MINOR MEDIA EDISI 3 : MATI LAMPU

2
Desain Sampul “M” Kontributor Ade Annisa Gieri Adhitya Dwisetyo Andi Rha Rha Rha Astrid Septriana Zulfikar Arief Murethy Kontak e-mail: [email protected] Twier @media_minor Blog minormedia.tumblr.com Sms 0838 9227 9679 www.issuu.com/ minormedia Minor merupakan wadah yang terbuka bagi siapapun untuk berkontribusi dan memproduksi gagasan dan produk kreatif terhadap tema dalam fenomena yang terjadi dalam kehidupan, membawa pengetahuan mereka dalam bentuk berupa tulisan, audio dan atau visual. MINOR Edisi 3/2013 Terinterupsi oleh ma lampu, gelap namun berhikmah sepi, sunyi, tenang walaupun sejenak. Menginterupsi keterinterupsian datang keka melihat minimarket yang kini menjamuri kota. Sejenak memperhakan sepetak area yang terang-benderang sendiri dihidupi oleh genset dan terlihat orang-orang datang menghampiri entah membeli ataupun mengisi energi piran sambil ngopi layaknya laron-laron yang tertarik menghampiri sumber cahaya. Teks & Desain Sampul oleh: “M” SAMPUL HIKAYAT Kala, perhiasan buatan tangan dengan seni kolase tercetak di atasnya yang secara eksklusif dibuat oleh Resao Adi Putra. Didirikan pada akhir 2012. Kala berasal dari bahasa Sansekerta. Kala berar waktu, seni, sajak, sebuah bagian kecil. Ya, ada banyak makna di dalam Kala. Kami menempatkan seni kolase misterius dan surealis di dalamnya dengan sentuhan nuansa berkarat dan klasik. Terdapat puisi kecil di belakang masing-masing seni kolase yang dicetak pada perhiasan sembari berharap Anda akan menemukan makna sendiri pada kolase kami. E: [email protected] F: facebook.com/KalaJewelry T: @kalajewelry T: kala-jewelry.tumblr.com MOTOROTOAR Motor Masuk Trotoar, Harap Didorong! Mari Hargai Hak Pejalan Kaki Konversi benda amal Daur ulang Lapak amal keliling Kolaborasi komunitas Hubungi kami di: twier : @ruangkolekan website : www.ruangkolekan.com telp : 021 - 29501002 sms : 08568904511 KOLEKAN TEPAT GUNA

description

Byar-pet, byar-pet! pet-pet-pet! Gelap. gerah, bosan, tidak ada hiburan? nonton TV terinterupsi, mau mandi air bak belum terisi. Ketika mati lampu menjadi momen yang sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang asyik kalau sejenak kita melihat sekitar bisa menjadi sarana menghibur diri. Melihat sejenak? lah kan gelap? have fun in the dark!

Transcript of MINOR MEDIA EDISI 3 : MATI LAMPU

Page 1: MINOR MEDIA EDISI 3 : MATI LAMPU

Desain Sampul“M”

KontributorAde Annisa GieriAdhitya DwisetyoAndi Rha Rha RhaAstrid Septriana

Zulfikar AriefMurethy

Kontake-mail:

[email protected]

Twitter

@media_minor

Blogminormedia.tumblr.com

Sms0838 9227 9679

www.issuu.com/minormedia

Minor merupakan wadah yang

terbuka bagi siapapun untuk

berkontribusi dan memproduksi

gagasan dan produk kreatif terhadap

tema dalam fenomena yang terjadi

dalam kehidupan, membawa

pengetahuan mereka dalam bentuk

berupa tulisan, audio dan atau visual.

MINOR Edisi 3/2013

Terinterupsi oleh mati lampu, gelap namun berhikmah sepi, sunyi, tenang walaupun sejenak. Menginterupsi keterinterupsian datang ketika melihat minimarket yang kini menjamuri kota. Sejenak memperhatikan sepetak area yang terang-benderang sendiri dihidupi oleh genset dan terlihat

orang-orang datang menghampiri entah membeli ataupun mengisi energi piranti sambil ngopi layaknya laron-laron yang

tertarik menghampiri sumber cahaya.

