MISDA 8
-
Upload
chandra-boangmanalu -
Category
Documents
-
view
16 -
download
3
description
Transcript of MISDA 8
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGINDERAAN JAUH KELAUTAN
PRAKTIKUM IX
“APLIKASI-PENENTUAN SEBARAN TSS
DARI DATA CITRA LANDSAT”
OLEH :
NAMA : MISDA DEWI NOVALINA SAGALA
NIM : 08111005007
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas air di laut sangat bergantung dengan kualitas dari sumber air itu
sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu parameter yang dapat digunakan sebagai
standar penentuan kualitas air. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk
penghitungan serta analisa tentang kualitas air di Selat Madura adalah kandungan
Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS). Penghitungan yang
akurat harus dijalankan untuk mengetahui tingkat pencemaran di perairan Selat
Madura karena hal ini berkaitan dengan kehidupan berbagi jenis makhluk hidup.
Salah satu teknik untuk penghitungan TSS yaitu dengan bantuan satelit
Penginderaan Jauh (Remote Sensing) yang didukung dengan pengukuran
langsung di lapangan (Budhiman, 2001).
Dengan demikian, data penginderaan jauh multi temporal (beberapa tahun
pengambilan data)dapat digunakan untuk mengetahui tingkat sedimentasi yang
ditunjukkan oleh tingkat kekeruhan air (turbidity waters). Dengan menggunakan
data citra satelit multi temporal ASTER (Advanced Spaceborne Thermal
Emission and Reflection Radiometer) yang ditunjang dengan data sampel air laut
di beberapa lokasi penelitian dan data hidro-oseanografi (gelombang, pasang
surut, arus), diharapkan dapat diperoleh suatu peta distribusi total sedimen
tersuspensi (total suspended sediment) di perairan Selat Madura serta proses
sedimentasinya (Sutanto. 1986).
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu dan seni untuk mendapatkan informasi
suatu obyek, daerah maupun fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa langsung menyentuh obyek, daerah maupun fenomena
yang dikaji. Empat komponen dasar dari sistem penginderaan jauh adalah target,
sumber energi, alur transmisi, dan sensor. Komponen dalam sistem ini bekerja
sama untuk mengukur dan mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh
obyek tersebut. Sumber energi yang menyinari atau memancarkan energi
elektromagnetik pada target mutlak diperlukan. Energi berinteraksi dengan target
dan sekaligus berfungsi sebagai media untuk meneruskan informasi dari target
kepada sensor. Sensor adalah sebuah alat yang mengumpulkan dan mencatat
radiasi elektromagnetik umumnya dipasang pada alat/wahana berupa pesawat
terbang, balon, satelit, dll (Sutanto. 1986).
Pemantauan sumber daya alam dan lingkungan mengharuskan penggunaan
banyak data dalam selang waktu observasi tertentu yang lebih dikenal dengan
analisis multi temporal. Dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh
maka analisis multitemporal dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat dan
murah. Peran penting analisis multi temporal menggunakan data satelit
penginderaan jauh akan semakin nampak untuk daerah perikanan laut lepas atau
samudera (Budhiman, 2001).
Observasi untuk perikanan laut lepas selalu memerlukan usaha yang berat,
waktu yang lama dan biaya operasional yang sangat mahal. Aplikasi penginderaan
jauh dalam sedimentasi salah satunya adalah pemantauan sebaran TSS (Total
Suspended Solid) di perairan. TSS atau MPT (Muatan Padat Tersuspensi) dalam
bahasa Indonesia adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air,
merupakan padatan tidak larut dan tidak dapat mengendap secara langsung.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukurannya > 1 μ m,
misalnya : lumpur, pasir halus, bahan-bahan organik tertentu, jasad-jasad renik
dan lainnya klorofil mempunyai daya absorbsi yang tinggi terhadap panjang
gelombang kanal biru. Pada panjang gelombang kanal merah (600-700 nm),
semakin tinggi konsentrasi klorofil maka semakin tinggi pula persentase
pantulannya (Budhiman, 2001).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum penginderaan jauh ini ialah mahasiswa dapat
memahami prinsip kerja dan menggunakan perangkat lunak ER-Mapper untuk
menentukkan sebaran sedimen tersuspensi (TSS).
