Minyak Ikan

5
1 Jenis Ikan Ikan patin 2 Aroma 3 Kadar air dan Kotoran (%) 1 % 4 Bilangan proksida (mek/kg) 3 - 20 5 Asam lemak bebas (% oleat) 1 – 7 6 Bilangan Anisidin 4 - 40 7 Bilangan totoks 10 - 60 8 Fe, ppm 0,5 - 0,7 9 Cu, ppm Kurang dari 0,3 10 P, ppm 5 – 100 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini minyak goreng tidak hanya berasal dari hasil pengolahan sawit namun dapat dibuat dari minyak ikan dan buah kelapa. Minyak yang dihasilkan juga tidak jauh berbeda dengan hasil pengolahan sawit. Oleh karena itu kita saat ini tidak hanya bergantung dengan produksi sawit yang tidak begitu baik di Indonesia. Sebagai solusinya kita dapat menggunakan minyak yang berasal dari limbah ikan patin. Minyak ikan merupakan senyawa lipida yang tidak larut dalam air. Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D dan golongan lainnya dalah minyak tubuh ikan. Sifat minyak ikan yang telah dimurnikan secara organoleptik yaitu cairan yang berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml dan kadar asam lemak bebasnya sekitar 0,1 - 13 %. Pada percobaan yang kami lakukan menggunakan

Transcript of Minyak Ikan

1 Jenis Ikan Ikan patin2 Aroma3 Kadar air dan Kotoran (%) 1 %4 Bilangan proksida (mek/kg) 3 - 205 Asam lemak bebas (% oleat) 1 – 76 Bilangan Anisidin 4 - 407 Bilangan totoks 10 - 608 Fe, ppm 0,5 - 0,79 Cu, ppm Kurang dari 0,310 P, ppm 5 – 100

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sekarang ini minyak goreng tidak hanya berasal dari hasil pengolahan sawit namun dapat dibuat dari minyak ikan dan buah kelapa. Minyak yang dihasilkan juga tidak jauh berbeda dengan hasil pengolahan sawit. Oleh karena itu kita saat ini tidak hanya bergantung dengan produksi sawit yang tidak begitu baik di Indonesia. Sebagai solusinya kita dapat menggunakan minyak yang berasal dari limbah ikan patin. Minyak ikan merupakan senyawa lipida yang tidak larut dalam air. Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D dan golongan lainnya dalah minyak tubuh ikan. Sifat minyak ikan yang telah dimurnikan secara organoleptik yaitu cairan yang berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml dan kadar asam lemak bebasnya sekitar 0,1 - 13 %. Pada percobaan yang kami lakukan menggunakan metode wet rendering dimana limbah ikan patin yang telah dibersihkan dikukus selama 3,5 jam dan kemudian dipress sehingga keluar minyaknya. Minyak inilah yang dinamakan minyak ikan deari limbah ikan patin.

1.2 Tujuan Mengekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin Menghitung rendemen Menentukan kadar asam lemak bebas dalam minyak ikan dari limbah ikan patin

BAB IILANDASAN TEORI

2.1. Ikan PatinIkan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsive terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan perairan Indonesia yang telah berhasil dibudidayakan. Sebagai ikan unggul dan ekonomis, pengembangan budi daya ikan ini cukup prospektif. Patin merupakan ikan sungai dan muara-muara sungai serta danau. Larva patin dapat hidup pada perairan sampai salinitas 5000 ppm. Patin dikenal sebagai hewan nokturnal, yakni hewan yang aktif pada malamhari dan sebagai hewan dasar, hal ini dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah. Penyebaran patin meliputi berbagai negara, salah satunya di Indonesia, khususnya di pulau Kalimantan tepatnya di sungai Mahakam di mana termasuk sungai yang luas di Indonesia. Berbagai jenis ikan ini berkembang biak dengan baik dan merupakan makanan favorit dikalangan masyarakat. Di alam, patin memakan ikan kecil, cacing, serangga, biji-bijian, potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan, udang-udang kecil dan moluska. Dalam pemeliharaannya, patin dapat memakan pakan buatan (artificial foods) berupa pelet Ikan patin memiliki karakteristik rasa yang sangat khas, mempunyai rasa yang enak dan gurih yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat umum, sehingga tergolong ikan unggul, serta memiliki nilai gizi yang tinggi terutama kandungan protein dan lemak. Akhir-akhir ini konsumsi lemak dan minyak yang tinggi dihubungkan dengan berbagai penyakit seperti obesitas, kanker, penyakit empedu, peningkatan kolesterol dan resiko jantung koroner menyebabkan timbulnya kecenderungan menurunkan kunsumsi lemak dan minyak yang mengandung asam lemak jenuh dan meningkatkan konsumsi lemak dan minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) yang merupakan asam lemak esensial.

2.1.1 Manfaat ikan patinIkan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang kaya dengan lemak ikan yang bagus untuk kesihatan kita. Kandungan ikan patin / Dory ( Pangasius ) kaya akan manfaat seperti jenis ikan lainnya, karena selain merupakan sumber protein juga mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat, diantaranya : asam lemak tak jenuh Omega-3, Selenium, dan Taurin. Potensi kemanfaatan ini juga dilihat dari analisis kandungan gizi ikan ini mengandung 16,08% protein, kandungan lemak sekitar 5,75%, karbohidrat 1,5%, abu 0,97 % dan air 75,7%.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1 Alat dan bahan 1. Alat pengukus2. Corong Pisah3. Kain lap4. Buret 5. Pipet tes6. Erlenmeyer7. Gelas kimia8. Corong9. Botol10. Statif11. Baskom12. Sarung tangan13. Penangas air14. Timbangan

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan 1. Alat pengukus2. Corong Pisah3. Kain lap4. Buret 5. Pipet tes6. Erlenmeyer7. Gelas kimia8. Corong9. Botol10. Statif11. Baskom12. Sarung tangan13. Penangas air14. Timbangan

3.1.2. Bahan :1. Limbah ikan patin2. NaOH yang telah distandarisasi3. Phenolphtalein 4. Alkohol (etanol) 5. Air

3.3. Prosedur percobaan :a. Pengolahan minyak ikan patin menggunakan metode Wet Rendering1. Bersihkan limbah ikan patin dan kemudian di timbang.2. Bentangkan Kain Serbet diatas pengukus.3. Masukkan Limbah ikan ke dalam pengukus yang telah diisi air hingga batas yang telah di tentukan4. Limbah ikan patin dikukus selama 4 jam.5. Setelah 4 jam, Matikan pengukus dan tunggu hingga dingin.6. Kemudian Limbah ikan di press menggunakan kain serbet tadi.7. Timbang minyak yang di peroleh.

b. Penentuan kadar asam lemak bebas1. Siapkan larutan NaOH di dalam buret.2. Kemudian ambil sampel minyak sebanyak 20 ml dan masukkan kedalam Erlenmeyer.3. Tambahkan 20 ml alkohol sebagai pelarut4. Tutup mulut erlenmeyer dengan aluminium foil agar tidak menguap danteroksidasi.5. Panaskan dalam Water Batch lebih kurang 5 menit.6. Tambahkan 2-3 tetes Phenoptalein sebagai indicator warna.7. Lakukan titrasi sampai warna larutan menjadi tidak berwarna lagi.8. Catat titik akhir titrasi dan tentukan persentase asam lemak bebas.

c. Uji densitas minyak1. Timbang berat piknometer kosong2. Isilah dengan sampel minyak hingga penuh.3. Kemudian timbanglah piknometer yang telah diisi minyak tadi4. Selanjutnya uji densitas minyak.of 25