Mioma Uteri

38
Referat Mioma Uteri Disusun oleh : Manda Malia Ubra 11 2014 037 Pembimbing : dr. M. O. Sitorus, Sp.OG KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG PERIODE 3 AGUSTUS 2015 – 10 OKTOBER 2015 1

description

referat

Transcript of Mioma Uteri

Page 1: Mioma Uteri

Referat

Mioma Uteri

Disusun oleh :

Manda Malia Ubra

11 2014 037

Pembimbing : dr. M. O. Sitorus, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

PERIODE 3 AGUSTUS 2015 – 10 OKTOBER 2015

1

Page 2: Mioma Uteri

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala cinta

kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul

Laringitis Akut ini dengan baik. Referat ini disusun selama menjalani kepaniteraan

klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RS Bayukarta Karawang, sebagai salah tugas

dalam menjalankan kepaniteraan.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. M O Sitorus, SpOG atas bimbingan,

bantuan, dan perhatiannya selama penulis menjalankan kepaniteran klinik di Rumah

Sakit Bayukarta Karawang. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuan yang telah

diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menjalankan dan menyelesaikan

referat ini dengan baik.

Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki,

penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi

kelengkapan dan kesempurnaan referat di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna bagi siapa saja yang telah

membacanya. Terima kasih dan semoga Tuhan memberkati.

Jakarta, September 2015

Penulis

2

Page 3: Mioma Uteri

Daftar Isi

Halaman Judul ........................................................................................................................................1

Kata Pengantar ........................................................................................................................................2

Daftar Isi .......................................................................................................................................................3

Bab I : Pendahuluan ........................................................................................................................................4

Bab II : Pembahasan ........................................................................................................................................5

A. Definisi ........................................................................................................................................5

B. Anatomi Uterus .........................................................................................................................5

C. Klasifikasi Mioma Uteri ...........................................................................................................8

D. Gejala Klinik .......................................................................................................................10

E. Etiologi ......................................................................................................................................11

F. Faktor Resiko .......................................................................................................................12

G. Epidemiologi .......................................................................................................................13

H. Patofisiologi .......................................................................................................................14

I. Patologi Anatomi ........................................................................................................15

J. Diagnosis Mioma Uteri ........................................................................................................16

K. Penatalaksanaan ......................................................................................................................18

L. Mioma Uteri dan Kehamilan .........................................................................................21

M. Komplikasi ......................................................................................................................22

N. Prognosis .....................................................................................................................................23

Bab III : Penutup .....................................................................................................................................24

Daftar Pustaka .....................................................................................................................................25

Bab I

3

Page 4: Mioma Uteri

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun

leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan

ikat yang menumpangnya.1

Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20 – 25 %),

kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %.

Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya

hubungan mioma uteri dengan estrogen.

Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan banyak problem

termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas.

Dalam referat ini akan dibahas definisi mioma uteri, etiologi, gejala klinik

penatalaksanaan sampai pada komplikasi yang dapat disebabkan oleh mioma uteri.

Bab II

4

Page 5: Mioma Uteri

Pembahasan

A. Definisi

Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam

kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri,

leiomyoma uteri atau uterine fibroid.1-3

Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot

polos dan jaringan fibrosa.

B. Anatomi Uterus

Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kea

rah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.

Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm,

lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebel dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk

dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah

melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih

dan rectum. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks

ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).

Bagian-bagian uterus terdiri atas :1,4,7

- Fundus uteri, adalah bagain uterus proksimal di atas muara tuba uterina yang

mirip dengan kubah, di bagian ini tuba Fallopii masuk ke uterus. Fundus uteri

ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya kehamilan

- Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri

menyempit di bagian inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai

serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat

janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri

(rongga rahim).

- Serviks uteri, serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding anteriornya,dan

bermuara ke dalamnya berupa ostium eksternum. Serviks uteri terdiri dari pars

vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio dan pars supravaginalis servisis

uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina

5

Page 6: Mioma Uteri

Gambar : Anatomi Uterus

Secara histologis, dinding uterus terdiri atas :2,4

- Endometrium (selaput lendir) di korpus uteri

Endometrium terdiri atas epitel pubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan

dengan banyak pembuluh darah. Endometrium terdiri atas epitel selapis

silindris, banyak kelenjar tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga bagian atas

kanal servikal dilapisi selaput lendir dan sepertiga bawah dilapisi epitel berlapis

gepeng, menyatu dengan epitel vagina. Endometrium melapisi seluruh kavum

uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid. Endometrium merupakan

bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada endometrium

terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara-muara dari saluran-

saluran kelenjar uterus yang dapat menghasilkan secret alkalis yang membasahi

cavum uteri. Epitel endometrium berbentuk seperti silindris. 

