Mobilitas Sosial

13
RINGKASAN MATERI MOBILITAS SOSIAL Mata Kuliah: Pengantar Sosiologi Oleh: KELOMPOK 2 Kelas B Semester I DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Transcript of Mobilitas Sosial

RINGKASAN MATERI

MOBILITAS SOSIAL Mata Kuliah: Pengantar Sosiologi

Oleh:

KELOMPOK 2 Kelas B

Semester I

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

MOBILITAS SOSIAL

Pengantar

Manusia pada dasarnya memiliki hasrat atau keinginan yang lebih, bisa itu

mendapatkan untuk menambah apa yang dia miliki maupun mengubah sistem atau posisi yang ia perankan. Artinya manusia perlu melakukan action atau usaha dalam

melakukan pencapainnya tersebut yang bisa saja dikatakan bahwa apapun hasil dan proses yang mereka lakukan dari suatu posisi atau melakukan pergerakan dalam kehidupan sosial, maka itulah mobilitas sosial. Menyangkut pembahasan materi tentang mobilitas sosial, dewasa ini kita telah banyak mendengar tentang mobilitas sosial bahkan ketika kita masih duduk dikelas 3 SMA kita mempelajari tentang mobilitas sosial, dinamika sosial, dan stratifikasi soial yang merupakan juga sebagai unsur dalam kehidupan sosial.

Mengenai kehidupan sosial, atau bermasyarakat, maka kita akan merujuk pola stratifikasi atau kelas sosial, dimana di dalam pola tersebut, ada lapisan-lapisan yang dimiliki manusia berdasarkan statusnya. Misalnya kaum budak dan kaum kaya-raya, maka dapat dikatakan bahwasanya statuslah yang menentukan lapisan-lapisan sosial, tentang bagaimana dan peran serta apa dan di mana orang tersebut berada, misalnya buruh, maka ia tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan yang lebih. Berbeda dengan gubernur yang memiliki harta yang banyak serta memiliki kekuasaan yang hebat. Kembali ke mobilitas sosial, maka dapat dikatakan bahwa mobilitas adalah suatu perubahan atau perpindahan status atau peranan seseorang yang dilandasi oleh

lapisan sosial tersebut. Jika saja lapisan kelas sosial tersebut rendah, maka ia akan berusaha untuk menaikan derajat status kelas sosialnya dengan segala cara demi

untuk mendapatkan status atau kelas yang lebih baik. Bisa saja itu perpindahan dari bawah ke atas, atau dari atas ke bawah (vertical) dan yang searah (Horizontal).

Seperti yang dikatakan Horton & Hunt bahwa mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Atau menurut Kimball

Young bahwa mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola pola tertentu. Maka artinya mobilitas sosial merupakan suatu tujuan semua orang dan semua manusia, sebab manusia hidup di dalam kelas-kelas soial dan berkedudukan di dalam struktur sosial, sehingga mereka akan terus melakukan perubahan berupa pergerakan demi mencapai hasil yang mereka inginkan.

Adapun faktor-faktor yang menjadikan mereka melakukan mobilitas sosial adalah menyangkut dengan faktor ekonomi yang sangat menjadi faktor utama. Misalnya seorang petani yang hidup susah dan tidak memiliki uang sehingga ia melakukan

perubahan dalam hidupnya agar membuat hidupnya lebih baik dan lebih sejahtera. Atau faktor lainnya yaitu faktor sosial dan politik, di dalam faktor sosial dan politik ini hubungannya sangat erat dan saling berkaitan. Jika dalam faktor sosial misalnya ada

seorang yang susah dan di hina atau gengsi karena lingkungan sebelah, maka ia akan

berusaha menaikkan kelasnya dengan menaikkan unsur ekonominya, maka itu menjadi faktor politik yaitu di mana adanya keinginan atau tujuan untuk menguasai, mengatur, dan memilki segalanya. Tetapi dalam proses tersebut tidaklah gampang,

ada beberapa hambatan yang membuat tidak semua pelaku mobilitas sosial bisa sukses, hambatan-hambatan itu bisa berupa dari diri sendiri yaitu kemampuan dirinya

yang terbatas atau tidak berkompetensi, misalnya seorang guru di kampung ingin mengajar di Jakarta agar dimaksud bekerja di sekolah terbaik dan mendapat gaji

mahal, namun di Jakarta klasifikasi guru yang dipakai adalah berstandar internasional menguasai beberapa bahasa asing. Maka guru tersebut akan gagal bahkan akan jatuh

