Model Existential

4
Model existential Menurut teori model eksistensial, gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body magenya. Prinsip dalam proses terapinya adalah mengupayakan agar individu berpengalaman dan bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain dianggap sukses, atau di anggap sebagai panutan (experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara instropeksi (self assesment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri, dan menerima kritik atau feedback tentang perilaku dari orang lain serta dapat mengontrol perilakunya (encourage to accept self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapis berupaya untuk memperluas kesadaran diri pasien melalui feedback, kritik, saran, atau reward dan punishment. Para ahli teori eksistensial yakin bahwa penyimpangan perilaku terjadi ketika individu berada di luar pengaruh dirinya sendiri atau lingkungan. Individu yang terasing dari dirinya sendiri merasa sepi, sedih, dan tidak berdaya. Kurangnya kesadaran diri disertai kritik tajam terhadap diri sendiri membuat individu tidak berpatisipasi dalam hubungan yang memuaskan. Individu tidak bebas memilih semua alternatif

description

Nursing

Transcript of Model Existential

Page 1: Model Existential

Model existential

Menurut teori model eksistensial, gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila

individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami

gangguan dalam body magenya. Prinsip dalam proses terapinya adalah mengupayakan agar

individu berpengalaman dan bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain

dianggap sukses, atau di anggap sebagai panutan (experience in relationship), memperluas

kesadaran diri dengan cara instropeksi (self assesment), bergaul dengan kelompok sosial dan

kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri, dan

menerima kritik atau feedback tentang perilaku dari orang lain serta dapat mengontrol

perilakunya (encourage to accept self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah

klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk

mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi

aktivitas kelompok. Terapis berupaya untuk memperluas kesadaran diri pasien melalui

feedback, kritik, saran, atau reward dan punishment.

Para ahli teori eksistensial yakin bahwa penyimpangan perilaku terjadi ketika individu

berada di luar pengaruh dirinya sendiri atau lingkungan. Individu yang terasing dari dirinya

sendiri merasa sepi, sedih, dan tidak berdaya. Kurangnya kesadaran diri disertai kritik tajam

terhadap diri sendiri membuat individu tidak berpatisipasi dalam hubungan yang memuaskan.

Individu tidak bebas memilih semua alternatif yang mungkin karena batasan yang ditetapkan

pada diri sendiri. Ahli teori eksistensial yakin individu tersebut menghindari tanggung jawab

personal dan menyerahkannya pada keinginan atau tuntutan orang lain.

Semua terapi eksistensial memiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran

autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan

pilihan ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan

memandang masa depan.

Terapi Existential

Terapi Kognitif

Banyak ahli terap eksistensial menggunakan terapi kognitif, yang berfokus pada

pemrosesan pikiran dengan segara, yakni berfokus pada pemrosesan pikiran dengan segera,

Page 2: Model Existential

yakni bagaimana individu mempersepsikan atau menginterprestasi pengalamannya dan

menentuka cara ia merasa dan berperilaku. (Beck & Rush, 1995).

Terapi Emotif Rasional

Albert Ellis, perintis terapi emotif rasional, mengidentifikasi 11 “keyakinan tidak

rasional” yang digunakan individu untuk membuat diri mereka tidak bahagia. Contoh

keyakinan yang tidak rasional ialah, “Jika saya mencintai seseorang, ia juga harus mencintai

saya.” Ellis menyatakan bahwa terus-menerus meyakini pernyataan yang secara jelas tidak

benar ini akan membuat individu sama sekali tidak bahagia, tetapi ia akan meyalahkan

individu yang tidak membalas cintanya. Ellis juga yakin bahwa individu memiliki “pikiran

otomatis” yang menyebabkan mereka tidak bahagia pada situasi tertentu. Ia menggunaka

teknik ABC untuk membantu individu mengidentifikasi pikiran otomatis ini: A merupakan

stimulus atau peristiwa yang mengaktifkan, C merupakan respons tidak tepat yang

berlebihan, dan B merupakan ruang kosong dalam pikiran individu yang ia harus isi dengan

megidentifikasi pikiran otomatis.

Viktor Frankl dan Logoterapi

Mendasarkan keyakinan pada observasinya tentang individu di kamp konsentrasi di

Jerman pada Perang Dunia II. Keingintahuannya tentang mengapa beberapa individu

bertahan hidup sedangkan yang lain tidak, mengarahkannya pada kesimpulan bahwa individu

yang bertahan mampu menemukan makna hidup, bahkan dalam kondisi yang sangat buruk.

Oleh karena itu, pencarian makna (logos) merupakan tema utama dalam logo terapi

Terapi Gestalt

Terapi ini dirintis oleh frederick “Fritz” Perls, menekankan identifikasi perasaan dan

pikiran individu saat ini. Perls yakin bahwa kesadaran diri menyebabkan penerimaan diri dan

tanggung jawab terhadap pikiran dan perasaan individu sendiri.

Terapi Realitas

William Glasser menggunakan pendekatan yang disebut terapi realitas, yang berfokus

pada perilaku individu dan bagaimana perilaku tersebut membuat individu terus mencapai

tujuan hidup. Ia mengembangkan pendekatan ini saat menangani individu yang berperilaku

buruk, berprestasi tidak memuaskan disekolah, dan mengalami masalah emosional. Ia yakin

bahwa individu yang tidak berhasil sering menyalahkan orang lain, sistem, atau masyarakat

Page 3: Model Existential

untuk masalah mereka. Ia yakin mereka perlu menemukan identitas diri melalui perilaku

yang bertanggung jawab. Pada terapi realitas, klien ditantang untuk mempelajari cara

perilaku mereka menghambat upaya untuk mencapai tujuan hidup.

Referensi :

Buku ajar keperawatan jiwa / Sheila L. Videbeck ; alih bahasa, Renata Komalasari, Alfrina Hany ; editor edisi

bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni. – Jakarta : EGC, 2008.