- Myometrium/Otot-otot polos

Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar

berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,

berbentuk anyaman, lapisan ini paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh

darah yang berada di sana. Myometrium merupakan bagian yang paling tebal.

Terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong

isinya keleuar saat persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat

6

Page 7: Mioma Uteri

pembuluh-pembuluh darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri

dari 3 bagain :

a) Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus menuju

kearah ligament

b) Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi sebagai

sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium uteri

internum

c) Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman

serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah. Jadi,

dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.

- Perimetrium, yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale yang

meliputi dinding uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum  menutupi fundus

dan korpus, kemudian membalik ke atas permukaan kandung kemih. Lipatan

peritoneum ini membentuk kantung vesikouterina. Ke posterior, peritoneum

menutupi menutupi fundus, korpus dan serviks, kemudian melipat pada rektum

dan membentuk kantung rekto-uterina. Ke lateral, hanya fundus yang ditutupi

karena peritoneum membentuk lipatan ganda dengan tuba uterina pada batas

atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah ligamentum latum yang melekatkan

uterus pada sisi pelvis.

Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan

ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamenta yang

memfiksasi uterus adalah :5

- Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt) yakni ligamentum

yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat

tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis.

- Ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang

menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian

belakang, kiri dan kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan.

- Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan

uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke

daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang terasa sakit di

daerah inguinal pada waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat dan

7

Page 8: Mioma Uteri

ligamentum rotundum menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah

inguinal. Pada persalinan ia pun terba kencang dan terasa sakit bila dipegang.

- Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi

tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.

Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian dari peritoneum viserale yang

meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Di bagian dorsal,

ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium sinistrum et dekstrum). Untuk

memfiksasi uterus, ligamentum latum ini tidak banyak artinya.

- Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba

Falloppii berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya

ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarica.

Uterus diberi darah oleh arteri uterine kiri dan kanan yang terdiri atas ramus

asenden dan ramus desenden. Pembuluh darah ini berasal dari arteri iliaka interna

(disebut juga dengan arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum

masuk ke dalam uterus didaerah cervics kira – kira 1,5 cmdiatas forniks lateralis

vagina. Pembuluh darah lain yang memperdarai adalah arteri ovarika kiri dan

kanan. Arteri ini berjalan dari dinding lateral pelvis, melalui dinding ligamentum

infundibulo-pelvicum mengikuti tuba falopi, beranastomosis dengan ramus

asenden arteri uterine disebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama – sama

dengan arteri tersebut diatas terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus

vena ke vena hipogastrika.

C. Klasifikasi mioma uteri

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya

adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah

pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain :1,3,7

- Mioma submukosa

- Mioma intramural

- Mioma subserosa

- Mioma intraligamenter

8

Page 9: Mioma Uteri

Gambar 2 dan 3 : Jenis Mioma Uteri

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa

(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%)3

1) Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini

dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum

memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil

sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan

adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan

pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.

Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa

yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,

dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah

mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan

mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2) Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena

pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk

9

Page 10: Mioma Uteri

simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak

mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan

konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam

pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas,

sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3) Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara

kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

4) Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga

disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma

saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran

servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot

polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)

dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak

karena pertumbuhan.

D. Gambaran Klinik

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang

dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks,

intramural, submukus, subserosa), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi

yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan :2,5

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya hiperminore, menoragia dan

dapat juga terjadi metroragia, Perdarahan abnormal ini yang dapat

menyebabkan anemia defesiensi besi.

Patofisiologi perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan mioma

uteri masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menerangkan

bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-

10

Page 11: Mioma Uteri

reseptor yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler dan angiogenesis.

Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan vaskularisasi akibat

disregulasi struktur vaskuler didalam uterus yang menyebabkan terjadinya

venule ectasia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara

lain adalah :

Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa

Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus

Ulserasi endometrium pada mioma submukosa

Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma

di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh

darah yang dilaluinya dengan baik.

2) Rasa Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan

peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada

pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan

dismenore.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan

pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat

menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan

hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada

pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema

tungkai dan nyeri panggul.

E. Etiologi

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang

berpendapat :3,6

1) Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :

- Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

- Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche

11

Page 12: Mioma Uteri

- Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

- Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri

2) Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat

pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.