ke bawah (vertical) dan tidak memiliki pekerjaan di Jakarta. Atau hambatan dari luar yaitu berupa sistem dan ketentuan, ketika pelaku

mobilitas ingin melakukan mobilitas namun tidak sesuai atau bertentangan dengan ketentuan yang dijalaninya dalam suatu sistem, maka ia akan gagal dalam melakukan

pencapaian mobilitas tersebut. Artinya dapat dikatakan bahwa setiap manusia akan terus melakukan yang namanya mobilitas sosial secara sengaja atau tidak disengaja

sebab manusia hidup dalam kelas sosial dan struktur sosial yang membuat mereka ingin lebih baik dari kelas-kelas sebelumnya.

Tipe-Tipe Mobilitas Sosial

Sosiologi memandang mobilitas sosial sebagai salah satu gejala yang ditujukan pada gerak berpindahnya status sosial satu ke status sosial lainnya. Gerak Sosial (social mobility) diartikan sebagai gerak dalam struktur sosial (social structure), yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi kelompok sosial.

Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipiil ada dua macam yaitu gerak sosial horizontal dan vertikal. 1. Gerak sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya,

dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yang sederajat. 2. Gerak sosial vertikal, maksudnya ialah perpindahan individu atau objek sosial dari

kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, dalam gerak sosial vertikal ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: gerak sosial naik (social climbing) dan gerak sosial turun (social sinking). Gerak sosial naik memunyai dua bentuk yaitu: a. Masuknya individu-individu yang memunyai kedudukan sosial rendah ke posisi

kedudukan sosial yang lebih tinggi. b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat

yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.

Gejala gerak sosial vertikal menurun juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Turunnya kedudukan individu ke posisi atau kedudukan lain yang lebih rendah derajatnya.

b. Turunnya derajat sekelompok individu dari satu derajat atau posisi atau kedudukan yang lebih tinggi ke posisi atau kedudukan yang lebih rendah.

Saluran Gerak Sosial Vertikal

Pitirim A. Sorokin mengemukakakn beberapa saluran pada tipe gerak soaial vertikal dalam kehidupan sosial, diantaranya angkatan bersenjata,lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonmi dan keahlian.

A. Angkatan Bersenjata Soerjono Soekamto melihat pentingnya peranan saluran mobilitas sosial

melalui jalur ini. Melalui jalur militerisme baik dalam keadaan perang melawan

musuh maupun perang saudara, militer memiliki peranan penting menjadi saluran mobilitas bagi anggota-anggota militer. Seorang prajurit dari kedudukan

yang rendah, karena jasa-jasanya dalam bertempur untuk membela negara dan bangsanya, dan banyak korban dari rekannya dalam pertempuran tersebut, baik

sederajat maupun tidak sederajat, maka ia akan menjadi meningkat kedudukannya dalam kepangkatan militer ini. Dan kadang-kadang melalui jalur

karier tertentu seorang prajurit dapat juga meraih kekuasaan dan wewenang dalam dunia kemiliteran.

B. Lembaga Keagamaan

Secara normatif terkadang agama menempatkan kedudukan umat manusia

dalam kesetaraan tetapi di sisi lain justru menjustifikasi sistem pelapisan sosial. Contohnya pada agama Hindu telah secara nyata mengajarkan adanya sistem kekastaan. Agama Katolik yang dikenak adanya hierarki kedudukan dalam kepemimpinan agama Katolik, sperti jabatan kepemimpinan paling rendah yaitu pendeta sampai jabatan tertinggi ialah paus. Dalam ajaran islam juga secara tidak langsung terdapat gejala pelapisan sosial, seperti posisi hierarki dalam dunia kepesantrenan yang terdapat perbedaan hak antara sanak atau anak kiai yang sebagai santri dengan santri-santri yang biasa.

Bahkan sebagian dari penganut islam yang telah melaksanakan ibadah haji ke Mekkah sering kali menimbulkan prestise tersendiri dalam masyarakatnya yaitu gelar Haji. Selain itu gejala lain dalam pelaksanaan ibadah haji juga dijadikan sebagai simbol status ekonomi, karna ibadah haji memerlukan biaya yang cukup tinggi (high cost) sehingga dapat diidentifikasikan bahwa orang yang telah menunaikankan ibadah haji berasal dari kalangan ekonomi yang cukup mapan.

