MITHA KESTAN JADI
-
Upload
annissa-ilmia-paramitha-siregar -
Category
Documents
-
view
85 -
download
0
description
Transcript of MITHA KESTAN JADI
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan faktor alam yang sangat penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan
yang penting, tanah sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya
peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai
perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai
menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai
mata pencaharian pokok. Masalah-masalah tentang tanah tersebut erat
kaitannya dengan sifat fisika dan sifat kimia tanah yang menentukan kesuburan
tanah.
Kesuburan suatu tanah sangat penting untuk diketahui untuk
meningkatkan pertumbuhan tanah.. tanah mempunyai tiga kelompok
karakteristik sifat, yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah dan biologi tanah.
Ketiga sifat tanah tersebut saling melengakap atau berkaitan satu sama lain
yang dapat meningkatkan kualitas tanah menjadi subur dan gembur. Namun
sifat-sifat ini bisa berubah dengan adanya pengolahan tanah. Dengan
pengolahan tanah ini strukturnya menjadi lebih baik sehingga akan membantu
berfungsinya faktor pertumbuhan tanaman secara optimal. Sifat kimia yaitu pH
tanah, kapasitas pertukaran kation, bahan organik juga merupakan bagian
penentu kesuburan suatu tanah. Peran mikrobia tanah juga mempengaruhi
kesuburan tanah sehingga pengamatan terhadap mikrobia dalam tanah juga
diperlukan.
Pemeliharaan dalam pengelolaan tanah diperlukan adanya kesuburan
tanah untuk menjaga ketersediaan hara pada tanaman. Kesuburan tanah
merupakan kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang
diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada dengan
mempertimbangkan ketersediaan hara tanaman. Makin tinggi ketersediaan
hara, maka tanah makin subur dan sebaliknya.
Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari tanah dan
seluk-beluknya baik dari segi sifat fisiknya maupun sifat kimianya. Dengan
1
2
mengetahui keadaan tanah yang sebenarnya, kita akan lebih mudah dalam
mengolah tanah sebagai lahan pertanian dan kita dapat melakukan tindakan
yang benar terhadap tanah itu agar dapat bermanfaat semaksimal mungkin
untuk kehidupan seluruh makhluk hidup.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dalam empat acara, yaitu:
Analisis Lengas Tanah, Analisis pH Tanah, Analisis Bahan Organik, Analisis
Kadar N,P, dan K pada Tanah yang dilaksanakan dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 21 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB diLaboratorium Fisika
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Dan Praktikum Lapang
Penanaman Tanaman Kangkung pada hari Sabtu 17 November 2013 pukul
07.30 WIB di Jumantono.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah Vertisol
Definisi nama tanah vertisol untuk jenis tanah liat berwarna kelam
hitam yang bersifat fisik berat ini diusulkan oleh Soil survey staff
USDA. Vertisols berasal dari L. Vertere; verto; vertic atau pembalikan
adalah jenis tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman,
bertekstur liat dengan kandungan lempung lebih dari 30% pada horizon
permukaan sampai kedalaman 50 cm yang didominasi jenis
lempung montmorillonit sehingga dapat mengembang dan mengerut.
Pada musim kering tanah ini membentuk retakan yang dalam dan lebar,
sehingga sejumlah bahan yang ada di lapisan atas tanah dapat runtuh
masuk ke dalam retakan, akan menimbulkan pembalikan sebagian massa
tanah (invert). Jenis tanah ini dahulu dikenal dengan nama grumusol
yang diusulkan oleh Oakes dan Y. Thorp pada tahun 1950
(Hubble 2005).
Pembentukan Tanah vertisol umumnya terbentuk dari bahan
sedimen yang mengandung mineral smektite dalam jumlah tinggi, di
daerah datar, cekungan hingga berombak Bahan induknya terbatas pada
tanah bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang sudah
mengalami pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tuff, endapan
aluvial dan abu vulkanik. Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua
proses utama, pertama adalah proses terakumulasinya mineral 2:1
(smektite) dan kedua adalah proses mengembang dan mengerut yang
terjadi secara periodik hingga membentuk slickenside atau relief
mikro gilgai (Prasetyo 2007).
Karakteristik tanah vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah
hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0)
terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi vertisol menggambarkan
penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap,
pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa
3
4
yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim
tropis dan subtropis (Munir 2006).
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan
pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua
tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah
tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah.
Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui
bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan
ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam
menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok
masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai
implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman.
Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar
pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Supriyo 2008).
Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu
terakumulasinya mineral liat 2 : 1 dan proses mengembang dan
mengkerut yang terjadi secara periodik, sehingga
membentukslinckenside atau relief mikro gilgai. Lebih lanjut dikatannya
bahwa ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis, tetapi kedap
air. Namun, saat kering tanah menjadi sangat keras dan masif, atau
membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan. Faktor penting
dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap
tahun, meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang
paling kering, tanah hanya paling basah tanah hanya kering selama
beberapa minggu setiap tahun (Ma’shum 2005).
B. Pupuk Urea dan Pupuk Kandang
Pupuk urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang.
Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk urea dengan kandungan N
hingga mencapai 46%. Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah
menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik
uap air dari udara. Oleh karena itu, urea mudah larut dalam air dan mudah
5
diserap oleh tanaman. Kalau diberikan ke tanah, pupuk ini akan mudah
berubah menjadi amoniak dan karbondioksida. Padahal kedua zat ini
berupa gas yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh
air dan mudah terbakar oleh sinar matahari
(Marsono dan Pinus Lingga 2008).
Pupuk kandang adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari
kotoran ternak, baik kotoran padat maupun campuran sisa makanan dan
air seni ternak. Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan sebagai
bahan baku pupuk kandang. Kotoran hewan seperti kambing, domba,
sapi, ayam merupakan kotoran yang paling sering digunakan untuk
dijadikan pupuk kandang (Hadisuwito 2012).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas
alam atau pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari
kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses
Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es
kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya,
amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk
menghasilkan urea dan air (Wikipedia 2013).
Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Penggolongan pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang
digunakan, cara aplikasi, bentuk dan kandungan unsur haranya.
Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan
menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah
pupuk yang berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui proses
produksi dipabrik sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap
tanaman. Sementara itu, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari
bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini
akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat
fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk
majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur
6
dan mengandung unsur mikro. Jika dilihat dari bentuknya, pupuk organik
dibedakan menjadi dua, yakni pupuk organik padat dan cair
(Hadisuwito 2012).