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum penginderaan jauh ini ialah mahasiswa dapat
mengoperasikan ER-Mapper untuk mentukkan sebaran sedimen tersuspensi
(TSS).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Total Suspended Solid (TSS), adalah salah satu parameter yang digunakan
untuk pengulkuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan pada berat kering
partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya dengan ukuran pori tertentu.
Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran pori 0.45 μm. Nilai TSS dari
contoh air biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air dengan volume
tertentu, biasanya dalam ukurtan liter, melalui sebuah filter dengan ukuran pori-
pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan
dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami
pengeringan. Berat filter tersebut akan bertambah disebabkan oleh terdapatnya
partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang
tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS
adalah miligram per liter (mg/l) (Sutanto. 1986).
Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan perairan.
Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang
masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan
menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Nilai TSS umumnya semakin
rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan padatan tersuspensi tersebuit disupply oleh
daratan melalui aliran sungai. Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa
berdampak positif apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu
kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70
mg/l (Foster, 1986).
Yang sebagai mana kita baca bahwa penginderaan jauh itu tidak pernah
lepas dari Sistem Informasi Geografi (SIG). Data-data spasial hasil penginderaan
jauh merupakan salah satu data dasar yang dipergunakan dalam analisis SIG.
Dalam perkembangannya data-data SIG juga berguna dalam pengolahan data
penginderaan jauh. SIG sangat baik dalam proses manajemen data, baik itu data
atribut maupun data spasialnya. Integrasi antara data spasial dan data atribut
dalam suatu sistem terkomputerisasi yang bereferensi geografi merupakan
keunggulan dari SIG (Foster, 1986).
Dan data penginderaan jauh merupakan data hasil pantulan objek dari
berbagai panjang gelombang yang di tangkap oleh sebuah sensor dan
mengubahnya menjadi data numerik serta bisa dilihat dalam bentuk grafik atau
citra (imaginery) (Purwadhi, 2001). Sedangkan pemanfaatan data-data
penginderaan jauh dilakukan karena tersedia dalam jumlah yang banyak, mampu
memperlihatkan dearah yang sangat luas, tersedia untuk daerah yang sulit
terjangkau, tersedia untuk waktu yang cepat, dan dapat memperlihatkan objek
yang tidak tampak dalam wujud yang bisa dikenali objeknya (Sutanto, 1989).
Salah satu contoh aplikasi data penginderaan jauh adalah untuk melihat
indeks vegetasi dan mengestimasi jumlah penyerapan Carbon Dioksida (CO2)
oleh tanaman. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan
metode yang sering digunakan untuk memanfaatkan data spektral indeks vegetasi
(Spectral Vegetation Index (SVI)) dari penginderaan jauh. Spektral indeks
vegetasi dari data penginderaan jauh terbentuk karena adanya perbedaan pantulan
gelombang dari daun tanaman hidup dengan objek-objek yang lain dipermukaan
bumi pada panjang gelombang hijau (visible) dan infra merah dekat (invisible)
(Foster, 1986).
Kemampuan suatu citra (imaginery) menangkap dan menampilkan suatu
informasi dari permukaan bumi sangat tergantung dari resolusi spasial, resolusi
temporal, resolusi radiometrik dan resolusi spektralnya (Purwadhi, 2001). Setiap
jenis citra mempunyai jenis resolusi yang berbeda-beda baik itu resolusi spasial,
resolusi temporal, resolusi radiometrik maupun resolusi spektralnya sehingga
mengakibatkan kemampuan suatu citra dalam menangkap dan menampilkan
informasi juga berbeda-beda. Keadan ini juga terjadi pada kemampuan citra dalam
menangkap dan menampilkan informasi indeks vegetasi (Sutanto. 1986).
