Mod ul bhs indonesia
Click here to load reader
-
Upload
citra-joni -
Category
Documents
-
view
5.290 -
download
84
Transcript of Mod ul bhs indonesia
1. Pengantar
Modul ini membicarakan penerapan bahasa Indonesia, baik secara umum maupun
secara khusus. Pembicaraan secara umum meliputi berbagai bentuk pemakaian bahasa
Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Secara khusus, yang
dibicarakan adalah bagaimana mengejawantahkan gagasan dengan nalar yang baik ke
dalam bentuk tulisan. Lebih khusus lagi adalah pengungkapan gagasan melalui tulisan
yang bersifat ilmiah.
2. Tujuan Instruksional Umum
Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia,
mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini
diwujudkan dengan kesetiaan berbahasa Indonesia; kebanggaan akan pentingnya
bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan pengembang ilmu dan teknologi secara
menyeluruh untuk meningkatkan kehidupan bangsa, negara, dan juga agama; kesadaran
berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan perkataan lain, mata
kuliah ini ditujukan mengarahkan mahasiswa pada kepribadian yang mengindonesia.
3. Tujuan Instruksional Khusus
Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia,
mahasiswa mampu dan terampil menuangkan gagasan – secara lisan maupun tertulis –
baik ilmiah maupun takilmiah dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh
semua lapisan masyarakat dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
4. Kegiatan Belajar
4.1 Kegiatan Belajar I
4.1.1 Politik Bahasa Indonesia
4.1.1.1 Mengapa Kita Mempelajari Bahasa Indonesia?
Mengapa bahasa Indonesia masih harus dijadikan mata kuliah dan dipelajari di
semua jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi, padahal kini banyak
di antara kita sudah belajar berbahasa Indonesia sejak lahir dan secara formal sejak di
sekolah dasar, bahkan sejak di taman kanak-kanak? Alasannya tiada lain karena
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pasal 37 Ayat 2
mewajibkan perguruan tinggi menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan
kepribadian yang lebih umum disingkat menjadi MPK. Satu di antara beberapa MPK
adalah mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebelumnya, mata kuliah Bahasa Indonesia dan
sejenisnya diwadahi dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), lalu berkembang
menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan terakhir menjadi MPK.
Mengapa pula undang-undang tersebut begitu? Landasan pemikirannya ada dua.
Pertama adalah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan “Kami poetra
dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Kedua
adalah Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa
negara adalah bahasa Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia
memiliki dua kedudukan penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara.
Dengan perkataan lain, latar belakang mengapa bahasa Indonesia masih harus kita
pelajari secara formal sampai di perguruan tinggi adalah adanya dua kedudukan yang
dimiliki bahasa Indonesia. Tentu saja, kedua kedudukan tersebut memiliki fungsinya
masing-masing.
a. Bahasa Nasional
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki tiga
fungsi: (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing.
Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan
kita kembangkan. Selain itu, rasa bangga memakai bahasa Indonesia dalam berbagai
bidang harus selalu kita bina dan kita tingkatkan.
Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia – sebagaimana halnya
lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda – mau takmau suka taksuka
harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Jadi,
seandainya ada orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai ketiga lambang
identitas kita ini tentu sedikitnya kita akan merasa tersinggung dan rasa hormat kita
kepada orang tersebut menjadi berkurang atau malah hilang. Karena itu, bahasa
2
Indonesia dapat menunjukkan atau menghadirkan identitasnya hanya apabila
masyarakat bahasa Indonesia membina dan mengembangkannya sesuai dengan keahlian
dalam bidang masing-masing.
Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa
pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Karena
itu, kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita hindari kalau kita memakai
bahasa Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula kita bisa memahami budaya saudara
kita di daerah lain.
Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki
bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam
kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia boleh dikatakan tidak memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa
Melayu. Bahasa Jawa dan bahasa Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa-
bahasa daerah yang ada di Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas
menjadi bahasa nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya
seandainya bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional.
Mungkin saja terjadi perpecahan perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil.
Karena itu, tentu bukan soal jumlah penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa
waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke masa depan untuk kebesaran dan kejayaan bangsa;
dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
b. Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki tiga fungsi
yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Ketiga fungsi bahasa negara
adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam
dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam
penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
badan-badan kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi pidato kenegaraan.
3
Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar
bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah
bahasa Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah boleh (tidak harus)
digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar sampai tahun ketiga.
Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu
kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini kita
berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis, dengan bahasa
Indonesia agar orang yang kita tuju dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan
kegiatan pembangunan.
Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu
segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan
kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau
bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia. Penyebaran ilmu
tersebut akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan bahasa Indonesia, bukan
bahasa daerah atau bahasa asing.
c. Variasi Pemakaian Bahasa
Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan pemikiran
diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di perguruan tinggi. Kita dapat
mengetahui perbedaan pemakaian bahasa Indonesia tatkala kita membaca koran
nasional dan koran daerah, misalnya. Perbedaan itu dapat juga dibuktikan ketika kita
pergi ke daerah lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu
pula ketika pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan segera tahu adanya
perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh yang paling mudah untuk melihat
perbedaan pemakaian ini adalah bahasa dalam SMS atau ceting (chatting) dan dalam
makalah. Bahasa SMS takketat, bahkan bisa dan boleh semau kita, sedangkan bahasa
makalah penuh dengan aturan yang harus kita taati.
d. Perkembangan Bahasa
Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Belanda, Mandarin,
Jepang atau bahasa asing lainnya, atau juga bahasa daerah, bahasa Indonesia relatif
masih muda. Ia baru lahir pada akhir tahun 1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda.
4
Namun, perkembangannya begitu pesat. Hingga tahun 1988 – berarti enam puluh tahun
– bahasa Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak kosakata daerah, terutama
Jawa dan Sunda, masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap
pada awalnya adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris.
Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih berorientasi pada bahasa
Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang berasal dari bahasa Belanda, misalnya,
tradisionil, formil, sistim. Namun, sejak 1972 – bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) – bahasa Indonesia dalam hal menyerap kosakata asing lebih
berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu, kosakata yang berasal dari bahasa Belanda
seperti ketiga contoh taklagi dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga
kata tersebut adalah tradisional, formal, dan sistem.
Pada akhir tahun 1990-an – ketika yang memimpin Indonesia adalah Abdurrahman
Wahid – perkembangan kosakata bahasa Indonesia memperlihatkan gejala lain. Pada
waktu itu muncul lagi kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya
digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata istigosah, akhwat,
ikhwan.
Perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang kosakata, tetapi juga pada bidang
lain seperti istilah atau ungkapan dan peribahasa. Hal tersebut bisa kita temukan dengan
membaca Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya.
Contoh lain dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran tahun
2000-an. Tahun 1980-an muncul ungkapan menurut petunjuk, demi pembangunan, dan
sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan
sebagainya.
Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam resmi. Dalam
ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan, perkembangan dalam ragam
takresmi lebih pesat, namun juga lebih cepat menghilang. Misalnya, pada tahun 1980-an
muncul kata asoy yang berarti ‘asyik’; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas
sebagai penegas kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas baru sebagai
penegas seperti pada ungkapan PD (percaya diri) lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi
yang sebenarnya adalah ‘kembali’ atau ‘sedang’. Tahun 2004 muncul gitu lo atau getho
lho, dan semacamnya.
5
Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima penyebab perkembangan
makna, yaitu (1) peristiwa ketatabahasaan, (2) perubahan waktu, (3) perbedaan bahasa
daerah, (4) perbedaan bidang khusus, (5) perubahan konotasi.
1) peristiwa ketatabahasaan
Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda karena konteks kalimat
berbeda.
- Agus pulang dengan tangan hampa.
- Dadang memiliki banyak tangan kanan.
- Tangan Didi sakit karena jatuh.
2) perubahan waktu
makna dahulu makna sekarang
bapak : orang tua laki-laki, ayah sebutan terhadap semua orang laki-laki yang
umurnya lebih tua atau kedudukannya lebih
tinggi
canggih: cerewet, bawel pintar dan rumit, modern
saudara : orang yang lahir dari ibu
dan bapak yang sama
sapaan bagi orang yang sama derajatnya, orang
yang dianggap lahir dari lingkungan yang sama
seperti sebangsa, seagama, sedaerah
3) perbedaan bahasa daerah
Kata atos dalam bahasa Sunda berarti ‘sudah’, sedangkan dalam bahasa Jawa berarti
‘keras’. Kata bujur dalam bahasa Sunda berarti ‘pantat’, sedangkan dalam bahasa
Batak berarti ‘terima kasih’, dan dalam bahasa Indonesia berarti ‘panjang’.
4) perbedaan bidang khusus
Dalam bidang kedokteran kata koma berarti ‘sekarat’, sedangkan dalam bidang
bahasa berarti ‘salah satu tanda baca untuk jeda’. Kata operasi dalam bidang
kedokteran berarti ‘bedah, bedel’, dalam bidang kemiliteran atau yang lain berarti
‘tindakan’, dan dalam bidang pendidikan berarti ‘pelaksanaan rencana proses belajar
mengajar yang telah dikembangkan secara rinci’.
5) perubahan konotasi
Kata penyesuaian berarti ‘penyamaan’, tetapi agar orang lain tidak terkejut atau
marah, kata itu dipakai untuk makna ‘penaikan’. Misalnya penaikan harga menjadi
penyesuian harga.
6
Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian ejaan. Sejak 1972
bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), yang dalam kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh
masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih banyak terjadi.
Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan pemakaian huruf kecil dan huruf
kapital; pemakaian singkatan nama diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika
diperhatikan, pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna.
Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada pemakaian
tanda baca koma.
Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada pernyataan berikut?
1) A = B, C, D, dan E.
2) A = B, C, D dan E.
Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil:
Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng.
Orang Sumedang makan tahu sumedang.
Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah pelafalan yang taksesuai dengan kaidah
ejaan. Menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai dengan hurufnya, kecuali untuk nama
diri. Untuk nama diri, penulisan dan pengucapan merupakan hak otonomi pribadi.
Misalnya, Deassy, Dessy, Desy, Desie, Desi, Deasie; Yenny, Yeny, Yenni, Yennie,
Yenie, atau Yeni. Namun, masih banyak di antara kita yang “buta huruf” sehingga
takdapat membedakan huruf c dan huruf k, dan huruf s; atau huruf t dengan huruf c,
dalam beberapa kata yang berbeda.
Karena kurang perhatian pada hal-hal sepele itu, banyak orang melafalkan secara
taktepat untuk kata-kata panitia, unit, pasca, aksesoris, akhir, bathin, dan sebagainya.
e. Sikap dan Kesadaran Berbahasa
Kita memiliki politik bahasa nasional – kekuatan politis (political will) untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain, justru banyak
penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul pertanyaan apakah berlaku
hukum ''di situ ada aturan, di situ pula ada pelanggaran''. Penelusuran dua variabel ini
memungkinkan kita untuk dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti
itu secara proporsional. Lebih-lebih sebagai cendekiawan, kita memiliki peran strategis
7
untuk menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat bahasa Indonesia,
sekaligus mengangkat jatidiri bangsa.
Politik bahasa nasioanl memberikan bobot kekuatan terhadap bahasa Indonesia
dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Salah satu fungsi politik bahasa
nasional adalah memberikan dasar dan pengarahan bagi perencanaan dan
pengembangan bahasa nasional sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan
kedudukan bahasa (nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Alih-alih kita
tahu bahwa Sumpah Pemuda 1928 tidak hanya mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa
Indonesia dalam status yang tinggi tidaklah berlebihan, malah sudah sepantasnya.
Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting dalam hubungannya
dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki perencanaan matang dan terarah dalam
menghadapi perubahan dan perkembangan kebudayaan. Itulah yang dinamakan
kemantapan dinamis.
Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan tidak
memperhatikan posisi bahasa Indonesia. Dengan berbagai alasan, mereka banyak
menyelipkan kata – bahkan kalimat – berbahasa asing, baik secara lisan maupun secara
tertulis tanpa memperhatikan sasaran yang dituju. Jangan jauh-jauh, kita lihat saja
orang-orang di sekitar kita atau kita berjalan-jalan ke toko di seantero Nusantara.
Banyak di antara mereka menggunakan kata berbahasa asing (baca: Inggris!). Padahal
kita atau orang-orang yang berkunjung ke toko tersebut tidak mengerti bahasa Inggris.
Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat dijadikan alasan.
Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa Indonesia kata asing itu tidak ada,
atau bahasa Indonesia tidak menarik minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia
tidak bergengsi tinggi.
Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan kita sebagai
pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk pengaya kata. Jadi, jika belum
ada kata yang tepat, kita cari dalam kamus, kita ikuti prosedur pembentukan kata atau
istilah baru. Jika bahasa Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab
menaikkan gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya.
Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi pengindonesiaan kata
dan istilah asing, antara lain, sebagai berikut:
1. Sumpah Pemuda 1928;
8
2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 tentang penggunaan
Ejaan yang Disempurnakan;
4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 tanggal 28 Oktober
1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam rangka pemantapan persatuan
dan kesatuan bangsa;
5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1/U/1992
tanggal 10 April 1992 tentang peningkatan usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia
dalam memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; dan
6. Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia kepada Gubernur, Walikota, dan
Bupati Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang penertiban penggunaan
istilah asing.
Sayangnya, keenam butir tersebut hanya hanya dilirik dan ditaati selama empat
tahun. Setelah pergantian menteri, keenam butir itu tidak diperhatikan lagi, baik oleh
perseorangan, lembaga swasta, maupun lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di
pelbagai perguruan tinggi di seluruh Nusantara ada gedung yang dinamakan Student
Centre atau Student Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat
Mahasiswa atau yang lainnya karena penghuninya masyarakat bahasa Indonesia?
Mengapa pula di jalan yang banyak dilalui angkutan kota terdapat rambu yang
bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir angkutan kota mengerti bahasa Inggris?
Contoh lain, di pertokoan sangat marak pemakaian kata-kata asing, padahal
pengunjungnya sangat sedikit yang mengerti bahasa asing secara baik.
Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai peningkat gengsi
sosial. Padahal, kalau kita sadari bersama secara kompak, bahasa Indonesia pun bisa
dipakai untuk menaikkan gengsi sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat
perbelanjaan yang megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut
toko memakai bahasa Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap sebagai orang
“kotaan”, orang “modern”. Yang menurunkan atau menaikkan gengsi sosial kita dalam
hal ini mungkin saja pakaian dan cara kita berpakaian atau juga perilaku kita secara
menyeluruh.
9
4.1.2 Perlatihan
Ucapkan kata-kata atau singkatan/akronim di bawah ini sesuai dengan abjad yang
berlaku dalam bahasa Indonesia! Adakah perbedaan ucapan dan mengapa hal itu
terjadi?
AIDS/ HIV
TransTV
TVRI
MetroTV
Bandung TV
SCTV
ANTV
WHO
MTQ
HP
IM3
P3K
psikologi
unsur
unit
volume
Indonesia (dalam lagu “Indonesia Raya”
pascasarjana
acara
panitia
logistik
http://www.dewek.com
Bedakan penulisan singkatan nama diri dan nama gelar:
Dede Surede Syarif Hidayat Sarjana Hukum
Bagaimana pendapat Anda tentang hal-hal berikut?
10
Tadi Ibu menemui Ibu Asep atau Tadi ibu pergi dengan Ibu Asep atau …
Buku kamu ada di saya.
Coba kasih buka itu pintu.
Gue lagi cekak ne.
Apa sech yang kamu risaukan?
Semua sudah pada pergi.
4.1.3 Rangkuman
Bahasa Indonesia masih harus dipelajari di perguruan tinggi disebabkan oleh empat
faktor yang harus kita perhatikan. Keempat faktor tersebut adalah (1) kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia, (2) variasi pemakaian bahasa Indonesia, (3) perkembangan
bahasa Indonesia, dan (4) sikap dan kesadaran berbahasa Indonesia.
4.1.4 Tes Formatif
1. Mengapa di perguruan tinggi ada mata kuliah pengembangan kepribadian seperti
mata kuliah Bahasa Indonesia?
2. Uraikan empat fungsi bahasa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa
nasional!
3. Bedakan variasi pemakaian bahasa Indoensia ragam santai dan ragam ilmiah!
4. Uraikan dengan contoh tiga macam variasi pemakaian bahasa Indonesia.
5. Mengapa dalam bahasa Indonesia terjadi variasi pemakaian?
6. Sejak kapan EYD diberlakukan dan mengapa berorientasi pada bahasa Inggris?
7. Mengapa akhir tahun 1990-an banyak muncul kata baru dari bahasa Arab?
8. Tulislah lima kosakata baru takbaku dan lima kosakata baku!
9. Bagaimana sikap Anda terhadap dosen yang banyak menyelipkan kata asing padahal
kata tersebut ada dalam bahasa Indonesia?
10. Bagaimana pendapat Anda tentang bahasa Indonesia yang harus dijunjung seperti
tercantum dalam Sumpah Pemuda?
11
4.1..5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar I.
12
4.2 Kegiatan Belajar II
4.2.1 Ejaan Yan g Disempurnakan
4.2.1.1 Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Inonesia terdiri atas huruf berikut. Nama
tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf Nama Huruf Nama Huruf NamaA aB bC cD dE e F fG g H hI i
abécédéééfgéhai
J jK kL lM mN nO oP pQ qR r
jékaéléménopékiér
S sT tU uV v W wX xY yZ z
éstéuvéwéeksyézét
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas a, e, i, o,
dan u.
Huruf VokalContoh pemakaian dalam kata
di awal di tengah di akhira
e*
iou
apienakemasitu
olehulang
padipetakkena
simpankotabumi
lusasoretipe
murniradioibu
Dalam pengujaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
13
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k,l,m,n, p, q, r, s, t, v, w, dan z.
HurufKonsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
di awal di tengah di akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafir maaf
g guna tiga balig
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa sesak
- rakyat* bapak
l lekas alas kesal
m maka kama diam
n nama anak daun
p pasang apa siapq** quran furqan -
r raih bara putar
s sampai asli lemas
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita hawa -x** xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim juz
14
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
di awal di tengah di akhir
aiauoi
ainaula
-
syaitansaudaraboikot
pandaiharimauamboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahas Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
GabunganHuruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
di awal di tengah di akhir
khngnysy
khususngilunyatasyarat
akhirbangunhanyutisyarat
tarikhsenang
-arasy
F. Pemenggalan Kata*)
1. Pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga
pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan,
di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan.
Misalnya:
ba-pak ba-rang su-lit
15
la-wan de-ngan ke-nyang
mu-ta-khir
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan dilakukan di antara ke dua huruf konsonan itu.
Gabungan-gabungan konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di som-bong swas-ta
cap-lok Ap-ril bang-sa
makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
pemenggalan dilakukan di antara dua huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ins-tru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan
kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah
Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak
dipenggal.
b. Akhiran –i tidak dipenggal, (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, BabV, Pasal E, Ayat 1).
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan
sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung
ge-li-gi
16
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di
antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan
kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali ada pertimbangan
khusus.
4.2.1.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebgai huruf pertama kata pada
awal kalimat. Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus belekrja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ulang?”
Bapak menasihatkan, “berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat, “
“Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat.”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
17
Misalnya:
Allah Alkitab Islam
Yang Maha Kuasa Quran Kristen
Yang Maha Pengasih Weda
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat sebagai sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
18
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya ,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus hari Natal
bulan Maulid Perang Candu
hari Galungan tahun Hijriah
hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.
19
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Kali Brantas
Banyuwangi Lembah Baliem
Bukit Barisan Ngarai Sianok
Cirebon Pegunungan Jayawijaya
Danau Toba Selat Lombok
Dataran Tinggi Dieng Tanjung Harapan
Gunung Semeru Teluk Benggala
Jalan Dipenogoro Terusan Suez
Jazirah Arab
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyebrangi selat
pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon
10. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
20
Majelis Permusyawarahan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahtraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuiah republik
Beberapa badan hukum
Kerja sama antara pemerintah dan rakyat
Menurut undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A. Master of Arts
Tn. Tuan
21
Sdr. Saudara
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik Bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” Kata Ucok.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan.
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Surat kabar Suara Karya.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
22
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia.’
tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
4.2.1.3 Penulisan Kata
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Bukan itu sangat tebal.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5)
Misalnya:
bertepuk tangan garis bawahi
menganak sungai sebar luaskan
23
3. Jika bentuk dasar yang berupa kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang
tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5)
Misalnya:
menggarisbawahi menyebarluaskan
dilipatgandakan penghancurleburan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati mahasiswa kolonialisme
asrodinamika mancanegara tritunggal
antarkota multilatera kosponsor
introspeksi transmigrasi ultramodern
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah
huruf kapital, di antara dua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia pan-afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan
kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak gerak-gerik
biri-biri huru-hara
buku-buku lauk-pauk
bumiputra-bumiputra mondar-mandir
24
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar mata pelajaran
orang tua simpang empat
kambing hitam meja tulis
persegi panjang kereta api cepat luar biasa
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar buku sejarah-baru
ibu-bapak kami orang-tua muda
anak-istri saya mesin-hitung tangan
4. Gabungan kata ini ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali manakala adakalanya manasuka
bagaimana olahraga padahal barangkali
paramasastra belasungkawa peribahasa saputangan
daripada segitiga sebagaimana dukacita
E. Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti –ku dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -
mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinnya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali
di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti
kepada dan daripada. (Lihat jiga Bab III, Pasal D, Ayat 3).
Misalnya:
25
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
G. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan –tah diteulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik..
Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat iotu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jangankan dua kali,satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
26
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan
pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
4.2.1.4 Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
M.B.A. master of business administration
Bpk. bapak
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara
27
KTP : Kartu Tanda Pengenal
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dst. dan seterusnya
Yth. yang terhormat
tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
cm centimeter
kg kilogram
Rp rupiah
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkata Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
28
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dai deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan
syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi
jumlah suku kata yang lazim pada suku kata Indonesia. (2) Akronim
dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
4.2.1.5 Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
angka arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
angka romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), D (500), M (1.000).
2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iiii) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi
10 liter Rp5.000,00 2.000 rupiah
1 jam 20 menit 17 Agustus 1945 27 orang
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, kamar 169
29
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, Halaman 206
Surah Yasiin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
dua belas 12
dua puluh dua 22
dua ratus dua puluh dua 222
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah ½
tiga per empat ¾
satu persen 1%
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Misalnya:
Paku Bumono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
7. Penulisan lambang bilangan tyang mendapat akhiran –an mengikuti cara
yang berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E,
Ayat5)
Misalnya:
tahun’50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
uang lima 1000-an atau uang lima seribuan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian dan pemaparan.
30
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang memberikan suara blangko.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubahsehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakan itu.
250 orang tamu diundang Pak Darmo
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus adalam teks
kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah).
31
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluih lima per seratus) rupiah.
4.2.1.6 Penulisan Unsur Serapan
Dalam perekembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
atas dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke adalam bahasa
Indonesia seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I‘homme par I’homme.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti bentuk asalnya.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
ai tetap ai
trailer trailer
au tetap au
audiogram audiogram
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
construction konstruksi
c di muka e, I, oe, dan y menjadi s
circulation sirkulasi
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
32
accomodation akomodasi
cc di muka e dan I menjadi ks
vaccine vaksin
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
charisma karisma
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
machine mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
China Cina
Ç (Sanskerta) menjadi s
Çabda sabda
e tetap e
description deskripsi
ea tetap ea
idealist idealis
ee (belanda) menjadi e
systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan
eo tetap eo
geometry geometri
eu tetap eu
neutron neutron
f tetap f
fanatic fanatik
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
gigue gige
i, pada awal suku kata di muka vokal, tetap i
ion ion
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek politik
33
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
patient pasien
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
ng tetap ng
contingent contingen
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi
ou menjadi u jika lafalnya u
gouvernour gubernur
ph menjadi f
physiology fisiologi
ps tetap ps
pshychiatry psikiatri
pt tetap pt
pteridology pteridologi
q menjadi k
aquarium akuarium
rh menjadi r
rhapsody rapsodi
sc di muka a, o, u, dan konsonan nebjadi sk
scandium skandium
sc di muka e, I, dan y menjadi s
scenography senografi
sch di muka vokal menjadi sk
schema skema
t di muka I menjadi s jika lafalnya s
34
action aksi
th menjadi t
theocracy teokrasi
u tetap u
structure struktur
ua tetap ua
aquarium akuarium
ue tetap ue
duet duet
ui tetap ui
conduite konduite
uo tetap uo
quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur
v tetap v
television televisi
x pada awal kata tetap x
xanthate xantat
x pada posisi lain, menjadi ks
executive eksekutif
xc di muka e dan i menjadi ks
excitation eksitasi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
exclusive eksklusif
y tetap y jika lafalnya y
yuan yuan
y menjadi i jika lafalnya i
psychology psikologi
z tetap z
zygote zigot
Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat
membingungkan.
35
Misalnya:
accu aki
effect efek
ferrum ferum
tetapi:
mass massa
Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi
diubah.
Misalnya:
kabar sirsak
iklan perlu
bengkel hadir
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai
bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua hururf itu
diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu
dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama
dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas,
berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam
bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata
seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping
kata standar, efek, dan implemen.
aat (Belanda) menjadi at
advokaat advokat
plaat plat
tractaat traktat
age menjadi ase
percentage persentase
etalage etalase
al, eel (Belanda), aal (Belanda) menjadi al
structural, structureel struktural
36
formal, formeel formal
normal, normaal normal
ant menjadi an
accountant akuntan
informant informan
archy, archie (Belanda) menjadi arki
anarchy, anarchie anarki
olgarchy, oligarchie oligarki
ary, air (Belanda) menjadi er
complementary, complementair komplementer
primary, primair primer
secondary, secondair sekunder
(a)tion, (a)tie (Belanda) menjadi asi, si
action, actie aksi
publication, publicatie publikasi
eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi il
materieel, materiil
moreel moril
principieel prinsipiil
ein tetap ein
casein kasein
ic, ics, ique, iek, ica (nomina) menjadi ik, ika
logic, logica logika
physics, physica fisika
technique, techniek teknik
ic (nomina) menjadi ik
electronic elektronik
ic, ical, isch (adjektiva) menjadi is
elctronic, elektronisch elektronis
economical, economisch ekonomis
ile, iel menjadi il
mobile, mobiel mobil
ism, isme (Belanda) menjadi isme
37
modernism, modernisme modernisme
ist menjadi is
egoist egois
ive, ief (Belanda) menjadi if
descriptive, descriptief deskriptif
logue menjadi log
dialogue dialog
logy, logie (Belanda) menjadi log
technology, technologie teknologi
loog (Belanda) menjadi log
analoog analog
oid, oide (Belanda) menjadi oid
anthropoid, anthropoide anthropoid
oir(e) menjadi oar
trottoir trotoar
or, eur (Belanda) menjadi ur, ir
director, directeur direktur
amateur amatir
or tetap or
dictator diktator
ty, teit (Belanda) menjadi tas
university, universiteit universitas
ure, uur (Belanda) menjadi ur
structure, struktuur struktur
4.2.2 Perlatihan
1. A. Dalam Surat Kabar Suara Karya terdapat berita menarik.
B. Dalam surat kabar Suara Karya terdapat berita menarik.
C. Dalam surat kabar Suara Karya terdapat berita menarik.
D. Dalam Surat Kabar Suara Karya terdapat berita menarik.
2. A. Kita harus mengIndonesiakan kata-kata asing.
B. Kita harus meng-Indonesiakan kata-kata Asing.
38
C. Kita harus mengindonesiakan kata-kata asing.
D. Kita harus mengindonesiakan kata-kata Asing.
3. A. Menurut Undang-undang Dasar itu semua warga negara mempunyai
kedudukan yang sama.
B. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 semua warga negara mempunyai
kedudukan yang sama.
C. Menurut Undang-undang dasar 1945 semua warga negara mempunyai
kedudukan yang sama.
D. Menurut undang-undang dasar 1945 semua warga negara mempunyai
kedudukan yang sama.
