MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS...

20
1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI INDONESIA Oleh: Jejen Musfah, Rusydi Zakaria, Ahmad Sofyan, Wahdi Sayuti, Kholis Ridho, Fauzan, Muawam Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta email: [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana model integrasi kurikulum agama dan umum di enam SMP Berbasis Pesantren (SBP). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen, wawancara, dan observasi. Analisis datanya adalah model analisis data mengalir. Langkah analisis model ini, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model integrasi kurikulum agama dan umum di enam SMP Berbasis Pesantren sangat beragam. Keberagaman itu dapat dilihat dari empat aspek. Pertama, aspek pembelajaran. Keenam SMP BP menerapkan model pembelajaran integrasi, yaitu meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit dan keseluruhan yang saling tumpang tindih sebagai titik-tolak kajiannya. Guru pelajaran umum tidak hanya menyampaikan materi sesuai yang tertulis di buku, tetapi menyelipkan nilai-nilai agama, baik melalui penyampaian ayat, hadits, maupun sejarah Nabi dan sahabat. Kedua, aspek penambahan mata pelajaran keagamaan di pesantren maupun di sekolah. Ketiga, aspek pembiasaan melalui kegiatan keagamaan, wajib pesantren, ekstrakurikuler PAI, PHBI, dan perlombaan. Keempat, aspek kebijakan. Kebijakan wajib tidaknya seorang siswa SMP tinggal di pesantren. Kata Kunci: Model, Integrasi Kurikulum, SMP Berbasis Pesantren, Nilai. Pendahuluan

Transcript of MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS...

Page 1: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

1

MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

INDONESIA

Oleh:

Jejen Musfah, Rusydi Zakaria, Ahmad Sofyan, Wahdi Sayuti, Kholis Ridho,

Fauzan, Muawam

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana model integrasi kurikulum agama

dan umum di enam SMP Berbasis Pesantren (SBP). Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen,

wawancara, dan observasi. Analisis datanya adalah model analisis data mengalir.

Langkah analisis model ini, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model integrasi kurikulum

agama dan umum di enam SMP Berbasis Pesantren sangat beragam. Keberagaman itu

dapat dilihat dari empat aspek. Pertama, aspek pembelajaran. Keenam SMP BP

menerapkan model pembelajaran integrasi, yaitu meniadakan batas-batas antara berbagai

mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit dan keseluruhan yang

saling tumpang tindih sebagai titik-tolak kajiannya. Guru pelajaran umum tidak hanya

menyampaikan materi sesuai yang tertulis di buku, tetapi menyelipkan nilai-nilai agama,

baik melalui penyampaian ayat, hadits, maupun sejarah Nabi dan sahabat. Kedua, aspek

penambahan mata pelajaran keagamaan di pesantren maupun di sekolah. Ketiga, aspek

pembiasaan melalui kegiatan keagamaan, wajib pesantren, ekstrakurikuler PAI, PHBI,

dan perlombaan. Keempat, aspek kebijakan. Kebijakan wajib tidaknya seorang siswa

SMP tinggal di pesantren.

Kata Kunci: Model, Integrasi Kurikulum, SMP Berbasis Pesantren, Nilai.

Pendahuluan

Page 2: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

2

Menurut Maliki (2008: 272), pendidikan memiliki peran penyediaan sumber daya

manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Proses pengembangan kualitas

sumber daya manusia merupakan salah satu bentuk perubahan sosial. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin tinggi peluang untuk meningkatkan kualitas daya

saing. Menurut Olivia (1997: 60), kurikulum adalah perangkat pendidikan yang secara

langsung mewakili pendidikan dalam menjawab tantangan masyarakat. Di Indonesia

dikenal ada beberapa model pendidikan di antaranya adalah model pondok pesantren dan

model pendidikan sekolah. Masing-masing model pendidikan tersebut menggunakan

kurikulum yang berbeda.

Pertama, model pendidikan pesantren yang menggunakan kurikulum dengan

tujuan untuk memberikan pemahaman agama, berperan mencetak ahli-ahli agama atau

agamawan. Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 pasal 2, tentang

Pendidikan Keagamaan Islam bahwa penyelenggaraan pendidikan pesantren sebagai

bagian pendidikan keagamaan Islam bertujuan untuk: (a) menanamkan kepada peserta

didik untuk memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt., (b) mengembangkan

kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu

agama Islam (mutafaqqih fi al-din), dan (c) mengembangkan pribadi akhlak al-karimah

bagi peserta didik yang memiliki kesalehan individual dan sosial dengan menjunjung

tinggi jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan sesama umat Islam,

rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, keteladanan, pola hidup sehat, dan cinta

tanah air.

Kedua, model pendidikan sekolah yang menggunakan kurikulum dengan tujuan

untuk memberikan pemahaman pengetahuan umum, mencetak ahli pengetahuan atau

ilmuwan. Sekolah memiliki keunggulan pada pengembangan sains dan teknologi.

Sekolah formal adalah contoh lembaga pendidikan yang berfokus pada faktor kecerdasan

akademik meskipun tidak lantas mengabaikan hal-hal yang bersifat spiritual atau

keagamaan. Hanya saja, sistem pendidikan di sekolah formal memang menekankan

pencapaian prestasi anak didik dalam hal kecerdasan intelektual yang pada akhirnya

bermuara pada berbagai ukuran akademik.

Pesantren dan sekolah memiliki bentuk kurikulum dan keunggulan masing-

masing. Untuk mengakomodasi dikotomi tersebut lahir model Sekolah Berbasis

Page 3: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

3

Pesantren (SBP). SBP berupaya mengintegrasikan keunggulan sistem pendidikan sekolah

dengan penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren. Langkah ini dimaksudkan agar

kultur positif yang berkembang di pesantren dapat diadopsi oleh sekolah dan

diintegrasikan ke dalam bentuk kurikulum dengan berbagai aspek proses pendidikan di

sekolah, yakni dalam proses pembelajaran dan manajemen sekolah.

