Hubungan Arus Kas dari Aktivitas

Operasi terhadap Harga Saham Arus kas operasi merupakan arus kas yang

berasal dari aktivitas penghasil utama penda-patan perusahaan atau transaksi yang masuk atau keluar dari dalam penentuan laba bersih.Meliputi arus kas yang dihasilkan dan dikeluarkan dari transaksi yang masuk determinasi atau penentuan laba bersih (net income).Sehingga makin tinggi arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan perusahaan mampu beroperasi secara profitable, karena dari aktivitas operasi

saja perusahaan dapat menghasilkan kas dengan baik.

III. METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif, yaitu analisis yang dilakukan langsung yang bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal yang saat ini berlaku. Didalam penelitian ini terdapat upaya mendeskripsikan kondisi-kondisi yang terjadi. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan memperoleh informasi menegenai keadaan saat ini dan menilai antara variabel-variabel yang ada. III.2Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel perusahaan maufaktur subsektor bidang otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana data tersebut dapat diakses melalui websitewww.idx.co.id III.4 Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain periode tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan pihak lain (Sanusi, 2011:104). III.5 Populasi dan Sampel a. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan manufaktur sub sektor otomotifyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2014 yang berjumlah 13 perusahaan. b. Sampel

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuansampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian atau dipilih berdasarkan kriteria. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel harus memenuhikriteria sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur sub sektor otomotif

yang terdaftar di BEI selama 4 Tahun yaitu pada tahun 2011 - 2014

b. Perusahaan tersebut tidak Delisting dari Bursa Efek selama Periode pengamatan

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 282

c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan harga saham selama 2011- 2014. Laporan keuanganyang digunakan sebagai sample adalah yang diterbitkan Per 31 Desember (Setelah diaudit)

III.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Defenisi operasional variabel merupakan penjelasan dari pengertian teoritis suatu variabel sehingga dapat diukur dan dapat diperoleh defenisi yang jenis dan tepat terhadap variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen (terikat=Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya variabel indepen-den. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham dalam penelitian ini adalah harga penutupan (closing price) setiap akhir tahun.

2. Variabel Independen (bebas=X) Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya. a. Laba Akuntansi (X1) Laba Akuntansi adalah perbedaan antara total pendapatan moneter dan jumlah biaya moneter yang dihitung dengan menggunakan prinsip akuntansi yang belaku umum (PABU). Dapat dirumuskan sebagai berikut :

b. Arus kas operasi (X2) Aktivitas operasi adalah Aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan.Dimana rumus nya dapat ditunujukan sebagai berikut :

III.7 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan

oleh penulis dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat data-data yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan keper-luan pembahasan dalam penelitian ini dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id

III.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model analisis regresi berganda (linear). Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS, yaitu: 1. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang digunakan oleh penulis yaitu: a. Uji Normalitas

Yang mana uji normalitas menurut duwi (2010:36) “uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak”. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval ataupun rasio harus >0,5.

b. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2001;91) uji multikolineri-tas bertujuan untuk menguji apakah model re-gresi ditemukan adanya korelasi antar veriabel bebas (independen)”. Pada uji multikolineritas ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inlation faktor (VIF). Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF dari 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolineritas.

c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual pada suatu regresi terjadi ketidaksamaan yang lain.Data tidak mengalami heteroskedastisitas jika nilai signifikansi > 0,05.

2. Analisis Regresi Berganda Menurut Imam Ghozali (2002) “analisis

regresi merupakan studi mengenai ketergantu-ngan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas atau bebas) dengan tujuan mengestimasi dan ataumemprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkannilai variabel independen yang diketahui”. Model regresi linier yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana: Y = hargasaham a = konstanta b1 dan b2 = koefisien variabel-variabel

independen (regresi x1 dan x2) x1 = nilai laba akuntansi x2 = nilai arus kas e = error terms (variabel pengganggu)

Laba Akuntansi = Total Pendapatan – Total Biaya

Y = a + b1 x1 + b2 x2 + e

Arus Kas Operasi

Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 283

3. Pengujian Hipotesis a. Uji Determinasi (R2)

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel indenpenden terhadap variabel dependen dalam pengertian yang lebih jelas. b. Uji t (Uji secara Parsial)

Uji t (uji individual) digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen (secara parsial) mempunyai penga-ruh yang signifikan terhadap variabel dependennya dengan asumsi variabel independen yang lain dianggap konstan. c. Uji F (Uji secara Simultan)

Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).Demi efektivitas operasional dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif.Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia berpusat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan Niaga Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. IV.2 Analisis Data a. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data

Hasil uji normalitas dapat dilihat seperti yang ditampilkan berikut ini:

Tabel IV.1. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa nilai kolmogorov-smirnovZ untuk laba

akuntansi sebesar 0,963; arus kas operasi sebesar 0,969; dan harga saham sebesar 1,289 diatas 0,05. Hal ini mengidentifikasi bahwa seluruh variabel terdistribusi normal.Nilai signifikasi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel laba kauntansi dan arus kas operasi berdistribusi normal. 2. Uji Multikolonieritas Hasil uji multikolonearitas untuk penelitian ini dapat dilihat seperti yang ditampilkanberikut ini:

Tabel IV.2 Hasil Uji Multikolonearitas

Coefficientsa Correlations Collinearity Statistics

Model Part Tolerance VIF

(Constant)

laba_akuntansi -,051 ,876 1,142

1

arus_kas_operasi ,351 ,876 1,142

Berdasarkan nilai Tolerance dan nilai VIF.

Nilai tolerance variabel laba akuntansi dan arus kas operasi sebesar 0,876 lebih besar dari nilai tolerance 0,10, sedangkan nilai VIF untuk variabel laba akuntansi dan arus kas operasi sebesar 1,142 lebih kecil dari nilai VIF 10,00 yang artinya kedua variabel tidak terjadi multikolonieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji heteroskedastisitas untuk penelitian ini dapat dilihat seperti yang ditampilkan berikut ini:

Gambar IV.1.

Hasil Uji Heterodastisitas

Dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa pancaran data pada scatter plot tidak menunjukkan suatu pola tertentu (acak). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat problem heterodastisitas.

b. Uji Statistik Brikut hasil uji regresi berganda,

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

laba_akunt

ansi arus_kas_

operasi harga_ saham

N 40 40 40Mean 1635817,05 391201,50 3978,30Normal

Parametersa,b Std. Deviation

1577541,272

517308,396 4183,213

Absolute ,152 ,153 ,204Positive ,149 ,153 ,204

Most Extreme Differences

Negative -,152 -,130 -,179Kolmogorov-Smirnov Z ,963 ,969 1,289Asymp. Sig. (2-tailed) ,312 ,305 ,072

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 284

Tabel IV.3. Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standar-dized

Coefficie-nts

Model B Std. Error Beta T Sig.

(Constant) 3029,040 957,347 3,164 ,003

laba_akuntansi

,000 ,000 -,054 -,332 ,742

1

arus_kas_operasi

,003 ,001 ,375 2,285 ,028

Berdasarkan table coefficients diatas

variabel dependen pada regresi ini adalah harga saham (Y) sedangkan variabel independen adalah laba akuntansi (X1) dan arus kas operasi (X2) maka persamaan hasil regresi linear berganda diatas adalah:

Y = 3029,040 + 0,00X1 + 0,003X2

Interprestasi dari regresi diatas adalah sebagai berikut : 1. Konstanta (a)

Ini berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel terikat (Beta) sebesar 3029,040

2. Laba Akuntansi (X1) terhadap Harga Saham (Y) Nilai koefisien laba akuntansi sebesar 0,000 ini menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruhtidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan laba akuntansi (X1) 0,01 maka harga saham (Y) akan naik sebesar 0,000 dengan asumsi bahwa variabel bebas lain dari model regresi adalah tetap.

3. Arus Kas Operasi (X2) terhadap Harga Saham (Y) Nilai koefisien arus kas operasi sebesar 0,003 dan bertanda positif, ini menunjukkan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan arus kas operasi 0,01 maka harga saham (Y) akan naik sebesar 0,003 dengan asumsi bahwa variabel bebas lain dari model regresi adalah tetap.

Berdasarkan persamaan regresi diperoleh bahwa laba akuntansi tidak bisa menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan terutama di bidang investasi. Namun arus kas operasi dapat di jadikan penentu dalam pengambilan keputusan dalam pengambilan investasi.

c. Pengujian Hipotesis 1. Uji Determinasi (R2) Berikut hasil uji Determinasi:

Tabel IV.4. Hasil Uji Determinasi Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,359a ,129 ,082 4008,358

a. (Constant), arus_kas_operasi, laba_akuntansi b. Dependent Variable: harga_saham sumber: data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel IV.6 diatas diperoleh

nilai, dan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai R Squeare = 0,129, artinya terdapat

hubungan antara variabel (X) yaitu laba akuntansi dan arus kas operasi terhadap harga saham yaitu sebesar 12,9% dan hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas karena nilai mendekati 0. Nilai R = 0,359, artinya hubungan variabel laba akuntansi dan arus kas operasi terhadap harga saham sebesar 35,9% dan hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen amat terbatas dalam menjelaskan variabel dependen.

2. Nilai Adjusted Rsqueare = 0,082, hal ini menunjukkan bahwa nilai harga saham mampu dijelaskan oleh variabel laba akuntansi dan arus kas operasi sebesal 8,2% sedangkan sisanya sebesar 91,8% (0,918) merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti.

3. Standart of the Estimate adalah 4008,358. Hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi laba akuntansi dan arus kas operasi sebesar 4008,358.

2. Uji-t ( uji secara parsial) a) Jika thitung ≤ t tabel atau nilai signifikan

(α) ≥ 0.05, maka H1 diterima. b) Jika t hitung ≥ t tabel atau nilai

signifikan (α) ≤ 0.05, maka H2 diterima. Hasil dari uji-t dapat di liat dari tampilan

berikut ini :

Tabel IV.5. Hasil Signifikansi Parameter Individual Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standar- dized

Coeffici- ents

Model B Std.

Error Beta

T Sig.

(Constant) 3029,040 957,347 3,164 ,003

laba_ akuntansi

,000 ,000 -,054 -,332 ,742

1

arus_kas_ operasi

,003 ,001 ,375 2,285 ,028

a. Dependent variabel: harga_saham

Dari uji t yang telah dilakukan pada tabel

IV.5 diatas , ,maka diperoleh nilai signifikansi

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 285

untuk variable: 1. Laba Akuntansi (X1) terhadap harga saham Laba akuntansi dengan nilai signifikan 0,742 nilai ini lebih besar dari 0,05 sedangkan t-hitung adalah -0,332 dan dengan menggunakan tabel t, diperoleh t tabel sebesar 2,026, hal ini menunjukkan bahwa t-hitung < t-tabel (-0,332<2,026) yang berarti H1 diterima dan H2

di tolak. Artinya laba akuntansi tidak berpengaruh negatif secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terjadi merupakan dampak dari laba bersih operasi mengalami fluktasi yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internaladalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang disebabkan oleh krisis ekonomi, dan biasanya bersifat makro seperti situasi politik, keamanan,suku bunga, dan kebijakan pemerintah yang meliputi adanya rasio keuangan keuangan. 2. Arus Kas Operasi (X2) terhadap Harga

Saham Arus kas operasi memperoleh nilai

signifikan 0,028 nilai ini lebih kecil dari 0,05 sedangkan t-hitung adalah 2,285 dan dengan menggunakan tabel t, diperoleh t tabel sebesar 2,026, hal ini menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel (2,285 > 2,026) yang berarti H1 ditolak dan H2 diterima. Artinya arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam hal ini menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar . dapat dilihat data yang dihasilkan mendapatkan arus ks operasi berfluktuasi diantara kenaikan dan penurunan arus kas operasi yang jauh berbeda.

3. Uji F (uji secara simultan)

Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut: a) Jika F hitung ≤ Ftabel atau nilai

signifikan (α) ≥0.05, maka H1 diterima. b) Jika F hitung ≥ F tabel atau nilai

signifikan (α) ≤ 0.05, maka H2 diterima. Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tabel IV.6. Hasil Uji Signifikansi Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F

Sig.

Regression 87995090,127 2 43997545,063 2,738 ,078a

Residual 5,945E8 37 16066930,818

1

Total 6,825E8 39

a. Predictors: (Constant), arus_kas_operasi, laba_akuntansi b. Dependent Variable: harga_saham

1. Laba Akuntansi (X1) dan Arus Kas Operasi (X2) terhadap Harga Saham Dari data di atas bahwa nilai signifikan

sebesar 0,078. Nilai signifikan lebih besar dari nilai profitabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel perubahan laba akuntansi dan arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap harga saham. Maka berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H2 ditolak.Hal ini bisa dilihat dari perbandingan F-hitung dengan F-tabel, F-hitung sebesar 2,738 sedangkan F-tabel sebesar 3,251, artinya F-hitung < F-tabel (2,738 < 3,251) yang berarti H1 diterima dan H2 ditolak. 1. Pengaruh laba akuntansi terhadap harga

saham Variabel laba akuntansi menunjukkan pengaruh tidak signifikan dan positif terhadap harga saham. Hasil ini terlihat pada nilai signifikan pengujian sebesar 0,742 diatas tingkat signifikan 0,05, sehingga variabel laba akuntansi tidak dapat dijadikan indikator dalam memprediksi harga saham. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yulius Jogi Chistiawan (2012) yang menyatakan laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap retrun saham.

2. Pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham Variabel arus kas operasi menunjukkan pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Hal ini terlihat pada nilai signifikan pengujian sebesar 0,028 dibawah tingkat signifikan 0,05, sehingga variabel arus kas operasi dapat dijadikan indikator dalam mempengaruhi harga saham. Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi berisi informasi yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 286

mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Investor melihat pelaporan arus kas dari aktivitas operasi tersebut sebagai informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Meyti (2006), dan Yulius Jogi Christiawan (2012) yang menyatakan bahwa arus kas operasi tidak mempengaruhi harga saham.

3. Pengaruh laba akuntansi dan arus kas operasi terhadap harga saham Dari hasil uji simultan variabel laba akuntansi dan arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap harga saham. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan F-hitung dan F-tabel, F-hitung sebesar 2,738 sedangkan F-tabel sebesar 3,251 artinya F-hitung < F-tabel (2,738<3,251). Laba akuntansi adalah perbedaan antara

revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan pada periode – periode tersebut (Harahap, 2008: 273). Angka laba akuntansi adalah selisih antara jumlah laba akuntansi atas biaya akuntansi.Selain itu, biaya-biaya ini diasumsikan memiliki hubungan dengan penciptaan pendapatan. Diantara biaya-biaya operasi tersebut adalah : biaya gaji karyawan, biaya administrasi, biaya perjalanan dinas, biaya iklan dan promosi, biaya penyusutan dan lain-lain.

Pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia laba akuntansi kecil pengaruhnya terhadap harga pasar saham. Kenyataan ini di duga karena terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham selain kinerja fundamental perusahaan yang dalam hal ini adalah laba bersih, yaitu tingkat suku bunga, indeks harga saham gabungan, news and rumors dan lain sebagainya. Dengan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut maka ada kemungkinan kondisi fundamental perusahaan dalam hal ini laba bersih operasi mempunyai pengaruh yang lebih kecil dari pada faktor lain terhadap harga pasar saham.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara lebih menekan jumlah beban yang harus dikeluarkan sehingga jumlah pendapatan yang diterima akan menunjukan nilai yang lebih besar daripada jumlah beban yang harus dikeluarkan. Selain itu perusahaan juga diharapkan bisa lebih memahami dan menganalisa kondisi perekonomian secara keseluruhan tidak hanya

terpaku pada peningkatan kondisi fundamental atau kinerja perusahaan saja, karena diduga investor juga mempertimbangkan faktor lain sebagai acuan dalam berinvestasi yang nantinya akan mempengaruhi harga pasar saham itu sendiri.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Variabel laba akuntansi tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Variabel arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa informasi arus kas operasi memiliki makna bagi investor dibandingkan laba akuntansi untuk mengambil keputusan apakah investor akan membeli, menahan, atau menjual saham.

