Model Pembelajaran Berbasis Tugas -...
Transcript of Model Pembelajaran Berbasis Tugas -...
Pembelajaran Berbasis Tugas
1
Model
Pembelajaran
Berbasis
Tugas
emasuki era globalisasi dan perkembangan teknologi
yang sangat cepat (Revolusi Industri 4.0), perlu
dilakukan reformasi di segala bidang, termasuk dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran
sebagai inti kurikulum harus dapat memfasilitasi pembentukan
insan yang unggul, yakni insan yang cerdas holistik (intelektual,
spiritual, sosial, dan ekologis), berkarakter baik, dan memiliki
daya saing tinggi. Pembelajaran di perguruan tinggi perlu
diorkestrasi dengan baik agar dapat dihasilkan lulusan yang
unggul. Dosen sebagai agen pembelajaran perlu memfasilitasi
agar kapasitas belajar dan keterampilan mahasiswa dapat
ditingkatkan. Kapasitas belajar mahasiswa yang tinggi
merupakan modal sukses dan memudahkan mahasiswa
memiliki literasi informasi, literasi digital, dan literasi manusia.
Minimal terdapat 4 (empat) keterampilan mahasiswa harus
dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu keterampiran berpikir
kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.
Menurut pandangan konstruktivisme, dosen bukan sekadar
memberi informasi (transfer of knowledge) ke pikiran
mahasiswa, akan tetapi harus mendorong mahasiswa
mengeksplorasi, menemukan pengetahuan, merefleksi, dan
berpikir kritis (Brooks & Brooks, 2001). Pembelajar penganut
konstruktivisme tidak akan meminta pebelajar untuk menghafal
informasi saja, tetapi juga memberi mereka peluang untuk
membangun pengetahuan dan pemahaman materi pelajaran
M Pendahuluan
Pembelajaran Berbasis Tugas
2
secara mandiri. Mahasiswa dilibatkan dan diberi kesempatan
mengambil peran lebih besar dalam perolehan pengetahuan
(Lan, Hock, & Xioping, 2009). Pembelajaran berpusat pada
mahasiswa sangat membantu dalam: a) mengembangkan
kemampuan proses berinteraksi dengan orang lain, seperti
sikap toleran terhadap pandangan yang tidak sependapat
dengannya, mampu bekerjasama dalam kelompok, dan
bersikap kritis terhadap pendapat orang lain, b)
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
topik tertentu, dan c) mengembangkan kemampuan meneliti
atau keterampilan proses dan pemecahan masalah.
Pembelajaran yang mampu mengaktifkan mahasiswa dalam
belajar menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan oleh dosen, hal
ini didasarkan pada gagasan bahwa pebelajar secara alami
sebenarnya sudah memiliki sikap aktif dan rasa ingin tahu
(Jacobsen, dkk., 2009). Gagne, dkk. (1992) mendefinisikan
pembelajaran sebagai berikut: “Instruction is a set of events that
affect learners in such a way that learning is facilitated”.
Berdasarkan definisi ini, pembelajaran pada hakikatnya
merupakan serangkaian kegiatan untuk memfasilitasi peserta
didik belajar. Peran utama dosen bukan sebagai narasumber
dan agen penyampai pengetahuan (transfer of knowledge) ,
tetapi sebagai fasilitator dan agen pembelajaran (transform of
knowledge). Silberman (1996) menyatakan bahwa
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan mental dan tindakan pebelajar itu sendiri.
Penjelasan dan peragaan yang diberikan oleh dosen tidak akan
menuju ke arah pembelajaran yang sebenarnya dan daya
retensinya tidak lama. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian
Scroeder (1993) dalam Silberman (1996) yang menunjukkan
bahwa 60% pebelajar memiliki orientasi belajar praktis.
Pebelajar lebih senang terlibat secara langsung atau mendapat
pengalaman konkrit, daripada diberikan konsep dasar lebih dulu
dan penerapannya kemudian.
Pemilihan strategi atau model pembelajaran sangat
menentukan pola pembelajaran itu apakah mengarah pada pola
pembelajaran yang berpusat pada dosen atau kepada
mahasiswa. Untuk dapat menciptakan pembelajaran yang
efektif dan mampu mengaktifkan siswa baik fisik dan
intelektualnya, rancangan atau desain pembelajaran mutlak
Pembelajaran Berbasis Tugas
3
diperlukan. Reigeluth (1983) mengemukakan bahwa desain
pembelajaran sangat membantu dalam memfasilitasi proses
belajar seseorang secara optimal. Oleh karena itu, penentuan
atau penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk
mencapai hasil atau tujuan pembelajaran yang diinginkan
menjadi hal yang mesti dipahami dan dikuasai oleh dosen.
Merancang dan melaksanakan pembelajaran, memahami
peserta didik, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya merupakan kompetensi pedagogik yang harus
dimiliki seorang dosen.
Model-model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa
sudah banyak dikembangkan. Salah satu model pembelajaran
yang dikembangkan adalah pembelajaran berbasis tugas
(Task-Based Learning Model). N. Prabhu adalah orang pertama
yang mengembangkan Model Pembelajaran Berbasis Tugas di
Bangalore, India Selatan. Model Pembelajaran Berbasis Tugas
(Model PBT) sering digunakan sebagai pendekatan
pembelajaran alternatif untuk pengajaran Bahasa Inggris.
Prabhu percaya bahwa mahasiswa dapat belajar lebih efektif
ketika pikiran mereka difokuskan pada tugas, bukan pada
bahasa yang mereka gunakan (Buyukkarci, 2009). Aktivitas
berbasis tugas sebagai alat untuk memfasilitasi belajar dan
efektif untuk menciptakan pengalaman belajar bahasa yang
lebih komunikatif (Martin, 2015). Lightbown dan Spada (dalam
Buyukkarci, 2009) menyatakan bahwa PBT melibatkan
berbagai instruksi dalam aktivitas kelasnya dengan memberikan
tugas serupa yang memungkinkan dapat dilakukan oleh
mahasiswa di luar kelas bahasa.
ugas merupakan komponen inti dari model PBT. Model
PBT merupakan suatu aktivitas belajar yang berfokus
pada penyelesaian tugas. Zakime (2018) menguraikan
bahwa pembelajaran berbasis tugas adalah pendekatan
di mana pembelajaran berkisar pada penyelesaian tugas yang
bermakna. Pembelajaran menjadi berkmana, bila tugas
diorganisasi dengan baik untuk memfasilitasi agar mahasiswa
mampu mengaitkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dibelajarkan. Belajar lebih bermakna bila mahasiswa diberikan
T Hakikat
Pembelajaran
Berbasis
Tugas (PBT)
Pembelajaran Berbasis Tugas
4
pengalaman belajar langsung, otenti,k dan kontekstual. Tugas
yang diberikan dalam pembelajaran menyerupai situasi
“kehidupan nyata”. Disamping itu, tugas yang diberikan harus
menantang, yakni mendorong mahasiswa belajar aktif baik
secara individu maupun kolaboratif. Belajar aktif yang dimaksud
aktif berpikir (mind-on) dan aktif melakukan (hand-on). Tugas
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan dan kreatif.
embelajaran yang berkualitas sangat menentukan hasil
belajar mahasiswa. Interrelasi antara karakteristik
mahasiswa, kualitas pembelajaran dan hasil belajar
dijelaskan dalam teori belajar Bloom (School Learning Theory).
Inti dari teori belajar ini adalah bahwa hasil belajar dipengaruhi
oleh dua variabel, yaitu: (a) karakteristik mahasiswa (student
characteristics) yang meliputi variansi masukan kognitif
mahasiswa (cognitive entry behavior), misalnya kemampuan
(ability) dan variansi masukan afektif mahasiswa (affective entry
behavior), misalnya motivasi, minat dan sikap dan (b) kualitas
pembelajaran (quality of instruction) yang difokuskan pada
interaksi yang terjadi di kelas. Interaksi antara variabel
karakteristik mahasiswa, kualitas pembelajaran, dan hasil
belajar dapat dilihat pada Gambar 1 (Elliott dkk.,1996).
Gambar 1.Teori Belajar Bloom (Bloom`s theory of school learning) (Sumber: Elliott dkk., 1996)
P
Hasil Belajar
Tingkat/tipe prestasi belajar
Kecepatan belajar
Hasil belajar afektif Kualitas Pembelajaran
Tugas-tugas (Learning Task)
Karakteristik Mahasiswa
Masukan kognitif
Masukan afektif
Landasan
Teoritik
Pembelajaran
Berbasis
Tugas
Pembelajaran Berbasis Tugas
5
Woolfolk (2011) menguraikan bahwa tugas akademik dapat
berpengaruh terhadap motivasi. Tugas dapat merangsang
peserta didik aktif belajar secara individual maupun secara
berkelompok, melatih berpikir kreatif, dan dapat medorong
peserta didik untuk mencari dan mengelola sendiri informasi
(Adnyana, 2017). Motivasi belajar merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil balajar. Pemberian tugas yang
bermakna dan otentik dalam pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan motor pengerak
yang mengaktifkan peserta didik untuk melibatkan diri (Winkel,
1996) dan sebagai dasar penggerak yang mendorong untuk
belajar (Wahab, 2015). Santrock (2007) menguraikan bahwa
motivasi intrinsik dapat menguat jika peserta didik menganggap
tugas sebagai sesuatu yang menarik, relevan secara personal,
bermakna, dan dikaitkan dengan dunia nyata.
Woolfolk (2011) menguraikan tugas otentik adalah “tasks that
have some connection to real-life problem that students will
face outside classroom”. Pemberian tugas otentik dalam
pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar riil untuk
menghadapi dunia nyata. Pemberian pengalaman belajar
melalui tugas dapat menambah pengatahuan dan keterampilan,
serta menumbuhkan sikap positif. Hal ini sesuai dengan filosofi
konstruktivisme, yakni pengetahuan tumbuh dan berkembang
melalui pengalaman. Setiap pengalaman yang dialami
seseorang melibatkan asimilasi dan akomodasi (Hergenhahn &
Olson, 2008). Individu akan belajar dengan baik bila mereka
secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman.
Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila
selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman. Menurut Piaget
(dalam Santrock, 2007), pengetahuan dibangun melalui
adaptasi yang meliputi proses asimilasi dan akomodasi. Proses
asimilasi terjadi pada saat peserta didik mengitegrasikan
pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur kognitif (skemata)
yang telah ada. Sedangkan proses akomodasi terjadi bila
peserta didik memodifikasi struktur kognitif yang ada atau
membentuk skema baru yang sesuai dengan pengalaman baru
yang dipelajari. Adaptasi akan terjadi jika terdapat
keseimbangan (equilibrium) di dalam struktur kognitifnya. Jika
hanya terjadi asimilasi secara kontinu, peserta didik akan
memiliki beberapa skema global dan tidak mampu melihat
Pembelajaran Berbasis Tugas
6
perbedaan antar beberapa hal. Sebaliknya, jika hanya
akomodasi saja yang terjadi secara kontinu, peserta didik akan
hanya memiliki skemata yang kecil-kecil saja, dan tidak memiliki
skemata yang umum, tidak dapat melihat persamaan-
persamaan dalam berbagai hal.
Vygotsky menekankan bahwa peserta didik mengkonstruksi
pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi dari
pengetahuan ini dipengaruhi oleh kultur di mana peserta didik
tinggal, yang mencakup bahasa, keyakinan, dan keahlian/
keterampilan (Santrock, 2007). Belajar dimulai dari ketika
seseorang berada dalam zone of proximal development, yaitu
suatu tingkat yang dicapai oleh seseorang ketika ia melakukan
perilaku sosial. Peserta didik dapat belajar dengan baik ketika
mereka belajar bersama dengan peserta didik lainnya yang
lebih mampu atau dengan bantuan orang dewasa. Menurut
Santrock (2007), pembelajaran berlangsung dengan baik bila
peserta didik diberi kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja
sama dengan orang lain dalam menangani tugas-tugas
pembelajaran.
Pengalaman memegang peran sentral dalam pembelajaran.
Pemahaman dan transformasi pengalaman dalam belajar
menghasilkan pengetahuan. Pengalaman, termasuk kognisi,
faktor lingkungan, dan emosi, mempengaruhi proses
pembelajaran (Cherry, 2017). Pemberian pengalaman dalam
mengerjakan tugas yang bermakna mendorong peserta didik
aktif belajar. Agar tugas dapat dikerjakan sesuai dengan tujuan,
maka tugas yang diberikan harus relevan, bermakna bagi
peserta didik, jelas, sesuai dengan kemampuan peserta didik
dan waktu yang disediakan (Burden & Byrd, 1999).
etiap model pembelajaran terdiri atas beberapa unsur
atau komponen. Menurut Joice dkk. (1992), setiap model
pembelajaran terdiri dari komponen berikut.
a) Sintaks, tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran.
b) Sistem sosial, situasi atau suasana dan norma yang berlaku
dalam model.
c) Prinsip reaksi, pola kegiatan yang menggambarkan
bagaimana pendidik seharusnya melihat dan
S Karakteristik
Model
Pembelajaran
Berbasis
Tugas
Pembelajaran Berbasis Tugas
7
memperlakukan para peserta didik termasuk bagaimana
seharusnya memberi respon kepada mereka.
d) Sistem pendukung, segala sarana, bahan, dan alat yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu model pembelajaran
tertentu.
e) Dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak
instruksional hasil belajar yang dicapai langsung dengan
cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang
diharapkan. Dampak pengiring, hasil belajar lainnya yang
dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat
terciptanya suasana pembelajaran yang dialami langsung
oleh peserta didik tanpa adanya arahan langsung dari
pendidik.
a. Sintaks
Model Pembelajaran Berbasis Tugas terdiri dari tiga tahapan,
yaitu: 1) Pra-Tugas (Pre-Task), 2) Dalam Tugas (During-Task),
dan 3) Pasca Tugas (Post-Task). Tujuan dan kegiatan pada
setiap tahapan diuraikan secara ringkas pada Tabel 1.
Tabel 1. Tahapan, Tujuan dan Kegiatan Model PBT
No. Tahapan Tujuan Kegiatan Utama
1 Pra-Tugas (Pre-Task)
Mempersiapan mahasiswa melaksanakan/ mengerjakan tugas
1) Menyampaikan tujuan yang ingin capai
2) Mendiskusikan tugas 3) Mendiskusikan
prosedur mengerjakan tugas
2 Dalam Tugas (During- Tasks)
Melibatkan mahasiswa secara aktif dalam mengerjakan tugas
1) Memfasilitasi menyelesaikan tugas
2) Mendorong menyelesaikan tugas
3 Pasca-Tugas (Post-Task)
Mempertanggung-jawabkan tugas
1) Membuat laporan lisan atau tertulis
2) Menyampaiakan hasil karya/produk
3) Melaksanakan refleksi 4) Asesesmen
Pembelajaran Berbasis Tugas
8
b. Sistem Sosial
Sistem sosial bersifat partisipatif dan kolaboratif. Semua
peserta didik (mahasiswa) terlibat secara aktif bekerjasama
mengerjakan tugas. Pendidik (dosen) berperan sebagai fasilitor,
motivator, dan pembimbing dalam penyelesaian tugas. Tugas
yang diberikan berperan sebagai wahana untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif
peserta didik (mahasiswa).
c. Prinsip Pengelolaan/Reaksi
Ellis (2002) menguraikan bahwa dalam mendisain
pembelajaran berbasis tugas perlu memperhatikan prinsip-
prinsip berikut.
Prinsip 1: Pastikan tingkat kesulitan tugas yang sesuai
Prinsip 2: Tetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran
berbasis tugas.
Prinsip 3: Kembangkan orientasi yang sesuai untuk peserta
didik terkait dengan tugas yang dilakukan.
Prinsip 4: Pastikan bahwa peserta didik mengadopsi peran
aktif dalam pembelajaran berbasis tugas.
Prinsip 5: Dorong peserta didik untuk mengambil risiko.
Prinsip 6: Pastikan bahwa peserta didik terutama berfokus
pada makna ketika mereka melakukan tugas.
Prinsip 7: Berikan peluang untuk opsi desain.
Prinsip 8: Mintalah peserta untuk mengevaluasi kinerja dan
kemajuan mereka.
d. Sistem Pendukung
Untuk mendesain pembelajaran menggunakan model PBT
diperlukan tugas belajar (learning task). Berdasarkan cara
mengerjakan, tugas dapat dibedakan menjadi tugas individu
dan tugas kelompok. Tugas individu merupakan tugas yang
dikerjakan secara mandiri, sedangkan tugas kelompok adalah
tugas yang dikerjakan secara kolaboratif.
Willis dan Willis (2007) membedakan tujuh jenis tugas dan
menempatkannya dalam urutan berikut
(1) Mendaftar: brainstorming dan / atau pencarian fakta
(misalnya hal-hal, kualitas, orang, tempat, fitur, hal-hal yang
harus dilakukan, alasan);
Pembelajaran Berbasis Tugas
9
(2) Pengurutan dan penyortiran: pengurutan, pemberian
peringkat, pengklasifikasian (mis. Pengurutan gambar cerita,
item peringkat menurut biaya, popularitas, negatif atau
positif);
(3) Mencocokkan (misalnya mendengarkan dan
mengidentifikasi, mendengarkan dan melakukan (Total
Physical Response), mencocokkan frase/deskripsi dengan
gambar, mencocokkan arah ke peta);
(4) Membandingkan: menemukan persamaan atau perbedaan
(misalnya membandingkan cara menyapa atau adat
setempat, bermain „Spot the Difference‟, membandingkan
dua musim);
(5) Pemecahan masalah: teka-teki logika, masalah kehidupan
nyata, studi kasus, teks yang tidak lengkap (mis. Masalah
logika, memberi saran, mengusulkan dan mengevaluasi
solusi, memprediksi akhir cerita);
(6) Proyek dan tugas kreatif (misalnya melakukan dan
melaporkan survei, memproduksi koran kelas,
merencanakan acara radio, merancang brosur);
(7) Berbagi pengalaman pribadi: bercerita, anekdot, kenang-
kenangan, opini, reaksi (mis. Awal schooldays, perjalanan
yang mengerikan, momen memalukan, kuis kepribadian)
e. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak Instruksional dan pengiring dari Model Pembelajaran
Berbasis Tugas dapat digambarkan seperti Gambar 2.
Gambar 2. Dampak Instruksional dan Pengiring
Pembelajaran Berbasis Tugas
10
emampuan mahasiswa dalam mengerjakan tugas dapat
diases dengan menggunakan asesmen otentik.
Instrumen yang diperlukan minimal terdiri tugas dan
rubrik penilaian. Kumpulan hasil karya mahasiswa
mengerjakan tugas dapat diases dengan asesmen portofolio.
Keterampilan mahasiswa mengerjakan tugas diases dengan
asesemen kinerja. Tuga-tugas yang diberikan untuk
mengahasilkan suatu produk diases dengan asesemen produk.
Sedangkan tugas-tugas yang diiberikan untuk melakukan
investigasi dalam jangka waktu tertentu diases dengan
asesmen projek. Untuk memundahkan dalam pemberian skor
(scoring) dan nilai (grading) diperlukan rubrik penilaian dapat
berupa rubrik holistik atau rubrik analitik
odel PBT merupakan suatu model pembelajaran yang
berpusat pada mahasiswa. Penggunaan model PBT
dalam pembelajaran dapat mendorong mahasiswa
belajar secara aktif (aktif berpikir dan melakukan),
kolaboratif, dan bermakna. Tugas yang diberikan berupa tugas
yang dapat memberikan pengalaman belajar otentik dan
kontekstual. Tahapan pembelajaran berbasis tugas terdiri dari
tiga tahapan, yaitu: a) Pra-Tugas (Pre-Task), b) Dalam Tugas
(During-Task), dan c) Pasca Tugas (Post-Task).
Adnyana. P. B. 2017. Pengaruh Pemberian Tugas Membuat
Makalah dan Resume Artikel Jurnal Ilmiah Terhadap
Literasi Informasi dan Efektivitas perkuliahan Seminar
Pendidikan IPA di Program Pasca Sarjana Undiksha.
Laporan Penelitian. LPPM Undiksha.
Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. Boston: McGraw Hill.
Arends R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-Hill.
Brooks, J.G & Brooks, M.G. 2001. In Search of
Understanding: The Case for Consctructivist
Classroom. Virginia: Association for Supervision and
Curriculum Development.
K
M
Daftar
Pustaka
Asesemen
dalam PBT
Penutup
Pembelajaran Berbasis Tugas
11
Burden, P.R. and Byrd, D.M. 1999. Methods for Effective Teaching. Boston: Allyn & Bacon.
Buyukkarci, K. 2009. A. Critical Analysis of Task-based
Learning. Kostamonu Educational Journal, 17(1):
313-320 .
Cherry, K. 2017. Experiential Learning Theory of David Kolb,
Acessed 9 Mei 2018. Available at:
https://www.verywellmind.com.
Eggen, P. D. and Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills. Boston: Allyn and Bacon
Elliott, S.N., Kratochwill, T.R., Littlefield, J., & Travers J.F. 1996. Educational Psychology: Effective Teaching and Effective Learning. Madison: Brown & Benchmark.
Ellis, R. (2002). The Methodology of Task-Based Teaching.
Accesed 2 Mei 2018. Available at: https://www.kansai-
u.ac.jp/fl
Gagne, R.M., Briggs, L.J., & Wager, W.W. 1992. Princles of Instructional Design. Fort Worth Philadelphia: Harcourt Brace Jovanovic Colledge Publishers.
Gunter, M.A., Estes, T., & Schwab, J.H. 1990. Instruction: A Models Approach. Boston: Allyn and Bacon.
Hergenhahn, B.R., & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning
(Teori Belajar), Terjemahan. Jakarta: Kencana
Jacobsen, D.A., Eggen, P.D., & Kauchak, D.P. 2009. Methods
for Teaching: Metode-metode Pengajaran
Meningkatkan Belajar SiswaTK-
SMA.Terjemahan.Yogyakarta:Pustaka Belajar
Joyce, B., Weil, M., & Showers, B. 1992. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2015. Models of Teaching, Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Martin, S. 2015. Task-Based Learning in the L2 Classroom,
Accesed 11 Mei 2018, available at: https://www.usma.edu.
Reigeluth, C. 1983. Instructional-Design Theories and
Models: An Overview of Their Current Status.
Hillsdale NJ: Lowrence Erlboun Associates
Silberman, M.L. 1996. Active Learning: 101 Strategies To Teach Any Subject. Boston: Allyn and Bacon
Santrock, J.W. 2004. Psikolologi Pendidikan, Terjemahan. Jakarata: Kencana.
Soekamto, T. & Winataputra, U.S. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pemembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI.
Pembelajaran Berbasis Tugas
12
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Willis, D. & Willis, J. 2007. Doing Task-based Teaching. Oxford: Oxford University Press.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Woolfolk. A. 2011. Educational Psychology: Active Learning
Edition. Boston: Pearson. Zakime, A. 2018. What is Task Based Learning?. Available at:
https://www.whatiselt.com, acssesed 29 Mei 2018.