Sebagai salah satu model pendidikan Islam, SBP mengunakan model integrasi

kurikulum yang dapat menggabungkan dua model kurikulum, yakni model kurikulum

pesantren dan model kurikulum sekolah. Model integrasi kurikulum ini bertujuan untuk

menciptakan sumber daya manusia yang agamawan sekaligus ilmuwan secara utuh,

sehingga dapat berperan utuh dalam sistem sosial kemasyarakatan. SBP merupakan salah

satu fakta sosial, yang muncul karena adanya kesadaran manusia, hasil pemikiran, diskusi

antar lembaga dalam hal ini Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan Nasional,

Centre for Educational Development (CERDEV) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Pesantren, dan Sekolah (Ritzer, 2004: 15).

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015

tercatat ada 302 SBP. Pesantren yang mengelola lembaga pendidikan telah melakukan

perubahan karena kebutuhan masyarakat dan arus globalisasi. Pesantren menjadi dinamis

karena mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. SBP

merupakan model pendidikan unggulan yang mengintegrasikan pelaksanaan sistem

persekolahan yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan sains dan

keterampilan dengan pelaksanaan sistem pesantren yang menitikberatkan pada

pengembangan sikap dan praktik keagamaan, peningkatan moralitas dan kemandirian

dalam hidup.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menurut Lincoln dan Guba

(1985: 39) disebut sebagai “Naturalistik Inquiry”. Menurut Lincoln dan Guba (1985: 27),

“Perencanan penelitian kualitatif adalah skema atau program dari penelitian yang berisi

outline tentang apa yang harus dilakukan oleh peneliti mulai dari pertanyaan sampai pada

analisis dan data final yang dilakukan”. Craswell (1988: 9) mengelompokkan penelitian

Page 4: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

4

kualitatif ke dalam lima pendekatan, yaitu: 1) biography, 2) phenomenology, 3) grounded

theory, 4) etnography, dan 5) case study.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bugin (2007: 68), “Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di

masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan berupaya menarik realitas itu ke

permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang

kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu”.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bina Insani Semarang Jawa Tengah, SMP

Darussalam Banyuwangi Jawa Timur, SMP Darul Muhajirin Praya Lombok, SMP Ali

Maksum Krapyak Jogyakarta, SMP Al Muhajirin Purwakarta Jawa Barat, dan SMP As

Salam Pontianak Kalimantan Barat. Penentuan tempat penelitian didasarkan pada

pertimbangan bahwa integrasi kurikulum di enam SMP berbasis pesantren dilaksanakan

di sana dan terjangkau oleh peneliti.

Waktu penelitian sebagai proses pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi

menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap pengecekan data.

Tahap persiapan adalah tahap pengamatan awal/ penelitian pendahuluan untuk

memantapkan permasalahan penelitian dan menentukan subjek penelitian serta mencari

data/info awal. Pertama, tahap persiapan dilakukan sejak 08 – 11 Agustus 2017. Kedua,

tahap pengumpulan data dan pengolahan data, yaitu wawancara, mengamati, dan mencari

berbagai informasi yang berhubungan dengan fokus dan permasalahan penelitian

mengenai integrasi kurikulum SMP berbasis pesantren. Tahap pengumpulan dan

pengolahan data ini dilaksanakan sejak 17 – 31 Agustus 2017. Ketiga, tahap pengecekan

data, yaitu tahap mengadakan check recheck data guna memperkuat hasil penelitian.

Tahap ini dilakukan selama bulan 3 – 5 September 2017 dengan cara mendiskusikan

kembali mengenai kesimpulan akhir hasil penelitian.

Penarikan sampel penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman (1992: 47)

adalah, “Mengambil sepenggal kecil dari suatu keseluruhan yang lebih besar, dan

penarikannya cenderung menjadi lebih purposif dengan tujuan yang jelas daripada acak.”

Sesuai dengan kebutuhan data, maka dalam penelitian ini yang akan dijadikan sebagai

informan adalah kiai, guru, siswa, santri, dan pengasuh pesantren, dan pihak-pihak yang

Page 5: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

5

terkait dengan integrasi kurikulum sekolah berbasis pesantren di enam SMP berbasis

pesantren, yang ditentukan secara purposive sampling (sampel yang dipilih secara

sengaja oleh peneliti karena yang bersangkutan bisa memberikan informasi terkait

penelitian).

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data

mengalir (flow model). Sejumlah langkah analisis terdapat dalam model ini, yakni

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan

Huberman, 1992: 15-20). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi dokumen, wawancara, dan observasi.

Temuan dan Pembahasan

Pendirian SMP di pesantren bisa dibaca sebagai modernisasi pendidikan

pesantren dengan tujuan melahirkan calon ulama yang intelektual karena membaca

perkembangan dan tuntutan zaman. Menurut Rahman (1984: 54), modernisasi pendidikan

adalah suatu yang penting dalam melahirkan peradaban Islam yang modern. Namun

demikian menurut Mas’ud (2002: 45), sebagai suatu proses yang panjang, modernisasi

pendidikan Islam membutuhkan suatu kerangka konseptual yang jelas dan pasti, sehingga

dapat mengarahkan proses pendidikan Islam yang diselenggarakan.

Penciptaan modernisasi pendidikan Islam harus memadukan unsur keislaman,

keindonesiaan dan keilmuan menuju tercapainya masyarakat madani (Madjid, 1992: 22).