3. Laba akuntansi dan Arus kas operasi tidak ada pengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan agar para investor harus teliti dalam melihat informasi laporan keuangan dalam melakukan investasi saham pada suatau perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA Belkaouli, Ahmed Riahi. 2007. Teori

Akuntansi, Buku dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Duwi Priyatno, 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Gaya Media, Yogyakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area. 2011, Pedoman Penulisan Skripsi.

Harahap, Sofyansafri. 2008. Teori Akuntansi, edisi revisi-10, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2002. Analisis Multivariate. Semarang : Badan Penerbitan UNDIP.

Jogiyanto.2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi ketiga. BPFE UGM Yogyakarta.

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 287

Muqodim.2005. Teori Akuntansi, Edisi ke-1, Ekonisia, Yogyakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cv. Alfabet, Bandung.

Suad Husnan. 2005. Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Anwar Sanusi. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.

Christiawan Jogi Yulius. 2012. Analisis penga-ruh perubahan arus kas dan laba akuntansi terhadap return saham pada perusahaan berkapitalisasi besar. JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 14, NO. 2 (November)

Hapsari, Artiani. 2013. Pengaruh informasi laba akuntansi komponen arus kas, size perusahaan, dan tingkat leverage terhadap expected return saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Meythi. 2006. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening.Simposium Nasional Akuntansi 9 (Padang), K-AKPM 01.

Mangunsong, S., dan E. I. Marpaung. 2001. Pengaruh Fee Based Income Terhadap Laba Per Lembar Saham. Jurnal Ilmiah Akuntansi FE-UKM, vol. 1, no. 1. pp. 1-25.

Sulia. 2012. Pengaruh Laba Akuntansi Arus Kas dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham perusahaan LQ45yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil.

Triono dan Jogiyono Hartono. 2010. Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga atau Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 3. No 1 (januari)

Puspita, Fira. 2009. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode(2005-2007)”, www.eprints.undip.ac.id

Yolanda, Rosiana. 2009. Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi Dan Nilai Buku Ekuitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa EfekIndonesia. Sekolah Tinggi Ekonomi Perbanas. Surabaya

Spss Versi 19.0 www.idx.co.id www.yahoo-finance.com

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 288

A. PENDAHULUAN

Fahmi dan Hadi (2009:41) menjelaskan bahwa pasar modal merupakan tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasu (bond) dengan tujuan dari hasil tersebut nantinya akan digunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan. Adanya pasar modal sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional memiliki fungsi intermediasi yaitu menjembatani antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang kelebihan modal, serta memperbanyak pilihan sumber dana bagi perusahaan swasta dan pemerintah.

Masyarakat Indonesia seringkali mudah terbuai dengan berbagai janji tingkat pengembalian yang tinggi tanpa mempelajari bagaimana perusahaan atau investasi tersebut beroperasi.Satu hal yang juga dilupakan oleh mereka para investor adalah sisi mata uang lainnya dalam berinvestasi, yaitu resiko. Karena hampir dipastikan bahwa tidak ada investasi yang memberikan keuntungan sangat fantastis tapi tidak memiliki resiko sama sekali. Oleh karenanya, prilaku keuangan individu dalam berinvestasi sangatlah penting.

Costa, Mineto, dan Silva (2008) melakukan replikasi dari penelitian Weber dan Camerer (1998) tentang efek disposisi dengan mengguna-

kan metode eksperimen akan tetapi ditambah variabel gender. Secara umum gender dilibatkan dalam tindakan pengambilan risiko (Byrnes et al., 1999). Eksperimen efek disposisi oleh Weber dan Camerer (1998) mengatakan untuk menilai keuntungan saham (gains) dan kerugian saham (losses) relatif pada titik awal harga beli. Hasil studi mereka menunjukkan investor yang tidak menyukai risiko cenderung untung (gains), dan investor menyukai risiko cenderung rugi (losses).Kemudian dengan mempertimbangkan gender, hasil studi laki laki, sehingga otak laki-laki dan perempuan membuat perubahan efek disposisi yang signifikan.61% perempuan membeli setelah saham-saham bergerak naik. Mereka pikir kenaikan itu akan tetap naik di masa depan (positif autokorelasi). 34% laki-laki memperlihatkan perilaku yang konsisten dengan mean–reversion (negatif autokorelasi). Ekspe-rimen pada studi mereka memperlihatkan para perempuan tidak memegang saham-saham yang losses dan menjual saham-saham yang winner seperti perubahan reference point dari harga jual kepada harga sebelumnya.Namun demikian, karakteristik individu dan gender masih belum optimal bila tidak diikuti oleh keadaan pasar serta informasi-informasi yang mempengaruhi efek disposisi investor individu.

PENGARUH KOMPETENSI DAN OVERCONFIDENCE INVESTOR TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI INVESTOR SAHAM DI KOTA MEDAN

Al Firah

Dosen Tetap Universitas Dharmawangsa Medan

ABSTRACT

An investor’ decision to invest is influenced by competence, and investors’ overconfidence. The formulation of the problem was whether competence, investor’ overconfidence influenced stock investors’ decision to invest in Medan. The objective of the research was to analyze the influence of competence and investor’ overconfidence on stock investors’ decision to invest in Medan. The result of research showed that the competence, and investors’ overconfidence directly and indirectly influenced investors’ decision to invest. The variable of demography competence, overconfidencehad positive significant influence on investors’ decision to invest. The data gathered by conducting interviews, questionnaires, and documentary study and analyzed by using Structural Equation Model through Partial Least Square analysis at α=5%. The conclucion of the research was that stock investors’ decision to invest in Medan was influenced by competence, more significat than the other variables which indicated that investors in Medan prioritized competence in making decision to invest. Its implication was that it was important for security to socialize competence and investor’s overconfidence and give better recommendation concerning decision to invest. Investors should strengthen competence and overconfidence in order to produce the expected decision to invest. Keyword: Competence Investors’ Overconfidence, Investors’ Decision to Invest

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 289

Perempuan di negara berkembang ternyata memiliki andil cukup besar dalam menangani masalah kemiskinan. Oleh karena itu penting untuk melibatkan perempuan dalam proses pengambilan keputusan publik, termasuk di antaranya adalah dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Investasi di pasar modal akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan perempuan dalam memanfaatkan fasilitas pasar modal untuk menambah pendapatan keluarga.

Hasil penelitan Rahadjeng (2011) menemu-kan celah terjadinya dialog antar gender sehingga memungkinkan pelibatan kaum perempuan dalam proses pengambilan keputusan berinvestasi, terutama sebagai investor individu dalam perdagangan saham. Untuk dapat mengenali keberadaan ruang dialog antar gender dan memberikan rekomendasi pelibatan perem-puan dalam proses pengambilan keputusan, maka pertama kali perlu dilakukan kajian mengenai perilaku perempuan dalam proses pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal.

Chandra (2009) menganalisis pengaruh kompetensi investor individu pada perilaku perdagangan investor di pasar saham.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa investor yang merasa lebih kompeten lebih sering melakukan trading.Selain kompetensi investor, faktor percaya diri (overconfidence) juga berperan dalam perilaku perdagangan investor. Faktor kompetensi merupakan salah satu faktor psikologi yang diteliti oleh Chandra (2009) yang menjelaskan bahwa investor dengan tingkat kompetensi yang tinggi akan lebih sering melakukan perdagangan saham. Kompetensi seorang investor lebih banyak dipengaruhi oleh pendidikan dan pendapatan yang dimiliki oleh investor.Hasil penelitian Chandra (2009) membuktikan bahwa investor yang merasa lebih kompeten lebih sering melakukan perdagangan saham.

Graham et al. (2009) juga meneliti apakah kompetensi mempengaruhi frekuensi perdaga-ngan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa investor yang cenderung menganggap dirinya kompeten akan melakukan perdagangan saham atas dasar keyakinan tersebut yang pada akhirnya menyebabkan frekuensi perdagangan mereka menjadi lebih tinggi. Investor dapat menjadi overconfidence terhadap kemampuan, pengetahuan dankemungkinan di masa yang akan datang (Ritter 2003). Rasa percaya diri yang berlebihandapat menyebabkan investor melakukantransaksi perdagangan yang

berlebihanyang berakibat pada rendahnya return portofolio yang didapat.

Graham et al. (2009) meneliti hubunganteoritis antara faktor percaya diri dengan frekuensi perdagangan. Peneliti ini menemukan bahwa investor laki-laki dengan portofolio yang lebih besar dan berpendidikan lebih percaya diri daripada investorperempuan dengan portofolio yanglebih kecil dan kurang berpendidikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Barber dan Odean (2001) yang memberikan bukti empirisbahwa investor laki-laki lebih sering melakukan transaksi perdagangan dan lebihberani menanggung risiko dibandingkan investor perempuan.

Penelitian Graham et al. (2005) ini menyimpulkan bahwa perbedaan faktor demografis dari investor menyebabkan investor merasa lebih kompeten dalam memahami informasi keuangan dan peluang yang ada disana.Hasil penelitiannya menemukan bahwa investor laki-laki, investor dengan pendapatan yang tinggi, dan memiliki pendidikan yang tinggi lebih memiliki keyakinan bahwa mereka merupakan investor yang kompeten. Hal yang sama dikemukakan oleh Barber dan Odean (2001) yang menemukan bahwa gender merupakan variabel yang mempengaruhi tingkat overconfidence dari seorang investor. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh kompetensi investor

terhadap keputusan investasi investor 2. Menganalisis pengaruh overconfidence

investor terhadap keputusan investasi investor B. TINJAUAN PUSTAKA Competence Effect

Heath dan Tversky (1991) mengemukakan kompetensi sebagai efek hipotesis bahwa kesediaan masyarakat untuk bertindak atas penilaian mereka sendiri di daerah tertentu akan tergantung pada kompetensi subyektif mereka yaitu mereka merasa terampil atau memiliki pengetahuan dalam konteks yang area di pasar keuangan, kompetensi individu investor yang dirasakan dalam memahami informasi keuangan dan peluang investasi mengakui akan mempengaruhi kesediaan mereka untuk melakukan investasi aktif keputusan daripada didiamkan selama tidak aktif atau bahkan tidak ada investasi sama sekali. Overconfidence

Overconfidence dapat diartikan sebagai keyakinan bahwa distribusi probabilitas prediksi

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 290

seseorang lebih tinggi dari sesungguhnya sedangkan dalam berbagai literatur keuangan, atau penaksiran yang terlalu tinggi (overesti-mating) dalam menilai suatu financialaset (Odean (1998), Gervais and Odean (2001).

Odean (1998) menunjukkan bahwa perdagangan investor overconfident lebih dari investor rasional dan melakukan hal itu menurunkan utilitas rata-rata mereka, karena investor terlalu percaya perdagangan terlalu agresif ketika mereka menerima informasi tentang nilai dari keamanan. Keputusan Investasi

Graham et al. (2009) yang menyatakan bahwa ketika investor cenderung merasa kompeten, maka investor tersebut akan lebih sering melakukan perdagangan saham yang akhirnya menyebabkan frekuensi transaksi menjadi lebih tinggi dan Chandra (2009) yang menunjukkan bahwa investor dengan tingkat kompetensi yang tinggi akan lebih sering melakukan perdagangan saham.

Investor dapat menjadi overconfidence terhadap kemampuan, pengetahuan dan kemungkinan di masa yang akan datang (Ritter 2003). Rasa percaya diri yang berlebihandapat menyebabkan investor melakukantransaksi perdagangan yang berlebihanyang berakibat pada rendahnya returnportfolio yang didapat.

Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Gambar 2. Kerangka Konseptual (Dimensi & Indikator Variabel)

C. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan

Kompetensi Investor

Keputusan Investasi

Overconfidence Investor

Kompetensi Investor (X2)

Overconfidence Investor

(X1)

Keputusan

Investasi (Y1)

Q7

Self Concept

Risk Tolerance

Investmen

t Strat

Q11

Q9

Q10

Q8

Q13

Q14

Q15

Q17

Q12

Q16

Ketrampila

n

Pengetahua

Sifat

Motivasi

Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

Q6

Q18

Q19

Q20

Q21

Q22

Q23

Q24

Q34

Q35

Q36

Q30

Q31

Q32

Q33

Q25

Q26

Q27

Q28

Q29

Pengalaman

Keru

Kualitas Invet i

Informasi saham

Produktivita

s invest

asi

Ekspektas

i pasar

Tingkat trading volume saham

Tingkat return saham

Koreksi

pasar

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 291

tentang sifat (karakteristik data) dari suatu keadaan atau objek penelitian. Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian explanatoryyang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan yang lainnya. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan membagi kuesioner di Perusahaan Sekuritas di Kota Medan yang terdiri dari 2 (dua) buah perusahaan yaitu Panin Sekuritas dan Trimegah Sekuritas dan dilaksanakan pada bulanAgustussampai dengan Oktober 2015. 3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah investorPerusahaan Sekuritas di Kota Medan yang terdiri dari 2 (dua) buah perusahaan yaitu Panin Sekuritas dan Trimegah Sekuritas yang berjumlah 110 orang. 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, menyebarkan kuesioner, mengumpulkan data atau dokumen

OPERASIONALISASI VARIABEL

Tabel 1. Variabel Kompetensi,Overconfidence dan Keputusan Investasi Investor

Varia- bel

Definisi Indikator Pernyataan Skala

1.Ketrampilan (Skill)

Membeli saham performa tinggi dan menghindari saham performa rendah di masa lalu

2.Pengetahuan (Knowledge)

Menggunakan analisis trend pada beberapa saham yang mewakili untuk membuat keputusan investasi Meramalkan perubahan harga saham di masa depan Mampu mengantisipasi tingkat return akhir

3. Sifat (Trait)

Mempertimbangkan perubahan harga saham dengan hati-hati K

omp

eten

si I

nve

stor

(X

1)

Ketrampilan subjektif/ tingkat pengetahuan investor

4. Motivasi (Motive)

Menganalisa kecendrungan investor sebelum melakukan investasi

Likert

1.Konsep Diri (Self Concept)

Percaya kemampuan dan pengetahuan pasar saham dapat meningkatkan kinerja pasar Setelah memperoleh gain, Anda menjadi lebih suka mencari resiko dibanding sebelumnya Setelah memperoleh loss, Anda menjadi lebih menghindari resiko Menghindari menjual saham dengan nilai rendah dan siap menjual

2. Risk Tolerance

Menahan saham harga rendah terlalu lama dibanding menjual saham yang harganya akan naik di masa mendatang Memperhatikan secara terpisah perkembangan tiap elemen Mempelajari tentang faktor fundamental saham sebelum membuat suatu keputusan investasi Mengabaikan kemungkinan hubungan antara investasi yang berbeda Reaksi berlebihan pada perubahan harga saham yang dipengaruhi kondisi mikro ekonomi Menerima kemungkinan hubungan antara investasi yang berbeda

Ove

rcon

fide

nce

In

vest

or (

X2)

Kepercayaan diri yang berlebihan & salah satu bias psikologi yang menyangkut seberapa baik seseorang memahami kemampuan, pengetahuan dan keterbatasan yang dimilikinya

3. Investment Strategy

Reaksi berlebihan pada perubahan harga saham yang dipengaruhi kondisi makro ekonomi

Likert

Vari- abel

Definisi Indikator Pernyataan Skala Ukur

1. Pengalaman kerugian

Pengalaman menjadi dasar sebelum melakukan keputusan investasi mendatang Informasi pasar terkait dengan pergerakan trend saham 2. Informasi

saham Mempertimbangkan referensi yang dapat dipercaya untuk keputusan investas Membeli saham lokal daripada internasional Pengaruh keputusan investor lain dalam memilih jenis saham Pengaruh keputusan investor lain tentang volume

3. Kualitas investasi

Pengaruh keputusan investor lain tentang beli dan jual saham

4. Produktivitas investasi

Mengikuti reaksi keputusan investor lain pada pasar saham

Menjual saham ketika harga saham ekspektasi tinggi 5. Ekspektasi

pasar Menjual saham ketika harga saham ekspektasi rendah

6. Koreksi pasar

Menjual saham ketika terjadi koreksi pasar yang besar Menjual saham saat resiko rugi yang diperoleh kecil Mempertimbangkan faktor fundamental saham pada keputusan investasi Membeli saham saat tingkat volume perdagangan saham besar Membeli saham saat return harapan besar

ngkat trading volume saham

Membeli saham saat ada informasi saham positif Tingkat return saham yang investasikan sesuai dengan harapan Tingkat return saham >return rata-rata pasar

Kep

utu

san

In

vest

asi (

Y1)

Segala keputusan manajerial

yang mengalokasikan dana pada

berbagai macam aktiva

terkait jual beli saham

dan tindakan yang

berdasarkan estimasi yang

dilakukan sebelumnya

8. Tingkat return saham

Kepuasan dengan keputusan investasi di masa lalu

Likert

Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh variabel kompetensi dan overconfidence investor terhadap keputusan investasi investor saham di kota Medan, maka penelitian ini menggunakan analisisStructural Equation Model (SEM) dengan menggunakan programPartial Least Square (PLS) 3.0

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Pengujian validitas kuesioner dengan

jumlah sampel sebanyak 30 orang menggunakan program SPSS. Jika rhitung> dari rtabel dan bernilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.Jika rhitung< dari rtabel dan bernilai negatif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid.Besar nilai rtabel untuk n sebesar 30 adalah 0,241 sehingga rhitung tiap butir pernyataan dalam kuesioner harus≥0,241.