4. A. Politik divide et-impera pernah merajalela di negeri ini.
B. Politik Divide Et Impera pernah merajalela di negeri ini.
C. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
D. Politik divide et-impera pernah merajalela di Negeri ini.
5. A. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
B. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha-Kuasa.
C. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha-kuasa.
D. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang maha-kuasa.
6. A. Untuk keperluan ini kami mencharter tiga buah mobil.
B. Untuk keperluan ini kami men-charter tiga buah mobil.
C. Untuk keperluan ini kami mencharter tiga buah mobil.
D. Untuk keperluan ini kami men-charter tiga buah mobil.
7. A. Banyak penduduk Jakarta yang tidak berKTP.
B. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber KTP.
C. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber-ktp.
D. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber-KTP.
8. Pemakaian huruf kapital pada kalimat berikut betul, kecuali …
A. Dasar negara bangsa Indonesia adalah Pancasila.
B. Sebagai umat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, kita harus beriman dan
bertakwa kepada-Nya.
39
C. Artikel yang berjudul “Kata Dan Puisi Kita Dewasa Ini” terdapat dalam
Pikiran Rakyat.
D. Sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, beliau pernah menjabat
sebagai Panglima Kodam III Siliwangi.
9. Penulisan kata yang semuanya benar terdapat pada …
A. pertanggungan jawab menaklukkan sukacita
B. pertanggung jawaban menaklukan suka cita
C. pertanggungjawaban menaklukkan suka-cita
D. pertanggungjawaban menaklukkan suka cita
10. Penulisan kata serapan yang semuanya benar terdapat pada …
A. standardisasi teoretis hipotesis metode
B. standarisasi teoretis hipotesis metoda
C. standardisasi teoritis hipotesa metodaD. standarisasi
teoretis hipotesa metode
4.2.3 Rangkuman
- Pemenggalan kata harus berdasarkan suku kata, namun perlu juga diperhatikan jika
kata yang kita penggal berimbuhan – i atau bersuku satu.
- Pemakaian huruf kapital dan huruf kecil bisa membedakan makna. Pemakaian huruf
kapital diatur dalam lima belas macam.
- Pemakaian huruf miring untuk mengkhususkan huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat.
Selain itu, huruf miring digunakan juga untuk menuliskan kata-kata takbaku, kata-kata
atau istilah asing dan istilah ilmiah, dan menuliskan judul buku, majalah, nama koran,
atau jurnal yang dikutip.
- Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian
kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
- Penyerapan kata asing bisa dilakukan dengan penyesuaian lafal dan tulisan atau
menyerap seutuhnya. Penyerapan seutuhnya dilakukan jika lafalnya sudah sesuai
dengan lafal bahasa Indonesia.
40
4.2.4 Tes Formatif
1. Kata berikut baku kecuali…
A. izin
B. azas
C. jenazah
D. ijazah
2. Penggunaan huruf kapital yang benar terdapat pada kalimat ….
A. Kita harus berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B. Pada Bulan Agustus ia akan berangkat ke Amerika.
C. Di mana banyak terdapat Suku Jawa?
D. Pegunungan yang membentang di dataran Sumatra itu bernama Bukit Barisan.
3. Pemakaian huruf miring atau garis bawah dibenarkan, kecuali untuk ….
A. nama orang atau nama instansi alau lembaga.
B. menegaskan bagian kata, kata, atau kelompok kata.
C. menuliskan kata nama-nama ilmiah.
D. menuliskan nama buku dan majalah yang dikutip dalam karangan.
4. Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali ….
A. Kita harus pandai mendayagunakan segala yang kita miliki
B. Atas perhatian Anda, kami sampaikan terima kasih.
C. Tidak benar membebastugaskan pegawai tanpa alasan.
D. Ada juga pengusaha non pribumi yang mau menjadi orang tua asuh.
5. Penulisan huruf kapital dalam kalimat berikut betul, kecuali ….
A. Badak di Pulau Sumatera semakin berkurang.
B. Tegangan listrik di rumah kami 220 Volt.
C. Sebagai orang timur kita menghormati adat-istiadat kita.
D. Harga gula jawa lebih murah daripada gula pasir.
6. Penulisan nama majalah yang benar ialah …
A. Telah lama saya berlangganan Femina.
B. Telah lama saya berlangganan “Femina”.
C. Telah lama saya berlangganan “FEMINA”.
41
D. Telah lama saya berlangganan FEMINA.
7. Penulisan singkatan yang benar ialah …
A. a.l. singkatan antara lain
B. a/n singkatan atas nama
C. s.d.a. singkatan sama dengan atas
D. d.a singkatan dengan alamat
8. A. Mohon ma’af lahir dan bathin.
B. Mohon maap lahir dan bathin.
C. Mohon maaf dlahir dan bathin.
D. Mohon maaf lahir dan batin.
9. Penulisan yang benar menurut ejaan adalah….
A. masyarakat, tidak syah, komplek
B. masyarakat, tidak sah, komplek
C. masyarakat, tidak sah, kompleks
D. masyarakat, tidak syah, kompleks.
10. Himpunan kata yang semua anggotanya benar ialah…
A. advokat, propesi, bugenvil.
B. zaman, azan, hewan
C. metoda, dzikir, takzim
D. akuarium, asesori, boutiq
42
4.2.5 Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar I.
43
4.3 Kegiatan Belajar III
4.3.1 Ejaan yang Disempurnakan
4.3.1 Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat JenderaAgraria
1. …
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir
dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
44
1.30.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul, tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai
Poestaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Nomor gironya 56456784.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Salah Asuhan
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponogoro 82
Jakarta
1 April 1991
Yth. Sdr. Moh. Hassan
Jalan Arif 43
Palembang
B. Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
45
Misalnya:
Saya membeli karcis, pena, dan tinta.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, meskipun begitu, dan tetapi.
Misalnya:
…. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
…. Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M).
Misalnya:
Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
46
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur 35, Bandung.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid I dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahsa Indonesia untuk Karang-mengarang
(Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya:
C. Ratulangi, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka per sepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnnya:
12,5 m
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F).
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit
tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13. Tanda koma dapat dipakai – untuk menghindari salah baca – di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
47
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ibu mengurus tanamannya di kebun itu; Ayah sibuk bekerja di dapur;
Saya sendiri asyik mendengarkan siaran radio.
D. Tanda Titik Dua
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: Kursi, meja, dan
lemari.
1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau prian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
48
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerluakan
pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Nuri Handayani
Bendahara: Darmawan
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (Meletakkan beberapa kopor)
“Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu (mengangkat kopor dan masuk)
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor halaman, (ii) di anatara
bab dan ayat dalam Kitab Suci, (iii) di anatara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yaasin: 9
Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjakranegara, Soetomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa
Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada
ju-
ga cara yang baru
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau
pangkal baris.
49
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ….
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ….
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak …
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk
meng-
ukur panas.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
Angka dua sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
50
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 5000)
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluhlima-ribuan (1 2500)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke dengan angka, (iii) angka dengan
an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v)
nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
mem-PHK-kan
Menteri-Sekretaris Negara
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
C. Tanda Pisah ( – )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
51
Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
alin sehingga kalimat menjadi yang lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai’.
Misalnya:
1910 – 1945
Jakarta – Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Pengetikan dengan komputer bisa
diakali dengan cara sebagai berikut: Tekan spasi (space bar), ketik angka,
tekan spasi, ketik tanda hubung, tekan spasi, ketik angka lagi, lalu tekan
spasi lagi. Setelah itu, untuk selanjutnya, tanda pisah bisa kita kopi.
D. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang berputus-putus.
Misalnya:
Kalu begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemorosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu
untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati …..
52
E. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1987 (?).
F. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.
G. Tanda Kurung (….)
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian
Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul ”Ubud” (nama tempat terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
53
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.
H. Tanda Kurung Siku (… )
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba mendengar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persaman kedua proses itu (perbedaannya lihat halaman 35-38 tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
I. Tanda Petik Ganda (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Saya belum siap, ” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
54
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misanya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Catatan:
Tanda petikpembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengan bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J).
Misalnya:
feed-back ‘balikan’
N. Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat II/10
tahun anggaran 1985/1986
55
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp1.500,00/lembar
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (’)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
1 Januari ’88 (’88 = 1988)
4.3.2 Perlatihan
1. Penulisan lambang bilangan yang benar terdapat pada kalimat …
A. Tujuh belas pemeras berhasil ditangkap.
B. 17 pemeras berhasil ditangkap
C. sebanyak 17 pemeras berhasil ditangkap
D. tujuh belas (17) pemeras berhasil ditangkap.
2. Penggunaan tanda baca yang benar dalam kalimat ini ialah …
A. Kata Momon, ”Mahasiswa sekarang kreatif”
B. Kata Momon, ”Mahasiswa sekarang kreatif.”
C. Kata Momon: ”Mahasiswa sekarang kreatif”
D. Kata Momon: ”Mahasiswa sekarang kreatif.”
3. Kami berbicara … seluruh rakyat.
A. a/n
B. an.
C. a.n.
D. a/n.
4. Mungkin … akan meletus pada tahun 2099.
A. Perang Dunia ke-IIIB. Perang Dunia ke-3C. Perang Dunia ke IIID. Perang Dunia ke 3
56
5. Pembimbing saya adalah….
A. Dr. Rifai M. Si.
B. Dr Rifai Msi.
C. Dr. Rifai, M.Si.
D. Dr. Rifai, M Si.
6. Mereka mengharapkan sumbangan berupa …
A. makanan, pakaian, dan obat-obatan.
B. makanan, pakaian dan obat-obatan.
C. makanan pakaian dan obat-obatan.
D. makanan pakaian, dan obat-obatan.
7. Penulisan kata bilangan yang benar terdapat pada kalimat ….
A. 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
B. Kami memerlukan 10 (sepuluh) buah bus pegawai.
C. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang dalam pertemuan itu.
D. Anna menonton drama itu sampai tiga kali.
8. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat dalam kalimat ….
A. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk
B. Semua siswa yang lulus ujian, mendaftarkan namanya pada panitia
C. Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
D. Saya tahu, bahwa soal itu penting.
9. Pemakaian tanda baca yang taktepat terdapat dalam kalimat …
A. Mengenai sakitnya itu, katanya, harus dikonsultasikan pada dokter.
B. Dokter sibuk memeriksa pasien; sementara suster menyiapkan alat suntik.
C. Seorang penderita AIDS meninggal di RS. Hasan Sadikin, Bandung.
D. “Ingatlah, Jang”, kata Ida kepada adiknya, “jangan jajan sembarangan!”
10. Pemakaian tanda titik yang tepat terdapat dalam kalimat …
A. Moh.Yogie. SM adalah mantan Gubernur Jawa Barat.
B. Buku Teori Ekonomi Makro dikarang oleh Drs. Linus Suryadi d.k.k.
C. Bukti-bukti penyimpangan itu ditulis pada hlm. 34 buku karya Hade Lakuna.
D. Yang terhormat Bapak Robert. K Sembiring, kami persilakan.
57
4.3.3 Rangkuman
Ada lima belas tanda baca yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu sebagai
berikut:
1) Tanda Titik (.) meliputi delapan aturan;
2) Tanda Koma (,) meliputi empat belas aturan;
3) Tanda Titik Koma (;) meliputi dua aturan;
4) Tanda Titik Dua (:)meliputi empat aturan;
5) Tanda Hubung (-) meliputi tujuh aturan;
6) Tanda Pisah ( – ) meliputi tiga aturan;
7) Tanda Elipsis (…) meliputi dua aturan;
8) Tanda Tanya (?) meliputi dua aturan;
9) Tanda Seru (!) hanya satu aturan;
10) Tanda Kurung ( ) meliputi empat aturan
11) Tanda Kurung Siku [ ] meliputi dua aturan
12) Tanda Petik Ganda (“…”) meliputi lima aturan;
13) Tanda Petik Tunggal (‘…’) meliputi dua aturan;
14) Tanda Garis Miring ( / ) meliputi dua aturan;
15) Tanda Penyingkat atau Apostrof (’) hanya satu aturan.
4.3.4 Tes Formatif
1. Tulislah lima contoh pemakaian tanda titik!
2. Tulislah lima contoh pemakaian tanda koma!
3. Tulislah dua contoh pemakaian tanda titik koma!
4. Tulislah empat contoh pemakaian tanda titik dua!
5. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda hubung!
6. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda pisah!
7. Tulislah dua contoh pemakaian tanda elipsis!
8. Tulislah empat contoh pemakaian tanda kurung!
9. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda petik ganda!
10. Tulislah dua contoh pemakaian tanda petik tunggal!
58
4.3.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar II.
59
4.4 Kegiatan Belajar IV
4.4.1Bahasa Baku
4.4.1.1 Ragam Bahasa
Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi adalah ragam fungsional.
Artinya ragam bahasa yang didasarkan pada fungsi. Menurut Martin Joos, ragam
fungsional ini terbagai ke dalam lima jenis, yaitu (1) beku, (2) resmi, (3) usaha, (4)
santai, (5) akrab.
Ragam beku adalah bahasa yang “tidak dapat diubah” karena sudah “membeku”.
Ragam ini terdapat dalam dokumen-dokumen resmi kenegaraan seperti teks Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, atau buku-buku suci.
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi seperti upacara-
upacara kenegaraan atau pernikahan, ceramah, seminar, pendidikan, kantor pemerintah
(dan juga swasta). Bahasa yang digunakan dalam buku pelajaran dan makalah bisa
dimasukkan pada ragam ini.
Ragam usaha adaah bahasa yang digunakan dalam dunia usaha. Dunia usaha
memerlukan konsumen atau mitra sebanyak-banyaknya. Karena itu, di dalam ragam ini
bahasa yang digunakan bisa bermacam-macam, bisa santai, bisa juga resmi, atau pun
akrab. Perhatikan saja bahasa yang digunakan dalam iklan.
Ragam santai adalah bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok dalam situasi
santai. Misalnya kelompok arisan, teman sebaya, teman sehobi, keluarga.
Ragam akrab adalah bahasa yang digunakan karena keakraban dan bisa juga santai.
Ragam ini digunakan juga dalam suatu kelompok, tetapi ada kemungkinan tidak
dimengerti atau tidak digunakan oleh kelompok lain. Misalnya kelompok remaja,
kelompok suatu geng, atau kelompok lain. Bahasa yang digunakan dalam SMS,
misalnya, bisa digolongkan ke sini.
Kegiatan tulis-menulis dan belajar-mengajar di perguruan tinggi berada dalam
situasi resmi. Karena itu, bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa resmi. Dalam
ragam resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku yang sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya.
60
4.4.1..2 Ciri Bahasa Baku
Menurut pakar bahasa Indonesia, Anton M. Moeliono, ada dua ciri bahasa baku:
mantap dan cendekia. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah
yang tetap. Kemantapan dinamis dapat diartikan adanya keterbukaan untuk perubahan
bersistem, baik dalam bidang kosakata dan peristilahan maupun ragam dan gaya dalam
bidang kalimat dan makna.
Untuk mencapai kemantapan, perlu diusahakan penyusunan aturan (kodifikasi)
bahasa yang menyangkut dua aspek: (1) bahasa menurut situasi pemakai dan
pemakaiannya dan (2) bahasa menurut strukturnya sebagai sistem komunikasi.
Aspek pertama akan menghasilkan sejumlah ragam dan gaya bahasa. Perbedaan
ragam dan gaya tampak salam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa tulisan.
Masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakaian dalam berbagai
situasi dan tujuan. Misalnya, dalam pergaulan keluarga dan sahabat; administrasi
pemerintahan, peradilan, pengajaran, seminar, diskusi, dan ilmu pengetahuan.
Aspek kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosakata baku. Pada umumnya
yang dianggap baku adalah ujaran dan juga tulisan yang dipakai oleh golongan
masyarakat yang memiliki pengaruh besar seperti pejabat pemerintah, guru, dosen,
ilmuwan, mahasiswa, rohaniwan, wartawan, kolumnis, penyair, novelis, artis, dan
selebritis. Pengaruh ini terbukti, misalnya, ketika zaman Soeharto. Presiden Soeharto
memiliki ciri khas bahasa (idiolek). Dia sering menggunakan kata daripada walaupun
tidak tepat pemakaiannya. Akibatnya, hampir seluruh pejabat dan juga masyarakat
terpengaruh oleh Soeharto.
Ciri lain yang dimiliki bahasa baku adalah kecendekiaan. Bahasa Indonesia harus
mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam berbagai bidang ilmu,
teknologi, dan hubungan antarmanusia tanpa menghilangkan kodrat kepribadiannya.
Proses pencendekiaan ini amat penting untuk menampung aspirasi generasi muda
yang menuntut taraf kemajuan yang lebih tinggi dan ingin mencari pengalaman hidup
sebagai akibat perkenalannya dengan kebudayaan lain. Ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kehidupan modern harus dapat dicapai lewat bahasa Indonesia. Orang yang ragu-
ragu terhadap kemampuan bahasa Indonesia biasanya menggunakan bahasa Inggris.
Contoh baik yang dapat kita tiru adalah bangsa Jepang. Mereka telah berhasil
mencendekiakan bahasa Jepang sambil mempertahankan tata aksaranya (kanji,
hiragana, dan katakana) dan tingkat bahasanya – seperti bahasa Jawa dan Sunda, bahasa
61
Jepang mengenal undak usuk bahasa. Mereka menyalurkan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern melalui penerjemahan besar-besar. Hasilnya? Kini bangsa Jepang
menjadi bangsa modern.
Bangsa Indonesia pun sebetulnya bisa seperti bangsa Jepang jika pencendekiaan
bahasa segera dilakukan. Pencendekiaan bahasa takharus berarti pembaratan (baca:
penginggrisan) bahasa seperti banyak dilakukan oleh sebagian besar saudara kita.
Banyak di antara kita takmau susah-susah membuka-buka kamus bahasa Indonesia.
Mereka langsung membaratkan bahasa Indonesia. Mereka mengabaikan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia.
4.4.1.3 Fungsi Bahasa Baku
Ada empat fungsi bahasa baku: pemersatu, penanda kepribadian, penambah
wibawa, dan kerangka acuan.
Fungsi pertama telah membuktikan bangsa Indonesia dapat bersatu dan mengatasi
kedaerahan. Karena bahasa merupakan wahana dan pengungkap kebudayaan nasional,
fungsi pemersatu dapat ditingkatkan lagi dengan mengintensifkan usaha berlakunya
bahasa baku yang adab yang menjadi salah satu ciri manusia Indonesia modern.
Fungsi kedua yang dijalankan oleh bahasa baku dan adab akan tampak jika di
dalam pergaulan dengan bangsa lain, orang Indonesia membedakan dirinya dengan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Kalau fungsi ini sudah
dilaksanakan secara luas, bahasa Indonesia dapat dianggap melaksanakan perannya
yang penting sebagai bahasa nasional yang baku. Sayangnya, masih banyak di antara
kita baru taram-taram ‘bisa sedikit’ berbahasa Inggris, ucapan atau tulisannya sudah
keinggris-inggrisan.
Fungsi ketiga menduduki tempat tinggi pada skala tata nilai dalam masyarakat
bahasa. Gengsi yang lekat pada bahasa Indoneia baku – karena dipakai oleh kalangan
masyarakat berpengaruh (pressure group) – menambahkan wibawa pada setiap orang
yang dapat menguasai bahasa itu dengan mahir. Fungsi ini juga terlaksana jika bahasa
Indonesia dapat dipautkan dengan hasil teknologi modern dan unsur kebudayaan baru.
Misalnya, kata-kata Indonesia yang dicantumkan kepada pranata, lembaga, bangunan,
jalan , atau yang lainnya, warga masyarakat secara psikologis akan mengidentikkan
bahasa Indonesia dengan masyarakat dan kehidupan modern dan maju. Karena itu,
misalnya, takperlu lagi supermarket, student centre, mall, for sale, rent, break event
62
point, shareholder, bookkeeper, kit sebab sudah ada pasar utama, pusat mahasiswa,
pasar besar, dijual, sewa, titik impas, penyaham, pembuku, lengkapan.
Fungsi keempat merupakan ukuran tentang tepat atau tak tepat pemakaian bahasa
dalam situasi tertentu. Fungsi ini akan terpenuhi jika pembinaan terus diupayakan
seperti dalam bidang surat-menyurat resmi, bentuk surat putusan, risalah, laporan,
undangan iklan, pengumuman, sambutan, ceramah, dan pidato.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
Kata Baku Kata Takbaku
absurd absur
agresif agresip
akhir ahir
aksesoris asesoris
aktif aktip
aktivitas aktifitas
akuarium aquarium
ambulans ambulance
analisis analisa
atau atawa
azan adzan
balans balan
baru anyar
batin bathin
belum belon
bicara - berbicara ngomong
cina china
dahulu baheula
dengan sama, ama
doa do’a
efektif epektip
ekstensi ekstension
fakta pakta
63
fasih pasih
Februari Pebruari
fotokopi photo copy
frekuensi frekwensi
gerejawi gerejani
hakekat hakikat
hipotesis hipotesa
identifikasi identipikasi
ilmuwan ilmiawan
informal informil
izin ijin
jadwal jadual
jumat jum’at
kaidah kaedah
kalkulasi -
mengalkulasi
mengkalkulasi
kata - berkata bilang
kategori -
mengategorikan
mengkatagorikan - mengkategorikan
khawatir kuatir
komersil -
mengomersilkan
mengkomersilkan – mengkomersialkan
mengkomersialisasikan
komparatif komparatip
kompleks komplek
komplemen komflemen
komputer computer
komunikasi -
mengomunikasikan
mengkomunikasikan
konduite kondite
konferensi konperensi
konsekuen konsekwen
konstekstual kontextual
konsumsi - mengkonsumsi
64
mengonsumsi
kontrak - dikontrakkan dikontrakan
kontrak -
mengontrakkan
mengontrakan - mengkontrakkan
kritik keritik
kritik - mengkritik mengeritik
kualitas kwalitas
kuantitas kwantitas
kuitansi kwitansi
kultus - mengultuskan mengkultuskan
legal - melegalkan melegalisasi, melegalisir
mokal - melokalkan melokalisasi - melokalisir
lembap lembab
mengapa kenapa
metode metoda
modern moderen
narasumber nara sumber
nasihat nasehat
nikah - dinikahkan ditikahkan
nonaktif non aktif
nonblok non blok
November Nopember
operasi oprasi
paham faham
pasien pasen
pasif pasip
pengaruh -
memengaruhi
mempengaruhi
pengeboman pemboman
perancis prancis
percaya - memercayai mempercayai
perkosa - memerkosa memperkosa
pesona - memesona mempesona
65
problem problim
proyek projek
rapi rapih
reformasi repormasi
rido ridho, ridlo
rohaniwan rohaniawan
Sabtu Saptu
sah - mengesahkan mensahkan – mengesyahkan - mensyahkan
salih soleh
sastra sastera
sejahtera -
menyejahterakan
mensejahterakan
seks sek, sex
seksi sie
semifinal semi final
sertifikat sertipikat
servis service, serfis
sesi sessi
silakan silahkan
sintesis sintesa
sistem sistim
staf staff
standar standard
standardisasi standarisasi
subjek subyek
sukses - menyukseskan mensukseskan
taksi taxi
tampak nampak
tampak - ditampakkan dinampakkan
tampak -
menampakkan
menampakan
teknik tehnik
teladan tauladan
66
telepon telefon
telur telor
telusuri - menelusuri selusur, menyelusuri
temu - bertemu ketemu
temu - ditemukan diketemukan
teoretis tioritis, teoritis
teori tiori
terampil trampil
terap - diterapkan ditrapkan
terap - menerapkan mentrapkan
tertawa ketawa
tertawa - ditertawakan diketawakan
tim team
tradisional tradisionil
trotoar trotoir
tunjuk - menunjukkan menunjukan
vaksinasi faksinasi
wudu wudhu, wudlu
zaman jaman
4.4.2 Perlatihan
Cari dan bedakan 10 kata baku dan takbaku dalam kamus!
4.4.3 Rangkuman
Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi adalah ragam fungsional.
Artinya ragam bahasa yang didasarkan pada fungsi. Menurut Martin Joos, ragam
fungsional ini terbagai ke dalam lima jenis, yaitu (1) beku, (2) resmi, (3) usaha, (4)
santai, (5) akrab.
Ada dua ciri bahasa baku: mantap dan cendekia. Bahasa baku memiliki sifat
kemantapan dinamis berupa kaidah yang tetap. Kemantapan dinamis dapat diartikan
adanya keterbukaan untuk perubahan bersistem, baik dalam bidang kosakata dan
peristilahan maupun ragam dan gaya dalam bidang kalimat dan makna. Dalam hal
kecendekiaan, bahasa Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang
67
rumit dalam berbagai bidang ilmu, teknologi, dan hubungan antarmanusia tanpa
menghilangkan kodrat kepribadiannya.
Ada empat fungsi bahasa baku: pemersatu, penanda kepribadian, penambah
wibawa, dan kerangka acuan.
4.4.4 Tes Formatif
1. Tulislah lima ragam fungsional bahasa!
2. Uraikan dua ciri bahasa baku!
3. Jelaskan empat fungsi bahasa baku!
4. Bagaimana sikap Anda apabila melihat papan nama gedung berbahasa asing?
5. Bagaimana sikap Anda ketika berhadapan dengan orang yang bahasa Indonesianya
“jelek”?
6. Tulislah lima kata baku dan takbaku bahasa Indonesia!
7. Tulislah lima kata baku dan takbaku serapan dari bahasa asing!
8. Mengapa jika ada istilah baru dalam bahasa Indonesia perlu diberi penjelasan dalam
bahasa Inggris?
9. Jelaskan tiga kelompok masyarakat yang berpengaruh dalam pemakaian bahasa!
10. Mengapa bahasa dalam makalah harus bahasa baku?
68
4.4.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar III.
69
4.5 Kegiatan Belajar V
4.5.1 Pengayaan Kosakata
4.5.1.1 Imbuhan
Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa
Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Karena sifatnya itulah,
imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa
Indonesia. Dengan demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki
pengetahuan mengenai hal ini.
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan
gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dalam ilmu bahasa. Awalan
yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di-, pe(N)-, pe(R)-,
te(R)-, ke-, dan se-, sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-; akhiran terdiri atas
-kan, -i, dan -an; konfiks terdiri atas semua gabungan awalan dengan akhiran. Awalan
dan akhiran masih sangat produktif digunakan, sedangkan sisipan sudah tidak atau
kurang produktif. Walaupun demikian, semua imbuhan termasuk sisipan di dalamnya,
apabila diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, dalam penciptaan kosakata
baru atau dalam penerjemahan atau penyepadanan istilah asing.
4.5.1.1.1 Awalan me (N)-
Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat mengakibatkan
munculnya bunyi sengau (bunyi hidung) dapat pula tidak. Hal tersebut bergantung pada
bentuk dasar yang dilekati awalan tersebut. Bunyi awal bentuk dasar dapat luluh, dapat
pula tidak. Ini pun bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan. Untuk
memperjelas hal tersebut, perhatikan contoh berikut.
me(N)- + buat membuat
me(N)- + pakai memakai
me(N)- + fotokopi memfotokopi
me(N)- + dengar mendengar
me(N)- + tatar menatar
me(N)- + jabat menjabat
me(N)- + colok mencolok
me(N)- + suruh menyuruh
70
me(N)- + ganti mengganti
me(N)- + kikis mengikis
me(N)- + hadap menghadap
me(N)- + undang mengundang
me(N)- + muat memuat
me(N)- + nilai menilai
me(N)-+ lepas melepas
me(N)-+ rusak merusak
Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N)- berubah
menjadi menge-, misalnya, dalam contoh di bawah.
me(N)- + cap mengecap
me(N)- + pak mengepak
me(N)- + tik mengetik
Namun demikian, perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli atau
dilekati awalan di-, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan. Kita lihat
contohnya:
di- + cap dicap
di- + pak dipak
di- + tik ditik
Berdasarkan contoh-contoh yang sudah kita kenal dengan baik, dapat kita
simpulkan bahwa untuk membentuk kata secara benar, kita harus mengetahui bentuk
dasarnnya. Kini giliran Anda untuk berpendapat. Tepat atau taktepatkah bentuk kata
yang dicetak miring dalam kalimat-kalimat di bawah ini. Jika menurut Anda tepat, coba
Anda kemukakan alasannya. Begitu pula halnya jika taktepat, coba Anda kemukakan
alasannya.