Ditegaskan oleh Sholihin (2011: 44) bahwa modernisasi pendidikan pesantren dilakukan

dengan skala terbatas dan menyentuh beberapa aspek kurikulum, metode dan evaluasi.

Menurut Hasan (2015: 304) terdapat tiga aspek dalam modernisasi pesantren, yaitu

metode, isi materi, dan manajemen.

Siswa yang sekaligus santri atau siswa yang berada di lingkungan pesantren akan

belajar dan melatih karakter baik melalui teladan guru, ustadz, dan, kyai, dan melalui

pembiasaan. Tholkhah dan Barizi (2004: 54-57) menjelaskan bahwa eksistensi pesantren

menjadi kokoh karena dijiwai oleh panca-jiwa pesantren yakni: a) keihkhlasan, b)

kesederhanaan, c) kemandirian, d) jiwa bebas, e) ukhuwah Islamiyah. Pendapat tersebut

diperkuat oleh Masyhud dan Khusnurdilo (2005: 93-94), bahwa ciri-ciri pesantren yaitu:

Page 6: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

6

a) Adanya hubungan akrab antar santri dengan kyai; b) Adanya kepatuhan santri kepada

kyai; c) Disiplin sangat dianjurkan; g) Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia.

Dinamika keilmuan pesantren sebagai fungsi kelembagaan yang memiliki tiga

peranan pokok. Pertama, transmisi ilmu pengetahuan Islam. Kedua, pemeliharaan tradisi

Islam. Ketiga, pembinaan calon-calon ulama. Keilmuan pesantren lebih mengutamakan

penanaman ilmu dari pada pengembangan ilmu. Hal ini terlihat pada tradisi pendidikan

pesantren yang cenderung mengutamakan hafalan dalam transformasi keilmuan di

pesantren (Azra, 1999: 89; Qomar, 2005: 22; Dhofier, 1992: 39). Perpaduan sistem

pesantren dengan sistem sekolah bisa melahirkan calon ulama yang tidak hanya

memahami ilmu agama tetapi juga pengembangan ilmu agama.

Santri tidak hanya belajar mengasah kemampuan akal tetapi melakukan

pembiasaan yang bisa menguatkan hatinya untuk memiliki karakter yang baik, seperti

membaca Alquran, shalat, dan puasa. Kontribusi pesantren terhadap dunia dalam

menghadapi arus globalisasi dan industrialisasi lebih besar, khususnya untuk

menyeimbangkan akal dan hati (Tafsir, 2001: 192). Pendapat tersebut dipertegas oleh

Siradj (1999: 202) yang mengemukakan bahwa terdapat dua alasan atas kehadiran

pesantren yang dikatakan unik yakni pertama, sebagai respon terhadap situasi dan

kondisi suatu masyarakat yang dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral atau bisa

disebut perubahan sosial. Kedua, sebagai wadah menyebarluaskan ajaran universalitas

Islam ke seluruh pelosok nusantara. Menurut Azra (2000: 51), “pesantren harus

menumbuhkan apresiasi yang sepatutnya terhadap semua perkembangan yang terjadi di

masa kini dan mendatang, sehingga dapat memproduksi ulama yang berwawasan luas.”

Kurikulum Pesantren dan Sekolah

Pesantren dapat menetapkan sendiri kurikulumnya (Zarkasyi, 2005: 84),

sedangkan kurikulum sekolah ditentukan oleh pemerintah pusat. Kurikulum adalah

rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional,

materi yang perlu dipelajari, dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai

kemampuan tersebut dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat

pencapaian kemampuan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan

pendidikan tertentu (Hamalik, 2006: 91; Hidayat, 2013: 23).

Page 7: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

7

Secara umum, terdapat tiga kelompok bidang keilmuan di pesantren. Pertama,

teknis seperti Fiqh, Ilmu Mustholah Hadits, Ilmu Tafsir, Hisab, Mawaris, dan Ilmu Falaq.

Kedua, hafalan seperti pelajaran Al-Qur’an dan ilmu bahasa Arab. Ketiga, ilmu yang

bersifat membina emosi keagamaan seperti Akidah, Tasawuf dan Akhlaq. Sedangkan,

secara khusus terdapat perbedaan kurikulum yang diterapkan dalam pesantren salaf dan

khalaf (Mas’ud, 2002: 73).

Pesantren salaf memiliki kurikulum yang bervariasi karena ditentukan oleh kyai.

Secara umum, pengajaran di pesantren salaf adalah kitab-kitab klasik. Seiring dengan

perkembangannya lembaga pesantren salaf yang berubah menjadi khalaf tidak hanya

mengajarkan kitab-kitab klasik, tapi juga ilmu-ilmu umum (Zarkasyi, 2005: 83-84).

Akhirnya, berbagai variasi materi pembelajaran di pesantren tersebut memberikan

dampak terhadap pemunculan ciri khas setiap pesantren. Ciri khas tersebut dapat berupa

spesialisasi jenis keahlian, misalnya pesantren yang unggul bidang Fiqh, ushul Fiqh, dan

lain sebagainya (Zarkasyi, 2005: 84).

Pesantren salafi identik dengan hakikat pesantren. Pesantren salafi dapat dimaknai

sebagai pesantren yang mempertahankan pelajaran dengan kitab-kitab klasik dan tanpa

diberikan pengetahuan umum. Metode pengajarannya adalah sorogan dan weton,

sedangkan sistem madrasah hanya untuk memudahkan model pengajaran tersebut

(Dhofier, 1992: 60; Yasmadi, 2002: 70; Khosin, 2006: 101). Selain pesantren salafi, juga

terdapat pesantren khalafi, yang berarti modernitas, yakni bersifat inklusif terhadap

globalisasi. Desain yang dikembangkan adalah dengan menerapkan pengajaran klasikal

(madrasah) yang memadukan ilmu agama dan umum, bahkan memberikan pendidikan

keterampilan kepada santrinya (Khosin, 2006: 101).