C. Kesuburan Tanah (N, P, K, BO, KPK, pH, KL)
1. Kadar Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya,
misalnya gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik
berasal dari tarikan antar partikel tanah dan meningkat sesuai dengan
peningkatan permukaan jenis partikel tanah dan kerapatan muatan
elektrostatik partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat
terlarut dalam air maka meningkat dengan semakin pekatnya larutan,
sedang gaya kapiler dibangkitkan oleh pori-pori tanah berkaitan
dengan tegangan permukaan. Jumlah ketiga gaya tersebut disebut
potensial lengas tanah atau tegangan lengas tanah, dan menjadi
ukuran kemampuan tanah melawan gaya grafitasi (Anonim1 2009).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air
(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan
kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume.
Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3
jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk
campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air
dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air
tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang
berada ditanah bagian dalam (Handayani 2009).
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang
terikat oleh berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini
meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan
kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah
juga menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan.
Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan
air ketersediaan (Notohadiprabowo 2006).
7
2. pH tanah
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau
keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah.
Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH-
maka suasana larutan tanah menjadi asam. Sebalikya bila konsentrasi
OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah
menjadi basa (Kertonegoro 2008)
Ada dua metode yang digunakan dalam pengukuran pH, yaitu
secara elektrometrik dengan menggunakan pH meter dan secara
volumetrik menggunakan indikator warna, kertas pH, pH stick
indikator dan kertas pH universal. Metode elektrometrik lebih akurat
dibanding dengan metode volumetrik, karena dengan metode
elektrometrik konsentrasi ion H+ larut dalam tanah diimbangi dengan
elektroda hidrogen beku atau elektroda yang mempunyai fungsi yang
sama (Buckman 2007).
Di samping itu peningkatan pH tanah tersebut erat kaitannya
dengan hasil dekomposisi bahan organik. Salah satu hasil
dekomposisi bahan organik tersebut adalah asam-asam organik,
diantaranya adalah asam humat dan asam fulvat. Menyimpulkan
bahwa asam humat dan asam fulvat dari hasil dekomposisi bahan
organik berperan sangat penting dalam mereduksi aktivitas
aluminium dalam tanah (Wahyudi 2009).
Walaupun pH tanah bukan merupakan sifat morfologi tanah,
tetapi pengukuran di lapang sering dilakukan dengan cara sederhana.
Pengukuran pH tanah dapat memberi keterangan tentang hal-hal
sebagai berikut, yaitu kebutuhan kapur, respon tanah, dan proses
kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah
yang pada umumnya berhubungan dengan reaksi tanah yang
menyatakan keadaan unsur basa dalam tanah. Tanah asam banyak
mengandung ion H+ yang dapat ditukar. Sedangkan, tanah alkali
kaya akan unsur-unsur basa yang dapat ditukar. Ukuran pH tanah
8
hanya merupakan ukuran intensitas keasaman tanah dan bukan
kapasitas jumlah unsur (Darmawijaya 2009).
3. Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologis.
Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada
taranya. Sekitar setengah dari KPK berasal dari bahan organik, yang
merupakan sumber hara tanaman (Hakim 2006).
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik
ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam
air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik
memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas
tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik
merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi.
Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara
berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat
sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun
intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat
kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi
karena proses pemasaman tanah, akumulasi garamgaram (salinisasi),
tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan
xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi
(Djajakirana 2007).
4. Nitrogen
9
Nitrogen didalam tanah berasal dari bahan organik, hasil
pengikatan nitrogen dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan.
Nitrogen yang dikandung di tanah pada umumnya rendah, sehingga
harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya
pada setiap awal penanaman. Selain rendah, Nitrogen di dalam tanah
mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari bentuk satu ke
bentuk yang lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2) dan
mudah hilang tercuci bersama air drainase (Anonim2 2011).
Sebagian besar senyawa kimia tumbuhan mengandung nitrogen.
Protein dan enzim tersusun atas asam amino yang mengandung
nitrogen. Kekurangan nitrogen memberikan gejala perubahan warna
daun–daun bawah menjadi kekuningan. Tanaman mengabsorpsi
nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3+), walaupun ternyata ammonium
(NH4+) dapat juga langsung diabsorpsi tanaman. Efisiensi relatif
absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh pH tanah (Hakim
2007).
5. Kalium
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah
(feldspar, mika, vermikulit, biotit, dll) dan bahan organik sisa
tanaman. K dalam tanah mempunyai sifat yang mobile (mudah
bergerak) sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau
terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi
pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan cara
pemberian 2-3 kali dalam satu musim tanam (Anonim3 2010).
Kalium merupakan hara makro bagi tanaman dan dibutuhkan
dalam jumlah banyak setelah N dan P. Tidak seperti halnya N, P, S,
dan hara lainnya, kalium bukanlah bagian integral dari protoplasma,
pati, atau selulosa tanaman, tetapi merupakan agen katalis yang
berperan dalam proses metabolisme tanaman. Dalam proses ini
kalium berperan meningkatkan aktivasi enzim, mengurangi
kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, meningkatkan
10
produksi adenosine triphosphate (ATP), membantu translokasi
asimilat, meningkatkan serapan N dan sintesis protein
(Nugroho 2009).
Fungsi utama kalium adalah sebagai katalisator (pendorong dan
mempercepat reaksi–reaksi biokimia). Fungsi lainnya untuk
mengatur kegiatan fotosintesis, transpirasi, serta reaksi biokimia
dalam daun dan titik tumbuh. Kekurangan kalium dapat mengurangi
produksi buah. Unsur kalium (K) diserap oleh tanaman dalam bentuk
kation K+ (Mangoensoekarjo dan Tojib 2005).
6. Phospor
P tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia, potensial tersedia
dan segera tersedia. P segera tersedia adalah bentuk P anorganik di
larutan tanah. Bentuk yang potensial tersedia meliputi bentuk P
organik dan berupa bentuk P anorganik yang relatif tidak etrsedia
seperti bentuk P terendapkan (Al-P,Ca-P dan Mn-P) dan bentuk ini
cenderunng terakumulasi dalam keadaan stabil dan dalam keadaan
tertentu dapat menjadi tersedia seperti penggenangan pada tanah
sawah (Mukhlis 2007).
Fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur
pertumbuhan tanaman. Asam nukleat dan senyawa yang mengatur
pernapasan dan pematangan juga mengandung fosfor. Kekurangan
fosfor menghambat pertumbuhan tanaman. Unsur fosfor diserap oleh
tanaman dalam bentuk H2PO4- ( Mangoensoekarjo dan Tojib 2005).
Fosfor (P) dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik
yang berasal dari bahan organik dan mineral yang mengandung P
(apatit). Unsur P dalam tanah tidak bergerak (immobile), P terikat
oleh liat, bahan organik, serta oksida Fe dan Al pada tanah yang pH-
nya rendah (tanah masam dengan pH 4 – 5,5) dan oleh Ca pada
tanah yang pH-nya tinggi (tanah netral dan alkalin dengan pH 7-8)
(Anonim2 2011).
