MODAL KELUARGA, STRATEGI NAFKAH, DAN … · buruh pemetik teh di Desa Purwabakti, ... Definisi...

45
MODAL KELUARGA, STRATEGI NAFKAH, DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH PEMETIK TEH NURUL SALIMAH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

Transcript of MODAL KELUARGA, STRATEGI NAFKAH, DAN … · buruh pemetik teh di Desa Purwabakti, ... Definisi...

i

MODAL KELUARGA, STRATEGI NAFKAH, DAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH PEMETIK TEH

NURUL SALIMAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modal keluarga,

Strategi Nafkah, dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pemetik Teh adalah benar

karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Nurul Salimah

NIM I24110028

ii

ABSTRAK

NURUL SALIMAH. Modal Keluarga, Strategi Nafkah, dan Kesejahteraan

Keluarga Buruh Pemetik Teh. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga,

kepemilikan modal keluarga, dan strategi nafkah terhadap kesejahteraan keluarga.

Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan istri yang bekerja sebagai

buruh pemetik teh di Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Contoh dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang dipilih secara acak.

Kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan indikator BKKBN dan BPS.

Analisis yang digunakan merupakan analisis deskriptif, uji beda independent

sample T-test dan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan umur suami

dan besar keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan

keluarga. Modal fisik dan modal finansial berpengaruh positif signifikan terhadap

kesejahteraan keluarga. Sementara itu, strategi nafkah tidak berpengaruh

signifikan terhadap kesejahteraan keluarga.

Kata kunci : kesejahteraan keluarga, modal keluarga, strategi nafkah

ABSTRACT

NURUL SALIMAH. Family Assets, Livelihood Strategies, and Family Well-

being of Plantation Worker’s. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

This study aimed to analyze the influence of family characteristic, family

assets, and livelihood strategy toward family well-being. The sample of this study

was family with wife who worked as a tea picker in Purwabakti, Pamijahan,

Bogor. There were 100 families chosen randomly in this research. Family well-

being was observed based on BKKBN and BPS indicators. The analyses used in

this research were descriptive analyses, independent sample T-test, and logistic

regression. The result showed that the husband age and family size negatively

affected the family well-being. Physical asset and sinancial assets positively

affected the family well-being. Meanwhile, livelihood strategy not affected

significantly the family well-being.

Key words: family assets, family well-being, livelihood strategies

iii

MODAL KELUARGA, STRATEGI NAFKAH, DAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH PEMETIK TEH

NURUL SALIMAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Judul Skripsi

Nama NIM

Tanggal Lulus:

Modal Keluarga, Strategi Natkah . da n Kesejahteraan Keluarga Buruh Pemetik Teh N urul Salimah 124110028

Disetujui oleh

q~ Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati , MSi

Pembimbing

-~-, Diketahui oleh ~-~"~~"' ....

<<:0~~~;:~~0)'· /:' .....

L ... "' ' ·- I I

·\ <':~-/-P·T&f-IJi:.l'ttUjang Sumarwan. MSc ' v !.. d !J; r.: r~ t ~ ..... r ' -~~~- ~etua Departemen

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Modal Keluarga,

Strategi Nafkah, dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pemetik Teh” dapat

diselesaikan dengan baik. Terima kasih dan rasa hormat penulis ucapkan kepada:

1. Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan ilmu

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr Tin Herawati, SP MSi selaku dosen penguji sekaligus dosen

pembimbing akademik dan Ir. Retnaningsih MSi selaku dosen penguji

sidang atas masukannya untuk skripsi saya yang lebih baik.

3. Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar yang telah

memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi penulis.

4. Bapak RW Idong beserta keluarga dan seluruh responden di Desa

Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang telah banyak

membantu selama pengambilan data penelitian berlangsung.

5. Bapak (Alm), Mamah, Teteh, Opi, Dadan dan seluruh keluarga besar atas

segala jerih payah, doa, kesabaran, kasih sayang, dan dukungan yang

senantiasa diberikan demi keberhasilan penulis.

6. Sahabat terbaik Megalia Melanti dan Mulvia Nurjuniasari atas

kebersamaan, kasih sayang, dukungan, dan perjuangan bersama untuk

belajar meraih kesuksesan.

7. Teman-teman satu bimbingan Danti, Nanda, Iva Ayu, dan Erni yang selalu

menyemangati setiap tahap sampai menuju S.Si.

8. Nenden teman seperjuangan dari awal memasuki IPB hingga terselesaikan

studi di IPB ini atas segala saran dan dukungan yang selalu di berikan.

9. Keluarga IKK 48 dan keluarga Wisma Ar-Rahmah untuk kebersamaannya

selama penulis menempuh pendidikan S1 di IKK, FEMA, IPB.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis untuk

perbaikan kedepannya. Harapan penulis adalah semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Nurul Salimah

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar belakang ...................................................................................................... 1

Perumusan Masalah ............................................................................................. 2

Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3

Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3

KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................................... 3

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 4

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ................................................................. 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ................................................................ 5

Variabel, Jenis, dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... 5

Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian .................................................... 5

Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 6

Definisi Operasional ............................................................................................ 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8

Hasil ..................................................................................................................... 8

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 8

Karakterik Keluarga ......................................................................................... 8

Modal keluarga ............................................................................................... 10

Strategi Nafkah ............................................................................................... 14

Kesejahteraan Keluarga.................................................................................. 16

Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan ......................................... 17

Pembahasan ....................................................................................................... 17

SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 21

Simpulan ............................................................................................................ 21

Saran .................................................................................................................. 21

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 37

vii

DAFTAR TABEL

1 Variabel, jenis data, skala data dan cara pengumpulan data 5

2 Nilai minimun, maksimum, rataan, dan standar deviasi modal 9

3 Jumlah contoh berdasarkan kepemilikan modal manusia 11

4 Jumlah contoh berdasarkan kepemilikan modal fisik 11

5 Jumlah contoh berdasarkan kepemilikan modal finansial 12

6 Jumlah contoh berdasarkan kepemilikan modal sosial 13

7 Jumlah contoh berdasarkan kepemilikan modal alam 14

8 Sebaran kepemilikan modal berdasarkan kategori kepemilikan

modal keluarga

14

9 Sebaran strategi nafkah keluarga 15

10 Perbandingan kriteria keluarga menurut BKKBN dan BPS 16

11 Nilai koefisien regresi logistik faktor yang memengaruhi

kesejahteraan keluarga

17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran kondisi rumah contoh 26

2 Sebaran hasil uji beda independent sample T-Test 27

3 Sebaran jawaban kesejahteraan keluarga 28

4 Gambaran lokasi penelitian 29

5 Kerangka DFID Sustainability Livelihood Assets (DFID 2000) 30

6 Koefisien korelasi variabel 31

7 Riwayat hidup 32

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan mata pencaharian utama

masyarakatnya pada sektor pertanian, termasuk didalamnya sektor perkebunan.

Indonesia termasuk ke dalam negara produsen teh curah dan eksportir teh terbesar

pada urutan kelima di dunia setelah India, Cina, Sri lanka, dan Kenya

(International Tea Comitee/ITC 2003). Jawa Barat merupakan salah satu provinsi

yang memiliki komoditas teh di Indonesia. Menurut Ariyanti (2014), Jawa Barat

menjadi daerah yang menguasai 78 perkebunan teh di Indonesia, dengan lahan

yang digunakan sebesar 94.850 Ha (BPS 2013). Data BPS (2013) menunjukkan

produksi teh Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Luasnya

lahan dan besarnya hasil produksi teh tidak lepas dari peran buruh pemetik teh.

Secara umum, sekitar tujuh puluh persen tenaga kerja yang terserap di perkebunan

teh adalah buruh pemetik teh. Menurut Asosiasi Teh Indonesia/ ATI (2000) buruh

pemetik teh menjadi tenaga kerja utama karena setiap hektar lahan kebun teh

membutuhkan sekitar 1,4 orang tenaga pemetik.

Kebutuhan akan tenaga buruh pemetik teh yang tinggi, dijadikan peluang

oleh keluarga yang tinggal dikawasan sekitaran perkebunan teh untuk

menggantungkan hidupnya dengan menjadi buruh pemetik teh. Buruh pemetik teh

termasuk kedalam golongan pekerja dengan pendapatan yang relatif rendah. Upah

kerja yang didasarkan pada sistem borongan membuat pendapatan keluarga buruh

pemetik teh tidak menentu. Hal tersebut membuat keluarga buruh pemetik teh

tergolong dalam kelompok keluarga yang rentan terhadap kemiskinan.

Kerentanan terhadap kemiskinan membuat keluarga buruh pemetik teh

harus melakukan strategi penghidupan agar keluarga mampu mempertahankan

kehidupannya. Strategi dalam mempertahankan kehidupan ini disebut dengan

strategi nafkah. Menurut Widodo (2011) strategi nafkah adalah aspek pilihan atas

beberapa sumber nafkah yang ada di sekitar masyarakat. Sementara itu Scoones

(1998) membagi strategi nafkah menjadi tiga kategori yaitu (1) rekayasa sumber

nafkah, (2) pola nafkah ganda, dan (3) migrasi. Hasil penelitian Widianto et al.

(2010) menunjukkan strategi nafkah yang diterapkan keluarga berbeda-beda

tergantung modal yang dimiliki. Kemampuan melakukan adaptasi merupakan

salah satu upaya keluarga untuk menciptakan sustainable livelihood, yang harus

mampu (1) beradaptasi dengan shock dan tekanan, (2) memelihara kapabilitas dan

aset-aset yang dimiliki, (3) menjamin penghidupan untuk generasi berikutnya

(Chambers dan Conway 1991). Ellis (1998) mengungkapkan strategi nafkah yang

diterapkan keluarga tidak hanya untuk mempertahankan hidup melainkan juga

untuk meningkatkan standar kehidupan.

Keluarga dalam menjalankan kehidupannya memiliki tujuan untuk

mencapai kesejahteraan. Sunarti (2013) mengungkapkan kesejahteraan merupakan

tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan perkembangan keluarga.

Upaya keluarga dalam mencapai kesejahteraan dilakukan dengan pengelolaan

modal yang dimiliki keluarga secara optimal. Menurut Ellis (1998) modal yang

dimiliki keluarga terdiri dari modal manusia, modal fisik, modal finansial, modal

sosial, dan modal alam. Pengelolaan yang baik terhadap sumberdaya yang

dimiliki secara efektif dan efisien membuat keluarga mampu mencapai

kesejahteraannya (Hartoyo 2009). Hasil penelitian Elmanora et al. (2012)

2

menunjukkan usia suami, besar keluarga, dan pendapatan keluarga berpengaruh

terhadap kesejahteraan keluarga. Sementara itu tekanan ekonomi berpengaruh

secara negatif terhadap kesejahteraan keluarga (Sunarti 2012).