Pesantren juga mengalami pengembangan kurikulum layaknya madrasah, yaitu

keterampilan. Contohnya keterampilan beternak, bertani, dan berkoperasi. Keterampilan

tersebut bertujuan agar pesantren dapat meningkatkan kiprahnya dalam penerapan

teknologi dan manajemen perekonomian modern, yang berguna bagi modernisasi

kehidupan masyarakat di sekitarnya (Haq, 2009: 91). Selain materi pembelajaran, metode

pembelajaran di pesantren juga sangat bervariasi. Metode dapat dipahami sebagai sebuah

cara dalam menyajikan materi pendidikan. Beberapa metode tersebut di antaranya:

sorogan, wetonan/ bandongan, halaqah, hafalan, muhawarah, mudzakarah, dan majlis

Page 8: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

8

ta’lim (Zarkasyi, 2005: 72-77). Siswa di SBP tidak hanya bisa menguasai ilmu-ilmu

agama, ilmu umum, tetapi menguasai juga keterampilan tertentu yang bisa membuatnya

mengembangkan keterampilan tersebut di masyarakat atau menjadi seorang pengusaha

bidang pertanian, peternakan, atau lainnya.

Mata pelajaran SMP terdiri dari 13, yaitu: IPA, Matematika, IPS, Agama, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Penjaskes, Seni Budaya,

Keterampilan, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK), Bimbingan Konseling, dan

Muatan Lokal. Pada umumnya SMP mengajarkan 13 mata pelajaran tersebut, sehingga

muatan agamanya kurang.

SBP memberikan pelajaran agama yang lebih banyak daripada sekolah, baik

melalui penambahan waktu, penambahan mata pelajaran agama, maupun penambahan

ekskul keagamaan. SBP merupakan pilihan masyarakat yang menginginkan

keseimbangan pendalaman ilmu agama dan ilmu umum, karena madrasah mungkin

dianggap terlalu agama sentris, apalagi pesantren. Paduan kurikulum pesantren dan

sekolah dianggap formula tepat membekali anak-anak untuk hidup di masa kini dan

mendatang.

SBP: Integrasi Kurikulum Sekolah dan Pesantren

Integrasi adalah perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan, dan keseluruhan

(Nasution, 1994: 195-196; Dahlan, 2003: 322). Implementasi integrated curriculum

mendasarkan diri pada belajar yang berpusat pada diri anak, bersifat life concerned, yaitu

langsung berhubungan dengan aspek kehidupan, dan dihadapkan pada situasi yang

mengandung masalah, memajukan perkembangan sosial, dan direncanakan bersama antar

guru dengan murid (Dawam dan Ta’arifin, 2005: 60).

Kurikulum integratif adalah bentuk organisasi kurikulum yang menghilangkan

batas-batas antara berbagai mata pelajaran. Mata pelajaran digabungkan dan disajikan

menjadi satu kesatuan unit (Nurgiantoro, 1998: 119; Suryosubroto, 2005: 15). Kurikulum

yang terintegrasi diasumsikan dapat menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup

peserta didik. Dalam hal ini dapat memberikan pengetahuan tentang nilai dan pegangan

hidup di masa depan serta membantu peserta didik dalam mempersiapkan kebutuhan dan

Page 9: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

9

pengalaman hidup yang esensial untuk menghadapi dinamika kehidupan (Dawam dan

Ta’arifin, 2005: 59; Suryosubroto, 2005: 15)

Beberapa kelebihan kurikulum integratif adalah: a) segala permasalahan yang

dibicarakan dalam unit sangat berkaitan erat; b) sangat sesuai dengan perkembangan

modern tentang belajar mengajar; c) memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan

masyarakat; d) sesuai dengan ide demokrasi, dimana siswa dirangsang untuk berfikir

sendiri dan memikul tanggung jawab bersama dan bekerjasama dalam kelompok; dan e)

penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan individu, minat dan kematangan siswa

baik dan secara individu maupun secara kelompok (Triantoro, 2007: 39).

Model Integrasi Kurikulum

Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, dan proses

pembelajaran yang akan diikuti peserta didik pada berbagai tahap perkembangan

pendidikan (Oliva, 1982: 34). Hubungan integral antara sekolah dan pesantren,

khususnya dalam aspek kurikulum secara umum dikenal dengan konsep integrasi ilmu

sains dan agama. Integrasi tersebut dilaksanakan dengan berbagai model. Integrasi ilmu

dan agama merupakan integrasi yang bersifat integratif-holistik yaitu, eksistensi ilmu

umum dan ilmu agama saling bergantung satu sama lain. Namun, masih adanya anggapan

masyarakat yang menyatakan bahwa tidak terdapat kaitan antara ilmu pengetahuan umum

dengan agama (Kertanegara, 2005: 19-31).

Pendapat berbeda menyebutkan bahwa ilmu agama merupakan asal mula semua

cabang ilmu pengetahuan. Ditegaskan bahwa pada masa Islam klasik, intelektual Islam

mampu mengembangkan dan mengislamkan ilmu pengetahuan modern. Contohnya

terdapat nama ilmu pengetahuan dan teknologi modern barat berasal dari bahasa Islam

(Yasmadi, 2002: 126). Hematnya, ilmu umum dan agama dapat saling terintegrasi satu

sama lain, terlepas dari berbagai anggapan dan paradigma yang muncul.