Berdasarkan gejala-gejala tersebutla, maka banyak diantara pemuka agama bekerja keras untuk membangun kedudukannya dalam komunitasnya.

C. Lembaga Pendidikan Pendidikan sebagai salah satu lembaga yang memberikan bekal keterampilan

(competency), keahlian (skill), dan pengetahuan (knowledge). Kepemilikan tiga komponen menyebabkan seseoarng memperoleh posisi tertentu dalam

masyarakatnya atau dalam lingkungan kerjanya. Lembaga pendidikan adalah lembaga resmi yang paling rasional dalam menentukan pergeseran sosial, sebab

sifat dari pola-pola pergeseran soaial dalam jalur pendidikan ini ialah sangat terbuka.

Peran pendidikan indonesia mengalami pergeseran kedudukan dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka dan berdaulat yang setara dengan bangsa lain. Melalui pola pikir dan perasaan kebangsaan kaum intelektual, timbul semangat

nasionalisme dalam membela bangsanya dari pencengkraman dan penindasan bangsa lain.

Selain itu, gelar-gelar akademik yang menjdi kebanggaan hingga saat ini masih menjadi salah kaprah di mana peserta didik lebih mementingkan gelar-gelar

akademik daripada kopetensi yang diperoleh melalui lembaga tersebut.

D. Organisasi Sosial dan Politik

Dalam organisasi sosial anggota-anggotanya akan direkrut (diseleksi) untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu dalam struktur kepengurusan organisasi. Anggota-anggota yang memiliki kualifikasi yang terbaik tentunya akan menempati

posisi yang paling tinggi, kemudian menyusul anggota-anggota lainnya yang direkrut untuk ditempatkan pada bidang keahliannya masing-masing.

Selain itu, dalam organisasi politik seseorang akan terseleksi melalui mekanisme politik untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu dalam organisasi

yang bernama negara. Seseorang yang dapat menjadi presiden, gubernur, bupati, kepala desa, dan anggota parlemen melalui organisasi politik yang lazim disebut

partai politik. Adapun proses seleksi politik tentunya ialah melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu).

Adapun jabatan dalam dalam suatu kepemerintahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Jabatan Politik Jabatan seseorang atau sekelompok orang dalam pos-pos kekuasaan atau

kewenangan tertentu dalam sistem kepermerintahan suatu negara yang diperoleh melalui proses pemilihan.

2. Jabatan Struktural Jabatan seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan karena jenjang profesi dan masa kerja atau masa pengabdiannya dalam suatu instasi kepemerintahan suatu negara.

E. Lembaga Ekonomi Kelangkaan sumber-sumber ekonomi menyebabkan setiap individu manusia

selalu berusaha untuk mengaksesnya. Secara sosiologis kegiatan ekonomi ikut memberikan andilnya dalam perbedaan kedudukan dan peranan tiap-tiap anggota

masyarakatnya. Tindakan ekonomi tidak cukup hanya dilihat dari sisi perubahan akan jumlah

kekayaan seseorang, sebab dalam tindakan ekonomi terdapat sekelompok oranng yang menjalankan usaha produksi baik berupa barang maupun jasa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari usaha ini. Dalam sutau perusahaan terdapat pimpinan perusahaan yang disebut presiden direktur yang membawahi orang-orang yang bekerja ditingkat bawahnya misalnya para manajer perusahaan.

F. Organisasi Keahlian

Organisasi keahlianadalah perhimpunan sekelompok orang berdasarkan atas keahlian (skill) yang dimiliki masing-masing anggotanya. Misalnya di Indonesia ada

himpunan atau perkumpulan dokter yang membentuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI), ikatan advokat Indonesia (Ikadin), dan gabungan pengusaha Seluruh

Indonesia (Gapensi). Di Amerika Serikat Produsen obat belum diakui produksinya oleh lembaga pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (Food and drug

Association atau FDA), maka produksinya tidak akan diakui masyarakat. Di Indonesia para produsen makanan dan obat yang telah mendapat lisensi dari badan pengawasan obat dan makanan (Badan POM) dan dari departemen kesehatan, maka produksinya akan terangkat oleh legalitas hukum dan diakui oleh masyarakat.

