Miscellaneous
-
Upload
muhammad-ikbar -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Miscellaneous
MISCELLANEOUS
Dr. T. FARIZAL FADIL, Sp.B, FInACS, FMAS, K (TRAUMA)
TENGGELAM (DROWNING)
DEFINISI
Tenggelam (drawning) adalah :
kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke
dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh
atau sebagian tubuh ke dalam cairan, sedangkan
Hampir tenggelam (near drowning) adalah keadaan
gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam tetapi
tidak terjadi kematian (Onyekwelu, 2008).
Penyebab Menurut
Levin (1993)
. Terganggunya kemampuan fisik akibat
pengaruh obat-obatan
Ketidakmampuan akibat
penyakit akut ketika
berenang
Ketidakmampuan akibat
hipotermia, syok, cedera,
atau kelelahan
ETIOLOGI
Di Amerika Serikat
MANIFESTASI KLINIS
Koma
Kolaps sirkulasi
Asidosis
Timbulnya
hiperkapnia
Hipoksemia
Peningkatan
edema paru
KLASIFIKASI TENGGELAM BERDASARKAN KONDISI PARU KORBAN :
1. Typical drowning (wet drowning):
Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam
2. Atypical drowning
a. Dry drowning Pada keadaan ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada cairan
yang masuk ke dalam saluran pernapasan, kematian disebabkan oleh laringospasme.
b. Immersion syndrome (vagal inhibition) Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam
air dingin (suhu<20°C), yang menyebabkan terpicunya refleks vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebral. Alkohol juga dapat merupakan pemicu.
c. Submersion of the unconscious Bisa terjadi pada korban yang memang menderita epilepsi atau
menderita penyakit jantung khususnya coronary atheroma atau hipertensi, atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air, atau dapat pula pecahnya aneurisma serebral dan muncul perdarahan serebral yang terjadi tiba-tiba.
d. Delayed death (near drowning and secondary drowning). Menurut Verive, Michael (2007),
near drowning adalah keadaan dimana seorangkorban masih hidup setelah lebih dari 24 jam (walaupun hanya untuk sementara)setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana muncul gejala beberapa hari setelah korban tenggelam diselamatkan(dan diangkat dari air) dan korban meninggal akibat komplikasi
KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN TENGGELAM
ONYEKWELU (2008) MENYATAKAN BEBERAPA
KEGAWATDARURATAN YANG DAPAT
TERJADI PADA KEADAAN NEAR DROWNING YAKNI :
a. Perubahan Pada Paru-ParuAspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban
tenggelam dan 80 – 90% pada korban hamier tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat memberi cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas
b. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.
c. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
d. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi
semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian
terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat
berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan
peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.
Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami
penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3
menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak
irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan
fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10
menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang
waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
e. Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu
menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena
yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan
cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit
dan perubahan cairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya.
Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang
banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan
hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan
jaringan akibat hipoksia yang luas (Ronald, 2002).
PRESENTASI KLINIS
Asimtomatis,
terutama pada pasien tenggelam dengan adanya saksi mata yangmelihat kejadian, sehingga pertolongan dan resusitasi dapat segera diberikan. Namun perlu juga diingat bahwa pada secondary drowning seringkali korban anak - anak memberikan respon yang sangat baik pada resusitasi yang dilakukan di tempatkejadian sehingga kemudian korban tidak dibawa ke rumah sakit dan kemudianditemukan di rumah dalam keadaan distres pernapasan yang berat beberapa jamkemudian.
Simtomatis : Batuk Sesak nafas Mengi Hipotermia Bradikardia atau takikardia Muntah-muntah, diare Gelisah, kesadaran menurun
•Cardiopulmonary arrest , antara lain terjadi takikardia ventrikuler, fibrilasi ventrikel.
•Kematian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : analisa gas darah, hitung sel darah, serum elektrolit, gula darahsewaktu, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, uji kadar etanol dan obat-obatan terlarang.
Oksimetri dan monitoring fungsi kardiorespirasi.
Pemeriksaan radiografi : rontgen toraks, CT-scan kepala dan tulang belakang (jikadicurigai ada trauma), rontgen ekstremitas, abdomen dan pelvis (jika dicurigai adatrauma), elektrokardiografi (jika dicurigai ada disfungsi miokardium
PENANGANAN PERTAMA PADA KORBAN TENGGELAM
Penanganan Korban
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara
teraman. lakukan bantuan hidup dasar awal.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan
posis kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus.
Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau
bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita
ke darat.
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka
upayakan untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan
berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
.
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila
perlu.
f. Berikan oksigen 100%
g. Pertimbangkan intubasi endotrakeal dengan ventilasi mekanis pada korban dengan distres pernapasan berat atau gangguan jalan nafas, dengan penurunan kesadaran, hipoksemia berat, asidosis berat.
h. Penggantian volume intravaskuler dapat dilakukan dengan pemberian infus kristaloida tau koloid. Bila diperlukan inotropik dapat diberikan dopamin atau dobutamine.
Pemasangan pipa nasogastrik untuk mengeluarkan air atau kotoran yang tertelan (lakukan pemasangan pipa orogastrik jika dicurigai ada trauma wajah atau kepala).
Kateter urin untuk memantau cairan keluar. Kateter vena sentral untuk memantau tekanan vena sentral
Hipotermia dapat terjadi dan memperburuk bradikardia, asidosis dan hipoksemia. Perlu diperhatikan apakah korban tenggelam di air hangat atau air dingin. Pada kasus korban tenggelam di air dingin, pasien dengan hipotermia berat dapat tampak seolah-olah sudah mati karena bradikardia berat dan vasokonstriksi pembuluh darah,sehingga usaha resusitasi harus tetap dilanjutkan sementara usaha untuk mengembalikan suhu tubuh normal harus tetap dilakukan
METODE RESUSITASI JANTUNG DAN PARU