Eksistensi ilmu umum dan ilmu agama sebagai satu kesatuan yang saling

bergantungan dapat dicapai dengan berbagai pendekatan. Pendekatan kurikulum

keterpaduan (integrated curriculum) merupakan suatu sistem totalisme yang terdiri dari

komponen-komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen

dengan komponen maupun antar komponen dengan keseluruhan (Sa’ud, 2008: 113).

Page 10: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

10

Pendekatan tersebut merupakan jembatan khusus dalam pencapaian kolaborasi yang

menarik, berkualitas dan terpadu. Lawson (1995: 27), menyatakan bahwa terdapat dua

perbedaan pendekatan yang esensial antara sains dan agama. Agama mempercayai

sesuatu berdasarkan keyakinan, sementara sains mempercayai sesuatu berdasarkan

evaluasi fakta dan penalaran. Meskipun demikian, kebenaran dalam agama adalah kekal

sementara kebenaran dalam sains hanya bersifat tentatif (sementara).

Selain perbedaan pendekatan terhadap ilmu sains dan agama tersebut, terdapat

sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam integrasi kurikulum sekolah dan

pesantren, yaitu pendekatan integratif-interkonektif. Pendekatan integratif-interkonektif

adalah pendekatan yang berusaha saling menghargai; keilmuan umum dan agama, sadar

akan keterbatasan masing-masing dalam memecahkan persoalan manusia, sehingga

melahirkan kerjasama, setidaknya saling memahami pendekatan dan metode berpikir

antara dua keilmuan tersebut (Abdullah, 2008: 242). Ditegaskan oleh Machali (2014: 1).

interkoneksi menghendaki adanya persinggungan antar setiap bidang keilmuan tersebut.

Berbagai bidang keilmuan dapat diintegrasikan baik secara utuh maupun parsial,

menjadi satu kesatuan yang dapat diberikan kepada peserta didik dengan tujuan

pengembangan kompetensi. Menurut Kartanegara (2005: 193), terdapat kelompok mata

pelajaran yang harus terintegrasi dengan nilai-nilai Islami dalam pembelajaran tersebut

antara lain: agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu

pengetahuan dan teknologi, estetika, dan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Pengintegrasian ilmu agama dan ilmu umum melalui proses pembelajaran di kelas

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut Adawiyah (2016: 121), terdapat dua cara

integrasi mata pelajaran agama ke ilmu umum, yaitu: Pertama, melalui pencarian dasar

dan padanan konsep, teori mata pelajaran umum yang digali dari Alquran dan hadits Nabi

dan pendapat para ulama. Kedua, dengan cara mengambil atau mempelajari konsep dan

teori mata pelajaran umum kemudian dipadukan dengan mata pelajaran PAI. Pendapat

lain dikemukakan oleh Mustafa dan Aly (1998: 143), bahwa terdapat dua cara yang

memungkinkan untuk menghubungkan materi agama dengan materi yang lain, yakni cara

okasional dan cara sistematis. Pertama, cara okasional (korelasi), yaitu dengan cara

menghubungkan bagian dari satu pelajaran dengan bagian dari pelajaran lain. Kedua, cara

sistematis, yaitu dengan cara menghubungkan bahan-bahan pelajaran lebih dahulu

Page 11: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

11

menurut rencana tertentu sehingga bahan-bahan itu seakan-akan merupakan satu kesatuan

yang terpadu.

Integrasi kurikulum memiliki beberapa model: a) pengintegrasian dalam satu

disiplin ilmu (within single diciplines), yaitu mengintegrasikan tema-tema yang relevan

dalam satu rumpun saja. Bagian ini terdiri dari tiga model, yaitu model fragmented,

model connected, dan model nested; b) pengintegrasian beberapa disiplin ilmu (accros

several diciplines), yaitu mengintegrasikan dalam disiplin ilmu yang berbeda. Bagian ini

terdiri dari lima model, yaitu model sequenced, model shared, model webbed, model

threaded, dan model integrated; dan c) pengintegrasian dalam satu dan beberapa disiplin

ilmu (within and across learner), yaitu mengintegrasikan antara bidang ilmu yang

serumpun dengan bidang ilmu yang berbeda, misalnya antara tema agama dengan ilmu

IPA, IPS dan lain sebagainya. Dalam bagian ini terdiri dari dua model, yaitu model

immerse dan model networked (Triantoro, 2007: 40; Kurniawan, 2011: 54-64; Fogarty,

1991: 4-96).

Dalam rangka integrasi ilmu agama dan sains, model-model pembelajaran yang

cocok untuk diaplikasikan ke dalam PAI, antara lain: model connected, sequenced, dan

integrated. Pertama, model connected merupakan model pelajaran terpadu yang

menghubungkan antara topik atau konsep atau skill yang satu dengan yang lainnya.

Kedua, model sequenced (berurutan) merupakan model pembelajaran yang melakukan

pemanduan melalui urutan topik dan konsep pada masing-masing materi pelajaran yang

dihubungkan berdasarkan kesamaan ide, kemudian disajikan secara pararel atau

berbarengan dalam waktu yang bersamaan. Ketiga, model pembelajaran integrasi, yaitu

meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran

dalam bentuk unit dan keseluruhan yang saling tumpang tindih sebagai titik-tolak

kajiannya (Nasution, 2008: 207-208; Djazuli, 2002: 14; Ikhwan, 2014: 187-188). Model

ini bisa digambarkan sebagai berikut.