Kekeruhan yang disebabkan oleh TSS adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi sifat spektral suatu badan air. Air yang keruh mempunyai nilai
reflektansi yang lebih tinggi daripada air jernih. Keberadaan TSS pada permukan
air dapat digolongkan sesuai dengan warnanya ke dalam kelas-kelas tertentu. Sifat
optiknya perairan dibagi menjadi 2,perairan kasus I yaitu perairanyang sifat
optiknya didominasi oleh fitoplankton dan perairan kasus II yaitu perairan yang
sifat optik nya didominasi oleh bahan-bahan tersuspensi selain fitoplankton
seperti bahan anorganikatau substansi kuning (Soenarmo, 1994).
Keberadaan TSS dapat menyerap dan memantulkan spektrum radiasi
cahaya tampak yang menembus ke bawah permukaan air, tetapi pengaruhnya
lebih banyak bersifat sebagai pancaran balik (backscattering) sehingga
memperlihatkan wujud air yang keruh. Pancaran balik (backscattering) yang
disebabkan oleh TSS akan menghasilkan perbedaan reflektansi yang besar pada
seluruh kisaran panjang gelombang sinar tampak dan lebih kecil pada panjang
gelombang yang lebih pendek karena terjadi penyerapan (Soenarmo, 1994).
Reflektansi spektral merupakan persentase perbandingan jumlah energi
REM yang meninggalkan objek dan diterima oleh sensor dengan jumlah energi
yang mengenai objek tersebut. Pengukuran pada perairan yang mengandung
konsentrasi TSSsebesar 100 mg/l pada kedalaman > 30 cm menunjukkan bahwa
nilai reflektansi hanya bergantung pada sifat perairan itu sendiri dan bukan
merupakan fungsi dari bentuk dasar perairan. Reflektansi spektral atau
perbandingan reflektansi dapat dipakai untuk menduga parameter kualitas
perairan. Konsentrasi TSS yang semakin tinggi akan memiliki nilai pantulan
(reflektansi) yang juga semakin tinggi (Foster, 1986).
Pada panjang gelombang 600-700 nm konsentrasi TSS yang tinggi
memiliki pantulan radiasi matahari yang tertinggi dan pantulan radiasi matahari
semakin rendah dengan berkurangnya konsentrasi TSS di permukaan air.
Perhitungan TSS menggunakan algoritma citra Landsat dari kanal (band) tunggal
yang memiliki korelasi paling tinggi terhadap data in situ TSS. Kanal yang lebih
peka untuk mendeteksi TSS adalah kanal hijau dengan panjang gelombang 0.560
μm-0.590 μm. Sebaiknya digunakan kanal tunggal untuk mendeteksi TSS
dibandingkan dengan rasio antar kanal, karena berdasarkan bentuk kurva pada
kasus II terlihat konsentrasi TSS tidak banyak berubah antar lapisan. Algoritma
dengan rasio antar kanal menunjukkan korelasi yang kurang memuaskan
dbandingkandengan kanal tunggal. Beberapa algoritma yang digunakan untuk
mendeteksi TSS dengan satelit Landsat (Budhiman, 2001).
Masing-masing energi panjang gelombang pada citra Landsatmemiliki
sensitifitas terhadap obyek yang berbeda, untuk membedakan tingkat kekeruhan
perairan yang berhubungan dengan perbedaan tingkat sedimentasi dapat dilakukan
dengan menggunakan kanal 2 citra satelit landsat. Energi pada kanal-kanal (0.52
μm-0.60μm), tubuh air memantulkan tenaga elektromagnetik yang tinggi sehingga
mengakibatkan nilai piksel pada data digital citra landsat menjadi tinggi. Kurva
spektral beberapa obyek pada beberapa panjang gelombang (Sutanto. 1986).
Air keruh yang banyak mengandung partikel-partikel endapan lempung (silty
water) memantulkan energi yang besar pada rentang panjang gelombang 0.52 μm-
0.60μm (kanal hijau) dibandingkan air yang jernih, sehingga nilai pixel pada air
keruh akan lebih tinggi dibanding air jernih. Hal ini diakibatkan oleh pantulan
partikel-partikel lempung yang terkandung di dalam air tersebut (Paul, 2009).
Peningkatan konsentrasi TSS menyebabkan kekeruhan yang dapat
mengganggu penetrasi cahaya ke dalam perairan. Keberadaan TSS dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem perairan yang pada akhirnya akan
berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia, seperti pendangkalan
pelabuhan, punahnya beberapa ekosistem perairan, dan kerusakan lingkungan.
