Mitokondria
description
Transcript of Mitokondria
Mitokondria
Mitokondria berasal dari kata Mito yang berarti benan g dan Chondrion yang berarti
granula, merupakan organel sel eukarotik yang bentuknya memanjang (Santosa, 2001).
Mitokondria adalah pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi), karena
itu mitokondria diberi julukan "The Power House of Cell". Bentuk mitokondria beraneka
ragam, ada yang bulat, oval, silindris dan ada pula yang tidak beraturan. Namun secara umum
dapat dikatakan bahwa mitokondria berbentuk butiran atau benang. Mitokondria baru
terbentuk dari pertumbuhan serta pembelahan mitokondria yang telah ada sebelumnya
(seperti pembelahan bakteri). Penyebaran dan jumlah mitokondria di dalam tiap sel tidak
sama. Mitokondria terdapat di tempat-tempat dimana ATP diperlukan (Nurqalbi,2012).
Misalnya, diantara miofibril dalam sel otot jantung untuk kontraksi otot dan di leher sel
sperma untuk pergerakan flagel. Adapun Sifat-sifat Mitokondria yaitu:
a. Bentuk silindris memanjang diameter 0,5 – 1 μm
b. Bersifat mobil, bergerak di sepanjang mikrotubula
c. Plastis, dapat berubah bentuk
d. Berfusi dengan mitokondria lainnya
e. Dapat membelah diri
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan
memerlukan ATP dalam jumlah banyak. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda
untuk setiap sel.Jumlah mitokondria setiap sel bervariasi sesuai dengan tipe sel yaitu berkisar
antara tidak ada (nol) hingga ratusan ribu. Misalnya pada Ganggang tidak berwarna
Leuconthrix dan Vitreoscilla tidak mempunyai mitokondria. Spermatozoa dan flagelata
tertentu seperti Chromulina hanya mempunyai satu mitokondria per sel; Hati memilki kurang
lebih 800 hingga 500.000 mitokondria per sel. Pada beberapa keadaan terdapat kaitan
langsung antara jumlah mitokondria per sel dengan keperluan metabolisme sel (Saefudin,
2011).
Gambar 1. Struktur mitokondria pada sel otot lurik
Gambar 2. Struktur mitokondira pada ekor sel sperma (Thorpe, 1984)
A. Struktur Mitokondria
Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran
dalam, ruang antar membran,dan matriks yang terletak di bagian dalam membran.
Gambar 3. Struktur Mitokondria
a. Membran Luar
Membran luar memiliki permukaan yang rata/ halus, yang berfungsi sebagai
pelindung yakni sepenuhnya membungkus mitokondria. Membran luar tersusun atas
protein dan fosfolipid bilayer dengan perbandingan yang sama, serta mengandung
protein porin (protein bersaluran) yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel
terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Selain itu, membran
luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang
berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi
menghasilkan asetil-KoA.
b. Membran Dalam
Komposisi membran dalam terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran
dalam bersifat kurang permeabel jika dibandingkan dengan membran luar. Membran
ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Pada mitokondria, membran dalam
terbagi menjadi dua daerah yaitu daerah batas membran dalam (inner membrane),
terletak persis di luar membran dalam mitokondria, sebagai pembungkus bagian luar
membran dalam, batas membran dalam ini kaya protein yang bertanggung jawab
untuk impor protein mitokondria. Daerah lainnya disebut dengan krista atau lamela
yaitu bentuk lipatan-lipatan yang menonjol ke arah dalam. Stuktur krista yang berupa
lipatan-lipatan ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga
meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam
mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang
berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang
mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam. Bentuk
krista dan jumlahnya berbeda di setiap sel tergantung jenis dan fungsi atau peran sel
tersebut. Dalam mikrograf elektron tampak peran mitokondria sebagai transduser
terkait erat dengan krista, sebagai mesin atau alat yang diperlukan untuk respirasi
aerobik dan pembentukan ATP. Karena struktur membrannya rangkap maka
mitokondria mempunyai dua ruangan yaitu ruang antar membran dan matriks.
Ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus
Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Ruang antar
membran berisi cairan yang menggunakan ATP dari matriks untuk memfosforilasi
nukleotida lainnya.
Sedangkan matriks mengandung campuran ratusan enzim, termasuk enzim yang
dibutuhkan dalam oksidasi piruvat, asam lemak serta untuk siklus krebs. Matriks
mitokondria juga mengandung ribosom (ukuran jauh lebih kecil dari yang ditemukan
di sitosol) dan beberapa molekul DNA, yang melingkar pada tumbuhan dan hewan.