Integrasi Nilai dalam Semua Mapel

Integrasi kurikulum keagamaan dilakukan melalui berbagai cara sebagai berikut:

1) Integrasi nilai ke dalam semua mata pelajaran, 2) Penambahan mata pelajaran agama

Page 12: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

12

di sekolah, 3) Mengaji Kitab Kuning, 4) Wajib pesantren, 5) Ekskul PAI, 6) PHBI, 7)

Ekstrakurikuler PAI, dan 8) Perlombaan. Dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut.

Tabel 1

Integrasi Kurikulum Agama dan Umum di Enam SMP Berbasis Pesantren

Integrasi kurikulum Bina

Insani Darussalam

Darul

Muhajirin

Ali

Maksum

Al-

Muhajirin

As-

Salam

Integrasi nilai dalam

semua mapel √ √ √ √ √ √

Penambahan Mapel

Agama ke Sekolah √ √ ─ √ √ √

Kitab kuning √ √ √ √ √ √

Wajib pesantren ─ ─ ─ √ √ √

Habituasi kegiatan

keagamaan √ √ √ √ √ √

Ekskul PAI √ √ √ √ √ √

PHBI √ √ √ √ √ √

Perlombaan √ ─ ─ √ √ √

Keenam SMP berbasis pesantren menerapkan model pembelajaran integrasi, yaitu

meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran

dalam bentuk unit dan keseluruhan yang saling tumpang tindih sebagai titik-tolak

kajiannya. Guru pelajaran umum tidak hanya menyampaikan materi sesuai yang tertulis

di buku, tetapi menyelipkan nilai-nilai agama, baik melalui penyampaian ayat, hadits,

maupun sejarah Nabi dan sahabat.

Sistem kurikulum yang dikembangkan SMP Plus Darussalam adalah kombinasi

antara terpisah, tersendiri, dan integrasi. Pertama, tersendiri. Mapel dengan kategori

natural sciencies seperti biologi, kimia, matematika dan teknologi informasi diajarkan

dengan rumus, teori dan praktik yang murni sesuai keilmuannya. Tetapi nilai yang

ditanamkan pada santri adalah semua ilmu pengetahuan adalah dari Allah Swt.

Page 13: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

13

Kedua, terpisah. Materi PAI sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum

pendidikan nasional diberikan secara khusus di sekolah meskipun subtansinya tercakup

dalam semua kegiatan keagamaan di lingkungan pondok pesantren. Demikian pula

materi-materi ilmu agama di lingkungan pondok pesantren tidak secara langsung menjadi

bagian dari mapel PAI di sekolah, meskipun subtansi materinya saling terkait.

Ketiga, terintegrasi. Mapel dengan kategori social sciences dan humaniora seperti

IPS, Seni Budaya, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Olahraga, Bahasa Asing, dan

pendidikan kewarganegaraan diberikan secara bersamaan di lingkungan sekolah dan

pesantren. Termasuk rumusan nilai dan norma pada mapel umum sering dimasukkan

kajian keislaman guna memperluas cakrawala berpikir anak-anak santri dalam

memahami ilmu pengetahuan.

Penambahan Mapel Agama ke Sekolah

Dari enam SBP, hanya SBP Darul Muhajirin yang tidak menambah mata

pelajaran ke pembelajaran SMP. Selebihnya, memasukan mapel kegamaan ke kurikulum

SMP, dengan kekhasannya masing-masing. SMP Darul Muhajirin Kota Praya, Lombok

Tengah, menambahkan tiga mata pelajaran keagamaan atau kepesantrenan: Tahfizul

Quran, Tahsinul Quran, dan Hadits. Masing- masing dua jam pelajaran dalam seminggu.

Siswa yang tidak mukim di pesantren mendapatkan porsi belajar agama lebih banyak

daripada SMP reguler atau non SBP.

Siswa SMP Darul Muhajirin yang tidak menjadi santri mendapatkan tiga mapel

keagamaan, yaitu: tahfizul quran, tahsinul quran, dan hadits. Siswa SMP Plus Bina Insani

Semarang Jawa Tengah wajib mengikuti program tahsin (membaguskan bacaan) Alquran

secara talaqqi atau musafahah (bertatap muka) kepada Kyai/Nyai atau ustadz/ustadzah

secara langsung per-individu hingga tamat 30 juz bin nazhar (secara baca). Juga wajib

hafal Alquran Juz ‘Amma selama belajar di tinggkat SMP dan yang berbakat diarahkan

untuk menghafal Alquran 30 juz, 20, atau 10 juz.

SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta memiliki Program Intensif Tahfidz Al-

Quran dan Tahsin Al-Quran, Hafalan dan Pemahaman Hadits-hadits Rasulullah.

Berbeda dengan model SBP lainnya, pendidikan keagamaan SMP Ali Maksum

Krapyak Bantul Yogyakarta dibagi menjadi 2 (dua) program, yaitu: (1) Program reguler;

Page 14: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

14

dan (2) Program Tahfidh. Siswa yang berniat mendalami Alquran lebih dalam

ditempatkan di Program Tahfidh.

SMP Berbasis Pesantren memiliki distingsi penambahan mapel keagamaan dalam

pelajaran sekolah, juga melalui target hafalan Alquran dan hadits bagi siswa. Hal ini tidak

ada dalam SMP reguler atau non SBP. Lulusan SBP lebih mumpuni dalam bidang

keagamaan dibanding alumni SMP non SBP, apalagi SBP yang mewajibkan siswanya

nyantri. Penguasaan ilmu keagamaan mereka akan bagus karena belajar kitab kuning dan

ilmu alat untuk membaca kitab gundul (tanpa harakat).

Mengaji Kitab Kuning (Agama)

Siswa SBP yang mukim di pesantren seperti Ali Maksum, Al-Muhajirin, dan As-

Salam, akan mendapatkan pendalaman ilmu agama melalui kajian kitab kuning secara

intensif. Hal ini berbeda dengan siswa SBP di Bina Insani, Darussalam, dan Darul

Muhajirin, meski diajarkan kitab kuning, tetapi kurang maksimal karena tidak mukim.