G. Saluran-Saluran Lain

Mobilitas sosial selain dari saluran yang tersebut di atas bagi pergeseran sosial misalnya perkawinan. Seseorang yang berasal dari kelas sosial bawah kemudian berhasil menikah dengan salah satu seorang putra bangsawan, maka secara

otomatis ia akan mengalami pergeseran kedudukannya. demikian juga seseorang yang berasal dari kasta kstria kemudian menikah dengan seseorang yang

berkastra Sudra, maka status sosial yang semula disandangnya ialah kasta ksatria menjadi kasta Paria yang lebih rendah. Contoh lain ialah seorang tukang becak

yang dapat mengubah nasibnya menjadi pengusaha sukses dari hasil pengelolaan dana dari undian yang dimenangkannya. Dengan demikian undian juga dapat

menjadi salah satu arena bagi maobilitas sosial.

Mobilitas Antargenerasi Mobilitas antargenerasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

A. Mobilitas Integrasi

Mobilitas integrasi merupakan peralihan status sosial yang terjadi diantara beberapa generasi.

Anak

Nenek Kakek

Ibu Ayah

Skema tersebut memperlihatkan adanya peningkatan status sosial dari generasi kakek sampai anak. Selain mobilitas sosial integrasi naik ada juga mobilitas sosial yang memperlihatkan gejala sebaliknya, yaitu terlihat adanya gejala penurunan

status sosial dari kakek sampai anak. Jika generasi sekarang tetap menempati lapisan sosial yang sama dengan generasi pendahulunya, maka gejala tersebut

tidak memperlihatkan adanya mobilitas sosial integrasi.

B. Mobilitas Intragenerasi

Mobilitas Intragenerasi merupakan peralihan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama.

petani

Petani petani petani

Dari skema tersebut dapat dilihat gejala mobilitas sosial intragenerasi, di mana terdapat gejala kedudukan anak ketiga lebih tinggi dibandingkan dengan

kedua kakak dan orang tuanya. Bisa saja, karena anak ketiga keadaan ekonominya lebih baik, akhirnya memberikan modal bagi kedua kakaknya untuk usaha. Dari

pertolongan modal yang diberikan oleh adiknya ini, maka kedua kakaknya ini memperlihatkan adanya gejala mobilitas sosial naik dalam generasi yang sama.

Kasus ini memperlihatkan adanya gejala mobilitas intragenerasi sosial menurun dalam satu generasi yang sama. Penurunan ini ditandai dengan adanya

turunan status sosial ekonomi kedua bersaudara dari keluarga.

Konsekuensi Mobilitas Sosial

Dampak yang sering terjadi dari adanya gejala sosial ialah munculnya konflik dan penyesuaian:

A. Konflik Konflik terjadi karena sebagian dan suatu masyarakat belum siap menerima

perubahan yang disebabkan oleh modalitas sosial. Di satu pihak terdapat individu

atau kelompok masyarakat yang terlibat langsung dalam modalitas sosial yang menyetujui adanya pembaruan nilai-nilai tertentu di lain pihak, terdapat sebagian

dan anggota masyarakat yang masih memegang nilai-nilai lama dan tidak bisa begitu saja beralih kenilai-nilai baru. Perbedaan kepentingan dari masing-masing

Ibu Ayah

Anak 3 Anak 2 Anak 1

kelompok menimbulkan adanya benturan yang menimbulkan konflik dimana masing-masing pihak saling mempertahankan nilai-nilai yang berlaku dan pihak lain berusaha untuk menggagalkan kepentingan pihak lain.

Konflik dapat dibedakan menjadi kelas sosial, kelompok sosial, dan generasi. 1. Konflik Antarkelas

Ditandai oleh gejala naik turunnya status sosial seseorang/sekelompok. Terbentuknya kelas sosial karena sistem pelampisan sosial dalam masyarakat.

Konflik antarkelas antara lain: a. Reaksi negatif yang dalam warga baru suatu kelas sosial dan warga yang

lama. Contohnya seorang karyawan yang bau saja diangkat menjadi asisten manager, biasanya untuk beberapa saat kehadirannya sulit

diterima oleh para asisten manajer lama, yang biasa memperlakukannya sebagai bawahan.

b. Reaksi negatif individu terhadap perlakuan masyarakat sehubungan dengan kelas sosial yang baru . contoh: seorang kepala sekolah yang turun

jabatan menjadi guru pengajar biasa. Untuk sementara ia akan sulit menerima perlakuan baru dari rekan guru yang selama ini menghormatinya.

c. Reaksi negatif masyarakat terhadap kelas sosial baru. Misalnya ada pedagang biasa dalam suatu masyarakat namun setelah mendapat pinjaman dari bank maka jadi kuat kedudukannya dan mereka menuntut perlakuan lebih dari warga. Para pedagang mendapat reaksi penolakan dari warga terutama warga kalangan atas seperti tuan tanah, tetua adat, dan lain lain.