Untuk memetakan sebaran TSS, pendekatan pengambilan sampel dan penggunaan
teknik penginderaan jauh telah banyak dilakukan. Data penginderaan jauh tidak
hanya dipakai untuk data atau inventarisasi saja tapi sekaligus untuk fungsi
pemantauan (Paul, 2009).
Hal ini dimungkinkan karena data penginderaan jauh dapat diperoleh secara
multitemporal. Penginderaan jauh sistem satelit merupakan salah satu sistem
penginderaan jauh yang sudah dikembangkan Landsat TM dan SPOT.
Penginderaan jauh sistem satelit sering digunakan dalam berbagai penelitian
karena di samping kemampuan multispektral dari sensornya, juga karena begitu
pesat perkembangan pengolahan dan analisis datanya. Bertitik tolak dari latar
belakang tersebut telah dilakukan penelitian tentang sebaran konsentrasi TSS
berdasarkan informasi spektral data digital Landsat TM, ETM + dan SPOT
(Budhiman, 2001).
Citra yang telah dipotong kemudian dilakukan koreksi atmosferik. Citra satelit
Landsat-7 ETM yang diperoleh melalui situs USGS sudah terkoreksi secara
geometrik, sehingga tidak perlu dilakukan koreksi geometrik. Koreksi atmosferik
dilakukan untuk mengurangi kesalahan akibat efek atmosferik yang disebabkan
perbedaan sudut elevasi matahari dan jarak matahari-bumi saat penerimaan data
yang berbeda waktu. Koreksi atmosferik juga dilakukan untuk menghilangkan
path radiance (noise angkasa). Koreksi atmosferik dapat dilakukan salah satunya
dengan metode histogram adjustment. Pancaran balik (backscattering) yang
disebabkan oleh TSS akan menghasilkan perbedaan reflektansi yang besar pada
seluruh kisaran panjang gelombang sinar tampak (Soenarmo, 1994).
Nilai digital terkoreksi (pers. 1) kemudian dirubah menjadi nilai radiansi
menggunakan gain dan offset yang diperoleh pada header (keterangan data citra),
selanjutnya nilai radiansi tersebut dirubah menjadi nilai reflektansi menggunakan
nilai solar irradiance, sudut elevasi matahari, dan jarak matahari-bumi. Metode
koreksi atmosferik yang digunakan adalah Cos(t) model yang terdapat pada
modul ATMOSC di dalam perangkat lunak Idrisi Andes. Koreksi atmosferik
dengan metode Cos(t) model dikembangkan oleh Chavez yang meliputi elemen
Dark Object Subtraction model (untuk haze removal) ditambah prosedur
sebagaimana untuk estimasi efek absorpsi oleh gas-gas atmosferik dan Rayleigh
scattering (Foster, 1986).
Di dalam perangkat lunak Andes, metode Cos(t) model juga dilakukan koreksi
radiometrik dengan mengoreksi sun elevation pencitraan satelit untuk mengurangi
pengaruh gas-gas atmosferik. Metode koreksi radiometrik yang digunakan adalah
Lmaks dan Lmin yaitu nilai radiansi pada Digital Number (DN) minimum dan
Digital Number (DN) maksimum dengan output berupa nilai reflektansi masing-
masing kanal citra Landsat yang berada pada kisaran 0 sampai1. Informasi
mengenai sun elevation serta nilai Lmaks dan Lmin dapat dilihat pula pada header
yang terdapat pada citra Landsat (Foster, 1986).
Analisis dan bagan alir proses penelitian dilakukan melalui tahap (a)
pemrosesan citra meliputi proses pengolahan data satelit Landsat TM, pengolahan
peta landuse dengan metoda SIG, pengolahan analisis spasial dan analisis statistik,
dilanjutkan dengan tahap (b) proses analisis citra secara berjenjang yang ditujukan
untuk mendapatkan informasi variabel-variabel yang dapat digunakan untuk
menentukan jenis tutupan lahan hasil analisis citra (Sutanto. 1986).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Penginderaan Jauh Kelauatan yang berjudul “Aplikasi-
Penentuan Sebaran TSS ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Maret 2014 pukul
13.00 s/d selesai di Laboratorium Penginderaan Jauh Kelautan, Program Studi
Ilmu Kelautan, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya.