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Kompetensi Investor

No Butir Pernyataan Corrected

Item- Total Correlation

rtabel Ket

1 Membeli saham performa tinggi dan menghindari saham performa rendah di masa lalu

0,842 0,241 Valid

2 Menggunakan analisis trend pada beberapa saham yang mewakili untuk membuat keputusan investasi

0,878 0,241 Valid

3 Meramalkan perubahan harga saham di masa depan

0,707 0,241 Valid

4 Mampu mengantisipasi tingkat return akhir 0,594 0,241 Valid

5 Mempertimbangkan perubahan harga saham dengan hati-hati

0,786 0,241 Valid

6 Menganalisa kecendrungan investor sebelum melakukan investasi

0,671 0,241 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 292

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Overconfidence Investor

No Butir Pernyataan Corrected

Item- TotalCorrelation

rtabel Ket

1 Percaya kemampuan dan pengetahuan pasasaham dapat meningkatkan kinerja pasar

0,663 0,241 Valid

2 Setelah memperoleh gain, Anda menjadi lebihsuka mencari resiko dibanding sebelumnya

0,550 0,241 Valid

3 Setelah memperoleh loss, Anda menjadi lebimenghindari resiko

0,585 0,241 Valid

4 Menghindari menjual saham dengan nilai rendadan siap menjual

0,419 0,241 Valid

5 Menahan saham harga rendah terlalu lamdibanding menjual saham yang harganya akannaik di masa mendatang

0,503 0,241 Valid

6 Memperhatikan secara terpisah perkembangatiap elemen

0,638 0,241 Valid

7 Mempelajari tentang faktor fundamental sahamsebelum membuat suatu keputusan investasi

0,633 0,241 Valid

8 Mengabaikan kemungkinan hubungan antarinvestasi yang berbeda

0,489 0,241 Valid

9 Reaksi berlebihan pada perubahan harga sahamyang dipengaruhi kondisi mikro ekonomi

0,386 0,241 Valid

10 Menerima kemungkinan hubungan antarinvestasi yang berbeda

0,160 0,241Invalid

11 Reaksi berlebihan pada perubahan harga sahamyang dipengaruhi kondisi makro ekonomi

0,578 0,241 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Keputusan Investasi Investor

No Butir Pernyataan

Corrected Item- Total

Correlation

rtabel Ket

1 Pengalaman menjadi dasar sebelummelakukan keputusan investasi mendatang

0,740 0,241 Valid

2 Informasi pasar terkait dengan pergerakantrend saham

0,732 0,241 Valid

3 Mempertimbangkan referensi yang dapatdipercaya untuk keputusan investas

0,727 0,241 Valid

4 Membeli saham lokal daripada internasional 0,766 0,241 Valid

5 Pengaruh keputusan investor lain dalammemilih jenis saham

0,406 0,241 Valid

6 Pengaruh keputusan investor lain tentangvolume

0,442 0,241 Valid

7 Pengaruh keputusan investor lain tentang belidan jual saham

0.542 0,241 Valid

8 Mengikuti reaksi keputusan investor lainpada pasar saham

0.496 0,241 Valid

9 Menjual saham ketika harga sahamekspektasi tinggi

0,410 0,241 Valid

10 Menjual saham ketika harga sahamekspektasi rendah

0,469 0,241 Valid

11 Menjual saham ketika terjadi koreksi pasaryang besar

0,161 0,241 Invalid

12 Menjual saham saat resiko rugi yangdiperoleh kecil

0,036 0,241 Invalid

13 Mempertimbangkan faktor fundamentalsaham pada keputusan investasi

0,303 0,241 Valid

14 Membeli saham saat tingkat volumeperdagangan saham besar

0,395 0,241 Valid

15 Membeli saham saat return harapan besar 0,644 0,241 Valid

16 Membeli saham saat ada informasi sahampositif

0,686 0,241 Valid

17 Tingkat return saham yang investasikansesuai dengan harapan

0,633 0,241 Valid

18 Tingkat return saham >return rata-rata pasar 0,709 0,241 Valid

19 Kepuasan dengan keputusan investasi di masalalu

0,731 0,241 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Analisis Statistik Deskriptif Penentuan kelas interval yang diberlakukan untuk semua variabel. Nilai terendah skala adalah 1 dan nilai tertinggi skala adalah 5:

Tabel 5. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian No Variabel Cronbach’sAlpha Keterangan 1 Kompetensi Investor ,908 Reliabilitas Sempurna2 Overconfidence Investor ,833 Reliabilitas Tinggi 3 Keputusan Investasi ,894 Reliabilitas Tinggi Sumber: Hasil Penelitian 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa pengujian reliabilitas instrumen variabel penelitian menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha>0,6 yang berarti bahwa instrumen variabel penelitian adalah reliabel. D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Kuesioner yang kembali ke peneliti kemudian dipilih sesuai dengan kriteria penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.Setelah mengalami reduksi dan penambahan data maka kuesioner yang memenuhi kriteria untuk penelitian sebanyak 110 kuesioner digunakan sebagai sampel. Karakteristik responden yang diperoleh dari kuesioner terkumpul adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan

Investor Perusahaan Sekuritas No Nama Perusahaan Sekuritas Jumlah Persentase 1 Panin Sekuritas 70 63,6% 2 Trimegah Sekuritas 40 36,4%

Total 110 100% Sumber : Data diolah (2016)

Tabel 7. Karakteristik Faktor Demografi

Sumber : Data diolah (2016)

1. Interval kelas adalah ( 5 – 1 )/5 = 0,8 

2. Penentuan kelas adalah : a. Nilai 1,00 – 1,80 (Sangat tidak baik) b. Nilai 1,81 – 2,60 (Tidak baik) c. Nilai 2,61 – 3,40 (Ragu – ragu) d. Nilai 3,41 – 4,20 (Baik) e. Nilai 4,21 – 5,00 (Sangat baik)

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 293

Tabel 8. Distribusi Jawaban Variabel Kompetensi Investasi Investor

Tabel 9. Distribusi Jawaban Variabel Over Convidence Investasi Investor

Tabel 10. Distribusi JawabanVariabel Keputusan Investasi Investor

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 294

Model Pengukuran (Outer Model) Uji validitas outer model terdapat dua faktor

yang akan diamati dalam uji validitas yaitu nilai factor loading (convergent validity) dan nilai cross loading (discriminant validity) mengukur korelasi antara item pernyataan dengan konstruk

Tabel 11. Nilai Factor Loading Konstruk Kompetensi Investor

Indikator Kode

Indikator Nilai Factor Loading

Ketrampilan Q1 1,000 Pengetahuan Q2 1,000

Q3 0,795 Q4 0,600 Sifat Q5 0,743

Kompetensi Investor

Motivasi Q6 1,000

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Berdasarkan data pada tabel di atas tidak ada indikator yang nilai factor loading <0,5. Hasil perhitungan ini telah memenuhi ketentuan convergent validity karena semua factor loading>0,5.

Tabel 12. Nilai Factor Loading Konstruk

Overconfidence Investor Indikator Kode Indikator

Nilai Factor Loading

Self Concept Q7 1,000 Q8 0,795 Q9 0,812 Q10 0,819

Risk Tolerance

Q11 0,150 Q12 0,061 Q13 -0,380 Q14 0,339 Q15 0,938

Overconfidence Investor

Investmen Strategy

Q17 0,936

Sumber : Data Primer diolah (2016)

dalam penelitian. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi >0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5- 0,6 dianggap cukup (Chin, 1998).

Berdasarkan data pada tabel di atas ada 4 (empat) indikator yang nilai factor loading <0,5 yaitu Risk Tolerance (Q11)dan Investmen Strategy(Q12, Q13, Q14)sehingga indikator tersebut harus dikeluarkan dari model dan dilakukan estimasi ulang.

Tabel 13. Nilai Factor Loading KonstrukKeputusan Investasi Investor

Indikator Kode

Indikator Nilai Factor

Loading Pengalaman Kerugian Q18 1,000

Q19 0,792 Informasi Saham

Q20 0,807 Q21 0,333 Q22 0,828 Q23 0,887

Kualitas Saham

Q24 0,874 Produktivitas Investasi Q25 1,000

Q26 0,904 Ekspektasi Pasar

Q27 0,909 Q30 0,176 Q31 0,618 Q32 0,847

Volume Trading

Q33 0,758

Keputusan Investasi Investor

Q34 0,908 Q35 0,867

Return Saham Q36 -0,008

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Berdasarkan data pada tabel di atas ada 3 (tiga) indikator yang nilai factor loading < 0,5 yaitu Kualitas Saham (Q21), Volume Trading

Gambar 3. Nilai Factor Loading Menggunakan Diagram Jalur PLS

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 295

(Q30)dan Return Saham (Q36)sehingga indikator tersebut harus dikeluarkan dari model dan dilaku

Tabel 14. Nilai Factor Loading Konstruk Setelah Re-estimasi Kompetensi, OverconfidenceInvestor

dan Keputusan Investasi Investor Indikator

Kode Indikator

Nilai Factor Loading

Ketrampilan Q1 1,000 Pengetahuan Q2 1,000

Q3 0,796 Q4 0,597 Sifat Q5 0,745

Kompetensi Investor

Motivasi Q6 1,000 Self Concept Q7 1,000

Q8 0,795 Q9 0,816 Risk Tolerance Q10 0,821 Q15 0,957

Overconfidence Investor

Investmen Strategy Q17 0,959 Pengalaman Kerugian

Q18 1,000

Q19 0,791 Informasi Saham

Q20 0,808 Q22 0,854 Q23 0,889 Kualitas Saham Q24 0,889

Produktivitas Investasi

Q25 1,000

Q26 0,904 Ekspektasi Pasar

Q27 0,909 Q31 0,607 Q32 0,857 Volume Trading Q33 0,758 Q34 0,904

Keputusan Investasi Investor

Return Saham Q35 0,875

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Berdasarkan data pada tabel di atas tidak ada indikator yang nilai factor loading <0,5. Hasil perhitungan ini telah memenuhi ketentuan convergent validity karena semua factor loading>0,5

kan estimasi ulang. Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa

setiap indikator memiliki nilai factor loading paling besar ketika dihubungkan dengan konstruknya masing-masing dibandingkan ketika dihubungkan dengan konstruk lainnya. Contoh: a. Konstruk kompetensi investor terdiri dari : 1. Indikator Q1 memiliki factor loading tertinggi

saat dihubungkan dengan konstruk Y1.1

(ketrampilan) senilai 1,000. Hal ini terjadi karena biasanya saham-saham dalam kategori ini memiliki pergerakan range harga hariannya cukup besar dan sering mengalami penurunan harga melampaui aturan cut loss yang disarankan.

2. Indikator Q2 memiliki factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y1.2

(pengetahuan) senilai 1,000. Hal ini terjadi karena responden akan memperoleh hasil analisis yang baik dalam menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya sehingga dapat membantu investor dalam proses pengambilan keputusan investasi perusahaan sekuritas di kota Medan.

3. Indikator Q3 memiliki factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y1.3 (sifat) senilai 0,796. Hal ini terjadi karena responden mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengruhi

Gambar 4. Nilai Factor Loading Menggunakan Diagram Jalur PLS setelah Re-estimasi

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 296

harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham serta dapat mengambil tindakan apabila perubahan tersebut akan membawa dampak positif atau negatif dalam proses pengambilan keputusan investasi bagi para investor perusahaan sekuritas di kota Medan.

4. Indikator Q6 memiliki factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y1.4

(motivasi) senilai 1,000. Hal ini terjadi karena berkaitan dengan pendekatan keuangan konvensional yang menggunakan dua asumsi, yaitu : pertama, individu akan membuat keputusan yang rasional dan tidak mengalami bias akan prediksi tentang masa depan (Nofsinger, 2005). Kedua, dalam prakteknya, asumsi individu akan berperilaku rasional sepenuhnya terjadi karena adanya keterbatasan kemampuan berfikir (bounded rationality).

b. Konstruk overconfidence investor terdiri dari :

1. IndikatorQ7 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y2.1 (self concept) senilai 1,000. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan diri akan kemampuan dan pengetahuan dalam menganalisis saham yang akan dibeli, baik secara mikro/makro dan harus rutin memonitor pergerakan saham dimilikinya agar memperoleh keuntungan.

2. IndikatorQ10 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y2.2 (risk tolerance) senilai 0,821. Hal ini ber-kaitan dengan transaksi jual beli saham yang dilakukan seorang investor dalam menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari harga belinya (cut loss).

3. IndikatorQ17 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y2.3 (investment strategy) senilai 0,959. Hal ini berkaitan dengan faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, kegiatan perekonomian, pajak dan keadaan bursa saham. Investor harus menyadari bahwa selain memperoleh keuntungan dan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor dalam menganalisis keadaan harga saham.

c. Konstruk keputusan investasi investor terdiri dari :

1. IndikatorQ18 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y3.1 (pengalaman kerugian) senilai 1,000. Hal ini berkaitan dengan faktor demografi

Tabel 15. Uji Validitas Berdasarkan Cross Loading

Kompetensi (Y1) Overconfidence(Y2) Keputusan Investasi (Y3) Y1.3 Y1.4 Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y3.1 Y3.2 Y3.3 Y3.4 Y3.5 Y3.7 Y3.8

0,796 0,597 0,745

1,000 1,000 0,795 0,816 0,821 0,957 0,959 1,000 0,791 0,808 0,854 0,889 0,889 1,000 0,904 0,909 0,607 0,857 0,758 0,904 0,875

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 297

(pengalaman), investor yang memiliki pengalaman yang lebih akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam menghadapi situasi tertentu yang mungkin terjadi dan menjadi semakin kompeten dalam melakukan perdagangan saham (Health dan Tversky, 1991).