Penelitian mengenai strategi nafkah sebelumnya adalah mengenai penduduk

miskin perkotaan dan perdesaan (Pramudita 2014), petani hortikultura (Widiyanto

et al. 2010, Harianto 2010), keluarga usia pensiun (Sulastri 2013), rumah tangga

nelayan (Wijayanti dan Ihsanudin 2013), dan rumah tangga di daerah sekitar

hutan (Purnomo 2006). Penelitian ini akan mengkaji strategi nafkah keluarga

buruh pemetik teh yang pendapatannya tidak menentu (karena berdasarkan pada

sistem borongan). Pendekatan strategi nafkah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Sustainable Livelihood Aproach (SLA), yaitu pendekatan yang melihat

peran kepemilikan modal yang dimiliki (modal fisik, modal finansial, modal

modal manusia, modal sosial, modal alam) terhadap strategi nafkah yang

dilakukan oleh keluarga (DFID 2000). Kajian strategi nafkah dan kesejahteraan

keluarga buruh pemetik teh menjadi penting dilakukan sebagai upaya

mengungkap upaya keluarga buruh pemetik teh dalam mempertahankan

kehidupan dan mencapai kesejahteraannya.

Perumusan Masalah

Luas perkebunan teh di Jawa Barat mencapai 94.850 Ha (BPS 2013).

Potensi ini membuat banyaknya tenaga kerja yang terserap terutama sebagai

buruh pemetik teh. Menurut ATI (2000) buruh pemetik teh menjadi tenaga kerja

utama karena setiap Ha lahan kebun teh membutuhkan sekitar 1,4 orang tenaga

pemetik. Perkebunan teh Cianten termasuk kedalam salah satu perkebunan negara

binaan PTPN VIII dengan jumlah buruh pemetik teh yang cukup banyak. Tahun

2011 PTPN VIII menyerap 59.291 tenaga kerja pemetik teh (BUMN 2011).

Sistem pengupahan buruh pemetik teh adalah dengan sistem borongan, yaitu

pengupahan berdasarkan jumlah pucuk teh (kg) yang mampu dipetik oleh buruh

tersebut. Hasil penelitian Firdaus (2008) menunjukkan lebih dari setengah contoh

memiliki pendapatan dibawah Upah Minimum Regional, dengan rata-rata

pendapatan per kapita sebesar Rp200.156,00. Meskipun sudah bekerja dengan jam

penuh, bahkan melakukan pekerjaan tambahan di sore harinya, namun sebagian

besar keluarga buruh pemetik teh masih tergolong miskin (Sunarti 2008).

Kerentanan terhadap kemiskinan menuntut keluarga buruh pemetik teh

untuk memiliki strategi nafkah yang tepat untuk diterapkan dan pemanfaatan

secara optimal terhadap modal keluarga agar mampu mempertahankan

kehidupannya. Selain untuk mempertahankan kehidupan, pengelolaan modal

secara optimal juga merupakan langkah untuk mencapai kesejahteraan. Sunarti

(2008) menyatakan, kesejahteraan keluarga merupakan output dari proses

pengelolaan sumberdaya dan penanggulangan masalah yang dihadapi keluarga.

Sehingga menarik untuk diteliti bentuk strategi nafkah dan kesejahteraan keluarga

buruh pemetik teh. Secara spesifik penelitian ini akan memusatkan perhatian pada

permasalahan yang dirumuskan dalam beberapa poin pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana kepemilikan modal keluarga buruh pemetik teh?

2. Strategi nafkah apa yang diterapkan keluarga buruh pemetik teh?

3. Bagaimana kesejahteraan keluarga buruh pemetik teh?

4. Faktor apa saja yang memengaruhi kesejahteraan keluarga buruh pemetik

teh?

3

Tujuan Penelitian

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi

nafkah dan kesejahteraan keluarga buruh pemetik teh.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi kepemilikan modal keluarga buruh pemetik.

2. Mengidentifikasi strategi nafkah yang diterapkan keluarga buruh pemetik

teh.

3. Mengidentifikasi kesejahteraan keluarga buruh pemetik.

4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, kepemilikan modal, dan

strategi nafkah terhadap kesejahteraan keluarga buruh pemetik teh.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk melatih daya berpikir yang

analisis dan sistematik dalam mencari tahu kebenaran dan memperoleh

pengetahuan baru. Bagi institusi penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

literatur dan berguna untuk mengembangkan teori khususnya di bidang keluarga.

Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk masyarakat dalam menyajikan

informasi tentang pentingnya melakukan strategi nafkah bukan hanya sebagai cara

untuk mempertahankan kehidupan tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup

dan mencapai kesejahteraan. Selanjutnya bagi pemerintah diharapkan dapat

menjadi acuan dan masukan dalam membuat program untuk memberdayakan

keluarga buruh pemetik teh.

KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian ini dilandasi oleh teori struktural fungsional yang berlandaskan

empat konsep (sistem, struktur, sosial, fungsi dan keseimbangan). Teori ini

mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial. Keragaman merupakan

sumber utama dari struktur masyarakat dan menentukan keberagaman fungsi

sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999).

Keluarga merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdiri dari anggota keluarga

yang masing-masing memiliki peran dan fungsi, salah satundariya adalah fungsi

ekonomi yaitu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan

keberlangsungan hidupnya. Perbedaan peran dan fungsi dalam keluarga ini

bertujuan untuk mencapai kesejahteraan keluarg. Selain itu, pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model kerangka Sustainable Livelihood

(DFID’s Sustainable Livelihoods Framework). Secara ringkas, kerangka SLA di

sajikan dalam Lampiran 5.

Sesuai dengan kerangka tersebut variabel awal yang diteliti adalah

mengenai modal keluarga yang terdiri dari modal finansial, modal alam, modal

fisik, modal manusia, dan modal sosial. Kelima modal tersebut dapat digunakan

oleh keluarga dalam mempertahankan kehidupannya saat menghadapi berbagai

kerentanan. Selain itu kepemilikan modal keluarga akan menentukan srategi

nafkah apa yang akan diterapkan keluarga dalam menghadapi krisis dan tekanan.

Menurut Eneyew dan Bekele (2012) karakteristik keluarga memengaruhi

penerapan strategi nafkah yang digunakan oleh keluarga. Menurut Ellis (1998)

4

penerapan strategi nafkah dilakukan oleh keluarga untuk tetap bertahan hidup

dapat dilihat dari jenis mata pencaharian, tingkat pendapatan, dan tingkat

pemanfaatan livelihood assetsnya. Eliis (1998) mengungkapkan penerapan

strategi nafkah bukan hanya sebagai langkah untuk mampu mempertahankan

kehidupan, namun juga sebagai langkah untuk berusaha memperbaiki standar

kehidupannya.

Secara umum, tujuan dari keluarga adalah terciptanya kesejahteraan

keluarga. Hartoyo (2009) mengungkapkan kesejahteraan keluarga dapat dicapai

ketika keluarga mampu mengelola dengan baik sumberdaya atau aset yang

dimilikinya. Faktor yang memengaruhi kesejahteraan diantaranya adalah

pendapatan (Muflikhati et al. 2010), besar keluarga, dan pengeluaran keluarga

(Nurhartanti 2013). Karakteristik sosio-demografi keluarga terbukti memengaruhi

strategi nafkah dan sejauh mana pencapaian tingkat kesejahteraan suami dan istri

(Pramudita 2014). Hasil penelitian Sulastri (2013) menunjukkan strategi nafkah

berpengaruh terhadap kesejahteraan. Berdasarkan asumsi diatas, penelitian ini

mencoba untuk menganalisis strategi nafkah dan kesejahteraan keluarga buruh

petik teh serta faktor yang memengaruhi kesejahteraan keluarga.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan : = variabel berpengaruh

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

“Strategi nafkah, kesejahteraan, dan perilaku menabung keluarga buruh pemetik

teh”. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Pemilihan tempat

Modal Keluarga

1. Modal manusia

2. Modal fisik

3. Modal finansial

4. Modal sosial

5. Modal alam

Strategi Nafkah

1. Rekayasa sumber

nafkah

2. Pola nafkah ganda

3. Migrasi

Kesejahteraan

Keluarga

Karakteristik keluarga

1. Umur suami dan istri

2. Lama pendidikan

suami dan istri

3. Besar keluarga

5

penelitian dipilih secara purposive, yaitu di Desa Purwabakti, Kecamatan

Pamijahan, Kabupaten Bogor. Waktu pengambilan data dilakukan pada Bulan

April 2015.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan mata pencaharian sebagai

buruh pemetik teh di Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai buruh pemetik

teh di PTPN VIII Cianten. Pemilihan ibu sebagai responden dilakukan dengan

pertimbangan bahwa ibu mengetahui seluruh kondisi keluarga sehingga mampu

menjawab pertanyaan peneliti. Teknik penarikan contoh dilakukan secara simple

random sampling sebanyak 100 keluarga.

Variabel, Jenis, dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan bantuan kuesioner.

Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik keluarga, kepemilikan

modal keluarga, strategi nafkah, dan kesejahteraan keluarga. Data sekunder

didapat dari pihak kecamatan dan desa mengenai profil Kecamatan Pamijahan dan

data monografi Desa Purwabakti.

Tabel 1 Jenis dan pengumpulan data variabel penelitian

Variabel Data yang diteliti Skala data Satuan

Karakteristik

keluarga

Umur

Lama pendidikan

Pendapatan keluarga

Besar keluarga

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio

Tahun

Tahun

Rupiah/bulan

Orang

Kepemilikan

modal

Modal manusia

Modal fisik

Modal finansial

Modal sosial

Modal alam

Rasio

(indeks)

[0] Tidak

[1] Ya

Stategi nafkah Nominal

[0]rekayasa sumber nafkah

[1]pola nafkah ganda

Kesejahteraan

BPS

BKKBN

Ordinal

Ordinal

[0] Tidak sejahtera

[1] Sejahtera

Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian

Sebelum melakukan pengolahan data maka diperlukan cara untuk mengukur

dan menilai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran

dan penilaian variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Kepemilikan modal keluarga

Instrumen kepemilikan modal keluarga merupakan hasil konstrak yang

diadopsi dari Ellis (1998). Instrumen kepemilikan modal terdiri dari 60

pertanyaan yang terdiri dari lima sub-item yaitu: modal manusia (5 pertanyaan),

modal fisik (28 pertanyaan), modal finansial (4 pertanyaan), modal sosial (13

pertanyaan), dan modal alam (5 pertanyaan). Kepemilikan modal keluarga diukur

dengan menggunakan skor 1-0 (1=Ya, 0=Tidak) dengan nilai minimum-nilai

6

maksimum setiap modal yaitu: modal manusia (0-5), modal fisik (0-28), modal

finansial (0-4), modal sosial (0-13), dan modal alam (0-5). Berdasarkan skor

tersebut, kemudian dibuat nilai indeks dengan rumus sebagai berikut :

Nilai indeks = nilai yang diperoleh – nilai minimum x 100

nilai maksimum – nilai minimum

Selanjutnya berdasarkan nilai indeks tersebut, kepemilikan modal keluarga

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berikut ini cut off

yang digunakan untuk mengelompokkan kepemilikan modal keluarga yaitu:

a. Rendah : 0-33.3

b. Sedang : 33.4-66.7

c. Tinggi : 66.8-100

b) Strategi nafkah

Strategi nafkah diukur berdasarkan konsep strategi nafkah menurut Scoones

(1998) yang terdiri dari rekayasa sumber nafkah, pola nafkah ganda, dan migrasi.

Strategi nafkah diukur dengan 13 pertanyaan dan menggunakan skor 1-0 (1=Ya,

0=Tidak).

c) Kesejahteraan keluarga

Kesejahteraan diukur dengan indikator BKKBN dan garis kemiskinan BPS.