3.2 Alat & Bahan beserta Fungsi
1. Komputer atau Laptop : Media untuk menjalankan perangkat lunak
2. Software ER Mapper : Untuk mengolah data citra dan
satelit
3. Alat Tulis : Sebagai bagian dari proses
notulensi
4. Modul Praktikum : Sebagai panduan saat praktikum
5. Data Citra : Sebagai data yang akan diolah
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Reflektan
Untuk TSS menggunakan Band 1 dan Band 2Untuk TSS menggunakan Band 1 dan Band 2
. Klik icon algoritm pada menu Er Mapper kemudian load dataset
dan pilih file Cropping
. Klik icon algoritm pada menu Er Mapper kemudian load dataset
dan pilih file Cropping
Duplicate Pseudolayer menjadi 6 dan masukkan band
berdasarkan pseudolayer
Duplicate Pseudolayer menjadi 6 dan masukkan band
berdasarkan pseudolayer
Buka Metadata, kemudian buka pada WordpadBuka Metadata, kemudian buka pada Wordpad
3.3.2. Radiansi
Gunakan Rumus Dn-Rad Contoh : (0.778*(i1-1)-6.200) yang dikerjakan
pada Ms_Excel Klik Edit Formula kemudian masukkan rumus diatas,
kemudian Apply Changes
Gunakan Rumus Dn-Rad Contoh : (0.778*(i1-1)-6.200) yang dikerjakan
pada Ms_Excel Klik Edit Formula kemudian masukkan rumus diatas,
kemudian Apply Changes
Klik View/Algoritm kemudian load dataset dan duplicate Pseudolayer
menjadi 6 dan masukkan band berdasarkan urutan Pseudolayer
Klik View/Algoritm kemudian load dataset dan duplicate Pseudolayer
menjadi 6 dan masukkan band berdasarkan urutan Pseudolayer
Kemudian lakukan interpolasi untuk mendapatkan rumus : contoh
3.1771(i1)/Esun 0.88
Kemudian lakukan interpolasi untuk mendapatkan rumus : contoh
3.1771(i1)/Esun 0.88
Setelah interpolasi, klik edit formula kemudian masukkan rumus diatas, lalu klik Apply changes dan OK.
Setelah interpolasi, klik edit formula kemudian masukkan rumus diatas, lalu klik Apply changes dan OK.
Kemudian save file, klik Default Surface kemudian Save as 2x (dengan file type Er mapper algoritm dan Er mapper raster dataset),
perhatikan Data Type “IEEE8Bytereal” dan close
Kemudian save file, klik Default Surface kemudian Save as 2x (dengan file type Er mapper algoritm dan Er mapper raster dataset),
perhatikan Data Type “IEEE8Bytereal” dan close
Kemudian Load data Reflektan dan Radiansi kemudian cari Cell Values Profile dan Bandingkan
Kemudian Load data Reflektan dan Radiansi kemudian cari Cell Values Profile dan Bandingkan
Open data yang telah disave dan pastikan semua Band terupload Open data yang telah disave dan pastikan semua Band terupload
Kemudian klik Default Surface kemudian Save as 2x ( dengan
file type Er mapper algoritm dan Er mapper raster dataset),
perhatikan Data Type “IEEE8Bytereal” dan close
3.3.3. Algorithm TSS
Load data Reflektan dan pilih Band 2Load data Reflektan dan pilih Band 2
Klik Edit Formula dan masukkan rumus Budiman
(3.3238*(exp(34.099*i2)
Jika muncul dialog box error maka ubbah “i2” menjadi “i1”
Klik Edit Formula dan masukkan rumus Budiman
(3.3238*(exp(34.099*i2)
Jika muncul dialog box error maka ubbah “i2” menjadi “i1”
Pada surface ubah color table menjadi Step kemudian klik icon
Refresh 99% on limit
Pada surface ubah color table menjadi Step kemudian klik icon
Refresh 99% on limit
Save file klik Default Surface kemudian Save as 2x ( dengan
file type Er mapper algoritm dan Er mapper raster dataset),
perhatikan Data Type “IEEE8Bytereal” dan klik ok