1. Mereka menterjemahkan buku berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
2. Kewajiban kita bersama untuk mensukseskan program yang dicanangkan pemerintah
kalau memang kita merasa sebagai warga yang baik.
3. Betulkah kita sudah menyintai bahasa Indonesia?
4. Tugas yang sedang kita laksanakan kait-mengkait dengan tugas orang lain.
5. Kita harus mulai menterapkan Gerakan Disiplin Nasional pada diri kita
masing-masing.
71
6. Sebagai umat beragama kita patut selalu mensyukuri segala sesuatu yang kita peroleh
dan kita nikmati.
7. Sebagai pegawai yang baik, sepatutnyalah kita mentaati segala peraturan yang
berlaku.
8. Jika dipandang perlu, kita bisa merubah sistem kerja agar mencapai hasil yang
optimal.
9. Kami sudah mencoba mengkomunikasikan gagasan itu kepada seluruh karyawan,
tetapi hasilnya belum kami ketahui.
10. Beliau selalu memparkir mobilnya di samping kantor.
11. Mengapa kita tidak mencoba mempopulerkan istilah yang ada dalam bahasa
Indonesia?
12. Dengan adanya Gerakan Disiplin Nasional, diharapkan tidak ada lagi pejabat yang
mengkomersialkan jabatannya.
13. Tiga orang yang memerkosa tersebut kini sedang diadili.
14. Bahasa asing dan bahasa daerah banyak mempengaruhi bahasa Indonesia.
15. TVRI Stasiun Bandung sering mentayangkan acara wayang golek.
16. Pemerintah kini mensinyalir adanya gerakan yang mencoba mengadudombakan
kita.
17. Usaha koperasi tersebut, antara lain, ditujukan untuk menyejahterakan anggota.
18. Kami sudah mempercayakan kegiatan ini kepada seluruh anggota panitia.
19. Setiap hari dia selalu menyemir sepatu suaminya hingga mengilat seperti sepatu
baru.
20. PT Abadi Nanjaya memproduksi bahan keperluan rumah tangga.
4.5.1.1.2 Awalan be(R)-
Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber-, be-, dan bel-. Variasi
tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya, dalam
contoh berikut.
be(R)- + usaha berusaha
be(R)- + diskusi berdiskusi
be(R)- + korban berkorban
be(R)- + rencana berencana
be(R)- + kerja bekerja
72
be(R)- + serta beserta
be(R)- + ajar belajar
Kata beruang sebagai kata dasar berarti sejenis binatang’, sedangkan sebagai kata
berimbuhan, yang terdiri atas ber- dan uang memiliki arti mempunyai uang’ atau bisa
juga berarti memiliki ruang’. Kata tersebut akan menjadi jelas artinya jika terdapat
dalam konteks kalimat, konteks situasi, atau konteks tempat dan waktu. Begitu pula
halnya dengan kata berevolusi yang terdiri atas ber- dan evolusi atau ber- dan revolusi.
Berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan, bagaimana pendapat Anda
mengenai bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini.
Kita harus bercermin pada perjuangan mereka agar kita dapat bekerja dengan
sungguh-sungguh.
Selain berjualan pupuk, mereka juga berternak ayam dan kelinci.
Kami tidak berkeberatan jika Saudara ikut bergabung dengan kami dalam usaha
patungan ini.
Boleh saja kita beda pendapat, tetapi tekadnya demi kepentingan kita bersama.
Berdasar kesepakatan bersama dalam rapat, beliau diangkat menjadi pemimpin
perusahaan.
Saya kerja sebagai pegawai negeri sudah cukup lama.
Hampir semua instansi pemerintah di wilayah Jawa Barat langganan koran Pikiran
Rakyat.
Air sungai yang beriak itu kini sudah bewarna hitam.
Putra Bupati sudah tunangan minggu lalu.
Saya datang ke sini sama beberapa orang rekan sekantor.
Pergi ke kantor, setiap hari saya jalan kaki saja.
Penonton, sampai jumpa lagi minggu depan dalam acara yang sama.
Anaknya senang berpetualang ke rimba belantara.
Anak saya masih bersekolah di sebuah akademi.
Banyak karyawan yang belum berumah tangga sampai sekarang.
Sebagai warga yang baik, kita harus tanggung jawab atas ketertiban lingkungan sendiri.
Sudah tiga bulan saya tidak bertemu dengan sahabat.
Tetangga saya bersuamikan orang Amerika.
Setelah diamati secara saksama, ternyata kegiatan tersebut tidak berdampak negatif.
73
Kertas di atas meja beterbangan karena tertiup angin.
Dalam keseharian kini sering digunakan kata berterima atau keberterimaan. Dalam
hal ini awalan ber- sejajar dengan awalan di-. Jadi, berterima sama dengan diterima,
misalnya, dalam kalimat Usulan yang disampaikan kepada Bapak Gubernur sudah
berterima. Kata berterima dan keberterimaan merupakan padanan acceptable dan
acceptability dalam bahasa Inggris. Imbuhan ber- dalam kata tersebut beranalogi pada
peribahasa yang sudah dikenal, yaitu gayung bersambut, kata berjawab yang berarti
gayung disambut, kata dijawab’.
4.5.1.1.3 Awalan te(R)-
Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut muncul
sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini memiliki
tiga macam arti dalam pemakaiannya. Pertama, artinya sama dengan paling’. Kedua,
menyatakan arti tidak sengaja’. Ketiga, menyatakan arti sudah di- Misalnya dalam
contoh di bawah ini.
te(R)- + dengar terdengar
te(R)- + pandai terpandai
te(R)- + rasa terasa
te(R)- + kerjakan tekerjakan
te(R)- + perdaya teperdaya
te(R)- + percaya tepercaya
Berdasarkan uraian di atas, bergantung pada tautan kalimat, pemakai bahasa Indonesia
dapat menggunakan bentuk demikian:
- Saya terpercaya pada Anda daripada pada orang lain untuk menyelesaikan proyek ini.
- Saya tepercaya oleh majikan untuk menyelesaikan proyek ini secepatnya.
Bentuk pertama mengartikan paling percaya’, sedangkan bentuk kedua mengartikan
dipercaya’. Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata yang dicetak miring
dalam kalimat di bawah?
Pasien itu tidur terlentang di tempat tidur.
Tas Bapak tertinggal di rumah.
Anak-anak telantar harus kita santuni.
74
Hal itu sudah telanjur saya katakan.
Indonesia itu terentang dari Sabang sampai Merauke.
Selanjutnya, cobalah Anda menggunakan awalan itu dalam kata lain dan kalimat lain
yang sesuai dengan tautannya.
4.5.1.1.4 Awalan pe(N)- dan pe(R)-
Awalan pe(N)- dan pe(R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata benda yang
dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan me(N)-. Kata
benda yang dibentuk dengan pe(R)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-.
Awalan pe(N)- memiliki variasi pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Variasi
tersebut muncul bergantung pada bentuk dasar yang dilekati pe(N)-. Kita lihat contoh
berikut:
pe(N)- + rusak perusak
pe(N)- + laku pelaku
pe(N)- + beri pemberi
pe(N)- + pasok pemasok
pe(N)- + daftar pendaftar
pe(N)- + teliti penyusun
pe(N)- + jual penjual
pe(N)- + cari pencari
pe(N)- + suluh penyuluh
pe(N)- + guna pengguna
pe(N)- + kirim pengirim
pe(N)- + cap pengecap
pe(N)- + las pengelas
pe(N)- + tik pengetik
Dalam kesaharian sering dijumpai bentuk pengrajin yang berarti orang yang
pekerjaannya membuat kerajinan’. Bila kita bandingkan dengan kata pe(N)- + rusak
menjadi perusak yang berarti orang yang membuat kerusakan’, bentuk pengrajin
merupakan bentuk yang tidak tepat. Kita ingat saja bahwa kedua kata tersebut, rajin dan
rusak, merupakan kata sifat. Karena itu, bentuk tersebut harus dikembalikan pada
bentuk yang tepat dan sesuai dengan kaidah, yaitu perajin.
75
Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-. Variasi tersebut
muncul sesuai denngan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-. Kita lihat contoh
berikut:
pe(R)- + dagang pedagang
pe(R)- + kerja pekerja
pe(R)- + tapa pertapa
pe(R)- + ajar pelajar
Kata-kata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber- yang dilekati dengan kata
dasar dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi, kata-kata tersebut berkaitan dengan kata
berdagang, bekerja, bertapa, dan belajar.
Selain kata-kata itu, kita sering melihat kata-kata lain seperti pesuruh dan
penyuruh. Kata pesuruh dibentuk dari pe(R)- + suruh, sedangkan penyuruh dibentuk
dari pe(N)- + suruh. Pesuruh berarti yang disuruh’ dan penyuruh berarti yang
menyuruh’. Beranalogi pada kedua kata tersebut kini muncul kata-kata lain yang sepola
dengan pesuruh dan penyuruh, misalnya, kata petatar dan penatar, pesuluh dan
penyuluh.
Dalam bahasa Indonesia sekarang muncul pula bentuk kata yang sepola dengan
kedua kata di atas, tetapi artinya berlainan. Misalnya, pegolf, pecatur, perenang,
pesenam, dan petenis. Awalan pe- pada kata-kata tersebut berarti pelaku olah raga golf,
catur, renang, senam, dan tenis. Selain itu, muncul juga bentuk lain seperti pemerhati
‘yang memperhatikan’, pemersatu ‘yang mempersatukan’ dan pemerkaya ‘yang
memperkaya’. Bentuk-bentuk itu merupakan bentuk baru dalam bahasa Indonesia.
Kata-kata yang termasuk kata benda itu berkaitan dengan kata kerja yang berawalan
memper- atau memper- + kan.
Kini mari kita mencoba menaruh perhatian pada pemakaian bentuk kata yang
dicetak miring dalam kalimat berikut:
Pertamina akan mendatangkan alat pembor minyak dari Amerika Serikat.
Generasi muda sekarang merupakan pewaris Angkatan 45.
Sebagai pengelola administrasi, dia begitu cekatan.
Betulkah bangsa Indonesia sebagai pengkonsumsi barang buatan Jepang.
Siapa pun pemitnahnya, harus dihukum.
Mereka merupakan pemrakarsa pembangunan gedung ini.
76
Setiap peubah dalam penyusunan harus dapat diuji.
Orang yang memfotokopi bisa disebut pengopi.
Dapatkah Anda membedakan siapa petembak dan siapa penembak?
Orang yang memberikan atau memiliki saham suatu perusahaan bisa disebut penyaham
perusahaan.
4.5.1.1.5 Konfiks e(N)-an dan pe(R)-an
Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)-an menunjukkan proses yang berkaitan
dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-, me(N)-kan, atau me(N)-i. Kata benda yang
dibentuk dengan pe(R)-an ini menunjukkan hal atau masalah yang berkaitan dengan
kata kerja yang berawalan be(R)-. Kita perhatikan contoh berikut:
pe(N)- + rusak + -an perusakan
pe(N)- + lepas + -an pelepasan
pe(N)- + tatar + -an penataran
pe(N)- + sah + -an pengesahan
pe(N)- + tik + -an pengetikan
pe(R)- + kerja + -an pekerjaan
pe(N)- + ajar + -an pelajaran
Selain kata-kata yang dicontohkan, kita sering menemukan kata-kata yang tidak
sesuai dengan kaidah di atas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan,
penyucian (kain), penglepasan, penyoblosan, dan pensuksesan. Kata-kata yang tidak
sesuai dengan kaidah ini harus dikembalikan pada bentuk yang tepat (Bagaimana
bentuk yang tepat dari kata-kata di atas menurut Saudara?).
Bagaimana bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini menurut
Anda?
Pemain Indonesia berhasil menjadi juara perorangan dalam turnamen itu.
Bumi Serpong Damai merupakan daerah pemukiman baru di Jawa Barat.
Pasien itu mengalami pendarahan pada bagian kepalanya.
Pendokumentasian surat-surat berharga perlu mendapat perhatian.
Pentayangan kesenian daerah ditingkatkan oleh TVRI Bandung.
Di sekolah-sekolah kini tidak digunakan lagi pemeringkatan untuk
mengetahui murid terpandai atau terbodoh di kelasnya.
77
Pengletakan batu pertama gedung itu sudah dilakukan.
Selain ada angkutan kota, ada juga angkutan pedesaan.
Ambruknya jembatan itu di luar perhitungan kontraktor.
Kami memperoleh pengarahan dari Bapak Gubernur.
Penakwaan umat Islam kepada Alloh Swt. merupakan hal utama yang harus
dikemukakan oleh khotib kepada mustaminya.
Perluasan dan pelebaran jalan raya di kota Bandung dan juga di kota lain mengalami
banyak hambatan.
Persentase peningkatan fosfat tersedia tanah dengan tanaman jagung perlakuan 2.57 x
10 adalah ....
Setiap HUT RI diadakan pelombaan maraton di kecamatan.
Salah satu cara yang ditempuh oleh pasukan itu adalah melaksanakan perlucutan
senjata.
4.5.1.1.6 Akhiran -an dan Konfiks ke-an
Kata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran -an atau konfiks ke-an.
Kata benda yang mengandung akhiran -an umumnya menyatakan hasil, sedangkan kata
benda yang mengandung konfiks ke-an umumnya menyatakan hal. Untuk memperjelas
uraian di atas, kita perhatikan contoh berikut:
Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima.
Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke sebuah media
massa.
Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk dasarnya
seperti contoh berikut:
Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. Kehadiran beliau di sana
disambut dengan berbagai kesenian tradisionl.
Mereka terlambat menyerahkan tugasnya. Keterlambatan itu menyebabkan mereka
mendapatkan nilai jelek.
Isilah rumpang kalimat berikut dengan kata benda yang mengandung akhiran -an
atau konfiks ke-an.
Sejak lama ia dididik orang tuanya. ... yang diberikan orang tuanya itu menyebabkan dia
menjadi orang besar.
Mereka membantu kami sepekan lalu. ... itu sangat bermanfaat bagi kami.
78
Masyarakat di pulau terpencil itu masih terbelakang. ... itu menyebabkan taraf hidup
mereka masih rendah.
Anak itu sangat pandai di kelasnya. Karena ... itu, dia memperoleh beasiswa dari
pemerintah.
Usaha yang ditempuhnya selalu gagal. Akan tetapi, dia tidak pernah putus asa
akibat ...nya itu.
4.5.1.1.7 Kata Kerja Bentuk me(N)-kan dan me(N)-
Akhiran -kan dan -i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan objek
kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat setelah diberi akhiran
-kan atau -i. Mari kita lihat contoh untuk memperjelas uraian.
Beliau sedang mengajar di kelas.
Beliau sedang mengajarkan bahasa Indonesia.
Beliau mengajari kami bahasa Indonesia di kelas.
Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini.
Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris.
Pemerintah menganugerahi rakyat Jawa Barat tanda kehormatan.
Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan kepada rakyat Jawa Barat.
Kami membeli buku-buku baru untuk perpustakaan.
Kami membelikan mereka buku baru untuk perpustakaan.
Setiap 28 Oktober kami memperingati hari Sumpah Pemuda.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, bagaimana pendapat Anda tentang bentuk kata
yang dimiringkan dalam kalimat di bawah.
Kami belum tahu siapa yang akan menggantikan ongkos perjalanan kami.
Saya belum dapat memberitahukan Anda tentang kabar itu.
Mereka menemui kesulitan dalam mendata para korban musibah itu.
Persib memenangkan pertandingan itu semalam.
Camat membawahi lurah atau kepala desa.
Mereka mempertinggikan benteng pertahanan di perbatasan.
Setelah berdoa, kami mempersilahkan duduk kepada hadirin.
Dokter itu memperingatkan pasiennya agar tidak banyak bergerak.
Para petani menanami kebunnya dengan sayur-sayuran.
Beberapa negara Eropa menanamkan modalnya di Indonesia.
79
4.5.1.1.8 Awalan ke-
Awalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan
tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang dibentuk
dengan awalan ke- sangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih, hendak yang
menjadi ketua, kekasih, dan kehendak. Penentuan apakah awalan ke- sebagai pembentuk
kata bilangan tingkat atau kata bilangan yang menyatakan umpulan harus dilihat dalam
hubungan kalimat. Misalnya kalimat berikut:
Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat Jawa Barat.
Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA.
Dalam percakapan sehari-hari, awalan ke- sering mengganti awalan ter- sebagai
bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek tertentu. Dalam
situasi resmi, hal ini harus dihindari. Kita perhatikan contoh berikut.
Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu ketabrak mobil.
Seharusnya:
Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu tertabrak mobil.
Bagaimana pendapat Anda mengenal bentuk kata yang dimiringkan dalam
kalimat-kalimat berikut:
Kami ketemu dengan Bapak Bupati Bandung di sini kemarin.
Sejak tadi orang itu menyanyi diselingi ketawa.
Meja tulis itu tidak keangkat oleh tiga orang.
Buku saya kebawa teman saya kemarin.
4.5.1.1.9 Akhiran Lain
Selain akhiran asli bahasa Indonesia -kan, -i, dan -an, terdapat pula beberapa
akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya, -wan, -man, dan -wati dari bahasa
Sanskerta; akhiran -i, -wi, dan -iah dari bahasa Arab. Akhiran -wan dan -wati produktif,
sedangkan akhiran -man tidak demikian. Akhiran -wi lebih produktif daripada akhiran -i
dan -iah. Akhiran -wi tidak hanya terdapat dalam bentukan bahasa asalnya, tetapi juga
terdapat dalam bentukan dengan bentuk dasar bahasa Indonesia. Perhatikan beberapa
contoh kata berikut.
karyawan
karyawati
80
olahragawan
olahragawati
budiman
seniman
manusiawi
surgawi
badani
badaniah
Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata berikut ?
ilmiawan
rohaniawan
gerejani
BEBERAPA CONTOH BENTUK KATA YANG SALAH DAN YANG BENAR
Salah
memparkir
menterjemahkan
mentafsirkan
mensukseskan
memitnah
menyolok
menyintai
mengontrakan
membanding
mengundur
memberitahu
berserta
bewarna
Benar
memarkir
menerjemahkan
menafsirkan
menyukseskan
memfitnah
mencolok
mencintai
mengontrakkan
membandingkan
mengundurkan
memberi tahu
beserta
berwarna
Salah
bekerjasama
berterimakasih
dikata
dipensiun
terlantar
terlanjur
pengrusakan
pengletakan
penglepasan
pengrajin
nampak
dibanding
diselusuri
Benar
bekerja sama
berterima kasih
dikatakan
dipensiunkan
telantar
telanjur
perusakan
peletakan
pelepasan
perajin
tampak
dibandingkan dengan
ditelusuri
81
4.5.1.1.10 Prosedur Pengayaan Kosakata
Perhatikan tabel di bawah, kemudian lihat kata dasar. Setelah itu, beri tanda + di bawah
setiap imbuhan jika gramatikal, dan tanda – jika takgramatikal. Langkah berikutnya
adalah cobalah membuat mencari padanannya dalam bahasa Inggris atau cobalah
membuat kalimat bahasa Indonesia dengan kata yang sudah diberi tanda + tadi.
Kata Dasar Imbuhanme(N)- me-i me-kan memper- memper-kan memper-i
awak
hitung
hukum
gigi
siap
darah
politik
hubung
buku
bibit
bentang
luas
panjang
singkat
jiwa
mati
hidup
sosial
besar
anak
Bila sudah berhasil dengan imbuhan tersebut, cobalah dengan imbuhan lain. Lalu, coba
pula kata-kata lain yang jarang digunakan, tetapi ada di dalam kamus bahasa Indonesia.
Cari pula kata dari bahasa daerah yang Anda kenal! Kemudian, Anda perhatikan
bahasan peristilahan dan bahasan pilihan kata pada modul berikut.
Catatan: Pengayaan ini bisa juga dilakukan dengan cara berbeda, yaitu senerai
(daftar) kata dasar ke samping dan senerai imbuhan ke bawah.
4.5.2 Perlatihan
Temukan sepuluh kata baru dan terapkan dalam kalimat!
4.5.3 Rangkuman
Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa
Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Karena sifatnya itulah,
imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa
Indonesia. Dengan demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki
pengetahuan mengenai hal ini.
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan
gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dalam ilmu bahasa. Awalan
yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di-, pe(N)-, pe(R)-,
te(R)-, ke-, dan se-, sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-; akhiran terdiri atas
-kan, -i, dan -an; konfiks terdiri atas semua gabungan awalan dengan akhiran. Awalan
dan akhiran masih sangat produktif digunakan, sedangkan sisipan sudah tidak atau
kurang produktif. Walaupun demikian, semua imbuhan termasuk sisipan di dalamnya,
apabila diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, menciptakan kosakata baru
atau dalam penerjemahan atau penyepadanan istilah asing.
4.5.4 Tes Formatif
Kerjakan perlatihan-perlatihan pada setiap subbagian pembicaraan mengenai imbuhan
ini.
83
4.5.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar IV.
84
4.6 Kegiatan Belajar VI
4.6.1 Pilihan Kata (Diksi)
4.6.1.1 Aspek Kata
Bahasa terjadi dari kata-kata. Kata-kata ini membentuk kelompok kata, kalimat,
dan wacana berdasarkan kaidah bahasa yanng bersangkutan. Pemahaman terhadap suatu
bahasa tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kata-kata dan kaidah yang
terdapat dalam bahasa tersebut. Menggunakan bahasa pada hakikatnya adalah memakai
kata-kata dan kaidah yanng berlaku dalam bahasa itu. Dengan demikian, agar dapat
berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata
dan kaidah yang terdapat di dalamnya. Hal ini berlaku bagi semua bahasa, termasuk di
dalamnya bahasa Indonesia.
Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan
sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang
dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada
seseorang berteriak Banjir!, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti
kata tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan
meluas secara tiba-tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah kata semacam kata banjir,
sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu
akan berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman
setiap orang akan bentuk dan makna suatu kata.
Untuk memahami kata, kita harus mengetahui bentuk dan makna kata itu sekaligus.
Pemahaman terhadap salah satu aspek saja tidak menjamin pemahaman terhadap kata.
Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu mengetahui
maknanya. Demikian pula halnya,seseorang yang mengetahui makna saja belum tentu
mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan makna
kata merupakan syarat bagi pemahaman kita terhadap kata.
4.6.1.2 Penggunaan Kata
Sebagaimana dikemukakan, untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat,
kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa
yang kita gunakan. Misalnya, kita menggunakan bahasa Indonesia, maka yang harus
kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Indonesia; kita menggunakan bahasa
85
Sunda, maka yang harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Sunda, bukan
bahasa lain.
Dalam penggunaan kata, yang terdiri atas bentuk dan makna, kita harus
mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat
berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide atau
gagasan. Berdasarkan hal tersebut, untuk menyatakan gagasan atau ide, kita
memerlukan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan;
kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.
4.6.1.3 Ketepatan Pilihan Kata
Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide
pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca
akan dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara atau penulis
apabila pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat. Pilihan kata yang tidak
tepat dari pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang
disampaikannya tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Karena
itu, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
kata yang bermakna denotatif dan konotatif;
kata yang bermakna sama dan hampir sama;
kata umum dan kata khusus;
kata yang mengalami perubahan makna;
kata dengan ejaan yang mirip;
kata ciptaan sendiri;
kata ungkapan atau idiom;
kata yang singkat dan taksingkat.
4.6.1.3.1 Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna Asosiatif
Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep
dengan kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya. Makna
ini bukan makna kiasan atau perumpamaan. Sebaliknya, makna asosiatif atau konotatif
muncul akibat asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau
apa yang didengar. Makna asosiatif dapat muncul di samping makna denotatif suatu
kata.
86
Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kita gunakan adalah
kata-kata denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya
asosiasi. Hal ini perlu diperhatikan karena apabila terdapat kata asosiatif, pemahaman
pembaca atau pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita bandingkan kata
perempuan dan pandai dalam kalimat:
Perempuan itu ibu saya.
Ah, dasar perempuan.
Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir
positif.
Karena keyakinannya, barang yang hilang itu ditanyakan kepada orang pandai di Garut.
4.6.1.3.2 Kata Bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda. Akibatnya,
kata-kata yang bersinonim itu dalam pemakainnya tidak sepenuhnya dapat saling
menggantikan. Kata-kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan
berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga’, tetapi
makna konotasinya berbeda. Relakah Saudara jika orang yang sangat Saudara hormati
dan Saudara cintai dikatakan Dia telah mampus kemarin, sebaliknya binatang yang
menjijikkan, misalnya, Binatang itu telah wafat dengan sukses.
Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa setiap kata memiliki kekhususan
dalam pemakaiannya walaupun kata-kata yang digunakan memiliki makna denotasi
yang sama. Bagaimana pula Anda membedakan pemakaian kata mengandung, hamil,
bunting, dan kecelakaan?
Adakah perbedaan nuansa makna jenazah, mayat, bangkai? Kata apa yang harus
Anda katakan jika ada dua ekor domba mati lima menit yang lalu. Domba A mati
disembelih dan domba B mati keracunan. Tegakah Anda menyebut jasad orang yang
sudah lima hari bergelimpangan karena dilanda gelombang tsunami dengan kata
bangkai? Tentu tidak karena kita beradab dan memiliki rasa bahasa.
4.6.1.3.3 Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar atau membaca kata yang bermakna
kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering mengganggu
kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi berlangsung dengan
87
baik, kita harus dengan cermat menggunakan kata yang bermakna umum dan bermakna
khusus secara tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman mungkin
muncul. Akibat lebih jauh, timbul huru-hara atau malapetaka.
Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum
dapat menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan
dalam mengungkapkan gagasan yanng bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus
digunakan untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas.
Dia memiliki kendaraan.
Dia memiliki mobil.
Dia memiliki sedan.
Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada kata mobil. Kata mobil lebih khusus
daripada kata kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata beruntun ini binatang,
binatang peliharaan, kucing.
4.6.1.3.4 Perubahan Makna
Sejarah perkembangan manusia dapat memengaruhi sejarah perkembangan makna
kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat kata yang mengalami
penyempitan makna, peluasan makna, perubahan makna.
Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan
makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendekiawan. Kini kata
tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah menamatkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti ‘orang yang berilmu’, kini hanya
digunakan untuk menyebut guru/pemimpin agama Kristen.
Kata berlayar, bapak, ibu, saudara, dan putra-putri merupakan contoh kata yang
mengalami peluasan makna. Kata berlayar semula digunakan dengan makna bergerak
di laut menggunakan perahu layar. Kini maknanya menjadi luas, yaitu bepergian di atas
laut, baik memakai perahu layar maupun memakai alat transportasi lain. Kata bapak,
ibu, dan saudara semula hanya digunakan dalam hubungan kekerabatan. Kini ketiga
kata tersebut digunakan juga untuk menyebut atau menyapa orang lain yang bukan
keluarga, bukan kerabat. Begitu pula halnya kata putra-putri. Semula kata ini hanya
digunakan untuk menyebut anak raja. Kini anak siapa pun berhak dan boleh disebut
putra-putri.
88
Kata wanita dirasakan lebih baik daripada perempuan. Karena itu, muncul darma
wanita. Akan tetapi, kita kenal pula kata wanita panggilan. , kata ini, dilihat dari segi
bahasa merupakan lawan kata perempuan murahan. Bagaiman pendapat Anda?
4.6.1.3.5 Faktor Lain
Demi ketepatan pilihan kata, kita pun harus berhati-hati menggunakan kata-kata
yang berejaan mirip seperti kata bahwa, bawa, dan bawah; gaji dan gajih; sangsi dan
sanksi. Kita pun harus berhati-hati menggunakan ungkapan tertentu seperti bercerita
tentang, bukan menceritakan tentang; sesuai dengan, bukan sesuai; bergantung pada
atau tergantung pada, bukan tergantung atau tergantung dari (bandingkan dengan
depend on dan hang on dalam bahasa Inggris)
Demi ketepatan pilihan kata, sebaiknya kita memilih kata atau ungkapan yang lebih
singkat. Misalnya, kita pilih membetulkan dan kita hindari membuat betul; kita pilih
menginformasikan dan kita hindari memberikan informasi. Bagaimana dengan kata-kata
peka dan pekak; khas dan kas; kotak dan kota?