2. Konflik Antarkelompok Sosial.

Kelompok sosial terbentuk karena differensiasi sosial dalam masyarakat. Konflik antarkelompok sosial berupa: a. Reaksi kelompok tertindas terhadap penguasa. Misalnya reaksi warga kulit

hitam di Afrika Selatan dengan membuat berbagai kerusuhan sosial karena pemegang kekuasaan negara ini masih memberlakukan politik apartheid.

b. Tindakan kekerasan yang dilakukan akibat korban fanatisme. Misalnya

reaksi penonton sepak bola berbuat kerusakan karena tim favoritnya

kalah. c. Protes suatu kelompok sosial terhadap pihak yang berwenang. Misalnya

protes kaum perempuan karena setiap kali diadakan pemilihan umum tidak mencantumkan caleg dari kaum perempuan.

3. Konflik antargenerasi Konflik antargenerasi berupa:

a. Tuntutan generasi muda untuk diperlakukan secara sama. Misalnya kaum muda-mudi di suatu desa menuntut agar diperbolehkan berpartisipasi dalam penetapan kebijakan di desa yang selama ini didominasi oleh golongan kelompok tua.

b. Penolakan generasi tuauntuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Misalnya sikap para orang tua yang tidak setuju dengan adanya pemberian materi pelajaran seks di sekolah untuk para peserta didik.

B. Penyesuaian Konflik tidak selamanya bersifat negatif namun juga memiliki manfaat dalam

kehidupan sosial. Dengan konflik yang terjadi akan mendorong warga untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada, sehingga keadaan stabilitas sosial yang baru akan tercipta. Penyesuaiannya ialah:

1. Perlakuan baru masyarakat terhadap kelas sosial. Kelompok sosial atau generasi tertentu.

2. Pemerintah individu atau kelompok warga akan kedudukannya yang baru. Misalnya seorang pejabat tinggi yang terbukti melakukan korupsi akhirnya diberhentikan dari jabatan dan mendapat hukuman.

3. Pergantian dominasi dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat.

Teori Mobilitas Sosial

A. Lapisan Masyarakat Masyarakat terbagi menjadi golongan-golongan masyarakat. Antara golongan

satu dengan yang lain terdapat perbedaan tingkat yang membentuk lapisan golongan atau lapisan sosial. Akibat dari lapisan tersebut terjadilah stratifikasi

sosial. Terdapat dua sifat dalam lapisan sosial tersebut, yakni bersifat ketat maupun

terbuka. Masyarakat yang menganut pelapisan sosial secara ketat tidak memungkinkan adanya kemudahan kenaikan tingkat bagi para warganya.

Sebaliknya, dalam masyarakat yang menganut pelapisan sosial terbuka, warga dapat naik dan turun dari tingkat satu ke tingkat yang lainnya. Ada tiga metode dalam menentukan stratifikasi sosial menurut Nasution, yakni: 1. Metode Objektif

Dalam metode ini, penentuan stratifikasi sosial dilakukan dengan penilaian objektif. Penilaian tersebut meliputi jumlah pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.

2. Metode Subjektif Dalam metode ini, stratifikasi sosial ditentukan berdasarkan pandangan

anggota masyarakat menilai dirinya. 3. Metode Reputasi

Dalam metode ini, stratifikasi sosial ditentukan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat ini. Banyak ahli termasuk Warner menggunakan enam klasifikasi dengan membagi tiap kelas ke dalam lapisan atas dan bawah, yakni:

a. Upper-upper class,

b. Lower-upper class, c. Upper-middle class,

d. Lower-middle class, e. Upper-lower class,

f. Lower-lower class.

B. Kesadaran Kelas Kesadaran kelas adalah pengenalan terhadap situasi dan tanggung jawab kelas

seseorang. Menurut teori, seseorang tidak memiliki diri di luar kelas sosialnya. Diri

seseorang adalah nuraninya, yaitu emosi, pikiran, rasa sakit, derita, maupun kecenderungannya, dan semua itu dibatasi dalam kelasnya.