F. Faktor Resiko

- Usia penderita

Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an;

tetapi, ianya masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi

adalah disebabkan peningkatan formasi atau peningkatan pembesaran secara

sekunder terhadap perubahan hormon pada waktu usia begini. Faktor lain yang

bisa mengganggu insidensi sebenar kasus mioma uteri adalah karena dokter

merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk menjalani

histerektomi hanya setelah mereka sudah melepasi usia melahirkan anak.

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma.Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum

menarche dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih bertumbuh.

- Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari

hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon

esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar yang rendah

atau sedikit.

- Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma

uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita

mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma

uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma

uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- α (a myoma-related

growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai

riwayat keluarga penderita mioma uteri.

- Berat badan

12

Page 13: Mioma Uteri

Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko

menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat

badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga

turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi

kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi androgen adrenal kepada

estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan

peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa

terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya.

- Makanan

Beberapa studi telah meneliti hubungan antara diet dan kehadiran atau

pertumbuhan mioma. Satu studi menemukan bahwa daging sapi, daging merah

lainnya, dan daging babi meningkatkan kejadian mioma uteri, tapi sayuran

hijau biasa menurunkan kejadian mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti

apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri

(Parker, 2007).

- Kehamilan dan Paritas

Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah

dilakukan ditemukan sebesar 0,3 % – 7,2 % selama kehamilan. Kehamilan

dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam

kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini

kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri.

- Kebiasaan Merokok

Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang

dapat menurunkan bioavailabilitas hormon estrogen pada jaringan, seperti

penurunan konversi androgen kepada estrogen dengan penghambatan enzim

aromatase oleh nikotin

G. Epidemiologi4,6

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi

wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah

(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita

berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10%

mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-25%.

13

Page 14: Mioma Uteri

Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma uteri

lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause dan

12 per seribu wanita menopause (P<0,001).

Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena wanita

berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit

putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit

hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.

Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan

usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi

35%. Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan

proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034 kasus

ginekologi. Management of Uterine Fibroid at The University of Nigeria Teaching

Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri 9,8% dari seluruh

kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi. Penelitian Gaym A di

Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat

penderita mioma uteri sebanyak 588 kasus.

H. Patofisiologi3,6

Mioma uteri terjadi karena adanya sel sel yang belum matang dan pengaruh

estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh

darah dan intramural, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan

perdarahan pervaginam banyak dan lama. Dengan adanya perdarahan pervainam

lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan dan

gangguan peredaran darah yang ditandai dengan adanya nekrosa dan perlengketan

sehingga timbul rasa nyeri.

14

Page 15: Mioma Uteri

Gambar 4 : Patofisiologi Mioma Uteri

I. Patologi Anatomi

Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut :

Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai,

pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran

konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya

terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan ukuran yang berbeda-

beda.

Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah :5

- Atrofi : Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri menjadi kecil

- Degenerasi Hialin : Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia

lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi

sebagian besar atau sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu

kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

15

Page 16: Mioma Uteri

- Degenerasi Kistik : Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, di mana sebagian

dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi

agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe

sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor

sukar dibedakan dengan kista ovarium atau suatu kehamilan.

- Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration): Terutama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rontgen.

- Degenerasi merah (Carneous Degeneration) : Perubahan ini biasanya terjadi pada

kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya diperkirakan kerana suatu nekrosis

subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang

mioma seperti daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen

hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila pada

kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada

uterus membesar dan nyeri pada perabaan

- Degenerasi lemak : Jarang terjadi dan merupakan lanjutan degenerasi hialin.

J. Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan :

Anamnesis

- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama

- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar

- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah

Pemeriksaan fisik

- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah

- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor

tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi

- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata

Gambaran Klinis

Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang

terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :

- Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)

- Perut terasa penuh dan membesar

16

Page 17: Mioma Uteri

- Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)

Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika

terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang

bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian

sel) dari mioma. Gejala lainnya adalah :

- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih

menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis

(pembesaran ginjal)

- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan

konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus

- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat,

luka, dan infeksi

Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis

sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)

Pemeriksaan luar

Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat

terbatas atau bebas.

Pemeriksaan dalam

Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau

bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma.

Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.

Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus

menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit

ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan

peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan

eritropoetin ginjal.

USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan

keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan

ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi

uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak

17

Page 18: Mioma Uteri

dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa

jaringan.

Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada

beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus;

lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.

Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis

serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. Histerografi dan histeroskopi

untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas. Laparaskopi

untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

K. Penatalakanaan

Secara umum penatalaksanaan mioma uter dibagi menjadi 2 metode :5,9,10

1) Terapi hormonal

Saat ini pemakaian gonadotropin releasing hormon (GnRH) agonis memberikan

hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yan ditimbulkan oleh mioma uteri.

Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan

jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian GnRH agonis

sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada

tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal

yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan

mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri.

2) Operasi pembedahan

Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of

obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive

Medicine (ASRM) adalah :

- Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif

- Sangkaan adanya keganasan

- Pertumbuhan mioma pada masa menopause

- Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba

- Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu

- Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius

- Anemia akibat perdarahan

18

Page 19: Mioma Uteri

Miomektomi

Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan

fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada

beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran

dan lokasi dari miom. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan

laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi.

Pada laparotomi dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat

miom dari uterus.

Keunggulan dilakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang

lebih luas sehingga penanganan terhadap pendarahan yang mungkin timbul

pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada

miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga

akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping itu masa

penyembuhan pasca operasi juga lebih lama sekitar 4-6minggu.

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakuakn terhadap mioma submukosum

yang terletak pada kavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini, alat

histeroskop dimasukkan melalui serviks dan mengisi kabuk uteri dengan cairan

untuk memperluas dinding uterus. Alat bedah dimasukkan melalui lubang yang

terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma submukosum yang

terdapat pada kavum uteri. Keunggulan teknik ini adalah masa penyembujan

pasca operasi 2 hari. Komplikasi operasi yang jarang terjadi namun serius dapat

menyebabkan perlukaan pada dindin uterus, ketidakseimbangan elektorlit dan

perdarahan.

Miomektomi juga dapa dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma

yang bertangkai diluar kavum uteri dapat diankat dengan mudah secara

laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga

dapat diangkat secara laparoskopi. Tindakan laparoskopi dilakukan dengan

memasukkan alat laparoskop kedalam abdomen melalui insisi kecil pada

dinding abdomen. Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan pasca

perasi lebih cepat antara 2-7 hari.

19

Page 20: Mioma Uteri

Histerektomi

Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3

cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada

beberapa kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri

sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan

mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan menorrhagia,

metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktur urinarius dan ukuran uterus

sebesar usia kehamilan 12-14minggu.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan ddengan 2 cara yaitu total

abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).

STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti

perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih, rektum.

Namun denga melakukan STAH, kita meninggalkan serviks, dimana

kemungkinan timbul karsinoma serviks dapat terjadi pada TAH jaringan

granulasi yang timbul pada tungkul vagina yang dapat menjadi sumber

timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak

terjadi pada pasien yang menjalani TSAH.

Histerektomi dapat dilakukan melalui pendekatan dari vagina, dimana

tindakan operasi tidak melalalui insisi pada abdomen.

Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur

operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangan minimal

sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Oleh

kaena pendekatan operasi tidak melalui dinding abdomen, maka pada

histerektomi vaginal tidak terlihat perut bekas operasi sehingga emuaskan

pasien dari sei kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan pasca

operasi juga lebih minimal. Masa penyembuhan pasien yang menjalani

histerektomi vaginal lebih cepat dibandingkan histerektomi abdominal.

Prosedur operasii histerektomi dengan laparoskopi dapat berupa miolisis.

Miolisis adalah prosedur operasi inasif yang minimal dengan jalan

menghantarkan sumber energi yang berasal dari laser the neodynium:yttrium

aluminium garnet (Nd:YAG) kejaringan mioma, diama akan menyebabkan

denaturasi protein sehingga menimbulkan koagulasi dan nekrosis didalam

jaringan yang diterapi.

20

Page 21: Mioma Uteri

Pengangkatan seluruh uterus dengan mioma juga dapat dilakukan dengan

laparoskopi. Salah satu tujuan melakukan histerektomi laparoskopi adalah untuk

mengalihkan prosedur histerektomi abdominal kepada histerektomi vainal

histerektomi laparoskopi secara keseluruan. Ada beberapa teknik histerektomi

laparoskopi.

Pertama adalah histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi

(laparoscopically assisted vaginal histerectomy/LAVH). Pada prosedur ini

tindakan laparoskopi dilakukan untuk memisahkan adneksa dari dinding pelvik

dan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah.