4.6.1.4 Kesesuaian Pilihan Kata
Kesesuaian pilihan kata berkaitan dengan pertimbangan pengungkapan gagasan
atau ide dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.
Dalam pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan kata-kata
baku. Sebaliknya, dalam pembicaraan takresmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara
atau menulis dengan menggunakan kata-kata baku untuk menjaga keakraban.
Faktor kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar
kata-kata yang kita gunakan dapat dipahami mereka. Pada saat kita berbicara dengan
masyarakat awam, sebaiknya kita gunakan kata-kata umum (populer); jangan kita
gunakan kata-kata yang bersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis tentu untuk
dimengerti oleh orang lain. Jadi, kalau kita gunakan kata-kata ilmiah, sedangkan yang
kita ajak bicara tidak mengerti, tentu yang kita sampaikan tidak ada gunanya, percuma.
Sebaliknya, jika kita berbicara dengan golongan intelektual, pejabat, atau para ahli di
bidang tertentu, sebaiknya kita mengggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan
mereka atau kata-kata ilmiah. Layak diingat bahwa yang termasuk kata-kata ilmiah
bukan hanya kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia pun
banyak sekali kata-kata ilmiah.
89
Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku;
Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum;
Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus;
Kata-kata yang bersifat ilmiah tidak harus berbahasa asing;
Bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan;
Hindari pemakaian kata-kata, ungkapan, atau basa-basi yang sudah usang.
4.6.1.4.1 Kata Baku dan Takbaku
Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing. Baik
dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia.
Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah mengenai kata
dalam bahasa Indonesia. Perhatikan lagi modul IV.
Kita perhatikan beberapa contoh berikut.
Kata Baku Kata Takbaku
pikir, paham fikir, faham
nasihat nasihat
ijazah ijasah
jadwal jadual
kualitas, kuantitas, kuitansi kwalitas, kwantitas, kwitansi
karier karir
pasien pasen
imbau himbau
utang, isap hutang, hisap
beri kasih
dulu dulunya
hakikat hakekat
lewat liwat
mengapa kenapa
senang seneng
asas azas
energi enerji
90
hipotesis hipotesa
kategori katagori
sistem sistim
metode metoda
teknik tehnik
tim team
seksi sie
subunit sub unit
pascapanen pasca panen
antarbagian antar bagian
semifinal semi final
asusila a susila
caturbidang catur bidang
ekabahasa eka bahasa
monoloyalitas mono loyalitas
supranatural supra natural
ekstrakurikuler ekstra kurikuler
kontrarevolusi kontra revolusi
antikomunis anti komunis
purnajual purna jual
ultramodern ultra modern
supersonik super sonik
peribahasa peri bahasa
sepak bola sepakbola
terima kasih terimakasih
tata usaha tatausaha
kerja sama kerjasama
beri tahukan beritahukan
4.6.1.4.2 Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah adalah kata yang biasa digunakan di lingkungan ilmuwan dan dunia
endidikan umumnya. Kata populer adalah kata yang biasa digunakan di kalangan
masyarakat umum. Kita lihat beberapa contoh.
91
Kata Ilmiah Kata Populer
dampak akibat, kendala, hambatan, halangan
formasi susunan
frustasi kecewa
pasien orang sakit
volume isi
koma sekarat
Dalam pembicaraan di depan umum, sebaiknya kita menggunakan kata-kata populer
agar apa yang kita kemukakan dapat dipahami dengan baik dan mudah. Tahukah Anda
apa arti kata argumen, solusi, filial, final, kontradiksi, komitmen?
4.6.1.4.3 Kata Percakapan dan Kata/Ungkapan Usang
Kata percakapan biasanya digunakan dalam bahasa lisan. Kata-kata ini umumnya
memiliki kaidah sendiri yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam tulisan.
Kata-kata percakapan, di antaranya, memiliki ciri kedaerahan (dialek), tidak ajeg
menggunakan kaidah bentukan kata dan sering menyingkat kata. Beberapa contoh dapat
dikemukakan di sini, misalnya, nggak, belom, tau, ngerti, dapet, sikon, gini, gitu, sech,
ne, getho lho.
Kata-kata percakapan sebaiknya dihindarkan dalam tulisan atau pembicaraan resmi
karena dapat mengganggu keresmian atau keilmuan. Karena itu, berhati-hatilah
menggunakan kata percakapan ini.
Ungkapan atau idiom merupakan bentuk bahasa yang memiliki pola tertentu dan
makna tertentu pula. Ungkapan seperti makan garam, makan hati, panjang tangan
memiliki arti sendiri yang jauh dari arti kata denotasinya. Ungkapan yang masih
dipahami oleh umum dapat digunakan untuk menghidupkan suasana pembicaraan atau
tulisan. Akan tetapi, ungkapan yang sudah usang tidak lagi mempunyai kekuatan
bahkan justru kalau masih dipakai bisa membosankan dan melemahkan pembicaraan
atau tulisan kita.
Kenalkah Anda pada ungkapan atau slogan ini dan bagaimana menurut Anda?
Taklekang oleh panas taklapuk oleh hujan.
Kami generasi muda siap mendukung dua anak.
Kita harus belajar prihatin.
92
4.6.2 Perlatihan
Kerjakan setiap soal di atas sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
4.6.3 Rangkuman
Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan
sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang
dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada
seseorang berteriak Banjir!, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti
kata tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan
meluas secara tiba-tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah kata semacam kata banjir,
sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu
akan berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman
setiap orang akan bentuk dan makna suatu kata.
Untuk memahami kata, kita harus mengetahui bentuk dan makna kata itu sekaligus.
Pemahaman terhadap salah satu aspek saja tidak menjamin pemahaman terhadap kata.
Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu mengetahui
maknanya. Demikian pula halnya,seseorang yang mengetahui makna saja belum tentu
mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan makna
kata merupakan syarat bagi pemahaman terhadap kata.
4.6.4 Tes Formatif
Perbaiki kata-kata yang dicetak miring berikut ini sehingga menjadi kata yang baku!
1. Setiap bulan karyawan pemerintah dapat pembagian beras.
2. Kita hendaknya menterapkan ilmu yang kita peroleh itu untuk mensejahterakan
masyarakat.
3. Bikin betul pagar yang roboh itu.
4. Marilah kita menyanyi Indonesia Raya.
5. Walaupun berulang kali dilakukan, latihan itu tidak bermanfaat.
6. Kehidupan penduduk desa di Jawa Barat umumnya bertani.
7. Bukan warna ini yang dipilihnya, tetapi warna hijau.
8. Kita sebaiknya selalu mentaati peraturan lalu lintas.
9. Kecuali alasan itu, perlu dipertimbangkan pula alasan lain.
10. Sementara menunggu saya, para pesuluh membaca-baca makalah.
93
11. Berhubung kekurangan biaya, pembuatan jalan itu diundur.
12. Kami tidak tahu kalau pertemuan itu dilaksanakan hari ini.
13. Bersama ini kami beritahukan bahwa kiriman Saudara sudah kami terima.
14. Surat itu sudah dikirimkan oleh kami minggu lalu.
15. Masing-masing pesuluh diberikan kesempatan untuk bertanya.
16. Baik saya dan dia sebagai teman selalu saling membantu.
17. Apakah sudah tersedia dana bagi membangun gedung itu?
18. Saya datang ke sini sama teman-teman.
19. Sepatutnyalah kita mensukseskan program yang dicanangkan itu.
20. Atas perhatiannya, diucapkan beribu-ribu terimakasih.
21. Mereka tidak berhasil menemui barang yang hilang itu.
22. Siapa pimpinan rombongan ini?
23.Kini dia menjadi sekertaris pribadi.
24. Tugas yang diberikan merupakan tugas perorangan.
25. Pasukan perdamaian mempertinggikan benteng pertahanan.
94
4.6.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%25
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar V.
95
4.7 Kegiatan Belajar VII
4.7.1Pembentukan Istilah DITAMBIH KU BAGAN PROSEDURNA DI AHIR AH
4.7.1.1 Definisi dan Sumber Istilah
Bahasa yang digunakan wartawan, baik dalam media massa cetak maupun media
massa elektronik dinamakan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik ini
merupakan salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas, seperti singkat,
padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik (Rosihan Anwar, 1979:1).
Sejalan dengan era globalisasi yang salah satunya ditandai oleh adanya kontak
bahasa, saat ini bahasa Indonesia (termasuk juga dalam hal ini ragam bahasa jurnalistik)
mengalami perkembangan pesat. Perkembangan tersebut bisa kita lihat dari kemunculan
kosakata dan istilah yang sebelumnya tidak atau belum dikenal dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal ini, peranan media massa (baik media massa cetak maupun elektronik) tidak
bisa diabaikan karena media massa tersebut juga memiliki andil dalam mewujudkan
suatu masyarakat bahasa. Media massa yang menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar, secara taklangsung menunjang terciptanya masyarakat bahasa yang
baik. Sebaliknya, media massa yang menggunakan bahasa yang buruk (banyak
membuat kesalahan berbahasa) bisa menimbulkan dampak yang buruk pula pada sikap
berbahasa masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat yang masih awam akan bahasa
bisa saja beranggapan bahwa bahasa yang disajikan dalam media massa tersebut
merupakan bahasa yang benar sehingga berkecenderungan untuk menirunya. Oleh
karena itu, bahasa dalam media massa sudah seharusnya mengikuti kaidah tata bahasa,
baik dalam hal tata kalimat, tata bentuk kata, maupun kosakata.
Sehubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa, masalah
yang timbul akhir-akhir ini salah satunya adalah seringnya digunakan istilah asing
(terutama istilah yang berasal dari bahasa Inggris) dalam media massa. Penggunaan
istilah asing secara berlebihan dalam media massa, bukan saja akan mempersulit
pembaca dalam memahami isi atau informasi yang terkandung di dalamnya, tetapi juga
hal itu tidak sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku dalam bahasa jurnalistik.
Dalam buku yang sama, Rosihan Anwar menjelaskan bahwa penggunaan istilah asing
dalam media massa harus sedapat mungkin dihemat. Hal itu dimaksudkan agar bahasa
dalam media massa mudah dipahami pembaca, mengingat tidak semua pembaca
menguasai atau memahami istilah asing. Dengan perkataan lain, kalau masih ada
96
padanan istilah asing itu dalam bahasa Indonesia, seorang wartawan yang hendak
menggunakan istilah asing hendaknya menggunakan istilah berbahasa Indonesia.
Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dilampirkan pada buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988:419) dijelaskan bahwa istilah adalah kata atau
gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau
sifat yang khas dalam bidang tertentu. Dengan demikian, suatu istilah pasti berupa kata
atau frasa, tetapi kata atau frasa belum tentu berupa istilahSelanjutnya, istilah dibedakan
menjadi istilah khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah terbatas dalam arti
hanya dipakai dalam bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur
bahasa yang digunakan secara umum dalam berbagai bidang. Tabel di bawah ini
menjelaskan kedua istilah itu berikut artinya.
Istilah Khusus Bidang Istilah Umum Arti
diagnosis kedokteran cek pemeriksaan
morfologi biologi, geologi,
bahasa
ilmu bentuk ilmu yang mempelajari tata
bentuk
koma kedokteran;
bahasa
pingsan, sekarat
tidak sadar diri,
menjelang mati; tanda baca
untuk jeda
aset bisnis modal harta
profit bisnis laba keuntungan berupa uang
kapten militer; olah raga ketua, kepala nama pangkat; orang yang
memimpin
remis olah raga catur seri tidak ada yang
menang/kalah
akomodasi pariwisata pemondokan,
tampung
tempat tinggal sementara;
proses penyesuaian sosial
almarhum agama mendiang sebutan untuk orang yang
sudah mati, orang yang
dikasihi
imam agama pemimpin orang yang memimpin
terapi kesehatan pengobatan proses menyembuhkan
penapis, filter industri penyaring alat untuk menyaring
97
sesuatu
sampel ilmu sosial model contoh
pasta gigi odol krem pembersih gigi
4.7.1.2 Sumber Istilah
Istilah muncul atau lahir atau juga diciptakan dari berbagai bahasa dengan
berbagai cara. Untuk menciptakan suatu istilah yang baik dan benar, ada beberapa
persyaratan yang perlu diperhatikan oleh pencipta. Salah satu syarat utama berkenaan
dengan sumber istilah. Karena konsep yang akan dikemukakan untuk masyarakat
Indonesia, yang sekaligus sebagai masyarakat tutur bahasa Indonesia, tentu saja sumber
istilah yang diutamakan haruslah kosakata bahasa Indonesia.
Tambahan, untuk penjelasan lanjutan, berikut dikemukakan sumber-sumber untuk
menciptakan istilah, baik istilah khusus maupun istilah umum. Selain itu, dibahas pula
tata cara penciptaan istilah. Sumber yang dimaksud secara berurut adalah bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Inggris. Urutan tersebut didasarkan pada
kedudukan dan fungsinya masing-masing (bahasa daerah, bahasa Inggris, dan bahasa
asing lainnya berfungsi sebagai pemerkaya bahasa Indonesia).
4.7.1.2.1 Kosakata Bahasa Indonesia
Kosakata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata yang
dipakai secara umum, terutama kata yang lazim dan sering digunakan sehari-hari, yang
memenuhi salah satu syarat berikut (bisa juga lebih):
Kata yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang
imaksudkan seperti tunak (steady), telur (percolate), dan imak (simulate).Kata yang
lebih singkat daripada kata lain dengan rujukan sama. Misalnya, kata gulma lebih
singkat daripada kata tumbuhan pengganggu; suaka (politik) lebih singkat daripada
perlindungan (politik).Kata yang tidak bernilai rasa buruk atau jelek dan yang enak
didengar (sopan). Misalnya, kata pramuria terasa lebih sopan daripada kata hostes; kata
tunakarya lebih halus daripada kata penganggur. Kini kata pekerja seks komersial
dianggap lebih beradab daripada pelacur, wanita tuna susila, dan sebagainya.
Di samping itu, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang lazim dipakai secara
umum. Kata tersebut diberi makna baru atau khusus, baik dengan peluasan maupun
dengan penyempitan makna. Misalnya, istilah berumah dua sebagai istilah baru yang
menggantikan istilah beristri dua; istilah garis bapak dan garis ibu sebagai pengganti
98
istilah patrilinear dan matrilinear; istilah temu kader untuk menyamarkan istilah
kampanye;
Dengan cara yang sama, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang taklazim
digunakan sehari-hari. Misalnya; istilah canggih kini digunakan dengan makna baru
(semula bermakna ‘rumit, cerewet, bawel’) sebagai padanan istilah sophisticated; dan
sembir sebagai padanan kata margin, lalu perampatan sebagai padanan generalization.
4.7.1.2.2 Kosakata Bahasa Serumpun
Kosakata bahasa serumpun yang dimaksud di sini dalah bahasa-bahasa daerah yang
tersebar di wilayah kedaulatan Indonesia. Tidak menutup kemungkinan juga bahasa
Melayu sebagai bahasa sumber karena bahasa ini pun termasuk rumpun bahasa yang
sama, yakni rumpun bahasa Austronesia.
Keserumpunan bahasa ini diperhatikan mengingat banyak kesamaan, baik struktur
fonem, bunyi, maupun kata. Jika di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah
dengan persyaratan sebagaimana dikemukakan di atas, istilah dicari di dalam bahasa
serumpun, baik yang masih lazim maupun yang tidak lazim lagi digunakan. Ketiga
persyaratan di atas tetap harus diperhatikan. Contoh berikut mengungkapkan uraian di
atas:
Kata-kata yang lazim digunakan:
gambut (Banjar) ‘jenis tanah’ peat (Inggris)
nyeri (Sunda) ‘sakit karena sesuatu seperti dicubit’ pain (Inggris)
sukan (Melayu) ‘bermain-main dalam pesta’
jan + warta (Minang + Indonesia) menjadi janwarta atau dari Sunda tongibur ‘jangan
diberitakan’ off the record (Inggris)
ledot (Sunda) tackle (Inggris)
kewong (Sunda) upper cut (Inggris)
santai (Lampung) relax (Inggris)
Kata-kata yang taklazim lagi digunakan:
gawai (Jawa) device (Inggris)
luah (Sunda, Bugis, Bali, Minang) discharge (Inggris)
99
4.7.1.2.3 Kosakata Bahasa Asing
Dalam hal sumber pencarian istilah, bahasa asing menduduki urutan ketiga. Dengan
demikian, selain melihat ke dalam kita juga tidak menutup kemungkinan adanya istilah
yang berasal dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris karena bahasa ini kini menjadi
bahasa utama dalam hubungan antarbangsa; dan menjadi orientasi bahasa Indonesia
(Catatan: sampai dasawarsa awal kemerdekaan, bahasa Indonesia berorientasi pada
bahasa Belanda; dan karena itu sampai kini masih banyak dipakai kata/ istilah yang
berasal dari bahasa tersebut).
Dalam buku Tata Istilah Indonesia (1978), yang dikutip oleh Suryaman (1986:41),
dijelaskan bahwa ada dua dasar umum yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
istilah dari bahasa asing:Apabila perlu diambil dari bahasa asing, sumber utama bahasa
yang digunakan untuk istilah adalah bahasa Inggris. Pertimbangannya, bahasa Inggris
merupakan salah satu bahasa antarbangsa yang diakui dan digunakan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Selain itu, sebagian buku dan bahan lain yang berpaut dengan keilmuan
yang beredar di Indonesia tertulis dalam bahasa Inggris. Hal ini diperkuat pula dengan
kenyataan bahwa bahasa Belanda, yang selama tiga abad dipergunakan di Indonesia,
sudah hampir tidak dikenal dengan baik oleh angkatan muda. Mereka lebih banyak
mengenal dan mempergunakan buku dan bahan lainnya yang ditulis dalam bahasa
Inggris.Apabila istilah asing yang diperlukan tidak dapat diganti dengan kata-kata yang
terdapat di dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah, istilah tersebut diindonesiakan
dengan memperhatikan bentuk visualnya (tulisan), bukan ucapannya. Hal ini didasarkan
pada masuknya istilah tersebut sebagai bagian ilmu pengetahuan ke dalam bahasa
Indonesia umumnya melalui tulisan., bukan melalui lisan. Istilah bau yang berasal dari
kosakata bahasa asing dapat dibentuk melalui penerjemahan, penyerapan, dan gabungan
kedua cara itu.
4.7.1.2.3.1 Penerjemahan Istilah Asing
Pemunculan istilah baru dapat dilakukan dengan cara penerjemahan kata yang
sepadan. Misalnya, body language ‘bahasa tubuh’, sammenwerking ‘kerja sama’,
balanced budget ‘anggaran berimbang’, newsletter ‘surat kabar’.
Dalam penerjemahan istilah ternyata tidak selalu diperoleh, dan memang tidak
selalu diperlukan, bentuk yang berimbang arti satu lawan satu. Karena itu, yang perlu
diperhatikan ialah kesamaan dan kesepadanan konsep, bukan kemiripan bentuk luar
100
atau makna harfiahnya. Dalam hal ini, medan makna ‘semantic field’ dan ciri makna
istilah bahasa asing memegang peran penting. Misalnya, begrotingspost ‘mata
anggaran’, brother-in-law ‘ipar laki-laki’, medication atau therapy ‘pengobatan’,
network ‘jaringan’.
Untuk maksud tersebut, istilah dalam bentuk positif harus diterjemahkan ke dalam
bentuk positif pula dan sebaliknya bentuk negatif dengan bentuk negatif pula, misalnya,
bound morpheme menjadi ‘morfem terikat’, bukan ‘morfem takbebas’.
4.7.1.2.3.2 Istilah Asing tanpa Pemadanan
Pada bagian ini Anda diajak untuk memperhatikan pemakaian istilah asing tanpa
pemadanan. Artinya, istilah tersebut dipergunakan dalam tautan kalimat bahasa
Indonesia.
(1) Pedesaan sudah menjadi sasaran minuman, tidak hanya yang masuk kategori
softdrink, tapi juga minuman keras.
(2) Mereka harus melalui jalur seperti public audit atau pihak pengacara yang ditunjuk
kedua saudara koruptor itu.
(3) Akuntan publik ini juga yang telah mengaudit Telkom sebelum go public ....
(4) Lima fenomena yang berkembang di masyarakat sekarang ini, menurut Kristiya,
yaitu ..., dan kecenderungan untuk menggerakkan people power .
(5) Pers juga diharapkan Pangdam dapat menyajikan berita secara clean and clear
dengan tidak menuduh.
(6) Namun, yang pasti saya bersedia di-cross check dengan Mintarjo soal pernyataan
itu.
(7) Mereka tewas bukan dalam main operation, tapi karena kecelakaan, kata Kasum
ABRI.
(8) Warga Desa Calderon di Negara Bagian Sinaloa, Meksiko, menjadi geger akibat
teror bloodsucker.
(9) Perwira itu mengatakan, senjata AK-47 dapat juga dimiliki oleh para anggota eks
PKI mengingat senjata tersebut memiliki life time yang relatif lama.
(10) Ia mengatakan, memang tidak tertutup kemungkinan direktur bank itu telah kabur
ke luar negeri. Kemungkinannya fifty-fifty, katanya.
(11) Desakan aliran alternatif yang dengan kuat menyeret trend musik dunia saat ini,
seakan tidak menyentuh Mr. Big.
101
(12) Para PNS menilai bahwa para petugas bagian ketertiban dalam melancarkan
operasi terkesan over acting.
(13) Dirut Telkom mengharapkan seluruh pihak, khususnya karyawan di jajaran
Telkom, untuk bersama-sama memadukan tekad meningkatkan performance
usaha yang lebih baik di masa-masa mendatang.
(14) Dalam melakukan tugas penyidikannya, Polri selalu mendasarkan diri pada
profesionalisme dan scientific investigation.
(15) Anamnesa terakhir E. T. di medical record itu adalah: datang dengan wajah stres.
(16) Ia hanya mengatakan No Comment, tunggu sampai ditangkap.
(17) Bahkan juga berita di belakang berita sebagai inside information tentang perilaku
fraksi dan DPD masing-masing kekuatan sosial politik yang mengendalikannya,
demikian Ketua Golkar.
(18) Rahardi juga mengatakan, pelacakan terhadap sekolah Jenifer Tan di beberapa
primary school juga nihil.
(20) Dennis memang terkenal dengan reaksi start-nya yang bagus.
(21) Untuk menjadi pelari terbaik di dunia, Anda harus secara total memberikan diri
Anda pada event ini, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, Anda harus menjadi
sprinter terus.
(22) Sangat cukup untuk menghidupi saya, tuturnya seraya menolak menyebutkan
appearance fee yang diterimanya di kejuaraan Invitasi Atletik Indonesia.
(23) Dennis yang seringkali tampak cuek dan tidak senang ditanyai persoalan-persoalan
pribadi ini, juga dikenal sebagai The Angry Young Man, seperti dituliskan
wartawan Philadelphia Inquirer, Ron Reid.
(24) Dia tercatat tiga kali fault start, penundaan pertandingan sampai 40 menit, dan
cuaca yang buruk penuh kilat.
(25) Pejabat itu ternyata tidak memiliki sense of humor sedikit pun.
4.7.1.2.3.2 Istilah Asing dengan Pemadanan
Pada bagian ini Anda diperkenalkan dengan pemakaian istilah asing yang
disisipkan ke dalam tautan kalimat bahasa Indonesia disertai padanannya.
(1) Potensi konflik vertikal adalah yang bersifat perolehan (achievment) seperti
penghasilan (kekayaan), pekerjaan, pendidikan, status sosial.
102
(2) Sekitar 100 pemuda dari berbagai perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang
tergabung dalam Generasi Muda Muslim Yogyakarta (GMMY) mengadakan long
march (jalan kaki).
(3) Rabu lalu empat buah helikopter terbang dua sorti dari Timika menuju sasaran dan
menurunkan 100 pasukan dengan tali (rappeling).
(4) Rencana pemerintah, mengenai alih suara bahasa asing (dubbing) yang mutlak harus
segera dilakukan, mendapat sorotan tajam dari kalangan akademis.
(5) Namun, medical record (catatan tentang kesehatan pasien) F.T. ada di Rumah Sakit
Graha Medika.
(6) Gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004
merupakan peristiwa (event) yang menggemparkan dunia karena puluhan ribu orang
meninggal seketika.
(7) Akibat luka pada kakinya, pengendara sepeda motor tersebut dilarikan ke
Emergency (gawat darurat) RSHS Bandung.
(8) Pokoknya kita melakukan delegation of authority (pendelegasian kewenangan),
kata Menko Polkam.
(9) Keempat tim yang bertarung semalam, tidak terkecuali Rumania, tampil all-in atau
habis-habisan.
(10) Dia berpendapat the small is beautiful (kecil itu cantik).
4.7.1.4 Istilah Asing dengan Penyesuaian
Bagian ini mencontohkan kepada Anda mengenai pemakaian istilah asing dengan
penyesuaian ejaan. Artinya, kata-kata atau istilah asing diindonesiakan.
(1) Pengamanan terhadap tersangka menyusul setelah diketahui mobil yang
dipergunakan kawanan perampok itu milik sebuah rental di kawasan Gunung Batu,
Bandung.
(2) Menurut Ketua DPR, gejolak yang marak belakangan ini tidak dapat diselesaikan
dengan tindakan represif semata.
(3) Seperti diberitakan sebelumnya, bos hasil bumi tersebut dirampok di tengah jalan.
(4) Keempat petinju berada di Kuba untuk berlatih sambil mengikuti dua turnamen
tinju di Kuba.
103
(5) Dia menegaskan, dalam kepemimpinan DPP PDIP kali ini pihaknya bersama para
formatur lainnya sepakat untuk menempatkan figur orang yang dapat bekerja sama
dengan orang lain.
(6) Rekan sejawat korban berkeyakinan, ekspedisi pria asal Shianghai tersebut akan
berjalan lancar mengingat selama delapan tahun terakhir Yu berhasil menjelajahi
banyak tempat berbahaya.
(7) Holden, mekanik dari Wellington, bertabrakan di Glenn Helen, bagian dari sirkuit
itu.
(8) Pengeluaran dana tersebut dikaitkan pula dengan dana penyelenggaraan perangkat
telekomunikasi untuk keperluan konferensi APEC dan renovasi gedung.
(9) Karena gagal menjadi calo tenaga kerja setelah menarik uang dari korbannya Rp1,5
juta, Prada D.S. melakukan desersi 414 hari.
(10) Upacara tersebut biasanya bersifat sakral, tapi sangat menarik bagi wisatawan.
(11) Herman, karyawan sebuah garmen di Tasikmalaya, tewas mengenaskan ditusuk
tiga pemuda.
(12) Warga setempat ada yang menitikkan air mata setelah menyaksikan keberingasan
para pelaku, seperti yang diperagakan dalam rekonstruksi kemarin.
(13) Sementara massa PDI berunjuk rasa di halaman Sekretariat DPD PDIP Jabar, di
ruangan berlangsung rapat konsolidasi para pengurus DPC-DPC.
(14) Dua jam kemudian AR (33), seorang residivis kakap, ditangkap polisi dalam suatu
Operasi Penyakit Masyarakat yang dilancarkan petugas.
(15) Menurut sumber, selama ini Hendra dan Tatang sebetulnya sering bekerja sama
dalam bisnis.
(16) Hari Kamis sekitar pukul 07.00 WIT (05.00 WIB) pasukan ABRI bertolak dari
Bandara Timika menuju Posko ABRI di Geselama guna meng-evakuasi para
sandera baik yang hidup maupun yang tewas terbunuh.
(17) Sementara itu, dua sandera yang tewas dibaringkan di rumah sakit milik PT
Freeport Indonesia Company untuk mendapatkan visum dokter, sebelum
diberangkatkan ke Jakarta.