•Teks & Desain Sampul oleh: “M”

Sampul hikayat

Kala, perhiasan buatan tangan dengan seni kolase tercetak di atasnya yang secara eksklusif dibuat oleh Resatio Adi Putra.

Didirikan pada akhir 2012. Kala berasal dari bahasa Sansekerta. Kala berarti waktu, seni, sajak, sebuah bagian kecil. Ya, ada banyak makna di dalam Kala. Kami menempatkan seni kolase misterius dan surealis di dalamnya dengan sentuhan nuansa berkarat dan klasik.

Terdapat puisi kecil di belakang masing-masing seni kolase yang dicetak pada perhiasan sembari berharap Anda akan menemukan makna sendiri pada kolase kami.

E: [email protected] F: facebook.com/KalaJewelry T: @kalajewelryT: kala-jewelry.tumblr.com

MOTOROTOARMotor Masuk Trotoar, Harap Didorong!

Mari Hargai Hak Pejalan Kaki

Konversi benda amal•Daur ulang•Lapak amal keliling•Kolaborasi komunitas•

Hubungi kami di:twitter : @ruangkolekanwebsite : www.ruangkolekan.comtelp : 021 - 29501002sms : 08568904511

KOLEKANTEPAT GUNA

Page 2: MINOR MEDIA EDISI 3 : MATI LAMPU

Byar-pet, byar-pet! pet-pet-pet! Gelap. gerah, bosan,

tidak ada hiburan? nonton TV terinterupsi, mau mandi

air bak belum terisi. Ketika mati lampu menjadi momen

yang sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang asyik kalau

sejenak kita melihat sekitar bisa menjadi sarana menghibur

diri. Melihat sejenak? lah kan gelap?

Yuk mari kita rehat sejenak melihat dengan mata,

mari melihat dengan meraba. Layaknya saudara kita

yang penyandang tuna netra, kegelapan tentu bukan

penghalang bagi kita untuk menikmati suasana. Mereka

memiliki sensitifitas perabaan dan atau pendengaran yang

lebih tajam. Sudah, sudah jangan mengutuk kegelapan,

mari bersenang-senang dalam kegelapan.

Grafik diatas bermaksud “melihat dengan meraba”.

ternyata dari sekedar merespon benda-benda sekitar

seperti mengetuk-ngetuk meja, lemari bahkan mungkin

bagi mereka yang bisa memainkan orkestra gelas dapat

menjadi musik yang bisa didengar :)

Atau mungkin meraba untuk mengenali tekstur dan

bentuk benda-benda sekitar dan menebaknya setelah

itu cobalah menjelajah dengan cara mencoba berjalan

dari kamar hingga pintu depan, seberapa banyakkah

Kita bilang “aduh” menabrak benda-benda sekitar

mengindikasikan ternyata Kita belum mengenal dengan

baik bahkan ruangan kita sendiri :)

Jika ingin lebih ingin interaktif cobalah bermain meraba

wajah orang yang ada disekitar. Bisa menciptakan gelak

tawa tersendiri apalagi jika dimainkan oleh keluarga yang

memiliki anak kecil :)

*“Ta

k ad

a lis

trik

, tak

ada

air,

tak

jadi

man

di.”