2. IndikatorQ20 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y3.2 (informasi saham) senilai 0,808. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan referensi informasi yang diperoleh dari berbagai sumber referensi seperti manajer/analis investasi, CSR (Corporate Social Responsibility) dan lain-lain.

3. IndikatorQ23 & Q24 memiliki nilai factor loading yang sama dan tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y3.3 (kualitas investasi) senilai 0,889. Hal ini berkaitan dengan kinerja saham dapat diukur dengan volume perdagangan yang akan memotivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham dan memperoleh penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Jika jumlah orang yang ingin membeli saham lebih banyak dibandingkan dengan orang yang menjual, harga akan semakin tinggi dan bila sedikit orang yang ingin membeli dan banyak yang ingin menjual maka harga akan turun/ jatuh. Pasar modal memperjualbelikan dana-dana jangka panjang (> 1 tahun).

4. IndikatorQ25 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y3.4 (produktivitas investasi) senilai 1,000. Hal ini berkaitan dengan reaksi investor dalam mengamati pergerakan harga saham dan melakukan transaksi dengan harapan untuk memperoleh keuntungan. Durasi investasi para investor dalam melakukan investasi tidaklah sama, begitu pula dengan reaksi mereka terhadap informasi yang diserap seperti berita yang dipublikasikan ataupun rekomendasi dari lembaga investasi.

5. IndikatorQ27 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y3.5 (rendahnya ekspektasi pasar) senilai 0,909. Hal ini berkaitan dengan turunnya (jatuh) harga saham yang bisa menimbulkan ekspektasi pasar menjadi rendah dan menganggap perusahaan tidak berguna. Adakalanya perusahaan merugi setiap saat

kalau pasar menganggap harganya bagus pun masih meroket.

6. IndikatorQ32 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y3.7 (tingkat trading volume saham) senilai 0,857. Hal ini berkaitan dengan perencanaan keuangan, agen penjual, manajer investasi yang tidak ada bisa mengetahui dengan pasti berapa return saham dalam 1 (satu) tahun.

7. IndikatorQ34 memiliki nilai factor loading tertinggi saat dihubungkan dengan konstruk Y3.8 (tingkat return saham) senilai 0,904. Hal ini berkaitan dengan return ekspektasi (expected return) yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang atau tingkat pengembalian yang diharapkan tetapi jika investasi yang dilakukannya telah selesai maka investor akan mendapat return realisasi (realize return) yang telah dilakukan.

Metode lain untuk melihat discriminat validity dengan membandingkan akar kuadrat dari Average Variance Extract (√ AVE) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Korelasi Antar Konstruk Laten dan Akar AVE

Kompetensi Over-

confidence Keputusan Investasi

Kompetensi 0,735

Overconfidence 0,794

Keputusan Investasi 0,806 Sumber : Data Primer diolah (2016)

Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa pengaruh kompetensi dan overconfidence investor terhadap keputuan investasi investor saham di kota Medan, yang terdiri dari kompetensi (KO), overconfidence (OCI) dan keputusan investasi (KI) memiliki nilai akar AVE lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk lainnya dan ini menunjukkan bahwa syarat discriminant validity telah terpenuhi.

Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan dua kriteria yaitu Composite Reliability dan Cronbach Alpha.Konstruk dinyatakan reliable jika nilai Composite Reliability maupun Cronbach Alpha >0,70. Pada penelitian pengaruh kompetensi dan overconfidence investor terhadap keputuan investasi investor saham di kota Medan ini, nilai composite reliability dan cronbach alpha dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 298

Tabel 17. Uji Reliabilitas Composite Reliability dan Cronbach's Alpha

Konstruk Composite Reliability

Cronbach's Alpha

Kesimpulan

Kompetensi 0,771 0,782 Reliabilitas

baik

Overconfidence 0,769 0,709 Reliabilitas

baik Keputusan Investasi

0,801 0,820 Reliabilitas

baik Sumber : Data Primer diolah (2016)

Tabel di atas menjelaskan hasil uji reliabilitas penelitian pengaruh pengaruh kompetensi dan overconfidence investor terhadap keputuan investasi investor saham di kota Medan denganhasil output composite reliability dan cronbach alpha baik untuk konstruk kompetensi danoverconfidence investor dankeputusan investasi investor bernilai >0,70. Jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik.

Tahapan selanjutnya adalah pengujian konsistensi pengukuran (reliabilitas) dengan Average Variance Extract (AVE) dan Composite Reliabilitas (CR). Reliabilitas tinggi menun-jukkan bahwa indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk latennya. Composite Reliability dikatakan baik bila memiliki nilai ≥0,7. Nilai AVE dikatakan baik bila memiliki nilai ≥0,50. Data hasil pengujian AVE dan CR ditunjukkan pada tabel 18.

Tabel 18. Nilai Konsistensi Validitas dan

Reliabilitas Average Variance Extracted (AVE) dan Composite Reliability (CR)

Average Variance Extracted (AVE) >0,5

Composite Reliability (CR)>0,7

Kesimpulan

Kompetensi 0,735 0,771 Validitas dan Reliabilitas Baik

Overcon-fidence

0,794 0,769 Validitas dan Reliabilitas Baik

Keputusan Investasi

0,806 0,801 Validitas dan Reliabilitas Baik

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dari model pengukuran dapat disimpulkan bahwa semua variabel teramati valid mengukur variabel konstruk dan reliabilitas model pengukurannya pun baik. Hal ini menunjukkan bahwa indikator reliable dalam menyusun konstruk.

Signifikansi Model Pengukuran (Outer Model)

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka didapat hasil bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid dan reliable.Tahap pengujian selanjutnya adalah

signifikansi antara konstruk eksogen dan konstruk endogen.Signifikansi outer model dapat diketahui setelah melakukan boostraping. Signifikansi indikator penyusun konstruk dapat dilihat dari nilai t-statistic, apabila nilai t-value>t-table dengan tingkat signifikansi (α=0,05). Diperoleh nilai t-table sebesar 1,64 untuk hipotesis satu arah (one tailed) dan untuk 1,96 hipotesis untuk hipotesis dua arah (twotailed). Nilai t-statistic masing-masing konstruk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Berdasarkan tabel di atas terdapat 3 (tiga) indikator yang dinyatakan tidak signifikan terhadap konstruk karena nilai t-statistic <1,96 dan harus dikeluarkan yaitu: a. Keputusan Investasi → Pengalaman Kerugian

: 0,666 b. Keputusan Investasi → Kualitas Saham

: 1,435 c. Keputusan Investasi → Produktivitas Saham

: 1,104

Tabel 19. Signifikansi Model Pengukuran Awal(Outer Model)

Original Sample

Sample Mean

StandardDeviation

T-statistics˃ 1,96

P Values

Uji Sig

Kompetensi → Ketrampilan

0,572 0,579 0,106 5,410 0,000 Ya

Kompetensi → Pengetahuan

0,556 0,510 0,204 2,722 0,003 Ya

Kompetensi → Sifat 0,912 0,910 0,028 32,002 0,000 Ya

Kompetensi → Motivasi

0,512 0,530 0,120 4,256 0,000 Ya

Overconfidence → Self Concept

0,747 0,744 0,051 14,528 0,000 Ya

Overconfidence → Risk Tolerance

0,920 0,917 0,020 46,333 0,000 Ya

Overconfidence → Investment Strategy

0,764 0,766 0,057 13,349 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Pengalaman Kerugian

-0,103 -0,097 0,155 0,666 0,253 Tdk

Keputusan Investasi → Informasi Saham

0,727 0,728 0,065 11.250 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Kualitas Saham

0,301 0,320 0,210 1,435 0,076 Tdk

Keputusan Investasi → Produktivitas Saham

0,225 0,204 0,204 1,104 0,135 Tdk

Keputusan Investasi → Ekspektasi Pasar

0,797 0,795 0,052 15,238 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Trading Volume

0,829 0,815 0,071 11,677 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Return Saham

0,855 0,841 0,038 22,412 0,000 Ya

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Dalam penelitian ini, hubungan antara indikator yang bernilai <1,96 bukanlah tidak mempengaruhi konstruknya, hanya saja bernilai kecil (positif tetapi tidak signifikan). Masing-masing indikator saling mempengaruhi konstruknya baik secara langsung (positif signifikan) maupun tidak langsung (positif tidak signifikan) yang diperkuat dengan analisis penelitian terdahulunya.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 299

Tabel 20. Signifikansi Model Pengukuran Akhir (Outer Model)

Original Sample

Sample Mean

Standard Deviation

T-statistics˃ 1,96

P ValuesUji Sig

Kompetensi → Ketrampilan

0,572 0,579 0,106 5,410 0,000 Ya

Kompetensi → Pengetahuan

0,556 0,510 0,204 2,722 0,003 Ya

Kompetensi → Sifat 0,912 0,910 0,028 32,002 0,000 YaKompetensi → Motivasi

0,512 0,530 0,120 4,256 0,000 Ya

Overconfidence → Self Concept

0,747 0,744 0,051 14,528 0,000 Ya

Overconfidence → Risk Tolerance

0,920 0,917 0,020 46,333 0,000 Ya

Overconfidence → Investment Strategy

0,764 0,766 0,057 13,349 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Informasi Saham

0,727 0,728 0,065 11.250 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Ekspektasi Pasar

0,797 0,795 0,052 15,238 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Trading Volume

0,829 0,815 0,071 11,677 0,000 Ya

Keputusan Investasi → Return Saham

0,855 0,841 0,038 22,412 0,000 Ya

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Setelah dilakukan pengujian model struktural, maka selanjutnya dilakukan evaluasi model struktural untuk melihat kecocokan antar konstruk dalam model struktural.Model dievaluasi dengan menggunakan nilai R2 untuk konstruk dependen, nilai koefisien path atau T-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural.Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan.

Tabel 21. Evaluasi Model Struktural (Inner

Model)

Original Sample

Sample Mean

Standard Deviation

T- statistics ˃ 1,96

P Values

Uji Sig

Kompetensi → Keputusan Investasi

0,643 0,635 0,089 7,257 0,000 Ya

Overconfidence→ Keputusan Investasi

0,294 0,273 0,145 2,024 0,022 Ya

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Berdasarkan Tabel di atas menjelaskan pengaruh kompetensi dan overconfidence investor terhadap keputusan investasi investor saham di kota Medan. Konstruk dapat diterima ataupun dikatakan signifikan jika t-tabel > 1,96. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa :hubungan kompetensi → keputusan investasi (7,257) dan overconfidence → keputusan investasi (2,024) yang memberikan pengaruh langsung (positif signifikan).

Masing-masing indikator saling mempengaruhi konstruknya baik secara langsung (positif signifikan) maupun tidak langsung (positif tidak signifikan) yang

diperkuat dengan analisis penelitian terdahulunya.

Koefisien Determinasi (R2)

Evaluasi model struktural (inner model) jenis kedua adalah dengan menggunakan koefisien determinasi (R2).Koefisien determinasi digunakan untuk melihat kemampuan model atau kemampuan variabel independen (konstruk eksogen) dalam menjelaskan variansi data pada variabel dependen (konstruk endogen). Nilai R2 mencerminkan sejauh mana suatu konstruk eksogen dapat menjelaskan konstruk eksogen lainnya. Nilai R2 dikatakan baik apabila memiliki nilai ≥0,80.

Tabel 22. Koefisien Determinasi (R2)

R2 Kontribusi (%)

Kategori

Kompetensi → Ketrampilan 1,000 100 % Baik Kompetensi → Pengetahuan 1,000 100 % Baik Kompetensi → Sifat 0,758 75,8 % Baik Kompetensi → Motivasi 1,000 100 % Baik Overconfidence → Self Concept 1,000 100 % Baik Overconfidence → Risk Tolerance 0,852 85,2 % Baik

R2 Kontribusi (%)

Kategori

Overconfidence → Investment Strategy 0,957 95,7 % Baik Keputusan Investasi → Pengalaman Kerugian

1,000 100 % Baik

Keputusan Investasi → Informasi Saham 0,780 78,0 % Baik Keputusan Investasi → Kualitas Saham 0,909 90,9 % Baik Keputusan Investasi → Produktivitas Saham

1,000 100 % Baik

Keputusan Investasi → Ekspektasi Pasar 0,902 90,2 % Baik Keputusan Investasi → Trading Volume 0,789 78,9 % Baik Keputusan Investasi → Return Saham 0,883 88,3 % Baik

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan cara melihat nilai t-statatistik dari inner model yang telah dibentuk. Apabila nilai t-statistik >1,96 (untuk dua arah) dan >1,64 (untuk satu arah) maka hubungan antar konstruk dapat dikatakan signifikan pada α=5%. Terdapat 2 (dua) hipotesis yang akan coba dijawab dalam penelitian ini, dan hasil dari pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini menyimpulkan bahwa semua hipotesis diterima dimana nilai t-statistik > t-value dengan tingkat signifikansi α=5%.

Tabel 23. Pengujian Hipotesis

T-statistics ˃ 1,96

P Values

Uji Signifikansi

Kompetensi → Keputusan Investasi

7,257 0,000 Signifikan

Overconfidence → Keputusan Investasi

2,024 0,022 Signifikan

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 300

Pembahasan 1. Pengaruh Kompetensi Investor terhadap

Keputusan Investasi Investor Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

variabel kompetensi investorberpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasiinvestor dengan nilai t-statistik > t-value yaitu 7,257 yang berarti bahwa t-statistik >1,96. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis diterima yang menjelaskan kompetensi investormemiliki kecenderungan yang besar dalam mempengaruhi keputusan investasiinvestor. 2. Pengaruh Overconfidence Investor terhadap

Keputusan Investasi Investor Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

variabel overconfidence investorberpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasiinvestor dengan nilai t-statistik > t-value yaitu 2,024 yang berarti bahwa t-statistik >1,96. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis diterima yang menjelaskan overconfidence investor memiliki kecenderungan yang besar dalam mempengaruhi keputusan investasiinvestor. KESIMPULAN 1. Kompetensi investor berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan investasi investor.

2. Overconfidence investor berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi investor.

DAFTAR PUSTAKA Arifur Rehman H. Shaikh and Dr. Anil B.

Kalkundrikal. 2011. Impact of Demographic Factors on Retail Investors Investment Decision. An Exploratory Study in The Indian Journal of Finance (ISSN 0973-8711) September 2011, 5(9), pp 35-44.

Bajtelsmit, V. L., & Bernasek, A. (1996). Why Do Women Invest Differently Than Men ?Financial Counciling and Planning, 1-10.

Bhandari, G., and R. Deaves. 2006. Demographic of Overconfidence. The Journal of Behavioral Finance, Vol. 7, No.1 : 5-11.

Barber, B., Odean, T., 2000.Trading is Hazardous to Your Wealth: the Common Stock Performance of Individual Investors. Journal of Finance.55, 773—806.

Barber, Brad M., and Terrance Odean, 2001, Boys Will Be Boys: Gender, Overconfidence, and Common stock Investment, Quarterly Journal ofEconomics 116, 261-292.

Benos, Alexandros V., Overconfident Speculators in Call Markets : Trade Pattern and Survival. Journal of Financial Markets.I (1998).353-383.

Beyer, Sylvia, and Edward M. Bowden. Gender Differences in Self-Perceptions : CONVERGENT Evidence from Three Measure of Accuracy and Bias. Personality and Social Psychology Buletin XXIII (1997).157-172.

Caballe, Jordi, and Jozsef Sakovics.Overconfident Speculation with Imperfect Competition.Working Paper. Universitat Autonoma de Barcelona. Spain. 1998.

Chandra, Abhijeet, 2009, ‘Individual Investor’s Trading Behavior And The Competence Effect’, Journal of BehavioralFinance, Vol. 6, No. 1, pp. 56 – 70.

Crosson, R., & Gneezy, U. 2009. Gender Differences in Preferences. Jounal of Economic Literature, 448-474.