11
7. Kapasitas Pertukaran Kation
Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan
sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan
mempertukarkan kation. Kemampuan daya jerap unsur hara dari
suatu kolod tanah dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsure
hara yang terjerap dapat ditukar dengan barium (Ba+) atau
ammonium (NH4+), kemudian jumlah Ba atau NH4 yang terjerap ini
ditentukan kembali melalui penyulingan. Jumlah Ba atau NH4 yang
tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur ahara yang ditukar
pada koloid tanah (Hakim 2006).
Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah
kandungan klei, kandungan bahan organik dan pH tanah. Kapasitas
tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH
dapat berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang
sangat masam menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation
dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar
karena perkembangan muatan positif. Kapasitas tukar kation kaolinit
menjadi sangat berkurang karena perubahan pH menjadi 5,5.
Kapasitas tukar kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7.
Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk
menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut.
Kapasitas tukar kation penting untuk meningkatkan kesuburan tanah
maupun untuk genesis tanah (Askari 2011).
KPK dipengaruhi oleh (1) kandungan lempung (2) tipe lempung
(3) kandungan bahan organik. Dan KPK sangat penting untuk
mengetahui : 1. Kesuburan tanah, 2. Aplikasi pupuk, 3. Pengambilan
hara, 4. Kualitas lingkungan (Anonim3 2009).
Pertukaran kation adalah pertukaran antara satu kation dalam
suatu larutan dan kation lain pada permukaan dari setiap permukaan
bahan yang aktif (Foth 2008).
12
D. Tanaman Kangkung (Ipomeae reptana)
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-
kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-
tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea reptans (Candra 2011).
Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhanya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik. Selama fase pertumbuhanya
tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis
kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet”
dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung
(Azmi 2007).
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih
dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang
dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah. Tanah Kangkung
darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, dan tidak mudah menggenang (becek). Pada tanah yang becek,
akar-akar tanaman dan batang kangkung darat akan mudah membusuk
atau mati. Syarat Tumbuh Iklim Kangkung mempunyai daya adaptasi
cukup luas terhadap kondisi iklim tropis dan dapat ditanam di berbagai
daerah atau wilayah di Indonesia. Kangkung dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
(pegunungan) + 2000 mdpl, dan diutamakan lokasi lahanya terbagi atau
sinar matahari yang cukup (Rukmana 2008).
13
III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
A. Analisis Laboratorium
1. Kadar Lengas Tanah
a. Alat
1) Botol timbang.
2) Oven.
3) Eksikator.
4) Timbangan
b. Bahan : contoh tanah kering angin (ctka) 0,5 mm.
c. Cara Kerja.
1) Menimbang botol timbang kosong (a)
2) Memasukkan ctka 0,5mm sebanyak 5gr dan memasukannya
kedalam botol.
3) Menimbang botol timbang dan contoh tanah (b).
4) Mengoven selama 4 jam pada suhu 105o C
5) Mendinginkan dalam eksikator lalu menimbang botol
timbang (c).
6) Menghitung kadar lengas tanah.
Kadar lengas tanah = (b−c )(c−a) x 100%
2. pH H2O Tanah
a. Alat
1) pH meter.
2) Flakon.
b. Bahan
1) Ctka Ø 0,5 mm sebanyak 6 gram.
2) Aquades.
c. Cara Kerja
1) Menimbang ctka 6 gram. Kemudian dimasukan kedalam
flakon.
2) Menambah 15cc aquades.
13
14
3) Mengocok hingga homogen selama 1 menit.
4) Lalu mendiamkannya selama 30 menit.
5) Setelah itu, ukur pH tanah dengan Ph meter.
3. N Total Tanah
a. Alat
1) Tabung kjeldahl
2) Gelas arloji
3) Tabung erlenmeyer
4) Labu destilasi.
b. Bahan
1) Ctka sebanyak 1 gram.
2) H2SO4 pekat.
3) Serbuk K2SO4dan CuSO4.
4) HCl 0,1 N.
5) Butir Zn
6) Aquadest.
7) H3BO3 1%.
8) Indikator methyl red.
c. Cara Kerja
1) Destruksi
a) Menimbang dengan gelas arloji bersih ctka diameter
0,5 mm 1 gram.
b) Memasukan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6
ml H2SO4 pekat.
c) Menambahkan campuran serbuk K2SO4dan CuSO4, 1
sendok kecil.
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu
asap hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau
tidak berwarna.
15
2) Destilasi
a) Setelah larutan di proses destruksi dingn, tambahkan
aquades sebanyak 30 ml dan menuangkan ke dalam
tabung destilasi.
b) Setelah itu menambahkan dengan 2 utir Zn dan 10 ml
NaOh pekat.
c) Mengambil larutan penampung (H3BO3 1%) pada beker
glass atau erlenmeyer.
d) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung
40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan penampung hasil destilasi 10 ml
dan melakukan titrasi pada larutan dalam beker glass,
dengan HCl 0,1 N sampai warna hampir hilang /kuning
bening.
b) Melakukan prosedur diatas untuk blanko.
N TotalTana h=(B−A) x N NaOH atau HCl x 14 x14 x 4
100100+KL
x Berat tanah(mg)
c) Menghitung nilai N total tanah.
4. P Tersedia Tanah
a. Alat.
1) Gelas ukur.
2) Tabung reaksi.
3) Corong.
4) Kertas saring whatman.
5) Tabung erlenmeyer.
6) Pipet.
7) Spektrofotometer.
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm.
16
2) Larutan bray ( 0,025 N HCl + NH4F 0,03 N ).
3) Amonium Molibdat.
4) Aquades
5) Larutan SnCl2.
6) Larutan standart P
c. Cara Kerja
1) Mengencerkan larutan standar P dilakukan oleh co-ass.
2) Menimbang 0,5 gram tanah kering angin kemudian
memasukkannya ke dalam flakon.
3) Menambahkan 7 ml larutan Bray I (0,025 N HCl + 0,03 N
NH4F), lalu menggojognya selama 1 menit.
4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih.
5) Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades.
6) Menambah 2 ml ammonium molybdat hingga homogen.
7) Menambah 1 ml SnCl2 dan menggojognya.
8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 660 nm.
ppmP= ppmlarutan tana h x 35100
100+KLx Berat tana h(g)
5. K Tersedia Tanah
a. Alat
1) Gelas ukur.
2) Tabung Reaksi.
3) Corong.
4) Flamefotometer.
5) Timbangan analitik.
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm 2,5 gr.
2) LiCl2 0,05 N.
3) Amonium asetat 1 N pH 7.
17
4) Aquades.
c. Cara Kerja
1) Menimbang contoh tanah 2,5 gram.
2) Menambah ammonium asetat 25 ml dan menggojog selama
30 menit.
3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml.
4) Menambah 5 ml LiCl2 dan menjadikan volume 50 ml
dengan aquades.
5) Menembak dengan flamefotometer.