Kedua, teknik classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy

(CISH) tanpa colpotoy. Dengan prosedur ini diharapkan dapat mempertahankan

integritasi nilai pervik dan mempertahankan alirah darah pada pervik untuk

mencegah terjadinya prolapsus. Keunggulan dari CISH adalah mengurangi resiko

trauma pada ureter dan kandung kemih, perdarahan lebih minimal, waktu

operasi yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih minimal dan masa

penyembuhan yang cepat.

Penanganan Radioterapi

- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)

- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu

- Bukan jenis submukosa

- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum

- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause

- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan

L. Mioma Uteri dan Kehamilan7

Pengaruh mioma uteri pada kehamilan adalah :

- Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada

mioma submukosum

- Dapat menyebabkan kelainan letak janin

- Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta akreta

- Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan

mekanik dalam fungsi miometrium

21

Page 22: Mioma Uteri

- Dapat menganggu proses involusi uterus dalam masa nifas

- Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan

menghalangi jalan lahir.

Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah :

- Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh

estrogen yang meningkat

- Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti

telah diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan

segera guna mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma

demikian itu jarang menyebabkan perdarahan.

- Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala

dan tanda sindrom akut abdomen.

Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada

kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat

juga menimbulkan abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-

penyulit yang menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma

menghalangi jalan lahir, dilakukan SC (Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi

kalau akan dilakukan miomektomi lebih baik ditunda sampai sesudah masa nifas.

M. Komplikasi11

- Perdarahan sampai terjadi anemia

- Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari

seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang

telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat

membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause

(Prawirohardjo, 2007).

- Torsi (Putaran Tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah

sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak

22

Page 23: Mioma Uteri

terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat

banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

kerana gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang

dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai

leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

Gambar 5 : Lokasi mioma uteri yang menimbulkan komplikasi

Gambar 6 : Komplikasi Mioma Uteri

N. Prognosis

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi

yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus

endometrium, maka diharuskan SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang

kambuh kembali setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya

memerlukan tindakan lebih lanjut.

23

Page 24: Mioma Uteri

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Mioma uteri adalah salah satu tumor neoplastik jinak dari otot polos

miomentrium.Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot

polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika

jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang

dominan. Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri,

fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel.

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan yaitu satu

dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif. Kejadian mioma uteri sukar

ditetapkan karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan

tindakan operatif. Gejala tersebut dapat berupa perdarahan abnormal, rasa nyeri,

gejala dan tanda penekanan, infertilitas dan abortus.

Walaupun kebanyakan mioma muncul tanpa gejala tetapi sekitar 60%

ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan USG, pemeriksaan pelvis, atau

pada laparatomi daerah pelvis.

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma uteri

banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia

menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga

penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.

Penatalaksanaan mioma uteri dapat berupa terapi hormon dan operatif yaitu

miomektomi atau histerektomi.

24

Page 25: Mioma Uteri

Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo S. Mioma uteri. Dalam : Ilmu kebidanan. Edisi keempat. 2013. Jakarta

: PT Bina Pustaka. h 891-4

2. Manuaba IBG. Mioma uteri. Dalam : Kepanitraan klinik obstetri dan ginekologi. Edisi

2. 2003. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. h 308-14

3. Achadiat CM. Mioma uteri. Dalam : Obstetri dan ginekologi. 2004. Jakarta Peneribit

buku kedokteran EGC. h 94-7

4. Martaadisoebrata D, Sjahid S, Thow J, Wijayanegara H, dkk. Mioma uteri. Dalam :

Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi. 2005. Bandung : RS DR

Hasan Sadikin. h 90-2

5. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Tumor jinak rahim. Dalam : Memahami

kesehatan reproduksi wanita. 2009. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. h 199-

205

6. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds. Advences

in reproduktive endocrinology uterine fibroids. 1992. England : New Jersey The

Phartenon Publishing Group. h 1-8

7. Harmanto N. Mioma uteri (leiomioma). 2006. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. h

77-8

8. Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomyomata. In : Chesmy M, Heather,

Whary eds. Clinical Obstetric and Ginecology. 2001. Philadelphia : Lippincott

Williams and Willkins. h 316-8

9. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :

Endokrinologi ginekologi. Edisi kedua. 2003. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. h

151-6

10. Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids, In : Marie

Chesmy,Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. 2001. Philadelphia :

Lippincott Williams and Wilkins. h 314-5

11. Bramantyo L. Mioma uteri. 2005. Jakarta : Puspa Swara. h 25-8

25