MITHA KESTAN JADI

60
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan faktor alam yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata pencaharian pokok. Masalah-masalah tentang tanah tersebut erat kaitannya dengan sifat fisika dan sifat kimia tanah yang menentukan kesuburan tanah. Kesuburan suatu tanah sangat penting untuk diketahui untuk meningkatkan pertumbuhan tanah.. tanah mempunyai tiga kelompok karakteristik sifat, yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah dan biologi tanah. Ketiga sifat tanah tersebut saling melengakap atau berkaitan satu sama lain yang dapat meningkatkan kualitas tanah menjadi subur dan gembur. Namun sifat-sifat ini bisa berubah dengan adanya pengolahan tanah. Dengan pengolahan tanah ini strukturnya menjadi lebih baik sehingga akan membantu berfungsinya faktor pertumbuhan tanaman secara optimal. Sifat kimia yaitu pH tanah, kapasitas

description

kesuburan tanah

Transcript of MITHA KESTAN JADI

Page 1: MITHA KESTAN JADI

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan faktor alam yang sangat penting dalam pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan

yang penting, tanah sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya

peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai

perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai

menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai

mata pencaharian pokok. Masalah-masalah tentang tanah tersebut erat

kaitannya dengan sifat fisika dan sifat kimia tanah yang menentukan kesuburan

tanah.

Kesuburan suatu tanah sangat penting untuk diketahui untuk

meningkatkan pertumbuhan tanah.. tanah mempunyai tiga kelompok

karakteristik sifat, yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah dan biologi tanah.

Ketiga sifat tanah tersebut saling melengakap atau berkaitan satu sama lain

yang dapat meningkatkan kualitas tanah menjadi subur dan gembur. Namun

sifat-sifat ini bisa berubah dengan adanya pengolahan tanah. Dengan

pengolahan tanah ini strukturnya menjadi lebih baik sehingga akan membantu

berfungsinya faktor pertumbuhan tanaman secara optimal. Sifat kimia yaitu pH

tanah, kapasitas pertukaran kation, bahan organik juga merupakan bagian

penentu kesuburan suatu tanah. Peran mikrobia tanah juga mempengaruhi

kesuburan tanah sehingga pengamatan terhadap mikrobia dalam tanah juga

diperlukan.

Pemeliharaan dalam pengelolaan tanah diperlukan adanya kesuburan

tanah untuk menjaga ketersediaan hara pada tanaman. Kesuburan tanah

merupakan kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang

diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada dengan

mempertimbangkan ketersediaan hara tanaman. Makin tinggi ketersediaan

hara, maka tanah makin subur dan sebaliknya.

Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari tanah dan

seluk-beluknya baik dari segi sifat fisiknya maupun sifat kimianya. Dengan

1

Page 2: MITHA KESTAN JADI

2

mengetahui keadaan tanah yang sebenarnya, kita akan lebih mudah dalam

mengolah tanah sebagai lahan pertanian dan kita dapat melakukan tindakan

yang benar terhadap tanah itu agar dapat bermanfaat semaksimal mungkin

untuk kehidupan seluruh makhluk hidup.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dalam praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah

2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau

pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.

C. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dalam empat acara, yaitu:

Analisis Lengas Tanah, Analisis pH Tanah, Analisis Bahan Organik, Analisis

Kadar N,P, dan K pada Tanah yang dilaksanakan dilaksanakan pada hari

Senin tanggal 21 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB diLaboratorium Fisika

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Dan Praktikum Lapang

Penanaman Tanaman Kangkung pada hari Sabtu 17 November 2013 pukul

07.30 WIB di Jumantono.

Page 3: MITHA KESTAN JADI

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah Vertisol

Definisi nama tanah vertisol untuk jenis tanah liat berwarna kelam

hitam yang bersifat fisik berat ini diusulkan oleh Soil survey staff 

USDA. Vertisols berasal dari L. Vertere; verto; vertic atau pembalikan

adalah jenis tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman,

bertekstur liat dengan kandungan lempung lebih dari 30% pada horizon

permukaan sampai kedalaman 50 cm yang didominasi jenis

lempung montmorillonit sehingga dapat mengembang dan mengerut.

Pada musim kering tanah ini membentuk retakan yang dalam dan lebar,

sehingga sejumlah bahan yang ada di lapisan atas tanah dapat runtuh

masuk ke dalam retakan, akan menimbulkan pembalikan sebagian massa

tanah (invert). Jenis tanah ini dahulu dikenal dengan nama grumusol

yang diusulkan oleh Oakes dan Y. Thorp pada tahun 1950

(Hubble 2005).

Pembentukan Tanah vertisol umumnya terbentuk dari bahan

sedimen yang mengandung mineral smektite dalam jumlah tinggi, di

daerah datar, cekungan hingga berombak Bahan induknya terbatas pada

tanah bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang sudah

mengalami pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tuff, endapan

aluvial dan abu vulkanik. Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua

proses utama, pertama adalah proses terakumulasinya mineral 2:1

(smektite) dan kedua adalah proses mengembang dan mengerut yang

terjadi secara periodik hingga membentuk slickenside atau relief

mikro gilgai (Prasetyo 2007).

Karakteristik tanah vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan

kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah

hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0)

terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi vertisol menggambarkan

penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap,

pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa

3

Page 4: MITHA KESTAN JADI

4

yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim

tropis dan subtropis (Munir 2006).

Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan

pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua

tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah

tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah.

Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui

bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan

ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam

menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok

masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai

implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman.

Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar

pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Supriyo 2008).

Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu

terakumulasinya mineral liat 2 : 1 dan proses mengembang dan

mengkerut yang terjadi secara periodik, sehingga

membentukslinckenside atau relief mikro gilgai. Lebih lanjut dikatannya

bahwa ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis, tetapi kedap

air. Namun, saat kering tanah menjadi sangat keras dan masif, atau

membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan. Faktor penting

dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap

tahun, meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang

paling kering, tanah hanya paling basah tanah hanya kering selama

beberapa minggu setiap tahun (Ma’shum 2005).

B. Pupuk Urea dan Pupuk Kandang

Pupuk urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang.

Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk urea dengan kandungan N

hingga mencapai 46%. Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah

menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik

uap air dari udara. Oleh karena itu, urea mudah larut dalam air dan mudah

Page 5: MITHA KESTAN JADI

5

diserap oleh tanaman. Kalau diberikan ke tanah, pupuk ini akan mudah

berubah menjadi amoniak dan karbondioksida. Padahal kedua zat ini

berupa gas yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh

air dan mudah terbakar oleh sinar matahari

(Marsono dan Pinus Lingga 2008).

Pupuk kandang adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari

kotoran ternak, baik kotoran padat maupun campuran sisa makanan dan

air seni ternak. Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan sebagai

bahan baku pupuk kandang. Kotoran hewan seperti kambing, domba,

sapi, ayam merupakan kotoran yang paling sering digunakan untuk

dijadikan pupuk kandang (Hadisuwito 2012).

Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas

alam atau pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari

kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses

Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es

kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya,

amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk

menghasilkan urea dan air (Wikipedia 2013).

Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman.

Penggolongan pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang

digunakan, cara aplikasi, bentuk dan kandungan unsur haranya.

Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan

menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah

pupuk yang berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui proses

produksi dipabrik sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap

tanaman. Sementara itu, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari

bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini

akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat

fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk

majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur

Page 6: MITHA KESTAN JADI

6

dan mengandung unsur mikro. Jika dilihat dari bentuknya, pupuk organik

dibedakan menjadi dua, yakni pupuk organik padat dan cair

(Hadisuwito 2012).

C. Kesuburan Tanah (N, P, K, BO, KPK, pH, KL)

1. Kadar Lengas Tanah

Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya,

misalnya gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik

berasal dari tarikan antar partikel tanah dan meningkat sesuai dengan

peningkatan permukaan jenis partikel tanah dan kerapatan muatan

elektrostatik partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat

terlarut dalam air maka meningkat dengan semakin pekatnya larutan,

sedang gaya kapiler dibangkitkan oleh pori-pori tanah berkaitan

dengan tegangan permukaan. Jumlah ketiga gaya tersebut disebut

potensial lengas tanah atau tegangan lengas tanah, dan menjadi

ukuran kemampuan tanah melawan gaya grafitasi (Anonim1 2009).

Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air

(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan

kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume.

Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3

jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk

campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air

dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air

tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang

berada ditanah bagian dalam (Handayani 2009).

Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang

terikat oleh berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini

meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan

kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah

juga menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan.

Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan

air ketersediaan (Notohadiprabowo 2006).

Page 7: MITHA KESTAN JADI

7

2. pH tanah

pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau

keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah.

Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH-

maka suasana larutan tanah menjadi asam. Sebalikya bila konsentrasi

OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah

menjadi basa (Kertonegoro 2008)

Ada dua metode yang digunakan dalam pengukuran pH, yaitu

secara elektrometrik dengan menggunakan pH meter dan secara

volumetrik menggunakan indikator warna, kertas pH, pH stick

indikator dan kertas pH universal. Metode elektrometrik lebih akurat

dibanding dengan metode volumetrik, karena dengan metode

elektrometrik konsentrasi ion H+ larut dalam tanah diimbangi dengan

elektroda hidrogen beku atau elektroda yang mempunyai fungsi yang

sama (Buckman 2007).

Di samping itu peningkatan pH tanah tersebut erat kaitannya

dengan hasil dekomposisi bahan organik. Salah satu hasil

dekomposisi bahan organik tersebut adalah asam-asam organik,

diantaranya adalah asam humat dan asam fulvat. Menyimpulkan

bahwa asam humat dan asam fulvat dari hasil dekomposisi bahan

organik berperan sangat penting dalam mereduksi aktivitas

aluminium dalam tanah (Wahyudi 2009).

Walaupun pH tanah bukan merupakan sifat morfologi tanah,

tetapi pengukuran di lapang sering dilakukan dengan cara sederhana.

Pengukuran pH tanah dapat memberi keterangan tentang hal-hal

sebagai berikut, yaitu kebutuhan kapur, respon tanah, dan proses

kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah

yang pada umumnya berhubungan dengan reaksi tanah yang

menyatakan keadaan unsur basa dalam tanah. Tanah asam banyak

mengandung ion H+ yang dapat ditukar. Sedangkan, tanah alkali

kaya akan unsur-unsur basa yang dapat ditukar. Ukuran pH tanah

Page 8: MITHA KESTAN JADI

8

hanya merupakan ukuran intensitas keasaman tanah dan bukan

kapasitas jumlah unsur (Darmawijaya 2009).

3. Bahan Organik

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan

kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologis.

Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada

taranya. Sekitar setengah dari KPK berasal dari bahan organik, yang

merupakan sumber hara tanaman (Hakim 2006).

Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang

terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik

ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam

air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik

memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk

mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah

menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas

tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik

merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi.

Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara

berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat

sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun

intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat

digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat

kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi

karena proses pemasaman tanah, akumulasi garamgaram (salinisasi),

tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan

xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi

(Djajakirana 2007).

4. Nitrogen

Page 9: MITHA KESTAN JADI

9

Nitrogen didalam tanah berasal dari bahan organik, hasil

pengikatan nitrogen dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan.

Nitrogen yang dikandung di tanah pada umumnya rendah, sehingga

harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya

pada setiap awal penanaman. Selain rendah, Nitrogen di dalam tanah

mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari bentuk satu ke

bentuk yang lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2) dan

mudah hilang tercuci bersama air drainase (Anonim2 2011).

Sebagian besar senyawa kimia tumbuhan mengandung nitrogen.

Protein dan enzim tersusun atas asam amino yang mengandung

nitrogen. Kekurangan nitrogen memberikan gejala perubahan warna

daun–daun bawah menjadi kekuningan. Tanaman mengabsorpsi

nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3+), walaupun ternyata ammonium

(NH4+) dapat juga langsung diabsorpsi tanaman. Efisiensi relatif

absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh pH tanah (Hakim

2007).

5. Kalium

Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah

(feldspar, mika, vermikulit, biotit, dll) dan bahan organik sisa

tanaman. K dalam tanah mempunyai sifat yang mobile (mudah

bergerak) sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau

terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi

pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan cara

pemberian 2-3 kali dalam satu musim tanam (Anonim3 2010).

Kalium merupakan hara makro bagi tanaman dan dibutuhkan

dalam jumlah banyak setelah N dan P. Tidak seperti halnya N, P, S,

dan hara lainnya, kalium bukanlah bagian integral dari protoplasma,

pati, atau selulosa tanaman, tetapi merupakan agen katalis yang

berperan dalam proses metabolisme tanaman. Dalam proses ini

kalium berperan meningkatkan aktivasi enzim, mengurangi

kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, meningkatkan

Page 10: MITHA KESTAN JADI

10

produksi adenosine triphosphate (ATP), membantu translokasi

asimilat, meningkatkan serapan N dan sintesis protein

(Nugroho 2009).

Fungsi utama kalium adalah sebagai katalisator (pendorong dan

mempercepat reaksi–reaksi biokimia). Fungsi lainnya untuk

mengatur kegiatan fotosintesis, transpirasi, serta reaksi biokimia

dalam daun dan titik tumbuh. Kekurangan kalium dapat mengurangi

produksi buah. Unsur kalium (K) diserap oleh tanaman dalam bentuk

kation K+ (Mangoensoekarjo dan Tojib 2005).

6. Phospor

P tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia, potensial tersedia

dan segera tersedia. P segera tersedia adalah bentuk P anorganik di

larutan tanah. Bentuk yang potensial tersedia meliputi bentuk P

organik dan berupa bentuk P anorganik yang relatif tidak etrsedia

seperti bentuk P terendapkan (Al-P,Ca-P dan Mn-P) dan bentuk ini

cenderunng terakumulasi dalam keadaan stabil dan dalam keadaan

tertentu dapat menjadi tersedia seperti penggenangan pada tanah

sawah (Mukhlis 2007).

Fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur

pertumbuhan tanaman. Asam nukleat dan senyawa yang mengatur

pernapasan dan pematangan juga mengandung fosfor. Kekurangan

fosfor menghambat pertumbuhan tanaman. Unsur fosfor diserap oleh

tanaman dalam bentuk H2PO4- ( Mangoensoekarjo dan Tojib 2005).