Deaux, Kay, and Tim Emswiller.Expalanations of Successful Performance on Sex-Linked Tasks : What Is Skill for the Male is Luck for the Female. Journal Personality.XI (1977).59-72.

Della Vigna, Stefano, and Joshua M. Pollet. 2003. Attention, Demographics and the Stock Market. Mimeo.Departement of Economics, University of California-Barkeley. NBER Working Paper No. 11211, Issued in March 2005.

Gervais, S., and T. Odean. 2001. Learning to be Overconfident. Review of Financial Studies, Vol. 141-27

Gozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling-Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi Kedua. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Graham, John R, Harvey, Campbell R, dan Huang Hai, 2009, ‘Investor competence, trading frequency, home bias’.Management Science, Vol. 55, No. 7, pp. 1094 – 1106.

Hinz, R.P., McCarthy, D.D. and Turner, J. A 1997.Are Women Conservative Investors ? Gender Differences in Participant-Directed Pension Investment, in M.S.

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 301

Gordon, Mitchell and M.M. Twinney (eds), Positioning for the Twenty-First Century, 91-103, Philadelphia, University of Pennsylvania Press.

Karlsson, Anders and Lars Nordén. 2007. Investor Competence, Information andInvestment Activity. Working paper.SSRN.

Lenney, Elen. Women’s Self-Confidence in Achievement Setting. Psychological Buletin.LXXXIV (1977). 1-13

Lundeberg, Mary A., Paul W. Fox, Judith Punccohar. Highly Confident but Wrong : Gender Differences and Similiriaties in Confidence Judgment. Jounal of Educational Psychology.LXXXVI (1994).114-121.

Lutfi, 2010, ‘The Relationship Between Demographics Factors and Investment Decision in Surabaya’, Jurnal ofEconomics, Business and AccountancyVentura, Vol. 13, No. 3, pp. 213 – 224.

Nofsinger, John R 2005, Psychology ofInvesting, Second Edition, New Jersey, Prentice-Hall Inc.

Oberlechner, T. and Osler, C.L. 2004.Overconfidance in Currency Markets. Website:http://faculty.haas.berkeley.edu, (diakses 4 April 2013).

Odean, T. 1999.Do Investors Trade Too Much?.Journal of American Economic Review, 89 (5) : 1279–1298.

Pompian, Michael M 2006, Behavioral Finance and Wealth Management,New York, John Wiley & Sons Inc, New Jersey.

Rr. Iramani dan Dhyka Bagus, 2008, Faktor Faktor Penentu Perilaku Investor dalam Transaksi Saham di Surabaya, JurnalAplikasi Manajemen, Vol. 6, No. 3, hal. 255 – 262.

Trinugroho, Irwan. 2010. The Effect of Overconfidence and bad News on Trading Activity and Return: an Experimental Study. Proceeding The 1stInternational Conference Indonesian Management Scientist Association.Pp. 11-21

Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab Edisi 3. Penerbit Salemba Empat

Wallach, M. M. and Kogan, 1961.Aspects of Judgment and Decision Making :

Interrelationships and Changes with Ages. Behavioral Science 6, pp. 23-26

Wang, H.And S. Hanna, 1997.Does Risk Tolerance Decrease with Age ?Financial Counseling and Planning 8(2), pp. 27-32.

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 302

PENDAHULUAN

Matematika adalah ilmu universal yang mendasari dari perkembangan teknologi modern saat ini, memiliki peran yang penting dalam berbagai disiplin serta untuk memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat pada bidang teknologi informasi serta komunikasi saat ini dilandasi karena perkembangan matematika pada bidang teori bilangan, analisis, teori peluang, aljabar, serta diskrit. Agar dapat menguasai serta untuk menciptakan teknologi pada masa yang akan datang, maka diperlukan penguasaan dibidang matematika yang kuat sejak dini (Kurikulum 2006). Menurut Sumarno (dalam Saragih, 2007) salah satu cara untuk menguasai matematika dengan cara pemecahan masalah matematis sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah dengan mengembangkan kemampuan: (1) komunikasi matematik (mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical reosoning), (3) belajar memecahan masalah matematis (mthematical problem solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical conections), dan (5) pembentukan sykap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics) . Sesuai dengan tujuan pembelajaran Gagne (dalam TIM MKPBM 2001: 36) belajar pemecahan masalah adalah tipe

yang paling tinggi karena lebih kompleks dari pembentukan aturan.

Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa pemecahan masalah sangat berperan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat memahami masalah, menyiapkan gagasan dan ide-ide dan konsep-konsep matematika dan mengeceknya kembali. Sehingga dapat menumbuhkan pemaham yang lebih baik lagi tentang konsep matematika yang telah dipelajari. Teatapi pada kenyataan dilapangan guru lebih memdominasi di dalam kelas dangan menggunakan metode pembelajaran matematika klasikal yaitu guru menjelaskan materi kemudian memberi contoh soal dan kemudian memberi soal sesuai dengan contoh, sehingga siswa mesih kurang dalam menyelesaikan soal yang berbeda dari apa yang telah diberikan guru. Hal ini menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang lebih sulit lagi. Hal ini juga dikemukakan oleh Sigalingging (2006:2) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran matematika dikelas, sangat didominasi oleh guru, murid menerima secara pasif saja, bahkan hanya berusaha menghafal rumus-rumus. Hal ini juga dapat dilihat hasil jawaban siswa yang

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

SAMUDERA INDONESIA

Dewi Wahyuni Universitas Dharmawangsa

e-mail:[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan metode STAD dan pembelajaran konvensional. Selain itu diungkap respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK Pelayaran di kota Medan dan yang terpilih secara acak sebagai sampel adalah SMK Samudera Indonesia. Sampel adalah 71 siswa kelas X yang berasal dari dua kelas pada SMK Samudera Indonesia di Medan. Kedua kelas diberikan pretes dan postes. Kelas eksperimen diberikan angket berupa skala sikap siswa terhadap matematika dan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Terdapat interaksi yang signifikan antara pembelajaran dengan kategori kemampuan awal matematis siswa. Siswa memiliki sikap positif terhadap matematika dan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD. Kata kunci: Metode kooperatif tipe STAD, kemampuan pemecahan masalah matematis

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 303

diberikan soal pemecahan masalah dengan soal sebagai berikut:

“Ada berapa cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh jumlah uang sebesar Rp. 25.000,00 dengan pecahan puluhan ribu, lima ribuan, dan ribuan?”

Dari hasil jawaban siswa, semua siswa dapat menjawab pertanyaan pemecahan masalah di atas dengan benar, tetapi hanya satu siswa yang menjawab soal pemecahan masalah di atas secara lengkap yaitu dengan persentase sebesar 1.4% dari dua belas cara yang dapat siswa jawab, siswa yang menjawab dengan 5 cara sampai dengan 11 cara ada 35 siswa dengan persentase 49.3%, sedangkan beberapa siswa yang menjwab 1 sampai dengan 4 cara sebanyak 35 orang dengan persentase sebesar 49.3%. Kebanyakan siswa menjawab emam cara saja, bahkan enam orang siswa yang hanya menjawab dengan satu cara saja dari dua belas cara yang dapat siswa jawab. Dari jawaban siswa dapat disimpulakan kemampuan pemecahan masalah siswa mesih rendah.

Hal ini disebabkan pola pengajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk pemecahan masalah masalah, mengaktifkan siswa dalam poses belajar, untuk menumbuhkan memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi yang disajikan guru. Disamping itu juga, guru senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswanya. Hal ini disebabkan kurangnya pemberian soal-soal yang menumbuhkan kamampuan pemecahan masalah kepada siswa.

Untuk menyupayakan permasalah diatas salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang inofatif yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa salah satunya adalah pembelajaran dengan model kooperaif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Pembelajaran kooperatif menurut (Rosita: 10) pembelajaran kooperatif dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika. Hal ini akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (mathematics anxiety) yang banyak dialami para siswa. Pentingnya hubungan antar teman sebaya di dalam ruang kelas tidaklah dapat dipandang remeh. Pengaruh teman sebaya pada pembelajaran kooperatif yang ada di dalam kelas dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif dalam pembelajaran matematika. Para siswa menginginkan teman-teman dalam kelompoknya siap dan produktif di dalam kelas. Dorongan teman untuk mencapai prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari pembelajaran tersebut.

Agar pembelajaran kooperatif lebih bermakna bagi siswa maka pembelajaran koopertif yang dipih adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan mengelompokkan siswa secara heterogen, dengan merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Pemecahan Masalah

Shadiq (2008) menyebutkan bahwa: “Pemecahan masalah (problem solving) adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal atau proses berpikir untuk menentukan apa yang harus dilakukan ketika kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan”. Menurut Hudojo (1998) Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalahnya baginya. Mayer mendefinisikan pemecahan masalah sebagai

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 304

suatu proses banyak langkah dengan si pemecah masalah harus menemukan hubungan antara pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya. Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (1970 dalam TIM MKPBM: 2001, 83) bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah.

Dapat disimpulkan pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan soal dengan pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh berupa informasi ataupun jelasan dari guru, maupun teman sejawat yang menghubungkan pengetahuannya yang didapatnya dengan ide-ide ataupun gagasan yang telah dianalisisnya dari soal setelah itu dicek kembali kebenarannya.

Menurut Polya (dalam Jika: 2001, 84), soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai recana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Selah siswa dapat memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan fase kedua ini sagat tergantung pada pengalaman siswadalam menyelesaikan masalah.pada umumnya, semangkin bervariasinya pegalam mereka, ada kecenderugan siswa lebih keatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah. Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian msalah adalah melakukan pegecekaan atas apa yang telah dikakukan mulai fase pertama samapai fase penyelesaian ketiga.

Menurut Gagne (Ruseffendi, 1991: 169), dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu: a. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih

jelas b. Menyatakan masalah dalam bentuk yang

operasional (dapat dipecahkan)

c. Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah itu

d. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan data, pengolahan data, dan lain-lain), hasilnya mungkin lebih dari satu

e. Memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang diperoleh itu benar, atau mungkin memilih alternatif pemecahan yang terbaik

Menurut Sumarmo Tahun 2003 (Shadiq, 2008) menyatakan bahwa: Aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam kegiatan pemecahan masalah meliputi: (1) mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, serta kecukupan unsur yang diperlukan,(2) merumuskan masalah situasi sehari-hari dan metematik; menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau luar matematika,(3) menjelaskan/ menginterpretasikan hasil sesuai masalah asal,(4) menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata dan menggunakan matematika secara bermakna.

Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2003: 12) pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Menurut Isjoni (2010: 12) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Menurut Muslimin Ibrahim (2000 : 6) menyatakan bahwa : Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut, (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) Penghargaan lebih berorientasi kelompok dibandingkan individu, anggota kelompok berasal dari ras, agama, budaya, suku, dan jenis kelamin.

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulakan pembelajaran kooperatif merupa-kan strategi belajar dengan sejumlah siswa antara 4-6 orang sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama, interaksi sesama siswa dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran tidak hanya

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 305

unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

Menurut Ibrahim (2000 : 6), pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah karakteristik tertentu yang membedakan dengan model-model pembelajaran lainnya antara lain : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara

kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Hasratuddin ( 2004 : 26 ) menyatakan bahwa : “Dalam STAD siswa di tempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, janis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut”. Ibrahim, dkk. (2000 : 20) menyatakan bahwa STAD dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman-temannya di universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Dalam pelaksanaannya, Slavin membagi kegiatan belajar dalam 4 tahap yaitu tahap penyajian kelas, tahap belajar dalam kelompok, tahap pemberian kuis, dan tahap pengakuan/penghargaan kelompok.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah proses pembelajaran berkelompok yang terdiri dari sejumlah siswa antara 4-6 orang sebagai anggota kelompok kecil yang hererogen yang memiliki kemampuan yang berbeda yang tingkat

kemampuannya berbeda (gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademik) yang berkerjasama dalam memahami materi pelajaran, dan membantu teman diskusi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kreatif, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, agar tercapainya tujuan pembelajaran siswa secara kelompok dan individu.

Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif , yang diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Selanjutnya pada fase kedua diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi persentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut :

Table : Fase-fase Pembelajaran STAD

ase Kegiatan Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar

Fase 2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien

Fase 4 Membimbing kelompok belajar dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasekan hasil kerjanya

Fase 6 Memberi penghargaan

Guru mencari cara-cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu

(Sumber: Slavin 2005)

Dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran. STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-6

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 306

orang, dan setiap kelompok heterogen berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yaitu: 1) penyajian materi, 2) tahapan kegiatan kelompok, 3) tahapan tes individu, 4) tahapan perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahapan pemberian penghargaan kelompok. 1. Penyajian materi

Bentuk presentasi kelas dapat berupa pengajaran langsung (dirrect instruction), kelas diskusi (a lecture-discussion) yang dikondisi-kan langsung oleh guru dan juga presentasi audio-visual. Presentai kelas di STAD berbeda dari pengajaran biasanya. Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing. Presentasi kelas ini meliputi di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Peserta didik harus memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, sebab akan membantu mereka untuk menjawab kuis dengan baik nantinya, dan skor kuisnya akan menentukan skor timnya.

2. Kegiatan kelompok Kelompok adalah hal yang amat penting dalam STAD. Dalam banyak hal, penekanan diberikan pada setiap anggota grup (team members) untuk melakukan sesuatu yang terbaik buat grupnya. Sebaliknya, pentingnya peranan sebuah kelompok adalah melakukan hal yang terbaik dalam membantu meningkatkan kemampuan setiap anggotanya. Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah mempersiapkan anggota kelompok agar dapat menjawab tes dengan baik. Belajar dalam kelompok adalah mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok yang mengalami

kesalahan konsep. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberi penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Kelompok memberikan bantuan dari teman sebaya (peer support) untuk meningkatkan pemahaman atau kemampuan akademik (academic performance). Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Pada tahapan ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan setiap kelompok.

3. Tes Individu Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Tes individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap materi pembelajaran telah selesai, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok. Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok. Setelah satu atau dua periode pengajaran (teacher presentation) dan satu atau dua periode grup melakukan praktek (atau diskusi memecahkan permasalahan), murid mengambil kuis pribadi (individual quizzes). Peserta didik “tidak diijinkan” untuk saling membantu selama mengerjakan kuis pribadi ini, hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar setiap peserta didik memiliki tanggung jawab untuk benar-benar memahami materi pelajaran.

4. Pehitungan skor Gagasan yang berada dibalik ide tentang “peningkatan skor individual” adalah memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencapai tingkat kemampuan (performance goal) yang lebih tinggi dari yang telah dicapai sebelumnya. Beberapa peserta didik dapat menyumbangkan point maksimum (maximum point) pada grupnya dalam sistem

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 307

penskoran STAD apabila mereka menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding kemampuannya yang lalu. Setiap peserta didik diberikan “skor dasar” (base score) berdasarkan rata-rata skor kuis sebelumnya. Points yang bisa disumbangkan untuk grupnya didasarkan pada berapa besar sekor kuisnya melampaui atau berada di bawah “skor dasar”-nya. Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.