Metropolitan, tak henti-hentinya meneriakan kebisingan mulai dari derap langkah kaki yang sibuk, bunyi klakson mengamuk di padatnya pagi, hingga bunyi-bunyian informasi yang tak pernah

tidur. Di sisi lain, kita juga bisa dengarkan irama dari musik, gagasan penyair, atau bahkan hantaman guntur. Bunyi adalah keseharian, dengarkan semua yang resonansinya tertangkap indera telinga. Lalu, bagaimana sang bisu bisa kita dengar suaranya? Membaca raut wajah dan geliuk gerak tubuhnya? Menginterpretasi bunyi-bunyian verbal yang tidak terucap? Bagaimana mendengarkan jerit kata hati atau dialog antara angin yang terbentur tembok bangunan? Lagipula apa gunanya? Bila agama punya ritual ibadah, alam punya ruang penghayatan untuk dijelajah. Medianya beragam, salah satu yang termudah dengan mengambil jarak dari frame ‘Urban’. Urban yang kaya kelap-kelip lampu dan mesin buatan manusia, matikan itu semua, atau bisa saja mengambil kesempatan ketika listrik padam, kejadian yang seringkali dicaci. Pulang kepada gelap, tanpa suara televisi, radio atau suara mesin air yang bergemuruh. ....Ngiiiiing..ngiiiing..Bunyinya-bunyian ungkapan sunyi, bisa memekakan telinga. Manusia urban, terbiasa dengan gemuruh. Tapi, bunyi yang tertangkap telinga tadi bisa kita kelola jadi pemikiran liar tentang ini siapa yang sedang berbicara, suara ‘ngiiiiing’ tadi datang dari mana? Suara gesekan daun dengan dahan, tetesan embun, pergerakan akar di bawah tanah yang kita pijak. Interaksi dengan sekitar, dengan penghayatan lebih, karena hidup bukan hanya sekedar sekolah, bekerja, beranak-pinak, untuk menuju mati. Mendengarkan kesunyian, berpenjar bersama diam, untuk khusuk membedah identitas diri yang utuh. Kata hati, guratan pemikiran dan sikap yang dilakukan akan jadi seirama, saling mengamini. Menghidupi makna dan pesan yang bertebaran dalam hidup, berlatih untuk tergeletak mati dalam lian kubur. Menyadari diam dan dengungan sunyi sebenarnya adalah bagian dalam bunyi-bunyian yang terdengar pada hiruk pikuk kota. Dalam ketukan musik selalu ada diam yang memberi jeda tiap detik jeda, dalam ibadah ada diam. Diam adalah irama itu sendiri. Jangan hujat listrik padam, jangan lari darinya dengan kegaduhan. Mungkin itu adalah saat tepat untuk menepi dan ambil jarak sesaat dari noise yang mendistorsi isi kepala.

NGUPINI

NGUPINI

MINORAKSI

Teks

: As

trid

Sep

tria

na

NGUPINIMINORITA

Oke, oke.. ini memang membahas mati lampu.. dimana orang kota tampaknya seperti kehilangan separo dayanya ketika listrik

lenyap barang sekejap saja. Mati lampu, lampunya mati, namun tampaknya memikirkan hal tersebut malah tertuju pada lampunya. Ya, lampu… nyala…bohlam… simbol yang sering terlihat ketika muncul ide pada balon kata di komik, ilustrasi maupun audio visual. Memangnya kalau mengunakan gambar sumber cahaya seperti lilin, obor, api unggun kan bisa juga donk? muncul cahaya muncul ide. Ah, pastilah terlihat kurang kece?

Ah, kenapa harus bohlam juga? Lampu bohlam temuan Thomas Alva Edison itu merajai penampakan ilustrasi ketika orang mendapat ide, atau jangan-jangan Anda sedang memikirkannya malah. Ah, mungkin karena ditengah gelapnya inspirasi nyala bohlam merupakan tanda ide datang,. Ya tapi kalo pikirannya lagi mati lampu itu gimana dong? (memang bisa pikiran mati lampu? He..he..he..)

Oke, oke Saya sedikit sensitif memang tapi tanpa tendensi apapun tampaknya jikalau memang pikiran yg belum dapat ide itu diumpamakan pikiran sedang “mati lampu” yah berarti itu bohlam gak bisa nyala karena: “listrik”nya dari mana???

Ide : Ade Gieri, Astrid, Adhitya Dwisetyo, Zulfikar Arief

Foto: Andi rharharha