Indikator BKKBN terdiri dari 21 pertanyaan menggunakan skor 1-0 (1=Ya,

0=Tidak). Penggunaan kedua indikator bertujuan untuk memperkaya pembahasan,

dan ingin membandingkan kategori keluarga berdasarkan dua indikator tersebut.

BKKBN mengklasifikasikan kesejahteraan keluarga menjadi 5 tahapan yaitu; Pra

KS, KS I, KS II, KS III, KS III Plus. Berdasarkan pengelompokan tersebut,

mengacu pada Rambe (2004) keluarga dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:

a) Miskin : Pra KS dan KS I

b) Tidak miskin : KS II, KS III, KS III Plus

Berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten Bogor keluarga dibedakan menjadi

dua kategori, yaitu:

a) Miskin : pendapatan perkapita keluarga dibawah Rp271.970,00/ bulan.

b) Tidak miskin : pendapatan perkapita keluarga diatas Rp271.970,00/ bulan.

Kemudian berdasarkan kedua indikator tersebut, keluarga dikategorikan

menjadi :

a) Sejahtera : termasuk kedalam kategori tidak miskin baik menurut

BKKBN maupun BPS

b) Tidak sejahtera : termasuk kategori miskin menurut BKKBN, BPS, atau

keduanya.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya di proses ke tahap

pengolahan data mulai dari proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, serta

analyzing dengan menggunakan program komputer yang sesuai. Pengolahan dan

analisis data dilakukan dengan mengunakan MS Excel dan dianjutkan dengan

analisis menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS). Skala data

yang digunakan dalam kuesioner meliputi skala nominal, ordinal, dan rasio.

Sedangkan pengkategorian disesuaikan dengan jenis variabel yang diteliti.

7

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia, berikut penjabaran dari

kedua jenis analisis data.

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan :

a. Karakteristik keluarga, meliputi usia suami, usia istri, pendapatan

keluarga, lama pendidikan, dan besar keluarga.

b. Kepemilikan modal keluarga yang terdiri dari modal alam, modal fisik,

modal finansial, modal manusia, dan modal social.

c. Strategi nafkah yang diterapkan oleh keluarga buruh pemetik teh, yang

dikategorikan menjadi tiga tipe yaitu strategi rekayasa sumber nafkah,

strategi pola nafkah ganda, dan strategi migrasi.

d. Tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik teh.

2. Analisis Inferensia dilakukan dengan :

a. Uji beda Independent Sample T-Test digunakan untuk melihat

perbedaan kepemilikan modal keluarga menurut kriteria keluarga

(miskin dan tidak miskin).

b. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh karakteristik

keluarga, kepemilikan modal, dan strategi nafkah terhadap

kesejahteraan keluarga. Adapun persamaannya sebagai berikut:

lnp

1−p = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + γ8X8 + ε

Keterangan :

a = konstanta

β = koefisien regresi

p = peluang untuk sejahtera (0=Tidak sejahtera, 1=Sejahtera)

γ = koefisien dummy

X1 = umur suami (tahun)

X2 = jumlah anggota keluarga (orang)

X3 = modal manusia (indeks)

X4 = modal fisik (indeks)

X5 = modal finansial (indeks)

X6 = modal sosial (indeks)

X7 = modal alam (indeks)

X8= strategi nafkah (0=rekayasa sumber nafkah, 1=pola nafkah ganda)

Definisi Operasional

Kepemilikan modal adalah banyaknya kekayaan yang dimiliki oleh keluarga

contoh berupa kepemilikan modal alam, modal finansial, modal fisik, modal

manusia, dan modal sosial.

Modal alam adalah sumberdaya yang bukan merupakan hak milik, namun

keluarga bebas mengakses sumberdaya tersebut untuk kelangsungan

hidupnya bahkan untuk menambah pendapatan.

Modal finansial merupakan modal yang diukur berdasarkan kepemilikan uang

tunai, tabungan, kredit, dan asuransi.

Modal manusia adalah modal keluarga yang diukur berdasarkan rata-rata lama

pendidikan, keikutsertaan dalam pendidikan informal, status kepegawaian,

keahlian yang dimiliki, dan status kesehatan.

Modal fisik adalah modal keluarga yang diukur berdasarkan kepemilikan aset

pribadi yang mendukung keluarga dalam menjalankan mata pencahariannya

dan bernilai ekonomi.

8

Modal sosial adalah modal keluarga yang diukur berdasarkan keikutsertaan

keluarga dalam kelembagaan, kepemilikan bantuan dan kepercayaan dari

oranglain, kepemilikan jaringan dan kualitas hubungan keluarga dengan

oranglain.

Strategi nakah adalah cara keluarga untuk memenuhi kebutuhan,

mempertahankan hidup dan memperbaiki standar hidupnya menggunakan

modal yang dimiliki keluarga, dengan melakukan berbagai aktivitas sumber

nafkah yang tersedia.

Rekayasa sumber nafkah adalah aktivitas sumber nafkah lain di samping

pekerjaan utama sebagai pemetik teh yang dilakukan keluarga untuk

meningkatkan pendapatan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara

efektif dan efisien.

Pola nafkah ganda adalah aktivitas sumber nafkah lain di samping pekerjaan

utama sebagai pemetik teh yang dilakukan keluarga untuk meningkatkan

pendapatan dengan mencari pekerjaan lain di luar sektor pertanian.

Migrasi adalah aktivitas sumber nafkah lain di samping pekerjaan utama sebagai

pemetik teh yang dilakukan keluarga untuk meningkatkan pendapatan

dengan mencari pekerjaan lain di luar daerah tempat tinggal.

Kesejahteraan objektif adalah ukuran standar kesejahteraan yang ditetapkan

dengan indikator BKKBN dan BPS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan di bagian utara

Kabupaten Bogor dengan luas wilayah sekitar 8.088.286 Ha dan berada pada

ketinggian antara 250-300 meter di atas permukaan laut. Desa Purwabakti

merupakan salah satu dari 15 desa yang terdapat di Kecamatan Pamijahan, dengan

lokasi desa berada di wilayah PTPN VIII Cianten dan Taman Nasional Gunung

Halimun Salak. Luas perkebunan teh PTPN VIII Cianten mencapai 857,70 ha

(BUMN 2011). Desa Purwabakti memiliki 5 dusun yang terbagi kedalam 12

Rukun Warga (RW) yang menyebar di 21 kampung. Sebanyak 12 RW tersebut

dibagi menjadi 39 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk sebanyak 7330

orang yang terbagi menjadi 1795 KK. Jumlah penduduk yang bermata

pencaharian sebagai pmetik teh adalah sebanyak 575 KK. Peta Desa Purwabakti

dapat dilihat pada lampiran 1. 970 KK tergolong miskin.

Karakterik Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur suami 47,10 dan istri 42,86

tahun. Rataan umur tersebut termasuk ke dalam kategori dewasa madya (41-65)

(Papalia, Olds dan Feldman 2009) dan dalam tahapan usia produktif (15-64) (BPS

2012). Hampir seluruh responden (97,00%) dan suami (96,00%) memiliki tingkat

pendidikan rendah dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Sebanyak

51,00 persen responden tidak tamat SD dan bahkan 17,00 persen tidak sekolah.

Rata-rata lama pendidikan suami (5,06 tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan

9

rata-rata pendidikan istri (3,95 tahun). Menurut Yadollahi et al. (2009) tingkat

pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan status ekonomi dan

pekerjaan seseorang. Rata-rata besar keluarga adalah 3,55 orang dengan jumlah

minimum dalam satu keluarga sebanyak 2 orang dan jumlah maksimum sebanyak

7 orang. Menurut BKKBN (2005) rataan tersebut tergolong dalam kategori

sedang. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga Rp507.475,00 Sebaran

karakteristik keluarga dijelaskan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Nilai maksimum, minimum, rataan, dan standar deviasi karakteristik

contoh

Variabel Minimum Maksimum Rataan ± SD

Usia suami (tahun) 29 80 47,10 ± 11,52

Usia istri (tahun) 25 64 42,86 ± 8,11

Lama pendidikan suami

(tahun)

0 9 5,06 ± 1,87

Lama pendidikan istri

(tahun)

0 9 3,95 ± 2,31

Besar keluarga (orang) 2 7 3,55 ± 1,13

Pendapatan perkapita (Rp) 91.666,00 1.625.000,00 507.475,00 ± 372.227,00

Pekerjaan utama seluruh contoh adalah sebagai pemetik teh, dengan jumlah

responden pemetik teh karyawan lepas lebih banyak (78,00%) dibandingkan

karyawan tetap (22,00%). Perbedaan karyawan tetap dan karyawan lepas terletak

pada sistem pengupahan. Upah karyawan lepas berdasaran kepadaa sistem

borongan sementara upah karyawan tetap jumlahnya sudah pasti yaitu sebesar

Rp1.800.000,00 per bulan. Pekerjaan sampingan hampir separuh contoh (57,00%)

adalah sebagai petani. Sebanyak 18 persen contoh beternak, sebanyak 16,00

persen tidak memiliki pekerjaan sampingan dan sisanya (9,00%) memiliki

pekerjaan sampingan lain yaitu dengan membuka warung, jasa membuat kue di

acara-acara hajatan, dan jasa makbeurang (orang yang membantu proses

kelahiran). Sebanyak 43,00 persen pekerjaan utama suami responden adalah

sebagai pemetik teh dengan 84,00 persennya sebagai pemetik teh karyawan lepas,

dan 16,00 persennya sebagai karyawan tetap. Sebanyak 24,00 persen pekerjaan

suami contoh adalah sebagai petani, 1,00 persen sebagai pedagang, 18,00 persen

sebagai karyawan di pabrik perkebunan teh dan sisanya (14,00%) memiliki

pekerjaan lain (meliputi montir, sopir, dan buruh serabutan). Pekerjaan sampingan

suami responden adalah sebagai petani (37,00%), sebanyak 38,00 persen

beternak, sebanyak 7,00 persen sebagai pekerjaan lainnya (buruh serabutan, guru

mengaji, dan buruh bangunan) dan sisanya 28,00 persen tidak memiliki pekerjaan

sampingan.

Kondisi rumah. Berdasarkan kondisi tempat tinggal contoh, diketahui

bahwa lebih dari separuh contoh (69,00%) memiliki rumah dengan status

kepemilikan milik sendiri, dan sisanya (31,00%) milik perkebunan. Hampir dua

pertiga (77,00%) kondisi rumah contoh semi permanen. Rata-rata luas tanah

bangunan rumah contoh 49,64m2 dengan luas minimal 30m2 dan luas tanah

bangunan paling besar 125m2. Luas rata-rata bangunan rumah contoh 38,8m2

dengan luas minimal 24m2 dan luas bangunan terbesar 108m2.

Contoh memiliki rumah berdinding setengah tembok (55,00%), bilik

(25,00%), dan tembok (20,00%). Hampir separuh (42,00%) jenis lantai rumah

10

contoh adalah plester, sebanyak 27,00 persen berjenis keramik, 20,00 persen

berjenis papan, 9,00 persen ubin, dan hanya 2,00 persen contoh yang lantai

rumahnya tanah. Sebagian besar (87,00%) rumah contoh beratap genteng,

sebanyak 11,00 persen beratap asbes dan sisanya (2,00%) memiliki atap seng.