(18) Navi W.T.H. Panekanan adalah koordinator lapangan, dan M. Yosias Lasamaku
adalah bagian akomodasi.
104
(19) Meskipun belum ada perjanjian ekstradisi, pemerintah Republik Rakyat Cina
menyatakan sanggup dan siap membantu pemerintah Indonesia untuk ikut mencari
tersangka.
(20) Pertanyaan Anda itu ‘kan tendensius, kata Sutrisno ketika dihubungi Kompas hari
Rabu di Medan.
4.7.1.5 Analisis Pemakaian Istilah Asing
4.7.1.5.1 Pemakaian Istilah Asing tanpa Pemadanan
Pada bagian ini dikemukakan pemakaian istilah asing dalam media massa tanpa
disertai pemadanan. Istilah tersebut dicetak tebal miring oleh penyusun agar mudah
terbaca, dalam tulisan asli dicetak tegak. Pemakaian istilah sebagaimana dimaksud
dalam bagian ini boleh digunakan apabila langkah pemunculan istilah baru di dalam
bahasa Indonesia mengalami jalan buntu.
Berdasarkan pengamatan, ada beberapa istilah yang bisa dipadankan ada juga
yang bisa disesuaikan ejaannya, ada juga istilah yang bisa digunakan dengan
penyepadanan dan penyesuaian sekaligus. Artinya, pemakai dapat memilih salah satu
dari dua pilihan. Tabel berikut memperlihatkan pilihan tersebut:
softdrink minuman dingin; minuman segar; softdring
public audit pemeriksa dana; pemeriksa keuangan; audit publik
go public tawarjual bebas; tawarjual saham bebas; gopublik
people power kekuatan rakyat; daya jelata/masyarakat
clean and clear bersih dan jelas; cekas (Sunda)
cross check periksa silang; uji silang; kroscek
main operation bedah utama; bedah pertama; operasi utama
bloodsucker lintah darat; penghisap darah; bladsaker
life time masa hidup; waktu hidup
fifty-fifty setengah-setengah; sepotong-sepotong
trend cenderung; condong; tren
over acting banyak tingkah; loba ulah
performance tampilan; pelaksanaan kerja; performan(s)
scientific investigation penyelidikan ilmiah; pencarian ilmiah; investigasi
sain(s)tifik anamnesa riwayat sakit; catatan penyakit; anamnesa
105
medical record rekaman/catatan kesehatan; /catatan medis; rekor medis
no comment takada ujar/keterangan; takada komentar; nokomen
inside information keterangan rahasia; informasi rahasia; informasi dalam
primary school sekolah dasar
start mula, mulai; star
event peristiwa, kejadian; iven, even
sprinter pelari dekat; sprinter
appearance fee bayaran tampil
The Angry Young Man (orang muda) pemarah; pemberang
fault start gagal mula/star; batal mula/star; lasut mula (Sunda); fault
star
Dari senerai di atas terdapat dua kata asing yang bisa menimbulkan kebingungan.
Pertama, kata main dalam main operation memiliki bentuk yang sama dengan bentuk
kata main dalam bahasa Indonesia. Kedua, kata event sering dipertukarkan dengan kata
even, padahal kedua kata ini berbeda bentuk dan artinya. Karena itu, kata-kata tersebut
sebaiknya dihindari agar tidak terjadi kebingungan orang yang mendengar atau
membaca.
4.7.1.5.2 Pemakaian Istilah Asing dengan Pemadanan
Pada bagian ini terdapat delapan kalimat yang mengandung pemakaian istilah asing
sekaligus dengan padanannya. Data memperlihatkan bahwa istilah-istilah asing tersebut
telah memiliki padanan yang sesuai di dalam bahasa Indonesia. Karena itu, sebenarnya
istilah asing tersebut tidak perlu dipergunakan lagi. Hal ini berkaitan dengan
penghematan pemakaian kata yang dianut oleh media massa.
Pemakaian istilah asing yang disertai dengan padanannya boleh dilakukan apabila
istilah dan atau padanannya dianggap baru. Jadi, dalam hal ini pemakaiannya
dimaksudkan sebagai pengenalan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
4.7.1.5.3 Pemakaian Istilah Asing dengan Penyesuaian
Bagian ini merupakan cara yang paling banyak dianut. Hal ini dimungkinkan
karena cara tersebut merupakan cara yang paling mudah dilakukan oleh banyak orang.
Cara seperti ini pada satu sisi memiliki nilai positif dan pada sisi lain memiliki nilai
negatif bagi perkembangan bahasa Indonesia.
106
Nilai positif yang dimaksudkan di sini adalah dengan banyaknya kata atau istilah
dari bahasa asing, makin banyak pula jumlah kosakata bahasa Indonesa secara cepat.
Pada pihak lain, muncul nilai negatif, yaitu batasan kata asing dan bahasa Indonesia
menjadi samar. Dikatakan demikian karena ada kemungkinan bahasa asing menguasai
bahasa Indonesia dan karena itu bentuk bahasa Indonesia bisa menjadi kacau.
Kekacauan bisa dilihat, misalnya, pada bentuk sesuaian legalisasi dari legalization
muncullah pelegalisasian dan melegalisasi. Jika dilihat dari segi bentuk, -isasi sepadan
dengan pe-an. Dengan demikian, melegalisasi atau pelegalisasian dan yang
semacamnya tidak memiliki arti yang jelas. Contoh lain timbulnya nilai negatif bisa
dilihat pada pemakaian kata rental dan garmen. Pemakaian kedua kata tersebut
mengakibatkan makna yang sebenarnya tidak jelas. Kata rental berasal dari bentuk kata
rent ‘sewa, uang sewa’. Dalam Kamus Inggris Indonesia (Peter Salim, 1989:1628),
rental berarti 1. uang sewa, harga sewa; 2. rumah, mobil, dsb. yang disewakan; 3.
penghasilan yang diperoleh dari hasil sewa.’ Dengan demikian, pemakaian kata rental
tidaklah tepat. Karena itu, sebaiknya diganti saja dengan kata penyewaan mobil agar
maknanya jelas.
Contoh lain yang serupa dengan contoh di atas adalah pemakaian kata garmen.
Sepintas kata tersebut tidak menjadi masalah dipergunakan dalam kalimat semacam itu.
Berdasarkan makna asalnya, garmen (dari garment) berarti ‘pakaian’. Jadi, kalimat itu
jelas tidak logis karena yang memiliki karyawan adalah orang, bukan pakaian. Karena
itu, sesuai dengan apa yang hendak diinformasikan, di dalam kalimat tersebut harus
diselipkan kata pabrik, toko, atau kata lain yang membentuk frasa menjadi pabrik
garmen, toko garmen, perusahaan garmen, dan sebagainya.
4.7.2 Perlatihan
Carilah arti kata atau istilah yang dicetak miring tebal!
(1) Saat saya melakukan inspeksi mendadak ke LP Cipinang, saya sudah
meng-antisipasi gerakan yang dapat dilakukannya.
(2) Diharapkan agar jati diri ABRI sebagai tentara pejuang dapat terus dipelihara dan
di-implementasi-kan secara konsisten agar makin memberikan kontribusi positif
terhadap kemajuan bangsa dan negara.
107
(3) Menyangkut isu kolusi di Mahkamah Agung, dia mengingatkan agar hal tersebut
dapat diselesaikan secara proporsional tanpa mencacati citra lembaga peradilan
tertinggi itu.
(4) Dalam pidatonya itu, dia menyinggung berbagai hal yang berkembang di
masyarakat dewasa ini, seperti isu kolusi di MA, peristiwa berdarah di Timika,
perkelahian pelajar, inflasi, korupsi, dan kehadiran pemantau pemilu partikelir .
(5) Dia masih merasakan sangat kurangnya peran pers bercorak peliputan investigatif,
yang menggali ke arah kedalaman dan latar belakang suatu permasalahan.
(6) Komunikasikan tiap gerak langkah eksekutif dan legislatif, bahkan juga yudikatif,
se-transparan mungkin, apa adanya.
(7) Dalam kaitan ini, dia mengimbau pers untuk meningkatkan perannya sehingga
masyarakat dapat melakukan sosial kontrol-nya yang efektif atas lembaga-lembaga
tinggi negara.
(8) Kritik dan koreksi terhadap perilaku yang rendah integritas-nya perlu dilakukan.
(9) Penegasan tersebut disampaikan Menko Polkam kepada wartawan usai peresmian
kesepakatan mengenai transpalansi ginjal jenazah, Kamis.
(10) Soesilo yang juga Ketua Umum Yayasan Ginjal Nasional Indonesia (Yagina)
dimintai tanggapannya soal Insiden Ujungpandang serta unjuk rasa keprihatinan
kasus tersebut oleh para mahasiswa di Surabaya, Semarang, Jember, Solo,
Bandung, dan Ujungpandang beberapa hari belakangan.
(11) Suparti Nide menambahkan, meskipun DPR tidak bisa melihat langsung secara
faktual kasus kerusuhan tersebut, hal ini bukan berarti wakil rakyat yang ada di
DPR, tidak memperjuangkan aspirasi rakyat.
(12) Di Bandung, sekitar 300 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi hari Kamis
kembali bentrok fisik dengan aparat di pintu gerbang kampus Universitas
Padjadjaran (Unpad), Jalan Dipatiukur Bandung.
(13) Petugas akan berupaya bertindak persuasif agar tidak ada korban, katanya kepada
pers Kamis (2/5) pagi usai Upacara Hari Pendidikan Nasional tingkat Jawa Barat
yang dipusatkan di Lapangan Gasibu Bandung.
(14) Walau hasil ini lebih lambat dari yang diharapkannya, Dennis menyimpan tekad
untuk memecahkan rekor dunia jadi 9,83 detik, rekor Ben Johnson yang dibatalkan
setelah ketahuan dia kena doping.
108
(15) Walaupun ibunya, Lenora Mitchell, adalah manajer-nya, Dennis menolak bahwa
ibunya adalah yang mendorongnya untuk menjadi sprinter.
(16) Ditegaskan, semua pihak yang terlibat akan diusut, termasuk tindakan petugas
keamanan pun akan di-cek .
(17) Dengan kondisi demikian, bisa menjadi salah satu sebab munculnya kolusi.
(18) Suasana yang sama juga terjadi di Gedung DPR/MPR yang terlihat makin sepi
pada masa anggota dewan sedang reses ini.
(19) Sesekali pandang matanya diarahkan ke siaran televisi yang meliput prosesi
pemakaman.
(20) Mereka juga sepakat bahwa saat ini transpalansi organ amat diperlukan.
4.7.3 Rangkuman
Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dilampirkan pada buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988:419) dijelaskan bahwa istilah adalah kata atau
gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau
sifat yang khas dalam bidang tertentu. Dengan demikian, suatu istilah pasti berupa kata
atau frasa, tetapi kata atau frasa belum tentu berupa istilah. Selanjutnya, istilah
dibedakan menjadi istilah khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah terbatas
dalam arti hanya dipakai dalam bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi
unsur bahasa yang digunakan secara umum dalam berbagai bidang.
Pembentukan istilah dalam bahasa Indonesia harus mengutamakan bahasa
Indonesia. Jika dalam abahasa Indonesia tidak kita temukan, kita cari dalam bahasa
daerah. Kalau masih juga tidak kita temukan, baru kita cari dalam bahasa asing, lalu kita
sesuaikan dengan bahasa Indonesia.
Prosedur lain yang harus ditempuh dalam pembentukan istilah adalah kata-kata
harus mudah diucapkan/ditulis, lebih singkat, tidak berkonotasi buruk, dan bebas dari
larangan/tabu dalam suatu etnis.
4.7.4 Tes Formatif
1. Kemukakan prosedur pembentukan istilah berikut dua contoh!
2. Mengapa bahasa asing menduduki peringkat terakhir sebagai sumber istilah?
3. Bagaimana pendapat Anda tentang istilah yang kini marak dalam bahasa asing?
4. Kemukakan perbedaan kata dengan istilah berikut lima contoh!
5. Apa yang dimaksud istilah umum dan istilah khusus; berikan lima contoh!
109
4.7.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar VI.
110
4.8 Kegiatan Belajar VIII : Ujian Tengah Semester
4.9 Kegiatan Belajar IX
4.9.1 Tata Kalimat
4.9.1.1 Ragam Bahasa
Untuk memahami struktur kalimat bahasa Indonesia, kita perlu membicarakan
ragam bahasa Indonesia yang berkaitan dengan ihwal struktur kalimatnya. Pada
dasarnya, pemakaian bahasa dapat dibedakan ke dalam bermacam-macam ragam
bahasa, bergantung pada pendekatan yang dilakukan. Jika dilihat dari sarana yang
digunakan untuk menghasilkannya, bahasa dapat dibedakan ke dalam ragam bahasa
lisan dan ragam bahasa tulis (selanjutnya disebut ragam lisan dan ragam tulis). Bahasa
yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap – bunyi bahasa (fonem) sebagai unsur
dasarnya – kita namakan ragam lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan – huruf sebagai unsur dasarnya – kita namakan ragam tulis.
Kita harus berhati-hati dengan pernyataan di atas karena ada bahasa yang
dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap, tetapi sebelumnya telah dituliskan.
Misalnya, teks pidato, siaran berita di televisi atau di radio yang dibacakan. Sebaliknya,
ada pula bahasa lisan yang dituliskan seperti cerita rakyat (yang belum pernah
dituliskan) atau pidato yang ditranskripsikan. Oleh karena itu, pernyataan di atas harus
dilengkapi dengan penjelasan perbedaan kedua ragam itu yang dilihat dari segi struktur
(tata bahasa), kosakata, dan segi lain.
Ragam lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan susunan kalimat),
dan kosakata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam lisan dari ragam tulis, sedangkan
ejaan merupakan aspek pembeda ragam tulis dari ragam lisan. Jadi, dalam ragam lisan
kita berusurusan dengan lafal, sedangkan dalam ragam tulis kita berurusan dengan
ejaan.
Aspek tata bahasa dan kosakata dalam kedua ragam memiliki ciri yang berbeda
walaupun bidangnya sama dan memiliki hubungan timbal-balik. Ragam tulis, yang
diatur dengan kaidah ejaan, melambankan ragam lisan. Oleh karena itu, sering timbul
kesan seolah-olah ragam lisan dan ragam tulis itu sama. Hal ini terjadi karena keduanya
telah berkembang menjadi dua sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang
takidentik bentul walaupun memiliki persamaan.
111
Satu catatan yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam ragam lisan, penutur
(pembicara) dapat memanfaatkan peragaan (dramatisasi gerak tangan, mimik, dan
suara) untuk membantu kepahaman pengungkapan diri (ide, pengalaman, sikap, dan
rasa), sedangkan dalam ragam tulis peragaan seperti itu takdapat dilambangkan dalam
bentuk tulisan. Oleh karena itu, untuk membantu kejelasan pengungkapan diri, dalam
ragam tulis diperlukan adanya kelengkapan unsur tata bahasa, baik dalam bentuk kata
maupun struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, dan kebenaran penerapan kaidah ejaan
serta pungtuasi (tanda baca).
Baik ragam tulis maupun ragam lisan, keduanya masih dapat dibedaka ke dalam
dua ragam bahasa masing-masing, yakni ragam baku dan ragam takbaku. Ragam baku
adalah ragam bahasa yang diakui oleh sebagian warga masyarakat penuturnya sebagai
kerangka acuan norma (kaidah) bahasa dalam penggunaannya, yaitu sebagai pedoman
pemakaian bahasa secara benar, baik ragam lisan maupun ragam tulis. Ragam baku
merupakan ragam yang diajarkan dan digunakan sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan, mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Ragam
ini pula yang dipergunakan dalam pemerintahan, media massa, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Oleh karena itu, penggunaan ragam baku, umumnya, dapat memberikan
gengsi dan menjadi lambang status sosial yang tinggi.
Dalam hubungan dengan ragam tulis baku, normanya dinyatakan secara tertulis
dalam bentuk buku tata bahasa (yang mencakupi masalah bentuk kata dan struktur
kalimat), kamus (yang memberikan pedoman dalam hal penggunaan kosakata),
pedoman ejaan (yang memberikan pedoman penulisan ejaan, termasuk pungtuasi), dan
pedoman pembentukan istilah (yang memberikan tata cara membentuk istilah). Dengan
demikian, semua itu merupakan pedoman dalam penggunaan bahasa ragam baku.
Hal-hal yang menyimpang dari ketentuan pedoman tersebut termasuk pada ragam
takbaku.
Penggunaan kedua ragam ini berkaitan pula dengan latar belakang, situasi, lawan,
dan tujuan pemakai. Dalam situasi resmi, umumnya pemakai menggunakan ragam
baku. Akan tetapi, dalam situasi takresmi pun ragam baku sering digunakan atau juga
sebaliknya, dalam situasi resmi pun kadang terselip pemakaian ragam takbaku. Hal ini
terjadi baik dalam ragam tulis maupun ragam lisan. Semuanya didasari oleh faktor
situasi, latar belakang, lawan/kawan, dan tujuan.
112
4.9.1.2 Struktur Kalimat
Banyak hal yang dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang patut memperoleh perhatian kita sehubungan dengan upaya kita
untuk memahami struktur kalimat adalah (1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat
(subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan), (3) pola kalimat, (4) kalimat majemuk,
(5) kalimat baik dan benar.
4.9.1.2.1 Alat Uji Kalimat
Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis, merupakan sebuah kalimat ataukah
baru merupakan gabungan kata (frasa)? Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang
benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Persyaratan yang
dimaksud adalah (1) unsur predikat dan (2) pembalikan unsur kalimat.
4.9.1.2.1.1 Unsur Predikat
Setiap kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau kelompok
kata dapat berfungsi sebagai predikat jika dapat disertai kata benda atau kelompok kata
benda yang mempunyai relasi predikatif (hubungan subjek-predikat). Perhatikan contoh
berikut.
Frasa Kalimat
prajurit yang berlatih itu Prajurit itu berlatih.
gadis yang cantik itu Gadis itu cantik.
polisi wanita itu Polisi itu wanita.
4.9.1.2.1.2 Pembalikan Unsur
Suatu tuturan merupakan kalimat jika urutan unsur-unsurnya dapat dipertukarkan
tempatnya, tanpa ada perubahan informasi yang disampaikan. Perhatikan kembali
contoh di atas yang ditulis lagi berikut.
prajurit yang berlatih itu yang berlatih itu, prajurit
(bukan perwira)
gadis yang cantik itu yang cantik itu, gadis
(bukan janda)
Bandingkan:
subjek predikat predikat subjek
Prajurit itu berlatih. Berlatih, prajurit itu.
113
Gadis itu cantik. Cantik, gadis itu.
4.9.1.2.2 Ciri-Ciri Unsur Kalimat
Apakah tuturan-tuturan yang kita hasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat? Salah
satu syaratnya adalah kelengkapan unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek,
keterangan, pelengkap. Agar mudah dikenali dan mudah pula dipahami, berikut
dikemukakn ciri-ciri unsur yang dimaksud.
4.9.1.2.2.1 Subjek
Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri berikut:
merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa atau siapa;
disertai kata ini atau itu (takrif);
dapat diperluas/disertai frasa/klausa;
tidak didahului kata depan (di, ke, dengan, dalam, kepada, tentang, dari, dan
sejenisnya);
berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat memiliki
salah satu ciri di atas.
4.9.1.2.2.2 Predikat
Ciri-ciri predikat di dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana;
dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan;
dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah, akan;
berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata benda, kata
sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata bilangan.
4.9.1.2.2.3 Objek
Ciri-ciri yang dimiliki oleh objek dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
terdapat dalam kalimat transitif;
langsung mengikuti predikat (kata kerja transitif);
tidak didahului kata depan;
tidak didahului kata sejenis merupakan, adalah, ialah, yaitu;
dapat menjadi subjek kalimat pasif (dalam oposisi aktif);
114
berupa kata benda, kelompok kata benda, atau anak kalimat.
4.9.1.2.2.4 Pelengkap
Hal-hal berikut merupakan ciri-ciri pelengkap kalimat dalam bahasa Indonesia:
melengkapi makna kata kerja (predikat);terdapat dalam kalimat yang berpredikat kata
kerja (periksa pola kalimat III dan V); hanya menempati posisi setelah predikat;tidak
didahului kata depan;berupa kata benda, kelompok kata benda, kata sifat, kelompok
kata sifat, kata bilangan, atau kelompok kata bilangan;tidak dapat dijadikan subjek
dalam kalimat pasif.
4.9.1.2.2.5 Keterangan
Keterangan kalimat bahasa Indonesia bercirikan hal berikut:memberikan informasi
tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat, tujuan, dan sejenisnya;memiliki
keleluasaan posisi (awal, akhir, atau di antara subjek dan predikat);didahului kata depan
atau kata penghubung;berupa kata atau kelompok kata (frasa berpreposisi) atau anak
kalimat.
4.9.2 Perlatihan
Tentukan unsur-unsur kalimat dalam soal di bawah ini!
1. Sambutan hangat terhadap deklarasi kemerdekaan Palestina dan pernyataan politik
PLO harus dikaji secara saksama.
2. Dalam penyusunan rencana ini panitia mendapat arahan dari dekan.
3. Upaya merehabilitasi dan melestarikan lingkungan akan segera
dilakukan di Indonesia.
4. Cara hidup tidak bersih – yang sering menimbulkan berbagai macam penyakit –
harus ditinggalkan.
5. Zat tiruan yang berhasil dibuat dan identik dengan beberapa bentuk alamiah hirudin
ialah HBW 023.
6. Pola alamiah suatu kerangka karangan biasanya berdasarkan urutan kejadian, tempat,
atau ruang.
7. Dia berusaha mempelajari dan mendalami ajaran Islam di samping mengamalkannya.
8. Pada tahun-tahun belakangan ini banyak pekerja diberhentikan karena krisis moneter
yang tidak menentu.
9. Habitat terumbu karang di perairan Indonesia Timur semakin mengkhawatirkan.
115
10. Globalisasi informasi memang mempercepat penambahan khazanah pengetahuan
kita.
4.9.3 Rangkuman
Banyak hal yang dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang patut memperoleh perhatian kita sehubungan dengan upaya kita
untuk memahami struktur kalimat adalah (1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat
(subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan), (3) pola kalimat, (4) kalimat majemuk,
(5) kalimat baik dan benar.
Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis, merupakan sebuah kalimat ataukah
baru merupakan gabungan kata (frasa)? Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang
benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Persyaratan yang
dimaksud adalah (1) unsur predikat dan (2) pembalikan unsur kalimat.
Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri berikut:
merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa atau siapa;
disertai kata ini atau itu (takrif);
dapat diperluas/disertai frasa/klausa;
tidak didahului kata depan (di, ke, dengan, dalam, kepada, tentang, dari, dan
sejenisnya);
berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat memiliki
salah satu ciri di atas.
Ciri-ciri predikat di dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana;
dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan;
dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah, akan;
berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata benda, kata
sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata bilangan.
4.9.4 Tes Formatif
Buatlah kalimat dengan kata-kata atau frasa berikut:
1. penyusunan makalah
2. kekurangan data
3. objek penelitian
116
4. administrasi
5. hukum
6. komunikasi
7. internet
8. globalisasi
9. simpulan
10. hasil penelitian
4.9.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar I – VIII.
117
10. Kegiatan Belajar X
4.10.1 Tata Kalimat
4.10.1.1 Pola Dasar Kalimat
Kalimat yang kita gunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan kita ini
sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat
terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang digunakan berasal dari beberapa
pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar itu
kita kembangkan, kita luaskan. Pengembangan atau peluasan kalimat tentu saja harus
didasarkan pada kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa. Pola dasar kalimat bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
1) a. Kalimat Dasar Berpola SP (P:KK)
Semua peserta datang.
Mereka tidur.
Para penari berhias.
Anak-anak terbangun.
1) b. Kalimat Dasar Berpola SP (P:KB)
Tatang anak pertama.
Titin wartawan majalah Gadis.
Kakak saya peneliti.
Itu rumah saya.
Didin penyair.
I.c Kalimat Dasar Berpola SP (P:KS)
Gunung itu tinggi.
Orang itu salih.
Dia jujur.
Gambar itu bagus.
Buku itu mahal.
2) Kalimat Dasar Berpola SPK
Presiden terpilih itu berasal dari Arkansas.
Suku itu bermukim di muara Sungai Batanghari.
118
Patung itu terbuat dari perungu.
Dia terpaku di depan pintu.
Saya tertarik pada matanya.
3) Kalimat Dasar Berpola SP Pel.
Pengangkatan pejabat itu berdasarkan hasil musyawarah.
Pamannya berjualan rokok.
Kantor kami kemasukan pencuri.
Kamu kedatangan tamu penting.
Anak pertamanya telah menjadi pengusaha.
4) a. Kalimat Dasar Berpola SPO (P:KKT)
Mereka membawa pesan.
Aminah mengirim berita
Anak itu menendang bola.
Sejumlah siswa membuat lukisan.
Saya membaca buku baru.
4) b. Kalimat Dasar Berpola SPO (P:KKTturunan)
Dia menjalankan perusahaan ayahnya.
Mereka mendatangi Kedutaan Amerika.
Kita akan mendirikan masjid.
Anak itu mengecilkan suara radio.
Para guru ingin memperbaiki kehidupannya.
5) Kalimat dasar Berpola SPPel
Acep memberi istrinya gelang mas.
Dia membuatkan temannya proposal kegiatan.
Istrinya membawakan ibunya parsel.
Guru membacakan murid-murid cerita pendek.
6) Kalimat Dasar Berpola SPOK
Gadis itu memasukkan tangannya ke dalam kantong jaketnya.
Eva mengirimkan uang kepada adiknya.
Lina mengeluarkan kuitansi dari laci mejanya.
Dadang meletakkan kedua tangannya di atas kemudi.
119
Yeti sudah menyerahkan uang bantuan itu kepada sekretaris.
4.10.1.2 Kalimat Majemuk
Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat
yang hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang
terdiri atas sekurang-kurangnya dua kalimat dasar). Kalimat majemuk terdiri atas tiga
macam, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat (taksetara), dan
kalimat majemuk rapatan.
4.10.1.2.1 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara memiliki dua kalimat dasar atau lebih. Kalimat ini ditandai
dengan kata penghubung intrakalimat yang menyatakan kesetaraan, misalnya, sebagai
berikut:
dan, serta,
tetapi, namun,
sedangkan, lalu,
lantas, terus,
kemudian,
atau, entah
Di samping itu, tanda koma atau titik koma juga dapat digunakan sebagai pemisah yang
menghubungkan kata penghubung setara itu.
Misalnya:
Guru itu datang dan semua murid pulang.
Catatan: Karena berfungsi sebagai penghubung di dalam satu kalimat, kata
penghubung di atas tidak boleh ditempatkan pada awal kalimat.
4.10.1.2.2 Kalimat Majemuk Taksetara (Bertingkat)
Kalimat majemuk taksetara sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar
sebagai unsur langsungnya. Satu dari kalimat dasar itu merupakan induk kalimat dan
satunya lagi merupakan anak kalimat. Dengan perkataan lain, kalimat majemuk
taksetara harus memiliki induk kalimat dan anak kalimat.
120
Ciri-ciri induk kalimat adalah sebagai berikut:dapat berdiri sebagai kalimat tunggal
yang mandiri; mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan
anak kalimat; tidak didahului kata penghubung.
Ciri-ciri anak kalimat: takdapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang
mandiri; tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap;ditandai kata penghubung
ketaksetaraan; dapat menempati posisi awal dan akhir atau menyisip di dalam induk
kalimat (di antara subjek dan predikat).
Kata penghubung ketaksetaraan, antara lain, sebagai berikut:
jika kalau apabila andaikata
ketika waktu setelah sebelum
supaya agar sebab karena
walaupun sekalipun biarpun bagaimanapun
Misalnya:
Pemimpin perusahaan datang sehingga semua karyawan senang.