3.4 Analisis Data
1. Open Er Mapper > data gabungan
2. Ubah ke band 2 > input algoritma Budhiman
3.328 * (exp(34.099 * B2))
3. Save as radian B2 TSS
4. Load data radian B2 TSS
5. Input rumus E =mc2
6. Save as > Reflektan B2 .ers
7. Load data reflektan B2 .ers
8. Edit Formula (input rumus 3.3238 * (exp (34.099 *i1)
9. Save as file > nilai TSS .ers
10. Open back nilai TSS .ers
11. Zoom pada peta citra > daerah aliran
12. Back to pointer tool
13. Save as cropping tss
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Cell Values Profile (5 titik)
Gambar 1. Titik pertama cell values
Gambar 2. Titik kedua cell values
Gambar 3. Titik ketiga cell values
Gambar 4. Titik keempat cell values
Gambar 5. Titik kelima cell values
4.1.2 Citra Hasil Cropping
4.2 Pembahasan
TSS atau yang dikenal sebagai Total Suspended Solid merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk pengulkuran kualitas air. Pengukuran TSS
berdasarkan pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya
dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran
pori 0.45 μm.Teknologi penginderaan jauh telah banyak diaplikasikanuntuk
mempelajari kualitas perairan, salah satunya adalah TSS dan kecerahan.
Keberadaan materi-materi organik dan anorganik yang tersuspensi
mempengaruhi nilai pantulan (reflektansi) dari suatu badan air. Informasi tentang
nilai pantulan pada cahaya tampak dari badan air dapat digunakan untuk memberi
gambaran kondisi dan kualitas perairan.Yang sebagai mana kita baca bahwa
penginderaan jauh itu tidak pernah lepas dari Sistem Informasi Geografi (SIG).
Data-data spasial hasil penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang
dipergunakan dalam analisis SIG. Dalam perkembangannya data-data SIG juga
berguna dalam pengolahan data penginderaan jauh. SIG sangat baik dalam proses
manajemen data, baik itu data atribut maupun data spasialnya. Integrasi antara
data spasial dan data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang bereferensi
geografi merupakan keunggulan dari SIG.
Data penginderaan jauh merupakan data hasil pantulan objek dari berbagai
panjang gelombang yang di tangkap oleh sebuah sensor dan mengubahnya
menjadi data numerik serta bisa dilihat dalam bentuk grafik atau citra (imaginery).
Sedangkan pemanfaatan data-data penginderaan jauh dilakukan karena tersedia
dalam jumlah yang banyak, mampu memperlihatkan dearah yang sangat luas,
tersedia untuk daerah yang sulit terjangkau, tersedia untuk waktu yang cepat, dan
dapat memperlihatkan objek yang tidak tampak dalam wujud yang bisa dikenali
objeknya.
Kemampuan suatu citra (imaginery) menangkap dan menampilkan suatu
informasi dari permukaan bumi sangat tergantung dari resolusi spasial, resolusi
temporal, resolusi radiometrik dan resolusi spektralnya. Setiap jenis citra
mempunyai jenis resolusi yang berbeda-beda baik itu resolusi spasial, resolusi
temporal, resolusi radiometrik maupun resolusi spektralnya sehingga
mengakibatkan kemampuan suatu citra dalam menangkap dan menampilkan
informasi juga berbeda-beda. Keadan ini juga terjadi pada kemampuan citra dalam
menangkap dan menampilkan informasi indeks vegetasi. Kekeruhan yang
disebabkan oleh TSS adalah salah satu faktor yang mempengaruhi sifat spektral
suatu badan air. Air yang keruh mempunyai nilai reflektansi yang lebih tinggi
daripada air jernih.