Bagi Weber, kelas sosialan terdiri dari semua orang yang memiliki kesempatan hidup yang sama dalam bidang ekonomi. Kita dapat berbicara tentang kelas jika:

(1) Sejumlah orang sama-sama memiliki komponen tertentu yang merupakan sumber dalam kesempatan hidup mereka; sejauh (2) komponen ini secara eksklusif tercermin dalam kepentingan ekonomi; dan (3) hal ini terlihat dalam kondisi komoditas atau pasar tenaga kerja. Masyarakat yang seimbang dibentuk oleh hubungan empat kategori, yakni: 1. Kategori pertama; ilmuwan, dokter, dan penyair. 2. Kategori kedua: serdadu, polisi, dan prajurit. 3. Kategori ketiga: perajin. 4. Kategori keempat: petani.

C. Kelas Sosial dan Persamaan Hak-hak istimewa kelas sosial akan mengalami perubahan jika kelas sosial

rendah menentang dan mengubah hak-hak istimewa tersebut. Perbedaan hak adalah konsekuensi struktur soaial yang tidak dapat dihindari.

Pada dasarnya keadilan sosial dapat saja diwujudkan dalam masyarakat. Investasi dalam pendidikan akan dapt dilenyapkan selama kaum miskin diberi

kemungkinan untuk mengenyam sekolah.

D. Mobilitas Sosial Mobilitas adalah gerak perpindahan dari kelas sosial satu ke kelas sosial yang

lainnya. Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka memiliki tingkat mobilitas

yang tinggi dibanding masyarakat dengan sistem stratifikasi yang rendah. Mobilitas dapat berlangsung dua arah, yaitu ada orang yang berhasil mencapai

status yang lebih tinggi dan ada pula yang mengalami kegagalan. Yang diperhatikan dalam mobilitas sosial adalah tingkat keterbukaan

masyarakat secara ekstrem. Masyarakat terbuka adalah masyarakat di mana hubungan antara pekerjaan seseorang tidak bergantung kepada pekerjaan orang

tuanya. Sedangkan masyarakat tertutup adalah masyarakat di mana status seseorang sudah menjadi bawaan sejak lahir yang diturunkan dari orang tuanya.

Mobilitas sosial, baik kenaikan maupun penurunan status sosial seseorang, sama-sama memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan. Misalnya rasa

ketegangan, ketidakpuasan, sikap angkuh dan sombong, rasa khawatir, dan dapat memperlemah solidaritas kelompok.

E. Determinasi Mobilitas Sosial Zaman dahulu, status tinggi seserorang ditentukan dari faktor keturunan dan

berlangsung seumur hidup. Namun kini kesempatan untuk berkompetisi meraih

status kelas atas sangat terbuka. Dalam masyarakat kapitalistis, yang lebih dihargai pada diri seseorang adalah

prestasi, kecakapan, keahlian, dan struktur sosial. Dalam masyarakat terdapat saluran mobilitas sosial antara lain organisasi pemerintahan, lembaga keagamaan,

ekonomi, dan pendidikan.

F. Pendidikan sebagai Saluran Mobilitas Terdapat tiga jenis pendidikan yang tersedia yakni pendidikan formal,

informal, dan nonformal. Pada pendidikan formal, dunia pekerjaan memercayai pemilik ijazah untuk dapat naik status. Namun seiring perkembangan mereka lebih memercayai kemampuan atau skill.

Dalam perspektif lain, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.

G. Peningkatan Taraf Hidup Melalui Pendidikan Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup seseorang karena dengan modal

pendidikan tinggi seseorang dapat berusaha lebih baik dalam meningkatkan

kesejahteraannya. Sebaliknya, perkembangan ekonomi juga dapat membantu proses pendidikan karena dengan meningkatnya ekonomi maka biaya pendidikan akan dapat dipikul.

Signifikansi antara pendidikan dan sosial-ekonomi menurut Clark dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi

pula tingkat penghasilannya, semakin besar mendapat hasil ketika mulai bekerja, dan akan mendapat hasil maksimal pada usia yang maksimal pula.

H. Munculnya Masyarakat Lapisan Atas pada Negara Berkembang Belakangan ini kepemimpinan negara berkembang menjadi sebuah konflik

yang mendalam antara masyarakat lapisan atas yang bersaing. Dalam hal ini, para

pemimpin tradisional berusaha mempertahankan apa yang hendak diperas dari mereka oleh generasi muda yang berpendidikan Barat.