Oleh karena itu, mitokondria memiliki sistem genetik sendiri yang berbeda dengan
sistem genetik inti, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA). Dalam matriks
mitokondria juga terdapat ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti
magnesium, kalsium dan kalium.
Menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur mitokondria dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu (i) krista susunannya menyerupai lembaran misalnya krista pada
mitokondria sel hati, (ii) krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai
tumpukan uang logam misalnya pada mitokondria sel ginjal, dan (iii) krista dengan
susunan seperti jala yang dibentuk oleh saluran-saluran yang saling beranastomosis
pada mitokondria sel saraf.
Gambar 4. Struktur krista mitokondria (Sheeler dan Bianchi, 1983)
B. Struktur Kimia Mitokondria
Pada mitokondria utuh, air merupakan komponen utama yang dominan dan
ditemukan di seluruh mitokondria kecuali dalam lapisan bilayer lipida. Air selain
berperan dalam reaksi-reaksi kimia, juga berperan sebagai medium fisik dimana
metabolit dapat berdifusi diantara sistem enzim. Komponen utama mitokondria adalah
protein. Persentase protein yang sebenarnya berkaitan dengan jumlah membran dalam
yang ada. Membran dalam terdiri atas protein, baik protein enzimatik maupun protein
struktural. Pada beberapa mitokondria, membran dalam mengandung kira-kira 60% dari
total protein organel. Berdasarkan distribusi enzim di dalam mitokondria hati tikus, telah
terbukti bahwa membran dalam mengandung 21% dari total protein mitokondria dan
membran luar 40%. Menurut perhitungan ini, kurang lebih 67% protein terdapat pada
matriks dan biasanya ditemukan dalam ruang intraseluler. Protein mitokondria dapat
dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk terlarut dan bentuk tidak terlarut.
Protein terlarut terutama terdiri atas enzim-enzim matriks dan protein perifer membran
atau protein intrinsik membran tertentu. Protein tidak terlarut biasanya menjadi bagian
integral membran. Beberapa dari protein ini merupakan protein struktural serta beberapa
protein enzim.
C. Fungsi Mitokondria
a. Metabolisme karbohidrat dan lemak (respirasi) termasuk fase-fase penghasil
tenaga (ATP).
Glukosa dipecah menjadi asam piruvat terjadi pada sitosol, lemak dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol. Perubahan asam piruvat dan asam lamak menjadi
asetil-KOA terjadi di luar mitokondria (sitosol) ataupun terjadi di dalam matrik.
Asetil-KOA – CO2, H2O & ATP di mitokondria.
b. Sintesis lemak dan hormon steroid
Sintesis lemak dan steroid mitokondria bekerjasama dengan retikulum
endoplasmik agranuler. Steroid dapat dibuat dari kolesterol. Kolesterol diubah
menjadi pregnolon kemudian progesteron. Progesteron dapat diubah menjadi
testoteron atau estrogen serta kortikosteron (Santosa,2001).
Tahapan Respirasi
a. Glikolisis
Glikolisis adalah proses penguraian molekul heksosa yang memiliki enam atom
karbon dan berlangsung secara enzimatis untuk menghasilkan dua molekul asam
piruvat yang memilki tiga atom karbon (Adnan, 2012). Glikolisis merupakan jalur
utama dari katabolisme glukosa yang berlangsung di dalam sitoplasma sel hewan, sel
tumbuhan dan sel mikroba (Lehninger, 1994). Glukosa dapat diperoleh melalui
pemecahan polisakarida seperti pati dan glikogen melalui kerja enzim fosforilase.
Disakarida seperti sukrosa dan maltosa dihidrolisis oleh sakarose menghasilkan
monosakarida. Pemecahan glukosa menjadi dua molekul piruvat berlangsung melalui
11 tahapan reaksi. Glikolisis dapat dibagi menjadi dua fase yaitu (i) fase persiapan,
dan (ii) fase produksi energi dalam bentuk ATP. Fase persiapan terdiri atas lima
tahapan reaksi. Heksosa lain seperti D-fruktosa, D-Galaktosa, dan D-mannosa dapat
masuk ke dalam fase persiapan glikolisis setelah mengalami fosforilasi. Fase produksi
energi, berlangsung melalui lima tahapan reaksi berikutnya. Dalam peristiwa ini
dihasilkan 4 molekul ATP.
Poejiadi (1994) menyatakan dalam satu rangkaian glikolisis terjadi 10 langkah
reaksi yang dibantu dengan enzim spesifik. Pada tahap awal glikolisis, glukosa diubah
menjadi fruktosa 1,6 bifosfat dengan memanfaatkan dua molekul ATP. Fruktosa 1,6
bifosfat dipecah menjadi 2 molekul senyawa 3 C yaitu dihidroksi aseton fosfat dan
gliseraldehida 3 fosfat yang keduanya merupakan isomer gliseraldehida 3 fosfat.