Waktu belajar kitab kuning atau kitab agama siswa yang mukim dan tidak mukim

tentu sangat jauh berbeda. Pengajaran kitab kuning menjadi keunggulan SBP, karena

selain siswa belajar ilmu-ilmu umum di pagi hingga siang hari, siswa juga belajar agama

di sore, malam, dan pagi hari. Hal ini akan melahirkan lulusan SBP memiliki

keseimbangan antara ilmu agama dan umum, meskipun memerlukan konsentrasi dan

kesungguhan belajar, serta kemampuan membagi waktu yang baik.

SMP Plus Darussalam Banyuwangi Jawa Timur mengaji kitab Ihya Ulumuddin,

Tafsir Jalalain, Fathul Qorib, dan Kitab Ilmu Alat (Jurumiyah dan Imrity), serta kegiatan

Jam’iyyatul Qurro’ Wal Huffadz (Seni Baca Al Qur’an dan Hafalan). Kitab yang dikaji di

SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta adalah: ‘Imriti, Kailani, Safinah, Tamyiz,

Jurumiyah, Amtsilatut Tasyrif, Aqidatula Awam, Ta’limul Muta Álim, Tijan Durori, dan

lainnya. SBP lainnya tidak berbeda dalam hal memilih kitab kuning. Umumnya

mengkaji kitab kuning yang sama dengan yang dilakukan oleh SBP Darussalam dan Al-

Muhajirin. Pada umumnya kitab kuning adalah kitab gundul, yaitu kitab yang tidak

memakai harakat sehingga memerlukan penguasaan nahwu dan sharaf, serta bahasa Arab,

untuk bisa membacanya.

Page 15: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

15

Santri tidak hanya membaca kitab kuning, mereka juga menghafalnya. Di SBP

Darul Muhajirin Praya Lombok, kitab yang dihafal oleh santri adalah kitab Matan

Jurumiyah, Amsilatul Jadidah, Juz Amma, Hadis Arbain, dan Imriti. Menghafal kitab

kuning sudah menjadi tradisi pesantren di Nusantara, termasuk SBP. Metode pengajaran

kitab kuning adalah dengan sorogan dan musyawarah atau diskusi.

Penguatan Keagamaan Lainnya

Penguatan nilai keislaman juga disampaikan melalui amaliyah atau habituasi

kegiatan keagamaan, ekskul PAI, PHBI, dan perlombaan. 1) habituasi kegiatan

keagamaan di SBP Bina Insani di antaranya adalah: jamaah salat wajib dan sunah,

mengaji dan menghafal Alquran, tahlilan, shalawatan, dan wisata religi. Pengamalan

kegiatan keagamaan dalam keseharian santri atau siswa di pesantren dan di sekolah

membentuk kebiasaan positif mereka dalam menjalankan perintah agama. Habituasi ini

sangat penting dalam membentuk karakter siswa yang akan dibawanya sampai dewasa.

Kemauan melaksanakan ajaran agama adalah inti pembelajaran dan pendidikan agama.

2) ekstrakurikuler PAI di SBP Darussalam di antaranya: seni baca Alquran

(Jam’iyyatul Qurro’ Wal Huffadz), seni sholawat hadrah/ rebana (Liwaul Muridin), dan

pidato (Maziyyatul Fata). Pelatihan keterampilan keagamaan yang diwadahi dalam

ekskul dapat menyalurkan bakat anak dalam bidang tertentu. Penyaluran bakat anak

dalam bidang keagamaan hingga ia menguasainya dengan baik bisa menjadi bekal

hidupnya kelak. Misal, kemampuan membaca seni Alquran yang baik bisa menjadi

profesi yang menjanjikan; demikian pula orang yang memiliki hafalan Alquran yang baik

bisa menjadi imam shalat di masjid-masjid besar di dalam maupun di luar negeri.

3) Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) sudah menjadi tradisi di sekolah dan

pesantren, seperti peringatan turunnya Alquran, kelahiran Nabi Muhammad, idul fitri,

dan idul adha. Sekolah biasanya mengundang penceramah untuk menyampaikan hikmah

Alquran, keutamaan Nabi, Bulan Ramadhan, Zakat, dan Qurban. PHBI bukan hanya

sekedar seremonial yang menghabiskan dana tanpa manfaat atau kegiatan sia-sia alias

pemborosan. PHBI mengandung nilai-nilai utama seperti silaturahim antar sesama

muslim, kesatuan umat, dan belajar nilai-nilai agung dari Alquran dan Muhammad,

misalnya.

Page 16: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

16

4) Perlombaan. Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta mengadakan lomba

Pekan Musabaqoh Qiroatil Kutub (PESBUQ) yang diadakan di halaman kampus 1

Pondok. Kegiatan ini merupakan ajang untuk menyaring santri yang ada di Kampus 1 dan

Kampus 3 dalam kegiatan Musabaqoh Qiroatil Kutub yang akan diadakan di Tingkat

Kabupaten. Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 hari berturut-turut. Perlombaan

mendorong santri untuk giat berlatih. Latihan yang dilakukan secara rutin akan

menjadikan santri mahir membaca kitab kuning.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model integrasi kurikulum agama dan umum di enam SMP Berbasis Pesantren

sangat beragam. Keberagaman itu dapat dilihat dari empat aspek. Pertama, aspek

pembelajaran. Keenam SMP berbasis pesantren menerapkan model pembelajaran

integrasi, yaitu meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan

bahan pelajaran dalam bentuk unit dan keseluruhan yang saling tumpang tindih sebagai

titik-tolak kajiannya. Guru pelajaran umum tidak hanya menyampaikan materi sesuai

yang tertulis di buku, tetapi menyelipkan nilai-nilai agama, baik melalui penyampaian

ayat, hadits, maupun sejarah Nabi dan sahabat. Kedua, aspek penambahan mata pelajaran

keagamaan di pesantren maupun di sekolah. Ketiga, aspek pembiasaan melalui kegiatan

keagamaan, wajib pesantren, ekstrakurikuler PAI, PHBI, dan perlombaan. Keempat,

aspek kebijakan. Kebijakan wajib tidaknya seorang siswa SMP tinggal di pesantren.