Sumber air minum yang digunakan keluarga contoh sebagian besar (92,00%)

adalah dari mata air pegunungan dan 8,00 persen berasal dari sungai. Lebih dari

separuh (57,00%) contoh memiliki kamar mandi, dan hanya separuh contoh yang

memiliki WC. Separuh contoh yang tidak memiliki WC melakukan kegiatan

MCK di sungai (38,00%) dan di WC umum (12,00%). Contoh membuang sampah

ke tempat pembuangan umum (47,00%) dan ke pekarangan untuk langsung

dibakar (53,00%). Seluruh contoh menggunakan listrik sebagai sumber

penerangan. Sebagian besar (80,00%) contoh menggunakan gas dan kayu bakar

sebagai bahan bakar untuk memasak, dan hanya 20,00 persen dari contoh hanya

menggunakan kayu bakar. Sebaran kondisi rumah dalam penelitian ini dapat

dilihat Lampiran 1.

Modal keluarga

Modal manusia. Modal manusia merupakan kapasitas yang dimiliki seluruh

individu atau manusia pada waktu tertentu yang memengaruhi pengelolaan

sumberdaya dan penggunaannya di masa mendatang (Muflikhati 2010). Penelitian

ini mengukur modal manusia berdasarkan tingkat pendidikan keluarga,

keikutsertaan keluarga dalam pendidikan non formal (pelatihan/kursus), keahlian

yang dimiliki keluarga, kondisi kesehatan keluarga, dan status pekerjaan istri.

Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan contoh terhadap modal manusia

termasuk ke dalam kategori rendah dengan rata-rata 32,22 (Tabel 8).

Seluruh contoh dan suami memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan

tidak pernah mengikuti pelatihan. Keahlian yang dimiliki contoh pada umumnya

adalah bertani dan tidak memiliki keahlian khusus. Sebanyak 19,00 persen

responden memiliki keahlian membuat kue, 2,00 persen memiliki keahlian

sebagai makbeurang dan hanya satu persen dari contoh yang memiliki keahlian

menjahit. Hanya sebagian kecil (1,00%) suami responden yang memiliki keahlian

dalam memperbaiki mesin, mengendarai mobil, dan mengajar mengaji. Hampir

seluruh contoh (97,00%) dan suami (100,00%) memiliki kondisi kesehatan yang

baik dalam tiga bulan terakhir. Sisanya (3,00%) contoh menderita penyakit seperti

hipertensi, maag, dan kolesterol.

Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan modal manusia Modal manusia Suami Istri Anak

n % n % n %

Tingkat pendidikan

(HDI >15 tahun)

0 0,00 0 0,00 0 0,00

Pernah mengikuti Kursus/

pelatihan

0 0,00 0 0,00 0 0,00

Memiliki keahlian khusus 64 64,00 77 77,00 23 23,00

Kondisi Kesehatan 100 100,00 97 97,00 100 100,00

Status pekerjaan di

perkebunan

27 27,00 22 22,00 7 7,00

11

Modal fisik. Modal fisik dalam penelitian ini dilihat dari kepemilikan aset

pribadi keluarga (kepemilikan kendaraan, alat elektronik, ternak, lahan, dan alat-

alat pertanian) yang mendukung keluarga dalam menjalankan mata

pencahariannya, serta bernilai ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan

kepemilikan contoh terhadap modal fisik termasuk ke dalam kategori sedang

dengan rata-rata 36,30 (Tabel 8).

Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan modal fisik

Berdasarkan sebaran kepemilikan aset pribadi keluarga, Tabel 4

menunjukkan hampir setengah dari contoh (47,00%) memiliki motor sebagai aset

kendaraan pribadi. Kepemilikan terhadap alat elektronik dan rumah tangga

sebagian besar dimiliki oleh contoh. Televisi dan penanak nasi dimiliki oleh

hampir seluruh contoh (97,00% dan 82,00%). Lebih dari separuh contoh memiliki

kulkas (55,00%) dan handphone (61,00%). Mesin cuci dan oven merupakan alat

elektronik dan rumah tangga yang jarang dimiliki oleh contoh. Hampir separuh

contoh (41,00%) memiliki kambing, dengan jumlah kambing paling sedikit

sebanyak 2 ekor dan paling banyak 17 ekor. Sebanyak 33,00 persen contoh

memelihara ayam, dan hanya 6,00 persen dari contoh yang memelihara ikan dan

memiliki kolam. Lebih dari sepertiga (38,00%) contoh memiliki sawah dan kebun

Kepemilikan modal fisik n (%)

Kepemilikan kendaraan

- Sepeda

- Sepeda motor

5

47

5,00

47,00

Kepemilikan alat elektronik dan rumah tangga

- Kulkas

- Televisi

- Mesin cuci

- Penanak nasi

- Dispenser

- Handphone

- Oven

55

97

1

82

39

61

9

55,00

97,00

1,00

82,00

39,00

61,00

9,00

Kepemilikan ternak

- Ayam

- Bebek

- Sapi

- Kambing

- Ikan

- Burung

33

1

1

41

6

1

33,00

1,00

1,00

41,00

6,00

1,00

Kepemilikan lahan

- Sawah

- Kebun/ladang

- Kolam

24

38

6

24,00

38,00

6,00

Kepemilikan alat pertanian

- Keranjang

- Alat pemetik teh

- Cangkul

- Parang

- Lainya

95

71

100

100

67

95,00

71,00

100,00

100,00

67,00

12

dan sebanyak 24.00 persen contoh hanya memiliki sawah. Kepemilikan terhadap

alat pertanian rata-rata dimiliki oleh hampir sebagian besar contoh.

Modal finansial. Modal finansial dalam penelitian ini dilihat dari

kepemilikan uang tunai, tabungan, hutang, dan asuransi. Hasil penelitian

menunjukkan kepemilikan contoh terhadap modal finansial termasuk ke dalam

kategori sedang dengan rata-rata 41,17 (Tabel 8). Tabel 5 menunjukkan lebih dari

dua pertiga (75%) contoh memiliki uang tunai dengan jumlah minimal

Rp50.000,00 dan jumlah maksimal Rp400.000,00. Lebih dari separuh contoh

memiliki tabungan, dengan kepemilikan tabungan di Bank (2,00%), arisan

(33,00%), dan perhiasan (21,00%).

Seluruh contoh memiliki kredit yang biasa masyarakat sebut ngabon, yaitu

mengambil terlebih dahulu sembako untuk kebutuhan sehari-hari ke warung atau

perkebunan. Selain itu, contoh memiliki kredit barang seperti parabola, televisi,

kulkas, kasur, lemari, kosmetik, dan baju. Asuransi berupa jaminan kesehatan dari

perkebunan didapatkan oleh 29,00 persen contoh yang merupakan karyawan

pemetik tetap atau merupakan istri dari suami yang bekerja sebagai karyawan

tetap di perkebunan (baik itu pemetik, karyawan pabrik, maupun di kantor).

Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan modal finansial

Modal sosial dalam penelitian ini meliputi keikutsertaan contoh dalam

organisasi atau kelembagaan, kepemilikan bantuan dan kepercayaan dari orang

lain, kepemilikan jaringan dan kualitas hubungan contoh dengan orang lain. Hasil

penelitian menunjukkan kepemilikan contoh terhadap modal sosial termasuk ke

dalam kategori tinggi dengan rata-rata 80,61 (Tabel 8).

Kelembagaan yang diikuti contoh adalah pengajian dan arisan. Sebanyak

70,00 persen contoh aktif mengikuti pengajian. Arisan hanya diikuti oleh

sebanyak 33,00 persen contoh. Hasil penelitian menunjukkan modal sosial contoh

tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan seluruh contoh memiliki

hubungan yang harmonis dengan tetangga dan rekan kerjaya. Hampir seluruh

contoh sering diberikan pinjaman oleh tetangga dan rekan kerja ketika

mengalami kesulitan. Namun menurut sebagian besar (73,00%) contoh jarang

mendapatkan ajakan dari tetangga/rekan kerja ketika ada kesempatan memperoleh

pekerjaan tambahan, hal ini disebabkan karena di wilayah Perkebunan Teh

Cianten kurang tersedia lapangan pekerjaan lain. Seluruh contoh mengungkapkan,

kelembagaan yang ada di masyarakat (khususnya pengajian) sangat membantu

ketika keluarga mengalami musibah dengan adanya uang perelek, yaitu uang

sumbangan anggota pengajian yang dikumpulkan untuk keperluan santunan.

Kepemilikan modal finansial n (%)

Kepemilikan uang tunai

Kepemilikan tabungan

Kepemilikan kredit

Kepemilikan asuransi

75

56

100

29

75,00

56,00

100,00

29,00

13

Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan modal sosial

Modal Sosial n (%)

Terdapat tetangga yang dikenal dekat oleh keluarga ibu 99 99,00

Ibu memiliki hubungan yang harmonis/ rukun dengan tetangga 100 100,00

Ibu memiliki hubungan yang harmonis/ rukun dengan rekan di lingkungan

kerja

100 100,00

Banyak teman/relasi suami yang dikenal dekat oleh ibu 90 90,00

Teman/ relasi yang dimiliki suami berasal dari suku, agama, latar belakang

ekonomi, pendidikan yang berbeda-beda.

89 89,00

Tetangga mau memberikan pinjaman uang atau barang ketika ibu meminta

bantuan pinjaman

99 99,00

Rekan kerja mau memberikan pinjaman uang atau barang ketika ibu meminta

bantuan pinjaman

99 99,00

Ibu mendapat ajakan dari tetangga/rekan kerja ketika ada

kesempatan/pekerjaan (tambahan) yang sekiranya menghasilkan

73 73,00

Ibu mengembalikan uang atau barang yang dipinjam pada tetangga atau rekan

kerja tepat pada waktunya

96 96,00

Ibu jujur dan terbuka kepada tetangga/rekan kerja mengenai kondisi yang

dialami ketika sedang megalami kesulitan

97 97,00

Organisasi/kelompok membantu kehidupan keluarga (misalnya untuk

mendapatkan akses pendidikan, pelatihan, kesehatan, kredit, dll)

70 70,00

Modal alam dalam penelitian ini dilihat dari ketersediannya sumberdaya

alam yang bukan hak milik contoh, namun contoh bebas mengakses sumberdaya

yang tersedia untuk kelangsungan hidupnya bahkan untuk menambah pendapatan

keluarga. Modal alam dalam penelitian ini terdiri dari perkebunan, hutan, sungai,

dan sawah. Hasil penelitian menunjukkan akses contoh terhadap modal alam

termasuk ke dalam kategori sedang dengan rata-rata 46,74 (Tabel 8).

Hasil penelitian menunjukkan perkebunan dimanfaatkan oleh hampir

seluruh (95,00%) contoh. Pemanfaatan perkebunan pada umumnya adalah untuk

mencari kayu bakar dan membuka lahan garapan berupa sawah dan kebun. Hal ini

karena pihak perkebunan membebaskan masyarakat di sekitaran perkebunan

untuk membuka lahan garapan, namun tanah tetap milik perkebunan.