Selanjutnya mengalami reaksi dengan Pi kemudian diikuti dengan reaksi reduksi
pembentukan NADP dari NAD dan terbentuk asam 1,3 difosfogliserat.
Glukosa
ATP Heksokinase/Glukokinase
ADP Mg2+
Glukosa-6-fosfat
Phosphoglukoisomerase
Fruktosa-6-fosfat
ATP Phosphofruktokinase
ADP
Fruktosa-1,6-di fosfat
Aldolase
pospotriose isomerase
Dihidroksiaseton Pospat Gliseroldehid-3-fosfat
Pi
Gliseraldehid-3-phosphat
NAD+ dehidrogenase
NADH
1,3 diphosphogliserat
ADP Phosphogliserat kinase
Mg2+
ATP
3 Phosphogliserat
Phosphogliserat mutase
2 Phosphogliserat
enolase
H2O
Phosphoenol Piruvat
ADP Piruvat kinase
ATP Mg2+
Asam Piruvat
Gambar 5. Skema Glikolisis
Selanjutnya mengalami perubahan melalui pembentukan senyawa-senyawa
intermediate secara berturut-turut yaitu: Asam 3 fosfogliserat, asam 2 fosfogliserat,
fosfoenol piruvat dan asam piruvat. Pada perubahan asam 1,3 difosfogliserat menjadi
3 fosfogliserat dan dari fosfoenol piruvat menajdi asam piruvat dirangkaikan dengan
pembentukan ATP dari ADP dan Pi yang dilepaskan. Seluruh reaksi perubahan
glukosa sehingga terbentuk asam piruvat melibatkan berbagai enzim sesuai substrat
yang bereaksi. Seluruh rangkaian respirasi menghasilkan 2 molekul ATP dan 2
NADPH.
a. Dekarboksilasi Oksidatif Piruvat
Jalur ini merupakan jalur respirasi aerob dan asam piruvat masuk ke
mitokondria, kemudian diubah menjadi dua asetil-KoA. Reaksi ini disebut
dekarboksilasi oksidatif karena terjadi oksidasi dan kehilangan gugus karboksil
menjadi CO2.
Menurut Nurqonaah (2009), Dekarbosilasi adalah reaksi yang mengubah asam
piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom 2 C, yaitu asetil
koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) dan
sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO
ini berlangsung di intermembran mitokondria. Pertama-tama, molekul asam cuka
yang dihasilkan dari reaksi glikolisis akan melepaskan satu gugus karboksilnya yang
sudah teroksidasi sempurna dan mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk
molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi
menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat
transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A
(suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh
asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat
reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus
Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut (gambar 4). Selama reaksi transisi ini, satu
molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis
menghasilkan 2 molekul NADH.
Gambar 6. Dekarboksilasi Oksidatif
Reaksi Kimia : Piruvat + KoA + NAD+ asetil KoA + CO2 + NADH
D. Siklus Krebs
Siklus krebs juga dikenal dengan nama siklus asam trikarboksilat. Asetil-KoA
hasil dari dekarboksilasi oksidatif dengan reaksi kondensasi dengan oksaloasetat
dengan enzim sitrat sintetase menghasilkan asam sitrat (reaksi bersifat reversibel)
(Nurqalbi,2012).
Asam sitrat diubah menjadi isositrat dengan dibantu enzim akonitase
(reversibel). Kemudian isositrat diubah menjadi alfa-ketoglutarat dengan dikatalisis
enzim isositrat dehidrogenase dengan KoDH-ase NAD+ (bersifat reversibel). Produk
NADH memasuki transport elektron menghasilkan 3 ATP.
-ketoglutarat diubah menjadi suksinil-KoA dengan dikatalisis oleh enzim -
ketoglutarat dehidrogenase dengan KoDH-ase NAD+ (bersifat reversible). Hasil
NADH memasuki transport elektron menghasilkan 3 ATP.
Suksinil-KoA dikatalisis oleh enzim suksinat tiokinase menjadi asam suksinat
dengan menghasilkan 1 molekul GTP (setara dengan 1 ATP). Reaksinya bersifat
Reversibel.
Suksinat diubah menjadi fumarat dengan dikatalisis enzim suksinat
dehidrogenase dengan Ko-DH-ase FAD (bersifat reversibel). Produknya FADH2
masuk transport elektron dengan dihasilkan 2 mol ATP.