Kriteria Nilai Peningkatan

Nilai kuis/ tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah sekor awal

5 Poin

Nilai kuis/ tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal

10 Poin

Nilai kuis/ tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin di atas nilai awal

20 Poin

Nilai kuis/ tes terkini lebih dari 10 poin di atas nilai awal

30 Poin

(Sumber : Slavin 2005)

5. Pemberian penghargaan Suatu tugas penilaian dan evaluasi penting terakhir yang unik untuk pembelajaran kooperatif adalah pengakuan terhadap upaya dan hasil belajar siswa. Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya melampaui kriteria tertentu. Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi sesuai jumlah anggota kelompoknya. Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. Grup akan menerima penghargaan jika rata-rata skor mereka memenuhi atau melampaui kriteria tertentu. Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata Kelompok

Penghargaan

15 Poin Tim Baik 16 Poin Tim Sangat Baik 17 Poin Tim Super

(Sumber : Slavin 2005)

METODOLOGI PENELITIAN Subjek penelitian ini berjumlah 71 orang yang terdiri dari siswa kelas X Nautika A (36 orang) dan X Nautika B (35 orang) SMK

Samudera Indonesia. Subjek penelitian dipilih dengan teknik pengambilan sampel kelompok secara acak (cluster random sampling). Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretes Posttest Control Group Design. Adapun prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah, menyiapkan perangkat tes kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan kisi-kisinya. Selanjutnya, diadakan pelaksanaan penelitian yang diawali dengan memberikan soal pretest dan dilanjutkan dengan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen dan pendekatan biasa pada kelas kontrol selama enam kali pertemuan, ditambah satu hari pelaksanaan postest. Kelompok Perlakuan Pre-test Perlakuan Post-test STAD (Eksperimen) O X1 O Biasa (Kontrol) O X 2 O

Instrumen dan perangkat pembelajaran divalidasi dengan cara diujicobakan, ujicoba RPP dan LAS dilaksanakan pada kelas X Teknika Samudera Indonesia diluar subjek penelitian dengan materi sistem persamaan linear 2 variabel. Hasil validasi tes menunjukkan bahwa lima butir tes kemampuan pemecahan masalah valid dan reliabilitasnya 0,93. Daya beda kelima butir soal sedang, untuk tingkat kesukaran soal nomor 1 tergolong soal sedang, soal nomor 2 tergolong mudah, soal nomor 3 dan 4 tergolong sedang dan soal nomor 5 tergolong sukar. Data peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan analisis sebagai berikut: Menghitung gain ternormalisasi dengan rumus: Indeks Gain (g)

g = PretesNilai-IdealNilai

PretesNilai - Postes Nilai (Hake. 1999)

Kriteria indeks gain adalah: g > 0,7 tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 sedang

g ≤ 0,3 rendah, (Hake, 1999) Instrumen Penelitian 1. Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa

Tes kemampuan awal adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Tes kemampuan awal siswa dilihat dari hasil ulangan siswa pada materi sebelumnya. Tes kemampuan awal siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan tinggi,

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 308

sedang dan rendah siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan dan melihat perubahan kemampuan awal siswa adanya peningkatan atau tidak. Diharapakan setelah diberi perlakuan akan ada perubahan yaitu siswa yang kemampuan awal rendah setelah diberi perlakuan akan adanya perubahan menjadi sedang atau tinggi

2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Tes kemampuan pemecahan masalah matematika berupa soal-soal yang berkaitan dengan materi yang di pelajari, berguna untuk mengungkap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk tes uraian supaya bisa diketahui bagaimana pola jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah tersebut a. Uji dua rata-rata

Uji dua rata-rata dilakukan dengan uji t dan uji Mann Withney. Jika data berdistribusi normal menggunakan uji t, sedangkan data yang tidak normal menggunakan uji Mann Withney. Ho = Tidak ada perbedaan distribusi skor tes

kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dengan kelas kontrol

Ha = Terdapat perbedaan distribusi skor tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka digunakan uji 't (Sudjana, 2001) dengan rumus:

kontrol kelas siswajumlah

eksperimen kelas siswajumlah

kontrolkelompok varians

eksperimenkelompok varians

kontrol kelas siswa rata-rata nilai

eksperimen kelas siswa rata-rata nilai dengan

)/()/('

2

1

22

21

2

1

2221

21

21

n

n

s

s

x

x

nsns

xxt

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika

hitungtabel tt 11 dan terima H0 untuk kondisi lainnya dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan. Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi

normal dan tidak homogen, maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney, dengan rumus:

111

211 R2

)1(nnnnU

dan

222

212 R2

)1(nnnnU

Dimana: n1 = jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2 U1 = jumlah peringkat 1 U2 = jumlah peringkat 2 R1 = jumlah rangking pada n1 R2 = jumlah rangking pada n2

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji t dengan rumus:

1

)1()1(dan

11

21

2

22

2

11

gab

21

gab

21

hitung

nn

snsnS

nnS

xxt

(Sudjana, 2001)

dengan :

1x = nilai rata-rata kelompok eksperimen

2x = nilai rata-rata kelompok kontrol n1 = banyaknya siswa kelompok eksperimen

n2 = banyaknya siswa kelompok kontrol

2

1s = varians kelompok eksperimen

2

2s = varians kelompok kontrol

Sgab= simpangan gabungan Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika

hitungtabeltt dan terima H0 untuk kondisi lainnya

dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan. Kriteria : Berdasarkan perbandingan t hitung dari t tabel jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

HASIL PENELITIAN 1. Untuk melihat peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dengan siswa memperoleh pembelajaran dengan pendekatan biasa adalah dengan menghitung gain ternormalisasi kedua.

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Aspek

x x

Kesimpulan

Memahami masalah 0.5 0.28 Berbeda signifikanRencana Pemecahan 0.53 0.33 Berbeda signifikanMelakukan Perhitungan

0.46 0.28 Berbeda signifikan

Memeriksa kembali

0.52 0.28 Berbeda signifikan

Keseluruhan aspek 0.5 0.28

Berbeda signifikan

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 309

2. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan respon yang positif. Hal ini terlihat dari respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD berdasarkan hasil penelitian dengan rata-rata persentase menyatakan senang terhadap materi pembelajaran sebesar 73,27%. Selanjutnya 83.40% siswa menyatakan senang terhadap cara guru mengajar, sehingga respon siswa ini dapat menambah motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran matematika dan mampu menyelesaikan tugas-tugas pemecahan masalah dan tugas-tugas yang lebih sulit lagi. Respon siswa terhadap kebaruan materi pembelajaran mendapat respon yang sangat rendah yaitu 73.63% hal ini disebabkan materi persamaan linear ini telah dipelajari di sekolah menengah pertama (SMP) yaitu kelas VII SMP yang dipelajari secara mendasar dan pada tingkat sekolah pertama. Materi persamaan linear 2 variabel sangat pamiliar dalam pembelajaran matematika, sehingga respon siswa kurang baik. Respon siswa terhadap (LAS) lemabar aktivitas siswa baru sebesar 83.33% faktor yang mempengaruhi respon siswa LAS yaitu tes yang dapat menningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan memuat banyak informasi agar siswa dapat menjawab LAS dengan beragam jawaban, dapat mengeluar kan ide-ide, gagasan. Siswa beranggapan jumlah tes sedikit tetapi dapat menyelesaikannya dapat hanya satu jawaban saja atau siswa dapat meyelesaikan jawaban dengan banyak cara tetapi jawabannya tetap satu. Siswa merasa tertantang dengan untuk menyelesaikan tes tersebut. Suasana belajar di kelas mendapat respon dari siswa sebesar 85.67% dan 78.00% yang menyatakan suasana pembelajaran baru. Respon ini dikarenakan siswa sudah terbiasa belajar kelompok bagi beberapa siswa jadi suasana belajar kelompok tidak baru. Menurut informasi dari guru suasana belajar siswa di dalam kelas sering berubah-ubah, apabila wali kelas menganggap suasana belajar sudah tidak kondusif atau tidak nyaman bagi siswa untuk belajar wali kelas mengubah posisi tempat duduk siswa seperti posisi belajar kelompok, posisi belajar berbentuk U atau mengelili guru dan posisi secara individu. Respon siswa terhadap cara guru mengajar di dalam kelas sebesar 85.67% yang menyatakan baru. Respon ini dilatar belakangi oleh cara guru menyampaikan informasi yang biasa dengan menyampaikan informasi secara ceramah dan

tanya jawab. Respon siswa yang bersedia mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 100%. Respon siswa ini didasari oleh suasana belajar yang tidak terlalu tegang, siswa tetap bias belajar tanpa ada rasa takut, siswa dengan siswa dapat bertukar pikiran, mengeluarka ide-ide, gagasan. Hubungan siswa dan guru juga terjalin dengan baik siswa tidak merasa malu, takut untuk bertanya dan dimarahi oleh guru. uasana di dalam kelas yang diciptakan guru dengan siswa manarik siswa untuk menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisis dapat

disimpulkan bahwa : terdapat perbedaan peningkatan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan peningkatan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan biasa.

2. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan respon yang positif.

DAFTAR PUSTAKA Hasratuddin, 2004. Pengajaran Berpusat Pada

Siswa dan Pendekatan Kontruktivisme dalam Pengajaran. Medan : FMIPA

Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.

Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Alfa Beta: Bandung

Lie, A. (2003) Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Rosita, 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematika Siswa MTs Rantauprapat Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Tesis.PPs. UNIMED. Tidak Diterbitkan

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 310

Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis Dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi UPI Bandung. Tidak Diterbitkan

Shadiq, F., (2008) Pentingnya Pemecahan Masalah, Http://Educare.e_fkipunla.net (accessed 02 Mei 2008)

Sigalingging, R. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dan Minat Belajar Matematika Siswa SMP Negeri Lubuk Pakam. Tesis. PPs. UNIMED. Tidak Diterbitkan

Slavin, Robert E., (2005). Cooperative Learning. Nusa Media. Bandung.

Sudjana, N.2001. Metode Statistik. Bandung : Penerbit Tarsito

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. JIKA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI): Bandung.

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 311

A. PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem Informasi Komputer dan Jaringan adalah bagian integral dari SMK Negeri 1 Air Putih. Pemerintah telah melakukan hal – hal yang dianggap perlu dalam pengadaan hardware, software, sumber daya manusia dan keuangan untuk membuat sebuah Sistem Informasi Komputer dan Jaringan yang dapat mendukung operasional SMK Negeri 1 Air Putih dan meningkatkan kinerja yang berdampak langsung dalam pencapaian visi dan misi SMK Negeri 1 Air Putih. Sekolah yang memiliki Visi dan Misi Berprestasi melalui Imtaq, Sains, dan Akhlak Mulia serta disiplin dalam kerja, dan memberikan pelayanan prima dengan meningkatkan silaturahim ini, telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah tersebut, seperti Ruang kerja praktek (Laboratorium IPA, Komputer, dan Bengkel), Ruang Perpustakaan, Ruang Multimedia, Ruang Unit Kesehatan Siswa, Ruang OSIS, Mushola, Ruang Penyimpanan, Kantin Sekolah, Lapangan Upacara, dan Lapangan Olahraga. Dalam pemanfaatan sistem informasi, sekolah SMK Negeri 1 Air Putih telah memiliki jaringan LAN di setiap Laboratorium dan Ruang lainnya. Selain itu sekolah juga memiliki ruang khusus

server. Namun kenyataannya server tersebut tidak berfungsinya semestinya. Komunikasi antara guru dan murid yang lebih efisien serta cepat dalam menginformasikan pelajaran-pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar siswa di sekolah dan dirumah. Hal ini juga belum tercapai karena sistem pembelajaran di SMK Negeri 1 Air Putih masih menggunakan metode konvensional yaitu pembelajaran pada satu tempat atau dalam satu kelas.

Berdasarkan hal diatas, pihak sekolah SMK Negeri 1 Air Putih perlu mengembangkan infrastruktur jaringan client-server dengan memanfaatkan server yang telah ada untuk layanan web server dan adanya suatu media pembelajaran online yaitu e-learning. Dengan adanya web server dan e-learning diharapkan proses pembelajaran sekolah dapat dilakukan bukan hanya di intenal sekolah melainkan juga di eksternal sekolah. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengembangan infrastruktur jaringan client-server di SMK Negeri 1 Air Putih dengan membangun web server dan aplikasi pembelajaran e-learning.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN CLIENT-SERVER STUDI KASUS SMK NEGERI 1 AIR PUTIH

Fauji Haris Simbolon

Dosen Tetap AMIK Medan Business Polytechnic - Medan

ABSTRAKSI Sistem Informasi Komputer dan Jaringan adalah bagian integral dari SMK Negeri 1 Air Putih. Sistem pembelajaran di SMK Negeri 1 Air Putih masih menggunakan metode konvensional yaitu pembelajaran pada satu tempat atau dalam satu kelas. Selain itu keberadaan peralatan komputer dan koneksi internet saat ini dirasakan masih belum optimal penggunaannya. Hal ini terlihat dari server yang tidak beroperasi atau tidak berfungsi. Dibutuhkan pemecahan terhadap permasalahan tersebut dengan mengembangkan infrastruktur jaringan client server yaitu layanan web server dan e-learning. E-Learning memberikan harapan baru sebagai alternatif solusi atas sebagian besar permasalahan pendidikan di Indonesia, dengan fungsi yang dapat disesuikan dengan kebutuhan, baik sebagai suplemen (tambahan), komplemen (pelengkap), ataupun substitusi (pengganti) atas kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selama ini digunakan. Server yang dibangun menggunakan OS Ubuntu Server dan apache2 untuk web server. Dalam pembuatan e-learning digunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL. Hasil dari penelitian ini sangat membantu proses pembelajaran sekolah SMK Negeri 1 Air Putih.

Kata kunci: infrastruktur, komputer, jaringan, clinet-server

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 312

B. METODE 1. Pembuatan Server Dan Konfigurasi Web

Server Dalam merancang atau membuat web server

tidak terlepas dari perangkat keras yaitu server dan perangkat lunak server. Server yang digunakan dalam penelitian ini adalah server yang telah ada dan dimiliki oleh sekolah. Perangkat lunak server diunduh gratis dari internet.

Adapun spesifikasi perangkat keras dam perangkat lunak server yang digunakan ditampilkan pada tabel IV.1. Tabel Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Server

Perangkat Spesifikasi

Hardware HP ProLiant ML350 Processor Intel® Xeon® E5502 (1.86GHz/2-core/4MB/80W) Intel® 5520 Chipset Memori 4 GB (1 x 4 GB) RDIMM Hot Plug SFF SATA 16TB 16 x 1TB

Software OS Ubuntu Server Versi 12.04

Gambar Diagram Data Flow Diagram Level Konteks

Pembuatan server dan konfigurasi web server ditampilkan pada tahapan berikut : 1.1. Instalasi Ubuntu Server

Tahapan ini menjelaskan tentang instalasi OS Ubuntu Server ke perangkat keras server. 1.2. Konfigurasi Web Server

Tahapan ini menjelaskan tentang instalasi aplikasi web server apache2 dan database MySQL.

2. Perancangan E-learning

Adapun perancangan e-learning yang dirancang ditampilkan pada tahapan berikut : 2.1. Diagram Alir Data

Diagram alir data (Data Flow Diagram) adalah gambaran sistem secara logika yang menggambarkan arus data dalam merancang sistem. Diagram alir data merupakan alat yang cukup baik dalam menggambarkan arus data didalam sistem dengan struktur yang jelas. Diagram Alir Data yang dirancang dalam pembuatan e-learning dapat dilihat pada gambar IV.1 dan gambar IV.2 sebagai berikut :

Gambar Diagram Level Nol E-learning SMK Negeri 1 Air Putih

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 313

2.2. Perancangan Basis Data Dan Relasi Antar Tabel

Basis data merupakan kumpulan dari beberapa tabel yang saling berhubungan satu dengan yang

2.3. Desain Antar Muka Desain antar muka merupakan suatu desain tampilan yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan output sistem, yang berisikan sub-sub menu yang berdiri sendiri dan memiliki fungsi dalam sistem. Adapun tahapan desain antar muka adalah sebagai berikut:

a. Desain Menu Utama b. Desain Input c. Desain Output

2.4. Perancangan Flowchart Program Flowchart adalah sekumpulan simbol-simbol atau skema yang menunjukkan atau menggambarkan rangkaian kegiatan program dari awal hingga akhir.

lainnya. Tujuan mendesain basis data adalah mengidentifikasikan file-file yang akan diperlukan oleh suatu sistem.