Pendidikan yang lebih tinggi bukanlah syarat mutlak bagi orang-orang yang

mencari kesempatan menjadi lapisan atas karena tidak semua orang yang terdidik dapat menjadi anggota elite di negerinya sendiri. Mereka juga dituntut memiliki syarat berharga lainnya seperti kekayaan, kekerabatan, atau keterampilan professional. Walaupun demikian, tingkat pendidikan yang tinggi dapat

mengantarkan seseorang ke arah jenjang lapisan atas di negara berkembang.

I. Pendidikan dan Karier Seseorang dapat mencapai karier melalui dua jalur pendidikan, yaitu: 1. Pendidikan formal

Semakin tinggi pendidikan formal seseorang akan semakin tinggi kemungkinan status sosial dan perannya di masyarakat.

2. Sistem magang Magang kerja dapat mengantarkan seseorang menguasai kompetensi kerja,

sehingga seseorang mendapatkan penghasilan dari pekerjaan. Selain pendidikan formal yang berjenjang dan magang, seseorang dapat mencapai suatu karier dengan latihan.

Mobilitas Sosial Petani di Sentra Industri Kecil Walaupun sama-sama menguasai aset produksi dan buruh, status sosial sebagai perajin

lebih tinggi dibandingkan sebagai petani. Kedua jenis masyarakat tersebut memiliki struktur sosial berbeda, yaitu yang kedua merupakan perkembangan dari yang pertama.

A. Klasifikasi Perajin

Klasifikasi perajin industri kecil di pedesaan digolongkan menjadi: 1. Buruh perajin: tenaga kerja yang dibayar oleh pemilik pekerjaan atau perajin. 2. Perajin: mereka yang berusaha dalam industri kecil, baik sebagai pekerja sendiri

maupun perajin yang dibantu oleh buruh. 3. Perajin pengusaha: perajin besar yang telah berpengalaman dengan kecukupan

modal tertentu bagi usahanya.

B. Magang: Penghantar Petani ke Perajin

Pendidikan magang menjadi kunci untuk memulai dalam proses alih pekerjaan ini. Waktu magang tidak dapat ditentukan lamanya, tergantung pada kemampuan pemagang menyerap pengetahuan yang dipelajarinya dan kemauannya kapan harus meninggalkan pekerjaan magang.

Pemagang harus menjaga hubungan baik dengan perajin yang memberi kesempatan magang. Hubungan baik ini juga harus terus dilangsungkan seandainya pemagang telah menyudahi proses magangnya.

Transformasi pekerjaan dari petani ke perajin industri dapat dikatakan tidak linier, dalam arti sewaktu telah mulai bekerja di bidang industri kecil juga masih ada yang terus bekerja sebagai petani atau buruh tani. Setelah merasa lebih enak dan untung sebagai perajin industri kecil, baru kemudian pelaku meninggalkan bertani. Meski begitu, masih banyak buruh perajin yang berstatus kerja sambilan dan sebagian waktunya dipakai untuk bertani.

C. Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial Terjadinya transformasi pekerjaan dari petani ke perajin industri kecil telah

mengarah pada terbentuknya kondisi yang mewujudkan diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial.

Semula pekerjaan yang dikenal oleh anggota masyarakat hanyalah petani atau buruh tani, pegawai, dan penganggur. Lalu muncul kelompok sosial lain yaitu perajin, terdiri dari: buruh perajin, perajin, dan perajin pengusaha. Hal itu merupakan diferensiasi sosial.

Terjadinya transformasi pekerjaan petani ke perajin, telah memperjelas munculnya stratifikasi sosial, yaitu: adanya kelas buruh, perajin, dan pedagang pengusaha. Ketiga lapisan ini membedakan status sosial di antara mereka.

D. Mobilitas Sosial Transformasi pekerjaan petani ke perajin industri kecil, juga telah mengakibatkan

terjadinya proses mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal. Mobilitas sosial ini dapat dijelaskan dengan proses mereka menjadi buruh, perajin, atau perajin pengusaha.

Karena terbatasnya pekerjaan di sektor pertanian, buruh tani pindah atau bekerja sambilan sebagai buruh di industri kecil. Mereka yang sebagai buruh purnawaktu umumnya tidak memiliki lahan sawah atau tegalan, atau karena terbatasnya jumlah upah sebagai buruh tani mereka memilih bekerja sebagai buruh perajin.

SEKIAN