K TersediaTana h=ppm k larutan tanah x
505
x50
100x100 %
100100+KL
x Berat tana h(mg)
6. Bahan Organik
a. Alat
1) Labu takar 50 ml.
2) Gelas ukur 25 ml.
3) Gelas piala 50 ml.
4) Pipet.
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm.
2) K2Cr2O7 1 N.
3) H2SO4 pekat.
4) Aquades.
5) Asam fosfat.
6) Indikator DPA.
7) FeSO4 0,5 N.
8) Larutan bening.
c. Cara Kerja
1) Menimbang ctka 0,5 mm dan 0,5 gram dan memasukkan
ke dalam labu takar.
2) Menambahkan 10 ml K2Cr2O7 1 N.
18
3) Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 ml
H2SO4 pekat, apabila muncul warna kehijauan,
tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat dengan
volume diketahui (melakukan dengan cara yang sama
terhadap blangko).
4) Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1
menit lalu mendinginkannya selama 30 menit.
5) Menambahkan asam fosfat 85% dan aquadest hingga
volume 50 ml. Menggojog sampai homogen. Die
endapkan.
6) Mengambil 5ml larutan bening dan menambahkan 15ml
aquades serta 2 tetes indikator DPA dan digojog.
7) Menitrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga berubah warna.
Kadar C=(B−A ) Xn FeS O 4 x 3
100100+KL
x Berat tanah (mg)x10 x
10077
x 100 %
Kadar Ba h an Organik=10058
xkadar C
7. Kapasitas Tukar Kation
b. Alat
1) Tabung Erlenmeyer.
2) Alat Penggojog.
3) Kertas Saring.
4) Corong.
5) Labu Titrasi.
6) Labu Destilasi.
c. Bahan
1) Ctka Ø 0,5 mm
2) Amonium asetat
3) Alkohol
4) NaCl 10%
5) Aquades
19
6) Asam borat 2%
7) HCL 0,1 N
d. Cara Kerja
1) Menimbang ctka 0,5 mm 10 gram kemudian dimasukkan
dalam tabung erlenmeyer.
2) Menambahkan amonium asetat sebanyak 20 ml, kemudian
gojog selama 10 menit.
3) Setelah tu mencuci dengan amonium acetat 8 kali, filtrat
disimpan untuk analisis K.
4) Setelah itu mencuci dengan alkohol 10ml sebanyak 5 kali.
Dan filtrat dibuang.
5) Mencuci dengan NaCl 10% sebanyak 10ml, 8 kali.
6) Setelah itu masukkan filtrat ke labu destilasi.
7) Encerkan dengan aquades sampai150cc.
8) Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc Asam borat 2
% dan menambah indikator campuran sebanyak 2tetes.
9) Menunggu hasil destilasi sampai 40 ml.
10) Hasil destilasi di titrasi dengan hcl 0,1 N sampai warna
kehijauan.
11) Mencatat jumlah HCL (ml/cc) yang digunakan untuk titrasi.
KPK= cc HCL xnHCLBerat tanah(mg)
x 100 cmol¿
20
B. Analisis Praktikum Lapang
a. Alat
1) Cangkul
2) Cathok
3) Patok
4) Rafia
5) Papan nama
b. Bahan
1) Lahan persemaian
2) Benih kangkung
3) Pupuk kandang
4) Pupuk urea
c. Cara Kerja
1) Persiapan :
a. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul
tanah pada kedalaman olah, kemudian
menggemburkan dan meratakan serta dibersihkan
dari sisa-sisa tanaman pengganggu.
b. Pemberian pupuk urea pada petak patah yang telah
disediakan.
c. Menanam biji kangkung dengan jarak tanam
20 x 20 cm.
d. Mengamati tinggi tanaman setiap minggu sekali
2) Pemeliharaan
a. Setelah tanaman berumur 30 hari (1 bulan)
dilakukan pemanenan
b. Ambil seluruh bagian tanaman, dibersihkan
kemudian ditimbang sebagai brangkasan tanaman.
21
IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL PRAKTIKUM
A. Kadar Lengas
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengamatan Lengas Tanah
a (gr) b (gr) c (gr)Ulangan 1 55,62 60,60 60,38
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Tabel Rekapan Kelompok Lain Pengamatan Lengas Tanah
Jenis Tanah KelompokKadar Lengas
(%)Rata – Rata Kadar
Lengas (%)
Andisol1 37,8 %
30,935 24,06 %
Alfisol2 38,3 %
34,236 30,16 %
Entisol3 7,07 %
5,497 3,9 %
Vertisol4 4,6 %
4,38 4 %
Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a = 55,62 b = 60,60 c = 60,38
Kadar lengas tanah = (b−c )(c−a)
x 100%
= 60,60−60,3860,38−55,62
x 100%
= 0,224,76
x 100%
= 4,6%
B. pH H 2O Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan pH tanah Vertisol
pH H2O Pengharkatan
Ulangan 1 6,1 Asam
Sumber : Laporan Sementara
22
Tabel 2.2 Rekapan kelompok lain
Jenis Tanah Kelompok pH meterRata – Rata
PhHarkat
Andisol1 6,36
6,28 Asam5 6,2
Alfisol2 5,7
5,4 Asam6 5,1
Entisol3 6,1
6,22 Asam7 6,33
Vertisol4 6,1
6,05 Asam8 6
Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara
C. N Total Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan N Total Tanah
Jenis Tanah KelompokN total tanah
(%)
Rata – Rata N total tanah
(%)Harkat
Andisol1 0,21
0,23 Sedang5 0,25
Alfisol2 0,85
0,53 Tinggi6 0,2
Entisol3 0,14
0,15 Rendah7 0,16
Vertisol4 0,03
0,72 Tinggi8 1,4
Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara
2. Analisis Hasil PengamatanA = 0,2 B = 0 KL = 4,6
N total tanah=( A−B) x NHCl x 14 x
100100+KLtanah
xberat tanah(mg )x 100%
N total tanah=(0,2 - 0 ) x 0,1 x 14
100100+4,6 %
x1000x100%
3.N total tanah=
0 , 28960
x100 %
21
23
D. P Tersedia Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Perbandingan P Tersedia Tanah
Jenis Tanah KelompokP total tanah
(ppm)
Rata – Rata P total tanah
(ppm)Harkat
Andisol1 4,95
12,07 Rendah5 19,19
Alfisol2 0,37
1,64Sangat Rendah6 2,9
Entisol3 11,55
11,96 Rendah7 12,37
Vertisol4 0,03
21,89 Sedang8 43,75
Sumber : Data Rekapan Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
Tabel 4.2 Hasil Penembakan P
X Y0 0
0,1 0,0380,2 0,0810,4 0,1530,6 0,2340,8 0,3161 0,389
Sumber : Laporan Sementara
Y = 2,558(x) + 0,0000
= 2,558 x 0,010 + 0,000
= 0,02558
ppmP = y x pengenceran
= 0,02558 x 1
= 0,02558
(x,y) = (0,010;0,02558)
N total tanah=0 , 03%
24
Grafik 4.1 Penembakan P
E. K Tersedia Tanah
1. H
asil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan K Tersedia Tanah
Jenis Tanah KelompokK tersedia
tanah (ppm%)
Rata – Rata K tersedia
tanah (ppm)Harkat
Andisol1 19,3
26,53 Rendah5 33,75
Alfisol2 1,68
1,43Sangat Rendah6 1,17
Entisol3 1,1
0,65 Rendah7 0,09
Vertisol4 0,08