Fosfor (P) dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik

yang berasal dari bahan organik dan mineral yang mengandung P

(apatit). Unsur P dalam tanah tidak bergerak (immobile), P terikat

oleh liat, bahan organik, serta oksida Fe dan Al pada tanah yang pH-

nya rendah (tanah masam dengan pH 4 – 5,5) dan oleh Ca pada

tanah yang pH-nya tinggi (tanah netral dan alkalin dengan pH 7-8)

(Anonim2 2011).

Page 11: MITHA KESTAN JADI

11

7. Kapasitas Pertukaran Kation

Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan

sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan

mempertukarkan kation. Kemampuan daya jerap unsur hara dari

suatu kolod tanah dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsure

hara yang terjerap dapat ditukar dengan barium (Ba+) atau

ammonium (NH4+), kemudian jumlah Ba atau NH4 yang terjerap ini

ditentukan kembali melalui penyulingan. Jumlah Ba atau NH4 yang

tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur ahara yang ditukar

pada koloid tanah (Hakim 2006).

Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah

kandungan klei, kandungan bahan organik dan pH tanah. Kapasitas

tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH

dapat berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang

sangat masam menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation

dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar

karena perkembangan muatan positif. Kapasitas tukar kation kaolinit

menjadi sangat berkurang karena perubahan pH  menjadi 5,5.

Kapasitas tukar kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7.

Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk

menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut.

Kapasitas tukar kation penting untuk meningkatkan kesuburan tanah

maupun untuk genesis tanah (Askari 2011).

KPK dipengaruhi oleh (1) kandungan lempung (2) tipe lempung

(3) kandungan bahan organik. Dan KPK sangat penting untuk

mengetahui : 1. Kesuburan tanah, 2. Aplikasi pupuk, 3. Pengambilan

hara, 4. Kualitas lingkungan (Anonim3 2009).

Pertukaran kation adalah pertukaran antara satu kation dalam

suatu larutan dan kation lain pada permukaan dari setiap permukaan

bahan yang aktif (Foth 2008).

Page 12: MITHA KESTAN JADI

12

D. Tanaman Kangkung (Ipomeae reptana)

Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-

kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-

tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Species : Ipomoea reptans (Candra 2011).

Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi

pertumbuhanya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat

mempertahankan kandungan air secara baik. Selama fase pertumbuhanya

tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis

kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet”

dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung

(Azmi 2007).

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih

dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang

dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah. Tanah Kangkung

darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan

organik, dan tidak mudah menggenang (becek). Pada tanah yang becek,

akar-akar tanaman dan batang kangkung darat akan mudah membusuk

atau mati. Syarat Tumbuh Iklim Kangkung mempunyai daya adaptasi

cukup luas terhadap kondisi iklim tropis dan dapat ditanam di berbagai

daerah atau wilayah di Indonesia. Kangkung dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi

(pegunungan) + 2000 mdpl, dan diutamakan lokasi lahanya terbagi atau

sinar matahari yang cukup (Rukmana 2008).

Page 13: MITHA KESTAN JADI

13

III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Analisis Laboratorium

1. Kadar Lengas Tanah

a. Alat

1) Botol timbang.

2) Oven.

3) Eksikator.

4) Timbangan

b. Bahan : contoh tanah kering angin (ctka) 0,5 mm.

c. Cara Kerja.

1) Menimbang botol timbang kosong (a)

2) Memasukkan ctka 0,5mm sebanyak 5gr dan memasukannya

kedalam botol.

3) Menimbang botol timbang dan contoh tanah (b).

4) Mengoven selama 4 jam pada suhu 105o C

5) Mendinginkan dalam eksikator lalu menimbang botol

timbang (c).

6) Menghitung kadar lengas tanah.

Kadar lengas tanah = (b−c )(c−a) x 100%

2. pH H2O Tanah

a. Alat

1) pH meter.

2) Flakon.

b. Bahan

1) Ctka Ø 0,5 mm sebanyak 6 gram.

2) Aquades.

c. Cara Kerja

1) Menimbang ctka 6 gram. Kemudian dimasukan kedalam

flakon.

2) Menambah 15cc aquades.

13

Page 14: MITHA KESTAN JADI

14

3) Mengocok hingga homogen selama 1 menit.

4) Lalu mendiamkannya selama 30 menit.

5) Setelah itu, ukur pH tanah dengan Ph meter.

3. N Total Tanah

a. Alat

1) Tabung kjeldahl

2) Gelas arloji

3) Tabung erlenmeyer

4) Labu destilasi.

b. Bahan

1) Ctka sebanyak 1 gram.

2) H2SO4 pekat.

3) Serbuk K2SO4dan CuSO4.

4) HCl 0,1 N.

5) Butir Zn

6) Aquadest.

7) H3BO3 1%.

8) Indikator methyl red.

c. Cara Kerja

1) Destruksi

a) Menimbang dengan gelas arloji bersih ctka diameter

0,5 mm 1 gram.

b) Memasukan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6

ml H2SO4 pekat.

c) Menambahkan campuran serbuk K2SO4dan CuSO4, 1

sendok kecil.

d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu

asap hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau

tidak berwarna.

Page 15: MITHA KESTAN JADI

15

2) Destilasi

a) Setelah larutan di proses destruksi dingn, tambahkan

aquades sebanyak 30 ml dan menuangkan ke dalam

tabung destilasi.

b) Setelah itu menambahkan dengan 2 utir Zn dan 10 ml

NaOh pekat.

c) Mengambil larutan penampung (H3BO3 1%) pada beker

glass atau erlenmeyer.

d) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung

40 ml.

3) Titrasi

a) Mengambil larutan penampung hasil destilasi 10 ml

dan melakukan titrasi pada larutan dalam beker glass,

dengan HCl 0,1 N sampai warna hampir hilang /kuning

bening.

b) Melakukan prosedur diatas untuk blanko.

N TotalTana h=(B−A) x N NaOH atau HCl x 14 x14 x 4

100100+KL

x Berat tanah(mg)

c) Menghitung nilai N total tanah.

4. P Tersedia Tanah

a. Alat.

1) Gelas ukur.

2) Tabung reaksi.

3) Corong.

4) Kertas saring whatman.

5) Tabung erlenmeyer.

6) Pipet.

7) Spektrofotometer.

b. Bahan

1) Ctka 0,5 mm.

Page 16: MITHA KESTAN JADI

16

2) Larutan bray ( 0,025 N HCl + NH4F 0,03 N ).

3) Amonium Molibdat.

4) Aquades

5) Larutan SnCl2.

6) Larutan standart P

c. Cara Kerja

1) Mengencerkan larutan standar P dilakukan oleh co-ass.

2) Menimbang 0,5 gram tanah kering angin kemudian

memasukkannya ke dalam flakon.

3) Menambahkan 7 ml larutan Bray I (0,025 N HCl + 0,03 N

NH4F), lalu menggojognya selama 1 menit.

4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih.

5) Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades.

6) Menambah 2 ml ammonium molybdat hingga homogen.

7) Menambah 1 ml SnCl2 dan menggojognya.

8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 660 nm.

ppmP= ppmlarutan tana h x 35100

100+KLx Berat tana h(g)

5. K Tersedia Tanah

a. Alat

1) Gelas ukur.