Gambar Flowchart Halaman Utama

Gambar Relasi Antar Tabel

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 314

C. HASIL 1. Tampilan Hasil Instalasi Server Dan

Konfigurasi Web Server a) Tampilan hasil instalasi server

Gambar Hasil Instalsi Server

b) Tampilan hasil konfigurasi web server

Gambar Login Administrator

Gambar HasilKonfigurasi alamat web server

Gambar Mengaktifkan Website e-learning

Gambar Direktori website e-learning

2. Tampilan Hasil Perancangan E-learning

Hasil tampilan perancangan e-learning ditampilkan pada gambar berikut :

Gambar Tampilan Halaman Utama

Gambar V.39. Tampilan Halaman Guru

Gambar V.40. Tampilan Halaman Siswa

D. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan tentang pengembangan infrastruktur jaringan client server SMK Negeri 1 Air Putih didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Server yang dibangun dengan menggunakan

OS Ubuntu Server dapat berfungsi dengan baik.

2. Layanan pembelajaran e-learning memberikan dampak yang signifikan terhadap kemajuan proses pembelajaran pada Sekolah SMK Negeri 1 Air Putih.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Mulyanto, Sistem Informasi Konsep &

Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009

Ahmad Yani, Panduan Membangun Jaringan Komputer, KawanPustaka, Jakarta Selatan, 2009

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 315

Allen, Michael, Michael Allen’s Guide to E-learning, John Wiley & Sons, Canada, 2013

B Soewondo, Perancangan Informasi, PT. Elex

Media Komputindo, Bandung, 2010 Mustakini,Jogiyanto Hartono, Sistem Informasi

Teknologi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2009

Nugroho Adi, Perancangan dan Implementasi

Sistem Basis Data, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2011

Romi Satria Wahono, Meluruskan Salah

Kaprah Tentang E-Learning, diakses dari: http://romisatriawahono.net/, tanggal: 10 Mei 2009.

Supardi Yuniar, Web My Profile Dengan

Joomla I.S.X, Media Komputindo, Jakarta, 2010

_____, Fungsi dan Penyelenggaraan E-

Learning, diakses dari: http://blog.unila.ac.id/, tanggal: 10 Mei 2009.

Wikipedia,

http://id.wikipedia.org/wiki/Perancangan diakses 12 Juni 2015

Wikipedia,

http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_web diakses 15 Juli 2015

Yakub, Pengantar Sistem Informasi, Graha

Ilmu, Yogyakarta, 2012 .

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 316

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Universitas Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Nommensen Medan merupakan institusi perguruan tinggi swasta yang telah berdiri sejak tahun 1954 sebagai respon atas permintaan masyarakat dan tugas pelayanan yang diemban khususnya di bidang pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, beriman, berakhlak, yang tanggap terhadap tantangan lokal dan global. Dalam melaksanakan dan mewujudkan tujuannya, Universitas HKBP Nommensen Medan tentunya harus didukung sumber daya manusia yang terampil dan handal salah satunya adalah pegawai. Untuk memperoleh perilaku pegawai yang mendukung organisasi, Universitas HKBP Nommensen Medan perlu menciptakan disiplin kerja yang tinggi. Dengan disiplin kerja yang tinggi maka pegawai akan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi pula datang tepat waktu, melaksanakan

tugas dan tanggung jawab yang diemban sebaik mungkin dan taat pada peraturan organisasi.

Sehubungan dengan disiplin kerja di Universitas HKBP Nommensen, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari masih terdapat beberapa pegawai yang kurang disiplin. Hal ini tercermin dari tingkat kehadiran pegawai di kantornya setiap harinya, seperti pegawai yang sering terlambat masuk kerja, pulang sebelum waktunya dengan alasan yang tidak jelas bahkan sering tanpa sepengetahuan pimpinan, meninggalkan kantor pada jam kerja atau bahkan tidak hadir ke kantor dengan berbagai alasan. Hal ini dapat menghambat dalam pelaksanaan penyelesaian tugas. Kondisi tersebut di atas diduga karena belum adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran disiplin kerja.

Berdasarkan data dari Biro Rektor Universi-tas HKBP Nommensen Medan, maka diperoleh

DISIPLIN KERJA, PENGAWASAN KERJA, DAN PRESTASI KERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DI BIRO REKTOR UNIVERSITAS HURIA KRISTEN BATAK

PROTESTAN (HKBP) NOMMENSEN MEDAN )

Anggun Tiur Ida Sinaga Universitas HKBP Nommensen Medan

e-mail: [email protected]

ABSTRACT In Conducting the task and responsibility, human resources need supporting factors such as discipline and supervision to improve performance.The aim of the research was to know and analyze the effects of work discipline and supervision of work on employee of performance the bureau of the rector HKBP Nommensen Medan University and also to know and analyze the influence of leadership to the worker discipline. The theory applied are human resources management theory, which linked with job description, work discipline, work supervision, performance, and leadership. The hypotheses are 1) the work discipline and supervision of work have influence on achievement of performance of the staffs of the bureau of the rector HKBP Nommensen Medan University; 2) leadership has also influence of worker discipline.This research use the census. Population and sample in this research is all employees in the Office of bureau of the rector HKBP Nommensen Medan university which numbered 52 people. This research use cencus. To answer the hypothesis I and II the data analysis applied multiple regression and the simple regression analysis.Research result on the first hypothesis indicate work discipline, and supervision work jointly affect significantly on the achievement of performance and partially the most dominant factor is work supervision. While the research result of the second hypothesis show that leadership affect towards employee discipline. The conclusion of this research are: (1) Work discipline, and supervision work jointly affect significantly on the achievement of performance of the employees the bureau of the rector HKBP Nommensen University, and partially the most dominant factor is work supervision. (2) the second hypothesis shows that leadership influences on the disclipline, this mean that discipline in the bureau of rector HKBP Nommensen university is influenced by the leadership.

Keywords:Work Discipline, Supervision, Leadership, Performance

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 317

laporan yang berkaitan dengan jumlah kehadiran pegawai dalam 4 tahun terakhir. Data kehadiran tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut ini:

Tabel 1.1.Kehadiran Pegawai Universitas HKBP

Nommensen Medan Tahun 2013-2016

Tahun Tepat waktu

(Orang) (%) Terlambat (%)

Rata-rata terlambat

(menit)

2013 2014 2015 2016

42 40 39 39

80,77 76,92 75,00 75,00

5 3 2 1

13,46 17,31 21,1523,08

32 35 28 30

Tahun Tidak hadir (%) Total

Jumlah Pegawai

Persentase

2013 2014 2015 2016

5 3 2 2

5,77 5,77 3,85 1,92

52 52 52 52

100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Universitas HKBP Nommensen Medan, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 1.1, terlihat adanya tingkat kehadiran pegawai yang masih perlu mendapat perhatian pimpinan untuk dievaluasi, demikian juga dengan perbaikan tingkat keterlambatan pegawai masih perlu ditingkatkan Pihak Universitas HKBP Nommensen Medan perlu menyadari bahwa masih dibutuhkan waktu dan proses untuk memperbaiki disiplin kerja pegawai. Untuk menanggulangi hal di atas, Universitas HKBP Nommensen Medan harus mampu untuk menyatukan persepsi atau cara pandang pegawai dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui sanksi yang tegas.

Selain disiplin kerja, pengawasan kerja juga akan meningkatkan prestasi kerja pegawai. Pengawasan kerja yang baik dapat berdampak baik juga terhadap pegawainya dalam meningkatkan prestasi kerja. Meskipun pengawasan kerja telah dilaksanakan di Universitas HKBP Nommensen Medan, ketidaktepatan waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah dipercayakan kepada pegawai masih sering terjadi, hal ini terjadi karena laporan-laporan kerja yang dikirim dikembalikan dan harus diperbaiki sehingga mengalami keterlambatan dari waktu yang telah ditetapkan. Kondisi ini diduga karena pimpinan sering tidak berada ditempat, sehingga pengawasan kerja yang dilakukan pimpinan untuk mengadakan penilaian kurang dilakukan, dan pengawasan diberikan pimpinan sebatas melihat laporan-laporan kerja dari pegawai

sehingga tindakan koreksi tidak dilakukan pimpinan.

Berdasarkan data dari Universitas HKBP Nommensen Medan, maka diperoleh laporan yang berkaitan dengan tingkat penyelesaian tugas tepat waktu. Data tingkat penyelesaian tugas tepat waktu tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini:

Tabel 1.2. Tingkat Penyelesaian Tugas Tepat Waktu Tiap Unit Kerja

di Universitas HKBP Nommensen Medan

No. Unit Kerja Tingkat

penyelesaian tugas tepat waktu

1 2 3 4 5 6 7 8

Biro Administrasi Akademik (WR I) Biro Keuangan Biro Kepegawaian/Personalia (WR II) Administrasi umum/BAU Sekretariat Protokoler Biro kemahasiswaan (WR III) Bagian Humas dan Kerohanian (WR IV)

75% 85% 60% 70% 90% 90% 90% 75%

Sumber: Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 1.2. di atas diketahui bahwa tingkat penyelesaian tugas di masing-masing unit kerja masih kurang maksimal dan tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Kondisi ini diduga masih kurangnya pengawasan kerja yang dilakukan oleh pimpinan sehubungan dengan penyelesaian tugas-tugas. Oleh karena itu, penelitian mengenai hal ini sangat penting dan besar peranannya guna memberikan masukan bagi Universitas HKBP Nommensen Medan, khususnya mengenai kondisi sumber daya manusia sehingga dapat membantu menentukan langkah pengelolaan sumber daya manusia yang baik dan untuk menentukan strategi sumber daya manusia dimasa yang akan datang.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan jenis-jenis disiplin kerja

Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu diciplina yang berarti latihan atau pendidikan, kesopanan, dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Disiplin menitikberatkan pada bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap pekerjaan sehingga akan mempercepat tercapainya tujuan organisasi. Dalam kaitannya dengan pekerjaan Nitisemito (2000) menyatakan bahwa “Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis”.

Siswanto (2006) menyatakan bahwa “Disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati,

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 318

menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”. Selanjutnya menurut Sutrisno (2009) bahwa ”Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan”. Selanjutnya, menurut Wursanto (2000) bahwa “Disiplin adalah suatu ketaatan karyawan terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam perusahaan atas dasar adanya suatu kesadaran atau keinsyafan bukan adanya unsur paksaan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut berkehendak mematuhi dan menjalankan peraturan-peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dengan dilandasi kesadaran dan keinsyafan akan tercapainya suatu kondisi antara keinginan dan kenyataan yang diharapkan agar para pegawai memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga prestasi kerjanya meningkat.

2.2. Pengawasan Kerja

Pengawasan adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi, (Cascio dalam Sukoco, 2007) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) proses yang harus dilakukan dalam mengontrol pekerjaan yaitu : 1. Mendefinisikan parameter pekerjaan yang

akan diawasi. Hal ini akan membantu pegawai untuk mengetahui tingkat prestasi kerja yang akan dihasilkan secara efektif dan efisien. Untuk itu atasan melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menetapkan tujuan b. Standar ukuran c. Pengukuran

2. Memfasilitasi kinerja yang hendak dicapai, atasan hendaknya memberikan feedback kepada pegawai mengenai apa yang harus dilakukan dan memberikan fasilitas yang memadai bagi pegawai

3. Memotivasi pegawai, yang harus dilakukan atasan agar pegawai senantiasa tertantang untuk mencapai target yang ditetapkan dan secara konsisten. Maka atasan hendaknya melakukan:

a. Memberikan imbalan yang dihargai pegawai b. Memberikan imbalan secara tepat dalam hal

jumlah dan waktunya c. Memberikan imbalan secara adil

Selanjutnya, proses pengawasan kerja terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan. Handoko (2003) menyatakan bahwa: Penetapan standar pelaksanaan/perencanaan, tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan standar pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil; 2) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan penetapan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Ada beberapa cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu: a. Pengamatan b. Laporan-laporan hasil lisan ataupun tertulis c. Metode-metode otomatis d. Pengujian atau dengan pengambilan sampel

Selanjutnya, untuk mempermudah dalam merealisasi tujuan, pengawasan harus perlu dilalui beberapa fase atau urutan pelaksanaan yang terdiri dari: 1. Menetapkan alat ukur (standar) Alat penilaian atau standar bagi hasil pekerjaan

pegawai, pada umumnya terdapat baik pada rencana keseluruhan maupun pada rencana-rencana bagian. Dengan kata lain, dalam rencana itulah pada umumnya terdapat standar bagi pelaksanaan pekerjaan. Agar alat pekerjaan itu diketahui benar oleh bawahan, maka alat pekerjaan itu harus dikemukakan, dijelaskan pada bawahan. Dengan demikian, atasan dan bawahan bekerja dalam menetapkan apa yang menjadi standar hasil pekerjaan bawahan itu.

2. Mengadakan penilaian (evaluate) Dengan menilai dimaksudkan membandingkan

hasil pekerjaan bawahan (actual result) dengan alat pengukur (standar) yang sudah ditentukan. Jadi, pimpinan membandingkan hasil pekerjaan yang senyatanya dengan standar sehingga dengan perbandingan itu dapat dipastikan terjadi tidaknya penyimpangan

3. Mengadakan tindakan perbaikan (corrective action)

Dengan tindakan perbaikan diartikan, tindakan yang diambil untuk penyesuaian hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 319

ditentukan sebelumnya. Tindakan perbaikan itu tidak serta merta dapat menyesuaikan hasil pekerjaan yang senyatanya dengan rencana atau standar. Oleh karena itulah, perlu sekali adanya laporan-laporan berkala sehingga segera sebelum terlambat dapat diketahui terjadinya penyimpangan-penyimpangan, serta dengan adanya tindakan perbaikan yang akan diambil. Pekerjaan pelaksanaan seluruhnya dapat diselamatkan sesuai dengan rencana (Manulang, 2004).

2.3. Pengertian Prestasi Kerja

Nawawi (2006) menyatakan bahwa, “prestasi kerja adalah pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/material maupun nonfisik/non material yang dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan deskripsi pekerjaan perlu dinilai hasilnya setelah tenggang waktu tertentu. Pendekatan penilaian prestasi kerja pegawai, hendaknya mengidentifikasikan standar prestasi kerja yang terkait, mengukur kriteria dan kemudian memberikan umpan balik kepada pegawai. Jika standar kerja atau perhitungan terjadi dan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, evaluasi dapat mengarah pada ketidakakuratan atau hasil yang bias, merenggangkan hubungan antara pimpinan dengan pegawai dan mengecilkan peluang kerjasama. Tanpa umpan balik, perbaikan dan perilaku SDM tidak mungkin terjadi dan departemen tidak akan memiliki catatan yang akurat dalam sistem informasi SDM-nya. Dengan demikian, keputusan-keputusan dasar dalam membuat rancangan pekerjaan sampai kompensasi akan terganggu. Sutrisno (2009) menyatakan bahwa “pengukuran prestasi kerja diarahkan pada enam aspek yang merupakan bidang prestasi kunci bagi organisasi yang bersangkutan”. Bidang prestasi kunci tersebut adalah: 1. Hasil kerja: tingkat kuantitas maupun kualitas

yang telah dihasilkan dan sejauh mana pengawasan dilakukan.

2. Pengetahuan pekerjaan : tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja

3. Inisiatif: tingkat inisiatif selama menjalankan tugas pekerjaan khususnya dalam hal penanganan masalah-masalah yang timbul.