0,99 Sedang8 1,9
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 5.2 Hasil Penembakan K
X Y0 0
0,25 0,200,5 0,380,75 0,62
1 0,77
Sumber : Laporan Sementara
-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
(0,01; 0,02558)
y
25
Grafik 5.1 Penembakan K
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.321000000000001
Y
Y
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
K Tersedia Tanah¿ppp KLarutanTanah x
505
x50
100100
100+KLBerat Tanah(mg)
x100 %
¿64,2x
505
x50100
100100+4,6
x10x100%
= 0,8 %
F. Bahan Organik
1. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Perbandingan Bahan Organik
Jenis Tanah Kelompok C organik (%)
Bahan Organik (%)
Harkat
Andisol1 1,6 2
Rendah5 0,97 1,67
Alfisol2 10,8 18,6
Sangat tinggi6 1,01 1,75
Entisol 3 0,83 1,44 Sangat tinggi
26
7 3,25 5,6
Vertisol4 0,2 0,34
Sangat rendah8 1,95 0,13
Sumber: Data Rekapan Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Kadar C-organik (%)
Kadar C=(B−A ) XnFeS O4 x3
100100+KL
x Berat tanah(mg)x10 x
10077
x 100 %
Corganik=0,05 x0,5 x 3
0,96 x500x1,29
Corganik=0,2 % (Sangat Rendah)
b. Bahan Organik
Kadar BO=10058
x Kadar Corganik
BO=10058
x0,2
B
BO=0,34 (Rendah)
G. Kapasitas Pertukaran Kation
1. Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Perbandingan Kapasitas Pertukaran kation
Jenis Tanah KelompokK total tanah (mc/100 g)
Harkat
Andisol1 15,3 Rendah5 16
Alfisol2 2,1 Sedang6 33
Entisol3 13 Rendah7 2,56
Vertisol4 0,02 Rendah
8 25
27
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
KPK ¿cc HCL x N HCL
berat tanahx 100 cmol¿
¿18 X 0,1
10x100 cmol¿¿
= 0,02 dmol(+)/k
H. Tanaman Kangkung
1. Hasil Pengamatan
Tabel 8.1 hasil Pengamatan Tanaman Kangkung
Sampel Minggu ke1 2 3 4
1 6,5 15 26 41,52 6,5 14 17,8 34,53 6,5 12,2 22 39,54 6,5 15,3 23,5 415 6,5 12,1 23,7 39,5
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 8.2 hasil Pengamatan Tanaman Kangkung
Kelompok Perlakuan Berat1 K01 6,44 kg2 K02 5695 gr3 U10 1033 gr4 U10 593 gr5 K11 80,12 gr6 K12 7,2 kg7 U11 3,406 kg8 U12 1,56 kg9 3,17210 4,6 kg11 4,253
Sumber : Data Rekapan
28
V. PEMBAHASAN
A. Kadar Lengas
Pada tanah terkandung mineral, bahan organik dan pori-pori yang
berisi udara dan air. Fase cair dalam tanah berupa air yang mengisi
didalam rongga-rongga tanah yang disebut sebagai pori-pori tanah,
mempunyai peranan penting. Peran air dalam tanah atau yang disebut
sebagai lengas tanah mempunyai hubungan dengan kation, dekomposisi
bahan organik, serta kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Dengan
kata lain kelengasan tanah adalah keadaan yang menunjukkan volume
air (cairan) yang tertahan di dalam pori-pori sistem tanah sebagai akibat
adanya gaya tarik-menarik antara massa air dengan tanah (adhesi),
maupun dengan sesama massa air (kohesi). Maka dari itu lengas tanah
juga disebut soil moisture. Lengas tanah perlu diketahui keadaannya
untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu di tetapkan keadaan air
tanah antara lain kadar air total, kapasitas lapang, dan titik layu
permanen.
Vertisol memiliki kadar lengas paling besar, hal ini disebabkan
karena tanah vertisol memiliki tekstur halus yaitu berupa lempung
dengan kandungan lempung > 50% sehingga permukaan porinya lebih
luas. Permeabilitasnya rendah dan agregasinya juga lemah. Hal inilah
yang menyebabkan tanah vertisol memiliki kemampuan mengikat air
yang tinggi. Kandungan lempung yang cukup besar menyebabkan tanah
vertisol memiliki daya simpan tanah terhadap air tinggi, begitu juga
bahan induk tanah vertisol adalah gamping sehingga daya rambat airnya
29
tinggi. Oleh karena kadar lengas yang tinggi ini, tanah vertisol memiliki
potensi pertanian yang cukup baik.
Kadar lengas dari tanah vertisol kelompok 4 sebesar 3,9
%.Kandungan bahan organik antara 1,5 sampai 4%. Jenis lempung
yang terbanyak montmorilonit, sehingga mempunyai daya adsorbsi
tinggi, Oleh karena jenis tanah ini mempunyai daya adsorbsi tinggi
maka ketika disiram air pada tanah ini air tidak langsung merembes tapi
sebagian tersimpan dalam pori tanah. Kadar lengas tanah terbesar
didapat kelompok 2 dengan tanah alfisol dan kadar lengas sebesar
38,3 % dan tanah andisol pada kelompok 1 dengan kadar lengas tanah
sebesar 37,8 %. Hal ini menunjukkan tanah jenis alfisol dan andisol
memiliki kadar air yang tidak begitu tinggi dan tidak begitu rendah.
Urutan kadar lengas dari yang terbesar ke terkecil yaitu alfisol, andisol,
entisol dan vertisol.
Tanah alfisol memiliki kadar Fe yang tinggi dan bahan organik
yang rendah sehingga berwarna merah mengkilat, bereaksi alkalis,
bertekstur geluh dan mengandung konkresi Ca dan Fe. Biasanya bahan
induk tanah Alfisol ini kaya akan kapur dan mengandung konkresi
kapur dan besi, sehingga diduga tempat terbentuknya dalam keadaan
arid dan semi arid dengan sifat semihumid. Sehingga tingkat
permeabilitasnya tinggi ciri tanah ini mudah diolah, permeabel, dan
memiliki kadar air yang cukup tinggi dan jenis tanah Alfisol ini
memiliki kandungan debu dan lempung yang dapat menahan dan
menyimpan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas adalah pengaruh
temperatur terhadap sifat-sifat tanah lebih kecil dibandingkan curah
hujan (lengas), karena sebagian energi digunakan untuk evaporasi dan
transpirasi. Jadi pengaruh temperatur berpengaruh terhadap kegiatan
perombakan bahan organik serta laju reaksi pelapukan kimia. Iklim
merupakan faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah. Curah hujan
dan temperatur merupakan iklim yang berpengaruh pada kandungan
28
30
kadar lengas tanah. Faktor topografi berpengaruh pada kandungan
lengas tanah dalam mempercepat kehilangan lengas atau sebaliknya,
yaitu mengawetkannya.