Fumarat diubah menjadi malat dikatalisis enzim fumerase (reversibel). Malat
diubah menjadi oksaloasetat dikatalisis malat dehidrogenase dengan Ko-DH-ase
NAD+ (reaksinya bersifat reversibel). Hasil NADH masuk transport elektron
menghasilkan 3 ATP.
E. Transpor Elektron dan Fosforilasi Oksidatif
Pada tahap glikolisis metabolisme asam piruvat dan siklus Krebs, terjadi 5 kali
reaksi dehidrogenase substrat dengan mereduksi NAD+ menjadi NADH dan satu kali
reaksi dehidrogenase terjadi dengan mereduksi FAD menjadi FADH. Substrat yang
teroksidasi (3-fosfogliseraldehida, asam piruvat, asam a-ketoglutarat, asam suksinat,
dan asam malat) mulai-mula akan bereaksi dengan NAD. Substrat akan melepaskan 2
elektron dan 2 ke NAD mengakibatkan NAD akan tereduksi menjadi NADH2.
NADH2 atau memindahkan 2 elektron dan 2 H+ ke FAD atau FMN yang
mengakibatkan FAD tereduksi menjadi FADH2 atau FMNH2 dan sebahagian
energinya digunakan untuk sintesa 1 molekul ATP dari ADP dan Pi. NADH + H+ +
ADP + Pi + ½ O2 NAD+H2O + ATP FADH2 atau FMNH2 selanjutnya
memindahkan 2 elektron dan 2 H+ ke suatu enzim yang mengandung besi (Fe) yang
terikat pada gugus SH. Hal ini mengakibatkan enzim tersebut tereduksi dan
menyebabkan Fe+++ (ferro) teroksidasi menjadi Fe++ (feri). Selanjutnya dari enzim
ini memindahkan 2 elektron dan 2 H+ ke ubiquinon (UQ).
Pada tahap terakhir dari rantai transfer elektron dalam rantai respirasi ini
melibatkan ion tembaga (Cu++) antara komponen Fe dengan sit a dan sit a3. Setiap
NADH2 dalam transpor elektron akan diproduksi 3 molekul ATP, sedang untuk setiap
molekul FADH2 hanya diproduksi 2 molekul ATP karena FADH2 masuk ke dalam
sistem angkutan setelah NADH2. pembawa elektron berikutnya. Demikian seterusnya
terjadi pemindahan elektron dan H+ ke pembawa elektron berikutnya dan secara
bergantian terjadi reduksi dan oksidasi sampai pada pembawa elektron terakhir dari
rantai respirasi.
Enzim dan pembawa elektron pada rantai respirasi terdiri dari beberapa
komponen yaitu lemak, protein strukturil, flavoprotein, ubiquinon, dan sitokrom.
Lemak dan protein strukturil dalam rantai respirasi baru jelas peranannya dalam rantai
transpor elektron, sedang sitokrom, ubiquinon, dan flavoprotein mengkatalisis irutan
tahap reaksi transfer elektron dalam rantai transpor elektron Ubiquinon disebut pula
koenzim Q (Ko-Q) merupakan senyawa seperti halnya plastoquinon yang terdapat
dalam khloroplas. Sitokrom merupakan suatu protein yang mengandung besi dalam
cincin porfirin. Sitokrom dalam rantai transfer elektron dibedakan atas sitokrom b,
sitokrom c, dan sitokrom oksidase yang terdiri dari sitokrom a dan sitokrom a3.
Transfer elektron dari ubiquinon ke sitokrom c dan dari sit a ke sit a3 terjadi
pembebasan energi yang selanjutnya digunakan untuk sintesa ATP. Pada sitokrom a3
elektron ditransfer ke O2 yang selanjutnya tereduksi menjadi air.
Daftar Pustaka
Adnan. 2012.Mitokondria.Universitas Negeri Makassar: Makassar
Nurqalbi, Rismayanti Nuni. 2012. Mitokondria, Kloroplas, dan Peroksisom. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung
Nurqonaah. 2009. Glikolisis dan Dekarboksilasi Oksidatif http://nourashane.multiply.com/journal/item/103/Glikolisis_dan_Dekarboksilasi_Oksidatif (15 Maret 2015)
Saefudin. 2011. Struktur dan fungsi sel. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung
Sheeler, P and D, E, Bianchi. 1983. Cell Biology Structure, Biochemistry, and Function. Second Edition. John Wiley & Sons Inc. USA.
Santosa, Slamet.2001. Biologi sel. Universitas Sebelas Maret: Surakarta
Poejiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta
Thorpe, N.O.1984. Cell Biology, John Willey, New York