Selain di sekitaran perkebunan, 43,00 persen contoh mencari kayu bakar

dan rumput di hutan. Sungai dimanfaatkan oleh lebih dari separuh contoh, pada

umumnya sungai dimanfaatkan untuk keperluan MCK oleh contoh yang tidak

memiliki fasilitas WC di rumah. Hanya sedikit dari contoh yang memanfaatkan

sungai untuk mencari ikan. Terdapat 17,00 persen contoh yang memanfaatkan

sungai dengan mengambil batu untuk menambal jalan menuju desa yang

kondisinya sudah rusak dan mengharapkan sumbangan seikhlasnya dari pengguna

jalan. Sematara itu, sawah digunakan oleh contoh yang tidak memiliki saawah

untuk menjadi buruh tandur. Hanya sedikit (12,00 persen) dari contoh yang

memanfaatkan sawah untuk mencari belut atau keong untuk dikonsumsi dan

terkadang untuk dijual kembali.

Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan modal alam

Modal Alam n (%)

Perkebunan 95 95,00

Sungai 55 55,00

Hutan 43 43,00

Sawah 35 35,00

14

Tabel 8 menunjukkan rata-rata modal keluarga yang paling tinggi adalah

modal sosial. Hal ini dikarenakan sebagian besar contoh mengikuti kelompok

pengajian, dan menurut contoh pengajian seringkali memberikan bantuan ketika

contoh mengalami kesulitan. Selain itu, contoh memiliki kepercayaan dan kualitas

hubungan yang baik dengan tetangga dan rekan kerjanya. Modal manusia

merupakan kepemilikan modal keluarga dengan nilai rata-rata yang paling rendah.

Tingkat pendidikan sebagian besar keluarga yang rendah, tidak memiliki keahlian

khusus, dan tidak pernah mengikuti pelatihan merupakan penyebab modal

manusia hampir seluruh keluarga berada memiliki rata-rata yang rendah.

Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan modal keluarga

Jenis modal Kategori Total

n %

Modal manusia Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

75

25

0

100

75,00

25,00

1,00

100,00

Minimum-Maksimum 16,67-66,67

Rata-rata (indeks) 32,22

Modal fisik Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

40

60

0

100

40,00

60,00

0,00

100,00

Minimum-Maksimum 14,28-60,71

Rata-rata (indeks) 36,30

Modal finansial Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

56

18

26

100

56,00

18,00

26,00

100,00

Minimum-Maksimum 25,00-83,30

Rata-rata (indeks) 41,17

Modal sosial Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

0

19

81

100

0,00

19,00

81,00

100,00

Minimum-Maksimum 51,51-100,00

Rata-rata (indeks) 80,61

Modal alam Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

15

80

5

100

15,00

80,00

5,00

100,00

Minimum-Maksimum 0,00-80,00

Rata-rata (indeks) 46,74

Strategi Nafkah

Strategi nafkah merupakan taktik atau aksi yang dibangun oleh individu

maupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupannya (Dharmawan

2006). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengalaman bekerja responden

sebagai pemetik teh adalah 18,85 tahun, dengan pegalaman bekerja yang paling

singkat adalah 1 tahun dan yang paling lama adalah 45 tahun. Terdapat beberapa

alasan responden memilih pekerjaan sebagai pemetik, lebih dari separuh

15

responden (53,00%) memilih bekerja sebagai buruh pemetik karena kebutuhan

dan berniat untuk membantu suami. Sebanyak 19,00 persen contoh beralasan

tidak ada pekerjaan lain yang tersedia selain memetik teh. Sebanyak 17,00 persen

responden beralasan tidak memiliki keahlian lain, karena beranggapan memetik

teh merupakan pekerjaan yang mudah dan tidak perlu memiliki keahlian khusus

sehingga siapapun pasti mampu melakukan. Responden mengikuti orangtua dan

melakukan pekerjaan sebagai pemetik teh mulai dari mereka muda (10,00%).

Jam kerja pemetik teh di perkebunan Teh Cianten normalnya dari pukul

07,00 hingga maksimal pukul 14,00. Sebanyak 33,00 persen responden

menambah jam kerjanya yaitu dengan memulai bekerja lebih awal pada pukul

05.00. Menurut sebagian besar responden (67,00%), penghasilan dari memetik teh

tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Namun meskipun demikian, penghasilan

keluarga dari memetik teh memberikan kontribusi sebesar 43,00 persen terhadap

pendapatan total keluarga. Strategi nafkah dalam penelitian ini merupakan

berbagai pilihan aktivitas yang dilakukan oleh keluarga untuk memeroleh

pendapatan. Berikut beberapa aktivitas sumber nafkah contoh.

Tabel 9 Sebaran penggunaan strategi nafkah keluarga

Aktivitas sumber nafkah n %

Rekayasa sumber nafkah

Bertani 40 40,00

Beternak 17 17,00

Bertani dan beternak 21 21,00

Total 79 79,00

Pola nafkah ganda

Bertani dan pekerjaan lain 5 5,00

Beternak dan pekejaan lain 3 3,00

Hanya pekerjaan lain 13 13,00

Total

Migrasi

21

0

21,00

0,00

Jenis strategi nafkah yang diterapkan keluarga dalam penelitian ini terdiri

dari rekayasa sumber nafkah dan pola nafkah ganda. Tabel 9 menunjukkan

sebagian besar keluarga (79,00%) melakukan strategi nafkah rekayasa sumber

nafkah. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada contoh yang menerapkan strategi

nafkah migrasi. Akses jalan yang kurang baik dengan jarak tempuh yang cukup

jauh, yaitu sekitar 3 jam untuk sampai di pusat keramaian (Pasar Leuwiliang) dan

biaya operasional yang cukup besar membuat sebagian besar keluarga lebih

memilih untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia untuk melakukan

aktivitas sumber nafkah di sektor pertanian dan tidak melakukan migrasi.

Aktivitas sumber nafkah pada strategi rekayasa sumber nafkah keluarga

adalah bertani dan beternak. Aktivitas bertani tidak hanya dilakukan oleh keluarga

yang memiliki sawah, namun juga keluarga yang tidak memiliki sawah yaitu

dengan menjadi buruh tandur. Pada umumnya, selain bertani padi sawah, keluarga

bertani dengan menanam singkong, talas, pisang, dan jambu di kebun atau di

pekarangan. Hasil pertanian digunakan keluarga untuk dijual dan untuk konsumsi

keluarga. Ternak yang dimiliki keluarga umumnya adalah kambing dan ayam.

Sama halnya dengan bertani, keluarga yang tidak memiliki ternak memiliki

aktivitas beternak dengan memelihara ternak milik orang lain dan mendapat

keuntungan memeroleh anak kambing dari kambing yang di peliharaanya.

16

Aktivitas sumber nafkah dengan pekerjaan lain yang dilakukan kaluarga adalah

berjualan (3,00%), jasa makbeurang (2,00%), membuka jasa membuat kue untuk

di acara hajatan (3,00%), guru mengaji (1,00%), montir (1,00%), sopir (1,00%)

dan buruh serabutan (11,00%).

Kesejahteraan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (68,00%) termasuk

kedalam kategori sepertiga tidak miskin (52,00% termasuk KSII dan 16,00%

termasuk KSIII) menurut indikator BKKBN. Sisanya, sebanyak 32,00 persen

contoh tergolong dalam kategori keluarga miskin (10,00% termasuk pra KS dan

22,00% termasuk KSI). Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan rata-rata

pendapatan perkapita keluarga adalah sebesar Rp507.475,00. Mengacu kepada

garis kemiskinan BPS, sepertiga keluarga buruh pemetik teh (33,00%) berada

pada kategori miskin.

Tabel 10 menunjukkan jumlah keluarga yang terindikasi miskin menurut

BKKBN tidak berbeda jauh dengan jumlah keluarga yang terindikasi miskin oleh

BPS. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 10 ditunjukkan bahwa dari 32

keluarga yang terindikasi miskin menurut BKKBN 18 keluarga diantaranya

miskin menurut BPS, dan sisanya 14 keluarga tergolong kategori tidak miskin

menurut BPS. Selanjutnya, dari 33 keluarga yang terindikasi miskin menurut BPS

18 diantaranya miskin menurut BKKBN, dan 15 keluarga tergolong tidak miskin

menurut BKKBN.

Tabel 10 Perbandingan kriteria keluarga menurut indikator BKKBN dan BPS

Kriteria keluarga

BPS Total

Miskin Tidak miskin

BKKBN n % n % n %

Miskin n 18 54,55 14 20,90 32 32,00

% 56,25 43,75 100,00

Tidak

miskin

n 15 45,45 53 79,10 68 68,00

% 22,05 77,95 100,00

Total n 33 100,00 67 100,00 100 100,00

Tabel 10 menunjukkan lebih dari separuh keluarga (53,00%) tergolong

dalam kategori sejahtera menurut indikator BKKBN dan BPS. Sebanyak 47,00

persen keluarga tergolong tidak sejahtera baik berdasarkan indikator BKKBN,

BPS, maupun keduanya. Berdasarkan hasil uji beda kepemilikan modal menurut

kriteria keluarga menunjukkan, tidak terdapat perbedaan signifikan antara

kepemilikan modal manusia, modal alam, dan modal sosial antara keluarga

sejahtera dan tidak sejahtera. Namun pada kepemilikan modal fisik dan modal

finansial terdapat perbedaan signifikan. Rata-rata indeks modal fisik keluarga

sejahtera (39,56) lebih tinggi dibandingkan keluarga tidak sejahtera (33,05). Rata-

rata nilai indeks modal finansial keluarga sejahtera (51,83) lebih tinggi

dibandingkan keluarga tidak sejahtera (30,51). Secara rinci hasil uji beda

tercantum dalam Lampiran 2.