B. pH H2O Tanah
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang
diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam
mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7
hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara
0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat
basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air
murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
pH tanah rendah memungkinkan terjadinya hambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme yang bermanfaat bagi proses mineralisasi
unsur hara seperti N dan P dan mikroorganisme yang berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme tanah lain yang bermanfaat
bagi tanaman, yang dapat terpengaruh pertumbuhannya bila berada
pada suasana asam adalah mikoriza. Mikoriza adalah jamur yang dapat
melarutkan fosfor organik menjadi fosfor inorganik yang tersedia bagi
tanaman. Sebaliknya bila tanah bersuasana basa (pH>7.0) biasanya
tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi
terhadap fosfat dan tanaman makanan ternak pada basa seringkali
mengalami defisiasi P.
Tanah andisol pada kelompok 1 sampai 8 berharkat asam semua.
Dengan nilai pH tertinggi 6,36 pada kelompok 1 dengan tanah andisol.
Tanah yang paling rendah kandungan asamnya yaitu tanah alfisol pada
kelompok 6 dengan kandungan Ph 5,1. Hasil dari praktikum ini
menunjukan bahwa ph tanah dari yang terkecil sampai ke besar yaitu
tanah alfisol, vertisol, entisol dan andisol. Ph tanah antara jenis tanah
berbeda karena bahan organik atau unsur-unsur yang terkandung
didalam tanah juga berbeda. Tetapi rata-rata tanah memiliki ph tanah
dibawah batas normal atau lebih cenderung asam.
31
pH tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara.
Pada pH masam unsur hara yang tersedia sangat sedikit sehingga
menyebabkan tanaman kurang subur. Pertumbuhan tanaman dapat
stabil apabila pH tanahnya netral atau 6,5-7. Tanah yang terlalu masam
atau basa dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Selain pH
tanah, keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan
induk, keadaan tanaman yang hidup diatasnya, dan laju pencucian oleh
air hujan.
Tanah vertisol pada kelompok 4 termasuk masam karena
kandungan Ph sebesar 6,1. Hal ini karena tanah ini mempunyai
kandungan bahan organic yang rendah. Walaupun hampir semua tanah
dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis
dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah.
Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui
bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan
ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam
menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok
masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai
implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman.
Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar
pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air.
C. N Total Tanah
Nitrogen merupakan zat lemas sebagai unsur penting bagi
tanaman khususnya dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-
bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Semakin tinggi
kadar nitrogen dalam larutan tanah maka semakin cepat pula sintesis
karbohidrat yang terjadi. Sebagian besar nitrogen dalam tanah
didapatkan dalam bentuk organik. Secara relatif hanya sebagian kecil
dari nitrogen tanah terdapat dalam bentuk amonium dan nitrat yang
merupakan bentuk nitrogen yang tersedia bagi tanaman. Dalam
32
penetapan N total dengan metode Kjehdahl, nitrogen diubah dalam
bentuk amonium, pada destruksi dengan asam sulfat pekat yang
mengandung katalis dan zat-zat kimia lainnya yang dapat meningkatkan
suhu pada waktu-waktu destruksi. Kemudian amonium ditetapkan dari
jumlah amoniak yang dibebaskan pada penyulingan destrat.
Pengujian kadar N Total pada tanah menggunakan metode
Kjeldahl yang melalui tiga tahapah yaitu tahap destruksi, destilasi dan
titrasi. Hasil pengamatan yang diperoleh bahwa nilai N total tanah yang
terkandung dalam sampel tanah vertisol adalah senilai 0,03% yang
menunjukkan kandungan unsur N dalam tanah tersebut sangat rendah,
Kandungan N total tanah rendah karena dipengaruhi kadar air yang
lebih rendah dan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur
kasar dan hasil ini juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik pada jenis
tanah vertisol yang rendah.
Pada kelompok 8 dengan tanah alfisol diperoleh kadar N total
tanah sangat tinggi yaitu sebesar 1,4 % dan diikuti oleh kelompok 2
dengan kadar N total tanah sebesar 0,85 %. Hal ini berbanding terbalik
dengan kadar N total tanah pada kelompok 4 yaitu 0,03% dengan tanah
vertisol dan diikuti oleh kelompok 6 yaitu sebesar 0,2% yang termasuk
berharkat sangat rendah. Namun ada perbedaan yang mencolok antara
kedua tanah vertisol milik kelompok 4 dan 8. Pada kelompok ini
berbanding terbalik kadar N total pada tanah, sedangkan jenis tanah
mereka sama.
D. P Tersedia Tanah
Pengujian P tersedia tanah yang terkandung dalam sampel tanah
vertisol adalah sebesar 0,03% menunjukkan kandungan unsur P dalam
tanah vertisol kisaran harkat rendah. Analisis K tersedia tanah
memberikan hasil nilai yaitu sebesar 0,08%. Hasil ini mengindikasikan
bahwa tanah tersebut cukup banyak unsur K yang berarti bahwa dalam
masa pertanaman pada tanah tersebut tidak perlu dilakukan
penambahan pupuk K kepadanya.
33
Secara umum fosfor di dalam tanah digolongkan dalam dua
bentuk, yaitu: bentuk organik dan anorganik. Sebagian besar senyawa
fosfor anorganik adalah senyawa kalsium, senyawa besi, dan
alumunium, sementara kelompok senyawa organik ialah fitin dan
derivatnya, asam nukleat dan fosfolipida. Bentuk fosfor organik ini
dapat meliputi 3% hingga 75% dari total fofor tanah. Jumlah kedua
bentuk ini disebut dengan P-total. Bentuk yang tersedia bagi tanaman
dalam jumlah yang dapat diambil oleh tanaman hanya merupakan
sebagian kecil dari jumlah yang adadalam tanah.
Pada kelompok 4 dan 8 terlihat lagi perbandingan yang mencolok
pada kedua kelompok ini. Yaitu kadar P tersedia dalam tanah yang
berbanding terbalik. Pada kelompok 4 dengan kadar P tersedia tanah
sebear 0,03 % dan berharkat sangat rendah. Sedangkan kelompok 8
dengan tanah vertisol juga, kandungan kadar P tersedia tanah sangat
tinggi yaitu sebesar 43,75%. Secara berurutan dapat diperleh urutan
bahwa kadar P tersedia dalam tanah mulai dari tinggi ke rendah dimulai
dari tanah alfisol, andisol, entisol dan vertisol.