4.10.1.2.3 Kalimat Majemuk Lesapan
Kalimat majemuk lesapan adalah kalimat majemuk yang mengalami pelesapan
unsur-unsur kalimat yang sama. Unsur yang dimaksud hanya dimunculkan satu kali.
Misalnya: Saya makan nasi dan saya minum kopi.
Dalam kalimat di atas, kata saya menduduki fungsi subjek. Karena kesamaannya,
subjek pada minum kopi bisa dilesapkan sehingga menghasilkan kalimat: Saya makan
nasi dan minum kopi.
4.10.2 Perlatihan
Kembangkan kalimat dasar di bawah ini menjadi kalimat luas!
1. Presiden terpilih itu berasal dari Arkansas.
2. Suku itu bermukim di muara Sungai Batanghari.
3. Patung itu terbuat dari perungu.
4. Dia terpaku di depan pintu.
5. Saya tertarik pada matanya.
6. Pengangkatan pejabat itu berdasarkan hasil musyawarah.
7. Pamannya berjualan rokok.
121
8. Kantor kami kemasukan pencuri.
9. Kamu kedatangan tamu penting.
10. Anak pertamanya telah menjadi pengusaha.
4.10.3 Rangkuman
Di dalam bahasa Indonesia ada sembilan pola dasar kalimat. Pola tersebut bisa
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing.
Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat
yang hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang
terdiri atas sekurang-kurangnya dua kalimat dasar). Kalimat majemuk terdiri atas tiga
macam, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat (taksetara), dan
kalimat majemuk rapatan/lesapan.
Ciri-ciri induk kalimat adalah sebagai berikut:dapat berdiri sebagai kalimat tunggal
yang mandiri; mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan
anak kalimat; tidak didahului kata penghubung.
Ciri-ciri anak kalimat: takdapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang
mandiri; tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap;ditandai kata penghubung
ketaksetaraan; dapat menempati posisi awal dan akhir atau menyisip di dalam induk
kalimat (di antara subjek dan predikat).
4.10.4 Tes Formatif
Tuliskan inti kalimat-kalimat berikut!
1. Selain terkenal akan pemandangan alamnya yang indah, Jepang
juga mempunyai berbagai acara festival yang menawan.
2. Sepak terjang orang Betawi memang masih seperti dulu: lincah,
jeli, dan gesit memanfaatkan situasi dan kondisi.
3. Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha
memperoleh kredit.
4. Agar pemakai laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, laporan keuangan
yang disusun harus berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.
5. Semuanya terjadi setelah Perang Dunia II ketika beberapa negara Eropa barat
menganggap pariwisata sebagai suatu alat untuk membangun ekonomi.
122
6. Karena kata press dianggap berasosiasi pada kegiatan jurnalistik, berdasarkan Akte
Notaris Maria Kristiana Soeharjo, S.H. No. 265 / KN /1997, perusahaan ini pun
berubah nama.
7. Berdasarkan analisis, diperoleh simpulan bahwa faktor keamanan sangat menentukan
perkembangan ekonomi suatu negara.
8. Polusi yang ditimbulkan oleh asap api, baik yang muncul akibat kebakaran, cerobong
pabrik, knalpot, maupun rokok, boleh dikatakan merupakan polusi terbesar yang saat
ini memenuhi udara.
9. Buku yang diperolehnya dari sebuah toko buku di Bandung, yang diterbitkan oleh
sebuah penerbit di Yogyakarta, hilang tadi.
10. Mereka yang sudah memiliki telepon dan komputer pribadi tinggal melengkapinya
dengan modem, lalu mendaftarkan diri ke salah satu penyedia jasa internet.
4.10.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar IX.
123
4.11 Kegiatan Belajar XI
4.11.1 Kalimat Baik dan benar
4.11.1.1 Definisi Kalimat Baik dan benar
Menurut Razak (1988) konsep kalimat baik dan benar dikenal dalam hubungan
fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Kalimat dikatakan baik dan benar bila mampu
membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Keraf
(1993) juga mengatakan bahwa penguasaan bahasa tidak saja mencakup persoalan
kaidah-kaidah atau pola-pola kalimat bahasa, tetapi juga mencakup beberapa aspek lain.
Misalnya, penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata),
kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan
gagasan-gagasan, dan tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Sebagai alat komunikasi, menurut Badudu (1991), kalimat dikatakan baik dan
benar apabila mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat, yaitu
yang menyampaikan dan yang menerima. Selain itu, ada sesuatu yang disampaikan
yang berupa gagasan, pesan, atau pemberitahuan. Kalimat yang baik dan benar dapat
menyampaikan pesan, gagasan, ide atau pemberitahuan kepada si penerima sesuai
dengan yang ada dalam benak si penyampai.
Berikut ini ada pengertian (definisi) kalimat baik dan benar yang terdapat di dalam
pustaka acuan.
Akhadiah dan Sakura (1990): sebuah kalimat baik dan benar haruslah memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Arifin (1987): sebuah kalimat hendaklah mendukung suatu gagasan atau ide.
Agar gagasan atau ide kalimat mudah dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang
meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan, harus eksplisit, kalimat harus dirakit
secara logis dan teratur. Kalimat seperti itu disebut kalimat baik dan benar.
Badudu (1986): sebuah kalimat dikatakan baik dan benar apabila mencapai
sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Ada dua pihak yang terlibat, yaitu
yang menyampaikan dan yang menerima, dan di luar itu ada yang disampaikan yang
berupa gagasan, pesan, pemberitahuan, dan sebagainya. Kalimat yang baik dan benar
dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide, pemberitahuan itu kepada si penerima sesuai
dengan yang ada dalam benak si penyampai.
124
Keraf (1993): sebuah kalimat yang baik dan benar mempersoalkan bagaimana
ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat
mewakili secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar
terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang baik dan benar memiliki kemampuan atau
tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Di samping itu,
kalimat yang baik dan benar selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat
tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi, kalimat yang baik
dan benar adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut
(1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis; (2)
Sanggup menumbuhkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991), kalimat baik dan benar
adalah kalimat yang gagasannya jelas, ringkas, sesuai dengan kaidah, dan enak dibaca.
Razak (1988), kalimat baik dan benar mampu membuat isi atau maksud yang
disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti
apa yang disampaiakan. Kalimat yang polanya salah menurut tata bahasa, jelas tidak
baik dan benar. Namun, kalimat yang menurut tata bahasa betul polanya juga belum
tentu baik dan benar. Selain polanya harus benar, kalimat baik dan benar harus pula
punya tenaga yang menarik dan di dalam karya tulis membentuk kerja sama lewat
sistem yang bervariasi.
4.11.1.2 Ciri-Ciri Kalimat Baik dan benar
Melihat beberapa pengertian tentang kalimat baik dan benar di muka, jelaslah
bahwa kalimat baik dan benar memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dari kalimat yang tidak baik dan benar. Menurut beberapa pustaka
acuan, kalimat baik dan benar memiliki ciri-ciri yang khas: (1) kesatuan atau
kesepadanan, (2) kepaduan atau koherensi, (3) kesejajaran bentuk atau paralelisme, (4)
ketegasan atau penekanan, (5) kehematan, (6) kevariasian, (7) kecermatan, dan (8)
kelogisan.
Catatan: Ketegasan dan kevariasian berhubungan erat dengan hubungan antarkalimat
dalam paragraf, bukan kalimat lepas!
125
4.11.1.3 Kesatuan atau Kesepadanan
Kalimat baik dan benar harus mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan
dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh
kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan
kepaduan pikiran.
a. Subjek dan Predikat
Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di dalam
sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan. Predikat dalam kalimat
adalah kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu.
Perhatikan kalimat berikut.
(1) Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri ke sekretariat.
(2) Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan umum.
(3) Pada pameran ini mengetengahkan karya-karya pelukis terkenal.
Predikat ketiga kalimat di atas adalah diharap, mengandung, dan mengetengahkan.
Subjek ketiga kalimat di atas adalah para mahasiswa, keputusan itu, dan pameran ini.
Akan tetapi, karena kata-kata itu didahului oleh partikel kepada, di dalam, dan pada,
kata-kata itu tidak dapat berfungsi sebagai subjek. Kata-kata pada, di dalam, dan
kepada pada kalimat di atas harus dihilangkan agar subjeknya menjadi jelas dan
keseluruhan kalimat menjadi padu.
(1a) Para mahasiswa diharap mendaftarkan diri ke sekretariat.
(1b) Keputusan itu mengandung kebujaksanaan yang dapat menguntungkan umum.
(1c) Pameran ini mengetengahkan karya pelukis-pelukis terkenal.
Contoh kalimat yang predikatnya tidak jelas.
(4) Gedung bertingkat yang menjulang tinggi.
(5) Uang untuk membeli obat.
(6) Mahasiswa yang memimpin teman-temannya.
Kata-kata kerja dalam pernyataan di atas tidak dapat menduduki fungsi predikat
karena di muka kata kerja itu terdapat partikel yang dan untuk. Pernyataan di atas bukan
126
kalimat karena tidak memiliki predikat. Kata-kata yang menjulang tinggi merupakan
keterangan dari gedung bertingkat yang berfungsi sebagai subjek dalam pernyataan (4).
Demikian juga kata-kata untuk membeli obat merupakan keterangan subjek, yaitu uang,
dan yang memimpin teman-temannya merupakan keterangan dari mahasiswa yang
berfungsi sebagai subjek pada pernyataan (6). Pernyataan (4), (5), dan (6) dapat
dijadikan kalimat jika ditambahakan kata-kata (bercetak miring) yang berfungsi sebagai
predikat.
(4a)Gedung bertingkat yang menjulang tinggi itu mengganggu lalu lintas
penerbangan.
(5a) Uang untuk pembeli obat dipakai kakak.
(6a)Mahasiswa yang memimpin teman-temannya dipanggil rektor.
b. Kata Penghubung Intrakalmat dan Antarkalimat
Kata penghubung (konjungsi) yang menghubungkan kata dengan kata dalam
sebuah frasa atau menghubungkan klausa dengan klausa di dalam sebuah kalimat
disebut konjungsi intrakalimat.
Contoh:
(7) Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang.
(8) Proyek ini akan berhasil dengan baik jika anggota bekerja sesuai dengan
petunjuk.
Struktur kalimat (7) dan kalimat (8) terdapat perbedaan. Kalimat (7) urutan klausa
tidak dapat dipertukarkan sehingga kita tidak dapat meletakkan konjungsi sedangkan
pada awal kalimat. Sebaliknya, kalimat (8) urutan klausanya dapat dipertukarkan
sehingga kita dapat menempatkan konjungsi jika pada awal kalimat. Pada kalimat
majemuk setara rempat konjungsi adalah di antara kedua klausa, sedangkan pada
kalimat majemuk bertingkat di muka klausa yang menjadi anak kalimat pada kalimat
berikut adalah kalimat yang tidak dapat diterima.
(9) Dan dia belum memberi keputusan.
(10) Kalau semua orang mematuhi peraturan.
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat
lain dalam sebuah paragraf. Contoh:
(11) Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya padaku. Karena itu, aku tidak
dapat memercayainya lagi.
127
(12) Sekolah harus menuediakan sarana dan prasarana yang menunjang. Dengan
demikian, pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
c. Gagasan Pokok
Dalam menyususn kalimat, kita harus mengemukakan gagasan (ide) pokok kalimat.
Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis
hendak menggabungkan dua kalimat, penulis harus menentukan bahwa kalimat yang
mengandung gagasan pokok harus menjadi induk kalimat. Contoh:
(13) Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
(14) Ia masih dalam tugas militer ketika ditembak mati.
Gagasan pokok kalimat (13) ia ditembak mati, kalimat (14) ia masih dalam tugas
militer. Oleh karena itu, ia ditembak mati menjadi induk kalimat (13), sedangkan ia
masih dalam tugas militer menjadi induk kalimat dalam kalimat (14).
d. Penggabungan dengan yang atau dan
Seorang penulis sering menggabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu
kalimat. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan, hasilnya kalimat majemuk
setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, akan menghasilkan kalimat
majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
(15) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
(16) Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas uatama perguruan tinggi.
Kalimat (15) dan (16) mengandung gagasan pokok yang sama penting. Penggabungan
yang baik dan benar untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan partikel
dan sehingga kalimat gabungan itu menjadi
(17) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah dan
perbaikannya adalah tugas utama perguruan tinggi.
Perhatikan kalimat berikut
(18)Kongres lingkungan hidup diadakan di Vancouver Kanada.
(19) Kongres itu membicarakan beberapa masalah.
Kalimat (19) merupakan bagian dari kalimat (18), penggabungan kedua kalimat itu
akan baik dan benar bila menggunakan partikel yang.
128
(20) Kongres lingkungan hisup yang diadakan di Vancouver Kanada membicarakan
beberapa masalah.
e. Penggabungan Menyatakan sebab dan waktu
Untuk mencapai efektivitas komunikasi perlu diperhatikan perbedaan antara
hubungan sebab dan hubungan waktu. Hubungan sebab dinyatakan dengan kata karena,
sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua kata itu sering
digunakan pada kalimat yang sama. Contoh:
(21) Ketika banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke
tempat-tempat yang lebih tinggi.
(22) Karena banjir besar melanda kampung, penduduk melarikan diri ke
tempat-tempat yang lebih tinggi.
f. Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Aakibat dan Hhubungan
Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga
untuk menyatakan hubungan akibat, dan partikel agar atau supaya untuk menyatakan
hubungan tujuan. Contoh:
(24) Semua peraturan telah ditentukan.
(25) Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kedua kalimat tersebut digabungkan menjadi
(26) Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak
sendiri-sendiri.
(27) Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak
sendiri-sendiri.
Contoh lain :
(28) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar
secara sistematik.
(29) Para mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu
yang sudah ditentukan.
Kedua kalimat dapat digabungkan dengan kata sehingga dan agar.
129
(30) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar
secara sistematik sehingga dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu
yang sudah ditentukan.
(31) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar
secara sistematik agar dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang
sudah ditentukan.
Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat (26), (27), (30), dan (31)
menghasilkan kalimat yang baik dan benar. Perbedaan hanya pada jalan pikiran si
penulis. Pada kalimat (26) dan (30) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan
kalimat (27) dan (31) yang diinginkan adalah hubungan tujuan.
4.11.1.4 Kepaduan atau Koherensi yang Baik dan Kompak
Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah
hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok
kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat,
hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap
unsur pokok tadi.Kepaduan (koherensi) sebuah kalimat akan rusak karenaa. tempat kata
dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat;
Contoh : tidak baik
(32) Adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi
di kebun anjing.
(32a) Adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan
sekuat tenaganya.
a. salah menggunakan kata depan, kata penghubung, dan sebagainya
Contoh :
(33) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan
bahasa menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang (tanpa
bagi).
Benar Salah
membahayakan negara membahayakan bagi negara berbahaya bagi negara
membicarakan suatu masalah membicarakan tentang sesuatu
berbicara tentang sesuatu
130
mengharapkan belas kasihan mengharapkan akan belas kasihan
berharap akan belas kasihan
saling membantu saling bantu membantu
bantu-membantu
b. pemakaian kata, baik karena merangkaian dua kata yang maknanya tidak
tumpang tindih, maupun hakikatnya mengandung kontradiksi
Contoh:
(34) Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang
berlangsung itu merupakan Perang Dunia di Timur Tengah (banyak peninjau
atau para peninjau)
(35) Sampai tahun 1952 banyak penjahat-penjahat perang Jerman yang dilepaskan
dan diampuni dosanya (banyak penjahat)
c. salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb. pada kata
kerja tanggap
Contoh:
(36) Makalah itu saya pernah bicarakan.
(37) Saya ingin sampaikan berita duka tersebut
4.11.2 Perlatihan
Perbaikilah kalimat di bawah ini!
1. Kepada para tamu kami persilakan duduk kembali.
2. Di dalam laporan ini membicarakan administrasi keuangan kantor.
3. Pada acara temu alumni menampilkan artis lokal dan nasional.
4. Sampel data yang kurang memadai.
5. Teori untuk memecahkan masalah.
6. Pejabat yang menggerogoti hak rakyat jelata.
7. Dan masalah itu harus diselesaikan dengan bijak.
9. Sedangkan rumusan masalah yang dikemukakannya sangat kuat.
10. Ketika seorang anggota mengetahui adanya seseorang yang ditengarai menjadi
pemicu keributan.
131
4.11.3 Rangkuman
Kalimat baik dan benar memiliki ciri-ciri yang khas: (1) kesatuan atau
kesepadanan, (2) kepaduan atau koherensi, (3) kesejajaran bentuk atau paralelisme, (4)
ketegasan atau penekanan, (5) kehematan, (6) kevariasian, (7) kecermatan, dan (8)
kelogisan. Ketegasan dan kevariasian berhubungan erat dengan hubungan antarkalimat
dalam paragraf, bukan kalimat lepas!
Kalimat baik dan benar harus mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan
dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh
kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan
kepaduan pikiran.
4.11.4 Tes Formatif
1. Mengapa suatu kalimat dikatakan sebagai kalimat baik dan benar? Contohkan!
2. Apa yang dimaksud kesatuan gagasan dalam kalimat? Contohkan!
3. Unsur apa yang mutlak harus ada dalam sebuah kalimat? Contohkan!
4. Mengapa kita harus membedakan pemakaian kata penghubung intrakalimat dengan
kata penghubung antarkalimat? Contohkan!
5. Kalimat apa yang dihasilkan dari penggabungan dua kalimat dengan partikel yang?
Contohkan!
6. Kalimat apa yang dihasilkan dari penggabungan dua kalimat dengan partikel dan?
Contohkan!
7. Apa yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat? Contohkan!
8. Apa saja yang merusak kepaduan kalimat? Contohkan!
9. Buat kalimat yang mengandung kesatuan gagasan!
10. Buat kalimat yang mengandung kepaduan gagasan!
132
4.11.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar X.
133
4.12 Kegiatan Belajar XII
4.12.1 Kalimat Baik dan benar
4.12.1. a. Kesejajaran Bentuk atau Paralelisme
Kesejajaran bentuk atau paralelisme berarti pengungkapan gagasan-gagasan yang
sama fungsinya ke dalam suatu struktur/konstruksi yang sama pula. Bila salah satu
gagasan itu diungkapkan dalam struktur kata benda, kata-kata atau kelompok kata lain
yang menduduki fungsi sama harus diungkapkan dalam struktur kata benda pula; bila
gagasan yang satu diungkapkan dalam struktur kata kerja, yang lainnya pun harus
diungkapkan dalam struktur kata kerja. Kesejajaran atau paralelisme bentuk membantu
memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian
yang sederajat dalam konstruksi yang sama (Keraf, 1980:47). Kesejajaran pun bisa
membantu kelancaran pembacaan teks. Dengan demikian, gagasan yang ada dalam teks
dapat dengan mudah dipahami.
Contoh:
(38) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia yang paling mengerikan
dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara pengobatannya tak ada yang tahu!
Kata yang bercetak miring di atas tidak menunjukkan keparalelan, maka kalimat
tersebut harus ditata menjadi
(39) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling
mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya tak
ada yang tahu!
Contoh lain:
(39) Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan, masih ada lagi sumber
pengacauan, yaitu berupa peniruan, yang langsung atau tidak langsung.
(40) Seorang teknolog bertugas memecahkan suatu masalah dengan cara tertentu
dan membuat masyarakat mau memilih dan memakai cara pemecahan yang
dibuatnya.
4.12.1.b. Ketegasan atau Penekanan
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti kalimat itu biasanya akan
ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Dalam penulisan ada berbagai
cara untuk memberi penekanan dalam kalimat.
134
a. Posisi dalam kalimat
Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu dalam sebuah kalimat, penulis
dapat mengemukakan bagian itu pada bagian depan kalimat. Cara ini disebut juga
pengutamaan bagian kalimat. Contoh:
(41) Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang
menunjukkan tidak efisiennya Pertamina adalah rasio yang masih timpang
antara jumlah pegawai Pertamina dan produksi minyak.
(42) Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina, menurut
Prof. Dr. Herman Yohanes, adalah rasio yang masih timpang antara jumlah
pegawai Pertamina dengan produksi minyak.
(43) Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi
minyak adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya
Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
Walaupun ketiga kalimat di atas memiliki pengertian yang sama, gagasan pokok
menjadi berbeda.
Pengutamaan bagian kalimat, selain dapat mengubah urutan kata, juga dapat
mengubah bentuk kata dalam kalimat. Pengutamaann kalimat yang mengubah urutan
dan bentuk ini menghasilkan kalimat pasif, sedangkan kalimat aktif adalah kalimat
normal yang dianggap lebih lazim digunakan daripada kalimat pasif. Contoh:
(44) Presiden mengharapkan dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur
pembangunan akan lancar.
(45) Dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur diharapkan oleh
Presiden pembangunan akan lancar.
b. Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian atau
peristiwa yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan
logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang
makin lama makin penting atau dengan menggambarakan suatu proses. Contoh:
(46) Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas,
pembangunan, dan persatuan.
(47) Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.
135
c. Pengulangan kata
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan maksud
memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulanagn kata yang
demikian dianggap dapat membuat maksud kalimatmenjadi lebih jelas. Contoh:
(48) Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dengan swasta,
keseimbangan domestik dengan luar negeri, keseimbangan perbankan dengan
lembaga keuangan nonbank, dan sebagainya.
(49) Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak
dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi
sosial, dan dimensi budaya.
4.12.1.c Kehematan
Kehematan berkaitan erat dengan pemakaian kata, frasa (kelompok kata), atau
bentuk lain. Kata, frasa, atau bentuk lain itu sebaiknya ditanggalkan apabila dipandang
tidak perlu karena hanya akan membuat kalimat tidak ringkas dan tidak lugas.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menjaga kehematan, yaitu:
(a) Tidak mengulang subjek dalam kalimat majemuk atau unsur-unsur lan yang
sama bentuk dan fungsinya
Contoh :
(50) Dia sangat senang makan makanan yang berlemak sehingga dia berbadan
gemuk
(51) Jika saya lulus ujian, saya akan berdarmawisata ke Bali.
Demi kehematan, dia dan saya sebaiknya dihilangkan. Perlu diperhatikan bahwa
unsur yang boleh dihilangkan itu adalah unsur yang terdapat dalam anak kalimat, bukan
unsur yang terdapat dalam induk kalimat.
(b) Menghindarkan pemakaian kata superordinat setelah kata yang merupakan
hiponimnya.
Contoh :
(52) Adikku menyiram bunga mawar.
(53) Ibu mengenakan kebaya berwarna biru.
(54) Ayah sedang merokok rokok Dji Sam Soe.
136
Kata bunga, berwarna, dan rokok masing-masing merupakan superordinat dari mawar,
biru, dan Dji Sam Soe. Jadi, ketiga kata itu (yakni bunga, berwarna, dan rokok) tidak
perlu disebutkan.
(c) Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak.
Contoh :
(54) Para dosen-dosen sedang mengikuti seminar.
(55) Berhati-hatilah, di sini banyak anak-anak.
Kedua kalimat di atas mengandung gejala pleonastis karena adanya pemakaian kata
yang berlebihan. Demi kehematan, kata para dan banyak pada kedua kalimat di atas
sebaiknya dihilangkan. Apabila kata para dan banyak dipakai, bentuk kata benda tidak
perlu diulang. Bentuk ulang kata benda dapat dipertahankan jika kata para dan banyak
(yang keduanya merupakan kata bilangan yang bermakna jamak) tidak dipakai.
d. Menghindarkan kata yang bersinonim
Contoh:
(56) Rambutnya sangat tebal sekali.
(57) Saya bekerja demi untuk menghidupi keluarga.
(58) Sejak dari kemarin saya sudah tidur.
Pada kalimat (56) kata sangat bersinonim dengan kata sekali, pada kalimat (57) kata
demi bersinonim dengan kata untuk, dan pada kalimat (58) kata sejak bersinonim
dengan kata dari. Demi kehematan, sebiknya salah satu kata saja yang kita pakai.
4.12.1.d Kevariasian
Tulisan yang menggunakan pola serta bentuk kalimat yang terus-menerus sama
akan membuat suasana menjadi kaku dan monoton atau datar sehingga akan
menimbulkan kebosanan pada pembaca. Pembaca akan merasa letih sehingga membaca
menjadi kegiatan yang membosankan. Oleh karena itu, untuk menghindarkan suasana
monoton dan rasa bosan, suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan
jenis kalimat yang bervariasi. Variasi-variasi kalimat ini dari keseluruhan tulisan.
Variasi kalimat dapat terjadi dalam beberapa hal sebagai berikut.
137
1. Cara memulai
Ada beberapa kemungkinan dalam cara memulai kalimat untuk mencapai
efektivitas, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Pada umumnya kalimat dapat
dimulai dengan subjek, predikat, frasa, dan kata modalitas.
a. Subjek pada awal kalimat
Contoh:
(59) Sendawa merupakan bahan kimia yang dipergunakan sebagai bumbu dalam
pembuatan daging kaleng, sosis, dan daging asap.
(60) Orang memang bisa ketagihan mencari uang.
(61) Hasrat lain yang mendorong orang mencari uang adalah ingin dipuji.
Tiga kalimat di atas subjeknya terletak di awal kalimat. Hal ini merupakan cara yang
orisinil dalam memuai kalimat. Jadi, cara ini tidak termasuk pada variasi dalam
memulai kalimat.
b. Predikat pada awal kalimat
Kalimat yang dimuali dengan predikat disebut kalimat inversi atau kalimat susun
balik.
Contoh:
(62) Bisa berbahasa Melayu sebagian besar perwira kulit putih ini.
(63) Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
(64) Digiring kami melalui jalan kecil dan tiba di pondok yang terbuat dari bambu.
c. Kata modal pada awal kalimat
Di dalam sebuah kalimat kata modal dapat mengubah arti kalimat secara
keseluruhan.
Contoh:
(65) Tentu keberhasilan usaha seperti ini adalah hasil kerja sama dan kerja keras
semua pihak.
(66) Barangkali anak-anak itu tidak cukup diperhatikan oleh orang tuanya.
Kalimat di atas menjadi berbeda bila kata tentu dan barangkali dihilangkan. Dengan
adanya kata-kata modalitas, kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi
ragu-ragu atau sebaliknya, yang keras menjadi lembut atau sebaliknya.
138
d. Frasa pada awal kalimat
Contoh:
(67) Pada menit ke-50, kapten kesebelasan kembali memasukkan bola untuk kedua
kalinya.
(68) Menurut para ahli bedah, sulit untuk menentukan diagnosis jika keluhan
hanya berupa sakit perut.
(69) Secara tidak langsung, kesehatan para pekerja akan mempengaruuhi
produktivitas perusahaan.
2. Panjang pendek kalimat
Contoh:
Remaja yang sudah sekolah menengah itu mnurut dokter mengalami
nervous-breakdown. Ia harus meninggalkan sekolah. Sudah sejak kecil ia merisaukan
orang tuanya. Ia baru mulai berbicara padahal anak-anak sebayanya sudah pintar
bercakap-cakap. Ia tidak mempunyai teman. Guru-gurunya menganggap ia lambat
menangkap pelajaran. Ia tidak bergaul. Ia tenggelam dalam lamunan yang konyol.
Paragraf di atas terdiri atas kalimat yang strukturnya baik. Polanya tidak ada yang
salah atau menyalahi kaidah. Tetapi, paragraf tersebut tidak menarik, terasa monoton
karena kalimat-kalimatnya senada. Kita perhatikan penggunaan kata ia yang berulang.
Kita dipaksa untuk mengikuti apa yang dituturkan oleh paragraf itu sehingga terasa
kurang menyenangkan.
3. Jenis kalimat
Di dalam bahasa Indonesia ada tiga macam jenis kalimat, yaitu kalimat berita,
kalimat tanya, dan kalimat perintah atau kalimat pinta. Biasanya kalimat berita
berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Tetapi, tidak berarti bahwa dalam rangka
memberi informasi, kalimat perintah atau kalimat tanya tidak dipergunakan.
Contoh:
(70) Menghadapi anak begini, tidak heran kalau orang tua dan gurunya kehilangan
harapan. Tetapi, apa betul anak seperti ini pasti suram masa depannya? Belum
tentu. Buktinya, anak yang diceritakan di atas tidak lain adalah Albert Einstein.