B. Rekomendasi

Dari kesimpulan di atas dapat dibuat rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah SBP agar meningkatkan kompetensi guru khususnya

terkait pembelajaran berbasis nilai.

2. Kepada guru agar senantiasa belajar terkait model integrasi kurikulum yang

diterapkan di SBP.

3. Kepada kiai agar meningkatkan kompetensi ustadz dalam bidang keilmuan sains

yang diterapkan di SBP.

Page 17: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

17

4. Kepada ustadz agar menambah wawasan bidang keilmuan sains yang diterapkan

di SBP.

5. Kepada Kantor Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan tingkat

kabupaten/kota agar mengagendakan pelatihan guru dan ustadz SBP terkait materi

model integrasi kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. 2008. Desain Pengembangan Akademik IAIN menuju UIN Sunan

Kalijaga: dari Pendekatan Dikotomis-Anatomis ke Arah Integratif-Interdisiplinary,

dalam Bagir, Zainan Abidin. Integrasi Ilmu dan Agama. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Adawiyah, Rabiatul. “Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran Kurikulum PAI;

Perspektif Islam dan Barat serta Implementasinya”, dalam Jurnal Al-Banjari, Vol.

15, No. 1, Januari-Juni, 2016, h. 99-124.

Azra, Ayumardi. 2000. Pendidikan Islam,Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium

Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Azra, Azyumardi. 1999. Esai-Esai Intelektual Muslim Pendidikan Islam. Jakarta: Logos

Wacana Ilmu.

Dahlan, M dkk. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. Surabaya: Target

Press.

Dawam, Ainurrafiq dan Ahmad Ta’arifin. 2005. Manajemen Madrasah Berbasis

Pesantren. Yogyakarta: Lista Farista Putra.

Dhofier, Zamakhsyari. 1992. Tradisi Pesantren: Studi Atas Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta: LP3ES.

Djazuli, Ahmad. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar

dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Page 18: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

18

Fogarty, Robin. 1991. The Mind School; How to Integrate The Curricula. Illions:

Skylight Publishing.

Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya.

Haq, Hamka. 2009. Islam: Rahmah untuk Bangsa. Jakarta: RMBOOKS. Rakyat

Merdeka Group.

Hasan, Muhammad. 2015. Inovasi dan Modernisasi Pendidikan Pondok Pesantren. Jurnal

Sosial dan Budaya Keislaman. Vol. 23 No. 2 Desember.

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Rosda.

Ikhwan, Afiful. “Integrasi Pendidikan Islam; Nilai-nilai Islami dalam Pembelajaran”,

dalam Jurnal Ta’allum, Volume 02, Nomor 2, November 2014, h. 179-194.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah, Direktorat Pembinaan SMP. 2016. Laporan Monitoring dan Evaluasi

Program Sekolah Berbasis Pesantren. Jakarta.

Kertanegara, Mulyadi. 2005. Integrasi Ilmu; Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung:

Mizan Pustaka.

Khosin. 2006. Tipologi Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.

Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu; Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung:

Pustaka Cendekia Utama. Cet. 1.

Lawson, A. E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking. Belmont, CA:

Wadsworth.

Machali, Imam. “Implementasi Pendekatan Integrasi-Interkoneksi dalam Kajian

Manajemen dan Kebijakan Islam”, pada Seminar Nasional tanggal 15-16 Oktober

2014 oleh PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi PI.

Page 19: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

19

Madjid, Nurcholish. 1992. Islam: Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusian, dan Kemodernan. Jakarta: Paramadina.

Maliki, Zainuddin. 2008. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Mas’ud, Abdurrahman et. al. 2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Pendidikan Islam Non Dikotomik, Humanisme

Religius Sebagai Paradima Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gema Media.

Masyhud, Sulthon dan M. Khusnurdilo. 2005. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta:

Diva Pustaka.

Mustafa, A. & Aly, Abdullah. 1998. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung:

CV Pustaka Setia.

Nasution, S. 2008. Asas-asas Kurikulum, Cet. VIII. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. 1994. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiantoro, Burhan. 1998. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: BPFE.

Oliva, Petter F. 1982. Developing the Curiculum. Canada: Boston Little Brown and

Company.

Peraturan Menteri Agama nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam.

Qomar, Mujamil. 2005. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahman, Fazlur. 1984. Islam, Ter. Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka.

Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, trj. Alimandan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 20: MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39929/1/jejen... · 1 MODEL INTEGRASI KURIKULUM SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (SBP) DI

20

Sa’ud, Udin Syaefudin. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sholihin, Mohammad Muchlis. 2011. Modernisasi Pendidikan Pesantren, Jurnal Tadrîs,

Volume 6. Nomor 1 Juni.

Siradj, Said Aqil (et.al). 1999. Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah.

Suryosubroto, 2005. Tata Laksana Kurikulum. Jakarta. Rineka Cipta.

Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tholkhah, Imam dan Ahmad Barizi. 2004. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Triantoro. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholis Madjid Terhadap

Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.