E. K Tersedia Tanah
Kalium merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium
mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K +. Kalium
tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam srl, dalam
jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak
terdapat dalam sitoplasma;garam kalium berperan dalam tekanan
osmose sel. Unsur hara K ini terdapat pada pupuk KCl, NPK,
kandungan K2O adalah 52%-53%. K total yang terkandung dalam
berbagai jenis tanah berbeda – beda.
Unsur K sangat lincah dalam tubuh tanaman, mudah dipindahkan
dari daun tua ke bagian titik tumbuh. Gejala kekahatan:
klorosis/nekrosis ujung dan tepi daun, dimulai dari daun tua atau bagian
bawah tanaman (jika disebabkan kegaraman, maka gejala tepi terbakar
dimulai pada daun muda), pada legum: muncul becak putih atau
34
nekrosis pada tepi daun, sering jumbuh dengan bekas gigitan serangga,
tanaman rebah, tidak tahan kekeringan, rentan terhadap serangan
penyakit dan serangga.
Pada umumnya sebenarnya kandungan K total yang terkandung
pada tanah adalah rendah. Hal ini sama dengan teori dari menunjukan
tanah-tanah di daerah tropis basah termasuk Indonesia mempunyai
kandungan K yang rendah. Kalium tanah berasal dari dekomposisi
mineral primer, yang ketersediaannya kecil. Kalium mempunyai valensi
satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur yang
mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun
dalam xylem atau floem. Umumnya bila penyerapan K tinggi
menyebabkan penyerapan unsur Ca, Na, Mg turun.
Perbandingan kadar N, P, dan K dengan kelompok lain yang
satu jenis tanah fertisol, pada kadar N antara kelompok satu dengan
kelompok lain tidak berbeda jauh, namun bila dibandingkan dengan
kelompok satu sangat berbeda hal ini terjadi mungkin karena ketidak
tepatan dalam pengukuran berat tanah yang akan dianalisis. Hal lain
yang dapat menyebabkan perbedaan adalah kurang homogennya
pencampuran tanah yang diambil untuk di jadikan sampel, sebab
pengambilan tanah untuk sampel analisis itu juga bukan sembarangan
mengambil tanah saja.
Kadar Nitrogen, Phosphor dan Kalium dalam tanah digunakan
sebagai indikator kesuburan tanah yang mempengaruhi kualitas tanah
dan tanaman yang ditanam pada tanah tersebut. Meskipun demikian
unsur-unsur tersebut tidak semuanya dapat disediakan oleh tanah secara
optimal, jika kekurangan unsur-unsur tersebut biasanya petani
melakukan pemupukan pada tanah dan tanaman. Nitrogen di dalam
tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N dari udara oleh
mikroba, pupuk dan air hujan. Unsur nitrogen ini salah satu yang
mempunyai jumlah sedikit atau kandungannya rendah dalam tanah
sehingga perlu ditambahkan pupuk pada setiap awal pertanaman. Unsur
35
nitrogen juga bersifat dinamis, yaitu mudah berubah dari suatu bentuk
menjadi bentuk yang lain serta mudah tercuci dan hilang bersama air
drainase.
F. Bahan Organik
Perubahan warna larutan dan tanah menjadi jingga setelah
ditambah dengan K2Cr2O7 adalah menandakan bahwa tanah sudah
teroksidasi. Indikator DPA berguna untuk mengetahui adanya bahan
organik disebabkan DPA adalah larutan aktif dalam larutan asam lemah
dan berfungsi untuk menaikkan kadar asam. Sehingga didaptkan bahwa
indikator ini tidak dapat bekerja jika tidak dalam kondisi asam sehingga
digunakan H2SO4 untuk membuat suasana menjadi asam dan bereaksi
sedang, serta penggunaan H3PO4 berguna untuk menghilangkan sisa-
sisa oksidasi dari larutan yang terjadi. Setelah itu dilakukan titras
dengan FeSO4 0,5 N pada On (Onsen) sampai berwarna hijau muda.
Sesuai dengan analisis diatas didapatkan bahwa bahan organik untuk
tanah ini sebesar 0,34%. Hal ini berarti pengharkatan tanah ini cukup
tinggi yang ditunjukkan pada sifat warna tanah yang merah. Bahan
organik merupakan faktor penting dalam perhitungan kimia dan fisika
tanah. Apabila tanah berwarna hitam pada lapisan tanah diindikasikan
sebagai tanah yang memiliki bahan organik tinggi. Apabila bahan
organik tinggi, maka mempertinggi penyerapan unsur hara, air dan
kation.
Bahan organik tanah adalah akumulasi bahan tanaman yang
telah mati dan sisa-sisa binatang terombak adanya aktivitas mikrobia.
Bahan organik memiliki arti penting bagi tanah yaitu sebagai perekat,
juga dapat memperbaiki pengikatan lengas pada tanah pasiran, menjadi
sumber unsur hara bagi tanaman, meningkatkan KPK, memantapkan
agregat / memperbaiki struktur dan juga meningkatkan permeabilitas
tanah.
Pada kelompok 4 dengan tanah vertisol diperoleh bahan organik
dalam tanah sebesar 0,2% yang tergolong sangat rendah. Hal ini juga
36
diikuti kelompok 8 dengan jenis tanah yang sama dan bahan organik
sebesar 1,95%. Namun pada kelompok 2,6,3,7 terdapat perbedaan
mencolok juga. Pada kelompok mereka terdapat hasil yang berbanding
terbalik meskipun jenis tanah mereka sama. Yaitu pada kelompok 2 dan
6 dengan jenis tanah alfisol. Pada kelompok 2 kandungan bahan
organik 18,6 % yang tergolong berharkat sangat tinggi. Sedangakan
kelompok 6 dengan jenis tanah yang sama kadar bahan organik nya
hanya sebesar 1,01 % yang tergolong rendah. Begitu juga pada
kelompok 3 dan 7. Perbandingan kadar bahan organik mereka juga
berbeda. Pada kelompok 3 kadar bahan organik sebesar 0,83 yang
tergolong rendah. Dan pada kelompok 7 kadar bahan organik sebesar
3,25 yang berharkat sangat tinggi. Pada praktikum diatas dapat ditarik
urutan kadar bahan organik dari tinggi kerendah yaitu tanah alfisol,
entisol, andisol dan vertisol.
G. Kapasitas Pertukaran Kation
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange
Capacity (CEC) merupakan kapasitas tanah untuk menjerap atau
menukar kation. Biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah
atau me %, tetapi sekarang diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles
of charge per kilogram of dry soil). Nilai KPK tanah bervariasi
bergantung kepada tipe and jumlah koloid di dalam tanah.