Keberadaan TSS pada permukan air dapat digolongkan sesuai dengan
warnanya ke dalam kelas-kelas tertentu. Optiknya didominasi oleh bahan-bahan
tersuspensi selain fitoplankton seperti bahan anorganikatau substansi kuning
(yellow substance). Hal tersebut menunjukkan bahwa klorofil mempunyai daya
absorbsi yang tinggi terhadap panjang gelombang kanal biru. Pada panjang
gelombang, sifat optiknya perairan dibagi menjadi 2, perairan kasus I yaitu
perairanyang sifat optiknya didominasi oleh fitoplanktonan perairan kasus II yaitu
perairan yang sifat.
Reflektansi spektral merupakan persentase perbandingan jumlah energi
REM yang meninggalkan objek dan diterima oleh sensor dengan jumlah energi
yang mengenai objek tersebut. Pengukuran pada perairan yang mengandung
konsentrasi TSS sebesar 100 mg/l pada kedalaman > 30 cm menunjukkan bahwa
nilai reflektansi hanya bergantung pada sifat perairan itu sendiri dan bukan
merupakan fungsi dari bentuk dasar perairan. Reflektansi spektral atau
perbandingan reflektansi dapat dipakai untuk menduga parameter kualitas
perairan. Konsentrasi TSS yang semakin tinggi akan memiliki nilai pantulan
(reflektansi) yang juga semakin tinggi.
Pada panjang gelombang 600-700 nm konsentrasi TSS yang tinggi memiliki
pantulan radiasi matahari yang tertinggi dan pantulan radiasi matahari semakin
rendah dengan berkurangnya konsentrasi TSS di permukaan air. Perhitungan TSS
menggunakan algoritma citra Landsat dari kanal (band) tunggal yang memiliki
korelasi paling tinggi terhadap data in situ TSS. Kanal yang lebih peka untuk
mendeteksi TSS adalah kanal hijau dengan panjang gelombang 0.560 μm-0.590
μm.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. TSS atau yang dikenal sebagai Total Suspended Solid merupakan berat
kering partikel yang terperangkap oleh filter.
2. Kemampuan suatu citra (imaginery) menangkap dan menampilkan suatu
informasi dari permukaan bumi sangat tergantung dari resolusi spasial,
resolusi temporal, resolusi radiometrik dan resolusi spektralnya.
3. Klorofil mempunyai daya absorbsi yang tinggi terhadap panjang
gelombang kanal biru. Pada panjang gelombang, sifat optiknya perairan
dibagi menjadi 2,perairan kasus I yaitu perairanyang sifat optiknya
didominasi oleh fitoplanktonan perairan kasus II yaitu perairan yang sifat.
4. Keberadaan TSS dapat menyerap dan memantulkan spektrum radiasi
cahaya tampak yang menembus ke bawah permukaan air, tetapi
pengaruhnya lebih banyak bersifat sebagai pancaran balik (backscattering)
sehingga memperlihatkan wujud air yang keruh.
5. Reflektansi spektral merupakan persentase perbandingan jumlah energi
REM yang meninggalkan objek dan diterima oleh sensor dengan jumlah
energi yang mengenai objek tersebut.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini disarankan agar data yang digunakan data citra di
sekitar daerah sendiri dan setiap langkah agar dijelaskan secara rinci fungsi-fungsi
dan alasan dilakukannya, kemudian dijelaskan mengapa pada tahap-tahap tertentu
sering terjadi perbedaan atau kesalahan pada hasil yang didapatkan serta
disarankan pula agar nantinya dapat dilakukan perbandingan baik terhadap
penggunaan band-band berbeda atau citra-citra berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Budhiman, S 2001. Pengenalan ER Mapper Ver 5,5. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Pare-pare:iii+53 hlm.
Foster, B.C. 1986. ERMapper and ER Storage Software and documentation is propertary to earth Resources Mapping Ltd.
Paul, Mather. 2009. Classification Methodes for remotly sansed Data ; Taylor, LLC.
Soenarmo, Sri hartanti. 1994. Penginderaan jauh dan pengenalan sistem informasi geogrfi untuk bidang ilmu kebumian. Bandung : ITB
Sutanto. 1986. Penginderaan jarak jauh visual digital. PT Grasindo: Jakarta