17

Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan

Faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan objektif dianalisis dengan

menggunakan analisis regresi logistik. Variabel yang dimasukkan ke dalam model

adalah karakteristik keluarga (umur kepala keluarga dan besar keluarga), modal

manusia, modal fisik, modal sosial, modal alam, modal finansial, dan strategi

nafkah. Tabel 11 menunjukkan nilai Chi square=81,486 dan Negelkerke R Square

0,557 yang menunjukkan hubungan yang cukup kuat antara prediksi dan

pengelompokan pada model. Model dalam uji regresi logistik ini menjelaskan

55,70 persen pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, sisanya sebesar 43,30

persen kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Tabel 11 Nilai koefisien regresi logistik faktor-faktor yang memengaruhi

kesejahteraan keluarga

Model Kesejahteraan keluarga

(0=tidak sejahtera, 1=sejahtera)

B Exp(B) Sig

Konstanta 0,550 1,734

Umur kepala keluarga (tahun) -0,095 0,909 0,018*

Besar keluarga (orang) -1,222 0,295 0,001**

Modal sosial (indeks) -0,003 0,997 0,930

Modal alam (indeks) 0,027 1,027 0,256

Modal fisik (indeks) 0,158 1,171 0,007*

Modal finansial (indeks) 0,037 1,038 0,038*

Modal manusia (indeks) 0,014 1,014 0,736

Strategi nafkah (0=rekayasa sumber

nafkah, 1=pola nafkah ganda)

-1,070 0,343 0,286

Chi-square 81,486

Negelkerke R2 0,557

ket: *)signifikan pada P<0.05; **)signifikan pada P<0.01

Hasil uji regresi menunjukkan umur kepala keluarga berpengaruh negatif

signifikan terhadap kesejahteraan objektif keluarga. Hal ini berarti keluarga yang

memiliki umur kepala keluarga lebih muda memiliki peluang 0,909 lebih

sejahtera dibandingkan keluarga dengan usia suami lebih tua. Selanjutnya, besar

keluarga berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan objektif keluarga. Artinya,

keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih sedikit berpeluang 0,295 lebih

sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga

lebih banyak. Keluarga dengan kepemilikan modal fisik yang banyak, akan

berpeluang 1,171 kali lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga dengan

kepemilikan modal fisik yang sedikit. Kepemilikan keluarga terhadap modal

finansial yang tinggi berpeluang meningkatkan 1,038 kali keluarga untuk lebih

sejahtera.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi nafkah dan tingkat

kesejahteraan keluarga buruh pemetik teh. Hasil penelitian menunjukkan strategi

nafkah yang banyak dilakukan oleh contoh adalah strategi rekayasa sumber

nafkah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pramudita (2014) yang

18

menunjukkan banyak keluarga pada wilayah berbeda baik desa maupun kota

melakukan rekayasa sumber nafkah. Berbeda dengan pendapat Abdurrahim

(2014) yang menyatakan untuk mempertahankan sistem penghidupannya,

masyarakat pedesaan melakukan strategi pola nafkah ganda, yaitu

mengkombinasikan aktivitas pertanian dan non-pertanian. Ketersediaan modal

alam pada penelitian ini hanya mendukung keluarga untuk melakukan aktivitas

pertanian. Selain itu, keterbatasan keluarga terhadap akses dan sumberdaya

membuat keluarga kesulitan untuk melakukan aktivitas di luar pertanian. Hal

tersebut juga menyebabkan tidak ada keluarga yang menggunakan strategi nafkah

migrasi.

Strategi rekayasa sumber nafkah banyak dilakukan oleh keluarga yang

memiliki sawah dan kebun untuk digarap dan dimanfaatkan hasilnya baik untuk

dikonsumsi sendiri ataupun untuk dijual. Sejalan dengan hasil penelitian Eneyew

dan Bekele (2012) menyatakan bahwa rumah tangga petani dengan lahan yang

luas memilih untuk melakukan rekayasa sumber nafkah daripada pola nafkah

ganda. Menurut Abdurrahim (2014) keluarga melakukan aktivitas bertani padi

sawah bukanlah untuk mencari keuntungan, namun untuk sekedar mencukupi

kebutuhan hidup keluarganya yang sederhana. Rekayasa sumber nafkah juga

dilakukan oleh contoh dengan menambah jam kerja, yaitu dengan memulai

bekerja lebih awal pada pukul 05.00. Selain itu, keluarga melakukan rekayasa

sumber nafkah dengan memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan,

obat tradisional, bumbu, dan estetika. Menurut Wasito dan Subagyono (2012)

lahan pekarangan yang dikelola secara optimal dapat memberikan manfaat bagi

keluarga antara lain berupa peningkatan gizi keluarga, tambahan pendapatan

keluarga, dan lingkungan rumah yang asri.

Strategi pola nafkah ganda banyak dilakukan oleh keluarga dengan

melakukan pekerjaan lain diluar bidang pertanian. Selain itu, pola nafkah ganda

dilakukan keluarga dengan terdapat lebih dari satu anggota keluarga yang mencari

nafkah. Berdasarkan hasil penelitian, besar keluarga contoh termasuk dalam

kategori keluarga kecil. Menurut Eneyew dan Bekele (2012) yang menunjukkan

besar keluarga berpengaruh positif dengan pemilihan strategi pola nafkah ganda

oleh keluarga. Artinya semakin banyak anggota keluarga, akan berpengaruh

terhadap banyaknya anggota rumah tangga yang bekerja. Kepemilikan ternak

berpengaruh negatif signifikan terhadap pemilihan strategi pola nafkah ganda.

Semakin sedikit jumlah ternak yang dimiliki keluarga maka peluang keluarga

untuk mencari pekerjaan di sektor off farm dan non-farm semakin besar (Eneyew

dan Bekele 2012). Selain itu, hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan

contoh berada pada kategori rendah. Menurut Barret et al. (2001), pendidikan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam (pemilihan) strategi

nafkah pola nafkah ganda dengan mencari pekerjaan di sektor off farm dan non-

farm. Pendidikan akan menentukan keahlian yang dimiliki seseorang dan

memengaruhi besaran gaji yang diterima.

Pemilihan strategi nafkah yang digunakan oleh keluarga tergantung pada

akses dan kemampuan keluarga dalam memanfaatkan modal yang tersedia

(Sconnes 1998). Menegaskankan pernyataan Sconnes, Masithoh (2005)

mengungkapkan bahwa tiap rumah tangga pertanian memiliki akses dan

kemampuan berbeda yang berdampak pada munculnya keanekaragaman pola

nafkah. Menurut Sconnes (1998) dalam melakukan strategi nafkah, rumah tangga

19

bisa menerapkan salah satu kegiatan atau melakukan kombinasi dari ketiga bentuk

strategi nafkah untuk memperoleh strategi yang paling efektif agar bisa bertahan

hidup baik saat krisis maupun saat kondisi normal. Hasil penelitian Pramudita

(2014) menunjukkan faktor yang memengaruhi strategi nafkah keluarga adalah

lama pendidikan suami, besar keluarga, dan modal sosial.

Hasil penelitian menunjukkan dua pertiga contoh termasuk ke dalam

kategori keluarga tidak miskin menurut indikator BKKBN. Hal ini sejalan dengan

penelitian Firdaus (2008) yang menunjukkan sebagian besar keluarga contoh

(keluarga wanita pemetik teh) berada pada kategori kesejahteraan sedang.

Sementara itu, hasil penelitian Elmanora et al. (2012) menunjukkan lebih dari

separuh contoh termasuk ke dalam kategori miskin berdasarkan indikator

BKKBN. Berbeda dengan penelitian Elmanora et al. (2012), contoh dalam

penelitian ini sebagian besar memiliki kondisi rumah yang baik dan layak dengan

luas lantai rumah minimal 8m2 perorang telah terpenuhi. Iskandar (2007)

mengungkapkan bahwa perumahan dan lingkungan dapat dijadikan indikator

kesejahteraan karena semakin baik fasilitas yang dimiliki maka dapat diasumsikan

keluarga yang menempatinya akan semakin sejahtera.

Selanjutnya, mengacu kepada garis kemiskinan BPS (2013) di Kabupaten

Bogor sebesar Rp271.970,00 per kapita per bulan, diketahui hampir sepertiga

keluarga buruh pemetik teh berada pada kategori miskin dengan pendapatan per

kapita di bawah Rp271.970,00 dan lebih dari separuh contoh berada pada kategori

tidak miskin dengan pendapatan per kapita per bulan di atas Rp271.970,00.

Apabila dibandingkan, jumlah keluarga yang tergolong miskin pada indikator

BPS tidak jauh berbeda dengan jumlah keluarga yang tergolong miskin pada

indikator BKKBN. Berdasarkan hasil tabulasi silang, ditunjukkan terdapat lebih

dari separuh contoh tergolong sejahtera menurut BKKBN dan BPS. Terdapat

hampir separuh keluarga yang tergolong tidak sejahtera berdasarkan BKKBN,

BPS, atau keduanya. Hasil penelitian Pudjirahayu (1999) menunjukkan rumah

tangga miskin yang tergolong miskin menurut BKKBN menjadi tergolong tidak

miskin menurut BPS.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada

kepemilikan modal fisik dan modal finansial menurut kriteria keluarga sejahtera

dan tidak sejahtera. Keluarga tidak sejahtera memiliki rata-rata kepemilikan

modal fisik dan modal finansial lebih sedikit daripada keluarga sejahtera. Hasil

penelitian Pramudita (2014) menunjukkan bahwa besarnya modal yang dimiliki

keluarga miskin sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun aksesnya.

Keterbatasan jumlah dan akses modal membuat keluarga miskin harus mencari

cara untuk memperoleh dan menggabungkan berbagai aset yang dimilikinya

dengan cara yang lebih inovatif untuk mempertahankan hidup (Saragih et al.

2007). Artinya, keluarga miskin lebih cenderung memanfatkan modal yang

dimilikinya hanya untuk bertahan hidup, bukan untuk menambah kekayaan atau

menambah kepemilikan modal. Oleh karena itu, rata-rata kepemilikan modal

keluarga miskin lebih kecil daripada keluarga tidak miskin.

Hasil penelitian menunjukkan usia kepala keluarga berpengaruh negatif

signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Semakin muda usia suami, peluang

keluarga untuk sejahtera lebih besar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Achia

et al. (2007) yang menunjukkan usia kepala keluarga menjadi faktor yang

berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Kondisi tersebut menunjukkan

20

bahwa sebagian besar keluarga mempunyai kepala keluarga dalam usia produktif.

Menurut Alfiasari (2008) keberadaan usia produktif dalam keluarga memberikan

peluang bagi keluarga untuk meningkatkan potensi guna meningkatkan

pendapatan. Pendapatan yang tinggi memungkinkan keluarga untuk dapat

memenuhi kebutuhannya. Menurut Muflikhati et al. (2010) keluarga dengan

pendapatan yang lebih besar memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi.

Besar keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan

keluarga berdasarkan kriteria sejahtera dan tidak sejahtera. Artinya, keluarga

dengan jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit berpeluang untuk lebih

sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga

lebih banyak. Menurut Muflikhati et al. (2010) keluarga dengan jumlah anggota

lebih sedikit akan berpeluang lebih sejahtera. Jumlah anggota keluarga sedikit

akan menyebabkan luas rumah per kapita semakin luas sehingga keluarga

berpeluang besar untuk masuk dalam kategori tidak miskin menurut indikator

BKKBN. Menurut Hartoyo dan Aniri (2010) jumlah anggota keluarga yang lebih

banyak akan memiliki beban kebutuhan yang lebih besar. Besar anggota keluarga

identik dengan jumlah tanggungan dalam keluarga. Menurut Gan dan Sanyal

(2010) banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga akan menurunkan

kesejahteraan keluarga. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan modal fisik

berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan

kepemilikan modal fisik lebih banyak akan lebih berpeluang untuk sejahtera.

Hasil penelitian Iskandar (2007) menunjukkan kesejahteraan keluarga dipengaruhi

salah satunya oleh kepemilikan aset keluarga. Hal tersebut karena aset merupakan

salah satu sumber daya atau kekayaan yang dapat dijadikan alat pemuas

kebutuhan (Nadiya 2013). Kepemilikan modal finansial keluarga berpengaruh

positif signifikan terhadap kesejahteraan keluarga. Semakin banyak kepemilikan

modal finansial keluarga berpeluang meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Menurut Nanga (2005) kepemilkan modal finansial mencerminkan kekayaan

suatu rumah tangga yang akan memengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga

tersebut.

Berbeda dengan penelitian Alfiasari (2013) yang menyatakan bahwa modal

sosial memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan

keluarga. Grootaert (1999) menyatakan rumah tangga yang memiliki modal sosial

tinggi mempunyai kemampuan lebih baik dalam mengumpulkan aset fisik,

menabung, dan memperoleh kredit guna meningkatkan kesejahteraannya. Tidak

terdapatnya pengaruh kepemilikan modal sosial menurut kriteria keluarga pada

penelitian ini dikarenakan modal sosial dari hampir seluruh contoh (baik sejahtera

maupun tidak sejahtera) memiliki modal sosial yang tinggi.

Hasil penelitian menunjukan strategi nafkah tidak berpengaruh terhadap

kesejahteraan keluarga. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Sulastri

(2013) yang menyatakan strategi nafkah berpengaruh terhadap kesejahteraan

keluarga. Hasil yang berbeda diduga karena karakteristik contoh penelitian dan

pengukuran kesejahteraan yang berbeda. Namun hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Pramudita (2014) yang menyatakan strategi nafkah tidak

berpengaruh terhadap kesejahteraan. Hal ini diduga karena penggunaan strategi

nafkah keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan pendapatan. Namun,

berdasarkan indikator kesejahteraan yang dipakai kesejahteraan tidak hanya

dilihat dari pendapatan. Terdapat aspek lain yang juga diperhatikan dalam

21

menentukan kesejahteraan keluarga. Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan

strategi rekayasa sumber nafkah berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga

meskipun tidak signifikan. Hal ini diduga karena keluarga sudah merasa cukup

terpenuhi kebutuhannya dengan melakukan aktivitas sumber nafkah pada sektor

pertanian, sehingga keluarga kurang berniat untuk melakukan pekerjaan di luar

sektor pertanian. Hal ini terlihat terutama pada keluarga yang memiliki lahan

pertanian (petani pemilik). Menurut Sumarti (2010) petani pemilik akan terus

berusaha mengelola lahannya dengan lebih baik agar lahannya lebih menghasilkan

dan berkembang menjadi lahan yang lebih luas. Kemampuan keluarga

mempertahankan aset berupa lahan, serta kemampuan mengembangkan dan

menambah luasan kepemilikan lahan merupakan salah satu keberhasilan keluarga.

Dengan demikian diduga sektor pertanian memberikan kontribusi pada

kesejahteraan keluarga.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kepemilikan modal fisik, modal finansial dan modal alam keluarga buruh

pemetik teh terkategori sedang. Sedangkan kepemilikan modal manusia keluarga

terkategori rendah, dan kepemilikan modal sosial keluarga terkategori tinggi.

Strategi nafkah yang banyak dilakukan oleh sebagian besar keluarga adalah

strategi rekayasa sumber nafkah. Berdasarkan indikator BKKBN dan BPS lebih

dari separuh keluarga buruh pemetik teh terkategori sejahtera. Tidak terdapat

perbedaan signifikan pada kepemilikan modal manusia, modal sosial, dan modal

alam keluarga antara keluarga sejahtera dan tidak sejahtera. Namun, pada

kepemilikan modal fisik dan modal finansial keluarga terdapat perbedaan

signifikan berdasarkan kriteria sejahtera dan tidak sejahtera. Keluarga sejahtera

memiliki rata-rata nilai indeks kepemilikan modal fisik dan modal finansial lebih

tinggi dibandingkan contoh yang tergolong keluarga miskin.

Faktor yang memengaruhi kesejahteraan keluarga adalah usia kepala

keluarga, besar keluarga, kepemilikan modal fisik, dan kepemlikan modal

finansial. Keluarga dengan usia kepala keluarga lebih muda, jumlah anggota

keluarga lebih sedikit, kepemilikan modal fisik dan modal finansial lebih tinggi

berpeluang untuk lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang memiliki

kondisi sebaliknya.

Saran

Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan modal fisik dan modal finansial

keluarga berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu

diperlukannya pencerdasan kepada contoh akan pentingnya menabung, yaitu

untuk mendorong peningkatan kepemilikan modal fisik dan modal finansial

keluarga guna meningkatkan kesejahteraan keluarga, melalui program penyuluhan

dan penyediaan fasilitas koperasi yang aktif berjalan. Selain itu, pelatihan

berbagai keterampilan kepada keluarga disekitar perkebunan Teh Cianten perlu

dilakukan karena berdasarkan hasil penelitian sebagian besar contoh tidak

memiliki keahlian khusus selain bertani. Hasil penelitian menunjukkan tingkat

22

pendidikan contoh masih rendah, dan tidak sedikit anak dari contoh sekolah hanya

sampai tamat SMP kemudian langsung bekerja di kota sebagai buruh.

Berdasarkan observasi di lapangan akses contoh terhadap SMA dapat dikatakan

sangat kurang. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan untuk melihat

nilai investasi anak dan persepsi orangtua terhadap pendidikan. Selain itu,

penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengukur kesejahteraan subjektif

keluarga, dengan membandingkan kesejahteraan subjektif suami dan istri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim AY. 2014. Strategi nafkah bentukan rumah tangga pedesaan pesisir

di Kabupaten Bintan. Jurnal Sosiologi Reflektif.Yogyakarta (ID): Fakultas

Ilmu Sosial dan Humaniora. UIN Sunan Kalijaga. Vol 9(1). ISSN: 1978-

0362

Achia T, Wangombe A, Khaliody N. 2010. A logistic regression models to

identify key determinants of poverty using demographic and health survey

data. Europoean Journal of Social Science. 13(1)

Alfiasari. 2008. Penguatan modal sosial untuk perlindungan rumah tangga miskin

dalam mengoptimalkanstatus gizi dan kematangan sosial anak. Jurnal Ilmu

Keluarga dan Konsumen 1 (1).

_______. 2013. Analisis modal sosial dalam pemberdayaan ekonomi keluarga

miskin di Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor.

Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 1 (1).

Ariyanti E. 2014. Jawa barat kuasai 78 perkebunan teh di Indonesia [internet].

[diunduh pada : Desember 12 2014]. Diakses pada :

http://beritadaerah.co.id/2014/05/24/jawa-barat-kuasai-78-perkebunan-teh-

di-indonesia/.

[ATI] Asosiasi Teh Indonesia. 2000. Reformasi sistem pemasaran teh untuk

kelestarian industri teh Indonesia. Bandung (ID): ATI.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2005. Profil hasil

pendataan keluarga. Jakarta (ID): BKKBN.

________. 2013. Menjadi produktifdi usia produktif. Data Katalog dalam

Terbitan. Jakarta (ID): BKKBN. ISBN 978-602-1564-02-8.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Barat dalam Angka [internet]. [diunduh

pada Desember 12 2014]. Diakses pada : http://jabar.bps.go.id/. Jawa Barat

(ID): BPS.

Barrett CB, Reardon T, Webb P. 2001. Non-farm income diversification and

household livelihood strategies in rural africa: concepts, dynamics, and

policyimplications. Journal Food Policy 26, 315-331.

[DFID] Departement for International Development. 2000. Sustainable

livelihoods guidance Sheets [internet]. [diunduh pada 20 Januari 2015].

Diakses pada: http://www.livelihoods.org/info/info_guidancesheets.html.

Dharmawan AH. 2006. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaaan Pandangan

Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor.

Sodality: Jurnal Trandisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia.

Vol (01) No (02) Agustus 2007.

23

Elmanora, Muflikhati I, Alfiasari. 2012. Kesejahteraan keluarga petani kayu

manis. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. Vol5 No 1. IKK IPB.

Ellis F. 1998. Household strategies and rural livelihood diversification. The

Journal of Development Studies; Vol 35/1, pp.1-38.

Eneyew A, Bekele W. 2012. Livelihood strategies and its determinants in

southern ethiophia the case of boloso sore of wolaita zone. Journal of Social

Science. Ethiopia University.

Firdaus. 2008. Hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan,

danmekanisme koping, dengan kesejahteraan wanita pemetik teh [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor .

Gan MTYC, Sanyal A. 2010. The determines of urban household poverty in

Malaysia. Journal of Social Science. Vol (3) No (4). Doi:

10.3844/jssp.2007.190.196

Grootaert C. 1999. Social capital, household welfare and poverty in Indonesia.

Social Development. The World Bank.

Hartoyo, Aniri NB. 2010. Analisis tingkat kesejahteraan keluarga pembudidaya

ikan dan nonpembudidaya ikan di Kabupaten Bogor. JIKK. 3(1): 64-73.

[ITC] International Tea Committe. 2003. Annual Bulletin of Statistics 2003.

International Tea Committe, London.

Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan

dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor

[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Masithoh AD. 2005. Analisis strategi nafkah rumah tangga petani perkebunan

rakyat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi

Gender. Bandung(ID) : Mizan.

Mufakhir A. 2011. Industri tea: buruh perempuan, reproduksi kemiskinan, serikat

buruh [internet]. [diunduh pada 03 Februari 2015]. Diakses pada:

http://www.majalahsedane.net/2011/10/industri-teh-buruh-perempuan-a-rata

reproduksi.html.

Muflikhati I, Hartoyo, Sumarwan U, Fahrudin A, dan Puspitawati H. 2010.

Kondisi sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan keluarga: kasus di

wilayah pesisir Jawa Barat. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 3(1): 1-10.

Nadiya A. 2013. Hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan kesejahteraan

anak pada keluarga petani [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nanga, M. 2001. Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Nurhartanti. 2013. Pengaruh kesejahteraan keluarga terhadap investasianak pada

keluarga petani [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2009. Human Development. Edisi 11. New

York : McGraw-Hill.

Pramudita NO. 2014. Strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan pada keluarga

miskin [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Puspitawati H. 2009. Kenakalan Pelajar Dipengaruhi oleh Sistem Sekolah dan

Keluarga. Bogor (ID): IPB Press.

____________. 2012. Gender dan Keluarga: konsep dan realita di Indonesia.

Bogor (ID): IPB Press.

24

Pudjirahaju A. 1999. Konsumsi pangan sebagai indikator kemiskinan [thesis].

Bogor(ID): Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Rambe A. 2004. Alokasi pengeluaran keluarga dan tingkat kesejahteraan (kasus

di kecamatan Medan, Sumatra Utara)[thesis]. Bogor(ID): Sekolah Pasca

Sarjana IPB.

Saragih S, Lassa J, Ramli A. 2007. Kerangka penghidupan berkelanjutan

[internet]. [diunduh Mei 20 2015]. Diakses pada :

www.zef.de/...er/media/2390_SL-Chapter1.pdf.

Scoones I. 1998. Sustainable Rural Livelihood : A Frameworkfor Analysis, IDS

Working Paper, No 72.

Sugiarti, Laksmi K. 2003. Sistem Kerja Borongan pada Buruh Pemetik Teh

Rakyat dan Negara. Menguntungkan atau Merugikan? Jurnal Akatiga,

Bandung: Yayasan Akatiga.

Sugiarti, Laksmi K, Novi S. 2003. Bentuk dan Dinamika Hubungan Buruh-

Majikan, Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Dampaknya terhadap

Posisi Tawar Buruh: Studi Kasus di Perkebunan Teh Negara PTPN VIII

Rancabali dan Perkebunan Teh Rakyat Ciwidey. Bandung: Yayasan

Akatiga.

Sulastri S. 2013. Pengaruh dukungan sosial dan strategi nafkah terhadap

kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Sumarti T. 2010. Kemiskinan petani dan strategi nafkah ganda rumah tangga

pedesaan. Jurnal Trandisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi

Manusia.Vol (1) No (4)

Sunarti E. 2008. A study of plantation women workers; socio economic status,

family strength, food consumption, children growth and development

[laporan]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

________. 2012. Tekanan ekonomi dan kesejahteraanobjektif keluarga di

perdesaan dan perkotaan [prosiding]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wasito dan Subagyono K. 2012. Modal sosial dalam memperkuat ketahanan

pangan keluarga miskin. Kemandirian Pangan Indonesia dalam Perspektif

Kebijakan MP3EI. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Kementrian Pertanian.

Widiyanto, Suwarto, Setyowati R. 2010. Dinamika nafkah keluarga petani

pedesaan dengan pendekatan sustainable livelihood approach (SLA). Jurnal

Agritext. No (28).

Widodo S. 2011. Strategi nafkah berkelanjutan bagi keluarga miskin di daerah

pesisir. Makara, Sosial Humaniora. Vol (15) No (1).

Yadollahi M, Hj Paim L, Othman M, Suandi T. 2009. Factors affecting family

status. European Journal of Scientific Research. Vol. 37 No. 1(2009),

pp.94-109. ISSN 1450-216X.

25

LAMPIRAN

26

Lampiran 1 Kondisi rumah contoh Kategori Ya (%) Tidak (%)

Kepemilikan rumah

a. Rumah sendiri

b. Sewa

c. Milik orangtua

d. Milik perkebunan

69,00

0,00

0,00

31,00

31,00

100,00

100,00

69,00

Kondisi rumah

a. Permanen

b. Semi permanen

23,00

77,00

77,00

23,00

Rata-rata luas tanah bangunan 49.64m2

Rata-rata luas tanah bangunan 38.80m2

Dinding rumah

a. Bilik

b. Setengah tembok

c. Tembok

25,00

55,00

20,00

75,00

45,00

80,00

Lantai rumah

a. Tanah

b. Papan

c. Plester

d. Ubin

e. Keramik

2,00

20,00

42,00

9,00

27,00

98,00

80,00

58,00

91,00

73,00

Atap rumah

a. Asbes

b. Seng

c. Genteng

11,00

2,00

87,00

89,00

89,00

13,00

Sumber air minum

a. Sungai

b. Mata air

c. PDAM

d. Air mineral

8,00

92,00

0,00

0,00

92,00

8,00

100,00

100,00

Kepemilikan kamar mandi

a. Tidak ada

b. Ada

43,00

57,00

57,00

43,00

Kepemilikan WC

a. Tidak ada

b. Ada

50,00

50,00

50,00

50,00

Tempat BAB

a. Sungai

b. Kebun

c. WC umum

d. WC milik sendiri

38,00

0,00

12,00

50,00

62,00

100,00

88,00

50,00

Tempat buang sampah

a. Sungai

b. Pekarangan/ di bakar

c. TPS

d. Tempat pembuangan umum

0,00

53,00

0,00

47,00

100,00

47,00

100,00

53,00

Penerangan

a. Lampu teplok

b. Listrik

0,00

100,00

100,00

0,00

Bahan bakar untuk memasak

a. Kayu bakar

b. Minyak tanah

c. Gas

20,00

0,00

80,00

80,00

100,00

20,00

27

Lampiran 2 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan modal dan kriteria

keluarga

Jenis modal Kategori Tidak sejahtera Sejahtera Total

n % n % n %

Modal

manusia

Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

40

7

0

47

85,10

14,90

0,00

100,00

35

18

0

53

66,03

33,97

0,00

100,00

75

25

0

100

75,00

25,00

1,00

100,00

Rata-rata (indeks) 30,42 34,03 32,22

p-value 0,064

Modal fisik Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

26

21

0

47

55,31

44,69

0,00

100,00

14

39

0

53

26,41

73,59

0,00

100,00

40

60

0

100

40,00

60,00

0,00

100,00

Rata-rata (indeks) 33,05 39,56 36,30

p-value 0.000**

Modal

finansial

Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

37

5

5

47

74,46

10,62

10,62

100,00

19

13

21

53

35,84

24,52

39,66

100,00

56

18

26

100

56,00

18,00

26,00

100,00

Rata-rata (indeks) 30,51 51,83 41,17

p-value 0.000**

Modal sosial Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

0

8

39

47

0,00

17,02

82,98

100,00

0

11

42

53

0,00

20,75

79,25

100,00

0

19

81

100

0,00

19,00

81,00

100,00

Rata-rata (indeks) 81,17 80,05 80,61

p-value 0,644

Modal alam Rendah (0-33.3)

Sedang (33.4- 66.6)

Tinggi (66.7-100)

Total

8

35

4

47

17,02

74,46

8,52

100,00

4

45

1

53

7,54

84,90

1,89

100,00

15

80

5

100

15,00

80,00

5,00

100,00

Rata-rata (indeks) 45,95 47,54 46,74

p-value 0,640

28

Lampiran 3 Sebaran kesejahteraan berdasarkan jawaban contoh

No Kriteria Kesejahteraan

Ya

(%)

Tidak

(%)

1 Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari 100,00 0,00

2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah, dan bepergian

97,00 3,00

3 Rumah yang ditempati keluarga memiliki atap, lantai, dan dinding

yang baik

96,00 4,00

4 Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan 95,00 5,00

5 Bila pasangan usia subur ingin berKB pergi ke sarana pelayanan

kontrasepsi

95,00 5,00

6 Semua anak usia 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah 92,00 8,00

7 Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaannya

91,00 9,00

8 Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan

daging/ikan/telur

88,00 12,00

9 Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian

dalam setahun

80,00 20,00

10 Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk setiap penghuni satu

rumah

77,00 23,00

11 Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat

menjalankan tugas dan fungsi masing-masing

75,00 25,00

12 Ada seorang atau lebih anggota keurga yang bekerja untuk

memperoleh penghasilan

74,00 26,00

13 Selurh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulis 68,00 32,00

14 Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat

atau obat kontrasepsi

68,00 32,00

15 Keluarga berupaya untuk meningkatkan pengetahuan agama 67,00 33,00

16 Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang maupun

barang

23,00 77,00

17 Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali

dimanfaatkan untuk berkomunikasi

13,00 87,00

18 Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggal

11,00 89,00

19 Keluarga memperoleh informasi dari surat kaba/ majalah/ radio/

televisi

11,00 89,00

20 Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan

materil untuk kegiatan sosial

12,00 88,00

21 Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan

sosial/yayasan/institusi masyarakat

0,00 100,00

29

Lampiran 4 Gambaran lokasi penelitian

Gambar 1 Contoh sawah milik responden Gambar 2 Contoh sawah milik responden

Gambar 3 Contoh kebun milik responden Gambar 4 Kolam milik responden

Gambar 5 Pekarangan milik responden Gambar 6 Pekarangan milik responden

30

Gambar 7 Pekarangan milik responden Gambar 8 Responden yang memiliki warung

Gambar 9 Responden yang memiliki warung Gambar 10 Pemanfaatan kayu bakar

Gambar 11 Pemanfaatan pekarangan Gambar 12 Contoh rumah responden

31

Gambar 13 Contoh rumah responden Gambar 14 Contoh rumah responden

Gambar 15 Wawancara responden Gambar 16 Kelompok pengajian

30

Lampiran 5 Kerangka sustainable livelihood DFIDs

H

S N

D F

Singkatan

H = Human capital S = Social capital

N = Natural capital P = Phisical capital

F = Financial capital

KONTEKS

KERENTANAN

-Kejadian yang

mengejutkan

-Bencana alam

-Bencana

tekologi

-Konflik

-Perubahan

musim

-Krisis ekonomi

Aset livelihood

STRUKTUR DAN

PROSES YANG

BERUBAH

STRUKTUR

-Tingkat

pemerintahan

-Sektor swasta

-Hukum

-Kebijakan

-Lembaga PROSES

Strategi

livelihood

M

E

N

U

J

U

P

A

D

A

HASIL

LIVELIHOOD

-Pendapatan

bertambah

-Meningkatnya

kesejahteraan

-Berkurangnya

kerentanan

-Keamanan

pangan

-Penggunaan

basis SDA yang

lebih sustainable

Pengaruh

& akses

31

Lampiran 6 Koefisien korelasi variabel

Kriteria

kesejahteraan

Usia

suami

Usia

istri

Lama

pend.I

Lama

pend.S

Besar

keluarga

Pendapatan

per kapita

Modal

sosial

Modal

alam

Modal

fisik

Modal

finansial

Modal

manusia

SN

Kriteria

kesejahteraan

1 -.454** .217* .032 .052 -.698** .513** -.047 .047 .386** .410** .186 .006

Usia suami 1 .247* -.132 -.080 .319** -.088 .027 .044 -.169 -.104 .154 .298**

Usia istri 1 -.409** -.233* -.294** .421** -.038 .011 -.088 .317** .367** .195

Lama pend.I 1 .266** .043 -.143 .016 .024 .243* -.138 -.070 -.213

Lama pend.S 1 .178 .047 .119 -.019 .177 .034 .081 -.010

Besar keluarga 1 -.621** .076 -.021 -.208* -.311** -.221* .028

Pendapatan 1 .031 -.230* .276** .596** .436** .053

Modal sosial 1 .081 .094 .084 .016 .064

Modal alam 1 -.068 -.214* .001 .209*

Modal fisik 1 .433** .257** .121

Modal finansial 1 .393** -.029

Modal manusia 1 .160

SN 1

*)signifikan pada P<0,05; **)signifikan pada P<0,01

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari empat

bersaudara pasangan Bapak Ujang Dedih (Alm) dan Ibu

Eti Rosmiati yang dilahirkan pada tanggal 11 Februari

1993 di Bandung. Penulis memiliki 1 orang kakak

bernama Sri Sulastri, dan dua orang adik yang bernama

Fajar Novianty dan Muhammad Ramdhan. Pada tahun

2011 penulis lulus dari SMAN 1 Soreang dan diterima

menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur SNMPTN Undangan di Departemen Ilmu Keluarga

dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan

organisasi yang ada di kampus yaitu menjadi staff Biro Fundrising pada Badan

Eksekutif Mahasiwa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) Kabinet Trilogi

periode 2012-2013. Pada periode kepengurusan BEM FEMA selanjutnya, yaitu

kabinet Mozaik Toska tahun 2013-2014, penulis menjadi staff Departemen Sosial

dan Lingkungan. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan

seperti INDEX di tahun 2012, 2013, dan 2014 sebagai staff dan ketua divisi dana

usaha. Program bina desa “Samisaena” 2012 pada divisi PAUD dan Fema Care

and Share (Fresh) 2014 sebagai staff divisi humas. Kemah riset Fema (2014)

sebagai sekretaris. Selain di organisasi dan kepanitiaan dalam kampus, penulis

juga aktif di beberapa kegiatan organisasi dan volunteer di luar kampus, seperti

volunteer WWF dan volunteer Olimpiade Sains Kuark 2015 yang diadakan oleh

PT Kuark Internasional. Penulis merupakan anggota dari Forum Silaturahmi

Remaja Islam (Forsiremis) Kabupaten Bandung.