Dari hasil percobaan, didapatkan hasil KPK sebesar 0,02 cmol
(+)/kg tanah. Maka, tanah jenis vertisol ini termasuk tanah yang
mempunyai KPK sangat rendah. Dari keseluruhan data hasil
pengamatan menunjukkan adanya perbedaan besarnya KPK pada setiap
kelompok. Penyebabnya adalah contoh tanah yang digunakan sebagai
bahan pengamatan untuk masing – masing kelompok berbeda. Dari
keseluruhan kelompok, KPK yang dimilki mempunyai harkat sedang,
dan tinggi. Dikatakan sedang jika KPK sebesar 17-24 cmol(+)/kg tanah
dan dikatakan tinggi bila KPK sebesar 25-40 cmol(+)/kg tanah.
37
Suatu tanah yang mengandung KPK tinggi memerlukan
pemupukan kation tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia
bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang
tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terjerap. Sebaliknya pada
tanah-tanah yang ber KPK rendah, pemberian kation tertentu tidak
boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah
berlebihan. Pemupukan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber
KPK rendah adalah tidak efisien.
H. Percobaan Penanaman Dilapangan
Pupuk adalah substansi atau bahan yang mengandung satu atau
lebih zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pupuk memang sengaja dibuat mengandung bahan-bahan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut
pengertian ini, bahan yang walaupun mengandung zat yang dibutuhkan
tanaman tetapi tidak dibuat dengan sengaja untuk memberikan nutirisi
kepada tanaman tidak bisa dikatagorikan sebagai pupuk. Pemupukan perlu
dilakukan untuk menyediakan unsur hara yang tidak tersedia di dalam
tanah. Pada pengamatan tinggi kangkung diambil 5 sampel secara acak.
Dari semua perlakuan, tinggi tanaman dengan pemberian pupuk
urea memiliki rata-rata tinggi tanaman paling tinggi dari perlakuan lain.
Sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah adalah pemberian pupuk urea
dosis 100 Kg/Ha. Hal ini dapat terjadi karena dosis urea yang diberikan
terlalu tinggi sehingga menyebabkan unsur lain tidak tersedia dan struktur
tanah terganggu sehingga tanaman tidak tumbuh dengan optimal.
Pada praktikum lapang tanaman kangkung di Jumantono,
kelompok 4 melakukan penanaman kangkung tanpa diberikan perlakuan.
Pada sepetak lahan ditanami masing – masing sebanyak 70 lubang tanam
dan ditanami sebanyak 2 benih per lubang tanam. Dengan jarak tanam
10cm. Setelah tanaman diamati selama 1 bulan, tanaman kangkung
dipanen dan ditimbang brangkasan segarnya. Berat brangkasan
kangkungnya sebesar 593 gram. Tumbuhan kangkung tanpa perlakuan
38
memang tidak terlalu subur seperti kelompok 1 yang disertai dengan
perlakuan penggunaan pupuk. Tumbuhan kangkung pada kelompok yang
diberi pupuk tanaman kangkungnya dapat tumbuh dengan baik, karea
kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pratikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan yang telah dilakukan ini
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Analisis kimia seluruh tanaman atau bagian-bagian tanaman tertentu
dapat dilakukan dengan cara menghitung dan menganalisis kadar lengas
tanah, pH tanah, N total tanah, P tersedia tanah, K tersedia tanah, bahan
organik tanah dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK).
2. Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki bahan organik, pH yang
tinggi, dan memiliki unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman.
3. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya tanah dengan tingkat kesuburan serta
pemenuhan unsur hara yang diperlukan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum kesuburan
tanah dan pemupukan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dalam melakukan praktikum di laboratorium maupun di
lapangan sebaiknya semua anggota kelompok ikut andil dalam jalannya
praktikum sehingga semua anggota kelompok dapat mengetahui cara
yang tepat dalam praktikum.
2. Sebaiknya praktikan mampu memahami tahap-tahap atau cara kerja
analisis laboratorium yang sudah dilaksanakan.
39
3. Sebaiknya praktikan selalu memperhatikan penjelasan dari co ass agar
dalam pelaksanaan praktikum tidak kebingungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1 2009. Fisika Tanah. http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 9 November. 2012
Anonim2 2011. Petunjuk Pelaksanaan Analisis Fisika dan Kimia Tanah. UNS. Surakarta.
Anonim3 2010. Buku Petunjuk Praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Tanah FP UGM. Yogyakarta.
Anonim4 2008. Pupuk Kandang http://distan.riau.go.id . Diunduh pada tanggal 13 November 2013 pukul 2.02 WIB.
Armanto 2007. Karakter Sifat – Sifat Tanah yang Diusahakan Sebagai Kebun Tebu, Hutan dan Lahan Alang – Alang. Jurnal Tanah Tropika No. 12 :107 - 115
Azmi C 2007. Menanam Bayam & Kangkung.Dinamika Pratama : Jakarta.
Buckman 2007. The Nature and Properties of Soil (terjemahan Soegiman). Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Darmawijaya 2009. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Foth H D 2008. Fundamentals of Soil Science ( Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Alih Bahasa : Ir. Endang Dwi Purbanti, M. S., Ir. Dwi Retno Lukiwati, M. S., dan Ir. Rahayuning trimulatsih ). Ed. Ir. Sri Andani B. Hudoyo, M. S. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Hadisuwito S 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. 394 Agromedia Pusaka : Jakarta.
Hakim 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas lampung. Lampung.Handayani 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kertonegoro 2008. Panduan Analisis Fisika Tanah. Jurusan Tanah FP UGM. Yogyakarta.
38
40
Hubble G D 2005. The cracking clay soils: definition, distribution, nature, genesis and use. In: J W McGarity, H E Hoult and H B So (eds), The properties and utilization of cracking clay soils. Reviews in Rural Science No. 5. University of New England, Armidale, NSW, Australia. pp. 3-13.
Mangoendidjojo W 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
Marsono dan Pinus Lingga 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya : Jakarta.
Ma’shum M, Sukartono, Mahrup, Kusnarta, Halil, Yasin dan Idris 2008. Aciar Cropping Model (ACM): An alternative Farming System on Rainfed Vertisols for Improving Farmer’s Income in Southern Lombok. Makalah Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian universitas Mataram di Mataram 23-24 Februari 2008.
Notohadiprawiro T 2006. Pendayagunaan pengelolaan tanah untuk proteksi lingkungan. J. Ilmiah STTL 2 (4) :11-26.
Prasetyo B H 2007. Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol Dari Berbagai Bahan Induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 1, Halaman 20-31.
Rukmana R 2008. Bertanam Kangkung. Kanisius : Yogyakarta.
Supriyo 2008. Catatan kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan (KTB 617). Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Sutanto Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wikepedia 2013. Urea. http://id.wikipedia.org/wiki/Urea. Diakses pada 17 November 2013.
41