4. Kecakapan mental: tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada.

5. Sikap:tingkat semangan kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan

6. Disiplin waktu dan absensi: tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.

Sedangkan Ruky (2001) menyatakan bahwa indikator prestasi kerja adalah sebagai berikut: 1. Kualitas kerja: kualitas kerja dilihat dari

pemahaman tentang lingkup pekerjaan uraian tanggung jawab serta wewenang yang diemban

2. Kuantitas kerja: kuantitas kerja ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Konsistensi: konsistensi dilihat dari usaha untuk selalu mengembangkan kemampuan dan aktualisasi diri, memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan, mempunyai inisiatif, kejujuran, kecerdasan, dan kehati-hatian.

Berdasarkan pengertian dan uraian-uraian diatas, maka indikator-indikator dalam penilaian prestasi kerja adalah kualitas kerja, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, pengetahuan, tanggung jawab terhadap pekerjaan, pemanfaatan waktu, kemampuan memecahkan masalah.

2.4. Pengertian Kepemimpinan

Didalam suatu organisasi keberadaan seorang pemimpin sangat diperlukan agar kegiatan individu maupun kelompok dapat terarah dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin yang baik mampu mempengaruhi kinerja pegawai untuk terus berprestasi dan mengerjakan tanggung jawabnya. Kepemimpinan sangat mempengaruhi upaya manajemen dalam memperbaiki kinerja manajerial yang buruk.

Menurut Sutrisno (2009) bahwa “kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan”.Sementara Anoraga (2005) menyatakan bahwa “kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu”.

Sutrisno (2009) menyatakan bahwa secara umum pendekatan teori kepemimpinan dibagi tiga, yaitu: 1. Pendekatan Teori Sifat (Thrait Theory)

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 320

Teori sifat mengatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin karena memiliki sifat-sifat sebagai pemimpin. Namun pandangan teori ini juga tidak memungkiri bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.

2. Pendekatan Teori Perilaku (Behavior Theory) Teori perilaku ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan merupakan integrasi antara pimpinan dan bawahannya, dan dalam interaksi tersebut bawahannya yang menganalisis dan mempersepsikan apakan menerima atau menolak kepemimpinannya.

Pendekatan perilaku menghasilkan dua orientasi yaitu perilaku pemimpin yang berorien-tasi pada tugas atau yang mengutamakan penye-lesaian tugas dan pemimpin yang berorientasi pada orang atau yang mengutamakan penciptaan hubungan manusia. Perilaku pemimpin yang berorientasi pada tugas menampilkan gaya kepemimpinan otoratik, sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada orang menampilkan gaya demokratik atau partisipatif.

Sutrisno (2009) mengemukakan, bahwa gaya kepemimpinan demokratik mendorong anggo-ta untuk menentukan, antara lain : 1) kebijakan mereka sendiri, 2) member pandangan tentang langkah dan hasil yang diperoleh, 3) member kebebasan untuk memulai tugas, 4) mengem-bangkan inisiatif, 5) memelihara komunikasi dan interaksi yang luas, 6) menerapkan hubungan yang sportif, 7) dan lain-lain. Sedangkan gaya kepemimpinan otoratik mempunyai ciri antara lain : 1) menentukan kebijakan untuk anggotanya, 2) memberikan tugas secara instruktif, 3) menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh anggotanya, 4) mengendalikan secara ketat pelaksanaan tugas, 5) interaksi dengan anggota terbatas, 6) tidak mengembangkan inisiatif anggota, 7) dan lain-lain.

3. Pendekatan Teori Situasi (Situation Theory) Teori situasi mencoba mengembangkan kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kebutuhan organisasi yang dapat menjadi pemimpin yang efektif. Menurut teori ini, pemimpin yang efektif karena motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya.

Seorang pemimpin yang efektif harus memperhatikan dengan baik sumber daya manusia yang ada dalam organisasi, menciptakan iklim dimana orang dapat

bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapkan, menurut Timpe (2002), pemimpin yang efektif adalah sebagai berikut: 1. Bersikap luwes, 2. Sadar mengenai dirinya, kelompok, dan

situasi, 3. Memberitahu bawahan pengaruh mereka ada

setiap persoalan dan bagaimana pemimpin menggunakan wewenangnya,

4. Pengawasan umum, bawahan membuat rincian pekerjaan mereka dan membuat keputusan mengenai pekerjaan dalam batas yang ditentukan,

5. Selalu ingat baik masalah yang mendesak maupun jangka panjang, individual maupun kelompok sebelum bertindak,

6. Memastikan bahwa keputusan yang dibuat sesuai dan tepat waktu,

7. Bawahan mudah bertemu, jika ingin membicarakan masalah ataupun menunjukkan gagasan-gagasan mereka.

8. Menepati janji, cepat menangani keluhan dan memberikan jawaban sungguh-sungguh dan tidak berbelit-belit,

9. Menyediakan instruksi mengenai metode kerja dengan cukup, menghindari kesalahan mengingat pengalaman kerja dan menjelaskan alasan mengapa itu diberikan.

2.5. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.5.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama dan Kedua

2.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir/landasan teori, maka dihipotesiskan sebagai berikut : 1. Disiplin kerja dan pengawasan kerja

berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan

2. Kepemimpinan berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan

3. METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian pada hipote-

sis pertama adalah sebagai berikut: Variabel

Kepemimpinannn Disiplin Kerja

Pengawasan Kerja

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 321

bebas (independent variable) dengan simbol X, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan terdiri dari Disiplin Kerja (X1), Pengawasan Kerja (X2), dan variabel terikat (dependent variable) yaitu prestasi kerja pegawai Universitas HKBP Nommensen Medan (Y) sedangkan Identifikasivariabel penelitian pada hipotesis kedua adalah sebagai berikut:Variabel bebas (independent variable), yaitu kepemimpinan mempengaruhi disiplin kerja Pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan (X), dan variabel terikat (dependent variable) yaitu disiplin kerja pegawai biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan (Y).

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok atau kumpulan individu-individu yang menjadi obyek penelitian yang memiliki standar dan ciri-ciri yang telah dtetapkan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan yang mencakup Biro Administrasi Akademik, Biro Keuangan, Biro Kepegawaian, Biro Administrasi Umum, Biro Kemahasiswaan, Biro Kerohanian dan Humas, Sekretariat, yang berjumlah sebanyak 52 orang, dan semua populasi ini dijadikan sampel dalam penelitian ini (sensus).

3.3. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Analisis Regresi Berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen yang terdiri dari Disiplin Kerja (X1) dan Disiplin Kerja (X2) terhadap variabel dependen yaitu Prestasi Kerja (Y). Model analisis data pada hipotesis pertama adalah sebagai berikut:

Y= a+ b1X1+b1X2+e dimana : Y = Prestasi kerja a = Konstanta

b1 =Koefisien regresi variabel Disiplin Kerja

X1 = Disiplin Kerja b2 = Koefisien regresi variabel Pengawasan Kerja X2 = Pengawasan Kerja e = error term

Model analisis data yang akan digunakanuntuk menjawab hipotes kedua adalah Analisis Regresi Sederhana. Supangat (2007)

menyatakan bahwa ”Regresi Sederhana adalah merupakan model hubungan antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (X)”. Model analisis datanya sebagai berikut :

Y= a+ bX+e Dimana:

Y = Disiplin kerja a = Konstanta b = Koefisien regresi X = Kepemimpinan = error term

4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis pertama menyatakan

bahwa disiplin kerja (X1) dan pengawasan kerja (X2) berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Universitas HKBP Nommensen Medan. Pengujian dilakukan dengan regresi berganda.

Tabel 4.1.hasil Uji Koefisien Regresi Berganda

Hipotesis Pertama

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 1.053 5.609 Disiplin_Kerja (X1) .737 .250 .354 Pengawasan_Kerja

(X2) .979 .310 .380

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data diolah)

Berdasarkan pada tabeldi atas, maka persamaan regresi berganda dalam penelitian adalah:

Ŷ = 1,053 + 0,737 X1 + 0,979 X2

Dari model persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:1)Koefisien regresi untuk variabel disiplin kerja (X1)bernilai positif sebesar 0,737 menunjukkan pengaruh yang positif antara variabel disiplin kerja (X1) terhadap prestasi kerja (Y) pegawai di Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Hal ini berarti jika variabel disiplin kerja (X1) ditingkatkan maka variabel prestasi kerja (Y) juga meningkat; dan 2) Nilai koefisien regresi untuk variabel pengawasan kerja adalah sebesarb 0,979 menunjukkan pengaruh yang positif antara variabel pengawasan kerja (X2) terhadap prestasi kerja (Y) pegawai di Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Hal ini berarti jika pengawasan kerja (X2) ditingkatkan maka prestasi kerja (Y) juga meningkat.

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 322

4.2. Uji Secara Serempak Hipotesis Pertama Hasil pengujian hipotesis pertama secara serempak dapat dilihat pada Tabel 4.34 sebagai berikut:

Tabel 4.8. Uji F Hipotesis Pertama

Model Sum of Squares

df Mean

SquareF Sig.

1 Regression 342.216 2 171.1

08 10.743 .000(a)

Residual 780.457 49 15.92

8

Total 1122.673 51 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data diolah)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai Fhitung (10,743) lebih besar dibandingkan dengan nilai Ftabel (3,19). Hal ini mengindi-kasikan bahwa hasil penelitian menolak H0 dan menerima H1. Dengan demikian secara serempak disiplin kerja dan pengawasan kerjaberpengaruh terhadap variabel prestasi kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan dengan tingkat pengaruh yang signifikan. Ini memberi arti bahwa disiplin kerja dan pengawasan kerja menentukan prestasi kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan.Prestasi kerja pegawai dapat dilakukan dengan mempertimbangkan setiap indikator dari disiplin kerja, dan pengawasan kerja. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa disiplin kerja dan pengawasan kerja berpengaruh secara serempak terhadap prestasi kerja dapat diterima. 4.3. Uji Secara Parsial

Hasil pengujian hipotesis pertama secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Uji Parsial Hipotesis Pertama

Model t Sig. 1 (Constant) .188 .852 Disiplin_Kerja (X1) 2.942 .005 Pengawasan_Kerja (X2) 3.160 .003

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Nilai thitung untuk variabel disiplin kerja(2,942) lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel (2,01), atau nilai signifikansi untuk variabel disiplin kerja(0,005) lebih kecil dari alpha (0,025). Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H0 dan menerima H1 untuk variabel disiplin kerja. Dengan demikian, secara parsial disiplin kerjaberpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai di Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan.

2. Nilai thitung untuk variabel pengawasan kerja (3,160) lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel (2,01), atau nilai sig.t untuk variabel pengawasan kerja (0,003) lebih kecil dari alpha (0,025). Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H0 dan menerima H1 untuk variabel pengawasan kerja.Dengan demikian, secara parsial pengawasan kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Universitas HKBP Nommensen Medan.

Secara parsial variabel pengawasan kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel disiplin kerja. Hal ini dapat diketahui dari nilai koefisien regresinya yang memiliki nilai paling tinggi sebesar 3,160. Artinya, variabel pengawasan kerja lebih berperanan dalam menentukan prestasi kerja pegawai di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan dibandingkan dengan variabel disiplin kerja. Dengan demikian pihak di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan harus lebih memperhatikan variabel pengawasan kerja dibandingkan dengan variabel disiplin kerjanya 4.4. Koefisien Determinasi (R-Square)

Nilai koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas disiplin kerja dan pengawasan kerja terhadap prestasi kerja pegawai Universitas HKBP Nommensen Medan.

Tabel nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama

Model R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .552(a) .305 .276 3.99095 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data diolah)

Nilai koefisien determinasi R Square pada tabel diatas, diketahui sebesar 0,305. Yang berarti 30,5% variabel disiplin kerja dan pengawasan kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Sedangkan sisanya sebesar 69,5% merupakan pengaruh dari variabel bebas lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil analisis diatas mempunyai implikasi bahwa disiplin kerja yang tinggi dan pengawasan kerja yang baik, perlu diperhatikan guna mendorong meningkatkan prestasi kerja pegawai di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Hal ini penting mengingat kontribusi variabel disiplin kerja dan pengawasan kerja sebesar 30,5% layak untuk dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi kerja

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 323

pegawai di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. 4.5. Hasil Regresi Sederhana Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis keduamenyatakan bahwa kepemimpinanberpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan.

Hasil Uji Koefisien Hipotesis Kedua

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

1 (Constant) 8.034 1.600 Kepemimpinan (X) .402 .065 .657

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data diolah)

Berdasarkan pada Tabel 4.10 di atas, maka persamaan regresi sederhana dalam penelitian adalah:

Ŷ = 8,034 + 0,402 X

Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa kepemimpinan (X)memiliki kemampuan untuk mempengaruhi disiplin kerja (Y) pegawai di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Kepemimpinanmempunyai koefisien regresi positif yang membuktikan kontribusinya terhadap disiplin kerja pegawai di Universitas HKBP Nommensen Medan. Hal ini menunjukkan bahwa disiplin kerja pegawai di Universitas HKBP Nommensen Medan dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan Koefisien Determinasi (R-Square)

Nilai koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Universitas HKBP Nommensen Medan.

Tabel nilai Koefisien Determinasi Hipotesis

Kedua Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .657(a) .432 .421 1.71441

Sumber:Hasil Penelitian, 2017 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,432. Hal ini menunjukan bahwa variabel kepemimpinan memiliki kemam-puan menjelaskan pengaruhnya terhadap varia-bel disiplin kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan sebesar 43,2%. Sedangkan sisanya sebesar 56,8% merupakan pengaruh dari variabel bebas lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.Hasil analisis di atas mempunyai implikasi bahwa

kepemimpinan yang baik harus diterapkan di Universitas HKBP Nommensen Medan guna memberikan dukungan terciptanya disiplin kerja yang tinggi di biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Uji t- Secara Parsial Terhadap Hipotesis Kedua

Hasil pengujian hipotesis kedua secara parsial dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel uji Parsial Hipotesis Kedua

Model t Sig. 1 (Constant) 5.022 .000 Kepemimpinan (X) 6.165 .000

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai thitung untuk variabel kepemimpinan(6,165) lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel (2,01), atau nilai sig. t untuk variabel kepemimpinan(0,000) lebih kecil dari alpha (0,025).

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H0 dan menerima H1 untuk variabel kepemimpinan. Dengan demikian, secara parsial kepemimpinanberpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan.Hal ini berarti dengan kepemimpinan yang efektif, memberi pengaruh pada peningkatan disiplin kerja pegawai Biro Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. 5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, makaditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara serempak bahwa disiplin kerja dan

pengawasan kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Secara parsial pengawasan kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel disiplin kerja. Artinya, variabel pengawasan kerja lebih berperanan dalam menentukan prestasi kerja pegawai biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan dibandingkan dengan variabel disiplin kerja karena pengawasan kerja dilakukan langsung oleh pimpinan sehingga apabila terjadi kesalahan akan lebih cepat diketahui, dan tindakan perbaikan lebih cepat dilakukan.

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS …

ISSN: 2301-797X Volume: 6 No. 2 - Desember 2017

 

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 324

2. Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Universitas HKBP Nommensen Medan. Artinya, semakin baik kepemimpinan maka semakin baik pula penerapan disiplin kerja pegawai biro rektor Universitas HKBP Nommensen Medan. Tercapai atau tidaknya tujuan suatu organisasi juga sangat ditentukan oleh kemampuan dan wibawa seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya yaitu mempengaruhi serta mengarahkan tingkah laku bawahannya

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji.2005. Manajemen Bisnis,

Cetakan keempat, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.

Bungin, H.M. Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi & Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasibuan, Melayu. SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Keenam, Jakarta: Bumi Aksara.

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Ketiga, Yogyakarta: (UPP) STIM YKPN.

Manulang M. 2004. Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Masry, S. Maringan. 2004. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moekijat.2005, Manajemen kepegawaian, Bandung: Penerbit Alumni.

Ndraha, Taliziduhu. 2002. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta.