Model Pembelajaran

download Model Pembelajaran

of 73

description

asaaaaaaa

Transcript of Model Pembelajaran

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IXSMP Negeri 1 Kuala Batee

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas mata kuliah seminar pendidikanOLEH:NURLIANA1111060100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAHFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SERAMBI MEKKAHBANDA ACEH2015

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IXSMP Negeri 1 Kuala Batee1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk menghasilkan perubahan tingkah laku anak didik ke arah yang lebih baik serta membimbing anak menemukan dan mengaplikasikan pola fikir yang ilmiah, terarah dan bijaksana dalam rnenghadapi persoalan-persoalan kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperiukan untuk menunjang tumbub kembangnya pribadi insani, baik mi di dapat di dalam pendidikan Formal ataupun Non Formal. Dalam hal in pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan cukup besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial mulai dan tingkat Sekolah Dasar sampai dengan ke tingkat Perguruan Tinggi. (Budiningsih, 2005:77) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal I dinyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk rnemiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian din, kepnibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dininya, masyarakat, bangsa dan negara. (Sembiring, 2006 : 97). Pendidikan nasional bertujuan untuk rnengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beniman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Neara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran 1PS disusun secara sistematis, komprthensif dan terpadu dalam proses pembe1ajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS berrujuan agar peserta didik mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis. kemampuan memecahkan masalah, dan keterampi!an dalam kehidupan sosial. Merniliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. (Depdiknas, 2006: 175). Berdasarkan paparan di atas terlihat bahwa pelajaran IPS sangat penting artinya untuk bekal kehidupan sehari-hari peserta didik, akan tetapi dalam kenyataan peserta didik menganggap IPS merupakan pelajaran yang membosankan dan penuh dengan hafalan serta bahannya sangat luas. Faktor penyebab rendahnya prestasi siswa dalam belajar dan rendahnya aktivitas siswa. karena pembelajaran yang dilakukan selarna mi kurang melibatkan siswa dalam belajar. Guru mengandalkan metode cerarnah sebagai satu-satunya metode yang ampuh. Guru sangat aktif menerangkan, padahal materi tersebut seharusnya diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis secara individu atau secara berkelompok. Melihat kenyataan mi, sebagai tenaga profesional tentunya timbul rasa cemas, padahal guru sudah menguras tenaga yang sangat banyak. Menyadari akan hal tersebut maka perlu memperbaiki pengelolaan program pembelajaran terutama dalam menggunakan metode pembelajaran (Djaman Satori, 2009 2.25-2.26). Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dan sumber pesan melalui media tertentu ke penenima pesan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses pembelajaran. (Sadiman, 2008:11). Pembelajaran akan berlangsung dengan balk apabila guru mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, terutama dalam penggunaan metode / model pembelajaran. Kehadiran model pembelajaran kooperatif dalam dunia pendidikan bertujuan untuk mendobrak pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model Pembelajaran diartikan sebagal suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalarn mendesain pempelajaran. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2004 :31) terdapat lima unsur yang hams diterapkan dalarn Cooperative Learning yaitu: 1. Saling ketergantungan positif: 2. Tanggung jawab perseorangan; 3. Tatap muka; 4. Komunikasi antara anggota; 5. Evaluasi proses kelompok. Kenyataan di lapangan, ternyata banyak rnasalah yang dihadapi oleh gum-guru [PS dalam kegiatan pembelajaran, demikian halnya yang dihadapi oleh guru IPS SMP Negeri 1 Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya. Beberapa indikator yangdipergunakansebagaipembenaranpernyataantersebut,yaitu 1. Rendahnya prestasi belajar siswa.2.Kurangadanyakeinginanuntukrnencapaihasilbelajaryangoptimal 3. Tidak ada keinginan untuk mendalami dan meningkatkan pemahaman materi. 4. Kurang percaya din dalarn mencapai prestasi belajar.Fenomena yang muncul, siswa kurang merespon materi yang disampaikan guru, pasif, bersikap masa bodoh cerita dengan teman sebangku, tidak punya catatan, tidak mau membawa buku paket atau buku penunjang bahkan ada yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah mata pelajaran lain. Sementara guru mendominasi aktivitas pembelajaran. Perbedaan pandangan tentang keberadaan model pembelajaran kooperatif tentu tidak ada titik temu dengan debat kusir, akan tetapi hal tersebut akan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis secara individu atau secara berkelompok.Melihat kenyataan mi, sebagai tenaga profesional tentunya timbul rasa cemas, padahal guru sudah menguras tenaga yang sangat banyak. Menyadari akan hal tersebut maka perlu memperbaiki pengelolaan program pembelajaran terutama dalam menggunakan metode pembelajaran (Djaman Satori, 2009 : 2.25-2.26). Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dan sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan basil teknologi dalam proses pembelajaran. (Sadiman, 2008 11). Pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila guru mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, terutama dalam penggunaan metode / model pembelajaran. Kehadiran model pembelajaran kooperatif dalam dunia pendidikan bertujuan untuk mendobrak pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model Pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam niendesain pempelajaran dengan sudut pandang keilmuan melalui pembuktian ilmiah yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan penelitian. Dan permasalahan di atas penulis mencoba melakukan penelitian terhadap rnemilih salah satu model pembelajaran kooperatif yang berkembang dewasa ini, untuk membuktikan apakah model tersebut mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan apa saja kendala yang dihadapidalampelaksanaanprosespembelajaran.Model pembelajaran kooperatif yang menjadi pilihan adalah tipe Example non Example. Penelitian ini penulis lakukan untuk membuktikan kebenaran secara emperis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Example non Example dalam meningkatkan prestasi belajar, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kuala Batee .

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimana pengaruh Model Pembelajaran Tipe Example Non Example terhadap Prestasi belajar IPS siswa kelas IX SMP Negeri I Kuala Batee?2. Bagaimana pengaruh Model Pembelajaran Tipe Example Non Example dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IX SMP Negeri I Kuala Batee?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:1. Untuk mengetahui data peningkatan prestasi belajar dengan pengaruh Model Pembelajaran Tipe Example Non Example pada siswa IPS Kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee.2. Untuk menganalisis prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe Example Non Example siswa IPS Kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee1.4 Manfaat Penelitian Hasil Peneiitian Tindakan Kelas mi diharapkan dapat teoritis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian bermanfaat bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan kernampuan guru dalam pembelajaran dan dijadikan landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitianinidiharapkandapatbermanfaatsebagaiberikut:a. Membantu siswa dalam menumbuhkan aktivitas belajar dan meningkatkan prestasi belajarb.Menemukan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kompetensi yang diajarkan dalam upaya mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan hash belajar siswa.c. Dapat memperbaiki prestasi belajar, meningkatkan mutu dan kualitas guru dalampelaksanaanpembelajaran.d. Bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan pendidikan sarjana pada program pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh. 1.5 Anggapan Dasar Menurut Surachman, (1978:107) mengemukakan bahwa anggapan dasar atau asumsi adalah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dalam penelitian ini, yang menjadi anggapan dasar adalah: melalui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe example non example merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 .Kuala Batee.

1.6. Hipotesis Adapun yang menjadi hipotesis pada penelitian mi adalah pemebelajaran denga menggunakan model pemebelajaran Exsample non Exsample dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee, karena model ini mampu melibatkan siswa lebih aktifdalam pembelajaran. 1.7 Ruang Lingkup dan Definisi Istilah 1. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan suatu aktifitas dalam belajar. Prestasi belajar diukur dengan menggunakan serangkaian tes setelah proses pembelajaran berlangsung. 2. Pendekatan Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis, dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif4-6orangdenganstrukturkelompokheterogen.3. Model Pembelajaran tipe Example non Example adalah salah satu tipe model pembelajaran turunan dan pendekatan belajar Cooperatif Learning, Tipe ini memiliki ciri khas yaitu belajar bersama dalam kelompok dan pembelajaran dilengkapi dengan media berupa gambar-gambar sebagai contoh dan bukan contoh.

1.8 Sistematika Penulisan 1. Untuk memperoleh hasil dan sasaran yang tepat dalam penelitian mi, maka penulis menguraikansistematikapenulisanatasbeberapababyaitu: Bab I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan rnasalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar, hipotesis penelitian, Wang lingkup penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan. 2. Bab II merupakan landasan teoretis, yang menjelaskan tentang pengertian belajar dan basil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran kooperatif tife example non example.3. Bab III merupakan metodologi penelitian. Pada bab mi dibahas metode yang dipergunakan dalam penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.4. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, memaparkan tentang hasil penelitian berikut dengan pembahasannya mengenai penerapan pembelajaran kooperatif tipe example non example untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Bate.5. Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.BAB II LANDASAN TEORITIS2.1 BelajarBelajar adalah segenap rangkaian kegiatanlaktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya banyak permanen. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar (Mukminan, 2004).Belajar adalah suatu proses dan seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar ( Mulyono Abdurrahman, 2004 : 28).Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya ( Nana Sudjana, 2008 : 22).Hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan terdiri tiga aspek yaitu :a. aspek kognitif yang mencakup ketrampilan-ketrampilan intelektual, informasi dan pengetahuan.b. aspek afektifmenekankan pada sikap, nilai, perasaan dan emosi dan c. aspekpsikornotorberhubungandenganketrampilanmotorik,manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf.Menurut James 0. Wittaker, dalam Soemanto, (2006: 104) belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach dalarn Suryabrata, Sumadi, (2006 : 23 I ) menyatatakan bahwa Learning is shown by a change in behavior as a ,-es,ilt of experience. Maksudnya belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dengan menggunakan panca indra. Belajar sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalarn diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang barn berkat pengalaman dan latihan.Tingkah laku yang barn misalnya dan tidak tahu menjadi tahu, timbulnyapengertian-pengertianyang baru,perubahandalamsikap,kebiasaan-kebiasaan,ketrampilan,kesanggupanmenghargai,perkembangansifat-sifat sosial, ekonomi dan pertumbuhan jasmani. Dewasa ini dalam dunia pendidikan berkembang pembelajaran mandiri. Pembelajaran mi merupakan antitesis dan apa yang tengah berlangsung di sekolah-sekolah era industri yang dibangun mirip pabrik. Di sekolah-sekolah era industri, tugas seorang siswa mematuhi aturan-aturan yang ditujukan untuk mengatur dan mengendalikan siswa agar jangan bicara sebelum gilirannya, berjalan dalam satu barisan, minta izin dulu kalau mau ke kamar mandi, jangan bekerja sama dengan teman. Singkatnya suatu lingkungan terkontrol seperti mengabaikan keunikan setiap siswa. Sejalan dengan perkembangan pendekatan pembelaj aran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran maka pembelajaran mandiri lebih popular dalarn dunia pendidikan. CTL mendefinisikan pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan satu orang, dan biasanya satu kelompok, Belajar mandiri mi dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan nyata siswa sehingga penibelajaran Iebih bermakna bagi siswa. (Johnson, 2007 153). Dan beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses dasar dan perkembangan hidup manusia, perubahan-perubahan dalam hidup seseorang akan mengalami perubahan lewat suatu proses belajar. Belajar adalah suatu proses maka yang berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan dan panca indra dalam mengaitkan pengetahuan dengan dunia nyata siswa untuk memperoleh pengalaman Iangsung, pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku serta penguasaan ketrampilanyangdiperlukansetiapindividudalamkehidupan.

2.2 Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang diperoleh dan proses belajar siswa. Wujudnya adalah berupa perubahan-perubahan dibidang pengetahuan/pemahaman, sikap dan ketrampilan. Pengertian prestasi belajar (achievement). Ngalirn Purwanto (2006 : 84) berpendapat prestasi belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan din sebagai suatu pola baru dan reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan atau pengertian. Prestasi belajar atau hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkahlaku.Tinglahlakusebagaibasilbelajardalampengertianyangluasmencakup bidang kognetif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar siswa dapat ditentukan melalui penilaian hasil belajar.Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap basil basilbelajaryangdicapaisiswadengankniteriatertentu(Sudjana,2008:23)Prestasi belajar siswa dapat diketahui nielalui tes prestasi belajar. Robert L. Ebel (1979) dalam Azwar, ( 2006 : 14 ) mengatakan fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Hasil tes prestasi merupakan salah satu informasi penting guna pengambilan keputusan pendidikan. Namun perlu diingat apakah informasi tersebut informasi yang benar dan dapat dipercaya. mi semua sangat tergantung sejauh mana tes yang digunakan memenuhi kriteria sebagai tes prestasi yang layak. Menurut Gronlund (1977) dalam Azwar, (1996: 18-19) tes prestasi belajar hams memenuhi prinsip dasar sebagai berikut: a. Harus mengulcur hasil belajar yang telah dibatasi secar jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran (indikator) b. Harus mengukur suatu sampel yang representatif c. Harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan.d. Harus dirancang sesuai dengan penggunaan hasilnya.e. Tingkat reliabilitasnya setinggi mungkin.f. Harus dapat meningkatkan belajar peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan prestasi belajar adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki dan dikuasai oleh siswa setelah mengalami proses belajar baik yang dilakukan secara individu atau rnelalui proses interaksi antara gum, siswa, media dan aspek pendukung Iainnya yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Dengan demikian prestasi belajar tidak akan diperoleh tanpa terjadinya proses belajar dalam dirisiswa.

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleb dua fraktor yaitu faktor dan dalam (internal) dan faktor dan luar (eksternal). Suharsimi Anikunto (2006 : 21) berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua jenis yaitu: faktor yang bersumber dan dalam din manusia dan faktor diluar din manusia. Faktor-faktor yang bersumber dan dalam din manusia dapat dikiasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat dikategorikan faktor biologis antara lain usia, kematangan, kesehatan. Sedangkan yang dapat digolongkan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor-faktor yang bersumber dan luar din manusia yang dapat dikiasifikasikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.Menurut Sumadi Suryabrata (2006 : 249), faktor yang mempengaruhi belajar itu banyak sekali macamnya, secara garis besar ada faktor yang berasal dan dalam dan ada faktor yang berasal dan lijan. Faktor-fakton dan luar din siswa terdini dan faktor sosial dan faktor nons osial. Faktor sosial adalah faktor manusia sesarna manusia yang dapat mengganggu konsentrasi anak dalam belajar atau menjawab ujian. Faktor non sosial adalah faktor-faktor selain faktor manusia, inisalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar. Faktor dan dalam din siswa terdini dan faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis terdiri dan faktor jasmani pada urnmnya dan keadaan fIngsi-fiingsi fisiologis tertentu. Keadaan jasmani pada umumnya melatar mempengaruhi aktivitas belajar misalnya; keadaan jasmani yang segar akan berbeda pengaruhnya terhadap proses belajar dan pada keadaan jasmani yang tidak segar.Keadaan ftingsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-lIingsi pancaindra, sangat berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa. Pancaindra merupakan pintu masuk pengaruh tertentu kedalam din individu. Orang mengenal dunia sekitar dan belajar dengan menggunakan pancaindranya. Faktor faktor psikologi dalam belajar, sebagaimana dikemukakan oleh Arden N. Franndsen yang dikutip oleh Surnadi Suiyabrata (2006 : 257) adalah sebagai berikut ; (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; (2) adanya sifat kreatifpada manusia dan keinginan untuk selalu maju; (3) adanya keinginan niemperoleh simpati dan orang tua, guru dan teman-teman; (4) adanya keinginan untuk memperbaikj kegagalan; adanya keinginan mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran dan (5) adanyaganjaran(hadiah)atauhukumansebagaiakhirdanpadabelajar. WastySoemanto,(2006:113-119)menggolongkanfaktor faktoryangmempengaruhihasil belajar atas tiga faktor yaitu.1. Faktor-faktor stimuli belajar 2. Faktor-faktor metode belajar 3. Faktor-faktor individual belajar.Stimulis belajar adalah segala hal diluar din individu yang dapat merangsang individu untuk mengadakan perbuatan belajar.Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar adalah ; panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, keberartian bahan pelajaran,beratringannyatugasdansuasanalingkunganeksternal.Metodemengajaryang dipakai guru sangat mempengaruhi metode belajar siswa dalam belajar. Faktor-faktor metode berkaitan dengan kegiatan berlatih atau praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hal-hal belajar, pengunaan I melibatkan modalitas indra dalam belajar, Bimbingan dalam belajar. Faktor-faktor individual antara lain kematangan, usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelurnnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi. Berdasarkan uraian di atas faktor metode belajar yang berkaitan dengan melibatkan modalitas india sangat penting menjadi perhatian guru geografi, karena jika dihubungkan dengan faktor stimuli belajar, maka geografi memiliki bahan pelajaran yang luas dan tergolong suli. Hal mi mengharuskari guru IPS untuk mengemas pembelajaran agar berarti bagi siswa. Berkaitan dengan keterlibatan modalitas india, penggunaan metode Pembelajaran dan media pembelajaran merupakan salah satu solusi dalam pembelajaran IPS agar lebih bermakna dan dapat meningkatkan proses belajar dan pencapaian prestasi belajar siswa.

2.2.2 Mengukur Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan tingkat ketercapaian peserta didik secara individu atau kelompok terhadap kompetensi dasar (pembentukan kompetensi) atau tingkat penguasaan materi standar oleh peserta didik yang menyangkut aspek intelektual, sosial, emosional, spiritual, kreativitas dan moral. (Kunandar, 2007: 356) Untuk mengukur prestasi hasil belajar peserta didik dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan terhadap program, proses dan hasil belajar. Evaluasi program pembelajaran bertujuan untuk menilai efektivitas program yang dilaksanakan. Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui basil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Evaluasi hasil belajar dilakukan dengan penilaian kelas dan penilaian akhir satuan pendidikan. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Penilaian merupakan bagian yang integral dan keseluruban proses belajar mengajar. Penilaian hams dipandang sebagai salab satu faktor yang menentukan keberhasilan proses dan basil pembelajaran. Sebagai subsistem dalam kegiatan pembelaj aran kegiatan penil aian akan memberikan informasi yang membantu guru rneningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu siswa mencapai perkembangan pendidikannya secara optimal (Kunandar, 2007 : 358) Hasil belajar berdasarkan konsep KTSP dapat dilihat dan ketuntasan belajar siswa melalui indikator dan kompetensi dasar yang terdapat dalam Kurikulum. Ketuntasan belajar ditentukan dengan pencapaian penguasaan minimal 75% dan materi yang diterima siswa atau sekolah dapat menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Untuk mencapal ketuntasan tersebut guru berusaha menerapkan berbagai pendekatan dan model pembelajaran. Pendekatandanmodelmanamenuntutkeaktifansiswasecarafisik,mental,intelektualdan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang baik, serta mencakup aspek kognitif, afktif dan psikomotor. Dewasa mi penilaian dalam dunia pendidikan diistilahkan dengan penilaian berbasis kelas, adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses belajar tertentu. Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujiann akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian terdiri dan seperangkat soal-soal yang hams dijawab oleh peserta didik dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. (Kunandar, 2007:362)Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, dapat pula dilengkapi dengan suasana yang tidak formal, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian berbasis kelas antara lain dengan melihat kumpulan hasil kerja siswa, hash karya siswa, kinerja siswa, ataupun tes tertulis. (Zainal Aqib dan Elharn Rohmanto, 2007: 105)Hasil belajar berdasarkan konsep KTSP dapat dilihat dan ketuntasan belajar siswa melalui indikator dan kompetensi dasar yang terdapat dalam Kurikulum. Ketuntasan belajar ditentukan dengan pencapaian penguasaan minimal 75 % dan materi yang diterima siswa. atau sekolah dapat menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Untuk mencapal ketuntasan tersebut guru berusaha menerapkan berbagai pendekatan dan model pembelajaran. Pendekatan dan model mana menuntut keaktifan siswa secara fisik, mental,intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang baik, serta mencakup aspek kognitif, afktif dan psikomotor. Dewasa mi penilaian dalam dunia pendidikan diistilahkan dengan penilaian berbasis kelas, adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses belajar tertentu. Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujiann akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian terdiri dan seperangkat soal-soal yang hams dijawab oleh peserta didik dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. (Kunandar, 2007:362)Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, dapat pula dilengkapi dengan suasana yang tidak formal, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian berbasis kelas antara lain dengan melihat kumpulan hasil kerja siswa, hash karya siswa, kinerja siswa, ataupun tes tertulis. (Zainal Aqib dan Elharn Rohmanto, 2007: 105)Penilaian berbasis kelas bukanlah kegiatan penilaian yang dilakukan hanya dalam kelas,akantetapidapatpuladilakukandiluarkelas. Bentukpenilaiannyatidakterbatas hanya dengan sejumlah soal-soal akan tetapi dapat dilakukan dengan fortofolio siswa, produk ataukinerjasiswa.

2.3 Pendekatan KooperatifCooperatf learning mengandung pengertian rnengerj akan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. (Isjoni, 2007: 15) Sehubungan dengan pengertian tersebut Slavin (1984) mengatakan bahwa cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dima siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 2 - 4 orang yang struktur kelompoknya secara hiterogen. (Etin Solihatin, 2008 : 4). Model Cooperatif learning digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented) terutama dalam upaya mengaktiflcan siswa dalam belajar. Model pembelajaran mi telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. (Isjoni, 2007:17). Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran mata pelajaran IPS, berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang baik dan maksimal. Berikut mi dapat dilihat beberapa pendapat para peneliti yang melakukan penelitian dalam bidang IPS sebagai mana dimuat clalarn buku Etin Solihatin (2008 : 13) sebagai berikut a. VanSickle(1983)dalampenelitainnyamengenaimodelcooperativelearning mengemukakan model cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosialdanindividualsiswa,berkembangsikapketergantunganyangpositif,mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa serta tercapainya kurikulum yang ditetapkan.b. Webb (1985) Berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model cooperative learning, sikap dan prilaku siswa berkembang kearah suasanayangdemokratisdalamkelas.DisampingitumendorongsiswalebihbergairadantermotivasidalammempelajariTPS.Snider (1986) mengemukakan penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dengan perbedaan hampir 25 % dan pada kemajuan yang dicapai dengan sistem kompetisi.Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfi.ingsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar (Tutik Soekamto dan Udin Sarifudin Winaputra, 2006 78). Model Pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedonaan dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendesain pempelajaran. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2004 :31) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil yang rnaksirnal, terdapat lima unsur model pembelajaran yang hams diterapkan dalam Cooperative Learning yaitu 1. Saling ketergantungan positif 2. Tanggung jawab perseorangan materi 3. Tatap muka4. Komunikasi antara anggota5. Evaluasi proses kelompok. Model Kooperatif merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yaitu memiliki kemampuan berbeda. Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut 1. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan belajarnya2. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah dan 3. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. 2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example non Example.Sebagai tenaga profesional guru harus menyiapkan landasan bagi pengambilan keputusan yang memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang efektif agar sasaran pengajaran tercapai dalam jangka waktu yang sesuai. (Hamzah, B. Uno, 2007:42) Dewasa mi di Indonesia sudah populer dengan model pembelajaran dalam dunia pendidikan. Model pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru untuk dilakukan siswa dalam proses pembelajaran agar tercapainya tujuan. Pada hakekatnya inti dan model pembelajaran adalah mendobrak pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru beralih ke pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa secara maksimal.

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran example, non example, model pembelajaran ini merupakan pengembangan dan pembelajaran kooperaktif (Cooperative Learning) Model pembelajaran Exsample Non Exsample merupakan salah satu model pengembangan dan cooperative learning, yang langkah-langkahnya sebagai berikut : (Lie Anita, 2004:43)a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaranb. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHPI LCD c. Gurumemberipetunjukdanmembenikesempatanpadasiswauntuk memperhatikan/menganalisa gambar d. Melalui diskusi kelompok 4-6 orang siswa, hasil diskusi dan analisa gambar tersebut dicatat pada kertas e. Tiap kelompok dibeni kesempatan membacakan hasil diskusinya Mulai dan komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai f. Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian mi adalah pendekatan kuantitatif dimana dalam penelitian mi penulis banyak menggunakan angkaa ngka mulai dan pengumpulan data, penafsiran dan penampilan hasilnya. Data basil penelitian dimaksud yaitu prestasi belajar siswa antara pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Example non Example dan prestasi belajar yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Pemaparan data penelitian juga disajikan dengan menggunakan grafik atau tabel. (Arikunto, 2002 10). Dilihat dan sudut samplingnya penelitian mi tergolong dalam penelitian pendekatan sampel yaitu penelitian dilakukan terhadap kelas tertentu yang ditetapkan sebagai sampel. 3.1.2 Jenis Penelitian Penelitian mi tergolong dalam jenis penelitian eksperimen, dalam hal mi peneliti melakukan kegiatan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengumpulan bukti-bukti yang ada dalam hipotesis. Peneliti sengaja memasukkan perubahan-perubahan kemudian mengamatinya. Perubahan-perubahan yang dimaksud dalam penelitian mi adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Example non Example. Dalani pelaksanaan penelitian peneliti memberikan perhatian besar kepada pengubahan (manipulasi) dan pengendalian (control) variabel serta kepada pengamatan dan pengukuran hasil eksperimen. (Furchan, 2007 : 338). Penelitian mi terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian mi adalah model pembelajaran tipe Example non example. Sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar siswa yang diperoleh dan hasil tes setelah perlakuan dilakukan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mi mengambil lokasi Sekolah Menengah Pertam (SMP) Negeri 1 Kuala Bate, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh. Penelitian ini direncanakan berlangsung bulan April sampai Oktober 2015. Kegiatanya dihitung mulai pengajuan judul Penelitian, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data penelitian, pengolahan data sampai dengan selesainya penyusunan laporan penelitian. 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Williamson (1981) dalam Arikunto, ( 2002 : 115) menyatakan tentang populasi A population is a/i members of any wel/-definjed group of people, objects or event ( populasi adalah keseluruhan anggota kelompok orang, sasaran, atau peristiwa dan objek penelitian ). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Furchan Arief (2007, 193) mengernukakan populasi adalah kelompok Iebih besar yang menjadi sasaran generalisasi. Atau sernua anggota sekelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirurnuskan secarajelas, yang ingin diketahui hal ihwalnya. Jadi populasi adalah kumpulan dan subyek Penelitian secara umum dalam jumlah besar atau luas yang datanya akan dianalisa. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka populasi dalam penelitian mi adalah seluruh siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kuala Batee.

3.3.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang dipenlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah himpunan bahagian dan populasi. (Anggoro, 2007 : 4.3). Sampel adalah penduduk yang jumlahnya kurang dan populasi, yang dianggap mewakili populasi. (Soegiyanto, 2008 39). Masalah sampling timbul dihadapan seorang peneliti jika ia bermaksud untuk mereduksi objek penyelidikannya atau ingin mengadakan generalisasi dan hasil.-hasil penyel idikannya. Satu persoalan penting yang dihadapi oleh seorang peneliti jika ia hendak mengadakan riset sampling adalah bagaimana ia dapat memperoleh sampel yang dapat mewakili populasi. Yang dimaksud dengan mewakili bukanlah merupakan duplikat atau replika yang cerniat melainkan hanya sebagai cerminan yang dapat dipandang rnenggarnbarkan secara maksirnal keadaan populasi (Sutrisno Hadi, 2001 : 70). Sutrisno Hadi (2001 : 48) menambahkan bahwa tehnik sampling adalah cara atau tehnik yang digunakan untuk mengambil sampel Adapun tujuan dan sampling adalah untuk memperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang mencerminkan populasinya. Populasi dan sample kegunanya bagi peneliti adalah untuk menggali informasi atau memperoleh data terhadap penelitian yang direncanakan. Dan data tersebut peneliti dapat menarik suatu kesimpulan penelitian. Untuk itu dapat digunakan data populasi atau data sampel, hal mi sangat tergantung dan jenis popolasi yang diteliti. Apabila populasinya tidak terbatas, salah satunya jalan adalah menggunakan sampel sebagai sumber data. Akan tetapi apabila populasinya terbatas, maka dapat digunakan baik data sampel maupun data populasi. (Anggoro,2007:43). Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang pengembilan sampel, agar sampel representatif maka dilakukan dengan teknik acak sederhana. Berdasarkan hasil acak terhadap 6 rombongan belajar, maka dipilih Kelas VII-3 sebagai kelas ekspenimen yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Example non Example dan kelas IX sebagai kelas control yang dilakukan pembelajaran dengan metode konvensional. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Data penelitian dijaring dengan menggunakan instrurnen penelitian. Banyak sekali jenis instrurnen yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data atau informasi. Bermacam-macarn jenis alat pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian, antara lain; tes, angket dan wawancara. (Anggoro, 2007: 5.4). pengumpulan data penelitian mi menggunakan teknik observasi dan test. Observasi dilakukan untuk mengupulkan data tentang pelaksanaan proses pembelajaran, baik yang dilakukan dengan model pembelajaran tipe Example non Example, maupun dengan metode konvensional. Test dilakukan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa sebagai akibat dan penerapan model pembelajaran tipe Example non Example, dan metode konvensional. Kedua data nilai mi diolah dengan statistik 3.4.1. Alat Tes. Instrumen tes digunakan untuk kemampuan atau pencapaian prestasi. Khusus tes prestasi belajar dapat dibedakan atas dua macam yaitu tes buatan guru dan tes terstandar. (Arikunto, 2002 : 198). Penelitian mi menggunakan tes buatan guru yaitu tes yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jenis Tes yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda, terdiri dan 20 soal. Tes mi disajikan setelah proses pembelajaran benlangsung. Hasil tes digunakan sebagai data untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Example non Example dan sebagai perbandingan dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional.

3.4.2. Lernbar Observasi Jenis observasi yang digunakan adalah ranting scala. Mat observasi mi digunakan untuk mencatat kejadian secara lebih detail sampai pengamat memperoleh gambaran tentang tingkatan persetujuan atau penolakan terhadap subjek. Melalui lembar observasi mi pengamat diminta mencatat sampai tingkat mana suatu gejala atau ciii tingkah laku tirnbul. Dalarn hal mi adalah mencatat tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran example non example dan kemampuan guru dengan menggunakan metode komvensional. 3.5. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian mi dilakukan dengan statistik sederhana yaitu mencari perbandingan prestasi belajar siswa, antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan rumus koefisien korelasi prodauct moment. Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus uji student (uji-t) dengan rumus sebagai berikut: = r-Jn2 i.J1_r2

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini peneliti akan membahas temuan-temuan selama penelitian berlangsung. Berdasarkan variable penelitian maka sajian hasil penelitian secara umum ada dua macam, yaitu data prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif examples non examples dan data kemampuan guru dalma proses pembelajaran. Adapun paparan hasil penelitian sebagai berikut : 4.1.1 Menghitung rata-rata prestasi belajar siswaa. Nilai tes hasil belajar dengan menggunakan metode konvensionalDari hasil penilaian terhadap test yang dilakukan oleh peneliti setelah berakhirnya proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional terhadap 32 orang siswa yang menjadi sample penelitian diproses angka sebagai berikut : 5035605045256065

5045503560304530

4060554540552540

3545405545655050

Berdasarkan sebaran nilai di atas, maka rata-rata prestasi belajar kelas siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional dapat dilihat pada table sebaran sebagai berikut :Tabel : 4.1. Perhitungan Sebaran Rata-rata Prestasi Belajar Siswa IPS Kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee dengan Menggunakan Metode Konvensional

XFFx

652130

604240

553165

505250

456270

404160

353105

30390

25250

N = 32

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa nilai prestasi belajar siswa IPS Kelas IX SMP Negeri 1 KualaBatee yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional nilai tertinggi 65 nilai terendah 25 dan nilai rata-rata 45,6 atau dibulatkan menjadi 46.

b. Nilai Test Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Example Non Example.Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh peneliti setelah berakhirnya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Example non Example, terhadap 32 orang siswa diperoleh angka sebagai berikut : 5540655550356575

5550554065355040

5070605065604050

4560606545656065

Berdasarkan sebaran nilai di atas, maka rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe example non example adalah sebagai berikut :Tabel : 4.1. Perhitungan Sebaran Rata-rata Prestasi Belajar Siswa IPS Kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Tipe Example non Example

XFFx

75175

70170

657455

605300

554220

506300

45290

404160

35270

N = 32

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa nilai prestasi belajar siswa kelas VII-3 SMP Negeri 1 Pante Bidari yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran Tipe Example Non Example nilai tertinggi 75 nilai terendah 35 dan nilai rata-rata 54,4 atau dibulatkan menjadi 54.

c. Menghitung Koefisien KorelasiUntuk menentukan koefisien korelasi antara kelas exsperimen dengan menggunakan model pembelajaran tipe example non example dan kelas control dengan menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran IPS siswa SMP negeri 1 pante bidari, diawali dengan membuat tabel persiapan sebagai berikut : Tabel 4.3 Tabel Persiapan untuk menentukan

NO.XX2YY2XY

1.5025005530252750

2.3512254016001400

3.6036006542253900

4.5025005530252750

5.4520255025002250

6.25625351225875

7.6036006542253900

8.6542257556254875

9.5025005530252750

10.4520255025002250

11.5025005530252750

12.3512254016001400

13.6036006542253900

14.309003512251050

15.4520255025002250

16.309004016001200

17.4016005025002000

18.6036007049004200

19.5530256036003300

20.4520255025002250

21.4016006542252600

22.5530256036003300

23.256254020251000

24.4016005025002000

25.3512256542252275

26.4520256036002700

27.4016006542252600

28.5530254520252475

29.4520256542252925

30.6542256036003900

31.5025006036003000

32.309004520251350

Total14607060017409852582125

Berdasarkan data nilai yang terdapat pada tabel 4.3 di atas, maka diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

x= 1460

x 2= 70600

y= 1740

y 2= 98525

xy= 82125Untuk menentukan koefisien perbandingan nilai antara kelas eksperimen dengan kelas control dengan penerapan model pembelajaran tipe example non example untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee, menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, yaitu :

rxy=

rxy=

rxy=

rxy=

rxy=

rxy= rxy= 0.970Untuk menentukan kriteria nilai koefisien korelasi yang diperoleh, maka digunakan interpretasi r sebagai berikut : Tabel : 4.4 Interpretasi Nilai r Besarnya nilai rTingkat Hubungan

0,800 s/d 1,00Sangat Tinggi

0,600 s/d 0,800Tinggi

0,400 s/d 0,600Cukup

0,200 s/d 0,400Rendah

0,000 s/d 0,200Sangat Rendah

Dari perhitungan di atas, ternyata nilai rxy adalah 0,970 dan apabila diliat dari tabel interpretasi koefisien nilai r, maka harga r yang diperoleh sangat tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi siswa kelas experiment yang menggunakan model pembelajaran tipe example non example dengan kelas control yang menggunakan metode konvensional.

d. Pengujian HipotesisPengujian hipotesis menggunakan rumus uji student (uji-t), untuk menentukan keberartian koefisien korelasi, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Sudjana (2002:380), sebagai berikut :

t = Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe example non example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan adanya perbedaan nilai atau prestasi belajar antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol pada kelas VII SMP Negeri 1 Pante Bidari Aceh Timur. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Jika t hitung > t tabel maka signifikan (diterima Ha) Jika t hitung < t tabel maka tidak signifikan (ditolak Ho) Sehingga nilai t hitung diperoleh sebagai berikut :

t =

t =

t =

t =

t = t = 31.4

Berdasarkan perhitungan yang telah dilaksanakan diatas, maka kita lihat bahwa nilai t penelitian didapat yaitu t hitung = 31,4. untuk membandingkan dengan tabel, maka perlu dicari dahulu derajad kebebasan dengan menggunakan rumus :Dk = (n1 + n2) 2 = (32 + 32) 2= 62Harga t dengan signifikan = 0,05 dan derajat kebebasan 62 dari table distribusi diperoleh t table = 1,67 sedangkan terhitung = 31,4 jadi terhitung > t table. Maka Ho ditolak dan terjadi penerimaan terhadap Ha yaitu adanya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Example non Example. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Example non Example pada pelajaran IPS materi perkembangan Islam di Indonesia lebih baik dari pada prestasi siswa yang diajarkan metode konvensoinal4.1.2 Hambatan Yang Dialami Dalam proses PembelajaranBerikut ini akan dideskripsikan hambatan atau kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam aktivitas pembelajaran , dengan metode konvensoinal maupun dengan medel pembelajaran koperatif tipe Example non Example.1. Hambatan yang dialami oleh guru dan siswa adalah dalam proses pembelajaran dengan menjelaskan pembelajran konvensoinal, banyak mengalami hambatan bagi siswa dan guru hambatan yang dimaksud antara lain siswa tidak memperoleh kesempatan untuk berdiskusi ,siswa pasif, yang menonjol hanya satu dua siswa saja. Kecepatan siswa berpikir hanya sebagian saja, tetapi setelah menggunakan model pembelajaran Example non Example siswa sudah mulai berupa meskipun pada awalnya mereka masih belum paham betul , tetapai lambat laun siswa dapat mengerti karena guru bias mengatasi siswa di saat proses pembelajaran berlangsung.4.2 PembahasanDari Hasil pengolahan data dengan menggunakan statistic sederhana diperoleh nilai rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model konvensoinal 46, sementara hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Tipe example non example diperoleh nilai rata-rata 54. Berdasarkan rata-rata nilai tersebut makan rata rata hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran example non example rata-ratanya lebih tinggio dari pembelajaran dengan metode konvensoinal. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada diagram batang berikut ini.

Gambar 4.1 Diagram Batang rata-rata prestasi belajar siswaSMP Negeri 1 Pante Bidari Aceh Timur

Ditinjau dari nilai tertinggi dan terendah dapat diuarikan sebagai berikut :1. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa dengan menggunakan metode ceramah adalah 65 sementara nilai tertinggi yang diperoleh siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Example non Example adalah 75.2. Nilai terndah yang diperoleh siswa dengan menggunakan metode ceramah adalah 25, sementara nilai terendah yang diperoleh siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Tipe Example non Example adalah 35.Berdasarkan hasil uji t nilai prestasi belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran tipe Example non Example dan nilai prestasi belajar dengan menggunakan metode konvensoinal diperoleh nilai t terhitung sebesar 31,4 sedangkan t table sebesar 1,67. Pada interval kepercayaan 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa terhitung> t table. Perbedaan yang signifikan ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Example non Example dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee Aktivitas pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Example non Example dapat memainkan banyak peran dalam pelajaran IPS. Siswa tidak hanya sekedar mendengar, mencatat, dan menghafal, akan tetapi siswa aktif berfikir, menganalisis gambar,berkomunikasi, memprestasikan dan menyimpulkan.Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Example non Example siswa diberi tugas secara kelompok untuk memecahkan masalah berdasarkan ilustrasi gambar yang ditayangkan. Berpikir dan menginterperstasi gambar dilakukan secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Melalui penerapan model pembelajaran tipe Example non Example ini siswa dituntut untuk mampu secara berkelompok dalam mencermati gambar yang berkaitan tipe Example non Example ini sangat membantu siswa dalam menguasai pokok bahasan yang diberikan dengan cara membangun ide-ide dan pengertian secara bersama-sama dalam kelompok kecil, sehingga siswa lebih mudah memahami materi-materi yang di ajarkan guruserta aplikasinya dalam masyarakat.Dari data hasil penelitian diperoleh bahwa nilai dengan model pembelajaran Tipe Example non Example lebih besar dari nilai pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan model pembelajaran Tipe Example non Example guru selama KBM berperan sebagai fasilator dan pembingbing pembelajaran , sementara yang paling banyak terlibat dalam proses belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran ini juga dapat memperjelas konsep dengan menampilkan gambar-gambar. Disamping itu model pembelajaran tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama dalama kelompok kecil. Guru berperan sebagai pembimbing dan memberikan motivasi siswa untuk belajar agar mencapai tujuan pembelajaran. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas guna membantu proses perkembangan siswa ( Slameto, 2003:97).Aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Tipe Example non Example dapat memainkan banyak peran dalam pelajaran IPS. Pembelajaran tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, mencatata,dan menghafal, akan tetapi siswa aktif berpikir, menganalisa, berkomunikasi, mencari. Mengolah data dan menyimpulkan secara bersama-sama dalam kelompok kecil. Serta diberikan kesempatan untuk mengkonfirmasikan pengetahuan melalui kegiatan presentasi. Melalui penerapan model pembelajaran Tipe Example non Example siswa dituntut untuk mampu secara mandiri dan berkelompok dalam menafsirkan gambar-gambar yang ditanyakan dan bahan ajar yang disajikan melalui diskusi kelompok dengan teman sebaya, sehingga mampu membangun pengetahuannya. Oleh Karen itu pembelajaran yang berlangsung jauh berbeda dengan menggunakan metode konvensional, dimana siswa pasif menerima infromasi dari guru. Peranan guru sangat besar menguasai pembelajaran bahkan guru menjadi satu satunya sumber belajar.

BAB VPENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

5.1.1Pengaruh model pembelajaran tipe example non example pada siswa IPS Kelas IX Pada SMP Negeri 1 Kuala batee, memiliki dampak positif dalam peningkatan hasil belajar siswa. Pada nilai yang sudah ditentukan yaitu 456,6 dan 54,4.

5.1.2Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe example non example dapat meningkatkan siswa dimana nilai ketuntasan pada siswa IPS kelas IX SMP Negeri 1 Kuala Batee, dalam nilai rata-rata yang paling tertinggi 65 dan 75 sehingga siswa memperoleh nilai rata-rata yang diinginkan.

5.2 Saran-saran5.2.1Mengingat proses pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran model pembelajaran Tipe Example non Example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka kepada guru-guru IPS diharpkan untuk dapat menggunakannya model ini pada materi IPS lainnya.

5.2.2Kepada guru-guru IPS diharpkan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, pembagian siswa dalam kelompok harus heterogen mengelola waktu dengan baik dan efesien serta berperan sebagai fasilitator. Yang tidak kalah pentingnya diperhatikan dalam pembelajaran sediakan gambar yang menarik dan biarkan siswa menganalisa gambar dengan teman-teman kelompoknya, serta lakukan bimbingan secara kepada semua kelompok.

DAFTAR PUSTAKAAnggoro, Toha, M dkk. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka. Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto, 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah.Bandung : Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta : Reneka Cipta. ___________ 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Reneka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2006. Tes Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Ri. Nomor 22,23 dan 24 tahun 2006. Jakarta : Mitra Karya. Furchan Arief H. 2007. Pengantar Penelitian dalarn Pendidikan. Diterjemahkan oleh Arief. Furchan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadi, Sutrisno. 2001. ilIetodo!ogi Research. Yogyakarta : Andi. Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektfitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Aifabeta. Johnson, Elaine B. 2007. contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center. Kunandar. 2007. Guru Profesiona!, linpiernentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertfikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lie Anita. 2004. (Joperative Learning. Jakarta: Gramedia. Mulyono Abdurrohman. 2004. Proses Belajar Menga jar. Bandung: Tarsito. Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dun Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remadja Karya. Sardi man, An ef, S. 2008. Media Pendidikan; Pen gertian Pen gem ban gun dan Peinanfatannya Jakarta: Raja Grafindo Persada. Satori, Djaman dkk. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka. Sembiring, Sentosa. 2006. Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen. Bandung : Nuansa Aulia. Soegiyanto, H. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan (Dasar-Dasar Umuni,). Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret. Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Peiniinpin Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Solihatin, Etin dan Rahardjo, 2008. Cooperatijle Learning Analisis Model Pembelajaran IFS. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya. _____________ Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suryabrata, Sumadi, 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Toeti Sukamto dan Udin Sarifuciin Winataputra. 2006. Teori Belajar dan Model Model Pembelajaran. Jakarta : PPU-PPAI UT. Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan, Problerna, Solusi, dan Reforniasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Lampiran : 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE KONVENSIONAL

SEKOLAH : SMP N 1 Kuala BateeMATA PELAJARAN : IPSKELAS/SEMESTER: IX/II

Standar Kompetensi : 5. Memahami perkembangan masyarakat, sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial eropa.

Kompetensi Dasar:5.1Mendeskripsikan perkembangan masyarakat kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu dan Budha serta peninggalan-peninggalannya.

Indikator:-Mendeskripsikan proses masuk dan perkembangannya agama Hindu dan Budha di Indonesia.

Menunjukkan kepada peta daerah-daerah yang dipengaruhi unsur Hindu-Budah di Indonesia.

Menyusun kronologis perkembangan-perkembangan kerjaan Hindu-Budha ke berbagai wilayah Indonesia.

Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan bercorak Hindu-Budha di berbagai daerah.

Alokasi Waktu:4 x 40 menit (2 x pertemua)

A. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran siswa dapat : 1. Menjelaskan proses masuk agama hindu di Indonesia.2. Menjelaskan perkembangan kebudayaan hindu di Indonesia.3. Menunjukkan peta persebaran pengaruh Hindu di Indonesia4. Menyusun kronologis perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia5. Menyebutkan peninggalan sejarah kerajaan bercorak hindu di berbagai daerah di Indonesia.

B. Materi Pembelajaran 1. Proses masuk agama Hindu di Indonesia.2. Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia3. Peta Persebaran pengaruh Hindu di Indonesia4. Kronologi perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia 5. Peninggalan sejarah kerajaan bercorak Hindu di berbagai daerah di Indonesia.

C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah2. Tanya Jawab3. Diskusi

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan IMateri : - Proses masuk agama hindu di Indonesia - Perkembangan kebudayaan hindu di Indonesia - Peta persebaran pengaruh hindu di Indonesia

1. Kegiatan Pendahuluan Apersepsi : Membuka pemahaman awal siswa tentang hindu dengan Tanya jawab kehidupan masyarakat bali. 2. Kegiatan Inti Guru menyapaikan kompetensi yang diharapkan Menjelaskan materi pelajaran Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas. Mengajukan pertanyaan kepada siswa Melanjutkan penjelasan tentang materi berikutnya.

3. Kegiatan Penutup Menyimpulkan materi pelajaran yang telah dijelaskan Melakukan tes Memberi tugas rumah untuk membuat peta daerah yang dipengaruhi unsur Hindu-Budha di Indonesia

Pertemuan IIMateri : - Kronologis perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia Peninggalan-peninggalan sejarah, yang bercorak Hindu di berbagai daerah

1. Kegiatan Pendahuluan Apersepsi : Berdialog tentang daerah-daerah yang dipengaruhi unsur hindu di Indonesia yang dikaitkan dengan tugas rumah tentang peta unsur hindu di Indonesia.

2. Kegiatan Inti Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen Guru menjelaskan penjelasan materi pelajaran Kepada setiap kelompok diberikan tugas Masing-masing kelompok mengerjakan tugas Setelah selesai tugas tersebut dikumpulkan dan diperiksa secara bersama

3. Kegiatan Penutup Guru menatik kesimpulan Penilaian

E. Sumber dan Media Pembelajaran Buku paket utama IPS kelas VII dan referensi yang relevan

F. Penilaian Tes tertulis

Mengetahui,Kuala Batee, September 2015Kepala SMP Negeri 1 Kuala Batee Peneliti

( )( )NIP.NIM.

Lampiran : 2 INSTRUMEN TES PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL

1. Agama Hindu yang berkembang di Indonesia berasal dari .a. Persiac. Indonesia b. Cina d. India

2. Penduduk asli India adalah .a. Hindustan c. Dravida b. Aria d. Gujarat

3. Teori yang menyatakan bahwa proses Hinduisasi di Indonesia dilakukan oleh kaum bangsawan India disebut .a. Hipotesa Kesatriac. Hipotesa Waisya b. Hipotesa Brahmana d. Hipotesa Arus Balik

4. Kebudayaan hindu masuk ke Indonesia disebarkan oleh kaum brahmana, pendapat ini dikemukakan oleh .a. NJ Krom c. F.D.K. Boschb. J.U.C. Van Leurd. Eugene Dubois

5. Dewa Wisnu artinya dewa .a. Pelindungc. Perusak b. Pencipta d. Pemelihara

6. Menurut hipotesa ksatria agama dan budaya hindu disebarkan dari India ke Indonesia di bawa oleh .a. Pedagang c. Kafilah b. Bramana d. Penjajah

7. Agama Hindu pernah ditetapkan sebagai agama Negara di India pada masa pemerintahan .a. Achoka c. Sidharta Gautama b. Chandra Gupta d. Cleopatra

8. Para pedagang dari India dan Cina membeli barang-barang dari Indonesia berupa.a. Gading dan porselen c. Kayu cendana dan porslenb. Barang ukiran dan rempah-rempah d. Kayu cendana dan rempah 2

9. Pada zaman kuno lalu lintas pelayaran dan perdagangan melalui jalan darat dinamakan .a. Jalan suterac. celah khaibar b. Jalan rempah-rempah d. jalan kafilah

10. Lalu lintas pelayaran dan perdagangan zaman kuno melalui jalan laut dinamakan.a. Jalan Sutera c. celah khaibar b. Jalan rempah-rempahd. jalan kafilah

11. Daerah di Indonesia yang terlebih dahulu dipengaruhi oleh agama dan budaya Hindu adalah .a. Kutai c. Sriwijaya b. Tarumanegara d. Majapahit

12. Pross masuk dan perkembangannya pengaruh agama Hindu dari India di Indonesia dinamakan .a. Sinkretisme c. Penghinduan b. Pembudhaan d. Akulturasi

13. Bukti paling nyata yang menunjukkan adanya kerajaan-kerajaan hindu di Indonesia adalah .a. Prasasti c. Candi b. Arca d. Naskah kuno

14. Daerah di Indonesia yang sampai saat ini kuat dalam mempertahankan agama dan tradisi budaya hindu adalah .a. Jawa c. Kutai b. Palembangd. Bali

15. Kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia adalah .a. Kutai c. Maja Pahitb. Mataram Kunod. Tarumanegara

16. Kerajaan Taruma Negara terletak di daerah bogor, hal ini ditunjukkan oleh prasasti .a. Tugu c. Indonesia b. Cina d. India

17. Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak ke jayaan pada masa dinasti a. Sanjaya c. Syailendra b. Isana d. Sannaha

18. Fungsi candi di Indonesia adalah sebagai .a. Tempat memuja dewa c. Tempat pemakaman raja b. Tempat bertemu nenek moyang d. Penjelmaan cita-cita hidup

19. Pendiri kerajaan kutai adalah .a. Asmawarman c. Aditiawarman b. Mulawarmand. Kudungga

20. Adanya kerajaan kutai di ketahui dari prasasti berupa tiang batu disebut .a. Yupac. Batu tulis b. Menhird. Dolmen Lampiran 3

KUNCI JAWABAN1. d2. c3. a4. b5. d6. a7. b8. d9. a10. b11. a12. c13. a14. d15. a16. b17. a18. c19. d20. a

Lampiran : 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE KONVENSIONAL

SEKOLAH : SMP N 1 Kuala Batee MATA PELAJARAN : IPSKELAS/SEMESTER: IX

Standar Kompetensi : 5. Memahami perkembangan masyarakat, sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial eropa.

Kompetensi Dasar:5.1Mendeskripsikan perkembangan masyarakat kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu dan Budha serta peninggalan-peninggalannya.

Indikator:-Mendeskripsikan proses masuk dan perkembangannya agama Hindu dan Budha di Indonesia.

Menunjukkan kepada peta daerah-daerah yang dipengaruhi unsur Hindu-Budah di Indonesia.

Menyusun kronologis perkembangan-perkembangan kerjaan Hindu-Budha ke berbagai wilayah Indonesia.

Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan bercorak Hindu-Budha di berbagai daerah.

Alokasi Waktu:4 x 40 menit (2 x pertemua)

G. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran siswa dapat : 1. Menjelaskan proses masuk agama hindu di Indonesia.2. Menjelaskan perkembangan kebudayaan hindu di Indonesia.3. Menunjukkan peta persebaran pengaruh Hindu di Indonesia4. Menyusun kronologis perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia5. Menyebutkan peninggalan sejarah kerajaan bercorak hindu di berbagai daerah di Indonesia.

H. Materi Pembelajaran 1. Proses masuk agama Hindu di Indonesia.2. Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia3. Peta Persebaran pengaruh Hindu di Indonesia4. Kronologi perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia 5. Peninggalan sejarah kerajaan bercorak Hindu di berbagai daerah di Indonesia.