139
4.12.1.e Kecermatan
Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata dan penyusunan kata
dalam kalimat. Pemilihan kata yang tidak tepat dapat menimbulkan kehambaran atau
ketidaktegasan kalimat. Penyusunan kata yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa dapat mengacaukan keutuhan pesan kalimat, merusak koherensi kalimat, bahkan
dapat pula menimbulkan ketaksaan atau ambiguitas dalam kalimat.
Beberapa kalimat yang tidak cermat dapat dilihat dalam contoh berikut
(71) Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang menurut penelitian berisi
cairan racun.
(72) Tiba-tiba dalam pikirannya terasa suatu gagasan.
Pada kalimat (71) apa yang berisi cairan racun itu, botol bir atau dapur? Jika yang berisi
cairan racun itu bir, kjalimat tersebut sebaiknya diperbaiki strukturnya menjadi:
(71a) Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang menurut penelitian berisi cairan
racun.
Pada kalimat (72), alangkah baiknya jika kata terasa digantikan dengan kata muncul
atau timbul karena penggunaan kata terasa pada kalimat tersebut kurang tegas.
4.12.1.f Kelogisan
Kelogisan berkaitan dengan penalaran atau logika. Kalimat yang baik, bukan saja
menyajikan kaidah-kaidah ketatabahasaan, tetapi juga harus mengandung penalaran
atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal. Contoh kalimat berikut ini
memperlihatkan ketidaklogisan penalaran.
(72) Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini
selesai penulis susun.
(73) Angket ini diedarkan kepada guru yang mengajar Matematka.
Kalimat (72) dikatakan tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun skripsi,
dapat diselesaikan. Pekerjaan dapat kita selesaikan bukan dengan mengucapkan atau
memanjatkan puji, melainkan setelah kita kerjakan. Memang, segala sesuatu yang ada di
dunia ini bisa terjadi atau tidak terjadi apabila dikendaki Tuhan. Jadi, kalimat (72) di
atas dapat diperbaiki menjadi:
140
(72a) Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan.
Kalimat (73) juga dikatakan tidak logis karena tidak mungkin seorang guru mengajar
matematika. Yang diajar itu muris (siswa), sedangkan mata pelajaran (seperti
matematika, fisika, kimia, biologi) tidak diajar, tetapi diajarkan kepada murid (siswa).
Jadi, perbaikan kalimat (73) adalah:
(73a) Angket itu diedarkan kepada guru yang mengajarkan matematika.
4.12.2 Perlatihan
Perbaikilah kalimat di bawah ini!
1. Setelah diperbaiki dan dicat warna lain, nelayan mengoperasikan perahu itu.
2. Saya ingin jelaskan duduk perkara masalah itu.
3. Penguasaan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Jerman, Prancis, dan lain-lain,
sangat penting.
4. Karena mereka takut jatuh, mereka menuruni tebing dengan hati-hati.
5. Meskipun dokter menyarankan beristirahat, namun ia terus bekerja.
6. Sudah beberapa hari kami tidak bisa mencuci baju dikarenakan PDAM tidak
mengalir.
7. Dalam penyusunan laporan ini kami menemui banyak kesulitan.
8. Semoga kita diberikan kekuatan oleh Alloh swt.
9. Untuk dunia perbankan berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang
memerlukan pelayanan jasa-jasa bank.
10. Dalam Pasal 225 Kitab Undang-Undang Hukum Perniagaan menyatakan bahwa
setiap pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan
polis.
141
4.12.3 Rangkuman
Kesejajaran bentuk bisa membantu kelancaran pembacaan teks. Dengan demikian,
gagasan yang ada dalam teks dapat dengan mudah dipahami.
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti kalimat itu biasanya akan
ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Dalam penulisan ada berbagai
cara untuk memberi penekanan dalam kalimat.
Kehematan berkaitan erat dengan pemakaian kata, frasa (kelompok kata), atau
bentuk lain. Kata, frasa, atau bentuk lain itu sebaiknya ditanggalkan apabila dipandang
tidak perlu karena hanya akan membuat kalimat tidak ringkas dan tidak lugas.
Kalimat bisa divariasikan untuk menghindari kebosanan. Variasi bisa dipakai dalam
bentuk kata, frasa, pola kalimat, atau juga struktur dan jenis kalimat.
Kecermatan dalam memilih kata bisa membantu menghindari kesalahan dalam
pemahaman. Karena itu, kita harus mengetahui pasti makna kata yang kita gunakan
dalam kalimat.
Kelogisan berkaitan dengan penalaran atau logika. Kalimat yang baik, bukan saja
menyajikan kaidah-kaidah ketatabahasaan, tetapi juga harus mengandung penalaran
atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal.
4.12.4 Tes Formatif
1. Susunlah kalimat yang mengandung kesejajaran!
2. Tentukan bagian kalimat yang tidak menunjukkan kesejajaran: Beberapa tahap
penyelesaian skripsi ini adalah pengumpulan data, mengklasifikasi data, data
tersebut kemudian dianalisis, dan tahap terakhir adalah membuat simpulan dan
saran.
3. Perbaikilahkan kalimat berikut: Harga sepatu yang tinggi itu ingin dibeli oleh saya.
4. Mengapa kalimat berikut takbaik dan benar?
Tujuan dari diskusi yang mana kita selenggarakan ini adalah untuk meningkatkan
kepedulian kita kepada antar sesama manusia.
5. Perbaikilah kalimat berikut: Sedangkan hal tersebut sudah dibicarakan pada
halaman 38.
6. Perbaikilah kalimat berikut: Menurut Komaruddin (1994, 269)mengatakan efektifitas
adalah sebagai berikut: "Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan
142
tingkatan keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. "
7. Perbaikilah kalimat 7, 8, 9, dan 10: Apabila kita perhatikan tayangan TV dimana
orang-orang sudah tidak memperhatikan hukum yang mana adalah sangat kita
hargai dimasa lalu.
8. Jika Anda tidak menyanggupi, Anda takperlu mengerjakan hal itu.
9. Saya hanya sekedar memberi informasi kepada para tamu.
10. Dengan memanjatkan puji sukur ke illahi robbi penulis dapat menyelesaikan laporan
ini
4.12.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar XI.
143
4.13 Kegiatan Belajar XIII
4.13.1 Paragraf
Dalam kitab undang-undang dan banyak kitab suci – kecuali dalam Al Quran
(bukan terjemahnnya) yang memiliki cara baca yang disebut tajwiz dan tanda semacam
ejaan seperti م, ال , atau ج kecil yang disebut tanda wakaf – dapat kita baca seperangkat
kalimat yang dibatasi oleh ayat-ayat. Karena itu, sebagian dari kita tidak tahu persis
kapan atau di mana berhenti membaca. Ada kesulitan muncul di sana. Kesulitan lain
yang muncul adalah apa yang dapat kita intikan dari teks yang kita baca. Pemahaman
yang bisa kita lakukan untuk kasus tersebut melalui ayat demi ayat.
Pemahaman akan teks yang kita baca bisa lebih mudah apabila seperangkat kalimat
dibatasi secara lahiriah sebagaimana teks yang baru saja Anda lalui. Batasan lahiriah itu
adalah kalimat pertama ditempatkan menjorok atau dengan spasi baris yang agak
berbeda dengan spasi baris seperangkat kalimat lain. Misalnya, spasi baris normal
seperangkat kalimat A dan B satu, tetapi antara seperangkat kalimat A dan B spasinya
satu setengah atau dua.
Sebenarnya, baik dalam kitab undang-undang maupun kitab suci secara batiniah
ada batas di mana atau kapan kita harus berhenti membaca. Batas yang dimaksud adalah
gagasan utama yang didukung oleh gagasan penjelas yang diejawantahkan dengan
kalimat utama dan kalimat penjelas. Seperangkat kalimat itu biasa disebut paragraf atau
alinea.
Berdasarkan uraian tersebut, kita ketahui bahwa satu paragraf, baik lahiriah maupun
batiniah, mengandung satu gagasan utama yang didukung dengan gagasan penjelas.
Karena itu, bila sebuah teks memiliki lebih dari satu gagasan utama, teks tersebut harus
dibagi menjadi lebih dari satu paragraf.
Teks berikut merupakan contoh paragraf yang takbaik karena memiliki dua gagasan
utama. Setelah diperhatikan, cobalah teks tersebut dijadikan dua paragraf.
144
(a) Internet terus berkembang menjelajah ke berbagai lapisan masyarakat pemakai
komputer. (b) Hal itu bisa dipahami karena untuk menjadi warga di internet relatif
mudah. (c) Mereka yang sudah memiliki telepon dan komputer pribadi tinggal
melengkapinya dengan modem, lalu mendaftarkan diri ke salah satu penyedia jasa dari
internet. (d) Cara mengoperasikan internet tidak sulit. (e) Seorang anak yang sudah
biasa bermain game melalui komputer bisa pula mengoperasikan internet. (f) Apalagi
dalam sarana itu berbagai sajian informasi grafis yang menarik dapat dinikmati secara
cuma-cuma. (g) Akan tetapi, akhir-akhir ini timbul kerisauan dari orang tua yang
anaknya keranjingan komputer.
4.13.1.1 Saling Pengaruh Antarkalimat
Berhubungan dengan ketegasan dan kevariasian dalam menyusun kalimat, perlu
kita perhatikan bahwa kalimat yang kita munculkan berkaitan dengan kalimat lain
dalam menuju kepaduan dan kemantapan informasi yang kita sampaikan. Hal ini akan
memengaruhi tingkat keterbacaan wacana. Jika ketegasan dan kevariasian terbina
dengan baik, pembaca akan mudah menangkap dan memahami segala sesuatu yang
diinformasikan dalam rangkaian kalimat. Oleh karena itu, kemesraan hubungan
antarkalimat patut selalu diperhatikan sebab kalimat pertama yang kita munculkan akan
memengaruhi kalimat kedua, begitu pula kalimat kedua akan memengaruhi kalimat
ketiga, dan seterusnya.
Kalimat kedua muncul berdasarkan kalimat pertama. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui gagasan pokok yang ada dalam kalimat pertama dan apa yang akan
diinformasikan selanjutnya. Gagasan pokok bisa terletak pada awal kalimat, bisa juga di
tengah, atau pada akhir kalimat. Untuk ketegasan dan kevariasian, dalam bahasa
Indonesia gagasan pokok umumnya diletakkan pada bagian awal kalimat. Perhatikan
contoh berikut.
(1) Saya diam di rumah itu.
(2) Saya hendak menjual rumah itu.
Jika kedua kalimat itu disusun dalam suatu paragraf dengan urutan seperti itu,
kalimat (2) akan berubah karena gagasan pokok menjual rumah dipengaruhi oleh
gagasan pokok diam di rumah pada kalimat (1). Dengan perkataan lain, kalimat (1) dan
kalimat (2) membicarakan rumah, maka perubahan kalimat (2) menjadi demikian:
145
(2a) Rumah itu hendak saya jual.
Contoh lain:
(3) Ia masih sakit.
(4) Kemarin saya telah membawanya ke dokter.
Perubahannya adalah (4a) Kemarin ia telah saya bawa ke dokter.
Perubahan dari (2) menjadi (2a) dan (4) menjadi (4a) akibat pendekatan posisi
unsur-unsur/gagasan yang sama dan berhubungan. Dengan demikian, kalimat (6) Ia
sedang membeli buku itu yang muncul setelah kalimat (5) Ia bertemu dengan saya di
Toko Buku Gramedia tadi tidak perlu berubah karena unsur yang sama, ia, pada kedua
kalimat itu sama-sama terletak pada bagian awal.
(7) Dipa memberikan barang itu kepada Lutfi.
(8) Lutfi menyimpan barang itu di rumahnya.
Dalam kedua kalimat di atas ada dua hal yang sama, yakni Lutfi dan barang itu, maka
perubahan (8) menjadi
(8a) Oleh Lutfi, barang itu disimpan di rumahnya.
(8b) Barang itu, oleh Lutfi disimpan di rumahnya.
(8c) Barang itu disimpan di rumahnya oleh Lutfi.
Pada (8a) tampak ketegasan karena pada (8) yang menerima barang itu adalah Lutfi.
Selain itu, kevariasian antara (8) dan (8a) juga terbina karena pada kalimat (8) yang
muncul bentuk aktif memberikan dan pada (8a) yang muncul bentuk pasif disimpan.
Agak berbeda halnya jika yang muncul (8b) atau (8c) karena penegasan terjadi pada
barang itu.
Untuk membuktikan adanya pangaruh kalimat awal kepada kalimat selanjutnya, kita
perhatikan paragraf berikut.
(1) Kalimantan Tengah bisa dikatakan propinsi sejuta sungai saking banyaknya sungai
besar-kecil dan luasnya rawa-rawa. (2) Sungai merupakan urat nadi perhubungan. (3)
Dalam kondisi alam yang sangat keras ini, pengembangan lahan gambut satu juta
146
hektar di Kalteng memang harus dilakukan oleh kontraktor yang berpengalaman
menangani lahan gambut. (4) Seperti yang dikatakan Wakil Presiden, kawasan
pengembangan lahan gambut satu juta hektar harus berada dalam satu pola tata air.
(5) Ini merupakan proyek pertama dengan sistem utama berupa pembangunan saluran
primer dan sekunder. (6) Penanganannya harus ekstrahati-hati karena jika terjadi
kerusakan sangat sulit dipulihkan.
Kemesraan hubungan antarkalimat dalam paragraf di atas diperlihatkan dengan dua
macam cara, yakni secara eksplisit seperti hubungan (2) pada (1) dengan mengawali
kalimat dengan kata sungai; dan kedua secara implisit sebagaimana halnya hubungan
(3) pada (2). Banyaknya sungai dan rawa memberikan referensi atau konotasi sulit dan
keras kepada kita. Kalimat (3) dimulai dengan mengemukakan referensi tersebut. Agak
berbeda dengan itu, hubungan (4) pada (3) kurang tegas karena kalimat (4) tidak disertai
penegasan gagasan; yang menjadi pokok pembicaraan bukan Wakil Presiden,
melainkan kawasan sebagaimana (1), (2), dan (3). Jadi, untuk memesrakan hubungan
tersebut, kalimat (4) harus dimulai dengan kata kawasan, sedangkan keterangannya
Seperti yang dikatakan Wakil Presiden ditempatkan pada posisi akhir kalimat.
Hubungan (5) dengan (4) dan (6) dengan (5) tampak mesra karena menggunakan kata
transisi ini pada awal kalimat (5) dan -nya pada kalimat (6).
Dengan memperhatikan contoh analisis, tampak pada kita bahwa paragraf di atas
kurang baik karena memiliki kalimat yang takmesra berhubungan dengan kalimat lain.
Agar tidak membuat paragraf seperti itu, kita perlu memperhatikan pemakaian tiga
macam ungkapan pemesra hubungan antarkalimat, yaitu kata transisi, kata ganti, dan
kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan):
1) Kata Transisi
1. hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping
itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu pula, lagi
pula
2. hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun
demikian, sebaliknya, meskipun begitu, pada pihak
lain, di sisi lain
3. hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal ini, sehubungan dengan
147
itu
4. hubungan akibat : (oleh) sebab/karena itu, jadi, akibatnya,
5. hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu
6. hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya,
dengan perkataan lain, sebagai simpulan
7. hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu,beberapa saat
kemudian
8. hubungan tempat : berdekatan dengan itu
2) Kata Ganti
1. kata ganti orang : mereka, dia, -nya, saya, kamu, kalian, dsb.
2. kata ganti tunjuk: di sini, hal ini, hal itu, tadi, begitu, demikian, itu, ini
3) Kata Kunci
Pemuncul-ulangan kata-kata yang dianggap penting dalam kalimat-kalimat penjelas.
Pengulangan bisa dilakukan juga dengan bentuk sinonim.
4.13.1.2 Saling Pengaruh Antarparagraf
Paragraf yang baik adalah paragraf yang dibangun dengan kalimat baik dan benar.
Karena itu, setiap kalimat harus memiliki hubungan yang mesra. Kemesraan kalimat
bisa menciptakan kemesraan dan keeratan hubungan antarparagraf. Hubungan
antarparagraf bisa dibangun dengan hubungan antargagasan utama.
Sama halnya dengan saling pengaruh antarkalimat, paragraf pertama (baca:
pembuka) memengaruhi paragraf lanjutan (baca: pengembang), dan paragraf lanjutan
memengaruhi paragraf simpulan (baca: penutup). Ketiga macam paragraf ini bisa
dikembangkan dengan berbagai cara seperti deduktif-induktif atau induktif-deduktif –
yang umum digunakan dalam karya ilmiah – yang meletakkan kalimat utama pada
bagian awal paragraf atau sebaliknya yang meletakkan kalimat utamanya pada bagian
akhir paragraf.
Cara lain pengembangan paragraf (lebih tepat lagi pengembangan gagasan utama
menjadi paragraf) berdasarkan tekniknya, yaitu penampilan contoh, fakta, dan alasan,
serta penceritaan. Cara lainnya lagi, pengembangan paragraf dilakukan secara
deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif.
148
Kita perhatikan hubungan antarparagraf di bawah ini. Perhatikan pula kata-kata
yang dicetak tebal. Lalu, kemukakan pendapat Anda tentang paragraf tersebut.
Semakin kompleknya penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan
pembangunan dalam mewujudkan tujuan nasional yang setiap tahun pembangunan
pada dasarnya selalu sama, yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh
rakyat dan meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya yang
berlandaskan pada Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yakni Pancasila.
Sehingga peningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat yang adil
dan merata yang ingin diusahakan melalui pembangunan itu, hanya dapat dicapai jika
ada peningkatan kemampuan ekonomi, yang harus dihasilkan oleh usaha pembangunan
dari tahun ke tahun ikut pula meningkat.
Karena itu pengelola keuangan negara sebagai sub sistem administrasi negara
menjadi hal yang amat penting. Administrasi keuangan terdiri dari serangkaian
langkah-langkah dimana dana-dana disediakan bagi lembaga-lembaga pemerintah
tertentu dibawah prosedur-prosedur yang akan menjamin sah dan berdaya gunanya
pemakaian dana-dana itu. Bagian utama yaitu meyusun anggaran belanja,
pembukaan, pemeriksaan pembukuan, pembelian dan persediaan.
Anggaran adalah perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang harus
berimbang dan dinamis untuk setiap tahun anggaran sesuai dengan asas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN, dana untuk membiayai
pembangunan berasal dari tabungan pemerintah dan penerimaan pembangunan
berupa bantuan luar negeri. Tabungan pemerintah itu berasal dari penerimaan dalam
negeri dikurangi dengan pengeluaran rutin.
4.13.2 Perlatihan
Kembangkanlah gagasan-gagasan utama berikut menjadi paragraf yang baik!
1. Bencana alam sebagai peringatan bagi manusia
2. Pengelolaan aset perusahaan perlu dikaji ulang
3. Penegakan hukum perlu dirintis dan dikembangkan
4. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pengembangan ilmu pengatahuan dan
teknologi
5. Bantuan dana dari luar negeri masih diperlukan.
149
4.13.3 Rangkuman
Paragraf dibangun untuk memudahkan pembaca memahami gagasan yang
dikemukakan secara tertulis. Setiap paragraf hanya berisi satu gagasan utama yang
didukung lebih oleh beberapa gagasan penjelas.
Sebuah paragraf dibangun oleh kalimat utama yang memengaruhi kemunculan
kalimat penjelas. Karena itu, hubungan antarkalimat harus jelas dan tegas. Karena itu
pula, paragraf pertama memengaruhi paragraf selanjutnya karena ada saling pengaruh
antarparagraf.
4.13.4 Tes Formatif
1. Ubahlah teks di bawah ini menjadi dua paragraf dengan memperhatikan pemakaian
ejaan, diksi, dan kalimat!
Berbahagialah orang-orang yang suka melakukan olah raga lari secara teratur.
Sebuah penelitian yang dilansir British Medical journal seseorang yang secara
teratur melakukan olahraga lari akan hidup lebih lama dibanding orang yang tak
pernah melakukan joging sama sekali. Dimana penelitian itu memakan waktu lebih
dari 5 tahun dilakukan oleh Copenhagen City Heart Study. Tidak kurang dari 4658
responden yang memberikan yang mana mereka memberikan jawaban. Usia mereka
antara 20–79 tahun dan takpernah terserang penyakit jantung. Sebanyak 217 orang
mengakui lakukan olah raga lari secara teratur dimana selama 5 tahun itu mereka
dicheque kesehatannya 2 kali. Kesimpulan yang diambil Dr. Peter Schnohr dari
Copenhagen Cuty Heart Study secara tegas menyebutkan ada hubungan yang
signifikansi antara melakukan latihan olah raga joging dengan panjang umur.
Orang yang tidak melakukan lari secara teratur lebih cepat meninggal dibanding
orang yang melakukan lari joging secara teratur.
2. Susun seperangkat kalimat di bawah ini menjadi paragraf yang baik!
(1) Tempat tinggal perlu memenuhi syarat kesehatan, ketenangan, dan penerangan.
(2) Dari segi penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar dapat tidak
melelahkan mata dan otak.
(3) Harus terdapat peredaran udara yang langsung berhubungan dengan udara bersih di
luar.
150
(4) Dari segi ketenangan, tempat tinggal harus bebas dari keramaian sebab tempat
tinggal yang ramai akan mengacaukan konsentrasi belajar.
(5) Dari segi kesehatan, tempat tinggal harus bebas dari udara lembap dan bau busuk.
151
4.13.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar XII.
152
4.14 Kegiatan Belajar XIV : Korespondensi
4.14. 1 Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia
4.14.1.1 Format atau Bentuk Surat
“Yang dimaksud dengan format atau bentuk surat ialah pola surat menurut susunan
bentuk letak bagian surat. Sebagaimana kita ketahui, setiap bagian surat memiliki peran
yang sangat penting sebagai petunjuk pengelolaan surat. Yang tergolong pada format
surat, di antaranya, adalah tanggal, nomor, salam pembuka, salam penutup, dan
tembusan. Di dalam pola umum surat-menyurat dikenal enam macam format surat,
yaitu sebagai berikut:
(1) format lurus penuh (full block style)
(2) format lurus (full block)
(3) format semilurus (semiblock style)
(4) format tekuk (indented style)
(5) format resmi Indonesia lama
(6) format resmi Indonesia baru
Format lurus penuh Format lurus
------------------
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------
----------------------
------------------------------------------------------------------
------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------
----------------------
----------------------------------------------------
153
Format semilurus Format tekuk
----------------
----------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------
--------------------------------------
------------------
---------------- ------------------- ---------------------
---------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------- -----------------
------------
Format resmi Indonesia lama Format resmi Indonesia baru
------------- ----------
----- : ----------- : ----------- : ------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------
(------------------)-------------------------------
--------------
----- : ----------- : ----------- : ------
-------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------
------------- --------------------------- -------
154
Kepala Surat
15 Januari 2005Nomor : …………Lampiran : …………Perihal : ………….
Yth. Intan Cemerlang BunganegaraJalan Jenderal Ahmad Yani 645Bandung 40282
Salam pembuka,
Isi surat (tubuh surat) …………………………………… ……………………………..……..……………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Salam penutup,
Nama pengirimJabatan
TembusanInisial pengetik/pengonsep surat
4.14.1.2 Bagian-Bagian Surat
Bagian surat resmi terdiri atas kepala surat, tanggal, nomor, lampiran, hal atau
perihal, alamat tujuan, salam pembuka, isi surat, salam penutup, pengirim surat,
tembusan, dan inisial.
a. Kepala Surat
Penulisan kepala surat harus lengkap, yaitu nama instansi, alamat domisili, kode
pos, (kalau ada ditambah nomor telepon, kotak pos, alamat kawat, faksimili, e-mail, dan
website), lambang atau logo. Kita perhatikan contoh berikut:
155
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV/5, RawamangunJakarta 13220
Kotak Pos: 2625 Telepon: (021) 4896558, 4894564, 4894584
Catatan: Anda perhatikan bahwa di dalam kepala surat takada singkatan karena
memang takboleh.
b. Tanggal
Penulisan tanggal surat (titi mangsa, Sunda) harus lengkap (lihat contoh). Bila titi
mangsa diletakkan pada bagian atas kanan, nama kota takperlu dicantumkan. Namun,
bila diletakkan di bagian bawah kanan, nama kota harus dicantumkan.
c. Nomor, Lampuran, dan Hal
Penulisan nomor, lampiran, dan hal atau perihal diawali dengan huruf kapital dan
diikuti tanda titik dua. Penulisan ketiga bagian surat ini boleh disingkat asal taat asas
untuk ketiganya, jangan salah satu saja yang disingkat. Perhatikan contoh berikut:
Nomor : 110/U/Pan/2005
Lampiran : Satu berkas
Hal : Permintaan Tenaga Keamanan
atau
No. : 110/U/Pan/2005
Lamp. : Satu berkas
Hal : Permintaan Tenaga Keamanan
Catatan: Pada bagian ini ada juga yang mencantumkan sifat di bawah hal atau perihal
seperti di lingkungan militer. Contoh:
Sifat : Rahasia
Sifat : Segera
Sifat : Sangat Rahasia
d. Alamat Surat
Penulisan alamat surat dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, alamat surat
ditulis sebelah kanan atas (di bawah penulisan tanggal). Kedua, alamat itu ditulis
156
sebelah kiri atas (di bawah bagian hal atau sebelum salam pembuka). Kata kepada, baik
dalam surat maupun pada sampulnya takperlu dicantumkan (lihat contoh di atas) karena
logikanya pengirim berhadapan langsung (diwakili surat) dengan penerima.
e. Salam Pembuka
Salam pembuka merupakan awal dalam berkomunikasi antara penulis surat dengan
penerimanya. Di dalam penulisan salam pembuka, kata pertama diawali dengan huruf
kapital, sedangkan kata kedua atau ketiga ditulis dengan huruf kecdil saja, kecuali nama
diri. Selanjutnya, salam pembuka ini diakhiri dengan tanda koma, bukan dengan tanda
titik. Alasannya karena salam pembuka bukan kalimat dan pemakaian tanda koma
hanya untuk penanda bahwa itu merupakan salam pembuka. Perhatikan contoh salam
pembuka berikut:
Dengan hormat,
Salam sejahtera,
Saudara Annisa yang terhormat,
Salam perjuangan,
f. Isi Surat
Isi surat adalah segala sesuatu yang dikomunikasikan pengirim kepada penerima.
Sesuatu itu bisa berupa ajakan, tawaran, tolakan, perintah, jawaban, tanyaan, atau yang
lain.
g. Salam Penutup
Salam penutup merupakan pengakhir komunikasi pengirim dan penerima surat.
Penulisannya sama dengan salam pembuka, yaitu diakhiri dengan tanda koma. Kita lihat
contoh berikut:
Hormat saya,
Salam takzim,
Hormat kami,
Wassalam,
h. Nama Pengirim
Penulisan nama pengirim surat ditempatkan di bawah salam penutup yang disertai
tanda tangan dan cap sebagai tanda keabsahan surat dinas. Kini tanda kurung tidak
diperlukan mengapit nama pengirim.
157
i. Tembusan
Dalam penulisan tembusan, kita takperlu lagi mencantumkan Yang terhormat atau
disingkat menjadi Yth. karena yang ditembusi tidak kita tuju, tetapi hanya untuk
mengetahui adanya surat. Yang juga takperlu dicantumkan adalah kata arsip atau
pertinggal karena bagian pengarsipan pun tidak ditembusi sebab memang tugasnya
mengarsipkan surat. Kita lihat contoh berikut:
Tembusan:
1. Manajer Pemasaran
2. Kepala Bagian Gudang
3. Seluruh staf Bagian Pemasaran
j. Inisial
Penempatan inisial atau sandi berada paling bawah sebelah kiri, yaitu di bawah
tembusan bila ada. Inisial diperlukan untuk mengetahui siapa yang mengonsep atau
mengetik surat. Contoh berikut kita perhatikan:
AH/ds
Inisial itu dapat dibaca bahwa AH adalah singkatan nama pengonsep, sedangkan ds
(dengan huruf kecil) merupakan nama pengetik.