2) Tabung Reaksi.

3) Corong.

4) Flamefotometer.

5) Timbangan analitik.

b. Bahan

1) Ctka 0,5 mm 2,5 gr.

2) LiCl2 0,05 N.

3) Amonium asetat 1 N pH 7.

Page 17: MITHA KESTAN JADI

17

4) Aquades.

c. Cara Kerja

1) Menimbang contoh tanah 2,5 gram.

2) Menambah ammonium asetat 25 ml dan menggojog selama

30 menit.

3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml.

4) Menambah 5 ml LiCl2 dan menjadikan volume 50 ml

dengan aquades.

5) Menembak dengan flamefotometer.

K TersediaTana h=ppm k larutan tanah x

505

x50

100x100 %

100100+KL

x Berat tana h(mg)

6. Bahan Organik

a. Alat

1) Labu takar 50 ml.

2) Gelas ukur 25 ml.

3) Gelas piala 50 ml.

4) Pipet.

b. Bahan

1) Ctka 0,5 mm.

2) K2Cr2O7 1 N.

3) H2SO4 pekat.

4) Aquades.

5) Asam fosfat.

6) Indikator DPA.

7) FeSO4 0,5 N.

8) Larutan bening.

c. Cara Kerja

1) Menimbang ctka 0,5 mm dan 0,5 gram dan memasukkan

ke dalam labu takar.

2) Menambahkan 10 ml K2Cr2O7 1 N.

Page 18: MITHA KESTAN JADI

18

3) Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 ml

H2SO4 pekat, apabila muncul warna kehijauan,

tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat dengan

volume diketahui (melakukan dengan cara yang sama

terhadap blangko).

4) Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1

menit lalu mendinginkannya selama 30 menit.

5) Menambahkan asam fosfat 85% dan aquadest hingga

volume 50 ml. Menggojog sampai homogen. Die

endapkan.

6) Mengambil 5ml larutan bening dan menambahkan 15ml

aquades serta 2 tetes indikator DPA dan digojog.

7) Menitrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga berubah warna.

Kadar C=(B−A ) Xn FeS O 4 x 3

100100+KL

x Berat tanah (mg)x10 x

10077

x 100 %

Kadar Ba h an Organik=10058

xkadar C

7. Kapasitas Tukar Kation

b. Alat

1) Tabung Erlenmeyer.

2) Alat Penggojog.

3) Kertas Saring.

4) Corong.

5) Labu Titrasi.

6) Labu Destilasi.

c. Bahan

1) Ctka Ø 0,5 mm

2) Amonium asetat

3) Alkohol

4) NaCl 10%

5) Aquades

Page 19: MITHA KESTAN JADI

19

6) Asam borat 2%

7) HCL 0,1 N

d. Cara Kerja

1) Menimbang ctka 0,5 mm 10 gram kemudian dimasukkan

dalam tabung erlenmeyer.

2) Menambahkan amonium asetat sebanyak 20 ml, kemudian

gojog selama 10 menit.

3) Setelah tu mencuci dengan amonium acetat 8 kali, filtrat

disimpan untuk analisis K.

4) Setelah itu mencuci dengan alkohol 10ml sebanyak 5 kali.

Dan filtrat dibuang.

5) Mencuci dengan NaCl 10% sebanyak 10ml, 8 kali.

6) Setelah itu masukkan filtrat ke labu destilasi.

7) Encerkan dengan aquades sampai150cc.

8) Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc Asam borat 2

% dan menambah indikator campuran sebanyak 2tetes.

9) Menunggu hasil destilasi sampai 40 ml.

10) Hasil destilasi di titrasi dengan hcl 0,1 N sampai warna

kehijauan.

11) Mencatat jumlah HCL (ml/cc) yang digunakan untuk titrasi.

KPK= cc HCL xnHCLBerat tanah(mg)

x 100 cmol¿

Page 20: MITHA KESTAN JADI

20

B. Analisis Praktikum Lapang

a. Alat

1) Cangkul

2) Cathok

3) Patok

4) Rafia

5) Papan nama

b. Bahan

1) Lahan persemaian

2) Benih kangkung

3) Pupuk kandang

4) Pupuk urea

c. Cara Kerja

1) Persiapan :

a. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul

tanah pada kedalaman olah, kemudian

menggemburkan dan meratakan serta dibersihkan

dari sisa-sisa tanaman pengganggu.

b. Pemberian pupuk urea pada petak patah yang telah

disediakan.

c. Menanam biji kangkung dengan jarak tanam

20 x 20 cm.

d. Mengamati tinggi tanaman setiap minggu sekali

2) Pemeliharaan

a. Setelah tanaman berumur 30 hari (1 bulan)

dilakukan pemanenan

b. Ambil seluruh bagian tanaman, dibersihkan

kemudian ditimbang sebagai brangkasan tanaman.

Page 21: MITHA KESTAN JADI

21

IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL PRAKTIKUM

A. Kadar Lengas

1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Pengamatan Lengas Tanah

a (gr) b (gr) c (gr)Ulangan 1 55,62 60,60 60,38

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 1.2 Tabel Rekapan Kelompok Lain Pengamatan Lengas Tanah

Jenis Tanah KelompokKadar Lengas

(%)Rata – Rata Kadar

Lengas (%)

Andisol1 37,8 %

30,935 24,06 %

Alfisol2 38,3 %

34,236 30,16 %

Entisol3 7,07 %

5,497 3,9 %

Vertisol4 4,6 %

4,38 4 %

Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan

a = 55,62 b = 60,60 c = 60,38

Kadar lengas tanah = (b−c )(c−a)

x 100%

= 60,60−60,3860,38−55,62

x 100%

= 0,224,76

x 100%

= 4,6%

B. pH H 2O Tanah

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Pengamatan pH tanah Vertisol

pH H2O Pengharkatan

Ulangan 1 6,1 Asam

Sumber : Laporan Sementara

Page 22: MITHA KESTAN JADI

22

Tabel 2.2 Rekapan kelompok lain

Jenis Tanah Kelompok pH meterRata – Rata

PhHarkat

Andisol1 6,36

6,28 Asam5 6,2

Alfisol2 5,7

5,4 Asam6 5,1

Entisol3 6,1

6,22 Asam7 6,33

Vertisol4 6,1

6,05 Asam8 6

Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara

C. N Total Tanah

1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan N Total Tanah

Jenis Tanah KelompokN total tanah

(%)

Rata – Rata N total tanah

(%)Harkat

Andisol1 0,21

0,23 Sedang5 0,25

Alfisol2 0,85

0,53 Tinggi6 0,2

Entisol3 0,14

0,15 Rendah7 0,16

Vertisol4 0,03

0,72 Tinggi8 1,4

Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara

2. Analisis Hasil PengamatanA = 0,2 B = 0 KL = 4,6

N total tanah=( A−B) x NHCl x 14 x

100100+KLtanah

xberat tanah(mg )x 100%

N total tanah=(0,2 - 0 ) x 0,1 x 14

100100+4,6 %

x1000x100%

3.N total tanah=

0 , 28960

x100 %

21

Page 23: MITHA KESTAN JADI

23

D. P Tersedia Tanah

1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Perbandingan P Tersedia Tanah

Jenis Tanah KelompokP total tanah

(ppm)