I. Metode Pembelajaran 1. Ceramah2. Tanya Jawab3. Diskusi

J. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan IMateri : - Proses masuk agama hindu di Indonesia - Perkembangan kebudayaan hindu di Indonesia - Peta persebaran pengaruh hindu di Indonesia

1. Kegiatan Pendahuluan Apersepsi : Membuka pemahaman awal siswa tentang hindu dengan Tanya jawab kehidupan masyarakat bali. 4. Kegiatan Inti Guru menyapaikan kompetensi yang diharapkan Menjelaskan materi pelajaran Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas. Mengajukan pertanyaan kepada siswa Melanjutkan penjelasan tentang materi berikutnya.

5. Kegiatan Penutup Menyimpulkan materi pelajaran yang telah dijelaskan Melakukan tes Memberi tugas rumah untuk membuat peta daerah yang dipengaruhi unsur Hindu-Budha di Indonesia

Pertemuan IIMateri : - Kronologis perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia Peninggalan-peninggalan sejarah, yang bercorak Hindu di berbagai daerah

4. Kegiatan Pendahuluan Apersepsi : Berdialog tentang daerah-daerah yang dipengaruhi unsur hindu di Indonesia yang dikaitkan dengan tugas rumah tentang peta unsur hindu di Indonesia.

5. Kegiatan Inti Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen Guru menjelaskan penjelasan materi pelajaran Kepada setiap kelompok diberikan tugas Masing-masing kelompok mengerjakan tugas Setelah selesai tugas tersebut dikumpulkan dan diperiksa secara bersama

6. Kegiatan Penutup Guru menatik kesimpulan Penilaian

K. Sumber dan Media Pembelajaran Buku paket utama IPS kelas VII dan referensi yang relevan

L. Penilaian Tes tertulis

Mengetahui,Kuala Batee, September 2015Kepala SMP Negeri 1 Kuala BateePeneliti

()( )NIP.NIM.

Lampiran : 5 INSTRUMEN TES PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL

21. Agama Hindu yang berkembang di Indonesia berasal dari .a. Persiac. Indonesia b. Cina d. India

22. Penduduk asli India adalah .a. Hindustan c. Dravida b. Aria d. Gujarat

23. Teori yang menyatakan bahwa proses Hinduisasi di Indonesia dilakukan oleh kaum bangsawan India disebut .a. Hipotesa Kesatriac. Hipotesa Waisya b. Hipotesa Brahmana d. Hipotesa Arus Balik

24. Kebudayaan hindu masuk ke Indonesia disebarkan oleh kaum brahmana, pendapat ini dikemukakan oleh .a. NJ Krom c. F.D.K. Boschb. J.U.C. Van Leurd. Eugene Dubois

25. Dewa Wisnu artinya dewa .a. Pelindungc. Perusak b. Pencipta d. Pemelihara

26. Menurut hipotesa ksatria agama dan budaya hindu disebarkan dari India ke Indonesia di bawa oleh .a. Pedagang c. Kafilah b. Bramana d. Penjajah

27. Agama Hindu pernah ditetapkan sebagai agama Negara di India pada masa pemerintahan .a. Achoka c. Sidharta Gautama b. Chandra Gupta d. Cleopatra

28. Para pedagang dari India dan Cina membeli barang-barang dari Indonesia berupa.a. Gading dan porselen c. Kayu cendana dan porslenb. Barang ukiran dan rempah-rempah d. Kayu cendana dan rempah 2

29. Pada zaman kuno lalu lintas pelayaran dan perdagangan melalui jalan darat dinamakan .a. Jalan suterac. celah khaibar b. Jalan rempah-rempah d. jalan kafilah

30. Lalu lintas pelayaran dan perdagangan zaman kuno melalui jalan laut dinamakan.a. Jalan Sutera c. celah khaibar b. Jalan rempah-rempahd. jalan kafilah

31. Daerah di Indonesia yang terlebih dahulu dipengaruhi oleh agama dan budaya Hindu adalah .a. Kutai c. Sriwijaya b. Tarumanegara d. Majapahit

32. Pross masuk dan perkembangannya pengaruh agama Hindu dari India di Indonesia dinamakan .a. Sinkretisme c. Penghinduan b. Pembudhaan d. Akulturasi

33. Bukti paling nyata yang menunjukkan adanya kerajaan-kerajaan hindu di Indonesia adalah .a. Prasasti c. Candi b. Arca d. Naskah kuno

34. Daerah di Indonesia yang sampai saat ini kuat dalam mempertahankan agama dan tradisi budaya hindu adalah .a. Jawa c. Kutai b. Palembangd. Bali

35. Kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia adalah .a. Kutai c. Maja Pahitb. Mataram Kunod. Tarumanegara

36. Kerajaan Taruma Negara terletak di daerah bogor, hal ini ditunjukkan oleh prasasti .a. Tugu c. Indonesia b. Cina d. India

37. Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak ke jayaan pada masa dinasti a. Sanjaya c. Syailendra b. Isana d. Sannaha

38. Fungsi candi di Indonesia adalah sebagai .a. Tempat memuja dewa c. Tempat pemakaman raja b. Tempat bertemu nenek moyang d. Penjelmaan cita-cita hidup

39. Pendiri kerajaan kutai adalah .a. Asmawarman c. Aditiawarman b. Mulawarmand. Kudungga

40. Adanya kerajaan kutai di ketahui dari prasasti berupa tiang batu disebut .a. Yupac. Batu tulis b. Menhird. Dolmen Lampiran 3

KUNCI JAWABAN

21. d22. c23. a24. b25. d26. a27. b28. d29. a30. b31. a32. c33. a34. d35. a36. b37. a38. c39. d40. a

Lampiran : 7DATA HASIL TES PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX PADA AKHIR PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL NO.NAMA SISWANILAIKETERANGAN

1.NURAFNI65

2.INTAN YUSRA65

3.IRMANISA 60

4.M. FAUZI60

5.AKMARULLAH60

6.HARWALIS60

7.MERI ANDANI55

8.QADRI55

9.NURAFNI55

10.JUANDA50

11.LIDIA50

12.MUHAMMAD FIRDAUS50

13.AGUSMULIADI50

14.M. FAJRI50

15.MUARIF45

16.KHAIRA UMMAH45

17.ZULFAN45

18.FAISAL45

19.SARYULIS45

20.MULIADI45

21.NURUL FITRIA40

22.MUHAMMAD ZUBIR40

23.SAIFULLAH40

24.RUSLI ASNIDAR40

25.RABITAH35

26.ASNIDAR35

27.MUHAMMAD35

28.MAULIDIN30

29.M. FAJRI30

30.SOFIYANA30

31.HARWALIS25

32NURUL HAJIATI25

Lampiran : 7DATA HASIL TES PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-3 PADA AKHIR PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL NO.NAMA SISWANILAIKETERANGAN

1.INTAN MUTIA75

2.MUNAWARAH70

3.ABDULLAH65

4.ISMA ZAHARA65

5.M. FADLON65

6.NURULAINI65

7.RABUMAH65

8.SAIFUL MANAN65

9.ZULKARNAIN65

10.MERI ANDANI60

11.NURAFNI60

12.SULAIMAN60

13.NURMALA60

14.ZULFIKAR60

15.AINUL MARDHIAH55

16.LIDIA55

17.JUANDA55

18.AGUS RIDWAN55

19.FAISAL. A50

20.KHIRIAH50

21.MUNZIR50

22.MUHAMMAD ZAKI 50

23.MULIADI 50

24.RUSLAN50

25.SAIFUL 45

26.ZURIATI45

27.ASMAUL HUSNA40

28.MUHAMMAD AMIN40

29.MANSUR 40

30.NURUL HASNI40

31.HARIANI35

32M. ALI 35

26