4.14.1.3 Bahasa Surat
Pada dasarnya bahasa yang dipakai dalam surat sama saja dengan bahasa yang
dipakai dalam komunikasi lain. Semua komunikasi senantiasa bergantung pada siapa
komunikan dan komunikator, situasi, tujuan, tempat, sifat. Namun, ada bahasa yang
khas digunakan dalam surat seperti salam pembuka dan penutup. Selain itu, ada juga
bagian isi yang khas surat. Kita cermati contoh berikut:
Bersama dengan ini kami lampirkan satu berkas Daftar Calon Pegawai
Atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami mengucapkan/menyampaikan
terima kasih.
4.14.2 Perlatihan
1. Buatlah surat yang menyatakan Anda tidak bisa mengikuti perkuliahan hari ini.
2. Buatlah surat undangan tentang acara pengumpulan dana untuk korban bencana alam.
3. Buatlah surat pemberitahuan tentang mutasi jabatan di suatu kantor.
4. Buatlah surat penawaran kerja sama untuk mendukung suatu acara.
158
5. Buatlah surat kesediaan menjadi donatur perbaikan gedung sekolah.
4.14.3 Rangkuman
Ada enam format surat yang perlu diketahui.
Surat terdiri atas sepuluh bagian penting.
4.14.4 Tes Formatif
1. Jelaskan enam format surat!
2. Jelaskan sepuluh bagian surat!
3. Buatlah sebuah kepala surat
4. Kemukakan kekhasan bahasa surat!
5. Mengapa kata kepada tidak diperlukan dalam sampul surat dan alamat yang dituju?
6. Mengapa kata arsip atau pertinggal tidak diperlukan dalam tembusan?
7. Apa maksud pemakaian bersama dengan dalam surat?
8. Jika tidak ada yang dilampirkan, perlukah menuliskan kata lampiran pada bagian
surat? Mengapa?
9. Mengapa salam pembuka dan salam penutup tidak diakhiri tanda titik?
10. Apa perlunya mencantumkan inisial pada surat resmi?
4.14.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar XIII.
159
4.15 Kegiatan Belajar XV
4.15.1 Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah
4.15.1.1 Pendahuluan
Menulis merupakan proses menentukan pokok tulisan dan pembaca,
mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, memilih bahan yang paling
relevan dan menatanya dalam kerangka tulisan, menuliskannya secara objektif dan
akurat dalam suatu karangan atau tulisan, dan menyunting tulisan sebelum
dipublikasikan. Penggunaan bahasa berkaitan dengan proses penyusunan bahan dalam
karangan. Sehubungan dengan itu, bagaimana bahasa yang digunakan dalam karangan,
khususnya dalam karangan ilmiah?
Bagaimana kita memahami karangan ilmiah? Salah satu upaya memahaminya
adalah dengan memahami tujuan penulisan, tema karangan, dan sasaran (pembaca)
tulisan. Ketiga hal tersebut memengaruhi pemilihan ragam bahasa yang digunakan.
Mencermati karangan ilmiah, kita dapat menemukan tujuan penulisan, antara lain
adalah
a. menjelaskan sesuatu,
b. mendeskripsikan sesuatu, dan
c. meyakinkan pembaca tentang sesuatu.
Di sini tidak semua aspek karangan ilmiah dibicarakan, tetapi hanya pemakaian
bahasa Indonesia sebagai sarana penyampai informasi ilmiah.
4.15.1.2 Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa merupakan sebuah sistem yang lazim digunakan dalam sebuah karangan.
Karenanya, keterbacaannya menyangkut pemilihan kata yang dianggap sesuai dengan
tingkat kemampuan memilih pembaca sebagai sasaran atau yang terbaca oleh pembaca
sasaran. Berkenaan dengan hal itu akan dibicarakan tentang pilihan kata, susunan
kalimat, dan paragraf sekadar penuntun praktis.
a. Pilihan Kata
Karangan ilmiah bertujuan menjelaskan sesuatu, mendeskripsikan sesuatu, atau
meyakinkan tentang sesuatu dengan menggunakan bahasa. Sesuatu itu diharapkan dapat
dipahami pembaca secara efektif. Bagaimana pemilihan kata dilakukan?
160
1) Kata Bermakna Harafiah (Denotatif)
Pemahaman makna harafiah berhubungan dengan akal atau penalaran. Oleh karena
itu, kata yang bermakna harafiah lebih cocok untuk tujuan karangan ilmiah. Kata
konotatif, karena menimbulkan perasaan atau citra tertentu pada pembaca, harus
dihindarkan.
Rakyat ialah jutaan tangan yang membuka hutan ilalang jadi ladang-ladang
berbunga, yang selalu berkata dua adalah dua, yang melantunkan suara kecak di
muka pura.
Kata-kata dalam kalimat di atas tidak untuk menjelaskan apa yang disebut rakyat,
berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam kalimat berikut.
Rakyat ialah kumpulan orang yang terikat oleh kesamaan kebudayaan, tradisi,
atau perasaan kekeluargaan.
2) Kata yang Dikenal Pembaca
Kata yang dikenal adalah kata-kata yang digunakan sehari-hari dan tidak terlalu
teknis atau kata asing. Kata asing dapat saja digunakan apabila dianggap perlu, tetapi
harus disertai penjelasan.
Pengembangan intelegensia buatan seperti pada robot mempunyai tiga
karakteristik utama, Ketiganya adalah reasoning, sense, dan berkomunikasi.
Penjelasan kata intelegensia dengan kecerdasan atau kepandaian, reasoning
dengan bernalar, dan sense dengan mengindera akan memudahkan pembaca
memahami maksud kalimat itu.
3) Kata Bermakna Tepat
Kata yang tidak tepat akan menimbulkan salah tafsir pada pembaca. Kita
memahami betul, misalnya kecuali dan selain atau besar dan agung merupakan kata
berfungsi atau bermakna sama, tetapi pemakaiannya berbeda dan perbedaan itu harus
jelas dalam kalimat.
4) Istilah Teknis Dibatasi
Istilah teknis yang dianggap tidak terlalu perlu harus diganti dengan istilah
Indonesia atau disertai penjelasan.
Perkembangan jumlah penduduk, yang lazim disebut laju pertumbuhan penduduk
(fertilitas), merupakan salah satu masalah kependudukan.
161
Memilih kata yang tepat dan menggunakannya secara tepat merupakan pekerjaan
yang rumit. Kerumitan itu, antara lain, tampak pada kenyataan bahwa makna yang ada
pada pikiran penulis tidak selalu diterima sama oleh pembaca. Kata-kata mempunyai
kemampuan terbatas dalam mengungkapkan makna.
b. Susunan Kalimat
Kalimat yang teratur menunjukkan cara berpikir teratur. Keteraturan berpikir dalam
menjelaskan sesuatu dalam karangan ilmiah, bahkan dalam karangan jenis apa pun,
tidak dapat diabaikan. Kalimat bagaimana yang mudah dipahami?
Kalimat Pendek
Kalimat yang pendek lebih mudah dan cepat dipahami daripada kalimat yang
panjang. Kalimat yang pendek menyampaikan satu gagasan, sedangkan kalimat yang
panjang mengungkapkan beberapa gagasan. Memahami satu gagasan dalam kalimat
lebih mudah dan cepat daripada memahami beberapa gagasan.
Kalimat Hemat
Pernyataan yang terdiri atas dua kata atau lebih dapat membingungkan dan lebih
sulit dipahami daripada pernyataan yang terdiri atas satu kata. Karenanya, apabila
pernyataan dalam kalimat diungkapkan dengan satu kata, kalimat itu lebih baik.
Diduga bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama bahasa dengan penutur yang
tinggal seratus orang itu akan punah.
Kalimat itu akan baik apabila diubah menjadi seperti berikut:
Diduga bahwa bahasa yang berpenutur seratus orang itu akan segera punah.
Pernyataan yang tidak terlalu lama merupakan pernyataan yang tidak hemat.
Ketidakhematan tampak pula dalam kalimat berikut.
Untuk penyaluran informasi yang efektif, maka harus dipergunakan sinar infra
merah, hal ini disebabkan karena sinar ini mempunyai dispersi yang kecil.
Kalimat di atas akan baik apabila diubah menjadi seperti berikut:
162
Untuk penyaluran informasi yang efektif, harus dipergunakan sinar inframerah
karena sinar ini mempunyai dispersi yang kecil.
Kalimat Tidak Berbelit
Kalimat yang berbelit akan mengaburkan makna kalimat dan dapat menimbulkan
penafsiran ganda bahkan salah tafsir pada pembaca.
Kependudukan merupakan suatu sistem, yaitu penduduk yang merupakan suatu
totalitas dari beberapa subsistem di dalamnya. Subsistem fertilitas, mortalitas, dan
migrasi/mobilitas.
Kalimat itu menimbulkan tafsiran berikut.
a. Kependudukan merupakan sebuah sistem yang terdiri atas beberapa
subsistem.
b. Penduduk sebagai totalitas terdiri atas beberapa subsistem.
c. Sistem dengan beberapa subsistemnya sama dengan totalitas.
Apakah makna kalimat di atas seperti makna kalimat berikut?
Kependudukan merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa subsistem, yaitu
subsistem fertilitas, mortalitas, dan migrasi/mobilitas. Sistem dengan beberapa
subsistem itu merupakan suatu totalitas.
atau
Kependudukan, yakni pendudukan yang merupakan suatu totalitas, adalah suatu
sistem yang terdiri atas subsistem fertilitas, mortalitas, dan migrasi/mobilitas.
Kalimat Tidak Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang menggabungkan dua konstruksi sehingga
gagasan kalimat menjadi kacau. Gejala ini, yang lazim disebut kontaminasi, terjadi
kebiasaan atau keragu-raguan.
(1) Dari proses ini akan melahirkan berbagai perilaku sistem penduduk yang
berwujud jumlah penduduk, ratio ketergantungan, ratio pria/wanita, dan lain
sebagainya.
Kalimat di atas dirancukan dari dua konstruksi berikut.
163
(a) Dari proses ini akan dilahirkan berbagai perilaku penduduk yang berwujud
…, dan lain-lain.
(b) Proses ini akan melahirkan berbagai perilaku sistem penduduk yang
berwujud …, dan sebagainya.
Beberapa kalimat berikut juga memperlihatkan kerancuan.
(2) Meskipun kadang-kadang kekurangdayagunaan dalam penyampaian bahasa,
tetapi akhirnya dapat diselami maksudnya.
(3) Menurut penulis buku ini menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu yang
menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang disetujui bersama.
Kalimat dengan Bentuk Kata Paralel
Bentuk kata yang paralel dalam kalimat menunjukkan pikiran yang paralel pula.
Keparalelan bentuk pikiran dalam kalimat memperjelas gagasan kalimat dan
mempermudah pembaca dalam memahami kalimat.
Dalam pembahasan ini, permintaan akan dilihat sebagai salah satu model
pengetahuan yang merupakan salah satu dari kebudayaan; yang dengan demikian
juga dilihat peningkatan permintaan sebagai perubahan kebudayaan.
Kalimat Tidak Terpenggal
Bagian kalimat yang terpenggal lebih cocok digunakan dalam ragam lisan. Kalimat
dalam ragam tulisan harus ditulis secara utuh.
(a) Berbagai sistem penduduk ini akan sangat berpengaruh atau dipengaruhi
pula oleh sistem-sistem lain yang melingkarinya. Seperti sistem ideologi,
politik, ekonomi, hubungan manusia dengan lingkungan hidup fisik dan
sumber alam
(b) Dewasa ini, kita sedang dahsyat-dahsyatnya dilanda suatu dikotomi. Yaitu
sikap kita terhadap salah satu milik kita, bahasa Indonesia.
(c) Karena kebudayaan dilihat sebagai suatu sistem, dan perubahan salah satu
unsurnya akan mengakibatkan adanya perubahan pada unsur-unsur
lainnya, dan secara keseluruhan akan mengakibatkan adanya perubahan
kebudayaan tersebut.
164
Bagian kalimat yang didahului dengan kata seperti (a), yaitu (b), dan karena (c)
seharusnya tidak dipisahkan dari kalimat yang mendahuluinya.
Kalimat Menurut Tata Bahasa dan Ejaan
Kaidah tata bahasa pada dasarnya memberikan patokan bagaimana seseorang
seharusnya membentuk kata dan menata kalimat sehingga bagian-bagian di dalamnya
memperlihatkan hubungan yang logis dan gramatis. Hubungan yang logis dan gramatis
akan memperjelas gagasan kalimat.
Kaidah ejaan memberikan patokan penulisan huruf, kata, unsur asing, dan
penggunaan tanda baca sehingga menghasilkan ragam tulisan yang tertib. Ragam tulisan
yang tertib lebih mudah dipahami. Perhatikan pemakaian kata yang mana dalam kalimat
berikut bukan pada tempat yang sesuai. Dalam bahasa Indonesia kata yang mana, di
mana, atau mana hanya digunakan untuk bertanya. Kata tersebut dalam kalimat berikut
seharusnya tidak perlu ada.
Serat gelas ini diselimuti dengan bahan gelas lain sebagai pelindungnya; yang
mana indeks bias gelas pelindung ini harus lebih kecil dibandingkan dengan indeks
bias serat optiknya.
c. Susunan Paragraf
Paragraf merupakan satuan bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Paragraf
yang bagaimanakah yang mudah dipahami?
Paragraf Memiliki Kesatuan
Paragraf sebaiknya disusun atas satu gagasan utama dan beberapa gagasan
penunjang dan gagasan-gagasan itu secara keseluruhan merupakan satu kesatuan.
Paragraf Pendek
Paragraf yang panjang akan melelahkan pembaca dalam memahami gagasannya.
Paragraf yang pendek memudahkan pembaca dalam memahami dan mengikuti jalan
pikiran penulis.
Perhatikan paragraf panjang di bawah ini, kemudian kemukakan pendapat Anda!
Bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan komparatif
(comparative advantage) yang handal, kiranya tidak ada seorang pun yang
meragukannya. Pada realitasnya, Indonesia memang memiliki kekayaan alam yang
165
sangat memadai baik yang berupa kekayaan darat, kekayaan laut, maupun yang berupa
kekayaan bumi. Indonesia adalah negara yang gemah ripah loh jinawi sebagaimana
yang sering dilukiskan oleh Koes Plus dalam salah satu lagunya. Apakah dengan
kekayaan alam tersebut secara otomatis Indonesia dapat terangkat ke posisi paling
depan di antara negara-negara lain di dunia? Ternyata tidak. Mengapa? Hal ini
disebabkan negara kita masih menyimpan masalah kependudukan. Banyaknya
penduduk di Indonesia hingga kini masih merupakan masalah yang harus dicarikan
solusinya. Seorang pakar kependudukan, Malthus, pernah mengingatkan kita bahwa
pertumbuhan di dunia ini tak pernah terimbangi dengan ketersediaan kebutuhan
fisiknya. Dilukiskan bahwa pertumbuhan penduduk merupakan pertumbuhan deret ukur
sedangkan ketersediaan kebutuhan fisik manusia hanya tumbuh secara deret hitung. Itu
berarti, meskipun saat ini kita memiliki kekayaan alam yang handal maka pada suatu
saat akan habis tak bersisa bila kita tidak dapat mengendalikan banyaknya penduduk.
Tokoh nasional kita, Ki hadjar Dewantara, secara nonfisik juga pernah mengingatkan
bahwa banyaknya orang (penduduk) merupakan sumber kekuatan bangsa. Orang yang
dimaksud, tentu saja, orang yang berkualitas. Kiranya memang benar bahwa
banyaknya orang (penduduk) merupakan sumber kekuatan Bangsa. Orang yang
dimaksud, tentu saja, orang yang berkualitas. Kiranya memang benar bahwa
banyaknya orang yang berkualitas merupakan aset yang tidak berkualitas merupakan
beban pembangunan.
4.15.2 Perlatihan
Perbaiki kalimat-kalimat berikut.
1. Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai fihak, sehingga pada masa
datang tidak seorangpun menuntut ganti rugi.
2. Ini hari, kita tidak bicarakan tentang soal harga, tetapi tentang mutu barang itu.
3. Dalam upacara pembukaan seminar itu yang pertama kali diadakan di Semarang
dihadiri para pejabat-pejabat negara dan tokoh-tokoh masyarakat.
4. Jumlah dokter amat terbatas dibanding jumlah penduduk, tidak semua warga
masyarakat termasuk di desa mendapat melayanan medis.
5. Untuk peningkatan mutu pendidikan dari sekolah swasta di mana memerlukan
ketekunan dan keuletan para pengelola.
166
Urutkan kalimat-kalimat berikut menjadi sebuah paragraf yang baik!
(1) Sarana jalan untuk kendaraan pribadi lebih lebar, bahkan sarana jalan untuk umum
pun boleh dipakai. (2) Jadi, keseimbangan seperti ini yang masih kurang tercermin. (3)
Ada sesuatu yang timpang dalam pengaturan pemerataan sarana dan ini perlu
dirumuskan kembali dalam aturan nanti. (4) Di Jakarta perbandingan sarana jalan untuk
kendaraan pribadi dan umum tidak seimbang. (5) Kita lihat saja contoh kecil, yaitu soal
transportasi. (6) Kalau kita hitung berapa persen masyarakat Jakarta yang memiliki
kendaraan pribadi, tentu lebih besar jumlah pemakai kendaraan umum.
Urut kembali kalimat berikut sehingga menjadi paragraf yang baik!
(1)Tempat tinggal perlu memenuhi syarat kesehatan, ketenangan, dan penerangan. (2)
Dari segi penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar dapat tidak melelahkan
mata dan otak. (3) Harus terdapat peredaran udara yang langsung berhubungan dengan
udara bersih di luar. (4) Dari segi ketenangan, tempat tinggal harus bebas dari
keramaian sebab tempat tinggal yang ramai akan mengacaukan konsentrasi belajar. (5)
Dari segi kesehatan, tempat tinggal harus bebas dari udara lembap dan bau busuk.
Perbaikilah kalimat-kalimat dalam wacana di bawah sehingga tercipta paragraf yang
baik!
167
(1) Karena keadaan pendidikan tinggi kita yang masih dalam taraf perkembangan ini
menyebabkan kebutuhan akan pendidikan di luar negeri makin terasa. (2) Menurut
perkiraan, sejak dari tahun 50-an sekitar 30—40 ribu orang Indonesia telah belajar di
luar negeri di negara maju. (3) Pada saat ini kebutuhan akan peningkatan mutu pegawai
dan dosen makin terasa, makin banyak program diselenggarakan untuk mengirim
mereka ke negara maju guna belajar pada tingkat pasca sarjana. (4) Pendidikan di luar
negeri pada saat ini didukung Pemerintah karena pendidikan di luar negeri diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan pegawai negeri kita. (5) Penguasaan bahasa asing,
seperti bahasa Inggris, Jerman, Prancis, dan lain-lain, menjadi sangat penting. (6) Hal
itu karena pendidikan tinggi di negara yang bersangkutan menggunakan bahasa negara
tersebut. (7) Pendidikan di luar negeri jelas memberikan kemungkinan yang makin luas
bagi seseorang untuk dapat promosi sosial. (8) Promosi sosial mencakup promosi
ekonomi dan budaya.
Perbaikilah kalimat-kalimat dalam wacana di bawah sehingga tercipta paragraf yang
baik!
(1) Bahasa tutur adalah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama
dalam percakapan. (2) Umumnya bersahaja dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata
digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya. (4) Lagi pula hanya menggunakan kata-
kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Sering digunakan pula kata tutur, yaitu kata
yang lazim dipakai dalam bahasa tutur, misalnya, bilang, bikin, dan enggak, di dalam
pemakaiannya. (6) Sering pula kata-katanya dibentuk dengan salah, misalnya, dibikin
betul, belum lihat, dan merobah. (7) Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal yang
umum, misalnya, dapet (dapat), malem (malam), dan silahkan (silakan). (8) Bahkan,
sering juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari kaidah umum, misalnya,
ini hari, itu orang, dan lain kesempatan.
Perbaikilah kalimat-kalimat dalam wacana di bawah sehingga tercipta paragraf yang
baik!
(1) Dunia bebas rokok menjadi dambaan siapa pun yang peduli kesehatan. (2) Para ahli
kesehatan mengatakan bahwa merokok adalah tindakan bunuh diri pelan-pelan karena
di antaranya dapat mengganggu alat pernapasan. (3) Banyak pabrik rokok di Indonesia.
168
(4) WHO memperkirakan kematian yang disebabkan karena tembakau akan berlipat tiga
pada tahun 2020. (5) Ini mengangkat tembakau ke posisi utama penyebab kematian
manusia di dunia.
4.15.3 Rangkuman
Menulis merupakan proses menentukan pokok tulisan dan pembaca,
mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, memilih bahan yang paling
relevan dan menatanya dalam kerangka tulisan, menuliskannya secara objektif dan
akurat dalam suatu karangan atau tulisan, dan menyunting tulisan sebelum
dipublikasikan. Penggunaan bahasa berkaitan dengan proses penyusunan bahan dalam
karangan.
Mencermati karangan ilmiah, kita dapat menemukan tujuan penulisan, antara lain
adalah
a. menjelaskan sesuatu,
b. mendeskripsikan sesuatu, dan
c. meyakinkan pembaca tentang sesuatu.
4.15.4 Tes Formatif
Pilihlah kata penghubung yang tepat!
1. Proses berpikir pada anak-anak bersifat analitis, (tetapi/sedangkan/sebaliknya)
proses berpikir pada orang dewasa bersifat sintetis.
2. Kita dibesarkan dalam lingkungan kita dengan bahasa daerah, (namun/tetapi/
sedangkan/karena) bahasa Indonesia tidak dianggap sebagai bahasa asing.
3. Penulisan kata ini sangat penting dalam bahasa Indonesia (karena/jika/karena
jika) kita berbahasa tentu menggunakan kata.
4. Unsur serapan ini ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
(dan/tetapi) ada yang belum disesuaikan sepenuhnya.
5. Masih banyak pemakai bahasa Indonesia yang kurang mengindahkan tanda baca
(padahal/meskipun) tanda baca itu sangat penting dalam penulisan.
6. Tulisan Anda tidak akan menimbulkan salah paham (jika/sebab) Anda memakai
kata yang tepat.
7. Untuk karang-mengarang bukan pengetahuan teori yang diperlukan,
(tetapi/melainkan) penerapannya dalam praktik mengarang.
169
8. Banyak karangan yang baik isinya, (tetapi/karena/tetapi karena) kalimat-
kalimatnya kurang menarik (sehingga/maka/akibatnya) tidak disukai pembaca.
9. Tidak sedikit bacaan yang telah tersedia di perpustakaan
(tetapi/kalau/karena/tetapi kalau/tetapi karena) tidak dibaca tentu tidak ada
manfaatnya.
10. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pemakaian bahasa Indonesia pada buku
peajaran Matematika (namun/bila/karena/namun bila) dana dan waktu tidak
memungkinkan (maka/jadi) mungkin sekali ada sedikit perubahan.
4.15.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:
Tingkat penguasaan =Jumlah jawaban yang benar
x 100%Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89% = baik
70% – 79% = sedang
≤ 69% = kurang
Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar terdahulu.
4.16 Evaluasi Akhir Semester
170
DAFTAR PUSTAKA
Achadiah, M.K. Sabarti, 1993. “Pengembangan Kemampuan Bernalar Kreativitas, dan Budaya Tulis melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia”, Kongres Bahasa Indonesia VI, Jakarta.
Achadiah, Sabarti dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Alwi, Hasan serta Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono, 1993, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Depdikbud/Balai Pustaka.
Alwi, Hasan, 1993, “Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000”, Kongres Bahasa Indonesia VI, Jakarta.
Anwar, Rosihan, 1979. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, Jakarta: Pradnya Paramita.Arifin, Zaenal dan Amran Tasai, 1991. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa.: Jakarta: Akademika Presindo.__________.1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: MSP.Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima._________. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Gramedia._________. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia 1. Jakarta: PT Gramedia. _________. 1987. Membina Bahasa Indonesia Baku 2, Cet. X, Bandung : Pustaka
Prima.Bertens, K, 1980, “Ada Kesatuan antara Pemakai Bahasa dan Jalan Pikirannya”,
Kompas, 22 November. _________.1983, Filsafat Barat Abad XX, Inggris - Jerman, Gramedia, Jakarta.Depdikbud, 1981, IA, Materi Pendidikan Program Akta Mengajar V. Filsafat Ilmu._________. 1982/1983, IIA, Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V Dasar
Ilmu Pendidikan. _________.1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud/Balai Pustaka, Jakarta. _________.1991, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan _________.1992, Pedoman Umum Pembentukan Istilah._________.1993, “Putusan Kongres Bahasa Indonesia VI”.Djabarudi, Slamet. 1981. “Peranan Media Massa dalam Pembinaan Bahasa Indonesia,”
Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, 1(Tahun VII), 29-37.Effendy, Uchjana Onong. 1985. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: CV
Remaja Karya.Esau, Helmut (ed.), 1980, Language and Communication, Hornbean Press, South
Carolina.Halim, Amran. 1981. “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia” dalam Politik Bahasa
Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka.Hamid, Abdul. 1996. “Bentuk dan Pilihan Kata” Makalah pada Penataran Guru.
Bandung: Tim Pemasyarakatan Bahasa Indonesia.--------------------. 1996. “Kalimat dalam Surat-Menyurat” Makalah pada Penataran
Guru. Bandung: Tim Pemasyarakatan Bahasa Indonesia.-------------. 2003. “Bahasa Indonesia, Gengsi Sosial dan Nasionalisme” dalam J.S.
Badudu 77 Tahun. Jakarta: Kompas.Hamid, Abdul dan Aseng Budiman. 2003. Ringkasan Materi Bahasa Indonesia.Keraf, Gorys, 1990, Komposisi, Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores.Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan, Gramedia,
Jakarta.
171
Lapoliwa, Hans, 1993, “Strategi Pemasyarakatan Hasil Pengembangan Bahasa: Beberapa Pokok Pikiran”, Kongres Bahasa Indonesia VI
Lumintaintang, Yayah B., 1993, “Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Bermasyarakat”, Kongres Bahasa Indonesia VI
Moeliono, Anton M., 1981. “Ciri-ciri Bahasa Indonesia yang Baku” dalam Politik Bahasa Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka.
__________. 1989, “Penalaran dan Pembuatan Paragraf dalam Karangan Ilmiah”, dlm. Kembara Bahasa, Penerbi PT Gramedia, Jakarta.
Muchtar. 1987. “Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia”. Makalah untuk Penyuluhan Bahasa Indonesia, Biro Bagian dan Subbagian Universitas Padjadjaran dari 26 s.d. 29 Oktober 1987.
Noerhadi, Toeti Herati, 1991, “Bahasa sebagai Penggambaran Dunia”, Pertemuan Linguistik Lembaga Atma Jaya Kelima (Pelba V).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1978. Tata Istilah Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
-------------. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.-------------. 1992. Seri Penyuluhan 2: Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.-------------. 1993. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Razak, Abdul. 1988. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.Schoenfeld, Clerence A, 1971, Effective Feature Writing, Harper & Row, Publishers,
New York, Evanston, London.Supriyadi, dkk. 1994. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. PPDG2331/4 SKS.
Buku III, 4 B Modul 7 – 12 . Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.
Suryaman, Ukun. 1985. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia Baku Bandung : Alumni.Tadjuddin, Moh., 1984, “Kemampuan Berbahasa Indonesia Para Lulusan Perguruan
Tinggi”, Laporan Penelitian, Unpad. __________.1993. “Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi”,
Wawasan Tridharma, Kopertis Wilayah IV, Jawa Barat. __________.1994. “Komposisi dan Penalaran”, Bahan Pelatihan Penulisan Naskah
Buku Pelajaran, Kanwil Depdikbud, Jawa Barat.__________, Abdul Hamid, Wahya. 1995. “Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Skripsi
Mahasiswa Program Sarjana” Laporan Penelitian, Unpad, Depdikbud.
172