Rata – Rata P total tanah

(ppm)Harkat

Andisol1 4,95

12,07 Rendah5 19,19

Alfisol2 0,37

1,64Sangat Rendah6 2,9

Entisol3 11,55

11,96 Rendah7 12,37

Vertisol4 0,03

21,89 Sedang8 43,75

Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan

Tabel 4.2 Hasil Penembakan P

X Y0 0

0,1 0,0380,2 0,0810,4 0,1530,6 0,2340,8 0,3161 0,389

Sumber : Laporan Sementara

Y = 2,558(x) + 0,0000

= 2,558 x 0,010 + 0,000

= 0,02558

ppmP = y x pengenceran

= 0,02558 x 1

= 0,02558

(x,y) = (0,010;0,02558)

N total tanah=0 , 03%

Page 24: MITHA KESTAN JADI

24

Grafik 4.1 Penembakan P

E. K Tersedia Tanah

1. H

asil Pengamatan

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan K Tersedia Tanah

Jenis Tanah KelompokK tersedia

tanah (ppm%)

Rata – Rata K tersedia

tanah (ppm)Harkat

Andisol1 19,3

26,53 Rendah5 33,75

Alfisol2 1,68

1,43Sangat Rendah6 1,17

Entisol3 1,1

0,65 Rendah7 0,09

Vertisol4 0,08

0,99 Sedang8 1,9

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 5.2 Hasil Penembakan K

X Y0 0

0,25 0,200,5 0,380,75 0,62

1 0,77

Sumber : Laporan Sementara

-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

(0,01; 0,02558)

y

Page 25: MITHA KESTAN JADI

25

Grafik 5.1 Penembakan K

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

0.321000000000001

Y

Y

Sumber : Laporan Sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan

K Tersedia Tanah¿ppp KLarutanTanah x

505

x50

100100

100+KLBerat Tanah(mg)

x100 %

¿64,2x

505

x50100

100100+4,6

x10x100%

= 0,8 %

F. Bahan Organik

1. Hasil Pengamatan

Tabel 6.1 Perbandingan Bahan Organik

Jenis Tanah Kelompok C organik (%)

Bahan Organik (%)

Harkat

Andisol1 1,6 2

Rendah5 0,97 1,67

Alfisol2 10,8 18,6

Sangat tinggi6 1,01 1,75

Entisol 3 0,83 1,44 Sangat tinggi

Page 26: MITHA KESTAN JADI

26

7 3,25 5,6

Vertisol4 0,2 0,34

Sangat rendah8 1,95 0,13

Sumber: Data Rekapan Laporan Sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan

a. Kadar C-organik (%)

Kadar C=(B−A ) XnFeS O4 x3

100100+KL

x Berat tanah(mg)x10 x

10077

x 100 %

Corganik=0,05 x0,5 x 3

0,96 x500x1,29

Corganik=0,2 % (Sangat Rendah)

b. Bahan Organik

Kadar BO=10058

x Kadar Corganik

BO=10058

x0,2

B

BO=0,34 (Rendah)

G. Kapasitas Pertukaran Kation

1. Hasil Pengamatan

Tabel 7.1 Perbandingan Kapasitas Pertukaran kation

Jenis Tanah KelompokK total tanah (mc/100 g)

Harkat

Andisol1 15,3 Rendah5 16

Alfisol2 2,1 Sedang6 33

Entisol3 13 Rendah7 2,56

Vertisol4 0,02 Rendah

8 25

Page 27: MITHA KESTAN JADI

27

Sumber : Laporan Sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan

KPK ¿cc HCL x N HCL

berat tanahx 100 cmol¿

¿18 X 0,1

10x100 cmol¿¿

= 0,02 dmol(+)/k

H. Tanaman Kangkung

1. Hasil Pengamatan

Tabel 8.1 hasil Pengamatan Tanaman Kangkung

Sampel Minggu ke1 2 3 4

1 6,5 15 26 41,52 6,5 14 17,8 34,53 6,5 12,2 22 39,54 6,5 15,3 23,5 415 6,5 12,1 23,7 39,5

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 8.2 hasil Pengamatan Tanaman Kangkung

Kelompok Perlakuan Berat1 K01 6,44 kg2 K02 5695 gr3 U10 1033 gr4 U10 593 gr5 K11 80,12 gr6 K12 7,2 kg7 U11 3,406 kg8 U12 1,56 kg9 3,17210 4,6 kg11 4,253

Sumber : Data Rekapan

Page 28: MITHA KESTAN JADI

28

V. PEMBAHASAN

A. Kadar Lengas

Pada tanah terkandung mineral, bahan organik dan pori-pori yang

berisi udara dan air. Fase cair dalam tanah berupa air yang mengisi

didalam rongga-rongga tanah yang disebut sebagai pori-pori tanah,

mempunyai peranan penting. Peran air dalam tanah atau yang disebut

sebagai lengas tanah mempunyai hubungan dengan kation, dekomposisi

bahan organik, serta kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Dengan

kata lain kelengasan tanah adalah keadaan yang menunjukkan volume

air (cairan) yang tertahan di dalam pori-pori sistem tanah sebagai akibat

adanya gaya tarik-menarik antara massa air dengan tanah (adhesi),

maupun dengan sesama massa air (kohesi). Maka dari itu lengas tanah

juga disebut soil moisture. Lengas tanah perlu diketahui keadaannya

untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu di tetapkan keadaan air

tanah antara lain kadar air total, kapasitas lapang, dan titik layu

permanen.

Vertisol memiliki kadar lengas paling besar, hal ini disebabkan

karena tanah vertisol memiliki tekstur halus yaitu berupa lempung

dengan kandungan lempung > 50% sehingga permukaan porinya lebih

luas. Permeabilitasnya rendah dan agregasinya juga lemah. Hal inilah

yang menyebabkan tanah vertisol memiliki kemampuan mengikat air

yang tinggi. Kandungan lempung yang cukup besar menyebabkan tanah

vertisol memiliki daya simpan tanah terhadap air tinggi, begitu juga

bahan induk tanah vertisol adalah gamping sehingga daya rambat airnya

Page 29: MITHA KESTAN JADI

29

tinggi. Oleh karena kadar lengas yang tinggi ini, tanah vertisol memiliki

potensi pertanian yang cukup baik.

Kadar lengas dari tanah vertisol kelompok 4 sebesar 3,9

%.Kandungan bahan organik antara 1,5 sampai 4%. Jenis lempung

yang terbanyak montmorilonit, sehingga mempunyai daya adsorbsi

tinggi, Oleh karena jenis tanah ini mempunyai daya adsorbsi tinggi

maka ketika disiram air pada tanah ini air tidak langsung merembes tapi

sebagian tersimpan dalam pori tanah. Kadar lengas tanah terbesar

didapat kelompok 2 dengan tanah alfisol dan kadar lengas sebesar

38,3 % dan tanah andisol pada kelompok 1 dengan kadar lengas tanah

sebesar 37,8 %. Hal ini menunjukkan tanah jenis alfisol dan andisol

memiliki kadar air yang tidak begitu tinggi dan tidak begitu rendah.

Urutan kadar lengas dari yang terbesar ke terkecil yaitu alfisol, andisol,

entisol dan vertisol.

Tanah alfisol memiliki kadar Fe yang tinggi dan bahan organik

yang rendah sehingga berwarna merah mengkilat, bereaksi alkalis,

bertekstur geluh dan mengandung konkresi Ca dan Fe. Biasanya bahan

induk tanah Alfisol ini kaya akan kapur dan mengandung konkresi

kapur dan besi, sehingga diduga tempat terbentuknya dalam keadaan

arid dan semi arid dengan sifat semihumid. Sehingga tingkat

permeabilitasnya tinggi ciri tanah ini mudah diolah, permeabel, dan

memiliki kadar air yang cukup tinggi dan jenis tanah Alfisol ini

memiliki kandungan debu dan lempung yang dapat menahan dan

menyimpan air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas adalah pengaruh

temperatur terhadap sifat-sifat tanah lebih kecil dibandingkan curah

hujan (lengas), karena sebagian energi digunakan untuk evaporasi dan

transpirasi. Jadi pengaruh temperatur berpengaruh terhadap kegiatan

perombakan bahan organik serta laju reaksi pelapukan kimia. Iklim

merupakan faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah. Curah hujan

dan temperatur merupakan iklim yang berpengaruh pada kandungan

28

Page 30: MITHA KESTAN JADI

30

kadar lengas tanah. Faktor topografi berpengaruh pada kandungan

lengas tanah dalam mempercepat kehilangan lengas atau sebaliknya,

yaitu mengawetkannya.

B. pH H2O Tanah

pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang

diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam

mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7

hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara

0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat

basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air

murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.

pH tanah rendah memungkinkan terjadinya hambatan terhadap

pertumbuhan mikroorganisme yang bermanfaat bagi proses mineralisasi

unsur hara seperti N dan P dan mikroorganisme yang berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme tanah lain yang bermanfaat

bagi tanaman, yang dapat terpengaruh pertumbuhannya bila berada

pada suasana asam adalah mikoriza. Mikoriza adalah jamur yang dapat

melarutkan fosfor organik menjadi fosfor inorganik yang tersedia bagi

tanaman. Sebaliknya bila tanah bersuasana basa (pH>7.0) biasanya

tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi

terhadap fosfat dan tanaman makanan ternak pada basa seringkali

mengalami defisiasi P.

Tanah andisol pada kelompok 1 sampai 8 berharkat asam semua.

Dengan nilai pH tertinggi 6,36 pada kelompok 1 dengan tanah andisol.

Tanah yang paling rendah kandungan asamnya yaitu tanah alfisol pada

kelompok 6 dengan kandungan Ph 5,1. Hasil dari praktikum ini

menunjukan bahwa ph tanah dari yang terkecil sampai ke besar yaitu

tanah alfisol, vertisol, entisol dan andisol. Ph tanah antara jenis tanah

berbeda karena bahan organik atau unsur-unsur yang terkandung

didalam tanah juga berbeda. Tetapi rata-rata tanah memiliki ph tanah

dibawah batas normal atau lebih cenderung asam.

Page 31: MITHA KESTAN JADI

31

pH tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara.

Pada pH masam unsur hara yang tersedia sangat sedikit sehingga

menyebabkan tanaman kurang subur. Pertumbuhan tanaman dapat

stabil apabila pH tanahnya netral atau 6,5-7. Tanah yang terlalu masam

atau basa dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Selain pH

tanah, keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain: kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan

induk, keadaan tanaman yang hidup diatasnya, dan laju pencucian oleh

air hujan.

Tanah vertisol pada kelompok 4 termasuk masam karena

kandungan Ph sebesar 6,1. Hal ini karena tanah ini mempunyai

kandungan bahan organic yang rendah. Walaupun hampir semua tanah

dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis

dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah.

Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui

bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan

ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam

menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok

masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai

implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman.

Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar

pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air.

C. N Total Tanah

Nitrogen merupakan zat lemas sebagai unsur penting bagi

tanaman khususnya dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-

bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Semakin tinggi

kadar nitrogen dalam larutan tanah maka semakin cepat pula sintesis

karbohidrat yang terjadi. Sebagian besar nitrogen dalam tanah

didapatkan dalam bentuk organik. Secara relatif hanya sebagian kecil

dari nitrogen tanah terdapat dalam bentuk amonium dan nitrat yang

merupakan bentuk nitrogen yang tersedia bagi tanaman. Dalam

Page 32: MITHA KESTAN JADI

32

penetapan N total dengan metode Kjehdahl, nitrogen diubah dalam

bentuk amonium, pada destruksi dengan asam sulfat pekat yang

mengandung katalis dan zat-zat kimia lainnya yang dapat meningkatkan

suhu pada waktu-waktu destruksi. Kemudian amonium ditetapkan dari

jumlah amoniak yang dibebaskan pada penyulingan destrat.

Pengujian kadar N Total pada tanah menggunakan metode

Kjeldahl yang melalui tiga tahapah yaitu tahap destruksi, destilasi dan

titrasi. Hasil pengamatan yang diperoleh bahwa nilai N total tanah yang

terkandung dalam sampel tanah vertisol adalah senilai 0,03% yang

menunjukkan kandungan unsur N dalam tanah tersebut sangat rendah,

Kandungan N total tanah rendah karena dipengaruhi kadar air yang

lebih rendah dan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur

kasar dan hasil ini juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik pada jenis

tanah vertisol yang rendah.

Pada kelompok 8 dengan tanah alfisol diperoleh kadar N total

tanah sangat tinggi yaitu sebesar 1,4 % dan diikuti oleh kelompok 2

dengan kadar N total tanah sebesar 0,85 %. Hal ini berbanding terbalik

dengan kadar N total tanah pada kelompok 4 yaitu 0,03% dengan tanah

vertisol dan diikuti oleh kelompok 6 yaitu sebesar 0,2% yang termasuk

berharkat sangat rendah. Namun ada perbedaan yang mencolok antara

kedua tanah vertisol milik kelompok 4 dan 8. Pada kelompok ini

berbanding terbalik kadar N total pada tanah, sedangkan jenis tanah

mereka sama.

D. P Tersedia Tanah

Pengujian P tersedia tanah yang terkandung dalam sampel tanah

vertisol adalah sebesar 0,03% menunjukkan kandungan unsur P dalam

tanah vertisol kisaran harkat rendah. Analisis K tersedia tanah

memberikan hasil nilai yaitu sebesar 0,08%. Hasil ini mengindikasikan

bahwa tanah tersebut cukup banyak unsur K yang berarti bahwa dalam

masa pertanaman pada tanah tersebut tidak perlu dilakukan

penambahan pupuk K kepadanya.

Page 33: MITHA KESTAN JADI

33

Secara umum fosfor di dalam tanah digolongkan dalam dua

bentuk, yaitu: bentuk organik dan anorganik. Sebagian besar senyawa

fosfor anorganik adalah senyawa kalsium, senyawa besi, dan

alumunium, sementara kelompok senyawa organik ialah fitin dan

derivatnya, asam nukleat dan fosfolipida. Bentuk fosfor organik ini

dapat meliputi 3% hingga 75% dari total fofor tanah. Jumlah kedua

bentuk ini disebut dengan P-total. Bentuk yang tersedia bagi tanaman

dalam jumlah yang dapat diambil oleh tanaman hanya merupakan

sebagian kecil dari jumlah yang adadalam tanah.

Pada kelompok 4 dan 8 terlihat lagi perbandingan yang mencolok

pada kedua kelompok ini. Yaitu kadar P tersedia dalam tanah yang

berbanding terbalik. Pada kelompok 4 dengan kadar P tersedia tanah

sebear 0,03 % dan berharkat sangat rendah. Sedangkan kelompok 8

dengan tanah vertisol juga, kandungan kadar P tersedia tanah sangat

tinggi yaitu sebesar 43,75%. Secara berurutan dapat diperleh urutan

bahwa kadar P tersedia dalam tanah mulai dari tinggi ke rendah dimulai

dari tanah alfisol, andisol, entisol dan vertisol.

E. K Tersedia Tanah

Kalium merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium

mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K +. Kalium

tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam srl, dalam

jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak

terdapat dalam sitoplasma;garam kalium berperan dalam tekanan

osmose sel. Unsur hara K ini terdapat pada pupuk KCl, NPK,

kandungan K2O adalah 52%-53%. K total yang terkandung dalam

berbagai jenis tanah berbeda – beda.

Unsur K sangat lincah dalam tubuh tanaman, mudah dipindahkan

dari daun tua ke bagian titik tumbuh. Gejala kekahatan:

klorosis/nekrosis ujung dan tepi daun, dimulai dari daun tua atau bagian

bawah tanaman (jika disebabkan kegaraman, maka gejala tepi terbakar

dimulai pada daun muda), pada legum: muncul becak putih atau

Page 34: MITHA KESTAN JADI

34

nekrosis pada tepi daun, sering jumbuh dengan bekas gigitan serangga,

tanaman rebah, tidak tahan kekeringan, rentan terhadap serangan

penyakit dan serangga.

Pada umumnya sebenarnya kandungan K total yang terkandung

pada tanah adalah rendah. Hal ini sama dengan teori dari menunjukan

tanah-tanah di daerah tropis basah termasuk Indonesia mempunyai

kandungan K yang rendah. Kalium tanah berasal dari dekomposisi

mineral primer, yang ketersediaannya kecil. Kalium mempunyai valensi

satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur yang

mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun

dalam xylem atau floem. Umumnya bila penyerapan K tinggi

menyebabkan penyerapan unsur Ca, Na, Mg turun.

Perbandingan kadar N, P, dan K dengan kelompok lain yang

satu jenis tanah fertisol, pada kadar N antara kelompok satu dengan

kelompok lain tidak berbeda jauh, namun bila dibandingkan dengan

kelompok satu sangat berbeda hal ini terjadi mungkin karena ketidak

tepatan dalam pengukuran berat tanah yang akan dianalisis. Hal lain

yang dapat menyebabkan perbedaan adalah kurang homogennya

pencampuran tanah yang diambil untuk di jadikan sampel, sebab

pengambilan tanah untuk sampel analisis itu juga bukan sembarangan

mengambil tanah saja.

Kadar Nitrogen, Phosphor dan Kalium dalam tanah digunakan

sebagai indikator kesuburan tanah yang mempengaruhi kualitas tanah

dan tanaman yang ditanam pada tanah tersebut. Meskipun demikian

unsur-unsur tersebut tidak semuanya dapat disediakan oleh tanah secara

optimal, jika kekurangan unsur-unsur tersebut biasanya petani

melakukan pemupukan pada tanah dan tanaman. Nitrogen di dalam

tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N dari udara oleh

mikroba, pupuk dan air hujan. Unsur nitrogen ini salah satu yang

mempunyai jumlah sedikit atau kandungannya rendah dalam tanah

sehingga perlu ditambahkan pupuk pada setiap awal pertanaman. Unsur

Page 35: MITHA KESTAN JADI

35

nitrogen juga bersifat dinamis, yaitu mudah berubah dari suatu bentuk

menjadi bentuk yang lain serta mudah tercuci dan hilang bersama air

drainase.

F. Bahan Organik

Perubahan warna larutan dan tanah menjadi jingga setelah

ditambah dengan K2Cr2O7 adalah menandakan bahwa tanah sudah

teroksidasi. Indikator DPA berguna untuk mengetahui adanya bahan

organik disebabkan DPA adalah larutan aktif dalam larutan asam lemah

dan berfungsi untuk menaikkan kadar asam. Sehingga didaptkan bahwa

indikator ini tidak dapat bekerja jika tidak dalam kondisi asam sehingga

digunakan H2SO4 untuk membuat suasana menjadi asam dan bereaksi

sedang, serta penggunaan H3PO4 berguna untuk menghilangkan sisa-

sisa oksidasi dari larutan yang terjadi. Setelah itu dilakukan titras

dengan FeSO4 0,5 N pada On (Onsen) sampai berwarna hijau muda.

Sesuai dengan analisis diatas didapatkan bahwa bahan organik untuk

tanah ini sebesar 0,34%. Hal ini berarti pengharkatan tanah ini cukup

tinggi yang ditunjukkan pada sifat warna tanah yang merah. Bahan

organik merupakan faktor penting dalam perhitungan kimia dan fisika

tanah. Apabila tanah berwarna hitam pada lapisan tanah diindikasikan

sebagai tanah yang memiliki bahan organik tinggi. Apabila bahan

organik tinggi, maka mempertinggi penyerapan unsur hara, air dan

kation.

Bahan organik tanah adalah akumulasi bahan tanaman yang

telah mati dan sisa-sisa binatang terombak adanya aktivitas mikrobia.

Bahan organik memiliki arti penting bagi tanah yaitu sebagai perekat,

juga dapat memperbaiki pengikatan lengas pada tanah pasiran, menjadi

sumber unsur hara bagi tanaman, meningkatkan KPK, memantapkan

agregat / memperbaiki struktur dan juga meningkatkan permeabilitas

tanah.

Pada kelompok 4 dengan tanah vertisol diperoleh bahan organik

dalam tanah sebesar 0,2% yang tergolong sangat rendah. Hal ini juga

Page 36: MITHA KESTAN JADI

36

diikuti kelompok 8 dengan jenis tanah yang sama dan bahan organik

sebesar 1,95%. Namun pada kelompok 2,6,3,7 terdapat perbedaan

mencolok juga. Pada kelompok mereka terdapat hasil yang berbanding

terbalik meskipun jenis tanah mereka sama. Yaitu pada kelompok 2 dan

6 dengan jenis tanah alfisol. Pada kelompok 2 kandungan bahan

organik 18,6 % yang tergolong berharkat sangat tinggi. Sedangakan

kelompok 6 dengan jenis tanah yang sama kadar bahan organik nya

hanya sebesar 1,01 % yang tergolong rendah. Begitu juga pada

kelompok 3 dan 7. Perbandingan kadar bahan organik mereka juga

berbeda. Pada kelompok 3 kadar bahan organik sebesar 0,83 yang

tergolong rendah. Dan pada kelompok 7 kadar bahan organik sebesar

3,25 yang berharkat sangat tinggi. Pada praktikum diatas dapat ditarik

urutan kadar bahan organik dari tinggi kerendah yaitu tanah alfisol,

entisol, andisol dan vertisol.

G. Kapasitas Pertukaran Kation

Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange

Capacity (CEC) merupakan kapasitas tanah untuk menjerap atau

menukar kation. Biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah

atau me %, tetapi sekarang diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles

of charge per kilogram of dry soil). Nilai KPK tanah bervariasi

bergantung kepada tipe and jumlah koloid di dalam tanah.

Dari hasil percobaan, didapatkan hasil KPK sebesar 0,02 cmol

(+)/kg tanah. Maka, tanah jenis vertisol ini termasuk tanah yang

mempunyai KPK sangat rendah. Dari keseluruhan data hasil

pengamatan menunjukkan adanya perbedaan besarnya KPK pada setiap

kelompok. Penyebabnya adalah contoh tanah yang digunakan sebagai

bahan pengamatan untuk masing – masing kelompok berbeda. Dari

keseluruhan kelompok, KPK yang dimilki mempunyai harkat sedang,

dan tinggi. Dikatakan sedang jika KPK sebesar 17-24 cmol(+)/kg tanah

dan dikatakan tinggi bila KPK sebesar 25-40 cmol(+)/kg tanah.

Page 37: MITHA KESTAN JADI

37

Suatu tanah yang mengandung KPK tinggi memerlukan

pemupukan kation tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia

bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang

tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terjerap. Sebaliknya pada

tanah-tanah yang ber KPK rendah, pemberian kation tertentu tidak

boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah

berlebihan. Pemupukan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber

KPK rendah adalah tidak efisien.

H. Percobaan Penanaman Dilapangan

Pupuk adalah substansi atau bahan yang mengandung satu atau

lebih zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Pupuk memang sengaja dibuat mengandung bahan-bahan yang

mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut

pengertian ini, bahan yang walaupun mengandung zat yang dibutuhkan

tanaman tetapi tidak dibuat dengan sengaja untuk memberikan nutirisi

kepada tanaman tidak bisa dikatagorikan sebagai pupuk. Pemupukan perlu

dilakukan untuk menyediakan unsur hara yang tidak tersedia di dalam

tanah. Pada pengamatan tinggi kangkung diambil 5 sampel secara acak.

Dari semua perlakuan, tinggi tanaman dengan pemberian pupuk

urea memiliki rata-rata tinggi tanaman paling tinggi dari perlakuan lain.

Sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah adalah pemberian pupuk urea

dosis 100 Kg/Ha. Hal ini dapat terjadi karena dosis urea yang diberikan

terlalu tinggi sehingga menyebabkan unsur lain tidak tersedia dan struktur

tanah terganggu sehingga tanaman tidak tumbuh dengan optimal.

Pada praktikum lapang tanaman kangkung di Jumantono,

kelompok 4 melakukan penanaman kangkung tanpa diberikan perlakuan.

Pada sepetak lahan ditanami masing – masing sebanyak 70 lubang tanam

dan ditanami sebanyak 2 benih per lubang tanam. Dengan jarak tanam

10cm. Setelah tanaman diamati selama 1 bulan, tanaman kangkung

dipanen dan ditimbang brangkasan segarnya. Berat brangkasan

kangkungnya sebesar 593 gram. Tumbuhan kangkung tanpa perlakuan

Page 38: MITHA KESTAN JADI

38

memang tidak terlalu subur seperti kelompok 1 yang disertai dengan

perlakuan penggunaan pupuk. Tumbuhan kangkung pada kelompok yang

diberi pupuk tanaman kangkungnya dapat tumbuh dengan baik, karea

kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pratikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan yang telah dilakukan ini

dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Analisis kimia seluruh tanaman atau bagian-bagian tanaman tertentu

dapat dilakukan dengan cara menghitung dan menganalisis kadar lengas

tanah, pH tanah, N total tanah, P tersedia tanah, K tersedia tanah, bahan

organik tanah dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK).

2. Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki bahan organik, pH yang

tinggi, dan memiliki unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman.

3. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya tanah dengan tingkat kesuburan serta

pemenuhan unsur hara yang diperlukan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum kesuburan

tanah dan pemupukan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya dalam melakukan praktikum di laboratorium maupun di

lapangan sebaiknya semua anggota kelompok ikut andil dalam jalannya

praktikum sehingga semua anggota kelompok dapat mengetahui cara

yang tepat dalam praktikum.

2. Sebaiknya praktikan mampu memahami tahap-tahap atau cara kerja

analisis laboratorium yang sudah dilaksanakan.

Page 39: MITHA KESTAN JADI

39

3. Sebaiknya praktikan selalu memperhatikan penjelasan dari co ass agar

dalam pelaksanaan praktikum tidak kebingungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1 2009. Fisika Tanah. http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 9 November. 2012

Anonim2 2011. Petunjuk Pelaksanaan Analisis Fisika dan Kimia Tanah. UNS. Surakarta.

Anonim3 2010. Buku Petunjuk Praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Tanah FP UGM. Yogyakarta.

Anonim4 2008. Pupuk Kandang http://distan.riau.go.id . Diunduh pada tanggal 13 November 2013 pukul 2.02 WIB.

Armanto 2007. Karakter Sifat – Sifat Tanah yang Diusahakan Sebagai Kebun Tebu, Hutan dan Lahan Alang – Alang. Jurnal Tanah Tropika No. 12 :107 - 115

Azmi C 2007. Menanam Bayam & Kangkung.Dinamika Pratama : Jakarta.

Buckman 2007. The Nature and Properties of Soil (terjemahan Soegiman). Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Darmawijaya 2009. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Foth H D 2008. Fundamentals of Soil Science ( Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Alih Bahasa : Ir. Endang Dwi Purbanti, M. S., Ir. Dwi Retno Lukiwati, M. S., dan Ir. Rahayuning trimulatsih ). Ed. Ir. Sri Andani B. Hudoyo, M. S. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Hadisuwito S 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. 394 Agromedia Pusaka : Jakarta.

Hakim 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas lampung. Lampung.Handayani 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar

Ilmu Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kertonegoro 2008. Panduan Analisis Fisika Tanah. Jurusan Tanah FP UGM. Yogyakarta.

38

Page 40: MITHA KESTAN JADI

40

Hubble G D 2005. The cracking clay soils: definition, distribution, nature, genesis and use. In: J W McGarity, H E Hoult and H B So (eds), The properties and utilization of cracking clay soils. Reviews in Rural Science No. 5. University of New England, Armidale, NSW, Australia. pp. 3-13.

Mangoendidjojo W 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.

Marsono dan Pinus Lingga 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya : Jakarta.

Ma’shum M, Sukartono, Mahrup, Kusnarta, Halil, Yasin dan Idris 2008. Aciar Cropping Model (ACM): An alternative Farming System on Rainfed Vertisols for Improving Farmer’s Income in Southern Lombok. Makalah Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian universitas Mataram di Mataram 23-24 Februari 2008.

Notohadiprawiro T 2006. Pendayagunaan pengelolaan tanah untuk proteksi lingkungan. J. Ilmiah STTL 2 (4) :11-26.

Prasetyo B H 2007. Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol Dari Berbagai Bahan Induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 1, Halaman 20-31.

Rukmana R 2008. Bertanam Kangkung. Kanisius : Yogyakarta.

Supriyo 2008. Catatan kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan (KTB 617). Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Sutanto Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wikepedia 2013. Urea. http://id.wikipedia.org/wiki/Urea. Diakses pada 17 November 2013.

Page 41: MITHA KESTAN JADI

41